Ceritasilat Novel Online

Sekutu Iblis 3

Joko Sableng Sekutu Iblis Bagian 3


Namun hal itu belum membuat Ni Luh Padmi
bergembira. Dia khawatir kalau jawaban yang akan
diberikan Ratu Pemikat sama dengan jawaban yang
dikatakan Iblis Rangkap Jiwa. Namun karena
tujuannya memang mencari Pendeta Sinting, pada
akhirnya Ni Luh Padmi ajukan pertanyaan pula.
"Kau sudah lama mengenalnya?"
"Waktu bukanlah menjadi ukuran seseorang tahu betul orang yang dikenalnya.
Bukankah begitu,
Nek..."!"
"Benar. Tapi dengan mengenal orang dalam waktu lama, setidaknya dia akan tahu
betul sampai hal yang sekecil-kecilnya...."
Ratu Pemikat tertawa pelan mendengar ucapan Ni
Luh Padmi. "Nek.... Kau sahabat Pendeta Sinting"!"
Paras wajah Ni Luh Padmi seketika berubah.
Bibirnya menyeringai. Untuk beberapa saat nenek ini tidak menjawab. Tapi
perubahan wajah orang telah
cukup membuat Ratu Pemikat dapat menebak kalau
ada sesuatu yang tidak enak antara Pendeta Sinting dengan si nenek.
"Nek.... Aku tahu di mana beradanya Pendeta
Sinting. Hanya...."
Seakan tidak sabar, belum sampai Ratu Pemikat
lanjutkan ucapannya, Ni Luh Padmi telah menukas.
"Di mana dia berada"!"
"Katakan dahulu apa hubunganmu dengan
Pendeta Sinting!"
Sep&cang mata Ni Luh Padmi memandang tajam.
"Manusia sinting itu harus mampus di tanganku!"
Senyum Ratu Pemikat tambah melebar. Otaknya
berpikir cepat. "Ini merupakan kesempatan...,"
batinnya lalu berkata.
"Ternyata kau datang di tempat yang benar, Nek!"
"Apa maksudmu"!"
"Aku dan sahabatku Iblis Rangkap Jiwa memang
tidak tahu di mana Pendeta Sinting berada, tapi kami sekarang tengah
mempersiapkan sebuah
pertemuan!"
"Aku tidak butuh pertemuan. Yang kubutuhkan
keterangan beradanya Pendeta Sinting!" sahut Ni Luh Padmi dengan suara agak
tinggi. "Dengar, Nek. Kau tak usah bersusah payah
mencari keterangan di mana beradanya Pendeta
Sinting. Karena dia akan hadir dalam pertemuan itu!"
"Bagaimana kau bisa memastikan dia akan
hadir"!"
"Itu urusan kami. Hanya, untuk urusan itu kami juga akan mengharapkan
bantuanmu!"
"Apa pun akan kulakukan kalau itu untuk
kedatangan Pendeta Sinting!"
"Bagus! Berarti kita sekarang saling bersahabat bersekutu, dan tentu akan saling
membantu...," ujar Ratu Pemikat seraya arahkan pandangannya pada
Iblis Rangkap Jiwa. "Kuharap kalian bisa lupakan kesalahpahaman tadi!"
Iblis Rangkap Jiwa rupanya tidak setuju dengan
ucapan Ratu Pemikat karena dengan hadirnya Ni Luh
Padmi, jelas dia akan tambah sulit berbuat macammacam pada Ratu Pemikat meski hal itu bisa saja
dilakukannya. Di lain pihak, Ratu Pemikat langsung gembira dengan bergabungnya
Ni Luh Padmi. Selain
akan memudahkan rencananya sendiri, setidaknya
dengan bergabungnya si nenek, iblis Rangkap Jiwa
akan berkurang kesempatan dan geraknya.
"Aku masih meragukan ucapan perempuan tua
itu!" kata Iblis Rangkap Jiwa dengan memandang dingin pada Ni Luh Padmi.
Tubuh Ni Luh Padmi tampak sedikit bergetar
pertanda menindih gejolak hawa amarah. Melihat hal ini, Ratu Pemikat cepat
bertindak. "Ibiis Rangkap Jiwa! Kau tak perlu meragukan
nenek ini. Kalau dia sampai di tempat ini dan
mengenal Malaikat Penggali Kubur, tentu
kedatangannya turuti ucapan Malaikat Penggali
Kubur dan sekaligus dia telah dipilih menjadi sekutu kita. Bukan begitu,
Nek..."!"
"Hem.... Semula aku memang enggan turuti
ucapan pemuda gila itu. Tapi setelah kupikir, tidak ada salahnya memang datang
ke tempat yang ditunjuknya!"
Ratu Pemikat kembali memandang pada iblis
Rangkap Jiwa. "Apakah kau masih meragukannya"!"
"Tapi urusannya di luar apa yang menjadi rencana kita!" iblis Rangkap Jiwa masih
mencoba beralasan.
Batu Pemikat gelengkan kepala sambil tertawa
pendek. "Rencana kita bukan hanya mempertemuka Malaikat Penggali Kubur dan
Pendekar 131! Tapi kala p"i lu orang-orang golongan hitam dan putih!"
"Gila! Bagaimana urusannya sampai sejauh itu"!"
desis Iblis Rangkap Jiwa. Diam-diam sebenarnya laki-laki berkepala gundul ini
merasa tidak enak. Karena dengan muncul dan bertemunya beberapa tokoh,
rencananya merebut Kitab Hitam dari tangan
Malaikat Penggali Kubur akan bertambah rumit
Karena bukan mustahJ keberadaan kitab itu akan
banyak diketahui orang. Dan hal itu akan membuat
banyak orang memburu Malaikat Penggali Kubur.
"Iblis Rangkap Jiwa...! Kau masih ingat ucapan sekali berlayar dua tiga pulau
terlampaui"! Kalau
pertemuan mendatang banyak dihadiri beberapa
tokoh, bukankah itu akan menguntungkan kita"!"
"Benar ucapanmu, Perempuan Cantik!" sahut Ni Luh Padmi. "Tapi bagaimana caranya
untuk menghadirkan tokoh-tokoh itu, terutama Pendeta
Sinting"!"
"Itu akan kita bicarakan nanti!"
Iblis Rangkap Jiwa berpaling pada Ni Luh Padmi.
Tatapannya seolah masih ragukan keberadaan orang.
Hingga pada akhirnya dia bertanya.
"Kau mengatakan tahu tempat ini dari Malaikat Penggali Kubur. Kau juga
mengatakan tahu kapan
pemuda Itu akan muncul di sini! Agar kebimbanganku lenyap, coba katakan kapan
pemuda itu akan
datang!" Ni Luh Padmi tersenyum. "Dia tidak mengatakan pasti kapan akan datang. Yang
jelas, dia pasti datang dalam satu purnama ini!"
"Sialan! Kalau hal itu aku sudah tahu lebih
dahulu!" maki iblis Rangkap Jiwa. "Berarti kita belum bjsa memastikan kapan
datangnya pemuda bangsat
itu!" lanjut Iblis Rangkap Jiwa sambil arahkan pandangannya pada Ratu Pemikat.
"Kita harus cepat selesaikan manusia buntung yang kita tanam!"
"Mengapa kau masih mengkhawatirkan pemuda
buntung itu" Tanpa kita lihat, aku bisa memastikan kalau dia sudah tewas!"
"Kita bukan membutuhkan ucapan! Tapi bukti!
Satu bukti akan lebih berarti daripada seribu kata-kata! Dan aku membutuhkan
kepaia Dewa Orok
sebagai bukti!"
"Hem.... Kalau itu kemauanmu, aku akan turuti!
Tapi sebaiknya kita menunggu petang. Dengan begitu perjalanan kita akan lebih
aman...," ujar Ratu Pemikat.
Mendengar ucapan Ratu Pemikat, Iblis Rangkap
Jiwa tertawa. "Apa yang kau takutkan"!"
"Sudah sering kukatakan, aku punya senjata yang kau tidak miliki. Jadi jangan
kira aku takut menghadapi siapa saja! Hanya urusan kita kali ini
harus kita perhitungkan dengan masak-masak!"
Tanpa menunggu sambutan Iblis Rangkap Jiwa,
Ratu Pemikat melompat ke arah Ni Luh Padmi. "Kita harus bicara sambil menunggu
hari gelap...."
Lagi-lagi tanpa menunggu sahutan Ni Luh Padmi,
tangan Ratu Pemikat bergerak menggaet tangan si
nenek. Mungkin karena membenarkan ucapan Ratu
Pemikat, begitu perempuan bertubuh bahenol itu
menarik tangannya, Ni Luh Padmi menurut saja tanpa berkata sepatah kata.
