Ceritasilat Novel Online

Pedang Langit Golok Naga 24

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 24


http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digunakan sebagai senjata.
Tapi di luar dugaan sambil tersenyum Boe Kie berkata,
"Senjata itu agak luar biasa, Loocianpwee kelihatannya
ingin menjajal kepandaianku." Seraya berkata begitu, ia
menghampiri batu itu. Si jangkung menggoyang-goyangkan tangannya, "Aku
hanya main-main!" teriaknya. "Ambillah pedang untuk
melayani kami!" Pemuda itu tak menjawab dan berjalan terus. Sekali
menggerakkan tangan kirinya, ia menyangga sebuah batu
yang paling besar dan sesudah memutar badan, ia berseru.
"Jie Wie, ayolah!" Ia melompat tinggi dan dilain saat sudah
berhadapan dengan kedua kakek itu.
Semua orang mengawasi dengan mulut ternganga.
Mereka begitu kaget sehingga mereka lupa untuk menepuk
tangan. "Hebat! Sungguh hebat," kata si jangkung seraya
mengurut jenggotnya. Si kate tahu bahwa hari ini mereka bertemu dengan
lawan terberat. Apa nama besar mereka berdua akan dapat
dipertahankan masih merupakan satu pertanyaan. Sesudah
menarik napas dalam-dalam, ia maju, "sambutlah!"
katanya seraya membacok dengan golok yang bersinar
putih. "Soeko, apa benar-benar kita berkelahi?" tanya si
jangkung. "Kau kira main-main?" si kate balas menanya.
Bacokannya yang pertama dengan mudah sudah dikelit Boe
Kie. Mendengar jawaban soekonya, si jangkung segera
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyabet dengan golok Ceng Kong To yang bersinar hijau.
"Bagus!" seru Boe Kie sambil memapaki dengan
batunya. "Trang!" Letupan api berhamburan. Hampir berbaring,
Boe Kie mendorong batu ke depan.
"Soen Soei Toei Couw!" teriak si jangkung. "Bocah,
senjata batu juga ada jurus-jurusnya?" (Soen Soei Toei
couw dengan mengikuti aliran air mendorong perahu)
Soetee, Hoen Toen It Po!" bentak si kate seraya
membuat setengah lingkaran dengan goloknya dan
membabat Boe Kie. "Tay it Seng Beng. Liang Gie Hop Tek?" menyambung
si jangkung sambil mengirim beberapa serangan.
"Jit Goat Hoei Beng," menyambut si kate. Dengan saling
sahut menyebutkan namanya pukulan, mereka menyerang.
Sambil mengerahkan Kioe Yang Sin Kang. Boe Kie
memutar-mutar batu itu seperti sebutir peluru. Tenaga
serangan Liang Gie To Hoat sangat besar, tapi walaupun
tenaga pemuda itu lebih besar lagi. Dengan melompat kian
kemari, ia menyambut setiap serangan dean tiap bacokan
menghantam batu sehingga letupan api berhamburan tak
henti-hentinya. Sesudah bertempur beberapa lama, mendadak Boe Kie
melontarkan batu itu ke tengah-tengah udara dan kedua
tangannya menyambar leher si kate dan si jangkung.
Sesudah mencengkram jalan darah kedua kakek itu
sehingga mereka tak bisa bergerak lagi, ia melompat ke
belakang. Di lain saat batu yang beratnya kira-kira tiga ratus
kati itu meluncur ke bawah, ke arah kepala kedua jago Hwa
San Pay. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang terkesiap. Pada detik berbahaya, Boe Kie melompat maju dan
menepuk batu itu yang lantas saja terpental dan jatuh
amblas di dalam tanah. Ia tertawa dan sambil menepuk
pundak kedua kakek itu, ia berkata, "Jie Wie Loo
Cianpwee jangan bingung, Boanpwee hanay main-main."
Paras muka si kate pucat bagaikan kertas. "Sudahlah!"
katanya dengan suara parau.
Tapi si jangkung menggelengkan kepalanya. "Tidak, ini
tidak masuk hitungan." Katanya.
"Mengapa tidak masuk hitungan?" tanya Boe Kie. "Kau
mengalahkan kami dengan mengandalkan tenagamu yang
besar," jawabnya. "Kau bukan menjatuhkan kami dengan
menggunakan ilmu silat."
"Kalau begitu kita boleh bertanding pula." Kata Boe Kie.
"Boleh," kata si jangkung, "tapi kita harus menggunakan
satu cara baru. Kalau kau menang karena tenagamu yang
besar, biarpun kalah, kami kalah dengan penasaran.
Bukankah demikian?" Pemuda itu mengangguk, "benar," katanya.
Tiba-tiba SC berteriak, "Malu! Benar-benar malu! Kakek
jenggotan yang main padan berbalik mengatakan orang lain
curang." Si jangkung tertawa terbahak-bahak. "Bocah," katanya.
"Orang sering kata: yang rugi ialah yang untung. Garam
yang ditelan olehku lebih banyak daripada beras yang
ditelan olehmu. Jembatan yang dilewati olehku lebih
panjang daripada jalanan yang pernah dilalui olehmu.
Bocah, tahu apa kau!" Ia menengok kepada Boe Kie dan
berkata pula, "Kalau kau tidak setuju, kita boleh tidak usah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanding lagi. Dalam pertandingan tadi, kau tak kalah
dan kamipun tak menang. Seri saja! Tigapuluh tahun
kemudian, kita boleh berjumpa kembali."
Mendengar perkataan Soeteenya yang makin lama jadi
makin gila, si kate buru-buru membentak. "Orang she Can!
Kami mengaku kalah, kau boleh berbuat sesuka hati
terhadap kami." "Boanpwee sama sekali tidak mengandung niat kurang
baik," kata Boe Kie. "Dengan memberanikan hati
boanpwee hanya ingin mendamaikan permusuhan antara
partai cianpwee dengan Beng Kauw."
"Tak bisa!" teriak si jangkung. "Aku belum ajukan
usulku. Mengapa kau lantas mundur?"
Si kate mengerutkan alisnya, tapi tidak mengatakan apaapa. Ia tahu, bahwa biarpun
gial-gilaan, dengan mengandalkan ketebalan mukanya dan lidahnya, soetee itu
sering membuat musuh menjadi pusing dan mengubah
kekalahan menjadi kemenangan. Hari ini, dihadapan tokohtokoh rimba persilatan, cara-cara itu memang tidak bagus.
Tapi jika ia dapat menjatuhkan Boe Kie, maka kemenangan
itu sekiranya dapat juga digunakan untuk menebus dosa.
"Bagaimana usul cianpwee?" tanya Boe Kie.
"Ilmu golok yang terlihai dari Hwa San Pay dinamakan
Hoan Liang Gie To Hoat," jawabnya. "Lihainya To Hoat
itu sudah dirasai olehmu. Tapi kau tak tahu, bahwa Koen
Loen Pay mempunyai ilmu pedang yang dinamakan Ceng
Liang Gie Kiam Hoat. Kelihaian ilmu ini dikatakan
berendeng dengan To Hoat dari Hwa San Pay. Masingmasing mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Manakala
dua golok dan dua pedang dipersatukan menjadi satu, maka
im (negatip) akan mendapat imbangan dari yang (positip)
dan air akan membantu api. Hai!...." berkata sampai di sini,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia menggoyangkan kepalanya dan kemudian menambah
dengan perlahan. "Hebat! Terlalu hebat!... kau tak akan bisa
melawan." Mendengar begitu, Boe Kie lantas saja menengok ke
barisan Koen Loen Pay dan berkata, "Apakah cianpwee
dari Koen Loen Pay sudi memberi pelajaran kepadaku?"
"Dalam Koen Loen Pay kecuali Thie Khim Sian Seng
suami isteri, tak ada lain orang yang bisa bekerja sama
dengan kami berdua," kata si jangkung. "Kutak tahu
apakah Ho Ciang Boen bernyali cukup besar atau tidak."
Seorang yang ingin menonton keramaian jadi girang
sekali. Dalam omongannya yang gila-gilaan, si jangkung
ternyata bukan manusia tolol.
Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham mengawasi si
jangkung. Mereka tak kenal dua kakek itu. Sebagai paman
guru Sian Ie Thong, kedua orang tua itu mempunyai
kedudukan yang sangat tinggi dan sudah tentu jarang
berkelana dalam dunia Kang Ouw See Hek yang jauh,
meka tidaklah heran jika mereka belum pernah bertemu
dengan kedua kakek itu. Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham sangat bersangsi.
Mereka tahu, bahwa kedua kakek itu mau menyeret mereka
ke dalam gelanggan. Kalau menang, muka si jangkung dan
si kate akan terang kembali. Tapi ka lau kalah" Huh! Tak
mungkin. Mana bisa Liang Gie Kim Hoat dari Koen Loen
Pay kalah dari pemuda yang tak dikenal itu?"
Melihat suami isteri Ho Thay Ciong tidak lantas
bergerak, si jangkung lantas saja berteriak. "Oooh! Suami
isteri Ho dari Koen Loen Pay tidak berani bertempur
dengan kau. Kau tak usah heran. Biarpun boleh juga, Ceng
Liang Gie Kam Hoat masih banyak cacatnya. Dibandingkan dengan ilmu golok kami Hoan Liang Gie To
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoat masih lebih unggul setingkat dua tingkat."
Pan Siok Ham gusat tak kepalang. Dengan sekali
melompat, ia sudah berada di tengah gelanggang. "Siapa
she dan nama tuan yang besar?" tanyanya seraya menuding
si jangkung. "Akupun she Ho," jawabnya. "Ho Hoe jin silahkan."
Perkataan itu disambut dengan gelak tertawa ejek
sejumlah penonton. Pan Siok Ham dikenal sebagai "tay Siang Ciang Boen
Jin" dari Koen Loen Pay. Selama puluhan tahun di daerah
yang luasnya beberapa ratus li persegi ia berkuasa bagaikan
ratu. Maka itu, mana bisa ia menerima ejekan di hadapan
orang banyak. "srt!" bagaikan kilat ia menikam sijangkung.
Di detik ini masih bertangan kosong, di lain detik
pedangnya sudah menyambar dan ujung pedang hanya
terpisah setengah kaki dari pundak lawan.
Si jangkung terkesiap dan menyampok dengan goloknya.
"Trang!" pada saat terakhir berhasil memapaki bacokan
jago betina itu. Pan Siok Ham menyerang dengan pukulan
Kim ciam Touw Ciat (jarum emas melewati merah bahaya)
sedangkan si jangkung menyambut dengan Ban Ciat Pot
Hok (laksana merah bahaya tidak datang lagi) Kedua
pukulan itu yang satu "Ceng" yang lain "hoan" merupakan
ilmu silat Liang Gie yang indah luar biasa. Kalau tadi
dalam menghadapi Kiu Yang Sin Kang, si kakek tidak
berdaya sekarang ia memperlihatkan kepandaiannya yang
sangat tinggi, sebab pada hakekatnya, ia memang
merupakan seorang ahli silat dari kelas utama.
Sesudah gebrakan pertama, masing-masing mundur
setindak. Mereka terkejut dan merasa kagum. Mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlainan partai, berlainan ilmu dan belum pernah bertemu
muka. Tapi sesudah gebrakan itu, masing-masing yakin
bahwa jika Liang Gie To Hoat bekerja sama, maka kerja
sama itu akan menciptakan serupa ilmu silat yang tiada
bandingannya dalam dunia. Ketika itu, Pan Siok Ham
merasa seperti juga seorang yang selama hidupnya hidup
kesepian, tiba-tiba bertemu dengan sahabat akrab. Ia
menengok kepada suaminya dan berkata, "eh, kemana
kau!" Ho Thay Ciong adalah seorang suami yang selalu
menurut perintah sang isteri. Tapi di hadapan orang banyak
ia merasa jengah juga dan berusaha untuk menolong muka
dengan memperlihatkan keangkerannya sebagai seorang
Ciang Boen Jin. Sambil mengeluarkan suara di hidung,
perlahan-lahan ia menghampiri sang isteri dengan didahului
oleh empat kacung. Satu membawa pedang, satu
menyangga khim besi dan dua orang memegang hudtim
(kebutan) Begitu tiba di tengah gelanggang, keempat kacung
itu membungkuk dan mundur, akan kemudian berdiri di
belakang Ho Thay Ciong. Pan Siok Ham melirik suaminya dan berkata, "kita
berempat coba main-main dengan bocah itu supaya dia
mengenal lihainya ilmu silat Hwa San dan Koen Loen." Ia
menengok dan mendadak mengeluarkan seruan tertahan.
Sambil mengawasi Boe Kie dengan mata membelalak, ia
berkata, "kau" kau". "
Sebagaimana diketahui, pada empat tahun berselang, ia
pernah bertemu dengan Boe Kie. Walaupun sekarang dari
kanak-kanak Boe Kie sudah menjadi seorang pemuda,
badannya sudah berubah dan di atas bibirnya sudah tumbuh
sedikit kumis, ia masih mengenali pemuda itu.
"Apa tak baik jika kita melupakan kejadian yang dulu?"
kata Boe Kie. "Aku Can A Goe."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pan Siok Ham mengerti maksud pemuda yang tidak mau
memperkenalkan namanya yang sejati. Ia mengerti, bahwa
jika ia membuka rahasia, Boe Kie pun akan melucuti
kedoknya akan mengumumkan cara bagaimana ia dan
suaminya sudah membalas kebaikan dengan kejahatan.
Maka itu, seraya mengangkat pedang, ia berkata, "Can
Siauw Hiap telah mendapat kemajuan pesat sekali. Dengan
jalan ini, aku memberi selamat, aku ingin minta


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengajaranmu." Boe Kie tersenyum. "Sudah lama kudengar Kiam Hoat
kalian berdua yang sangat lihai," katanya. "Boanpwee
hanya mengharap cianpwee suka menaruh belas kasihan."
Sementara itu, Ho Thay Ciong sudah mengambil pedang
yang dipegang kacungnya. "Senjata apa yang ingin
digunakan Can siauw Hiap?" tanyanya.
Melihat Ho Thay Ciong, Boe Kie lantas saja ingat
kejadian-kejadian pada empat tahun berselang. Ia ingat Kim
Koan dan Cin Koan yang bisa mengisap racun dan yang
kemudian mati sebab tiada makanan. Hal ini sangat
disayangkanolehnya. Iapun ingat, bahwa Ho Thay Ciong
dan isterinya pernah naik ke Boe tong untuk mendesak
kedua orang tuanya, sehingga ayah dan ibu itu mati bunuh
diri. Ia ingat pula, bahwa ia pernah dipaksa minum arak
beracun, dipukul sampai babak belur dan dilemparkan ke
batu gunung. Kalau tidak ditolong Yo Siauw, jiwanya pasti
sudah melayang. Mengingat itu darah Boe Kie meluap. "Ho Thay Ciong,
Ho Thay Ciong!" katanya di dalam hati. "Hari itu kau
menghajar aku sepuas hati, hari ini meskipun tidak
mengambil jiwamu, aku akan memberi pelajaran setimpal
kepadamu. Ketika itu kedua pemimpin Koen Loen dan kedua ratus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hwa San Pay sudah berdiri di empat sudut sambil mencekal
senjata mereka yang berkeredepan. Sekonyong-konyong
Boe Kie bersiul dan bagaikan sebatang pit badannya
meluncur ke atas, akan kemudian, dengan tiba-tiba
mengubah arah ke jurusan sebuah pohon bwee. Dengan
sekali menggerakkan tangan, ia sudah mematahkan
sebatang ranting yang penuh bunga dan sesudah itu,
barulah badannya melayang kembali ke bumi.
