Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 18
pias terselip hawa hitam yang tipis sekali. Dengan rasa kaget dia segera berseru:
"Nona, jangan bergerak secara sembarangan, kau sudah terkena pukulan beracun biar
kubopong tubuhmu untuk pergi mencari tabib."
Saat ini pikiran dan perasaannya sangat kalut, kendatipun sedang membopong sesosok tubuh
yang montok dan indah, namun ia tak sempat melayangkan pikirannya untuk membayangkan
yang bukan-bukan. Dengan langkah cepat dia berlarian menuju kedepan, kegelapan makin mencekam sedang
disekeliling tempat itu belum juga kelihatan rumah penduduk akhirnya dengan perasaan gemas
dia berpikir: "Maknya, masa untuk mencari sebuah kotapun begini susah" padahal keadaan sangat
mendesak......sialan......"
Ditengah jalan, putri Kim huan sudah berada dalam keadaan tak sadar, namun goncangan
sepanjang jalan yang dialaminya membuat gadis itu pelan-pelan tersadar kembali. Mendadak ia
berpikir: "Thi sia, aku tak ingin belajar ilmu silat."
Suaranya amat lemah bagaikan suara nyamuk, andaikata tak didengarkan secara seksama, sulit
untuk didengar. Tanpa sadar Kim Thi sia menghentikan langkahnya lalu bertanya dengan keheranan: "
Kenapa?" "Sebab kau.......kau selalu men.......mencurigai aku........kau selalu menuduhku berniat
tak......baik kepadamu........aku.......aku benar-benar tak ingin belajar."
"Tapi apa sangkut pautnya dengan diriku?" seru Kim Thi sia tak habis mengerti. Putri Kim huan
mengerdipkan alis matanya yang jeli, lalu menjawab lirih:
"Bila.......aku.......aku tak belajar silat.....kau........kau pun tak usah kuatir lagi."
"ooooh, rupanya begitu" pikir Kim Thi sia.
Dengan cepat dia dapat menangkap maknsa yang sebenarnya dari ucapan tersbeut,
perasaan hatinya kontan bergetar keras, pikirnya lebih jauh:
"oooh....... rupanya dia tak bermaksud akan mencelakai aku, saat ini keselamatan jiwanya
terancam bahaya, tapi masih saja teringat akan hal tersebut tak mungkin dia membohongi aku
dalam keadaan begini......yaaaa pastilah sudah aku telah menaruh kesalahan paham kepadanya."
Dengan pikiran mana, pandangan maupun perasaan hatinyapun mengalami perubahan yang
amat besar. Lama sekali dia menatap wajah gadis itu lekat-lekat kemudian hiburnya dengan lembut:
"Perkataanmu itu sangat mengharukan hatiku, dulu akulah yang bersalah, aku selalu
membuatmu marah, apakah kau masih marah kepadaku" Kau....."
Mendadak ia tergagap dan tak mampu melanjutkan kata-katanya setelah sangsi sekian lama,
akhirnya dia baru berkata lagi:
"Tentunya kau tak akan menganggap diriku sebagai orang liar yang kasar dan berangasan
sehingga membenci diriku bukan" Aaaa i......aku benar-benar kuatir bila kau....."
Mendadak putri Kim huan tersenyum sambil menukas perkataannya yang belum habis
diucapkan itu, katanya: "Kau tak perlu gelisah, hidup sebagai seorang manusia sampai akhirnya toh harus mati juga
mati lebih awal atau mati belakangan toh sama saja artinya, asal kau bersikap baik kepadaku dan
asal aku bisa bersua sekali lagi dengan ayahku. Biar harus matipun aku akan mati dengan
perasaan lega." Kim Thi sia merasa terharu disamping gembira, sebagai orang kasar dia tidak tahu bagaimana
mesti menanggapi itu, akhirnya dia hanya berkata begini.
"Kau tak akan mati aku sudah bertekad akan mencarikan tabib untuk mengobati lukamu itu."
"Seandainya aku mati, apakah kau akan merindukan aku?" tanya putri Kim huan lagi sambil
menghela napas sedih. Mendengar perkataan yang begitu memelas sehingga seseorang yang berhati sekeras baja pun
akan tergerak hatinya. Kim Thi sia menjadi sangat beriba hati, tanpa ragu-ragu lagi sahutnya:
"Tentu saja." Putri Kim huan membuka matanya dan saling bertatapan sekejap dengannya, ketika empat
mata saling bertemu, tiba-tiba saja mereka saling berpandangan sampai lama sekali.
Entah berapa saat kemudian, gadis itu baru menundukkan kepalanya dengan sekulum
senyuman menghiasi ujung bibirnya, senyuman itu membuat orang merasa tertarik dan menaruh
rasa kasihan kepadanya. Diam-diam Kim Thi sia berpikir,
"Sungguh tak kusangka dia sebagai seorang gadis bangsawan, menaruh perhatian yang begitu
besar terhadap seorang gelandangan macam aku......."
Dengan perasaan yang bergelora ia membelai rambutnya yang lembut dengan penuh kasih
sayang, putri Kim huan mengeluh pelan kemudian menjatuhkan diri kedalam pelukannya.
Kim Thi sia merasa dirinya seakan-akan telah berubah menjadi seseorang yang lain, ia bertekad
selama hayat masih dikandung badan dia tak akan membiarkan gadis itu mati oleh pukulan
beracun, sebab dia sadar gadis cantik itu menempati posisi yang sangat penting dalam benaknya.
Mendadak ia merasakan napsunya bergolak. entah darimana datangnya keberanian, tiba-tiba
saja dia menundukkan kepalanya dan mencium dua lembar bibirnya......
Dalam waktu singkat dua hati saling bertautan, mereka seakan-akan lupa akan segalagalanya....
Butiran air mata jatuh berlinang membasahi wajah putri Kim huan, dengan lembut dia memeluk
pemuda itu dan bergumam: "Engkoh Thi sia, sejak berpisah setiap saat aku rindu kepadamu, hingga sekarang aku masih
selalu teringat bagaimana kau menyelimuti tubuhku ketika kau tahu aku takut kedinginan- Akupun
selalu teringat bagaimana kau tertidur didepan pintu dalam udara yang begitu dingin, aku selalu
berpikir, kau pasti seorang lelaki yang berjiwa ksatria. Apalagi setelah kau tak segan-segan
menerima pelbagai penderitaan untuk membebaskan aku dari pelbagai kesulitan, aku semakin
mengagumi kegagahanmu." Dengan perasaan terharu Kim Thi sia berkata:
"Aku hanya seorang bocah rudin, aku merasa tak sia-sia hidupku setelah memperoleh perhatian
yang begitu besar dari seorang gadis cantik bak bidadari macam kau." Kembali kedua orang itu
saling berpelukan dengan mesrahnya.
" Engkoh Thi sia" tiba-tiba putri Kim huan berbisik lagi. "Seandainya aku mati, apakah kau akan
kawin lagi?" "Tidak. selain kau seorang, aku tak akan kawin dengan siapapun." Putri Kim huan segera
menghela napas sedih. "Kau keliru engkoh Thi sia, setelah aku mati kau bisa kawin lagi, sebab aku pun tetap akan
bergembira." Kim Thi sia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali tanpa berbicara, perasaan hatinya
berat sekali, saat ini persoalan yang dirisaukan terasa makin banyak. dia merasa tidak
berkeyakinan untuk menyelamatkan gadis tersebut.
Dengan menghimpun segenap kekuatan dia berlarian terus entah berapa jauh telah ditempuh
ketika didepan situ muncul bayangan-bayangan sebuah kota.
Diam-diam ia merasa kegirangan setengah mati, dengan langkah lebar dia berjalan menuju
kedalam kota. Waktu itu malam semakin larut, cahaya lentera telah menerangi seluruh jalanan-Sambil
membopong tubuh gadis itu Kim Thi sia berhenti didepan sebuah rumah makan dan bertanya
kepada pelayannya. "Hey tolong tanya, dimanakah tempat tinggal tabib paling hebat dikota ini?"
Sambil menunduk pelayan itu berpikir sebentar, lalu sahutnya:
"Aku sendiripun kurang jelas, lebih baik bertanyalah kepada orang lain-......."
Dengan perasaan kecewa pemuda itu berniat pindah ketempat lain untuk mencari keterangan,
tapi saat itulah terdengar seorang tamu dalam warung itu berseru:
"Berbicara soal ilmu pertabiban, selalin Kong ci Sin, rasanya tiada orang kedua yang memiliki
kepandaian lebih hebat dari padanya."
orang itu berbicara dengan suara berat dan mantap. sinar matanya tajam, dalam sekilas
pandangan saja orang akan tahu kalau dia adalah seorang tokoh luar biasa.
Kim Thi sia segera merasakan raut muka sastrawan setengah umur itu seperti sangat dikenal
olehnya, tapi untuk sesaat dia tak teringat dimanakah mereka pernah bersua. Buru-buru tanyanya
lagi: "Bolehkah aku tahu dimana tempat tinggal Kong ci Sin?"
"Sisi kiri tebing song cu nia dibarat kota adalah tempat tinggalnya. Asal kau berjalan menuju
kearah barat, tak lama akan kau temukan tempat tinggalnya."
Sementara berbicara, soro matanya yang tajam mengawasi terus pedang yang tersoren
dipinggang Kim Thi sia tanpa berkedip. wajahnya memancarkan rasa kaget dan tercengang yang
luar biasa. Kim Thi sia merasa terkejut bercampur keheranan, namun ia tak berani tinggal lebih lama lagi
disitu. Setelah mengucapkan terima kasih, cepat-cepat dia berangkat menuju kebarat.
Selang beberapa saat kemudian tibalah ia disebut jalan besar dengan sederet bangunan rumah
yang besar. Dibawah sebatang pohon siong berdiri sebuah gedung besar dengan selembar kain putih
berkibar didepannya, diatas kain itu tertulis berapa huruf yang amat besar. "Tempat kediaman
Kongci Sin." Dengan perasaan girang pemuda itu mendorong pintu pagar dan masuk kedalam halaman
sambil berseru: "Apakah Tuan Kongci Sin ada dirumah?"
Steelah berteriak berapa kali, pintu rumah baru dibuka dan muncul seorang kakek bermuka
bersih dengan jenggot bercabang tiga menghiasi wajahnya. Kakek itu segera menegur: "Ada
urusan apa?" " Kaukah yang bernama tuan Kongci Sin?"
Dengan sorot mata yang tajam kakek itu memandang sekejap kearah putri Kim huan yang
tertidur nyenyak dalam pelukannya, kemudian menjawab dengan suara dingin dan hambar: "Yaa
benar, akulah Kongci Sin. Ada urusan apa?"
" Kau toh seorang tabib, kalau bukan pasien yang datang untuk berobat, buat apa jauh-jauh
kemari untuk mencarimu?"
Namun diluarnya dia tetap bersikap lembut dan sengaja mengulumkan senyuman yang ramah
katanya dengan penuh kesopanan:
"Sudah lama kudengar nama besar sianseng, maka itu kami sengaja datang untuk berobat."
Kongci Sin tetap berdiri tak bergerak didepanpintu rumahnya meski habis mendengar perkataan
tersebut, sudah jelas ia berniat menolak kehadiran tamunya itu. Dengan pandangan yang dingin ia
melirik sekejap kearah putri Kim huan lalu tanyanya: "Siapa namamu?"
Biarpun dalam hati kecilnya merasa kheki namun sedapat mungkin Kim Thi sia menahan diri, ia
segera menjawab: "Aku bernama Kim Thi sia"
Kongci Sin kelihatan agak tertegun sekali lagi ia memandang pemuda itu dengan sorot mata
yang dingin, tapi sikapnya kali ini jauh lebih baikan katanya kemudian dingin: "Masuklah"
Dengan langkah lebar Kim Thi sia masuk kedalam kamar membaringkan putri Kim huan diatas
sebuah pembaringan, pikirnya:
"Hmmm, tua bangka celaka, sekarang kau boleh berlagak tapi ingat, suatu ketika aku pasti
akan memberi pelajaran yang setimpal kepadamu."
Sementara itu Kongci sin sudah berganti pakaian dan muncul didalam ruangan untuk
memeriksa keadaan penyakit yang diderita putri Kim huan.
cara pengobatan yang dilakukan orang tua ini sangat aneh, ia tidak memeriksa denyut nadi,
tidak memeriksa detak jantung. Melainkan hanya membelalakkan matanya lebar-lebar sambil
mengawasi raut muka gadis tersebut.
Selang berapa saat kemudian, ia baru bertanya dengan suara dalam: "Bukankah istri anda
terkena pukulan tenaga dalam beracun?" Kim Thi sia kontan saja berpikir:
"Tidak aneh kalau dia bergaya begitu sombong, ternyata ilmu pengobatannya memang sangat
lihay." Sementara berpikir, diapun manggut- manggut seraya menyahut:
" Ucapan tuan memang tepat sekali, ia memang terkena pukulan beracun."
Dengan pandangan dingin Kongci sin memandang sekejap kearahnya, meski tak berkata-kata,
namun Kim Thi sia dapat menangkap sikap "memandang rendah" dari balik sorot matanya itu.
Tanpa sadar pemuda itu mencoba membandingkan dirinya dengan putri Kim huan. Benar juga,
perbedaan diantara mereka berdua memang menyolok sekali bagaikan bertolak belakang saja. Tak
heran Kongci Sin menunjukkan sikap memandang rendah dan hina kepadanya sewaktu kata "istri
anda" tadi. Dengan perasaan rendah diri ia tundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu bertanya:
"Apakah tuan mampu untuk mengobati lukanya itu?"
Kongci Sin segera mendengus sebagai jawaban dari pertanyaan itu.
Kim Thi sia merasa amat mendongkol, perasaannya bercampur aduk tak karuan, tapi ketika
didengarnya dari balik suara dengusannya mengandung keyakinan besar, iapun merasakan
hatinya agak terhibur. Dalam pada itu Kongci Sin telah meluruskan tubuh gadis tersebut, kemudian bertepuk tangan
satu kali. Ketika seorang pemuda berbaju putih munculkan diri, Kongci Sin segera berpesan: "Ambilkan
jarum emas dan diluarnya diberi bubuk kuning."
Pemuda berbaju pUtih itu mengiakan dan segera berlalu, tak lama kemudian dia telah muncul
kembali dengan membawa dua belas batang jarum emas yang telah dibakar hingga merah
membara. Saat itulah Kongci sin baru berkata kepada Kim Thi sia.
"Ilmu pukulan beracun semacam ini merupakan jenis yang paling sukar diobati, coba kalau
dimasa mudaku dulu tak pernah belajar ilmu, mungkin tak akan kupahami cara pengobatannya.
cuma sebelum aku turun tangan, pertama-tama ingin kuminta persetujuanmu lebih dulu, yakni bila
terjadi hal-hal yang tak diharapkan, aku tak akan bertanggung jawab. Nah bagaimana menurut
pendapatmu?" Kim Thi sia segera merasakan hatinya risau dan tidak tenang, tapi ingatan lalu kembali
melintas. "Keadaan telah berkembang menjadi begini sekarang, rasanya aku harus menyerempet bahaya
untuk mencobanya." Berpikir begitu, diapun menjawab:
"Silahkan tuan turun tangan dengan perasaan lega, seandainya benar-benar terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, aku tak bakal menyalahkan dirimu...." Kongci Sin manggut- manggut,
kepada pemuda berbaju putih itu segera katanya: " cepat kau tekan tubuhnya, jangan biarkan dia
bergerak secara sembarangan."
Sebelum pemuda berbaju putih itu melakukan sesuatu tindakan, Kim Thi sia telah berebut
kedepan untuk menahan tubuh putri Kim huanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Sementara itu pemuda berbaju putih tersebut tidak berkata-kata, hanya sepasang matanya
terbelalak lebar-lebar mengawasi raut muka putri Kim huan tanpa berkedip seakan-akan dia telah
terpikat dan tertegun oleh kecantikan wajah gadis itu.
Kongci sin turun tangan dengan amat cekatan, dalam waktu singkat ia telah menusuk ketiga
puluh enam buah jalan darah penting ditubuh putri Kim huan dengan jarum emasnya.
Setiap kali jarum itu menembusi jalan darah, segera bergemalah suara mencicit yang keras
diikuti keluhan kesakitan putri Kim huan dan mengerang menahan penderitaanMenyaksikan kesemuanya itu, Kim Thi sia merasakan hatinya amat sakit bagaikan ditusuk-tusuk
dengan pisau belati. Dalam keadaan begini, Kim Thi sia harus menyerahkan tenaga yang amat besar untuk
membuat gadis itu tak bergerak. Siapa yang tak pedih melihat kekasih hatinya mengalami
penderitaan hebat. Kongci sin memusatkan segenap perhatiannya untuk mengincar jalan darah, lalu tusukkan
jarumnya dengan cepat, pengobatan seperti ini nampaknya sangat menyita kekuatan badannya,
tak seberapa lama kemudian, ia telah bermandikan keringat.
Sebaliknya pemuda berbaju putih itu mengambil kipas dan mengipasi kakek tadi sekuat tenaga,
meski begitu, matanya tak pernah beralih dari wajah putri Kim huan- Pandangannya termangu
entah apa saja yang sedang dipikirkan olehnya.
Tak lama kemudian suara rintihan putri Kim huan makin melemah, tapi penderitaan yang
dialaminyapun kelihatan jauh berkurang tubuhnya tidak gemetar sekeras semula.
Kembali lewat sesaat kemudian mendadak Kongci sin menghentikan gerakan pengobatannya
dan bertanya kepada Kim Thi sia: "Mampukah tenaga dalammu?"
"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Kim Thi sia tidak habis mengerti.
"Jangan kau tanyakan dulu masalah tersebut, jawab saja sampai ketaraf apakah tenaga dalam
yang kumiliki sekarang?"
"Untuk membunuh orang dalam jarak satu kaki rasanya bukan menjadi masalah lagi bagiku."
Kongci Sin segera manggut-manggut.
"Sekalipun belum lebih dari cukup, rasanya masih bisa dimanfaatkan sebisanya." Setelah
berhenti dan berpikir sejenak, kembali dia melanjutkan" cepat kau himpun tenaga dalammu dan salurkan hawa murni melalui sepasang telapak
tanganmu itu kedalam pusarnya, bila peredaran darahnya telah lancar kembali usahakan untuk
menyalurkan tenaga dalammu itu melalui Ui tang menuju ke Im kwan dan mengelilingi seluruh
badan tiga kali, dengan demikian ia pasti akan segar kembali."
Buru-buru Kim Thi sia duduk bersila diatas tanah dan mengerahkan tenaga sesuai dengan apa
yang dikatakan tadi. Tak selang sepertanak nasi kemudian, kabut tipis telah menyelimuti seluruh tubuhnya. Hawa
murni yang mengalir dari dalam tubuhnyapun segulung demi segulung menyusup ketubuh gadis
tersebut. Tak lama kemudian putri Kim huan tersadar kembali dari pingsannya, hawa hitam yang semula
menyelimuti wajahnya kini telah hilang. Setitik warna merahpun mulai muncul menghiasi pipiny a .
Dengan termangu- mangu dia memandang sekejap kearah Kim Thi sia, kemudian menengok
pula kearah Kongci Sin, setelah itu dari wajah Kongci Sin ia berpaling pula kearah pemuda berbaju
putih itu. Bagaikan baru mendusin dari impian gadis itu termangu-mangu seperti orang kebingungan, tapi
setelah melihat wajah Kim Thi sia basah oleh keringat dan mukanya menunjukkan rasa penat yang
luar biasa, dengan penuh kasih sayang dia mengambil selembar sapu tangan dan membantu
untuk menyeka keringatnya.
Waktu itu keadaan Kim Thi sia sudah menjadi kaku, selama ini dia hanya berusaha untuk
menahan diri agar kesehatan putri Kim huan dapat pulih kembali. Tak lama kemudian...
Ia benar-benar tak sanggup menahan diri lagi, tubuhnya roboh terjungkal keatas pembaringan
dan tertidur sangat nyenyak. Kongci Sin segera berkata:
"Kaupun harus beristirahat dengan tenang, saat ini penyakitmu baru sembuh, jangan bergerak
secara sembarangan-"
Sewaktu berbicara, sepasang matanya mengawasi wajah sinona dengan pandangan ramah,
keadaannya tak berbeda dengan sikap pemuda berbaju putih itu. Tentu saja sinona menjadi kaget
bercampur tertegun dibuatnya.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi kakek itu segera mengulapkan tangannya dan berseru lagi kepada pemuda berbaju putih
itu: " cepat kau undang kemari empek Kim mu. Aku ada urusan penting yang hendak dibicarakan
dengannya." Pemuda berbaju putih itu kelihatan agak sangsi sejenak. tapi dengan cepat dia zlari keluar
rumah, mengambil kuda dan memacunya kencang-kencang meninggalkan tempat itu.
Kongci Sin sendiripun telah pergi entak kemana, sejak dia meninggalkan ruangan tersebut,
batang hidungnya tak pernah menongol kembali.
Tak seberapa lama kemudian, Kim Thi sia mendusin dari tidurnya, sewaktu ia menjumpai putri
Kim huan sedang mengipasi tubuhnya dengan penuh kasih sayang, hatinya menjadi amat terharu.
Tak kuasa lagi dia menggenggam tangannya erat-erat dan bergumam:
"........Aku tidak apa-apa......aaai, kau tahu, aku gelisah setengah mati melihat keadaanmu
tadi......" "Aku mengerti, aku bisa hidup lagi karena berkat jerih payahmu" ucap putri Kim huan lembut.
"oooh....engkoh Thi sia, aku tak tahu bagaimana mesti berterima kasih kepadamu........"
Sebagaimana diketahui, dia baru saja sembuh dari sakitnya, kesehatan badannya sangat lemah,
tapi Kim Thi sia amat senang dengan sikapnya itu, dia telah memandang gadis itu lebih berharga
daripada keselamatan jiwa sendiri. Mendadak dia bangkit berdiri seraya bertanya: " Kemana si
tabib Kong ci" "
"Kau maksudkan si kakek berjenggot panjang itu?" putri Kim huan balik bertanya. Sesudah
berhenti sejenak. sahutnya:
"Aku sendiripun tidak tahu ke mana dia telah pergi, sejak kepergiannya dia tak pernah muncul
kembali. Hey, apakah gedung ini miliknya?"
"Kita harus berterima kasih kepadanya coba kalau bukan dia, mungkin kau........"
"Yaa, aku tahu, aku bisa hidup berkat pertolongan dari kalian berdua........"
Mendadak........ Pintu kamar dibuka orang, seorang manusia berkerudung yang bertubuh kekar telah munculkan
diri didepan mata dibelakangnya mengikuti seseorang, dia tak lain adalah pemuda berbaju putih
tadi. Manusia berkerudung itu memiliki sepasang mata yang amat tajam menggidikkan begitu
memasuki ruangan, dengan sorot mata yang tajam ia mengawasi kedua orang itu tanpa berkedip.
"Hey, anda ada urusan apa?" tanya Kim Thi sia tanpa terasa.
"Keluar" seru manusia berkerudung itu dingin. "Diluar akan kuberitahu akan segala sesuatunya
kepadamu." Kim Thi sia dapat menangkap nada menantang dibalik perkataan tersebut, dengan langkah
lebar dia muncul keluar dan sahutnya: "Baik, kita berangkat."
Mereka berdua segera beranjak meninggalkan ruangan dan menuju kekebun luas diluar rumah.
Putri Kim huan yang sangat menguatirkan keselamatan kekasihnya, buru-buru menyusul dari
belakang dengan langkah sempoyongan"Kau kah Kim Thi sia si jago muda yang baru muncul didalam dunia persilatan?"
Kim Thi sia manggut- manggut.
"Yaabenar, boleh aku tahu siapa nama sobat?"
Manusia berkerudung itu segera mendengus dingin:
"Hmmm, lebih baik tanyakan sendiri kepada raja akhirat setelah kau mampus nanti."
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba tubuhnya melejit setinggi tiga kaki ketengah udara, kemudian
dengan jurus " elang terbang menyambar air" dia menerkam kebawah dengan gerakan cepat
bagaikan sambaran kilat. Dengan kening berkerut Kim Thi sia segera berseru:
"Sobat, tanpa sebab musabab dan permusuhan apapun kenapa kau menyerangku" IHmmm,
tampaknya sebelum aku menunjukkan kebolehanku, kau anggap aku adalah manusia yang mudah
dipermainkan. " Sepasang telapak tangannya segera diayunkan ketengah udara segulung tenaga pukulan yang
amat dahsyat meluncur dan menumbuk kemuka.
"IHeeeeh.....heeeeh......heeeeh......tak nyana kaupun seorang jago silat yang bertenaga dalam
sempurna........" jengek manusia berkerudung itu sinis.
Ditengah udara dia berganti jurus, dari gerakan " elang terbang menyambar air" dirubahnya
menjadi "bertemu naga diatas tanah."
Tiba-tiba saja sepasang telapak tangannya dipentangkan kesamping dengan membawa dua
gulung kekuatan yang maha dahsyat serangan tersebut menyapu dan membabat kemuka.
"Duuuukk" Ketiga tenaga pukulan dari Kim Thi sia saling beradu dengan tenaga pukulannya, seketika itu
tergetar keras hingga mundur tiga langkah kebelakang.
Pemuda kita menjadi gusar sekali, serta merta dia mengeluarkan jurus serangan " kecerdikan
menguasahi jagad" dan "kelincahan menyelimuti empat samudra" dari ilmu Tay goan sinkangnya
untuk menghantam musuh ibarat gulungan ombak disamudra.
Manusia berkerudung itu tertegun, ia tak berani menyambut dengan kekerasan- Tubuhnya
melejit setinggi lima kaki lebih untuk meloloskan diri dari sergapannya yang maha dahsyat.
Sementara itu Kim Thi sia telah berpikir:
"Delapan puluh persen Kongci Sin lah yang mengundang kehadiran orang ini. Heran, kalau toh
dia sudah menyanggupi untuk mengobati luka beracun yang diderita gadis tersebut, apa sebabnya
ia menyusahkan aku dengan mendatangkan jagoan lain" Aneh......betul-betul sangat aneh."
Sementara otaknya berputar, tangannya sama sekali tak menganggur dengan mementangkan
telapak tangannya kesamping secara beruntun dia melepaskan pukulan dengan jurus "mati hidup
ditangan nasib" serta "kejujuran mengalahkan batu emas."
Bagi jagoan lihay yang sedang bertarung sekali gebrakan saja dapat diketahui kemampuan
orang. Rupanya dia telah menyadari kalau musuhnya amat tangguh, oleh sebab itu begitu
serangan dilancarkan, dia segera mengerahkan tenaga sinkangnya hingga mencapai sepuluh
bagianTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat manusia berkerudung itu merasakan betapa lihaynya kekuatan musuh.
Bahkan tenaga dalam yang dimiliki sang pemuda masih sepuluh kali lipat lebih hebat daripada apa
yang diduganya semula. Berada dalam keadaan begini, buru-buru dia merubah gerak serangannya dengan melakukan
serangan-serangan jarak dekat yang gencar dan berbahaya......
Serangan yang amat dahsyat ini kembali mendesak Kim Thi sia harus mundur sejauh dua
langkah kebelakang. Dalam keadaan terdesak. Kim Thi sia masih menyempatkan diri untuk berpaling kesamping, ia
saksikan putri Kim huan masih berdiri didepan pintu dengan wajah risau dan gelisah.Jela terlihat
betapa besarnya perhatian gadis itu atas keselamatan jiwanya. Tiba-tiba saja pemuda kita merasa
terharu pikirnya: "Dia baru sembuh dari sakit, tubuhnya masih begitu lemah, namun besar sekali perhatiannya
atas keselamatan jiwaku. Ya a, bagaimanapun juga, aku tak boleh membiarkannya merasa kuatir."
Berpikir sampai disitu, darah panas dalam tubuhnya serasa mendidih, semangat makin
berkobar tiba-tiba saja dia mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya untuk menyerang
dengan dua jurus terampuh dari ilmu Tay goan sinkang, yakni jurus "kepercayaan mencengkeram
seluruh jagad" serta " kekerasan menguasahi bumi."
Jurus yang pertama lemah lembut sedang jurus kedua ganas dan buas sekali, meski dimainkan
beruntun namun tidak mengurangi sifat sesungguhnya dari jurus masing-masing.
Seketika itu juga manusia berkerudung itu merasakan terjangan dua jenis kekuatan yang
berbeda bobotnya, dalam keadaan begitu, tergopoh-gopoh dia melompat mundur kebelakang.
Siapa tahu, baru saja dia menghindarkan diri dari jurus yang pertama, ternyata tak mampu
menghindari serangan yang kedua kontan tubuhnya tergempur sehingga mundur tiga langkah
dengan sempoyongan- Melihat keberhasilan ini, rasa percaya pada kemampuan sendiri semakin tumbuh dihati Kim Thi
sia, secara beruntun dia melepaskan tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Begitu kehilangan posisi yang menguntungkan, manusia berkerudung itu kontan saja terdesak
sangat hebat, terutama sekali setelah termakan tenaga pukulan yang ganas dan buas, ia makin
terdesak sehingga harus mundur terus berulang kali.