Melihat kepergian Ratu Pemikat dan Ni Luh Padmi,
Iblis Rangkap Jiwa mendengus keras. Semula dia
hendak lakukan apa yang jadi rencananya yakni
langsung menuju tempat Dewa Orok saat itu juga tanpa menunggu datangnya gelap.
Namun begitu teringat pertemuannya dengan Dewa Orok, Pendekar
131, dan Ratu Malam, juga pertemuannya dengan
Pendekar 131 dan Putri Sableng, laki-laki berkepala gundul ini jadi berpikir dua
kali. "Tanpa adanya orang yang membantu, jelas aku
akan mengalami kegagalan lagi!" desisnya dalam hati.
Di lain pihak, sebenarnya Ratu Pemikat juga
merasa khawatir kalau Iblis Rangkap Jiwa teruskan
niatnya saat itu juga. Karena tidak tertutup
kemungkinan Iblis Rangkap Jiwa akan menemui
halangan. Jika itu terjadi, semua yang ada dalam
benaknya akan jadi berantakan.
Berpikir sampai di situ, seraya melangkah mencari
tempat yang bisa digunakan untuk berbincangbincang, Ratu Pemikat menoleh pada Iblis Rangkap
Jiwa yang saat itu juga tengah memandang ke
arahnya. "Nek.... Aku akan bicara dengan Iblis Rangkap Jiwa dahulu...," ujar Ratu Pemikat
seraya melangkah mendekati Iblis Rangkap Jiwa.
"Percayalah...," Kata Ratu Pemikat begitu dekat dengan Iblis Rangkap Jiwa. "Aku
sebenarnya sangat mengkhawatirkan keselamatanmu.... Jadi jangan kau
punya prasangka yang bukan-bukan. Lagi pula jangan kira kehadiran nenek Itu akan
mengganggu keberadaan kita. Kau dan aku pasti akan bisa
mencari kesempatan untuk bersenang-senang...."
Ratu Pemikat sunggingkan senyum sambil anggukkan
kepala. Meski dalam hati Iblis Rangkap Jiwa jadi berbungabunga, namun dia tidak mau tunjukkan wajah
gembira. Sebaliknya dia pasang tampang enggan dan
berkata. "Tanpa adanya nenek itu kau selalu saja membuat janji! Bagaimana hal itu akan
terbukti dengan adanya tua bangka itu"!"
"Kau ingin melakukannya sekarang"!" tantang Ratu Pemikat.
Iblis Rangkap Jiwa jadi terkesiap mendengar katakata Ratu Pemikat, membuat laki-laki ini jadi salah tingkah.
"Aku akan buktikan bahwa kehadiran nenek itu
tidak akan mengganggu kita...," lanjut Ratu Pemikat seraya melangkah lebih
dekat. Perempuan berwajah
cantik ini sunggingkan senyum dengan mata sebelah
dikedipkan. Padanya sengaja dibusungkan.
Di seberang sana, Ni Luh Padmi tampak mendelik
tak berkesip. "Edan! Apa yang akan dilakukan
perempuan itu" Apa yang tampak di matanya"
Seorang pemuda tampan" Sayang.... Wajah secantik
itu dijual begitu murah.... Kasihan betul...," gumam si nenek dengan masih
memandang ke arah Ratu
Pemikat yang makin mendekat ke arah Iblis Rangkap
Jiwa. Mendadak Ni Luh Padmi sentakkan kepalanya
menghadap jurusan lain tatkala di depan sana
dilihatnya Ratu Pemikat pegang kedua tangan Iblis
Rangkap Jiwa lalu angkat wajahnya mendekat ke
wajah Iblis Rangkap Jiwa.
Mungkin masih tidak percaya dengan apa yang
diperbuat Ratu Pemikat, Iblis Rangkap Jiwa masih
tampak tegak tanpa membuat gerakan. Namun
begitu wajah sang Ratu telah menempel pada
wajahnya, laki-laki berkepala gundul ini tersentak.
"Jangan lakukan di sini...," bisik Iblis Rangkap Jiwa dengan suara bergetar
seraya arahkan pandangannya pada Ni Luh Padmi. "Kita nanti bisa cari tempat yang aman dari
pandangan mata orang
lain...." Meski Ratu Pemikat tarik pulang wajahnya dengan
sedikit memberengut, tapi sebenarnya perempuan ini bersorak dalam hati, karena
muslihatnya berhasil.
"Kalau begitu kau setuju dengan usulku untuk
menunda pergi setelah hari gelap"!" tanya Ratu Pemikat.
"Hem.... Sebenarnya aku...."
Ucapan Iblis Rangkap Jiwa belum selesai, Ratu
Pemikat telah memotong.
"Percayalah! Dewa Crok berada pada tempat yang sulit ditemukan orang. Lagi pula
apa yang bisa diperbuatnya dalam keadaan tertanam dan
tertotok"!"
' "Aku takut ada hal di luar perhitungan.... Kalau itu sampai terjadi, apa yang
harus kulakukan untuk
mem-pertanggungjawcbkan nyawaku" Malaikat
Penggali Kubur tidak mungkin begitu saja percaya.:.."
"Kau harus percaya pada diri sendiri! Kalau tidak, bagaimana mungkin rencana
kita selanjutnya akan
berhasil"!"
Iblis Rangkap Jiwa menghela napas dalam dan
panjang. Laki-laki Ini sebenarnya masih dilanda
kebimbangan. Entah apa yang menyebabkan, yang
jelas, dia merasa tidak enak.
Melihat Iblis Rangkap Jiwa masih tunjukkan
tampang ragu-ragu, Ratu Pemikat mulai agak jengkel.
Seraya putar diri dia berkata.
"Kalau kau bersikeras hendak pergi sekarang,
terserah!"
Habis berkata begitu, Ratu Pemikat melangkah
kembali ke arah Ni Luh Padmi yang tegak dengan
memandang jauh-ke jurusan lain.
Iblis Rangkap Jiwa sekali lagi menghela napas.
Kejap lain laki-laki ini melompat lalu melangkah di belakang Ratu Pemikat.
Tanpa berpaling, Ratu Pemikat telah tahu apa
yang diperbuat Iblis Rangkap Jiwa. Hingga sambil
terus melangkah, bibir perempuan ini sunggingkan
senyum. Lalu berujar.
"Waktunya masih cukup untuk berbincangbincang.... Dan kuharap kau tidak berlaku kasar pada nenek itu! Siapa pun dia
adanya, kita butuh
tenaganya! Malah kalau kau mau, aku tak keberatan
kau juga bersenang-senang dengannya...."


Joko Sableng Sekutu Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa sudi dengan tua bangka begitu"!"
Ratu Pemikat tertawa. "Aku tadi mengatakan,
kalau kau mau. Siapa tahu kau masih punya selera
dengan nenek-nenek...?"
"Sialan!" maki Iblis Rangkap Jiwa sambil percepat langkah.
--oo0dw0oo-- SEMBILAN KITA tinggalkan dahulu Iblis Rangkap Jiwa, Ratu
Pemikat, dan Ni Luh Padmi. Kita kembali dahulu pada Dewa Orok. Seperti
diketahui, pada satu tempat
mendadak Dewa Orok berjumpa dengan Iblis
Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat. Pada akhirnya Dewa
Orok tidak mampu melawan Iblis Rangkap Jiwa dan
Ratu Pemikat. Namun pemuda bertangan buntung Ini
masih bernasib baik, karena saat itu Ratu Pemikat
bersikeras memberi, usul agar Iblis Rangkap Jiwa
tunda urusannya dengan Dewa Orok. .
Pada mulanya Iblis Rangkap Jiwa memang tidak
setuju dengan usul Ratu Pemikat, karena dengan tewasnya Dewa Orok, urusannya
dengan Malaikat
Peng-. gali Kubur bisa lancar. Namun Ratu Pemikat
merayu dan memikatnya, hingga pada akhirnya Iblis
Rangkap Jiwa mau tak mau turuti usul Ratu Pemikat.
Dewa Orok mereka tanam dalam tanah dalam
keadaan tertotok.
Sesaat setelah kepergian Iblis Rangkap Jiwa dan
Ratu Pemikat, Dewa Orok coba kerahkan tenaga
dalam untuk bebaskan diri. Namun hingga wajahnya
basah kuyup oleh keringat dan napasnya megapmegap, dia tidak juga berhasil bebaskan diri dari
totokan yang disarangkan Iblis Rangkap Jiwa.
"Aduh.... Mungkinkah begini akhir dari hidupku..."
Mampus tanpa diketahui orang malah dalam
keadaan tertanam dan tertotok...," desis Dewa Orok dengan menghela napas
panjang. Sepasang matanya
mengerjap beberapa kali, sementara mulutnya yang
tidak lagi mengulum bundaran karetnya karena
dibawa pergi Ratu Pemikat, tampak komat-kamit.
"Kalau memang harus begini nasib baikku, apa
boleh buat...." Pada akhirnya entah karena sudah kehabisan akal dan tenaga,
pemuda bertangan
buntung ini terlihat pasrah. Dia pejamkan sepasang matanya lalu menarik napas
dalam-dalam. Dja
pusatkan pikiran seolah pasrah menyongsong hari
kematian. Namun kepasrahan Dewa Orok tampaknya tidak
berlangsung lama. Karena beberapa saat kemudian
telinganya mendengar suara derap ladam langkahlangkah kaki kuda.
Laksana dibeliakkan tangan setan, sepasang mata
Dewa Orok kontan membuka. Wajahnya berubah bersitkan harapan. "Langkah-langkah kuda itu menuju ke tempat Ini.... Mudah-mudahan
penunggangnya melihatku...."
Seolah lupa pada keadaan dirinya yang tertanam
dan tak bisa gerakkan anggota tubuhnya, Dewa Orok
angkat kepalanya melongok ke atas. Tapi begitu
sadar, pemuda ini menggumam tak jelas. Dan pada
akhirnya hanya dapat arahkan pandangan ke satu
arah di mana dia menghadap. Tapi kembali dia
bergumam kecewa. Tanah Ini berbatu. Sementara
yang terlihat dari tubuhku hanya kepala dan leher....
Apa mungkin orang yang lewat bisa melihatku"!"
Untuk kesekian kalinya Dewa Orok menghela
napas panjang. "Ah.... Bukankah aku masih bisa berteriak"!"
Berpikir begitu, bibir Dewa Orok tampak sunggingkan senyum. Dia menunggu sampai suara
derapan langkah kaki kuda dekati Lalu buka mulut
hendak berteriak.
Tapi mendadak Dewa Orok urungkan niat. Dahinya
mengernyit dengan mulut masih terbuka menganga.
"Bagaimana kalau yang datang perempuan cantik serta laki-laki gundul ltu"l Kalau
mereka yang muncul, tentu nasibku tidak akan lebih baik.... Apa sebaiknya aku
diam dan pura-pura mati" Tapi...."
Dewa Orok terlihat bimbang antara berteriak dan
diam pura-pura mati. Tapi setelah berpikir panjang, akhirnya pemuda ini
memutuskan untuk berteriak.
Dia tampaknya sudah pasrah. Kalau yang muncul
Iblis Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat, dia siap
menghadapi nasib. Tapi kalau yang muncul bukan
kedua orang itu, maka setidaknya nasibnya bisa
berubah. "Hai...! Aku di sini! Lihatlah kemari!" teriak Dewa Orok begitu yakin orang
berkuda lewat tidak jauh dari tempatnya berada.
Karena derapan langkah kaki-kaki kuda terus
melaju, pertanda si penunggang tidak mendengar
teriakannya, Dewa Orok kembali buka mulut
berteriak. "Hai...! Aku di sini! Tolong!"
Dewa Orok sejenak menunggu berharap derapan
langkah kaki kuda berbelok ke arahnya. Namun
rupanya pemuda ini harus menerima kecewa. Karena
bukannya derapan itu mendekat ke arahnya,,
melainkan terus melaju menjauh.
Dewa Orok tidak putus asa, karena hal itu
menunjukkan kalau si penunggang kuda bukanlah
Iblis Rangkap Jiwa atau Ratu Pemikat. Hingga dia
kembali buka suara berteriak.
Namun hingga suaranya serak parau, derapan
langkah kaki-kaki kuda terus melaju menjauh malah
tak lama kemudian hilang lenyap di kejauhan.
"Aduh.,.. Benar-benar jelek nian takdirku...,1*
gumam Dewa Orok sambil mengeluh. Kembali
pemuda Ini pejamkan sepasang matanya coba
pusatkan pSkiran.
"Apa yang kau lakukan di sini"!" Tiba-tiba satu suara terdengar membuat Dewa
Orok tersentak dan
pe angkati mata lebar-lebar.
Seakan tidak percaya, untuk sesaat sepasang
mata pemuda bertangan buntung ini mengerjap
beberapa kail. Lalu mementang makin besar.
Dari tempatnya tertanam, si pemuda melihat
seorang perempuan yang wajahnya ditutup dengan
cadar putih. Yang terlihat dari wajah perempuan
ini.hanya sepasang matanya yang bersinar tajam.
Rambutnya berwarna putih dan dibiarkan tergerai ke pundaknya. Perempuan Ini juga
mengenakan pakaian
warna putih. "Bidadari dari kayangan...," desis Dewa Orok.
"Meski rambutnya berwarna putih, tapi melihat sinar mata dan bentuk tubuhnya,
Jelas menunjukkan kalau
dia adalah seorang gadis muda...."
"Harap kau tidak keberatan menolongku keluar
dari tempat ini...," kata Dewa Orok setelah
sungglngkan senyum.
Sepasang mata dari wajah perempuan bercadar
putih sedikit menyipit Lalu terdengarlah suaranya.
"Harap kau sudi katakan siapa dirimu...."
"Kau boleh panggil sesuka hatimu. Yang jelas aku bukan orang jahat da orang yang
tidak tahu membalas budi!"
SI perempuan bercadar putih perdengarkan tawa
perlahan. "Apakah menurutmu tindakan terpuji jika sebuah pertolongan mengharap
balas budi?"
"Hem.... Apakah kalau orang dalam keadaan
sepertlku patut tidak balas budi jika mendapat
pertolongan?" Dewa Orok balik ajukan tanya.
"Mengapa kau berkata begitu"!"
"Kau lihat...," ujar Dewa Orok. "Tempat ini sangat sepi. Hanya sebuah
keberuntungan dan kalau bukan
orang tersesat jalan, rasanya tidak mungkin orang
lewat apalagi memberikan pertolongan.... Jadi sudah menjadi kewajiban bagiku
membalas budi kalau kau
benar-benar mau memberi uluran tangan...."
Perempuan bercadar putih tidak menyahut lagi.
Sebaliknya dia gerakkan tubuh memutar diri lalu
melangkah. "Tunggu! Kau tega melihatku begini"!" seru Dewa Orok.
Si perempuan bercadar putih menjawab tanpa
balikkan tubuh.
"Kau tak akan mendapat pertolongan dariku kalau kau masih menghubungkan dengan
balas budi!"
"Maksudmu..."!" tanya Dewa Orok dengan dahi berkerut tidak mengerti.
"Aku akan menolongmu. Tapi lupakan segala baias budil"
"Ah.... Benar-benar orang aneh!" kata Dewa Orok daiam hati. Lalu berkata. "Kalau
Itu maumu, rasanya tidak sulit memenuhinya...."
Perempuan berambut dan bercadar putih putar diri
kembali menghadap Dewa Orok. Lalu tanpa berkatakata lagi dia melangkah menghampiri Dewa Orok.
Satu langkah di hadapan Dewa Orok, si
perempuan bercadar putih hentikan tangkah.
Sepasang kakinya bergerak menghentak pelan ke
tanah di sekitar tertanamnya tubuh Dewa Orok.
Dewa Orok pandangi gerakan orang dengan mulut
terkancing. Namun mendadak mulutnya
perdengarkan suara seruan kaget tatkala tiba-tiba
sepasang kaki perempuan bercadar putih
menghentak keras.
Byuuurrr! Tanah di sekitar tertanamnya tubuh Dewa Orok
serta-merta bertabur ke udara. Begitu tanah telah
luruh kembali, tampak lobang menganga di sekitar
tertanamnya Dewa Orok. Malah kini sekujur tubuh
pemuda bertangan buntung itu telah kelihatan jelas.
Karena begitu hentakkan kaki, si perempuan
bercadar putih langsung balikkan tubuh. Orang Ini
tidak tahu kalau selain tidak memiliki tangan juga Dewa Orok tidak bisa gerakkan
tubuhnya yang tertotok. "Hai...! Pertolonganmu belum selesai!" seru Dewa Orok begitu melihat perempuan
bercadar telah putar diri dan malah hendak melangkah tinggalkan tempat
itu. "Jangan manjai Kau tinggal melompat ke atas dan pergi!" sahut si perempuan
bercadar putih tanpa ber-psllng.
"Ah.... Jangan salah sangka. Bukannya aku manja.
Yang sebenarnya aku sulit melakukan apa yang kau
katakan meski hal Itu rasanya mudah...!"
Dengan pandangan heran, si perempuan bercadar
putih balikkan tubuh. Lalu memperhatikan tubuh
Dewa Orok. Sepasang mata di wajah perempuan bercadar
putih sesaat membesar. "Tangannya buntung! Tapi rasanya tidak sulit baginya
kalau hanya sekadar
melompat..," pikir si perempuan lalu katakan apa yang ada dalam pikirannya.
Dewa Orok komat-kamit sebelum berkata. "Ada
tangan seseorang yang membuatku tidak bisa
bergerak!"
Sfekall lagi perhatikan, tampaknya sudah dapat
meyakinkan si perempuan kalau ucapan Dewa Orok
tidak mengada-ada. Hingga tanpa berkata lagi, dra
tekuk kedua kakinya berjongkok. Saat bersamaan
tangan kanannya berkelebat ke beberapa bagian
tubuh si pemuda.
Dewa Orok mengerjap. Dan merasa ada kelainan
pada anggota tubuhnya, pemuda Ini coba gerakkan
kepalanya menggeleng.
"Tc ".,J8 kasih...," ujar Dewa Orok lalu sekali sentakkan kaki kanannya,
sosoknya melesat keluar dari dalam tanah.
"Meski kau tidak harapkan balas budi, tapi sekali lagi aku menawarkan diri
untuk...."
Belum sampai Dewa Orok lanjutkan ucapannya, si
perempuan bercadar putih telah menukas' malah
suaranya terdengar agak tinggi.
"Simpan semua ucapanmu! Ada yang lebih berhak menerima terima kasih dan
tawaranmu!"
Habis berkata menukas begitu, perempuan
bercadar putih berkelebat akan pergi. Tapi Dewa Orok lelah mendahului berkelebat
dan tahu-tahu telah
tegak di hadapan si perempuan. Tapi sebelum si
pemuda sempat buka mulut, si perempuan telah
mendahului. "Anggap di antara kita tidak pernah jumpa!"
"Itu tidak sulit. Tapi kuharap kau tidak keberatan mengatakan siapa dirimu!
Malah kalau kau sudi, aku sangat berterima kasih jika kau mau mengatakan
juga dari mana asalmu, hendak pergi ke mana, dan
punya tujuan apa...."
Mendengar cerocosan Dewa Orok, perempuan
bercadar putih perdengarkan tawa panjang. Lalu
berujar. "Kau bi" a memanggilku sesuka hatimu! Kau juga boleh menebak dari mana asalku,
akan pergi ke mana bahkan kau juga boleh menduga apa
tujuanku!"
"Jawaban hebat!" puji Dewa Orok dengan kening berkerut. Tapi pemuda itu tidak
mau begitu saja
menyerah untuk mengetahui siapa adanya orang
yang te-iah selamatkan dirinya.
"Kalau aku mengatakan diriku sebenarnya, apakah kau mau juga mengatakan
sepertfku?"
"Aku telah berkata anggap di antara kita tidak pernah jumpa!"
"Tapi kita pernah jumpa bahkan kau telah
menolongku!" sahut Dewa Orok.
"Anggap itu sebuah mimpi yang akan lenyap begitu bangun dari tidur!"
"Aduh.... Repot menghadapi orang macam ini!
Bagaimana aku harus berbuat agar dia mau
mengatakan siapa dirinya?"'membatin Dewa Orok seraya menatap tak berkesip seakan
ingin mengetahui wajah di balik cadar putih milik si
perempuan. Entah-karena sudah kehabisan akal, akhirnya


Joko Sableng Sekutu Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dewa Orok berkata.
"Kau tahu. Dengan tindakanmu ini, bukannya
membuatku enak. Sebaliknya hai itu menambah
beban hatiku!"
"Itu tidak akan terjadi kalau kau anggap
pertemuan Ini tidak pernah ada apalagi terjadi!"
"Tapi...." Hanya itu yang terdengar dari muiut Dewa Orok karena bersamaan dengan
itu si perempuan
telah balikkan tubuh sambil berujar.
"Baiklati. Kalau kau memaksa, anggap kita pernah jumpa hanya harap kau
mengenalku apa adanya
seperti yang kau lihat! Aku sekarang harus pergi...."
"Tunggui" tahan Dewa Orok seakan masih
penasaran. Dan enak saja pemuda bertangan
buntung ini berkata.
"Bagaimana kalau kau kusebut saja Joko
Sableng..." Setuju"!"
Ucapan Dewa Orok bukan saja membuat gerakan
si perempuan bercadar putih urungkan kelebatannya, tapi lakf * ;setan, tubuhnya berputar menghadap Dewa. Orok dengan mata memandang
tajam. Seolah tidak peduli dengan pandangan orang,
Dewa Orok senyum-senyum dan berkata.
"Aku' pasti tidak salah memilihkan nama buatmu!
Nama bagus dan tentu kau setuju...,"
Perempuan bercadar tidak menyahut Hanya
sepasang matanya yang terus memandang pada
pemuda di hadapannya dari rambut sampai kaki.
"Ah.... Kalau kau tidak setuju dengan nama tadi, aku masih punya nama bagus
untukmu. Yang ini pasti kau setuju dan menyukainya...," ujar Dewa Orok begitu
mendapati si perempuan tidak memberi
sambutan malah memandang dengan aneh.
Untuk kali ini, si perempuan bercadar masih juga
belum memberi sahutan. Dewa Orok tidak pedulikan
tatapan orang meski dalam hati dibuncah tanda
tanya. Pemuda ini malah alihkan pandangan lalu
berucap. "Bagaimana kalau kau kusebut Dewa
Orok..."!" Perempuan bercadar putih terdengar menggumam
tak jelas. Sepasang matanya menyipit. Sikapnya
jelas menunjukkan kalau dia hendak ajukan tanya.
Namun justru yang kemudian terlihat, dia balikkan
tubuh. Dan sekali bergerak, sosoknya berkelebat
tinggalkan tempat Itu.
Dewa Orok cepat berpaling. Namun mulutnya
hanya sempat terbuka menganga tanpa
perdengarkan suara demi melihat perempuan
bercadar putih telah berada jauh di depan sana dan kejap kemudian lenyap di
antara batu-batuan.
Dewa Orok berniat hendak menyusul. Namun
diurungkan tatkala tiba-tiba terdengar suara derapan langkah-langkah kaki kuda
yang makin lama makin
jauh sebelum akhirnya lenyap.
--oo0dw0oo-- SEPULUH SATU pemandangan aneh terlihat di kawasan yang
menuju Bukit Selamangleng. Satu sosok tubuh
melangkah berlenggang seraya bernyanyi-nyanyi kecil.
Kedua tangannya bergerak-gerak pu lang balik
laksana orang sedang menari. Sementara pinggulnya
digoyang-goyangkan sedikit ke samping kiri kanan.
Orang ini mengenakan pakaian panjang milik seorang perempuan. Rambutnya yang
panjang digelung tinggi
ke atas. Sementara wajahnya diberi bedak putih tebal dengan bibir diberi pemerah
menyala. Pada atas dan bawah matanya tampak membersit pewarna hitam.
Sedang pada lehernya melingkar sebuah kalung dari
bunga meiati berwarna putih yang diuntai. Dari sikap dan cara berpakaiannya
menunjukkan kalau orang ini adalah perempuan meski kalau diperhatikan lebih
seksama maka dugaan orang akan meleset. Karena
pada lehernya terlihat jakun yang jelas menandakan kalau dia adalah seorang
laki-laki. Laki-laki berperangai perempuan ini terus melenggak-lenggok dengan mulut tak henti-hentinya
dendangkan nyanyian. Sementara sepasang matanya
sesekali melirik ke kiri kanan dan tak jarang pula tengadah memandang ke arah
puncak bukit. "Kelelawar sayapnya hitam. Terbang rendah di
gelap malam. Kelelawar sayapnya hitam. Tanda hari
segera malam. Kelelawar burungnya hitam. Burung
hitam, burungnya...." Laki-laki berperangai perempuan tiba-tiba putuskan
nyanyiannya. Lalu nyengir sendiri.
"Hampir saja kelewatan! Kenapa mulutku
demikian tak tahu diri...," ujarnya lalu tengadah memandang langit. Nyanyian
orang ini tidak salah.
Karena saat itu hamparan langit memang dihiasi
gerombolan kelelawar yang berbondong-bondong
untuk kembali pada esok harinya. Sinar terang sang matahari mulai memudar
digantikan kegelapan
malam. Laki-laki berperangai perempuan alihkan
pandangannya ke arah puncak bukit. Untuk beberapa
saat dia tak berkesip pandangi hamparan rimbun
pepohonan yang mulai berubah warna.
Si laki-laki berperangai perempuan teruskan langkahan kakinya. Namun kali Ini dia sengaja menyanyi tanpa suara yang jelas.
Sementara sepasang
matanya tidak lagi memandang ke puncak bukit,
melainkan ke jalanan setapak yang menuju Bukit
Selamangleng. Namun langkahan kaki orang ini tertahan, karena
tiba-tiba dari lamping bukit berkelebat tiga bayangan dan tahu-tahu telah tegak
di hadapan laki-laki
berperangai perempuan..
Sejenak laki-laki berperangai perempuan melirik
pada satu persatu orang di hadapannya dengan
tampang terkejut. Tapi kejap lain telah alihkan
pandangan ke jurusan lain. Tanpa berkata dia
teruskan langkah dengan dendangkan nyanyian dan
tangan bergerak-gerak. Sementara pinggulnya
digoyang-goyangkan me-lenggak-lenggok. Tapi kalau
diperhatikan lebih seksama, sebenarnya sambil
melangkah berlenggang, sepasang mata orang Ini
melirik tajam pada ketiga orang yang tegak di
hadapannya. DI lain pihak, ketiga orang yang muncul dari puncak bukit sama-sama kerutkan
dahi masing-masing dengan mata sama mendeiik.
Orang paling kanan adalah seorang perempuan
berusia lanjut mengenakan pakaian panjang warna
co-klat. Kedua tangannya merangkap di depan dada.
Tangan kiri mengepal sementara tangan kanan
menggenggam sebuah tusuk konde besar berwarna
hitam. Sedang orang di sebelah tengah adalah
seorang perempuan berparas cantik berusia tiga
puiuhan tahun mengenakan pakaian tipis ketat warna biru yang bagian dadanya
dibikin rendah hingga
cuatan sepasang payudaranya mencuat jelas.
Rambutnya hitam bergerai dengan bibir merah.
Sementara orang paling kiri adalah seorang laki-laki tua yang wajahnya tinggal
tulang-belulang hampir
tidak tertutup daging sama sekali. Kepalanya gundul, sepasang matanya melotot.
Orang paling kanan yang bukan lain adalah Ni Luh
Padmi berpaling pada perempuan di sebelahnya yang
tidak ialn adalah Ratu Pemikat. Saat bersamaan Ratu Pemikat menoleh pada lakilaki berkepala gundul di sebelahnya yang bukan lain adalah Iblis Rangkap
Jiwa. Di lain pihak, Iblis Rangkap Jiwa memandang tak
berkeslp pada orang laki-laki yang menyanyi dan
melangkah di hadapannya.
"Akan ke mana kau"!" mendadak iblis Rangkap Jiwa membentak.
Laki-laki berperangai perempuan tidak hiraukan
bentakan orang. Dia terus melangkah, malah
berpaling pun tidak, membuat Iblis Rangkap Jiwa
kembali perdengarkan bentakan keras.
"Hai! Kau akan ke mana"!"
Laki-laki berperangai perempuan berpaiing. Dia
memandang sekilas seraya berkata dengan suara
serak mirip suara seorang perempuan.
"Kau bertanya padaku...?" Sambil bertanya kedua tangan orang ini menunjuk pada
Iblis Rangkap Jiwa
dengan gemulai laiu menunjuk pada dirinya sendiri.
"Jahanam! Siapa lagi yang kutanya kalau bukan kau"!"
"Ooooo...." Laki-laki berperangai perempuan mon-congkan mulut.
"Jawab!" kembali terdengar bentakan. Yang perdengarkan bentakan kail ini Ratu
Pemikat. . Laki-laki berperangai perempuan alihkan
pandangannya pada Ratu Pemikat dan untuk
beberapa saat pandangi perempuan berparas cantik
Ini dengan bibir tersenyum.
"Kau menyuruhku menjawab pertanyaannya?"
sahut laki-laki berperangai perempuan. Kali ini tangan kanannya menunjuk pada
Ratu Pemikat lalu beralih,
pada Iblis Rangkap Jiwa.
"Orang gila macam dia tak perlu diladeni!" Yang buka mulut kali ini adalah Ni
Luh Padml. Laki-laki berperangai perempuan arahkan
pandangannya pada Ni Luh Padmi lalu berujar seraya tetap tersenyum.
"Kau berkata untuk siapa"! Dia"! Atau dia"!"
sambil bertanya tangannya gemulai menunjuk pada
Ni Luh Padmi, lalu pada Ratu Pemikat dan terakhir
pada Iblis Rangkap Jiwa.
Ketiga orang di hadapan laki-laki berperangai
perempuan serentak saling berpandangan satu sama
lain. Dan seolah direnggut setan, berbarengan
mereka menoleh pada orang di hadapannya yang
enak saja teruskan langkah.
"Gerak-geriknya mencurigakan!" bisik Ratu Pemikat. Iblis Rangkap Jiwa anggukkan
kepala tanpa menoleh. Tapi tidak demikian halnya si nenek.
Perempuan berusia lanjut ini gelengkan kepala
sambii berbisik.
"Aku tidak menangkap sesuatu yang
mencurigakan pada dirinya. Kupikir dia adalah orang gila yang tersesat jalan!
Lebih baik tak usah diiadeni dan kita lanjutkan perjalanan!"
"Tak mungkin ada orang gila tersesat sampai
daerah ini! Kau lihat sendiri. Matanya selalu
mengarah ke puncak bukit. Sepertinya ada sesuatu
yang dicarinya di sana!" sahut Iblis Rangkap Jiwa.
"Benar! Dan lihat! Langkahnya menuju jalan
setapak yang mengarah puncak bukit!" timpal Ratu Pemikat.
"Ah.... Kalian hanya terlalu khawatir, hingga punya perasaan yang tidak tidak!
Kalaupun dia hendak ke
puncak bukit, apa peduli kita"!" Ni Luh Padmi memberi alasan.
"Puhcak Bukit Selamangleng telah kujadikan
tempat yang siapa pun juga tak akan kubiarkan ke
sana!" - ujar Iblis Rangkap Jiwa dengan suara agak keras. "Aku harus tahu hendak
ke mana dia! Maksudnya apa dan siapa dia sebenarnya!" ,
Habis, berkata begitu, Iblis Rangkap Jiwa
melompat dan tegak menghadang di hadapan lakilaki berperangai perempuan yang serentak hentikan
langkahnya. Ratu Pemikat yang juga punya perasaan sama
dengan Iblis Rangkap Jiwa tidak tinggal diam. Dia
cepat pula berkelebat dan tegak di samping Iblis
Rangkap Jiwa. Sementara Ni Luh Padmi meski pada awalnya
tidak sepaham dengan Ratu Pemikat dan Iblis
Rangkap Jiwa, namun dia merasa tldakenak
membiarkan kedua orang sahabatnya bertindak
tanpa dia Ikut serta. Hingga pada akhirnya nenek ini juga berkelebat dan berdiri
di sebelah Ratu Pemikat.
"Orang gila! Aku tak akan mengulangi lagi
pertanyaanku! Dengar. Akan ke mana kau" Dan siapa
kau sebenarnya"!" Iblis Rangkap Jiwa menghardik.
Laki-laki berperangai perempuan sentakkan
kepalanya sedikit ke belakang dengan tangan kanan
melambai di atas bahu. Lalu berkata.
"Perasaanku mengatakan puncak bukit itu
menyimpan sesuatu. Jadi aku akan menuju ke mana
perasaanku membawa! Sedangkan aku kalian bisa
memanggil Lumba-lumba...."
"Tak salah! Dia bukan orang gila yang tersesat jalan. Melainkan punya tujuan
tertentu datang ke
puncak bukit!" desis Iblis Rangkap Jiwa.
"Ada yang tidak beres dengan orang itu!" timpal Ratu Pemikat.
"Tapi aku belum menangkap sampai sejauh itu!
Mungkin ucapannya hanya kebetulan! Biar aku yang
coba bertanya!" Yang buka suara adalah Ni Luh Padml. Tanpa menunggu sahutan Ratu
Pemikat dan Iblis Rangkap Jiwa, si nenek telah maju satu tindak dan berkata.
"Sesuatu apa yang tersimpan di puncak bukit itu"!"
"Perasaanku mengatakan, sesuatu itu adalah hal luar biasa yang siapa pun juga
pasti menginginkannya...," jawab laki-laki berperangai perempuan yang sebutkan diri
dengan Lumba-lumba.
Habis menjawab, Lumba-lumba pentangkan
sedikit matanya pandangi si nenek. Orang ini
sebenarnya hendak lanjutkan ucapannya tapi
tertunda karena mendadak Ratu Pemikat telah
menyela. "Rupanya perasaanmu kuat. Apakah...."
Ucapan Ratu Pemikat belum selesai, kali Ini
Lumba-lumba yang ganti menyela. "Ah.... Kau pandai memuji. Tapi begitulah
adanya. Yang Maha Kuasa
telah memberiku anugerah perasaan di atas rata-rata orang...."
Seperti halnya tadi, seraya berkata Lumba-lumba
terus gerakkan kedua tangannya lemah gemulai di
atas pundaknya.
"Siapa percaya ucapan orang gila sepertimu!"
gumam Ratu Pemikat seraya mencibir.
Lumba-lumba memandang sejurus pada Ratu
Pemikat lalu mendongak. "Kau boleh percaya boleh juga tidak. Yang pasti


Joko Sableng Sekutu Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perasaanku bisa mengatakan
siapa kau, Perempuan Cantik...."
Ratu Pemikat tertawa panjang. Namun perempuan
bertubuh sintal Ini segera hentikan tawanya tatkala Lumba-lumba berujar sambil
terus mendongak.
"Apa kau ingin tahu apa yang dikatakan
perasaanku tentang kau?"
Ratu Pemikat tegak dengan mulut terkancing.
Sementara Lumba-lumba ganti tertawa lalu berkata.
Kali ini kedua tangannya merangkap di depan dada
seperti yang diperbuat Ni Luh Padmi.
"Perasaanku mengatakan, kau adalah seorang
perempuan yang dikenal dengan dua gelar. Pada
mulanya kau berjuluk Dewi Asmara. Berganti tahun
kau ganti gelar menjadi Ratu Pemikat...."
Mendengar ucapan Lumba-lumba, bukan hanya
Ratu Pemikat yang terlihat terkesiap. Iblis Rangkap Jiwa dan Ni Luh Padmi tak
kalah terkejutnya.
Lumba-lumba seolah tidak pedulikan keterkejutan
orang. Dia lanjutkan ucapannya. "Kau pernah
bersekongkol dengan seorang laki-laki bergelar Hantu Makam Setan, Merak Kawung,
dan lain sebagainya.
Kau pernah terlibat bentrok dengan beberapa tokoh
di Pulau Biru. Dan...."
"Cukup!" hardik Ratu Pemikat memotong ucapan Lumba-lumba. Perempuan ini merasa
tidak enak. Dia
khawatir kalau orang di hadapannya tahu apa yang
kini ada dalam benaknya.
Lumba-lumba luruskan kepalanya dengan bibir
tersenyum. Namun pandangannya kail Ini bukan ke
arah Ratu Pemikat yang tampak terkejut bercampur
heran, tapi pada Iblis Rangkap Jiwa. Hanya saja iaki-lakl berperangai perempuan
ini cuma sejurus
memandang ke arah Iblis Rangkap Jiwa. Saat lain dia dongakkan lagi kepalanya dan
buka mulut. "Menurut perasaanku, kau adalah orang tua yang bergelar Iblis Rangkap Jiwa.
Meski terdengar
mustahil, karena usiamu panjang. Kalau dihitunghitung, usiamu sekarang menginjak dua ratus tahun
lebih. Pada sisa usiamu terakhir ini kau habiskan di puncak bukit untuk menunggu
sesuatu. Kau pernah
terlibat bentrok dengan seorang pemuda bergelar
Pendekar Pedang Tumpul 131 Joko Sableng dan
Dewa Orok dari lain sebagainya, termasuk di
dalamnya seorang nenek berjuluk Ratu Malam.
Perasaanku juga mengatakan...."
"Kau teruskan ucapanmu, lidahmu akan kulepas!"
bentak Iblis Rangkap Jiwa. Seperti halnya Ratu
Pemikat, sebenarnya diam-diam laki-laki berkepala
gundul jnl merasa waswas kalau Lumba-lumba
mengatakan apa yang jadi rencananya. ,
Seperti diketahui, sebenarnya Ratu Pemikat dan
Iblis Rangkap Jiwa punya rencana sendiri-sendiri
dalam benaknya. Kalaupun untuk sementara ini
mereka berdua bersatu, itu hanya karena apa yang
akan mereka maksud tidak jauh berbeda dan saling
berhubungan. Lebih dari itu, mereka berdua juga
dalam cengkeraman Malaikat Penggali Kubur.
Mendengar hardikan Iblis Rangkap Jiwa, Lumbalumba tunjukkan tampang terkejut. Namun di lain
kejap, orang ini senyum-senyum dan arahkan
pandangannya pada Ni Luh Padmi yang untuk
beberapa saat tadi simak ucapan Lumba-lumba
dengan mata menyipit dan dahi berkerut.
"Nek.... Untukmu, perasaanku mengatakan, kau
adalah seorang perempuan datang dari jauh. Kau
muncul di tanah Jawa mencari seorang kakek tua
bergelar Pendeta Sinting. Namamu sendiri adalah Ni Luh Padmi...."
"Kau tahu di mana beradanya Pendeta Sinting"!"
Tak sabar NI Luh Padmi segera menyahut ajukan
tanya mendapati Lumba-lumba dapat menebak
dengan tepat pada dirinya.
Lumba-lumba gerakkan tangan kanannya ke atas
bahu lalu seolah lakukan pukulan dia berkata.
"Perasaanku mengatakan, kau punya silang
sengketa dengan Pendeta Sinting. Kalau aku sampai
mengatakan di mana beradanya orang sinting yang
kau cari itu, berarti aku akan ikut terlibat dalam urusanmu. Padahal aku tidak
mau terlibat dengan
siapa pun juga! Apalagi dalam urusan dendam dan
sengketa.... Aku hanya Ingin tenggelam berenang
dengan perasaanku.
Tanpa harus terlibat dengan orang lain, apalagi
dari kalangan orang-orang persilatan sepertirhu dan dua sahabatmu itu! Tapi kau
masih punya kesempatan, Nek! Kalau kau benar-benar Ingin tahu
di mana beradanya orang yang kau cari, perasaanku
mengatakan, perempuan cantik di sebelahmu
mengetahui tempat di mana beradanya orang yang
kau cari! Bukankah begitu, Perempuan Cantik...?"
Pada akhir kata-katanya, Lumba-lumba arahkan
pandangannya pada Ratu Pemikat dengan
anggukkan kepalanya. "
Ni Luh Padmi berpaling pada Ratu Pemikat.
Mungkin tidak mau dirinya akan dituduh berdusta
karena Ratu Pemikat mengatakan tidak tahu di mana
beradanya Pendeta Sinting pada Ni Luh Padmi saat
keduanya berjumpa di puncak bukit, perempuan
bertubuh bahe-nol berwajah cantik ini cepat menoleh pada si nenek dan berkata.
"Jangan percaya dengan ucapannya! Dia dusta!"
Habis berkata begitu, Ratu Pemikat memandang
tajam pada Lumba-lumba lalu membentak.
"Kau jangan bicara membuat fitnah!"
Lumba-lumba tidak tunjukkan rasa kaget.
Sebaliknya dia tetap tersenyum lalu kembali
melangkah dengan jalan menyisi sambil berkata.
"Ah.... Semua Ku terserah kalian. Aku hanya
mengatakan apa yang ada, dalam perasaanku. Soal
benar tidaknya, kalian pasti mengetahuinya...."
Namun rupanya Lumba-lumba tidak akan dapat
lanjutkan langkahan kakinya karena bersamaan itu,
Iblis Rangkap Jiwa sudah melompat menghadang
tepat tiga langkah di hadapannya. Hanya kali ini Iblis Rangkap Jiwa bukannya
unjuk tampang marah
melainkan tersenyum meski wajahnya tetap terlihat
angker. "Lumba-lumba.... Hem.... Sepertinya baru kali Ini aku mendengar nama itu. Tapi
adalah satu ha! yang
aneh kalau dia tahu seluk-beluk diriku dan kedua
orang itu dengan benar dan tepat. Jangan-jangan dia seorang perama! yang baru
muncul dan belum
banyak dikena! orang...."
Berpikir begitu, Iblis Rangkap Jiwa akhirnya buka
mulut bertanya.
"Lumba-lumba.... Aku tahu pasti, yang kau maksud sesuatu luar biasa di puncak
bukit itu adalah sebuah kitab. Benar"!"
"Ah.... Kau rupanya punya perasaan sepertiku.
Hanya perasaanku mengatakah dengan pasti kalau
kitab itu sudah berpindah dari tempatnya semula!
Bagaimana menurut perasaanmu"!." Lumba-lumba
balik ajukan tanya.
Iblis Rangkap Jiwa anggukkan kepala. Kejap lain
dia kembali ajukan tanya. "Apa yang kau katakan menurut perasaanmu memang tepat.
Tapi apakah perasaanmu juga bisa mengatakan siapa sebenarnya
kelak yang berjodoh dengan kitab itu?"
Lumba-lumba kembali rangkapkan kedua
tangannya di depan dada. Kepalanya mendongak.
Bahkan kali ini sepasang matanya terpejam dengan
dahi berkerut. Baik Iblis Rangkap Jiwa maupun Ratu Pemikat dan
Ni Luh Padmi tidak ada yang buka suara. Mata
mereka bertiga memandang tajam pada Lumbalumba seolah memberi kesempatan pada orang
untuk pusatkan pikiran..
Iblis Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat tampak
sedikit tegang dengan hati sama berdebar. Di lain
pihak Ni Luh Padmi tampak biasa-biasa saja. Hal ini dapat dimaklumi karena
sebenarnya baik Ratu
Pemikat maupun Iblis Rangkap Jiwa memang
menginginkan Kitab Hitam. Sementara Ni Luh Padmi
sama sekali tidak menginginkannya malah dia tidak
tahu betul seluk-beluk urusan Kitab Hitam. Yang
selalu menjadi pikiran si nenek adalah bagaimana
mengetahui di mana beradanya Pendeta Sinting,
malah kalau bisa sebelum masa penantian selama
satu purnama dengan Malaikat Penggali Kubur. "
Beberapa saat berlalu.. Tiba-tiba Lumba-lumba
mengeluh tinggi seraya buka perlahan-lahan
sepasang kelopak matanya. Memandang satu
persatu pada ketiga orang di hadapannya sebelum
akhirnya menjawab.
"Selama maiang melintang dengan berenang
perasaan, tampaknya kali ini aku harus mengalami
kegagalan....".
Iblis Rangkap Jiwa buka mulut.
"Apa maksud ucapanmu"!"
"Aku gagal mengetahui siapa kelak yang berjodoh memiliki Kitab Hitam itu...."
iblis Rangkap Jiwa mendengus keras. Di
sebelahnya Ratu Pemikat mencibir sambi! tertawa
pendek. Hanya Ni Luh Padmi yang tetap bersikap
seperti semula.
"Tapi masih ada harapan! Perasaanku
mengatakan, aku dapat mengetahui siapa kelak yang
berjodoh asalkan aku tahu siapa kini yang memegang Kitab Hitam itu...."
Seakan-akan dikomando, berbarengan iblis
Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat menjawab.
"Malaikat Penggali Kubur!"
Kalau Ni Luh Padmi sedari tadi biasa-biasa saja,
begitu mendengar jawaban Iblis Rangkap Jiwa dan
Ratu Pemikat, nenek ini serta-merta berpaling dengan raut kaget. Dia ingat
pertemuannya dengan Malaikat Penggaii Kubur beberapa hari yang lalu.
"Hem.... Jadi pemuda itulah yang telah memegang kitab yang selalu dibicarakan
mereka.... Pasti kitab itulah yang membuat pemuda bergelar Malaikat
Penggali Kubur itu begitu sakti.... Kalau saja aku dapat merebut dan memiliki
kitab itu...."
Diam-diam dalam benak Ni Luh Padmi telah
terber-sit keinginan memiliki Kitab Hitam juga setelah merasa yakin kalau
kehebatan Malaikat Penggali
Kubur karena telah memiliki Kitab Hitam. "Hem....
Untuk sementara ini lebih baik aku menunggu sampai jumpa dengan Malaikat
Penggali Kubur dan menanti
saat pertemuan yang telah diatur. Dengan begitu aku masih punya kesempatan.
Selain dapat membalas
dendam pada Pendeta Sinting, sekaligus siapa tahu
aku bisa memiliki Kitab Hitam;..."
--oo0dw0oo-- SEBELAS MESKI Ni Luh Padmi adalah orang yang pertama
kautunjukkan rasa terkejut, namun Lumba-lumba tak
kalah tersentaknya. Malah saking terkejutnya, orang laki-laki berperangai
perempuan Ini sempat surutkan kaki satu tindak dengan mata mendelik dan
rangkapan kedua tangannya lepas!
Iblis Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat sedikit kaget
melihat perubahan sikap Lumba-lumba. Dada mereka
berdua dibuncah dengan berbagai tanya. Keduanya
serentak perhatikan orang lebih seksama.
Di lain pihak, melihat dirinya diperhatikan
sedemikian rupa, Lumba-lumba tampaknya cepat
sadar. Orang ini segera tengadah dan mendadak
perdengarkan suara tawa keras membahana. Kedua
tangannya kembal! digerakkan lemah gemulai ke
depan ke belakang. Bukan hanya sampai di situ,
mungkin untuk alihkan perhatian orang, Lumbalumba goyang-goyang pinggulnya!
"Gila! Ada apa dengan orang Ini"!" desis Iblis Rangkap Jiwa.
"Sahabat sekalian.... Dengar! Kalau benar Kitab Hitam itu kini dimiliki Malaikat
Penggali Kubur,
perasaanku mengatakan...." Lumba-lumba sengaja tidak lanjutkan ucapannya.
Sepasang matanya melirik ke depan.
DI seberang depan, baik Iblis Rangkap Jiwa, Ratu
Pemikat dan Ni Luh Padmi termangu menunggu
dengan dada berdebar. Rupanya siasat yang
dilakukan Lumba-lumba mengena. Karena perhatian
orang kini beralih. Bukannya perhatikan pada dirinya melainkan termangu menunggu
lanjutan ucapannya.
Melihat ha! itu, Lumba-lumba segera buka mulut
lanjutkan bicara.
"Sahabat sekalian.... Perasaanku mengatakan,
Kitab Hitam itu kelak akan berjodoh dengan dua
orang!" Lumba-lumba luruskan kepala dan
memandang silih berganti pada Iblis Rangkap Jiwa
dan Ratu Pemikat.
"Kalian berdua orang beruntung. Karena kalau tak ada aral melintang... kalian
berdualah yang kelak
berjo-doh dengan kitab itu...."
Habis berkata begitu, Lumba-lumba alihkan
pandangannya pada Ni Luh Padmi yang terlihat tak
senang dengan ucapannya. Seraya tersenyum Lumbalumba berujar. "Nek.... Kau tak perlu gelisah. Perasaanku
mengatakan, walau kau tidak beruntung dengan
Kitab Hitam, namun kelak kau akan memperoleh
sebuah hal luar biasa yang tak kalah saktinya dengan Kitab Hitam.... Hal apa
itu, aku tidak bisa
mengatakannya di sini...."
Meski Iblis Rangkap Jiwa dan Ratu Pemikat
tampak berubah senang, namun Iblis Rangkap Jiwa
merasakan satu keanehan. Dia segera bertanya.
"Lumba-lumba. Kau bicara yang benar! Bagaimana mungkin sebuah kitab bisa


Joko Sableng Sekutu Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjodoh dengan dua
orang"!"
Lumba-lumba perdengarkan tawa dahulu sebelum
akhirnya menjawab.
"Kau tak usah merasa aneh apalagi heran. Kitab Hitam adalah sebuah kitab sakti.
Sebuah kitab sakti akan membuat keanehan yang jauh dari dugaan
mang.... Soal bagaimana nanti caranya, kelak kalian berdua akan tahu sendiril
Hanya kalau aku boleh
meminta, kuharap kalian berdua jangan saling
berebut kitab M. Selain tidak ada artinya,
bagaimanapun juga kalian berdua kelak yang akan
mendapatkannya.. "
"Mustahil! Mustahil apa yang dikatakannya! Seaneh-anehnya kitab sakti, hanya
seorang yang akan
berjodoh memilikinya!" desis Iblis Rangkap Jiwa.
"Hem.... Ucapan Iblis Rangkap Jiwa benar. Satu hal yang mustahil kalau satu
kitab berjodoh dengan dua orang! Jangan-jangan orang ini sengaja menebar
fitnah dengan maksud tertentu. Tapi.... Mengapa
semua ucapannya tepat..." Mungkinkah sebeium ini
dia mencari tahu dahulu lalu.... Tapi.... Mengapa dia berada di sini tepat
bersamaan denganku yang
hendak lakukan rencana" Sepertinya dia tahu kapan
harus datang ke tempat ini dan bertemu...."
Entah karena tahu apa yang ada dalam benak
orang, tanpa menunggu lebih lama lagi, Lumba-lumba berkata sambi! hendak
teruskan langkah.
"Mungkin kalian masih ragu-ragu dengan apa yang baru kukatakan. Namun kelak
kalian akan tahu,
bahwa apa yang dikatakan perasaanku benar
adanya.... Sekarang aku harus pergi...."
Lumba-lumba melangkah tanpa berpaling lagi
pada ketiga orang di hadapannya. Sementara Iblis
Rangkap Jiwa cepat berpaling pada Ratu Pemikat
seraya berbisik.
"Aku curiga padanya.... Selain itu dia tahu siapa kita adanya. Bukan tidak
mungkin dia tahu apa
rencana kita. ini sangat membahayakan bagi
tindakan kita selanjutnya! Siapa pun dia adanya,
harus kita singkirkan!"Tanpa menunda lagi, Iblis Rangkap Jiwa melompat
dan tegak di hadapan Lumba-lumba dengan kedua
tangan terangkat. Sepasang matanya tidak
memandang ke arah Lumba-lumba melainkan pada
jurusan lain sambil membentak.
"Kau bisa menuju puncak bukit. Tapi tinggalkan dulu nyawamu di sini!"
"Hai.... Apa yang akan kau lakukan padaku"
Bukankah di antara kita tidak ada silang sengketa?"
"Benar!" jawab Ratu Pemikat. Tapi kau telah berani mengatakan yang tidak-tidak!
Itu berarti kau telah ikut campur urusan kami. Dan kau perlu tahu. Siapa pun
adanya orang yang campur tangan urusan kami,
maka hanya satu pilihan baginya! Mampus!"
"Ah.... Itu peraturan rimba persilatan.... Padahal aku bukanlah orang dari
kalangan rimba persilatan!"
ujar Lumba-lumba dengan tampang ketakutan.
-Ratu Pemikat tertawa pendek. "Peraturan kami tidak menentukan dari mana orang
yang Ikut campur!
Setan sekalipun akan menerima pilihan sama!"
"Hem.... Kalau begitu aku tidak akan lanjutkan mendaki puncak bukit.... Harap
kalian mencabut
pilihan yang harus kuterima...."
Iblis Rangkap Jiwa gelengkan kepala. "Ke mana pun kau akan pergi, bukan jadi
jaminan kau bisa
selamat dari pilihan yang kami berikan!"
Belum selesai ucapan Iblis Rangkap Jiwa, laki-laki berkepala gundu! ini telah
gerakkan tangan
kanannya. Mungkin masih menduga kalau orang di
hadapannya tidak memiliki kepandaian, dia sengaja
lancarkan pukulan hanya dengan sedikit kerahkan
tenaga dalam. Wuuttt! Satu deruan angin terdengar. Baik Iblis Rangkap
Jiwa maupun Ratu Pemikat memandang dengan
diam-diam sama kerahkan tenaga dalam. Meski
mereka berdua menduga kalau Lumba-lumba tidak
memiliki kepandaian, tapi keduanya tidak berani
bertindak ceroboh. Lain halnya dengan Ni Luh Padmi.
Meski sedari tadi banyak diam, namun nenek ini
punya firasat lain dengan apa yang diduga iblis
Rangkap Jiwa dan Ratu Pemlkat. Hingga si nenek
sama sekali tidak kerahkan tenaga dalam, karena dia menduga Lumba-lumba memiliki
kepandaian. tapi
rupanya dugaan Ni Luh Padmi meleset. Karena meski
deruan angin telah terdengar dan satu gelombang
menghampar ke arah Lumba-lumba, laki-laki
berperangai perempuan ini tidak membuat gerakan
apa-apa! Hingga mau tak mau gelombang angin
menyapu sosoknya.
Walau gelombang angin tidak begitu besar, namun
karena dilancarkan oleh seorang yang memiliki
tenaga dalam kuat, tak urung membuat sosok
Lumba-lumba tersapu deras sampai satu tombak ke
belakang dan terkapar d! atas tanah.
Lumba-lumba mengeluh tinggi. Kedua tangannya
bergerak gemulai mengelus bahunya yang baru saja
tersambar pukulan Iblis Rangkap Jiwa. Lalu perlahan-lahan bangkit.
Seraya merapikan sanggulan rambut dan pakaian
yang dikenakannya, Lumba-lumba buka mulut.
"Sungguh kalian tega menjatuhkan tangan kasar pada orang yang tidak berdaya
sepertiku...." Kedua tangan Lumba-lumba terangkat sejajar dengan
wajahnya. Mendadak orang ini perdengarkan
tangisan sambi! usap-usapkan kedua tangannya pada
sepasang matanya.
Iblis Rangkap Jiwa mendengus keras. Sementara
Ratu Pemikat tersenyum dingin. Kedua orang ini
seolah tidak hiraukan rengekan orang. Malah Iblis
Rangkap Jiwa terlihat paling tidak sabar. Karena
begitu mendengar tangisan Lumba-lumba, tangan
kanannya yun? masih berada di udara berkelebat
kirimkan pukulan!
Meski N! Luh Padmi bukan orang baik-baik, tapi
melihat apa yang hendak dilakukan Iblis Rangkap
Jiwa, nenek ini tidak bisa diam begitu saja. Tangan kanannya diangkat hendak
memangkas pukulan Iblis
Rangkap Jiwa. Sementara di seberang depan sana, seolah tidak
menyadari bahaya, Lumba-lumba tetap usap-usap
sepasang matanya dengan kedua tangan sambi!
perdengarkan tangis. Bahkan tangisnya makin keras!
Satu tombak lagi gelombang angin yang
dilancarkan Iblis Rangkap Jiwa menyapu sosok
Lumba-lumba, Ni Luh Padmi gerakkan tangan
kanannya lakukan pemangkasan pukulan.
Saat itulah mendadak terdengar satu suara.
"Jangan sangka aku libatkan diri, aku hanya tidak tega mendengar suara
tangisan;..!"
Satu sosok tubuh berkelebat. Bersamaan dengan
itu tampak dua kilatan cahaya berkiblat.
Dua letupan kecil terdengar berturut-turut.
Gelombang angin yang dilancarkan Iblis Rangkap
Jiwa, dan gelombang angin yang melesat dari tangan kanan Ni Luh Padmi yang
hendak memangkas
pukulan iblis Rangkap Jiwa serta-merta buyar
berantakan. Malah sosok Iblis Rangkap Jiwa dan Ni
Luh Padmi teriihat tersu-rut satu tindak!
Iblis Rangkap Jiwa, Ratu Pemikat, dan Ni Luh
Padmi serentak sama paiingkan kepala. Di lain pihak, Lum-ba~iumba seolah tidak
peduli dengan apa yang
baru saja terjadi. Orang ini terus saja perdengarkan tangisan, malah begitu
terdengar letupan, Lumba-lumba tekuk kedua kakinya hingga jatuh terduduk!
Sesaat Lumba-lumba gerakkan kedua tangannya
pulang foalsk ke kir! kanan usap-usap sepasang
matanya. Lalu mendadak kedua tangannya
dikembangkan tepat di wajahnya. Dari sela jari-jari tangannya sepasang matanya
melirik. Lalu terdengar suaranya di sela suara' tangisnya.
"Mataku tidak buta.... Tapi apa benar yang
kulihat") Ada kakek-kakek yang masih suka dandan
bawa cermin ke sana kemari" Padahal.... Padahal
kulihat sepasang matanya putih! Bagaimana dia
melihat wajahnya di cermin"!"
Lumba-lumba rapatkan jari-jari tangannya. Suara
tangisnya diputus. Saat lain terdengar ledakan
tawanya! Dari seberang terdengar gumaman. Lalu disusul
suara orang tertawa pelan. Tap! suara tawa itu makin lama makin keras. Hingga
tempat yang sejenak tadi
di-buncah suara tangisan Lumba-lumba berubah
menjadi buncahan suara tawa panjang bersahutsahutan! SELESAI Pembuat Ebook :
Scan djvu oleh : Abu Keisel
Convert & Edit oleh : Dewi KZ
Pdf Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau
http://dewikz.byethost22.com/
--oo0dw0oo-- PENDEKAR PEDANG TUMPUL 131
JOKO SABLENG Segera ikuti lanjutan kisah ini! dalam episode:
BIDADARI CADAR PUTIH
Duri Bunga Ju 10 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Pedang Penakluk Iblis 12

Cari Blog Ini