Ilmu ringan badan Boe Kie sudah dilihat orang. Tapi
gerakannya dalam memetik ranting bwee itu indah luar
biasa, sehingga semua orang menggeleng-gelengkan kepala,
bahkan kagumnya. Sementara itu, Boe Kie sudah bertindak ke tengah
gelanggang dan sambil mengangkat ranting pohon itu. Ia
berkata, "biarlah dengan menggunakan ini, boanpwee
menerima pelajaran dari Hwa San Koen Loen."
Semua orang kaget. Cara bagaimana pemuda itu
melawan keempat ahli silat dengan menggunakan ranting
pohon yang dihias dengan kurang lebih sepuluh kuntum
bunga" Biarpun memiliki lweekang yang sangat tinggi,
cabang kayu itu takkan bisa melawan golok dan pedang.
Pan Siok Ham tertawa dingin, "Bagus," katanya.
"Bocah! Kau sedikitpun tidak memandang sebelah mata
kepada ilmu silat Hwa San dan Koen Loen."
Boe Kie tersenyum dan menjawab, "Boanpwee pernah
dengar cerita seorang Sian Hoe (mendiang ayah) bahwa
seorang cianpwee dari Koen Loen Pay yaitu, Ho Ciok To
Sian Seng, mempunyai kepandaian luar biasa dalam ilmu
memetik khim, bersilat dengan pedang dan main catur,
sehingga beliau dikenal sebagai Koen Loen Sam Seng.
Hanya sayang kita terlahir terlalu lambat dan tak mendapat
kesempatan untuk bertemu dengan orang tua itu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang mengerti maksud pemuda itu, dengan
memuju Ho Ciok Too, Boe Kie menghargai Koen Loen
Pay yang mempunyai leluhur jempolan, tapi ia memang tak
memandang sebelah mata kepada Cian Boen Jin yang
sekarang bersama isterinya.
Sekonyong-konyong dalam barisan Koen Loen Pay
terdengar bentakan menggeledek. "Anak haram! Betapa
tingginya kepandaianmu sehingga kau begitu kurang ajar
terhadap guruku?" cacian itu disusul dengan melompatny
seorang pria bewokan yang mengenakan jubah imam warna
kuning. Berbareng lompatan itu, pedangnya menikam
punggung Boe Kie, biarpun sebelum menyerang ia mancaci
tapi sebab gerakannya cepat luar biasa, maka serangan itu
tiada bedanya seperti bokongan.
Pada detik ujung pedang hampir menyentuh punggungnya, tanpa memutar badan, kaki kiri Boe Kie
menyambar ke belakang dan dengan gerakan yang tak
dapat dilihat orang, kakinya sudah menginjak pedang itu di
atas tanah. Dengan menggunakan seantero tenaganya, si
imam membetot pedang itu, tapi sedikitpun tidak
bergeming. Perlahan-lahan Boe Kie menengok dan ia segera
mengenali, bahwa penyerang itu bukan lain daripada See
Hoa Coe yang pernah ditemui di tengah lautan. Imam itu
yang sangat berangasan pernah mengeluarkan perkataan
kurang ajar terhadap mendiang ibunya In So So. Mengingat
itu Boe Kie berduka dan lalu bertanya, "Apakah kau See
Hoa Coe Tootiang?" See Hoa Coe tidak menyahut. Dengan muka kemerahmerahan, ia terus membetot pedangnya dengan sekuat
tenaga. Tiba-tiba sesudah menotol badan pedang dengan tumit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepatu. Boe Kie mengangkat kakinya. Sebab tidak mendug,
si imam terhuyung setindak, tapi berkat kepandaiannya
yang tinggi, dengan mengerahkan lweekang, ia segera dapat
mempertahankan diri. Tapi, baru saja menggunakan Cian
Kin Toei (ilmu memberatkan badan supaya bisa berdiri
tetap) semacam tenaga yang datang dari badan pedang
mendorongnya. Tenaga itu adalah begitu hebat, hingga
tanpa berdaya ia jatuh duduk. Hampir berbareng, terdengar
suara "tang!" dan pedang patah dan ia hanya mencekal
gagangnya saja. Bukan main malunya See Hoa Coe, Sang Soe Nio (isteri
guru) mengawasinya mencorong dengan sorot mata yang
gusar dan ia tahu bahwa ia akan mendapat hukuman.
Dengan bingung dan ketakutan, buru-buru ia berbangkit,
"anak haram!... " bentaknya.
Sebenarnya Boe Kie sudah merasa cukup, tapi begitu
mendengar cacian "anak haram" yang mencaci juga kedua
orang tuanya, darahnya lantas saja meluap. Bagaikan kilat,
ia mengibas ranting bwee dan tiga "hiat" di dada See Hoa
Coe sudah tertotok. Tapi dengan berlagak pilon ia segera
berkata kepada empat lawannya, "para cianpwee boleh
lantas mulai!" "Minggir kau!" bentak Pan Siok Ham.
"Apa belum cukup?"
"Baik," jawab See Hoa Coe, tapi badannya tak bergerak.
Pan Siok Ham jadi makin gusar, "aku suruh kau
minggir, apa kau tak dengar!" teriaknya.
"Baik" baik" soe nio" baik" jawabnya terputus-putus.
Tapi ia tetap berdiri tegak.
Tak kepalang marahnya si jago betina. Dia sungguh tak
mengerti, mengapa murid itu sungguh kurang ajar. Ia belum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu, bahwa beberapa jalan darah See Hoa Coe sudah
ditotok Boe Kie. Dengan mata mendelik, ia mendorong
keras murid yang dianggapnya bandel itu.
Badan si imam terdorong beberapa kaki, tapi badan dan
kaki tangannya tetap tidak berubah.
Sekarang barulah Pan Siok Ham berdua suami tahu
sebab musababnya. Mereka heran bercampur kagum.
Mereka tak mengerti, bagaimana Boe Kie bisa menotok
jalan darah tanpa diketahui mereka. Buru-buru Ho Thay
Ciong menotok beberapa hiat di pinggang muridnya untuk
membuka jalan darah yang tertutup. Diluar dugaan, See
Hoa Coe masih tetap tidak bisa bergerak.
Sambil menunjuk tubuh PH yang bersandar pada YS,
Boe Kie berkata, "Beberapa tahun yang lalu, nona kecil itu
sudah pernah ditutup jalan darahnya dan mereka dipaksa
untuk minum arak beracun, sedang aku sendiri tidak
berdaya untuk membuka hiat to yang tertotok. Sekarang
muridmu pun mendapat pengalaman yang sama. Kau tak
usah heran, ilmu Tiam Hiat kita berdua memang berlainan.
Melihat berubahnya paras muka para hadirin, Pan Siok
Ham merasa jengah dan untuk menutup rasa malunya,
tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia segera menikam alis
Boe Kie. Hampir berbareng, pedang Ho Thay Ciong
menyambar punggung pemuda itu, dan kedua kakek Hwa
San Pay-pun lantas mulai menyerang.
Dengan sekali melompat Boe Kie menyelamatkan diri
dari empat senjata. Ho Thay Ciong segera mengirim
tikaman ke kedua pinggang Boe Kie untuk memaksa
pemuda itu menangkis dengan ranting bwee. Sambil
mementil golok si kate dengan telunjuk kiri, Boe Kie
menotol badan pedang Ho Thay Ciong memutar senjatanya
dan memapas cabang yang kecil itu. Ia berpendapat, bahwa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biarpun lawan memiliki kepandaian tinggi, ranting itu
takkan bisa melawan tajam dan kerasnya pedang. Diluar
dugaan, Boe Kie pun memutar rantingnya dan memukul
badan pedang. Tiba-tiba Ho Thay Ciong merasa dorongan
dari semacam tenaga lembek sehingga pedangnya terpental
dan menghantam golok si jangkung.
"Aha, Ho Thay Ciong!" seru kakek itu. "Mengapa kau
membantu lawan?" Paras muka Ho Ciang Boen berubah merah, tapi ia tentu
saja tidak mau mengaku bahwa pedangnya telah dipukul
terpental oleh pemuda itu.
"Omong kosong!" bentaknya seraya menikam Boe Kie.
Pertempuran lantas berubah dengan hebatnya.
Bagaikan hujan gerimis, Ho Thay Ciong mengirim
tikaman-tikaman berantai, sedang isterinya yang bergerak di
belakang Boe Kie berusaha menutup jalan mundur pemuda
itu. Dari kedua samping kedua kakek Hwa San Pay
mencecer dengan pukulan-pukulan terhebat dari Liang Gie
To Hoat. Kedua macam ilmu silat itu yang satu "ceng" yang lain
"hoan" berasal dari pat kwa dan pulang ke pat kwa.
Dengan lain perkataan, karena sumbernya sama maka
meskipun jurus-jurusnya berlainan pada hakekatnya kedua
ilmu silat itu bersatu padu. Makin lama keempat tokoh
makin saling mengerti dan kerja sama juga jadi makin erat.
Sebelum bergebrak, Boe Kie pun tahu, bahwa keempat
lawannya tak boleh dibuat gegabah. Ia hanya tidak
menduga, bahwa kerja sama antara Hoan Liang Gie To
Hoat dan Ceng Liang Gie Kim Hoat bisa sedemikian hebat
dan berkat bantuan antara "yang" dan "Im" kerjasama itu
dikatakan tiada cacatnya. Tak ada bagian yang lemah, baik
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam serangan maupun dalam pembelaannya. Kalau
menggunakan senjata biasa, ia masih bisa mendapat
bantuan dari senjata itu. Apa mau secara temberang, ia
memilih ranting bwee dan sekarang ia menghadapi bahaya
besar. Sesudah bertempur lagi beberapa lama, si kakek kate
mendadak menyerang kaki Boe Kie dengan menggulingkan
badan di tanah. Boe Kie berkelit ke samping, ia dipaki Pan
Siok Ham, "kena!" bentak jago betina itu dan paha Boe Kie
sudah tertikam! Baru saja ia mementil senjata lawan, pedang Ho Thay
Ciong sudah menyambar dan golok kedua kakek itu
membabat kakinya. Dilain detik, Pan Siok Ham sudah
lantas saja menikam pula dengan serentak. Keadaan Boe
Kie terdesak. Dalam bahaya, mendadak ia mendapat serupa ingatan.
Laksana kilat ia melompat dan bersembunyi di belakang
See Hoa Coe. Pan Siok Ham menikam dengan tujuan
membinasakan dan bukan hanya untuk menjajal kepandaian. Ujung pedang yang menyambar dengan
disertai lweekang, hampir amblas di badan muridnya.
Untung juga ia keburu menarik pulang senjatanya, tapi See
Hoa Coe sudah berteriak dan mengeluarkan keringat
dingin. Boe Kie jengkel dan bingung. Sesudah bertempur
beberapa lama, ia masih juga belum bisa menangkap intisari
daripada kedua ilmu silat itu. Sebelum dapat menyelam
isinya, ia tak akan bisa memecahkannya. Maka itu, jalan
satu-satunya ialah berkelit kian kemari dengan menggunakan See Hoa Coe sebagai tameng. Sambil
menggunakan siasat main petak ini, pemuda itu mengeluh,
"Boe Kie! Boe Kie! Kau terlalu memandang enteng kepada
orang gagah di kolong langit. Sekarang kau menghadapi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bencana. Jika bisa keluar dengan selamat, kau harus ingat
baik-baik pelajaran yang pahit ini. Benar juga kata orang, di
luar langit masih ada langit, di atas manusia masih ada
manusia." Pan Siok Ham merasa dadanya seperti mau meledak.
Kalau tidak dihadang See Hoa Coe, beberapa kali ia bisa


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menikam pemuda itu. Kalau menuruti napsu, ia ingin
membuat putus badan si imam, tap i dengan adanya
kecintaan antara guru dan murid, ia tentu saja tidak tega
turunkan tangan jahat. "Ho Hoe jin!" teriak si jangkung. "Kalau kau tidak mau
turun tangan terhadap orangmu, biarlah aku yang turun
tangan." "Sesudahmu!" bentaknya dengan gusar.
Si jangkung lantas saja mengangkat goloknya dan
menyabet pinggang See Hoa Coe.
Boe Kie terkejut. Jika kakek itu benar-benar membunuhi
imam, maka bukan saja ia sendiri terancam kebinasaan, tapi
dalam persoalan ini juga akan timbul sengketa baru. Maka
itu, dengan menggunakan sinkang, ia mengebut dengan
tangan bajunya dan golok si jangkung terpental.
Hampir berbareng si kate membacok. Boe Kie berkelit ke
kanan, tapi ia tidak mengubah arah goloknya yang terus
menyambar ke pundak See Hoa Coe. Ia membuat
gerakannya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah tidak
keburu mengubah arah atau menarik pulang senjatanya.
Tapi di mulut ia berteriak, "See Hoa Coe Tooheng, hatihati!" Dengan berbuat begitu, si kate coba menyebar bibit
penyakit kepada Boe Kie. Ia mengerti, bahwa jika ia
membinasakan See Hoa Coe, Ia akan bermusuhan dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koen Loen Pay. Tapi dengan pura-pura tidak keburu
menarik pulang senjata, ia bisa memindahkan kedosaan ke
atas pundak Boe Kie. Boe Kie memutar badan dan mendorong dada si kate
dengan telapak tangannya. Napas kakek itu menyesak.
Buru-buru ia menyambut dengan tangan kiri, tapi goloknya
menyambar terus. Untung sungguh, sebelum golok mampir
di pundak See Hoa Coe, kedua tangan itu kebentrok dan si
kate terhuyung ke belakang, sehingga goloknya pun
membacok angin. Sesudah jiwanya ditolong dua kali, si imam merasa
sangat berterima kasih kepada Boe Kie dan berbalik
membenci kedua kakek itu. "Kalau bisa hidup terus, aku
pasti akan berhitungan dengan bangsat kate dan jangkung
itu." Katanya di dalam hati.
Dilain pihak, melihat pemuda itu melindungi muridnya.
Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham merasa girang. Mereka
bergirang sebab dalam usahanya melindungi See Hoa Coe,
Boe Kie jadi lebih sukar untuk membela diri. Mereka
sedikitpun tidak merasa berterima kasih terhadap lawan
yang sudah menolong muridnya dan mereka menyerang
makin hebat. Melihat begitu, tokoh-tokoh Siauw Lim, Boe Tong, dan
Go Bie menggeleng-gelengkan kepala dan di dalam hati
kecil, mereka merasa malu. Kalau pemuda itu binasa,
sedikit banyak mereka turut berdosa.
Kedua kakek Hwa San Pay terus menyerang dengan
hebatnya, sebentar membabat Boe Kie, sebentar membacok
See Hoa Coe. Makin lama Boe Kie makin terdesak. "Tak
apa jika aku sendiri yang binasa," pikirnya. "Tapi sangat
tidak pantas kalau aku menyeret juga imam ini." Memikir
begitu, sambil menghantam si jangkung ia mengibas ranting
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bwee dan dengan kibasan itu, ia membuka jalan darah See
Hoa Coe. Sesaat itu, si kate membabat kaki See Hoa Coe dan Boe
Kie menendang pergelangan tangannya. Dengan cepat
kakek itu menarik pulang tangannya. Mendadak si imam
yang sudah merdeka mengirim tinju yang tepat mampir di
batang hidung si kate, yang lantas saja mengucurkan darah.
Kepandaian jago Hwa San Pay itu banyak lebih tinggi
daripada si imam. Tapi sebab diserang sedari tidak didugaduga, ia tidak keburu berkelit lagi.