Putri Kim huan yang menyaksikan peristiwa ini menjadi girang setengah mati, sepasang lesung
pipitnya yang sudah lama tidakpernah nampak. kini tersungging kembali dengan manisnya.
Kim Thi sia melirik sekejap. ia benar-benar terperana oleh keayuan gadis tersebut. sekali lagi ia
melepaskan tiga buah serangan berantai.
Dari ketiga buah serangan tersebut, serangan yang pertama lebih tangguh daripada serangan
berikut, sedemikian luar biasanya serangan-serangan tadi membuat manusia berkerudung itu
mendengus tertahan secara tiba-tiba kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun
membalikkan badan dan kabur dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dikejauhan sana.........
Sepeninggal manusia berkerudung itu, agaknya putri Kim huanpun sudah terlalu banyak
membuang tenaga, dengan napas tersengkal-sengkal ia memburu maju kemuka dan menjatuhkan
diri kedalam pelukan Kim Thi sia.
sementara itu Kim Thi sia masih dicekam perasaan keheranan dan tak habis mengerti.
Walaupun ia sudah memeras otak namun tak juga ditemukan jawabannya kenapa manusia
berkerudung itu muncul secara tiba-tiba dan pergi pula secara tiba-tiba, padahal seingatnya ia
tidak mempunyai permusuhan dengan Siapapun.
Dengan langkah cepat dia meninggalkan pagar bambu menuju ketempat tinggal Kongci Sin
secara kebetulan Kongci Sin sedang melongok keluar, dengan cepat empat mata saling bertemu
menjadi satu. Tiba-tiba saja Kongci Sin menarik kembali kepalanya sambil menutup pintu rumahnya keraskeras.
Melihat sikap aneh kakek itu, Kim Thi sia segera menyadari apa yang terjadi pikirnya secara
diam-diam: " Keparat, rupanya kau yang mengundang kedatangan manusia berkerudung itu....."
Berpendapat begitu, ia segera berbicara keras-keras. "Kongci Sin cepat keluar dan berbicara
denganku" Suasana dalam gedung itu amat sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun seakan-akan gedung
tersebut berada dalam keadaan kosong. Sambil mendengus dingin kembali Kim Thi sia berteriak
keras: "Sudah kuduga kalau kedatangan manusia berkerudung tadi atas undanganmu, tapi kau pun
tak usah gelisah atau gugup, mengingat kau telah menolong adikku, tentu saja aku tidak akan
mencelakakan dirimu........"
Habis berkata ia menanti sambil tertawa dingin, namun walaupun sudah ditunggu sekian lama
pun tak kedengaran suara jawaban akhirnya dengan langkah lebar dia berjalan meninggalkan
tempat tersebut. Putri Kim huan menyambut pemuda itu dengan pelukan yang mesra dan mengawasi wabahnya
lekat-lekat. Ditatap seperti ini, diam-diam Kim Thi sia merasa rendah diri, mukanya berubah menjadi merah
padam dan ia tergagap tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Dengan suara lembut putri
Kim huan segera berkata: "Wajahnya dekil dan penuh debu, tak kau pergunakan waktu yang luang ini untuk
membersihkan diri?" "Aku.......aku tak tahu kalau wajahku juga."
Mendadak ia seperti teringat sesuatu, segera tanyanya lagi dengan suara dalam: "Kau jemu
dengan diriku yang kotor?" Putri Kim huan segera tertawa lembut.
" Kenapa mesti jemu" Aku hanya menganggap kurang sedap melihat wajah yang kotor, maka
kuminta kepadamu untuk membersihkan badan-"
"Baiklah kalau begitu" sahut Kim Thi sia kemudian dengan perasaan lega. "Aku segera pergi
membersihkan badan-"
Putri Kim huan membenamkan kepalanya didalam dada pemuda itu, dalam kondisi baru
sembuh dari sakit yang parah ia memang tak mampu untuk berjalan secara normal.
Meski begitu dia menganggap berjalan dalam keadaan seperti ini amat mesrah dan hangat,
bahkan ia berharap bisa mengalami saat-saat bahagia seperti ini untuk selamanya.
Ia memang pernah membayangkan kembali kehidupan mewahnya diistana negeri Kim, iapun
teringat dengan kawanan anak bangsawan atau putra raja-raja muda yang lemah lembut dan
selalu mengelilingi dirinya itu, mereka selalu sopan dan menghormatinya, jauh berbeda dengan
kekerasan serta keberangasan Kim Thi sia.
Tapi ia berpendapat, meski Kim Thi sia kasar tak tahu adat, gerak geriknya kasar dan polos,
sesungguhnya dia adalah seorang lelaki sejati dibandingkan dengan para putra bangsawan yang
lemah lembut mirip perempuan, pemuda ini memiliki jiwa jantan yang lebih kentara.
Sekalipun putri Kim huan bertubuh lemah lembut, tapi semenjak kecil ia sudah mengagumi para
pahlawan yang bermain senjata. Itulah sebabnya ia merasa bangga dan senang setelah kini, ia
berhasil menggenggam seorang jago yang benar-benar berjiwa jantan.
Berpikir sampai disini, tak kuasa lagi dia tertawa cekikikan"Hey, apa yang kau tertawakan?" tanya Kim Thi sia keheranan- "Adakah sesuatu yang tak beres
denganku?" Entah mengapa, semenjak ia menaruh hati terhadap gadis ini, dalam hati kecilnya selalu
tumbuh perasaan ragu, dia selalu mencurigai gadis itu memandang rendah dirinya.
" Engkoh Thi sia" tiba-tiba putri Kim huan bertanya. "Sebenarnya perselisihan apakah yang
terjalin antara dirimu dengan pedang emas" Bukankah kau adalah adik seperguruannya?"
Sebutan "engkoh" dari sinona dengan cepat menenangkan kembali pikiran Kim Thi sia yang
bergejolak tapi ia segera dibuat keheranan setelah mendengar kata berikut serunya cepat:
"Kenapa sih kau mengajukan pertanyaan seaneh ini?"
"Bukankah orang yang barusan bertarung denganmu adalah sipedang emas?"
"Apa" Dia adalah pedang emas?" teriak Kim Thi sia amat terkejut.
"Yaa benar, ketika berlangsung pertemuan puncak dengan Pek kut sinkun tempo hari, aku
pernah melihat kemunculannya, waktu itu dia pun berdandan seperti hari ini, mengerudungi
wajahnya dengan secarik kain hitam."
"Kau tidak salah melihat?"
Putri Kim huan segera meronta manja didalam pelukannya, berlagak marah ia berseru: "coba
lihat......sampai sekarangpun kau belum mau percaya dengan perkataanku."
Dengan ucapan mana, sama artinya dengan menegaskan bahwa apa yang dilihat tak bakal
salah. Mimpipun Kim Thi sia tidak mengira kalau pedang emas bakal turun tangan lebih dulu dengan
membokongnya secara licik.
Dalam waktu singkat, pelbagai ingatan melintas didalam benaknya, ia segera berpikir:
-00d00w00- JILID 35 "Sudah pasti sipedang perak telah melaporkan usahaku untuk membalas dendam kepadanya.
Sipedang emas adalah manusia kurcaci berhati serigala, bagaimana mungkin ia bersedia
melepaskan aku setelah mendapat kabar ini?"
"Selain itu, akupun telah menyiarkan berita bahwa aku bertekad akan melenyapkannya dari
muka bumi, tak heran kalau Kongci Sin sebagai orang kepercayaannya segera memberi kabar
kepadanya setelah mendengar namaku tadi." Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia bergumam:
"Pokoknya dipikir bolak balik, tetap masalahnya tak terlepas dari dua lingkupan diatas, delapan
puluh persen Kongci Sin adalah anak buahnya. Waaah......ini berarti sipedang emas telah
memasang jerat diseluruh dunia persilatan untuk menangkapku. Gerak gerikku selanjutnya meski
lebih berhati-hati....."
Sementara otaknya berputar terus, tanpa terasa sampailah mereka didepan sebuah rumah
penginapanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu senja telah menjelang tiba, lampu lentera mulai menerangi seluruh rumah penduduk
didalam kota. Mendadak paras muka putri Kim huan berubah menjadi agak memerah, dia melirik sekejap
kearah rumah penginapan lalu menundukkan kepalanya rendah-rendah sambil berusaha untuk
mengendalikan jalan pemikiran sendiri yang aneh.
Tiba-tiba ia berpikir: "Engkoh Thi sia, tampaknya kau mempunyai banyak persoalan yang mengganjal didalam
hatimu, bagaimana kalau aku turut memikirkannya......."
Kim Thi sia menghela napas panjang.
"Aaaaai, seandainya aku mati, bagaimana dengan dirimu?"
Putri Kim huan tidak menyangka kalau dia akan mengajukan pertanyaan semacam itu. Untuk
sesaat ia dibuat tertegun dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Sesaat kemudian ia
baru menundukkan kepalanya seraya menjawab lirih: "Seandainya kau sampai mati, akupun tak
ingin hidup lebih lanjut."
Kim Thi sia segera merasakan hatinya bergetar keras, tanpa sadar dua titik air mata jatuh
berlinang, katanya pelan:
"Adikku, kau jangan bergurau. Seandainya benar-benar terjadi peristiwa setragis ini. Kau mesti
baik-baik menyayangi kesehatanmu sendiri."
Putri Kim huan tak sanggup menahan rasa pedihnya setelah mendengar perkataan itu, dari
sedih ia menjadi menangis terisak.
Kim Thi sia memeluk tubuhnya dengan penuh kasih sayang, tapi air matanya turut bercucuran
pula karena sedih. Selang berapa saat kemudian, ia baru dapat mengendalikan perasaan sendiri dan masuk
kedalam rumah penginapan.
Setelah dapat kamar dan membaringkan putri Kim huan diatas ranjang, pemuda itu beranjak
meninggalkan ruangan- Mendadak diberanda depan, dibawah sinar lentera yang redup, ia saksikan seorang manusia
berkerudung telah berdiri menanti disitu.
Dengan perasaan terkejut Kim Thi sia mundur setengah langkah kebelakang, kemudian
tegurnya sambil tertawa dingin:
"Hey pedang emas, sekalipun kau tidak datang mencariku, akupun akan mencarimu untuk
membuat perhitungan. "
Pedang emas membungkam diri dalam seribu bahasa, hanya sorot matanya yang tajam pelanpelan
dialihkan dari wajahnya keatas pedang yang tersoren dipinggangnya.
Kedua belah pedang yang tersoren dipinggangnya itu sebuah adalah pedang Leng gwat kiam
yang diserahkan putri Kim huan kepadanya, sedangkan yang lain adalah pedang yang diambil dari
kamar rahasia Dewi Nirmala.
Tapi dia tak habis mengerti, mengapa sipedang emas menaruh perhatian yang begitu besar
terhadap kedua belah pedang mestika itu.
Dengan pandangan tenang manusia berkerudung itu memandang sekejap kearahnya, dibalik
sinar mata tersebut terpancar bunga api yang membara. Tiba-tiba dia maju kedepan, kemudian
teriaknya keras-keras: "IHey, dari mana kau dapatkan pedang pendek yang tersoren dipinggangmu itu........"^
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pedang pendek yang dimaksud adalah pedang yang diambil Kim Thi sia dari kamar rahasia
Dewi Nirmala. Setelah mendengar penjelasan dari putri Kim huan tadi, Kim Thi sia telah menganggap manusia
berkerudung itu sebagai sipedang emas timbul gejolak hawa amarah yang luar biasa dalam
benaknya. Tiba-tiba dia melangkah maju setindak dan mengayunkan telapak tangannya melepaskan
sebuah pukulan- Segulung tenaga pukulan yang amat dahsyat segera meluncur kedepan dengan hebatnya,
ibarat amukan ombak ditengah samudra.
Manusia berkerudung itu segera mengayunkan pula telapak tangannya untuk menyambut
datangnya serangan tersebut, tiba-tiba saja ia tergetar mundur selangkah. Kim Thi sia sangat
kegirangan, segera bentaknya lagi penuh kegusaran: "Hmmm, tak nyana sipedang emas hanya
begitu-begitu saja."
Secara beruntun dia melepaskan kembali dua buah serangan berantai yang amat gencar.
Tampaknya manusia berkerudung itu telah dibuat tertegun oleh kesempurnaan tenaga dalam
yang dimiliki pemuda itu, disaat dia menjumpai bahwa kedua serangan tersebut yang satu lebih
dahsyat daripada yang lain- Sekilas perasaan jeri melintas dibalik matanya, tergesa-gesa ia berkelit
kesamping. Angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepat menyambar lewat, sekalipun serangan utama
berhasil dihindari namun tak mampu menghindari sisi serangan tadi.
Kontan ia tersapu oleh sisa tenaga serangan yang maha dahsyat hingga maju dengan
sempoyongan, sementara kain kerudung yang menutupi wajahnya terlepas dari atas kepalanya.
Kim Thi sia belum pernah melihat raut wajah sebenarnya daritoa suhengnya, dia segera
menghentikan serangan dan melongok kedepanTernyata wajah orang itu dikenalnya, dia tak lain adalah sastrawan setengah umur yang
memberi petunjuk kepadanya untuk mencari Kongci Sin tadi, tentu saja pemuda kita jadi tertegun
dibuatnya. Paras muka sastrawan setengah umur itu memerah sesaat, kemudian sambil mendengus dingin
serunya: "Hey orang she Kim, sebenarnya kau dapatkan pedang mestika itu dari mana?"
Kim Thi sia berusaha mengingat kembali siapa gerangan orang ini, dalam waktu singkat
teringat sudah dia. orang ini telah dikenalnya sewaktu ia menangkan tiga rase bermuka hitam,
anak buah sipedang emas malam itu. Dia bukan lain adalah sisastrawan menyendiri yang telah
membongkar semua kejahatan dari sipedang emas.
Sungguh tak disangka sisastrawan menyendiri yang telah membongkar kejahatan sipedang
emas ternyata sipedang emas sendiri. Mengapa dia memaki diri sendiri" Peristiwa ini benar-benar
diluar dugaan- Melihat pemuda tersebut tak menjawab, sastrawan menyendiri segera mendengus sambil
berkata lagi: "Hey orang she Kim, hitung-hitung kau masih punya nama juga didalam dunia persilatan- Bila
engkau bisa dapatkan pedang tersebut dari guruku, tolong ungkapkanlah alasannya, kalau tidak.
Hmmm sekalipun aku sisastrawan menyendiri bukan tandinganmu, tapi demi dendam kesumat
perguruanku, aku tak bisa berpeluk tangan belaka."
"Hey pedang emas, kau tak usah berlagak pilon lagi, aku sudah tahu kau adalah seorang
manusia licik yang banyak tipu muslihatnya." seru Kim Thi sia dengan suara dalam.
"Telur busuk. kau anggap aku adalah sipedang emas" Benar-benar kurang ajar."
Putri Kim huan yang mendengar suara ribut-ribut segera munculkan diri dari kamarnya, melihat
peristiwa tersebut, serunya segera sambil tertawa:
" Engkoh Thi sia, ia bukan sipedang emas, pedang emas memiliki perawakan tubuh yang kekar,
dalam sekilas pandangan saja aku sudah mengenalinya......"
" Lantas siapa dia?"
"Hey, bukankah kalian semua telah saling mengenal" Kenapa kau masih bertanya kepadaku?"
sahut putri Kim huan tidak habis mengerti.
Diam-diam Kim Thi sia berpikir, dengan cepat dia memahami hal tersebut, pikirnya:
"Memang banyak kejadian aneh didunia ini. Soal manusia berkerudungpun jumlahnya begitu
banyak. mungkin sipedang emas pun hanya seorang diantaranya." Berpikir begitu, dengan nada
minta maaf diapun berkata:
"Sastrawan menyendiri, seandainya kau melepaskan kain kerudungmu sejak tadi, aku tak akan
menyerangmu." Air muka sastrawan menyendiri tetap dicekam keseriusan, kembali dia berkata dengan suara
lantang: "Kim Thi sia, lama kudengar kau sebagai seseorang yang senang berterus terang, tak disangka
sesudah bersua ternyata bukan begitu keadaannya. Ayoh cepat jelaskan darimana kau dapatkan
pedang Tong hong kiam tersebut" Apakah kau mendapatkannya dari guruku" Atau mungkin kau
telah melakukan sesuatu kejahatan sehingga tak berani mengatakannya?" Dengan nada tak
senang hati, Kim Thi sia berkata:
"Mengapa sih kau menanyakan terus asal usul pedang ini" Baiklah, akan kuberi tahu secara
terus terang, pedangku ini berasal dari tempat kediaman Dewi Nirmala. Maka bila kau ingin
mengetahui asal usul sebenarnya silahkan saja bertanya kepada Dewi Nirmala."
"Dewi Nirmala" Siapakah Dewi Nirmala itu?" tanya sastrawan menyendiri dengan wajah
tertegun- "Kalau dia saja tak kau kenal, buat apa bertanya lagi kepadaku."
"Dewi Nirmala, wahai Dewi Nirmala, sudah pasti kaulah pembunuh suhuku........"
Kim Thi sia yang mendengar pembicaraan mana segera melepaskan pedang Toan hong kiam
itu dan diserahkan kepadanya seraya berkata:
"Kalau memang pedang mestika ini benda milik perguruanmu, ambillah sedang persoalan
tentang Dewi Nirmala, lebih baik carilah keterangan sendiri tentang dirinya. Aku tak ingin turut
campur." Sementara itu putri Kim huan yang bersandar disisi tubuh pemuda itu turut menimbrung
dengan suara lembut: "Engkoh Thi sia, aku melihat wajahnya gagah dan jujur. Sudah pasti dia adalah orang baik-baik.
Kau tak boleh bersikap sekasar ini terhadap orang lain."
" Lantas apa mau mu?"
"Sekarang terbukti sudah kalau pedang tersebut milik gurunya, padahal kau dapatkan dari
tangan Dewi Nirmala. Hal ini membuktikan bahwa dibalik kesemuanya itu tentu terdapat hal-hal
yang tak beres. Kalau bukan Dewi Nirmala sebagai pembunuh gurunya, sudah pasti gurunya
mempunyai hubungan yang cukup intim dengannya. Meski aku bukan orang persilatan, namun
aku tahu juga tentang pepatah yang mengatakan, pedang utuh orangnya hidup, pedang putus
orangnya tewas." "Perkataan nona cepat sekali" sahut sastrawan menyendiri dengan sangat sedih. "Hey orang
she Kim, hari ini kau harus memberitahukan letak sarang dari Dewi Nirmala itu kepadaku."
"Ia tinggal di Lembah Nirmala, asal kau menanyakan persoalan ini kepada orang lain, sudah
pasti akan mengetahui dengan segera."
Sastrawan menyendiri segera membalikkan badan siap beranjak pergi, nampak jelas paras
mukanya diliputi perasaan sedih yang amat mendalam. Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam
benak Kim Thi sia, ujarnya kemudian:
"Terus terang saja aku bilang, bila kau pergi kesana dengan cara begini sama artinya kau pergi
mencari kematian buat diri sendiri. Ketahuilah ilmu silat yang dimiliki Dewi Nirmala sangat lihay,
akupun belum tentu sanggup menandingi kemampuannya."
Sastrawan menyendiri sama sekali tidak menggubris perkataan tersebut, dia membalikkan
badan dan beranjakpergi dari situ dengan langkah lebar.
Memandang bayangan punggungnya yang semakin menjauh, Kim Thi sia menghela panjang,
gumamnya: "Aaaai, bila kau enggan menuruti perkataanku, pasti akan mengalami nasib yang tragis."
"Engkoh Thi sia, apakah kau takut sekali dengan si Dewi Nirmala itu?" tanya putri Kim huan
pelan- Berubah hebar paras muka Kim Thi sia sahutnya cepat:
"Omong kosong, dua hari berselang aku telah bertarung melawannya, sekalipun aku kalah,
namun ia cukup kubuat ketakutan setengah mati."
Secara ringkas diapun menceritakan pengalamannya ketika bertarung melawan Dewi Nirmala
dua malam berselang. Putri Kim huan mendengarkan dengan penuh perhatian, diam-diam dia mengagumi kejujuran
serta kepolosan sang pemuda didalam berkisah.
Tak lama kemudian Kim Thi sia selesai berkisah, dia membopong gadis tersebut naik keatas
pembaringan, menutup tubuhnya dengan selimut, kemudian ia keluar dari pintu kamar dan duduk
tertidur didepan pintu. Putri Kim huan merasa amat kuatir, dia menyusul keluar pintu melihat pemuda tersebut duduk
berjongkok didepan pintu dalam udara dingin- Tiba-tiba saja muncul perasaan sedih yang amat
mendalam dihati kecilnya, ia berpikir:
"Ia benar-benar seorang yang jujur, suci dan baik hati, kenapa aku selalu menyakiti hatinya?"
Apalagi ketika sorot matanya beralih keatas pakaiannya yang begitu tipis, penuh robekan dan
tak karuan, terbayang pula bagaimana menderitanya penghidupan pemuda tersebut......
Mendadak rasa pedih yang mencekam dalam hatinya tak terkendali lagi, dia berseru tertahan
dan menjatuhkan diri kedalam pelukan pemuda itu seraya berbisik: "Kau benar-benar bodoh,
mengapa tidak tidur saja disisiku?"
Kim Thi sia membuka kembali matanya, kasih sayang dari sinona membuat hatinya terpesona,
ia tak sanggup menahan diri lagi, sambil menghela napas panjang katanya: "Adikku....terus
terang.....tiba-tiba timbul perasaan takut dalam hatiku........."
Putri Kim huan menggenggam tangannya erat-erat dan diletakkan diatas pipinya, lalu berbisik:
"Engkoh Thi sia kau adalah seorang lelaki jantan-....aku tak percaya kau akan^ merasa
takut......" "Adikku.......kita berasal dari keturuan yang berbeda, status kitapun berbeda.....aku telah lama
membayangkan persoalan ini."
Setelah berhenti sejenak. dengan mata berkaca-kaca lanjutnya:
"Mungkinkah keluargamu mengijinkan kau menikah dengan seorang pemuda rudin, pemuda
gelandangan semacam aku" Adikku, aku takut semuanya akan berubah menjadi impian kosong
disaat fajar mulai menyingsing......tapi aku.......aku dapat mengenangmu selalu........."
Putri Kim huan tidak mengira sejauh itu pemuda tersebut telah mempertimbangkan hubungan
mereka, melihat kepedihan yang mencekam perasaannya, tiba-tiba saja timbul suatu perasaan
ngeri dihati kecilnya. Ia segera memeluk pemuda itu kencang-kencang dan katanya dengan suara lirih:
"Engkoh Thi sia aku tidak ingin pulang. Aaaai, aku tak pulang maka ayah bagindapun tak dapat
berbuat apa-apa kepadaku"
"Adikku......." dengan perasaan sedih yang mendalam Kim Thi sia mulai menundukkan
kepalanya. "bila kita sudah tahu bahwa kejadian semacam ini tak mungkin bisa dihindari lagi, bila
kita sadar penderitaan yang lebih-lebih mendalam bakal kita alami, mengapa .....mengapa kita tak
berpisah saja mulai sekarang?"
"oooh...... kau...... mengapa kau harus melukai hatiku dengan perkataan seperti itu?"
putri Kim huan semakin sesenggukan- "Apakah kau mengira dengan berbuat begitu maka aku
akan peroleh kebahagiaan?"
"Aku rasa mungkin saja begitu."
Sebelum perkataan itu selesai diucapkan tiba-tiba putri Kim huan telah menempelkan bibirnya
yang mungil dan basah itu keatas bibir pemuda tersebut hingga perkataanpun terhenti sampai
diseparuh jalan- Kim Thi sia merasakan hatinya bergetar keras, agak tergagap ia berbisik: "Adikku, janganlah
terlalu dipaksakan- Aku sadar bukan pasanganmu yang serasi"
"Tidak. kau tak boleh berkata begitu."
"Aaaai......aku benar-benar seorang manusia yang tidak bersemangat........."
Belum habis perkataan tersebut diutarakan putri Kim huan kembali sudah mendekam diatas
dada pemuda itu sambil menangis terseduh-seduh.
Kim Thi sia balas memeluk pinggang sinona dengan penuh kemesrahan, dia tak mengira kalau
gadis cantik bak bidadari ini bisa menaruh rasa cinta yang begitu mendalam kepadanya.
Kobaran api asmara yang membara membuat hati mereka berdua membaur menjadi satu. Ia
seperti sudah melupakan segala sesuatunya, saat ini dia hanya tahu bagaimana cara menikmati
kehangatan dan kemesrahan yang ada.
Mendadak sesosok bayangan hitam melintas lewat diatas atap rumah, disusul kemudian
terdengar seseorang berseru sambil tertawa dingin: "Bila punya kepandaian, ayoh ikuti aku"
Habis berkata bayangan tersebut kembali bergerak menuju kesebelah barat.
orang itu bertenaga dalam sempurna dan bermata tajam bagaikan sembilu, Kim Thi sia
terkesiap dibuatnya. Sementara dia masih merasa ragu apakah perkataan itu ditujukan kepadanya, dari arah timur
telah muncul kembali tiga sosok bayangan manusia yang bergerak menuju kearah yang sama. Kim
Thi sia dapat melihat dengan jelas, seorang diantara mereka adalah sipedang perak.
Tanpa berkata-kata lagi dia menggendong putri Kim huan, lalu mengejar pula kearah barat.
Sewaktu tiba dijalan raya yang lenggang, secara lamat-lamat terlihat olehnya ada empat sosok
bayangan hitam sedang bertarung dengan serunya.
Dibawah sinar rembulan yang redup, ia melihat seorang jago persilatan yang masih muda dan
tampan sedang dikerubuti oleh sipedang perak. pedang besi, dan pedang api.
Rasa dendam kesumat dan jiwa ksatrianya membuat Kim Thi sia segera menurunkan putri Kim
huan keatas tanah, kemudian sambil membentak ia terjunkan diri pula kearena pertarunganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Sipedang perak mundur selangkah, begitu melihat siapa yang muncul, dengan wajah berubah
hebat bentaknya: "Sute, mau apa kau datang kemari?"
"Hmmm^ siapa sih sutemu" Tak tahu malu" sahut Kim Thi sia ketus.
Sambil menghimpun tenaga dalamnya, tiba-tiba dia melepaskan sebuah pukulan yang maha
dahsyat kearah sipedang besi So Bun pinSejak mengetahui kehadiran Kim Thi sia bersama putri Kim huan, paras muka sipedang besi So
Bun pin telah berubah menjadi amat tak sedap dilihat. Apalagi melihat datangnya serangan
tersebut, ia segera mengayunkan pula telapak tangannya untuk melancarkan sebuah pukulan
balasan- Dua gulung tenaga pukulan yang amat hebat itu segera bertemu satu dengan lainnya.
"Blaaaaarrrrr^........"
ditengah benturan keras, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur satu langkah
kebelakang. "Jangan lari, sambut sekali lagi pukulanku ini" bentak Kim Thi sia keras-keras.
Seraya berkata, ia mendesak maju kedepan dan secara beruntun melepaskan tiga buah
pukulan berantai. Berubah hebat paras muka sipedang besi So Bun pin, diam-diam pikirnya dengan perasaan
kaget: "Aduh celaka, agaknya bocah keparat ini berhasil melatih tenaga dalamnya."
Dalam waktu singkat dia meraskan tekanan yang amat berat dari lawannya, sehingga tak kuasa
lagi tubuhnya tergetar mundur tiga langkah kebelakang.
Pedang api yang melihat gelagat tak menguntungkan segera maju kedepan sambil melepaskan
sebuah bacokan kilat, tanyanya dengan gemas:
"Bocah keparat, kaukah Kim Thi sia, murid terakhir dari Malaikat pedang berbaju perlente?"
cepat-cepat Kim Thi sia melepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk menghalau serangan
pedang tersebut, sahutnya dingin:
"Benar, apakah kau ingin mencoba kepandaian maha sakti dari Malaikat pedang berbaju
perlente?" Diam-diam pedang api merasa terkesiap tapi api kegusarannya berkobar juga, bentaknya
kemudian dengan geram: "suheng, bocah keparat ini terkutuk. buat apa kita mesti bersungkan-sungkan lagi dengannya?"
Sembari berkata, pedang apinya dicukil sambil membabat, serangannya dilepaskan dengan
cepat dan ganas. Inilah jurus serangan " kerbau buas membuka gunung" dan " kerbau merah menginjak rumput"
dari ilmu pedang kerbau hitam.
"Sute" kedengaran pedang perak berkata dengan suara dalam. "Aku sudah tidak mencampuri
urusannya lagi, apa yang hendak kau perbuat, lakukanlah sekehendak hatimu."
Sambil berkata dia memutar telapak tangannya dan langsung mengancam jalan darah Hoat
hiat, Hong wi dan Tay ki hiat ditubuh pemuda tampan itu.
Berkat bantuan dari Kim Thi sia, posisi dari pemuda tampan itu seketika berubah. Melihat
datangnya serangan pedang yang ganas dari sipedang perak. dia tertawa nyaring setelah mundur
setengah langkah sebuah pukulan diayunkan kemuka.
Betapa terkesiapnya pedang perak ketika serangannya yang baru mencapai setengah jalan
dipaksa untuk berubah gerakan pikirnya:
"orang bilang ilmu pukulan tanpa bayangan bisa membunuh korbannya tanpa wujud setelah
menjumpai sendiri hari ini, terbukti kabar tersebut bukan kosong belaka. Nyatanya hanya
mengandalkan sebuah jurus serangan dari ilmu pukulan tanpa bayangan aku sudah didesak
sangat hebat. Hal ini membuktikan bahwa ilmu silatnya telah peroleh warisan langsung, aku tak
boleh bertindak secara gegabah........."
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba saja tangannya digetarkan keras-keras sehingga berbunyi
gemurutukan aneh, disusul kemudian dua kebasan kilatnya menimbulkan suara deruan angin dan
guntur yang memekikkan telinga.
Rupanya dia telah mempergunakan ilmu guntingan pergelangan tangannya yang maha sakti.
Putri Kim huan tidak kuatir Kim Thi sia bertarung melawan siapa saja, sebab dia tahu pemuda
tersebut memiliki ilmu silat yang maha sakti bahkan semakin bertarung makin kosen. Sambil
tersenyum diapun berkata:
"Engkoh Thi sia, hari ini aku menyaksikan kepandaian silatmu yang sebenarnya"
Ucapan " engkoh Thi sia" yang dipergunakan dihadapan umum ini kontan saja membuat Kim
Thi sia kegirangan setengah mati. otomatis tenaganyapun berlipat ganda, terutama dihadapan
musuh cintanya, sipedang besi So Bun pin- Boleh dibilang ia telah menempati posisi yang sangat
menguntungkan. Sebaliknya sipedang besi yang terpikat oleh kecantikan wajah gadis tersebut menjadi tak
terlukis rasa gusarnya, mencorong sinar tajam dari balik matanya.
Sebagai seorang manusia licik yang berakal busuk. dia tak mengemukakan amarahnya dengan
begitu saja, sekuat tenaga dia mencoba untuk bersabar. Sementara sepasang telapak tangannya
disilangkan kian kemari melepaskan rangkaian bunga pukulan yang segera menyelimuti seluruh
tubuh musuh cintanya itu.
Kim Thi sia dengan jurus "menyulut api dibalik batu" begitu berhasil mendesak mundur
sipedang api, dengan cepat dia memutar satu lingkaran lalu dengan mengeluarkan jurus
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"kecerdikan menguasahi seluruh jagad" dari ilmu Tay goan sinkang, ia berusaha melindungi
keselamatan jiwa sendiri.
Sipedang besi So Bun pin semakin terkesiap lagi ketika serangannya yang begitu gencar tak
berhasil menembusi pertahanan lawan, pikirnya tanpa sadar: "Hebat betul bocah keparat ini,
jangan-jangan ia sudah menjadi Dewa."
Tiba-tiba terdengar putri Kim huan berseru sambil tertawa: "Engkoh Thi sia, pakaianmu sudah
hampir copot......" Kim Thi sia segera menundukkan kepalanya memeriksa betul juga, pakaiannya yang kotor lagi
compang camping itu memang sudah hampir terlepas, kontan saja paras mukanya menjadi merah
padam. cepat-cepat dia melepaskan dan membuangnya jauh-jauh.
Dengan bertelanjang dada dia melancarkan serangan kembali dengan jurus "Timbul cahaya
dimimbar Buddha", selapis cahaya pukulan yang tebal menyerang jalan darah kematian sipedang
api dengan gencar. Pedang api membentak keras dengan memalukan pedangnya membentuk selapis cahaya
pelangi. ia bacok bahu lawan dengan jurus "bacokan beruntun membunuh kerbau."
Siapa tahu belum sampai serangan mana mencapai pada sasarannya, tahu-tahu macam mana
sudah terpental balik oleh semacam tenaga pantulan yang maha dahsyat. Kontan saja paras
mukanya berubah hebat, tergopoh-gopoh dia melompat mundur kebelakang.
Sipedang besipun merasakan hatinya menjadi berat sesudah meny aksinya peristiwa ini. Ia tak
berani berayal lagi, secara beruntun dua buah serangan berantai dilontarkan kedepan untuk
mengisi kekosongan tersebut.
Dengan begitu, maka posisi pertarunganpun berubah sama sekali, sipedang perak bertarung
melawan pemuda tampan, sedangkan sipedang besi dan pedang api mengerubuti Kim Thi sia.
Pemuda berwajah tampan itu kelihatan berterima kasih sekali atas bantuan seorang pemuda
asing yang membebaskan dirinya dari ancaman bahaya, menggunakan kesempatan ya ada ia
segera berteriak keras: "cuangsu, boleh aku tahu siapa namamu?" Kim Thi sia tertawa terbahakbahak.
"Haaah......haaaah........haaaah........sobat tak usah berniat membalas budi, aku bernama Kim
Thi sia." Begitu mendengar nama tersebut, pemuda tampan itu kelihatan tertegun, gerak serangannya
menjadi lamban- seketika itu juga ia terkena desakan sipedang perak hingga secara beruntun
didesak mundur beberapa langkah kebelakang......
Kim Thi sia menjadi sangat keheranan setelah melihat peristiwa ini, tegurnya cepat: "Hey sobat,
aku lihat pikiranmu bercabang apakah ada sesuatu yang tak beres?"
Sambil bertarung pemuda tampan itu mundur terus kebelakang, gumamnya berulang kali:
"Bukankah dia......dia adalah orang yang dimaksud" Kim Thi sia......ternyata dialah nyinggung
manusia semacam ini.......mungkinkah......mungkinkah aku telah salah mendengar?"
Ia berusaha keras untuk mengendalikan pikiran yag mengerikan itu, dengan ilmu pukulan sakti
tanpa bayangan dia mencoba mendesak sipedang perak untuk memperlunak serangannya,
kemudian teriaknya lagi keras-keras: "cuangsu, bolehkah kutahu siapa namamu sekali lagi?"
"Aku bernama Kim Thi sia, Kim yang berarti emas, Thi yang berarti besi dan Sia yang berarti
kota." Berubah hebat paras muka pemuda tampan itu, teriaknya tertahan: "Sungguh tak kusangka,
ternyata kaulah orangnya"
Mencorong dua buah sinar tajam yang menggidikkan hati dari balik matanya, dia memandang
wajah Kim Thi sia lekat-lekat,
Kim Thi sia yang baru berhasil memukul mundur sipedang api menjadi tertegun dibuatnya,
kembali dia menegur: "sobat, kenalkah kau denganku" Aneh, mengapaaku justru tak kenali dirimu?"
Dengan pandangan dingin dan berat pemuda tampan itu melirik sekejap kearah lawan, namun
posisinya menjadi bertambah runyam oleh gencetan sipedang perak yang menyerang secara
bertubi-tubi. Dalam keadaan kalang kabut tiba-tiba saja ia membentak keras dan mulai membuka serangan
secara bersungguh-sungguh, untuk sementara waktu dia tak ambil perduli diri Kim Thi sia lagi.
"Hey bocah keparat" terdengar sipedang api membentak marah. "Rasain sebuah tusukanku"
Rupanya serangan dahsyat dari Kim Thi sia yang menggetarkan lengannya hingga linu dan
kesemutan itu menimbulkan rasa gusar dan sifat buas sipedang api, dengan menghimpun dua
belas bagian tenaga dalamnya ia lancarkan sebuah bacokan maut.
Selapis cahaya pelangi memancar keluar secara tiba-tiba membias diatas daun dan bebatuan
menyusul cahaya tersebut bergema suara desingan hawa pedang yang menggetarkan sukma.
Kim Thi sia segera berpikir:
"Kematian suhu yang mengenaskan sudah terbukti dengan jelas duduk persoalannya. Apa yang
mesti kusangsikan lagi?"
Berpikir begitu iapun meloloskan pedang Leng gwa kiamnya, maka hawa dingin yang menyayat
badanpun memancar keempat penjuru dan membiaskan cahaya berkilauan sepanjang empat depa
lebih. Dikala cahaya pelangi telah membabat datang, dia baru mengembangkan serangannya dengan
jurus "Buddha memandangi pedang suci" dan "pedang menggetarkan Buddha agung" dari ilmu
pedang panca Buddhanya. "Sreeeet.......sreeeet......"
Ditengah desingan angin tajam yang menggetarkan sukma, cahaya hijau yang memancar
keluar dari pedangnya seketika memancar dan menyelimuti seluruh cahaya pelangi yang
dihasilkan oleh pedang sipedang api.
"Traaaaaangggg........"
Benturan kedua bilah pedang tersebut seketika menimbulkan suara dentingan nyaring yang
menusuk pendengaran. Sipedang api segera merasakan tekanan yang meng gencar pedangnya makin lama semakin
berat, kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, cepat dia melirik senjata sendiri, ternyata tubuh
pedangnya telah gumpil sebesar biji beras.
Sebagai seorang jagoan persilatan yang berprinsip "pedang patah orangnya tewas", sipedang
api menjadi terkesiap hatinya melihat kenyataan ini. Didalam waktu singkat paras mukanya
berubah menjadi pucat pias, peluh dingin bercucuran membasahi wajahnya, entah perasaan
terkejut atau pedih yang mencekam perasaan hatinya sekarang" Sementara itu putri Kim huan
telah bergumam lirih: "ooooh pedangku yang indah, tak lama kemudian kau akan berada kembali disampingku."
Sewaktu bergumam, wajahnya yang cantik dihiasi senyuman lembut penuh kebahagiaan,
terutama disaat ia merasa gembira, terlihat sepasang lesung pipinya yang sangat menarik hati.
Sebaliknya pemuda tampan itu merasakan hatinya sangat berat bagaikan dibebani dengan besi
berat gugamnya pula: "Tak disangka diapun memiliki sebilah pedang yang bagus........"
Sedang sipedang perak berpikir.
"Tahu begini, tidak seharusnya toa suheng serahkan pedang Leng gwat kiam itu kepada sam
sute sehingga saat ini sikeparat itu bisa bergaya dengan sebebasnya."
Dalam pada itu sipedang So Bun pin telah menarik kembali sorot matanya dari wajah putri Kim
huan kemudian bentaknya keras-keras:
"Hey keparat, apa sih hebatnya dengan pedang Leng gwat kiam" Lebih baik gorok sendiri
lehermu untuk bunuh diri."
Dengan mengeluarkan ilmu pedang delapan dewa mabuk ia berjalan maju dengan langkah
sempoyongan bagaikan orang yang kebanyakan minum. Begitu selisih jarak diantara mereka
semakin dekat, tiba-tiba saja dia melancarkan sebuah cengkeraman maut kearah bahunya.
Ilmu pedang delapan dewa mabuk ini merupakan hasil ciptaan si Malaikat pedang berbaju
perlente disaat dia sedang mabuk. Sepintas lalu gerak geriknya kelihatan sangat kacau tak
beraturan, padahal diam-diam menganding unsur jurus pembunuh yang mengerikan sekali.
Kim Thi sia tidak mengetahui akan kelihayan tersebut, melihat langkahnya sempoyongan
macam orang mabuk. ia sama sekali tak memandang sebelah matapun atas gerak serangan
lawan- Mendadak bentaknya: "Enyah kau dari sini."
Telapak tangannya diayunkan kemuka dan mendorong kearah dadanya keras-keras.
Dengan suatu gerakan yang sangat cepat sipedang besi So Bun pin menarik kembali
pergelangan tangannya disusul kemudian melakukan gerak mencengkeram kebawah.
Perubahan jurus ini dilakukan dengan cepat dan tepat, selain hebatpun ganas sekali.
Mimpipun Kim Thi sia tak menyangka kalau seorang pemabuk ternyata memiliki akal licik
sehebat ini, dalam waktu singkat iatak sempat lagi untuk menarik diri, pergelangan tangannya
kontan terbabat secara telak.
Tak ampun lagi dia menjerit keras-keras dan melompat ketengah udara.
Sewaktu berada ditengah udara, lengannya sudah terasa linu dan kesemutan, sekarang ia baru
menyesal karena kecerobohan sendiri hingga akibatnya dipecundangi oleh sipedang besi So Bun
pin. Sebagai orang jago kawakan yang sangat berpengalaman dalam pertempuran, sudah barang
tentu sipedang besi So Bun pin tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sangat baik ini.
ia segera mendengus dingin, sebuah pukulan dengan tenaga serangan yang maha dahsyat
langsung dilontarkan kedepan dengan kekuatan yang hebat dan ketajaman bagaikan sambaran
gunting.... Kim Thi sia mencoba untuk menangkis, sayang lengannya sudah tak menurut perintah, untuk
mengganti jurus tak sempat lagi, tak ampun tubuhnya termakan oleh serangan tersebut dengan
telak. "Plaaaaakkkk........"
Tubuhnya terpelanting keatas tanah dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Tak terlukiskan rasa gembira sipedang besi, dia mendadak maju berapa langkah kedepan dan
sambil mengerahkan tenaga yang dimilikinya ia lancarkan sebuah bacokan dahsyat.
Dalam keadaan kritis dan sangat berbahaya inilah, tiba-tiba putri Kim huan melompat bangun
sambil membentak keras: "So Bu pin, kalau merasa punya kepandaian ayoh bunuhlah aku"
Sipedang besi So Bun pin jadi tertegun tiba-tiba saja dia memahami arti sebenarnya dari
ucapan tersebut. Rasa cemburupun seketika meluap dan menyelimuti perasaannya, sebuah
pukulan dahsyat segera dilontarkanPutri Kim huan menjerit tertahan, dalam keputus asaan dia menutup matanya dengan kedua
belah tangan, ia tak tega melihat kekasihnya dibunuh orang secara kejam.
Dalam detik yang singkat inilah ia merasa menyesal sekali, ia berpekik dihati kecilnya:
"Mengapa aku tidak belajar silat sedari dulu?"
Yaa, andaikata dia pernah belajar silat kemungkinan besarjiwa kekasihnya dapat diselamatkanDalampada itu, sipedang pera kpun telah menghentikan pertarungannya sambil menonton
detik-detik yang menegangkan hati itu.
Tiba-tiba....... Tampak sesosok bayangan abu-abu berkelebat lewat dari dalam hutan dan menerkam datang
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, sebuah pukulan yang dilontarkan kearah sipedang
besi memaksa jagoan pedang itu tergetar mundur sejauh dua langkah, menyusul kemudian
sebuah tendangan kilat dilancarkan kearah jalan darah Tay ciong hiat ditubuh Kim Thi sia.
Suatu kejadian aneh tiba-tiba saja berlangsung, ketika Kim Thi sia yang berada dalam keadaan
pingsan itu termakan oleh tendangannya yang berat, bukan saja lukanya tidak bertambah parah,
sebaliknya dia malah berteriak keras dan segera melompat bangun. Tatkala sorot matanya
dialihkan kewajah sipedang, tanpa terasa dia berseru tertahan: "Kau.......Nirmala nomor tujuh."
Mendengar seruan tersebut, sipedang perak. pedang besi, dan pedang api serentak
mengalihkan sorot matanya kearah orang tersebut. Benar juga, diatas kepala orang itu
mengenakan sebuah gelang emas yang merupakan pertanda khusus bagi Nirmala nomor satu
hingga nomor sebelas. Sungguh tak disangka orang-orang dari Lembah Nirmala yang misterius bak sukma
gentayangan itu kembali telah munculkan diri disini.
Setelah tertegun dan terkejut berapa saat sipedang perak segera membentak keras:
"Wahai orang-orang dari Lembah Nirmala, dengarkan baik-baik. Sam sute dan Sip sute telah
tewas secara mengenaskan ditangan kalian- Kini setelah kalian datang kembali, jangan harap bisa
pergi dengan selamat. Tunggu saja nanti, bila aku telah menlenyapkan keparat ini, akan kutantang
dirimu untuk berduel mati-matian-" Nirmala nomor tujuh segera tertawa dingin.
"Heeeeh.....heeeeh........heeeeeh.......sejak tiga puluh tahun berselang aku si Nirmala nomor
tujuh sudah merupakan seorang hohan, memangnya aku mesti takut kepadamu?"
Dalam pada itu putri Kim huan seperti baru mendusin dari impian buruknya cepat-cepat dia lari
kesisi Kim Thi sia dan bersandar diatas dadanya, lalu dengan air mata bercucuran karena gembira
ia berkata sedih: "Engkoh Thi sia, ketika melihat jiwamu terancam bahaya tadi, hatiku pedih bagaikan diiris-iris
dengan pisau tajam. Waktu itu secara tiba-tiba aku merasa benci kepada diriku sendiri. Aku benci
sebagai wanita lemah yang tak mampu membantumu......."
Walaupun beberapa patah kata yang singkat namun mengandung perasaan cinta yang
mendalam. Dengan perasaan jengkel sipedang besi melengos sambil mendengus sebaliknya pedang perak
menunjukkan sikap tak senang hati.
Saat ini semua orang telah berhenti bertarung, perhatian mereka semua tertuju kepada mereka
berdua. Mendadak Nirmala nomor tujuh berbisik lirih disisi telinga Kim Thi sia: "Nak. aku tidak mengira
kau telah mempunyai kekasih hati........"
Sesudah menghela napas panjang, kembali terusnya:
"Seandainya Hay jin sampai mengetahui persoalan ini dia tentu akan bersedih hati. Pernahkah
kau pertimbangkan perasaan cinta yang tumbuh dalam hati kecilnya terhadapmu.........?"
"Apa?" Kim Thi sia amat terperanjat. Dengan cepat dia berpikir:
"Aku tak lebih cuma seorang bocah dungu yang miskin, dekil lagi jelek. atas apakah gadis
cantik berbaju putih itu bisa menaruh hati kepadaku.........?"
Ia mencoba untuk melirik kearah putri Kim huan, untung gadis itu tidak memperhatikan dirinya.
Diam-diam hatinya sedikit merasa lega.
Terdengar Nirmala nomor tujuh berkata lagi:
"Kalau toh memang begitu, akupun tak dapat berbicara apa-apa, kuharap kau bisa memperoleh
sebuah penyelesaian yang baik dan sempurna hingga kedua belah pihak sama-sama puas dan
tidak melukai hatinya."
"Aku benar-benar tak pernah menyangka kalau dia......."
Tiba-tiba Kim Thi sia menghentikan perkataannya, sebab ia melihat sigadis cantik disampingnya
mulai memperhatikan ucapan tersebut, mau tak mau dia mesti menghentikan perkataan itu agar
tidak melukai hatinya. Ia memang pernah membandingkan kedua orang gadis tersebut, namun kesimpulan yang
diperoleh, kedua-duanya sama-sama cantik dan menawan hati hingga susah baginya untuk
menentukan pihak manakah yang lebih dituju.
Mendadak Nirmala nomor tujuh melihat kehadiran sipemuda tampan yang kelihatannya hendak
mengucapkan sesuatu tapi kemudian diurungkan itu perasaan hatinya bergetar keras. Dengan
suara lirih ia segera berbisik kepada Kim Thi sia: "Tahukah kau akan asal usulnya?"
"Siapa yang kau maksud?" Kim Thi sia balik bertanya dengan wajah tertegun.
"Itu, sipemuda berwajah tampan."
"Yaa, akupun sedang merasa keheranan atas tindak tanduknya yang sangat aneh." ucap Kim
Thi sia dengan perasaan tak habis mengerti. "Aku tidak mengetahui siapakah dia dan berasal dari
mana, tapi.......buat apa kau menanyakan tentang persoalan ini?"
"Kalau begitu, aku perlu memberitahukan kepadamu cuma kuharap kau jangan membuat
permusuhan dengannya, kau tahu pemuda itu tak lain adalah putra yang tunggal si Pukulan sakti
tanpa bayangan dari Tiang pek san-"
"ooooh tak heran kalau ia segera menunjukkan sikap yang sangat aneh setelah kuberitahukan
namaku tadi" kata Kim Thi sia seperti baru memahami akan persoalan itu."Rupanya Hay-jin telah
memberitahukan tentang hubungan kami berdua kepadanya"
" Kemungkinan besar Hay jin sibocah perempuan yang berhati baik itu sudah menjalin
hubungan yang sangat baik dengannya, meski akupun tidak mengetahui bagaimanakah tabiat
orang tersebut, namun kuharap kau jangan bermusuhan dengannya hanya dikarenakan soal muda
mudi, sebab kau toh sudah mempunyai kekasih hati"
"Yaa, perkataanmu memang benar" Kim Thi sia manggut- manggut. "Aku pasti akan menuruti
semua perkataanmu itu."
"Nah, aku tak bisa menemanimu terlalu lama, aku harus segera berangkat ke Tiang Pek san
karena suatu persoalan penting, kuharap kau baik-baik menjaga diri" kata Nirmala nomor tujuh
pelan- Tanpa sadar Kim Thi sia menggenggam tangannya erat-erat dan menjawab dengan perasaan
tulus. "Seandainya Dewi Nirmala telah tewas, apakah empekpun akan peroleh kembali kebebasan?"
"Yaa benar." "Kalau begitu akan kutantang perempuan itu untuk berduel disaat ilmu silatku telah berhasil
nanti, akan kutuntut balaskan sakit hati empek."
"Anak baik, tidak sia-sia pengharapanku selama ini kepadamu........" sekulum senyuman ramah
tersungging diwajah Nirmala nomor tujuh itu, lalu sambil menepuk bahunya dia melanjutkan"Nak. kunantikan selalu saat keberhasilanmu."
Setelah memandang sekejap kearahnya dengan perasaan berat, iapun berbisik pelan:
"Sampai jumpa . "
Dengan suara gerakan cepat bak sambaran petir diangkasa, ia beranjak pergi dari situ dan
lenyap dalam waktu singkat.
Melihat kepergian orang itu, sipedang perak segera mengumpat:
"Bangsat keparat bernyali tikus, kenapa kau tidak berduel dulu sebelum merat dari sini. "
Padahal dalam situasi seperti ini dia memang berharap Nirmala nomor tujuh bisa pergi dari situ
secepatnya, jadi ucapannya sekarang tak lebih hanya bualan belaka.
Kim Thi sia menjadi tak senang hati setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat dia
menjengek: "Hey pedang perak. manusia macam apa dirimu itu. Hmmm^ berani amat kau mencemooh dia
orang tua. Bila punya kemampuan ayoh cari saja diriku...."
Habis berkata dia membentak keras dan melancarkan dua buah pukulan yang maha dahsyat.
Berubah hebat paras muka sipedang perak. cepat-cepat dia mengayunkan pula telapak
tangannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Blaaaaammmmmm. ......"
Ketika dua gulung tenaga pukulan saling bertumpukkan satu dengan lainnya, terjadilah suara
ledakan dahsyat yang mengakibatkan kedua orang itu sama-sama tergetar mundur satu langkah.
Dengan cepat sipedang perak dibuat terperanjat oleh kenyataan yang terbentang didepan
mata, pikirnya: "Aaaaah, tak kunyana kepesatan ilmu silat yang dimiliki bocah keparat ini diluar dugaanHmmm bila aku tidak membunuhnya sekarang juga, sudah pasti tiada kehidupan yang tenteram
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagiku dikemudian hari......."
Berpikir sampai disitu, dia segera memberi tanda kepada sipedang api, sipedang api yang telah
memahami maksudnya itu tiba-tiba saja ia melejit setinggi lima kaki lebih keudara dan pergi
meninggalkan arena. Melihat itu, Kim Thi sia mengejek sambil tertawa dingin:
"IHeeeh.....heeeh.....heeeh.....aku Kim Thi sia adalah seorang lelaki sejati. Hmmm, kau anggap
aku takut melihatmu pergi mencari bala bantuan?"
Sambil mengayunkan sepasang telapak tangannya, denganjurus "kelincahan menguasahi empat
samudra" dan "mati hidup ditangan nasib" dari ilmu Tay goan sinkang. Dia melepaskan serangan
disertai guntur kearah sipedang perak.
Pedang perak sangat gusar, dengan jurus "kepiting raksasa menjepit ketungging" dari ilmu
guntingan tangan, ia melepaskan sebuah bacokan maut kebawah sementara kakinya melancarkan
dua buah tendangan berantai.
Tapi secara mendadak saja ia merasa terpengaruh oleh bunga pukulan yang dipancarkan Kim
Thi sia, tanpa disadari gerak serangannya terhenti sama sekali.
Baru saja telapak tangan Kim Thi sia hendak menggempur dadanya sipedang besi yang berada
dibelakang punggungnya telah melepaskan sebuah bacokan kilat.
Kim Thi sia sama sekali tidak gentar, sekalipun dia harus menghadapi dua orang musuh
sekaligus, bersamaan waktunya telapak tangan kirinya ditarik sambil merubah jurus serangannya
dari gerakan "mati hidup ditangan nasib" menjadi jurus "kepercayaan menguasahi jagad."
Dengan membawa segulung tenaga serangan yang sangat kuat, serangan tersebut
menggempur tubuh sipedang besi.
Dibawah cahaya rembulan yang redup, ditengah lapangan yang sepi berkobarlah suatu
pertarungan yang amat seru antara sesama saudara seperguruan itu.
Sementara itu putri Kim huan telah menemukan suatu peristiwa lain yang menimbulkan
perasaan amat terkejut baginya.
Ternyata dari balik hutan yang sangat lebat telah muncul seorang gadis cantik berbaju putih.
Gadis itu mempunyai hidung yang mancung, bibir yang mungil, kulit badan yang putih bersih
dengan keayuan yang betul-betul sangat menawan hati.
Mimpipun ia tak pernah menyangka kalau didaratan Tionggoan terdapat seorang gadis secantik
itu, putri Kim huan merasa tercengang, hampir saja sorot matanya tak beralih lagi dari mukanya.
Disaat gadis cantik itu merasa ada orang sedang memperhatikannya, ia segera berpaling dan
balas menatap orang tersebut.
Dalam waktu sekejap. diapun dibuat tertegun sebab kecantikan wajah orang ini pun bak
bidadari dari khayangan- Kedua orang gadis cantik itu segera terbuai dalam jalan pemikiran sendiri-sendiri. Meski tidak
berbicara namun masing-masing telah tercekam oleh jalan pikiran mereka sendiri.
Suara pertarungan dan bentakan yang berlangsung diluar arena seperti tidak dirasakan lagi
oleh kedua belah pihak. mereka masih saling bertatapan muka, saling memandang d engan jalan
pikiran sendiri-sendiri. Agaknya pemuda tampan itu merasa tak senang hati melihat kemunculan gadis cantik berbaju
putih itu, segera tegurnya:
"Hay jin, tempat ini berbahaya sekali, lebih baik kau cepat menghindar."
Ketika seruan tersebut tertangkap oleh Kim Thi sia, bagaikan disambar guntur yang sangat
keras, cepat-cepat dia melepaskan dua serangan gencar kemudian melirik sekejap kesamping.
Benar juga, dia saksikan gadis cantik itu telah muncul dibawah sinar rembulanDengan cepatnya pula dia membayangkan kembali sifat sipedang perak sekalian yang gemar
bermain perempuan, sekarang ia dapat menyimpulkan, bentrokan yang terjadi antara orang-orang
itu dengan sipemuda tampan tersebut, antara lain sembilan puluh persen disebabkan gadis cantik
berbaju putih itu. Sementara itu sinona berbaju putih itu belum mengetahui akan kehadirannya, dengan mulut
cemberut kedengaran ia berseru:
"IHmmm, didalam situ sangat panas dan sumpek, apakah aku tak boleh keluar untuk berganti
udara segar?" "Tentu saja boleh" jawab pemuda tampan itu cepat-cepat. "Tapi kau mesti tahu, bahaya maut
mengancam dari empat penjuru. Bila kau bertindak kurang hati-hati bisa menyesal sepanjang
masa." Sewaktu berbicara, wajahnya menunjukkan sikap apa boleh buat. Gadis cantik berbaju putih itu
segera berkata lagi: "Coba kau lihat, cici inipun tak takut bahaya, kenapa aku mesti takut?"
"Aaaaai......mengapa sih kau tak mau menuruti perkataanku?" keluh sang pemuda tampan
itu sambil menghentak-hentakkan kakinya berulang kali. "Bila nanti sampai terjadi sesuatu yang
membahayakan jiwamu, kau baru tau rasa......"
Kemudian sambil menuding kearah sipedang perak dan pedang besi, lanjutnya:
"Kau masih belum dapat membedakan mana orang baik dan mana orang jahatJangan dilihat
dandanan mereka rapi dan menarik. padahal kedua orang itu adalah hidung bangor yang gemar
bermain perempuan-" Paras muka dua orang nona itu seketika berubah memerah. Diam-diam putri Kim huan
meludah, pikirnya: "orang lelaki memang paling jahat, terang-terangan ia kuatir kekasihnya direbut orang lain, tapi
ia justru menuduh orang sebagai hidung bangor yang suka bermain perempuan-"
Entah mengapa, tiba-tiba saja diapun ikut merasa tegang, pikirnya lebih lanjut:
"Wajahnya cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, seandainya engkoh Thi sia melihatnya,
mungkinkah ........ "
Semakin dipikir perasaan hatinya makin tak tenang, ketika ia mencoba berpaling tampak Kim
Thi sia sedang bertarung seru melawan sipedang perak dan pedang besi. Setiap serangan yang
mereka lancarkan selalu membawa deruan angin dan guntur yang mengerikan hati.
Jelas kedua belah pihak sama-sama telah mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
untuk meraih kemenangan- Mendadak terdengar pemuda tampan itu berkata dengan suara rendah:
"coba lihatlah Hay jin, gadis cantik bak bidadari itu adalah kekasih hati Kim Thi sia. Apakah kau
bermaksud untuk membicarakan masalah Kim Thi sia dengannya?"
"Benarkah itu?" tanya sigadis berbaju putih itu tertegunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Bila kau tak percaya, Kim Thi sia toh berada disini. Kau dapat segera membuktikan akan
kebenaran itu." Gadis cantik berbaju putih itu mengerdipkan sepasang matanya yang bulat besar dengan cepat
ia telah menemukan kehadiran Kim Thi sia.
Dalam waktu singkat ia seperti terkena teluh, bagaikan orang tak sadar, tubuhnya maju
beberapa langkah kemuka tanpa terasa.
Tapi ia segera menghentikan langkahnya ditengah jalan, dengan suara pelan gumamnya:
"Sungguh tak kusangka......benar-benar tak kukira.......ternyata ia sudah mempunyai kekasih
hati secantik itu...... buat apa aku mencarinya lagi."
Ucapan tersebut lebih tepat kalau dibilang rintihan, sebab bersama dengan selesainya
perkataan itu, titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Tiba-tiba saja Kim Thi sia merasakan perasaannya yang tak tenang, seketika itu juga ia didesak
mundur berulang kali oleh sipedang perak dan pedang besi.
Putri Kim huan yang amat menguatirkan keselamatan jiwa kekasihnya, tanpa sadar melangkah
maju berapa tindak kemuka.
Rupanya pemuda itupun telah mengetahui akan kehadiran gadis cantik berbaju putih itu,
terutama sekali disaat gadis tersbeut menghampirinya dengan langkah tergesa-gesa perasaan
hatinya kontan saja bergolak sangat hebat.
Apalagi dikala ia melihat gadis tersebut berhenti ditengah jalan, ia segera menemukan sesuatu
yang tak beres, kontan saja perasaannya menjadi amat berat.
Dalam keadaan begini untuk mengendalikan perasaan sendiri, selama ini dia selalu
mengutamakan putri Kim huan. Namun setelah bertemu dengan gadis cantik berbaju putih itu,
tanpa terasa kenangan manis selama di Lembah Nirmala terlintas kembali didalam benaknya.
Maka dalam keadaan pikiran dan perasaan yang tak tenang, kemampuan ilmu silatnya menjadi
bertambah lemah, tak mampu posisinyapun semakin terdesak hebat.
Sebagai seorang pemuda yang kasar diluar cermat didalam, seketika memahami pula apa
sebabnya pemuda tersebut tidak bersedia menolongnya setelah menunjukkan perasaan kaget tadi.
Sebagai seorang manusia luar biasa tentu saja dia tak butuh bantuan orang lain, akan tetapi
akal licik pemuda tampan itu sangat menyakitkan hatinya. Diam-diam ia berpikir:
"Demi menyelamatkan jiwamu, aku tak segan-segan bentrok sendiri dengan abang
seperguruanku. Siapa tahu, gara-gara seorang wanita, kau justru menunjukkan
kemunafikanmu.......hmmmm. Bukankah niat baikku selama ini hanya sia-sia belaka."
Akhirnya gadis cantik berbaju putih itu berjalan menghampiri pemuda tampan tersebut seraya
berkata: "Mari kita anggap saja dia sebagai orang asing....."
Tak terlukis rasa sakit hati Kim This ia sesudah mendengar perkataan itu pikirnya cepat:
"Dalam soal bercinta, memang kita tak bisa terlalu memaksa. Sekalipun kau tak bersedia
memberi cinta kasih muda mudi kepadaku, toh hubungan persahabatan masih bisa dijalin-......."
Mendadak........ Tampak sesosok bayangan abu-abu melayang datang seraya membentak: "Bajingan busuk.
kalau memang bernyali ayoh jangan kabur"
Sepasang kepalannya diayunkan berulang kali menghantam tubuh Kim Thi sia dengan
mengerahkan tenaga pukulan yang maha dahsyat.
Sejak pikirannya bercabang tadi, Kim Thi sia sudah didesak hebat oleh sipedang perak dan
pedang besi hingga susah melindungi diri, apalagi memperoleh gempuran dari orang tersebut,
posisinya benar-benar amat kritis dan berbahaya.
Dengan menggunakan jurus "Api muncul dibalik batu" dari ilmu pukulan panca Buddha. Dia
memukul mundur sipedang perak. kemudian dengan menggunakan serangan "cahaya Buddha
memantulkan surya" dia sambut datangnya serangan pedang dari serangan sipedang besi.
Menyusul kemudian, sambil mengerahkan tenaganya dia mendesak kedepan dan......."Duuuuukkk" ternyata dia menyambut datangnya serangan pendatang tersebut dengan
menggunakan bahunya. Ternyata sipedang itu memiliki posisi kuda-kuda yang sangat mantap bagaikan sebuah bukit
karang, tubuhnya sama sekali tak bergeser dari tempat semula.
Sebaliknya Kim Thi sia tak mampu menahan diri lagi, ia roboh terjengkang kesamping dengan
sempoyongan- Pedang perak segera manfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan sebuah pukulan maut,
tapi sebelum tindakan tersebut dilakukan tiba-tiba terdengar seseorang membentak keras: "Sute
jangan tergesa-gesa, aku datang"
Tampak tiga sosok bayangan hitam berkelebat datang dengan kecepatan luar biasa, sebagai
orang pertama adalah seorang manusia berkerudung hijau.
JILID 36 orang itu bukan lain adalah sipedang emas sedangkan kedua orang lainnya adalah sipedang
tanah dan pedang air. Kemunculan sipedang emas yang secara tiba-tiba ini seketika memecahkan perhatian sipedang
perak. Pada saat itu pula telah menfaatkan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya, dia melompat
bangun untuk menghindari diri dari serangan maut yang mematikanWalaupun kemudian sipedang perak sempat pula melancarkan sebuah serangan dahsyat,
namun berhubung serangan itu agak terlambat maka gagal melukai lawannya.
Kontan saja perasaan hatinya menjadi amat kalut bercampur gembira, dia girang karena
kehadiran toa suhengnya berarti menambah kekuatan yang luar biasa bagipihaknya, tapi dia kesal
karena Kim Thi sia benar-benar cekatan, ternyata dia telah manfaatkan kesempatan disaat
pikirannya sedang bercabang untuk meloloskan diri dari ancaman maut.
Keadaan Kim Thi sia saat ini sungguh berbahaya, dia sudah terkepung oleh sipedang emas,
perak. besi, api, air, dan tanah. Enam orang pendekar pedang kenamaan, dalam keadaan begini,
rasanya sulit baginya untuk meloloskan diri dengan selamat.
Namun Kim Thi sia tak gentar, ia memiliki semangat dan keberanian yang luar biasa, bukan
mundur dia malah mengejek sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah......haaaah.......haaaaah.......pedang emas, aku pingin bertanya kepadamu. Benarkah
Kongci Sin adalah kaki tangan anjingmu?"
Raut muka sipedang emas tertutup dengan kain kerudung sehingga susah bagi orang lain
untuk mengetahui mimik wajahnya yang sebenarnya, namun sepasang matanya yang bersinar
tajam justru melambangkan roh dan kepandaian silatnya.
Ketika mendengar perkataan tersebut, dia segera membentak dengan suara dingin:
"Yaa benar, Kongci Sin memang pembantu setiaku. Bila kau ingin membalas dendam.hmmm
keadaan sudah terlambat."
Dibawah sinar rembulan, terlihat nyata sorot matanya yang penuh diliputi hawa napsu
membunuh. Dengan langkah lebar Kim Thi sia mendesak maju kemuka, katanya dengan suara dalam:
"siapa bilang sudah terlambat. HHmmm, aku justru hendak memperhitungkan hutang tersebut
dihadapanmu." Sementara itu paras muka putri Kim huan telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
dengan badan gemetar pelan-pelan dia bergerak maju, tak lama kemudian tubuhnya telah
bersandar diatas dada pemuda tadi sambil berbisik:
"Apakah kau mempunyai keyakinan- Bila tak mampu, mari kita berusaha untuk melarikan diri."
"Sebelum musuh mengundurkan diri, aku tak akan mundur lebih dulu" jawab Kim Thi sia cepat.
"Justru kaulah yang perlu menjaga diri segera baik-baik agar tak sampai dilukai musuh."
Dipihak lain, sipedang emas masih berdiri tegak bagaikan bukit karang, kain kerudung hijaunya
berkibar ketika terhembus angin, tiba-tiba saja suasana disekeliling tempat itu terasa tegang dan
membeku. Dengan langkah lebat dia maju kemuka, lalu serunya sambil tertawa dingin:
"Kim Thi sia mengingat kita berasal dari perguruan yang sama, bila ingin meninggalkan pesan
terakhir, sampaikan sekarang juga."
"Hmmmm, kau jangan berbangga dulu" seru Kim Thi sia amat gusar. "Terus terang aku bilang,
kemampuanmu yang tak seberapa sama sekali tak kupandang sebelah matapun."
"Bajingan keparat, tutup bacot anjingmu" bentak sipedang api dengan penuh amarah.
Ia menerobos maju kedepan, pedangnya yang tajam langsung disodokkan kedepan
melancarkan sebuah pukulan kilat.
Kim Thi sia menggetarkan tangannya sekali lagi pedang Leng gwat kiam dipergunakan untuk
membendung datangnya ancaman tersebut.
Dalam waktu singkat kedua belah pedang itu sudah saling beradu keras......
"Traaaaangggg........"
Ditengah dentingan nyaring, tiba-tiba saja sipedang api merasakan tangannya menjadi ringan,
ternyata senjata andalannya telah terpapas kutung oleh senjata lawan-Dalam terkejut bercampur
gusarnya tergopoh-gopoh dia melompat mundur kebelakang.
Namun Kim Thi sia sendiri tidak akan melanjutkan serangannya dia merentangkan sepasang
tangannya dan kali ini mengancam iga kiri sipedang emas. Pedang emas tertawa dingin,
jengeknya: "Bajingan keparat, besar amat nyalimu" Dimana pedang menyambar dia segera menggeserkan
badannya untuk berganti posisi.
Kim Thi sia yang merasa serangannya gagal, segera menyadari kalau gelagat tidak
menguntungkan, tergopoh-gopoh dia menggetarkan pedangnya dan melepaskan sebuah bacokan.
Sewaktu dia mencoba untuk melirik kearah lain, ternyata siputra tunggal dari pukulan sakti
tanpa bayanganpun tidak berdiri menganggur dia telah diserang oleh sipedang perak. pedang air
dan pedang kayu hingga kalang kabut tak karuan.
cepat-cepat pemuda itu mengeluarkan jurus "tumbuh api dibalik batu" untuk menolong posisi
sendiri yang berbahaya sementara dalam hatinya diapun mengambil keputusanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Hmmm^ orang ini sinis dan sangat mementingkan diri sendiri, akupun tidak usah menjual
nyawa baginya." Tiba-tiba sipedang emas melepaskan serangan kilat dengan ilmu Tay jiu eng kangnya, begitu
dahsyat serangan itu memaksa Kim Thi sia terdesak mundur setengah langkah.
Belum sempat Kim Thi sia berganti napas untuk merubah jurus serangan, putri Kim huan yang
berada disisi lain telah dihadang oleh pedang besi.
Untuk menolong jelas tak sempat lagi, dalam gusarnya tiba-tiba melintas satu akal bagus,
segera bentaknya nyaring: "Pedang besi, lihat senjata rahasia"
Menggunakan kesempatan disaat pedang besi masih tertegun, dia melompat maju kedepan dan
menghadang dihadapan gadis cantik itu.
"Manusia keparat yang tak tahu diri" umpat sipedang besi dengan penuh kebencian-"Berani
amat kau menipuku dengan akal busuk. Hmmm, hari ini kau harus mampus"
Mendadak terdengar jeritan lengking bergema memecahkan keheningan-.....
Dengan perasaan terkesiap Kim Thi sia segera berpikir:
"Aduh celaka, suara jeritan dari gadis cantik berbaju putih itu........."
Begitu ingatan tersebut melintas matanya pun tak berayal lagi untuk berpaling kearah mana
berasalnya suara tadi betul juga, sinona cantik berbaju putih itu sudah dicengkeram oleh pedang
kayu. Saat itu sinona berada dalam keadaan terkejut bercampur takut, paras mukanya berubah
hebat. Kim Thi sia tidak sempat untuk berpikir panjang lagi, segera teriaknya keras-keras:
" cepat kau bebaskan nona itu, dia adalah putri Dewi Nirmala, kalian bukan tandingannya."
Setelah perkataan tersebut diutarakan, dia baru merasa telah salah berbicara untuk ditarik
kembali jelas tak sempat hatinya makin terkesiap.
Ia tahu Dewi Nirmala telah membunuh sipedang tembaga dan pedang bintang, posisi kedua
belah pihakpun telah saling bermusuhan bagaikan air api, sekalipun perempuan itu sangat lihay,
namun bagi pedang umat persilatan tidak pernah mengenal kata ampun, sudah jelas keselamatan
jiwa gadis tersebut menjadi berbahaya sekali.
Baru saja dia hendak bergerak maju untuk memberikan pertolongan, putri Kim huan yang
berada dibelakang telah menegur:
"Engkoh Thi sia, nampaknya kau kenal baik sekali dengan gadis tersebut?"
Kim Thi sia tertegun, pikirnya cepat:
"Apa maksud perkataannya itu?"
Belum sempat dia berpikir lebih jauh, gadis cantik berbaju putih itu sudah ditampar sipedang
kayu keras-keras. Selama hidup belum pernah gadis tersebut mengalami penghinaan seperti hari ini saking
mendongkol dan sedihnya, air mata jatuh bercucuran dengan derasnya. Terdengar sipedang kayu
mencaci maki dengan penuh kebencian:
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmmm, rupanya kau adalah putri siperempuan bangsat itu, dasar perempuan rendah,
sepantasnya kau temani bajingan she Kim itu untuk melaporkan diri kepada Raja
akhirat.....hmmm....hmmm......."
Kim Thi sia sakit hati mendadak marahnya dilampiaskan kepada putra sipukulan sakti tanpa
bayangan, bentaknya keras:
"Hey, terhitung orang gagah macam apa dirimu itu. Hmmm........kalau orang sendiripun tak
sanggup dilindungi, kau hanya bikin malu orang lain saja."
Sebetulnya pemuda tampan tersebut bukannya tidak melihat atas peristiwa tersebut namun
berhubung serangan yang dilancarkan pedang perak terlalu gencar, dimana untuk melindungi
keselamatan diri sendiripun sudah kewalahan- Bagaimana mungkin ia masih mempunyai
kesempatan untuk melindungi gadis cantik berbaju putih itu.
Kini, setelah ditegur oleh Kim Thi sia, kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah
padam, dengan penuh kegusaran dia berpekik nyaring lalu sambil mengerahkan segenap kekuatan
yang dimilikinya dia mulai menyerang lagi dengan mengandalkan pukulan sakti tanpa
bayangannya. Tatkala sipedang perak mencoba menahan serangan tersebut dengan kekerasan, tubuhnya
seketika terdorong mundur berapa langkah oleh segulung kekuatan yang maha dahsyat.
Pemuda tampan itu mendengus marah, secara beruntun dia mendesak maju tiga langkah,
telapak tangan kirinya menyerang sipedang perak. sementara tangan kanannya menyerang
pedang air. "Bangsat dari manakah dia?" tiba-tiba sipedang emas bertanya.
Rupanya dia dibuat terkejut oleh kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki pemuda tampan
itu, bukan saja usianya masih muda belia, bahkan silatnya luar biasa sekali. Sipedang besi yang
berada takjauh darinya buru-buru menjawab: "Dia adalah putra tunggal dari pukulan sakti tanpa
bayangan, ketua Tiang Pekpay."
Pedang emas manggut-manggut, diam-diam ia pertkbangkan sebentar situasi dihadapannya,
kemudian baru berkata: "Tak usah ambil perduli siapakah dia, pokoknya setiap orang yang berani menentang dan
memusuhi sembilan pedang dari dunia persilatan, tumpas semua hingga ludas."
"Kau sitelur busuk" umpat Kim Thi sia gusar.
Sambil menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya dia segera melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. Terdengar suara deruan angin dan guntur yang amat memekikkan telinga, pasir dan batu
beterbangan diangkasa. Rupanya sipedang emas pun cukup mengetahui betapa dahsyat dan luar biasanya kekuatan
tenaga pukulan itu, cepat-cepat dia pusatkan seluruh pikiran dan kekuatannya sambil
memperkokoh kuda-kuda dia mengayunkan telapak tangannya dan menyambut serangan tersebut
dengan keras melawan keras.
"Duuuukkkk" Dikala kedua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu satu dengan lainnya, terjadilah suara
ledakan dahsyat yang sangat memekikkan telinga.
Akibat dari bentrokan itu, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur satu langkah posisi
semula. Mencorong sinar tajam dari balik mata sipedang emas, teriaknya dengan suara menyeramkan:
"Bagus sekali, tak kusangka begitu cepat kau raih kemajuan dalam ilmu silatmu"
Gerak langkahnya segera berubah dari gerakan lurus menjadi miring, hawa murnipun dihimpun
lalu dengan ilmu pukulan Tay jiu eng dia melepaskan sebuah sodokan kedada musuh.
Dalam waktu yang amat singkat dan cepat, kelima jari tangannya sudah menempel didepan
dada Kim Thi sia. Sebagai manusia jujur Kim Thi sia tidak memikirkan akal muslihat lain, dia segera mendengus
dan melepaskan sebuah bacokan pedang untuk menghalau ancaman yang datang.
Terlihatlah lapisan bunga pedang yang berlapis-lapis bagaikan air hujan menyelimuti seluruh
angkasa, mata pedang yang tajam membiaskan cahaya berkilauan yang menusuk pandangan
mata. Pedang emas tak berani menyambut datangnya serangan tersebut dengan kekerasan-cepatcepat
dia batalkan serangannya ditengah jalan dan menarik kembali tangannya.
Dikala sipedang emas melancarkan serangan dengan ilmu Tay jiu eng hoat sekali lagi, ternyata
keadaannya sama sekali berbeda, kalau semula serangannya lembek dan lunak maka kini berubah
menjadi keras dan penuh bertenaga, adapun jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus "
guntur menggelegar kilat menyambar" yang mengutamakan sifat kekerasanSebenarnya Kim Thi sia hendak membendung serangan musuh dengan jurus "mati hidup
ditangan nasib" yang mengutamakan tenaga lembek, namun ketika sampai ditengah jalan,
mendadak dia mendapat sebuah akal bagus, segera teriaknya keras-keras: "Hey, ilmu silat apaan
itu?" Langkah kakinya bergeser kesamping sambil berlagak tak mampu menahan serangan tersebut,
secara beruntun dia mundur sampai tiga langkah lebih.
Pedang emasnya tak tahu kalau musuhnya sedang menggunakan siasat untuk menjebak, buruburu
dia membuyarkan jurus serangan semula. Sambil tertawa dingin ia mengejar kemuka dan
menggempur lagi dengan menggunakan jurus "Emas rongsok kelama putus".
Sekali lagi Kim Thi sia mundur tiga langkah kebelakang, kini punggungnya telah menyentuh
tubuh putri Kim huan- Dalam keadaan cemas bertambah risau, tanpa sadar putri Kim huan segera memeluk pemuda
itu sambil berbisik ketakutan: "Thi sia.......mari kita kabur"
Sesungguhnya pada saat itu sipedang besi, pedang api dan pedang tanah yang berada
dibelakang punggung pedang emas telah bersiap sedia memberikan bantuan, namun setelah
dilihatnya Kim Thi sia tak sanggup menahan lagi, mereka saling berpandangan sekejap kemudian
mengurungkan niatnya. Dalam saling berpandangan itu, seolah-olah mereka sedang berkata begini:
"Toako telah berhasil menempati posisi diatas angin, biarlah dia seorang yang menghadiri
keparat itu" Dalam pada itu Kim Thi sia telah meronta dan melepaskan diri dari rangkulan putri Kim huan,
lalu dengan wajah terkejut bercampur gugup serunya buru-buru: "Kau cepat lari dulu, aku"
Sipedang emas gembira sekali melihat sikap ngeri diwajah musuhnya, dia tertawa terbahakbahak.
"Haaah.....haaaah.......haaaaah.....bocah keparat, rupanya kau pun menyadari kalau jiwamu
berada dalam keadaan bahaya. IHaaah.....haaah.^...haaah.....benar-benar tidak kuduga."
Sebenarnya putri Kim huan enggan meninggalkan tempat tersebut, tapi setelah melihat
kerdipan mata dari Kim Thi sia, sebagai seorang gadis yang cerdik, dengan cepat ia memahami
maksud hati pemuda tersebut dengan perasaan lebih lega diapun mengundurkan diri kesamping.
Sementara dihati kecilnya dia berpikir:
"Engkoh Thi sia adalah seorang manusia luar biasa, tak mungkin ia bisa dibikin keok dalam
berapa gebrakan saja......."
Dalam pada itu, sipedang emas telah melangkah maju dengan tindakan lebar, dengan jurus
"angin dan awan berubah-ubah" ia melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang kuat dan gencar
kearah lawanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Kim Thi sia terdesak mundur berapa langkah, kegembiraannya makin meluap tak kuasa
lagi dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Perlu diketahui, saat itu mereka berada ditengah sebuah jalan setapak yang hanya cukup dilalui
satu orang, sekeliling jalan setapak tersebut merupakan batang pepohonan yang besar dan kuat.
Ini berarti andaikata sipedang besi, pedang api dan pedang tanah berniat turun tangan
bersama untuk mengeroyok Kim Thi sia, mereka harus melewati posisi toa suhengnya lebih dulu.
Namun sipedang emas sedang diliputi perasaan gembira, ia tidak membiarkan para adik
seperguruannya memberi bantuan, sebab dia hendak mengandalkan ilmu Tay jiu engnya untuk
menghabisi musuh tangguhnya itu seorang diri.
Kim Thi sia mencoba untuk melirik kepihak lain, ketika menjumpai pemuda tampan itu sudah
keteter hebat dibawah desakan sipedang perak dan pedang air. Entah mengapa tiba-tiba pemuda
tersebut justru merasa gembira sekali.
Ketika berpaling lagi kearah sinona cantik berbaju putih yang menundukkan kepalanya sambil
berdiri kaku ditepi arena, ia segera tahu kalau gadis tersebut telah ditotok jalan darahnya oleh
sipedang kayu. Dengan cepat pikirannya berputar sebentar sebuah keputusanpun segera diambil.
Ketika sipedang emas melepaskan kembali sebuah sapuan kilat, Kim Thi sia segera
membendungnya dengan kekerasan, tapi akibatnya dia tergetar mundur satu langkah.
Sementara itu sipedang emaspun merasa terkejut sekali, sewaktu terjadi benturan kekerasan
tadi, ia dapat merasakan bahwa musuhnya tidak menggunakan tenaganya sepenuh hati, sekalipun
ia tidak habis mengerti apa gerangan yang terjadi, namun ia yakin hal tersebut bukan main-main,
siapa tahu dibalik kesemuanya itu masih terselip rencana lain yang sangat lihay dan berbahaya.
Belum habis ingatan tadi melintas lewat, serangannya telah berkelanjutan dengan menggempur
jalan darah Hekpek hiat musuh menggunakan jurus "bidikan ketapel mengejutkan burung" dari
ilmu Tay jiu eng. Mendadak Kim Thi sia membentak kerasa, sebuah pukulan dahsyat dilancarkan secara tiba-tiba.
Suara bentakannya keras penuh bertenaga, dibalik itu semua terkandung pula luapan rasa
gembira yang berkobar-kobar.
Ketika sipedang emas dan para jago pedang lainnya mendengar suara tersebut, diam-diam
mereka merasa amat bergidik, terutama sekali sipedang emas, hampir saja dia menghentikan
gerak serangannya.. Segulung tenaga pukulan yang kuat menerobos masuk dengan cepat, bukan saja kekuatan
dahsyat tersebut berhasil membobolkan pertahanan sipedang emas, bahkan bagaikan air bah yang
menjebolkan bendungan langsung menyambar tiba dengan hebatnya.
Tak terlukiskan rasa kaget sipedang emas menghadapi peristiwa yang tak terduga ini. Tak
ampun tubuhnya termakan gempuran tersebut hingga roboh terjengkang keatas tanah.
Sipedang besi, pedang api dan pedang tanahpun nyaris dipecundangi lawan- Serentak mereka
membentak keras sambil melejit kemuka, tiga sosok bayangan manusia dengan mengacungkan
pedang masing-masing langsung melancarkan bacokan kemuka.
Kim Thi sia tidak sempat melepaskan sebuah pukulan lagi, tergesa-gesa dia berganti posisi
sambil mundur kesamping. Arah dimana ia mundur adalah nona cantik berbaju putih itu, karenanya selalu perhatiannya
sekarang tertuju ketubuh sipedang kayu.
Begitu berada dekat dengan musuh, dia segera melepaskan sebuah pukulan dengan jurus
"kepercayaan menguasahi seluruh jagad" untuk menyergap lawannya.
Sipedang kayu berseru tertahan, dalam keadaan tak siap ia menjadi gugup dan gelagapan,
tergopoh-gopoh tubuhnya melompat mundur kebelakang untuk menghindarkan diri.
Dengan suatu gerakan cepat Kim Thi sia menyambar tubuh gadis cantik berbaju putih itu dan
menerobos masuk kedalam hutan.
Tapi hanya sebentar saja ia sudah berteriak tertahan, cepat-cepat pemuda itu keluar lagi dari
hutan, ternyata apa yang dikuatirkan benar juga, putri Kim huan sudah terjatuh ketangan musuh.
Dengan gemas dia memukul batok kepala sendiri sambil berpikir: "Aku benar-benar tolol,
mengapa kulupakan keselamatan jiwanya.......?"
Dalampada itu sipedang besi telah mencengkeram pergelangan tangan putri Kim huan, sambil
tertawa dingin ia menjengek:
"Hey bocah keparat, meski kau berhasil menyelamatkan yang satu namun kehilangan yang lain,
tiada keuntungan apa-apa yang bakal kau peroleh, hmmmm sia-sia perjuanganmu selama ini."
Kim Thi sia tidak menggubris sindirannya itu, sambil mengerahkan tenaga dalamnya dia
membabat tubuh sipedang besi.
Desiran angin pukulan yang amat dahsyat segera menyambar kedepan dengan hebat. Pedang
perak membentak gusar, dia melompat kesamping sambil menghindarkan diri.
Dengan mundurnya sipedang perak. pemuda tampan itupun mendapat kesempatan baik untuk
meloloskan diri dari gencetan musuh, tanpa peruli lawannya lagi dia balik menerjang kearah Kim
Thi sia sambil membentak: "Bebaskan dia, kau tak usah mengurusi persoalannya."
Dalam terkejut dan herannya Kim Thi sia tak sempat berbuat banyak. tahu-tahu gadis cantik
berbaju putih itu telah direbut kembali oleh pemuda tampan itu.
Tapi begitu ia sadar kembali akan apa yang terjadi, dengan perasaan amat mendongkol
teriaknya keras-keras. "Bagus, bagus sekali perbuatanmu sangat gagah dan hebat......"
Pemuda tampan itu sama sekali tak ambil perduli, cepat-cepat dia membebaskan jalan darah
sinona yang tertotok membiarkan gadis itu duduk diatas batu, sementara dia sendiri menjaga
disisinya. Terhadap putri Kim huan yang ditawan serta keadaan musuh yang melakukan pengepungan,
bukan saja tak ambil gubris bahkan memperhatikanpun tidak.
Kim Thi sia memperhatikan sekejap wajah orang itu, akhirnya dia berseru lagi dengan
mendongkol: "Baiklah, sekarang kau boleh berbuat begini, tapi tunggu saja nanti saat pembalasanku
tiba......" Dalampada itu sipedang emas telah bangkit berdiri dan berkata pula dengan suara pelan:
"Bocah keparat ini sangat jahat. Sute sekalian, mari kita turun tangan bersama untuk
membasminya .... " Ketika berbicara, napasnya tersengkal-sengkal dan suaranya lemah, jelas isi perutnya telah
menderita luka yang cukup parah.
Tiba-tiba terdengar nona cantik berbaju putih itu menghela napas sedih dan berkata:
"Hey, bila kau tidak berusaha untuk menolongnya, akupun tak akan menggubris dirimu lagi."
Ucapan mana ditujukan kepada pemuda tampat tersebut, sedang dia yag dimaksud adalah
putri Kim huan. Nampak pemuda tampan itu sangat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, buru-buru
dia bertanya: "Hey apa maksud perkataanmu itu?"
Pedang Golok Yang Menggetarkan 15 Munculnya Jit Cu Kiong ( Istana Mustika Matahari) Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama