Pedang Penakluk Iblis 22
Pedang Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 22
Kokok ayam saling bersahutan menyambut fajar menyingsing ketika Hui Lian tiba di luar kota yang sunyi. Sawah dan tegal para petani membentang luas di kanan kini jalan yang sunyi itu. Kadang-kadang saja ia melihat pohon yang tumbuh di pinggir jalan, pohon-pohon tua yang batangnya sudah terbengkok-bengok membawa berat dahan dan daun.
Ketika tiba di jalan membelok, ia melihat sinar api di depan. Dari jauh dapat dilihat bahwa itu adalah api unggun yang dibuat orang, sedangkan orangnyapun kelihatan berjongkok di dekat api, agaknya seorang petani membuat api untuk mengusir hawa dingin yang menggerogoti tulang.
Hut Lian tentu saja dapat mengusir serangan hawa dingin dengan pengerahan sinkangnya, akan tetapi pada saat itu semangatnya sedang lelah dan tidak mempunyai niat untuk berusaha sesuatu. Kini melihat orang mengusir dingin dengan api unggun, nampaknya begitu hangat dan enak, ia ingin sekali ikut menghanatkan tubuh di dekat api unggun. Tak terasa lagi ia lalu membelokkan tujuan kakinya dan menghampiri api unggun itu.
"Mari, silahkan duduk, Nona. Aku sengaja mcnunggumu di sini. Kita bercakap-cakap sambil menghangatkan tubuh. Silakan." Orang yang tadinya dikira petani itu menggeser sebuah batu besar ke dekat api unggun sambil mempersilahkan Hui Lian dengan tangan kanannya dibentangkan.
Hui Lian membelalakkan matanya hampir saja berteriak saking kagetnya.
"Kau...?" serunya dan secepat kilat telah mencabut pedangnya! Ternyata bahwa orang itu bukan lain adalah Wan Sin Hong yang malam tadi diserangnya mati-matian dan yang semenjak kemarin bayangannya selalu mengganggunya. Sin Hong menundukkan mukanya dia menarik napas panjang.
"Alangkah buruknya kebiasaan seorang ahli silat. Di waktu sedingin ini pun mencabut pedang. Aahhh, kalau aku tidak mengerti ilmu silat, alangkah baiknya namaku tidak rusak... aku tidak dibenci orang...."
"Kau jahanam busuk pura-pura menyesal?" Hui Lian menodongkan ujung pedangnya di depan dada Sin Hong.
"Jangan kau berusaha hendak menipuku. mana gadis malam tadi?"
Bibir Sin Hong tersenyum duka.
"Tahukah kau di mana dia? Aku ingin sekali tahu, ingin sekali, karena aku harus dapat merangkap dia." Kemudian sambil menatap wajah Hui Lian yang nampak luar biasa cantiknya dalam cahaya api unggun. Sin Hong berkata tenang.
"Kau duduklah baik-baik, Nona. Aku ingin bicara dari hati ke hati denganmu, aku merasa bahagia sekali dapat bertemu dengan puteri Hwa I Enghiong."
"Jangan coba berputar lidah! Hayo keluarkan senjatamu kalau kau memang laki-laki. Keparat jahanam, penjahat rendah, aku tidak begitu rendah untuk membunuh orang yang tidak melawan. Hayo kita bertempur seribu jurus sampai seorang di antara kita menggeletak tak bernyawa di sini!" Tangan Hui Lian yang memegang pedang sudah menegang, siap untuk menyerang.
Sin Hong memandang ke arah api dan menarik napas lagi, wajahnya agak pucat dan sinar matanya layu.
"Simpan kembali pedangmu. Nona. Tiada gunanya lagi, aku bukan orang jahat."
"Mana ada penjahat mengaku jahat? Harimau ganas pun langkahnya perlahan, jejaknya tak terdengar orang. Hayo lekas berdiri dan siap untuk bertempur mati-matian!" Hui Lian menantang sambil membanting kakinya.
"Sesukamulah, kau boleh memaki aku apa saja. Akan tetapi yang jelas, aku takkan mau melawanmu bertempur. Sekali saja bagiku cukuplah, karena yang sekali itu pun sudah membuat aku merasa sengsara sekali."
"Pengecut jangan kau menghinaku! Apa kaukira aku takut kepadamu? Biar pun kau seribu kali lebih lihai, aku Go Hui Lian tidak takut mati, tahu? Bangkitlah dan mari kita tetapkan siapa yang harus menggeletak tak bernyawa di sini. Mati untuk membela para wanita yang kauganggu, aku rela!"
Sin Hong menggeleng-gelengkan kepaIanya.
"Ucapanmu lebih tajam dan menyakitkan daripada tusukan pedangmu, Nona. Sudah kukatakan bahwa aku tidak sanggup lagi melawanmu. Hanya pintaku kalau kau memang mempunyai perikemanusiaan, duduklah dan dengarkan semua penjelasanku. Aku bersumpah bahwa Wan Sin Hong bukanlah seorang keji, bukan seorang hina yang melakukan segala, perbuatan terkutuk. Karena kau puteri Hwa I Enghiong yang sudah lama kukagumi, maka aku ingin menceritakan semua ini kepadamu. Karena kau... kau seorang yang ingin kujadikan kawan, maka aku mau menceritakan semua ini kepadamu. Akan tetapi kalau kau tidak percaya dan tetap hendak membunuhku, tusukkan saja pedangmu itu. Aku takkan melawan...." Sin Hong kembali memandang ke arah api. Ia sedih sekali. Benar-benar ia pun merasa heran mengapa begitu banyak orang menganggapnya jahat, ia bahkan merasa penasaran. Akan tetapi sekali saja gadis ini menganggapnya jahat, ia menjadi lemas dan berduka, dan ingin mati saja!
"Keparat jahanam! Berdirilah, lawanlah aku... jangan kau menghina! Sikapmu yang tak hendak melawan ini menghinaku. Kautahu, aku puteri pendekar besar Go Ciang Le, aku tidak takut mati. Berdirilah... atau kalau tidak... demi Tuhan, kutusuk dadamu dengan pedangku!" Hui l.ian kini membanting-banting kedua kakinya dan mau dia menangis. Tangannya yang memegang pedang mulai gemetar, sedangkan ujung pedang yang runcing mendekat sampai menempel di baju Sin Hong, tepat di dada kiri di mana jantungnya berada, jantung yang berdebar lemah karena duka.
Sin Hong menggeleng-gelengkan kepala menengok dan menatap wajah Hui Lian sebentar, kemudian memandangi api lagi.
"Mati di tangan dara perkasa puteri Hwa I Enghiong cukup berharga...." katanya perlahan.
"Bedebah, lihat pedang!" Hui Lian yang sudah marah sekali karena merasa dihina dengan semua kata-kata Sin Hong yang dianggapnya seorang penjahat besar pengganggu banyak wanita, menggerakkan tangan kanan. Pedangnya ditarik ke belakang lalu ditusukkan ke depan.
Sin Hong tidak bergeming, bergerak sedikit pun tidak. Akan tetapi terdengar baju robek dan darah mengucur keluar dari pundak kirinya, membasahi bajunya yang putih. Sebentar saja baju Sin Hong menjadi merah oleh darahnya sendiri!
"Mengapa kau selewengkan ke pundak, Nona?"
"Kau... kau... mengapa tidak mengelak...?" Hui Lian berdiri dengan muka pucat matanya terbelalak lebar, bibirnya gemetar dan tangan yang memegang pedang menggigil. Ngeri ia melihat darah membasahi baju di dada Sin Hong.
"Sudah kukatakan tadi, aku takkan melawan. Aku rela mati di tangan Nona Go Hui Lian, seorang dara perkasa yang gagah dan budiman...." Dua titik air mata melompat keluar dari sepasang mata Hui Lian ketika ia mendengar suara yang halus ini. Akan tetapi ia menggigit bibir mengeraskan hatinya.
"Kau jahat dan aneh. Apa artinya sikapmu ini? Kau demikian jahat, mengapa sekarang kau berpura-pura baik? Biarpun memakai bulu domba bertopeng muka kelinci, harimau tetap harimau buas dan liar. Siapa percaya kepadamu"
"Tidak ada yang percaya kepadaku, Nona. Oleh karena itulah maka harapanku satu-satunya kujatuhkan kepadamu. Aku mengharapkan kau suka mendengarkan ceritaku dan... percaya kepadaku..."
