Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 4

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 4


menolongi sahabatmu itu, si pengemis bau, dari hukuman yang
seharusnya dia terima......!" dan Swat Tocu bukan hanya sekadar
saja, karena ke dua tangannya kembali digerakkan.
Namun sekarang gerakan ke dua tangannya itu berbeda sekali
dengan gerakan yang dilakukannya tadi, karena kini ia
menggerakkan ke dua tangannya itu silih berganti mendorong ke
depan, ke arah mana beradanya Yo Him. Setiap gerakan itu
mengandung kekuatan hawa dingin yang luar biasa hebatnya
karena Swat Tocu telah mempergunakan ilmu Inti Esnya itu sampai
tingkat kedelapan. Hawa dingin membungkus Yo Him terus menerus, walaupun ia
melompat ke sana ke mari tokh sekarang ini ia tidak bisa
menyingkir dari gulungan hawa dingin itu. Malah ketika Yo Him
ingin melompat lagi, pada waktu itu Swat Tocu telah menghentak
212 tangan kanannya maka seketika itu juga tubuh Yo Him telah tertarik
oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dan seketika itu telah
membuat tubuhnya terbetot kuat bukan main, di mana ia telah
rubuh terbanting di tanah.
Dalam keadaan seperti itu, tampak Swat Tocu ingin menarik
pulang hawa dinginnya itu, sebab beranggapan bahwa Yo Him
telah bisa dirubuhkannya.
Tetapi Swat Tocu jadi kaget sendirinya, tahu-tahu kakinya terasa
nyeri sekali. Karena waktu tubuh Yo Him tertarik dan terbanting, di waktu itulah
Yo Him tidak membuang waktu lagi telah bergulingan menyambar
ke dua kaki Swat Tocu dengan ke dua tangannya, di mana dia telah
memukul dengan seluruh kekuatan lweekangnya.
Walaupun Swat Tocu memang memiliki ilmu yang sempurna dan
juga kuda-kuda yang sangat kuat sekali, tidak urung begitu
diserang, kuda-kuda kakinya tergempur juga. Namun dia tidak
sampai rubuh, hanya ke dua kakinya itu sakit bukan main,
membuat dia berjingkrak kesakitan, dan telah melompat tiga
tombak jauhnya mundur ke belakang.
Dengan demikian, Swat Tocu berdiri beberapa saat dengan muka
meringis, kaki kanannya diangkat, dia mengusap-usapnya.
Yo Him telah melompat berdiri, sambil tertawa telah menjura:
"Bagaimana Swat Tocu Locianpwe...... apakah pertandingan ini
telah dapat diputuskan bahwa aku berhasil menerima tiga
serangan Swat Tocu Locianpwe" Boanpwe mohon maaf atas
213 kelancangan Boanpwe yang telah lancang tangan menyerang
Locianpwe, karena memang Boanpwe tidak memiliki jalan lain.......
dengan demikian telah memaksa Boanpwe terpaksa berlaku
kurang ajar......!" Swat Tocu telah mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya,
dilihatnya bahwa Yo Him tidak kurang suatu apapun juga,
walaupun tadi dia telah ditarik oleh kekuatan tenaga inti Es nya.
Malah pemuda itu yang telah sanggup menghadapi tiga
serangannya tanpa kurang suatu apa pun juga, mendatangkan
perasaan kagum di hatinya. Dengan demikian, membuat Swat
Tocu harus mengakui kehebatan Yo Him.
"Hebat kau, anak muda!" katanya kemudian dengan suara
mengandung kagum, "Engkau bisa menerima tiga seranganku
tanpa kurang suatu apapun juga, tanpa terluka! Itu merupakan
kejadian yang jarang sekali terjadi, karena setiap lawanku,
jangankan menerima tiga kali serangan Inti Es yang dilancarkan
beruntun seperti itu, mungkin dalam satu jurus, atau sebanyakbanyak dua serangan, mereka telah beku, jika tidak menemui
kematiannya, pasti terluka parah......!"
"Jadi, Locianpwee ingin mengartikan Liu Lopeh dari Kay-pang itu
telah dibebaskan dari hukuman yang semula hendak dijatuhkan
Locianpwe padanya?" menanya Yo Him segera.
Swat Tocu telah melirik kepada Liu Ong Kiang, yang waktu itu
berdiri memandang bengong kepada Swat Tocu dan Yo Him.
"Baiklah!" kata Swat Tocu setelah berdiam diri sejenak, "Seperti
apa yang tadi kujanjikan, jika memang engkau bisa menerima tiga
214 kali seranganku tanpa kurang suatu apapun, maka aku akan
membebaskan pengemis bau itu!"
Setelah berkata begitu, Swat Tocu berdiam diri beberapa saat
mengawasi Yo Him, lalu ia melanjutkan lagi perkataannya: "Dan
kulihat engkau memang tidak kurang suatu apapun juga, walaupun
telah menerima tiga seranganku...... engkau tidak terluka dan
masih dalam keadaan sehat walafiat, maka dari itu, aku harus
memenuhi janjiku......! "Memang tidak percuma nama besar dari Sin-tiauw-tay-hiap, di
mana tentunya ia memiliki ilmu yang sempurna sekali, karena
engkau sebagai puteranya walaupun engkau masih berusia
demikian muda tokh engkau telah bisa memiliki kepandaian yang
demikian tinggi....."
Yo Him cepat-cepat menjura memberi hormat. "Locianpwe terlalu
memuji!" kata Yo Him.
"Jika memang, ada jodoh, tentu aku ingin sekali bertemu dengan
ayahmu!" kata Swat Tocu kemudian. Hanya sayang sekali akupun
berkunjung ke daratan Tiong-goan ini dengan meninggalkan
pulauku, karena aku memiliki urusan yang penting! Aku harus
mengerjakan sesuatu."
Setelah berkata begitu, Swat Tocu menghela napas, katanya lagi:
"Sekarang usiaku sudah tidak muda lagi, telah lanjut sekali, seratus
lima tahun, itulah usia yang tidak muda! Tetapi justru di saat usia
setua ini, aku harus melakukan sebuah pekerjaan yang berat
sekali!" 215 Yo Him dan orang-orang lainnya, yang mendengar perkataan Swat
Tocu, jadi heran dan telah memandang kepada Swat Tocu dengan
sorot mata yang tajam. Karena mereka kaget dan kagum, bahwa
Swat Tocu mengaku telah berusia seratus lima tahun itu, ternyata
masih demikian gagah dan sehat segar bugar, di mana tampaknya
seperti seorang lelaki berusia limapuluh tahun, dengan tubuh yang
keras dan padat sekali, otot-otot yang tampak bertonjolan,
memperlihatkan dia seorang yang memiliki tenaga sangat kuat.
Inilah peristiwa yang benar-benar hampir sulit dipercaya. Seorang
kakek tua berusia seratus lima tahun dengan bentuk tubuh yang
begitu gagah dan wajah bagaikan yang baru berusia limapuluh
saja. Benar-benar membuat Yo Him sendiri jadi kagum sekali,
karena Yo Him segera menduga, mungkin juga Swat Tocu memiliki
semacam ilmu mujijat yang bisa membuat dia jadi awet muda
seperti itu. Biruang Salju, yaitu Pek-swat-jie, telah menghampiri Swat Tocu,
binatang buas itu telah merangkulnya dan mengerang perlahan.
Swat Tocu mengusap-usap kepala binatang tersebut, katanya
dengan suara penuh kasih sayang: "Pek-swat-jie, orang-orang itu
rupanya semula tidak mengetahui siapa kau, dan juga menyangka
kau akan menimbulkan keonaran, maka mereka telah salah paham
dan berusaha mengganggumu. Mari sekarang kita pergi!"
Dan membarengi dengan perkataannya itu tubuh Swat Tocu telah
melompat ringan tahu-tahu ia telah duduk di punggung Biruang
Salju itu, dan binatang buas tersebut, sambil mengeluarkan suara
216 erangan perlahan, telah melompat-lompat dan berlari-lari kecil
meninggalkan tempat itu. Yo Him menghela napas melihat kepergian Swat Tocu, sedangkan
orang-orang lainnya, yang semula bersembunyi di berbagai
tempat, telah bermunculan. Mereka menyatakan perasaan kagum
mereka kepada Yo Him. Namun Yo Him tidak mau terlalu dilibat oleh orang-orang itu yang
hanya akan memuji-mujinya saja. Bersama-sama dengan Liu Ong
Kiang dan Ko Tie, mereka telah masuk ke dalam rumah
penginapan dan kembali ke kamar mereka di mana mereka melihat
Cin Piauw Ho tengah tertidur.
Yo Him menghampiri pembaringan, dia telah melihatnya keadaan
Cin Piauw Ho jauh lebih baik dari sebelumnya. Rupanya obat Kimlian-tan yang diberikan Liu Ong Kiang mulai bekerja. Walaupun pil
itu tidak bisa menyembuhkan luka yang diderita oleh Cin Piauw Ho
dan tidak juga bisa memunahkan racun, kenyataannya masih
memiliki kemujijatan dan faedah yang tidak kecil, yaitu bisa
membendung sementara waktu menjalarnya racun lebih jauh.
Yo Him sendiri memikirkan daya untuk bantu meringankan
penderitaan Cin Piauw Ho. Ia mengatakan pikirannya pada Liu Ong
Kiang bahwa ia bermaksud malam ini, akan mempergunakan
tenaga lweekangnya guna membantu dan mendesak racun
mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, agar ia bisa ditolong dari
kematian. Dengan mempergunakan obat Kim-lian-tan, dan juga menyalurkan
tenaga dalamnya, tentu akan membuat racun itu terdorong ke
217 lukanya, dan mudah-mudahan bisa terdorong keluar. Yo Him
menyatakan kebimbangannya, karena Sam-hun-tok itu merupakan
racun yang hebat sekali, maka ia sangsi justru usahanya itu tidak
akan memberikan hasil sama sekali.
Tetapi Liu Ong Kiang justru menyatakan, kalau saja Yo Him
mempergunakan tenaga dalamnya untuk mendesak racun yang
mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, tentu saja racun itu bisa
didorong ke tempat luka semula. Walaupun tidak bisa
disembuhkan, tetapi racun itu bisa dibendung lebih jauh dari
jantung. Terlebih lagi dengan bantuan Kim-lian-tan, dengan begitu,
jiwa Cin Piauw Ho bisa diselamatkan selama satu bulan atau lebih.
Selama itu kesempatan tersebut bisa dipergunakan untuk mencari
tabib pandai guna mengobati lukanya. Atau juga mencari obat
mujarab di berbagai tempat terkenal. Menurut Liu Ong Kiang,
Siauw-lim-sie merupakan pintu perguruan yang memiliki obat
terlengkap, karena para pendeta Siauw-lim-sie, yang semuanya
merupakan orang-orang pandai dan tokoh rimba persilatan
terkemuka, merupakan orang-orang Kang-ouw yang mempelajari
ilmu silat dan agama. Dengan demikian, kalau sampai Yo Him berhasil mempergunakan
tenaga murninya membendung racun yang mengendap di tubuh
Cin Piauw Ho, dan jiwa Cin Piauw Ho bisa diselamatkan selama
sebulan lebih dari kematian, waktu yang ada itu bisa dipergunakan
untuk melakukan perjalanan ke Siauw-lim-sie.
Yo Him setuju dengan pikiran yang dikemukakan Liu Ong Kiang.
218 Namun yang jadi pemikiran Yo Him, jika ia mempergunakan
lweekangnya untuk mengobati Cin Piauw Ho, berarti akan lenyap
dua atau tiga bagian dari tenaga murninya itu. Tetapi walaupun ia
baru saja kenal dengan orang she Cin itu. Tokh ia telah merasa
cocok dan berkasihan padanya, karena ia melihat Cin Piauw Ho
bukanlah sebangsa manusia golongan sesat.
"Baiklah!" Yo Him akhirnya memutuskan. "Malam ini aku akan
mengobatinya dengan tenaga lweekang yang kumiliki, semoga
saja berhasil dengan baik, setidak-tidaknya bisa meringankan
penderitaan Cin toako. Dengan dibendungnya menjalar racun itu
ke jantung, tentu Cin toako memiliki kesempatan untuk mencari
obat yang bisa memunahkan racun yang mengendap di tubuhnya."
Begitulah, di waktu sang malam telah tiba Yo Him mempersiapkan
segala sesuatunya untuk pengobatan yang dilakukan pada Cin
Piauw Ho dengan mempergunakan lweekangnya. Sedangkan Liu
Ong Kiang telah dipesannya agar berjaga di muka pintu kamar,
siapapun tidak boleh masuk ke dalam kamar selama Yo Him
tengah mengerahkan lweekangnya, untuk disalurkan pada Cin
Piauw Ho. Sekali saja curahan perhatiannya terganggu tentu akan membawa
bahaya yang tidak kecil buat Yo Him. Maka dari itu, ia
menempatkan Liu Ong Kiang di muka kamar guna mencegah
sesuatu yang tidak dikehendakinya, yaitu untuk melarang siapapun
masuk ke dalam kamar, baik pelayan atau siapa saja. Ko Tie juga
berdiam di luar kamar bersama Liu Ong Kiang.
219 Yo Him telah mempergunakan lweekangnya untuk disalurkan ke
tubuh Cin Piauw Ho. Pemuda itu duduk di pembaringan dengan
bersila, tangan kirinya diletakkan di bawah dada tiga dim,
ditekankan telapak tangannya itu, dari mana mengalir hawa murni
yang hangat, menyelusup ke dalam tubuh Cin Piauw Ho.
Sedangkan tangan kanan Yo Him perlahan-lahan mengurut-urut
pundak Cin Piauw Ho, guna mendorong racun itu agar naik ke
tempat luka semula, di mana Yo Him bermaksud mendesak racun
yang telah menjalar ke ketiak Cin Piauw Ho kembali ke tempatnya
semula. Usaha yang dilakukan oleh Yo Him ini memang memakan waktu
yang cukup lama, karena hawa murni yang dikerahkannya itu
harus disalurkannya perlahan-lahan. Jika ia menyalurkannya
dengan serentak mempergunakan kekuatan yang sangat hebat,
tentu bisa memperoleh hasil yang sebaliknya dari yang
diharapkan, dan bisa mencelakai Cin Piauw Ho.
Setelah mengerahkan tenaga murninya, dari dua bagian
meningkat jadi tiga bagian, terus empat dan lima bagian, Cin Piauw
Ho segera merasakan tubuhnya bertambah segar. Karena waktu
itu, hawa murni tersebut telah tersalur ke Tan-tian nya, dan juga
telah mendorong sedikit demi sedikit racun yang semula telah
menjalar sampai ketiak itu, kembali ke atas pundak, di sekitar luka
itu. Yo Him telah mandi keringat, karena mengeluarkan kekuatan
murninya itu, dan begitu juga Cin Piauw Ho, sekujur tubuhnya telah
dibanjiri keringat sehingga basah kuyup.
220 Liu Ong Kiang yang duduk dimuka pintu kamar bersama Ko Tie,
tengah bercerita mengenai keadaan rimba persilatan. Cerita Liu
Ong Kiang memang menarik sekali, di mana Ko Tie mendengarkan
baik-baik, penuh perhatian.
Waktu itu Ko Tie juga selalu menanyakan siapa-siapa saja yang
menjadi tokoh Kay-pang, dan mengapa mereka lebih rela hidup
sebagai pengemis, dan juga tidak mau hidup dengan cara yang
layak, mengenakan pakaian yang tambal-tambal dan juga
tampaknya kotor sekali. Padahal mereka memiliki kepandaian
tinggi. Liu Ong Kiang yang mendengar pertanyaan anak ini telah tertawa,
katanya: "Inilah keistimewaan Kay-pang, karena memang kami
umumnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian
lumayan, namun kami sengaja memilih Kay-pang sebagai
perkumpulan kami, dan hidup sebagai pengemis, melakukan
pekerjaan meminta belas kasihan orang...... Karena itu pula,
kamipun telah berusaha untuk hidup prihatin, membuka mata dan
juga memasang telinga, menyaksikan betapa di dunia ini
sesungguhnya banyak sekali manusia yang sengsara dan hidup
menderita karena kemiskinan dan ketiadaan......!
"Itulah sebabnya, kami puas sebagai pengemis, karena kami tidak
akan melakukan suatu kejahatan. Pekerjaan kamipun kami anggap
tidak hina, sebab disamping sebagai pengemis kami memiliki tugas
khusus yang harus dilakukan dengan penuh kegagahan, yaitu
membela setiap orang yang lemah, yang berada dalam tindasan si


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuat namun busuk hatinya dan jahat!
221 "Maka dari itu, Kay-pang merupakan sebuah perkumpulan dari
manusia-manusia yang mulia hatinya. Aku bukan hendak memuji
diri sendiri dengan membuka mulut lebar dan menepuk dada,
namun memang kenyataan Kay-pang telah banyak sekali
melakukan perbuatan-perbuatan mulia. Terlebih lagi waktu jabatan
Pangcu berada di tangan Ang Cit Kong Pangcu!"
Ko Tie yang mendengar cerita Liu Ong Kiang, jadi mendengarkan
dengan hati yang tertarik sekali. Terlebih lagi mendengar sepak
terjang mengenai Kay-pang, di mana perkumpulan pengemis,
yang walaupun sebagai perkumpulan dari para pengemispengemis itu di seluruh daratan Tiong-goan tersebut, tokh
kenyataannya sepak terjang yang dilakukan oleh anggota Kaypang umumnya tidak menyimpang dan tidak berbeda dengan
sepak terjang yang dilakukan para pendekar Kang-ouw dari jalan
putih dan lurus. Malah Liu Ong Kiang telah menceritakan, betapa banyak anggota
Kay-pang yang telah berhasil menumpas ratusan orang penjahat
dengan mengandalkan kepandaiannya, telah mendirikan jasa yang
tidak ke?il untuk kemajuan partai mereka. Dan Liu Ong Kiang
mengatakan kepada Ko Tie: "Engko kecil, engkau pun bisa kalau
saja kau tekun mempelajari ilmu silat, rajin-rajin berlatih dan
memperoleh bimbingan yang baik dari seorang guru yang liehay.
Menurut penglihatan pamanmu ini, engkau memiliki bakat dan
tulang yang baik untuk mempelajari ilmu silat. Maka jika memang
engkau bersungguh-sungguh untuk menghayati ilmu silat, tentu
engkau akan berhasil dengan baik......!"
222 Ko Tie memandang Liu Ong Kiang dengan sepasang mata
terpentang lebar-lebar, lalu katanya perlahan: "Paman pengemis,
sesungguhnya seseorang yang mempelajari ilmu silat, apa saja
yang harus dipelajari?"
"Banyak....., engkau harus melatih ginkang, tenaga dalam yang
disebut lweekang atau lwee-keh, dan juga engkau harus
mempelajari ilmu pukulan tangan kosong dan ilmu pedang. Banyak
sekali pelajaran yang harus engkau pelajari. Disamping itu,
memakan waktu yang tidak sedikit, karena paling cepat sepuluh
tahun baru engkau bisa merampungkan pelajaranmu dan
memperoleh kepandaian yang tinggi, juga pengalaman dan
latihan-latihan yang teratur perlu sekali, agar dapat meningkatkan
kepandaianmu itu, ke tingkat yang jauh lebih sempurna. Maka dari
itu, seseorang yang mempelajari ilmu silat jelas tidak boleh berlaku
congkak dan angkuh karena orang yang pandai, masih terdapat
orang yang jauh lebih pandai lagi. Disamping itu pula, jika
seseorang menguasai benar lweekang, yaitu tenaga dalam, belum
tentu dia memiliki ginkang yang sempurna.
"Itulah sebabnya, seorang jago yang memiliki serupa kepandaian,
belum tentu menguasai ilmu lainnya. Semakin kita mempelajari
ilmu silat, semakin sedikit kepandaian yang baru kita kuasai. Kita
melihat ilmu silat itu semakin banyak ragamnya. Semakin tinggi
kepandaian silat seorang, semakin keras pula keinginannya untuk
mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi dan memperdalam
kepandaiannya, karena ilmu silat itu sendiri tidak akan habis
dipelajari, walaupun sampai ajal kita......!"
223 Ko Tie mendengarkan keterangan yang diberikan oleh Liu Ong
Kiang dengan tekun. Waktu itu tampak mendatangi seorang pelayan, yang telah
menghampiri Liu Ong Kiang katanya: "Ada seorang tamu ingin
bertemu dengan Yo kongcu......!"
Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya.
"Siapa?" tanya pengemis ini kemudian setelah berdiam bimbang.
"Seorang bangsawan Mongolia dan seorang pendeta Mongolia,"
menjelaskan pelayan itu. Muka Liu Ong Kiang jadi berobah mendengar keterangan si
pelayan, sampai pengemis ini berdiam diri sejenak lamanya.
Pelayan itu menantikan keputusan Liu Ong Kiang tidak sabar,
tanyanya: "Apakah ke dua tamu itu diundang ke mari saja?"
Cepat-cepat Liu Ong Kiang menggelengkan kepalanya, ia
menggumam: "Jangan......! Jangan......! Hai, mengapa di saat-saat
seperti ini muncul gangguan seperti ini?"
Liu Ong Kiang menggumam begitu, karena ia mengetahui, dengan
munculnya ke dua orang Mongolia itu, yang menurut si pelayan
terdiri dari seorang bangsawan Mongolia dan seorang pendeta
Mongolia, tentu akan menimbulkan kesulitan untuk mereka.
Namun karena Yo Him memang tidak boleh diganggu di saat
seperti itu, di mana selain bisa membahayakan keselamatan Cin
Piauw Ho dan juga bisa membuat celaka Yo Him kalau sampai
224 perhatiannya terpecah oleh gangguan yang tidak diinginkan di saat
ia tengah memusatkan seluruh tenaga dalamnya mengobati luka
Cin Piauw Ho. Akhirnya Liu Ong Kiang berkata: "Biarlah aku yang pergi menemui
mereka......!" si pengemis juga menoleh kepada Ko Tie, katanya:
"Kau tunggu di sini saja, Tie-jie!"
Ko Tie mengiyakan. Bersama pelayan itu, Liu Ong Kiang telah turun dari loteng dan
menuju ke ruang bawah penginapan itu. Segera dilihatnya dua
orang Mongolia, seorang yang berpakaian sebagai bangsawan
Mongolia dan seorang lagi berpakaian sebagai Lhama (pendeta),
tengah duduk di sebuah meja, sebelah kanan ruangan tersebut.
Waktu mendengar suara langkah kaki yang menuruni undakan
anak tangga, tampak ke dua orang Mongolia itu menoleh. Dan Liu
Ong Kiang waktu mengenali si pendeta Mongolia tersebut, jadi
kaget bukan main, karena ia segera mengenali bahwa Lhama itu
tidak lain dari Koksu Mongolia, yaitu Tiat To Hoat-ong. Sedangkan
yang seorang lagi yang berpakaian seorang bangsawan Mongolia
itu, berusia hampir limapuluh tahun dan memiliki potongan muka
persegi empat, tampaknya gagah, tidak dikenalnya.
Karena telah terlanjur turun, Liu Ong Kiang juga tak bisa menarik
diri lagi, dia menghampiri dan sambil tertawa berkata, "Ha, tidak
disangka-sangka bisa bertemu dengan dua orang mulia di tempat
seperti ini!" 225 Tiat To Hoat-ong telah mengawasi Liu Ong Kiang dengan sorot
mata tajam. Sedangkan bangsawan Mongolia juga telah meneliti
keadaan si pengemis, lalu menoleh kepada pelayan yang datang
bersama Liu Ong Kiang. "Mana pemuda she Yo itu?" tegur yang berpakaian sebagai
bangsawan Mongolia itu. Waktu itu daratan Tiong-goan telah dikuasai oleh Kublai Khan,
dengan demikian orang-orang Mongolia merupakan orang-orang
yang selain dihormati dan ditakuti. Si pelayan juga telah menjura:
"Siauwjin telah menyampaikan pesan Taijin, tetapi tuan pengemis
ini yang menjadi sahabat Yo Kongcu, mengatakan dia yang akan
menemui Taijin!" Sewaktu menyahuti begitu, tampaknya pelayan ini ketakutan
sekali. Ia kuatir bangsawan Mongolia itu akan murka dan ia bisa
celaka. Tiat To Hoat-ong telah mendesis dengan suara angkuh dan sikap
dingin, katanya tawar: "Manusia seperti engkau mana ada
harganya menemui kami" Suruh pemuda she Yo itu turun ke mari!"
Muka Liu Ong Kiang tidak berobah mendengar ejekan tersebut, dia
malah tertawa. "Sabar, sabar......!" katanya kemudian. "Yo Kongcu sedang
berpakaian, tidak lama lagi tentu Yo Kongcu akan turun menemui
kalian. Tetapi bolehkah aku si pengemis miskin mengetahui apa
maksud ke dua taijin dan Taysu mencari Yo Kongcu?"
226 "Hemmmm," orang Mongolia yang berpakaian bangsawan itu telah
mendengus dingin. "Ada sesuatu yang perlu kami tanyakan
padanya!" "Ya, suruh dia turun untuk menemui kami!" berkata Tiat To Hoatong dengan suara mengandung kemendongkolan. "Rewel-rewel
banyak mulut seperti kau ini, akan kami hajar biar kau dikirim ke
akherat.....!" "Galak sekali pendeta ini, berpikir Liu Ong Kiang. Hemm, dia
sebagai Koksu negara, memang telah kudengar perihal
kepandaiannya yang tinggi, hanya di bawah setingkat dari
kepandaian Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Sekarang ia bisa muncul
bersama bangsawan ini, yang tidak kuketahui siapa adanya, apa
yang ingin mereka lakukan"
Tetapi walaupun berpikir begitu, namun Liu Ong Kiang tahu bahwa
ke dua orang ini tentunya mengandung maksud tidak baik, dengan
sabar ia berkata: "Yo Kongcu tidak lama lagi akan turun menemui
kalian tetapi jika memang kalian memiliki urusan penting, kalian
sampaikan kepadaku, biar nanti kuberitahukan pada Yo
Kongcu......!" "Oh pengemis bau yang terlalu banyak mulut!" teriak Tiat To Hoatong, dia juga telah menggebrak meja keras sekali, sehingga meja
itu miring. Sebab salah satu kakinya hampir patah menjadi dua,
belum putus. "Kau memang perlu dibungkamkan!" Dan Tiat To
Hoat-ong telah mengambil cawan di depannya, tahu-tahu dia telah
menyiram Liu Ong Kiang dengan arak yang berada di dalam cawan
itu. 227 Arak itu bagaikan selembar benang putih, telah menyambar ke
muka Liu Ong Kiang. Walaupun kepandaian Liu Ong Kiang memang tidak bisa
mengimbangi kepandaian Tiat To Hoat-ong, namun diapun tidak
lemah. Saat melihat arak yang menyambar ke arah dirinya disertai
tenaga dalam yang tinggi, si pengemis telah menyingkir ke
samping tanpa menunggu tibanya arak itu pada sasaran. Maka
arak yang tidak berhasil mengenai sasaran, telah mengenai
dinding ruangan itu, dan seketika dinding itu jadi berlobang
sedalam lima dim! Si pelayan yang berdiri agak jauh dari tempat itu berobah pucat,
mengawasi dengan ketakutan. Ia beranggapan pendeta Mongolia
ini mempergunakan ilmu siluman, karena dengan siraman arak
saja ia bisa membuat dinding batu itu berlobang begitu dalam.
Kalau tadi sampai mengenai muka si pengemis, tentu muka itu
akan berlobang dan pasti rusaknya, juga si pengemis akan
menemui kematian, sebab kepalanya akan pecah remuk oleh
siraman arak tersebut. Liu Ong Kiang sendiri jadi mengeluh dalam hati. Apa yang pernah
didengar bahwa Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu kerajaan
Mongolia yang sakti, memang benar. Hanya sekarang, di saat
kerajaan Mongolia telah berhasil menguasai daratan Mongolia,
Koksu ini lebih bengis lagi, di mana ia selalu bertindak dengan
tangan besi, karena kekuasaan yang ada di tangannya sebagai
Koksu negara membuatnya ia memiliki pengaruh yang sangat
besar. 228 Terlebih lagi memang tokoh-tokoh sakti daratan Tiong-goan telah
hidup mengasingkan diri. Maka boleh di bilang sejak k?menangan
kublai Khan merebut daratan Tiong-goan, Koksu negara yang
memiliki kepandaian sangat tinggi itu, tidak pernah menemui
tandingan lagi. Waktu terjadi pertempuran di Siang-yang, walaupun Liu Ong Kiang
tidak ikut serta, namun sebagai seorang tokoh Kay-pang, ia
memang ikut mengerahkan anggota Kay-pang guna bantu
perjuangan dari para orang-orang gagah melindungi Siang-yang.
Dan perihal diri Koksu negara Tiat To Hoat-ong telah banyak
didengarnya. Dan sekarang, begitu melihat kepada Tiat To Hoatong, pakaiannya dan keadaannya, seketika ia telah menduga
kepada Koksu yang bengis tersebut.
Melihat siraman araknya gagal, Tiat To Hoat-ong jadi gusar bukan
main, dengan penasaran ia telah menyambar cawan yang satunya
yang masih ada isinya. Ia menyiram lagi. Namun kali ini arak tidak
menyambar dalam bentuk seutas benang, melainkan terpecah
dalam butir-butir seperti air hujan.
Liu Ong Kiang tahu apa akibatnya jika ia tidak berhasil
menyelamatkan diri dari arak itu, maka ia melompat tinggi sekali.
Tiga tombak, hampir saja kepalanya menyentuh wuwungan.
Butir-butir arak itu telah lewat di bawah kakinya, dan kembali
menghantam dinding itu berlobang-lobang bagaikan ditusuk oleh
benda tajam! Hal ini memperlihatkan lweekang Tiat To Hoat-ong
telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali dan kepandaiannya
itu luar biasa sekali. 229 Muka Liu Ong Kiang jadi pucat waktu turun ke lantai dan baru saja
ia ingin berkata dengan sengit karena kuatir dan penasaran
menjadi satu, untuk memaki si pendeta dan berusaha mencegah
pendeta itu menyerang lebih lanjut, bangsawan Mongolia itu telah
berkata kepada Koksu negara tersebut: "Koksu, biarkan dulu aku
menanyakan beberapa soal kepada pengemis itu!"
Tiat To Hoat-ong sesungguhnya tengah penasaran dan ingin
menimpuk sekalian dengan cawan di tangannya. Waktu melihat
serangan araknya tidak berhasil juga namun mendengar cegahan
dari bangsawan Mongolia tersebut, ia mengangguk dengan
perlahan. Mau ia patuh pada permintaan bangsawan Mongolia itu,
tetapi patuhnya itu patuh terpaksa!
"Pengemis bau, sekarang kau katakan, kuminta kau bicara yang
jujur, karena sekali saja kau berdusta, maka jangan
mempersalahkan aku nanti memperlakukan kau tidak baik! Nah,
pertama-tama yang ingin kuketahui, pemuda yang telah
menimbulkan kegaduhan di kota ini, yaitu dengan melawan seekor
binatang dan seorang berpakaian aneh, apakah benar-benar she
Yo?" Si pengemis mengangguk. "Ya," sahutnya. Walaupun mendongkol dan penasaran, Liu Ong
Kiang tidak berani main gila di hadapan Tiat To Hoat-ong.
"Dan pemuda she Yo itu, yang katanya memiliki kepandaian sangat
tinggi, sehingga bisa mengusir biruang yang ganas dan seorang
yang aneh dan memiliki kepandaian hebat itu. Apakah orang she
Yo yang ada hubungannya dengan Yo Ko?"
230 Ditanya begitu, Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak, namun ia
segera teringat, ketika Yo Him sedang bercakap-cakap dengan
Swat Tocu, semua orang yang waktu itu berada di tempat tersebut,
jelas telah mendengar sendiri bahwa Yo Him adalah putera dari
Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Percuma saja jika memang si pengemis
she Liu ini menyangkal, terpaksa ia mengangguk juga.
"Benar, memang tepat!" katanya. "Ada urusan apakah Taijin dan
Taysu...... berdua ingin bertemu dengannya?"
Bangsawan Mongolia itu telah memperdengarkan suara dingin,
sikapnya semakin tawar dan matanya mengawasi bengis kepada
Liu Ong Kiang. "Di mana dia berada sekarang?" tanya bangsawan Mongolia itu.
"Ada di kamarnya......!" menyahuti Liu Ong Kiang.
"Mengapa dia tidak segera turun menemui kami, atau memang ia
tengah berusaha melarikan diri" Hemmmm, jangan mimpi, di
sekeliling rumah penginapan ini telah kami tempatkan orang-orang
kami. Jangankan orang she Yo itu, seekor lalatpun tidak akan lolos


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari mata kami! Perintahkan dia turun menemui kami!"
Liu Ong Kiang tahu, Yo Him sekarang ini tentu tengah
mengerahkan tenaga dalamnya, dan tidak boleh diganggu.
Permintaan bangsawan Mongolia tersebut tidak mungkin
dikabulkannya. Maka sambil tertawa ia berkata: "Sayang sekali Yo
Kongcu belum bisa menemui Taijin dan Taysu sekarang ini.
Tunggulah sebentar lagi jika memang pekerjaan Yo Kongcu
selesai, ia tentu akan turun menemui kalian....."
231 "Apa yang sedang dilakukannya di sana......?" tanya bangsawan
Mongolia itu dengan bengis.
"Ia......!" Tetapi Liu Ong Kiang tidak bisa meneruskan
perkataannya, sebab Tiat To Hoat-ong tahu-tahu telah
menjejakkan kakinya, tubuhnya gesit sekali telah melompat ke
samping Liu Ong Kiang, di waktu itulah tangan kanan pendeta itu
diulurkan untuk membekuk Liu Ong Kiang.
Walaupun kepandaian Liu Ong Kiang tidak setinggi kepandaian
Tiat To Hoat-ong, namun ia merupakan seorang tokoh Kay-pang
yang memiliki kepandaian boleh juga. Melihat dirinya hendak
dibekuk oleh pendeta Mongolia tersebut, ia telah mengelakkan diri
dengan memiringkan tubuhnya ke kanan dan menggeser kakinya
untuk menjauhi diri dari pendeta Mongolia yang berangasan itu.
Tiat To Hoat-ong melihat si pengemis berusaha menjauhi diri dari
dia, cepat sekali dia membangkol mempergunakan tangannya
yang lain waktu itulah cepat bukan main. Dengan gerakan yang
sulit diikuti oleh pandangan mata tubuh Liu Ong Kiang telah
terjerembab kena dibangkol oleh Tiat To Hoat-ong. Malah belum
lagi si pengemis tahu apa yang terjadi tangan kanannya telah
dicekal oleh pendeta Mongolia tersebut, yang telah memijit
nadinya, sehingga punahlah semua tenaga si pengemis. Waktu
Tiat To Hoat-ong menariknya agar si pengemis itu berdiri, dia telah
tertawan tanpa daya dan hanya berdiri tidak bisa memberikan
perlawanan. "Hemm, pengemis bau seperti engkau ini biasanya bersekongkol
dengan orang-orang Song itu..... mereka adalah para penghianat
232 dan pemberontak. Mereka harus ditangkap semuanya!" Suara Tiat
To Hoat-ong menyeramkan. "Mereka merupakan manusiamanusia yang tidak tahu mampus, tidak mau mengakui kekuasaan
dari Khan kami yang agung......!"
Liu Ong Kiang telah memandang kepada Tiat To Hoat-ong dengan
sorot mata mengandung kemendongkolan, katanya: "Hemm,
engkan main kasar seperti ini, apakah kau kira engkau merupakan
jago yang paling gagah dan nomor satu di kolong langit! Kudengar
waktu menghadapi Sin-tiauw-tay-hiap, engkau sampai terkencingkencing dan terkentut-kentut.....!"
Mendengar perkataan Liu Ong Kiang, bukan main murkanya Tiat
To Hoat-ong, mukanya merah padam dan ia mengangkat tangan
kirinya maksudnya ingin menghantam pecah batok kepala Liu Ong
Kiang. Namun bangsawan Mongolia itu telah menahan gerakan tangan
Tiat To Hoat-ong, katanya tawar: "Koksu, kau tidak perlu
membinasakan dia dulu, kita belum lagi bertemu dengan pemuda
she Yo itu......!" Tiat To Hoat-ong jadi gagal dengan maksudnya, ia tidak jadi
turunkan tangan mautnya itu. Namun dengan muka yang merah
padam karena masih murka, dia berkata bengis: "Jika nanti benar
engkau berserikat dengan manusia-manusia pemberontak itu,
hemm, aku akan menghantam pecah batok kepalamu ini......!" Dan
setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong tetap memegangi tangan
Liu Ong Kiang, yang terus juga dipijit jalan darahnya, sampai
233 pengemis itu tetap tidak memiliki tenaga untuk mengadakan
perlawanan. Liu Ong Kiang tidak jeri, memang ia mengakui tidak ungkulan ia
menghadapi Tiat To Hoat-ong, di mana tidak mungkin ia bisa
mendampingi pendeta yang liehay dan berangasan itu, namun
dengan diperlakukan demikian kasar oleh pendeta ia jadi gusar
dan penasaran sekali. Dia telah memperd?ngarkan suara tertawa
dingin, katanya tawar: "Tiat To Hoat-ong, aku memang tidak pernah bertemu denganmu,
tetapi sebagai Koksu negara Mongolia yang engkau banyak
dikenal orang. Sayang sekali, semula aku pernah membayangkan
bahwa seorang Koksu dari Mongolia yang merupakan kerajaan
yang selalu diagung-agungkan itu tentunya seorang Koksu yang
benar-benar hebat dan gagah! Sayang sekali......!"
"Apanya yang sayang sekali?" bentak Tiat To Hoat-ong tambah
murka. Liu Ong Kiang sengaja menghela napas, dia telah meneruskan
perkataannya: "Sudah kukatakan, aku merasa sayang, bahwa apa
yang telah kubayangkan itu ternyata meleset!" menyahuti begitu,
Liu Ong Kiang menyeringai tertawa, sama sekali dia tidak jeri,
walaupun dia telah terjatuh ke dalam Koksu Mongolia.
"Mengapa?" bentak Tiat To Hoat-ong penasaran.
"Karena Koksu yang terkenal dari kerajaan Mongolia yang katanya
begitu agung, ternyata tidak lebih tidak kurang dari pada seekor
buduk yang gemar menggigit......!" sahut Liu Ong Kiang.
234 Hebat ejekan Liu Ong Kiang, muka Tiat To Hoat-ong merah seperti
dibakar, ia mengerang satu kali, dan seketika lupa diri. Tangannya
digerakkan, tahu-tahu tubuh Liu Ong Kiang telah dilemparkan
dengan sekuat tenaga, dan tubuh si pengemis menggelinding di
lantai berguling-guling. Namun Liu Ong Kiang memang telah nekad. Sambil merangkak
berdiri ia telah memperdengarkan suara mengejek, lalu katanya
lagi mengoceh: "Dan memang benar-benar terbukti sekarang, apa
yang disebut sebagai Koksu negara itu tidak lebih dari seekor
anjing buduk yang gemar menggigit, jika menghadapi lawan yang
lebih lemah, memperlihatkan taringnya. Tetapi jika menghadapi
manusia yang memiliki kepandaian tinggi, lalu cepat-cepat
sembunyikan ekor! Sungguh Koksu yang bau kotoran anjing dan
babi.....!" Si pengemis memang hidup di kalangan kaum pengemis, yang
biasa menggunakan kata-kata makian yang kasar dan kotor,
sekarang kata-kata kasar itu dipergunakan untuk memaki Tiat To
Hoat-ong. Koksu negara yang sangat agung dan dihormati semua
orang. Jangankan rakyat, sedangkan Kaisar sendiri, Kublai Khan,
menghormatinya. Bisa dibayangkan perasaan murka yang bergolak di dada Tiat To
Hoat-ong. Karena terlalu murka, untuk sejenak Tiat To Hoat-ong hanya bisa
berdiam diri saja di tempatnya, dia mengawasi Liu Ong Kiang
dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar, bagaikan biji
matanya akan melompat keluar.
235 "Pengemis anjing, kau......!" memaki Tiat To Hoat-ong dengan
murka yang tidak tertahan. Sesungguhnya bisa saja dia binasakan
Liu Ong Kiang, tetapi pengemis itu terlalu menghina dan membuat
dia gusar seperti itu maka pendeta Mongolia yang liehay ini justeru
jadi tidak ingin membinasakan Liu Ong Kiang, di waktu itu juga dia
ingin menyiksa Liu Ong Kiang dengan cara yang hebat, agar si
pengemis nanti mati dengan perlahan-lahan, untuk hidup tidak
bisa, matipun tidak dapat.
"Kau akan merasakan akibatnya nanti atas perkataanmu yang
kurang ajar itu.....!"
Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong melangkah
mendekati Liu Ong Kiang, tangan kanannya dihantamkan ke
punggung Liu Ong Kiang. Si pengemis berusaha mengelakkan diri namun dia kalah cepat,
telapak tangan Tiat To Hoat-ong telah singgah di punggungnya.
Tidak ampun lagi tubuh Liu Ong Kiang terjungkal rubuh
bergulingan di atas lantai.
Belum lagi Liu Ong Kiang bisa bangkit dan masih mengerang sakit
karena tulang punggungnya seperti akan patah akibat pukulan Tiat
To Hoat-ong, di waktu itulah tubuh TiatTo Hoat-ong yang tinggi
besar namun dapat bergerak lincah dan ringan telah berada di
sampingnya, tahu-tahu kaki kanannya telah menginjak punggung
Liu Ong Kiang, dia menginjak dengan kuat sekali, sampai
terdengar suara "krek!" ada tulang-tulang punggung Liu Ong Kiang
yang patah! 236 Bukan main menderitanya Liu Ong Kiang, dia menderita kesakitan
yang hebat, sampai dia mengeluh perlahan. Namun pengemis dari
Kay-pang ini, walaupun menderita kesakitan seperti itu, sama
sekali tidak menjerit. Dan bukannya merintih malah telah membuka mulutnya untuk
memaki lagi: "Koksu bau busuk, manusia seperti engkau, yang
mirip anjing dan babi, mana pantas menjadi Koksu" Hemm......
kalau kau bertemu dengan Sin-tiauw-tay-hiap, aku ingin lihat,
apakah engkau masih memiliki nyali untuk pentang mulut! Kukira,
engkau akan akan terkencing-kencing dan terkentut-kentut berlutut
di hadapan Sin-tiauw-tay-hiap memohon-mohon pengampunan
untuk jiwa anjingmu itu!"
Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong, dia sampai menggigil
menahan keamarahannya itu. Dan kemudian katanya dengan
berang: "Baik, baik, aku tidak akan membunuhmu dulu, agar citacitamu itu terlaksana! Kau akan melihat nanti, bagaimana aku
membekuk si buntung Yo Ko itu......! Memang kami tengah mencari
jejaknya. Tetapi engkau tidak bisa dibiarkan dalam keadaan seperti
ini, terlalu enak untukmu......!" dan setelah berkata begitu, ketika
baru saja kata-katanya itu diucapkan, ke dua tangan Tiat To Hoatong telah digerakkan, di mana dia telah patahkan ke dua tangan
Liu Ong Kiang! Sama sekali Liu Ong Kiang tidak menjerit, hanya menggigit bibir
menahan sakit. Dan kemudian Tiat To Hoat-ong telah menginjak
ke dua kaki si pengemis dengan ke dua kakinya, mengerahkan
lweekangnya, maka dengan memperdengarkan suara "krekkk!"
tulang ke dua kaki Liu Ong Kiang akhirnya remuk juga!
237 Itulah cara membuat bercacad lawan yang sangat keji sekali. Tiat
To Hoat-ong memang benar-benar tidak hendak membinasakan
orang yang telah menghinanya ini, malah dia akan membiarkannya
hidup dulu. Sampai kelak baru dia akan melakukan siksaan lagi,
membuat orang sulit hidup dan sukar untuk mati.....
Bangsawan Mongolia yang berdiri diam dengan sepasang alis
mengkerut. Tidak mengucapkan apa-apa, hanya mengawasi saja
apa yang dilakukan Koksu Negara itu, karena ia yakin percuma ia
menahan sepak terjang Koksu itu yang tengah murka sekali.....
Ko Tie yang telah dipesan oleh Liu Ong Kiang agar menunggui
pintu kamar, diam-diam telah mengintai dari atas tangga loteng,
semua yang terjadi telah dilihatnya dengan jelas. Anak itu jadi
bingung dan ngiris hatinya menyaksikan Liu Ong Kiang dianiaya
seperti itu, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hanya satu
yang diingatnya, yaitu memberitahukan pada Yo Him.
Namun anak ini teringat bahwa Yo Him telah berpesan, agar tidak
seorangpun dlperbolehkan masuk ke dalam sebelum ia selesai
mengerahkan lweekangnya m?ngobati Cin Piauw Ho.
Sedang anak itu kebingungan sendiri, dilihatnya Tiat To Hoat-ong
telah menginjak hancur tulang kaki Liu Ong Kiang, maka tidak ada
pilihan lain pada diri anak ini, ia memutuskan untuk
memberitahukan Yo Him, karena jika terlambat tentu Liu Ong
Kiang akan disiksa jauh lebih hebat lagi.
Cepat-cepat Ko Tie kembali ke kamarnya, membuka pintu
perlahan-lahan dan menghampiri pembaringan. Dilihatnya Yo Him
238 masih duduk bersila, tengah menyalurkan tenaga dalamnya pada
Cin Piauw Ho. Yo Him berdiri di sisi pembaringan tanpa bisa membuka suara. Yo
Him melirik padanya, dan mmgisyaratkan seperti bertanya apakah
terjadi sesuatu, karena dilihatnya muka Ko Tie begitu pucat.
Ko Tie suara terbata-bata akhirnya, bisa juga berkata: "Paman
pengemis...... tengah..... dianiaya orang......!"
Mendengar itu. sepasang alias Yo Him mengkerut dalam-dalam.
Entah orang liehay mana yang sampai dapat menganiaya Liu Ong
Kiang" Tetapi waktu itu Yo Him tengah berada pada saat-saat yang begitu
sangat genting dan terakhir ia mengerahkan tenaga dalamnya itu
dua putaran lagi, barulah selesai. Jika di saat itu ia menyudahi
pengerahan tenaga dalamnya, bukan saja Cin Piauw Ho akan
celaka, karena seperti juga tenaga yang tengah beredar itu tahutahu terlepas dari libatan dan bisa menyerang bagian dalam
anggota tubuh Cin Piauw Ho pun Yo Him sendiri bisa terluka di
dalam. Maka dengan anggukan kepala ia seperti mengatakan agar
Ko Tie menunggu beberapa saat lagi. Maka iapun telah
mengerahkan tenaga dalamnya, di mana ia ingin segera
mengakhiri pengerahan tenaga dalamnya itu. Dua putaran tidak
lama, hanya beberapa puluh detik.
Namun, belum lagi Yo Him menyelesaikan pengerahan tenaga
dalamnya itu. Justru pintu kamar telah ditendang seseorang kuat
sekali, sampai daun pintu kamar menyeblak keras dan tampak di
239 ambang pintu berdiri dua orang yang berpakaian sebagai
bangsawan Mongolia dan pendeta Lhama......
Yo Him juga segera mengenali salah seorang dari ke dua orang
yang berdiri di muka pintu itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong,
musuh bebuyutan dari ayahnya, saudara dari Kim Lun Hoat-ong
yang telah terbinasa delapanbelas tahun yang lalu......
"Y" Diam-diam Yo Him jadi mengeluh juga, ia tengah berada dalam
keadaan yang sulit, di mana ia tengah mengerahkan tenaga
dalamnya di saat-saat yang genting seperti itu. Disamping itu pula,
ia pun telah mempergunakan banyak sekali tenaga dalamnya, ia
dalam keadaan lemah. Dan yang muncul sekarang ini, yaitu Tiat To Hoat-ong, orang
terpandai dari Mongolia. Koksu negara yang mempunyai
kepandaian hanya sedikit di bawah kepandaian ayahnya. Jika
memang dalam keadaan biasa, tentu Yo Him tidak jeri menghadapi
Koksu negara Mongolia tersebut. Tetapi sekarang justru dia dalam
keadaan seperti terjepit.
Namun dia tabah, dia juga tidak menjadi gugup. Dengan sikap
yang tenang ia telah meneruskan menyelesaikan pengerahan
tenaga pada Cin Piauw Ho tanpa memperdulikan kehadiran ke dua
orang Mongolia itu. Tiat To Hoat-hong waktu melihat Yo Him tengah mengerahkan
tenaga dalamnya pada seseorang, yang rebah di pembaringan
dalam keadaan lemah. Telah memperdengarkan suara tertawa
240 dingin, katanya: "Oh, kiranya kau tengah berusaha mengobati
seseorang." Dan sambil berkata begitu, mulut bicara kaki melangkah mendekati
pembaringan. Ia telah mengulurkan tangannya untuk
mencengkeram dada Yo Him.
Ko Tie ketakutan dan berkuatir melihat pendeta Lhama yang ganas
berangasan itu hendak mencengkeram Yo Him, sedangkan Yo
Him sendiri tahu, bahwa cengkeraman itu bukanlah cengkeraman


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ringan, bisa mematikannya. Tetapi Ko Tie maupun Yo Him,
tidak bisa berbuat lain selain berdiam. Yang seorang, Ko Tie hanya
bisa menyaksikan dengan bingung tanpa dapat menolong.
Sedangkan Yo Him berdiam dengan meneruskan pengerahan
tenaga dalamnya menyelesaikan penyaluran tenaga murni itu
pada Cin Piauw Ho. Dan Tiat To Hoat-ong meneruskan
cengkeramannya. Tetapi waktu tangan Tiat To Hoat-ong hampir mengenai sasaran,
mendadak pendeta itu mengeluarkan suara seruan tertahan,
mengandung perasaan sakit, ia pun batal mencengkeram dan
mundur menjauhi pembaringan dengan muka berobah pucat dan
merah bergantian. Apakah yang terjadi"
Ternyata waktu Yo Him menghadapi bahaya yang cukup hebat,
Cin Piauw Ho yang tengah rebah menerima hawa murni Yo Him,
telah melihat Tiat To Hoat-ong berdiri tepat di dekat kepalanya.
Maka tanpa pikir panjang lagi, dengan mempergunakan seluruh
tenaganya yang masih ada, walaupun ia sangat lemah, Cin Piauw
241 Ho berhasil menggerakkan tangan kirinya menghantam
selangkangan Tiat To Hoat-ong, kepada alat vitalnya pendeta
Mongolia itu. Apa yang dilakukan Cin Piauw Ho tidak disangka sama sekali oleh
Tiat To Hoat-ong, mimpipun tidak. Maka alat vitalnya itu kena
dihantam oleh Cin Piauw Ho. Untung saja waktu itu Cin Piauw Ho
tengah terluka dan tidak memiliki tenaga, di mana ia sangat lemah,
pukulannya itu perlahan. Namun karena jatuhnya di tempat yang
vital sekali, juga telak, walaupun perlahan, memberikan hasil yang
membuat Tiat To Hoat-ong harus meringis menahan sakit dan
menahan cengkeramannya. "Kau..... kalian benar-benar harus dimampusi!" teriak Tiat To Hoatong setelah perasaan sakit pada selangkangannya itu berkurang.
Namun waktu pendeta yang menjadi Koksu negara Mongolia ini
hendak menghampiri, waktu itulah bangsawan Mongolia itu telah
mencekal tangannya, kata bangsawan Mongolia itu: "Jangan
ganggu mereka dulu, Koksu, biarkan saja dulu. Kita mempunyai
waktu yang banyak, sebentar lagi kau menghajar mampus mereka
juga kukira belum terlambat......!"
Tiat To Hoat-ong sesungguhnya ingin melampiaskan
kemurkaannya itu dengan sekali hantam membinasakan Yo Him
dan Cin Piauw Ho. Tetapi atas cegahan bangsawan Mongolia itu,
seperti juga telah membuatnya tersadar, bahwa mereka belum
memperoleh keterangan apapun juga. Justru yang mereka
kehendaki, adalah mengorek keterangan dari Yo Him, di mana
242 sekarang ini Yo Ko, Siauw Liong Lie dan jago-jago lainnya telah
menyembunyikan diri. "Baik, aku memberikan kesempatan hidup kepada mereka sampai
batas waktu malam ini. Besok walaupun bagaimana aku harus
membinasakan mereka termasuk juga si pengemis anjing yang di
luar itu......!" berkata Tiat To Hoat-ong dengan menahan kegusaran
hatinya. Waktu itu Yo Him telah selesai menyalurkan seluruh tenaga
dalamnya pada Cin Piauw Ho dan ia telah mengangkat telapak
tangannya dari perut Cin Piauw Ho. Namun pemuda she Yo ini letih
sekali. "Orang she Yo, ada sesuatu yang ingin kami tanyakan kepadamu!"
kata bangsawan Mongolia itu dengan suara yang angker gagah,
sikapnya agung-agungan. Yo Him mengawasi bangsawan Mongolia tersebut, lalu ia menoleh
memandang Tiat To Hoat-ong, kemudian tertawa mengejek diiringi
pertanyaan: "Hemm, tidak kusangka bahwa aku akan menerima
kunjungan kehormatan dari dua orang tamu istana!"
Tiat To Hoat-ong mengawasi mendelik saja tanpa mengatakan
suatu apapun juga. Sedangkan si bangsawan Mongolia itu telah
berkata lagi dengan sifatnya yang agung-agungan itu: "Orang she
Yo, kami telah mengetahui bahwa kau puteranya Yo Ko, yang
bergelar Sin-tiauw-tay-hiap itu..... maka kami ingin menanyakan
sesuatu kepadamu mengenai.....!"
243 "Tunggu dulu.....!" kata Yo Him sambil tersenyum tenang,
walaupun saat itu otaknya tengah bekerja keras memikirkan cara
yang terbaik untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong. Jika sampai
harus terjadi pertempuran. "Bolehkah aku tahu siapa Taijin yang
menjadi tamuku terhormat ini?"
Bangsawan Mongolia itu tampak ragu-ragu. Namun akhirnya ia
menyahuti, "Aku keponakan dari Khan kami yang agung, aku
bernama Ghalik." Memang bangsawan Mongolia itu adalah pangeran Ghalik, yang
memiliki kekuasaan sangat besar dan menjadi kepercayaan orang
Kublai Khan. Dia adalah keponakan luar dari Kublai Khan, yang
sejak kecil gemar sekali mempelajari ilmu silat dan gulat.
Waktu delapan belas tahun yang lalu tentara Mongolia telah gagal
merebut kota Siang-yang, di mana akhirnya tentara Mongolia itu
telah ditarik kembali pulang ke pedalaman Mongolia, pangeran
Ghalik tersebut telah bertemu dengan seorang berkepandaian
tinggi dan aneh, yang tidak mau memberikan keterangan
mengenai dirinya. Namun orang aneh itu memiliki kepandaian
yang liehay sekali, di mana ia telah mewarisi kepandaiannya pada
pangeran Ghalik ini, sehingga pangeran tersebut sekarang
memiliki kepandaian yang tidak rendah.
Dengan demikian, pangeran Ghalik telah jadi kepercayaan Kublai
Khan, terutama untuk memimpin pasukan istana yang menjaga
kediaman raja Mongolia tersebut.
Begitulah, Ghalik dengan kekuasaannya yang tidak terbatas itu
telah mencari orang-orang pandai yang memiliki kepandaian tinggi
244 dan bersedia menakluk dan juga mengejar pangkat dan harta,
bekerja di bawah perintah Ghalik, guna menjadi pembantunya
yang dapat diandalkan. Tiat To Hoat-ong sesungguhnya tidak menyukai cara dan tindakan
yang dilakukan oleh pangeran Ghalik, yang menerima jago-jago
dari kerajaan Song juga, di mana mereka telah di tempatkan
menjadi satu dengan para jago dari Mongolia. Menurut Tiat To
Hoat-ong, dengan menerima jago-jago dari kerajaan Song itu,
sama saja dengan memelihara anak macan, jika telah tumbuh
sayap malah bisa menerkam majikan. Dan Tiat To Hoat-ong justru
kuatir kalau saja nanti para jago-jago Song yang bekerja pada
perintah pengeran Ghalik itu suatu waktu kelak akan memberontak
dan menimbulkan kesulitan yang tidak kecil buat kerajaan Khan
nya yang agung. Namun pangeran Ghalik memiliki pendirian tersendiri, ia berpikir
jauh sekali. Tanpa ditariknya jago-jago kerajaan Song, sulit buat
mereka memberantas para jago-jago bekas kerajaan Song yang
menentang kekuasaannya Kaisar Kublai Khan. Dengan begitu, ia
bermaksud untuk memperalat jago-jago bekas kerajaan Song
tersebut, untuk mendekati para jago-jago kerajaan Song yang telah
hidup mengasingkan diri di tempat-tempat persembunyian yang
sukar dicari. Dengan adanya mereka, yaitu para jago-jago kerajaan Song yang
telah bisa dipicuk dengan harta dan pangkat. Mereka diperalat buat
menghantam dan membasmi para jago-jago Song yang
menentang kekuasaan Kublai Khan.
245 Dan kebijaksanaan yang diambil oleh pangeran Ghalik memang
disetujui oleh Kublai Khan, dengan demikian Tiat To Hoat-ong jadi
tidak bisa memperlihatkan ketidak senangannya itu. Dia berdiam
diri saja, menindih perasaan jelusnya itu.
Sesungguhnya, yang membuat Tiat To Hoat-ong tak setuju
pangeran Ghalik mengambil jago-jago kerajaan Song yang telah
runtuh itu, ia kuatir justru nanti mempersulit dirinya. Dia sebagai
Koksu negara, dan memang pernah bertempur dengan para jagojago Song seperti Yo Ko dan tokoh-tokoh lainnya, di mana dirinya
juga telah dipermainkan. Ia telah menaruh dendam dan sakit hati pada setiap jago-jago
kerajaan Song yang telah runtuh itu. Adalah cita-citanya, begitu
Kublai Khan berhasil menancap kaki di daratan Tiong-goan ini, di
saat mana ia telah memperoleh kekuasaan yang besar, Tiat To
Hoat-ong bermaksud mengadakan pengejaran pada jago-jago
kerajaan Song itu menumpas dan membasmi sampai ke akarakarnya.
Dan kekecewaan yang diterimanya oleh tindakan pangeran Ghalik
yang malah merangkul para jago-jago Song itu, di antaranya
terdapat beberapa orang jago bekas ikut bertempur berdiri di pihak
Yo Ko, namun sekarang terpicuk oleh harta dan pangkat. Dendam
Tiat To Hoat-ong itu tetap menyala, namun sebagai seorang
Koksu, di mana ia memperoleh kepercayaan dan juga dihormati
Kaisarnya, dia tidak mau bertindak terlalu ceroboh. Ia berpendapat
berhasilnya dia untuk melampiaskan sakit hati dan dendamnya itu
bukan tergantung dari waktu.
246 Sekarang memang ia tidak bisa untuk menentang pangeran
Ghalik. Tetapi jika memang telah tiba waktunya. Walaupun itu
terjadinya kelak lima tahun lagi atau juga sepuluh tahun pasti ia
akan melampiaskan dendamnya itu untuk membasmi para jagojago Song, yang memang tidak disenanginya.
Tidak terlalu mengherankan begitu bertemu dengan Liu Ong Kiang
ketika si pengemis salah tingkah dan salah bicara sedikit saja
menyinggung hati dan perasaannya, Tiat To Hoat-ong telah
turunkan tangan keji dan bengis tidak mengenal kasihan lagi.
Dan juga begitu melihat Yo Him terlebih lagi dia mengetahui bahwa
Yo Him itu adalah puteranya Yo Ko. Musuh bebuyutannya itu. Ia
ingin mempergunakan kesempatan dikala Yo Him tidak berdaya,
untuk turun tangan membinasakannya. Namun kenyataannya
maksudnya itu telah dihalangi oleh pangeran Ghalik, membuat Tiat
To Hoat-ong tambah penasaran dan menaruh perasaan tidak
senang yang kian tebal pada diri pangeran itu.
Waktu itu pangeran Ghalik telah tertawa tawar kepada Yo Him,
katanya: "Orang she Yo, sekarang kau harus bicara dengan jujur!
Kami akan bertanya secara baik-baik, dan kuharap engkau tidak
terlalu keras kepala dan juga terlalu angkuh untuk menjawab setiap
pertanyaanku, karena jika terjadi hal seperti itu, tentu hanya akan
mempersulit dirimu sendiri......!"
"Pertanyaan apakah yang hendak diajukan oleh Taijin?" tanya Yo
Him dengan sikap yang tenang. Ia memang senang jika orang
hendak banyak bertanya, sebab demikian bisa membuat ia
memiliki kesempatan yang banyak guna memulihkan tenaga
247 dalamnya, agar tenaganya itu kembali pulih seperti biasa dan
memperoleh kesegarannya. Pangeran Ghalik telah tertawa tawar sambil katanya dingin: "Di
manakah sekarang ini ayahmu berada?" tanyanya.
Yo Him mengangkat bahu. "Sayang sakali aku telah mengembara cukup lama, telah beberapa
tahun sejak pertempuran terjadi waktu Khan kalian belum berhasil
merebut Siang-yang dan menguasai daratan Tiong-goan, kami
berpisahan lama dan belum bertemu lagi."
Mata pangeran Ghalik berputaran, ia tertawa tawar, ia tidak
memperlihatkan kegarangan atau kegusaran, hanya tanyanya:
"Pemuda she Yo, kau masih berusia muda, apakah kau bermaksud
untuk seumur hidupmu selalu merantau dan berkelana dalam
rimba persilatan" Apakah kau tidak berpikir untuk hidup senang
dengan harta yang banyak dan pangkat yang tinggi?"
Yo Him mendengar orang bertanya itu, ia mengerti pangeran
Ghalik ini telah membujuknya, berusaha untuk menariknya dengan
harta dan pangkat, itu memang telah menjadi kebiasaan kuno dari
pembesar Boan ini, yaitu kerajaan Mongolia yang berkuasa
sekarang ini di daratan Tiong-goan. Yang memicuk para jago-jago
Song yang ada dengan harta dan pangkat. Tetapi Yo Him tidak
memperlihatkan perasaan apapun juga pada wajahnya, dia hanya
berkata tawar: "Untuk itu belum lagi terpikir olehku. Karena sekarang ini aku masih
senang mengembara untuk mendatangi tempat-tempat yang indah
248 dan menikmati keindahan alam yang ada. Dengan demikian, tidak
dapat dikatakan juga bahwa aku senang berkelana terus menerus,
hanya saja disebabkan memang pengalamanku belum ada dan
belum puas menikmati keindahan seluruh daratan Tiong-goan ini.
Setelah puas pula melihat keramaian dan keindahan alam dan
pemandangan yang ada di seluruh daratan Tiong-goan ini barulah
aku memikirkan baik-baik, apakah aku akan hidup mengasingkan
diri di tempat sunyi, atau akan pergi mencari pangkat!"
Mendengar perkataan Yo Him, pangeran Ghalik tertawa, sikapnya
jauh lebih manis. "Yo Siauwhiap!" kata pangeran yang memiliki sifat licik itu.
"Sesungguhnya aku tertarik sekali melihat kau. Kau demikian
muda, gagah dan tampan sekali. Jika memang engkau memiliki
pikiran yang luas dan panjang demi masa depanmu yang
cemerlang, maka alangkah baiknya sekarang-sekarang ini kau
mulai memikirkan perihal kedudukan di dalam kerajaan. Orang
seperti kau ini memang sangat dibutuhkan sekali oleh
kerajaan......! Maafkan, aku bicara demi kebaikanmu.....!"
Yo Him tertawa mendengar perkataan pangeran Ghalik, katanya,
"Ya, terima kasih untuk budi baik dan juga kemurahan Taijin, apa
yang disarankan oleh Taijin akan kupikirkan baik-baik......!"
Waktu itu muka Tiat To Hoat-ong telah berobah merah padam
mendengar Yo Him tengah dibujuk oleh Pangeran Ghalik, yang
bermaksud menarik pemuda itu ke pihak mereka.
Tetapi karena pangeran Ghalik merupakan orang kepercayaan
Kublai Khan, disamping itu juga memang pangeran Ghalik ini
249 memiliki kekuasaan yang sangat besar. Walaupun Tiat To Hoatong sebagai Koksu negara toh sesungguhnya dia masih berada di
bawah kekuasaan pangeran Ghalik itu. Karena itu Tiat To Hoatong hanya bungkam saja dan mengawasi Yo Him dengan mata
mendelik. Yo Him juga tahu jika dalam keadaan seperti itu dia berkeras dan
mengejek pangeran Ghalik tentu akan menimbulkan kesulitan,
maka pemuda she Yo hanya bermaksud mengulur waktu agar
dapat memulihkan tenaga dalamnya, mengatur pernapasannya.
Dan jika ia telah berhasil memulihkan pernapasan dan tenaganya
di waktu itulah baru ia akan mempergunakan kekerasan untuk
menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.
Sedangkan pangeran Ghalik jadi girang dia melihat usia Yo Him
masih muda, dan tentunya pemuda itu akan dapat dibujuknya
untuk dipicuk dengan harta dan pangkat. Dengan begitu, kalau
sampai dia bisa menarik Yo Him ke pihaknya, jelas ia memperoleh
tambahan tenaga yang dapat diandalkan.
"Siauwhiap tampaknya seorang pemuda yang memiliki pikiran luas
dan bisa melihat sesuatu dengan baik dan pertimbanganpertimbangan yang bijaksana," kata Pangeran Ghalik. "Justeru aku
telah melihat semua itu, dan itulah pula sebabnya mengapa aku
berani menawarkan padamu sedikit kedudukan. Jika memang
Siauwhiap tidak menolak, tentu aku bisa menyampaikannya pada
Khan kami yang agung, agar memberikan kedudukan yang
setimpal dengan kepandaian yang dimiliki Siauwhiap......!"
250

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yo Him tertawa mendengar tawaran yang manis seperti itu, dia
berkata dengan suara yang tenang:
"Terima kasih atas kebaikan Taijin yang telah begitu bermurah hati
mau bercapai lelah mengurusi diriku. Sayangnya sekarangsekarang ini aku belum mau lagi terikat oleh pangkat dan
kedudukan...... tentu saja tugas sebagai seorang yang memiliki
pangkat dan kedudukan, akan membuat aku tidak dapat
mengerjakannya dengan baik, karena itulah pekerjaan yang tidak
mudah......!" Pangeran Ghalik tertawa. "Tetapi Siauwhiap terus berpikir jauh," katanya kemudian.
"Bukankah Siauwhiap juga mengetahui bahwa ayahmu pernah
terlibat dalam bentrokan dengan kami, dan juga dari pihak kami kini
tengah giat-giatnya mencari orang-orang yang dulu pernah
menentang kami begitu keras. Tentu saja termasuk ayahmu. Aku
bicara berterus terang demikian, agar Siauwhiap mengetahui
dengan jelas bahwa jika memang Siauwhiap mencintai orang
tuamu itu, tentu engkau akan mau menerima pangkat dan harta
dari kami. Dengan begitu, engkaupun telah menyelamatkan
ayahmu karena dengan menjadi orang kami, jelas ayahmu itu tidak
akan diganggu pula dan juga malah kami akan melupakan tindakan
dan perbuatannya di masa lalu......!"
Yo Him tertawa, katanya menyahuti perlahan: "Terima kasih,
terima kasih. Tetapi Taijin rupanya salah dalam hal ini. Maksudku
salah dalam menentukan sikap dan memandang terlalu rendah
kepada ayahku! Ayahku itu manusia macam apa tentunya Taijin
251 telah mengetahui, tidak mungkin ia mengharapkan belas kasihan
dari pihak Mongolia. Terlebih lagi mengharapkan dengan
masuknya sang putera ke pihak Mongolia, mengharapkan untuk
dapat lolos dari kejaranmu itulah terlalu rendah sekali untuk
ayahku, dan ayahku itu tentu tidak mengharapkan belas kasihan
dari siapapun juga......!"
Melihat Yo Him tersinggung seperti itu, pangeran Ghalik telah
berkata, "Jika memang begitu, Siauwhiap yang telah salah
mengartikan perkataanku. Sesungguhnya, bukan maksudku ingin
menyatakan bahwa Sin-tiauw-tay-hiap itu seorang yang rendah
dan mengharapkan belas kasihan. Tetapi justru dari Siauwhiap
sendiri sebagai puteranya yang harus memiliki kesadaran untuk
menyelamatkan orang tua yang tengah terancam keselamatannya.
"Memang terus terang kuakui, bahwa aku secara pribadi merasa
kagum dan salut sekali kepada Sin-tiauw-tay-hiap. Jika mungkin
malah aku hendak mengangkatnya menjadi guru, itupun jika
memang Sin-tiauw-tay-hiap bersedia menerimanya. Namun, justru
sekarang yang tengah menjadi persoalan adalah urusan negara,
di mana yang menentukan untuk melakukan pengejaranpengejaran kepada jago-jago yang pernah menentang
berkuasanya kerajaan Khan kami yang agung itu, harus dibasmi
dan ditumpas, bukan berada dalam wewenangku......! Harap
Siauwhiap memakluminya, tadi aku hanya ingin memberikan
saran, ya, hitung-hitung memp?ringatimu memberikan pikiran yang
baik agar kau bisa Uh-hauw kepada orang tua......!"
Yo Him tertawa. 252 "Jika begitu dapatkah Taijin memberikan kepadaku kesempatan
dua atau tiga hari untuk berpikir?" tanyanya.
Pangeran Ghalik memang seorang yang licik mana mungkin ia bisa
mengabulkan permintaan Yo Him. Karena begitu ia memberikan
kesempatan yang diminta pemuda itu, berarti Yo Him selain akan
memperoleh semangatnya yang baru, juga kemungkinan dia
melarikan diri memang besar, terutama sekali karena dia memiliki
kepandaian yang sangat tinggi. Di mana pangeran Ghalik telah
mendengar Yo Him sudah berhasil menundukkan seekor biruang
yang sangat besar dan juga telah berhasil menahan tiga jurus
serangan majikan si biruang yang bergelar sebagai Swat Tocu.
Namun untuk menolak, pangeran Ghalik pun tidak dapat menolak
dengan kasar. Bukankah dia tengah membujuk pemuda itu agar
dapat menarik tenaga Pemuda she Yo tersebut ke pihaknya, di
mana ia mengharapkan Yo Him bisa dimanfaatkan sebagai tenaga
andalannya! Orang she Yo itu masih muda, memiliki kepandaian
yang tinggi, maka besar manfaatnya dan faedahnya untuk dia
sebagai pemimpin dari pasukan istana kaisarnya.
"Baiklah Yo Siauwhiap, aku bersedia untuk memberi kesempatan
kepada Yo Siauwhiap untuk mempertimbangkan usul yang kau
berikan itu. Jangankan dua hari, satu bulan kau minta untuk
memikirkan dan mempertimbangkan persoalan itu, aku akan
meluluskannya. Hanya saja sekarang kita baru bertemu. Mari kau
ikut denganku ke istana untuk merayakan pertemuan ini!"
Itu merupakan desakan halus yang tersembunyi maksud-maksud
menahan pemuda ini, yang hendak ditahan dengan cara yang
253 samar-samar sekali. Jika memang Yo Him mengandung maksud
untuk menentang dan menolak tawarannya maka pangeran Ghalik
akan menangkap pemuda itu. Malah jika perlu membunuhnya.
Yo Him juga menyadari akan maksud penahanan yang halus
seperti itu. Ia tertawa. Waktu tadi dia berkata-kata dengan pangeran Ghalik, ia telah
berhasil memulihkan sebagian tenaga dalamnya. Dia tidak jeri
berurusan dengan pangeran Ghalik, juga tidak takut untuk
berhadapan dengan Tiat To Hoat-ong. Namun pemuda yang cerdik
ini segera dapat menduga tentunya rumah penginapan ini telah
dikepung rapat sekali oleh anak buah pangeran Ghalik tersebut.
Untuk dirinya sendiri memang segala rintangan itu tidak berarti
apa-apa, namun untuk keselamatan Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang
dan Ko Tie, tentu saja Yo Him tidak bisa membawa caranya sendiri,
tidak bisa ia berkeras pada pangeran Ghalik ini. Maka akhirnya ia
memutuskan untuk mengambil jalan lunak saja, katanya sambil
tertawa: "Itulah suatu kehormatan yang mimpipun sukar untuk diperoleh.
Tentu saja aku tidak berani untuk menerima kehormatan sebesar
itu. Begini saja Taijin, berikan kesempatan padaku dua hari untuk
menyembuhkan sakitnya sahabatku ini. Jika memang sakitnya
telah sembuh tentu aku akan segera pula bersedia dengan senang
hati memenuhi undangan Taijin!"
Pangeran Ghalik tersenyum sambil mengawasi Cin Piauw Ho, lalu
dia berkata dengan suara yang sabar: "Sahabatmu itu terluka"
Parahkah lukanya" Ha, Yo Siauwhiap, engkau tidak perlu kuatir.
254 Mengapa harus sulit-sulit begini" Kau turut serta dengan kami ke
istana, nanti di sana banyak tabib-tabib pandai yang bisa
menyembuhkan penyakit sahabatmu itu. Tentunya kau tidak
menolak undanganku itu, bukan?"
Yo Him terpojokkan, dan belum lagi ia sempat menyahuti, di waktu
itulah Ghalik telah menoleh kepada Tiat To Hoat-ong memberikan
isyarat kepada Koksu itu.
Tiat To Hoat-ong seperti mengerti isyarat itu, dia telah melangkah
dua langkah mendekati Yo Him. Kemudian Koksu Mongolia
tersebut berkata dengan suara tidak sekasar tadi. "Benar Yo
Siauwhiap, tentu di istana banyak sekali tabib yang bisa
membantumu menyembuhkan luka sahabatmu itu. Sesungguhnya
apa yang kulihat, luka yang diderita sahabatmu itu tidak parah......
dan kau Yo Siauwhiap tidak perlu kuatir. Mari kita berangkat!"
Yo Him melihat Tiat To Hoat-ong membujuk seperti itu. Ia berpikir
keras. Ini merupakan paksaan halus kepadanya, agar ia ikut
dengan mereka, yang berarti juga ditawan secara tidak langsung.
Benar dia diundang oleh pangeran Ghalik, tetapi sesungguhnya
dia merupakan orang tawanan. Hanya bedanya masih memiliki
kebebasan untuk bergerak dengan hanya di bawah pengawasan
belaka. Sedangkan kalau ditahan berarti ia l?nyap kebebasannya.
Tapi untuk kepentingan sahabat-sahabatnya itu Yo Him akhirnya
mengangguk. "Baiklah......!" kata Yo Him kemudian. "Jika Taijin dan Koksu telah
begitu baik hati dan memberi muka kepadaku, mana berani aku
menampik undangan yang diberikan Taijin dan Koksu?"
255 Setelah berkata begitu, Yo Him juga menjura menyatakan terima
kasihnya. Puas pangeran Ghalik, begitu juga Tiat To Hoat-ong, karena
dengan ikut sertanya pemuda she Yo tersebut ke istana, berarti
mereka lebih mudah menguasai pemuda tersebut. Syukur-syukur
kalau pemuda she Yo itu tunduk dan patuh pada mereka, sehingga
memperalat pemuda untuk mencari dan menangkap Yo Ko, Sintiauw-tay-hiap yang memiliki kepandaian tinggi dan menjadi ayah
pemuda ini. Tetapi jika memang Yo Him kelak memperlihatkan gejala kurang
baik, tentu Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik bisa
menawannya. Bukankah di istana banyak sekali jago-jago pandai"
Dan jika memang Tiat To Hoat-ong tidak bisa membekuknya, tentu
dengan dibantu para jago-jago istana itu, dengan mudah ia akan
dapat merubuhkan pemuda itu.
Pangeran Ghalik telah memanggil anak buahnya yang
m?ngadakan penjagaan di pintu rumah penginapan itu, untuk
mempersiapkan kereta guna membawa Cin Piauw Ho begitu juga
Liu Ong Kiang yang telah terluka cukup parah dimasukkan ke
dalam kereta itu. Waktu melihat keadaan Liu Ong Kiang bukan main gusarnya Yo
Him. Tetapi pemuda ini menyembunyikan perasaan tidak senangnya itu,
karena ia tidak mau jika membawa kesulitan untuk sahabatsahabatnya itu. Bisa saja waktu itu Yo Him mempergunakan
kekerasan menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.
256 Jika ia sampai terdesak, dengan mudah tentu ia bisa melarikan diri
lolos dari mereka. Namun bagaimana nasib sahabat-sahabatnya"
Bagaimana dengan Ko Tie"
Karena berpikir begitu, akhirnya Yo Him hanya mengalah dan
menurut saja untuk pergi ke istana pangeran Ghalik, walaupun
melihat keadaan Liu Ong Kiang begitu menyedihkan dan
mengenaskan sekali. Liu Ong Kiang biarpun terluka cukup parah seperti itu, tokh tidak
jeri, dia mengawasi dengan mata mendelik mengandung
kegusaran. "Pendeta anjing, mengapa engkau tidak membunuhku?" waktu itu
Liu Ong Kiang masih sempat memaki pada Tiat To Hoat-ong.
Namun Tiat To Hoat-ong tidak melayani hanya tersenyum, begitu
juga waktu Liu Ong Kiang berulang kali memakinya, pendeta
tersebut hanya pura-pura tuli.
Begitulah Liu Ong Kiang, Cin Piauw Ho, Ko Tie dan Yo Him telah
ikut rombongan pangeran Ghalik untuk pergi ke istana pangeran
itu. Ternyata pangeran Ghalik mengajak anak buahnya yang cukup
banyak jumlahnya, tadi memang rumah penginapan itu telah
dikepungnya dengan ketat. Pangeran Ghalik telah mendengar
kabar dari seorang mata-matanya bahwa di kota tersebut terjadi
kerusuhan, seorang pemuda she Yo dan seorang pengemis
setengah baya telah bertempur dengan biruang tinggi besar , lalu
pemuda yang mengaku bernama Yo Him itu berhasil merubuhkan
257 biruang tersebut. Malah ketika majikan binatang buas tersebut
datang, berhasil dilayaninya juga, sampai akhir kesudahannya
dengan kepergian majikan dan binatang peliharaannya itu.
Tentu saja yang menarik hari pangeran Ghalik, bukanlah binatang
buas dan majikannya dari Pulau Salju itu, karena ia hanya tertarik
pada pemuda yang katanya bernama Yo Him anak dari Sin-tiauwtay-hiap! Inilah yang menarik hatinya, karena selama ini memang
ia tengah mencari Yo Ko untuk ditangkapnya. Dan begitu juga
beberapa orang kawan-kawannya Sin-tiauw-tay-hiap. Kebetulan
sekali sekarang ini ia memperoleh laporan bahwa di kota tersebut
terdapat puteranya Yo Ko.
Sedangkan Pangeran Ghalik berada di kota adalah dalam rangka
perjalanannya ke beberapa kota untuk melihat keamanan
setempat, setelah sekian lama Kublai Khan berhasil menguasai
daratan Tiong-goan, dan berkuasa penuh sebagai Kaisar.
Itulah sebabnya pangeran Ghalik yang didampingi Tiat To Hoatong telah mengajak pasukannya ke rumah penginapan. Segera
juga pengepungan dilakukan dengan ketat sekali, sehingga
jangankan manusia, lalatpun sulit untuk terbang lolos dari
pengawasan pasukan pangeran Ghalik yang berjumlah ratusan
orang itu. Demikianlah, sekarang pangeran Ghalik telah mengundang Yo
Him untuk datang ke istananya, yang terletak tidak jauh dari kota
tersebut. Setelah melakukan perjalanan dua hari, mereka telah tiba
di sebuah tempat, yaitu di tanah pegunungan yang sunyi.
258 Semula Yo Him heran dan bingung juga, ia tidak tahu entah
pangeran Ghalik ini akan mengajaknya kemana. Dan waktu
melihat mer?ka dibawa ke tanah pegunungan yang begitu sunyi,
Yo Him jadi heran. Entah apa yang hendak dilakukan oleh
pangeran Ghalik dan Tiat To Hoat-ong terhadap mereka di tempat
ini. Cuma saja Tiat To Hoat-ong telah mengatakan kepada Yo Him:
"Istana pangeran Ghalik terletak di sebelah kanan di balik tebing
itu," katanya. "Dan kita pergi ke sana. Istana itu merupakan istana
tertutup buat siapapun juga yang tidak boleh sembarangan
memasukinya, dengan demikian pangeran Ghalik telah
menjadikan tempat itu sebagai tempat merundingkan masalahmasalah yang sulit, juga tempat berkumpulnya para jago-jagonya!"
Yo Him mengangguk baru mengerti. Rupanya memang sengaja
pangeran Ghalik mendirikan istananya di tempat tersebut, bukan
di dekat istana Kaisar di kotaraja. Tentunya pangeran Ghalik
memiliki maksud tertentu. Tetapi mengenai maksud dan tujuan
pangeran Ghalik mendirikan istananya di tanah pegunungan
tersebut masih belum diketahui oleh Yo Him.
Waktu itu rombongan pangeran Ghalik telah tiba di tempat
tujuannya, yaitu seperti sebuah lembah yang tertutup di balik
tebing, yang di kiri kanannya. Yo Him mengawasi sekitar tempat
itu. Matanya yang tajam dapat melihat di balik semak-semak yang
lebat dan rimbun, bersembunyi beberapa sosok tubuh.
Hal itu berulangkali dapat dilihatnya di sekitar tempat itu, yang
dilalui oleh mereka. Rupanya memang di sekitar tempat itu telah di
259 tempatkan penjagaan yang ketat kuat sekali. Tentu saja tidak
mudah untuk orang luar sembarangan masuk ke tempat ini. Karena
baru saja masuk di mulut lembah, mereka tentu telah tertangkap.
Pangeran Ghalik telah mengajak Yo Him dan rombongannya ke
sebuah pintu gerbang yang terbuat dari lapisan besi, yang
tampaknya kuat sekali. Beberapa orang tentara berpakaian lapis besi telah menyambut
kedatangan mereka. Ternyata istana di lembah itu merupakan istana yang dibangun
kuat sekali, karena dindingnya selain terbuat dari tembok batu yang
kuat, juga semuanya dilapisi besi, sehingga merupakan seperti
perbentengan kuno yang keadaannya menyeramkan sekali. Suara
yang sekecil apapun akan terdengar bergema berpantulan.
Keadaan seperti itu membuat Yo Him jadi berpikir keras. Waktu ia
melangkahkan kaki memasuki gerbang istana tersebut dan melihat
keadaan istana seperti itu. Ia segera berpikir, tentunya sulit buat


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia keluar lagi. Masuk mudah, tapi untuk meninggalkan sempat itu
sulit sekali. Terlebih lagi ia bersama dengan Cin Piauw Ho dan Liu
Ong Kiang, yang ke duanya terluka. Begitu pula Ko Tie yang masih
berusia kecil dan tidak mengerti apa-apa itu.
Pangeran Ghalik perintahkan orang-orangnya mempersiapkan
meja perjamuan. Yo Him tidak kuatir dirinya diracuni oleh pangeran itu. Ia bersantap
dengan lahap. Karena Yo Him berpikir selama ia belum menolak
tawaran yang diajukan oleh pangeran Ghalik, dan selama
260 pangeran Ghalik mengharapkan dia mau tunduk dan menjadi anak
buahnya tak mungkin dirinya dicelakai.
Setelah selesai bersantap, di mana Cin Piauw Ho dan Liu Ong
Kiang telah di tempatkan di sebuah kamar yang cukup luas dan
diperlengkapi dengan peralatannya yang mewah. Hanya saja
semuanya dalam keadaan tertutup, dindingnya juga berlapis besi,
sehingga ruangan agak dingin.
Waktu itu Yo Him telah berkata k?pada Tiat To Hoat-ong: "Apakah
kini sudah boleh kita memanggil tabib istana pangeran Ghalik
untuk mengobati luka-luka sahabatku itu Koksu?"
Tiat To Hoat-ong tersenyum. "Jangan kuatir, tanpa Yo Siauwhiap
meminta, pangeran Ghalik tadi telah memerintahkan beberapa
orang tabib untuk memeriksa keadaan ke dua sahabatmu itu!
Sayang sekali aku tidak mengetahui bahwa kita akhirnya akan jadi
orang sendiri dan telah salah tangan cukup berat pada seorang
sahabatmu itu, harap kau mau memaafkan......!"
Begitu sabar kata-kata Tiat To Hoat-ong, berbeda di rumah
penginapan, di sana dia begitu bengis, tetapi Yo Him juga telah
melihat, betapa wajah Tiat To Hoat-ong memancarkan sikap yang
licik sekali. Dan juga tidak bisa lolos dari mata Yo Him, beberapa
kali Tiat To Hoat-ong sering memberikan isyarat dengan kedipan
matanya kepada beberapa orangnya di sekitar tempat yang dilalui
mereka. Waktu itu tampak Yo Him selalu bersikap tenang tidak
memperlihatkan sikap menentang sedikitpun juga. Seperti juga Yo
Him tertarik untuk bekerja pada pangeran Ghalik, di mana hal itu
261 membuat pangeran Ghalik dan
memperlakukannya dengan manis.
Tiat To Hoat-ong jadi Memang benar apa yang dikatakan Tiat To Hoat-ong, bahwa Liu
Ong Kiang dan Cin Piauw Ho tengah memperoleh perawatan tabib.
Luka yang diderita Liu Ong Kiang walaupun tampaknya parah, tokh
dalam beberapa hari, akhirnya telah sembuh. Cuma saja ia belum
boleh terlalu banyak berjalan, sebab ke dua kakinya yang telah
patah dan remuk tulangnya itu baru tersambung, jadi belum kuat
untuk dipergunakan berjalan.
Cin Piauw Ho memperoleh pengobatan pagi dan sore terus
menerus, karena racun yang mengendap di tubuhnya sangat
berbisa sekali. Semula tabib-tabib di istana pangeran Ghalik ini heran juga melihat
hebatnya racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, tetapi
setelah mengadakan pemeriksaan, tiga orang tabib yang
merawatnya telah menentukan obatnya.
Harus diketahui, sebagai seorang pangeran yang menjadi
kepercayaan Kaisar Kublai Khan, dengan sendirinya pangeran
Ghalik memiliki kekuasaan yang besar. Terlebih lagi ia memang
menjadi pemimpin dari pasukan istimewa kaisar dan menjadi
pemimpin para jago-jago kerajaan Song yang telah runtuh dan
bersembunyi dari itu, melakukan pengejaran terus untuk
mendesak mereka bertekuk lutut atau memang dibinasakan.
Disebabkan itu pula, pangeran Ghalik menyediakan obat-obat
istimewa, untuk mengobati orang-orangnya, jika terdapat luka
parah pada mereka. Begitu pula halnya pangeran Ghalik telah
262 memerintahkan orang-orangnya mencari tabib pandai mengundangnya untuk bekerja di istananya yang istimewa ini.
Dengan demikian, Cin Piauw Ho jadi tertolong juga oleh obat
istimewa yang dimiliki pangeran Ghalik. Dan walaupun ia tidak bisa
disembuhkan keseluruhannya di mana racun Sam-hun-tok tidak
bisa dilenyapkan keseluruhannya, namun kini tubuh Cin Piauw Ho
boleh dibilang telah sehat kembali. Racun bisa dibendung
berkumpul hanya di jalan darah Lung-siu-hiat, dan Cin Piauw Ho
akan dapat hidup selama dua atau tiga tahun lagi, di waktu mana
racun itu baru akan bergerak pula menjalar ke arah jantung.
Menurut tabib-tabib pangeran Ghalik, jika tiga tahun nanti racun
mulai bergerak menjalar liar pula, di waktu itu mereka akan
mengobati lagi. Tentu saja disamping itu, ketiga tabib itu
menjanjikan, bahwa mereka akan mencari obat yang lebih baik lagi
selama tiga tahun ini guna melenyapkan benar-benar seluruh sisa
racun Sam-hun-tok tersebut.
Yo Him yang melihat kesembuhan Cin Piauw Ho dan Liu Ong
Kiang, diam-diam jadi girang. Karena tidak percuma saja ia
mengalah pada pangeran Ghalik ini, sebab sekarang Cin Piauw Ho
yang menghadapi kematian, bisa disembuhkan, walaupun racun
Sam-hun-tok tidak bisa dimusnahkan. Mengenai Liu Ong Kiang, Yo
Him bermaksud untuk membujuknya, agar sementara waktu itu
tidak memperlihatkan sikap bermusuhannya pada Tiat To Hoatong, karena ia tengah memikirkan daya untuk menghadapinya.
Liu Ong Kiang walaupun menaruh dendam yang setengah mati
besarnya pada Tiat To Hoat-ong yang telah menyiksanya
263 mematahkan ke dua tangan dan meremukkan ke dua tulang
kakinya, mau juga mengerti dan tidak memperlihatkan perasaan
dendamnya itu. "Jika memang telah tiba saatnya, barulah kita nanti menghadapi
mereka dengan kekerasan. Sekarang ini di samping Cin toako, Liu
Lopeh juga perlu istirahat yang cukup," kata Yo Him, "Biarlah
sementara ini kita menuruti saja setiap kata pangeran Mongolia itu,
di mana kita pura-pura patuh. Dengan demikian, kitapun bisa
mempelajari dan mengetahui keadaan pangeran itu!
"Jika kulihat, ancaman yang ada memang sangat besar, pangeran
itu tengah memupuk kekuatan untuk menangkap para jago-jago
kerajaan Song, termasuk ayah ibuku dan tokoh-tokoh lainnya.
Karena itu kita harus perlahan-lahan mempelajari keadaan
mereka. Syukur jika memang kita bisa mengetahui kekuatan
mereka itu......!" Liu Ong Kiang mengangguk, ia memang mengerti akan maksud Yo
Him. Maka dari itu, diapun menurut saja apa yang diperintahkan
oleh Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.
Tetapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik bukan manusiamanusia bodoh. Mereka memang melihat Yo Him dan ke dua
orang kawannya itu, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, selalu patuh
pada setiap perkataan mereka. Bahkan tampaknya mereka bertiga
memang bersedia untuk bekerja pada pangeran itu.
Kenyataannya pangeran Ghalik tidak bisa mempercayai
sepenuhnya, ia hanya baru saja mempercayainya tiga bagian saja,
dan diapun telah perintahkan orang-orang kepercayaannya untuk
264 selalu mengawasi gerak-gerik Yo Him, Cin Piauw Ho dan Liu Ong
Kiang. Sedangkan Lie Ko Tie, anak kecil itu, karena dia masih
kanak-anak, maka pengawasan padanya tidak seketat itu dan
anak itu juga bebas untuk berkeliaran di dalam istana pangeran
Ghalik itu. Tidak demikian halnya Yo Him, Cia Piauw Ho dan Liu Ong Kiang
yang terbatas ruang geraknya, yang tidak diperbolehkan
memasuki beberapa ruangan tertentu, dengan alasan ruanganruangan terlarang itu tertutup buat siapapun juga, selain pangeran
Ghalik sendiri. Yo Him jadi tertarik dan ingin mengetahui, entah ruangan-ruangan
yang katanya tertutup untuk siapapun juga itu, di dalamnya
terdapat barang-barang apakah. Maka ketika mengetahui bahwa
Ko Tie tidak dilarang untuk berkeliaran di dalam istana pangeran
Ghalik, Yo Him telah meminta anak tersebut untuk melakukan
penyelidikan. Pura-pura berkeliaran di sekitar istana dan ruanganruangan terlarang itu. Lalu apa yang dilihatnya agar dilaporkan
kepada Yo Him. Begitulah, pada sore itu, Ko Tie telah mendatangi sebuah ruangan
yang terdapat di belakang istana pangeran Ghalik, pintu ruangan
itu terbuat dari besi yang tebal dan kuat sekali, di depan pintu
tersebut berdiri dua orang penjaga yang berpakaian sebagai
tentara Mongolia. Ko Tie `pura-pura tidak melihat mereka, ia bermain-main sejenak
di situ seorang diri, lalu melangkah perlahan-lahan akan memasuki
ruangan tersebut. 265 "Eh bocah, engkau tidak boleh masuk ke dalam kamar itu!" teriak
dua orang penjaga tersebut yang mencegahnya.
Ko Tie menoleh sambil tersenyum.
"Kenapa?" tanyanya.
"Siapapun juga dilarang memasuki kamar itu...... karena di dalam
kamar itu terdapat seekor harimau yang garang....."
"Harimau" Kalian menangkap dan mengurung harimau itu di dalam
ruangan tersebut?" tanya Ko Tie dengan suara yang terkejut.
Ke dua penjaga itu mengangguk.
"Tetapi....." kata Ko Tie ragu-ragu.
"Kenapa?" tanya salah seorang penjaga itu dengan tawar.
"Pangeran Ghalik tidak pernah melarang aku untuk mendatangi
tempat manapun di dalam istananya ini......!" sahut Ko Tie.
"Tetapi kami memang mendapat Perintah pangeran agar tidak
mengijinkan siapapun memasuki ruangan itu!" menyahuti salah
seorang pengawal tersebut dengan suara mendongkol. "Jika
memang kau memaksa hendak masuk, kami tidak bisa
melarangnya. Tetapi jika engkau nanti terbinasa di dalam ruangan
itu, kami tidak bertanggung jawab. Kami mencegah kau memasuki
ruangan itu karena kami kuatir kau menerima bencana yang tidak
kecil." 266 Ko Tie berdiam diri sejenak. Anak ini sesungguhnya ingin sekali
masuk ke dalam ruangan itu. Ia tidak percaya bahwa di dalam
ruangan itu terkurung harimau. Tetapi untuk memaksa tentu saja
tidak bisa. Karena kemungkinan ke dua pengawal itu akan
menolaknya dengan kasar jika ia memaksa terus.
Akhirnya Ko Tie mengangguk sambil angkat bahu, katanya:
"Baiklah......! Jika memang begini akupun tidak ingin memaksa
untuk masuk ke dalam kamar itu......!"
Tetapi baru saja Ko Tie berkata sampai di situ, tiba-tiba terdengar
suara yang dalam dan parau: "Mengapa anak itu dilarang masuk
ke mari?" Ke dua penjaga itu berobah mukanya, tetapi kemudian salah
seorang di antara mereka telah berkata tawar: "Tidak pantas anak
kecil itu melihat harimau yang sudah mau mampus seperti kau
maka kami melarangnya......!"
Ko Tie memandang ke dua penjaga itu dengan sepasang mata
terbuka lebar-lebar, tanyanya kemudian: "Itu suara manusia..... jadi
bukan harimau yang terkurung di dalam kamar itu!"
Ke dua penjaga itu mengangguk hampir berbareng.
"Benar," menyahuti salah seorang di antara mereka. "Memang
yang dikurung di dalam kamar ini seorang manusia. Namun ia lebih
buas dari harimau. Pernah terjadi, salah seorang sahabat kami
yang tidak mematuhi larangan pangeran Ghalik, mereka telah
masuk ke dalam kamar itu, dan tubuhnya telah dirobek-robek
sampai hancur, menemui kematian yang mengerikan sekali. Sejak
267 saat itulah pangeran kami telah perintahkan untuk selalu menjaga
pintu kamar ini, jangan sampai terulang lagi kejadian seperti
itu......!" "Bolehkah aku melihat sejenak orang di dalam kamar itu. Didengar
dari suaranya, dia tidak buas seperti yang kalian katakan!"
Ke dua penjaga itu tampak ragu-ragu. tetapi salah seorang
akhirnya menyahut, "Baiklah, tetapi jika memang kau mengalami
sesuatu yang tidak diinginkan, kau tak bisa mempersalahkan kami,
dan juga pada pangeran, tentu kau tidak bisa menunjuk bahwa
kami yang memperbolehkan kau masuk ke dalam, hanya engkau
sendiri yang telah memaksa kami......!"
Ke dua pengawal itu mengalah demikian karena ia mengetahui
bahwa pangeran Ghalik tengah membujuk dan bersikap manis
kepada Yo Him, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. Dan anak ini
datang bersama mereka bertiga. Dengan begitu, jika menolak
keinginan Ko Tie, tentu menimbulkan hal-hal yang tak baik untuk
mereka. Salah seorang di antara ke dua penjaga itu telah mengambil kunci
pintu yang berukuran besar dan membukanya.
Ko Tie girang bukan main, ia percaya orang di dalam kamar itu
tentunya salah seorang tawanan pangeran Ghalik. Anak ini tabah
dan ia yakin tidak mungkin dirinya akan dianiaya oleh orang di
dalam kamar itu. Setelah pintu berlapis besi tersebut dibuka agak lebar, Ko Tie
melangkah masuk. Kamar itu tidak memiliki penerangan, apa lagi
268 setelah Ko Tie melangkah masuk, belum lagi ia bisa melihat
keadaan ruangan itu, pintu itu telah ditutup lagi rapat-rapat oleh ke
dua penjaga tersebut. Lama juga Ko Tie berdiri diam, untuk membiasakan matanya di
tempat gelap. Sampai akhirnya ia bisa melihat juga samar-samar
keadaan di kamar itu. Ternyata ruangan itu memang sangat luas, namun merupakan
sebuah ruangan kosong tanpa perabotan sama sekali. Dan belum
lagi Ko Tie bisa melihat jelas, ia mendengar teguran parau dari
dalam. "Anak kau memaksa masuk ke mari, apakah kau tidak
takut?" Ko Tie berusaha men?ari orang yang berkata itu, tetapi dia belum
bisa melihatnya. "Aku berada di sini, di sebelah kanan sudut ruangan ini!" kata orang
itu lagi. Ko Tie menoleh ke arah kanannya, memang samar-samar dia
melihat sesosok tubuh yang tengah duduk. Ko Tie melangkah dan
mendekatinya. Setelah berada di dekat orang itu Ko Tie menjadi kaget sendiri. Ia
menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan aneh sekali.
Orang yang duduk di sudut ruangan itu ada seorang lelaki berusia
lanjut, mungkin hampir enampuluh tahun, dengan pakaian yang
telah koyak-koyak tidak mirip lagi. Dan yang luar biasa, karena
pada pundak kiri dan kanan tampak rantai besi berukuran besar,
269 yang ujung-ujung rantai yang lainnya tergantung ke atas,
menancap di dinding tembok itu. Ke dua tangan orang tua itupun


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirantai oleh rantai besar, demikian juga dengan ke dua kakinya.
Benar-benar orang tua itu merupakan tawanan dari pangeran
Ghalik yang keadaannya menyedihkan sekali. Melihat dari rambut,
kumis dan jenggotnya yang tumbuh begitu panjang dan tidak
teratur, tentunya telah cukup lama ditahan di situ.
Setelah mengawasi sekian lama akhirnya Ko Tie bisa
mengendalikan goncangan hatinya, tanyanya dengan suara
bergetar: "Siapa...... paman" Mengapa kau diperlakukan seperti
itu?" Orang itu tersenyum. "Inilah perbuatan binatang Ghalik itu......! Dia kuatir aku akan
melarikan diri dan membunuhnya! Maka dia berpikir, dengan
memperlakukan aku seperti ini tentu bisa membuat aku tidak
berdaya. Hemmm, hemmm, tetapi suatu saat kelak aku tentu akan
membunuh pangeran biadab itu.......!" suara lelaki tua itu terdengar
parau dan juga mengandung dendam yang sangat. Sepasang
matanya bersinar-sinar dalam kegelapan yang ada, seperti juga
mata harimau. "Apakah paman musuh dari pangeran Ghalik?" tanya Ko Tie lagi.
Orang tua itu berdiam sejenak, lalu menghela napas, sikap
garangnya seperti tadi telah lenyap. Lalu katanya: "Jika memang
kujelaskan engkau pun tidak akan mengerti karena kau masih
kanak-anak!" 270 "Apakah aku bisa membantu paman untuk membukakan rantai
yang menyiksamu itu?" tanya Ko Tie lagi.
Namun orang tua itu telah menggelengkan kepalanya perlahan
lesu sekali. "Jangankan engkau sedangkan aku sendiri tidak berdaya untuk
melepaskan rantai itu?" katanya kemudian, "Hemm, kau berusia
demikian kecil, namun engkau berani dan baik hati. Siapakah kau
nak" Dan mengapa bisa datang ke tempat seperti ini?"
"Aku ikut dengan paman Yo, dan akhirnya bertemu dengan
pangeran Ghalik, di mana kami telah dibawa ke mari. Begitu juga
dengan paman Cin dan paman Liu, mereka berdua dibawa ke mari
juga.....?" menyahuti Ko Tie.
"Apakah paman-pamanmu itu sahabat dari pangeran Ghalik?"
tanya orang tua itu lagi, dia mengawasi tajam pada Ko Tie.
Ko Tie menggeleng. "Paman Yo bilang, malah mereka membenci pangeran Ghalik. Dan
jika sekarang mereka memenuhi keinginan pangeran Ghalik
hanyalah disebabkan paman Yo kuatir nanti pangeran Ghalik
menyiksa paman Liu dan paman Cin yang yang tengah terluka
itu..... maka paman Yo telah mengalah!"
"Siapakah nama paman Yo mu itu?" tanya orang tua itu lagi.
"Paman Yo bernama Him.... Apakah paman pernah mendengar
tentang paman Yo?" 271 Orang tua itu menggeleng.
"Tidak hanya mendengar paman Yo mu itu she Yo. Aku jadi
teringat kepada seseorang yang she Yo juga. Seorang pendekar
budiman yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya berhati
mulia dan sakti sekali.....!"
Setelah berkata begitu, orang tua tersebut menghela napas dalam.
Lalu menggumam perlahan: "Sayang sekali sekarang ini pendekar
budiman she Yo itu telah hidup mengasingkan diri. Aku yakin jika
saja pendekar sakti she Yo itu mendengar keadaanku seperti ini.
Tentu akan datang menolongi aku......!"
"Siapakah pendekar sakti yang paman sebut itu?" tanya Ko Tie
tertarik. Orang tua itu menghela napas lagi.
"Pendekar budiman yang memiliki kesaktian tiada duanya di
kolong langit ini bernama Yo Ko, bergelar Sin-tiauw-tay-hiap, dia
adalah......!" "Tunggu dulu, Paman!!" potong Ko Tie.
Orang tua itu berdiam sambil mengawasi Ko Tie, sedangkan dia
telah melanjutkan perkataannya lagi: "Tadi paman mengatakan
bahwa pendekar sakti yang budiman itu adalah Sin-tiauw-tay-hiap
Yo Ko, bukan"!"
272 "Benar......!" mengangguk orang tua itu. "Kau pernah bertemu
dengannya?" setelah bertanya begitu, orang tua itu ini mengawasi
Ko Tie dengan sinar mata yang tajam sekali.
Ko Tie menggeleng. "Tidak......!" sahutnya.
Semula orang tua itu yang menduga Ko Tie pernah bertemu
dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Tetapi mendengar jawaban Ko
Tie. Ia jadi lesu kembali.
Waktu itu Ko Tie telah melanjutkan perkataannya, "Tetapi aku
pernah mendengar perihal pendekar sakti yang budiman itu, belum
lama yang lalu.....!" menjelaskan Ko Tie.
Muka orang tua yang keadaannya menyedihkan dengan rantai
seperti itu jadi berseri-seri lagi, lalu tanyanya: "Di mana kau
mendengar perihal pendekar sakti Yo Taihiap itu" Kapan kau
mendengar perihal diri Yo Taihiap itu?"
"Belum lama yang lalu, sebelum bertemu dengan pangeran
Ghalik...... itupun dari percakapan antara paman Yo dengan Swat
Tocu!" Segera Ko Tie menceritakan pertemuan Yo Him dengan biruang
salju dan Swat Tocu pemilik pulau salju itu.
Mendengar hal itu, orang tua itu jadi girang bukan main, ia sampai
memukul pahanya berulang kali, di mana rantai di tangan dan juga
kakinya bergerak-gerak gemerincing. "Benarkah itu" Oooh,
273 benarkah paman Yo mu itu putera dari Yo Taihiap" Dan..... oooh,
aku tidak menyangka sama sekali tokoh sakti seperti Swat Tocu
akhirnya muncul di dalam Kang-ouw lagi, kukira ia telah meninggal
dunia......!" Setelah berkata begitu, tiba-tiba orang tua tersebut menangis
terisak isak. Ko Tie jadi heran melihat sikap orang tua itu. "Paman apakah ada
sesuatu yang tidak menyenangkan hatimu!"
Orang tua itu menghapus air matanya, ia mengangkat kepalanya
memandang Ko Tie, katanya: "Anak, sesungguhnya aku gembira
sekali, putera Yo Taihiap berada di tempat ini, di dalam istana
pangeran Ghalik, karena aku masih memiliki harapan akan
tertolong......?" Setelah berkata begitu, orangtua itu menghela napas dalam-dalam
dan mulai menceritakan perihal dirinya yang sebenarnya: "Aku
sesungguhnya she Wang dan bernama Put Liong. Aku bergelar
Sin-hauw-ciang-hiap (Pendekar Pukulan Harimau Sakti), di mana
dulu waktu terjadinya pertempuran di Siang-yang antara tentara
Mongolia dengan tentara Song aku ikut bertempur dan membantu
pihak Song. Namun aku telah tertawan oleh mereka. Tetapi
walaupun mereka memaksa agar aku mau tunduk dan bekerja
pada mereka, aku menolak dengan keras, sehingga akhirnya aku
diperlakukan demikian. "Semula hanya dikurung di dalam tahanan yang kuat belaka.
Ketika aku membinasakan tiga orang Mongolia yang datang ke
dalam kamar tahananku, pangeran Ghalik telah perintahkan orang274
orangnya untuk merantai diriku seperti ini. Ke dua tulang pie-peku
ini telah ditembusi rantai besi, yang ujung rantai telah ditanamkan
pada dinding, dengan begitu selain tenagaku lenyap, juga aku tidak
mungkin bisa meloloskan diri lagi. Sepasang tangan dan kakiku
juga telah dirantai, dengan demikian, keadaanku sama seperti
binatang. "Mereka pun hanya memberikan aku makan satu kali setiap
harinya memberikannya dengan melemparkan dari luar pintu
seperti juga memberi makan seekor anjing belaka...... Aku kencing
dan buang kotoran di sini, sehingga kau tentu bisa merasakan
betapa ruangan ini demikian bau......!"
Ko Tie mengangguk. Memang sejak tadi dia memasuki ruangan
yang luas tanpa penerangan ini, begitu bau dan tidak sedap untuk
hidung. Semula dia menduga bau itu hanya merupakan bau-bau
yang tidak sedap dari ruangan yang tidak pernah dilalui udara
segar. "Tetapi sekarang aku yakin, dengan adanya putera Yo Taihiap,
tentu aku masih bisa memperoleh kebebasanku, tentu putera Yo
Taihiap itu akan mau menolongku, membebaskan aku!" kata Sinhauw-ciang-hiap (Pendekar Pukulan Harimau Sakti) Wang Put
Liong dengan suara bersemangat. "Jika memang aku bisa lolos
dari tempat ini, walaupun hanya satu hari, aku akan
memp?rgunakannya, untuk berusaha membinasakan pangeran
itu, seratus hari aku bisa hidup, selama seratus hari pula aku akan
membinasakan pangeran biadab itu.....!"
275 Setelah berkata begitu, dengan berapi-api dan disertai dengan
kemurkaan yang sangat, tampak orang tua she Wang tersebut
telah menghela napas berulang kali, katanya lagi: "Tetapi yang
mengalami nasib seperti aku ini bukan hanya aku seorang, cukup
banyak jago-jago lainnya yang telah terjatuh ke dalam tangan
pangeran biadab itu...... Hemm, jika saja aku bisa membinasakan
pangeran biadab itu, untuk mati aku puas dan tentunya bisa mati
dengan mati yang meram!"
Wang Put Liong sesungguhnya bukan jago sembarangan, di dalam
rimba persilatan ia memiliki nama yang cukup disegani, karena ia
merupakan seorang pendekar dari aliran lurus dan putih. Waktu
pecah peperangan antara kerajaan Mongolia yang menyerbu ke
daratan Tiong-goan ke Siang-yang, maka waktu itulah Wang Put
Liong telah ikut memperjuangkan tanah airnya untuk
mempertahankan dari serbuan musuh.
Tetapi dengan jatuhnya Siang-yang dan berhasilnya Kublai Khan
merebut kota-kota lainnya, di mana akhirnya daratan Tiong-goan
terjatuh dalam genggaman Kublai Khan, maka Wang Put Liong
juga dalam suatu kesempatan, di mana ia tengah dalam keadaan
terluka parah, telah ditangkap oleh beberapa orang jago Mongolia
yang jadi anak buah dari pangeran Ghalik.
Maka selanjutnya Wang Put Liong jadi tawanan pangeran itu.
Malah memperoleh perlakuan yang tidak selayaknya, di mana ia
disiksa tanpa hentinya, selain untuk dikorek keterangannya, juga
untuk memaksa dia menakluk. Namun sebagai seorang gagah
yang membenci kejahatan, dan juga cinta pada tanah air, Wang
Put Liong tidak mau menyerah pada musuh, walaupun ia disiksa ia
276 tidak mau menyerah. Ia bahkan lebih rela mati dari pada harus
berbalik bekerja untuk musuh.
Dengan demikian, Wang Put Liong telah disiksa hebat, dan boleh
dibilang, hampir sebagian besar kepandaiannya telah
termusnahkan oleh siksaan-siksaan yang dilakukan orangorangnya pangeran Ghalik, para algojo yang memiliki kekejaman
melebihi binatang buas itu.
Namun Wang Put Liong tidak hendak menyerah, hanya saja sulit
buat dia, mati sukar untuk hidup pun tidak bisa, karena biarpun
masih bernapas dan juga masih hidup, tetap saja sudah tidak ada
artinya lagi, di mana dia sudah merupakan seorang manusia
bercacad yang tidak ada gunanya lagi, kepandaiannya juga telah
termusnahkan...... Mendengar cerita Wang Put Liong, Ko Tie jadi mengawasi orang
tua itu dengan perasaan kasihan. Ia juga merasa kagum untuk
kekerasan hari jago ini, yang tidak mau menakluk pada pihak
musuh, walaupun telah mengalami penyiksaan seperti itu.
Sedangkan Wang Put Liong telah berkata lagi: "Engko kecil,
maukah kau memberitahukan kepada paman Yo mu itu, bahwa
aku ingin sekali bertemu dengannya?"
Ko Tie mengangguk cepat. "Nanti akan kusampaikan pesan paman...... tentu paman Yo
bersedia untuk datang ke mari!" kata Ko Tie.
277 Orang tua she Wang itu mengangguk gembira dan mengucapkan
terima kasih. "Aku pun ingin menyampaikan sesuatu yang penting sekali kepada
paman Yo mu itu, di mana menyangkut keselamatan dari beberapa
orang tokoh sakti dari daratan Tiong-goan, yang keselamatan
mereka terancam sekali oleh kebuasan tentara Mongolia ini dan
kelicikan dari Kaisar yang sekarang berkuasa yaitu Kublai Khan!"
Ko Tie mengangguk, dan Wang Put Liong tidak mau menyebutkan
rahasia apa yang disebutnya penting itu. Karena ia beranggapan
Ko Tie masih terlalu kecil.
Di waktu itu, Ko Tie telah menyatakan dia akan kembali ke
tempatnya, sebelum berlalu Ko Tie telah bertanya: "Apakah paman
Wang ingin makan sesuatu! Biar nanti aku mengirimkannya?"
Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya: "Tidak, percuma
makanan itu tidak akan sampai padaku! Jika memang aku bisa
bertemu muka sekali saja dengan paman Yo mu itu, putera Sintiauw-tay-hiap Yo Ko, tentu aku telah puas, dan jika memang
akhirnya aku harus menemui ajalku, akupun puas!"
Ko Tie mengangguk dan meminta diri. Dia mengetuk-ngetuk pintu
berlapis besi itu dengan gedoran yang cukup keras, di mana
pengawal di luar telah membukanya. Waktu melihat Ko Tie, salah
seorang di antara mereka telah berpesan: "Apa yang telah kau lihat
tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Kau mengerti?"
Ko Tie sudah tidak banyak rewel lagi dengan ke dua pengawal
tersebut, ia hanya mengangguk saja dan berlalu dari tempat itu.
278 Ketika bertemu dengan Yo Him, anak ini menceritakan apa yang
telah dialaminya. "Wang Put Liong" Ohh, dia seorang pendekar yang baik dan cukup
terkenal di dalam kalangan Kang-ouw, kepandaiannya juga tidak
rendah. Telah banyak perbuatan mulia yang dilakukannya, tidak
kusangka ia mengalami nasib buruk seperti ini!"
Setelah berkata begitu, Yo Him menghela napas dalam-dalam.
Kemudian waktu mendengar pesan Wang Put Liong yang
disampaikan Ko Tie, bahwa orang she Wang itu bermaksud untuk
bertemu dengan dirinya, pemuda ini telah mengangguk saja,
sedangkan otaknya telah bekerja keras berusaha mencari jalan
untuk datang ke tempat itu, guna menemui Wang Put Liong. Ia juga
jadi memikirkan, entah rahasia apa yang ingin disampaikan oleh
Wang Put Liong yang dikatakannya rahasia penting itu.
Menjelang malam, Yo Him, perintahkan Ko Tie pergi tidur di kamar
mereka, disamping itu Yo Him juga periksa keadaan Cin Piaw Ho
dan Liu Ong Kiang. Keadaan Liu Ong Kiang memang telah jauh lebih baik, hanya Cin
Piauw Ho yang belum bisa terlalu banyak bergerak. Mereka berdua
masih harus rebah beristirahat beberapa hari, namun Yo Him puas
melihat keadaan ke dua orang kawannya itu.
Setelah memikirkan sekian lama, akhirnya Yo Him buru-buru
mendatangi kamar tahanan Wang Put Liong segera diam-diam.
Begitulah, menjelang tengah malam, Yo Him telah keluar dari
kamar. 279 Keadaan sepi dan sunyi sekali. Namun Yo Him memiliki mata yang
awas sekali, ia telah melihat beberapa sosok tubuh bersembunyi
di tempat-tempat tertentu. Tentu saja, mereka itu adalah anak buah


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pangeran Ghalik yang mengadakan pengawasan terhadap gerakgerik Yo Him dan kawan-kawannya.
Yo Him memiliki ginkang yang sempurna sekali. Ia tidak kuatir
dengan adanya orang-orang itu. Dengan diam-diam ia keluar dari
kamarnya dan mempergunakan sebutir batu kecil ia menimpukkan
ke arah kanan. Suara jatuhnya batu-batu itu membuat orang-orang
pangeran Ghalik yang tengah bersembunyi di sekitar tempat
tersebut telah menoleh ke arah datangnya suara tersebut.
Mempergunakan kesempatan waktu mereka menoleh seperti itu,
Yo Him telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat
ringan dan cepat bukan main. Ia telah meninggalkan tempat itu
menuju ke arah belakang dari istana tersebut. Memang istana ini
sangat luas, terbagi dalam beberapa kelompok ruangan. Tetapi Yo
Him tadi telah bertanya jelas pada Ko Tie, sehingga ia tahu ke arah
mana yang harus diambilnya.
Banyak pengawal-pengawal istana yang melakukan penjagaan,
memang ketat sekali. Namun Yo Him memiliki ginkang yang tinggi
dan sempurna, ia bisa bergerak lincah dan juga ia berlaku hati-hati.
Dengan demikian, ia bisa melewati semua penjagaan itu dengan
mudah, tak jarang Yo Him juga harus mengambil jalan di atas
genteng. Akhirnya setelah melewati beberapa lapis penjagaan, Yo Him tiba
di tempat yang ditujunya. Dilihatnya lima orang tengah
280 mengadakan penjagaan di tempat tersebut, dua di depan pintu,
tiga lainnya berada tidak berjauhan dari mereka berdua, di sebelah
kiri. Yo Him berdiam diri sejenak di tempat bersembunyinya mengawasi
mereka. Jika melihat cara pengawalan yang ketat seperti itu
terhadap diri Wang Put Liong, tentu orang she Wang itu merupakan
tawanan yang cukup penting.
Dalam hal ini tentu saja Yo Him tidak boleh berlaku ceroboh, oleh
karena apabila gagal ia menemui Wang Put Liong, mungkin dirinya
tidak akan diperlakukan keras oleh pangeran Ghalik, paling tidak
hanya ditegur. Tetapi yang kasihan adalah Wang Put Liong yang
akan menerima perlakuan dan siksaan yang membuat dia lebih
menderita. Setelah mengawasi sekian lama, Yo Him menjejakkan kakinya,
tubuhnya mencelat cepat sekali di saat ketiga orang pengawal
lainnya tengah mengadakan pemeriksaan di samping ruangan itu.
Gerakan Yo Him sangat ringan, begitu ia hinggap di lantai, ia telah
berada di dekat ke dua pengawal di depan pintu.
Ke dua pengawal itu hanya melihat berkelebat sesosok bayangan.
Belum lagi mereka bisa melihat jelas siapa orang yang datang
dengan ringan itu seperti bagaikan seekor burung rajawali belaka
yang terbang turun di samping mereka, tahu-tahu ke duanya
merasakan punggung mereka telah kena dicengkeram kuat bukan
main, dan kepala mereka telah dibenturkan satu dengan yang
lainnya. Di mana ke duanya segera pingsan tidak sadarkan diri.
281 Suara benturan kepala dan jatuhnya tubuh ke dua pengawal itu,
telah didengar oleh ketiga pengawal lainnya. Mereka menoleh
terkejut dan kemudian menghampiri dengan setengah berlari.
Salah seorang di antara mereka telah membentak: "Apa yang
terjadi.....?" Baru bertanya sampai di situ, justru Yo Him telah mendatangi,
memapak mereka. "Aku ingin bicara pada kalian, sahabat......!"
katanya tenang. Ketiga orang pengawal itu merandek dan heran, salah seorang di
antara mereka telah berkata: "Yo Siauwhiap...... kau......?"
Waktu itu Yo Him telah mendatangi dekat sekali, sambil
tersenyum-senyum ia menggerakkan tangannya, liehay
tangannya. Ia telah sekaligus menotok dua orang pengawal itu,
sampai mereka rubuh tertotok tidak berdaya lagi, karena jalan
darah Tiam-sie-hiat masing-masing telah tertotok telak sekali.
Pengawal yang seorang lagi jadi kaget, ia telah dapat berpikir cepat
dan menduga adanya sesuatu yang tidak beres, maka ia telah
memutar tubuhnya sambil membuka mulutnya untuk berteriak.
"Ada......!" baru saja ia berteriak begitu, tangan kanan Yo Him telah
bergerak, di mana Yo Him telah memukul dari jarak jauh ke arah
punggung pengawal itu, sampai pengawal tersebut terjerembab
dan kemudian pingsan tidak sadarkah diri, karena pukulan pada
punggung pengawal itu kuat sekali.
282 Yo Him melakukan hal seperti itu, karena tidak keburu dia
mengejar pengawal itu, di mana pengawal tersebut juga telah
mementang mulutnya untuk berteriak. Maka jalan satu-satunya
agar pengawal yang seorang itu tidak menimbulkan keributan yang
bisa mengundang pengawal-pengawal lainnya, Yo Him terpaksa
menyerangnya seperti itu.
Setelah membereskan kelima pengawal tersebut, Yo Him
menghampiri salah seorang di antara mereka, mengambil anak
kunci yang tergantung di pinggangnya, yang kemudian
dipergunakan untuk membuka pintu kamar itu.
Keadaan di dalam ruangan itu tetap gelap pekat, namun Yo Him
telah berkata perlahan: "Wang Kiesu (orang gagah she Wang)....."
panggilnya perlahan. "Apakah Yo Siauwhiap.....?" terdengar sahutan.
"Ya, Boanpwe Yo Him datang untuk memenuhi panggilan Wang
Kiesu......!" "Aku berada di sudut kanan ruangan itu......!" menjelaskan Wang
Put Liong, karena ia tahu, disebabkan ruangan yang gelap pekat
ini, tentu Yo Him tidak bisa segera melihatnya.
Yo Him memiliki penglihatan yang tajam setelah berdiam sejenak
mengawasi sekitar tempat tersebut. Ia mulai bisa melihat dengan
baik, maka dihampirinya Wang Put Liong.
283 "Wang Kiesu, kudengar dari Tie-jie, kau memiliki suatu rahasia
penting yang ingin disampaikan padaku...... Aku telah memenuhi
panggilanmu untuk datang ke mari. Rahasia apakah itu?"
"Yo Siauwhiap......!" berkata Wang Put Liong terharu, "Tak
Bara Diatas Singgasana 24 Kuda Besi Kuda Hitam Dari Istana Biru Karya S D Liong Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan 7

Cari Blog Ini