Kejadian yang lucu itu disambut dengan gelak tertawa.
"See Hoa Coe, mundur kau!" bentak Pan Siok Ham
sambil menahan tertawa. "Baiklah," jawabnya, "Bangsat jangkung itu masih
hutang satu tinju," tiba-tiba si kate menyapu kaki See Hoa
Coe, membacok dan menyikut. "Duk!" sikut kirinya
mampir di dada si imam. Tiga gerakan berantai itu adalah
salah satu jurus terlihai dari Hwa San Pay. Tubuh See Hoa
Coe bergoyang-goyang dan tanpa tercegah lagi, ia muntah
darah. Bagaikan kilat, Ho Thay Ciong menempelkan telapak
tangan kirinya di pinggang si murid dan dengan sekali
mendorong, tubuh yang tinggi besar itu sudah terpental
beberapa tombak jauhnya. Sungguh indah pukulan itu!
Katanya, seraya mendongak si kate dan "sret!" pedangnya
menikam Boe Kie merupakan bukti bahwa Ciang Boen Jin
Koen Loen Pay memang bukan sembarang orang.
Sesudah penghalang menyingkir, keempat jago itu
menyerang makin hebat. Dua golok dan pedang berkelabatkelebat bagaikan titiran dan Boe Kie seolah-olah dikurung
dengan sinar senjata. Dengan tenaga dalam yang sangat
kuat, ia tidak merasa lelah. Tapi serangan-serangan itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan perubahan-perubahannya yang aneh-aneh dengan
sesungguhnya terlampau hebat. Ia mengerti bahwa dalam
dua ratus atau tiga jurus lagi, ia akan binasa.
KIOE YANG SIN KANG yang dimiliki Boe Kie
didapat dari Kioe Yang Cin Kang gubahan Tat Mo Couw
Soe dari India, sedang KIAN KOEN TAY LO IE berasal
dari Iran. Kedua ilmu ini boleh dikatakan puncaknya
kepandaian manusia. Dilain pihak, kedua ilmu silat Liang
Gie itu digubah dari macam-macam ilmu Tiongkok asli
yang dicampur dengan kedudukan-kedudukan Pat Kwa dari
Boe Ong. Jika seseorang sudah melatih diri sampai pada
tingkat tertinggi dari ilmu tersebu maka ia akan banyak
lebih lihai daripada orang yang mempunyai KIAN KOEN
TAY LO IE Sin Kan. Tapi sebab Kitab Yan Keng (kitab
tentang Pat Kwa) sangat sukar dipelajari, maka keempat
jago itu baru mengenal kulitnya saja. Kalau bukan begitu,
siang-siang Boe Kie sudah binasa.
Sambil bertempur, pemuda itu terus mengasah otak.
Kalau mau dengan menggunakan ilmu pengenteng badan
dengan mudah ia bisa meloloskan diri dari kepungan.
Keempat tokoh itu tak akan mampu mengejarnya. Akan
tetapi jika ia lari, tujuannya yaitu mendamaikan
permusuhan antara enam partai dan Beng Kauw akan gagal
sama sekali. Sesudah memikirkan bolak-balik, ia mengambil keputusan untuk bertahan terus dan baru
menyerang sesudah keempat lawannya lelah. Tapi diluar
dugaan, keempat orang tua itu memiliki tenaga dalam yang
sangat kuat dan aneh sampai kapan baru menjadi letih.
Biarpun sudah berada di atas angin, di dalam hati
keempat jago itu merasa sangat tidak enak. Mereka merasa
malu pada diri sendiri. Dengan mengingat kedudukan dan
nama mereka, jangankan empat lawan satu, sedang satu
lawan satupun sudah sangat hilang muka. Lebih daripada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, sesudah bertempur tiga empat ratus jurus, mereka
belum juga bisa merobohkan Boe Kie. Untung juga,
pemuda itu sudah lebih dahulu menjatuhkan pendeta suci
Kong Seng. Sehingga kalau malu, malu beramai-ramai.
Makin lama Boe Kie makin terdesak, tapi tak gampanggampang ia bisa dilukai. Pada detik-detik yang berbahaya ia
selalu dapat menyelamatkan diri dengan berkelit atau
menangkis dengan ranting bwee yang disertai sin kang.
Dilain pihak, keempat tokoh itu mempunyai pengalaman
luas dan kenyang menghadapi lawan berat. Makin lama
bertempur, mereka makin tidak berani berlaku sembrono.
Seraya mengempos semangat, mereka mendesak setingkat
demi setingkat. Para tetua keempat partai mengikuti jalan pertandingan
dengan penuh perhatian dan saban-saban memberi
penjelasan serta petunjuk kepada murid-murid mereka yang
berdiri di sekitar lapangan.
"Lihatlah kamu semua," kata Biat Coat Suthay kepada
murid-muridnya. "Ilmu silat pemuda itu sangat luar biasa.
Tapi keempat pemimpin dari Koen Loen Pay dan Hwa San
Pay sudah menjepitnya, sehingga ia tidak bisa bergerak lagi.
Ilmu silat dari Tiong Goan tak akan bisa ditandingi oleh
segala ilmu siluman dari See Hek. Liang Gie berubah
menjadi Soe siang dan Soe siang berubah menjadi Pat Kwa.
Dalam ilmu silat itu terdapat 8 kali delapan 64 kie pian
(perubahan yang luar biasa) dan kali empat puluh empat
teng pian (perubahan yang sudah tetap) enam puluh empat
dikali dengan enam puluh empat sehingga sama sekali ada
empat ribu sembilan puluh enam perubahan. Diantara
macam-macam ilmu silat di kolong langit, ilmu silat Liang
Gie lah yang mempunyai banyak perubahan."
Sedari Boe Kie turun ke gelanggang. Cioe Coe Jiak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat berkhawatir akan keselamatannya. Karena sangat
disayang oleh sang guru, nona itu sudah diberi pelajaran
kitab Ya keng. Sekarang dengan mengggunakan kesempatan baik, ia segera berkata dengan suara nyaring.
"Soe hoe, menurut pendapat teecoe, biarpun jurus-juruanya
sangat beraneka warna, intisari dari Cong Han Siang Gie
ialah Thay Kek menjadi Im Yang Liang Gie. Yang terdiri
dair Thay Yang dan Siauw Im. Inilah yang dinamakan
Siauw Yang dan Thay Im. Inilah yang dinamakan Soe Sian.
Kalau tidak salah meskipun pukulan-pukulan keempat
cianpwee itu hebat luar biasa, tetapi yang paling lihai
adalah po hoatnya (tindakannya)." Karena ia menggunakan
bicara dengan menggunakan tenaga dalam tanpa merasa
semua orang menengok kepadanya.
Meskipun sedang bertempur mati-matian, kuping dan
mata Boe Kie tetap berwaspada terhadap keadaan di luar
gelanggang dan setiap perkataan nona Cioe didengar tegas
olehnya. "mengapa ia bicara begitu keras?" tanyanya di
dalam hati. "Apakah ia sengaja ingin memberi petunjuk
kepadaku?" "Penglihatanmu sedikitpun tak salah," kata Biat-Coat.
"Aku merasa girang, bahwa kau bisa menangkap intisari
dari ilmu silat para cianpwee."
"Ya," kata pula si nona pada diri sendiri. "Kian di
selatan, koen di utara, loodi di timur, kan di barat, cin di
timur laut, twie di tenggara, soen di barat daya, gin di barat
laut. Dari cin sampai Kian dinamakan soen (menurut) dari
soen sampai koen dinamakan gek (melawan)." Sesudah
berdiam sejenak, ia berkata lagi dengan suara lebih keras.
"Soehoe, tak salah, tepat seperti yang diajar olehmu, Ceng
Liang Gie Kiam Hoat dari Koen Loen Pay adalah Soen
yang meliputi kedudukan dari Cin sampai pada Kian. Hoan
Liang Gie To Hoat dari Hwa San Pay ialah Gek yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meliputi kedudukan dari Soen sampai papa Koen. Soehoe,
bukankah begitu?" Mendengar perkataan muridnya, Biat-coat jadi girang
sekali. Ia mengangguk beberapa kali dan berkata. "Anak,
kau tidak menyia-nyiakan capai lelahku." Nenek itu adalah
manusia yang paling jarang memuji orang. Perkataannya
itu adalah pujian tertinggi yang dapat diberikan olehnya.
Dalam girangnya, Biat-coat sedikitpun tidak memperhatikan suara Cie Jiak yang sebenarnya terlampau
nyaring. Tapi banyak orang sudah melihat keluarbiasaan
itu. Melihat banyak mata ditujukan kepadanya, Cie Jiak
lantas saja pura-pura tergirang-girang dan berkata sambil
menepuk-nepuk tangan. "Soehoe, benar, Soe-siang ciang
dari Go bie pay kita, dalam bundarnya terdapat persegi, Im
dan Yang saling bantu membantu. Yang bundar yang
berada di luar, adalah "Yang". Yang persegi, yang di
tengah-tengah, ialah "Im". Yang bundar, yang bergerak
dinamakan "Thian" (langit). Yang persegi, yang diam
(tenang), dinamakan "Tee" (bumi). Dengan demikian,
dalam ilmu silat kita itu terdapat Langit, Bumi, Im, Yang,
persegi, bundar, bergerak dan diam. Menurut pendapatku,
Soesiang ciang lebih unggul setingkat daripada Ceng hoan
Liang gie." Biat coat yang memang selalu merasa bangga akan
kelihayannya Soe siang ciang jadi makin girang, "Tak salah
apa yang dikatakan olehmu" katanya selalu bersenyum.
"Akan tetapi, kelihayan ilmu silat itu tergantung atas
kepandaian dan tenaga dalam diri orang yang menggunakannya. Diwaktu kecil, Boe Kie sering mendengar ceramah

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ceramah mengenai pelajaran kedudukan Pat-kwa, karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ya-keng adalah kitab yang terutama dipelajari oleh murid2
Boe tong dan lweekang Boe tong pay juga berdasarkan kitab
itu. Mendengar perkataan nona Cioe mengenai Soe siang
ciang, Soen dan Gok, ia terkejut. Ia segera memperhatikan
po hoat (tindakan) dan jurus2 keempat lawannya dan benar
saja, semua itu berdasarkan perubahan2 dari Soe siang Pat
kwa. Sekarang ia mengerti, mengapa Kian koen Tay lo ie
tidak bisa bergerak. Pada hakekatnya, kalau sama-sama sudah mencapai
puncak kesempurnaan, ilmu silat See hek tidak akan bisa
menandingi ilmu dari Tiong goan. Bahwa Boe Kie masih
terus bisa mempertahankan diri adalah karena ia sudah
memiliki ilmu See hek sampai pada tingkat yang tertinggi,
sedang keempat lawannya baru mengenal kulit-kulit dari
ilmu silat Tionggoan itu. (See hek Daerah barat).
Dalam sekejap ia sudah dapat memikir beberapa cara
untuk merobohkan lawannya itu. Tapi ia masih bersangsi.
"Kalau kini aku menjatuhkan mereka, Biat coat akan
mendusin dan menggusari nona Cioe," pikirnya. "Nenek
itu sangat kejam. Ia dapat melakukan perbuatan apapun
jua." Maka ia tak lantas mengubah cara bersilatnya. Tapi
sekarang, berbeda daripada tadi, ia bisa melayani dengan
tenang sambil memperhatikan jurus-jurus lawan. Makin
lama ia makin tahu seluk-beluk Ceng-hoan Liang gie.
Sementara itu, melihat keadaan Boe Kie tak berubah, Cie
Jiak jadi makin bingung. "Dalam repotnya melayani musuh, ia tentu tak bisa
lantas menangkap ilmu silat yang sangat tinggi itu,"
pikirnya. Melihat Boe Kie makin terdesak, ia jadi nekat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menghunus pedang, ia melompat masuk ke
dalam gelanggang. "Soe wie Cianpwee!" serunya. Jika
kalian tidak bisa merobohkan bocah itu, biarlah aku yang
mencoba-coba." Ho Thay Ciong jadi gusar. "Jangan rewel! Minggir kau!"
bentaknya. Alis Pan Siok Ham berdiri. "Pernah apa kau dengan
bocah itu?" tanyanya dengan suara keras. "Kau mau
melindungi dia" Koen loen pay tak boleh dibuat
permainan." Karena topengnya dilucuti, paras muka Cie Jiak lantas
saja berubah merah. "Cie Jiak balik!" bentak Biat-coat.
"Koen-loen-pay tidak boleh dibuat permainan. Apa kau
tidak mendengar?" Boe Kie merasa sangat berterima kasih. Dia merasa,
bahwa mereka terus berlagak terdesak, si nona pasti akan
mencari lain daya upaya untuk membantu dirinya. Kalau
hal itu dilihat oleh Biat-coat, Cie Jiak bisa celaka. Maka itu,
ia lantas tertawa terbahak-bahak. "Aku adalah pecundang
dari Go-bie-pay", katanya. "Aku pernah ditawan Biat-coat
Soethay, memang benar Go-bie-pay lebih unggul daripada
Koen-loen pay". Seraya berkata begitu, ia maju dan tidak ke
kiri. Kini tangan kanannya yang memegang ranting bwee
membabat ke bawah. Kesiuran angin yang dahsyat itu, lantas saja menghantam punggung si kate. Pukulan dan tindakan Boe
Kie dilakukan dengan tenaga dan waktu yang tepat,
sehingga tanpa merasa, golok si kate menyambar ke arah
Pan Siok Ham. Pemuda itu ternyata memukul dengan Kian
koen Tay-lo-ie Sin-kang dan bertindak menurut kedudukan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pat kwa. Dalam kagetnya, si jago pedang betina menangkis
dengan pedangnya. "Trang!", tangkisannya berhasil, tapi
golok si jangkung sudah menyusul.
Untuk menolong istrinya, Ho Thay Ciong melompat dan
menangkis golok si jangkung.
Boe Kie menepuk dengan telapak tangannya dan golok si
kate membacok kempungan Ho Thay Ciong. Pan Siok
Ham gusar. Dengan beruntun ia mengirim tiga serangan
berantai, sehingga si kate repot. "Hei! Jangan kena diakali si
bangsat kecil itu!" teriaknya.
Kini Ho Thay Ciong mendusin. Seraya menikam Boe
Kie. Dengan Tay-lo-ie Sin kang, pemuda itu menyambut
pedang Ho Thay Ciong yang lantas saja berubah arah dan
menyambar pundak si jangkung.
Si jangkung berteriak-teriak bahna gusarnya. Dengan
sekuat tenaga ia membacok kepala Ho Thay Ciong.
Si kate buru-buru berteriak, "Soetee, jangan kalap! Itu
semua perbuatan si bocak. Celaka!" Pada detik itu, pedang
Pan Siok Ham berkelebat di pundaknya.
Dalam sekejap kedua kakek Hwa san pay sudah terluka
enteng, digores pedang kawan sendiri. Gerakan-gerakan
kedua golok dan kedua pedang jadi kalang kabut. Bacokan,
babatan, papasan, tikaman yang ditujukan ke tubuh Boe
Kie selalu berubah arah dan menghantam kawannya
sendiri. Kini semua orang bisa lihat, bahwa itu semua perbuatan
Boe Kie. Tapi ia tak tahu, ilmu apa yang digunakan
pemuda itu. Yang tahu hanyalah Yo Siauw seorang. Tapi
iapun hampir tidak percaya, bahwa seorang manusia bisa
memiliki Kian koen Tay-lo-ie Sin-kang sampai pada taraf
yang begitu tinggi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk melawan, Pan Siok Ham memberi isyarat dengan
teriakan. "Mutar ke Boe-bong wie!..." Tapi itu semua tak
menolong sebab Kian-koen Tay-lo ie Sin-kang sudah
menguasai mereka dari delapan penjuru. Mati-matian ia
coba memberontak. Tapi semua sia-sia saja setiap gerakan
atau bacokan pasti menikam kawannya sendiri.
"Soeko, apa tak baik kau mengurangi sedikit tenagamu?"
teriak si jangkung sambil menangkis golok kakak
seperguruannya. "Aku bacok bangsat kecil itu, bukan kau?" kata si kate.
"Soeko, hati-hati!" teriak si jangkung. "Bacokan ini
mungkin akan berbalik?" Benar saja goloknya menyambar
sang kakak. Tiba-tiba dengan paras muka menyeramkan, Pan Siok
Ham melemparkan pedangnya. "Ini benar," pikir si kate
yang lantas saja turut membuang senjatanya dan kemudian
menendang Boe Kie. Mendadak pedang Ho Thay Cong
menyambar mukanya dan sebab telah tak bersenjata, buru2
ia menundukkan kepala. "Lepaskan senjata!" teriak Pan
Siok Ham. Mendengar perintah sang isteri, Ho Ciang-boen
segera melontarkan pedangnya jauh2. Sambil membuang
goloknya, si jangkung menjambret leher Boe Kie. Ia merasa
telapak tangannya menyentuh benda keras dan ia segera
mencengkeram. Sedetik kemudian ia terkesiap, sebab yang
dicengkeramnya bukan lain daripada gagang goloknya
sendiri yang dipulangkan oleh Boe Kie dengan menggunakan Kian-koen Tay-lo-ie Sin Kang.
"Aku tak mau menggunakan senjata!" teriak si jangkung
seraya melemparkan lagi goloknya. Boe Kie miringkan
badan dan menangkap pula senjata itu yang sekali lagi
dipulangkan ke tangan lawan. Kejadian itu terulang
beberapa kali. Dalam kaget dan kagumnya si jangkung
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertawa terbahak-bahak. "Bangsat bau, kau benar-benar
mempunyai ilmu siluman!" teriaknya.
Sementara itu, si kate dan suami isteri Ho sudah
menyerang dengan tangan kosong. Ilmu silat tangan kosong
dari Hwa san dan Koen loen tidak kalah hebatnya dari ilmu
silat dengan memakai senjata. Tapi pemuda itu licin
bagaikan ikan di air. Pada detik-detik berbahaya, ia selalu
bisa menyelamatkan diri, akan kemudian balas menyerang.
Sampai di situ, keempat jago mengerti bahwa mereka tak
akan bisa mendapat kemenangan.
"Bangsat bau! Awas senjata rahasia!" teriak si jangkung.
Ia mendehem dan menyembur Boe Kie dengan riaknya.
Boe Kie berkelit dan dengan menggunakan kesempatan itu,
si jangkung melontarkan goloknya. Tiba-tiba ia berteriak,
"Celaka! Maaf!" Apa yang sudah terjadi" Dengan tangan
kiri Boe Kie mengibas riak itu yang berbalik dan mampir di
dahi Pan Siok Ham. Si ratu Koen loen jadi kalap. Sekarang ia nekad. Ia
mengambil keputusan untuk mati bersama-sama Boe Kie.
Sambil mementang sepuluh jarinya dan berdiri di belakang
Boe Kie untuk mencegat jalan mundur pemuda itu. Melihat
kesempatan baik, Ho Thay Ciong juga menubruk. Ia
merasa pasti kali ini bocah bau itu tak akan bisa meloloskan
diri. Seraya bersiul nyaring, badan Boe Kie mendadak
melesat ke atas dan begitu berada di tengah udara, ia
mengerahkan Kian koen Tay lo Ie Sin kang dan mengibas
kedua tangannya dengan gesit dan cekatan. Sesudah itu ia
lantas memutar badan dan dengan gerakan yang sangat
indah tubuhnya melayang ke muka bumi dan hinggap pada
jarak kurang lebih setombak dari tempat semula.
Hasil perbuatan Boe Kie sangat menakjubkan!
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ho Thay Ciong memeluk pinggang isterinya, Pan Siok
Ham mencengkeram pundak sang suami, sedang si kate dan
si jangkung juga saling peluk erat-erat. Sesudah berkutat
sejenak, keempat jago itu sama-sama roboh.
Dilain detik suami isteri Ho mendusin dan dengan paras
muka kemerah-merahan mereka melompat bangun.
"Mampus kau!" teriak si jangkung. Celaka! " sial!...
"Lepas!" seru si kate.
Dengan malu bercampur gusar, kedua kakek itu pun
berbangkit. "Bangsat bau!" teriak si jangkung. "Ini bukan pieboe.
Kau menggunakan ilmu siluman. Kau bukan enghiong."
Si kate mengerti, bahwa pertempuran tak guna
dilangsungkan lagi. Makin lama mereka akan menderita
makin hebat. Sambil mengangkat kedua tangannya ia
berkata, "Sin kang tuan tinggi luar biasa, aku si tua belum
pernah melihat kepandaian yang semacam itu. Hwa san pay
menyerah kalah." "Maaf", jawab Boe Kie sambil membalas hormat.
"Boanpwe menang sebab kebetulan. Kalau tadi para
Cianpwee tak menaruh belas kasihan, siang-siang
Boanpwee sudah binasa di bawah golok dan pedang Cenghoan Liang gie." Dengan berkata begitu Boe Kie bicara
sejujurnya. Kalau tak dibantu Cie Jiak, ia memang bakal
celaka. Si jangkung girang. "Bagus! Kau tahu, bahwa kau
menang sebab kebetulan," katanya.
"Apakah aku boleh tahu she dan nama Jie wie Cianpwee
yang mulia?" tanya Boe Kie. "Kalau belakang hari kita
bertemu pula, boanpwee bisa memanggil dengan panggilan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang benar." Si jangkung tertawa lebar dan menjawab. "Soeko ku
ialah Wie?" "Tutup mulut!" bentak si kate. Ia menengok kepada Boe
Kie dan berkata pula. "Sebagai jenderal yang keok kami
merasa sangat malu. Tuan tak perlu tahu nama kami yang
hina dina." Sesudah berkata begitu, ia masuk ke dalam
barisan Hwa san pay. Si jangkung tertawa nyaring. "Dalam
peperangan, menang atau kalah adalah kejadian lumrah,"
katanya. "Bagiku tak menjadi soal." Ia menjemput dua
batang golok yang menggeletak di tanah dan kemudian
balik ke barisannya sendiri.
Sementara itu Boe Kie sudah menghampiri Sian Ie
Thong dan menotok jalan darahnya. "Sesudah pertempuran
selesai, aku sekarang mau mengobati kau," katanya. "Aku
menotok jalan darahmu untuk mencegah naiknya racun ke
jantung." Di detik itu, mendadak ia merasai kesiuran angin
dingin di belakangnya dan rasa perih di punggungnya. Ia
terkesiap, kakinya menotol bumi dan badannya melesat ke
atas. "Cres" cress?" disusul dengan teriakan menyayat hati.
Di tengah udara ia memutar badan dan ia mendapat
kenyataan dua batang pedang suami isteri Ho Thay Ciong
sudah amblas di dada Sian Ie Thong!
Sebagai orang yang mempunyai kedudukan dan
kepandaian tinggi dan sebagai orang yang selalu bangga
akan kepandaiannya, Ho Thay Ciong dan Pak Siok Ham
merasa penasaran, bahwa mereka telah roboh dalam
tangannya seorang pemuda yang tak dikenal dalam rimba
persilatan. maka itu, tanpa memperdulikan pantas atau
tidak pantas selagi Boe Kie membungkuk untuk menotok
jalan darah Sian Ie Thong, ia membokong dengan pukulan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dinamakn "Boe seng Boe sek" (tak ada suaranya, tak
ada warnanya). Boe seng Boe sek adalah salah satu pukulan terhebat dari


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koen loen pay. Pukulan itu harus didalami oleh dua orang
yang tenaga dalamnya kira-kira bersama. Dua tenaga yang
keluar dari pukulan itu saling bertentangan, sehingga
sebagai akibatnya, suara yang bisa terdengar dalam
menyambarnya senjata menjadi hilang. Itulah sebabnya
mengapa jurus ini dinamakan "Boe seng Boe sek."
Diluar dugaan, sesudah memiliki Kioe yang Sin kang,
panca indera Boe Kie lebih tajam dan gerakannya cepat luar
biasa. Tapi meskipun begitu, bajunya robek dan kulitnya
kena juga digores pedang. Karena suami isteri Ho tidak
keburu menarik pulang senjata mereka, maka yang menjadi
korban adalah Sian Ie Thong.
Semua orang menjadi gempar.
Sebab sudah ketelanjur, bagaikan kalap kedua pemimpin
Koen loen pay itu segera menerjang Boe Kie. Sesudah
mendapat malu besar mereka mengambil keputusan untuk
mengadu jiwa. Pedang mereka menyambar-nyambar dan
setiap serangan adalah serangan untuk binasa bersamasama musuh. Tiba2 Boe Kie mendapat serupa ingatan. Ia berjongkok
dan menjemput sedikit tanah yang sesudah dicampur
dengan keringat pada telapak tangannya, lalu dibuat
menjadi dua butir pel. Di lain saat Ho Thay Ciong dan Pan
Siok Ham menyerang dari kiri kanan. Boe Kie melompat ke
samping mayat Sian Ie Thong dan berlagak mengambil
sesuatu dari saku mayat. Kemudian ia memutar badan dan
menghantam kedua lawan itu dengan telapak tangan,
dengan menggunakan tujuh bagian tenaga. Dengan
berbareng suami-isteri Ho merasai tekanan hebat pada dada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dan napas mereka menyesak. Cepat-cepat mereka
membuka mulut untuk menyedot hawa segar. Tiba-tiba Boe
Kie mengayun kedua tangannya dan kedua pel tanah itu
masuk ke dalam tenggorokan Ho Thay Ciong dan Pan Siok
Ham. Mereka batu-batuk, tapi kedua "yo-wan" sudah
masuk ke dalam perut. Paras muka kedua suami isteri itu lantas saja berubah
pucat. Mereka melihat Boe Kie mengambil sesuatu dari
saku Sian Ie Thong. Apalagi kalau bukan racun"
Mengingat penderitaan Sian Ie Thong, bulu roma
mereka bangun semua. Pan Siok Ham sudah lantas merasa
pusing dan badannya bergoyang-goyang.
"Di dalam sakunya Sian Ie Thong selalu membawabawa ulat sutera emas yang dibungkus dengan lilin," kata
Boe Kie dengan suara tawar. "Kalian masing-masing sudah
menelan sebutir lilin, kalau Jie wie cianpwee bisa
memuntahkannya sebelum lilin melumer di dalam perut,
mungkin sekali jiwa kalian masih bisa ditolong.
Sambil mengerahkan lweekang, Ho Thay Ciong dan
isterinya segera berusaha untuk memuntahkan "yo-wan"
itu. Dengan tenaga dalamnya yang sangat kuat, beberapa
saat kemudian mereka berhasil mengeluarkan tanah itu
yang sudah tercampur dengan cair kantong nasi.
Si kakek jangkung dari Hwa san pay lantas saja
mendekati dan setelah melihat apa yang keluar dari perut,
ia tertawa dan berkata, "Aduh! Itulah tai ulat sutera emas.
Ulat itu mengeram dalam perutmu dan berak."
Kaget dan gusarnya ratu Koen loen pay sukar dilukiskan.
Dengan sekuat tenaga ia menghantam si jangkung yang
iseng mulut. Kakek nakal itu melompat balik ke barisannya
dan seraya menuding Pan Siok Ham, ia berteriak,
"Perempuan galak! Kau sudah membunuh Ciang bun jin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari partai kami dan Hwa san pay pasti tak akan menyudahi
perbuatanmu itu." Suami isteri Ho terperanjat. Meskipun berdosa besar,
Sian Ie Thong adalah seorang Ciang bun jin. Mereka
mengerti bahwa kesalahan tangan itu akan berekor panjang
dan hebat, tapi dalam menghadapi kebinasaan segera,
mereka tak sempat menghiraukan lagi bahaya di belakang
hari. Mereka tahu bahwa di dalam dunia hanyalah Boe Kie
yang bisa menolong mereka. Tapi mengingat perbuatan
mereka dahulu hari, apakah pemuda itu sudi mengangsurkan tangan"
Boe Kie tertawa tawar dan berkata dengan suara tawar
pula. "Jie wie tak usah takut, walaupun Kim-can sudah
berada dalam perut enam jam kemudian barulah racunnya
mengamuk. Sesudah membereskan urusan besar ini,
boanpwee pasti akan menolong. Boanpwee hanya berharap
Ho Hoejin jangan memaksa aku minum arak beracun."
Biarpun disindir, kedua suami isteri itu menjadi bingung.
Tapi mereka merasa malu hati untuk mengucapkan terima
kasih dan sambil menundukkan kepala, mereka lalu
kembali ke barisan sendiri.
"Cobalah Jie wie minta empat butir Giok tong Hek seng
tan dari Khong tong pay, kata Boe Kie. "Obat itu bisa
menahan naiknya racun ke jantung."
Ho Thay Ciong mengangguk dan segera memerintahkan
salah seorang muridnya minta pel itu dari pemimpin Khong
tong pay. Dalam hati Boe Kie tertawa geli. Giok tong Hek sek tan
memang obat pemunah racun, tapi obat itu mengakibatkan
sakit perut selama dua jam. Sesudah menelannya, perut
suami isteri Ho sakit bukan main. Mereka makin ketakutan
dan menduga racun sudah mulai mengamuk. Mereka tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah mimpi bahwa mereka dikelabui oleh pemuda itu.
Sementara itu Biat coat Soethay berkata kepada Song
Wan Kiauw. "Song Thay hiap, antara enam partai hanya
ketinggalan dua partaimu dan partai kami. Partai kami
kebanyakan terdiri dari kaum wanita. Maka itu Song
Tayhiap lah yang harus bertindak."
"Siauw too sudah dikalahkan oleh In Kouwcoe," jawab
Wan Kiauw. "Kiam-hoat Soethay tinggi luar biasa dan
Soethay pasti bisa menakluki bocah itu."
Biat-coat tersenyum tawar dan seraya menghunus Ie
thian kiam, ia bertindak masuk ke dalam gelanggang.
Se-konyong2 Jie hiap Jie Lian Cioe keluar dari barisan
Boe tong pay. Sedari tadi dengan rasa kagum dan heran ia
memperhatikan ilmu silat Boe Kie. "Walaupun lihay belum
tentu Biat-coat Soethay bisa melawan empat jago dari Hwa
san dan Koen-loen," pikirnya. "Kalau ia kalah Boe tong
pay jua kalah, maka usaha enam partai akan gagal sama
sekali. Biarlah aku yang menjadi lebih dulu." Memikir
begitu ia segera menyusul Biat-coat dan berkata. "Soethay,
biarlah kami berlima saudara yang lebih dulu mengadu
ilmu dengan pemuda itu. Paling belakang barulah Soethay
maju dan aku merasa pasti Soethay akan memperoleh
kemenangan." Maksud Jie Lian Cioe cukup terang. Boe tong pay
dikenal sebagai partai yang mengutamakan latihan
lweekang. Kalau ilmu pendekar Boe tong dengan bergiliran
melayani pemuda itu, maka andai kata mereka tak
mendapat kemenangan, pemuda itu pasti akan lelah sekali.
Sesudah dia lelah, Biat coat maju untuk merobohkannya.
Si nenek mengerti maksud Jie Lian Cioe. Ia mendongkol
dan berkata dalam hati. "Siapa sudi menerima budi Boe
tong pay" Dengan cara begitu biarpun menang, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemenangan itu bukanlah kemenangan gemilang!" Ia
sombong memandang rendah kepada semua manusia.
Meskipun sudah menyaksikan kelihayan Boe Kie, di dalam
hati ia merasa bahwa jago dari lain-lain partai adalah
manusia-manusia tolol. Ia tak percaya bahwa ia tak bisa
merobohkan pemuda itu. Maka itu seraya mengibaskan tangan jubah ia berkata,
"Jie Jie hiap balik saja! Sesudah dihunus, Ie thian kiam tak
bisa dimasukkan lagi ke dalam sarungnya sebelum
bertempur." "Baiklah," kata Jie Lian Cioe yang segera kembali ke
barisannya. Sambil melintangkan pedang mustika di dadanya, Biat
coat menghampiri Boe Kie. Ie thian kiam dibenci dan
ditakuti Beng kauw. Anggota Beng kauw yang binasa
karena pedang itu sukar dihitung jumlahnya. Sekarang,
melihat si nenek maju dengan pedang terhunus, mereka
semua berkuatir tercampur gusar dan beramai-ramai
mereka mencaci Biat coat.
Si nenek tertawa dingin, "Jangan rewel kalian!"
bentaknya. "Kalian tunggulah! Sesudah membereskan
bocah itu, aku akan segera membereskan kalian semua."
In Thian Ceng tahu Ie thian kiam sukar dilawan. "Can
Siauw hiap, senjata apa yang ingin digunakan olehmu?"
tanyanya. "Aku tak punya senjata," jawabnya. "Bagaimana pikiran
Loo ya coe?" Di dalam hati ia memang merasa jeri
terhadap pedang mustika itu.
Perlahan-lahan sang kakek menghunus pedang yang
tergantung di pinggangnya. "Terimalah Pek hong kiam ini,"
katanya. "Meskipun tidak bisa menandingi Ie thian kiam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari bangsat perempuan itu, pedang ini senjata yang jarang
terdapat dalam dunia Kangouw." Seraya berkata begitu, ia
menyentil badan pedang yang lantas saja membengkok
karena lemas seperti ikat pinggang. Satu suara "uunng !"
yang nyaring bersih lantas saja terdengar dan badan pedang
pulih kembali seperti sedia kala. (Pek hong kiam " Pedang
bianglala putih). Dengan sikap menghormat Boe Kie menyambuti pedang
itu. "Terima kasih," katanya sambil membungkuk.
"Pedang itu sudah mengikuti aku selama puluhan tahun
dan sudah membunuh banyak sekali manusia rendah," kata
In Thian Ceng. "Kalau hari ini dia bisa membunuh bangsat
perempuan itu, biarpun mati loohoe merasa puas."
"Boanpwee akan perbuat apa yang boanpwee bisa," kata
Boe Kie. Sambil menundukkan ujung pedang ke muka bumi dan
memegan gagang pedang Pek hong kiam dengan kedua
tangan, pemuda itu berkata kepada Biat coat. "Kiam hoat
boanpwee sudah pasti bukan tandingan Soethay dan
sebenar-benarnya boanpwee tidak berani melawan Cianpwee. Cianpwee pernah menaruh belas kasihan kepada
para anggota Swie kim kie, mengapa sekarang Cianpwee
tidak bisa menaruh belas kasihan kepada boanpwee?"
Alis si nenek lantas saja turun. "Kawanan setan Swie
kim kie ditolong olehmu," katanya dengan suara
menyeramkan. "Biat coat Soethay belum pernah mengampuni orang. Sesudah menang baru kau boleh
membuka bacot." Para anggota Lima Bendera Beng kauw, yang sangat
membenci nenek itu, lantas saja berteriak-teriak.
"Bangsat tua! Kalau kau benar-benar jagoan coba kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanding dengan tangan kosong melawan Can Siauwhiap." "Kiam hoatmu cetek sekali. Yang diandalkan olehmu
hanyalah pedang Ie thian kiam."
"Apa kau rasa kau bisa menang?"
Dan sebagainya. Biat coat tidak memperdulikan cacian dan ejekan itu.
"Hayo mulai!" katanya dengan nyaring.
Boe Kie sebenarnya belum pernah belajar ilmu pedang.
Mendengar undangan si nenek ia bersangsi. Tiba-tiba ia
ingat Liang gie Kiam-hoat dari Ho Thay Ciong yang lihay
dan indah. Ia segera mengangkat pedang dan membabat.
"Siauw Pek Toan in dari Hwa san pay!" seru Biat coat
dengan heran (Siauw pek Toan in " memapas tembok
memotong awan). Bagaikan kilat si nenek menikam dari samping. Dalam
gebrakan pertama itu, tanpa menangkis serangan, ia balas
menyerang. Dengan lweekang yang hebat, ujung Ie thian
kiam menyambar pusar pemuda itu.
Boe Kie berkelit ke samping, tapi sebelum ia berdiri tegak
pedang Biat coat sudah meluncur di tenggorokannya. Boe
Kie terkesiap. Dengan bingung ia menggulingkan diri di
tanah. Tapi sebelum ia melompat bangun, angin dingin
sudah menyambar-nyambar di lehernya. "Celaka!" ia
mengeluh, ujung kakinya menotol tanah dan badannya
melesat ke atas. Ia berhasil menyelamatkan jiwa dari satu
kedudukan yang hampir tidak mungkin dilakukan oleh


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang manusia. Baru saja hadirin mau bersorak, si nenek
sudah melompat dan pedangnya diangkat untuk memapaki
tubuh pemuda itu. Detik itu tubuh Boe Kie sedang melayang turun ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawah. Karena berada di tengah udara, ia tidak bisa berkelit
lagi. Ie thian kiam menyambar! Hati Boe Kie mencelos.
Satu diantara dua: kalau bukan kedua kakinya, badannya
akan terbabat kutung! Pada saat yang sangat berbahaya, Kian koen Tay lo ie
memberi reaksi yang wajar. Tanpa memikir lagi, ia
menyentuh ujung Ie thian kiam dengan ujung Pek hong
kiam. "Trang!" Pek hong kiam melengkung dan membal.
Dan dengan menggunakan tenaga membal itu, badan Boe
Kie sekali lagi melesat ke atas!
Biat coat benar-benar tidak mengenal kasihan. Ia
melompat dan membabat tiga kali beruntun. Badan Boe Kie
sudah melayang ke bawah. Ia tidak bisa berbuat lain
daripada menangkis "Trang." Pek-hong kiam kutung dua!
Dengan hati mencelos ia menepuk ubun-ubun (embunembunan) segera membabat pergelangan tangannya. Sebab
babatan itu cepat luar biasa, ia tidak keburu menarik pulang
tangannya. Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa
menolong diri dengan satu jalan. Dengan kecepatan yang
hampir tiada taranya, ia menyentil badan Ie thian kiam dan
berbareng dengan meminjam tenaga sentilan itu, tubuhnya
terbang ke tempat yang lebih selamat.
Lengan Biat coat kesemutan, telapak tangannya seperti
juga terbeset dan Ie thian kiam hampir terlepas dari
tangannya! Ia terkesiap. Ia menengok dan Boe Kie dengan
tangan mencekal peang buntung, berarti dalam jarak dua
tombak lebih. Itulah gebrakan-gebrakan yang sungguh jarang terlihat
dalam Rimba Persilatan! Dalam sekejap mata itu, Biat coat menyerang delapan
kali setiap jurus, jurus membinasakan. Delapan kali Boe
Kie memunahkan serangan itu, delapan kali ia melolos dari
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lubang jarum. Baik serangan, maupun pembelaan diri,
sama-sama mencapai puncak kehebatan, puncak keindahan. Semua orang menahan napas. Mereka hampir
tak percaya, bahwa apa yang dilihat mereka adalah suatu
kenyataan. Sesudah lewat sekian lama barulah terdengar sorak sorai
gegap gempita. Bagaikan patung Boe Kie berdiri tersu sambil memegang
pedang buntung. Ia merasa sudah jatuh di bawah angin. Ia
tak tahu, bahwa Ie thian kiam disentil, lengan si nenek
kesemutan dan kalau ia menyerang terus, ia sudah
mendapat kemenangan. Memang Boe Kie kurang pengalaman. Walaupun beradat tinggi, Biat coat sekarang mengakui
kelihayan pemuda itu. "Tukar senjatamu dan mari kita
bertempur lagi," katanya.
Dengan rasa menyesal Boe Kie mengawasi pedang
buntung itu. Di dalam hati ia berkata, "Gwakong
menghadiahkan pedang mustika ini kepadaku dan aku
sudah merusakkannya. Sungguh tak enak" senjata apalagi
yang bisa melawan Ie thian kiam?"
Selagi bersangsi, tiba-tiba Cioe-Tian berteriak. "Aku
punya sebuah golok mustika. Kau ambillah!"
"Ie thian kiam terlalu hebat, sahut Boe Kie. "Boanpwee
kuatir senjata Cianpwee akan menjadi rusak."
"Biar dirusak", kata Cioe-Tian. "Kalau kau kalah, kami
semua mati. Perlu apa golok mustika itu?"
Boe Kie anggap perkataanitu memang tak salah, maka
tanpa berkata apa-apa lagi ia menghampiri Cioe Tian untuk
mengambil goloknya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thio Kongcoe, kau harus menyerang, tak boleh hanya
membela diri," bisik Yo Siauw ketika Boe Kie lewat di
depannya. Mendengar panggilan "Thio Kongcoe" Boe Kie kaget,
tapi ia segera mengetahui mengapa Yo Siauw menggunakan istilah itu. Yo Poet Hwie sudah mengenali
dirinya dan memberitahukan kepada ayahandanya. Terima
kasih atas petunjuk Cianpwee," jawabnya.
Waktu lewat di samping Wie It Siauw, Ceng ek Hok ong
juga berbisik, "Gunakanlah ilmu peringan badan terus
menerus." Boe Kie girang. "Terima kasih" jawabnya.
Kong beng Soe cia Yo Siauw adalah ahli-ahli silat kelas
utama dan mereka belum tentu kalah dari Biat coat
Soethay. Hanya sayang, sebelum bertempur mereka
dibokong Goan tin sehingga badan mereka menajdi
lumpuh. Tapi kecerdasan otak dan ketajaman mata mereka
tidak pernah sama sekali berubah dan bisik-bisikan itu
memang siasat tepat untuk menghadapi Biat coat.
Berat golok mustika itu yang sudah dipegang Boe Kie
kira-kira empat puluh kati. Warnanya hitam, bentuknya
aneh dan tidak usah dikatakan lagi, senjata itu barang
pusaka yang sudah berusia tua sekali. Di dalam hati ia
masih merasa menyesal, bahwa pedang kakeknya sudah
rusak dalam tangannya. Tapi pedang itu sudah dihadiahkan
kepadanya. Golok ini masih menjadi milik Cioe Tian yang
meminjamkannya. "Golok mustika ini tidak boleh dirusak,"
pikirnya. Ia maju mendekati lawan dan sesudah menarik napas
dalam-dalam, ia berkata. "Soethay, boanpwee mulai!"
Bagaikan asap, badannya melayang ke belakang Biat coat
dan mengirim bacokan pertama. Sebelum si nenek itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutar badan, ia sudah melompat ke samping dan
mengirim bacokan kedua. Badannya lantas berkelebatkelebat, goloknya menyambar-nyambar tak henti-hentinya.
Yang sekarang digunakan Boe Kie adalah ilmu ringan
badan tercepat yang pernah dikenal dalam Rimba
Persilatan. Ilmu ringan badan itu adalah hasil dari
pengerahan Kioen yan Sin kang dan Kian koen Tay lo ie
Sin kang. Ilmu ringan badan Ceng ek masih kalah jauh.
Sesudah lari beberapa puluh putaran, Kioe yang Sin kang
mengamuk makin hebat dalam tubuhnya dan ia sekarang
seolah-olah terbang di atas bumi.
Melihat begitu, murid2 Go bie pay jadi bingung. Mereka
tahu guru mereka bakal kalah.
Sekonyong-konyong Teng Bin Koen berteriak. "Hari ini
tujuan kita adalah membasmi Mo kauw. Kita datang bukan
untuk pie bu. Saudara-saudara, mari kita gempur bocah
itu!" Ia menghunus senjata dan melompat ke dalam
gelanggang. Seluruh murid Go bie lantas saja mengikuti
dan segera mengambil kedudukan di delapan penjuru. Cioe
Cie Jiak berdiri di sudut barat daya. "Cioe soe moay, kau
turut serta atau tidak terserah kepadamu," ejek perempuan
she Teng itu. Cie Jiak gusar bercampur malu. "Perlu apa kau berkata
begitu?" tanyanya. Mendadak Boe Kie melompat ke hadapan Teng Bin
Koen yang segera menikam. Dengan sekali menggerakkan
tangan kirinya pemuda itu sudah merampas pedang lawan
yang lalu ditimpukkan kepada Biat coat. Si nenek
membabat dan memutuskan pedang itu, tapi tangannya
kesemutan sebab Boe Kie menimpuk dengan lweekang
yang hebat. Pemuda itu bekerja cepat. Badannya berkelebat-kelebat,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya menyambar-nyambar merampas pedang-pedang
para murid Go bie yang dengan beruntun-runtun
ditimpukkan kepada Biat coat. Murid-murid Go bie ratarata berkepandaian tinggi, tapi berhadapan dengan Boe Kie,
mereka tidak berdaya. Puluhan pedang terbang menyambar Biat coat bagaikan
hujan gerimis. Dengan paras muka pucat pasi si nenek
memutar Ie thian kiam dan memutuskan pedang2 itu. Tak
lama kemudian sebab pegal lengan kanannya tak bisa
digunakan lagi dan ia lalu memutar senjata dengan tangan
kiri. Semua barisan mundur ke belakang karena potongan2
pedang menyambar kian kemari.
Tak lama kemudian, semua murid Go bie kecuali Cioe
Cie Jiak seorang sudah bertangan kosong.
Boe Kie ingin membalas budi si nona, tapi dengan
demikian perbedaan itu jadi sangat menyolok. Cie Jiak tahu
hal ini bakal berekor. Ia melompat untuk menyerang, tapi
pemuda itu selalu menyingkirkan diri.
"Cioe soemoay, benar saja ia memperlakukan kau secara
istimewa sekali" ejek Teng Bin Koen.
Paras muka nona Cioe lantas saja berubah merah.
Dengan jengah ia berdiri terpaku.
"Cioe soemoay, Soehoe sedang diserang musuh,
mengapa kau berdiri seperti patung?" kata pula perempuan
she Teng itu. "Mungkin sekali di dalam hati kau mengharap
bocah itu mendapat kemenangan."
Biarpun sedang kebingungan, setiap perbuatan Teng Bin
Koen didengar tegas oleh si nenek. Tiba-tiba dalam otaknya
berkelebat satu ingatan, "Cie Jiak!" bentaknya. "Apa benar
kau mau menghina guru?" Seraya membentak, ia menikam
dada si nona! http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati nona Cioe mencelos. Tentu saja ia tidak berani
menangkis. "Soehoe!..." teriaknya. Ia tidak dapat
meneruskan perkataannya sebab hampir menyentuh dada!
Boe Kie tak tahu, dalam tikaman itu Biat Coat hanya
mau menjajah. Pada detik terakhir, si nenek menarik pulang
senjatanya. Karena tak bisa menebak jalan pikiran orang
yang juga sebab sudah menyaksikan kekejaman Biat coat
terhadap Kie Siauw Hoe, tanpa memikir panjang lagi ia
melompat, memeluk pinggang Cie Jiak dan melompat ke
tempat yang lebih selamat.
Kedudukan Biat coat segera berubah dari pihak yang
diserang, ia sekarang bisa menyerang. Ia segera menikam
punggung Boe Kie. Sebab lagi menolong orang, gerakan
Boe Kie agak terlambat dan terpaksa ia menangkis dengan
goloknya. "Tang!" golok mustika itu putus. Biat coat
mengudak dan menikam pula. Boe Kie menimpuk dengan
golok buntung, kali ini dengan menggunakan seantero
lweekang. Hampir berbareng dada si nenek menyesak
karena tekanan angin timpukan. Ia tidak berani menyambut
dengan pedangnya dan secepat kilat ia membanting diri di
tanah. Tapi biarpun begitu, ratusan lembar rambutnya
terpapas putus! Melihat kesempatan baik, tanpa melepaskan Cie Jiak,
Boe Kie melompat dan menghantam dengan telapak
tangannya. Karena darahnya meluap, ia menghantam
dengan sepenuh tenaga. Sambil berlutut Biat coat coba
membabat pergelangan tangan Boe Kie. Pemuda itu segera
mengubah gerakan tangannya, dari menepuk
jadi mencengkeram dan" tahu tahu tangannya sudah mencekal
Ie thian kiam! Cengkeraman itu yang dilakukan dengan Sin kang Kian
koen Tay lo ie tingkat ketujuh, tak dapat dilawan oleh Biat
coat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun sudah menang, Boe Kie tidak berani berlaku
sembrono. Seraya menudingkan ujung Ie thian kiam ke
tenggorokan si nenek, perlahan2 ia mundur dua tindak.
"Lepaskan aku!" teriak Cie Jiak sambil memberontak.
"Ah"! Ya"!" katanya. Dengan paras muka merah, ia
melepaskan nona Cioe. Ia mengendus bebauan wangi yang
sangat halus dan waktu melepaskan, beberapa lembar
rambut si nona menyentuh pipinya. Tanpa terasa ia melirik.
Muka Cie Jiak bersemu dadu. Meskipun parasnya
mengunjukkan perasaan takut, sinar matanya memperlihatkan rasa bahagia.
Perlahan-lahan Biat coat berbangkit. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia mengawasi Boe Kie.
Mukanya sangat menyeramkan.
Seraya mengangsurkan gagang pedang, Boe Kie berkata,
"Cioe Kauw-nio, tolong serahkan pedang ini kepada
gurumu." Cie Jiak berdiri bengong. Macam2 pikiran berkelabat
dalam otaknya. Sesudah terjadi apa yang sudah terjadi, ia
merasa pasti dirinya akan dipandang sebagai pengkhianat


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

partai, seorang yang menghina guru sendiri. Apakah ia
benar-benar harus berkhianat kepada gurunya sendiri" Boe
Kie memperlakukannya secara baik sekali. Tapi, biar
bagaimanapun juga, ia seorang anggota Mo kauw, anggota
dari agama "siluman".
Sekonyong-konyong kupingnya mendengar bentakan
gurunya, "Cie Jiak, bunuh dia!"
Tahun itu, sesudah mengajak Cie Jiak pulang ke Boe
tong san, Thio Sam Hong lalu menyerahkan muridnya,
yaitu Cie Jiak kepada Biat coat Soethay sebab di dalam kuil
Siauw Lim Sie tak pernah bernaung murid wanita. Nona
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cioe berbakat baik. Dengan mengingat dirinya seorang
yatim piatu, ia belajar giat-giat dan kemajuannya pesat
sekali. Biat coat sangat menyayangnya dan selama delapan
tahun, belum pernah ia berpisahan dengan gurunya itu. Di
mata Cie Jiak, Biat coat bagaikan seorang ratu.
Perkataannya merupakan undang-undang yang tak pernah
dibantah. Kini mendengar bentakan sang guru yang angker dan
berpengaruh, tanpa merasa dalam bingungnya ia mengangkat Ie thian kiam dan menikan dada Boe Kie.
Karena tak menduga bakal diserang, pemuda itu tidak
berwaspada. Tiba-tiba pedang menyambar. Ia terkesiap tapi
sudah tidak keburu menangkis atau berkelit lagi. Untung
juga waktu menikam tangan Cie Jiak bergemetaran,
sehingga ujung pedang mencong ke samping dan amblas di
dada sebelah kanan. Dengan berteriak, si nona menarik pulang Ie thian kiam.
Pedang berlepotan darah dan darah mengucur dari dada
Boe Kie. Hal itu mengejutkan semua orang. Keadaan
berobah kalut, di empat penjuru terdengar teriakan.
Boe Kie mendekap dada dengan tangannya. Tubuhnya
bergoyang-goyang sedaun paras mukanya mengunjuk
perasaan gegetun, menyesal dan heran seakan ia mau
bertanya. "Apa sungguh-sungguh kau mau mengambil
jiwaku?" Cie Jiak sendiri mengawasi hasil perbuatannya dengan
mata membelalak dan mulut ternganga. Dengan suara
parau ia berkata, "Aku" " Di dalam hati ia ingin
menubruk Boe Kie, tapi ia tidak berani. Sesaat kemudian,
sambil menutup muka dengan kedua tangannya, ia
memutar badan dan lari balik ke barisannya.
Peristiwa itu tak pernah diduga oleh siapapun jua.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan paras muka pucat pasi, Siauw Ciauw memapah
Boe Kie. "Thio Kongcoe" kau?" katanya terputus-putus.
Luka pemuda itu amat berat, tapi untung, sebab moncong
ujung pedang tidak melanggar jantung.
Dengan mengawasi Siauw Ciauw, Boe Kie berkata,
"Mengapa kau menikam aku." Ia tidak bisa meneruskan
perkataannya, napasnya tersengal sengal dan seraya
membungkuk ia batuk-batuk. Matanya berkunang-kunang,
kepalanya pusing, sehingga ia tak dapat membedakan
Siauw Ciauw dari Cie Jiak. Darah mengucur terus dan
pakaian si nona turut basah.
Sesaat kemudian, sesudah teriakan mereda, lapangan
yang penuh manusia itu berubah sunyi senyap. Tak
seorangpun baik anggota 6 partai, maupun anggota Beng
kauw atau Peh bie kauw mengeluarkan sepatah katapun.
Apa yang tadi dilakukan oleh pemuda itu kelihayannya
dalam menjatuhkan sejumlah tokoh ternama dan cara
caranya yang mengunjuk perasaan kemanusiaan sudah
membangkitkan rasa kagum dan hormat dalam hatinya
semua orang. Maka itu, baik kawan maupun lawan berduka
atas kejadian itu. Di dalam hati, mereka mengharapkan
keselamatannya. Dengan dipeluk Siauw Ciauw, perlahan-lahan Boe Kie
duduk di tanah. "Siapa yang punya obat luka yang paling
manjur?" seru si nona.
Kong seng segera mendekati dan mengeluarkan
sebungkus obat bubuk dari sakunya. "Giok leng san kami
sangat mutajab," katanya seraya membuka baju Boe Kie.
Luka itu beberapa dim dalamnya. Ia segera memborehi
bubuk obat di lubang luka, tapi sebab darah mengucur, obat
itu tidak bisa menempel dan turun ke bawah tersiram darah.
Kong seng jadi bingung. "Hai! Bagaimana baiknya"...
bagaimana baiknya?" katanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang paling bingung adalah suami isteri Ho Thay Ciong.
Mereka menganggap bahwa mereka telah menelan ulat
sutera emas. Kalau pemuda itu mati, jiwanya pun takkan
tertolong. Dengan hati berdebar-debar Ho Ciong boen
berjongkok di samping Boe Kie dan bertanya, "Bagaimana
mengobati orang kena Kiam cam Kouw tok bagaimana"
Hayo, lekas terangkan!"
"Pergi!" bentak Siauw Ciauw sambil menangis. "Kalau
Thio Kongcoe mati, kita mampus bersama-sama!"
Di waktu biasa, mana mau Ho Thay Ciong dibentakbentak oleh seorang wanita macam Siauw Ciauw. Tapi
keadaan kini bukan keadaan biasa. Tanpa memperdulikan
si nona, ia bertanya lagi. "Bagaimana mengobati Kiam cam
Kouw tok" Hayo! Bagaimana?"
Kong seng meluap darahnya, "Thie-khim Sian seng!"
bentaknya, "Jika kau tak minggir, loolap takkan berlaku
sungkan2 lagi terhadapmu."
Tiba-tiba Boe Kie membuka matanya dan mengawasi
semua orang yang berdiri di sekitarnya. Kemudian, ia
mengangkat tangan kirinya dan menotok tujuh delapan
"hiat" di seputar luka. "Sesaat kemudian, mengalirnya
darah jadi terlebih perlahan, Kong-seng girang. Buru-buru
pendeta suci itu memborehi Giok leng san di dada yang
terluka. Siauw Ciauw segera merobek tangan bajunya yang
lalu digunakan untuk membalut luka. Muka Boe Kie pucat
seperti kertas. Ia terlalu banyak mengeluarkan darah.
Per-lahan2 otak Boe Kie menjadi terang lagi. Ia segera
mengerahkan tenaga dalam dan lantas saja merasa bahwa
hawa tak bisa jalan di dada sebelah kanan. Dalam keadaan
setengah mati, tekadnya tetap tak berubah. "Sebegitu lama
masih bernapas, aku takkan mengizinkan enam partai
membasmi semua anggota Beng-kauw," katanya di dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati. Sambil meramkan kedua matanya, mengerahkan Cinkhie yang lalu dialirkan beberapa kali di seputar dada
bagian kiri. Sesudah itu, perlahan-lahan ia berbangkit dan berdiri.
Dengan matanya, ia menyapu seluruh lapangan dan berkata
dengan suara perlahan. "Kalau dalam Go bie dan Boe tong
pay masih ada orang yang tidak setuju dengan
permintaanku, ia boleh segera keluar untuk bertanding."
Perkataan itu disambut dengan rasa heran juga kagum
yang sukar dilukiskan. Semua orang lihat, bahwa pemuda
itu terluka berat. Tapi, baru saja darahnya berhenti
mengalir, ia sudah bisa berdiri dan menantang pula. Apa ia
manusia" Manusia biasa tak akan bisa berbuat begitu.
"Go bie pay sudah kalah," kata Biat coat dengan suara
dingin. "Jika kau tidak mati, di belakang hari kita bisa
perhitungkan lagi. Kini hanya ketinggalan Boe tong pay.
Kalah menang harus diputuskan oleh Boe tong pay."
Maksud Biat coat Soethay dimengerti oleh tokoh-tokoh
semua partai. Dalam usaha untuk mengepung Kong beng teng, jago2
Siauw lim, Khong tong, Koen loen, Hwa san dan Go bie
sudah dirobohkan Boe Kie. Hanya Boe tong pay yang
belum bergebrak dengan pemuda itu.
Tapi sekarang Boe Kie terluka berat. Jangankan
pendekar Boe tong, sedang seorang biasapun sudah cukup
untuk menjatuhkannya. Mungkin sekali, tanpa bertempur,
Boe Kie akan mati sendiri. Setiap pendekar Boe tong bisa
segera membinasakannya dan sesudah ia binasa, keenam
partai bisa mewujudkan keputusan untuk membunuh
semua anggota Beng kauw. Tapi Boe tong pay sangat mengutamakan "Hiap sie".
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyerang seorang yang terluka berat memang bukan
perbuatan bagus, sehingga mungkin sekali kelima pendekar
Boe tong merasa keberatan untuk turun tangan. Tapi kalau
Boe tong pay berpeluk tangan, apakah keenam partai harus
pulang dengan tangan hampa, dengan
kegagalan" Membasmi Beng kauw adalah usaha besar yang sudah
menggetarkan seluruh Rimba Persilatan. Kalau mereka
gagal, apakah mereka masih ada muka untuk tampil lagi
dalam kalangan Kang ouw" Serba susah maju salah,
mundur salah. (Hiap gie " kesatriaan)
Maksud perkataan Biat coat ialah dipertahankan atau
tidaknya kehormatan keenam partai terserah atas keputusan
Boe tong pay. Jalan mana yang akan ditempuh partai itu"
Song Wan Kiauw, Jie Lian Cioe, Thio Siong Kie, In Lie
Heng dan Boh Seng Kok saling mengawasi. Mereka tak bisa
segera mengambil keputusan. Tiba-tiba Song Ceng Soe,
putera Song Wan Kiauw, berkata, "Thia-thia, Soe wie Sioksiok, biarlah anak saja yang membereskan dia."
"Tak bisa," kata Jie Lian Cioe. "Kau turun tangan tiada
bedanya dengan kami yang turun tangan."
"Menurut pendapat Siauw tee, kepentingan umum
adalah lebih penting daripada kepentingan pribadi dari pada
soal nama kita," kata Thio Siong Kee.
"Nama adalah sesuatu yang berada di luar badan
manusia," Boh Seng Kok menjawab. "Biar bagaimanapun
jua siauw tee merasa berat untuk mencelakai seorang
manusia yang sudah terluka berat."
Keempat pendekar mengawasi Song Wan Kiauw.
Sebagai kakak seperguruan yang paling tua, ialah yang
harus mengambil keputusan terakhir.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song Tay hiap melirik In Lie Heng. Adiknya itu tak
mengeluarkan sepatah kata, tapi mukanya mengunjukkan
sinar kegusaran. Ia mengerti, bahwa si adik ingat nasib
tunangannya, Kie Siauw Hoe yang telah dinodai Yo Siauw
dan akhirnya binasa karena gara-gara perbuatan Kong ben
Soe cia itu. Ia tahu bahwa si adik menaruh dendam yang
sangat mendalam. Jika sakit hati itu tidak terbalas, jika
Beng kauw tidak dimusnahkan rasa penasaran In Lie Heng
takkan hilang. Maka itu, ia lantas saja berkata dengan suara
perlahan. "Mo kauw kedosaannya. Memerangi yang jahat
adalah kewajiban orang-orang sebangsa kita. Dalam dunia
ini tiada yang sempurna. Orang tak bisa mendapat
semuanya. Kita harus memilih yang paling penting, Ceng
Soe, dan berarti hati-hatilah."
"Baiklah!" kata si anak seraya membungkuk dan lalu
menghampiri Boe Kie. "Can Siauwhiap," katanya dengan
suara nyaring, "jika kau bukan anggota Beng kauw, kau
boleh segera turun gunung dan mengobati lukamu. Usaha
enam partai untuk menumpas kejahatan tiada sangkut
pautnya denganmu." Dengan satu tangan memegang dada, Boe Kie
menjawab, "Dalam usaha menolong sesama manusia,
sebegitu lama ia masih bernyawa, seorang lelaki harus
berjuang terus. Terima kasih atas maksud Song-heng yang
sangat baik. Tapi aku sudah mengambil keputusan untuk
hidup atau mati bersama-sama Beng kauw!"
Para anggota Beng kauw dan Peh bie kauw merasa
sangat terharu. Banyak di antaranya berteriak-teriak,
mencegah Boe Kie berkelahi terus. Dengan tindakan
limbung In Thian Ceng maju mendekati. "Orang she Song,
" katanya, "biarlah loohoe yang meladeni kau." Tapi ba ru
ia mengerahkan lweekang, kedua lututnya lemas dan ia
kembali roboh di tanah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng Soe mengawasi Boe Kie. "Canheng, kalau begitu
demi kepentingan umum, aku terpaksa berbuat kedosaan
terhadapmu," katanya.
Siauw Ciauw melompat dan menghadang di depan Boe
Kie. "Lebih dahulu kau harus membunuh aku!" teriaknya.
"Siauw Ciauw, kau tak usah kuatir," kata Boe Kie
dengan suara perlahan. "Kepandaian pemuda itu biasa saja.
Untuk melayani dia tenagaku masih lebih daripada cukup."
"Thio Kongcoe, tapi kau" kau terluka berat!" kata si
nona. Boe Kie tersenyum. "Tak usah takut," katanya.
Mendengar perkataan itu, Ceng Soe naik darah.
"Bagus!" bentaknya, "Kepandaianku memang biasa saja.
Aku minta pelajaran darimu yang mempunyai tenaga lebih
daripada cukup." "Siauw Ciauw, mengapa kau begitu baik terhadapku?"
tanya Boe Kie dengan suara terharu.
Si nona tahu, bahwa ia tak dapat berbuat apa-apa lagi
untuk mencegah pertempuran.
"Aku tak bisa hidup sendirian," katanya dengan suara
duka dan putus harapan. Dengan sorot mata menyinta, Boe Kie mengawasi nona
itu. Dalam menghadapi kebinasaan, ia dapat terhibur
karena ia tahu, bahwa di dalam dunia sedikitnya ada
seorang yang menyintanya setulus hati.
"Minggir kau!" bentak Ceng Soe dengan mata melotot.
"Mengapa kau begitu kasar terhadap seorang wanita?"
tanya Boe Kie.

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Ceng Soe tidak meladeni teguran itu. Ia bahkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendorong pundak Siauw Ciauw, sehingga si nona
terhuyung beberapa tindak. "Di antara lelaki dan
perempuan siluman, mana ada manusia baik?" katanya
dengan kaku. "Bangun kau! Sambutlah seranganku!"
Boe Kie menghela napas. "Ayahmu adalah seorang
kesatria", katanya, "Mengapa kau begitu kasar! Untuk
melayani kau, tak perlu aku bangun berdiri." Di mulut ia
berkata begitu, tapi sebenar-benarnya ia tak kuat berdiri
lagi. Keadaan Boe Kie yang sudah payah dapat dilihat orang
banyak, antaranya oleh Song Ceng Soe sendiri. "Ceng Soe,
kau totok saja jalan darahnya supaya ia tidak bisa
bergerak," teriak Jie Lian Coe. "Tak usah membinasakan
dia". "Baiklah," jawabnya seraya menotok pundak Boe Kie
dengan jari tangan kanannya.
Boe Kie tidak bergerak, tapi pada detik jari tangan lawan
hampir menyentuh Kian tin hiat ia mengibas dengan
tangannya dan Ceng Soe menotok angin. Sebab kejadian itu
di luar dugaan, Ceng Soe sempoyongan, hampir-hampir
menubruk Boe Kie. Sesudah kagetnya hilang, ia menendang dada Boe Kie
dengan menggunakan tujuh bagian tenaga. Jie Lian Coe
telah memesan supaya ia tidak berlaku kejam, tapi mengapa
ia mengirim tendangan yang berat itu" Apa lantaran Boe
Kie mengatakan kepandaiannya biasa saja"
Bukan, sebab musababnya terletak di lain bagian. Ceng
Soe membenci Boe Kie dan ia membenci karena soal cinta.
Begitu melihat wajah Cioe Cie Jiak, begitu ia jatuh cinta.
Tak henti-hentinya ia melirik atau mengawasi si nona.
Sebagai puteranya seorang pendekar Boe tong, ia merasa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak pantas mengincar si nona terus menerus, tapi ia tak bisa
melawan hatinya. Setiap gerakan, setiap senyuman, setiap
kerutan alis Cie Jiak tidak terlepas dari matanya. Apa
celaka, Cie Jiak mengunjuk rasa cintanya kepada Boe Kie.
Sorot mata nona itu selalu diperhatikan Ceng Soe. Atas
perintah Biat coat, Cie Jiak menikam Boe Kie. Tapi sesudah
menikam, si nona memperlihatkan rasa duka dan menyesal
yang tiada terbatas. Song Ceng Soe mengerti, bahwa sesudah terjadi
penikaman itu, tak perduli Boe Kie mati atau hidup, si nona
tentu takkan melupakan perbuatannya itu. Iapun tahu,
apabila ia membunuh pemuda itu, Cie Jiak pasti merasa
sangat sakit hati, akan membencinya. Tapi oleh sebab
dibakar rasa jelus dan rasa iri hati, ia sungkan melepaskan
kesempatan untuk membinasakan seorang yang tak berdosa
yang menjadi saingannya. Ceng Soe sebenarnya pemuda
boen boe song coan (pandai ilmu surat dan ilmu silat), salah
seorang terpandai di antara murid-murid turunan yang
ketiga dari Boe tong pay dan pada hakekatnya ia seorang
baik. Akan tetapi, begitu terbentur dengan soal cinta, ia tak
bisa membedakan lagi apa yang benar, apa yang salah.
Melihat tendangan itu, semua orang terkejut. Untuk
menyelamatkan jiwa Boe Kie mesti melompat atau
menangkis. Pada saat ujung kaki mampir di dadanya, ia
angkat tangan kiri dan mengibas. Di luar dugaan, kibasan
itu sudah menolak tenaga dari tendangan kaki Ceng Soe
lewat dalam jarak tiga dim dari badannya. Karena ia
menendang dengan bernafsu, Ceng Soe tidak menarik
pulang kakinya dan lalu melompat sambil menendang ke
belakang, menendang punggung Boe Kie dengan tumit kaki
kiri. Tendangan itu hebat dan tidak mengira, tapi untuk
kedua kalinya Boe Kie berhasil menyelamatkan jiwanya
dengan hanya mengibaskan lima jari tangannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat begitu, semua orang terheran-heran.
"Ceng Soe, dia sudah tak punya tenaga dalam lagi," seru
sang ayah. "Itulah ilmu Sie nio po cian kin" (Sie nio po cian
kian " Empat tahil menghantam seribu kati)
Song Wan Kiauw memang lihay dan berpengalaman. Ia
bisa lihat bahwa Boe Kie sudah habis tenaganya dan ilmu
yang digunakannya, biarpun dinamakan Kian koen Tay lo
ie pada hakekatnya tidak berbeda dengan Sin nio po koan
kin, atau ilmu "Meminjam tenaga untuk memukul tenaga"
dari Rimba Persilatan Tiong-goan.
Mendengar petunjuk ayahnya, Ceng Soe tersadar dan ia
segera mengubah cara bersilatnya. Kedua tangannya
bergerak seperti orang menari-nari dan pukul-pukulannya
kelihatan aneh, seperti disertai dengan lweekang, seperti
juga tidak disertai lweekang. Itulah Bian ciang (ilmu pukul
kipas), salah satu ilmu silat terlihay dari Boe tong pay.
Ilmu "Meminjam tenaga untuk memukul tenaga"
merupakan dasar dari ilmu silat Boe tong pay. Untuk
menggunakan Sie nio po cian kin, pihak lawan harus
menggunakan tenaga yang besar, tenaga ribuan kati, supaya
tenaga itu bisa dipinjam. Ta pi sekarang Song Ceng Soe
menggunakan Bian ciang, maka tenaganya keluar di antara
ada dan tidak ada. Dengan demikian, Boe Kie tak akan bisa
meminjam tenaga itu. Tapi tiada yang tahu, bahwa dalam Kian koen Tay lo ie,
Boe Kie sudah mencapai tingkat tertinggi, yaitu sudah
berlatih sampai pada tingkat ketujuh. Jangankan pukulan
Bian ciang yang masih berbentuk, sedang benda yang tak
ada bentuknya pun, seperti hawa racun atau suara aneh,
masih dapat dipunahkan olehnya. Begitu diserang, ia
meramkan kedua matanya dan tersenyum, sedang lima jari
tangan kirinya bergerak-gerak seperti sedang memetik khim.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam sekejap, Bian ciang yang terdiri dari tigapuluh enam
jurus sudah punah semuanya.
Song Ceng Soe tercengang. Dalam bingungnya ia
menyapu seluruh lapangan dengan matanya dan secara
kebetulan matanya kebentrok dengan mata Cioe Cie Jiak.
Tiba-tiba saja darahnya meluap. Ia bergusar dan berduka
karena paras muka si nona mengunjuk rasa kuatir. Ia tahu,
bahwa Cie Jiak bukan memikiri keselamatannya.
Dalam marahnya, ia lantas saja menarik napas dalam
dalam, tangan kirinya menghantam pipi kanan Boe Kie,
telunjuk tangan kanannya menotok Pot hoe hiat di bagian
pundak. Jurus itu dinamakan Hoa kay Peng tee (Kembang
mekar). Namanya bagus, hebatnya bukan main. Dua
pukulan tadi disusul dengan dua pukulan lagi, tangan kanan
menggaplok pipi kiri, telunjuk tangan kiri menotok Hong
hoe hiat. Dengan demikian, jurus Hoa kay Peng tee berisi
empat pukulan yang turun bagaikan hujan angin, dengan
kecepatan kilat. Semua orang terkesiap, banyak diantaranya mengeluarkan seruan tertahan.
Tiba-tiba terdengar suara "Plaak! Plaak!" yang sangat
nyaring. Tangan kiri Song Ceng Soe menggaplok pipi
kirinya, tangan kanan menggaplok pipi kanan dan
berbareng satu telunjuk menotok Pok hoe hiat, lain telunjuk
menotok Hong hoe hiatnya sendiri. Ternyata, dengan
menggunakan Kian koen Tay lo ie yang paling tinggi, Boe
Kie sudah berhasil memindah keempat pukulan itu ke
tubuh si pemukul. Jika Song Ceng Soe tidak menyerang begitu cepat,
sesudha menotok Pot Hoe Hiatnya sendiri, ia tak akan bisa
mengirim dua pukulan yang berikutnya. Tapi karena empat
pukulan itu dikirim secara berantai dengan kecepatan luar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa, maka biarpun Pok Hoe Hiat nya sudah tertotok, ia
masih bisa mengirim dua serangan lagi, sebab lengannya
belum kesemutan. Sesudah keempat pukulan itu dikirim,
barulah kaki tangannya lemas dan ia roboh terjengkang.
Beberapa kali ia coba bangun, tapi tidak berhasil.
Song Wan Kiauw menghampiri dengan berlari lari.
Dengan mengurut beberapa kali ia membuka jalan darah
puteranya yg tertotok. Kedua pipi Ceng Soe bengkak dan
bertepa lima tarak jari. Lukanya enteng, tapi karena
adatnya yg tinggi, maka bagi Ceng Soe, kekalahan itu
merupakan penderitaan yg lebih hebat dari pada
kebinasaan. Song Wan Kiauw mengenal adat puteranya.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata ia menuntun anaknya
dan kembali kebarisan Boe tong.
Tepuk tangan dan sorak sorai menggetarkan seluruh
lapangan. Semua orang merasa kagum, kagum sekali.
Tiba2 Boe Kie muntah darah, sambil memegang dada ia
batuk2. Semua orang mengawasi kejadian itu dengan hati
berdebar2. Mereka berkuatir akan keselamatan jiwanya
pemuda gagah itu. Sebagian memperhatikan Boe Kie,
sebagian pula mengawasi orang2 Boe Tong. Apa yg akan
diperbuat mereka" Mengaku kalah kan" Mengajukan lain
jago kah" Sesaat kemudian Wong Wan Kiauw berkata dengan
suara nyaring. "Hari ini Boe tong pay sudah menunaikan
kewajiban. Mungkin sekali bintnag Mo Kauw masih terang.
Secara tidak diduga duga muncul pemuda luar biasa ini.
Kalau kita mendesak terus, apa bedanya antara partai lurus
bersih dan Mo Kauw?"
"Aku setuju dengan pendapat Taoko," menyambung Jie
Lian Cioe. Sekarang kita pulang dan minta petunjuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Soehoe. Sesudah pemuda itu sembuh, kita boleh bertempur
lagi. Ia berbicara dengan suara nyaring dan bersemangat.
Dengan kata2 itu ia menekankan bahwa hari ini Boe tong
pay mengalah, ia tak percaya bahwa partainya tidak bisa
melawan pemuda itu. Thio Seng Kee dan Boe Seng Kong mengangguk, sebagai
tanda mereka menyetujui pendapat Lian Cioe.
Sekonyong konyong In Lie Heng menghunus pedang
dan dengan mata menyala ia menghampiri diri Boe Kie.
"Orang she Can!" bentaknya. "Dengan kau, aku tak punya
permusuhan apapun jua. Jika sekarang aku mencelakai kau,
In Lie Heng bukan seorang baik2. Tapi sakit hati ku
terhadap Yo Siauw dalam bagaikan lautan. Aku mesti
bunuh padanya. Kau minggirlah!"
Boe Kie menggelengkan kepalanya. "Sebegitu lama aku
masih bernyawa, aku akan cegah pembunuhan terhadap
anggota Beng Kauw yg manapun jua," katanya dengan
suara tetap. "Kalau begitu, aku terpaksa membunuh kau" kata In Lie
Heng dengan mata beringas.
Boe Kie muntah darah lagi. Matanya berkunang dan ia
berada dalam keadaan separuh ingat, separuh lupa, "In
Liok siok!" katanya denga suara parau. "Kau turun
tanganlah." In Lie Heng terkesiap. Suara itu, suara memanggil "In
Liok siok," agaknya mungkin tidak asing lagi didengar
dikupingnya. Mendadak ia ingat. "Boe Kie!" katanya
didalam hati. "Diwaktu kecil, Boe Kie sering memanggil "In
Liok siok" dengan nada suara seperti itu. Apa pemuda ini
Boe Kie..." Ia mengawasi muka yang pucat pasi itu. Makin
diawasi, muka itu makin mneyerupai muka Boe Kie. Sudah
delapan tahun mereka berpisah. Dari seorang bocah cilik,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie sudah berubah menjadi seorang dewasa. Tubuhnya
sudah berubah, mukanya pun sudah banyak berubah. Tapi
dalam semua perubahan itu, masih banyak terbayang muka
Boe Kie si bocah cilik yg menderita hebat karena pukulan
Hiang Beng Sin Ciang. Sesaat kemudian, In Lie Heng membuka mulutn,
suaranya gemetar. "Apa .... Apa kau Boe Kie?"
Boe Kie merasa tenaganya habis semua. Matanya labur,
kepalanya pusing dan ia merasa bahwa ia sudah berada
dekat dengan liang kubur. Ia sekarang tak pelu
menyembunyikan lagi dirinya. Bibirnya bergerak dan ia
berbisik, "In Liok siok.... Titijie sering ingat kau...."
Mata In Liok hiap berkunang kunang. Perkataan seolah
olah halilintar ditengah hari bolong. Kaget, heran, kagum,
gegetun.... Semua tercampur menjadi satu. Ia seorang yg
berperasaan sangat halus. Air matanya lantas saja
mengucur deras. Ia melontarkan pedangnya menubruk,
memeluk dan mendukung Boe Kie. Kata dia dengan suara
serak "Boe... Kie!... Putra tunggal dari Ngo ko..."
Song Wan Kiauw, Jie Lian Cioe, Thio Siong Kee dan
Boh Seng Kok memburu dan berdiri diseputar In Lie Hong.
Kekagetan dan kegirangan mereka sukar dilukiskan.
Orang2 Beng Kauw tak kurang girangnya, mimpipun
mereka tak pernah mimpi, bahwa pemuda yang coba
menolong mereka dengan mempertaruhkan jiwa sendiri,
bukan lain daripada putranya Boe Tong Ngo Hiap Thio
Cioe San. Melihat keponakannya pingsan buru2 In Lie Heng
mengeluarkan Thian ong Hoe Sim tan dan memasukannya
kedalam mulut Boe Kie. Sesudah menyerahkan pemuda itu
kepada Jie Lian Cioe, ia segera memungut pedangnya dan
menghampiri Yo Siauw. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seraya menuding musuh besar itu, ia berteriak,
"Binatang Yo Siauw! Aku... aku..." Ia tidak dapat
meneruskan perkataannya dan lalu mengangkat pedang.
Kong Beng Soe cia itu yg badannya masih belum
bergerak, lantas saja meramkan kedua matanya dan


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menunggu kebinasaan seraya bersenyum.
Tiba2, pada detik sangat berbahaya, seorang wanita
muda melompat dan menghadap di depan Yo Siauw.
"Tahan! Jangan lukai ayahku!" bentaknya.
In Lie Heng mengawasi. Tiba2 ia mengeluarkan seruan
tertahan dan sekujur badannya dingin. Gadis itu yg
bertubuh jangkung kecil dan bermata besar tiada bedanya
dari Kie Siauw Hoe. Sedari bertunangan, wajah nona Kie
yang manis selalu terbayang didepan matanya. Belakangan
ia mendapat tahu, bahwa tunangan itu di bawa lari dan
dinodai kehormatannya oleh Kong Beng Soe cia Yo siauw,
sehingga akhirnya ia membuang jiwa. Tak usah dikatakan
lagi, kejadian itu sangat menyakiti hatinya.
Tak dinyana Kie Siauw Hoe muncul pula. Badannya
bergoyang2 dan ia berkata dengan suara gemetar. "Siauw
Hoe Moay coo" kau?"
Gadis itu bukan lain daripada Yo Poet Hwie, berkata,
"Aku bernama Yo Poet Hwie. Kie Siauw Hoe adalah
ibuku. Ibu sudah lama meninggal dunia."
In Lie Heng tertegun dan tersadar, "Ah!.... aku betul
gila!" katanya. "Kau minggirlah. Hari ini aku akan
membalaskan sakit hati ibumu."
"Bagus!" seru si nona. "In Siok siong, bunuhlah pendeta
perempuan bangsat itu!" Seraya berkata begitu, ia
menuding Biat Coat Soethay.
"Apa" Mengapa?" menegas In Lie Heng.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu dipukul mati oleh pendeta bangsat itu," jawabnya.
"Dusta! Kau jangan bicara sembarangan," bentak Lie
Heng. "Aku tidak berdusta," kata si nona dengan suara dingin.
"Ibu dibinasakan di Ouw tiap kok. Pendeta bangsat itu
menyuruh ibu membunuh ayah. Ibu menolak dan dia lantas
turun tangan. Kulihat dengan mata ku sendiri. Kejadian itu
jg disaksikan oleh Boe Kie kok. Jika Siok2 tidak percaya,
tanyalah pendeta bangsat itu sendiri."
Waktu nona Kie binasa, Peot Hwie masih sangat kecil.
Belakangan, sesudah dewasa, barulah ia tahu apa yg sudah
terjadi. In Lie Hong menengok dan mengawasi Biat Coat dengan
sorot mata menanya. "Soe.. thay..." katanya dengan suara
tak lampias. "Dia kata.... Kie Kouw Nii..."
Paras muka si nenek merah padam. "Benar," katanya.
"Perlu apa murid yang tidak mengenal malu itu dibiarkan
hidup lebih lama dalam dunia" Dia dan Yo Siauw saling
mencintai. Dia lebih suka berkhianat dari pada menurut
perintah guru. In Liok Hiap, guna menolong mukamu, aku
tak tega untuk membuka rahasia itu. Hm! Tak guna kau
memikiri perempuan yg mukanya begitu tebal!"
Paras muka Lie Heng pucat bagaikan kertas. "Tidak!
Aku tak percaya!" teriaknya.
"Tanyakan anak itu, siapa namanya," kata Biat Coat.
Dengan air mata berlinang, Lie Heng menatap wajah si
nona. "Aku bernama Yo Poet Hwie," kata nona itu "Ibu pernah
mengatakan, bahwa ia tidak merasa mneyesal akan
terjadinya kejadian itu!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak In Liok Hiap mengeluarkan teriakan
menyayat hati. Ia melemparkan pedangnya ditanah,
menekap mukanya dengan kedua tangan dan lari turun
gunung bagaikan terbang. "Liok tee! Liok tee!" memanggil Song Wan Kiauw dan
Jie Lian Dioe. Lie Heng lari terus. Tiba2 ia terguling, bangun, lari lagi
dan dalam sekejap tak kelihatan bayang2nya lagi.
Semua orang menghela napas dan turut merasa duka
akan nasib In Liok hiap yang malang itu. Bahkan seorang
pendekar Boe Tong jatuh diwaktu lari merupakan
penderitaannya yang maha hebat.
Sementara itu, Son gWan Kiauw, Jie Lian Cioe, Thio
Siong Kee dan Boh Seng Kok duduk diseputar Boe Kie
dengan masing2 mengeluarkan sebelah tangan yang
telapaknya ditempelkan didada, perut, punggung dan
pinggang Boe Kie dan kemudian mengerahkan Lweekang
yg dimasukkan kedalam tubuh pemuda itu untuk mengobati
lukanya. Selang beberapa sat, mereka merasai munculnya
tenaga mengisap dalam tubuh Boe Kie yg terus menerus
menyedot Lweekang mereka. Mereka kaget, kalau
pengisapan itu tidak berhenti, dalam waktu sejam dua jam,
tenaga dalam mereka bakal disedot habis2an. Namun
karena jiwa Boe Kie masih dalam keadaan bahaya, mati
hidupnya belum ketahuan, mereka tentu saja tidak bisa
segera menarik pulang bantuan itu.
Bagaimana baiknya> Selagi keempat partai itu bersangsi tiba2 Boe Kie
membuka matanya dan mengeluarkan seruan perlahan.
"Ah!" Dilain saat Song Wan Kiauw merasai masuknya
semacam hawa hangat dari telapak tangan mereka. Pemuda
itu ternyata sudah menggerahkan Kioe yang Sin kang dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirim tenaga dalamnya kepada keempat paman itu.
"Tak boleh! Kau harus istirahat," kata Song Wan Kiauw.
Dengan serentak mereka menarik tangan mereka dan
berbangkit. Hampir berbareng mereka merasai mengalirnya
hawa hangat yg sangat nyaman disekujur badan mereka.
Boe Kie bukan saja sudah memulangkan tenaga bantuan,
tapi sudah membalas budi dengan menghadiahkan Kiauw
yang Cie Khie kepada paman2nya itu. Song Wan Kiauw
berempat saling mengawasi dengan rasa kagum. Bahwa
keponakan itu yang sudah terluka sedemikian berat masih
mempunya Lweekang yang begitu kuat, sungguh2 diluar
dugaan. Meskipun Boe Kie masih menderita luka diluar yang
sangat hebat, kesehatan didalam badan sudah pulih kembali
dan hawa sudah bisa mengalir dengan leluasa. Perlahan
lahan ia bangun seraya berkata, "Song Toapeh, Jie Jiepeh,
Thio Siepeh, Boh Cit siok, tit jie memohon maaf untuk
segala kekurang ajarannya. Apakah Thay soe hoe berada
dalam keadaan sehat?"
"Soe hoe baik2 saja," jawab Wan Kiauw. "Boe Kie...
kau.. kau sudah besar!..." Perkataan terputus putus karena
terharu, ia ingin bicara banyak tapi mulutnya terkancing.
Dilain pihak sesudah mengetahui bahwa pemuda yang
sudah menolong jiwanya adalah cucunya sendiri Peh Bie
Enghong In thiau Ceng girang bukan masih belum bisa
berbangkit, ia tertawa terbahak bahak.
Biat Coat Soethay mengawasi itu semua dengan paras
muka menyeramkan. Tiba2 ia mengibaskan tangannya dan
lalu bertindak untuk turun gunung, yg diikuti oleh
murid2nya. Sambil menundukkan kepala, Cioe Cie Jiak
turut berjalan, tapi baru bertindak beberapa langkah ia tak
tahan untuk menengok kearah Boe Kie. Pemuda itupun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang mengawasinya sehingga kedua pasang mata lantas
saja kebentrok. Pada muka si nona yang pucat lantas saja timbul sinar
dadu. Sinar matanya adalah sedemikan rupa, sehingga ia
seperti juga mau minta maaf atas perbuatannya dan
mengharap supaya Boe Kie menjaga diri baik2. Pemuda itu
rupanya tahu akan perasaan si nona. Sambil tersenyum, ia
manggut2kan kepalanya. Perasaan Cie Jiak lantas saja
berubah terang. Ia balas tersenyum dan lalu meyusul
rombongannya dengan tindakan lebar.
Itu semua tak terlepas dari mata Song Ceng Soe. Untuk
beberapa detik mata pemuda itu mengeluarkan sinar
kebencian. Sesudah Boe Tong pay tahu siapa adanya Boe Kie dan
sesudah Go Bie Pay berlalu, usaha ena, partai untuk
membasmi Beng Kauw gagal seanteronya. Orang2 Khong
tong dan Koen Loen lantas saja berpamitan. Ho Tay Ciong
mendekati dan berkata, "Saudara kecil aku memberi
selamat bahwa hari ini kau bertemu dengan keluarga
sendiri..." Tanpa menunggu sampai orang tua itu habis
bicara. Boe Kie segara mengeluarkan dua butir Yowan dari
sakunya. Yowan itu hanya obat biasa untuk menolak racun.
Sambil mengangsurkan kepada Ho Thay Ciong. Pemuda
itu berkata. "Cianpwee berdua masing2 boleh menelan
sebutir. Sesudah makan obat ini, racun Kim cam Kauw tak
akan punah." Ho Thay Ciong mengawasi kedua yowan itu dengan
perasaan sangsi. "Boanpwee pasti tak berdusta" kata pula Boe Kie.
Mendengar perkataan itu ia tak berani membuka mulut
lagi. "Andaikata dia memberi obat palsu dihadapan
keempat pendekar Boe tong aku tentu tak bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan kekerasan," pikirnya : "Apalagi orang2 Siauw
Lim beridir di pihak bangsat kecil itu. Sudahlah! Terserah
kepada nasih," memikir begitu seraya tertawa getir, ia
berkata. "Terima kasih." Sesudah menelan yowan itu
bersama Pay Siok Ham ia segera memerintah murid2nya
merawat jenazah partai Koen Loen dan kemudian sesudah
berpamitan mereka turun gunung.
"Boe Kie," kata Jie Lian Cioe, "karena kau terluka berat
sebaiknya kau berdiam saja disini untuk sementara waktu,
guna berobat. Kami tak bisa menemani kau. Kami hanya
mengharap supaya sesudah sembuh kau suda tangan ke Boe
tong San, agar Soe Hoe turut merasa girang."
Dengan mata mengembang air, pemuda itu manggutkan
kepalanya. Keempat pemuda itu ingin sekali mengajukan banyak
pertanyaan, tapi melihat kelemahan keponakannya, mereka
berani bicara banyak2. Sekonyong2 diantara barisan Siauw Lim terdengar
teriakan seorang, "Kemana perginya jenazah Goan tin
soeheng?" "Mengapa hilang ?" menyambung yg lain.
Boh Seng Kok heran dan segera mendekati tujuh delapan
pendeta Siauw Lim yang sedang merawati jenazah
anggota2 partainya. Benar sajat tidak melihat jenazah Goan
tin. "Lekas pulangkan jenazah Goan tin soeheng!" teriak
Goan im sambil menuding orang2 Beng Kauw.
Cioe Thian tertawa terbahak2. "Benar2 kau sudah gila!"
katanya. "Perlu apa kami mencuri mayat pendeta."
Orang2 Siauw Lim tidka rewel lagi. Jawabnya itu ada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benarnya jg. Mereka menduga mungkin sekali waktu
mengumpulkan jenazah orang2 Hwa san pay atau Kong
tong pay sudah mengambil jenazah Goan tin.
Tak lama kemudian, dengan beruntun barisan Siauw
Lim dan Boe Tong turun gunung.
Boe Kie menyoja dan membungkuk untuk memberi
selamat jalan kepada para pamannya.
"Anakku Boe Kie," kata Song Wan Siauw.
"Hari ini namamu tersohor di kolong langit dan Beng
Kauw menanggung budimu yang sangat berat. Kuharap
supaya kau bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus."
"anak pasti akan memperhatikan pesan Tao Soe pek,"
jawabnya. "Dalam segala hal kau harus berhati2, kau harus
menjaga jangan sampai diperdayai oelh manusia2 rendah,"
kata Thio siong Kee. Boe Kie mengangguk. Baik pihak paman, maupun pihak
keponakan, sama2 merasa beat untuk berpisahan.
Sesudah keenam partai pergi semuanya, Yo Siauw dan
In Thian Ceng saling mengawasi. Tiab2 mereka berteriak
dengan berbareng, "Para anggauta Beng Kauw dan Peh Bie
Kauw! Berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada
Thio Tay hia!" Dilain saat semua orang sudah mendekam
diatas bumi. Boe Kie bingung tak kepalang apa pula diantara mereka
terdapat kakek dan pamannya sendiri. Di luar dugaan,
karena berlutut luka di dadanya terbukan lagi dan darah
kembali mengucur dan ia lantas saja roboh pingsan.
Siauw Ciauw tersipu sipu memapahnya. Dua orang tauw
bak (pemimpin regu) segera mengambil tandu dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merebahkan tuan penolong itu didalamnya
Alis Yo Siauw berkerut, "Lekas antar Thio Tay Hiap
kekamarnya," katanya. "Selama beberapa hari ia tidak
boleh diganggu oleh siapapun jua."
Kedua tauw bak itu mengiakan sambil membungkuk dan
lalu membusung Boe Kie kekamar Kong Beng Soe cia
dengan diikuti oleh Siauw Ciauw. Waktu ia lewat didepan
Poet Hwie, nona Yo berkata dengan suara dingin: "Siauw
Ciauw! Kau sungguh pandai bersandiwara. Aku memang
sudah menaksir, bahwa kau main gila. Aku hanya tidak
menduga, bahwa dibelakang penyamaran memedhi perempuan bersembunyi seorang nona yang cantik manis."
Siauw Ciauw tidak menjawab. Ia berjalan terus sambil
menundukkan kepala dan menyeret rantai.
Selama beberapa hari orang2 Beng Kauw yg tidak
terluka sangat repot. Mereka harus mengubur yang mati
dan mengobati yang luka. Sekarang mereka insyap, bahwa
adegan yang berupa cakar2an didalam kalangan sendiri
akhirnya membawa bencana besar. Ditambah dengan
kekuatiran akan keselamatan Boe Kie, maka diantara
mereka tak ada yang menyentuh nyentuh lagi soal


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permusuhan lama. Dengan memiliki Kioe yang sin kang dan juga sebab
tusukan pedang yang tidak melanggar bagian berbahaya,
kesembuhan Boe Kie terjadi dengan cepat sekali. Dalam
Pedang Golok Yang Menggetarkan 7 Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Raden Banyak Sumba 3

Cari Blog Ini