"Mengapa...? Mengapa kepadaku?"
Sin Hong tersenyum, menggcrakkan jari tangan kanan menotok pundaknya sendiri untuk menghentikan darah yang mengalir. Hui Lian memandang kagum melihat pemuda itu menerima tusukan pedang dan menahan luka tanpa berkedip sedikit pun.
"Karena kau puteri Hwa I Enghiong. sudah semenjak kecil aku mendengar dari Gihu tentang Ayah Bundamu yang gagah perkasa dan budiman. Karena itu aku percaya bahwa puterinya tentu juga seorang gagah dan budiman pula."
"Apa yang hendak kau ceritakan lagi? Bukti banyak, semua orang di dunia kang-ouw mengetahui bahwa..." Hui Lian tidak melanjutkan kata-katanya. Teringat akan segala perbuatan keji yang dilakukan oleh pemuda ini, perasaan terharu yang tadi menipis.
"Memang demikian, Nona. Aku dianggap jahat, dan sudah banyak bukti-buktinya. Akan tetapi semua ini bukan atas kehendakku sendiri, ada orang yang sengaja merusak namaku.
"APA maksudmu?"
"Ada musuh rahasia yang sengaja melakukan semua perbuatan terkutuk dengan menggunakan namaku dan...."
"Bohong" Siapa bisa percaya? Wan Sin Hong, tak perlu kau mengarang dongeng, apakah para locianpwe di dunia kang-ouw semua sudah bodoh dan buta? Aku sendiri melihat kau mengejar dan merobohkan... seorang gadis. Apa kau masih belum mati dan mempunyai muka untuk menyangkal?"
"Sayang gadis itu terlepas lagi," Sin Hong menghela napas.
"Dia itu kaki tangan musuh rahasiaku. Sudah tertawan terlepas lagi".."
Hui Lian tertegun.
"Ceritakan semua!"
Sin Hong menengok dan menatap wajah yang cantik dan kini tegang itu.
"Nona, percayakah kau kepadaku?"
"Mengingat kau anak angkat Lie Bu Tek Pekhu, seharusnya aku percaya, akan tetapi mendengar nama busukmu dan melihat bukti sendiri malam tadi"."
"Jadi kau juga tidak percaya kepadaku?" Hui Lian menggelengkan kepalanya, sungguhpun agak ragu-ragu.
Sin Hong mengeluh, lalu duduk menghadapi apa lagi.
"Kalau begitu tidak ada gunanya bagiku untuk bercerita. Kau boleh tusuk aku sampai mati atau... tinggalkan aku pergi!"
Hui Lian melengak, mukanya menjadi merah. Tangan yang memegang pedang sudah menggigil lagi, akan tetapi bagaimana ia bisa membunuh orang yang membuat hatinya tidak karuan rasanya ini? Orang yang membuat ia merasa bukan seperti diri sendiri, merasa lemah dan tidak dapat menguasai hati dan pikiran, tak tentu pendirian? Hati dan pikirannya bertempur hebat. Menurutkan kesadarannya sebagai seorang pendekar, ia harus membunuh manusia jahat ini akan tetapi menurut suara hatinya... ia tidak tega, bahkan baru melukai pundaknya saja ia merasa menyesal bukan main.
Akhirnya, sambil mengeluarkan jerit tertahan, pedangnya berkelebat dan robohlah sebatang pohon tak jauh dari situ, tumbang oleh sabetan pedangnya! Kemudian, dengan suara aneh di kerongkongan, tangis bukan tawa bukan akan tetapi menyerupai keduanya. Gadis itu mengerahkan tenaga dan lari meninggalkan Sin Hong yang masih duduk menghadapi api unggun bagaikan patung batu!
Sin Hong benar-benar menderita hebat. Sudah hampir lima hari ia sampai lupa makan lupa tidur saking marahnya kalau ia mengingat betapa namanya dirusak benar-benar oleh musuh rahasia itu. Selain marah, ia juga jengkel dan sedih. Pertemuannya dengan Tang Hwesio dan Hui Lian menambah kesedihan dan kejengkelannya. Begitu bertemu, ia telah jatuh hati kepada Hui Lian, hal ini ia tak dapat menyangkal pula, sungguh ia sendiri belum sadar perasaan apa yang menyelinap di dalam sanubari terhadap gadis itu. Akan tetapi yang pasti, ia merasa sedih sekali karena gadis itu pun menuduh dia seorang jahat bahkan membencinya dan hampir saja membunuhnya.
Sin Hong adalah seorang yang amat kuat tubuhnya. Apalagi ia seorang ahli pengobatan yang luar biasa, tahu cara bagaimana menjaga diri. Akan tetapi, betapapun kuat tubuhnya, ia masih muda dan batinnya masih belum masak. Oleh karena itu, lima hari tidak makan tidur, ditambah dengan tekanan batin yang berat, kini ditambah lagi dengan pukulan batin dalam pertemuannya dengan Hui Lian, ia hampir tak kuat menahan. Setelah Hui Lian meninggalkannya pergi membawa rasa benci, ia merasa pilu dan sedih sehingga tanpa dirasa ia telah pingsan di dalam duduk bersila di depan api unggun! Kalau orang lain yang berhal seperti ini, amat berbahaya keadaannya karena kalau ia terguling ke dalam api berarti akan menemui maut.
Akan tetapi Sin Hong bukan seorang biasa, tubuhnya telah terisi tenaga singkang yang hebat, yang dapat bekerja otomatis seperti bekerjanya paru-paru dan jantung. Biarpun ia dalam keadaan tidak sadar, namun tubuhnya tetap bersila seperti tadi! Sin Hong sudah setengah siuman ketika ia mencium bau harum sekali dan bagaikan dalam mimpi ia melihat seorang gadis sedang berlutut di dekatnya dan menaruh obat semacam koyo, ditempelkan pada pundaknya yang terluka oleh pedang.
"Aku gila... aku telah gila... aku gila"..!" Telinga Sin Hong mendengar gadis itu berbisik berulang kali sambil mengobati pundaknya dengan jari-jari tangan gemetar. Semua ini terjadi seperti dalam mimpi dan Sin Hong sampai tidak berani membuka mata, khawatir kalau-kalau mimpi indah dan tak mungkin ini akan lenyap. Nona Go Hui Lian telah mengobati pundaknya, telah berlutut di dekatnya dan rambut yang hitam halus dan harum itu demikian dekat dengan mukanya. Alangkah indah mimpi ini terlampau indah untuk dipercaya. Maka Sin Hong tidak berani membuka matanya hanya mengintai dari balik bulu mata.
Tiba-tiba Hut Lian melompat berseru keras.
"Suci, jangan...!" Seruan ini ia susul dengan gerakan pedang, menangkis sebatang pedang yang meluncur menyerang leher Sin Hong!
"Traang...!" Baik Hui Lian maupun penyerang itu terhuyung ke belakang saking kerasnya tenaga yang mereka keluarkan, satu menyerang yang lain melindungi.
"Wan Sin Hong manusia biadab! telah merusak hidupku, kau harus menebus dengan nyawamu!" Kembali gadis itu menyerang dan Hui Lian menjadi bingung. Ditangkisnya lagi serangan itu sambil berkata,
"Nanti dulu, Suci........ dia terrluka...." kata Hui Lian.
Gadis itu memang Soan Li adanya yang muncul di pagi hari dan langsung menyerang Sin Hong. Dengan mata aneh Soan Li memandang kepada Hui Lian, membentak.
"Siapa berani membela manusia keji ini?"
Hui Lian menjadi merah mukanya. memang amat janggal dan sulit kedudukannya kalau ia membela seorang penjahat besar seperti Sin Hong. Pula, kata-kata yang diucapkan oleh Soan Li membuat Hui Lian merasa jantungnya seperti mau terlepas. Apakah gerangan yang telah diperbuat oleh Sin Hong terhadap Soan Li?
"Suci, apakah... apakah... kau menjadi korban...?"
