Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung Bagian 33
itu, Namun belum juga ia sempat berpikir, air sudah menggenang setinggi
lutut. Pek Yun Hui bergerak cepat menarik lengan Sie Bun Yun
dan lengan Ling Hung lalu melesat keluar Sampai di luar, Pek
Yun Hui melihat Tu Wee Seng melempar sebuah papan ke
sungai, lalu secepat kilat melompat ke papan itu diikuti Thu It
Kang. Pada waktu bersamaan, tampak beberapa orang
berenang mendekati papan itu, tapi terpukul mundur oleh
senjata Tu Wee Seng. "Orang yang penting itu masih berada di perahu, kita
lepaskan saja ke dua orang itu!" Terdengar suara seruan.
Seketika juga belasan orang yang sedang berenang itu
berbalik menuju perahu, sementara perahu itu terus
tenggelam. Pek Yun Hui, Ling Hung dan Sie Bun Yun walau
sudah berada di atas perahu, namun tak lama air pun mulai
menggenang di situ. sedangkan belasan orang itu cuma diam di permukaan air,
mungkin menunggu perahu itu tenggelam, barulah turun
tangan menangkap mereka bertiga.
Pek Yun Hui, Ling Hung dan Sie Bun Yun memang tidak
bisa berenang, maka wajah Pek Yun Hui pun tampak cemas.
sebaliknya Ling Hung malah bersandar pada badannya, sama
sekali tidak tampak cemas, gugup maupun panik.
Pek Yun Hui menarik nafas panjang, ia terus memandang
sungai itu dan tampak putus asa. Di saat itulah mendadak
terdengar suara seruan. "Kalian bertiga jangan khawatir aku datang!" Me-nyusul
tampak pula sebuah perahu kecil melaju mendekati perahu
yang hampir tenggelam itu.
Sungguh luar biasa, sebab perahu kecil itu mampu
melawan arus yang begitu deras, Setelah agak mendekat,
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
barulah tampak seseorang berdiri di atas perahu kecil itu,
Orang itu masih muda dan sepasang tangannya memegang
sepasang pengayuh. Melihat perahu kecil itu mendekati perahu yang hampir
tenggelam, belasan orang yang ada di permukaan air pun
berenang ke arah perahu kecil itu, Orang yang berdiri di atas
perahu kecil langsung memukul mereka dengan sepasang
pengayuhnya. "Ha ha! Pereuma kalian ingin coba melubangi perahuku ini,
sebab perahuku ini dilapisi baja! Hei, kalian bertiga cepatlah
melompat ke mari!" Betapa girangnya Pek Yun Hui. ia langsung melempar Sie
Bun Yun ke perahu kecil itu, Orang yang di atas perahu kecil
terebut segera menyambutnya, dan cepat-cepat menaruhnya
ke bawah. Setelah itu, barulah Pek Yun Hui dan Ling Hung meloncat
ke perahu kecil tersebut Akan tetapi, tiba-tiba tampak
beberapa buah benda melayang ke arah mereka berdua,
Ternyata belasan orang itu menyambitnya dengan senjata.
Pek Yun Hui dan Ling Hung tidak bisa berkelit, karena
badan mereka sedang melayang ke arah perahu kecil itu.
Orang yang di atas perahu itu menggeram, lalu
mengayunkan sepasang pengayuhnya memukul jatuh bendabenda itu, Maka Pek Yun Hui dan Ling Hung dapat mencapai
perahu kecil tersebut dengan selamat
Setelah kaki mereka menginjak perahu kecil itu, orang
tersebut pun langsung mengayuh, dan seketika perahu kecil
itu meluncur dengan cepat
"Hei!" teriak salah seorang yang masih berenang, "Siapa
engkau berani menentang partai Thian Liong" Cepat
tinggalkan namamu!" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Ha ha!" Orang yang di atas perahu tertawa gelak,
"Namaku Sim Beng Cong, julukanku Hek Sat Ciu (Si Hitam
Tangan Algojo). Hek Sat Ciu-Sim Beng Cong terus mengayuh perahunya,
Tak lama belasan orang yang berenang itu sudah tidak
kelihatan lagi, Pek Yun Hui menarik nafas lega, ia
memandang Hek Sat Ciu-Sim Beng Cong seraya berkata.
"Sim Hiapsu (Pendekar Sim), terimakasih atas
pertolonganmu !" Hek Sat Ciu-Sim Beng Cong diam saja, ia terus mengayuh
sehingga perahu kecil itu terus melaju.
Karena orang itu diam saja, maka Pek Yun Hui, Ling Hung
dan Sie Bun Yun mulai memperhatikannya, Orang tersebut
berusia tiga pu!uhan, wajahnya agak kehitam-hitaman, tapi
tampak gagah, Akan tetapi, keningnya justru terus berkerut,
seakan sedang memikirkan suatu urusan penting.
Orang itu tetap diam dan mereka bertiga pun tidak
membuka suara, Berselang beberapa saat kemudian, Hek Sat
Ciu-Sim Beng Cong menghentikan perahunya ke tepi, lalu
berkata "Kalian bertiga naik dulu, aku ingin bicara dengan kalian."
Pek Yun Hui segera memapah Sie Bun Yun ke darat,
menyusul Ling Hung dan kemudian barulah Sim Beng Cong,
Mereka berempat berjalan memasuki sebuah Iem-bah,
kemudian mereka pun duduk di atas sebuah batu besar
sementara Hek Sat Ciu-Sim Beng Cong tetap tidak
bersuara, namun mendadak berlutut di hadapan mereka
bertiga. Pek Yun Hui, Sie Bun Yun serta Ling Hung terkejut dan
heran, lalu bangkit berdiri.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Kenapa Sim hiapsu berlaku demikian?" tanya Pek Yun
Hui dan menambahkan "Engkau adalah tuan penolong kami,
tapi kenapa sebaliknya engkau malah bersikap demikian pada
kami?" "Maaf!" ucap Hek Sat Ciu-Sim Beng Cong, "Yang mana
yang bernama Sie Bun Yun?"
"Aku," sahut Sie Bun Yun cepat.
seketika juga Hek Sat Ciu-Sim Beng Cong berlutut ke
hadapannya. Sie Bun Yun ingin mengangkatnya ba-ngun, tapi
tidak bertenaga. "Saudara Sim, ada petunjuk apa?" tanya Sie Bun Yun.
"Aaakh...." Sim Beng Cong menarik nafas panjang,
"Sebenarnya aku bernama Sim Cong, hanya kutambah "Beng"
di tengah, Aku adalah murid Kun Lun, guruku bernama Hian
Ceng Totiang." Hian Ceng Totiang adalah kakak seperguruan ketua partai
Kun Lun, yang namanya amat terkenal di rimba persilatan,
namun Pek Yun Hui sama sekali tidak me-ngetahuinya.
"Oooh!" Sie Bun Yun dan Ling Hung mengeluarkan suara
ini. "Sebulan lalu...." Sim Cong memberitahukan "Tanpa
sengaja aku melukai beberapa murid partai Siauw Lim, karena
itu aku diusir dari pintu perguruan."
Sie Bun Yun dan Ling Hung terbelalak karena murid dari
partai mana pun, kalau diusir dari perguruan, itu akan
dianggap sampah dalam rimba persilatan
"Aaakh...." Sim Cong menarik nafas lagi dan melanjutkan
"Guru akan menerimaku lagi, namun... itu harus atas bantuan
Saudara Sie Bun Yun."
"Kok begitu?" Sie Bun Yun bingung, "Aku tidak kenal dan
tidak pernah bertemu gurumu, bahkan guruku pun tiada
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
hubungan dengan gurumu, bagaimana mungkin aku dapat
membantumu?" "Selain Saudara Sie Bun Yun, tiada orang lain yang bisa
membantuku diterima kembali ke partai Kun Lun."
"ltu pasti ada sebabnya," sela Pek Yun Hui.
"Beritahukanlah! Kalau Saudara Bun Yun bisa membantu, dia
pasti membantumu." "Guruku bilang, setelah aku memperoleh Cong Cin To,
barulah guruku akan menerima diriku lagi," ujar Sim Cong
memberitahukan. Setelah mendengar itu, wajah Sie Bun Yun langsung
tampak berubah, dan keningnya pun berkerut-kerut
"Setelah meninggalkan gunung Kun Lun, aku pun mulai
mencari kabar berita tentang Cong Cin To itu." Sim Cong
memberitahukan "Belum lama ini, aku justru mendengar kabar
bahwa Saudara Sie Bun Yun yang memperoleh Cong Cin To
tersebut Aku tahu, tidak semestinya aku bermohon, tapi harap
Saudara Sie Bun Yun sudi membantuku dalam hal ini!"
Pek Yun Hui pereaya apa yang dikatakan Sim Cong, lagi
pula dia tadi telah menolong mereka bertiga, kalau tidak,
mungkin sekarang mereka bertiga sudah terjatuh ke tangan
ekspedisi Thian Liong, Oleh karena itu, ia berharap Sie Bun
Yun sudi membantunya, itu pun karena ia tahu jelas gurunya
yang telah mendapatkan kitab pusaka Kui Goan Pit Cek, jadi
Cong Cin To tersebut sudah tiada gunanya.
"Saudara Sim!" Sie Bun Yun menggeleng-gelengkan
kepala, "ltu cuma kabar burung saja."
"Kalau begitu...." Sim Cong tampak kecewa, "Saudara Sie
belum memperoleh Cong Cin To itu?"
"Benar." Sie Bun Yun memandang ke tempat lain, "ltu
cuma isyu dalam rimba persilatan saja."
"Kalau begitu, Kim Coa Suseng-Wang Han Siang dan Yap
Yong Ceng terkena isyu itu sehingga membumi hanguskan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Cui Cuk San Cung?" tanya Sim Cong, yang kelihatannya
kurang pereaya akan apa yang dikatakan Sie Bun Yun.
"Saudara Sim!" Sie Bun Yun tersenyum hambar "Alangkah
baiknya engkau cari di tempat lain saja, sebab Cong Cin To
sungguh tidak berada di tanganku!"
"Aaakh.-" keluh Sim Cong, "Mudah-mudahan Saudara Sie
tidak membohongiku sebab ada orang mengatakan bahwa
Saudara Sie tidak sudi membantuku?"
"Saudara Sim!" Wajah Sie Bun Yun berubah, "Mak-sudmu
aku telah membohongimu kan?"
Sim Cong tertawa sedih, lalu memandang Sie Bun Yun
seraya berkata. "Berita itu tidak mungkin cuma merupakan isyu belaka...."
"Saudara Bun Yun!" sela Pek Yun Hui mendadak "Kalau
tidak memperoleh Cong Cin To itu, Saudara Sim tidak bisa
diterima kembali sebagai murid partai Kun Lun, Kalau
benar...." "Saudara kecil, engkau pun tidak mempereayaiku?" Sie
Bun Yun menatapnya dengan kening berkerut
Pek Yun Hui membungkam seketika, sedangkan Sim Cong
malah tertawa. "Kalian berdua tidak usah berdebat, aku pun tidak akan
memaksa orang, Kalau Saudara Sie tidak sudi membahtuku,
yah! Sudahlah! Aku akan menerima nasib," katanya.
"Saudara Sim, harap dengar baik-baik!" ujar Sie Bun Yun
serius, "Aku sungguh tidak pernah melihat apa yang disebut
Cong Cin To...." "Kalau begitu, siapa yang pernah melihat barangitu?"
Terdengar suara sahutan di dalam lembah ilu.
"Siapa?" Pek Yun Hui tertegun
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Aku adalah aku!" Suara sahutan yang agak
menyeramkan. "Siapa engkau?" tanya Ling Hung gusar "He he!"
Terdengar suara tawa aneh. "Kalian segera akan
mengetahuinya!" Pek Yun Hui baru mulai berkecimpung di rimba persilatan
Ling Hung cuma bergerak di sekitar Cui Cuk San Cung, sama
sekali tidak pernah mengembara ke mana-mana, sedangkan
Sie Bun Yun baru pulang dari seberang laut Oleh karena itu
mereka bertiga tidak dapat menduga siapa orang itu.
Bagian ke tiga puluh tiga Kena Racun ular
Yang tampak serius sekali adalah Sim Cong, Keningnya
berkerut-kerut dan wajahnya tampak tegang.
"Kita semua harus berhati-hati!" pesan nya.
"He he he!" Suara tawa aneh itu terdengar lagi dan disusul
oleh suara mendesis-desis.
Mereka berempat segera menundukkan kepala, tampak
dua ekor ular beracun sedang merayap ke luar.
Sungguh aneh ular beracun itu. Badannya panjang agak
gepeng, dari kepala sampai ke ujung ekor terdapat garis yang
memancarkan cahaya kekuning-kuningan.
"Haaah..." teriak Ling Hung ketika melihat ular-ular itu.
"Jangan takut dan jangan bergerak sembarangan!" ujar
Pek Yun Hili dengan suara rendah.
Walau berkata demikian, namun dalam hati Pek Yun Hui
juga merasa takut dan jijik, sementara ke dua ekor ular itu
terus merayap ke arah mereka, dan sesekali mendongakkan
kepalanya. Yang paling mengejutkan adalah rerumputan yang dilalui
ke dua ekor ular tersebut Rumput-rumput itu langsung
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
berubah kuning layu, itu dapat diketahui betapa beracunnya
ular-ular tersebut Setelah berada beberapa depa di hadapan mereka, ke dua
ekor ular itu berhenti merayap, lalu melingkar dengan kepala
mendongak ke atas. "He he he!" Terdengar lagi suara tawa aneh, Tak lama
muncullah seorang tua berjubah abu-abu. Badan orang tua itu
kurus kering, tetapi sepasang matanya menyorotkan sinar
ganas, Tangannya membawa sebatang tongkat pipa besi.
Begitu muncul, orang tua aneh itu pun mengeluarkan
siulan panjang yang melengking-lengking, dan seketika juga
ke dua ekor ular itu merayap ke arahnya.
"Sssst! Ssssst!" Kedua ekor ular itu mendesis-desis, Salah
seekor langsung masuk ke pipa besi, dan yang seekor lagi
melilit di pipa besi itu.
Sementara Pek Yun Hui, Sie Bun Yun, Ling Hung dan Sim
Cong diam saja, sedangkan orang tua aneh itu mengamati
mereka berempat, lalu menuding Sim Cong dengan pipa
besinya seraya membentak.
"Murid Kun Lun yang telah diusir dari perguruan, tentunya
tahu nama besarku! Kenapa masih belum menyingkir ?"
Hek Sat Ciu-Sim Cong tertawa dingin, namun tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Wajah orang tua aneh itu
langsung berubah. "Engkau mau menyingkir tidak?" bentak orang tua aneh itu
lagi, "lngin cari penyakit?"
Usai membentak, dia langsung menyerang Sim Cong
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan pipa besinya dengan jurus Cang Coa Thuh Sing (Ular
Menyemburkan Racun), sedangkan ular yang melilit di pipa
besi itu juga menjulurkan lidahnya ke arah Sim Cong.
Sim Cong cepat-cepat berkelit menghindari serangan itu.
Pek Yun Hui yang berdiri di sisinya tampak gusar sekali, dan
menghardik keras. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Engkau sudah tua kok tidak tahu aturan" Dia teman kami,
kenapa engkau begitu muncul langsung menyuruhnya
menyingkir?" "He he he!" Orang tua aneh itu tertawa terkekeh-kekeh,
"Bocah! Mungkin engkau sudah bosan hidup!"
"Siapa engkau?" tanya Pek Yun Hui membentak.
"He he he!" Orang tua aneh itu tertawa terkekeh lagi,
"Namaku Tan Piauw, julukanku Coa Siu (Si Kakek Ular)!"
Begitu mendengar nama dan julukan tersebut, terkejutlah
Sie Bun Yun, Ling Yun dan Sim Cong, Namun Pek Yun Hui
sama sekali tidak merasa terkejut, karena tidak pernah
mendengar nama maupun julukan itu.
"Hm!" dengus Pek Yun Hui. "Dari julukannya sudah dapat
diketahui bahwa engkau bukan orang baik baik! Mau apa
engkau muncul di sini?"
"Kalau kalian berempat masih ingin hidup, cepatlah
serahkan Cong Cin To itu padaku!" sahut Tan Piauw, Si Kakek
Ular. "Cong Cin To itu tidak berada pada saudara Sie Bun Yun,
engkau telah salah cari orang!" ujar Pek Yun Hui dan
menambahkan "ltu cuma isyu dalam rimba persilatan!"
"Sekarang memang tidak ada padanya, tapi setelah ular
beracunku menggigitnya, dia pasti menyerahkan barang itu
padaku!" Tan Piauw, Si Kakek Ular tertawa dingin.
"Berdasarkan apa engkau akan menyuruh ular beracun itu
menggigitnya?" tanya Pek Yun Hui dengan kening berkerut.
"Berdasarkan dia memiliki Cong Cin To, lagi pula dia pun
tidak mampu melawanku!" sahut Tan Piauw, Si Kakek Ular
sambil tertawa melengking.
"Oh?" Pek Yun Hui sudah tidak dapat bersabar lagi. ia
segera menghunus pedangnya, dan sekaligus menyerang Si
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Kakek Ular itu dengan jurus Sin Liong Tiau Bwe (Naga Sakti
Melepaskan Ekor). Ketika melihat Pek Yun Hui menyerang Si Kakek Ular, Ling
Hung tidak tinggal diam. ia langsung menggerakkan
senjatanya ikut menyerang Si Kakek Ular dengan gerakan Cui
Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau Menggoyang).
"Hati-hati kalian berdua!" seru Sim Cong memperingatkan
mereka. "He he!" Si Kakek Ular tertawa dan secepat kilat
menggerakkan pipa besinya untuk menangkis dan
menyerang. Setelah lewat tiga jurus, Ling Hung sudah terdesak Pek
Yun Hui memang memiliki ilmu pedang aneh dan lihay, tapi
Lweekangnya masih dangkal, sehingga sulit baginya untuk
mendesak Si Kakek Ular. Sim Cong mengerutkan kening menyaksikan pertarungan
itu. ia mengayunkan pengayuhnya, dan dikeluarkannya jurus
Heng Tiau Tuh Kang (Melintang Menycberang Sungai) untuk
menyerang Si Kakek Ular. "Bagus!" teriak Si Kakek Ular
sambil tertawa ter-kekeh-kekeh, lalu menggetarkan pipa
besinya, seketika juga ular beracun yang melilit di ujung pipa
besi itu menjulur menggigit lengan Sim Cong.
Betapa terkejutnya Sim Cong, ia cepat-cepat meloncat
mundur, namun ular beracun itu masih tetap mengarah pada
lengannya. Untung Ling Hung berdiri di samping Sim Cong, Gadis itu
segera memukul pipa besi itu dengan senjata-nya, sehingga
pipa besi itu terpukul agak miring, dan ular beracun itu pun
tidak berhasil menggigit lengan Sim Cong.
