Ceritasilat Novel Online

Kereta Berdarah 14

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 14


Ditengah suara bentakan yang amat keras itu tubuhnya
pun menubruk ke depan, pedang merahnya laksana sambaran
kilat menghajar ke arah punggung si pemuda mengancam
pada jalan darah "Leng Thay Toa Hiat"-nya.
Si jaring emas penguasa langit Phoa Thian-cu pun dengan
mengambil kesempatan itu maju mendesak diri sang pemuda,
jaringan emasnya segera disebarkan ke atas kepalanya.
Koan Ing segera menangkis datangnya serangan tongkat
pualam dengan menggunakan cambuknya, sedang tangan
kanannya dihentakkan ke depan dan berbalik tubuhnya
melancarkan serangan kilat dengan menggunakan tiga bilah
pisau terbang, Dua batang menghajar ke arah Yuan Si Tootiang, sedang
sebilah lagi mengancam diri Phoa Thian-cu,
Yuan Si Tootiang yang melihat datangnya serangan pisau
terbang itu buru-buru menggetarkan sepasang lengannya
untuk menghindarkan diri dari ancaman bahaya maut itu,
tangannya kemudian membalikkan pedang merahnya dengan
membentuk gerakan setengah busur ditengah udara langsung
menusuk ke arah dada Koan Ing.
Koan Ing yang pada saat ini telah kehilangan pedang Kiemhongkiamnya, merasa tidak leluasa di dalam gerakan
serangannya. Mendadak satu ingatan berkelebat di dalam
benaknya, "Kenapa aku tidak coba-coba untuk merebut
sebilah pedang?" pikirnya dihati.
Dengan gusarnya ia membentak keras, dan tangan
kanannya diajunkan ke depan maka sembilan bilah cahaya
keperak2an yang menyilaukan mata dengan cepat meluncur
ke depan dan membentuk gerakan setengah busur ditengah
udara lalu bersama-sama menerjang ke seluruh tubuh toosu
dari Bu-tong-pay itu. Melihat datangnya serangan tersebut Yuan Si Tootiang
merasa amat terperanjat, ia tidak mengira kalau Koan Ing bisa
mengeluarkan kepandaiannya untuk melawan dia orang dan
karena selama ini belum pernah ia menemui jurus serangan
yang sedemikian aneh dan saktinya apalagi datangnya
serangan kesembilan bilah pedang pendek itu amat cepat dan
sama sekali tidak memberi sedikit kesempatan buat dirinya
untuk menghindar. Dan dengan gusarnya ia membentak keras, pedangnya
dilintangkan di depan dada menangkis datangnya serangan
dari kesembilan pedang pendek tersebut.
"Triiing.... triiing.... " suara benturan yang amat nyaring
berkumandang memenuhi angkasa. kesembilan pedang
pendek itu ternyata berhasil dipunahkan ditengah angkasa,
kendati begitu separuh badannya telah dibuat kaku juga oleh
getaran dari kesembilan bilah pedang tersebut.
Kembali tubuh Koan Ing bagaikan bayangan setan saja
mendadak berkelebat ke depan, kelima jari tangannya laksana
kilat cepatnya mencengkeram ke arah tubuh pedang di
tangannya. Jien Kong Fang serta Phoa Thian-cu yang melihat kejadian
ini diam-diam merasa amat terperanjat, lepas tangan maju
mendadak dan mencengkeram pedang lawan semuanya
dilakukan KOan Ing hanya di dalam sekali gebrak saja, hal ini
membuat mereka berdua sama sekali tak mendapatkan
kesempatan untuk menghalangi gerakan dari pemuda
tersebut. Ditengah suara bentakan yang amat keras mereka berdua.
satu dari sebelah kiri yang lain dari sebelah kanan dengan
cepatnya menghajar tubuh Koan Ing.
Tujuan dari Koan Ing melepaskan kesembilan pedang
pendeknya tadi justru bermaksud untuk merebut pedang
pihak lawan, siapa sangka perubahan gerakan dari si kakek
bongkok dari daerah Si Ih serta sijaring emas penguasa iangit
dilakukan begitu cepatnya dan berada diluar sangkaan. Dan
dia tahu bilamana dirinya masih memaksa untuk merebut
pedang dari toosu tersebut, maka tak ampun lagi tubuhnya
pasti bakal menderita luka ditangan mereka berdua,
Tetapi kesembilan bilah pedang pendeknya tadi justru
disambit keluar guna merebut pedang, bilamana kesempatan
ini dibuang dengan sia2 pada saat ini, mungkin kesempatan
baik tidak bakal kunjung datang lagi.
Berbagai ingatan dengan cepatnya berkelebat dihatinya.
mendadak kelima jari tangan kanannya laksana kilat cepatnya
menyambar ke depan mencengkeram pedang Yuan Si
Tootiang, ditengah suara bentakan yang amat keras
pedangnya berhasil kena direbut sedang kaki kirinya
bersamaan waktunya melancarkan satu tendangan kilat
mengancam jaringan emas dari Phoa Thian-cu, sedang
tubuhnya laksana kitiran berputar ke sebelah kiri.
Sewaktu Koan Ing berhasil merebut pedang Yuan Si
Tootiang itulah jaringan emas dengan cepatnya sudah
menyambar kurang lebih beberapa inci dari batok kepalanya,
sedangkan tongkat pualam dari si kakek bongkok dengan
amat tepat berhasil menghadiahkan satu gebukan ke atas
punggung Koan Ing. Tubuh pemuda itu laksana kitiran dengan cepat berputar
sejauh tiga kaki, lalu dengan sempoyongan mundur dua
langkah ke belakang kemudian baru dapat berdiri tegak dan
dari tenggorokannya ia merasa darah segar selalu mendesak
ke atas. Buru-buru matanya dipejamkan rapat-rapat dan dengan
paksa menelan kembali darah yang mengucur keluar itu,
Dengan sempoyongan Yuan Si Tootiang pun mundur tiga
langkah ke belakang, dalam hati mereka bertiga merasa amat
kaget. Mereka tidak mengira kalau Koan Ing berhasil merebut
pedang Yuan Si Tootiang dengan kekerasan di bawah
kerubutan tiga orang jagoan lihay yang berkepahdaian amat
tinggi, hal ini selamanya belum pernah terjadi apa lagi Koan
Ing tidak lebih merupakan seorang pemuda yang baru berusia
dua puluhan.... Paras muka Koan Ing berubah jadi pucat pasi bagaikan
mayat, walaupun begitu dari sepasang matanya masih
memancarkan cahaya yang tajam bagaikan kilat menyapu
wajah ketiga orang itu, Si kakek bongkok dari daerah Sie Ih yang melihat gebukan
tongkatnya tadi sama sekali tidak menimbulkan reaksi apapUn
pada diri pemuda tersebut ia rada tidak percaya, sinar
matanya berkilat kemudian tanpa mengucucapkan sepatah
katapun secara tiba-tiba melancarkan serangan kembali
menghajar diri Koan Ing. Koan Ing menarik napas panjang-panjang, maka tubuhnya
dengan cepat menyingkir ke samping menghindarkan diri dari
serangan tongkat, siapa tahu saat itulah jaringan emas
kembali ditebarkan, maka diantara berkilatnya cahaya
keemas-emasan terasalah suasana yang amat berat dan
tekanan yang menyesakkan napas mengurung di sekeliling
tempat itu. Koan Ing yang berhasil mencekal sebilah pedang hatinya
semakin mantap, ia mendengus dingin. Tubuhnya tiba-tiba
mencelat ketengah udara, pedangnya dengan sejajar dada
menekan keujung pinggiran jaring emas itu
Inilah jurus "Ban Sin Beng To" atau selaksa malaikat
menenangkan ombak dari ilmu pedang "Thian-yu Khei Kiam".
Dengan kedahsyatan dari tenaga dalam yang dimiliki Koan
Ing pada saat ini ditambah dengan jurus-jurus pedang yang
diandalkan olehnya di dalam menjagoi Bu-lim, dimana bagian
yang ditekan tadi memaksa Phoan Thian Coe tidak berhasil
berganti jurus sebelum pedang dari pemuda itu terangkat.
Sewaktu Koan Ing gerakan badannya tadi si kakek bongkok
dari daerah Si Ih pun ikut menbabatkan tongkatnya ke depan,
toya pualamnya dengan membawa serentetan cahaya putih
yang menyilaukan mata mengancam punggung pemuda itu.
Koan Ing membentak keras, pedangnya ditarik lalu dengan
disertai dengan tenaga dalam penuh berkelebat membentuk
gerakan busur ditengah udara untuk menangkis datangnya
serangan musuh itu, inilah Jurus "Noe Ci Sin Kiam" atau dengan gusar kebaskan
pedang. Pedang dan tongkat dengan cepat bentrok jadi satu
sehingga menimbulkan bungaZ api dengan seluruh tenaga
Jien Kong Fang menekankan tongkatnya ke arah tubuh
pemuda tersebut, Dengan sejajar dada Koan Ing luruskan lengan kanannya
pedang merahnya disentilkan ke depan dengan keras lawan
keras mendorong diri Jien Kong Fang ke belakang.
Dalam hati sibongkok tua dari Si Ih merasa amat terperjat
walaupun ia pernah mendengar nama besar dari "Thian-yu
Khei Kiam" Kong Boen Yu dan pernah mendengar pula nama
dari ilmu pedang "Thian-yu Khei Kiam" tetapi ia sama sekali
tidak menyangka kalau ilmu pedang tersebut demikian
dahsyatnya. Koan Ing yang berhasil mendorong mundur Jien Kong Fang
baru saja hendak ganti jurus untuk melancarkan serangan
susulan tiba-tiba terdengarlah Yuan Si Tootiang mendengus
dingin, dan dengan menggunakan sebuah cambuk panjang dia
hendak menghajar batok kepalanya,
Melihat datangnya serangan cambuk itu kontan pemuda itu
mengerutkan alisnya rapat-rapat, cambuk itu bukan lain
adalah cambuk peraknya yang dibuang tadi. tidak dinyana
saat ini Yuan Si Tootiang sudah memungutnya untuk
digunakan menghadapi dirinya.
Dengan keras lawan keras Koan Ing putar tangannya dan
menangkis datangnya serangan cambuk itu dengan
menggunakan pedangnya. Jaringan emas serta tongkat pualam bersamaan pada
waktunya kembali melancarkan serangan dahsyat menjepit
dirinya. Koan Ing merasa hatinya bergidik, dia merasa bilamana
keadaannya demikian terus menerus sekalipun dirinya tidak
terkalahkan paling sedikit juga akan mati kepajahan, sekalipun
kepandaian silatnya lebih lihaypun tidak mungkin bisa
mengalahkan tiga orang jagoan lihay sekaligus di dalam
keadaan terluka parah. Pikirannya dengan cepat berputar, di dalam keadaan
seperti ini ia harus mempertingkat serangannya atau paling
tidak harus membinasakan Yuan Si Tootiang sibiang keladi
dari semua peristiwa. Baru saja Koan Ing melayang turun ke atas tanah tongkat
pualam disertai jaringan emas kembali menghantam datang,
ia segera bersuit panjang sedang pedang merahnya dengan
sejajar dada ditusukkan ke arah depan inilah jurus "Hay Thian
It Sian" atau langit dan laut satu garis yang merupakan jurus
bertahan paling jempolan.
Melihat pemuda itu menggunakan jurus tersebut. pikiran
mereka adalah sama, Koan Ing sama sekali tidak pinter
dengan tindakannya itu, ditengah suara bentakan yang amat
keras jaring emas dari sijaring emas penguasa langit serta
tongkat pualam dari sibongkok tua dari Si Ih bersama-sama
dibabatkan ke depan menangkis datangnya serangan pedang
dari Koan Ing. Walaupun jurus "Hay Thian It Sian" ini merupakan satu
jurus bertahan yang paling dahsyat dan kini jaring serta
tongkat mereka setelah menempel pada pedangnya sama
sekali tak bisa kerahkan tenaga, tetapi keadaan dari kedua
orang itu sudah mirip dengan anak panah yang ada di atas
busur yang setiap saat dapat dilancarkan keluar.
Kecuali bila Koan Ing tidak berganti jurus mereka berdua
tak bisa berbuat apa-apa, seandainya tidak begitu pemuda itu
sedikit bergojang saja maka tenaga mereka berdua akan
laksana menggulungnya ombak disungai Tiang Kang
menggempur tubuhnya dengan amat dahsyat.
Yuan Si Tootiang yang cambuknya kena dihantam balik
oleh pedang Koan Ing membuat darahnya menjadi panas.
nafsu membunuh mulai berkilatan memenuhi sinar matanya.
Tiba-tiba ia menggetarkan kembali cambuknya ketengah
udara lalu dengan membentuk gerakan satu lingkaran
menghajar ubun2 dari Koan Ing.
Kali ini ia melancarkan serangan dengan seluruh tenaga,
bilamana Koan Ing sampai tidak lepas pedang mungkin ia
bakal terluka ditangannya.
Dan di dalam hati pemuda itu sudah ada perhitungan maka
pedangnya tetap menangkis datangnya serangan dari jaring
emas penguasa langit serta si kakek bongkok, tetapi begitu
serangan cambuk Yuan Si Tootiang tiba di hadapannya tahutahu
jari kirinya diangkat ke atas melancarkan tiga buah
sentilan gencar dan mencengkeram ke arah ujung cambuk
tersebut. Yuan Si Tootiang jadi amat terperanjat dan buru-buru
tangan kanannya ditarik ke belakang, tapi siapa tahu
tarikannya ini tak berhasil sebaliknya membuat cambuk
tersebut tertarik menegang.
Pedang ditangan kanan Koan Ing dengan menggunakan
jurus bertahan yang paling rapat untuk menghalangi dua
serangan dari dua orang jagoan tinggi. Sedang tangan kirinya
dengan mengerahkan tenaga dalam yang paling mengejutkan
menahan cambuk perak itu dengan paksa.
Dengah demikian seorang diri ia telah melawan serangan
dari tiga orang jagoan lihay sekaligus.
Ketiga orang itu merasa hatinya pada bergidik, dengan
nama besar mereka bertiga ternyata tak berhasil menghadapi
seorang pemuda seperti Koan Ing, bagaimana mungkin
mereka masih ada muKa untuk tancapkan kakinya kembali di
dalam dunia persilatan"
Apalagi bilamana urusan ini sampai dibicarakan orang lain
mungkin akan menuak nama besar mereka bertiga.
Nafsu membunuh kembali berkelebat dari sepasang mata
Yuan Si Tootiang, dia membentak dengan dinginnya.
Cambuk ditangan kanannya dengan melingkar dua
lingkaran besar tiba-tiba menyambar ke arah Koan Ing sedang
tubuhnya bersamaan itu pula mendesak ke arah pemuda
tersebut. Sepasang telapaknya dengan sejajar dada didorongkan ke
depan, segulung hawa pukulan berwarna merah darah
bagaikan menggulungnya ombak ditengah samudera
menghajar tubuh lawannya.
Inilah ilmu khie-kang "Hwee Hiat Chiet Sah Kang Khie" dari


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Budak Berdarah dari balik kegelapan tempo hari.
Dengan gusarnya Koan Ing bersuit nyaring tangan kirinya
digetarkan dengan sepenuh tenaga sehingga cambuk tersebut
jadi menegang laksana sebuah pit baru kemudian dengan
dahsyatnya menghajar ke atas tongkat pualam serta jaringan
emas, dan bersamaan waktunya pula tiba-tiba ia menarik
kembali pedangnya lalu dengan menggunakan jurus "Giok Sak
Ci Hun" atau hancur lebur bagai abu menusuk ke depan
dengan sejajar dada. Begitu serangan pedang dilancarkan ke depan, ditengah
udara segera bergemalah suara ledakan yang membelah
bumi, pedang berwarna merah itu dengan cepatnya meluncur
ke depan menyambut datangnya tubuh Yuan Si Tootiang.
Melihat kejadian itu Yuan Si Tootiang menjerit kaget, ia
sama sekali tak menyangka kalau Koan Ing hendak mengadu
jiwa dengan dirinya, ia tahu bilamana dirinya menerima
serangan tersebut walaupan Koan Ing akan terluka tetapi ia
sendiripun bakal binasa di ujung pedangnya.
Ooo)*(ooO Bab 48 MAKA pukulannya dengan cepat ditarik, sedang lengannya
ditekankan kebawah, diantara berkelebatnya bayangan merah
ia sudah paksakan diri mencelat ke arah sebelah atas.
Saat ini Koan Ing memang bermaksud untuk melukai
dirinya, sudah tentu kesempatan yang demikian baiknya tidak
sampai dilepaskan dengan begitu saja, tanpa memperduli lagi
dibelakeng tubuhnya masih ada musuh tangguh dengan
gusarnya ia meraung keras dan mengejar diri Yuan Si
Tootiang. Gerakan Koan Ing ini amat cepat bagaikan kilat, walaupun
Yuan Si Tootiang sudah menguniurkan diri tetap Koan Ing
masih mengejar terus tanpa ampun hal ini memaksa ia tak
sempat lagi untuk melancarkan pukulannya dan hanya berdiri
termangu-mangu dengan terperanjat.
Koan Ing yang dikarenakan hendak mengejar diri Yuan Si
Tootiang telah menarik kembali jurus "Hay Thian It Sian" nya
saat ini mungkin sanggup untuk menahan serangan dahsyat
dari Phoa Thian-cu itu Kokcu dari lembah Chiet Hin Kok serta
si kakek bongkok dari daerah Si Ih"
Tenaga pukulan dari keJua orang itu laksana
menggulungnya ombak raksasa ditengah lautan dengan
cepatnya menggulung ke arah depan.
Koan Ing yang hendak mengejar diri Yuan Si Tootiang
tahu-tahu diri belakang tubuhnya terasa satu tenaga besar
menghisap dirinya ia jadi amat terkejut. Walaupun hal ini
sudah diduga sejak semula tetapi sebelum maksudnya
tercapai bagaimana mungkin ia suka menyerahkan nyawanya
dengan begitu saja" Suara suitannya berhenti, lalu disusul dengan dengusan
berat, pedangnya dengan disertai tenaga penuh meluncur dari
tangannya menghajar tubuh Yuan Si Tootiang.
Bersamaan waktunya ia berkelebat ke samping dan
balikkan tubuh menyambut datangnya serangan gencar dari
kedua orang itu. Baru saja Koan Ing memutar tubuhnya setengah lingkaran,
tenaga pukulan itu telah menghantam datang.
"Braaak....!" dengan dahsyatnya bentrokan terjadi ditengah
udara, tubuh pemuda itu laksana layang-layang yang putus
benang, segera terpental jatuh dan menumbuk sebuah batu
cadas yang amat besar. Ia merasakan seluruh persendian otot maupun tulangnya
jadi berantakan, pandangannya jadi gelap dan hampir-hampir
ia jatuh tidak sadarkan diri.
Dan tiba-tiba terdengarlah suaraa bentakan yang keras
bergema memenuhi angkasa, segulung hawa pukulan dengan
dahsyatnya menghantam ke arah tubuhnya.
Tetapi pada saat yang bersamaan pula terdengar suara
seseorang berteriak keras:
"Tahan!" Tapi dengan menggunakan seluruh tenaga Koan Ing sudah
berkelebat dan mencelat sejauh lima, enam depa, walaupun
begitu tak tertahan lagi darah segarpun muncrat keluar
memenuhi permukaan tanah.
Dengan paksakan diri ia mencekal batu cadas dan
merangkak bangun, terlihatlah waktu itu ada berpuluh-puluh
titik hitam serta titik putih berputaran ditengah udara
kemudian berbentuk jadi tiga sosok bayangan manusia yang
kabur. Ketika pandangannya jadi jelas kembali maka tampaklah
olehnya Phoa Thian-cu serta si kakek bongkok dari daerah Si
Ih lagi memandang ke arahnya dengan pandangan terkejut
bercampur gusar, sedang Yuan Si Tootiang dengan wajah
berubah pucat pasi lagi bersandar di samping sebuah pohon
dan memandang ke arahnya dengan pandangan dingin, di
atas dada sebelah kanannya tertancaplah sebilah pedang yang
menembus hingga pada gagangnya.
Melihat hasilnya itu Koan Ing merasa rada kecewa, karena
timpukannya tadi ternyata tidak berhasil membinasakan
dirinya Yuan Si Tootiang.
"Koan Ing!" terdengar Yuan Si Tootiang berkata dengan
dinginnya sambil menutupi mulutnya yang luka dan masih
mengucurkan darah dengan amat derasnya. "Pertempuran kali
ini sudah cukup untuk mengangkat namamu sebagai jagoan
nomor wahid di kolong langit, cuma sayang tusukanmu ini
tidak tepat, sehingga tidak sampai membinasakan diriku. Kau
pun harus tahu kalau aku tidak ingin kau mati di dalam
sekejab!" Selesai berkata ia pun tertawa dingin dengan seramnya,
kemudian tambahnya lagi, "Kau harus tahu, aku akan
memaksa kau mati dengan perlahan-lahan dan menahan
berbagai macam siksaan!"
Koan Ing sama sekali lidak menggubris akan kata-kata dari
Yuan Si Tootiang ini, dari dalam hatinya saat ini hanya
menyesali perbuatannya yang tak berhasil membinasakan diri
Yuan Si Tootiang. Mengenai apa yang hendak dilakukan oleh tosu itu
terhadap dirinya ia tidak gubris sama sekali.
Sehabis berkata, Yuan Si Tootiang kemba i tertawa dingin
tiada hentinya, sedang keringat sebesar kacang kedelai
dengan derasnya membasahi seluruh keningnya. Selama
hidup baru pertama kali ini ia menderita luka parah ditangan
orang lain dan untuk pertama kalinya pula melihat orang lain
memiliki kepandaian silat yang demikian tingginya.
Chiet Han Kokcu, Phoa Thian-cu serta Si Ih Tuo So diamdiam
pun merasa amat terperanjat.
Tiba-tiba.... Suatu suara yang amat halus berkumandang datang dari
mulut lembah. Mereka bertiga dengan cepat menoleh ke
depan sedang Koan Ing pun dengan hati heran menoleh ke
arah mulut lembah itu. Tampaklah seorang kakek tua berambut putih dengan
mencekal sebuah tongkat berdiri kaku di depan mulut lembah,
dan dia bukan lain adalah si iblis sakti dari lautan Timur, Ciu
Tong adanya!! Sepasang mata Ciu Tong yang amat tajam dengan cepat
menyapu sekejap ke seluruh tempat, dari sinar matanya pun
memperlihatkan rasa terperanjat yang bukan kepalang.
"Yuan Si!!" ujarnya kemudian dengan dingin. "Hee.... hee
tidak kusangka kaupun akan menemui sial seperti ini hari."
Walaupun saat ini Yuan Si Tootiang berada dalam keadaan
terluka parah tetapi disana masih ada Phoa Thian-cu serta Si
Ih Tuo So yang belum terluka, sudah tentu ia sama sekali
tidak jeri terhadap Ciu Tong.
"Hmm! Tidak kusangka kedatanganmu begitu cepat,"
katanya dingin. "Aku rasa kau pun belum tentu bisa
mempertahankan dirimu, buat apa kau mengejek dan
mentertawakan orang lain?"
Si Ih Tuo So sambil kerutkan keningnya selangkah demi
selangkah berjalan mendekati diri Ciu Tong.
Terlihatlah Ciu Tong hanya tertawa menghina, sinar
matanya dengan cepat melirik sekejap ke arah diri Koan Ing.
Si Ih Tuo So pun mendengus dingin, tubuhnya mendadak
mencelat ke depan, sedangkan tongkat pualamnya dengan
cepat bagaikan kilat menotok jalan darah "Giok Hu Hiat" pada
tubuh sang iblis tua. Ciu Tong hanya mendengus dingin, tongkatnya dengan
kuat-kuat dibabat ke atas menangkis datangnya serangan
tersebut. Gerakan jurus serangan dari si kakek bongkok buru-buru
diubah, berturut-turut ia melancarkan delapan serangan
sekalian menggencet musuhnya,
Ciu Tong tidak mau kalah diapun dengan menggunakan
tongkatnya berturut-turut balas melancarkan serangan
dahsyat. Walaupun begitu tak urung tubuhnya kena didesak juga
sehingga mundur dua langkah ke belakang.
Melihat kejadian itu hatinya baru merasa terperanjat.
"Siapa kau?" tanyanya kaget.
"Heeeeee.... heeeee.... kau menggunakan tongkat, akupun
menggunakan tongkat, apakah kau tidak tahu siapakah
diriku?" balas tanya si kakek bongkok itu dengan dingin.
Waktu itulah Ciu Tong baru teringat akan diri si kakek
bongkok dari daerah gurun pasir Jien Kong Fang yang amat
lihay itu maka tak terasa lagi hatinya jadi bergidik.
Ia sama sekali tidak menduga, kalau si kakek bongkok Jien
Kong Fang pun bisa munculkan dirinya di dalam daerah
Tionggoan, hal ini membuat hatinya rada tidak tenang.
Jien Kong Fang kembali membentak keras, tongkat
pualamnya dengan gencar kembali menyerang diri Ciu Tong.
Ciu Tong yang diserang secara demikian lantas kerutkan
keningnya rapat-rapat, ia yang namanya tersusun dalam
empat manusia aneh bagaimana mungkin suka perlihatkan
kehadapan orang lain"
Ditengah suara tertawa panjangnya yang amat keras
tubuhnya meloncat ketengah udara kemudian berturut-turut
melancarkan dua puluh empat buah serangan sekaligus.
Mereka berdua sama-sama menggunakan tongkat sebagai
senjata, dan hanya di dalam sekejap saja puluhan jurus sudah
dilewatkan Lama kelamaan Jien Kong Fang berhasil juga dipaksa
berada di bawah angin oleh serangan Ciu Tong yang gencar
dengan menggunakan ilmu sakti dari lautan Timur itu.
Melihat kaWannya terdesak Phoa Thian-cu segera
membentak keras, jaring emasnya digetarkan lalu mengurung
seluruh tubuh sang iblis tua.
Sinar mata Ciu Tong berkilat, tubuhnya tiba-tiba bergerak
dan menerjang ke arah diri Koan Ing.
Phoa Thian-cu serta Jien Kong Fang yang melihat gerakan
dari Ciu Tong ini segera bisa mengetahui apa maksud
tujuannya maka si kakek bongkok segera membentak keras,
tongkat pualamnya di bawah putaran pergelangan tangannya
bagaikan bayangan saja mengikuti diri Ciu Tong dan
mengurung seluruh tubuhnya.
Buru-buru Phoa Thian-cu. itu kokcu dari lembah Chiet Han
Kok menaburkan jalanya ke depan jaringan emas dengan
memancarkan cahaya yang amat tajam menekan tubuh Ciu
Tong. Walaupun kepandaian silat yang dimiliki Ciu Tong amat
tinggi tetapi diapun tidak mungkin tidak menjaga diri di bawah
kerubutan dua orang jagoan lihay, maka dia membentak keras
tubuhnya balas menubruk ke arah depan.
Tongkatnya balik menghantam ke atas jaringan emas diiri
Phoa Thian-cu. Jien Kong Fang dengan gesitnya menghindar
lalu menghantam tongkat pualamnya ke atas punggung Ciu
Tong. Ciu Tong menarik napas panjang-panjang, dengan
mengerahkan ilmu "Hu Si Mo Kang" atau ilmu mayat
membusuknya ia mengalihkan peredaran darah pada tubuh
bagian kanan. Tongkat pualam tersebut dengan kerasnya berhasil
menghantam tubuh bagian kirinya, dan Ciu Tong hanya
merasakan tubuhnya tergetar keras tapi tongkatnya tetap
meneruskan desakannya menyingkirkan jaringan emas lalu
bersuit panjang dan mencelat ketengah udara menotok kening
Jien Kong Fang dengan kedua jari tangannya.
Jien Kong Fang yang melihat serangan tongkatnya
bagaikan menghantam sebuah kayu lapuk saja tanpa
mengakibatkan musuhnya menderita luka, ia jadi berdiri
termangu-mangu dibuatnya, selama hidup belum pernah
terdengar olehnya ilmu sakti yang demikian aneh dan
lihaynya. Saat itulah kedua jari tangan Ciu Tong sudah menyambar
dihadapan wajahnya, hal ini membuat hatinya jadi bergidik.
Maka tubuhnya dengan cepat menghindarkan diri kesamping.
Kendati ia sudah berkelit tak urung pipinya kena disambar
juga oleh desiran serangan jari dari Ciu Tong sehingga terasa
linu dan panas sekali. Sijaring emas penguasa langit Phoa Thian-cu sendiripun
merasa amat terperanjat. iapun tidak mengira kalau
kepandaian silat dari Ciu Tong sedemikian hebatnya. walau
pun tenaga dalam dari tiga manusia genah empat manusia
aneh boleh dikata seimbang tetapi di dalam keganasan jurus
serangan boleh dikata ia paling lihay.
Dengan gusarnya ia membentak keras, jaringan emasnya
kembali digetarkan dan mengurung tongkat ditangan kanan
Ciu Tong. Di dalam hati Ciu Tong sudah ada perhitungan, sehingga
dengan dinginnya ia membentak keras sepasang jarinya rada
merandek, lalu pergelangan tangannya ditekan kebawah
melancarkan totokan ke arah jalan darah "Cian Cing Hiat"
pada tubuh si kakek bongkok dari daerah Si Ih itu.
Jien Kong Fang yang baru saja berhasil menghindarkan diri
dari serangan jarinya kembali kini Ciu Tong melancarkan satu
serangan dahsyat, dan karena saat itu untuk menangkis tidak
sempat lagi terpaksa tubuhnya sekali lagi mundur ke arah
belakang. Ciu Tong yang melihat dirinya berhasil menduduki di atas
angin sama sekali tidak memberi kesempatan bagi musuhnya
untuk berganti napas, kembali kedua jarinya menekan
kebawah dan berganti menotok jalan darah "Yau Hu Thoa


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hiat" pada pinggang si kakek bongkok.
Phoa Thian-cu yang melihat serangan dari Ciu Tong segera
mendengus dingin. "Hmm! Agaknya Ciu Tong sudah tidak mengingini
nyawanya lagi," pikirnya dihati.
Walaupun begitu hatinya rada girang karena perhatian dari
si iblis sakti itu cuma ditujukan pada Jien Kong Fang seorang
terhadap dirinya, sama sekali tidak ambil perduli.
Dan tangan kanannya segera digetarkan jaringan emasnya
kembali mengurung kebawah dan menggencet tongkat
ditangan kanan Ciu Tong. Si kakek bongkok dari daerah Si Ih ini ketika melihat Ciu
Tong sudah kena didesak dan berada dalam keadaan
berbahaya alisnya dikerutkan rapat-rapat tongkat pualamnya
dengan disertai tenaga dalam penuh dengan dahsyatnya
menghantam ke atas batok kepala musuhnya.
Terhadap tongkat serta lengan kanannya yang berhasil
kena dijirat oleh jaringan emas dari Phoa Thian-cu ini si iblis
tua dari lautan Timur sama sekali tidak ambil perduli dan
hanya kedua jari tangan kirinya masih tetap tiada hentinya
mengancam jalan darah "Yau Hu Hiat" pada tubuh Jien Kong
Fang Jien Kong Fang jadi amat terperanjat ia tidak menyangka
kalau Ciu Tong sama sekali tidak memperdulikan nyawanya,
Kendati begitu ia masih inginkan juga nyawanya sendiri.
maka tubuhnya dengan cepat berkelebat kesamping. Darah
segar segera memancar keluar memenuhi seluruh angkasa,
pada saat itulah lengan kanan dari Ciu Tong berhasil
dihancurkan oleh jaringan Phoa Thian-cu di samping itu Jien
Kong Fang pun kena ditotok rubuh oleh serangan dari Ciu
Tong. Dengan cepat Ciu Tong mencekal tongkatnya pada tangan
kiri kemudian sambil mengempit tubuh Koan Ing ia melarikan
diri keluar dari lembah tersebut.
Sijaring emas sipenguasa langit Phoa Thian-cu sama sekali
tidak mengira kalau Ciu Tong suka mengorbankan tangannya
untuk menolong jiwa Koan Ing. hal ini kontan saja membuat ia
jadi berdiri termangu-mangu disana dan lupa untuk mengejar
diri Ciu Tong yang sedang melarikan diri.
Yuan Si Tootiang sendiripun tertegun dibuatnya, dia sama
sekali tidak menyangka Peristiwa bisa berubah jadi demikian,
dari merekapun tidak pernah menyangka kalau Ciu Tong
masih memiliki ilmu "Menumbuhkan kembali lengan yang telah
terputus" hatinya terasa amat murung dan kecewa, ia tidak
mengira kalau dirinya sudah kena tertipu oleh siasat Ciu Tong,
Ciu Tong yang membimbing Koan Ing melarikan diri dari
mulut lembah tersebut dengan gerakkan yang amat cepat
berlari melingkari dua buah bukit lalu berkelebat ke dalam
sebuah gua dan meletakkan diri pemuda tersebut ke atas
tanah. Setelah itu ia baru mengambil keluar sebutir pil untuk
dijejalkan ke dalam mulutnya dan duduk bersemedi,
Koan Ing yang melihat Ciu Tong suka menolong dirinya
dalam hati merasa amat keheranan, dengan termangu-mangu
dia memandang diri Ciu Tong yang pada saat ini lengan
kanannya sudah mulai tumbuh kembali dengan perlahanlahan.
Dan diapun menarik napas panjang-panjang kemudian ikut
pula duduk bersila untuk mengatur pernapasan, ia bermaksud
untuk menyembuhkan luka dalamnya, sesaat Ciu Tong pun
lagi mengobati lukanya. Entah lewat beberapa saat lamanya terdengar Ciu Tong
mendengus dengan amat dinginnya. Koan Ing pun dengan
perlahan membuka matanya, saat itulah ia telah menemukan
lengan kanan dari Ciu Tong sudah tumbuh kembali seperti
sediakala. Dengan perasaan amat terperanjat, pemuda itu
memandang ke arah si orang tua tersebut, hatinya benarbenar
merasa amat kagum atas kelihayan ilmu
kepandaiannya. "Toocu, terima kasih atas budi pertolonganmu!" katanya
kemudian sambil bangun berdiri dan menjura.
"Koan Ing!" kata Ciu Tong dengan suara yang amat dingin.
"Kau tidak usah mengucapkan terima kasih kepadaku,
selamanya aku tidak pernah bekerja untuk orang lain tanpa
ada tujuan tertentu. Demikian pula de ngan perbuatanku kali
ini yang telah turun tangan menolong dirimu. Kau harus tahu
kesemuanya aku lakukan dikarenakan kereta berdarah
tersebut!" Koan Ing yang mendengar Ciu Tong berkata dengan begitu
terus terang, ia tersenyum. "Walaupun apa yang kau inginkan,
aku tidak ingin tahu! Dan aku harus mengucapkan terima
kasihku atas pertolonganmu itu!" katanya perlahan.
"Haaaa.... haaa.... buat apa kau melakukan hal yang sama
sekali tak berguna ini?" Seru Ciu Tong sambil tertawa
terbahak-bahak. "Seharusnya kau dengarkan dulu
perkataanku kemudian baru ucapkan terima kasihmu. Aku
rasa sampai waktu itu kau sama sekali tidak akan
mengucapkan terima kasih kepadaku!"
Dia berhenti sebentar kemudian tambahnya lagi, "Aku tahu
kau tentunya sudah mendapatkan kepandaian silat aliran Hiathopay, kini aku maui ilmu kepandaian tersebut!"
Koan Ing tersenyum tawar, dia merasa Ciu Tong si iblis tua
dari Lautan Timur ini seharusnya patut dikasihani, betapa
gagah dan kerennya sewaktu ia memasuki daerah Tionggoan
untuk pertama kalinya, sedang kini.... dia sudah kehilangan
putera kesayangannya bahkan apapun tak diperolehnya,
Berpikir akan hal itu perlahan ia memejamkan matanya
rapat-rapat, beberapa saat kemudian baru katanya;
"Sesaat Si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong menemui
ajalnya, ia pernah menurunkan enam ribu katanya kepadaku,
ia bilang kata-kata itulah inti sari dari seluruh kepandaian silat
aliran Hiat-ho-pay, baiklah sekarang juga akan aku hapalkan
buat dirri Toocu!" Ciu Tong yang mendengar ia mengabulkan permintaannya
dengan begitu mudah hatinya rada melengak, semula ia
menduga kalau pemuda itu tentu tidak bakal mau, siapa
tahu.... dan siapa sangka keadaan jauh berada diluar
duaannya. "Hmm! Kiranya kaupun bukan Orang yang tak mengenal
budi," dengusnya kemudian.
Koan Ing cuma tertawa tawar saja, ia tidak suka banyak
keributan dengan dirinya. Tanpa memperdulikan lagi si orang
tua itu, ia sudah mulai pusatkan pikirannya untuk
menghafalkan keenam ribu kata tersebut.
Usaha Ciu Tong yang dilakukan selama ini tidak lebih hanya
dikarenakan ingin memperoleh kepandaian silat aliran Hiat-hopay
kini setelah mendapatkannya sudah tentu dia tak berani
berajal. Maka seluruh perhatiannya dipusatkan pada satu arah dan
mendengarkan semua kata-kata yang diucapkan oleh Koan
Ing itu, semakin didengar ia merasa semakin girang, karena
bukan saja ilmu silat, bahkan ilmu pengobatanpun sudah
didapatkan olehnya pada saat ini.
Dia merasa keenam ribu kata-kata itu benar-benar amat
dahsyat dan bisa membuat kepandaian silat seseorang yang
mendapatkan kemajuan yang berlipat ganda, semakin
didengar hatinya semakin girang sehingga hampir-hampir saja
ia meloncat dan menari-nari.
Begitu Koan ing selesai membaca kata yang terakhir dari
keenam ribu kata tersebut kembali ia mulai menghafal.
Mendadak Ciu Tong merasa hatinya berdesir. hatinya mulai
menjadi tenang kembali Walaupun keenam ribu kata itu tidak
banyak jumlahnya tetapi tidak mungkin bisa ia hapalkan di
dalam sekejap mata. Dan kini Koan Ing menghapalkan untuk yang ketiga
kalinya, ia merasa tiga kali sudah cukup bagi Ciu Tong untuk
mengingatnya Siapa tahu baru saja dia menyelesaikan pembacaannya,
terasalah segulung angin serangan menerjang datang, tahuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tahu jalan darah "Cian Cing Hiat"nya sudah kena dicekal,
perlahan-lahan ia membuka matanya kembali
Aaaakh....! kiranya perbuatan dari Ciu Tong, lalu apakah
maksudnya" "Koan Ing" terdengar Ciu Tong berseru sambil tertawa
dingin tiada hentinya. "Sejak tadi aku sudah memberi tahu
kepadamu jangan sekali-kali menolong diriku, karena kau itu
adalah anak murid dari Thian-yu-pay dan dengan diriku sama
sekali tak ada sangkut paut apapun, sebagai perkataanku
yang terakhir aku ingin memberi nasehat kepadamu, lebih
baik lain kali jikalau jadi orang lagi janganlah berbuat demikian
gegabah." Koan Ing hanya bisa tertawa tawar saja dengan perlahan
dia memejamkan matanya kembali.
"Hmmm! Kau jangan mengira aku tak tega untuk
membinasakan dirimu," ujar Ciu Tong lagi dengan mata
berkilat. "Saat ini di kolong langit cuma kita berdua saja yang
mengetahui ilmu silat aliran Hiat-ho-pay, karena itu diantara
kita harus ada seorarg yang mati, dan orang itu bukan lain
adalah kau!" Selesai berkata telapak kirinya dengan dahsyatnya
dihantamkan ke atas batok kepala pemuda itu,
Dengan gusarnya Koan Ing membentak keras, tubuhnya
tiba-tiba berputar ke samping dengan menggUnakan ilmu "Ih
Cing Hoat" serta "Boe Lan Sinkang" tahu-tahu tubuhnya sudah
meleset ke samping sedang cekalan Ciu Tong pada jalan
darah "Cian Cing Hiat" itupun telah terlepas.
Hal ini benar-benar membuat hatinya terasa berdesir,
karena dia dapat melihat saat ini Koan Ing telah berdiri disisi
tubuhnya Jilid 20 "KOAN ING!" kata Ciu Tong dengan dingin sambil kerutkan
dahi. "Mungkin inilah ilmu Boe Lan Sinkang yang kau andalkan
karena kelihayannya bukan" hmm! cuma sayang kau sudah
menderita luka yang amat parah kendati kau telah berhasil
menghindarkan diri dari serangan yang pertama, tapi belum
tentu bisa menyingkir dari seranganku yang kedua!"
Sehabis berkata ia tertawa dingin tiada hentinya.
Semakin bersabar Koan Ing merasa hatinya semakin kheki
bercampur marah, akhirnya tak tertahan lagi ia berteriak,
"Walaupun kau berhasil membinasakan diriku lalu apa
gunanya" Kini putramu sudah mati sedang kaupun sudah
terdesak sehingga menelan racun. sekalipun kau berhasil
mempelajari ilmu silat aliran Hiat Hoo Bun pun tidak ada
gunanya!" "Oouw.... kiranya kau tidak bermaksud sungguh-sungguh
untuk mewariskan ilmu silat aliran Hiat Hoo Bun itu
kepadaku?" kata Ciu Tong sambil tertawa sinis dan diapun
mendesak satu langkah kembali ke depan. "Jika ditinjau dan
nada ucapanmu agaknya kau lagi menaruh rasa kasihan
kepadaku ya?" Kembali ia maju satu langkah ke depan, suara tertawa
dingin tiada hentinya bergema memenuhi angkasa.
"Sebenarnya aku mengira kau bukanlah manusia yang tidak
kenal budi," ujarnya lagi. "Tetapi sekarang pandanganku telah
berubah, kalau memangnya kau menaruh kasihan kepadaku
maka sekarang juga aku akan membinasakan dirimu!"
Koan Ing tetap berdiri tegak. hanya dengan perlahan-lahan
dia mulai melepaskan busur peraknya.
Ciu Tong pun menghentikan langkahnya, mendadak ia
merasa saat inilah merupakan suatu kesempatan yang amat
bagus untuk membereskan nyawa Koan Ing, karena bilamana
kekuatan tubuh pemuda tersebut telah pulih kembali, maka
bermimpi pun jangan harap bisa membunuh dia orang.
Kiranya saat itu bukannya ia yang bakal berhasil
membunuh pemuda tersebut, justru kemungkinan ada
sebaliknya mungkin Koan Ing yang akan turun tangan
terhadap dirinya. Begitu ingatan tersebut berkelebat di dalam benak si iblis
sakti dari Lautan Timur ini. tubuhnya segera mencelat
ketengah udara dan menubruk ke arah musuhnya.
Sepasang telapak tangan dengan disertai sepenuh tenaga
didorongkan ke depan sejajar dada menghantam tubuh sang
pemuda. Koan Ing pada saat ini masih menderita luka yang amat
parah, baaimana mangkin ia dapat menerima datangnya
serangan tersebut" Ia tidak sempat lagi mencabut keluar anak
panahnya, maka dengan menggunakan busur petak ia
membabat ke arah depan sedang tubuhnya menyingkir ke
sebelah kiri. Namun pada saat yang bertepatan juga terasalah segulung
angin pukulan yang maha dahsyat serta menyesakkan
pernapasan telah menekan datang, sekalipun ia bermaksud
untuk mengindarkan dirinya, tapi apa daya tenaganya tidak
memadahi. "Braaak....!" ditengah suara bentrokan yang amat keras
tubuh Koan Ing kena dilempar ke arah samping.
Pemuda itu segera merasakan darah bergolak dengan amat
kerasnya di dalam dada, tak kuasa lagi ia muntahkan darah
segar dan kembali rubuh di atas tanah.
Dengan menggunakan sepasang tangannya ia berusaha
dengan sekuat tenaga untuk menegakkan badannya kembali,
di hadapannya terasalah sesosok bayangan manusia yang
amat buram dan kabur berjalan semakin mendekati ke
arahnya. "Heee.... heee.... Koan Ing." terdengar suara tertawa dingin
dari Ciu Tong bergema ke dalam telinganya. "Kau jangan
salahkan kepadaku akan turun tangan kejam, siapa yang
suruh kau orang secara sukarela menurunkan ilmu silat aliran
Hiat-ho-pay itu kepadaku" Selama ini aku selalu mengandung
maksud untuk membinasakan dirimu, tetapi kali ini kau sendiri
yang menghantarkan nyawamu!"
Ooo)*(ooO Bab 49 PERLAHAN-LAHAN Koan Ing memejamkan matanya, di
dalam benaknya kembali terlintas berbagai ingatan yang
sangat aneh, Ciu Tong menolong dirinya dan ia menurunkan
kepandaian silat aliran Hiat-ho-pay kepadanya tetapi kenapa
sekarang si iblis sakti dari lautan Timur ini hendak
membinasakan dirinya" Sungguh aneh sekali!


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kembali selangkah demi selangkah Ciu Tong mendesak ke
depan, senyuman dingin yang memperlihatkan
kebanggaannya tiada hentinya terlintas pada ujung bibir,
Pada Saat yang kritis itulah tiba-tiba....
"Ciu Tong, tahan!" bentak seseorang dengan amat
dinginnya dari balik gua.
Ciu Tong rada melengak, dengan perlahan ia menoleh ke
belakang. tampaklah seorang perempuan berusia pertengahan
yang sama sekali tidak dikenal telah munculkan dirinya di
dalam gua, bahkan pada saat ini sedang memandang ke
arahnya dengan suatu senyuman yang amat tawar.
Koan Ing pun dengan cepat menoleh ke arah perempuan
tersebut, tetapi sebentar kemudian ia telah mengenalkan
kembali. Ia bukan lain adalah Sian-thian-kauwcu Song Ing adanya!
Melihat munculnya perempuan tersebut, pemuda itu baru
bisa menghembuskan napas lega, perlahan-lahan ia mulai
pejamkaa matanya. Song Ing pun dengan amat keren dan berwibawa
selangkah demi selangkah berjalan mendekati diri Ciu Tong.
"Haaa.... haaa.... kau perempuan sungguh bernyali, kendati
sudah tahu akulah Ciu Tong kenapa masih memaksa juga
untuk berjalan masuk!" teriak si iblis dari lautan Timur itu
sambil tetawa terbahak-bahak,
"Hm! Beranikah kau orang menerima tiga buah serangan
pedangku....?" Tantang Song Ing sambil tertawa sombong.
"Haa.... haa.... tiga jurus serangan pedang" Kau kira
dengan mengandalkan dirimu sudah begitu berani menyuruh
aku berhenti dan menerima tiga buah seranganmu! haa....
haa.... aku mau lihat, apa kau memang patut dinamakan
perempuan tak tahu diri!" seru Ciu Tong menghina.
Siapa sangka baru saja dia menyelesaikan kata-katanya
Song Ing telah mencabut keluar sebilah pedang dari
sarungnya. Cahaya perak berkelebat menyilaukan mata diantara suara
dengungan yang amat keras pedangnya dengan kecepatan
tinggi telah mengancam kening dari si iblis tua tersebut.
Begitu melihat datangnya serangan tersebut Ciu Tong
merasa hatinya berdesir. ia bukan merasa terkejut karena
kedabsjatan tenaga dalam yang dimiliki Song Ing. justru
karena dia merasa amat kenal dengan jurus pedang yang
digunakannya itu bahkan terlalu mengenalnya.
Bukankah jurus serangan tadi telah menggunakan jurus "Ci
Cie Thian Yang" atau mengukur ujung langit dari ilmu pedang
"Thian-yu Khei Kiam?"
Ia sama sekali tidak menyangka kalau perempuan di
hadapannya ini ternyata masih ada hubungan dengan partai
Thian-yu-pay, tetapi bukankah dari aliran Thian-yu Bun cuma
tinggal Koan Ing seorang"
Bilamana dikatakan dia bukan aaggota Thian-yu-pay, lalu
secara bagaimana perempuan itu bisa memahami pula jurus
ilmu pedang 'Thian-yu Kiam Hoat" Apa mungkin perempuan
ini adalah cianpwee dari Koan Ing yang ia sendiripun tidak
mengenalnya" Maka dengan perlahan Ciu Tong menarik napas panjang",
tubuhnya menyingkir ke sebelah kanan, bersamaan itu pula
iapun hendak menggunakan jurus serangan dari "Thian-yu
Kiam Hoat" pula untuk menghadapi perempuan tersebut.
Namun baru saja ia berkelebat ke samping pedang panjang
dari Song Ing telah menghadang di depan matanya pula.
Hal ini membuat hatinya terasa bergetar amat keras, ia
merasa terkejut bercampur murka karena dirinya telah
menemukan kalau separuh jurus selanjutnya bukanlah jurus
serangan dari Thian-yu Kiam Hoat lagi, bahkan terhadap
serangan itupun ia sangat mengenalnya.
Bukankah jurus serangan ini berasal dari 'ilmu sakti aliran
pulau Ciat Ih To" Tidak disangka jurus serangan tersebut bisa
demikian hapalnya ditangan perempuan tersebut.
Maka tubuhnya buru-buru meloncat mundur beberapa
langkah ke belakang sambil bentaknya dengan keras: "Dari
mana kau peroleh ilmu silat....?"
Belum habis Ciu Tong berteriak, jurus serangan dari Song
Ing telah berubah lagi. pedangnya mencukil ke atas dan
membentuk berpuluh-puluh bayangan yang menyilaukan mata
bersama-sama menerjang ke depan.
Inilah jurus "Tan Kiam Cing Thian" atau pedang tunggal
menculik langit dari ilmu pedang Thian San Kiam Hoat.
Ciu Tong benar-benar merasa amat terperanjat, semula ia
mengira untuk menghadapi serangan yang menggunakan
jurus perguruannya hanya sekali menyingkir saja telah bisa
menghindari, siapa sangka Song Ing sama sekali tidak
menggunakan jurus yang dipikirkannya untuk menghantam
dirinya. Semula ia bermaksud untuk menanyakan dari siapakah
Song Ing berhasil mempelajari jurus serangan itu, siapa
sangka karena pikirannya bercabang maka jurus pedang dari
perempuan tersebutpun telah berubah laksana sambaran kilat
membabat ke arah lehernya.
Ciu Tong mendengus dingin, telapak kanannya
menghantam ke depan sedang tubuhnya menyingkir ke kiri....
"Sreeet....!" tahu-tahu pakaiannya sudah kena dibabat
robek oleh pedang Song Ing, hanya kurang beberapa coen
saja lehernya kena dibabat putus, walaupun begitu hawa
berdesir telah memenuhi seluruh tubuhnya.
Tenaga dalam yang dimiliki Song Ing tidak berada di bawah
Ciu Tong sekalian ditambah pula ia mempelajari ilmu silat dari
empat penjuru, hal ini membuat ia semakin lihay.
Walaupun Koan Ing telah mendapatkan kitab pusaka "Boe
Shia Koei Mie" namun kesempunaan serta kemujijatannya tak
berhasil ia keluarkan, hal itu cuma menambah pengetehuan
serta daya tariknya terhadap ilmu saja.
Sebaliknya terhadap diri Song Ing yang telah memiliki hasil
latihan selama puluhan tahun, sudah tentu kelihayannya luar
biasa sekali. Tadi Song Ing berjanji hanya bergebrak sebanyak tiga jurus
saja dengan diri Ciu Tong, kini pedangnya berhasil merobek
pakaian dari si iblis tua tersebut, sudah tentu dia tidak suka
melepaskan tangan begitu saja,
kembali tubuhnya laksana sambaran kilat dengan cepat
mendesak ke depan lebih lanjut. Ciu Tong yang namanya
berada di dalam urutan empat manusia aneh kini harus
menderita kekalahan yang sedemikian parahnya, sudah tentu
dia tidak akan terima dengan begitu saja.
Maka dengan gusarnya ia membentak keras tubuhnyapun
meloncat kesamping. lalu dengan separuh badannya yang
sebelah kiri menerima datangnya serangan pedang Song Ing.
Dan tangan kanannya dengan cepat melancarkan
cengkeraman juga ke depan, ia bermaksud bilamana
perempuan itu menusukkan pedangnya kebadannya sebelah
kiri maka tangan kanannya segera akan membinasakan
musuhnya. Siapa sangka tempo hari Song Ing pernah mencuri pergi
kepulau Ciat Ih To untuk menonton dia berlatih ilmu silat,
maka terhadap kepandaian silat yang dimiliki Ciu Tong ia
sudah mengenalnya bagaikan mengenal jari tangannya
sendiri, apa maksud dari perbuatan si iblis sakti pada saat ini
pun sudah tentu tidak bakal dapat mengelabui dirinya.
Maka pedang Song Ing dengan cepat disentakkan ke atas
dan langsung menyerang batok kepala dari Ciu Tong,
Melihat batok kepalanya yang diserang kembali Ciu Tong
merasa amat terperanjat selama beberapa tahun ini ia selalu
memikirkan cara untuk memecahkan kekurangan dari ilmu
mayat membusuknya, dimana ia berhasil memindahkan aliran
darah pada tubuh sebelah tetapi selama ini tak berhasil
mengerahkan aliran darah itu pada bagian kepalanya.
Kini serangan Song Ing justru mengancam kepalanya, hal
ini bagaimana mungkin tidak membuat hatinya jadi amat
kaget! Ciu Tong menarik napas panjang-panjang. ia tidak
menyangka kalau Song Ing berhasil mendahului dirinya dan
menyerang titik kelemahan yang selama ini selalu ia
rahasiakan itu. Kembali tubuhnya terdesak dan dengan hati kebat-kebit ia
mengundurkan dirinya ke belakang.
Song Ing yang melihat serangannya berhasil mendesak
pihak musuhnya, sudah tentu ia tidak suka membuang
kesempatan lagi dan jurus serangannya laksana air bah
dengan dahsyatnya menggulung dari atas kebawah tiada
hentinya, cahaya pedang pun berkilauan memenuhi angkasa.
"Braaak....!" Pedang dan telapak tangan kembali bentrok
menjadi satu, terdengarlah Ciu Tong mendengus berat dan
mencelat mundur ke arah belakang.
Kali ini Song Ing tidak mengejar lagi dan dengan
pandangan dingin ia memperhatikan diri si iblis sakti jari
Lautan Timur ini. Dengan gunakan tangan sebelah Ciu Tong mencekal lengan
kanannya yang mengucurkan darah dengan deras dan dengan
pandangan gusar ia melototi diri Song Ing.
Selama ini belum terpikirkan olehnya kalau ia bakal terluka
ditangan seorang perempuan yang sama sekali tidak dikenal
namanya! Maka dengan gusarnya ia mendengus.
"Hmmm! siapakah nama besarmu" tanyanya dengan sinar
mata berkilat2, "Akulah Sian-thian-kauwcu!"
Kembali terdengar Ciu Tong menarik napas panjangpanjang
ia tidak mengira kalau nama Sian-thian-kauwcu yang
pernah didengarnya ditengah sungai Tiang Kang sewaktu
untuk pertama kalinya terjun ke dalam dunia kangouw bukan
lain adalah perempuan yang kini berada dihadapan matanya
ini. Dan dalam hati ia merasa amat terperanjat karena
perempuan ini sangat memahami benar ilmu silat aliran Ciat Ih
Too-nya bukan begitu saja bahkan ilmu sakti dari Thian-yupay
serta seluruh partay di kolong langit manapun dapat ia
pahami dan menggunakannya dengan begitu hapal, hal ini
benar-benar sukar baginya untuk percaya.
"Heee.... heee.... ini hari aku berhasil kau lukai dalam tiga
jurus, hal ini sudah tentu tidak menyalahkan dirimu, tetapi
kaupun memahami ilmu silat dari aliran Ciat Ih Too kami, hal
ini pasti akan aku selidiki sampai jelas!" katanya dingin.
Selesai berkata ia putar badan dan berlalu dari sana,
Menanti bayangan dari Ciu Tong telah lenyap dari
pandangan mata Song Ing baru putar badannya Ke arah
pemuda tersebut. "Subo!" terdengar Koan Ing berseru sambil membuka
matanya kembali. Agaknya Song Ing sama sekali tak menyangka kalau Koan
Ing bisa memanggil dirinya dengan sebutan itu, maka
tubuhnya kelihatan tergetar amat keras diikuti tubuhnya
sedikit bergerak tahu-tahu telapak kanannya sudah
ditempelkan di atas punggung pemuda itu.
"Kau jangan banyak bicara. pusatkanlah seluruh
perhatianmu karena aku mau bantu kau untuk sembuhkan
lukamu itu." katanya dengan halus.
Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau Song Ing
suka menolong dirinya, ia jadi tertegun dan lama sekali tidak
mengucapkan sepatah katapun.
"Kini musuh ada diempat penjuru, salah sedikit saja bakal
mendatangkan bencana buat diri sendiri, bilamana kau tidak
berusaha untuk sembuhkan lukamu lagi lalu siapakah yang
bakal melindungi dirimu" Ajoh cepat pusatkan seluruh
perhatian!" seru Song Ing dengan amat cemas.
Koan Ing merasa hatinya tergetar amat keras, buru-buru ia
pejamkara matanya dan pusatkan seluruh pikiran
Terasalah segulung hawa panas dengan cepat mengalir
masuk melalui punggungnya untuk kemudian mengalir ke
seluruh tubuh, begitu hatinya tenang maka pikiranpun telah
terpusatkan untuk menyembuhkan luka.
Entah lewat beberapa saat lamanya menanti ia merasa
lukanya sudah sembuh baru dengan perlahan pemuda itu
membuka matanya kembali. Saat ini cuaca telah menunjukkan malam hari. Song Ing
yang ada dibelakangnya dengan amat kelelahan telah menarik
kembali tangannya dan tersenyum.
"Koan Ing ucapkan terjma kasih atas bantuan dari Subo!"
serunya kemudian dengan menjatuhkan diri berlutut
dihadapan perempuan tersebut.
Song Ing pun tersenyum, "Aku tidak menyangka kalau
tenaga dalammu sudah berhasilkan latihan sedemikian
tingginya, sekali pusatkan pikiran harus memakan waktu
selama tiga hari tiga malam?"
Koan Ing yang mendengar perkataan itu jadi tertegun juga
dibuatnya ia sendiripun tidak tahu bagaimana mungkin dirinya
telah bersemedi selama tiga hari tiga malam. hal ini bagi
dirinya masih tidak mengapa'tetapi telah melelahkan diri Song
Ing juga. Selagi dalam hati ia merasa amat terharu itulah tampaklah
sambil tersenyum Song Ing telah mengulapkan tangannya.
"Kau tidak usah banyak berbicara lagi," katanya. "Kini di
tempat luaran sudah kedatangan musuh tangguh, sedang
anak buah dari perkumpulan akupun telah setengah harian
lamanya berjaga2, kita harus cepat2 keluar untuk memeriksa!"
Dalam hati kembali Koan Ing merasa amat terkejut, siapa
yang telah datang" Maka tanpa banyak bicara lagi ia
mengikuti juga diri Song Ing berjalan keluar.
Baru saja Song Ing berjalan keluar dari mulut gua, dari luar
gua telah terdengar suara bentakan yang amat keras;
"Kauwcu tiba!" Seketika itu juga suasana diluar gua amat sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, bintang2 beterbangan
memenuhi angkasa, sedang angin malam bertiup sepoi-sepoi.
Dengan tenangnya Song Ing menyapu sekejap ke sekeliling
tempat itu, waktu itulah tampak dua orang budak berbaju
putih dengan amat ringannya telah melayang turun dari balik
batu dan berdiri disisi Song Ing.
Sinar mata Koan Ing berkilat, diapun menyapu sekejab ke
sekeliling tempat itu tetapi sesuatu apapun tak terlihat
olehnya. Mendadak.... "Bo-liang-so-hud!"


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara pujian bergema memenuhi angkasa dan dari balik
pohon muncullah seorang toosu berjubah hijau yang bukan
lain adalah Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien dari Bu-tongpay.
Dibelakangnya mengikuti seorang kakek berkerudung serta
seorang kakek bongkok, mereka bukan lain adalah sijaring
emas penguasa yangit Phoa Thian-cu serta Si Ih Mo Tuo dua
orang. Dan dengan munculnya ketiga orang itu maka anak buah
dari perkumpulan Sian-thian-kauw-pun pada bermunculan dari
balik batu-batu cadas di empat penjuru, dan terlihatlah busur
pada terpentang siap-siap melepaskan anak panah ke arah
mereka bertiga. Yuan Si Tootiang yang melihat Koan Ing pun beruda disana
agaknya merasa berada di luar dugaan.
"Hmm! Aku kira yang hadir cuma orang-orang dari
perkumpulan Sian-thian-kauw saja, kiranya disinipun muncul
diri Koan Ing" serunya sambil mendengus,
"Hmm.... apakah kalian bertiga ada maksud untuk
mengadu kekuatan dengan perkumpulan Sian-thian-kauw
kami?" tanya Song Ing dingin.
"Haaa.... haaa.... apa itu perkumpulan Sian-thian-kauw?"
teriak Phoa Thian-cu itu Kokcu dari lembah Chiet Han Kok
sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau berani menantang kami
bertiga untuk bergebrak" Tetapi bilamana ini hari kau suka
menyerahkan Koan Ing kepada kami maka urusan ini akan
aku anggap selesai, tetapi kalau tidak.... heee.... cukup aku
kirim perintah maka perkumpulan Sian-thian-kauw akan ludas
dan binasa!" Song Ing yang mendengar perkataan dari Phoa Thian-cu itu
sama sekali tidak menjadi gusar.
"Walaupun perkumpulan Sian-thian-kauw kami tak ada
kekuatan apa-apa, tetapi dengan mengandalkan kekuatan
kalian beberapa orang saja belum tentu bisa berbuat
semaunya!" "Haaa.... haaa.... aku kepingin sekali melihat kau orang
hendak menggunakan cara apa untuk menghadapi diriku!"
teriak Phoa Thian-cu kembali sambil tertawa panjang.
Song Ing kerutkan dahi, perlahan-lahan ia menoleh dan
menyapu sekejap disekeliiing tempat itu kemudian dengan
perlahan mengangkat tangan kanannya ke atas.
Dan dari empat penjuru dengan cepatnya bermunculan
berpuluh-puluh orang lelaki kekar yang pada mencekal busur
ditangannya. Di atas busur terpasanglah sebatarg anak panah. berwarna
hitam yang aneh sekali bentuknya, anak2 panah tersebut siapsiap
dibidikkan ke depan. Terdengar Song Ing kembali tertawa tawar. "Kalian ingin
pergipun sudah terlambat!" katanya dingin,
"Tentunya kalian sudah pernah mendengar nama anak
panah "Hek Siauw Lieh Hwee Ciam" bukan?"
Phoa Thian-cu sekalian yang mendengar disebutnya anak
panah berapi tersebut air mukanya segera pada berubah
sangat hebat. Koan Ing sendiripun merasa amat terperanjat, tak kuasa
lagi dia memandang lebih tajam lagi terhadap anak panah
berwarna hitam itu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau
anak panah berapi "Hek Siauw Lieh Hwee Ciam" yang dimiliki
oleh "Hwee Khie Thaysu Lam Hoa Lieh bisa muncul di tempat
ini. Ia pernah dengar orang berkata kekuatan dari anak panah
ini bisa memusnahkan tempat seluas sepuluh kaki persegi
tanpa meninggalkan kehidupan apapun bilamana benar-benar
anak panah tersebut dibidikkan maka jangan harap lagi Yuan
Si Tootiang bertiga bisa loloskan diri.
"Sebenarnya aku hendak menggunakan anak panah itu
untuk mencegah kalian memasuki gua ini, tapi kalian tidak
tahu diri, terpaksa aku harus perlihatkan dulu kepada kalian!"
kata Song Ing lagi dengan tanpa perubahan.
Yuan Si Totiang mendengus dingin, ia mengerling sekejap
ke arah sibongkok dari daerah Si Ih.
Si Ih Mo Tuo menyahut, tiba-tiba ia bertepuk tangan tiga
kali ke arah hutan, sebentar kemudian tampaklah seorang
berbaju hitam be jalan mendatang sambil menyeret seorang
gadis. Koan Ing yang melihat munculnya gadis tesebut jadi amat
terperanjat, karena perempuan itu bukan lain adalah Cha Ing
Ing adanya, Cha Ing Ing yang melihat Koan Ing pun ada
disana tak kuasa lagi sambil mengucurkan air mata berteriak
keras! "Engkoh Ing!" Walaupun beberapa hari ini dirinya tidak mendapat
perlakuan yang buruk dari Yuan Si Tootiang yang karena ia
tahu kalau gadis itu adalah puteri kesayangan dari Cha Can
Hong tetapi gadis yang selalu dimanja ini bagaimana mungkin
kuat menahan kesabarannya"
"Heee.... heee.... walapun anak panah berapi "Hek Siauw
Lieh Hwee Ciam" tersebut amat lihay dan menakutkan tetapi
aku ada puteri dari Cha Can Hong ditanganku. Bilamana kalian
ingin lepaskan anak panah ayo cepat lakukan, aku tidak bakal
takut" seru Yuan Si Tootiang sambil kerutkan keningnya rapatrapat.
Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang hendak
menggunakan Cha Ing Ing sebagai tameng, tidak kuasa lagi
memandang sekejap ke arah diri Song Ing.
Sinar mata Song Ing berkilat, ia tertawa tawar.
"Buat apa kau begitu cemas", katanya dingin, "Aku cuma
memberi tahu kalian kalau aku punya cara untuk menguasai
diri kalian, tetapi saat ini aku tidak bermaksud untuk
membinasakan kalian, hmmm! Buat apa kalian merasa begitu
tegang!" "Hmm! akupun ingin memberi tahu kepadamu akupun
punya cara buat paksa kau tidak bisa berbuat seperti apa yang
telah kau rencanakan" seru Yuan Si Tootiang pula sambil
mendengus dingin. Song Ing kerutkan alisnya rapat-rapat lantas berdiam diri
tidak mengucapkan sepatah katapun.
Walaupun dia tidak berbicara tetapi Koan Ing yang berada
disampingnya dapat mengetahui kalau saat ini perempuan itu
benar-benar telah mencapai pada puncak kegusarannya.
"Yuan Si!" terdengar perempuan itu berseru setelah
memandang dingin wajah toosu tua tersebut. "Ada satu hari
aku akan membinasakan dirimu ditanganku!"
Koan Ing yang mendengar perkataan tersebut segera
merasakan hatinya rada berdesir, dia mengetahui kalau Song
Ing mempunyai kebiasaan apa yang diucapkan pasti
dilakukan. Yuan Si Tootiang sendiripun merasa rada berdesir setelah
mendengar perkataan itu dia sendiri juga merasa heran
bagaimana mungkin dirinya bisa menaruh rasa bergidik
terhadap perempuan yang sama sekali tidak diketahui
namanya ini! "Untuk sementara kita mundur dulu dari sini!" serunya
dengan suara berat terhadap diri Phoa Thian-cu serta Si Ih Mo
Tuo. Sebetulnya mereka bertiga merasa takut bilamana secara
tiba-tiba anak panah berapi "Hek Siauw Lieh Hwee Ciam"
dibidikkan ke arah mereka,
Maka dengan pandangan yang amat dingin Song Ing
memandang mereka mengundurkan diri dari sana, Cha Ing
Ing sendiripun memandang ke arah Koan Ing dengan
pandangan yang sayu, dia tahu pada saat dan keadaan seperti
ini pemuda itu benar-benar tak mungkin bisa menolong
dirinya, dan saat inilah ia mulai merasa menyesal atas
kepergiannya yang tanpa pamit itu.
Song Ing sendiripun dengan termangu-mangu
memperhatikan diri Cha Ing Ing dalam hati ia bermaksud
untuk menolong dirinya tetapi sayang maksud ada tenaga
kurang, dan dengan kepandaian silat yang dimiliki Yuan Si
Tootiang sekalian hanya di dalam sekali kelebatan saja mereka
dapat membinasakan dirinya,
Pada ujung bibir Yuan Si Tootiang mulai tersungginglah
satu senyuman bangga. Mendadak dari tengah hutan berkumandang datang suara
ringkikan kuda yang amat keras sekali disusul dengan
berkumandangnya suara tertawa keras yang amat
menyeramkan. Koan Ing hanya merasakan hatinya berdesir kata-kata
"Kereta berdarah!" yang siap-siap meluncur keluar dari bibirnya
segera ditarik kembali, karena tiba-tiba....
"Braam....!" dengan disertai mengepulnya debu dan pasir
yang beterbangan memenuhi argkasa tergema keluar dua
buah suara jeritan ngeri disusul dengan mencelatnya dua
sosok mayat yang melayang keangkasa.
Sinar mata Koan Ing berkilat, belum sempat dirinya
mengambil sesuatu keputusan kereta berdarah tersebut
ditengah suara tertawa yang amat menyeramkan telah
menerjang masuk ketengah kalangan yang disusul suara
desiran angin dari serangan cambuk yang menghajar tubuh
Yuan Si Tootiang sekalian.
Melihat datangnya serangan tersebut Yuan Si Tootiang
merasa nyalinya pecah, karena ia baru saja sembuh dari luka
yang amat parah sudah tentu tidak berani menerima
datangnya serangan yang begitu dahsyat dari orang dibalik
kereta berdarah tersebut.
Tubuhnya terburu-buru mengundurkan diri dua langkah ke
belakang, tapi Phoa Thian-cu yang ada disisinya segera
membentak keras. Jaringan emasnya digetarkan ke depan
sehingga tampaklah cahaya keemas-emasan berkilauan
melindungi seluruh tubuh si tosu tua dari Bu-tong-pay ini,
sedang Si Ih Mo Tuo pun dengan dengusannya yang berat
melancarkan satu serangan toya ke arah ujung cambuk.
Cambuk panjang itu dengan cepat meleset ke samping lalu
membentuk gerakan busur ditengah udara.
"Plaaak!" Dengan disertai suara bentrokan yang amat
nyaring, seorang berbaju hitam yang menjaga diri Cha Ing Ing
sudah kena dipukul mental dan bersamaan itu pula tubuh Cha
Ing Ing sudah kena telibat dan ditarik masuk ke dalam kereta.
Tindakannya ini benar-benar berada diluar dugaan semua
orang yang hadir di dalam kalangan dan tampaklah kereta
berdarah itu dengan cepatnya sudah menerjang kembali ke
arah diri Koan Ing. Melihat tindakan dari orang yang berada di dalam kereta
berdarah itu, Koan Ing jadi teramat gusar.
"Tong Phoa Pek! Cepat lepaskan kembali gadis itu!"
bentaknya keras. Ditengah suara suitannya yang amat nyaring, tubuhnya
laksana seekor burung rajawali dengan cepatnya sudah
menubruk ke arah kereta berdarah sedang sepasang
telapaknya ber~sama-sama didorong ke depan melancarkan
satu pukulan dahsyat. Suara tertawa seram bergema memenuhi angkasa, dari
balik kereta berdarah itupun segera bergulung satu pukulan
yang maha dahsyat menyambut datangnya serangan dari
pemuda tersebut. "Braaak!" kedua gulung hawa pukulan tersebut bentrok
menjadi satu ditengah udara, dan tubuh Koan Ing segera
terpukul getar sehingga mundur setengah tindak ke belakang,
sedangkan kereta berdarah itu sendiri pun goncang amat
keras. Sekali lagi Koan Ing menutulkan ujung kakinya ke atas
tanah dan menubruk kembali ke arah kereta berdarah
tersebut. Ditengah larinia kuda berwarna merah yang amat cepat,
kereta berdarah tersebut telah berlari meninggalkan tempat
itu. Sehingga ditengah kalangan cuma tinggal debu serta pasir
yang mengepul memenuhi seluruh angkasa.
Semua orang yang hadir ditengah kalangan itu dibuat
terperanjat oleh perubahan yang secara mendadak ini, apalagi
tenaga dalam Koan Ing yang demikian dahsyatnya itu seketika
itu juga membuat semua orang jadi tertegun.
Yuan Si Tootiang sendiri sama sekali tidak menyangka
kalau tenaga dalam dari pemuda itu bisa pulih dengan
demikian cepatnya, ditambah pula setelah mendengar
sipemuda membentak tadi, dua orang yang ada di dalam
kereta berdarah itu bukan lain adalah "Thian Yang Siauw Yu"
Tong Phoa Pek. hatinya semakin terperanjat lagi.
Menanti Koan Ing serta kereta berdarah itu sudah pada
berlalu. Yuan Si Tootiang baru sadar kembali dari lamunannya,
aku melihat Song Ing masih ada disana terutama anak panah
berapi "Hek Siauw Liew Hwee Ciam"nya buru-buru mereka
bertiga melayang pergi dari sana.
Pada saat ini Song Ing pun tak ada kekuatan untuk
menghadapi mereka bertiga, karena itu melihat mereka
meninggalkan tempat tersebut dia sama sekali tidak turun
tangan mencegah. Kita balik pada Koan Ing yang mengejar kereta berdarah
itu, hanya di dalam sekejap saja sepuluh li sudah dilalui
dengan cepatnya, sedang yang dilalui kereta berdarah itupun
semakin lama semakin curam dan semakin berbahaya.
"Tong Phoa Pek!" bentaknya kemudian sembari mengejar
dari belakang kereta berdarah tersebut. "Bilamana kau
menyebut dirimu sebagai orang nomor wahid dari seluruh
kolong langit, kenapa tak berani menghentikan kereta untuk
bergebrak melawan aku?"
Tong Phoa Pek yang berada di dalam kereta berdarah itu
sama sekali tidak menggubris akan perkataannya, sebaliknya
kereta tersebut masih tetap berlari dengan amat cepatnya
menuju ke arah depan. Hanya di dalam sekejap saja sampailah mereka di atas
sebuah tebing yang amat curam dan terjal dan secara tibatiba
kereta berdarah itu berhenti berlari.
Buru-buru Koan Ing enjotkan badannjta menghalangi di
depan kereta berdarah tersebut. Saat itulah tampak Tong
Phoa Pek sambil mengempit tubuh Cha Ing Ing dan tangannya
yang satu mencekal tali les kuda sedang memandang ke
arahnya dengan pandangan sinis.
Koan Ing pun dengan pandangan yang amat sinis
memperhatikan diri Tong Phoa Pek. Empat mata bertemu jadi
satu, tetapi tidak seorangpun yang mengucapkan sepatah
kata, "Nih aku kembalikan kepadamu!" seru Tong Phoa Pek,


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian seielah berdiam beberapa saat lamanya.
Selesai berkata tangan kirinya diajunkan ke depan
melemparkan tubuh Cha Ing Ing ke arah Koan Ing.
Melihat tindakan tersebut Koan Ing merasa hatinya
terperanjat, dia tidak mengerti apa maksud dari perbuatan
Tong Phoa Pek ini tetapi tak ada salahnya ia menerima gadis
tersebut. Maka tangannya dengan cepat menyambut datangnya
tubuh Cha Ing Ing, kemudian menepuk bebas jalan darahnya
yang tertotok. Cha Ing Ing dengan erat mencekal ujung baju Koan Ing
lalu bersembunyi dibalik tubuh pemuda itu untuk memandang
ke arah Tong Phoa Pek dengan pandangan amat terperanjat.
Sebetulnya banyak perkataan yang hendak diucapkan
olehnya terhadap sang pemuda tetapi melihat keadaan dan
situasi yang demikian tegangnya untuk sesaat tak sepatah
katapun yang berhasil diucapkan keluar.
Saat inilah dia baru dapat melihat majikan dari kereta
berdarah yang selama ini bertindak sangat misterius itu,
Mendadak Tong Phoa Pek mengajunkan kembali tangan
kanannya, dan terlihatlah serentetan cahaya keemasan
berkelebat ke arah depan,
Dengan gesitnya Koan Ing menyambut datangnya cahaya
keemasan yang bukan lain adalah pedang Kiem-hong-kiamnya
itu, dan tak kuasa lagi hatinya rada melengak.
Bagaimana mungkin ini hari Tong Phoa Pek bisa bersikap
lapang dada terhadap dirinya"
"Koan Ing!" terdengar Tong Phoa Pek menegur dengan
suaranya yang amat dingin. "Sudahlah, ini hari di tempat ini
tak bakal ada orang lain yang mengganggu kita lagi aku
dengar nasibmu sangat mujur, bukan saja tidak mati bahkan
sebaliknya telah mendapatkan ilmu silat peninggalan Hiat-hopay
oleh karena itu ini hari juga aku akan mengadakan
pertempuran untuk menentukan siapa yang unggul lebih
diantara kita!" Selesai berkata dengan perlahan dia bertindak turun dari
kereta berdarahnya. Koan Ing yang melihat sikap dari
perkataannya itu segera mengetahui kalau Tong Phoa Pek
telah mengambil keputusan untuk mengadakan pertempuran
sengit dengan dirinya. Tak kuasa lagi alisnya dikerutkan rapat-rapat, dan dengan
menggunakan tiga buah jari tangan kirinya dia mulai menekuk
pedang kiem-hong-kiamnya sehingga berbentuk setengah
busur. "Hee.... hee.... bisa memperoleh pengajaran dari Thian
Yang Siuw-su hal ini merupakan keberuntungan dari aku
orang she-Koan" katanya sambil tersenyum.
Sehabis berkata tangan kirinya dilepaskan.... dengan
menimbulkan suara dengungan yang memekikkan telinga
pedang kiem-hong-kiamnya memantul kembali menjadi lurus.
"Koan Ing!!!" seru Tong Phoa Pek sambil dengan perlahan
bertindak turun dari kereta berdarah itu dan tertawa dingin.
"Kepandaian silatmu terlalu tinggi, dengan usiamu yang masih
begitu muda ternyata bisa memiliki kepandaian yang begitu
dahsyat, hal ini sangat berbahaya bagi kita orang-orang dari
angkatan tua karena itu tak ada jalan lain lagi kecuali
menghukum mati dirimu!"
"Engkoh Ing hati-hati1ah!" ujar Cha Ing Ing perlahan
sambil melepaskan cekalannya pada ujung baju pemuda
tersebut, Setelah itu dengan hati yang kebat-kebit setindak demi
setindak ia mengundurkan dirinya ke belakang.
Koan Ing tersenyum sambil menoleh ke arah Tong Phoa
Pek katanya, "Siapa yang bakal menderita kalah belum bisa
ditentukan, buat apa kau orang bicara terlalu besar!"
Selesai berkata tubuhnya mencelat ke atas, pedang kiemhongkiamnya dengan menimbulkan suara desiran yang amat
memekakkan telinga segera membentuk gerakan satu
lingkaran busur yang amat besar mengurung seluruh tubuh
Tong Phoa Pek. Inilah jurus "Noe Ci Sin Kiam" dari ilmu pedang "Thian-yu
Khie Kiam". Tong Phoa Pek-pun menggetarkan cambuknya ketengah
udara, dan seketika itu juga seluruh angkasa telah dipenuhi
dengan desiran angin tajam yang menyesakkan napas.
Mendadak Koan Ing berteriak keras, tubuhnya melayang ke
atas, sedang pedang kiem-hong-kiamnya dengan gerakan
jurus "Ban Sin Peng To" menekan ke arah bawah, menggencet
ujung cambuk dari Tong Phoa Pek.
Air muka Tong Phoa Pek segera berubah hebat, cambuknya
kembali ditegangkan laksana kawat baja yang amat kuat.
Cahaya keemas-emasan berkilat memenuhi angkasa. yang
membuat cambuk panjang itu seketika itu juga terbabat putus
menjadi dua bagian. Kembali Koan Ing membentak keras. pedang kiem-hongkiamnya
segera mengejar ke arah tubuh Thian Yang Siauw Su
ini. Tong Phoa Pek meraung keras, cambuknya segera
disambitkan ke arah pemuda tersebut sedang tubuhnya
sendiri mencelat ke dalam kereta berdarah.
"Criiiing....!" tahu-tahu sewaktu memutar tubuhnya kembali
ditangannya telah bertambah sebilah pedang berwarna hijau
yang memancarkan cahaya tajam.
Dan dengan kerennya dia berdiri di atas kereta berdarah itu
sambil melintangkan pedangnya di depan dada, dia tahu
untuk memperoleh kemenangan dengan mengandalkan
cambuk tidaklah mungkin akan berhasil, apa lagi tenaga
dalam dari Koan Ing telah memperoleh kemajuan begetu
pesat. karena itu akhirnya ia mengambil keputusan untuk
menggunakan pedang saja untuk menghadapi pemuda
tersebut. Koan Ing yang tadi berhasil menangkis jatuh datangnya
sambitan cambuk dari Tong Phoa Pek sewaktu melihat diapun
mencabut keluar pedangnya hatinya jadi rada berdesir, diapun
buru-buru melintangkan pedangnya di depan dada.
Dengan gusarnya Tong Phoa Pek membentak keras,
tubuhnyapun segera melayang ke atas dan menubruk ke
depan, pedangnya segera memainkan ilmu pedang "Suo Sim
Kiam Hoat" yang merupakan ilmu pedang dari si iblis nomor
satu dari Bu-lim, sijagoan penghancur sukma Pek Lie Si Beng.
Begitu pedang tersebut menyambar keluar segera
terlihatlah cahaya pedang yang menyilaukan mata
bermunculan dari ujung pedang mengurung beberapa depa di
sekeliling tempat itu. Koan Ing merasa amat terperanjat, ilmu pedang "Suo Sim
Cap Pwee Kiam" inipun ia pernah mempelajarinya, kini Pong
Phoa Pek hendak mengeluarkannya untuk menghadapi dia
orang hal ini sudah tentu tidak membuat dirinya jadi jeri.
Maka ditengah suara bentakannya yang amat keras diapun
mengeluarkan jurus-jurus serangan mengikuti iimu "Suo Sim
Cap Pwee Kiam" tersebut.
Seketika itu juga seluruh kalangan dipenuhi dengan suara
desiran angin serangan yang mengerikan.
Cha Ing Ing yang melihat mereka berdua saling serang
menyerang dengan dahsyatnya, saking terperanjat tak
sepatah katapun bisa diucapkan keluar. Dan dengan
kedahsyatan dari tenaga dalam yang mereka berdua memiliki
mungkin pada saat ini sukar uniuk mennyarikan tandingannya.
Jurus-jurus serangan Tong Phoa Pek semakin lama semakin
gencar dan semakin gesit, tetapi tiba-tiba ia menarik kembali
pedangnya lalu menempelkan pada pedang ditangan Koan
Ing. Pedang Kiem-hong-kiam yang berada ditangan Koan Ing
begitu kena ditempel oleh pedang pihak lawan, hatinya jadi
rada terperanjat dibuatnya, secara samar-samar dia merasa
dari balik pedangnya tergulunglah satu tenaga tekanan yang
menggetarkan seluruh isi hatinya, dia orang yang berusaha
untuk melepaskan diripun tak sanggup.
Dalam hati ia lantas menebak kalau jurus serangan ini
tentulah sudah menggunakan ilmu pepang yang diunggulkan
oleh "Bu-lim Kiam Sin" Yong Ci Teng, maka sinar matanya
kembali berkilat2 dan dia tahu bilamana dirinya tidak berusaha
untuk melepaskan diri, maka pedangnya tentu akan terlempar
lepas. Berbagai ingatan dengan cepat berkelebat memenuhi
seluruh benak pemuda tersebut dan ditengah suara suitan
gusar yang amat nyaring pedang kiem-hong-kiamnya
digetarkan sekeras2nya sekali lagi dia melancarkan serangan
dengan menggunakan jurus "Noe Tai Sin Kiam" dari ilmu
pedang "Thian-yu Kiam Hoat"
Tong Phoa Pek hanya tertawa dingin tiada hentinya, ia
sama sekali tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
sebaliknya Koan Ing yang pedangnya kena dihisap itu boleh
dikata sama sekali tak berhasil bergerak maka sudah tentu
serangannya tadipun sama sekali tak berguna.
Sampai pada waktu itulah Koan Ing baru merasa amat
terkejut bercampur cemas, dan dengan gusarnya kembali ia
bersuit gagang pedangnya mendadak meluncur kebawah
menghajar iga dari Tong Phoa Pek inilah serangan yang kedua
dari ilmu Lian Huan Sam Ci.
Melihat datangnya serangan tersebut Tong Phoa Pek jadi
sangat terkejut. dia sama sekali tidak menyangka kalau Koan
Ing masih memiliki jurus serangan yang demikian dahsyatnya,
maka buru-buru tangan kirinya diangkat menghantam
pergelangan tangan dari pemuda tersebut.
Belum habis Koan Ing bersuit nyaring tangan kirinya
laksana kilat cepatnya sudah membentuk gerakkan setengah
busur ditengah udara lalu dengan hebatnya menghajar jalan
darah "Ci Bun Toa Hiat" pada dada sebelah kiri dari musuhnya
Tong Phoa Pek jadi amat kaget, dia tak sempat untuk
menghindarkan dirinya lagi karena jurus serangan ini adalah
serangan yang dilatih Kong Boen Yu Selama dua puluh tahun
ini, sudah tentu kedahsyatannya luar biasa sekali.
Maka pedang ditangan kanannya buru-buru di tarik ke
belakang, tetapi siapa sangka Koan Ing pun pada saat itu
telah menggunakan gerakan melengket untuk menghisap
pedang pihak lawan, jadi walaupun ia sudah mencabutnya
tetapi tetap tak berhasil melepaskan diri.
Baru saja Tong Phoa Pek merasa amat terperanjat tahutahu....
"Braaak....!" dengan kerasnya dada sebelah kirinya kena
dihantam oleh serangan Koan Ing tersebut, dia meraung keras
dan mengundurkan diri dengan sempoyongan sambil
melepaskan pedangnya, karena tak kuasa lagi darah segar
segera muncrat keluar dari mulutnya.
Dengan amat tenangnya Koan Ing segera kebaskan tangan
kanannya untuk melepaskan diri dari hisapan pedang Tong
Pho Pek. "Bagaimana" Mau diteruskan tidak pertempuran kita ini?"
ejeknya. Tiba-tiba Tong Phoa Pek enjotkan badannya melayang ke
atas kereta berdarah, ditengah suara bentakkannya yang amat
keras bercampur gusar itu ia sudah melarikan kereta tersebut.
meninggalkan tempat tersebut.
Melihat tindakan itu Koan Ing jadi amat kaget dia tidak
menyangka kalau sewaktu dirinya berada di dalam keadaan
girang Tong Phoa Pek bisa melarikan diri dengan
menggunakan kereta berdarah tersebut.
Kembali dengan termangu-mangu Koan Ing memandang
kereta berdarah itu menjauh dari atas tebing, dan hampirhampir
dia merasa tidak percaya atas pandangannya sendiri.
Manusia seperti "Thian Yang Siuw-su" Tong Phoa Pek yang
begitu sombong ternyata sudah pergi setelah kalah satu jurus
dari dirinya. Ooo)*(ooO Bab 50 BELUM HABIS BERPIKIR, Cha Ing Ing dengan cepatnya
sudah berlari mendekati lalu menubruk ke dalam pelukan
Koan Ing dan menangis tersedu-sedu,
"Ing Ing! Aku sudah membuat kau tersiksa," ujar Koan Ing
tersenyum dan merangkul tubuh gadis tersebut. "Tetapi
sekarang sudah tak ada urusan lagi, marilah kita pergi mencari
ayahmu!" Cha Ing Ing segera dongakkan kepalanya dan memandang
ke arah Koan Ing, tetapi beberapa saat kemudian dengan
perlahan ia menundukkan kepalanya kembali dan mengusap
kering air mata yang menetes keluar membasahi pipinya
Sebetulnya dia mengharapkan Koan Ing bisa sedikit mesra
padanya, dan kini ternyata Koan Ing benar-benar suka
padanya, dan perkataan ini ditimbulkan secara spontan dari
dasar hatinya tanpa mencampurkan rasa cinta muda-mudi
didalamnya. Demi dirinya Koan Ing sudah rela bertempur dengan Tong
Phoa Pek, dan dari sudut ini sudah cukup menunjukkan kalau
dia sangat baik terhadap dirinya,
Karena itu terhadap pemuda tersebut tak sepatah katapun
bisa diucapkan keluar, hanya saja dalam hati merasa kecewa.
Sambil tersenyum pemuda itu memandang wajah Cha ing
Ing, dia telah mengetahui, apa yang dipikirkan gadis itu pada
saat ini. "Ing Ing! Mari kita berangkat" ajaknya kemudian sambil
menggandeng tangan dara itu.
Mereka berdua melakukan perjalanan ke depan saat itu hari
sudah terang tanah, cuma saja sekeliling tempat tersebut
dipenuhi dengan kabut yang amat tebal sekali, sehingga
permukaan tanah terasa sangat lembab dan basah.
"Sungguh aneh sekali!" ujar Koan Ing sambil memandang
sekeliling tempat itu, dahinya dikerutkan rapat-rapat "Hari
sudah terang tanah, kenapa tempat ini masih diliputi kabut
yang demikian tebalnya?"
Siapa sangka baru saja dia menyelesaikan kata-katanya
dari balik kabut terdengarlah suara seseorang yang amat
berat, "Aneh" Kalau cuma soal ini belum begitu
mengherankan, peristiwa yang aneh masih banyak
dibelakang!" Mendengar munculnya suara tersebut baik Koan Ing
maupun Cha Ing Ing merasa hatinya bergidik dan serentak
menghentikan langkahnya. Cha Ing Ing dengan rasa ketakutan segera bersandar pada
tubuh Koan Ing sedang matanya dengan tajam menyapu ke
sekeliling tempat tersebut.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia tidak menyangka sama sekali kalau perkataan dari
Koan Ing tadi bisa mendatangkan jawaban dari seseorang
yang sama sekali tidak dikenal.
Sinar mata pemuda tersebut dengan tajamnya menyapu
sekejap ke sekeliling tempat itu walaupun begitu suasana di
tempat itu masih tetap tenang-tenang saja tak tampak
sesosok bayangan manusiapun.
Apalagi Cha Ing Ing benar-benar terperanjat Oleh kejadian
itu. bisiknya kepada pemuda itu;
"Siapa?" "Haaaa.... haaaa.... sekalipun kau bertanya kepada diri
Koan Ing diapun tidak bakal tahu!" seru orang dibalik kabut itu
sambil tertawa terbahak-bahak. "Coba kau lihat aku
perlihatkan semacam benda kepada kalian!"
Baru saja perkataannya selesai diucapkan, dari hadapannya
mendadak Koan Ing dapat melihat munculnya seorang kakek
tua berambut putih yang sedang berjalan mendekat dengan
sempoyongan. Tetapi begitu melihat munculnya orang itu Koan Ing jadi
amat terperanjat karena dia bukan lain adalah Ciat Ih Toocu
dari lautan Timur, Ciu Tong adanya!
Ditangan kanan si iblis sakti itu mencekal sebatang pohon
yang amat besar sekali, sepasang matanya yang amat tajam
telah berubah menjadi memerah. Langkahnyapun
sempoyongan dan tidak tetap. Agaknya kesadaran dari orang
tua itu sudah punah. Koan Ing benar-benar merasa hatinya terperanjat, dengan
kedahsyatan dari tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tong untuk
tidak tidur selama tiga hari tiga malampun bukan satu
persoalan yang sulit tidak disangka baru saja mereka berpisah
selama empat hari dia orang sudah berubah jadi demikian,
jelas setelah perpisahannya dengan dia si kakek tua dari
Lautan Timur ini pasti telah menemui peristiwa yang
mengherankan, kalau tidak mana mungkin bisa jadi begini.
Walaupun dalam hati pemuda itu merasa amat gemas
terhadap tindak-tanduk serta sikap dari Ciu Tong, tetapi
melihat dia sudah berubah jadi demikian mengenaskan
hatinya jadi iba juga. "Siapakah orang yang berada dibalik kabut itu?" pikirnya di
dalam hati. "Kepandaian silatnya tentu sangat luar biasa,
kalau tidak bagaimana mungkin Ciu Tong bisa berubah jadi
begini?" Dengan jalan sempoyongan Ciu Tong berjalan ke depan
tubuh Koan Ing. lama sekali dia memandang pemuda itu
termangu-mangu. "Kaukah Koan Ing?" tanyanya perlahan "Cepat tolong aku
Kalau tidak kaupun bakal ikut mati!!"
Selesai berkata tangannya mengendor dan rubuh tidak
sadarkan diri. Koan Ing merasa hatinya berdesir, perlahan-lahan ia
berjongkok memeriksa keadaan dari Ciu Tong.
"Heee.... heeee.... apakah pada saat ini kau masih punya
niat untuk menolong dirinya" Kaulah manusia yang dicari oleh
kami pihak rimba "Wang Yu Liem"!" seru orang yang berada
dibalik kabut itu sambil tertawa.
Koan Ing jadi tertegun karena dari benaknya terlintaslah
satu bayangan.... Rimba "Wang Yu Liem?" Bukankah tempat itu
adalah salah satu dari tiga tempat terlarang di dalam Bu-lim"
Bagaimana mungkin pihak rimba Wang Yu Liem pun ikut di
dalam perebutan kereta berdarah ini".
Maka dengan perlahan-lahan ia bangun berdiri, selama ini
belum pernah ada manusia yang bisa loloskan diri dari dalam
rimba Wang Yu Liem dan kini dirinya telah terjerumus ke
dalam lingkungan rimba yang amat mengerikan itu.
Kabut mengalir semakin tebal, segulung angin dingin
bertiup lewat membuat suasana terasa nyaman.
Selagi dia berdiri termangu-mangu itulah mendadak dari
balik kabut berjalanlah keluar seseorang.
Melihat akan tampang orang itu seketika itu juga Koan Ing
merasa darah panas di dalam tubuhnya bergolak amat hebat.
Dia bukan lain adalah musuh besar pembunuh ayahnya, si
sastrawan berbaju sutera Bun Ting-seng adanya.
Dalam gusarnya Koan Ing membentak Keras, tubuhnya
mencelat ke atas, sedang pedang kiem-hong-kiamnya dengan
membentuk serangkaian pelangi merah, dengan dahsyatnya
menghajar diri Bun Ting-seng,
Melihat musuh besarnya hendak melarikan diri, Koan Ing
segera kibaskan pedangnya ke depan pula, dengan disertai
suara desiran yang amat tajam ia mendesak lebih ke depan.
Tiba-tiba dari balik kabut terdengarlah suara tertawa
terbahak-bahak yang amat nyaring bergema memenuhi
angkasa. "Haaa.... haaa.... di dalam rimba Wang Yu Liem tidak
diperkenankan untuk membunuh orang!" seru orang itu keras.
Baru saja perkataan itu diucapkan keluar Bun Ting-seng
kembali berkelebat ke arah belakang, kecepatan geraknya
memaksa dia orang tak sempat lagi untuk mengejar.
Melihat kejadian itu Koan Ing terasa hatinya berdesir,
karena hal ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang lain.
Dengan kesempurnaan dari tenaga dalamnya, orang tak akan
bisa lolos. Dia bersama-sama dengan Sang Siauw-tan pernah
mengalami apa yang disebut 'Menipu mata memindah barang',
bukankah apa yang dilihatnya sekarang ini sama dengan apa
yang dialaminya dulu"
Berpikir akan hal itu Koan Ing segera putar balik dan
berkelebat mengikuti jalan semula. Siapa sangka sewaktu tiba
ditempatnya semula itulah bayangan dari Cha Ing Ing serta
Ciu Tong telah lenyap tak berbekas, kini hatinya jadi amat
cemas bercampur gusar tetapi sekalipun begitu, apa daya
tenaganya sendiri tak sampai.
Dengan hati amat menyesal ia menutupi wajahnya sendiri
dengan tangan, karena tadi tidak seharusnya dia orang
meninggalkan Cha Ing Ing sekalian.
Baru perlahan-lahan hatinya menjadi tenang kembali dan
Koan Ing pun segera jatuhkan diri bersila, dia merasa saat ini
dirinya telah bertemu dengan musuh yang paling tangguh,
bilamana orang yang ada dibalik kabut itu tidak dihadapi
dengan kesabaran, maka dirinya bakal menderita kekalahan
total. "Heeei.... bilamana Sang Siauw-tan ada pula disini,
alangkah baiknya!" pikirnya di dalam hati. Sewaktu hatinya
telah jadi tenang, dengan perlahan ia baru bangun berdiri....
Pada saat itulah, tiba-tiba....
Suara bentakan nyaring bergema datang disusul dengan
munculnya sebuah kereta yang amat besar menerjang masuk
ke dalam rimba. Koan Ing segera kerutkan dahinya, bukankah kereta itu
adalah kereta berdarah" Apa maunya datang kemari"
Apa mungkin Tong Phoa Pek telah melihat sesuatu" Lalu
siapakah majikan diri rimba Wang Yu Liem ini" Bagaimana
diapun memiliki ilmu iblis "Menipu mata memindah barang"
yang amat lihay itu! Saat inilah dari sudut yang diinjak Koan Ing serta kereta
berdarah itu sama sekali berbeda, karenanya tak ada niat
baginya untuk mengejar kereta tersebut.
Ditengah suara bentakan yang amat keras Tong Phoa Pek
sambil menunggang kereta berdarah menerjang ke arah
depan dengan cepatnya. Dengan langkah yang amat perlahan Koan Ing pun
melanjutkan perjalanannya ke depan dia tahu kabut inipun
tentu sengaja disebar oleh orang-orang pihak rimba "Wang Yu
Liem" sembari berjalan matanya dengan tajam mengingat2
terus keadaan di sekeliling tempat itu, karena dia takut kalau
dirinya akan tersesat jalan.
Tiba-tiba bayangan dari Bun Ting-seng itu sisatrawan
berbaju sutera muncul kembali di hadapannya.
Sinar mata Koan Ing berkilat, setelah secara diam-diam
menghitung sudutnya mendadak dia melepaskan busur dan
membidik ke arah bayangan tersebut.
Bayangan dari Bun Ting-seng seketika itu juga lenyap tak
berbekas. Bersamaan waktunya pula Koan Ing melesat ke
arah bayangan itu, ternyata dugaannya sedikit pun tidak salah
di tempat itu tampaklah sebuah batu berkaca yang
memancarkan cahaya tajam terpapas jadi dua bagian.
Suara tertawa yang amat keras kembali bergema
memenuhi angkasa. dan begitu mendengar suara tersebut
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat. Karena suara itu
bergema dan memantul kesana kemari, agaknya orang itu
mempunyai maksud untuk mengacaukan perhatiannya.
"Dimanakah majikan dari rimba Wang Yu Liem ini" Kenapa
kau tidak suka munculkan diri?" teriak Koan Ing sambil
kerutkan alisnya rapat-rapat.
"Koan Ing!" teriak orang yang ada dibalik hutan itu sambil
menarik kembali suara tertawanya. "Orang-orang berkata kau
adalah jagoan muda nomor wahid di dalam Bu-lim pada saat
ini, ternyata sedikitpun tidak salah! Cuma saat ini aku tidak
ingin berjumpa dengan dirimu, tidak sampai keadaan yang
kepepet aku tidak bakal munculkan diri. Hey, ,anak muda!
Tunggu saja sampai tiba saatnya!"
Selesai berkata suara tertawa yang amat keras kembali
bergema memenuhi angkasa.
Koan Ing menarik napas panjang-panjang, dia tahu dengan
mengandalkan kekuatan seorang diri tidak bakal dirinya bisa
memperoleh kemenangan. dan kenapa tidak mengundurkan
diri terlebih dahulu dari hutan ini" Bilamana kekuatan dari
Sian-thian-kauw bisa digabungkan dengan kekuatan dari
Tiang-gong-pang bukankah untuk memusnahkan rimba Wang
Yu Liem ini jadi amat mudah sekali"
Baru saja ia berpikir sampai disini mendadak dan balik
kabut muncullah seorang nikouw berbaju putih.
Hati pemuda tersebut jadi amat terperanjat, bukankah dia
adalah Cing It Nikouw" Bagaimana mungkin dia bisa tiba disini
juga" Apakah itupun merupakan pengaruh dari menipu mata
memindah barang" Dan setelah menanti Cing It Nikouw sudah
berjalan mendekati pemuda tersebut, Koan Ing baru tahu
kalau dia bukanlah bayangan tipuan.
"Suci, bagaimana kau pun bisa tiba disini?" Tanya Koan Ing
buru-buru sambil maju menyongsong.
Dengan perlahan Cing It Nikouw menundukkan kepalanya
rendah-rendah lalu katanya dengan suara yang amat lirih,
"Majikan dari rimba Wang Yu Liem minta aku datang
memberitahukan kepadamu, dia minta kaupun suka
menggabungkan diri dengan pihak rimba Wang Yu Liem,
karena pihak Wang Yu Liem bertujuan untuk membentuk
keadilan di dalam Bu-lim, mereka tidak akan sembarangan
turun tangan membunuh orang!"
Koan Ing tersenyum. "Bagaimanapun aku bisa bertemu kembali dengan suci
sudah cakup membuat hatiku jadi girang. tempo hari sewaktu
ada di lembah Chiet Han Kok. aku sangat menguatirkan jejak
dari suci, kini melihat suci tidak cedera sedikitpun hatiku jadi
ikut lega pula" Cing It nikouw yang mendengar perkataan tersebut segera
merasakan hatinya tergetar sangat keras, dan dengan
perlahan-lahan dia mulai dongakkan kepalanya. memandang
diri Koan Ing, ketika melihat sepasang biji matanya yang
hitam dan bening seperti hendak mengucapkan banyak kata
terhadap dirinya membuat dia merasa amat terharu sekali.
Koan Ing yang melihat sikap nikouw muda ini amat aneh
sekali tak kuasa lagi dia lantas bertanya,
"Suci'! kau kenapa" Mari kita keluar dari hutan ini dulu baru
berbicara lagi!" Sehabis berkata sambil membimbing lengan Cing It
Tootiang yang tinggal sebelah kiri itu mereka berjalan keluar
dari hutan. Sedangkan Cing It nikouw pun sambil tundukkan kepala
dan tak mengucapkan sepatah katapun mengikuti diri pemuda
tersebut. Dari balik hutan kembali berkumandang datang suara
tertawa terbahak-bahak yang amat nyaring sekali....
"Haa.... haa.... Koan Ing" Kerapa kau harus mencelakai
dirinya, dia kan sudah memasuki rimba Wang Yu Liem dan
telah bersumpah tak akan keluar lagi dari rimba ini. Dia
apabila keluar hutan ini dia pasti bakal mati."
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi amat
terperanjat, maka dengan cepat dia menghentikan langkahnya
dan menoleh memandang wajah sang nikouw.
Cing It nikouw menundukkan kepalanya rendah-rendah,
dan ketika melihat nikouw tersebut tidak berbicara diapun
lantas tahu kalau urusan ini tidak mungkin bohong. Tak kuasa
lagi keningnya dikerutkan rapat-rapat.
"Suci!" ujarnya sambil tertawa ringan. "Sebenarnya
siapakah manusia jahanam yang ada di dalam rimba Wang Yu
Liem itu" Apa yang dia suruh kau lakukan" cepat
beritahukanlah kepadaku, kita sebagai kakak beradik
seharusnya bicara blak2an!"
"Adik Ing!" seru Cing It nikouw dengan sedihnya sambil
memandang wajah Koan Ing "Kau tak usah ngurusi apa yang
dia suruh aku lakukan, orang ini terlalu kejam dan licik. Cepat
kau bawalah aku keluar dari hutan ini. Sekalipun mati aku
ingin mati disisi tubuhmu!"
Dengan pandangan sayu Koan Ing menyaksikan wajah Cing
It Nikouw yang pucat pasi itu berbagai ingatan segera
berkelebat memenuhi benaknya.
"Suci, buat apa kau begitu murung dan sedih hati?" ujarnya
kemudian sambil tartawa. "Aku tidak percaya kalau bangsat
itu ada kepandaian yang melebihi orang lain!!"
Kembali dengan perlahan Cing It Nikouw menundukkan
kepalanya. tak sepatah katapun yang diucapkan keluar.
"Suci! mari kita cepat keluar dari sini," ajak Koan Ing lagi
sambil membimbing tubuh nikouw tersebut.
"Koan Ing!" Kembali orang yang ada di dalam rimba itu
berseru sambil tertawa keras. "Buat apa kau mencelakai
nyawanya" Apalagi kaupun tidak bakal memperoleh kebaikan
dari dirinya, cepat atau lambat kau bakal menggabungkan diri
dengan kami dari pihak rimba Wang Yu Liem, karena kami
menghendaki damai! tidak sampai mengucurkan darah."
Koan Ing sama sekali tidak suka mendengarkan perkataan
selanjutnya dari majikan Wang Yu Liem tersebut, maka tanpa


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengucapkan kata-kata lagi dengan mengajak Cing It Nikouw
berlalu dari dalam hutan.
Kurang lebih satu jam lamanya mereka berdua melakukan
perjalanan di tengah kabut itu akhirnya sampailah mereka
diluar rimba yang berudara segar.
Koan Ing segera menarik napas panjang-panjang, sedang
Cing It Nikouw yang bersandar pada tubuhnya sama sekali
tidak mengucapkan sepatah katapun.
Koan Ing yang melihat nikouw tersebut sepertinya sama
sekali tak bertenaga buru-buru merebahkan tubuhnya ke atas
tanah. "Suci! sekarang kau merasa bagaimana?" tanyanya dengan
halus. Cing It nikouw menundukkan kepalanya tidak berbicara,
melihat sikapnya itu pemuda itupun lantas memeriksakan urat
nadinya Terasalah denyutan jantungnya normal, sedikitpun tak
perlihatkan tanda2 menderita sakit hal itu sudah tentu
membuat sang pemuda mengerutkan dahi.
Selagi Koan Ing merasa amat cemas itulah mendadak dari
hadapannya tampaklah Song Ing dengan membawa dua
orang muncul di dalam pandangan.
Hatinya amat girang sekali. "Subo! aku disini!" teriaknya
keras, Song Ing jaga melihat Koan Ing pun ada disana dengan
cepat enjotkan badannya melayang ke arah pemuda tersebut,
Dengan mengajak Cing It Nikouw mereka berdua lalu
serentak menjatuhkan diri memberi hormat.
Song Ing yang melihat Cha Ing Ing tak ada disana alisnya
segera dikerutkan rapat-rapat.
"Dimanakah gadis cilik yang satunya lagi?" tanyanya tanpa
terasa. "Rimba Wang Yu Liem tertera dihadapan mata, sedang Cha
Ing Ing lenyap dibalik rimba tersebut.... " sahut pemuda itu
dengan mata berkilat2." Baru saja boanpwee bertemu dengan
Cing It suci, dan karena dia dipaksa menelan racun maka aku
tolong ia keluar dari dalam rimba terlebih dulu kemudian baru
berusaha mencari akal menghancurkan rimba Wang Yu Liem
ini." Song Ing yang mendengar rimba Wang Yu Liem sudah
terpindah kesana dia lantas berseru tertahan setelah
memperhatikan hutan serta kabut yang aneh itu perintahnya
kemudian, "Perintah seluruh anak murid perkumpulan untuk
bersiap-siap melancarkan serbuan!"
Dua orang budak yang ada di belakangnya segera
menyahut dan mengundurkan diri dari sana.
"Baru saja aku bertemu dengan Sang Su-im," kata Song
Ing kemudian sambil menarik napas panjang. "Sebentar lagi
dia bakal tiba kemari, Sang Siauw-tan pun akan ikut datang."
Baru saja dia bicara sampai disitu tampaklah Sang Siauwtan
telah munculkan dirinya, Koan Ing yang melihat munculnya Sang Siauw-tan gadis
idamannya itu hatinya jadi amat girang tak kuasa lagi dia
berjalan menghampiri mereka.
Cing It nikouw yang melihat sikap dari pemuda itu dengan
termangu-mangu memandang bayangan punggungnya, jelas
ia merasa amat sedih sekali
Song Ing yang melihat sikap dari nikouw tersebut dalam
hati lantas memahami, dia tahu walaupun kedua orang
tersebut masing-masing pihak sebagai kakak beradik tetapi
secara diam tentu cing It nikouw telah menaruh rasa cinta
terhadap pemuda tersebut.
Sang Su-im yang melihat Koan Ing hendak memberi
hormat, buru-buru ulapkan tangannya.
"Buat apa kita masih menggunakan cara ini!" cegahnya
sambil tertawa. Sang Siauw-tan pun dengan cepat menerjang kehadapan
Koan Ing dan mencekal tangannya erat-erat, mereka berdua
masing-masing merasa hatinya amat girang dan ketika empat
mata bertemu tak seorang pun yang megucapkan kata.
Lama sekali baru terdengar Sang Siauw-tan berkata;
"Engkoh Ing aku merasa amat gembira sekali bisa berjumpa
kembali dengan dirimu!"
Sehabis berkata tak tertanan lagi air matanya bercucuran
membasahi pipinya. Koan Ing sendiripun merasa hatinya ikut terharu karena
melihat Sang Siauw-tan menangis dan tak kuasa lagi diapun
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
"Siauw-tan! Bukankah aku masih sehat-sehat saja",
katanya sambii tertawa dipaksakan.
Bilamana di samping situ tak ada orang lain mungkin
mereka berdua sudah berpekik2an dengan kencangnya.
Song Ing hanya tersenyum, tiba-tiba ia berkata
memecahkan kesunyian yang mencekam, "Putri kesayangan
dari Thja Can Hong terjerat di dalam rimba Wang Yu Liem.
murid kesayangan dari Sin Hong Soat-nie pun membutuhkan
obat pemunah, aku sudah perintahkan orang-orangku untuk
siap-siap menyerbu. Kau Sang Pangcu! Bagaimana
maksudmu!" Sang Su-im merasakan hatinya tergetar amat keras, sinar
matanya berkilat. "Apakah kereta berdarah itupun juga ada
didaiam rimba?" Dengan perlahan Koan Ing mengangguk.
"Saat itu kereta berdarah pun ada di dalam rimba, tetapi
siapakah majikan dari rimba Wang Yu Liem ini, aku sendiripun
tidak tahu karena dia tak suka munculkan diri!"
Selagi Sang Su-im termenung berpikir keras itulah
mendadak terdengar suara helaan napas perlahan, karena
Cing It nikouw telah rubuh tak sadarkan diri.
Koan Ing jadi terperanjat, buru-buru dia menghampirinya.
Tampaklah wajah Cing It nikouw pucat pasi bagaikan
mayat, denyutan jantungnya amat lemah jelas sekali dia
sudah terkena racun amat jahat.
Akhirnya setelah memeriksa tak berhasil mendapatkan hasil
ia dongakkan kepalanya menandang ke arah Song Ing bertiga.
Pada waktu itulah sitombak sakti Hoo Lieh telah tiba di
tempat itu, dengan beratnya Sang Su-im segera mendengus.
"Cepat kirim perintah untuk kepung rapat-rapat rimba ini
dan mengadakan pemeriksaan dengan teliti!" perintahnya.
Dengan amat hormat Hoo Lieh menyahut. baru saja ia
bersiap untuk mengundurkan dirinya tiba-tiba Sang Su-im
berkata lagi, "Bilamana keadaan terdesak bakar saja rimba
ini!" Baik Koan Ing maupun Song Ing yang mendengar perintah
itu merasa amat terkejut tapi merekapun merasa kagum atas
perbuatan dari Sang Su-im ini.
Kereta berdarah adalah benda yang diincar oleh semua
orang. Sedangkan Cha Ing Ing adalah putri kesayangan dari
kawan karibnya, dan tanpa memperdulikan resikonya, pada
saat yang perlu ia sudah turunkan peiintah untuk membakar
hutan itu. Bagi Koan Ing perbuatan ini adalah suatu tindakan yang
paling tepat, karena di dalam rimba Wang Yu Liem ini amat
sulit untuk mengadakan hubungan satu sama lainnya,
bilamana tak ada hubungan maka terpaksa mereka akan
terjerumus di dalam kancah pertempuran satu lawan satu, dari
pada harus berbuat begitu, adalah jauh lebih baik bakar saja
hutan itu. Dengan termangu-mangu Song Ing memperhatikan rimba
Wang Yu Liem yang penuh diliputi oleh kabut itu, setelah
menarik napas panjang-panjang akhirnya dia berkata,
"Pangcu! Bilamana kau sudah ambil keputusan untuk
mengadakan penyerbuan, maka anak buah dari perkumpulan
kami dengan senang hati akan menjalankan perintah dari
Pangcu!" Keadaan seperti ini Sang Su-im tak sungkan-sungkan lagi,
setelah memberi pesan terhadap beberapa rmacam tanda
rahasia, iapun menyuruh Hoo Lieh mengirim perintah.
Tidak selang lama Hoo Lieh sudah ayunkan tanganya ke
atas, sebuah anak panah berapi dengan cepat meledak
sebanyak tiga kali ditengah udara inilah tanda dari perintah
penyerbuan. Segerombolan demi segerombolan manusia dengan
cepatnya menerjang masuk ke dalam rimba tersebut.
Sinar mata Sang Su-im berkilat dia merasa pekerjaannya
kali ini tentu akan memperoleh sukses seperti yang diinginkan.
Merpati seekor demi seekor dilepaskan tetapi selama ini
belum pernah melihat apapun, entah orang-orang dari pihak
lembah Wang Yu Liem itu sudah pada bersembunyi dimana.
Kembali Sang Su-im termenung berpikir keras, pada saat ini
empat penjuru hutan telah terkepung rapat kecuali orang dari
rimba Wang Yu Liem melarikan diri, dari tebing yang setinggi
laksa kaki itu kalau tidak mereka tentu sedang bersembunyi.
Beberapa saat kemudian ia mengulapkan tangannya, Hoo
Lieh segera perintah untuk melepaskan sepuluh ekor burung
merpati keangkasa dan mengitari satu kali ke seluruh rimba.
Inilah tanda dari menarik mundur seluruh pasukan.
Tidak selang lama kemudian semua orang pada berjalan
keluar dari balik hutan. Waktu itulah Sang Su-im baru menoleh
ke arah SOng Ing, perempuan itu mengangguk dan ulapkan
tangannya. Sepuluh orang lelaki dengan cepat berkelebat keluar,
diantara desiran yang amat tajam, sepuluh batang anak panah
berapi "Hek Siauw Lieh HWee Ciam" telah dibidik ke dalam
hutan tersebut. "Blaam.... " seketika itu juga seluruh hutan sudah terjilat
api dan terkurung di dalam lautan api setinggi puluhan kaki.
Koan Ing yang melihat kejadian itu dalam hatinya merasa
agak tergetar, karena tidak menyangka akan kedahsyatan dari
jilatan api yang dihasilkan oleh panah berapi "Hek Siauw Lieh
Hwee Ciam" adalah sedemikian dahsyatnya, maka dengan
perlahan dia lantas menoleh ke arah Cing It nikouw.
Waktu itu kening dari nikouw muda itu sudah dibasahi oleh
keringat yang mengucur keluar dengan derasnya.
Lama sekali dia berdiri termangu-mangu, akhirnya tak
tertahan lagi kepada Song Ing serta Sang Su-im serunya,
"Bagaimana kalau aku pergi periksa sebentar keadaan dari
hutan ini?" Song Ing kerutkan alisnya rapat-rapat, belum sempat ia
mengucapkan sesuatu pemuda itu sudah berkata lagi,
"Bilamana aku pergi mengadakan pemeriksaan maka segera
akan tahu apa yang telah terjadi bilamana ada kemungkinan
aku akan segera menolong Cha Ing Ing keluar dari rimba
tersebut dan sekalian mintakan obat pemunah bagi Cing It
suci." "Kau pergilah ujar Sang Su-im kemudian sambil tertawa,
Aku sih selamanya lega hati cuma Sang Siauw-tan
mengijinkan atau tidak?"
"Siauw-tan!" seru pemuda itu kemudian sambil menoleh ke
arah gadis pujaannya. "Aku mau pergi sebentar, kau wakillilah
diriku untuk menjaga diri Cing It Suci?"
Sambil tertawa paksa Sang Siauw-tan mengangguk.
Demikianlah Koan Ing dengan cepat mencabut keluar
pedangnya, setelah memberi hormat terhadap Song Ing
berdua dengan cepat dia putar badan dan mencelat masuk ke
dalam hutan laksana seekor burung walet saja.
Dan ketika tubuhnya melayang ke atas permukaan tanah
itulah terasalah asap mengepul memenuhi angkasa dan
menyesakkan napas karena jilatan api membara dengan
hebatnya. Buru-buru sinar matanya menyapu sekejap di sekeliling
tempat itu, lalu dengan cepatnya dia menyusup kehutan yang
lebih dalam, Asap kabut tebal setelah terkena hawa api kini sudah
separuh bagian bujar. Dan ketika memperhatikan keadaan
disana apapun tak kelihatan hal ini membuat hatinya jadi
cemas. Sewaktu pemuda itu lagi kebingungan itulah tiba-tiba
terdengar suara sapaan dari seseorang yang sangat
dikenalnya. "Koan Ing!" Koan Ing menarik napas panjang-panjang, bukankah suara
itu berasal dari majikan rimba Wang Yu Liem" jelas sekali
suaranya berasal dari sebelah kiri.
Kembali alisnya dikerutkan rapat-rapat, jelas ia bermaksud
untuk memancing kedatangannya. Tetapi kejadian sudah jadi
begini tidak pergipun tidak mungkin terjadi.
Akhirnya setelah ragu-ragu sejenak dia melayang ke arah
sebelah kiri dimana asalnya suara tersebut.
Kembali ia melakukan perjalanan beberapa saat lamanya,
waktu itulah suara panggilan tersebut sekali lagi
berkumandang datang dan kali ini dia dapat memastikan kalau
suara tersebut muncul dari sebuah gua yang gelap disebelah
kirinya. Jelas sekali suara itu muncul dari dalam gua itu. Dia yang
berkepandaian tinggi dan bernyali tebal segera putar badan
dan dengan langkah lebar berjalan menuju kegua tersebut.
Suara tertawa yang amat keras kembali bergema keluar
dari gua itu. Selangkah demi selangkah Koan Ing memasuki ke
dalam gua itu, lewat beberapa saat belum juga tiba pada
tempat tujuannya, tak terasa pikirnya dihati: "Tidak aneh
kalau mereka tak takut dengan api, kiranya mereka berdiam di
dalam gua yang demikian dalamnya."
Kurang lebih puluhan kaki lagi ia berjalan akhirnya
sampailah disuatu tempat yang diterangi dengan sinar yang
amat kuat. Tempat itu bukan lain adalah sebuah ruangan batu yang di
sekelilingnya tertera permata yang memancarkan cahaya
tajam, seluruh ruangan terang benderang sehingga terlihat
apa saja yang ada disana.
Di-tengah-tengah gua duduklah seorang sastrawan berusia
pertengahan yang tersungging satu senyuman yang amat
tawar. "Kaukah majikan dari rimba Wang Yu Liem ini?" tanya
pemuda itu dengan memandang tajam si sastrawan,
"Haaaa.... haaaa.... , sedikitpun tidak salah, akulah majikan
dari rimba Wang Yu Liem" kata sastrawan berusia
pertengahan itu sambil tertawa terbahak-bahak. "Siapakah
namaku yang sebetulnya aku sendiripun tidak tahu, heee....
hee.... akhirnya kita dapat berjumpa pula!"


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm! apakah Cha Ing Ing ada ditanganmu" Masih ada
pula obat pemunah dari Cing It nikouw!" kata Koan Ing
dengan sinar mata berkilat.
"Haaa.... haaa.... kau tak usah cemas persoalan itu tidak
lebih cuma soal yang amat kecil" kata sisasterawan berusia
pertengahan itu sambil tertawa keras. "Aku rasa diantara kita
sudah terjalin suatu kesalah-pahaman!"
Tapi dengan perlahan Koan Ing mencabut keluar pedang
kiem-hong-kiamnya, dan berkata dengan berat.
"Aku datang kemari bukannya bertujuan untuk
membicarakan apakah ada kesalahan paham antara kita atau
tidak, tapi aku datang kemari adalah bermaksud untuk minta
orang dan obat pemunah, bilamana kau banyak cincong
lagi.... hee.... jangan salahkan aku orang akan menggunakan
kekerasan." "Aku mengabulkan untuk melepaskan Cha Ing Ing serta
Seruling Samber Nyawa 6 Pendekar Elang Salju Karya Gilang Bende Mataram 36

Cari Blog Ini