Tiba-tiba Soan Li menangis! Selagi Hui Lian memandang dengan pilu dan bingung, Soan Li melompat lagi dan marah-marah seperti orang mabok.
"Wan Sin Hong, kau harus mampus!" Dengan pedang di tangan ia menubruk ke depan, melakukan serangan hebat sekali dengan menusukkan pedang ke dada pemuda itu! Kini Hui Lian tidak mau bergerak menangkis. Mukanya berubah pucat sekali dan ia yakin apa yang telah terjadi atas diri Soan Li. Pasti kakak seperguruannya itu telah menjadi korban dari penjahat muda yang keji ini. Kalau tidak demikian tak mungkin sucinya akan bersikap semarah itu dan sebenci itu terhadap Sin Hong.
Kalau Sin Hong sudah bertindak keji terhadap sucinya ia tak boleh melindunginya lagi, bahkan sudah seharusnya kalau ia membantu sucinya membunuh manusia jahanam itu. Dengan. isak tertahan dan kedua kaki menggigil Hui Lian meramkan mata dan menyerang Sin Hong membarengi serangan Soan Li mengirim tusukan maut ke arah lambung pemuda itu! Di lain saat ketika Hui Lian membuka matanya karena tusukannya mengenai angin, ia melihat tubuh Sin Hong berkelebat dan tahu-tahu Soan Li telah dikempit oleh pemucla itu. Ia mendengar Sin Hong berkata.
"Tenang, Gak Siocia! Aku akan menyembuhkanmu...."
Di saat itu berkelebat bayangan orang dan sebatang pedang yang cahayanya menyilaukan mata meluncur cepat menyerang Sin Hong. Pemuda ini mengeluarkan seruan kaget dan cepat mengelak. Hui Ilan juga kaget ketika mendengar kenyataan bahwa yang menyerang kali ini adalah Liok Kong Ji. Selagi Hui Lian terheran, kembali berkelebat dua bayangan orang yang gerakannya membuktikan bahwa mereka ini adalah ahli-ahli silat kelas satu. Ternyata mereka ini adalah seorang hwesio gundul tinggi besar dan seorang kakek berambut panjang yang wajahnya menyeramkan. Biarpun keduanya bertangan kosong, namun serangan mereka terhadap Sin Hong bukan main hebatnya.
Sin Hong yang mengempit tubuh Soan Li agaknya tidak mau melayani mereka, mungkin karena terhalang gerakannya oleh tubuh Soan Li yang dipondongnya. Akan tetapi ini tentu saja dalam pandangan Hui Lian, padahal sebenarnya, pemuda ini yang sejak pertemuannya dengan Soan Li di samping Kong Ji telah menaruh curiga, tadi ketika diserang oleh Soan Li, ia cepat menyambar pergelangan tangan gadis itu dan sekali tekan saja ia tahu bahwa di dalam tubuh Soan-Li mengalir darah yang kotor oleh racun! Maka terbukalah matanya dan tahulah ia bahwa ia berhadapan ngan Soan Li yang sudah terganggu jalan pikiran dan ingatannya oleh racun berbahaya. Tanpa membuang waktu lagi lalu menangkap Soan Li dan bermaksud membawa pergi gadis int untuk diobati. Soal pembalasan terhadap Ba Mau Hoatu hwesio gundul itu dan Giok Seng Cu, kakek berambut panjang yang keduanya datang bersama Kong Ji, dapat dilakukan kemudian, pikirnya.
Akan tetapi ada yang meragukan hati Sin Hong. ia melihat Kong Ji bersama dua kakek jahat di situ. Tidak berbahayakah keadaan Hui Lian apabila ia pergi membawa Soan Li. Bagaimanakah hubungan antara Hui Lian dan Kong Ji? Akan tetapi Kong Ji, Ba Mau Hoatsu, dan Giok Seng Cu tidak memberi banyak waktu kepadanya. Tiga orang ini cepat menyerang dengan hebatnya, bahkan kini Ba Mau Hoatsu telah mengeluarkan sepasang rodanya yang lihai dan Giok Seng Cu mengeluarkan Ilmu Pukulan Tin-san-kang. Aku harus menyelamatkan Soan Li lebih dulu, pikir Sin Hong yang merasa tidak leluasa menghadapi gempuran tiga orang lihai ini. Secepat kilat ia melompat dan melarikan diri.
"Bangsat rendah, lepaskan suciku...!" Hui Lian membentak marah ketika melihat Sin Hong melarikan diri sambil membawa pergi Soan Li.
"Hui Lian, Sumotku yang manis, mari kita bersama mengejar bangsat Wan Sin Hong...!" kata Kong Ji sambil melompat menyusul.
"Pergi" Siapa sudi bicara denganmu?" jawab Hui Lian sambil menyabetkan pedangnya ke arah Kong Ji. Pemuda ini tertawa dan mengelak, akan tetapi saat itu dipergunakan oleh Hui Lian untuk mempercepat larinya mengejar bayangan Sin Hong yang sudah jauh.
Ia hanya mendengar Kong Ji tertawa bergelak, suara ketawa yang dulu pernah membuat bulu tengkuknya berdiri, kemudian ia mendengar suara kakek gundul.
"Liok-sicu, mengapa tidak tawan saja Nona galak itu?"
"Tak usah, biarkan dia pergi mengejarnya," terdengar jawaban Kong Ji Hui Lian tidak mendengar lagi apa yang selanjutnya mereka ucapkan karena ia takut tertinggal jauh oleh Sin Hong. Dengan cepat ia mempergunakan ilmu lari cepat mengejar bayangan Sin Hong yang bukan main cepat larinya, akan tetapi jarak antara dia dan Sin Hong tidak berubah. Pemuda itu sambil memondong tubuh Soan Li tetap saja berada di depannya. Hui Lian merasa dipermainkan lalu mempercepat larinya. Namun, orang yang dikejarnya juga mempercepat larinya sehingga tetap saja ia tidak menjadi makin dekat.
Mereka lari berkejaran sampai hampir setengah hari lamanya. Matahari telah naik tinggi dan Hui Lian tidak tahu ia telah tiba di mana, karena agaknya Sin Hong sengaja mengambil jalan yang tidak pernah dilalui manusia masuk hutan, keluar hutan, naik bukit turun bukit.
Tiba-tiba Sin Hong berhenti dan membalikkan tubuh, menanti Hui Lian yang mendatangi dengan muka penuh keringat dan napas agak terengah. Merah muka Hui Lian, merah karena panas darahnya dan juga karena malu dan marah.
"Jahanam keparat, kalau tidak kaulepaskan suciku, biar sampai mati aku takan berhenti mengejarmu!"
"Nona, kau benar-benar aneh. Tadi kau bersikap amat baik kepadaku, obat pada lukaku ini masih menempel...." Muka yang merah itu makin merah lagi dan untuk sejenak Hui Lian tak berani menentang mata Sin Hong. Akan tetapi kepala yang ditundukkan itu tiba-tiba diangkat, sepasang matanya bersinar-sinar.
"Keparat, kau benar-benar seorang yang rendah budi, seorang kurang ajar yang curang! Kau hendak mempergunakan rasa kasihan demi peri kemanusiaan di dalam hatiku untuk alat mengejekku! Jadi tadi kau berpura pura pingsan, padahal kau sadar dan tahu bahwa aku mengobati luka di pundakmu? Keparat betul! Kalau aku tahu demikian halnya, aku pasti akan membikin mampus padamu. Hayo lepaskan Suci, mau apa kau menawan dan membawanya lari? Tak tahu malu!"
Suara Sin Hong terdengar bersungguh-sungguh.
"Go siocia tetap tak percaya kepadaku dan tetap menuduhku sebagai seorang jahat. ternyata kau juga sebodoh orang-orang itu. Tak tahukah kau bahwa Sucimu ini dalam keadaan sakit berat? Bahwa Sucimu ini mengeluarkan kata-kata menuduhku dalam keadaan tidak sadar? Ingatannya telah berubah karena racun di dalam tubuhnya."
"Bohong besar! Tadi dengan jelas Suci menyatakan bahwa kau telah... telah merusak hidupnya, kau bangsat besar harus dibunuh... kau... kau..." Hui Lian teringat akan semua ini dan aneh sekali, di samping nafsu amarah yang naik memenuhi dadanya, juga tanpa ia rasa air matanya mengucur keluar! Ia menggigit bibir dan di lain saat pedangnya telah menyerang Sin Hong.
"Suci sadar dan berontaklah, mari kita bunuh dia..." Hui Lian berseru akan tetapi Soan Li nampak lemas tidak sadarkan diri.
Sin Hong mengelak cepat dan menarik napas panjang.
"Kau keras kepala dan bodoh!" Kemudian disambungnya dengan pandangan mata penuh perasaan.
"Akan tetapi aku suka kepadamu, aku makin suka kepadamu!" Setelah berkata demikian, tubuhnya berkelebat cepat dan di lain saat ia telah lari jauh sekali. Hui Lian terkejut dan ternganga. Tahulah dia bahwa tadi Sin Hlong tidak mempergunakan ilmu larinya, maka ia masih dapat inengimbanginya. Sekarang, andaikata ia mengejar, takkan ada gunanya karena kecepatan lari pemuda itu benar-benar luar biasa sekali, tak kuasa ia menyusul. Dengan perasaan lelah lahir batin, Hui Lian menjatuhkan dirinya terduduk di atas rumput lalu... menangis!
Sakit sekali hatinya kalau membayangkan Sin Hong, pemuda yang menggemaskan namun mendebarkan hatinya itu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk membenci Sin Hong, namun perasaan lain yang amat kuat dan aneh membuat kebenciannva selalu buyar sebelum membulat di hatinya. Ia tahu bahwa Sin Hong adalah seorang pemuda biadab. Agaknya pemuda itu gila perempuan. Buktinya malam hari itu mengejar dan menawan seorang gadis, sekarang begitu melihat Soan Li, lalu menculiknya pula.
Akan tetapi perasaan aneh dan membantah jalan pikirannya sendiri, lalu kalau dia benar gila perempuan dan mengganggu setiap orang perempuan yang dijumpainya, mengapa terhadapku dia tidak mengganggu?
Hui Lian menjadi bingung seakan-akan menghadapi teka-teki. Kemudian teringat ia kepada Kong Ji suhengnya yang muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga. Siapakah dua orang kakek teman suhengnya itu yang demikian lihai? Membayangkan semua ini, kembali ia terkesan kepada Sin Hong. Alangkah hebatnya ilmu kepandaian Sin Hong ini, biarpun sedang memondong tubuh Soan Li dan bertangan kosong, namun serangan tiga orang kosen itu tidak berhasil merobohkannya!
(Lanjut ke Jilid 22)
Pedang Penakluk Iblis/Sin Kiam Hok Mo (Seri ke 02 - Serial Pendekar Budiman)
Karya: Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 22
Tiba-tiba Hui Lian tersentak kaget. Pertemuannya dengan Liok Kong Ji membuka ingatannya dan terbukalah rahasia yang selama ini merupakan teka-teki baginya. Gadis yang pada tengah malam itu dirobohkan oleh Sin Hong, biarpun ia tidak melihat wajahnya dengan jelas namun ia merasa sudah pernah melihatnya. Sudah pernah melihat wajah yang memiliki kecantikan tersendiri itu, potongan rambut yang dikuncir lurus ke belakang, kemudian bentuk tubuh yang langsing kecil, seorang gadis yang cantik akan tetapi kecantikannya membawa sesuatu yang ganjil, agaknya bukan kecantikan gadis dusun biasa. Tadinya payah memikirkan di mana ia pernah melihat gadis itu. Sekarang, setelah bertemu dengan Kong Ji, tiba-tiba saja ia teringat. Tak salah lagi, gadis yang dikejar oleh Sin Hong di tengah malam itu, yang hampir saja "diculik" oleh Sin Hong, tentu Nalumei adanya! Puteri suku bangsa Neiman yang dulu ditaklukkan oleh Temu Cin, kemudian gadis itu, Lima Nalumei yang cantik dan bermata biru dihadiahkan kepada Kong Ji!
Berpikir sampai di sini, wajah Hui Lian memucat. Apa artinya semua ini? Wan Sin Hong memang dikabarkan di dunia kang-ouw sebagai penjahat muda yang suka mengganggu wanita, akan tetapi sekarang, justru ia sendiri melihat bukti buktinya, mengapa bukti-bukti itu kebetulan sekali ada hubungannya dengan Kong Ji? Mengapa justru Nalumei dan Soan Li yang ditawan oleh Sin Hong. Dan apa kata Sin Hong pada tengah malam itu? Pemuda itu menangkap Nalumei karena dikatakan bahwa Nalumei adalah kaki tangan musuh rahasianya! Dan sekarang, Sin Hong menyatakan bahwa Soan Li terkena racun yang merampas ingatannya! Siapa yang meracun Soan Li? Dan tiba-tiba muncul Kong Ji. Apa artinya semua ini? Apa hubungannya Kong Ji dengan kejahatan Sin Hong? Hui Lian tak sanggup lagi memikirkan semua ini. Tidak kuasa ia membuka semua rahasia yang berbelit itu.
"Benar kata Tang Hwesio. Ayah dan Ibu harus turun tangan. Andaikata benar Sin Hong penjahat keji, kelihaiannya hanya dapat ditandingi oleh Ayah! Kalau tidak dan di balik semua ini ada rahasia lain, kiranya hanya Ayah dan Ibu yang dapat memecahkannya," demikian Hui Lian berpikir. Kermudian ia bangkit dari rumput, membetulkan pakaiannya yang kusut, membereskan pula rambutnya, ia menghai bekas-bekas air mata In ia berjalan menuju pulang ke Kim-bun-to.
Sin Hong memondong tubuh Soan Li dan lari dengan cepat. Ia mengambil ke putusan untuk membongkar rahasia yang dihadapinya dari Soan Li. Soan Li juga dijadikan korban untuk memfitnah dirinya, pikirnya. Dan gadis ini ternyata telah diberi racun yang luar biasa, yang telah merampas ingatan gadis ini. Kalau aku bisa menyembuhkannya dan bisa menuturkan pengalamannya, tentu akan terbuka kedok musuh rahasia itu.
Biarpun belum mendapatkan bukti dan belum berani memastikan, namun sudah timbul bayangan Kong Ji di dalam hati Sin Hong. Pemuda itu mencurigakan sekali, gerak-geriknya aneh dan mengapa ia selalu muncul di saat-saat yang genting dalam urusan pengrusakan namanya itu? Akan tetapi, dugaan ini ia bantah sendiri. Tak mungkin Kong Ji sampai hati melakukan semua itu, dan pula apakah latar belakangnya maka Kong Ji hendak merusak namanya? Ia akan lebih percaya kalau sekiranya yang merusak namanya itu orang-orang macam See-thiat Tok-ong atau Giok Seng Cu yang sudah ia ketahui kejahatannya dan kekejamannya.
Di tengah jalan, Sin Hong berdaya untuk menyadarkan Soan Li dan keadaannya yang seperti bukan maunya sendiri, seperti orang kemasukan setan. Akan tetapi, tiap kali ia membebaskan totokan gadis itu, Soan Li langsung menyerangnya sambil memaki-makinya sebagai penjahat keji yang telah menghinanya, menodainya dan merusak hidupnya.
Terpaksa Sin Hong membuatnya tidak berdaya dengan totokan-totokan, kemudian mempergunakan jarum perak untuk menusuk jalan-jalan darah yang penting. Ini perlu dilakukan untuk mengembalikan kekuatan dan daya darah murni sehingga pengaruh racun itu dapat dilawan. Kemudian ia mengurut-urut urat-urat besar kecil di bagian kepala Soan Li. Semua ini dilakukan dengan amat hati-hati, karena kepala adalah bagian tubuh yang paling sukar dirawat dan diobati. Selain itu Sin Hong juga belum berpengalaman, dan terpaksa ia mengerahkan pikiran untuk mengingat kembali isi kitab peninggalan Kwa-siucai di bagian menyembuhkan orang dari pengaruh racun-racun berbahaya.
Beberapa pekan kemudian. Sin Hong baru dapat menghilangkan sifat liar dan marah dari gadis itu. Kini Soan Li tidak lagi mengamuk dan menyerangnya, bahkan gadis ini seakan-akan lupa lagi siapa dia. Akan tetapi tetap saja gadis ini sering kali memaki-maki dan menangis, mengutuk perbuatan Wan Sin Hong atas dirinya dan dengan suara mesra menyebut-nyebut nama Lam-ko atau Gong Lam!
Sin Hong merasa terharu bukan main. Jelas sekarang baginya bahwa Soan Li jatuh cinta kepada Gong Lam dan membenci Wan Sin Hong. Hal ini benar-benar aneh, benar benar lucu dan membingungkan. Gong Lam adalah Wan Sin Hong dan Wan Sin Hong juga Gong Lam. Bagaimana Soan Li bisa mencinta Gong Lam dan membenci Sin Hong? Kalau memikirkan semua ini, makin menghebat rasa marah dan penasaran di hati Sin Hong terhadap musuh rahasia yang agaknya demikian benci kepadanya sehingga berusaha sekuat tenaga untuk merusak namanya.
Sin Hong duduk melamun di pinggir jalan menunggu Soan Li sadar dari tidurnya, hatinya penuh harapan. Sudah semenjak pagi tadi gadis ini tertidur. Kini perjalanan dapat dilakukan lebih leluasa, karena Soan Li biarpun keadaannya seperti orang gila, namun kepandaiannya tidak hilang. Kepandaian silat yang sudah mendarah daging tidak terhapus lenyap oleh berubahnya ingatannya, maka gadis ini masih dapat berlari cepat seperti biasa. Wataknya seperti anak kecil dan ia tidak ingat siapa-siapa lagi, yang diingatnya hanya Wan Sin Hong yang dibencinya dan Gong Lam yang dicintanya!
Menjelang tengah hari Soan Li menggeliat lalu membuka matanya, berkedip-kedip karena matanya tertusuk cahaya matahari. Sin Hong harus mengakui bahwa biarpun keadaannya seperti itu, Soan Li tetap merupakan seorang gadis yang amat cantik dan menarik. Akhirnya gadis itu membuka mata lagi, kini pandang matanya bertemu dengan Sin Hong. Ia bangkit duduk, memandang ke kanan lalu bertanya.
"Mana Lam-ko? Ke mana dia pergi? Mengapa dia meninggalkan aku? Ah, Lam-ko, bantulah aku mencari dan membalas dendamku kepada manusia keparat Wan Sin Hong!"
Sin Hong menggeleng-geleng kepalanya. Ia tidak mau memperkenalkan sebagai Lam-ko atau Gong Lam, karena dengan jalan memperkenalkan diri sebagai Gong Lam, sama artinya dengan menyangkal bahwa dia sebenarnya Wan Sin Hong! Maka ia lalu menghampiri Soan Li dan berkata membujuk.
"Gak-siocia, Engko Lam yang kaucari- cari itu sedang pergi mengejar Wan Sin Hong. Hari telah siang, marilah kita menyusul mereka, dan kita membuat Engko Lam menangkap Wan Sin Hong."
Bersinar mata Soan Li dan cepat sekali ia telah melompat bangun.
"Baik sekali, mari".!" katanya dan di lain saat ia telah berlari cepat.
"Gak-siocia, bukan ke sana jurusannya, ke sini".!" seru Sin Hong sambi memegang tangan gadis itu. Soan Li tidak membantah dan memutar langkahnya, bersama Sin Hong lari ke kiri.
Sin Hong membawanya menuju ke Kim-ke-tho, karena ia ingin gadis ini beristirahat di pulau itu, di mana gadis itu akan terjaga dan aman. Selain itu, ia pun ingin bertemu dengan gihunya, karena menghadapi urusan yang sulit itu ia perlu minta nasehat dan petunjuk Lie Bu Tek ayah angkatnya.
Selain ini, ada satu hal yang membuat Sin Hong nampak bingung dan juga membuat hatinya perih, kebenciannya memuncak. Ketika ia memeriksa Soan Li lebih teliti untuk melihat sampai di mana racun itu menguasai tubuh gadis ini, ia mendapat kenyataan yang amat mengejutkan, yaitu bahwa Gak Soan Li ternyata telah mengandung! Ia benar-benar merasa bingung sekali dan tidak berani ia bertanya siapakah ayah anak yang dikandung oleh Soan Li, karena ia takut bayangan sendiri, takut mendengar jawaban yang sudah dapat diduga.
Soan Li pasti akan menjawab bahwa ayah anak itu kalau bukan Wan Sin Hong tentu Gong Lam. Apa pun jawabannya, Sin Hong atau Gong Lam berarti... dia sendiri! Benar-benar Sin Hong menghadapi hal yang dapat membuat kepalanya berdenyut pusing.
Pada suatu hari Sin Hong dan Soan li tiba di dekat pantai dan tiba-tiba Sin Hong melihat kakek pengemis tua datang dari depan.
"Cam-kauw Locianpwe...!" Sin Hong berseru memanggil ketika ia mengenal orang tua ini.
Memang benar pengemis tua itu adalah Cam kauw Sin Kai, kakek yang sudah diangkat menjadi ketua dari Hek-kin-kaipang dan tinggal di Pulau Kim-ke tho. Biarpun kalau bertempur, mata kakek pengemis ini masih awas sekali melebihi mata orang muda, akan tetapi kalau mehhat jauh ia sudah kurang awas. Baru ia mengenaI Sin Hong setelah mendengar suaranya, maka cepat ia berlari menghampiri. Wajahnya muram dan nampaknya ada sesuatu yang amat penting sedang dipikirkan.
"Wan-sicu, selama ini kau dari mana saja dan siapa pula Nona ini?" tanyanya dengan suara keren dan juga pandang mata penuh kecurigaan. Melihat sekelebat saja Sin Hong dapat menduga bahwa berita tentang "kejahatannya" tentu sudah tersiar luas dan kiranya sudah sampai di Pulau Kim-ke tho. Maka ia tersenyum duka ketika menjawab.
"Sudahlah, Cam-kauw Locianpwe, aku benar-benar mengharap kau orang tua tidak ikut-ikutan menyangka aku melakukan hal yang bukan-bukan. Aku sendiri sedang bingung memikirkannya siapa iblisnya yang sudah merusak namaku dan aku banyak mengharapkan bantuan Locianpwe untuk memecahkan rahasia ini."
Lenyap bayangan muram di wajah Cam-kauw Sin-kai.
"Lohu memang percaya penuh kepadamu, Sicu. Aku telah mencalonkan Sicu sebagai bengcu, tak mungkin aku memilih keliru. Coba kau katakan apa yang telah terjadi, dan siapa pula Nona ini?"
"Dia ini adalah Gak Soan Li Siocia, murid dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le." Sin Hong memperkenalkan Soan Li yang berdiri termenung tanpa memandang kakek itu dan seakan-akan tidak mendengar semua percakapan tadi. Kemudian tanpa menyembunyikan sesuatu, dengan singkat Sin Hong menuturkan pengalamannya.
"Di mana-mana aku mendengar tentang kejahatan kejahatan keji yang dilakukan oleh seorang penjahat bernania Wan Sin Hong. Aku sudah berdaya sekuatnya untuk mencari orang yang merusak namaku, namun sia-sia. Penjahat itu benar-benar lihai dan cepat gerakannya atau mungkin juga ia mempunyai banyak kaki tangan sehingga selalu aku menangkap angin. Bahkan ia telah menggunakan seorang gadis kaki tangannya untuk sengaja mengaku telah kuganggu, mengadu di depan para locaianpwe dan Ciangbunjin dari partai-partai besar. Dan Nona Gak ini, dia telah pula mengaku bahwa dia dirusak oleh Wan Sin Hong, ketika aku memeriksanya ternyata dia telah dirusak ingatannya oleh racun jahat. Oleh karena itu aku membawanya ke sini untuk mencoba mengobatinya."
Cam-kauw Sin-kai mendengarkan semua itu dengan muka berkerut.
"Jahanam betul iblis itu!" makinya.
"Dan keadaan untukmu buruk sekali, Sicu. Kalau sudah ada saksi yang mengaku menjadi korbanmu, mengaku di depan para ciangbunjin, hmm, hal ini bukan urusan kecil!" Kemudian ia berkata perlahan.
"Kulihat Nona Gak ini seperti berada di bawah pengaruh sihir, biar aku akan mencoba menghilangkan pengaruh itu kalau dapat." Setelah berkata demikian, ia melangkah ke depan mcnghampiri Soan Li, lalu memanggil dengan suara berpengaruh dan pandang mata tajam menatap nona itu.
Pedang Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona Gak Soan Li...!!" Sin Hong merasa betapa besar wibawa yang terkandung dalam suara panggilan ini, maka ia berdiri menonton dengan kagum. Tak disangkanya bahwa pengemis ini ternyata seorang ahli hoatsut (sihir) yang memiliki Iweekang dan khikang tinggi.
Tadinya Soan Li seperti tidak memperdulikan sesuatu, namun mendengar suara panggilan ini, tiba-tiba ia memutar tubuh menghadapi Cam-kauw Sin-kai. Padahal biasanya ia telah lupa akan namanya sendiri! Cam-kauw Sin-kai kini memandang dengan mata seperti mengeluarkan api, bibirnya berkemak-kemik, jari-jari tangannya membuat gerakan-gerakan aneh ke arah Soan Li. Ajaib, nona itu berdiri bagaikan patung dan kedua matanya perlahan-lahan dipejamkan, tubuhnya bergoyang-goyang seperti pohon cemara tertiup angin, seperti hendak roboh ke kanan ke kiri. Setelah mengeluarkan kata-kata pelahan, kata-kata rahasia dalam ilmu hoatsut yang tak dimengerti oleh Sin Hong Cam-kauw Sin-kai lalu mengeluarkan kata-kata pertanyaan,
"Kau bernama Gak Soan Li. ingat kau bernama Gak Soan Li, Gak Soan Li...." Suaranya demikian berpengaruh menyeramkan sehingga Sin Hong sampai merasa kulit punggungnya dingin menebal.
"Aku Gak Soan Li...." Gadis ini menjawab dengan suara lemah menyerah.
"Kau murid Hwa I Enghiong Go Ciang Le...." kembali Cam-kauw Sin-kai menuntun untuk mengembalikan ingatan Soan Li.
"Aku murid Hwa I Enghiong Ciang Le Suhu...." gadis itu menjawab. Cam-kauw Sin-kai berkemak-kemik matanya makin tajam menatap wajah Soan Li, kemudian tangan kanannya diangkat dan telunjuknya menuding, lalu katanya berpengaruh sekali.
"Nona Gak Soan Li, sekarang ceritakan apa yang telah kaualami, siapa yang telah merusak dan mengganggumu!"
Sin Hong merasa tegang, seluruh perhatiannya dicurahkan. Ingin sekali ia mendengar apa yang hendak diucapkan oleh gadis itu. Gadis itu kembali tubuhnya bergoyang-goyang, wajahnya perlalahan menjadi pucat dan tiba-tiba mengeluarkan suara mengeluh dan terisak sedih sekali! Sin Hong merasa kasihan dan hendak melangkah maju, akan tetapi tangan kiri Cam kauw Sin-kai memberi isyarat menahannya. Kemudian terdengar Soan Li bicara, suaranya perlahan setengah berbisik, matanya masih meram dan tubuhnya menggigil.
"Gelap sekali... kepalaku pening... tubuhku lemas kedua pahaku masih sakit. Dia... jahanam keparat Wan Sin Hong... dia mengaku bernama Wan Sin Hong, aku harus membunuhnya, harus membalas dendam, mencuci noda dengan darahnya!" Soan Li nampak bersemangat, kedua tangannya dikepalkan, tubuhnya menegang kemudian ia nampak lemas dan lemah kembali, wajahnya berubah, menjadi manis dan tersenyum-senyum berkata lambat-lambat.
"Lam-ko, kau oranglah yang baik terhadapku... biar pun rupamu agak berubah, karena kau bernama Gong Lam, aku... aku cinta kepadamu... Lam-ko, tahukah kau... tak lama lagi kita mempunyai anak...!"
"Cukup!" Sin Hong membentak sambil melompat maju.
"Sicu, jangan...!" Cam-kauw Sin-kai melarang dan tangannya bergerak mendorong. Akan tetapi Sin Hong menyampok tangan ini dan akibatnya Cam-kauw Si kai mencelat sampai dua tombak terhuyung-huyung ke belakang!
Soan Li menjerit, pengaruh yang mencengkeram dirinya terlepas, tubuhnya terguling dan ia pingsan dalam pelukan Sin Hong!
"Wan-situ, mengapa kau menghalangi usahaku menyembuhkannya?" tanya Cam kauw sambil memandang heran kepada pemuda itu.
"Locianpwe, dia sudah menderita hebat, apakah masih perlu dia harus membuka rahasianya yang memalukan?"
Cam-kauw Sin-kai mengangguk-angguk, lalu mengelus elus jenggotnya dan berkata lambat.
"Sudah jelas sekarang, Gak-Siocia telah dinodai oleh seorang penjahat yang ditempat gelap mengaku bernama Wan Sin Hong. Tentu seorang penjahat yang sengaja menggunakan namanya untuk merusak namamu, Sicu. Di samping itu, agaknya Gak-siocia mempuui kekasih bernama Gong Lam dan...dan agaknya hubungan mereka itu mendalam sehingga Gak-siocia sampai" mengandung...." Ia mengerutkan kening.
"Hanya aku masih heran dan tidak mengerti siapakah Gong Lam ini...."
Pada saat itu, Soan Li membuka matanya. ia berada di dalam pelukan Sin Hong, tiba-tiba ia berteriak dengan suara girang,
"Lam ko...!" Soan Li kegirangan bukan main sampai ia memeluk leher Sin Hong dan menciumi pemuda itu sambil bercucuran air mata!
Sin Hong terharu.
"Gak-siocia, agaknya kau telah ingat kembali...." Tiba-tiba Sin Hong melepaskan pelukannya membalikkan tubuh memandang kepada Cam kauw Sin-kai dengan muka kemerahan. Seperti telah diduganya, Cam kauw Sin kai berdiri dengan mata terbelalak memandang pemuda itu, sinar matanya memperlihatkan kemarahan.
"Jadi... jadi kaukah orangnya, Sicu...?
Sin Hong cepat mengangkat kedua lengannya dan menggoyang-goyangkan kedua tangan "Tidak, tidak, bukan aku, Locianpwe! Aku tidak pernah melakukan perbuatan terkutuk itu...!" Sin Hong menjadi bingung dan gagap.
"Aku tidak pernah mengganggu Gak-siocia...."
Soan Li melompat dekat dan memegang lengan Sin Hong.
"Lam-ko, bagai mana kau berkata demikian? Bukankah aku sudah menjadi isterimu...? Lam ko siapa Locianpwe ini? Dan mengapa kau bicara seperti itu?"
Sin Hong tak dapat menjawab karena Cam-kauw Sin-kai sudah menjadi marah sekali mendengar kata-kata Soan Li dan sudah menyerang Sin Hong dengan tongkatnya. Dan lagi, bagaimana ia menjawab? ia berada dalam kedudukan yang amat sulit. Terpaksa Sin Hong melayani Cam kauw Sin-kai karena serangan-serangan kakek itu bukanlah serangan yang boleh dipandang ringan. Ilmu tongkat kakek ini luar biasa sekali dan Sin Hong harus mengeluarkan kepandaiannya kalau tidak ingin mendapat kemplangan pada kepalanya atau bagian lain yang berbahaya.
Cam-kauw Sin-kai merasa kecewa jengkel, dan marah sekali. Tadinya ia amat kagum kepada pemuda itu, dan sudah diambil keputusan untuk memilih pemuda itu sebagai calon bengcu. Ia kagum karena dalam usia sedemikian muda, pemuda itu telah memiliki kepandaian luar biasa, dan sebagai ahli waris dari Pak Kek Siansu, memang sudah tepat kiranya kalau Wan Sin Hong menjadi Bengcu, mengepalai seluruh orang gagah di dunia kang-ouw. Bahkan ketika ia mendengar desas-desus tentang penjahat muda yang baru muncul dan bernama Wan Sin Hong, ia merasa kaget akan tetap masih tidak percaya. Oleh karena itu ia sengaja meninggalkan Pulau Kim-ke-tho untuk menyelidikinya sendiri.
Ternyata kepercayaannya tidak sia-sia pemuda itu sama sekali bukan penjahat dan ia percaya bahwa tentu ada musuh rahasia yang sengaja merusak nama baik Wan Sin Hong. Akan tetapi siapa kira, tak tahunya pemuda itu ternyata merupakan seorang hidung belang, seorang rendah watak dan lemah iman sehingga sampai hati merusak dan mempermainkan seorang gadis seperti Ga Soan Li yang berada dalam keadaan setengah gila! Apalagi kalau ia ingat bahwa Gak Soan Li adalah murid Hwa I Enghiong! Saking kecewa dan marahnya, Cam-kauw Sin-kai mengerahkan seluruh kepandaian untuk merobohkan pemuda ini, yang melawannya dengan tangan kosong dan hanya main kelit saja.
"Locianpwe, kau salah sangka, hentikanlah serangan-seranganmu," kata Sin Hong berkali-kali. Akan tetapi sebagai jawaban, tongkat yang lihai dan Iawannya itu meluncur cepat menotok ke arah lehernya. Sebuah serangan yang amat berbahya. Namun, dengan hanya mendoyongkan tubuh ke kanan dan menyampok dengan tangan kirinya, Sin Hong dapat menghindarkan bahaya dan tongkat itu menyeleweng. Akan tetapi Cam-kauw Sin-kai menyerang terus, mengeluarkan jurus-jurus yang paling berbahaya sehingga tongkatnya berubah menjadi gulungan sinar yang membungkus tubuhnya dan yang menyambar-nyambar mengurung Sin Hong.
Setelah mempelajari ilmu-ilmu yang tinggi dari kitab peninggalan Pak Kek Siansu, Sin Hong menjadi "keranjingan" ilmu silat. Kini menghadapi desakan Cam-kauw Sin-kai, ia menjadi gembira melihat ilmu silat yang aneh dan lihai ini, maka diam-diam ia memperhatikan bahkan mempelajari dasar-dasar gerakannya sambil mengelak ke sana ke mari mengandalkan kegesitan tubuhnya yang luar biasa.
Soan Li tadinya menjadi bengong. Kini ingatannya mulai bekerja kembali dan seingatnya, Gong Lam adalah seorang pemuda yang bodoh, tolol. Bagaimana sekarang dapat menghadapi serangan yang demikian dahsyat dari kakek ini? Bukan main girang dan juga terkejut campur kagum rasa hatinya melihat bahwa kekasihnya itu ternyata memiliki kepandaian silat yang amat tinggi. Melihat Sin Hong makin dikurung oleh sinar tongkat, ia lalu mencabut pedangnya yang memang tidak diambil oleh Hong Ji dan masih tersembunyi di balik bajunya, lalu melompat ke dalam kalangan pertempuran sambil membentak,
"Jembel tua bangka, jangan ganggu suamiku!" Pedangnya berkelebat dan menyerang Cam-kauw Sin-kai yang menjadi terkejut sekali karena serangan gadis itu memang cepat dan dahsyat. Hal tidak aneh karena Soan Li mempergunakan ilmu pedang warisan gurunya yaitu berdasarkan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang.
Melihat Soan Li turun tangan terhadap Cam-kauw Sin-kai, Sin Hong menjadi makin bingung dan ia segera mundur. Ia merasa jengkel sekali, jengkel terhadap Cam-kauw Sin-kai yang menuduhnya yang bukan-bukan, juga marah terhadap Soan Li yang mendadak menganggapnya sebagai suaminya! Lebih baik kutinggalkan mereka, pikirnya dengan gemas. Akan tetapi tiba-tiba ia melihat bayangan tiga orang dan bukan main girang hatinya ketika melihat bahwa seorang di antara mereka adalah Lie Bu Tek. Dua orang lain adalah sepasang pendekar setengah tua yang amat gagah sikapnya. Yang wanita segera membentak.
"Soan Li jangaa kurang ajar! Hentikan seranganmu!" Soan Li tersentak kaget mendengar suara ini. Ia menahan pedangnya, menengok dan melihat sepasang pendekar itu, ia cepat menjatuhkan diri berlutut sambil menangis,
"Suhu".. suhu..."
Sementara itu, Lie Bu Tek menegur dengan suara yang tidak enak sekali didengar.
"Sin Hong, dari mana saja kau?"
Ketika Sin Hong memandang ternyata Lie Bu Tek dan sepasang pendekar itu memandangnya dengan sinar mata marah dan ragu. Sin Hong maklum apa yang mereka pikirkan. Tentu telah mendengar berita tentang "kejahatannya," pikirnya. Dan ia dapat menduga siapa adanya sepasang pendekar itu setelah mendengar sebutan Soan Li tadi. Inilah kiranya Hwa I Enghiong Go Ciang Le dan isterinya, pendekar besar yang tiada taranya. Sin Hong memperhatikan dan memandang tajam kepada Ciang Le. Dua pasang mata yang tajam berpengaruh bertemu, dua pasang mata dari dua orang murid Pak Kek Siansu.
Sementara itu, Soan Li yang berlutut dan menangis, tiba-tiba menahan tangisnya dan memandang dengan pucat, sebentar ke arah Lie Bu Tek lalu kembali kepada Sin Hong. Panggilan yang diucapkan oleh Lie Bu Tek tadi membuatnya bingung dan kaget. Mengapa Gong Lam disebut "Sin Hong" oleh orang tua buntung itu?
"Gihu, aku telah mengalami hal-hal yang amat pahit dan tidak menyenangkan," jawab Sin Hong kepada ayah angkatnya sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi.
Cam-kauw Sin-kai melangkah maju dan berkata dengan suara keras.
"Lie Bu Tek Taihiap, di dunia ini memang banyak terjadi hal-hal yang mengecewakan dan bertentangan dengan harapan kita. Puteramu ini ternyata telah tersesat jauh sekali dan mengecewakan hati, sayang sekali.
Lie Bu Tek menjadi pucat, dan memandang kepada Sin Hong dengan mata terbelalak.
"Jadi benar-benarkah semua berita yang kudengar di mana-mana tentang dirimu"..?"
"Semua itu bohong, Gihu...!" kata Sin Hong dengan tenang dan tetap.
"Memang mungkin sekali dia tidak melakukan semua kejahatan itu, mungkin ada orang lain yang segaja merusak namanya. Akan tetapi dia... ah, Sam-wi (Tuan Bertiga) tanya saja kepada Gak Siocia apa yang telah ia lakukan terhadap diri Gak-Siocia."
Kim Ciang Le yang membuka mulut, menghampiri Soan Li sambil bertanya, suaranya tenang berpengaruh.
"Soan Li, apakah yang terjadi? Apakah yang telah dilakukan oleh pemuda ini terhadapmu?"
Kembali Soan Li terisak menangis. Ia masih merasa pening kepalanya, lagi dibingungkan oleh panggilan Lie Bu Tek terhadap pemuda yang dianggapnya bernama Gong Lam dan menjadi "suaminya" itu. Ia makin bingung dan kwatir menghadapi pertanyaan gurunya, ia menangis.
"Suhu dan Subo... ampunkan dosa teecu..." Kemudian ia menyusut air matanya menekan perasaannya dan melanjutkan.
"dalam perjalanan teecu menemui bencana, teecu bertemu dengan Giok Seng Cu, bertempur dan kedua tulang paha teecu dipukul remuk oleh Giok Se Cu."
Sampai di sini terdengar Liang Bi Lan berseru perlahan mengutuk Giok Se Cu, akan tetapi Ciang Le tenang-tenang saja, memandang kepada muridnya tanpa berkedip seakan-akan hendak menyelidiki sampai di mana kebenaran cerita muridnya.
"Teruskan!" katanya.
"Teecu tentu binasa kalau tidak ditolong oleh Lam-ko... oh, oleh pemuda itu yang bernama Gong Lam yang ternyata memiliki kepandalan mengobati tulang patah." Ia menunjuk kepada Sin Hong yang berdiri sambil menundukkan muka. Semua orang memandang kepada Sin Hong dengan kening dikerutkan, akan tetapi tidak ada yang membuka mulut karena ingin mendengar lanjutan penuturan Soan Li.
"Kemudian Engko Gong Lam ini meninggalkan teecu dan teecu diculik oleh Giok Seng Cu. Teecu melawan akan tetapi tidak berdaya karena kedua paha teecu masih luka. Teecu pingsan dan tahu-tahu teecu telah terjatuh ke dalam tangan penjahat Wan Sin Hong, teecu tak berdaya...." Ciang Le dan Bi Lan saling pandang. Lie Bu Tek memandang kepada Sin Hong dengan wajah sebentar merah sebentar pucat.
"Tenanglah dan lanjutkan penuturanmu," kata Ciang Le kemudian sambil mengerling ke arah Sin Hong. Pemuda itu masih menundukkan kepalanya, agaknya amat memperhatikan cerita Soan Li. Ia diam-diam girang sekali dapat mendengar penuturan yang jelas setelah Soan Li pulih ingatannya, karena tadi Soan Li tak pernah dapat menceritakan pengalamannya ini.
"Kembali muncul Lam-ko ini. Soan Li menoleh ke arah Sin Hong, pandang matanya agak ragu-ragu, lalu melanjutkan.
"entah mengapa, teecu rasa pening sekali mungkin karena teecu merasa sakit hati dan benci kepada penjahat Wan Sin Hong. Baiknya Engko Gong Lam berlaku amat... mencinta, merawat luka di paha teecu sampai sembuh. Bukan itu saja, bahkan... bahkan dia masih tetap... mencinta teecu sungguhpun teecu telah dinodai oleh penjahat Wan Sin Hong. Kemudian... kemudian teecu dan Lam-ko bersumpah menjadi suami-isteri, kami saling mencinta dan... teecu telah telah mengandung. Suhu, Subo.... mohon ampun atas segala dosa teecu, dan mohon dibalaskan sakit hati teecu kepada Wan Sin Hong si keparat jahanam!" Sunyi di situ setelah Soan LI berhenti bercerita, hanya terdengar isak tangis Soan Li. Semua mata memandang Sin Hong, penuh kebencian.
"Nah, itulah!" kata Cam-kauw Sin-kai "Mungkin sekali ada orang memakai nama Wan Sin Hong, akan tetapi kalau ada pula yang memalsu nama Gong Lam, ini tak masuk di akal"
"Sin Hong, apa jawabmu terhadap ini semua? Benarkah kau menolong Nona Gak dengan mengaku bernama Gong Lam?" tanya Lie Bu Tek, suaranya gemetar saking menahan amarah.
Sin Hong mengangguk.
"Memang betul, Gihu. Memang akulah yang menolongnya dari ancaman Giok Seng Cu, aku pula yang mengobati kedua pahanya. Akan tetapi selanjutnya, semua cerita itu bohong dan tidak betul! Harap diingatbahwa Nona Gak ini telah diracun orang, ingatannya sampai hilang dan baru tadi saja ia ingat kembali setelah mendapat pengobatan sihir dari Cam-kauw Locianpwe. Akan tetapi ingatannya masih belum baik betul dan ia bicara secara mengaco. Semua tidak betul!"
"Lam-ko...!" Soan Li berdiri dan menghampiri Sin Hong, memeluk pundaknya dan memandang mesra, tercampur gelisah.
"Lam-ko... kau suamiku mengapa bicara seperti itu? Bukankah kau telah bersumpah bahwa apa pun telah terjadi dengan diriku, kau tetap mencintaiku? Lam-ko, ingat... anak kita...." Sin Hong menggigit bibirnya. Ia marah dan jengkel sekali, akan tetapi tidak tega untuk melemparkan Soan-Li. Hanya dilepaskan lengan tangan Soan Li yang memeluknya, dilepaskan dengan perlahan.
"Nona. kau tenang dan mengasolah baru kelak bercerita kalau kau tidak pusing. Pandanglah aku baik-baik, benar-benarkah aku orang yang kauanggap sebagai Gong Lam suamimu itu? Jangan kau ikut-ikutan merusak namaku, Nona. Aku kasihan kepadamu, akan tetapi kalau untuk menolongmu aku harus mengaku yang bukan-bukan, nanti dulu...." Soan Li menjerit dan melangkah mundur dengan muka pucat.
"Lam-ko...!" suaranya setengah berbisik, keadaannya amat memilukan. Liang Bi Lan menggerakkan kedua kakiya dan bagaikan seekor burung ia telah berada di depan Sin Hong.
"Orang muda, muridku sudah bicara jelas. Apakah kau begitu rendah untuk menyangkal pula?" bentaknya tegas. Sin Hong menjura.
"Sudah lama siauw-te mendengar kebesaran nama Hwa I Enghiong Go Ciang Le dan Sian-Li Liang Bi Lan, sepasang pendekar besar yang adil dan bijaksana. Mana siauw-te berani berlaku kurang ajar? Tentang Gak Siocia ini, dia memang benar-benar masih belum waras ingatannya, kalau tidak percaya siauwte dapat membuktikannya." Kemudian Sin Hong menghampiri Soan Li dan bertanya halus,
"Nona, kau mengaku bahwa kau telah diganggu oleh Wan Sin Hong, bukan?" Soan Li mengangguk, memandang kepada Sin Hong dengan sepasang mata terbelalak dan muka pucat, seperti orang terheran-heran.
"Dan kau mengaku telah menjadi isteri dari Gong Lam?"
"Lam ko, bagaimana kau bisa bertanya begini?......... Kau sendiri orangnya yang...."
"Dengarlah, Gak Siocia. Siapa kaukira aku ini? Aku adalah Wan Sin Hong tulen, orang yang kautuduh telah menodaimu! Kau bilang telah dinodai oleh Wan Sin Hong dan telah diperisteri oleh Gong Lam. Akulah Wan Sin Hong dan aku pula Gong Lam, akan tetapi bukan orang yang menodaimu dan bukan aku pula orang yang memperisterimu!" saking jengkelnya, lenyap rasa kasihan di hati Sin Hong dan pemuda ini membentak bentak marah.
Soan Li seperti disambar petir mengeluarkan suara ah-ah, uh-uh, memandang ke sana ke mari seperti kelinci ketakutan minta perlindungan, bingung dan tidak mengerti, remuk rendam kalbunya dan akhirnya gadis yang bernasib malang ini menjadi lemas dan roboh tak sadarkan diri!
Liang Bi Lan menolong muridnya dan Go Ciang Le maju menghadapi Sin Hong. Kening pendekar ini berkerut tanda hatinya risau dan tak senang.
"Wan Sin Hong, aku telah banyak mendengar dari Lie Bu Tek Toako tentang dirimu dan aku kecewa melihat kenyataannya. Kau telah beruntung menjadi ahli waris kitab peninggalan Suhu Pak Kek Siansu akan tetapi sebagai murid Suhu kau mengecewakan. Dahulu mendiang Suhu sering kali berkata bahwa seorang laki-laki sejati tidak diukur dari kepandalannya, melainkan dari sikapnya, berani bertanggung jawab dan memikul akibat daripada segala macam perbuatannya. Dengan menggunakan nama Gong Lam kau telah menjatuhkan hati Soan Li dan memperlakukannya sebagai isteri, bahkan dia telah mengandung calon anakmu. Akan tetapi kau tidak mau mengaku hmm, benar-benar rendah sekali."
"Suheng, siauwte masih terhitung adik seperguruanmu, maka siauwte menaruh rasa hormat terhadap Suheng seperti hormatku kepada mendiang Suhu yang belum pernah siauwte lihat. Biarpun masih muda dan bodoh, siauwte mengerti pula tentang pribadi dan kebenaran, tentang kegagahan dan keadilan. Siauwte benar benar tidak pernah melakukan semua perbuatan yang dituduhkan oleh Nona Gak, bagaimana siauwte harus mengaku?"
Pendekar Budiman Eps 8 Memburu Iblis Eps 19 Memburu Iblis Eps 34