Namun ular beracun itu sungguh lihay, ia tetap
menjulurkan kepalanya dan menggigit. Karena pipa besi itu
agak miring, gigitan ular beracun itu meleset, hanya lengan
baju Sim Cong yang tergigit robek.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sim Cong bergerak cepat mencabut belatinya dan secepat
kilat menyabet lengan bajunya.
"Serrrt!" Lengan bajunya kutung jatuh ke bawah berikut
ular beracun itu. Cukup lama Sim Cong berkecimpung dalam rimba
persilatan, maka tahu kalau ular itu amat beracun, siapa
tergigit pasti mati dalam beberapa saat saja. Barusan ia boleh
dikatakan lolos dari kematian
Sim Cong segera meloncat mundur dengan wajah pucat
pias, namun Ling Hung masih berdiri di tempat Ketika melihat
ular beracun itu jatuh di tanah, ia maju selangkah sambil
mengayunkan senjatanya ke arah ular beracun itu.
sementara Pek Yun Hui dan Si Kakek Ular masih
bertarung dengan seru, tetapi belum ketahuan siapa yang
akan kalah dan menang. Senjata Ling Hung yang diayunkan itu terus mengarah
pada ular beracun yang melingkar di permukaan tanah.
"Jangan!" seru Sim Cong dan Sie Bun Yun serentak
Akan tetapi, Ling Hung sudah tidak keburu menarik
kembali senjatanya, maka trisulanya menghantam badan ular
beracun tersebut Pada waktu bersamaan, tampak seseorang menerjang ke
arah Ling Hung, dan sekaligus mendorongnya sekuat tenaga.
Ling Hung tidak melihat jelas siapa yang mendorongnya,
hanya melihat ular itu mendadak melesat ke arahnya laksana
kilat Kini gadis itu baru tahu akan kelihayan ular beracun
tersebut seketika juga ia menggunakan tenaga dorongan itu
meloncat ke samping, Barulah ia tahu bahwa yang
mendorongnya itu adalah Sie Bun Yun dengan maksud
menolongnya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Karena Ling Hung meloncat pergi, Sie Bun Yunlah yang
menjadi sasaran ular beracun itu. Ternyata ular beracun itu
telah melesat ke arahnya.
"Hati-hati kakak misan!" seru Ling Hung.
Sie Bun Yun mundur selangkah, lalu menggerakkan
bambu yang di tangannya dengan jurus Man Thian Sing Hui
(Bintang Berkerlap-Kerlip Di Langit).
"Kieekl" Bambu yang di tangan Sie Bun Yun tergigit ular
beracun itu. Sie Bun Yun bergerak cepat Diayunkannya bambu itu
pada batu, maksudnya ingin membunuh ular beracun itu
dengan bambunya, Akan tetapi, ular beracun itu sama sekali
tidak terluka. "Saudara Sie, biar aku saja!" seru Sim Cong.
Sie Bun Yun tahu maksud Sim Cong. ia menekan ular
beracun itu di atas batu, sedangkan Sim Cong mengangkat
pengayuhnya yang amat berat itu, lalu menghantam kepala
ular beracun tersebut "Braaak!" Kepala ular beracun itu remuk dan batu itu pun
hancur Bagaimana mungkin ular beracun itu bernyawa lagi"
Tan Piauw, Si Kakek Ular memang berkepandaian tinggi,
Namun Pek Yun Hui memiliki ilmu pedang aneh, sehingga
membuat Si Kakek Ular itu tiada kesempatan untuk menolong
ularnya, Begitu melihat ularnya terbunuh gusarlah Si Kakek
Ular, ia memekik keras dan langsung menyerang Pek Yun Hui
bertubi-tubi. Pek Yun Hui tidak berani menyambut serangan-serangan
itu, melainkan mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk
menghindar, sehingga pukulan Si Kakek Ular membentur
tempat kosong. Si Kakek Ular tampak tertegun sedangkan Pek Yun Hui
sudah berada di belakangnya, dan pedangnya pun bergerak
menyerang punggung Si Kakek Ular. Pek Yun Hui
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mengeluarkan jurus Jit Goat Cih Seng (Matahari Bulan Muncul
Bersama). Ketika Si Kakek Ular baru mau membalikkan badannya
untuk menangkis serangan itu, Sim Cong dan Ling Hung
sudah menyerangnya dengan senjata masing-ma-sing.
Betapa pun tingginya kepandaian Si Kakek Ular, namun
sulit juga berkelit ia memekik keras dan badannya melambung
ke atas, bahkan sekaligus menyerang Sim Cong dengan jurus
Tok Coa Cut Tong (Ular Beracun Keluar Gua).
Sim Cong secepat kilat mengayunkan pengayuhnya
menangkis serangan itu, dan pada waktu bersamaan, trisula
Ling Hung pun telah menghantam kaki Si Kakek Ular.
"Aaakh!" jerit Tan Piauw, Si Kakek Ular, Tubuhnya
terpental beberapa depa. Sepasang matanya menyorot ganas,
mulutnya mengeluarkan suara aneh, dan wajah tampak
menyeramkan Pada saat bersamaan, terdengarlah suara tawa
di dalam rimba. "Ha ha hal Coa Siu, engkau terhitung tokoh tua dalam Bu
Lim, tetapi masih mau bertarung dengan kaum muda!
Akhirnya engkau pula yang rugi, salah seekor ular beracun itu
sudah mampus, bahkan kakimu pun terhan-tam senjata!
Apakah engkau masih ingin bertarung lagi?" "Siapa?" bentak
Tan Piauw, Si Kakek Ular gusar, Serrt! Serrrt! Tampak dua
orang melesat ke luar dari dalam rimba. Kedua orang itu
berusia lima puluhan Begitu melihat ke dua orang itu, terkejutlah Pek Yun Hui,
Sie Bun Yun, Sim Cong dan Ling Hung.
Ternyata ke dua orang itu bertampang aneh. Salah
seorang berwajah segi empat, matanya berbentuk segi tiga
dan yang paling menyeramkan adalah wajahnya punya dua
warna, sebelah kiri hitam, sebelah kanan putih, Yang satu lagi
berwajah pucat pias, seakan tak berdarah sama sekali, mirip
orang yang telah mati beberapa tahun Ke dua orang itu
memakai jubah putih dengan kaki te!anjang. Sungguh
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
menyeramkan ke dua orang itu, Pek Yun Hui melihat orangorang aneh bermunculan Kalau terus berada di tempat itu,
pasti akan muncul orang lagi, sedangkan Sie Bun Yun dalam
keadaan luka, masih belum sempat beristirahat Pikirnya.
Oleh karena itu, hatinya semakin cemas, Kemudian ia
memandang Ling Hung sambil memberi isyarat, dan Ling
Hung manggut-manggut Mereka berdua mendekati Sie Bun
Yun, lalu menariknya pergi.
Akan tetapi, di saat itu pula ke dua orang aneh itu secepat
kilat melesat ke hadapan mereka.
"Hm! Hm!" Orang yang bermuka hitam putih itu tertawa
dingin "Kalian tidak boleh kabur!"
"Setelah kami menghajar Si Kakek Ular itu, kami ingin
mengajukan beberapa pertanyaan pada kalian!" sambung
orang aneh berwajah pucat
Pek Yun Hui tahu, mereka berdua pasti ingin menanyakan
tentang Cong Cin To, maka seketika juga keningnya berkerut
sedangkan Ling Hung malah ter-senyum, sepertinya teringat
sesuatu yang menggelikan Tentunya membuat Pek Yun Hui tereengang, Ketika ia
baru mau membuka mulut bertanya, Ling Hung justru telah
mendahuluinya bertanya pada ke dua orang aneh itu.
"Bukankah kalian ingin bertanya tentang semacam
gambar?" "Betul." Wajah ke dua orang aneh itu tampak berseru
"Gambar itu disebut Cong Cin To kan?" tanya Ling Hung
lagi. "Tidak salah," sahut ke dua orang aneh itu serentak sambil
tertawa gembira, "Bocah perempuan! Tahukah engkau berada
di mana Cong Cin To itu?"
"Tahu." Ling Hung mengangguk, Pek Yun Hui yang
tersentak KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Di mana barang itu?" tanya orang aneh yang berwajah
putih hitam. "Cong Cin To...." Ling Hung menunjuk Tan Piauw, Si
Kakek Ular."... pada orang tua jelek itu, tanyakan saja
padanya!" "Omong kosong!" bentak Tan Piauw, Si Kakek Ular
Kini Pek Yun Hui baru tahu, ternyata Ling Hung ingin
menimpakan bahaya pada Si Kakek UIar. Maka ia pun
menyambung sambil tertawa.
"Tidak salah, Dia telah merebut Cong Cin To itu."
Kedua orang aneh itu tertegun, Dengan serentak mereka
memandang pada Si Kakek Ular, dan seketika Si Kakek Ular
tertawa dingin. "Kang Lam Siang Koai (Sepasang Orang Aneh Kang Lam)!
Kalian bukan anak kecil, pereaya itu?"
Kedua orang aneh itu saling memandang, Yang berwajah
hitam putih mendadak menggerakkan tangannya, seperti main
sulap, tahu-tahu tangannya telah memegang sebatang Pan
Koan Pit (Pensil kuno Cina).
Setelah Pan Koat Pit itu berada di tangannya, ia langsung
membentak keras sambil menyerang Si Kakek Ular dengan j
urus Ciauw Meng Hu Kip (Burung Berkicau Rase Kabur),
Ujung Pan Koan Pit mengarah Ih Bun Hiat di tubuh Si Kakek
Ular. Si Kakek Ular berteriak-teriak aneh dan secepat kilat
berkelit, lalu membentak keras.
"lm Yang Pan Koan (Hakim Banci) Cih Tay Hui! Apakah
engkau mau cari gara-gara denganku?"
"He he he!" Im Yang Pan Koan-Cih Tay Hui tertawa
terkekeh-kekeh, "Tidak salah!"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
ia langsung menyerang, kali ini ia mengeluarkan jurus Im
Khi Sim Sim (Hawa Dingin Meremang).
Si Kakek Ular tidak diam, ia menangkis lalu batas
menyerang dan terjadilah pertarungan seru, Begitu cepat
pertarungan itu, sehingga tak terasa sudah melewati delapan
jurus, sedangkan Kou Hun Bu Siang (Setan Pembetot Arwah)Hu Teng Hai, teman Im Yang Pan Koan menghampiri Pek Yun
Hui dan lainnya sambil tersenyum-senyum.
Keempat orang itu tahu bahwa Hu Teng Hai berniat tak
baik, maka mereka segera mundur.
"Kalian bertiga cepat mundur!" kata Sim Cong yang berdiri
di paling depan. "Saudara Sim!" sahut Pek Yun Hui. "Bagaimana mungkin
membiarkan engkau seorang diri menghadapi-nya?"
Pek Yun Hui langsung menyerang dengan pedang-nya.
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu melihat Pek Yun Hui mulai menyerang, Ling Hung pun
menggerakkan senjatanya, begitu pula Sim Cong dengan
pengayuhnya. Boleh dikatakan mereka bertiga menyerang dalam waktu
bersamaan, Walau Hu Teng Hai berkepandaian tinggi, namun
kewalahan juga menghadapi serangan-serangan itu,
Segeralah ia meloncat mundur, tapi Sie Bun Yun justru telah
menyerang di belakangnya dengan bambu, mengeluarkan
jurus Swat Hoa Phiau Phiau (Bunga Salju Beterbangan)
mengarah Hun Bun dan Ik Bun Hiat di punggungnya.
Kou Hun Bu Siang-Hu Teng Hai berkelit, namun tidak
keburu sehingga Ik Bun Hiat di punggung tertotok ujung
bambu Sie Bun Yun, dan seketika juga ia merasa
punggungnya sakit dan ngilu lalu tidak bisa bergerak
sebetulnya Kou Hun Bu Siang-Hu Teng Hai berkepandaian
tinggi, tetapi karena diserang mendadak oleh empat orang dari
empat arah, maka tiada waktu baginya untuk
mengembangkan kepandaiannya.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
jalan darah Ik Bun Hiat di punggungnya telah ter-totok,
sedangkan Cih Tay Hui masih bertarung dengan Si Kakek
Ular. Mereka berempat tidak menyia-nyiakan kesempatan ini,
langsung melesat ke dalam rimba.
Tak seberapa lama kemudian, mereka berempat sudah
keluar dari rimba tersebut, namun masih tetap melesat ke
depan. Setelah beberapa li, barulah mereka berhenti
Sim Cong memandang Sie Bun Yun beberapa saat
lamanya, kemudian menarik nafas panjang dan mendadak
melesat pergi. "Dia sungguh solider terhadap orang," ujar Pek Yun Hui
sambil memandang punggung Sim Cong.
"Tidak salah," sambung Ling Hung, "Kakak misan, apakah
benar Cong Cin To itu tidak berada padamu" Lantaran Cong
Cin To itu, ayahku mati dan Cui Cuk San Cung pun terbakar
musnah...." Berkata sampai di sini, air mata Ling Hung mulai meleleh,
Sie Bun Yun cuma menatapnya, sama sekali tidak menyahut
Pek Yun Hui sangat cerdas, maka ketika menyaksikan
sikap Sie Bun Yun, ia pun segera berkata dengan suara dalam
"Saudara Bun Yun, Cong Cin To itu berada padamu kan?"
"Saudara keciL,." Sie Bun Yun terkejut "Diam! Kalau
terdengar orang, kita pasti celakai"
"Kakak misan, di sini tidak ada orang lain, Bagaimana
mungkin akan didengar oleh orang lain?"
"Aaaakh...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang dan
memberitahukan "Dalam perjalanan, aku sangat berhati-hati
menjaga jejak, tapi rahasia itu akhirnya bocor juga, sehingga
menimbulkan bencana dalam Bu Lim."
"Saudara Sie, kalau tahu Cong Cin To itu berada padamu,
aku pasti menganjurkan agar engkau memberikannya pada
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sim Cong saja," ujar Pek Yun Hui sambil menggelenggelengkan kepala.
"Kenapa?" tanya Sie Bun Yun heran.
"Setahuku...." Pek Yun Hui tersenyum "Kui Goan Pit Cek
telah diambil orang."
Mendengar itu, Sie Bun Yun tampak kecewa dan putus
asa, tapi kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya
berkata. "ltu tidak mungkin, Kalau benar Kui Goan Pit Cek itu telah
diambil orang, kenapa tiada seorang Bu Lim pun yang tahu?"
"Saudara Bun Yun!" Pek Yun Hui tersenyum, "Eng-kau
harus mempereayaiku aku tidak membohongimu." "Kakak
misan!" sela Ling Hung, "Disimpan di mana Cong Cin To itu"
Bolehkah aku melihatnya?"
Sie Bun Yun tampak serba salah, lama sekali barulah ia
berkata dengan suara rendah.
"Adik Hung, Cong Cin To itu kusimpan di suatu tempat
yang amat rahasia, sesungguhnya aku menunggu seusai
ayahmu merayakan ulang tahunnya, aku akan pergi ke Kwat
Cong San bersama ayahmu mencari Kui Goan Pil Cek.
Namun...." "Kakak misan, sebetulnya Cong Cin To itu kau simpan di
mana?" desak Ling Hung ingin mengetahuinya.
"Aku simpan di...." Sebelum usai ucapannya, mendadak
wajahnya berubah merah padam, sekujur badannya menggigil
kemudian wajahnya berubah lagi menjadi pucat pias, dan
keringatnya pun mengucur "Saudara Bun Yun!" Pek Yun Hui terkejut "Kenapa
engkau?" "Aaakh..." keluh Sie Bun Yun dengan bibir ber-gemetar,
"Aku... aku kena racun ular itu, Adik Hung...."
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Pek Yun Hui tereengang, Bagaimana mungkin di saat ini
Sie Bun Yun tergigit ular berbisa" Pikirnya.
"Saudara Bun Yun...." Pek Yun Hui menatapnya.
"Kalian lihatlah!" Sie Bun Yun memperlihatkan telapak
tangannya. Pek Yun Hui dan Ling Hung segera memandang telapak
tangan Sie Bun Yun, yang tampak kehitanv hitaman.
"Kakak misan,..." Ling Hung kebingungan
"Tak diduga begitu hebat racun ular itu!" Sie Bun Yun
menarik nafas. "Kakak misan, bagaimana engkau bisa kena racun ular
itu?" tanya Ling Hung heran.
"Ular beracun itu menggigit bambu yang di tanganku,
Ketika ular itu mau mati, mungkin menyemburkan racunnya.
Aku tidak tahu dan tetap menggenggam bambu itu, maka...
aku kena racun ular itu." Sie Bun Yun memberitahukan
"Saudara Bun Yun, akan bagaimana setelah kena racun
ular itu?" tanya Pek Yun Hui cemas.
"Tiada obatnya," sahut Sie Bun Yun singkat.
Pek Yun Hui tertegun karena sahutan Sie Bun Yun itu
bagaikan geledek menyambar hatinya.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin..." gumam Pek Yun Hui
dengan air mata berlinang-Iinang.
"Adik Hung!" panggil Sie Bun Yun lemah dan wajahnya
semakin pucat pias, "Aku akan memberitahukan padamu,
kusimpan di mana Cong Cin To itu."
"Kakak misan...." Air mata Ling Hung juga sudah meleleh.
"Cong Cin To itu merupakan benda pembawa bencana, Ka!au
bukan karena itu, bagaimana mungkin engkau kena racun
ular?" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sie Bun Yun menarik nafas panjang, sedangkan Pek Yun
Hui terus berpikir, harus dengan cara bagaimana
menyelamatkan nyawa pujaan hatinya itu" ia tidak
menghendaki Sie Bun Yun mati karena racun ular itu,
Akhirnya terpikir juga satu jalan, yakni membawa Sie Bun Yun
ke gua Thian Kie Cinjin di Kwat Cong San, sebab ia yakin
gurunya mampu menolong pemuda itu.
"Saudara Bun Yun, guruku berkepandaian amat tinggi,
tinggal di Kwat Cong San, Aku akan membawamu menemui
beliau untuk mengobatimu," ujar Pek Yun Hui
memberitahukan. "Siapa gurumu?" tanya Sie Bun Yun.
"Guruku bernama...." Pek Yun Hui terpaksa
memberitahukan sebab menyangkut nyawanya, "Guruku
bernama Na Hai Peng."
Kening Sie Bun Yun berkerut karena sama sekali tidak
pernah mendengar nama tersebut Na Hai Peng adalah
pengawal istana, maka jarang bergerak dalam rimba
persilatan Lagi pula beberapa tahun belakangan ini, Na Hai
Peng cuma tenggelam dalam ilmu silat Kui Goan Pit Cek
sehingga tiada seorang Bu Lim pun yang mengetahuinya.
"Belum tentu gurumu dapat menolongku." Sie Bun Yun
menggeleng-gelengkan kepala.
"Biar bagaimana pun, aku harus membawamu ke sana,"
desak Pek Yun Hui. "Yaah...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang, "Mungkin
sebelum tiba di gunung Kwat Cong San, aku sudah mati."
Ucapan Sie Bun Yun itu bagaikan sembilu menyayat hati
Pek Yun Hui, Tiba-tiba Pek Yun Hui teringat sesuatu, yakni di
dalam kitab Kui Goan Pit Cek tereantum juga semacam ilmu
pengobatan darurat. ilmu itu disebut Hong Kwat Hu Khi Hoat (Menutup jalan
darah dengan hawa murni), Yaitu dengan Lweekang menutup
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
tujuh puluh dua jalan darah di tubuh orang yang kena racun,
agar racun tidak menyerang ke jantung orang tersebut untuk
sementara. Akan tetapi, orang yang menyalurkan Lweekang itu, akan
kehilangan hawa murninya sehingga membuatnya menderita.
Pada waktu itu Lweekang Pek Yun Hui masih dang-kal,
maka tidak bisa melakukannya, Namun Sie Bun Yun adalah
orang yang amat dicintainya, jadi ia pun bersedia berkorban
"Saudara Bun Yun!" ujarnya setelah mengambil keputusan
"Aku punya cara agar racun ular itu tidak menjalar atau
menyerang jantungmu dalam beberapa hari ini."
"Aku pun pernah dengar cara tersebut, tapi Lwee-kangmu
masih dangkal Kalau engkau melakukan cara itu, mungkin
engkau akan mati kehabisan hawa mur-nimu," sahut Sie Bun
Yun. Ling Hung yang berdiri di situ, tertegun mendengarnya.
"Kakak Yun, betulkah begitu?" tanyanya dengan cemas.
"Mungkin," jawab Pek Yun Hui sambil tersenyum getir
"Kalau begitu...." Air mata Ling Hung berderal "Menolong
orang lebih penting, engkau boleh melakukannya.
"Adik Hung!" Pek Yun Hui merasa girang, "Engkau tidak
akan berduka?" "Tentunya aku berduka dalam hati, namun itu demi
menolong kakak misanku, Bagaimana mungkin aku mencegahmu yang ingin menolongnya" Kalau benar engkau akan
mati kehabisan hawa murni, aku pun pasti membawa kakak
misan ke Kwat Cong San, setelah itu aku pasti mati
bersamamu," ujar Ling Hung sungguh-sungguh.
Mati bersama sang kekasih, itu memang sangat ba-hagia,
Pikir Ling Hung sehingga mengambil keputusan tersebut.
Pek Yun Hui tertegun ia memandang Ling Hung seraya
berpikir seandainya dirinya lelaki betapa bahagianya
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
mendapat cinta Ling Hung yang sedemikian dalam dan tuIus.
Akan tetapi, dirinya justru seorang gadis juga, itu membuat
pikirannya bertambah kacau, akhirnya tidak mau memikirkan
itu lagi. "Saudara kecil, engkau tidak perlu melakukan itu," ujar Sie
Bun Yun sambil tersenyum "Kenapa?" tanya Pek Yun Hui heran
"Aku cuma seorang diri lagi pula apa yang dikatakan adik
Hung pasti dilaksanakannya, jangan karena diriku, kalian
berdua yang jadi korban," jawab Sie Bun Yun memberitahukan
"Saudara Bun Yun, legakanlah hatimu!" sahut Pek Yun
Hui, "Aku punya akal, maka Adik Hung tak akan mati
bersamaku." Ternyata Pek Yun Hui telah mengambil suatu keputusan
apabila ia akan mati kehabisan hawa murni, di saat itu pula ia
akan membeberkan mengenai dirinya.
"Saudara kecil!" Sie Bun Yun tertawa gagah, "Engkau
jangan memandang rendah diriku, Adik Hung berani
berkorban demi cintanya, maka aku pun tidak akan
membiarkan nyawamu menukar dengan nyawaku."
Ucapan Sie Bun Yun membuat Pek Yun Hui membatin
Adik Hung berani berkorban apakah aku tidak" Aku justru
sudah tidak memikirkan nyawaku sendiri
Usai membatin, Pek Yun Hui menghimpun Lwee-kangnya,
lalu menggerakkan jari telunjuknya yang penuh mengandung
hawa murninya mengarah pada Thian Tu Hiat di tenggorokan
Sie Bun Yun. Setelah racun itu bereaksi tubuh Sie Bun Yun tidak bisa
bergerak lagi, Ketika jari telunjuk mengarah pada tenggorokan
nya, iapun berseru. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Saudara Ke...." Sie Bun Yun tidak bisa melanjutkan
ucapannya, karena Thian Tu Hiat di tenggorokannya telah
tertotok Menyusul adalah Yu Kut Hiat, Dalam waktu sekejap, Pek
Yun Hui sudah menotok dua puluh satu jalan darah di tubuh
Sie Bun Yun, namun nafasnya sudah mulai memburu.
Mukanya memerah dan tampak susah ber-nafas, sebab setiap
kali menolok, ia pun harus menyalurkan hawa murninya ke
dalam tubuh Sie Bun Yun, itu membuatnya mulai kehabisan
hawa murni. Pek Yun Hui tahu, apabila ia berhenti sekarang, mereka
berdua pasti celaka, maka ia terus melanjutkan menotok jalan
darah Sie Bun Yun. Setelah menotok Jin Tiok dan Yauw Ih
Hi'at, Pek Yun Hui sudah merasa berkunang-kunang,
wajahnya bertambah merah seperti api.
Akan tetapi, setelah mulai menotok jalan darah di tubuh
Sie Bun Yun lagi, wajahnya yang semula memerah seperti api,
berangsur-angsur berubah pucat pias, keringat dingin pun
mengucur membasahi bajunya.
Pek Yun Hui melirik ke arah Ling Hung, yang duduk tenang
di atas sebuah batu besar Namun Pek Yun Hui tahu, hati
gadis itu amat berduka dan menderita sekali, hanya saja gadis
itu tidak berani bersuara sama sekali.
"Kakak Yun!" ujar Ling Hung karena melihat Pek Yun Hui
meliriknya, "Jangan memikirkan diriku! Kalau hawa murnimu
buyar, sulit dihimpun kembali lagi."
Pek Yun Hui mengangguk dan mulai menotok jalan darah
di tubuh Sie Bun Yun, sehingga kini tinggal dua belas jalan
darah, maka menurutnya akan berhasil
Akan tetapi, di saat ini hawa dan tenaga murni Pek Yun
Hui telah hilang separuh. sesungguhnya dengan
Lweekangnya yang masih dangkal itu, ia sama sekali tidak
boleh melakukan Hong Kwat Hu Khi pada Sie Bun Yun, sebab
akan merusak hawa dan tenaga murninya sendiri Karena itu,
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
saat ini wajahnya telah berubah kelabu dan keringat dinginnya
terus mengucur, bahkan badannya pun mulai sempoyongan
seakan mau jatuh. Pek Yun Hui berkertak gigi, dan jari telunjuknya mulai
bergerak lagi, Biar bagaimana pun ia akan menyelesaikannya.
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia sendiri tidak tahu, kekuatan apa yang mendorongnya
melakukan itu, Mungkin tatapan mata Sie Bun Yun yang sejuk
itu, mungkin juga cintanya yang menggebu-gebu memberi
kekuatan padanya. "Saudara keciL." panggil Sie Bun Yun.
Kini Pek Yun Hui telah menotok tujuh puluh dua jalan
darah di tubuh Sie Bun Yun, Ketika Sie Bun Yun
memanggilnya, ia tersenyum manis, kemudian jatuh du-duk.
Ling Hung bangkit berdiri, lalu mendekati Pek Yun Hui
dengan air mata berderai-derai sambil memanggilnya
"Kakak Yun! Kakak Yun,.,."
Wajah Pek Yun Hui pucat pias, telinganya sama sekali tak
mendengar suara panggilan itu, Ling Hung menengadahkan
kepala memandang langit, mulutnya bergumam.
"Kakak Yun! Kakak Yun...."
"Adik Hung!" Sie Bun Yun memanggilnya.
Ling Hung menundukkan kepala dan menyahut
"Kakak Yun sudah mati, aku akan mengantarmu ke
gunung Kwat Cong San!"
"Adik Hung, saudara keciI... tidak mati," ujar Sie Bun Yun
sambil tersenyum getir "Kakak misan, jangan membohongiku!" Ling Hung terisakisak. "Kalau Kakak Yun tidak mati, kenapa wajahnya begitu
pucat pias" Aku memanggilnya, kenapa dia tidak
mendengar?" KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Adik Hung! Untuk apa aku membohongimu?" Sie Bun Yun
menarik nafas panjang sekali Entah bagaimana rasanya ketika
melihat Ling Hung bersikap demikian terhadap Pek Yun Hui,
padahal ia amat mencintai Ling Hung, "Dia memang benar
belum mati, cuma pingsan."
Ling Hung memandang Pek Yun Hui, kemudian
membungkukkan badannya, dan sekaligus meraba keningnya.
"Kakak misan, dia memang pingsan. Ka!au pun sadar, dia
pasti tidak bisa hidup lama."
Sie Bun Yun memandang ke langit, lalu menarik nafas
panjang. padahal ia sangat membenci Pek Yun Hui, tapi saat
ini, ia merasa amat berterimakasih padanya, Berselang
beberapa saat kemudian, Pek Yun Hui membuka matanya
perlahan-lahan, sadar dari pingsannya.
"Saudara Bun Yun!" ujar Pek Yun Hui begitu membuka
matanya, "Engkau merasa hawa racun ular itu ditahan?"
"Ya." Sie Bun Yun mengangguk
"Kalau begitu...." Pek Yun Hui tersenyum. "Mari kita
berangkat ke gunung Kwat Cong San!"
Ling Hung ingin memapahnya bangun, namun Pek Yun
Hui menggelengkan kepala seraya berkata.
"Adik Hung, lebih baik engkau menjaga saudara Bun Yun
dulu!" Ling Hung tertegun mendengar itu, hatinya seperti tersayat
pisau, Tapi ia tetap menurut pada Pek Yun Hui, dan segeralah
memapah Sie Bun Yun. Mereka mulai berjalan, Pek Yun Hui menggunakan
pedangnya sebagai tongkat, namun sepuluh depa kemudian,
nafasnya sudah memburu. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Kakak Yun!" ujar Ling Hung sambil menurunkan Sie Bun
Yun dari punggungnya, "Kalau kita berangkat dengan cara
demikian, tidak akan bisa mencapai gunung Kwat Cong San."
"Benar." Pek Yun Hui mengangguk "Biar kami di sini,
engkau pergi cari sebuah kereta kuda, barulah kita bisa
mencapai Kwat Cong San."
"Kakak Yun!" Ling Hung menatapnya dalam-dalam.
"Engkau bilang gurumu itu berkepandaian amat tinggi,
apakah beliau juga mampu memulihkan Lweekangmu?"
"Yang penting kita harus sampai di Kwat Cong San, guruku
pasti punya akal untuk memulihkan Lweekang-ku," sahut Pek
Yun Hui. "Kalau begitu...." Ling Hung tersenyum, "Syukurlah!"
Gadis itu memandang Pek Yun Hui sejenak, kemudian
pergi mencari kereta kuda.
Pada saat ini, Sie Bun Yun dan Pek Yun Hui dalam kondisi
lemah, mereka duduk di bawah pohon rindang.
"Saudara keciI...." Sie Bun Yun mulai membuka mulut.
"Kenapa engkau menyusahkan diri sendiri?"
"Saudara Bun Yun!" Pek Yun Hui tersenyum, "Kini hatiku
malah merasa gembira sekali."
"Saudara keciL." Sie Bun Yun menarik nafas pan-jang, "Di
atas perahu itu, aku sudah melihat dengan jelas, yang Ling
Hung cintai adalah dirimu bukan diriku, Ka-rena itu, hatiku
berduka sekali, Maka.,, aku pun menyalahkan dan sekaligus
membencimu." "Saudara Bun Yun! Engkau...." Mata Pek Yun Hui
bersimbah air. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Saudara kecil, dengarlah! Kini aku sudah tahu perlakuanmu terhadap orang, Saudara kecil, apakah engkau
akan membuat adik Hung hidup bahagia selama-lamanya?"
Pek Yun Hui diam saja. "Saudara kecil! Engkau tidak tahu bahwa aku tetap
mencintai adik Hung walau dia tidak mencintaiku Asal engkau
bisa membahagiakannya, aku pun turut gembira."
"Saudara Bun Yun.. Pek Yun Hui menarik nafas panjang.
"Semua itu gara-gara kesalahanku."
"Siapa pun tidak bersalah dalam hal ini," sahut Sie Bun
Yun. "Saudra Bun Yun...." Pek Yun Hui memberanikan diri untuk
menyatakan sesuatu, "Engkau tidak tahu, bahwa
sesungguhnya aku tidak bisa mencintai adik Hung."
Begitu mendengar apa yang dikatakan Pek Yuri Hui,
seketika juga wajah Sie Bun Yun berubah, lama sekali barulah
membuka mulut "Saudara kecil! Walau engkau telah berbudi padaku, tapi
kalau engkau mempermainkan adik Hung, aku tetap akan
memandangmu sebagai musuh."
"Sebetulnya bukan aku tidak mencintainya, hanya saja...."
Pek Yun Hui menarik nafas panjang.
"Kenapa?" tanya Sie Bun Yun dingin.
"Aku... aku tidak bisa mencintainya, harap engkau dapat
memaklumi kesulitanku!" Pek Yun Hui menundukkan kepala.
"Saudara kecil!" tegas Sie Bun Yun. "Kalau engkau berniat
mempermainkan adik Hung, aku tidak akan melepaskanmu!"
"Saudara Bun Yun, aku...."
"Apakah engkau sudah punya tunangan?"
"Sesungguhnya aku...." Pek Yun Hui berhenti mendadak
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Bagian ke tiga puluh empat
Menghadapi Musuh Dalam kondisi Lemah
Kenapa Pek Yun Hui tidak melanjutkan ucapannya"
Karena ketika ia baru mau memberitahukan tentang dirinya,
tiba-tiba terdengar suara orang.
"Heran, seharusnya mereka berada di sini!"
Bukan main terkejutnya Pek Yun Hui, sebab di saat ini ia
dan Sie Bun Yun dalam kondisi lemah, tiba-tiba terdengar
suara yang mencurigakan "Apakah Si Kakek Ular sengaja menjebak kita?" terdengar
lagi suara sahutan. Ketika mendengar suara itu, Pek Yun Hui semakin terkejut
Karena ia mengenali suara itu, yang tidak lain suara Pat Pie
Sin Ong-Tu Wee Seng, ketua partai Hwa San dan To Pie Kim
Kong-Thu It Kang. Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun saling memandang, mereka
berdua tampak tegang karena suara itu semakin dekat
Berselang sesaat suara itu mulai menjauh dan Pek Yun
Hui pun menarik nafas lega, justru pada waktu bersamaan,
terdengarlah suara derap kuda yang menarik kereta.
"Suheng!" Terdengar suara seruan Thu It Kang. "Ada
orang ke mari!" "Kita bersembunyi dulu, lihat siapa yang datang," sahut Tu
Wee Seng. Pek Yun Hui memandang ke depan, tampak sebuah kereta
kuda berhenti di situ, kemudian melompat turun seseorang,
yang tidak lain adalah Ling Hung, Kelihatannya gadis itu sama
sekali tidak tahu keberadan Tu Wee Seng dan Thu It Kang di
tempat itu. "Kakak Yun! Kakak Yun!" seru Ling Hung gembira.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Pek Yun Hui serba salah, menyahut salah, tidak menyahut
pun salah, Di saat ia merasa serba salah, mendadak tampak
dua sosok bayangan melesat ke arah Ling Hung secepat kilat
Ling Hung terkejut dan cepat-cepat mengayunkan
senjatanya, Kemudian terdengar suara tawa dingin, senjata
Ling Hung telah tertangkis oleh toya bambu.
Betapa kagetnya Ling Hung, namun kemudian malah
tertawa dan memandang ke dua orang itu seraya berkata.
"Ternyata kalian berdua lagi!"
"Tidak salah!" Sahut Tu Wee Seng sambil tertawa gelak,
"Engkau mau ke mana?"
"Lho?" Ling Hung tersenyum. "Aku mau ke mana adalah
urusanku, kenapa engkau turut campur?"
sebetulnya Ling Hung cemas bukan main, namun ia tetap
berlaku tenang dan berusaha mengalihkan perhatian ke dua
orang itu. "Hm!" dengus Tu Wee Seng, "Apakah mereka berdua telah
terluka, maka menyuruhmu pergi mencari kereta kuda?"
"Ha ha!" Ling Hung tertawa, "Mereka berdua ter-luka?"
"Apakah tidak?" Tu Wee Seng tertawa licik.
"Dugaanmu salah, Bagaimana mungkin mereka ter-luka?"
sahut Ling Hung setenang mungkin.
"Suheng!" sela Thu It Kang, "Tidak perlu terlalu banyak
bicara dengannya! ia pasti tahu berada di mana ke dua orang
itu. Suruh saja dia mengajak kita ke sana!"
"Hei!" bentak Tu Wee Seng pada Ling Hung, "Engkau
dengar tidak?" "Kalau ingin menyuruhku untuk mengajak kalian ke sana,
itu memang gampang! Tapi kalian berdua jangan begitu
galak!" Ling Hung tersenyum, "Ayoh, mari ikut aku!"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Mendengar sampai di sini, Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun
sudah tahu maksud tujuan gadis itu.
Ternyata Ling Hung akan mengajak ke dua orang itu ke
tempat lain, ia bermaksud agar Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun
dapat meloloskan diri, namun bagaimana dirinya setelah itu?"
"Tunggu!" seru Tu Wee Seng. "Engkau mau ke mana?"
"Lho?" Ling Hung pura-pura heran, "Bukankah kalian
menyuruhku untuk mengajak kalian ke tempat mereka ?"
"Engkau tidak perlu macam-macam, mereka berdua pasti
berada di dalam rimba ini!" Tu Wee Seng tertawa. "Ketika
turun dari kereta itu, engkau berseru memanggil siapa?"
"Wuah!" Ling Hung tertawa, "Engkau sudah tua, tapi masih
cerdas, Kami memang sudah berjanji bertemu di sini, namun
kalau mereka berdua tidak ada di sini, kami akan bertemu di
depan sana." "Oh?" Tu Wee Seng tertegun "Kalau begitu, ajaklah kami
ke sana!" "Ohya!" Ling Hung teringat sesuatu, "Apakah kalian tidak
akan tenang aku meninggalkan kereta kuda di sini?"
Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun terharu sekali, sebab
ucapannya itu justru ditujukan pada mereka berdua.
sementara Ling Hung telah mengajak Tu Wee Seng dan
Thu It Kang pergi, Pek Yun Hui menarik nafas panjang.
"Walau adik Hung telah meninggalkan kereta kuda itu
untuk kita, namun kita tetap tidak bisa meninggalkan tempat
ini. Aaakh... sia-sialah maksud baiknya!"
"Saudara kecil!" Sie Bun Yun menatapnya tajam, "Kalau
engkau mempermainkan dirinya, engkau betul-betul bukan
manusia!" "Kalau aku berniat mempermainkannya, biar aku mati
mengenaskan!" sahut Pek Yun Hui.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Kalau begitu...." Sie Bun Yun mengerutkan kening.
"Kenapa engkau tadi bilang tidak bisa mencintainya"
"Karena...." Pek Yun Hui menarik nafas dalam-dalam lalu
memberitahukan. "Tahukah engkau, bahwa sesungguhnya
aku seorang gadis?" Pek Yun Hui memberanikan diri untuk memberitahukan
tentang itu, sebab ia mengira bahwa setelah itu, semua
urusan akan beres. Akan tetapi, justru tidak segampang apa
yang dibayangkan nya. Ketika mendengar itu, Sie Bun Yun tampak tertegun
Namun kemudian mendadak ia tertawa keras, kelihatannya ia
amat gusar "Saudara Bun Yun, kenapa engkau tertawa?" tanya Pek
Yun Hui. "Saudara kecil!" Sie Bun Yun menatapnya dengan penuh
kegusaran "Caramu berbohong, masih kurang tepat!"
"Oh?" Pek Yun Hui tertegun "Maksudmu?"
"Engkau ingin menggunakan alasan ini untuk menolak
cinta adik Hung!" sahut Sie Bun Yun dan menegaskan "Kalau
adik Hung terjadi apa-apa, aku tidak akan begitu gampang
melepaskanmu!" Padahal Pek Yun Hui memberitahukan secara jujur, tapi
sebaliknya Sie Bun Yun malah mengiranya berbohong dan
tidak pereaya sama sekali.
"Saudara Bun Yun...."
"Ssst!" Sie Bun Yun memberi isyarat sekaligus berbisik
"Ada orang menuju ke mari!"
Pek Yun Hui mengintip ke depan, tampak Hek Sat Ciu-Sim
Cong sedang berjalan dengan wajah murung, Begitu melihat
orang itu, giranglah Pek Yun Hui.
"Saudara Sim!" panggilnya.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sim Cong langsung berhenti ia tampak tertegun dan
menengok ke sana ke mari mencari arah suara tadi
"Saudara Sim, kami berada di balik pohon." Pek Yun Hui
memberitahukan Sim Cong segera mendekati pohon itu,
Begitu melihat Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun, ia pun berteriak
kaget "Haaah" Kalian berdua terluka?"
"Panjang sekali kalau dituturkan," sahut Pek Yun Hui.
"Saudara Sim, sudikah engkau menolong kami satu kali lagi?"
"Tentu." Sim Cong mengangguk
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pek Yun Hui menunjuk ke dapan ke arah kereta kuda itu,
kemudian ujarnya dengan suara rendah.
"Sebetu!nya Ling Hung yang membawa kereta kuda itu ke
mari. Kami ingin berangkat ke gunung Kwat Cong San dengan
kereta kuda itu. Saudara Sim, tolong bawa kereta kuda itu ke
mari!" "Saudara Pek!" sahut Sim Cong mengusulkan "ltu agak
repot, lebih baik aku memapah saudara Sie dan menuntunmu
ke sana, itu akan menghemat waktu.
"Betul" Pek Yun Hui mengangguk
Sim Cong segera memapah Sie Bun Yun, dan sekaligus
menuntun Pek Yun Hui, lalu berjalan menuju kereta kuda itu.
Tak lama mereka sudah sampai di situ, Sim Cong
memapah Sie Bun Yun ke dalam kereta diikuti Pek Yun Hui,
Sim Cong duduk di depan kemudian menyentakkan tali
kendali Kuda itu meringkik keras, kemudian berlari kencang
meninggalkan rimba itu. "Saudara kecil!" Sie Bun Yun menatap Pek Yun Hui.
"Bagaimana adik Hung"." Kenapa engkau sama sekali tidak
memperdulikannya?" "Saudara Bun Yun!" sahut Pek Yun Hui, "Aku bukan orang
semacam itu. Kalau pun kita ingin mempedu!i-kannya
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sekarang, tenaga kita tidak mengizinkan. Lagi pula sebelum
menemukan kita, Tu Wee Seng dan Thu It Kang pasti tidak
akan berbuat jahat terhadapnya."
Sie Bun Yun menarik nafas panjang, sementara kereta itu
terus melaju. Hening suasana di dalam kereta, Pek Yun Hui
dan Sie Bun Yun membungkam.
sesungguhnya saat ini Pek Yun Hui sudah mati, sebab ia
telah banyak kehilangan hawa dan tenaga mur-ninya, Namun
ia justru tidak mati, bukankah sangat mengherankan"
Tidak perlu heran, karena sejak kecil Pek Yun Hui
mempelajari Toa Pan Yok Hian Kang (llmu Gaib Mem-bikin
Diri Menjadi Kebal), ilmu tersebut yang me!in-dunginya, maka
setelah beristirahat satu hari satu malam. hawa dan tenaga
murni Pek Yun Hui suda pulih tiga bagian.
Pek Yun Hui memandang ke luar, Legalah hatinya karena
matanya telah melihat gunung Kwat Cong San. sementara
kereta kuda itu terus melaju menuju gunung tersebut, namun
Sie Bun Yun masih tetap membungkam.
Ketika petang hari, kereta kuda itu sudah mulai memasuki
kawasan gunung Kwat Cong San. Akhirnya mereka sampailah
di jalan setapak, dan kereta kuda itu terpaksa berhenti
"Sudah tiba di Kwat Cong San," ujar Sim Cong sambil
meloncat turun. Pek Yun Hui juga turun, Di saat itulah terdengar suara
pekikan di atas kepala mereka. Ternyata tampak seekor
burung bangau besar terbang di angkat
"Saudara Sim, terimakasih atas bantuanmu!" ucap Pek
Yun Hui. "Sama-sama," sahut Hek Sat Ciu-Sim Cong.
"Saudara Sim!" Pek Yun Hui menatapnya, "Apa yang
engkau pikirkan itu, aku pasti tidak akan membuatmu
kecewa." KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Oh?" Wajah Sim Cong berseri, "Sungguhkah itu?"
"Sudah dua kali engkau menyelamatkan kami, tentunya
aku tidak akan membohongimu," jawab Pek Yun Hui.
"Ohya! Apakah kalian masih membutuhkan bantuan-ku?"
tanya Sim Cong yang melihat burung bangau itu terbang
semakin rendah. "Terimakasih!" sahut Pek Yun Hui. "Kita pasti berjumpa
lagi." "Kalau begitu, aku mohon diri." Sim Cong meloncat ke
tempat duduk kereta kuda itu, kemudian menyen-takkan tali
kuda seraya berseru, "Sampai jumpa!"
Kereta kuda itu mulai melaju meninggalkan gunung Kwat
Cong San. Burung bangau itu memekik keras lagi, lalu
melayang turun. Pek Yun Hui segera memeluk leher burung itu, ia
meninggalkan gua Thian Kie Cinjin cuma satu bu!an, Namun
dalam sebulan ini, ia telah mengalami berbagai kejadian.
Si Bangau Sakti yang amat cerdas itu cepat-cepat
menekuk kaki nya. Pek Yun Hui segera memapah Sie Bun
Yun ke punggung Bangau Sakti, lalu ia pun meloncat ke atas,
dan sekaligus menepuk leher Bangau Sakti.
Seketika juga Bangau Sakti mengembangkan sayapnya
terbang ke atas, Sie Bun Yun terkejut dan bertanya.
"Saudara kecil, ini burung piaraanmu?"
"Betul." Pek Yun Hui mengangguk
Bangau Sakti itu terus terbang. Berselang beberapa saat
kemudian, Bangau Sakti itu pun terbang turun di depan gua
Thian Kie Cinjin. "Guru! Guru! Aku sudah pu!ang!" seru Pek Yun Hui.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Akan tetapi, pintu gua itu tetap tertutup rapat Pek Yun Hui
segera meloncat turun dari punggung Bangau Sakti, lalu
berlari ke pintu gua. Ketika baru mau mendorong pintu gua itu,
ia melihat secarik kertas di atas sebuah batu di depan itu, Pek
Yun Hui mengambil kertas itu, dan sekaligus membacanya.
Aku meninggalkan gua, kapan pulang tidak dapat
dipastikan, harap engkau baik-baik menjaga diri
itu adalah tulisan Na Hai Peng. Begitu membaca tulisan
tersebut, sekujur badan Pek Yun Hui menjadi dingin seketika.
Cepat-cepat ia berlari menghampiri Bangau Sakti, Ketika
melihat wajah Pek Yun Hui yang kacau balau itu, Sie Bun Yun
bertanya. "Saudara kecil, apa yang terjadi?"
"Guruku tidak berada di dalam gua," sahut Pek Yun Hui
memberitahukan Sie Bun Yun tertegun, kemudian meloncat turun dari
punggung Bangau Sakti. "Saudara kecil, tidak usah berduka! kalau pun gurumu ada,
belum tentu juga dapat mengobatiku." ujarnya sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
Pek Yun Hui diam. Berselang sesaat ia memandang
Bangau Sakti seraya bertanya.
"Hian Giok! Guru ke mana" Tahukah engkau dan dapatkah
pergi mencarinya segera?"
Bangau Sakti mengeluarkan suara, kemudian langsung
terbang ke atas dan berputar ke sana ke mari, lalu turun lagi.
Pek Yun Hui tahu, bahwa burung itu tidak tahu gurunya
pergi ke mana, maka seketika wajah Pek Yun Hui berubah
murung sekali. "Saudara Bun Yun, Hong Kwat Hu Khi itu bisa bertahan
sampai tujuh hari. Kini masih ada waktu satu hari, aku akan
pergi mencari guru bersama Hian Giok. Kalau tidak
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
menemukan guru, aku pun pasti pulang ke mari," ujar Pek Yun
Hui. "Tenaga murnimu masih belum pulih, bagaimana mungkin
engkau akan pergi mencari gurumu" Lebih baik
beristirahatlah! Setelah pulih carilah adik Hung, tidak usah
menghiraukan diriku!" sahut Sie Bun Yun.
"Saudara Bun Yun, lebih baik aku papah engkau ke dalam
gua dulu," suara Pek Yun Hui terisak.
Pek Yun Hui segera memapah Sie Bun Yun ke dalam gua
Thian Kie Cinjin, kemudian membaringkannya di atas sebuah
batu. "Saudara Bun Yun, kalau engkau masih tidak per-caya,
aku akan memperlihatkan diriku yang sebenarnya," ujar Pek
Yun Hui setelah membaringkannya
Sie Bun Yun tampak mulai bereuriga, sebab sikap Pek Yun
Hui saat ini persis seperti sikap seorang gadis.
"Benarkah engkau seorang gadis?" tanyanya masih kurang
pereaya. "Kalau engkau masih kurang pereaya, sebentar lagi
engkau akan tahu." Pek Yun Hui melangkah ke dalam.
Di saat Pek Yun Hui melangkah ke dalam, di saat itu pula
berkelebat sosok bayangan memasuki Goan Thian Kie ini.
Pek Yun Hui tersentak, karena ia mendengar suara
pekikan Bangau Sakti, pertanda ada orang memasuki gua.
Pek Yun Hui yang belum menyalin pakaian wanila, segera
menghunus pedangnya dan langsung melesat ke luar
Tidak tampak Sie Bun Yun terbaring di atas batu, Betapa
terkejutnya Pek Yun Hui, sehingga merasa matanya
berkunang-kunang dan nyaris pingsan seketika.
Mendadak ia mendengar lagi suara pekikan burung-nya.
Laksana kilat Pek Yun Hui melesat ke luar meninggalkan gua
itu. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Ia melihat burungnya terbang ke atas, dan rontok pula tiga
helai bulunya, Menyaksikan itu, Pek Yun Hui bertambah
terkejut Sebab Bangau Sakti adalah burung piaraan Thian Kie
Cinjin, usianya sudah ratusan tahun dan memiliki tenaga yang
amat dahsyat Akan tetapi, kini burung itu malah terpukul hingga bulunya
rontok tiga heiai, Dapat dibayangkan, betapa hebatnya
kepandaian pendatang itu.
Walau kondisi badan Pek Yun Hui masih lemah, namun ia
tetap memaksakan dirinya untuk mengejar pendatang itu.
Pek Yun Hui melihat orang itu memakai jubah kuning,
dalam sekejap sudah hilang di sebuah tikungan, Dalam
keadaan gugup, Pek Yun Hui masih sempat bersiul panjang
memanggil Bangau Sakti. Begitu mendengar suara siulan Pek Yun Hui, Bangau Sakti
langsung terbang ke arahnya dan sekaligus menukik ke
bawah. Pek Yun Hui segera meloncat ke atas punggung Bangau
Sakti, Ditepuknya leher burung itu, dan burung tersebut pun
segera terbang ke arah orang itu.
Setelah tiba di tempat itu, Bangau Sakti terbang turun.
Pada waktu bersamaan, tampak beberapa benda meluncur ke
arah Bangau SaktL Pek Yun Hui tahu bahwa itu semacam
senjata rahasia, Walau ia memegang pedang, tapi tidak bisa
menangkis senjata-senjata rahasia itu.
Bangau Sakti itu segera mengibaskan sepasang sayapnya. Senjata-senjata rahasia itu terpukul jatuh, tapi Bangau
Sakti sendiri kehilangan beberapa helai bulunya.
"Siapa itu?" bentak Pek Yun Hui. "Harap tinggalkan
namamu!" Tiada sahutan, Pek Yun Hui segera meloncat turun dari
punggung Bangau Sakti, ia pun terbelalak karena melihat
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
senjata rahasia yang jatuh itu cuma berupa bambu kecil
sebesar dan sepanjang jari kelingking.
Pek Yun Hui tertegun, tapi mendadak ia teringat sesuatu,
"Ku Ciok" (Bambu kering)! Apakah orang berjubah kuning itu
musuh Sie Bun Yun" Tanya Pek Yun Hui dalam hati, Tapi
bukankah Sie Bun Yun juga memakai bambu kering sebagai
senjata, ada hubungan apa di antara mereka" Berpikir sampai
di sini, ia pun mulai mengejar lagi.
Akan tetapi, orang berjubah kuning itu sudah tiada
jejaknya, Pek Yun Hui berhenti, lalu menarik nafas panjang
sambit menggeleng-gelengkan kepala, Tiba-tiba ia terbelalak
ternyata ia melihat ada tulisan di permukaan tanah.
Guru membawaku pergi, harap saudara kecil tidak perlu
cemas, Seusai membaca itu, Pek Yun Hui berdiri termangumangu di tempat, lalu memandang jauh ke depan sambil
berkeluh. "Saudara Bun Yun, engkau pergi begitu saja?"
Kini Pek Yun Hui merasa hatinya hampa, lagi pula Sie Bun
Yun masih tidak mempereayai dirinya adalah seorang gadis,
Entah berapa lama kemudian, barulah Pek Yun Hui kembali
ke gua Thian Kie. Sehari lewat sehari, tak terasa sepuluh hari telah berialu,
Dalam sepuluh hari ini, Pek Yun Hui selalu berdiri di atas
sebuah batu yang tinggi besar sambil memandang ke depan.
Ia berharap, Sie Bun Yun akan muncul mendadak di situ,
Akan tetapi, hingga kini sudah sepuluh hari, pemuda pujaan
hatinya itu sama sekali tidak muncul
Keesokan hari nya, ia berpesan pada Bangau Sakti agar
hati-hati menjaga gua Thian Kie. Setelah itu, Pek Yun Hui
segera meninggalkan gua itu dan tetap mengenakan pakaian
lelaki KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Kini Pek Yun Hui telah meninggalkan gunung Kwat Cong
San. ia berdiri di pinggir jalan di mana ketika itu ia melihat
gerobak-gerobak ekspedisi Thian Liong melalui jalan tersebut
Pek Yun Hui menarik nafas panjang, lalu melanjutkan
perjalanannya. Kini ia sudah tiba di sebuah kota yang pernah dihampirinya
sebulan yang Iatu. Sesudah tersenyum getir, diayun kan nya
kakinya lagi meninggalkan kota itu, Tak lama ia sudah sampai
di tempat ia pernah bertarung dengan dua orang piauwsu
ekspedisi Thian Liong, kemudian muncul Sie Bun Yun yang
selalu tertawa riang gembira, Akan tetapi kini....
Pek Yun Hui menghela nafas dan berpikir, apakah guru
Sie Bun Yun akan berhasil memunahkan racun ular yang
mengidap di dalam tubuh Sie Bun Yun" seandainya tidak
berhasil itu berartl... Pek Yun Hui tidak berani berpikir lagi, lalu duduk di bawah
sebuah pohon rindang sambil memejamkan matanya.
"Saudara Bun Yun, kenapa engkau tidak mempercayaiku?" gumamnya.
Lama sekali Pek Yun Hui memejamkan matanya,
berselang sesaat mendadak ia mendengar suara bentakan
dingin. "Sudah boleh engkau membuka mata!"
Pek Yun Hui terkejut bukan main, karena suara bentakan
itu begitu dekat Segeralah ia membuka matanya dan melihat
seorang berdandan seperti pelajar berdiri di hadapannya.
Siapa orang itu" Ternyata Kim Coa Suseng-Wang Han
Siang, kepala piauwsu bendera kuning markas cabang
ekspedisi Thian Liong. Pek Yun Hui ingin menghindar, namun sudah tidak keburu,
karena merasa ada tenaga yang amat dahsyat menerjang
dadanya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"jangan bergerak!" bentak Wang Han Siang dingin. "Kalau
berani bergerak, aku tidak akan berlaku sungkan
terhadapmu!"
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ternyata ujung kipas Wang Han Siang telah menyentuh
Hua Kai Hiat di dada Pek Yun Hui. Apabila Wang Han Siang
mengerahkan Lweekangnya, Pek Yun Hui pasti terluka dalam
seketika. "Engkau mau apa?" tanya Pek Yun Hui sambil
mengernyitkan kening. "Ha ha!" Wang Han Siang tertawa, "Aku kira setelah kaitan
lolos, tidak akan berjumpa lagi! Siapa tahu, kita justru bertemu
di sini!" Perlu diketahui, selama sepuluh hari itu, Pek Yun Hui pun
memperdalam ilmu silatnya di gua Thian Kie, terutama ilmu
Ngo Heng Mie Cong Pu, boleh dikatakan sudah mahir sekali
Karena itu, timbullah suatu akal dan ia pun tertawa.
"Setelah bertemu denganku, engkau mau bagai-mana?"
tanyanya. "Aku...." Sebelum Wang Han Siang menyelesaikan
sahutannya, mendadak badan Pek Yun Hui sudah bergeser
ke samping sejauh tiga depa. Seketika juga Wang Han Siang
terbelalak menyaksikannya, begitu pula Pek Yun Hui, ia
sendiri pun tidak menyangka bisa begitu.
Akan tetapi, tiba-tiba Wang Han Siang menyerangnya
dengan kipas menggunakan jurus yang mematikan
Dapat dibayangkan betapa lihay dan dahsyatnya serangan
itu. Namun ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu jauh lebih hebat,
Karena mendadak Pek Yun Hui telah hilang sehingga kipas itu
menghantam sebuah pohon. "Braaak!" pohon itu roboh terpukul kipas Wang Han Siang.
Begitu Pek Yun Hui hilang dari hadapannya, Wang Han
Siang semakin terkejut, dan cepat-cepat membalikkan
badannya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Tampak Pek Yun Hui berdiri tersenyum-senyum di situ,
Wang Han Siang tertawa dingin dan langsung menyerang,
Pek Yun Hui mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk
menghindar, sebab ia tahu dirinya masih bukan tandingan
Wang Han Siang, Setelah menghindar, ia melesat pergi.
Bagaimana mungkin Wang Han Siang membiarkan-nya"
ia pun melesat mengejar Pek Yun Hui, Karena kian lama kian
mendekat, maka Pek Yun Hui terpaksa harus melawannya.
Tiba-tiba ia membalikkan badannya, lalu secepat kilat
menyerang Wang Han Siang dengan tiga jurus beruntun Yakni
jurus Hui Liong Sam Sek (Tiga Gerakan Naga Sakti).
Serangan-serangan itu amat dahsyat dan aneh, sehingga
Wang Han Siang terpaksa mengerahkan ginkang Pat Pu Teng
Khong (Delapan Langkah Meloncat Ke Angkasa) untuk
menghindari serangan-serangan itu.
"Kenapa engkau masih mengejarku?" bentak Pek Yun Hui.
Wang Han Siang tidak menyahut, melainkan langsung
menggerakkan kipasnya menyerang Pek Yun Hui. itu adalah
jurus Wua Ti Fan Yun (Membalikkan Awan Di Bawah
Pergelangan). Karena amat membenci Pek Yun Hui, maka tangan kirinya
juga ikut menyerang dengan jurus Ling Coa Thuh Sing (Ular
Sakti Menyemburkan Racun), Wang Han Siang menyerang
dengan sepenuh tenaga, maka betapa dahsyatnya ke dua
serangan itu. Pek Yun Hui tahu akan kedahsyatan ke dua serangan itu,
maka ia tidak menangkis melainkan mengerahkan Ngo Heng
Mie Cong Pu untuk menghindar
"Hm!" dengus Wang Han Siang dingin ketika melihat Pek
Yun Hui mengerahkan ilmu itu lagi. Laksana kilat ia
menyerang lagi dengan jurus Hwee Yam Sung Thian (Api
Berkobar Membakar Langit).
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Pek Yun Hui tertawa, lalu menghindar lagi dengan ilmu
Ngo Heng Mie Cong Pu. Ketika badan Pek Yun Hui bergerak,
Wang Han Siang melancarkan sebuah pukulan ke arah Pek
Yun Hui. itu adalah jurus Hui Coa Pik Khong (Ular Terbang
Menembus Angkasa), yakni jurus andalan Wang Han Siang,
Akan tetapi, Pek Yun Hui tetap bisa menghindar dengan ilmu
Ngo Heng Mie Cong Pu. Perlu diketahui, ilmu tersebut ciptaan
Sam Im Sin Ni bersama Thian Kie Cinjin ratusan tahun lalu,
Betapa hebat dan aneh ilmu tersebut, tentunya dapat
dibayangkan Setelah menghindar, mendadak Pek Yun Hui balas
menyerang dengan jurus Ih Ong Soh Kang (Nelayan
Menyebarkan Jala), pedangnya mengarah pada pergelangan
tangan Wang Han Siang. Wang Han Siang cepat-cepat berkelit, namun ujung
pedang Pek Yun Hui berhasil menggores pergelangan
tangannya, ia telah malang melintang sekian tahun dalam
rimba persilatan dan selama itu tidak pernah mengalami hal
seperti ini. Bahkan Souw Peng Hai, yakni ketua partai Thian
Liong yang memiliki ilmu Kan Goan Cih pun masih merasa
kagum akan kepandaiannya.
Akan tetapi, ia malah terjungkal dua kali di tangan Pek Yun
Hui, bahkan pergelangan tangannya pun ter-gores, Betapa
gusarnya Wang Han Siang, wajahnya langsung menghijau.
Mendadak Wang Han Siang memeluk keras, lalu laksana
kilat menyerang Pek Yun Hui.
sementara Pek Yun Hui justru berdiri tertegun, karena
tidak menyangka bahwa dirinya akan berhasil melukai lengan
Wang Han Siang. Ketika mendengar suara pekikan itu, tersentaklah Pek Yun
Hui. Begitu melihat Wang Han Siang menyerangnya begitu
nekad, tanpa banyak pikir lagi ia pun meluruskan pedangnya
melesat ke arah Wang Han Siang, Tampak berkelebat sinar
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
putih mengarah pada Wang Han Siang yang sedang
menyerang, Ternyata Pek Yun Hui telah mengeluarkan ilmu
Sen Kiam Hap (Badan Menyatu Dengan Pedang).
Wang Han Siang yang sedang menyerang itu terkejut
bukan main, sebab ia pernah merasakan kedahsyatan ilmu
pedang itu. seketika juga ia ingin mundur, tapi hawa dingin
pedang itu telah mengarah padanya.
Apa boleh buat Wang Han Siang terpaksa merubah
jurusnya untuk menangkis serangan Pek Yun Hui.
Akan tetapi, jurusnya itu sama sekali tidak dapat
membendung. Secepat kilat Wang Han Siang menggeserkan
badannya, namun pedang lawan telah menusuk bahu-nya.
Wang Han Siang segera meloncat mundur, bahkan segera
kabur dari tempat itu. "Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa gembira, karena telah
berhasil menusuk bahu Wang Han Siang, dan orang itu pun
kabur terbirit-birit. Setelah suara tawanya lenyap, mendadak Pek Yun Hui
mendengar suara seorang gadis yang amat dikenalnya.
Pek Yun Hui segera melesat ke belakang pohon,
kemudian memandang ke arah suara itu. seketika itu juga ia
tertegun, ternyata ia melihat Ling Hung yang terus tertawa
cekikikan Di hadapan gadis itu berdiri dua orang yaitu Pat Pie
Sin Ong-Tu Wee Seng dan To Pie Kim Kong-Thu It Kang yang
ke duanya tampak bengis. "Bocah perempuan!" bentak Tu Wee Seng sambil
menjulurkan tangannya mengarah Leng Tay Hiat di kepala
Ling Hung. "Sudah cukup apa belum engkau tertawa?"
Ling Hung tetap tidak menyahut, malah masih ter-tawa,
sehingga membuat wajah Tu Wee Seng menghijau saking
mendongkolnya. "Kalau aku mengerahkan sedikit tenaga, nyawamu pasti
melayang!" bentaknya.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Pek Yun Hui yang mengintip itu terkejut bukan main, Kalau
ia melesat ke luar menolong gadis itu, pasti tidak keburu dan
sebaliknya akan kesulitan bagi dirinya sendiri sedangkan Ling
Hung menarik nafas panjang, dan memandang Tu Wee Seng.
"Cepatlah turun tangan!" ujarnya.
"Bocah perempuan!"Tu Wee Seng tertawa terkekeh-kekeh.
"Benarkah engkau tidak takut mati?"
"Mungkin Kakak Yunku telah mati, maka aku ingin segera
menyusulnya!" Ling Hung menarik nafas panjang lagi.
"Apabila engkau turun tangan membunuhku, itu memang yang
kukehcndaki! Kalau tidak, aku tetap akan cari mati!"
Pek Yun Hui tersentak ia tidak menyangka Ling Hung akan
sungguh-sungguh mati demi dirinya, itu karena cinta, lantaran
dirinya mengenakan pakaian lelaki, Biar bagaimanapun aku
harus menolongnya, Pek Yun Hui membatin Namun ia pun
yakin, Tu Wee Seng tidak akan membunuhnya, itu cuma
menakuti gadis tersebut saja.
"Hm!" dengus Tu Wee Seng dingin. "Kalau engkau tidak
bilang Cong Cin To itu disimpan di mana, jangan harap
engkau bisa mati!" "Kalau begitu, Kakak Yunku terpaksa harus menungguku
beberapa hari lagi di perjalanan alam baka!" ujar Ling Hung
sambil menarik nafas. Walau Pek Yun Hui seorang gadis, namun mengucurkan
air mata juga ketika mendengar Ling Hung mengucapkan
begitu, dan hatinya amat tersentuh
"Hm!" dengus Tu Wee Seng lagi "Engkau harus diberi
sedikit pelajaran! Kalau tidak, engkau terlampau keras kepala!
Sutee, cepat gantung dia!" ujarnya dingin.
"Ya," sahut Thu It Kang dan selangkah demi selangkah
mendekati Ling Hung, lalu menjulurkan tangannya
mencengkeram urat nadi gadis itu.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Ling Hung memang tidak bisa melawan, namun tangannya
masih bisa bergerak, dan langsung mengayun ke arah muka
Thu It Kang. Plaaak! Tamparan itu keras sekali, sehingga membuat pipi Thu It
Kang berbekas telapak tangan Ling Hung.
"Aduuuh!" jerit Thu ItKang kesakitan dan tertegun,
kemudian mendadak mengayunkan tangannya ke arah dada
gadis itu sekuat tenaga. Kalau dada Ling Hung terpuku!, tidak mati pun pasti terluka
parah, Dapat dibayangkan, betapa terkejutnya Pek Yun Hui
yang mengintip itu. ia harus menolongnya, namun ketika baru
mau melesat ke luar, di saat itu pula terdengar suara "Serrrt",
menyusul suara jeritan Thu U Kang seperti babi dipotong.
Pek Yun Hui terbelalak dan memandang dengan penuh
perhatian seketika juga wajahnya tampak berseri dan hatinya
girang bukan main. Tangan kiri Thu It Kang memegang lengan kanan-nya.
wajahnya pucat pias, keringatnya mengucur deras dan tampak
menderita sekali. sedangkan Tu Wee Seng menggenggam toya bam-bunya
erat-erat, berdiri di sisi Thu It Kang dengan wajah gusar, Di
hadapannya berdiri seorang tua dan seorang pemuda, Begitu
melihat pemuda itu, Ling Hung memanfaatkan kesempatan
Ketika Thu It Kang menjerit kesakitan, dan Tu Wee Seng
menatap orang tua tersebut, ia langsung berlari mendekati
pemuda itu. Siapa pemuda tersebut" Tidak lain adalah Sie Bun Yun
yang amat dirindukan Pek Yun Hui. Ketika menyaksikan wajah
Sie Bun Yun yang bersemangat itu, legalah hati Pek Yun Hui,
itu pertanda racun ular yang mengidap di tubuhnya telah
punah sama sekali. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Rasanya ingin sekali keluar dari tempat persembunyiannya
untuk menemui Sie Bun Yun, namun muncul pula suatu
rencana, maka ia harus menahan diri, dan terus mengintip ke
arah mereka. "Adik Hung!" Sie Bun Yun tertawa gelak, "Tam-paranmu
tepat sekali mengenai pipinya, cuma sayang masih kurang
keras!" "Kakak misan!" tanya Ling Hung cepat "Di mana Kakak
Yunku" Apakah dia masih hidup?"
pertanyaan tersebut membuat wajah Sie Bun Yun berubah
agak kelabu, Lagi pula Ling Hung tidak merasa gembira akan
kemunculannya, begitu membuka mulut langsung
menanyakan tentang Pek Yun Hui.
Ketika melihat Sie Bun Yun diam, Ling Hung justru
mengira telah terjadi sesuatu atas diri Pek Yun Hui, maka
seketika juga air matanya berderai dan bibirnya ber-gemetar.
"Kakak misan! Bagaimana keadaan Kakak Yun,
beritahukanlah padaku!" desak Ling Hung sambil menatapnya.
"Adik Hung, ketika aku meninggalkannya, dia tidak apaapa," jawab Sie Bun Yun memberi tahukan. "Tapi hawa dan
tenaga murninya masih belum pu!ih."
"Kalau begitu...." Ling Hung tampak cemas sekali.
"Adik Hung!" Sie Bun Yun tersenyum "Aku akan
memberitahukan sebuah lelucon padamu."
"Kakak misan, aku...." Ling Hung sangat mencemaskan
keadaan Pek Yun Hui, sebaliknya Sie Bun Yun malah ingin
memberitahukannya suatu lelucon, itu membuat gadis
tersebut tidak habis berpikir "Lelucon apa?"
"Pek Yun Hui bilang, dia adalah seorang gadis juga." Sie
Bun Yun memberitahukan KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Apa?" Ling Hung tertegun, kemudian tertawa ge!i.
"Omong kosong! Tak mungkin dia seorang gadis! Bagaimana
keadaannya?" "Entahlah!" Sie Bun Yun menggelengkan kepala, "Adik
Hung, lebih baik engkau segera memberi hormat pada
guruku!" Ling Hung segera memberi hormat pada orang tua jubah
kuning, lalu memanggilnya "Locianpwee", setelah itu ia
berkata pada Sie Bun Yun.
"Kakak misan, Kakak Yun tinggal di mana, ajak aku ke
sana menengoknya!" Pek Yun Hui tertegun, karena Ling Hung ingin
menemuinya, Padahal tadi gadis itu mengiranya telah mati,
tapi kini sudah tahu dirinya belum mati dan sama sekali tidak
pereaya kalau dirinya seorang gadis. Harus bagaimana
menyelesaikan urusan ini" Pek Yun Hui mengernyitkan kening
sambil berpikir ia yakin Sie Bun Yun pasti membawa Ling
Hung ke gua Thian Kie tempat tinggalnya, maka timbullah
suatu rencana dalam hatinya.
sementara Thu It Kang masih menjerit-jerit kesakitan
Ternyata ketika ia mengayunkan tangannya memukul dada
Ling Hung, mendadak meluncur sepotong bambu kecil
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghantam tangannya, seketika itu juga dua jari tangannya
putus, darahnya mengucur dan merasa sakit sekali
Betapa gusarnya Tu Wee Seng, namun ketika melihat
pendatang itu, ia pun terheran-heran. ia ketua partai Hwa San
yang terkemuka di rimba persilatan, kaum pesilat yang tiada
partai boleh dikatakan dikenalnya semua, Akan tetapi, ia tidak
kenal orang tua jubah kuning itu.
Walau dalam keadaan gusar, Tu Wee Seng tidak berani
bertindak sembarangan ia hanya berdiri diam sambil
mendengarkan pembicaraan ke dua muda-mudi itu.
Berselang beberapa saat kemudian, ia memandang orang
tua jubah kuning itu seraya berkata.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Maaf, bolehkah aku tahu siapa engkau?"
"Hm!" dengus orang tua berjubah kuning.
"Partai Hwa San tiada permusuhan denganmu, kenapa
engkau langsung melukai tangan adik seper-guruanku?"
"Siapa engkau?" tanya orang tua berjubah kuning
membentak "Guru!" sahut Sie Bun Yun memberitahukan. "Dia adalah
Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng, ketua partai Hwa San-"
"Orang semacam dia berderajat jadi ketua partai" Apakah
kaum Bu Lim di Tionggoan telah begitu merosot ?" ujar orang
tua berjubah kuning sambil tertawa dingin.
Sungguh menghina ucapan orang tua jubah kuning itu,
bahkan memandang rendah pada Tu Wee Seng selaku ketua
partai Hwa San. "Bagus!" Ling Hung bertepuk tangan sambil tertawa
gembira, Selama belasan hari ini ia terus menyimpan rasa
kesalnya terhadap ke dua orang itu dalam hati, kini
dilampiaskannya, "Ucapan Cianpwee memang tidak sa-lah!"
"Hei!" bentak Tu Wee Seng pada orang tua berjubah
kuning, Kelihatannya ia sudah tidak bisa bersabar dan
menahan diri lagi, "Cepat beritahukan, siapa engkau?"
"Phui!" Orang tua berjubah kuning meludah, "Apa-kah
engkau berderajat untuk mengetahui namaku?"
Kedudukan Tu Wee Seng amat tinggi dalam rimba
persilatan, tapi kini justru dihina habis-habisan oleh orang tua
berjubah kuning. Oleh karena itu kegusarannya me-muncak,
dan tanpa banyak pikir lagi langsung menyerangnya dengan
toya bambu, Bayangan toya bambu berkelebatan mengarah
pada orang tua berjubah kuning, Ternyata Tu Wee Seng
mengeluarkan jurus Taysan To Liu (Air Mengalir di Gunung
Taysan), yakni jurus andalannya.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Ha ha!" Orang berjubah kuning tertawa gelak, dan
mendadak badannya bergerak laksana kilat menerobos
bayangan-bayangan toya bambu itu.
Terkejutlah Tu Wee Seng, dan secepat kilat meloncat
mundur beberapa depa. Ternyata ia khawatir orang tua
berjubah kuning akan menyerangnya mendadak
Akan tetapi, orang tua berjubah kuning itu tidak menyerang
Tu Wee Seng, melainkan memandang Sie Bun Yun seraya
bertanya. "Anak Yun, orang itu ketua partai Hwa San?"
Kelihatannya orang tua berjubah kuning itu kurang
pereaya, lantaran menganggap kepandaian Tu Wee Seng
masih rendah, Walau orang tua berjubah kuning itu amat
meremehkannya, Tu Wee Seng tidak berani menyerang lagi,
hanya melintangkan toya bambunya, sebab gerakan orang
berjubah kuning itu sangat aneh.
Padahal Tu Wee Seng juga berkepandaian tinggi Kalau
tidak, bagaimana mungkin ia bisa menjabat sebagai ketua
partai Hwa San" Namun ketika ia melancarkan jurus Taysan
To Liu (Air Mengalir Di Gunung Taysan), yakni jurus
andalannya yang amat ampuh itu, orang jubah kuning itu
mampu menerobos serangannya, maka ia terkejut bukan
kepalang. "Tidak salah," sahut Sie Bun Yun. "Dia memang ketua
partai Hwa San yang amat tersohor itu."
Ucapan "Amat tersohor itu", diucapkan Sie Bun Yun
dengan nada menyindir, maka seketika juga wajah Tu Wee
Seng memerah saking gusarnya, Namun ia memang licik,
tidak melampiaskan kegusarannya malah tertawa panjang.
"Dia masih berani tertawa," ujar orang berjubah kuning
sambil tertawa dingin, "Semula aku mengira dia orang tak
bernama." KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Tu Wee Seng sudah tak dapat mengendalikan diri lagi,
sebab orang berjubah kuning itu terus-menerus menghinanya.
"Engkau punya kepandaian apa, sehingga berani bermulut
besar?" ujarnya dingin.
"Beranikah engkau bermulut besar?" Orang berjubah
kuning balik bertanya sambil menatapnya tajam.
"Aku berani mohon petunjuk!" sahut Pat Pie Sin Ong-Tu
Wee Seng. "Cianpwee!" sela Ling Hung mendadak "Orang itu jahat
sekali, harap Cianpwee jangan melepaskannya!"
"Nona kecil!" Orang berjubah kuning itu memandang Ling
Hung sambil tersenyum, "Walau jarang membunuh, namun
aku bukan orang baik-baik. Memang ada baiknya aku
memberi sedikit pelajaran pada orang itu."
"Bagus!" Ling Hung tertawa gembira, "Dia harus diberi
pelajaran, agar tidak sok. Dia cuma berani berhadapan
dengan anak kecil." Mereka berdua bereakap-cakap seakan tidak memandang
sebelah mata pada Tu Wee Seng, itu membuat nafas Tu Wee
Seng memburu saking gusarnya.
"Engkau boleh mulai!" ujar Tu Wee Seng dingin.
Orang berjubah kuning memandang toya bambu di tangan
Tu Wee Seng, lalu manggut-manggut.
"Sunguh kebetu!an, senjatamu berupa toya bambu,
senjataku pun berupa sebatang tongkat bambu kering!"
katanya. Tergerak hati Tu Wee Seng mendengar ucapan orang itu.
sepertinya ia pernah mendengar tentang seseorang yang
menggunakan bambu kering sebagai senjata, namun ia justru
lupa di saat ini. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Bambu bertemu bambu memang adil!" ujarnya sambil
tersenyum, sebab ia yakin tongkat bambu kering orang
berjubah kuning itu tidak akan selihay toya bambunya.
Tangan orang berjubah kuning bergerak, tahu-tahu sudah
menggenggam sebalang bambu kering tapi masih berwarna
hijau. Begitu melihat bambu kering itu, Tu Wee Seng tampak
bersemangat karena toya bambunya lebih panjang dan lebih
besar dari bambu kering di tangan orang berjubah kuning.
Memang bambu kering di tangan orang berjubah kuning itu
agak pendek dan kecil, mirip mainan anak-anak, itu yang
membesarkan hati Tu Wee Seng.
"Hm!" dengus orang berjubah kuning, "Hati-hatilah!"
Tangan orang berjubah kuning bergerak, ternyata ia Sudah
mulai menyerang dengan jurus Kim Kong Coh Kiam (Kim
Kong Menciptakan Pedang). seketika juga bambu kering itu
berkelebatan mengarah pada Tu Wee Seng.
Secepat kilat Tu Wee Seng berkelit, dan sekaligus balas
menyerang dada orang berjubah kuning mengarah pada Sien
Kie Hiat. Sungguh mengherankan orang tua berjubah kuning itu
cuma diam, Namun ketika ujung toya bambu itu mendekat
pada dadanya, barulah ia menggerakkan bambu keringnya
menangkis toya bambu itu.
Bambu kering kecil itu tampak tiada tenaga sama sekali,
itu membuat Tu Wee Seng berpikir bahwa mereka berdua
tiada permusuhan, dan lagi pula cuma sekedar bertanding,
jadi cukup saling menyentuh dengan ujung bambu saja, tidak
perlu mengadu nyawa, Karena berpikir begitu, maka ia cuma
ingin mematahkan bambu kering di tangan orang tua berjubah
kuning itu. Segeralah digerakkannya toya bambunya dengan jurus
Han Goat Can Poh (BuIan Dingin Ombak Menderu). jurus ini
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
penuh mengandung tenaga, maksudnya ingin memukul patah
bambu kering itu. Akan tetapi, orang tua berjubah kuning itu tetap menangkis
dengan bambu keringnya sehingga Tu Wee Seng bergirang
dalam hati, dan yakin bambu kering itu pasti patah terpukul
toya bambunya. "Plaaak!" Kedua bambu itu berada
Sungguh di luar dugaan, bambu kering itu tidak patah,
malah mengeluarkan tenaga lunak yang amat dahsyat
Begitu merasa adanya tenaga itu, Tu Wee Seng
menyadari adanya gelagat tidak beres, Cepat-cepat ditariknya
toya bambunya, namun terlambat
"Ha ha!" Orang tua berjubah kuning tertawa, Lengan
kanannya tampak bergerak sedikit Tu Wee Seng merasa
tenaga lunak itu bertambah dahsyat menerjang ke arah-nya,
maka agar tidak diterjang tenaga itu, ia mengangkat toya
bambunya dan sekaligus menggeserkan badannya.
justru pada waktu bersamaan, ujung bambu kering itu
mengarah pada dadanya, itu membuat Tu Wee Seng terkejut
bukan main, Maka demi menyelamatkan diri dari serangan
tersebut ia terpaksa menggunakan senjata ra-hasianya, dan
seketika juga ia mengayunkan tangan kirinya.
Tampak tiga buah senjata rahasia meluncur ke arah orang
tua berjubah kuning, akan tetapi, terdengarlah suara "Plak!
Plak! Plak!" ternyata tiga buah senjata rahasia itu telah
terpukul oleh bambu kering, dan terpental laksana kilat
berbalik mengarah pada Tu Wee Seng.
Betapa terkejutnya Tu Wee Seng, sebab bisa jadi senjata
makan tuan. Tu Wee Seng langsung meloncat pergi
menghindari senjata rahasianya sendiri
Namun sungguh di luar dugaan, orang tua berjubah kuning
itu pun bergerak, Sungguh aneh, cepat dan lincah gerakan itu,
Sebelum Tu Wee Seng menaruh kakinya di bawah, ujung
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
bambu kering itu telah mendahuluinya menotok Noh Hu Hiat di
ubun-ubunnya. itu adalah jalan darah yang amat penting,
kalau tertotok Tu Wee Seng pasti akan mengalami gegar otak.
Maka dapat dibayangkan, betapa terperanjatnya Tu Wee
Seng. Secepat kilat ia mengayunkan toya bambu nya ke atas
untuk menangkis bambu kering itu, dengan menggunakan
jurus Hui Hong Soh Liu (Angin puyuh Menyapu Pohon).
Akan tetapi, toya bambu Tu Wee Seng justru menangkis
tempat kosong, Ternyata orang tua berjubah kuning tadi cuma
mengeluarkan jurus tipuan, dan ketika Tu Wee Seng
menggerakkan toya bambunya menangkis, bambu kering itu
pun bergerak cepat menotok Siauw Yauw Hiat
seketika juga Tu Wee Seng merasa Siauw Yauw Hiatnya
tergetar, dan terus-menerus tertawa ge!ak.
Setelah berhasil menotok jalan darah itu, orang tua
berjubah kuning tidak menyerang lagi, melainkan meloncat
mundur sedangkan Tu Wee Seng terus tertawa dengan wajah
kehijau-hijauan, dan keringatnya terus mengucur di keningnya.
"Aku telah menotok Siauw Yauw Hiatmu!" ujar orang tua
berjubah kuning dingin, "Engkau akan terus tertawa, satu jam
kemudian baru bisa berhenti! Asal engkau mau merawat diri
selama beberapa hari, tentunya tidak akan terjadi apa-apa!
Tapi kalau engkau masih bertempur dengan orang lain, berarti
engkau cari celaka!"
Ketika melihat kakak seperguruan dipecundang orang tua
berjubah kuning, Thu It Kang ingin menyc-rangnya, tapi Tu
Wee Seng segera memberi isyarat padanya agar dia
membawanya pergi dari tempat itu.
Thu It Kang langsung melesat ke arah Tu Wee Seng, lalu
memapahnya dan langsung membawanya pergi.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Hi hi!" Ling Hung tertawa gembira, "Bagus! Bagus! Biar
dia tertawa terus sampai mampus! Siapa suruh dia begitu
jahat!" Orang tua berjubah kuning selalu serius, tapi ketika
mendengar suara tawa dan ucapan Ling Hung, ia pun ikut
tersenyum". "Nona kecil! Orang itu berkepandaian tinggi, lain kali kalau
bertemu dengannya, engkau harus berhati-hati!" pesan orang
tua berjubah kuning. "Cianpwee!" Mendadak Ling Hung mengucurkan air maia,
"Dia pembunuh ayahku, kalau aku tidak bisa me-lawannya,
bagaimana mungkin menuntut bal.as dendam ayahku"
Cianpwee, bolehkah aku jadi muridmu?"
Setelah berkata demikian, Ling Hung menjatuhkan diri
berlutut di hadapan orang tua berjubah kuning itu.
Namun orang tua berjubah kuning itu mengibaskan lengan
bajunya, dan seketika juga Ling Hung terangkat bangun.
"Aku tidak gampang menerima murid, Engkau berbakat
dan bertulang bagus, tidak sulit berguru pada orang yang
berkepandaian tinggi," ujarnya. "Engkau tidak perlu bermohon
padaku." "Cianpwee...." Ling Hung masih ingin bermohon, namun
Sie Bun Yun cepat-cepat berkata.
"Adik Hung, guruku telah menolak, maka engkau tidak
perlu bermohon lagi,"
karena Sie Bun Yun mengatakan begitu, berarti oiang tua
berjubah kuning itu bersilat aneh, pereuma ia bermohon lagi,
maka ia pun diam. "Tak terduga sama sekali, mendadak aku memasuki
Tionggoan, justru malah menyelamatkan nyawamu," ujar
orang tua berjubah kuning pada Sie Bun Yun. "Sekarang aku
mau pulang, sesudah beres urusanmu di Tionggoan, lebih
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
baik engkau kembali ke pulau saja! jangan terus di Tionggoan,
itu akan menimbulkan banyak urusan."
Setelah berkata demikian, orang tua berjubah kuning
melesat pergi, dan dalam waktu sekejap sudah lenyap dari
pandangan Ling Hung. "Kakakmisan!" Gadis itu kagum dan tertegun "Guru-mu
berkepandaian begitu tinggi, tapi justru tidak mau menerimaku
sebagai muridnya, sedangkan kini aku sudah tidak punya
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
famili.." Berkata sampai di sini, air mata Ling Hung meleleh Iagi.
Sie Bun Yun menarik nafas panjang, lalu mendekatinya dan
sekaligus membelai-belai rambutnya.
"Adik Hung, guru sudah bilang tadi, kelak engkau akan
bertemu guru yang berkepandaian tinggi, tenanglah!" ujar Sie
Bun Yun lembut. "Ya." Ling Hung mengangguk "Ohya, Kakak misan,
cepatlah temani aku pergi ke Kwat Cong San!"
"Baik." Sie Bun Yun tidak menolak, namun ia sangat
berduka dalam hati, sebab Ling Hung cuma memikirkan Pek
Yun Hui, sama sekali tidak memikirkannya, Walau demikian, ia
tetap bersikap sewajar mungkin.
****** Bab ke 35 - Makam Palsu Menimbulkan Masalah Lain
Dalam perjalanan menuju gunung Kwat Cong San, Sie
Bun Yun terus membungkam dengan wajah murung, ia amat
mencintai Ling Hung, tapi adik misannya ini justru mencintai
Pek Yun Hui, justru mereka berdua masih tidak pereaya,
sebetulnya Pek Yun Hui seorang gadis.
"Kakak misan!" Ling Hung meliriknya. "Apakah engkau
sangat membenciku dalam hati?"
Tidak." Sie Bun Yun menggelengkan kepala, "Aku sama
sekali tidak membencimu, sungguh!"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Kakak misan...." Ling Hung menarik nafas panjang, " Aku
tahu, engkau selama ini sangat merindukanku, Tapi aku justru
rindu pada Kakak Yun, tentunya engkau mengerti kan?"
Sie Bun Yun segera memandang ke tempat lain, sepasang
matanya telah basah, kemudian sahutnya agak terisak.
"Adik Hung, jangan kau ungkit masalah itu lagi! Asal
engkau bisa hidup bahagia bersama Pek Yun Hui selamanya,
aku pun merasa gembira sekali!"
"Kakak misan!" Ling Hung tersenyum, "Engkau baik
sekali." Ling Hung mencetuskan dengan setulus hati. Sie Bun Yun
pun tahu, maka ia manggutfmanggut dan merasa dirinya tidak
punya jodoh dengan adik misannya ini, Kemudian ia menyeka
air matanya yang meleleh tanpa terasa itu seraya berkata.
"Adik Hung, kita adalah saudara misan, boleh dikatakan
seperti saudara kandung...."
"BetuL" Ling Hung mengangguk "Oh ya! Kakak misan, aku
punya suatu permintaan, mohon engkau sudi
mengabulkannya!" "Apa permintaanmu, beritahukanlah!" Sie Bun Yun
tersenyum. "Kakak misan, aku mohon agar engkau jangan membenci
Kakak Yun!" ujar Ling Hung memberitahukan permintaannya.
Sie Bun Yun tertegun beberapa saat lamanya, setelah itu
barulah menyahut dengan suara rendah.
"Adik Hung, asal Pek Yun Hui baik terhadapmu, aku pasti
tidak akan membencinya....," Sie Bun Yun berhenti berkata,
berselang sesaat barulah melanjutkan "Asal-usul orang itu
tidak jelas, lagi pula... kelihatannya sedang mencari
kesempatan untuk menghindarimu..."
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Engkau salah, Kakak misan!" sahut Ling Hung cepat
"Menurutku, Kakak Yun bukanlah orang yang tak
berperasaan. "Alangkah baiknya kalau pandanganku salah, Tapi asal dia
berlaku sedikit tidak baik terhadapmu, aku pun tidak gampang
me lepas kan nya. Adik misan, dia bilang dirinya adalah
seorang gadis, bukankah itu lucu sekali?"
"Memang lucu." Ling Hung tertawa, "Dia cuma bereanda
dengan Kakak misan, apakah engkau menganggap serius?"
Sie Bun Yun berpikirsejenak, kemudian tertawa geli, dan
yakin Pek Yun Hui cuma bereanda.
Kini mereka telah memasuki kawasan gunung Kwat Cong
San. Ketika mendekati gua Thian Kie, tempat tinggal Pek Yun
Hui, Sie Bun Yun menghentikan langkahnya.
"Adik Yun, dia tinggal di dalam gua itu. Aku... aku tidak
mau ke sana." Setelah mengetahui Pek Yun Hui tinggal di dalam gua itu,
Ling Hung pun bersorak girang dalam hati, Apa yang
diucapkan Sie Bun Yun barusan, ia sama sekali tidak
memperhatikan nya. "Ng!" sahutnya dan langsung melesat ke arah gua tersebut
Menyaksikan itu, Sie Bun Yun berduka dalam hati lagi dan
berdiri termangu-mangu di situ, Berselang beberapa saat
kemudian, ketika ia baru mau meninggalkan tempat itu,
mendadak ia mendengar suara jeritan Ling Hung yang sangat
memilukan hati. "Duuuk!" Suara seakan orang jatuh mendadak.
"Adik Hung! Adik Hung!" seru Sie Bun Yun tertegun
"Kenapa engkau?"
Sie Bun Yun segera melesat ke tempat itu, Barusan Ling
Hung menjerit, itu pertanda gadis tersebut telah mengalami
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sesuatu, maka betapa cemasnya Sie Bun Yun, Walau Ling
Hung tidak mencintainya, ia tetap mencintainya dengan
sepenuh jiwa raganya. Setelah sampai di tempat itu, Sie Bun Yun melihat Ling
Hung menggeletak di hadapan sebuah makam Gadis itu tidak
bergerak sama sekali, ternyata telah pingsan
Sie Bun Yun segera mengangkat Ling Hung. ia sama
sekali tidak membaca tulisan yang ada di batu nisan, sebab ia
amat mengkhawat irkan Ling Hung yang wajahnya telah pucat
pias, Cepat-cepat Sie Bun Yun mengurut beberapa jalan
darahnya, Tak lama gadis itu mulai siuman, dan sekaligus
mengeluarkan suara keluhan
"Aaaakh...." "Adik Hung, siapa yang melancarkan serangan gelap
terhadapmu?" tanya Sie Bun Yun cepat
Begitu siuman, air mata Ling Hung meleleh dan sekujur
badannya bergemetar. "Adik Hung! Beritahukanlah! Siapa yang memukul-mu?"
tanya Sie Bun Yun dan merasa sakit menyaksikan Ling Hung.
"Kakak Yun! Kakak Yun, dia... dia..." sahut Ling Hung
sambil menangis sedih. "Dia?" Sie Bun Yun terkejut "Dia apakan dirimu?"
Ling Hung terus menangis sedih, kemudian dengan tangan
bergemetar ia menunjuk makam itu seraya berkata dengan air
mata berderai-derai. "Kakak Yun... dia... dia sudah mati."
"Apa?" Sie Bun Yun tertegun, "ltu bagaimana mung kin?"
"Lihatlah sendiri!" Ling Hung menunjuk nisan tersebut
suaranya telah berubah serak lantaran terlalu menahan rasa
sedihnya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sie Bun Yun menoleh memandang nisan makam itu,
seketika juga ia terbelalak ternyata nisan itu bertulisan
demikian. MAKAM PEK YUN HUI. Sesudah membaca tulisan itu, Sie Bun Yun tertegun entah
berapa saat lamanya, kemudian menarik nafas seraya
bergumam. "Heran, ketika membawaku ke mari, dia tampak semakin
sehat Bagaimana mungkin bisa mati menda-dak?"
"Demi engkau!" Ling Hung menatap Sie Bun Yun. "ltu
gara-gara demi engkau, akhirnya dia pula yang mati!"
Sie Bun Yun termangu-mangu. Kematian Pek Yun Hui juga
membuat duka hatinya, Kini ucapan Ling Hung itu, bagaikan
sebuah pisau menusuk ke dalam hatinya.
"Ha ha ha!" Mendadak Sie Bun Yun tertawa seperti orang
gila, Tidak salah! Memang demi diriku, kalau bukan karena
demi menyelamatkan diriku, bagaimana mungkin dia akan
mati" Aku,., akulah penyebab kematiannya!"
Setelah menyaksikan makam dan tulisan yang ada di
nisan tersebut, Ling Hung dan Sie Bun Yun menganggap Pek
Yun Hui telah mati. Padahal sesungguhnya, di saat itu Pek Yun Hui justru
bersembunyi di sebuah gua lain yang tak jauh dari situ. Di
depan gua itu ditumbuhi rerumputan liar, sehingga Sie Bun
Yun dan Ling Hung tidak melihat gua tersebut.
Ketika menyaksikan keadaan mereka berdua, sedihlah hati
Pek Yun Hui dan rasanya ingin sekali keluar menemui
mereka, Namun ia tahu, apabila ia keluar menemui mereka,
urusannya dengan Ling Hung pasti tidak akan beres.
Oleh karena itu, Pek Yun Hui mengeraskan hatinya untuk
tetap bersembunyi di dalam gua itu.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
sementara Ling Hung terus memandang Sie Bun Yun, lalu
mendadak melompat bangun seraya berseru-seru.
"Kakak Yun! Kakak Yun, tunggulah aku! Aku akan
menyusulmu...." Tiba-tiba Ling Hung menubruk batu nisan itu. Pek Yun Hui
sama sekali tidak menyangka Ling Hung akan berbuat
senekad itu, Padahal sebelumnya, Ling Hung sering
mengatakan, apabila Pek Yun Hui mati, ia pun tidak akan
hidup lagi. Pek Yun Hui mengira itu cuma omongan di mulut saja,
tidak tahunya Ling Hung sungguh-sungguh me-lakukannya.
Saat ini kalau Pek Yun Hui melesat ke luar, tetap juga tidak
keburu menolong gadis tersebut.
sedangkan Sie Bun Yun, sejak kecil sudah bersama Ling
Hung, maka ia tahu jelas gerak-gerik maupun tingkah lakunya.
Ketika Ling Hung memandang batu nisan itu, hatinya sudah
tersentak dan di saat Ling Hung menggerakkan badannya, ia
pun langsung berseru. "Jangan, Adik Hung!"
Akan tetapi, Ling Hungsudah meloncat ke arah batu nisan
itu, Sie Bun Yun cepat-cepat menyambarnya, tapi cuma
berhasil menyambar ujung bajunya.
Serrt! Ujung baju Ling Hung tersobek.
Terkejutlah Sie Bun Yun, kemudian laksana kilat melesat
ke batu nisan itu mendahului Ling Hung, ia melesat dengan
mengerahkan ginkangnya, Begitu sepasang kakinya
menginjak tanah, badan Ling Hung sudah sampai di situ.
Kalau kepala Ling Hung terbentur batu nisan itu, niseaya
gadis itu akan mati seketika, Namun saat ini Sie Bun Yun
sudah berdiri di situ, maka kepala Ling Hung cuma menubruk
dadanya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Duuuk!" Dada Sie Bun Yun terbentur kepala Ling Hung,
sehingga tergetar keras, tak lama mulutnya mengalir darah
segar Setelah menubruk dada Sie Bun Yun, Ling Hung berdiri
sambil memandangnya sambil berkata.
"Kenapa engkau berbuat demikian?"
"Adik Hung!" Sie Bun Yun tersenyum getir "Engkau tidak
boleh mati." Pek Yun Hui yang bersembunyi di dalam gua tampak
berduka sekali, apalagi ketika melihat Sie Bun Yun terluka
dalam "Kakak misan!" Ling Hung terisak-isak. "Aku sudah bilang,
kalau tiada Kakak Yun, aku pun tidak bisa hidup lagi."
Sie Bun Yun menarik nafas panjang, matanya menatap
Ling Hung dalam-dalam seraya berkata.
"Adik Hung, dendam ayahmu belum terbalas, bagaimana
mungkin engkau mati" Engkau mati karena cinta, sehingga
tidak membalas dendam ayahmu, bukankah akan
ditertawakan orang?"
"Kakak misan, engkau telah salah omong."
"Kok aku salah omong?"
"Kepandaianku masih rendah, maka kalau mau balas
dendam haruslah belajar ilmu silat lagi. Namun Kakak Yun
sudah mati, jadi bagaimana mungkin aku bisa belajar ilmu silat
tingkat tinggi" Kakak misan, aku sungguh tidak mau hidup
lagi." "Aaakh...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang, "Adik
Hung, engkau pun pernah menasihatiku agar tidak berduka
kan?" "Ya." Ling Hung mengangguk
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Adik Hung, aku seperti dirimu kehilangan kekasih, tapi aku
masih tetap hidup, kenapa engkau tidak?"
"Kakak misan, Kakak Yun telah mati...." Ling Hung tampak
sempoyongan mau jatuh. Sie Bun Yun segera menahannya agar tidak jatuh, tapi ia
sendiri telah terluka dalam, maka tidak kuat menahannya, dan
akhirnya mereka jatuh bersama.
"Adik Hung!" ujar Sie Bun Yun sambil menggenggam
tangannya. "Biar bagaimana pun engkau tidak boleh mati."
Ling Hung tak menyahut, hanya menangis sedih dengan
air mata berderai-derai, Air mata Sie Bun Yun pun sudah
meleleh. Begitu pula Pek Yun Hui yang bersembunyi di dalam
gua, ia terisak-isak sedih.
Entah berapa lama kemudian, hari pun sudah mulai geiap,
Ling Hung tetap duduk di samping batu nisan itu, sedangkan
Sie Bun Yun berdiri tak bergerak di samping Ling Hung.
Di bawah sinar rembulan, Pek Yun Hui melihat mereka
berdua diam saja, ia yakin Sie Bun Yun berhasil membujuk
Ling Hung, agar tidak membunuh diri
Mulai sekarang hati Ling Hung akan terus berduka, tapi
Pek Yun Hui pereaya, lama kelamaan hati Ling Hung yang
berduka itu pasti akan terobati oleh cinta kasih Sie Bun Yun
yang teramat dalam ilu. Memang agak tak berperasaan Pek Yun Hui membuat
makam palsu itu, tapi tiada cara lain untuk menyelesaikan
urusan tersebut, lalu bagaimana dengan dirinya sendiri "
Perlahan-lahan Pek Yun Hui meninggalkan gua itu,
kemudian memasuki gua Thian Kie. ia menyalin pakaiannya
dengan pakaian hitam, dan kepalanya pun ditutupi dengan
kain hitam pula, sehingga dirinya mirip seorang ninja.
Diambilnya beberapa butir obat, dan sekaligus menjinjing
sebuah keranjang yang berisi makanan menuju makam palsu
itu. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Karena masih tereekam rasa duka, maka Sie Bun Yun dan
Ling Hung tidak mengetahui kehadiran Pek Yun Hui.
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah dekat, barulah mereka berdua terperanjat sambil
menoleh. Melihat sosok bayangan hitam itu, Sie Bun Yun
langsung membentak "Siapa?" Setelah mendekati ke dua orang itu, hati Pek Yun Hui
menjadi kacau balau, ingin rasanya ia memeluk Sie Bun Yun
dan menangis sepuas-puasnya.
Akan tetapi, ia tidak berbuat begitu, melainkan menahan
dukanya dalam hati, ia menaruh keranjang itu ke bawah, lalu
memberi isyarat dengan tangan seakan dirinya bisu.
"Akh! Aaakh!" Melihat orang itu tidak berniat jahat, Sie Bun Yun merasa
lega. "Apakah engkau orang dari gua Thian Kie?" tanya-nya.
Pek Yun Hui diam saja seakan tidak mendengar
pertanyaan Sie Bun Yun. "Bagaimana Kakak Yun mati?" tanya Ling Hung.
Pek Yun Hui tetap diam. ia mengeluarkan obat yang
dibawanya, dan diserahkannya pada Sie Bun Yun.
"Adik Hung!" ujar Sie Bun Yun pada Ling Hung, "Pereuma
engkau bertanya padanya, Dia orang gagu dan tuIi, tidak
mendengar pertanyaan kita,"
"Aku harus bertanya padanya," tandas Ling Hung, Gadis
itu mengambil sebatang ranting, kemudian menulis di tanah,
"Kenapa Kakak Yun bisa mati?"
Pek Yun Hui mengge!eng-gelengkan kepala, sedangkan
Ling Hung menarik nafas panjang sambil membuang ranting
itu. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sie Bun Yun membagi obat itu pada Ling Hung, tapi gadis
itu tidak mau meminumnya, Sie Bun Yun terus membujuknya,
akhirnya Ling Hung mau juga meminum obat itu, itu adalah
obat buatan Na Hai Peng yang sangat manjur Setelah minum
obat itu, tak lama mereka berdua pun tampak bersemangat
dan segan Pek Yun Hui berdiri termangu-mangu sambil memandang
mereka, berselang sesaat barulah ia meninggalkan mereka,
Tiba-tiba Ling Hung mengerutkan kening, ternyata ia merasa
kenal orang berpakaian hitam itu.
"Kakak Yun!" serunya.
Pek Yun Hui tersentak dan nyaris menghentikan
langkahnya, namun ia mengeraskan hatinya, dan terus
melangkah. "Aaaakh...." Keluh Ling Hung, "Kakak Yun telah mati, biar
aku memanggilnya, tidak mungkin dia akan menyahut."
"Adik Hung!" ujar Sie Bun Yun cepat, "Engkau sudah tahu
dia tidak akan menyahut, kenapa barusan engkau masih
memanggilnya?" "Orang berpakaian hitam itu.,,." Ling Hung menarik nafas
panjang, "Bentuk badannya mirip Kakak Yun, maka aku
memanggilnya." Setelah mendengar itu, Sie Bun Yun diam sambil berpikir
keras. ia masih ingat, ketika Pek Yun Hui membawanya ke
gunung Kwat Cong San, kesehatan Pek Yun Hui pun mulai
pulih. Seandainya dia amat berduka lantaran kehilangan jejak
Sie Bun Yun, tidak mungkin akan membuatnya mati secara
mendadak Apabila dia bunuh diri, tentunya meninggalkan
pesan, Tetapi kematiannya....
Sie Bun Yun menengok makam itu, sama sekali tidak bisa
menemukan sebab musabab kematian Pek Yun Hui.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Adik Hung!" ujarnya kemudian, "Hari sudah malam, mari
kita ke dalam gua Thian Kie saja!"
"Ya." Ling Hung mengangguk "Kakak misan, engkau tadi
mengatakan bahwa dendam ayahku belum terbalas Kalau
kelak aku sudah berhasil membalas dendam ayah-ku, engkau
jangan mencegahku lagi ya!"
"Kita bicarakan saja kelak," sahut Sie Bun Yun.
"Aku sudah mengambil keputusan itu, maka sampai waktu
itu engkau jangan menasihatiku lagi!" tegas Ling Hung.
Sie Bun Yun diam, Mereka berdua lalu menuju gua Thian
Kie, sementara Pek Yun Hui tetap berpakaian hitam dan
kepalanya pun tetap ditutup dengan kain hitam, ia menyambut
mereka dengan tingkah seperti orang gagu dan tuli.
Akan tetapi, Sie Bun Yun terus memperhatikannya. Pek
Yun Hui adalah gadis yang sangat cerdas, ia tahu kalau Sie
Bun Yun sudah mulai bereuriga terhadap dirinya, maka ia lalu
bergerak-gerik seperti orang tolol puIa.
Betapa dukanya hati Pek Yun Hui, namun tetap ingin
mencurahkan isi hatinya kepada orang yang amat di-cintainya.
Berselang beberapa saat kemudian, Pek Yun Hui
meninggalkan gua Thian Kie. Tak lama Sie Bun Yun pun ke
luar, itu setelah Ling Hung tidur Ternyata ia menuju ke makam
Pek Yun Hui. Sie Bun Yun berdiri termangu-mangu di depan makam itu,
rupanya memikirkan penyebab kematian Pek Yun Hui.
Tiba-tiba terdengarlah suara helaan nafas ringan di tempat
yang tak jauh dari situ, Walau sangat ringan, namun Sie Bun
Yun mendengar dengan jelas dan merinding seketika, ia yakin
itu adalah suara helaan nafas Pek Yun Hui.
otomatis membuat otak Sie Bun Yun terus berputar
akhirnya ia yakin Pek Yun Hui tidak mati. Dengan adanya
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
keyakinan itu, timbul pula rasa bencinya terhadap Pek Yun
Hui, karena ia menganggap Pek Yun Hui mempermainkan
Ling Hung, ia ingin membentak, tapi kemudian dibatalkannya.
Berendap-endap ia menuju tempat suara helaan nafas itu,
dan setelah menikung ia melihat sosok bayangan hitam berdiri
di situ. Orang itu sedang memandang rembuIan, punggungnya
menghadap Sie Bun Yun dan masih mengeluarkan suara
helaan nafas. sepasang mata Sie Bun Yun membara, pertanda
kegusarannya telah memuncak ia langsung melesat ke arah
Pek Yun Hui sambil membentak keras.
"Saudara kecil, bagus sekali perbuatanmu!"
Betapa terkejutnya Pek Yun Hui, ia sama sekali tidak
menyangka Sie Bun Yun akan muncul di tempat ini, sehingga
membuatnya tertegun. sedangkan Sie Bun Yun mendekatinya selangkah demi
selangkah Wajah kehijauan-hijauan dan menatap Pek Yun Hui
dengan mata berapi-api. "Bagus!" ujar Sie Bun Yun sambil berhenti "Bagus sekali
perbuatanmu!" Pek Yun Hui menyesal dalam hati, kenapa ia tidak mau
cepat-cepat meninggalkan gua Thian Kie, sebaliknya malah
berdiri di tempat itu sambil menghela nafas pan-jang, akhirnya
Sie Bun Yun memunculkan diri di situ.
Ketika menyaksikan sikap Sie Bun Yun yang begitu emosi,
tanpa sadar ia mengucurkan air mata. Padahal sesungguhnya
ia bermaksud baik, Kalau Ling Hung menganggapnya telah
mati, otomatis cinta kasihnya akan dialihkan pada Sie Bun
Yun. Akan tetapi justru di luar dugaannya makam palsu itu
akan menimbulkan kejadian lain.
"Engkau masih merasa malu sehingga mengucurkan air
mata?" bentak Sie Bun Yun tertawa dingin.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Engkau tahu aku merasa malu?" tanya Pek Yun Hui
tenang. "Hm!" dengus Sie Bun Yun dingin. "Engkau membuat
makam palsu, itu menyebabkan adik Hung nyaris membunuh
diri! Kini dia sangat berduka karena mengira engkau telah
mati! Engkau,., engkau sungguh bukan manusia!"
Sie Bun Yun terus mencacinya, sedangkan air mata Pek
Yun Hui terus mengucur "Phui!" Sie Bun Yun meludahi Pek Yun Hui. "Aku memang
telah salah memandang dirimu, bahkan menganggapmu
sebagai teman baik,"
"Saudara Bun Yun...." Suara Pek Yun Hui terisak-isak dan
mundur selangkah pula, "Engkau... engkau...."
"Siapa yang menyuruhmu memanggilku saudara" Engkau
adalah binatang!" Sie Bun Yun menudingnya dengan tangan
bergemetar. "Uaaakh...." Pek Yun Hui menangis keras, lalu melesat
pergi. Hati Pek Yun Hui berduka sekali, bahkan merasa sakit
karena dirinya telah diludahi Sie Bun Yun yang amat
dicintainya itu, Karena itu, ia terus berlari dan berlari
meninggalkan tempat itu sejauh mungkin. Walau ia sudah
berlari pergi, semua cacian Sie Bun Yun masih mengiang di
dalam telinganya, akhirnya ia menutup telinganya sambil
berlari dan menangis tersedu-sedu.
****** Ketika Pek Yun Hui melesat pergi, Sie Bun Yun justru
berdiri termangu-mangu di tempat itu. Setelah itu, di saat ia
baru mau mengejar Pek Yun Hui, mendadak ia mendengar
suara Ling Hung di belakangnya.
"Kakak misan! Barusan engkau bicara dengan siapa?"
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sie Bun Yun segera membalikkan badannya, ia melihat
Ling Hung sedang berjalan mendekatinya, seketika juga kacau
hatinya, ia tidak tahu harus berterus terang pada Ling Hung
atau harus merahasiakan itu.
Kalau ia merahasiakan tentang itu, walau hati Ling Hung
berduka, tapi masih tetap menyimpan kenangan manis.
Ketika Sie Bun Yun tidak tahu harus mengambil keputusan
apa, Ling Hung sudah berdiri di sisinya, wajahnya
menengadah memandang rembulan yang remang-remang.
"Kakak misan, aku tadi seperti mendengar engkau bicara
dengan seseorang, siapa orang itu?" tanya Ling Hung.
Sie Bun Yun bukanlah pemuda yang pandai ber-bohong,
karena itu ia jadi tertegun ditanya demikian oleh Ling Hung,
Sesaat kemudian, mendadak ia menggenggam tangan Ling
Hung erat-erat seraya berkata.
"Adik Hung, kalau aku beritahukan engkau... engkau
jangan berduka ya!" "Kakak misan!" Ling Hung tersenyum sedih dan matanya
bersimbah air. "Apalagi yang dapat membuat hatiku duka?"
"Adik Hung, aku tadi berbicara dengan.... Pek Yun Hui."
Sie Bun Yun memberitahukan.
"Apa?" Ling Hung terbelalak
"Aku tadi berbicara dengan Pek Yun Hui," ujar Sie Bun Yun
mengulanginya. "Kakak misan.,.," Air muka Ling Hung berubah, "Apakah itu
adalah arwahnya?" "Bukan." Sie Bun Yun menggelengkan kepala, "Adik Hung,
dia.,, dia sesungguhnya tidak mati."
"Kakak misan jangan membohongiku!" Air mata Ling Hung
mulai meleleh. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Orang yang membohongi dirimu itu adalah dia!" sahut Sie
Bun Yun dengan suara mengguntur "Dia ingin menghindarimu
maka membuat sebuah makam palsu, agar engkau tidak
memikirkannya lagi!"
Setelah mendengar itu, sekujur badan Ling Hung
bergemetar, kemudian mengibaskan tangannya agar tidak
digenggam Sie Bun Yun. ia mundur beberapa langkah dengan
wajah pucat pias, dan bibirnya terus bergemetar.
"Dia... dia ke mana sekarang?" tanyanya.
"Aku mencaci makinya, maka ia merasa malu dan
langsung pergi," sahut Sie Bun Yun.
"Kakak misan, katakan padaku, dia pergi ke mana?" ujar
Ling Hung mendesak "Adik Hung...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang sambil
menunjuk ke depan, "Dia lari ke arah sana."
Begitu mendengar jawaban itu, Ling Hung langsung
melesat ke sana. Sie Bun Yun terkejut lalu berteriak. "Adik
Hung, engkau mau ke mana?" "Aku mau bertanya padanya,"
sahut Ling Hung, Sie Bun Yun menyesal sekali karena
berterus terang. ia tahu hati Ling Hung bertambah berduka
mengetahui hal itu. Kini ia pergi menyusul Pek Yun Hui,
bertemu Pek Yun Hui atau tidak, pasti akan terjadi sesuatu
atas dirinya. Oleh karena itu, Sie Bun Yun segera melesat pergi
mengikuti Ling Hung. Mereka berdua terus berlari, dan kirakira setengah jam kemudian, ke duanya sudah sampai di
sebuah puncak gunung. Mereka tidak lagi bisa melanjutkan
perjalanan, karena di hadapan mereka menganga lebar
sebuah jurang. Sie Bun Yun baru mau berteriak menyuruh Ling Hung
berhenti, gadis itu justru telah berhenti di tepi jurang tersebut
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Di saat itu, Sie Bun Yun melihat Pek Yun Hui duduk dan
sedang menangis sedih di atas sebuah pohon di pinggir jurang
itu. "Kakak Yun! Kakak Yun!" panggil Ling Hung lembut
Akan tetapi, Pek Yun Hui tampak seakan tidak mendengar,
dan masih terus menangis sedih.
"Kakak Yun! Aku sudah datang, engkau tidak dengar?"
Suara Ling Hung bertambah lembut
"Adik Hung sudah datang!" bentak Sie Bun Yun. "Engkau
masih berpura-pura dan macam-macam?"
Pek Yun Hui meloncat turun dari pohon itu, lalu berdiri di
pinggir jurang sambil memandang mereka berdua.
"Kenapa kalian masih ke mari mencariku?" tanya Pek Yun
Hui dengan air mata berderai.
"Kakak Yun.." Ling Hung tertegun
"Jangan panggil aku Kakak Yun lagi!" potong Pek Yun Hui
cepat "Aku orang rendah, tidak pantas saling menyebut
saudara dengan kalian! sebetulnya kalian berdua merupakan
pasangan yang serasi! Sudahlah, kalian jangan mendekatiku
lagi, anggaplah aku sudah mati!"
Ling Hung termundur beberapa langkah sambil
memandang Pek Yun Hui dengan mata terbelalak, kemudian
ujarnya dengan suara rendah.
"Kakak Yun! Aku... aku cuma mencintaimu...."
"Aku justru tidak bisa menerima cintamu!" sahut Pek Yun
Hui. "Kenapa kalian tidak mempereayaiku?"
"Pek Yun Hui! Tutup mulutmu!" bentak Sie Bun Yun
mendadak sambil mendekatinya.
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Engkau adalah orang yang paling bodoh di kolong langit!"
Pek Yun Hui menudingnya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Tidak salah!" sahut Sie Bun Yun. "Engkau adalah
binatang, tapi aku masih menganggapmu sebagai teman
baikku, aku memang bodoh sekali!"
Usai berkata begitu, tiba-tiba Sie Bun Yun menyerangnya
dengan sebuah pukulan. Pek Yun Hui melihat pujaan hatinya menyerangnya
dengan tidak berperasaan sekali, seketika juga hatinya terasa
remuk. Maka ia tidak mau mengelak pukulan itu.
"Duuuk!" Dada Pek Yun Hui terpukul membuat badannya
agak sempoyongan "Ayoh! Pukul lagi!" teriak Pek Yun Hui. "Pukul aku sampai
mati, agar kegusaranmu terlampiaskan!"
Sie Bun Yun maju selangkah, lalu memukul Pek Yun Hui
lagi dengan jurus Cok Lang Thauw Thian (Ombak Menderu Ke
Langit). sedangkan Pek Yun Hui tetap berdiri dengan tangan di
bawah, sama sekali tidak berniat menangkis maupun
mengelak pukulan itu. Ketika pukulan itu hampir me ngenai
tubuh Pek Yun Hui, tiba-tiba Sie Bun Yun menarik kembali
pukulannya seraya membentak
"Kenapa engkau tidak mau menangkis pukulanku?" "Ha
ha!" Pek Yun Hui tertawa, "Kenapa aku harus menangkis?"
"Plak! Plak!" Sie Bun Yun menamparnya dan menghardik
"Menamparmu pun telah mengotori tanganku!"
Pek Yun Hui adalah Lan Tay Kong Cu, putri kaisar yang
diagungkan, Sejak kecil ia amat dihormati siapa pun, dan tiada
seorang pun berani bicara keras dengan dirinya, apalagi
mencacinya. Namun kini, dirinya justru dicaci maki habis-habisan oleh
pujaan hatinya, bahkan ditamparnya pula, Maka dapat
dibayangkan, betapa terpukulnya batin Pek Yun Hui, wajahnya
pucat pias, ia mundur beberapa langkah seraya berkata.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Bagus! Tidak salah engkau memukul dan menamparku
pula! Ha ha! Ha ha ha...." Pek Yun Hui tertawa gelak dengan
air mata berderai-derai. Tertegunlah Sie Bun Yun menyaksikan sikap Pek Yun Hui.
sedangkan gadis itu memang sudah mengambil keputusan
untuk menyudahi urusan tersebut
"Memang tidak salah!" ujarnya kemudian dengan tegas,
"Aku tidak mencintai Ling Hung, apakah itu tidak boleh?"
"Kakak Yun...." Wajah Ling Hung langsung berubah,
"Kalian tidak perlu mencariku lagi, sampai di sini kita
berpisah!" lanjut Pek Yun Hui, "Ha ha! Bukankah baik
sekali?" Pek Yun Hui tertawa gelak, lalu mendadak melesat pergi.
Ling Hung ingin mengejarnya, tapi malah jatuh duduk, Namun
Sie Bun Yun segera memapahnya bangun.
"Adik Hung, dia begitu macam, kenapa engkau masih ingin
mengejarnya?" Sie Bun Yun menggeleng-gelengkan kepala.
Wajah Ling Hung pucat pias, Bibirnya bergemetar tak
mampu mengeluarkan suara sedikit pun dan sepasang
matanya telah berubah redup.
Sie Bun Yun terkejut bukan main. Cepat-cepat ia
memeriksa nadinya, ternyata denyut nadinya tidak teratur
sama sekali Kalau terus begitu, Ling Hung pasti akan mati
mendadak "Adik Hung!" Sie Bun Yun amat cemas, gugup dan panik,
"Jangan begini, ingatlah masih ada dendam ayahmu yang
belum terbalas!" Wajah Ling Hung yang pucat pias itu berubah merah
padam, kemudian berubah kehijau-hijauan dan badannya
mulai menggigil seperti kedinginan
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Sie Bun Yun segera memegang Leng Tay Hiat di tubuh
Ling Hung, lalu mengerahkan Lweekangnya, agar keadaan
gadis itu bisa kembali normal.
Akan tetapi, wajah Ling Hung yang kehijau-hijauan itu
berubah merah padam lagi. Sie Bun Yun tahu, apabila wajah
Ling Hung yang merah padam itu berubah pucat pias, maka
nyawa gadis itu sulit tertolong lagi.
Betapa cemasnya Sie Bun Yun, ia terus mengerahkan
Lweekangnya untuk melindungi diri Ling Hung. Kemudian
mendadak ia mendongakkan kepalanya memandang ke atas
sambil berteriak-teriak. "Pek Yun Hui! Pek Yun Hui! Kalau Ling Hung terjadi
sesuatu, itu berarti kita telah terikat oleh suatu dendam yang
amat dalam!" "Kakak... Kakak misan!" Sekujur badan Ling Hung
bergemetaran, "Engkau... engkau jangan-jangan
menyusahkannya...!" "Krek! Krek!" Sie Bun Yun berkertak gigi, "Engkau
sedemikian mencintainya, sebaliknya dia malah tidak punya
perasaan terhadapmu "Engkau... engkau masih
membelanya?" "Dia... dia tidak mencintaiku, tapi... aku tetap mencintainya," sahut Ling Hung dengan suara Iemah.
Usai menyahut begitu, wajah Ling Hung mulai berubah
pucat dan sekujur badannya mulai menggigil lagi. Wajah Sie
Bun Yun pun telah berubah amat tak sedap dipandang, sebab
saat ini menyangkut rrnti hidupnya Ling Hung. justru pada saat
yang sangat genting itu, tiba-tiba terdengar suara orang.
"Sedang berbuat apa kalian berdua di situ?" Sie Bun Yun
menoleh, tampak seorang wanita berusia empat puluhan
mendekati mereka tanpa mengeluarkan sedikit suara pun.
Wanita itu kelihatan anggun sekali, Walau berjalan santai, tapi
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
dalam waktu sekejap sudah di hadapan mereka, Tertegunlah
Sie Bun Yun, ia yakin bahwa wanita itu berkepandaian amat
tinggi, karena itu timbullah suatu harapan dalam hatinya.
"Mohon Cianpwee sudi memberi pertolongan!" ujar Sie
Bun Yun. Wanita itu memandang Ling Hung, kemudian melototi Sie
Bun Yun, dan mendadak menjulurkan tangannya mendorong
Sie Bun Yun. Tangan wanita itu tidak menyentuh badan Sie Bun Yun,
Namun pemuda itu telah merasa ada tenaga yang amat
dahsyat menerjang ke arahnya, dan seketika juga ia terpental
jatuh duduk di tanah. Sie Bun Yun terkejut bukan main, namun wanita itu justru
sudah mulai memberi pertolongan pada Ling Hung, itu
membuat Sie Bun Yun tidak habis berpikir, sebetulnya wanita
itu bermaksud baik atau jahat
"Cianpwee!" Sie Bun Yun mendekatinya.
"Cepat enyah!" bentak wanita itu dingin.
"Cianpwee.,,." Sie Bun Yun kebingungan
"Aku menyuruhmu cepat enyah!" bentak wanita itu sambil
mengibaskan tangannya, dan seketika juga Sie Bun Yun
terpental beberapa depa jauh.
Begitu jatuh duduk lagi, Sie Bun Yun bertambah tidak
mengerti, karena ia melihat wanita itu sedang menolong Ling
Hung, tapi kenapa dia begitu galak terhadapnya "
ia pun melihat wajah Ling Hung mulai berubah kemerahmerahan dan nafasnya tidak memburu seperti tadi lagi
Berdasarkan itu, dapat diketahui betapa dalamnya Lweekang
wanita itu. "Cianpwee, bagaimana keadaan adik misanku?" tanya Sie
Bun Yun, namun ia tidak berani mendekati wanita itu lagi.
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
"Batinnya terpukul hebat, sehingga merusak hawa
murninya, bahkan juga telah menggetarkan nadi dan
menyumbat peredaran darah di jantungnya, Kalau engkau
tidak segera enyah, aku tidak akan mengampunimu," sahut
wanita itu dingin. Setelah mendengar wanita itu mengucapkan demikian
tahulah Sie Bun Yun bahwa wanita itu telah salah paham
terhadap dirinya. "Cianpwee...." Sie Bun Yun tertawa getir, "Dia berduka
sampai begitu bukan karena diriku!"
"Oh, ya?" Kening wanita itu berkerut
"Benar, Cianpwee." Sie Bun Yun mengangguk "Dia adalah
adik misanku, Dia mencintai pemuda lain, tapi pemuda itu
justru tidak mencintainya, maka hatinya berduka sampai
begitu macam." "Hm!" dengus wanita itu, "Kaum lelaki di kolong langit,
tiada satu pun yang baik!"
"Cianpwee...." Sie Bun Yun terbelalak, sebab ucapan
wanita itu bernada membenci kaum lelaki, Tentunya hati
wanita itu pernah dilukai kaum lelaki pula, kalau tidak,
bagaimana mungkin ia mengucapkan begitu"
"Lukanya amat parah, namun aku cuma mampu
menyalurkan Lweekangku, agar nyawanya dapat
dipertahankan tidak bisa menyembuhkannya, Kelihatannya...
engkau sangat mencintainya, bukan?"
"Ya," jawab Sie Bun Yun hormat
"Jangan cuma menjawab di mulut saja!" Wanita itu
menatapnya dingin. "Cianpwee!" ujar Sie Bun Yun sungguh-sungguh,
"Cianpwee telah salah menilai diriku."
Mendadak wanita itu melesat ke arah Sie Bun Yun, dan
tahu-tahu telah mencengkeram urat nadinya, Betapa
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
terkejutnya Sie Bun Yun, namun sebelum ia membuka mulut,
wanita itu sudah berkata.
"Seandainya engkau memperoleh kitab pusaka Kui Goan
Pit Cek yang diidamkan setiap kaum Bu Lim, apakah engkau
akan meninggalkan nona kecil ini karena kitab pusaka itu?"
pertanyaan tersebut membuat Sie Bun Yun ter-heranheran. Mungkinkah wanita itu sudah tahu Cong Cin To berada
pada dirinya" Pikirnya.
Tentunya Sie Bun Yun tidak tahu, bahwa Kui Goan Pit Cek
itu telah diambil orang, bahkan sudah ada empat orang
mempelajari ilmu silat yang tereantum di dalam kitab pusaka
tersebut, yang salah satunya adalah wanita itu.
Semua kaum Bu Lim amat mengidamkan kitab pusaka Kui
Goan Pit Cek tersebut, namun wanita itu justru sangat
membenci kitab pusaka itu. Gara-gara Kui Goan Pit Cek itu,
suaminya pun seperti mabuk terhadap kitab pusaka tersebut,
sehingga melupakan isterinya.
Siapa wanita itu" Tidak lain adalah isteri Na Hai Peng
bernama Cui Tiap karena suaminya terus tenggelam dalam
Kui Goan Pit Cek, maka wanita itu mencuri kitab pusaka
tersebut lalu kabur Na Hai Peng terus mencari isterinya, tapi tidak pernah
berhasil dan sama sekali tiada kabar berita tentang isterinya
lagi. Karena penasaran suaminya begitu menggilai Kui Goan Pit
Cek, wanita itu pun ingin tahu, sebetulnya kitab pusaka itu
memiliki kekuatan apa, sehingga suaminya bisa berubah jadi
begitu, Karena itu, setelah meninggalkan gunung Kwat Cong
San, wanita itu pun mulai mempelajari isi kitab pusaka
tersebut padahal ia cuma merupakan wanita biasa, namun
setelah mempelajari isi Kui Goan Pit Cek, ia pun berubah
menjadi wanita yang berkepandaian amat tinggi.
Pada waktu itu, putrinya bernama Na Siao Tiap sudah
berumur empat belas tahun, Wanita itu amat membenci Na
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Hai Peng, maka berangkat ke gunung Kwat Cong San dengan
maksud ingin membunuhnya, namun justru tidak bertemu.
Ketika wanita itu melihat Sie Bun Yun diam saja, maka
mengiranya seperti suaminya pula. Asal memperoleh Kui
Goan Pit Cek, sudah tidak menghiraukan cinta kasih lagi.
"Hm!" dengusnya dingin sambil mengibaskan tangan
bajunya. itu membuat Sie Bun Yun terpental beberapa
langkah, "Majikan gua Thian Kie berada di mana?"
Sie Bun Yun tidak tahu siapa guru Pek Yun Hui, iagi pula
wanita itu bertanya mendadak, maka Sie Bun Yun mengiranya
menanyakan Pek Yun Hui. "Dia merasa malu karena tidak punya perasaan terhadap
adik misanku, maka dia kabur." jawab Sie Bun Yun
memberitahukan namun wanita itu justru mengira orang yang
dimaksudkan adalah Na Hai Peng, suaminya, Oleh karena itu
tidak heran wajahnya langsung berubah
"Engkau bilang dia... dia mencintai adik misanmu?" tanya
Cui Tiap dan bertambah benci pada suaminya.
"Dia memang pernah bersikap seakan mencintai adik
misanku, tapi kemudian bilang tidak bisa mencintainya."
"He he he!" Cui Tiap tertawa terkekeh-kekeh. "Ten-tunya
dia tidak bisa mencintai adik misanmu, sebab dia sudah punya
anak isteri." Mereka berbicara tanpa menjelaskan Sie Bun Yun
mengatakan Pek Yun Hui, sedangkan Cui Tiap mengatakan
Na Hai Peng, suaminya, Karena itu kesalah-pahaman pun
bertambah dalam Ling Hung yang mendengar itu, nyaris pingsan se-ketika,
Gadis itu menganggap Pek Yun Hui telah menipu cinta
kasihnya. KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
Cui Tiap menatap mereka yang tampak tertegun, lama
sekali barulah membuka mulut memberitahukan
"Bocah! Kalau luka adik misanmu tidak diobati dengan
Swat Ing (Rerumput Obat) yang tumbuh di puncak gunung
Thian San Utara, mungkin adik misanmu tidak bisa hidup
lama." "Mohon petunjuk Cianpwee," ucap Sie Bun Yun cepat
"Swat Ing merupakan rumput pusaka partai Swat San,
cuma tumbuh di tepi telaga di puncak gunung Thian San
Utara, Kalau engkau mencintai adik misanmu itu, haruslah
engkau menempuh bahaya demi adik misanmu itu!"
"Cianpwee, aku akan melakukan itu," sahut Sie Bun Yun
sungguh-sungguh. "Hm!" dengus Cui Tiap dingin, lalu melesat meninggalkan
tempat itu. Sie Bun Yun terperanjat menyaksikan itu, karena wanita itu
memiliki ginkang yang begitu tinggi Setelah wanita itu lenyap
dari pandangannya, barulah ia mendekati Ling Hung.
"Adik Hung! Bagaimana rasamu sekarang?" tanyanya
lembut. "Agak membaik," Ling Hung menarik nafas panjang. "Tapi
masih merasa tak bertenaga sama sekali."
Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Adik Hung, Cianpwee tadi bilang, hanya Swat Ing yang
dapat menyembuhkan lukamu...."
"Kakak misan!" potong Ling Hung, "Engkau tidak perlu
menempuh bahaya ke puncak gunung Thian San Utara demi
diriku, Terus terang, aku sudah tiada gairah hidup, Apa artinya
aku hidup di dunia...."
"Adik Hung!" ujar Sie Bun Yun serius. "Bagaimana dengan
dendam ayahmu?" "Kakak misan!" Ling Hung menarik nafas, "Aku pernah
mendengar dari almarhum, bahwa ketua partai Swat San
KANG ZUSI http://cerita-silat.co.ce/
bernama Sen Lui, julukannya adalah Pek Ih Sin Kun (Si Sakti
Baju Putih) berkepandaian tinggi sekali, lagi pula bersifat
aneh. sedangkan Swat Ing merupakan rumput pusaka partai
Swat San, bagaimana mungkin engkau akan
mendapatkannya?" "Adik Hung, demi dirimu, aku bersedia menempuh bahaya
apa pun," sahut Sie Bun Yun dengan tekad yang b
Anak Harimau 14 Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung Pedang Pusaka Buntung 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama