Ceritasilat Novel Online

Misteri Sittaford 4

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie Bagian 4


rus pula kita ingat bahwa ia akan mendapat warisan
yang sama banyaknya. 269 Bab21-31.indd 270 "Ya... tadi pagi ia datang bersama Mr. Enderby. Ia
tampak ceria dan berseri-seri, sikapnya lumayan jujur
dan dapat dipercaya. Tapi itu tidak menghapuskan
kemungkinan, sama sekali tidak."
"Hm... maksudmu...?"
"Hal itu tidak ditunjang oleh kenyataan-kenyataan.
Kenapa ia tidak menghadap sebelumnya" Berita ten"
tang kematian pamannya sudah muncul di surat-surat
kabar pada hari Sabtu. Kakaknya ditangkap hari Senin.
Ia tetap tak muncul. Dan ia tetap tidak akan muncul
seandainya wartawan itu tidak menemukannya di ke"
bun Sittaford House tengah malam, kemarin."
"Apa yang dilakukannya di situ" Maksudku,
Enderby?" "Yah, Anda tentu tahu bagaimana wartawan," kata
Narracott, "maunya mendengus-dengus saja di semua
tempat. Mereka itu aneh."
"Mereka sering membuat kita jengkel," kata Kepala
Polisi itu. "Tapi mereka bisa juga berguna."
"Saya rasa wanita muda itulah yang menugaskannya
untuk melakukan hal itu," kata Narracott.
"Wanita muda yang mana?"
"Miss Emily Trefusis."
"Bagaimana ia tahu tentang kejadian itu?"
"Ia berada di Sittaford juga untuk menyelidiki.
Dan ia adalah seorang wanita muda yang cerdas. Tak
banyak hal yang luput dari pengamatannya."
"Apa cerita Brian Pearson sendiri tentang kegiatankegiatannya di sana?"
"Katanya, ia datang ke Sittaford House untuk me"
nemui teman wanitanya, maksudnya Miss Willett.
270 Bab21-31.indd 271 Gadis itu keluar rumah untuk menemuinya setelah
semua orang tidur, karena ia tak ingin ibunya tahu.
Begitulah cerita mereka."
Suara Inspektur Narracott jelas mengandung rasa
tak percaya. "Saya yakin, Sir, bahwa seandainya Enderby tidak
menangkap basah laki-laki itu, ia tidak akan pernah
memperlihatkan diri. Ia pasti akan kembali ke Austra"
lia dan menuntut warisannya dari sana."
Di bibir Kepala Polisi terbayang senyum samar.
"Ia pasti mengumpat habis-habisan wartawan pem"
bawa bencana itu," gumamnya.
"Ada satu hal lagi yang sudah jelas," sambung
Inspektur. "Anda tentu ingat bahwa ada tiga orang
Pearson, dan Sylvia Pearson menikah dengan Martin
Dering, seorang novelis. Novelis itu mengaku bahwa
ia makan siang dan menghabiskan petang hari itu
dengan seorang penerbit Amerika, lalu pergi meng"
hadiri suatu perjamuan makan pada malam harinya.
Tapi ternyata ia sama sekali tak hadir pada jamuan
makan malam itu." "Siapa yang mengatakan itu?"
"Lagi-lagi Enderby."
"Kurasa aku harus bertemu dengan Enderby itu,"
kata Kepala Polisi. "Agaknya ia merupakan sumber
dari banyak berita dalam penyelidikan ini. Tidak
mengherankan, Daily Ware memang mempekerjakan
beberapa anak muda yang cerdas sebagai stafnya."
"Yah, tapi mungkin itu sama sekali tak ada arti"
nya," sambung Inspektur. "Kapten Trevelyan terbunuh
sebelum pukul 18.00. Jadi di mana pun Dering ber"
271 Bab21-31.indd 272 ada, tak ada akibat apa-apa"tapi mengapa harus
berbohong begitu" Saya tak senang, Sir."
"Memang," Kepala Polisi itu membenarkan. "Ke"
lihatannya memang tak ada hubungannya."
"Kita jadi berpikir bahwa semuanya mungkin tak
benar. Saya rasa itu merupakan kesimpulan yang ter"
lalu dicari-cari. Tapi Dering mungkin berangkat dari
Paddington, naik kereta api pukul 12.10, tiba di
Exhampton sekitar pukul 17.00 lewat, membunuh
orang tua itu, naik kereta api yang berangkat pukul
18.10, dan sudah kembali ke rumahnya sebelum te"
ngah malam. Bagaimanapun juga hal itu harus di"
selidiki, Sir. Kita juga harus menyelidiki keadaan ke"
uangannya, untuk melihat apakah ia berada dalam
kesulitan keuangan. Semua uang yang akan menjadi
hak istrinya, dialah yang akan menanganinya"dengan
melihat istrinya saja kita sudah tahu itu. Kita harus
yakin benar bahwa alibinya petang hari itu bisa di"
pegang." "Semuanya luar biasa," komentar Kepala Polisi itu.
"Tapi aku masih tetap berpendapat bahwa bukti yang
memberatkan Pearson itu sangat meyakinkan. Kulihat
kau tidak sependapat denganku. Kau merasa bahwa
kau telah salah menangkap orang."
"Buktinya memang benar," Inspektur Narracott
mengakui, "kuat dan meyakinkan, dan juri mana pun
pasti menyatakan ia bersalah. Namun, apa yang Anda
katakan tadi benar. Saya tak bisa melihat ia sebagai
seorang pembunuh." "Dan tunangannya aktif sekali dalam perkara ini,"
kata Kepala Polisi. 272 Bab21-31.indd 273 "Miss Trefusis, ya, ia memang orang hebat. Seorang
wanita muda yang luar biasa. Ia benar-benar bertekad
untuk membebaskan tunangannya. Dirangkulnya
Enderby, dan dimanfaatkan benar-benar demi kepen"
tingannya. Ia jauh lebih cerdas daripada James Pearson.
Pemuda itu hanya tampan. Selain itu, saya tak dapat
mengatakan bahwa ia punya watak."
"Tapi kalau ia seorang wanita muda yang suka
mengatur, tepat sekali pilihannya itu," kata Kepala
Polisi. "Yah," kata Inspektur Narracott, "soal selera me"
mang tak dapat diperdebatkan. Saya sependapat, Sir,
bahwa sebaiknya saya tidak menunda lagi penyelidikan
mengenai alibi Dering itu."
"Ya, segeralah lakukan hal itu. Bagaimana dengan
pihak keempat yang juga akan mendapat warisan"
Ada pihak keempat, bukan?"
"Ya, kakak almarhum. Mengenai dia, sama sekali
tak ada apa-apa. Saya sudah mengadakan tanya-jawab
mengenai dirinya. Ia berada di rumahnya pada pukul
18.00, Sir. Saya akan segera mulai dengan urusan De"
ring." Kira-kira lima jam kemudian, Inspektur Narracott
sekali lagi berada di dalam ruang duduk yang kecil di
rumah The Nook. Kali ini Mr. Dering ada di rumah.
Mula-mula pelayannya berkata bahwa ia tak bisa di"
ganggu, karena ia sedang menulis. Tapi Inspektur lalu
mengeluarkan kartu tugasnya, dan menyuruh pelayan
itu segera menyerahkannya pada majikannya. Sambil
menunggu, ia berjalan hilir-mudik di dalam kamar
itu. Otaknya bekerja secara aktif. Sekali-sekali ia meng"
273 Bab21-31.indd 274 ambil suatu barang kecil dari atas meja, memandangi"
nya tanpa perhatian, lalu meletakkannya kembali.
Benda itu adalah sebuah kotak rokok yang berbentuk
kotak biola, buatan Australia"mungkin hadiah dari
Brian Pearson. Diambilnya sebuah buku tua yang su"
dah usang, yang berjudul Pride and Prejudice. Dibuka"
nya buku itu, dan pada halaman depan yang kosong
ia melihat tulisan tinta yang sudah agak kabur, yang
merupakan sebuah nama. Martha Rycroft. Rasanya
nama Rycroft itu tak asing baginya, tapi saat itu ia
tak bisa mengingatnya. Pikirannya terganggu karena
pintu terbuka, dan Martin Dering masuk ke kamar
itu. Novelis itu seorang pria dengan tinggi sedang.
Rambutnya tebal dan berwarna cokelat. Ia tampan,
tapi memberikan kesan serbatebal, bibirnya pun tebal
dan merah. Inspektur Narracott tidak terpengaruh oleh penam"
pilan itu. "Selamat pagi, Mr. Dering. Maafkan saya harus
mengganggu Anda lagi."
"Ah, tak apa-apa, Inspektur. Tapi saya benar-benar
tak bisa menceritakan apa-apa lagi. Semuanya sudah
saya ceritakan." "Kami diberitahu bahwa adik ipar Anda, Mr. Brian
Pearson, berada di Australia. Tapi sekarang kami da"
pati bahwa ia sudah dua bulan berada di Inggris. Saya
rasa seharusnya Anda memberitahukan hal itu pada
kami. Istri Anda dengan jelas mengatakan kepada saya
bahwa ia berada di New South Wales."
"Brian di Inggris!" Dering kelihatannya benar-benar
274 Bab21-31.indd 275 terkejut. "Sungguh, Inspektur, saya sama sekali tak
tahu akan hal itu, dan saya yakin istri saya juga tidak
tahu." "Apakah ia sama sekali tak pernah menghubungi
Anda?" "Sama sekali tidak. Saya tahu betul bahwa selama
dua bulan ini, Sylvia, istri saya, menulis dua pucuk
surat padanya ke Australia."
"Oh, kalau begitu saya minta maaf. Tapi wajarlah
kalau saya mengira bahwa ia telah menghubungi
sanak saudaranya di sini. Jadi saya agak marah pada
Anda karena merahasiakannya dari saya."
"Yah, seperti sudah saya katakan, kami tak tahu
apa-apa. Silakan merokok, Inspektur. Omong-omong,
saya dengar Anda telah menangkap kembali nara"
pidana Anda yang lari itu."
"Ya, kami menangkapnya hari Selasa malam. Ia tak
beruntung, karena ada kabut tebal. Ia hanya berjalan
berkeliling-keliling saja dalam suatu lingkaran. Setelah
berjalan sejauh tiga puluh kilometer, didapatinya
bahwa ia baru berada sejauh kira-kira 750 meter dari
penjara Princetown."
"Orang memang sering berjalan dalam suatu ling"
karan bila ada kabut tebal. Untunglah ia tidak melari"
kan diri hari Jumat yang lalu. Kalau demikian halnya,
pasti ia yang dituduh melakukan pembunuhan itu."
"Ia orang berbahaya. Orang biasa menyebutnya
Freemantle Freddy. Kejahatan-kejahatan yang telah
dilakukannya adalah perampokan dengan kekerasan,
disertai serangan terhadap korban"ia menjalani hi"
dup ganda yang sangat aneh. Kadang-kadang ia hidup
275 Bab21-31.indd 276 sebagai seorang pria berpendidikan, terhormat, dan
kaya. Saya yakin benar bahwa penjara Broadmoor me"
rupakan tempat yang lebih tepat baginya. Kadangkadang ia dihinggapi semacam penyakit kejahatan.
Dalam keadaan begitu, ia pun menghilang dan meng"
gabungkan diri dengan orang-orang yang berwatak
rendah sekali." "Saya rasa tak banyak yang bisa melarikan diri dari
penjara Princetown, ya?"
"Boleh dikatakan itu tak mungkin. Tapi pelarian
yang satu ini telah direncanakan dengan matang dan
dilaksanakan dengan baik sekali. Kami belum berhasil
menyelidikinya." "Ya," kata Dering. Ia bangkit sambil melihat ke
arlojinya. "Jika tak ada lagi yang lain, Inspektur, saya
ini orang yang sibuk sekali..."
"Tapi ada sesuatu, Mr. Dering. Saya ingin tahu
mengapa Anda mengatakan pada saya bahwa Anda
menghadiri suatu jamuan makan malam dengan para
sastrawan di Hotel Cecil pada malam Jumat?"
"Sa... saya tak mengerti maksud Anda."
"Saya rasa Anda mengerti. Anda tak hadir pada
jamuan makan malam itu, Mr. Dering."
Martin Dering tampak bimbang. Matanya ber"
pindah-pindah dengan ragu, dari wajah Inspektur ke
langit-langit ruangan, lalu ke pintu, kemudian ke kaki"
nya. Inspektur menunggu dengan tenang dan tegar.
"Yah," Martin Dering akhirnya, "seandainya saya
memang tak hadir, apa hubungannya dengan Anda"
Apa hubungan antara gerak-gerik saya lima jam se"
276 Bab21-31.indd 277 telah paman saya terbunuh dengan Anda atau siapa
pun juga?" "Anda telah mengeluarkan suatu pernyataan pada
kami, Mr. Dering, dan saya ingin membuktikan ke"
benaran pernyataan itu. Saya harus menyelidiki bagian
lain juga. Anda katakan bahwa Anda makan siang
dan menghabiskan sepanjang petang dengan seorang
teman." "Ya... dengan penerbit saya di Amerika."
"Siapa namanya?"
"Rosenkraun, Edgar Rosenkraun."
"Alamatnya?" "Ia sudah meninggalkan Inggris. Ia berangkat hari
Sabtu yang lalu." "Ke New York?" "Ya."

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi pada saat ini ia berada di laut. Naik kapal
apa dia?" "Sa... saya benar-benar tak ingat."
"Tahukah Anda nama perusahaan pelayarannya"
Apakah Cunard atau White Star?"
"Sa... saya benar-benar tak ingat."
"Oh, baiklah," kata Inspektur, "kami akan me"
ngirim telegram ke perusahaan penerbit itu di New
York. Mereka pasti tahu."
"Ia naik kapal Gargantua," kata Dering dengan wa"
jah masam. "Terima kasih, Mr. Dering. Sudah saya duga bahwa
Anda pasti ingat, kalau Anda mau mencoba. Nah,
Anda mengatakan bahwa Anda makan siang dengan
Mr. Rosenkraun, dan bahwa Anda menghabiskan se"
277 Bab21-31.indd 278 panjang petang itu dengan dia. Pukul berapa Anda
berpisah dengannya?"
"Saya rasa kira-kira pukul 17.00."
"Lalu?" "Saya menolak untuk menjawab. Itu bukan urusan
Anda. Anda mau tahu segala-galanya."
Inspektur Narracott mengangguk sambil merenung.
Bila Rosenkraun membenarkan pernyataan Dering,
semua tuduhan atas Dering akan batal. Apa pun ke"
giatannya yang penuh rahasia malam itu tidak akan
mempengaruhi perkara ini.
"Apa yang akan Anda lakukan?" tanya Dering de"
ngan gelisah. "Mengirim telegram kepada Mr. Rosenkraun di
kapal Gargantua." "Celaka," seru Dering, "dengan demikian Anda
akan melibatkan saya dalam segala macam pem"
beritaan. Begini saja..."
Ia berjalan menyeberang ke meja tulisnya. Ditulis"
kannya beberapa patah kata pada secarik kertas kecil,
lalu dibawanya pada Inspektur.
"Saya yakin Anda hanya menjalankan tugas," kata"
nya tak ramah, "tapi setidaknya Anda bisa melaku"
kannya dengan cara saya. Rasanya tak adil terlalu
banyak melibatkan orang ke dalam kesulitan."
Kertas itu diserahkannya. Di kertas itu tertulis:
Rosenkraun di kapal Gargantua. Tolong tegaskan
pernyataan saya bahwa pada hari Jumat saya ber"
sama Anda pada waktu makan siang sampai pu"
kul lima. Martin Dering. 278 Bab21-31.indd 279 "Suruh dia mengirimkan jawabannya langsung pada
Anda"saya tak keberatan. Tapi jangan suruh ia me"
ngirimkannya pada Scotland Yard atau ke Kantor
Polisi. Kita tak tahu bagaimana orang-orang Amerika
itu. Sedikit saja terbetik berita bahwa saya terlibat da"
lam perkara polisi, akan batallah kontrak baru saya
yang baru saja kami bicarakan. Usahakanlah supaya
itu seolah-olah merupakan suatu persoalan pribadi,
Inspektur." "Saya tak keberatan, Mr. Dering. Yang saya ingin"
kan hanya kebenaran. Saya yang akan membayar
biaya jawabannya. Jawabannya harap dikirim ke
alamat pribadi saya di Exeter."
"Terima kasih. Anda baik sekali. Mencari nafkah
melalui sastra tidaklah mudah, Inspektur. Anda akan
mengetahui bahwa jawabannya seperti yang saya kata"
kan. Saya memang telah berbohong mengenai makan
malam, tapi terus terang, pada istri saya pun saya
memberitahukan bahwa saya pergi ke sana. Jadi saya
pikir, biar saya ceritakan yang sama pula pada Anda.
Kalau tidak, saya akan melibatkan diri dalam terlalu
banyak kesulitan." "Bila Mr. Rosenkraun membenarkan pernyataan
Anda itu, Mr. Dering, tak ada yang perlu Anda kha"
watirkan." Buruk sekali watak orang ini, pikir Inspektur wak"
tu meninggalkan rumah itu. Tapi kelihatannya ia ya"
kin benar bahwa penerbit Amerika itu akan menegas"
kan kebenaran ceritanya. Waktu Inspektur masuk ke kereta api yang akan
279 Bab21-31.indd 280 membawanya kembali ke Devon, tiba-tiba ia teringat
akan sesuatu. "Rycroft," katanya, "ya, tentu... itu adalah nama
pria tua yang tinggal di salah satu bungalo di Sitta"
ford. Suatu kebetulan yang aneh."
280 Bab21-31.indd 281 XXV DI KAFE DELLER EMILY TREFUSIS dan Charles Enderby duduk di se"
buah meja kecil di Kafe Deller di Exeter. Waktu itu
pukul 15.30. Pada jam sekian, keadaan boleh dikata"
kan tenang dan sepi. Beberapa orang sedang minum
teh dengan tenang. Selebihnya rumah minum itu bo"
leh dikatakan kosong. "Nah," kata Charles, "bagaimana pendapatmu ten"
tang dia?" Emily mengernyitkan dahinya.
"Sulit," katanya.
Setelah tanya-jawab dengan polisi, Brian Pearson
makan siang bersama mereka. Ia sopan sekali terhadap
Emily, menurut Emily bahkan agak terlalu sopan.
Menurut gadis dengan pengamatan tajam itu, sikap
Brian agak tak wajar. Pemuda itu sedang berpacaran
dengan sembunyi-sembunyi, lalu seorang asing yang
suka mencampuri urusan orang lain datang meng"
ganggu. Tapi Brian Pearson mau saja mengalah. Ia
281 Bab21-31.indd 282 bersedia menerima usul Charles untuk pergi naik mo"
bil bersamanya menjumpai polisi. Mengapa ia begitu
mudah mengalah" Menurut Emily, itu berlawanan
sekali dengan watak Brian Pearson yang sebenarnya.
Menurut Emily, bila ia menjawab ajakan Enderby
itu dengan kata-kata, "Akan kubunuh dulu kau!"
akan lebih sesuai dengan wataknya.
Sikapnya yang mengalah dengan pasrah itu men"
curigakan. Emily mencoba menyampaikan pikirannya
itu pada Enderby. "Aku mengerti jalan pikiranmu," kata Enderby.
"Ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabat kita
Brian. Oleh karenanya ia tak bisa memperlihatkan si"
fat agresifnya yang sebenarnya."
"Tepat." "Menurutmu, mungkinkah ia yang telah membu"
nuh Pak Tua Trevelyan?"
"Brian," renung Emily, "yah... ia adalah orang yang
harus diperhitungkan. Kurasa ia orang yang licik, dan
bila ia menginginkan sesuatu, ia tak akan membiarkan
hal-hal sepele menghalanginya. Ia bukan orang Inggris
biasa yang jinak." "Dengan menyingkirkan soal-soal pribadi, lebih
besar kemungkinannya dialah pelakunya daripada Jim.
Begitu?" kata Enderby.
Emily mengangguk. "Lebih besar kemungkinannya. Ia lebih bisa me"
laksanakan sesuatu dengan berhasil, karena ia tak
pernah merasa takut."
"Secara jujur, Emily, apakah menurutmu, ia yang
melakukannya?" 282 Bab21-31.indd 283 "Entahlah... aku tak tahu. Ia memenuhi syarat-sya"
ratnya... ya, ialah satu-satunya orang yang memenuhi
syarat-syaratnya." "Apa maksudmu dengan memenuhi syaratsyarat?"
"Yah, pertama-tama, motif." Emily menghitung de"
ngan jarinya. "Motifnya sama, yaitu dua puluh ribu
pound. Kedua, kesempatan. Tak seorang pun tahu di"
mana ia berada pada hari Jumat petang. Dan bila ia
berada di suatu tempat, apakah ia mau mengatakan"
nya" Jadi bisa kita simpulkan bahwa ia sebenarnya
berada di sekitar Hazelmoor pada hari Jumat itu."
"Polisi tak berhasil menemukan seorang pun yang
melihatnya di Exhampton," Charles mengingatkan,
"padahal ia adalah orang yang cukup mudah di"
kenali." Emily menggeleng dengan sikap mencemooh.
"Ia tidak berada di Exhampton. Tidakkah kau me"
ngerti, Charles. Kalau memang ia pelaku pembunuhan
itu, tentu ia merencanakannya sebelumnya. Hanya
Jim yang malang, yang sebenarnya tak bersalahlah,
yang datang dan menginap di sana. Mungkin ia meng"
inap di Lydford atau di Chagford, atau mungkin di
Exeter. Mungkin ia datang dari Lydford dengan ber"
jalan kaki. Jalan itu jalan raya, dan saljunya masih
bisa dilewati. Mudah saja ia berjalan."
"Kurasa kita harus menyelidikinya ke manamana."
"Polisi sedang melakukan hal itu," kata Emily, "dan
mereka pasti melakukannya dengan cara yang lebih
baik daripada kita. Semua kegiatan terhadap umum,
283 Bab21-31.indd 284 jauh lebih baik kalau dilakukan oleh polisi. Soal-soal
pribadi yang berhubungan dengan orang-orang ter"
tentu, seperti mendengarkan ocehan Mrs. Curtis, dan
memanfaatkan petunjuk dari Miss Percehouse, atau
mengamati keluarga Willett"itulah bidang kita."
"Atau bisa juga bukan," kata Charles.
"Kembali pada Brian Pearson yang kataku me"
menuhi persyaratan-persyaratan," kata Emily. "Kita
telah membahas dua hal, yaitu motif dan kesempatan.
Lalu ada lagi yang ketiga, yaitu yang menurutku pa"
ling penting dari semuanya."
"Apa itu?" "Sejak semula aku sudah merasa bahwa kita tak
dapat mengabaikan soal aneh yang berhubungan de"
ngan permainan meja bergoyang itu. Aku telah men"
coba meninjaunya secara selogis dan sejelas mungkin.
Dan menurutku pemecahannya hanya ada tiga. Per"
tama, bahwa permainan itu bersifat paranormal. Yah,
mungkin memang begitu, tapi secara pribadi kemung"
kinan itu kusingkirkan. Kedua, bahwa itu disengaja"
seseorang telah melakukannya dengan sengaja. Tapi
karena kita tak bisa mendapatkan alasan yang masuk
akal, kemungkinan itu juga kita singkirkan. Ketiga,
tak disengaja. Seseorang membuka rahasianya sendiri
tanpa bermaksud demikian"bahkan bertentangan
dengan kehendaknya sendiri. Itu merupakan suatu
perbuatan yang tak disadarinya. Kalau memang
begitu, ada seorang di antara mereka berenam yang
mungkin tahu dengan pasti, bahwa Kapten Trevelyan
akan dibunuh pada saat tertentu petang itu, atau bah"
wa orang itu telah berbicara dengan almarhum dan
284 Bab21-31.indd 285 berkelanjutan dengan kekerasan. Tak seorang pun di
antara keenam orang itu yang merupakan pembunuh
yang sebenarnya, tapi pasti salah seorang punya hu"
bungan dengan si pembunuh. Mayor Burnaby tak
punya hubungan dengan siapa-siapa, Mr. Rycroft juga
tidak, dan Ronnie Garfield juga tak ada. Tapi kalau
kita tiba pada keluarga Willett, keadaannya jadi lain.
Antara Violet Willett dan Brian Pearson ada hu"
bungan, bahkan suatu hubungan erat. Dan gadis itu
gugup sekali setelah pembunuhan itu."
"Menurutmu, dia tahu?" kata Charles.
"Dia atau ibunya"salah seorang di antaranya."
"Ada seorang lagi yang tak kausebutkan," kata
Charles. "Mr. Duke."
"Aku tahu," kata Emily. "Aneh, ya" Dialah satu-satu"
nya orang yang tidak kita ketahui. Dua kali aku men"
coba menemuinya, tapi gagal. Agaknya tak ada hu"
bungan antara ia dan Kapten Trevelyan, atau antara ia
dengan salah seorang sanak saudara Kapten Trevelyan.
Agaknya sama sekali tak ada apa-apa yang bisa meng"
hubungkan ia dengan perkara ini, namun..."
"Bagaimana?" tanya Enderby waktu Emily ber"
henti. "Namun kita melihat Inspektur Narracott keluar
dari bungalonya. Apa yang diketahui Inspektur Narra"
cott tentang dia yang tidak kita ketahui" Ingin sekali
aku tahu." "Apakah menurutmu..."
"Seandainya Duke adalah tokoh yang dicurigai dan
polisi mengetahuinya. Seandainya Kapten Travelyan
mengetahui sesuatu tentang Duke. Ingat, ia selalu
285 Bab21-31.indd 286 memperhatikan para penyewa rumahnya, lalu mung"
kin ia akan melaporkan pada polisi apa yang di"
ketahuinya itu. Lalu Duke mengatur dengan seorang
komplotannya untuk membunuhnya. Ya, aku tahu,
caraku menceritakan ini kedengarannya dramatis se"
kali. Namun hal semacam itu mungkin saja."
"Itu memang suatu kemungkinan," kata Charles
lambat-lambat. Mereka diam, masing-masing tenggelam dalam pi"
kirannya sendiri-sendiri.


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Emily berkata, "Tahukah kau perasaan aneh yang kita rasakan bila
seseorang sedang memandangi kita" Sekarang aku me"
rasa seolah-olah ada mata yang menghunjam di teng"
kukku. Apakah itu hanya angan-anganku, ataukah
memang ada seseorang yang sedang menatapku seka"
rang?" Charles menggeser kursinya sedikit, lalu melihat ke
sekelilingnya dengan cara yang tak kentara.
"Ada seorang wanita duduk di meja dekat jendela,"
lapornya. "Ia bertubuh tinggi, rambutnya berwarna
gelap, dan cukup cantik. Ia menatapmu terus."
"Mudakah dia?" "Tidak, tidak terlalu muda. Halo!"
"Ada apa?" "Ronnie Garfield. Ia baru saja masuk dan berjabat
tangan dengan wanita itu, lalu duduk semeja dengan"
nya. Kurasa wanita itu mengatakan sesuatu tentang
kita." Emily membuka tas tangannya, lalu dengan agak
286 Bab21-31.indd 287 mencolok ia membedaki hidungnya, sambil mengarah"
kan cermin kecilnya ke arah yang menguntungkan.
"Oh, itu Aunt Jennifer," katanya berbisik. "Mereka
bangkit." "Mereka akan pergi," kata Charles. "Apakah kau
ingin berbicara dengannya?"
"Tidak," kata Emily. "Kurasa sebaiknya aku purapura tak melihatnya."
"Lagi pula," kata Charles, "mengapa Aunt Jennifer
mengenal Ronnie Garfield dan mengajaknya minum
teh?" "Mengapa tidak?" kata Emily.
"Mengapa tidak?"
"Oh, demi Tuhan, Charles, janganlah kita begini
terus-menerus, sebaiknya"seharusnya tidak begitu"se"
baiknya"seharusnya tidak. Semua ini memang omong
kosong dan itu tidak berarti apa-apa! Tapi kita baru
saja berbicara bahwa tak seorang pun di antara para
peserta permainan meja bergoyang itu punya hubungan
dengan keluarga korban. Dan tak sampai lima menit
yang lalu kita melihat Ronnie Garfield minum teh
dengan kakak Kapten Trevelyan."
"Itu membuktikan bahwa kita tak pernah bisa me"
yakini sesuatu," kata Charles.
"Itu membuktikan bahwa kita harus selalu memulai
lagi," kata Emily. "Dalam banyak hal," kata Charles.
Emily memandanginya. "Apa maksudmu?"
"Untuk sementara tak apa-apa," kata Charles.
287 Bab21-31.indd 288 Ia menggenggam tangan Emily. Gadis itu tidak
menolaknya. "Kita harus menyelesaikan soal ini," kata Charles.
"Nanti..." "Nanti?" tanya Emily halus.
"Aku mau melakukan apa saja untukmu, Emily,"
kata Charles. "Pokoknya apa saja..."
"Benarkah begitu" kata Emily. "Kau memang baik
sekali, Charles sayang."
288 Bab21-31.indd 289 XXVI ROBERT GARDNER DUA PULUH menit kemudian, Emily menekan bel di
pintu depan rumah The Laurels. Itu dilakukannya
berdasarkan naluri mendadak saja.
Ia tahu bahwa Aunt Jennifer masih berada di Kafe
Deller bersama Ronnie Garfield. Ia tersenyum manis
sekali pada Beatrice waktu gadis itu membuka
pintu. "Aku lagi," kata Emily. "Mrs. Dering sedang keluar,
aku tahu. Tapi bisakah aku bertemu dengan Mr.
Gardner?" Permintaan itu sangat luar biasa. Beatrice tampak
bimbang. "Wah, saya tak tahu. Saya akan naik dan melihat
dulu, ya?" "Ya, tolong," kata Emily.
Beatrice naik ke lantai atas, meninggalkan Emily
seorang diri di lorong rumah. Beberapa menit kemu"
dian ia kembali dan mengajak Emily mengikutinya.
289 Bab21-31.indd 290 Robert Gardner sedang berbaring di sebuah sofa di
dekat jendela dalam sebuah kamar di lantai dua. Ia
seorang pria bertubuh besar, bermata biru, dan beram"
but pirang. Menurut Emily, ia serupa dengan tokoh
Tristan dalam adegan ketiga dari drama Tristan and
IsoldeI, dan sama benar dengan seorang penyanyi
Wagner yang bersuara tenor.
"Halo," katanya. "Kau calon istri si pembunuh,
ya?" "Benar, Uncle Robert," kata Emily. "Saya rasa, saya
boleh menyebut Anda Uncle Robert, bukan?"
tanyanya. "Ya, kalau Jennifer mengizinkan. Bagaimana rasa"
nya punya tunangan yang harus mendekam di dalam
penjara?" Kejam sekali orang ini, pikir Emily. Ia jenis orang
yang senang menusuk hati orang. Tapi Emily merasa
bisa menandinginya. Dengan tersenyum ia berkata,
"Mendebarkan sekali."
"Tidak begitu mendebarkan bagi Master Jim, bu"
kan?" "Oh," kata Emily, "itu suatu pengalaman bagi"
nya." "Itu akan mengajarinya bahwa hidup ini bukan
minum-minum bir dan bersenang-senang saja," kata
Robert Gardner tanpa tenggang rasa. "Ia memang ter"
lalu muda untuk ikut berjuang dalam Perang Dunia.
Ia bisa hidup tenang dan nyaman. Yah, yah... Ia men"
dapat pengalaman pahit dalam hidup ini dengan cara
yang lain." Ia memandangi Emily dengan rasa ingin tahu.
290 Bab21-31.indd 291 "Untuk apa kau ingin menemui aku?"
Suaranya mengandung rasa curiga.
"Bila kita akan menikah dengan seseorang, sebaik"
nya kita menemui semua keluarganya sebelumnya."
"Supaya kita tahu yang terburuk sebelum terlam"
bat, bukan" Jadi kau benar-benar berpikir untuk me"
nikah dengan Jim, ya?"
"Mengapa tidak?"
"Meskipun ada tuduhan pembunuhan itu?"
"Meskipun ada tuduhan pembunuhan itu."
"Wah," kata Robert Gardner, "tak pernah aku me"
lihat orang yang begitu tegar seperti kau. Semua
orang akan menyangka bahwa kau bahkan senang."
"Memang. Melacak seorang pembunuh itu men"
debarkan sekali." "Ha?" "Kata saya, melacak seorang pembunuh itu men"
debarkan sekali," ulang Emily.
Robert Gardner memandangi Emily dengan terbela"
lak, lalu diempaskannya tubuhnya ke bantal-bantal di
sofa. "Aku capek," katanya dengan suara jengkel. "Aku
tak bisa bicara lagi. Suster...! Di mana suster itu"
Suster... aku capek!"
Mendengar panggilan itu, Suster Davis datang ber"
gegas dari kamar sebelah. "Mr. Gardner mudah men"
jadi letih. Sebaiknya Anda pergi, kalau Anda tak ke"
beratan, Miss Trefusis."
Emily bangkit. Ia mengangguk ceria dan berkata,
"Selamat tinggal, Uncle Robert. Mungkin saya akan
datang lagi kapan-kapan."
291 Bab21-31.indd 292 "Apa maksudmu?"
"Sampai bertemu lagi," kata Emily.
Ia sudah akan keluar dari pintu depan, tapi ia lalu
berhenti. "Aduh!" katanya pada Beatrice, "sarung tanganku
tertinggal." "Biar saya ambilkan, Miss."
"Oh, tak usah," kata Emily. "Biar kuambil sendiri."
Ia menaiki tangga perlahan-lahan, lalu masuk tanpa
mengetuk. "Oh," katanya. "Maafkan saya. Maaf sebesar-besar"
nya. Sarung tangan saya." Diambilnya sarung tangan
itu dengan sikap mencolok, kemudian ia tersenyum
manis pada kedua orang yang sedang duduk sambil
berpegangan tangan di kamar itu. Setelah itu ia me"
nuruni tangga dengan berlari, dan terus keluar dari
rumah itu. Berpura-pura ketinggalan sarung tangan ternyata
merupakan siasat yang hebat sekali, kata Emily pada
dirinya sendiri. Ini yang kedua kalinya, dan berhasil
dengan baik. Kasihan Aunt Jennifer, aku penasaran,
apakah ia tahu" Mungkin tidak. Aku harus cepatcepat. Pasti Charles sudah lama menunggu.
Enderby memang sudah menunggu dalam mobil
Ford yang disewa dari Elmer, sebagaimana janji me"
reka. "Berhasil?" tanya Charles sambil menyelimuti kaki
Emily. "Boleh dikatakan begitulah. Aku tak begitu
yakin." Enderby menatapnya dengan pandangan bertanya.
292 Bab21-31.indd 293 "Tidak," kata Emily, membalas pandangan Charles,
"aku tidak akan menceritakannya padamu. Soalnya
ini tak ada hubungannya dengan urusan kita. Walau"
pun ada, tak adil kalau aku menceritakannya."
Enderby mendesah. "Keras sekali kau," katanya.
"Maaf," kata Emily tegas. "Tapi begitulah keadaan"
nya." "Terserahlah," kata Charles dengan nada dingin.
Mereka saling berdiam diri selama di dalam mobil.
Charles diam karena tersinggung, Emily diam karena
tenggelam dalam pikirannya.
Waktu hampir tiba di Exhampton, Emily memecah"
kan kesunyian itu dengan di luar dugaan.
"Charles," katanya, "bisakah kau main bridge?"
"Bisa. Mengapa?"
"Aku sedang berpikir. Kau kan tahu apa yang ha"
rus kita lakukan kalau kita menghitung nilai kartu
kita" Bila kita berada di pihak yang bertahan, hitung"
lah pemenangnya, tapi kalau kita yang menyerah,
hitunglah yang kalah. Nah, dalam urusan kita ini,
kitalah yang menyerang, tapi mungkin kita telah me"
lakukan dengan cara yang salah."
"Apa maksudmu?"
"Yah, kita telah menghitung pemenangnya, bukan"
Maksudku, kita melacak orang-orang yang mungkin
telah membunuh Kapten Trevelyan, meskipun ke"
lihatannya itu tak mungkin. Dan mungkin justru
itulah sebabnya kita jadi merasa bingung."
"Aku tak bingung." kata Charles.
"Kalau begitu, akulah yang kebingungan. Aku bi"
293 Bab21-31.indd 294 ngung sekali, aku sama sekali tak bisa berpikir. Coba
kita tinjau dari segi yang lain. Coba kita hitung
orang-orang yang kalah"orang-orang yang tak mung"
kin membunuh Kapten Trevelyan."
"Ya, coba kita lihat," kata Enderby sambil berpikir.
"Pertama-tama keluarga Willett, lalu Burnaby, dan
Rycroft, dan Ronnie... oh! Juga Duke."
"Ya," Emily membenarkan. "Kita tahu bahwa tak
mungkin salah seorang di antara mereka membunuh"
nya, karena pada saat ia dibunuh, mereka semua ber"
ada di Sittaford House. Mereka semua saling melihat,
dan tak mungkin semuanya berbohong. Ya, semuanya
tak termasuk hitungan."
"Bahkan semua orang di Sittaford tak masuk hi"
tungan," kata Enderby. "Bahkan Elmer sekalipun ti"
dak," katanya dengan merendahkan suaranya, supaya
tak didengar oleh pengemudi. "Karena jalan ke
Sittaford tak dapat dilalui mobil pada hari Jumat
itu." "Bisa saja ia berjalan kaki," bantah Emily, juga de"
ngan berbisik. "Bila Mayor Burnaby bisa tiba di sana
malam itu, Elmer mungkin berangkat pada waktu
makan siang"tiba di Exhampton pukul 17.00, mem"
bunuh orang tua itu, lalu kembali dengan berjalan
kaki lagi." Enderby menggeleng. "Kurasa tak mungkin ia bisa kembali dengan ber"
jalan lagi. Ingat, salju mulai turun kira-kira pukul
18.30. Tapi, kau kan tidak menuduh Elmer?"
"Tidak," kata Emily. "Meskipun bisa saja ia itu se"
orang pembunuh maniak."
294 Bab21-31.indd 295

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ssst," kata Charles. "Ia akan tersinggung kalau
mendengarnya." "Bagaimanapun juga, kau pun tak bisa mengatakan
dengan pasti bahwa ia tak mungkin membunuh
Kapten Trevelyan," kata Emily.
"Hampir pasti," kata Charles. "Soalnya, tak mung"
kin ia berjalan pergi ke Exhampton dan kembali lagi
tanpa diketahui oleh seluruh Sittaford. Orang-orang
pasti menganggap itu aneh."
"Di tempat itu memang semua orang tahu segalagalanya," Emily membenarkan.
"Benar sekali," kata Charles, "itulah sebabnya aku
berkata bahwa semua orang di Sittaford bebas dari
kemungkinan itu. Yang tak hadir di rumah keluarga
Willett"yaitu Miss Percehouse dan Kapten Wyatt"
adalah orang-orang lumpuh. Tak mungkin mereka
berjalan tertatih-tatih melalui badai salju. Juga Pak
Tua Curtis dan Mrs. Curtis yang baik itu. Bila ada di
antara mereka yang pergi ke Exhampton, maka me"
reka ke sana pasti untuk berakhir pekan, dan kembali
setelah badai salju itu berhenti sama sekali."
Emily tertawa. "Memang. Orang tak mungkin bisa meninggalkan
Sittaford untuk berakhir pekan tanpa diketahui orang
lain," katanya. "Curtis akan kesepian bila Mrs. Curtis pergi," kata
Enderby. "Tentu," kata Emily, "seharusnya orangnya adalah
Abdul. Ia harus dipertimbangkan. Ia sebenarnya bekas
anggota Lascar"pasukan Inggris yang terdiri dari
295 Bab21-31.indd 296 orang-orang India. Siapa tahu, Kapten Trevelyan telah
melemparkan abang kesayangannya ke laut dalam
suatu perebutan kekuasaan di kapal"begitulah
umpamanya." "Aku tak mau percaya," kata Charles, "bahwa pri"
bumi yang malang dan berwajah sendu itu pernah
membunuh orang." "Oh, aku tahu," sambungnya tiba-tiba.
"Apa?" tanya Emily dengan penuh ingin tahu.
"Istri pandai besi itu. Wanita yang sedang me"
ngandung anaknya yang kedelapan itu. Wanita pem"
berani itu telah berjalan ke Exhampton, meskipun ia
dalam keadaan mengandung, lalu orang tua itu di"
hantamnya dengan kantong pasir."
"Mengapa, coba?"
"Tentu begini sebabnya, pandai besi itu memang
ayah ketujuh anaknya yang pertama, tapi ayah anak
yang sedang dikandungnya itu adalah Kapten
Trevelyan." "Charles," seru Emily. "Jangan begitu kasar.
"Lagi pula," sambung Emily, "mungkin pandai besi
itu yang melakukannya, bukan istrinya. Itu suatu ke"
mungkinan besar. Bayangkan betapa kuatnya lengan
yang berotot itu mengangkat kantong pasir tersebut!
Dan istrinya takkan mungkin tahu bahwa ia tidak
berada di rumah, karena ia harus mengurus tujuh
anaknya. Ia tidak akan punya waktu untuk mengawasi
seorang laki-laki." "Semua ini sudah menyimpang dan cenderung ko"
nyol sekali," kata Charles.
"Memang," Emily membenarkan. "Ternyata meng"
296 Bab21-31.indd 297 hitung-hitung orang-orang yang kalah pun tidak mem"
berikan hasil." "Bagaimana dengan kau sendiri?" kata Charles.
"Aku?" "Ya. Di mana kau berada waktu kejahatan itu
terjadi?" "Luar biasa! Tak pernah terpikirkan olehku hal itu.
Aku berada di London, tentu. Tapi aku tak tahu
apakah kau bisa membuktikan hal itu. Soalnya aku
seorang diri di flatku."
"Nah, kena kau," kata Charles. "Kau punya motif
dari segalanya. Tunanganmu akan mewarisi dua puluh
ribu pound, apa lagi yang kauinginkan?"
"Kau pandai, Charles," kata Emily. "Sekarang aku
sadar bahwa aku sebenarnya pantas menjadi tokoh
yang paling dicurigai. Hal itu tak pernah terpikirkan
olehku sebelumnya." 297 Bab21-31.indd 298 XXVII NARRACOTT BERTINDAK DUA hari kemudian, pagi hari, Emily duduk di kan"
tor Inspektur Narracott. Ia baru datang dari Sittaford
pagi itu. Inspektur Narracott memperhatikannya dengan pan"
dangan menilai. Ia mengagumi keberanian Emily, te"
kadnya yang kuat untuk tidak mengalah, dan keceriaan"
nya yang tetap pula dipertahankannya. Ia benar-benar
seorang pejuang, dan Inspektur Narracott kagum pada
perjuangan. Menurut pendapat pribadinya, gadis itu
terlalu baik untuk Jim Pearson, meski pemuda itu tak
bersalah dalam pembunuhan tersebut.
"Sudah merupakan anggapan umum," kata Inspek"
tur Narracott, "bahwa polisi selalu bertekad untuk
mendapatkan seorang tersangka, dan sama sekali tak
peduli apakah tersangka itu bersalah atau tidak, asal
ada cukup bukti untuk menyatakannya bersalah. Ang"
gapan itu tak benar, Miss Trefusis. Kami hanya meng"
inginkan orang yang benar-benar bersalah."
298 Bab21-31.indd 299 "Apakah Anda benar-benar yakin bahwa Jim ber"
salah, Inspektur?" "Saya tak dapat memberikan jawaban resmi atas
pertanyaan itu, Miss Trefusis. Tapi saya akan mengata"
kan ini"bahwa kami tidak hanya memeriksa bukti
yang memberatkan dia. Bukti yang memberatkan
orang-orang lain pun kami periksa dengan teliti."
"Maksud Anda yang memberatkan adiknya"
Brian?" "Mr. Brian Pearson itu seorang pria yang sangat
tidak menyenangkan. Ia menolak menjawab per"
tanyaan-pertanyaan, dan tak mau memberikan infor"
masi tentang dirinya sendiri, tapi saya rasa..." Senyum
Inspektur Narracott yang tipis dan khas Devonshire
itu melebar. "Saya rasa, saya bisa menebak dengan
baik beberapa kegiatannya. Bila saya benar, saya akan
mengetahuinya dalam waktu setengah jam ini. Lalu
ada pula suami wanita itu, Mr. Dering, maksud
saya." "Apakah Anda sudah bertemu dengannya?" tanya
Emily. Inspektur Narracott memandangi wajah gadis cer"
das itu, dan berniat melonggarkan sifat hati-hatinya
dalam bertugas. Sambil bersandar di kursinya, dicerita"
kannya kembali tentang tanya-jawabnya dengan Mr.
Dering. Lalu dari sebuah arsip yang ada di dekat siku"
nya, dikeluarkannya salinan telegram yang telah di"
kirimkannya pada Mr. Rosenkraun. "Itu telegram
yang saya kirimkan," katanya. "Dan ini jawaban"
nya." Emily membacanya. 299 Bab21-31.indd 300 Narracott. Drysdale Road 2, Exeter. Menegaskan
dengan sesungguhnya pernyataan Mr. Dering. Ia
bersama saya sepanjang petang hari Jumat.
Rosenkraun. "Ah!...," hampir saja Emily mengucapkan umpatan
kasar, tapi ditahannya, karena ia tahu bahwa para po"
lisi biasanya kolot dan mudah terkejut.
"Ya," kata Inspektur Narracott. "Menjengkelkan,
bukan?" Dan senyum Devonshire-nya yang tipis, muncul
kembali. "Tapi saya ini orang yang penuh curiga, Miss
Trefusis. Alasan-alasan Mr. Dering kedengarannya bisa
diterima, tapi saya juga merasa enggan untuk memer"
cayainya sepenuhnya. Jadi saya mengirimkan sepucuk
telegram lagi." Ia menyerahkan dua helai kertas lagi pada Emily.
Yang pertama berbunyi: Diperlukan informasi mengenai pembunuhan
Kapten Trevelyan. Apakah Anda mendukung
pernyataan Martin Dering mengenai alibinya pada
Jumat petang" Inspektur Narracott, Exeter.
Telegram balasannya membayangkan rasa tak se"
nang dan sama sekali tidak memperhitungkan biaya.
Tak menduga bahwa ini perkara kriminal. Tak
bertemu dengan Martin Dering pada hari Jumat.
300 Bab21-31.indd 301 Telah mengakui mendukung pernyataannya sebagai
seorang sahabat terhadap sahabatnya. Tahu bahwa
istrinya menyuruh mengawasinya untuk keperluan
perkara perceraian. "Oh!" kata Emily. "Oh!... Anda benar-benar pan"
dai, Inspektur." Inspektur memang mengakui sendiri bahwa dirinya
pandai, senyumnya lembut, membayangkan rasa
puas. "Kaum pria selalu saling melindungi." Kata Emily
lagi sambil memperhatikan telegram-telegram itu. "Ka"
sihan Sylvia. Dalam beberapa hal, saya benar-benar
berpendapat bahwa kaum pria adalah binatang ke"
jam." Lalu ditambahkannya, "Sebab itu menyenangkan
sekali bila kami bisa menemukan seorang pria yang
benar-benar bisa kami andalkan."
Dan ia tersenyum kagum pada Inspektur.
"Ingat, semuanya ini rahasia, Miss Trefusis," Inspek"
tur memperingatkannya. "Saya telah membiarkan
Anda terlalu jauh mengetahui semuanya ini."
"Anda baik sekali," kata Emily. "Saya tidak akan
pernah melupakannya."
"Sudahlah," Inspektur memperingatkannya lagi. "Ja"
ngan ceritakan apa-apa pada siapa pun juga."
"Maksud Anda, saya tak boleh menceritakannya
pada Charles"Mr. Enderby."
"Wartawan tetap wartawan," kata Inspektur Narra"
cott. "Betapapun berhasilnya Anda menjinakkannya,
Miss Trefusis... yah, baginya berita tetap yang ter"
penting, bukan?" 301 Bab21-31.indd 302 "Kalau begitu, tidak akan saya ceritakan padanya,"
kata Emily. "Saya pikir, saya telah berhasil membung"
kamnya. Tapi seperti kata Anda, wartawan tetap warta"
wan." "Bila tak penting benar, jangan pernah mau mem"
berikan informasi pada mereka. Itu pendirian saya,"
kata Inspektur. Di mata Emily tampak suatu kilatan samar. Pikiran"
nya mengatakan bahwa Inspektur Narracott telah
melanggar pendiriannya sendiri selama setengah jam
terakhir ini. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, yang agaknya
sama sekali tak ada hubungannya. Agaknya segalanya
menunjuk ke arah yang lain sekali. Namun, pasti
akan tetap menyenangkan untuk mengetahuinya.
"Inspektur Narracott," katanya tiba-tiba, "siapakah
Mr. Duke?" "Mr. Duke?" Dilihatnya bahwa Inspektur agak terkejut men"
dengar pertanyaan itu. "Anda pasti ingat padanya," kata Emily, "kita ber"
temu saat Anda keluar dari bungalonya di Sittaford."
"Oh ya, ya, saya ingat. Terus terang, Miss Trefusis,
saya hanya ingin mendengar pendapat yang tak di"
pengaruhi mengenai permainan meja bergoyang itu.
Mayor Burnaby tidak begitu pandai melukiskannya."
"Padahal," kata Emily sambil merenung, "bila saya
menjadi Anda, saya akan mendatangi seseorang seperti
Mr. Rycroft untuk meminta penjelasan itu. Mengapa
pada Mr. Duke?" 302 Bab21-31.indd 303 Keadaan hening sejenak, lalu Inspektur menjawab,
"Hanya untuk meminta pendapatnya."
"Saya ingin tahu. Saya ingin tahu, apakah polisi
tahu sesuatu tentang Mr. Duke."
Inspektur Narracott tak menjawab. Ia menatap
lekat-lekat kertas pengisap di mejanya.
"Pria yang hidup tanpa salah!" kata Emily. "Agak"
nya begitulah cara melukiskan kehidupan Mr. Duke
dengan tepat. Atau mungkinkah ia tak selalu hidup
tanpa salah" Mungkinkah polisi tahu?"
Emily melihat wajah Inspektur Narracott agak ber"
getar saat ia mencoba menyembunyikan senyumnya.
"Anda suka menebak, ya, Miss Trefusis?" katanya
dengan nada bersahabat. "Bila orang tak mau bercerita, kita harus menebak"
nya!" sahut Emily. "Bila seseorang, seperti kata Anda, hidup tanpa sa"
lah," kata Inspektur, "dan bila ia merasa jengkel dan
dirugikan kalau masa lalu hidupnya digali, yah, polisi
pun harus bisa menyimpan rahasia itu. Kami tak suka


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuka rahasia orang."
"Oh, begitu," kata Emily, "tapi bagaimanapun,
Anda telah pergi menemui dia, bukan" Jadi kelihatan"
nya Anda berpikir bahwa ia sekurang-kurangnya ter"
libat dalam urusan ini. Alangkah... alangkah baiknya
bila saya tahu siapa Mr. Duke itu sebenarnya, kan"
Dan dalam jenis kejahatan apa ia pernah terlibat di
masa lalunya?" Ia memandangi Inspektur Narracott dengan pan"
dangan memohon, tapi Inspektur memasang wajah
kaku. Karena menyadari bahwa dalam hal itu ia tidak
303 Bab21-31.indd 304 akan berhasil memengaruhi pria itu, Emily menarik
na"pas, lalu minta diri.
Setelah Emily pergi, Inspektur tetap saja duduk
menatap kertas pengisapnya. Pada bibirnya masih
terbayang sisa senyuman. Lalu ia menekan bel, dan
salah seorang anak buahnya masuk.
"Bagaimana?" tanya Inspektur Narracott.
"Benar sekali, Sir. Tapi bukan di Penginapan Duchy
di Princetown, melainkan di Hotel Two Bridges."
"Oh!" Inspektur menerima kertas yang diserahkan
padanya. "Yah," katanya. "Kalau begitu beres. Apakah kau"
telusuri pula jejak kegiatan-kegiatan pemuda yang se"
orang lagi pada hari Jumat?"
"Ia memang tiba di Exhampton dengan kereta api
terakhir, tapi saya masih belum tahu, pukul berapa ia
berangkat dari London. Kami sedang mencari infor"
masi." Narracott mengangguk. "Ini catatan dari Somerset House, Sir."
Narracott membuka catatan itu, yang ternyata me"
rupakan catatan suatu pernikahan pada tahun 1894,
antara William Martin Dering dengan Martha
Elizabeth Rycroft. "Oh!" kata Inspektur lagi, "ada lagi yang lain?"
"Ada, Sir. Mr. Brian Pearson berlayar dari Australia
naik kapal Phidias milik Perusahaan Blue Funnel.
Kapal itu mampir di Cape Town, tapi tak ada
penumpang yang bernama Willett naik ke kapal itu.
Sama sekali tak ada ibu dan anak yang naik dari
Afrika Selatan. Yang ada adalah Mrs. dan Miss Evans,
304 Bab21-31.indd 305 ada pula Mrs. dan Miss Johnson dari Melbourne"
yang terakhir ini sesuai dengan gambaran tentang ke"
luarga Willett." "Hm," kata Inspektur Johnson. Mungkin namanya
yang sebenarnya bukan Johnson, juga bukan Willett.
Kurasa aku sudah tahu cukup banyak tentang dia.
Ada lagi yang lain?"
Rupanya sudah tak ada apa-apa lagi.
"Yah," kata Narracott, "kurasa sudah cukup bahan
kita untuk mengambil langkah lebih lanjut."
305 Bab21-31.indd 306 XXVIII SEPATU LARS "TAPI anak manis," kata Mr. Kirkwood, "apa yang
kauharap bisa ditemukan di Hazelmoor" Semua ba"
rang Kapten Trevelyan telah diangkut. Polisi sudah
pula memeriksa rumah itu dengan teliti. Aku me"
ngerti sekali kedudukanmu, dan besarnya keinginanmu
supaya Mr. Pearson... eh... dibebaskan, bila mungkin.
Tapi, apakah yang bisa kaulakukan?"
"Saya tidak berharap akan menemukan apa-apa,"
sahut Emily, "atau melihat apa-apa yang tak terlihat
oleh polisi. Saya tak bisa menjelaskannya pada Anda,
Mr. Kirkwood. Saya ingin... saya ingin mendapatkan
kesan dari rumah itu. Tolong usahakanlah supaya saya
bisa mendapatkan kuncinya. Itu tidak akan merugi"
kan." "Tentu hal itu tidak akan merugikan," kata Mr.
Kirkwood. "Kalau begitu, tolonglah saya," kata Emily.
Maka Mr. Kirkwood pun menolongnya, dan me"
306 Bab21-31.indd 307 nyerahkan kunci itu sambil tersenyum senang. Mr.
Kirkwood berkeras untuk menyertainya, tapi Emily
menganggap hal itu akan menyulitkannya saja. Akhir"
nya, dengan segala macam siasat dan ketegasan, hal
itu berhasil di cegahnya.
Pagi itu Emily menerima surat, yang isinya sebagai
berikut: Miss Trefusis yang baik, demikian tulis Mrs.
Belling. Anda berkata bahwa Anda ingin mendengar bila
ada sesuatu yang tak biasa, meskipun itu tampak"
nya tak penting. Dan karena kini ada sesuatu
yang aneh, meskipun tak penting, saya merasa me"
rupakan kewajiban saya untuk segera memberitahu
Anda. Saya berharap surat saya ini bisa Anda te"
rima melalui pos terakhir malam ini, atau pos
pertama besok. Keponakan perempuan saya datang
dan mengatakan bahwa hal itu tak penting na"
mun aneh, dan saya sependapat dengan dia. Polisi
berkata, dan sudah pula diakui umum, bahwa tak
ada satu pun barang yang dicuri dari rumah
Kapten Trevelyan. Tapi ternyata ada sesuatu yang
hilang, meskipun barang itu tak penting dan hal
itu tidak ketahuan. Tapi Miss, rupanya ada sepatu
lars milik Kapten yang hilang. Evans yang tahu
hal itu waktu ia memeriksa barang-barang ber"
sama Mayor Burnaby. Meskipun menurut saya itu
tak penting, saya rasa Anda ingin tahu. Sepatu
lars itu adalah jenis yang tebal, yang biasa digosok
dengan minyak, dan biasa dipakai Kapten bila ia
307 Bab21-31.indd 308 harus berjalan di salju. Tapi karena waktu itu ia
tidak berjalan di salju, rasanya jadi aneh. Pokok"
nya benda itu hilang, dan tak seorang pun tahu
siapa yang mengambilnya. Dan meskipun saya
tahu hal itu tak penting, saya tulis juga surat ini
pada Anda. Saya harap Anda tidak terlalu mengkhawatirkan
tunangan Anda. Sekian saja. Salam saya, Mrs. J. Belling. Emily sudah membaca surat itu berulang kali, dan
ia sudah membahasnya dengan Charles.
"Sepatu lars," kata Charles sambil merenung. "Rasa"
nya tak ada artinya."
"Pasti ada artinya," Emily menekankan. "Maksud"
ku... mengapa sepasang sepatu lars sampai hilang."
"Apakah kau tak punya anggapan bahwa Evans
mungkin mengada-ada?"
"Untuk apa ia mengada-ada" Dan bagaimanapun
juga, bila orang mengada-ada, ia tentu mengarang
sesuatu yang masuk akal. Bukan suatu hal yang bo"
doh seperti ini." "Tapi sepatu lars ada hubungannya dengan bekas
jejak kaki," kata Charles sambil terus merenung.
"Aku tahu. Tapi agaknya bekas jejak kaki sama se"
kali tidak mendapat perhatian dalam perkara ini.
Mungkin sepatu lars itu tidak dipakai ke luar, ke tem"
pat yang bersalju lagi..."
308 Bab21-31.indd 309 "Ya, mungkin, namun demikian, tetap ada hu"
bungannya." "Mungkinkah ia telah memberikannya pada gelan"
dangan," Charles mengeluarkan pendapatnya, "lalu
gelandangan itu yang membunuhnya."
"Kurasa itu mungkin," kata Emily. "Tapi rasanya
tidak begitu sesuai dengan sifat Kapten Trevelyan. Ia
mungkin menyuruh seseorang mengerjakan sesuatu,
lalu mengupahnya satu shilling. Tapi ia tidak akan
mau memberi sepatu larsnya yang terbaik untuk mu"
sim salju pada orang itu."
"Yah, aku menyerah," kata Charles.
"Aku tidak akan menyerah," kata Emily. "Dengan
cara bagaimanapun hal itu akan kuselidiki."
Sehubungan dengan itulah ia datang ke Exhampton,
dan mula-mula pergi ke Penginapan Three Crowns. Di
sana ia disambut hangat oleh Mrs. Belling.
"Apakah tunangan Anda masih di penjara, Miss"
Sungguh kejam dan memalukan. Padahal kami semua
tak percaya bahwa ia pelakunya. Setidaknya, saya
ingin orang berkata begitu di tempat saya berada. Jadi
Anda sudah menerima surat saya" Apakah Anda ingin
bertemu dengan Evans" Ia tinggal di tikungan, tak
jauh dari sini. Di Fore Street 85. Sebenarnya saya
ingin menemani Anda, tapi saya tak bisa meninggal"
kan tempat. Tapi Anda tidak akan salah jalan."
Emily memang tidak salah jalan. Evans sendiri se"
dang keluar, tapi Mrs. Evans menerimanya dan mem"
persilakannya masuk. Emily duduk dan mengajak
Mrs. Evans duduk pula. Kemudian langsung mulai
berbincang soal itu. 309 Bab21-31.indd 310 "Saya datang untuk membicarakan apa yang di"
katakan suami Anda pada Mrs. Belling. Maksud saya,
tentang sepatu lars Kapten Trevelyan yang hilang."
"Itu soal yang aneh sekali," kata wanita muda itu.
"Apakah suami Anda yakin akan hal itu?"
"Oh ya. Hampir sepanjang musim salju Kapten
memakai sepatu lars itu. Sepatu itu besar, dan beliau
memakai beberapa pasang kaus kaki di dalamnya."
Emily mengangguk. "Apakah tak mungkin sepatu itu sedang dibetulkan
di luar rumah?" tanyanya.
"Tidak, tak mungkin tanpa setahu Evans," kata
Mrs. Evans dengan rasa bangga.
"Ya, saya rasa juga tak mungkin."
"Aneh sekali," kata Mrs. Evans, "tapi saya rasa hal
itu tak ada hubungannya dengan pembunuhan itu.
Bagaimana pendapat Anda, Miss?"
"Agaknya memang tak mungkin," Emily membenar"
kan. "Apakah polisi telah menemukan sesuatu yang
baru, Miss?" tanya wanita muda itu dengan rasa ingin
tahu. "Ya, ada beberapa hal, tapi tak ada yang penting
benar." "Tapi melihat Inspektur dari Exeter itu datang lagi
tadi, saya pikir mungkin ada sesuatu yang penting."
"Inspektur Narracott?"
"Ya, dia, Miss."
"Apakah ia datang naik kereta api?"
"Tidak, ia datang naik mobil. Mula-mula ia pergi
310 Bab21-31.indd 311 ke Three Crowns dan menanyakan tentang bagasi
tuan muda itu." "Bagasi tuan muda yang mana?"
"Tuan muda yang berteman dengan Anda itu,
Miss." Emily terbelalak. "Mereka menanyai si Tom," lanjut wanita itu, "se"
telah itu saya kebetulan lewat, dan Tom menceritakan
hal itu pada saya. Si Tom itu cepat melihat sesuatu.
Ia ingat bahwa ada dua macam label pada bagasi tuan
muda itu. Satu ke Exeter dan satu lagi ke Exhamp"
ton." Tiba-tiba Emily tersenyum dengan wajah berseriseri. Dibayangkannya Charles melakukan kejahatan
itu demi mendapatkan berita besar bagi dirinya sen"
diri. Orang akan bisa mengarang suatu cerita ngeri
tentang peristiwa itu, pikirnya. Tapi ia mengagumi
kecermatan Inspektur Narracott dalam memeriksa se"
gala-galanya sampai ke soal yang sekecil-kecilnya,
mengenai setiap orang, meskipun orang itu tak ada
hubungannya dengan kejahatan tersebut. Pasti
Inspektur telah berangkat dari Exeter, segera setelah
wawancara dengannya tadi. Sebuah mobil yang
lajunya cepat bisa dengan mudah mendahului kereta
api, apalagi setelah wawancara itu Emily sempat ma"
kan siang dulu di Exeter.
"Pergi ke mana Inspektur setelah itu?" tanyanya.
"Ke Sittaford, Miss. Tom mendengar ia menyebut"
kan nama dan tempat itu pada sopirnya."
"Ke Sittaford House?"
311 Bab21-31.indd 312 Emily tahu bahwa Brian Pearson masih menginap
di Sittaford House bersama keluarga Willett.
"Tidak, Miss. Katanya ke bungalo Mr. Duke."
Duke lagi! Emily merasa jengkel dan bingung. Se"
lalu Duke"faktor yang tidak diketahuinya itu. Ia
merasa bahwa seharusnya ia bisa menarik kesimpulan
tentang diri Mr. Duke berdasarkan bukti yang telah
diketahuinya. Tapi agaknya pria itu memberikan ke"
san yang sama pada semua orang"yaitu seorang pria
normal yang biasa dan menyenangkan.
Aku harus menemui dia, pikir Emily. Aku akan


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung pergi ke rumahnya begitu sampai di Sitta"
ford. Lalu ia mengucapkan terima kasih pada Mrs.
Evans, melanjutkan perjalanannya ke kantor Mr.
Kirkwood, dan di sana mendapatkan kunci rumah
Kapten Trevelyan. Kini ia berdiri di lorong rumah
Hazelmoor, dan bertanya-tanya sendiri, bagaimana
dan apa yang diharapkannya di situ.
Dinaikinya tangga lambat-lambat, lalu ia masuk ke
dalam kamar pertama yang berhadapan dengan ujung
tangga. Jelas sekali bahwa kamar itu adalah kamar
tidur Kapten Trevelyan. Sebagaimana yang dikatakan
Mr. Kirkwood, kamar itu telah dikosongkan dari se"
mua barang pribadi Kapten. Selimut-selimut terlipat
dan tersusun rapi, laci-laci telah dikosongkan, bahkan
gantungan pakaian pun tak ada lagi di dalam lemari.
Dalam lemari sepatu tampak beberapa rak kosong.
Emily menarik napas, lalu ia berbalik dan turun
lagi. Ia masuk ke ruang duduk, tempat mayat korban
312 Bab21-31.indd 313 ditemukan. Salju yang ditiup angin masuk me"lalui
jendela yang terbuka. Emily mencoba membayangkan peristiwa itu. Ta"
ngan siapakah yang telah menghantam Kapten
Trevelyan, dan mengapa" Apakah ia memang dibunuh
pukul 17.25 sebagaimana dugaan semua orang" Atau
apakah Jim benar-benar telah kehilangan keberanian"
nya lalu berbohong" Apakah ia tak berhasil meminta
dibukakan pintu depan, lalu berjalan memutar ke jen"
dela" Kemudian ia melihat mayat pamannya, lalu ce"
pat-cepat lari karena ketakutan" Ia ingin sekali tahu.
Menurut Mr. Dacres, Jim tetap mempertahankan
ceritanya. Ya... tapi bisa saja Jim telah kehilangan ke"
beraniannya. Ia tidak yakin.
Apakah benar, seperti dugaan Mr. Rycroft, bahwa
di dalam rumah itu ada seseorang yang lain"sese"
orang yang telah mendengarkan pertengkaran mereka,
lalu memanfaatkan kesempatan itu"
Kalau memang begitu, apakah hal itu memberikan
kejelasan pada masalah sepatu lars tersebut" Apakah
ada seseorang di lantai atas"mungkin di kamar tidur
Kapten Trevelyan" Emily menyusuri lorong rumah
lagi. Ia melongok sekilas ke dalam ruang makanan.
Di sana terdapat beberapa peti yang sudah diikat dan
dipasangi label dengan rapi. Bufet sudah kosong.
Piala-piala perak sudah diangkut ke bungalo Mayor
Burnaby. Tapi dilihatnya tiga novel yang merupakan hadiah
itu terlupakan, tergeletak sia-sia di atas sebuah kursi.
Charles, yang telah mendengar tentang buku-buku itu
313 Bab21-31.indd 314 dari Evans, telah meneruskan cerita itu padanya de"
ngan dibubuhi bumbu. Emily melihat ke seputar kamar itu, lalu meng"
geleng. Tak ada apa-apa di sini.
Ia kembali naik tangga, dan sekali lagi masuk ke
kamar tidur. Ia bertekad untuk mengetahui mengapa sepatu lars
itu hilang! Ia merasa tak sanggup melepaskan per"
soalan sepatu lars itu dari pikirannya sebelum me"
nemukan suatu teori yang cukup memuaskan me"
ngenai hilangnya benda tersebut. Pikirannya tentang
hal itu makin lama makin meluas, hingga mengecil"
kan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkara
pembunuhan itu sendiri. Tak adakah sesuatu yang
bisa membantunya" Dibukanya setiap laci, lalu dirabanya bagian bela"
kangnya. Dalam cerita-cerita detektif, bila orang ber"
buat begitu, selalu ada secarik kertas yang didapatnya.
Tapi nyatanya dalam hidup sebenarnya, orang tak bisa
mengharapkan nasib sebaik itu, antara lain juga karena
Inspektur Narracott dan anak buahnya telah bekerja
dengan amat cermat. Ia meraba-raba, kalau-kalau me"
nemukan sekeping papan lepas, juga menelusuri tepitepi atas lantai dengan jarinya, dan meneliti kasur
yang memakai per. Ia sendiri tak tahu pasti apa yang
diharapkannya akan ditemukan di tempat-tempat itu.
Namun ia terus mencari dengan tekad bulat.
Ketika ia menegakkan tubuh dan berdiri tegak,
matanya menangkap sesuatu yang tak sepantasnya
berada di kamar yang bersih dan rapi itu, yaitu se"
tumpuk jelaga di jeruji besi di perapian.
314 Bab21-31.indd 315 Emily menatap jelaga itu dengan pandangan ter"
pesona, seperti seekor burung menatap ular. Ia men"
dekat dan memandanginya. Ia tidak menarik kesim"
pulan logis, tidak memikirkan sebab dan akibat, ia
hanya melihat bahwa jelaga itu menimbulkan se"
macam kemungkinan. Emily menggulung lengan
bajunya, lalu memasukkan kedua belah lengannya ke
dalam lubang cerobong asap perapian.
Sesaat kemudian ia terbelalak memandangi sesuatu
yang dibungkus dengan sembarangan dalam kertas
surat kabar yang ada di tangannya. Bukan main se"
nang hatinya. Dengan sekali guncangan, terlepaslah
bungkusan surat kabar itu, dan dihadapannya terlihat
sepasang sepatu lars yang hilang itu.
"Tapi mengapa?" kata Emily. "Ini sepatu lars itu.
Tapi mengapa" Mengapa" Mengapa?"
Dipandanginya saja benda itu. Dibolak-baliknya
sepatu itu. Diperiksanya bagian luar dan bagian da"
lamnya, dan otaknya terus saja didera oleh pertanyaan
yang sama. Mengapa" Andaikan seseorang telah mencuri sepatu lars itu,
lalu menyembunyikannya di dalam cerobong asap...
mengapa orang itu berbuat demikian"
"Aduh!" seru Emily dengan perasaan putus asa.
"Bisa gila aku!"
Diletakkannya sepatu lars itu di tengah-tengah
lantai kamar, lalu ditariknya sebuah kursi ke dekat
sepatu itu, dan ia duduk di situ. Dengan bersungguhsungguh ia mulai memikirkan semua persoalan itu
dari awal. Diingat-ingatnya kembali setiap hal sampai
yang sekecil-kecilnya, baik yang diketahuinya sendiri
315 Bab21-31.indd 316 maupun yang telah didengarnya dari orang-orang lain.
Dipikirkannya setiap pelaku dalam peristiwa itu, mau"
pun yang di luar peristiwa itu.
Lalu tiba-tiba suatu gagasan aneh dan samar mulai
terbentuk"gagasan itu muncul gara-gara sepasang
sepatu lars yang tak tahu apa-apa, yang sekarang ter"
geletak di lantai. "Tapi kalau begitu," kata Emily, "kalau begitu..."
Diambilnya sepatu lars itu, lalu ia cepat-cepat me"
nuruni tangga. Didorongnya pintu ruang makan hing"
ga terbuka, lalu ia pergi le lemari di sudut kamar. Di
situ terdapat kumpulan hadiah olahraga yang beraneka
ragam. Kapten Trevelyan tak pernah mau penyewapenyewa rumahnya menyentuh barang-barang itu.
Alat-alat ski, dayung-dayung, kaki-kaki gajah, alat-alat
pancing"semuanya siap menunggu untuk dipak oleh
tenaga-tenaga ahli Perusahaan Messrs Young and
Peabody, untuk selanjutnya disimpan.
Emily membungkuk sambil memegang sepatu lars
itu. Beberapa menit kemudian, ia tegak lagi. Wajahnya
merah dan membayangkan rasa tak percaya.
"Jadi begitu rupanya," kata Emily. "Jadi begitu
rupanya." Ia mengempaskan diri ke sebuah kursi. Masih ba"
nyak yang tidak ia mengerti.
Beberapa menit kemudian ia bangkit, dan berbicara
dengan nyaring. "Aku sudah tahu siapa yang membunuh Kapten
Trevelyan," katanya. "Tapi aku tak tahu mengapa. Aku
316 Bab21-31.indd 317 tetap tak bisa mengerti mengapa. Tapi aku tak boleh
membuang waktu." Ia bergegas keluar dari Hazelmoor. Dalam beberapa
menit saja ia sudah menemukan sebuah mobil yang
akan membawanya ke Sittaford. Diperintahkannya
pengemudi mobil itu untuk membawanya ke bungalo
Mr. Duke. Ia turun di situ, dibayarnya si pengemudi,
dan setelah mobil itu pergi, ia berjalan melalui jalan
setapak, menuju bungalo itu.
Diangkatnya pengetuk pintu rumah itu, dan di"
ketukkannya kuat-kuat. Setelah menunggu beberapa saat, pintu dibuka oleh
seorang pria besar dan tegap dengan wajah tanpa pe"
rasaan. Baru pertama kali itulah Emily behadapan dengan
Mr. Duke. "Mr. Duke?" tanyanya.
"Ya?" "Saya Miss Trefusis. Boleh saya masuk?"
Pria itu kelihatan bimbang sejenak. Lalu ia me"
nyingkir untuk memberi jalan pada Emily. Emily
masuk ke ruang tamu. Mr. Duke menutup pintu, lalu
menyusulnya. "Saya ingin bertemu dengan Inspektur Narracott,"
kata Emily. "Apakah ia ada di sini?"
Mr. Duke lagi-lagi bimbang. Kelihatannya ia tak
tahu jawaban apa yang harus diberikan. Akhirnya tam"
pak ia mengambil keputusan. Ia tersenyum"senyum"
nya agak aneh. "Inspektur Narracott memang ada di sini," katanya.
"Apa urusan Anda ingin menemuinya?"
317 Bab21-31.indd 318 Emily mengambil bungkusan yang dibawanya,
membukanya. Dikeluarkannya sepasang sepatu
itu, dan diletakkannya di atas meja di depan
Duke. "Saya ingin bertemu dengannya sehubungan
ngan sepatu lars ini," sahut Emily.
lalu lars Mr. de" 318 Bab21-31.indd 319 XXIX PEMANGGILAN ROH YANG KEDUA KALI "HALO, halo, halo," kata Ronnie Garfield.
Mr. Rycroft yang sedang bersusah payah mendaki
jalan berbukit yang curam dari kantor pos, berhenti,
sampai Ronnie menyusulnya.
"Apakah Anda dari toko Ibu Tua Hibbert" Toko
itu merupakan cabang Harrods bagi kita di sini," kata
Ronnie. "Tidak," sahut Mr. Rycroft. "aku hanya berjalanjalan melewati bengkel pandai besi. Bagus sekali cuaca
hari ini." Ronnie agak mendongak ke langit biru.
"Ya, lain sekali dengan minggu yang lalu. Omongomong, apakah Anda akan pergi ke rumah keluarga
Willett nanti?" "Ya. Kau juga?"
"Ya. Mereka hiburan kita di Sittaford ini, bukan"
Janganlah kita terlalu sedih, itulah semboyan mereka.
Jalanilah hidup seperti biasa. Bibi saya berkata bahwa
319 Bab21-31.indd 320 mereka kurang berperasaan, mengundang orang-orang
minum teh padahal pemakaman baru saja berlalu.
Tapi itu omong kosong. Aunt Caroline berkata begitu
karena ia merasa terpukul gara-gara Kaisar Peru."
"Kaisar Peru?" tanya Mr. Rycroft terkejut.
"Itu nama salah satu kucingnya. Kaisar itu ternyata
seekor Maharani, dan Aunt Caroline jadi jengkel se"
kali. Ia tak suka ada persoalan mengenai jenis kelamin
itu, jadi ia jengkel sekali. Dan rasa jengkelnya itu di"
salurkan dengan cara menggunjingkan keluarga
Willett, yang katanya tak baik. Mengapa mereka tak
boleh mengundang orang minum teh" Trevelyan bu"
kan sanak keluarga mereka, atau semacamnya."
"Benar sekali," kata Mr. Rycroft sambil menoleh
dan mengamat-amati seekor burung yang terbang me"
lintas, yang rasanya dikenalinya sebagai jenis yang
langka. "Menjengkelkan sekali," gumamnya. "Aku tak mem"
bawa kacamataku." "Eh! Bicara tentang keluarga Willett, apakah me"
nurut Anda mungkin Mrs. Willett telah mengenal
Pak Tua itu lebih daripada yang diakuinya?"
"Mengapa kau bertanya begitu?"
"Karena ada perubahan pada dirinya. Pernahkah
Anda melihat perubahan seperti itu" Dalam seminggu
yang lalu ini, ia kelihatan seperti dua puluh tahun
lebih tua. Pasti Anda melihatnya juga."
"Ya," kata Mr. Rycroft. "Aku juga melihatnya."
"Nah. Entah karena apa, kematian Kapten Trevelyan
merupakan suatu shock baginya. Mungkin saja ia ada"
lah bekas istri Pak Tua itu, yang telah ditinggalkannya
320 Bab21-31.indd 321 waktu ia masih muda. Tapi Pak Tua tak kenal lagi
padanya." "Kurasa itu tak mungkin, Garfield."


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kedengarannya seperti kisah film" Pokok"
nya banyak sekali hal yang aneh-aneh terjadi. Saya
telah membaca beberapa hal yang luar biasa di surat
kabar Daily Wire. Kita tidak akan memercayainya ka"
lau saja hal itu tidak tercetak dalam surat kabar."
"Apakah dengan alasan ini hal-hal tersebut jadi le"
bih bisa dipercayai?" tanya Mr. Rycroft kecut.
"Anda tidak suka pada Mr. Enderby, bukan?" kata
Ronnie. "Aku benci pada orang yang kurang ajar dan suka
mencampuri urusan yang bukan urusannya sendiri,"
kata Mr. Rycroft. "Ya, tapi urusan itu ada hubungan dengan dirinya
sendiri," kata Ronnie bertahan. "Maksud saya, mencari
berita itu memang pekerjaannya. Agaknya ia telah ber"
hasil menjinakkan Pak Tua Burnaby. Aneh, Pak Tua itu
kelihatannya benci sekali pada saya. Saya ini dianggap"
nya selembar kain merah bagi seekor banteng."
Mr. Rycroft tidak menyahut.
"Astaga," kata Ronnie sambil mendongak lagi ke
langit. "Sadarkah Anda bahwa hari ini adalah hari
Jumat" Tepat seminggu yang lalu sekitar jam sekian
ini, kita berjalan dengan susah payah ke rumah ke"
luarga Willett, tapi dalam cuaca yang berbeda."
"Seminggu yang lalu," kata Mr. Rycroft. "Rasanya
sudah lama sekali." "Rasanya seperti sudah bertahun-tahun, ya" Halo,
Abdul." 321 Bab21-31.indd 322 Mereka sedang melewati pintu pagar Kapten
Wyatt. Orang India berwajah murung itu sedang ber"
sandar di pintu pagar itu.
"Selamat sore, Abdul," kata Mr. Rycroft. "Bagai"
mana majikanmu?" Orang India itu menggeleng.
"Master tak sehat hari ini, Sahib. Sudah lama ia
tak menemui siapa-siapa."
"Tahukah Anda," kata Ronnie setelah mereka ber"
jalan lagi, "orang itu bisa saja membunuh Wyatt de"
ngan mudah, dan tak ada seorang pun yang tahu.
Bisa saja selama berminggu-minggu ia berjalan hilirmudik sambil menggeleng-geleng terus dan berkata
bahwa majikanya tak mau bertemu dengan siapasiapa, dan tak seorang pun merasa bahwa itu aneh."
Mr. Rycroft mengakui kebenaran pernyataan itu.
"Tapi masih ada persoalan penyingkiran mayatnya,
bukan?" ia mengingatkan.
"Ya, itu menimbulkan kesulitan, bukan" Tubuh ma"
nusia memang benda yang menyusahkan."
Mereka melewati bungalo Mayor Burnaby. Mayor
sedang berada di kebunnya, memandang geram ke
sebatang rumput liar yang tumbuh di tempat yang
sebenarnya tak boleh ada rumput.
"Selamat sore, Mayor," kata Mr. Rycroft. "Apakah
Anda akan pergi ke Sittaford House juga?"
Burnaby menggosok-gosok hidungnya.
"Saya rasa tidak. Mereka memang mengirim surat
mengundang saya. Tapi... yah... saya enggan. Saya rasa
Anda mengerti." 322 Bab21-31.indd 323 Mr. Rycroft menganggukkan kepalanya sebagai tan"
da mengerti. "Meskipun demikian," katanya, "saya berharap Anda
datang. Saya ada alasan."
"Suatu alasan" Alasan apa?"
Mr. Rycroft bimbang. Kehadiran Ronnie Garfield
tampak membuatnya tegang. Tapi Ronnie yang sama
sekali tak tahu apa-apa tetap saja tinggal di situ sam"
bil mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Saya akan melakukan suatu eksperimen," katanya
akhirnya dengan lambat. "Eksperimen apa?" tanya Burnaby. Mr. Rycroft bim"
bang. "Sebaiknya tidak saya ceritakan dulu pada Anda.
Tapi kalau Anda datang, saya minta supaya Anda
mendukung apa saja yang akan saya usulkan."
Rasa ingin tahu Burnaby timbul.
"Baiklah," katanya. "Saya akan datang. Saya akan
mendukung Anda. Mana topi saya, ya?"
Sebentar kemudian ia sudah bergabung dengan me"
reka, lengkap dengan topinya. Dan mereka bertiga
pun memasuki pintu pagar Sittaford House.
"Saya dengar Anda akan kedatangan tamu, Mr.
Rycroft," kata Burnaby sambil lalu.
Terbayang rasa jengkel samar-samar di wajah pria
tua itu. "Siapa yang menceritakan itu pada Anda?"
"Wanita yang suka berkicau seperti burung itu.
Mrs. Curtis, maksud saya. Ia baik dan jujur, tapi
mulutnya tak pernah berhenti. Dan ia tak peduli apa"
kah kita mendengarkannya atau tidak."
323 Bab21-31.indd 324 "Memang benar," Mr. Rycroft mengakui. "Ke"
ponakan perempuan saya akan datang besok, Mrs.
Dering dan suaminya."
Mereka kini telah tiba di pintu depan, dan setelah
menekan bel, pintu dibukakan oleh Brian Pearson.
Sementara mereka menanggalkan mantel di lorong
rumah, Mr. Rycroft memperhatikan pria muda ber"
tubuh tinggi dan berdada bidang itu dengan penuh
perhatian. "Potongan tubuh yang bagus," pikirnya. "Bagus
sekali. Berwatak keras. Bentuk rahangnya aneh. Mung"
kin orang yang sulit ditangani dalam keadaan-keadaan
tertentu. Ia boleh dikatakan seorang pemuda yang
berbahaya." Mayor Burnaby merasakan sesuatu yang aneh ke"
tika ia memasuki ruang tamu utama. Mrs. Willett
bangkit untuk menyambutnya.
"Meyenangkan sekali Anda mau datang."
Kata-kata yang sama seperti minggu yang lalu.
Nyala api besar yang sama pula di perapian. Dan mes"
kipun tak yakin, ia menduga bahwa kedua wanita itu
mengenakan gaun yang sama pula dengan minggu
yang lalu. Keadaan ini menimbulkan perasaan aneh. Seolaholah hari itu adalah minggu yang lalu lagi"seolaholah Joe Trevelyan belum meninggal"seolah-olah tak
ada yang terjadi atau berubah. Stop, itu salah. Mrs.
Willett telah berubah. Ia sudah hancur, begitulah cara
yang paling tepat untuk melukiskannya. Ia bukan lagi
wanita kaya yang percaya diri dan yang telah banyak
bepergian. Kini ia merupakan makhluk yang sangat
324 Bab21-31.indd 325 gugup, yang berusaha keras untuk tampil wajar.
"Tapi sungguh mati aku tak tahu apa arti kematian
Joe baginya," pikir Mayor.
Untuk keseratus kalinya ia mendapatkan kesan ada
sesuatu yang aneh sekali tentang keluarga Willett.
Lalu ia tersadar dari renungannya, karena ada sese"
orang yang berbicara dengannya.
"Dengan menyesal harus saya katakan bahwa ini
adalah kebersamaan kita yang terakhir," kata Mrs.
Willett. "Apa maksud Anda?" Ronnie Garfield tiba-tiba
mengangkat kepala. "Ya," kata Mrs. Willett sambil tersenyum kecil.
"Kami harus melepaskan sisa musim salju di Sittaford
ini. Sebenarnya, saya pribadi menyukai tempat ini"
saljunya, batu-batu karangnya yang curam, dan segalagalanya yang asli di sini. Tapi itulah, kesulitan dengan
pembantu rumah tangga ini! Kesulitan dengan pelayanpelayan di sini terlalu besar. Saya harus menyerah!"
"Saya sangka Anda akan mengambil seorang sopir
yang merangkap petugas penjaga pintu dan seorang
pelayan pria," kata Mayor Burnaby.
Tubuh Mrs. Willett tiba-tiba tampak bergetar.
"Tidak," katanya, "saya... tak jadi."
"Wah, wah," kata Mr. Rycroft. "Itu merupakan pu"
kulan hebat bagi kami semua. Sungguh sangat me"
nyedihkan. Kami akan tenggelam ke dalam kehidupan
kami yang membosankan lagi setelah Anda pergi.
Omong-omong, kapan Anda berangkat?"
"Saya harap hari Senin," kata Mrs. Willett. "Tapi
kalau bisa besok, saya akan berangkat besok. Saya re"
325 Bab21-31.indd 326 pot sekali tanpa pelayan. Tapi saya harus mengurus
beberapa hal dulu dengan Mr. Kirkwood. Soalnya
saya menyewa rumah ini untuk empat bulan."
"Apakah Anda akan pergi ke London?" tanya Mr.
Rycroft. "Ya, mungkin. Pokoknya itu merupakan langkah
pertama. Setelah itu saya akan pergi ke Riviera."
"Kami akan kehilangan sekali," kata Mr. Rycroft
sambil membungkuk sopan. Mrs. Willett mengeluarkan suara halus tanpa arti.
"Anda baik sekali, Mr. Rycroft. Nah, sebaiknya kita
minum teh sekarang."
Teh sudah disediakan. Mrs. Willett mulai me"
nuang. Ronnie dan Brian mengedarkan makanan dan
minuman. Suasana terasa tak enak.
"Bagaimana dengan Anda?" tanya Burnaby tiba-tiba
pada Brian Pearson. "Anda akan berangkat juga?"
"Ya, ke London. Saya tentu tidak akan pergi ke
luar negeri sebelum urusan ini beres."
"Urusan ini?" "Maksud saya, sampai kakak saya dibebaskan dari
tuduhan pembunuhan tak masuk akal itu."
Dilemparkannya kata-kata itu pada mereka dengan
sikap yang demikian menantang, hingga tak seorang
pun tahu apa yang harus dikatakan. Mayor Burnaby
meredakan suasana. "Saya tak pernah percaya bahwa ia yang melakukan"
nya. Sesaat pun tidak," katanya.
"Tak seorang pun di antara kita pernah berpikiran
begitu," kata Violet sambil melemparkan pandangan
berterima kasih pada Mayor.
326 Bab21-31.indd 327 Bunyi bel memecahkan keheningan sesaat itu.
"Itu Mr. Duke," kata Mrs. Willett. "Persilakan ia
masuk, Brian." Tapi Brian sudah menuju jendela.
"Bukan Mr. Duke," katanya. "Wartawan sialan
itu." "Aduh!" kata Mrs. Willett. "Tapi bagaimanapun
juga, kita harus mempersilakannya masuk."
Brian mengangguk, dan beberapa menit kemudian
muncul kembali bersama Charles Enderby.
Enderby masuk dengan sikap seperti biasa, apa ada"
nya, berseri-seri penuh percaya diri. Agaknya ia tak
menyadari bahwa kehadirannya kurang disukai.
"Halo, Mrs. Willett, apa kabar" Saya mampir ka"
rena ingin melihat keadaan Anda. Tadi saya bertanyatanya, ke mana para penghuni Sittaford. Rupanya di
sini." "Silakan minum teh, Mr. Enderby."
"Anda baik sekali. Saya mau. Kelihatannya Emily
tak ada di sini. Saya rasa ia ada di bungalo bibi Anda
ya, Mr. Garfield?" "Setahu saya tidak." kata Ronnie terbelalak. "Saya
sangka ia pergi ke Exhampton."
"Oh! Tapi ia sudah kembali dari sana. Bagaimana
saya tahu" Seekor burung kecil memberitahu saya.
Tepatnya, burung Curtis. Ia melihat mobil melewati
kantor pos dan melaju terus di jalan raya, lalu kem"
bali dengan keadaan kosong. Ia tidak berada di bu"
ngalo No. 5, juga tidak di Sittaford House. Mari kita
terka, di mana ia berada" Karena ia juga tidak berada
di rumah Miss Percehouse, ia pasti sedang enak-enak
327 Bab21-31.indd 328 menghirup teh dengan penakluk wanita itu, Kapten
Wyatt." "Mungkin juga ia telah naik ke Sittaford Beacon
untuk melihat matahari terbenam," tebak Mr.
Rycroft. "Saya rasa tidak demikian," kata Burnaby. "Kalau ia
ke sana, pasti saya melihatnya lewat tadi. Soalnya saya
berada di kebun terus selama satu jam terakhir ini."
"Ah, saya rasa itu bukan masalah penting," kata
Charles ceria. "Maksud saya, saya rasa ia tidak sampai
diculik, atau dibunuh, atau semacamnya."
"Ditinjau dari segi kepentingan surat kabar Anda,
sayang sekali tidak, ya?" ejek Brian.
"Untuk kepentingan apa pun juga, saya tidak akan
mau mengorbankan Emily," kata Charles. "Emily,"
katanya lagi sambil merenung, "istimewa."
"Ia memang menarik sekali," kata Mr. Rycroft.
"Kami... eh... saya dan ia bekerja sama."
"Apakah semuanya sudah selesai minum?" kata
Mrs. Willett. "Bagaimana kalau kita main bridge?"
"Eh... sebentar," kata Mr. Rycroft.
Ia berdeham dengan sikap sok penting. Semua me"
lihat padanya. "Mrs. Willet, sebagaimana Anda ketahui, saya sa"
ngat tertarik pada fenomena kejiwaan. Tepat seminggu
yang lalu, di kamar ini juga, kita mendapatkan
pengalaman yang luar biasa dan juga mengerikan."
Terdengar pekikan pelan dari Violet Willett. Mr.
Rycroft menoleh padanya. "Saya tahu, Miss Willett yang baik, saya tahu. Ke"


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jadian itu telah mengacaukan Anda. Peristiwa itu
328 Bab21-31.indd 329 memang mengacaukan. Saya tidak membantah ke"
nyataan itu. Nah, sejak kejadian itu, pihak kepolisian
berusaha mencari pembunuh Kapten Trevelyan. Me"
reka telah melakukan penahanan. Tapi beberapa di
antara kita, setidaknya yang berada di dalam ruangan
ini, tidak percaya bahwa Mr. James Pearson bersalah.
Jadi saya ada usul, yaitu supaya kita mengulangi
pengalaman hari Jumat minggu yang lalu, tapi seka"
rang kita menghubungi roh yang lain."
"Tidak," teriak Violet.
"Ah!" kata Ronnie. "Itu keterlaluan. Bagaimanapun
juga, saya tidak akan ikut."
Mr. Rycroft tidak memedulikannya.
"Bagaimana, Mrs. Willett?"
Wanita itu bimbang. "Terus terang, Mr. Rycroft, saya tak suka gagasan
itu. Sama sekali tidak menyukainya. Kejadian yang
tak menyenangkan minggu lalu itu memberikan kesan
buruk sekali bagi saya. Lama sekali saya baru akan
bisa melupakannya." "Apa maksud Anda sebenarnya?" tanya Enderby
dengan penuh minat. "Apakah Anda akan meminta
roh-roh itu memberitahukan pada kita nama pem"
bunuh Kapten Trevelyan" Rasanya itu terlalu meng"
ada-ada." "Apakah Anda namakan itu terlalu mengada-ada,
ketika minggu lalu kita mendapatkan berita yang me"
ngatakan bahwa Kapten Trevelyan sudah mening"
gal?" "Itu memang benar," Enderby sependapat. "Tapi...
329 Bab21-31.indd 330 yah... gagasan Anda itu bisa membawa akibat yang
tidak Anda duga." "Seperti apa?" "Seandainya suatu nama disebutkan, bisakah Anda
meyakinkan bahwa salah seorang yang hadir dengan
sengaja telah...?" Ia berhenti, dan Ronnie Garfield menyelesaikan
kalimat itu. "Menggoyang meja itu. Itu maksudnya. Bagaimana
kalau ada orang yang sengaja menggoyang meja itu?"
"Ini suatu hal yang serius," kata Mr. Rycroft panas.
"Tidak akan ada seorang pun yang berbuat begitu."
"Siapa tahu," kata Ronnie tak yakin. "Saya tak
mau mengabaikan kemungkinan itu. Saya sendiri tak
punya niat untuk melakukannya. Saya bersumpah,
tidak akan. Tapi semua orang tetap saja berpaling
pada saya dan menuduh saya melakukannya. Alang"
kah tak enaknya." "Mrs. Willett, saya bersungguh-sungguh," kata
orang tua bertubuh kecil itu tanpa memedulikan
Ronnie. "Saya mohon, marilah kita lakukan itu."
Mrs. Willett mulai goyah.
"Saya tak suka. Sungguh, saya tak suka. Saya..." Ia
melihat ke sekelilingnya dengan risi, seolah-olah akan
mencari jalan untuk melarikan diri. "Mayor Burnaby,
Anda sahabat Kapten Trevelyan. Bagaimana pendapat
Anda?" Mayor Burnaby memandang Mr. Rycroft lekatlekat. Pikirnya, inilah kemungkinan yang telah di"
bayangkan orang tua itu padanya tadi.
"Mengapa tidak?" katanya kasar.
330 Bab21-31.indd 331 Keputusan itu seolah-olah merupakan suara yang
menentukan dalam suatu pemungutan suara.
Ronnie masuk ke ruangan sebelah untuk meng"
ambil meja kecil yang telah digunakan minggu yang
lalu. Diletakkannya meja itu di tengah-tengah ruangan.
Dan kursi-kursi ditarik mengelilinginya. Tak seorang
pun berbicara. Jelas bahwa kegiatan itu tidak di"sukai.
"Kurasa itu benar," kata Mr. Rycroft. "Kita akan
mengulangi permainan hari Jumat minggu lalu dalam
keadaan yang sama benar."
"Tidak sama benar." bantah Mrs. Willett. "Mr.
Duke tak hadir." "Benar," kata Mr. Rycroft. "Sayang ia tidak ada di
sini. Yah, eh... bagaimana kalau ia kita gantikan de"
ngan Mr. Pearson?" "Jangan ikut, Brian. Kumohon. Jangan ikut," seru
Violet. "Mengapa tidak" Ini semua kan hanya omong ko"
song." "Itu cara pandang yang salah," Mr. Rycroft mene"
gur keras. Brian Pearson tidak menjawab, tapi ia duduk di
samping Violet. "Mr. Enderby," panggil Mr. Rycroft, tapi Charles
cepat-cepat memotong, "Saya tak ikut waktu itu. Saya seorang wartawan,
dan Anda tak percaya pada saya. Saya akan mencatat
dengan steno semua fenomena"tepatkah pemakaian
kata itu?"yang terjadi."
Dengan demikian bereslah urusan itu. Mereka ber"
enam mengambil tempat masing-masing di sekeliling
331 Bab21-31.indd 332 meja. Charles memadamkan lampu-lampu, lalu duduk
di atas pembatas perapian.
"Tunggu sebentar," katanya. "Pukul berapa seka"
rang?" ia melihat ke arlojinya di cahaya api per"
apian. "Aneh sekali," katanya.
"Apa yang aneh?"
"Sekarang tepat pukul 17.25."
Violet terpekik. Mr. Rycroft berkata dengan suara-suara tegas,
"Diam." Menit-menit berlalu. Suasananya kini berbeda se"
kali dengan minggu lalu. Tak ada tawa tertahan, tak
ada kata-kata yang dibisikkan"hanya keheningan,
yang akhirnya dipecahkan oleh bunyi derak kecil dari
meja itu. Terdengar suara Mr. Rycroft.
"Apakah ada seseorang?"
Bunyi derak samar terdengar lagi"terasa mengeri"
kan dalam kamar gelap itu.
"Apakah ada seseorang?"
Kini bukan lagi bunyi derak yang terdengar, melain"
kan suara ketukan yang terasa memekakkan telinga.
Violet berteriak dan Mrs. Willett terpekik.
Terdengar suara Brian yang menenangkan.
"Tak ada apa-apa. Itu hanya ketukan di pintu. Saya
akan pergi membukanya."
Ia keluar dari ruangan itu.
Masih tetap tak ada orang yang berbicara.
Tiba-tiba pintu terbuka lebar-lebar, dan lampu-lam"
pu dinyalakan. 332 Bab21-31.indd 333 Di ambang pintu berdiri Inspektur Narracott. Di
belakangnya ada Emily Trefusis dan Mr. Duke.
Inspektur Narracott masuk selangkah ke dalam ka"
mar, lalu berkata, "John Burnaby," kami mendakwa Anda dengan tu"
duhan telah membunuh Joseph Trevelyan pada hari
Jumat, tanggal 14 bulan ini. Dan dengan ini saya
peringatkan Anda bahwa apa pun yang Anda katakan
akan dicatat dan bisa dipakai sebagai bukti."
333 Bab21-31.indd 334 XXX EMILY MENJELASKAN EMILY TREFUSIS dikelilingi oleh orang-orang yang ter"
lalu terkejut hingga tak bisa mengucapkan sepatah
kata apa pun. Inspektur Narracott telah membawa pergi orang
yang ditahannya dari ruangan itu.
Charles Enderby-lah yang pertama-tama bisa ber"
suara. "Demi Tuhan, ceritakan semuanya, Emily," katanya.
"Aku harus pergi ke kantor telegram. Setiap saat pen"
ting sekali." "Yang membunuh Kapten Trevelyan adalah Mayor
Burnaby." "Ah, kami sudah melihat Narracott menangkapnya.
Dan kurasa Narracott masih waras, tidak mendadak
menjadi gila. Tapi bagaimana mungkin Burnaby mem"
bunuh Trevelyan" Maksudku, bagaimana sebagai ma"
nusia, ia bisa berbuat begitu" Kalau Travelyan dibunuh
pukul 17.25, padahal..."
334 Bab21-31.indd 335 "Tidak. Ia dibunuh kira-kira pukul 17.45."
"Yah, tapi..." "Aku tahu. Orang tidak akan pernah bisa men"
duga, kecuali jika orang memikirkannya. Alat ski"itu"
lah yang telah memberikan penjelasan"alat ski."
"Alat ski?" ulang semua orang.
Emily mengangguk. "Yah. Mayor Burnaby dengan sengaja mengatur
permainan meja bergoyang itu. Itu bukan suatu ke"
betulan yang dilakukan tanpa sadar sebagaimana yang
telah kita duga, Charles. Pilihan kita yang kedua,
yang telah kita tolaklah yang benar. Permainan itu
telah dilakukan dengan sengaja. Ia melihat bahwa tak
lama lagi salju akan turun. Keadaan itu akan men"
jadikan segalanya aman dan dapat menghapus semua
bekas. Diciptakannya kesan bahwa Kapten Trevelyan
sudah meninggal, dan ia membuat semua orang men"
jadi kacau. Lalu ia berpura-pura bingung sekali, dan
berkeras untuk pergi ke Exhampton.
"Ia pulang, diambilnya alat skinya yang tersimpan
di dalam sebuah gudang di kebunnya bersama alatalat lainnya. Dipasangnya alat ski itu, lalu ia berang"
kat. Ia pandai sekali meluncur dengan ski. Jalan ke
Exhampton seluruhnya menurun, jadi mudah sekali
meluncur ke situ. Perjalanan itu hanya makan waktu
sepuluh menit. "Ia langsung pergi ke jendela, lalu mengetuk. Kap"
ten Trevelyan menyuruhnya masuk, sama sekali tanpa
curiga. Lalu, waktu Kapten Trevelyan membelakangi"
nya, dimanfaatkannya kesempatan itu. Diambilnya
335 Bab21-31.indd 336 kantong pasir, lalu dibunuhnya sahabatnya itu. Uh!
Muak aku memikirkannya."
Emily bergidik. "Semuanya mudah sekali. Ia punya banyak sekali
waktu. Pasti alat ski itu dilap dan dibersihkannya, lalu
dimasukkannya ke lemari di kamar makan. Alat itu
dijejalkannya saja di antara barang-barang lain. Kemu"
dian kurasa ia merusak jendela itu, dan mengacakacak semua laci dan barang-barang, untuk memberi"
kan kesan seolah-olah ada orang yang masuk untuk
merampok. "Lalu pukul delapan malam kurang sedikit, ia ha"
nya harus keluar, berjalan kembali ke jalan yang kini
mendaki, dan tiba di Exhampton dengan terengahengah dan tersengal-sengal, seolah-olah ia telah ber"
jalan kaki dari Sittaford. Selama tak ada orang yang
curiga mengenai alat ski itu, ia benar-benar aman.
Dokter pasti akan mengatakan Kapten Trevelyan su"
dah meninggal sekurang-kurangnya dua jam yang
lalu. Dan seperti kukatakan tadi, selama tak ada yang
berpikir tentang alat ski itu, Mayor Burnaby akan
mempunyai alibi yang sempurna."
"Tapi Burnaby dan Trevelyan itu... bersahabat ka"
rib," kata Mr. Rycroft. "Sudah lama sekali mereka
bersahabat... rasanya sudah seumur hidup. Rasanya
tak masuk akal." "Saya tahu," kata Emily. "Begitu pulalah saya ber"
pikir. Saya tak mengerti mengapa. Saya bertanya-tanya
terus, mencoba menebak, dan akhirnya saya terpaksa
mendatangi Inspektur Narracott dan Mr. Duke."
336 Bab21-31.indd 337 Ia berhenti, lalu menoleh ke arah Mr. Duke yang
sedang duduk tenang sekali.
"Bolehkah saya menceritakannya?" tanya Emily.
Mr. Duke tersenyum. "Kalau Anda suka, Miss Trefusis."
"Pokoknya... ah, tidak, mungkin Anda lebih suka
kalau saya tidak menceritakannya. Saya pergi men"
datangi mereka, dan kami memecahkan persoalan itu.
Ingatkah Charles, kau pernah berkata bahwa Evans
bercerita padamu tentang Kapten Trevelyan yang suka
mengirimkan jawaban-jawaban sayembara dan sering
memakai namanya" Pikirnya, Sittaford House itu
alamat yang terlalu hebat. Nah... itu pulalah yang te"
lah dilakukannya dalam Sayembara Sepakbola, lalu
kau menyampaikan hadiah sebesar lima ribu pound
pada Mayor Burnaby. Jawaban sayembara itu sebenar"
nya Kapten Trevelyan yang mengirim. Ia mengirim"
kannya atas nama Burnaby. Pikirnya, alamat bungalo
No. 1, Sittaford jauh lebih baik. Nah, kau tentu su"
dah mulai mengerti apa yang kemudian terjadi" Pada
hari Jumat pagi, Mayor Burnaby menerima surat yang
memberitahukan bahwa ia telah memenangkan hadiah
sebesar lima ribu pound itu. Omong-omong, dalam


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hal itu pun sebenarnya kita sudah harus curiga. Soal"
nya, ia berkata padamu Charles, bahwa ia tak me"
nerima surat itu"katanya tak ada surat yang bisa
datang pada hari Jumat itu gara-gara cuaca buruk. Itu
bohong. Pada hari Jumat pagi itulah barang-barang
pos datang untuk terakhir kalinya. Sampai di mana
ceritaku, ya" Oh ya! ...Mayor Burnaby menerima su"
rat itu. Ia menginginkan uang lima ribu pound itu. Ia
337 Bab21-31.indd 338 sangat membutuhkannya, soalnya ia baru saja me"
nanamkan modalnya pada saham-saham yang ternyata
menghancurkan, dan ia kehilangan uang banyak se"
kali. "Saya rasa, mungkin ia mendapatkan gagasan itu
dengan tiba-tiba sekali. Mungkin waktu ia melihat
bahwa malam itu salju akan turun. Kalau saja
Trevelyan mati"akan bisa memiliki uang itu, dan tak
seorang pun akan tahu."
"Luar biasa," gumam Mr. Rycroft. "Luar biasa se"
kali, tak pernah saya bermimpi hal seperti itu akan
terjadi... Tapi, Gadis Manis, bagaimana Anda sampai
tahu semuanya itu" Apa yang telah membawa Anda
ke jalan pikiran yang benar itu?"
Untuk menjawab pertanyaan itu, Emily mencerita"
kan tentang surat Mrs. Belling, lalu tentang sepatu
lars yang ditemukannya di dalam cerobong asap.
"Sepatu lars itulah yang membuat saya berpikir.
Soalnya sepatu lars itu adalah sepatu lars yang biasa
dipasang pada alat ski. Lalu tiba-tiba terpikir oleh
saya, apakah mungkin... saya lalu berlari turun, ke
lemari. Dan benar juga, di sana terdapat dua pasang
alat ski. Yang sepasang lebih panjang daripada yang
lainnya. Dan sepatu lars yang saya temukan itu cocok
untuk alat ski yang panjang, tapi tak cocok untuk yang
sepasang lagi. Alat klep jarinya dicocokkan untuk se"
patu lars yang jauh lebih kecil. Jadi alat ski yang le"
bih pendek itu milik orang lain."
"Seharusnya alat ski itu disembunyikannya di tem"
pat lain," kata Mr. Rycroft menyalahkan.
"Tidak... tidak," kata Emily. "Di mana lagi ia bisa
338 Bab21-31.indd 339 menyembunyikannya. Tempat itu sebenarnya sudah
baik sekali. Beberapa hari lagi semua barang itu sudah
akan disimpan di tempat lain. Dan sementara itu tak
mungkin polisi akan peduli apakah Kapten Trevelyan
memiliki sepasang atau dua pasang alat ski."
"Tapi mengapa ia menyembunyikan sepatu lars
itu?" "Saya rasa," kata Emily, "ia takut kalau-kalau polisi
akan melakukan apa yang telah saya lakukan. Melihat
sepatu lars untuk ski, mungkin membuat mereka ter"
ingat akan alat ski. Jadi dimasukkannya sepatu lars
itu ke cerobong asap. Dan sebenarnya, justru di situ"
lah letak kesalahannya, karena Evans lalu melihat
bahwa sepatu larsnya tidak ada, dan saya lalu bertekad
untuk mencari tahu tentang sepatu lars itu."
"Apakah ia dengan sengaja bermaksud menimpakan
kesalahan pada Jim?" tanya Brian Pearson dengan ma"
rah. "Oh, tidak! Itu hanya nasib buruk Jim. Ia memang
bodoh, kekasihku yang malang itu."
"Sekarang ia sudah bebas," kata Charles. "Kau tak
perlu mengkhawatirkan dia lagi. Apakah sudah kau"
ceritakan semuanya, Emily" Sebab kalau sudah, aku
ingin cepat-cepat pergi ke kantor telegram. Maafkan
saya, semuanya. Saya harus pergi."
Ia berlari ke luar ruangan.
"Dasar telegram hidup!" kata Emily.
Dengan suaranya yang dalam Mr. Duke berkata,
"Anda sendiri pun telah merupakan telegram hidup,
Miss Trefusis." "Memang," kata Ronnie dengan rasa kagum.
339 Bab21-31.indd 340 "Aduh!" kata Emily tiba-tiba, lalu terduduk lemas
di sebuah kursi. "Anda memerlukan sesuatu yang menyegarkan,"
kata Ronnie. "Minum koktail, ya?"
Emily menggeleng. "Brandy sedikit, ya?" usul Mr. Rycroft cemas.
"Atau secangkir teh," usul Violet.
"Saya perlu membedaki wajah saya sedikit," kata
Emily dengan murung. "Kotak bedak saya ketinggalan
di mobil. Dan saya yakin wajah saya pasti berkilat
gara-gara semua kekacauan ini."
Violet mengajaknya naik ke lantai atas untuk men"
cari alat penenang saraf itu.
"Nah, sekarang lebih baik," kata Emily setelah
membedaki wajahnya dengan sungguh-sungguh. "Ba"
gus sekali bedak ini. Saya merasa jauh lebih baik
sekarang. Apakah Anda punya lipstik" Saya jadi me"
rasa sebagai manusia biasa sekarang."
"Anda hebat sekali," kata Violet. "Begitu berani!"
"Ah, tidak juga," kata Emily. "Di bawah kamuflase
ini, saya sebenarnya lembek seperti agar-agar, dan ada
rasa sakit di ulu hati saya."
"Saya mengerti," kata Violet. "Saya pun merasa
begitu. Pada hari-hari terakhir ini, saya ketakutan se"
kali"maksud saya, tentang Brian. Orang memang
tidak akan bisa menggantungnya gara-gara membunuh
Kapten Trevelyan, tapi bila ia telanjur mengatakan di
mana ia berada selama waktu itu, orang akan segera
menarik kesimpulan bahwa dialah otak dari usaha
pelarian ayah saya."
340 Bab21-31.indd 341 "Bicara apa Anda ini?" kata Emily. Kegiatan me"
molesi wajah terhenti. "Ayah sayalah narapidana yang melarikan diri itu.
Untuk itulah Mother dan saya datang kemari. Ka"
sihan Father, ia memang selalu... aneh pada waktuwaktu tertentu. Dalam keadaan itu, ia melakukan
hal-hal yang mengerikan. Dalam perjalanan kami dari
Australia, kami bertemu dengan Brian, lalu ia dan
saya... yah... saya dan dia..."
"Saya mengerti," kata Emily membantu. "Wajar hal
itu terjadi." "Saya menceritakan segala-galanya padanya, dan
kami lalu menyusun suatu rencana. Brian memang
hebat. Untunglah kami banyak uang, dan Brian meng"
atur semua rencananya. Anda tentu tahu betapa sulit"
nya melarikan diri dari Princetown itu, tapi Brian
berhasil mengaturnya. Itu benar-benar merupakan
suatu keajaiban. Sudah diatur bahwa setelah Father
bebas, ia harus segera meninggalkan daerah ini dan
bersembunyi di Gua Pixie, dan setelah itu ia dan
Brian akan menyamar menjadi pelayan-pelayan kami.
Kami kira, karena kami tiba lama sebelum peristiwa
itu, kami akan bebas dari kecurigaan. Brian-lah yang
memberitahukan tentang tempat ini pada kami, dan
dianjurkannya kami menawarkan uang sewa tinggi
pada Kapten Trevelyan."
"Kasihan sekali," kata Emily, "maksud saya bahwa
semuanya akhirnya gagal."
"Hal itu benar-benar telah menghancurkan Mother,"
kata Violet. "Saya rasa Brian memang luar biasa. Tak
banyak orang yang mau menikahi putri seorang nara"
341 Bab21-31.indd 342 pidana. Tapi saya rasa itu bukan seluruhnya kesalahan
Father. Kira-kira lima belas tahun yang lalu kepalanya
kena tendangan kuat dari seekor kuda, dan sejak itu
ia jadi agak aneh. Kata Brian, kalau saja ia didampingi
oleh seorang pembela yang baik, ia pasti bisa bebas.
Tapi tak usahlah kita bicarakan tentang diri saya
lagi." "Apakah benar-benar tak ada lagi yang bisa dilaku"
kan?" Violet menggeleng. "Father sakit keras"soalnya ia harus hidup di
udara terbuka begitu. Padahal dinginnya bukan main.
Father menderita radang paru-paru. Mau tak mau
saya berpikir bahwa bila Father meninggal... yah... itu
mungkin merupakan hal yang terbaik baginya. Ke"
dengarannya jahat sekali saya berkata begitu, tapi
Anda tentu maklum apa maksud saya."
"Kasihan kau, Violet," kata Emily. "Itu memang
sangat menyedihkan."
Gadis itu menggeleng. "Untunglah ada Brian," katanya. "Dan kau pu"
nya..." Ia berhenti bicara, dan kelihatannya merasa risi.
"Ya," kata Emily sambil merenung. "Itulah soal"
nya." 342 Bab21-31.indd 343 XXXI PRIA YANG BERUNTUNG SEPULUH menit kemudian, Emily berjalan cepat-cepat
sepanjang jalan desa itu. Kapten Wyatt yang sedang
bersandar di pintu pagar mencoba mengadangnya.
"Hai," katanya, "Miss Trefusis. Apa yang saya de"
ngar ini?" "Itu semuanya benar," kata Emily sambil terus ber"
jalan. "Ya, tapi begini... marilah masuk dulu, minum se"
gelas anggur atau secangkir teh. Masih banyak waktu.
Tak perlu terburu-buru. Itulah penyakit kalian yang
paling parah di zaman kemajuan ini."
"Kami memang buruk sekali, saya tahu itu," kata
Emily, lalu berlalu dengan tergesa-gesa.
Ia menyerbu masuk ke rumah Miss Perce"house,
seperti sebuah bom yang akan meledak.
"Saya datang untuk menceritakan segala-galanya
pada Anda," kata Emily.
Lalu langsung saja ia memuntahkan kisah itu se"
343 Bab21-31.indd 344 lengkapnya. Cerita itu diselingi kata-kata seru seperti,
"Tuhan masih melindungi kita" atau "Masa begitu?"
atau "Wah, wah!" dari Miss Percehouse.
Setelah Emily selesai bercerita, Miss Percehouse ber"
tumpu pada sebelah sikunya, lalu menggoyang-goyang"
kan telunjuknya kuat-kuat.
"Benar, kan, kataku?" katanya. "Sudah kukatakan
bahwa Burnaby itu orang yang pengiri. Bersahabat,
katanya! Selama lebih dari dua puluh tahun Trevelyan
selalu lebih berhasil daripada Burnaby. Ia lebih pandai
main ski, lebih pandai mendaki, lebih pandai me"
nembak, dan lebih unggul mengisi teka-teki silang.
Dan Burnaby tak cukup berjiwa besar untuk tahan
menghadapi semua itu. Apalagi Trevelyan kaya, se"
dangkan dia miskin. "Hal itu sudah berlangsung lama. Memang susah
untuk terus-menerus menyukai seseorang yang bisa
melakukan segala-galanya lebih baik daripada kita sen"
diri. Burnaby itu orang yang licik dan bersifat rendah.
Keadaan itu menggerogoti sarafnya."
"Saya rasa Anda benar," kata Emily. "Yah, sebab itu
saya merasa harus datang dan menceritakannya pada
Anda. Rasanya tak adil kalau Anda selalu tidak men"
dengar berita apa-apa. Omong-omong, tahukah Anda
bahwa keponakan Anda kenal pada Aunt Jennifer,
bibi Jim" Mereka minum teh berdua di Kafe Deller
pada hari Rabu yang lalu."
"Dia itu ibu baptis Ronnie," kata Miss Percehouse.
"Jadi itu rupanya yang disebut si Ronnie "seseorang"
yang akan ditemuinya di Exeter itu. Kurasa, paling344
Bab21-31.indd 345 paling ia akan meminjam uang. Aku kenal siapa
Ronnie itu. Aku akan berbicara dengannya."
"Saya tak mau Anda memarahi ia pada hari se"
bagus ini," kata Emily. "Selamat tinggal. Saya harus
cepat-cepat. Banyak sekali yang harus saya kerjakan."
"Apa lagi yang harus kaulakukan, Nak" Kurasa su"
dah banyak yang kaulakukan."
"Belum cukup. Saya harus ke London, menemui
orang-orang perusahaan asuransi itu untuk meminta
supaya mereka tidak menuntut Jim, gara-gara soal
kecil mengenai peminjaman uang itu."
"Hm," kata Miss Percehouse.
"Semuanya akan beres," kata Emily. "Jim bisa hi"
dup cukup tenang kelak. Ia sudah belajar dari
pengalamannya." "Mungkin. Dan kau merasa bisa membujuk mereka
untuk tidak menuntut?"
"Bisa," kata Emily yakin.
"Yah," kata Miss Percehouse. "Mungkin kau bisa.
Lalu setelah itu?" "Setelah itu," kata Emily, "selesailah tugas saya.
Saya sudah berbuat segalanya untuk Jim."
"Lalu bagaimana kalau orang bertanya... kemudian
apa lagi?" tanya Miss Percehouse.
"Apa maksud Anda?"
"Kemudian apa lagi" Atau kalau kau ingin aku me"
nanyakan dengan terus terang: Yang mana di antara
mereka berdua?" "Oh!" kata Emily.
"Benar. Itulah yang ingin kuketahui. Siapa di


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

345 Bab21-31.indd 346 antara mereka berdua yang akan menjadi laki-laki
yang malang?" Emily tertawa. Ia membungkuk, lalu mencium wa"
nita tua itu. "Jangan berpura-pura bodoh," katanya. "Anda pasti
tahu yang mana." Miss Percehouse tertawa kecil.
Emily keluar dari rumah itu dengan berlari kecil,
langsung ke pintu pagar, bertepatan dengan Charles
yang datang dengan berlari pula.
Charles menggenggam kedua belah tangan Emily.
"Emily kekasihku!"
"Charles! Semuanya sudah berlalu dengan amat
memuaskan, bukan?" "Aku harus menciummu," kata Mr. Enderby, lalu
diciumnya gadis itu. "Aku laki-laki yang sudah mantap, Emily," katanya.
"Nah, sekarang bagaimana, Sayang?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Yah... maksudku... yah, bukannya aku melecehkan
Pearson yang malang, yang sedang mendekam di pen"
jara. Tapi sekarang ia sudah bisa bebas, dan... yah,
seperti semua orang, ia harus berani menghadapi ke"
nyataan." "Bicara apa, kau?" tanya Emily.
"Kau tahu betul bahwa aku sangat mencintaimu,
Emily," kata Mr. Enderby, "dan kau pun suka padaku.
Hubunganmu dengan Pearson itu hanya suatu ke"
keliruan. Maksudku... yah... kau dan aku sudah cocok
sekali. Selama ini kita sama-sama sudah tahu, bukan"
346 Bab21-31.indd 347 Cara mana yang kausukai, Kantor Catatan Sipil, atau
Gereja, atau apa" "Kalau yang kaubicarakan itu adalah soal per"
nikahan, Charles," kata Emily, "kau benar-benar ke"
liru." "Apa... tapi, kukira..."
"Tidak," sahut Emily.
"Tapi Emily..."
"Kalau kau ingin tahu juga," kata Emily, "aku men"
cintai Jim. Sangat mencintainya!"
Charles amat keheranan, dan hanya bisa meman"
danginya dengan terbelalak tanpa bersuara.
"Tak mungkin!" "Mungkin saja! Aku mencintainya! Sejak dulu, dan
sampai kapan pun!" "Kau... telah memberikan kesan seolah-olah..."
"Aku hanya berkata bahwa aku merasa senang se"
kali, karena ada seseorang yang bisa kuandalkan," kata
Emily dengan sungguh-sungguh.
"Ya, tapi kukira..."
"Aku tak tahu kau mengira apa."
"Kau setan yang tak mengenal belas kasihan
Emily." "Aku tahu itu, Charles sayang. Aku tahu itu. Katakatailah aku semaumu. Tak apa-apa. Bayangkan
betapa hebatnya kau nanti! Kau telah berhasil men"
dapatkan berita besarmu! Berita eksklusif untuk Daily
Wire. Kau sudah mantap. Apalah artinya seorang wa"
nita" Lebih kecil daripada debu. Pria yang benarbenar kuat tidak membutuhkan wanita. Wanita hanya
merupakan penghalang baginya, hanya menempel
347 Bab21-31.indd 348 padanya seperti tumbuhan merambat. Setiap pria he"
bat, harus bebas dari wanita. Sebuah karier! Tak ada
yang lebih bagus dan lebih memuaskan bagi pria dari"
pada karier yang berarti. Kau pria yang kuat, Charles,
pria yang bisa berdiri sendiri..."
"Hentikan bicaramu, Emily. Bicaramu seperti acara
Ceramah untuk Para Remaja di radio saja! Kau telah
membuatku patah hati. Tak kausadari betapa cantik"
nya kau di mataku waktu kau memasuki ruangan itu
bersama Inspektur Narracott, tak ubahnya suatu arca
megah penuh kemenangan dan dendam."
Terdengar langkah kaki orang berjalan, dan Mr.
Duke muncul. "Oh, ini Mr. Duke," kata Emily. "Charles, aku
ingin memberitahumu. Ini mantan Inspektur Kepala
Duke dari Scotland Yard."
"Apa?" seru Charles yang mengenali nama yang
terkenal itu, "Inspektur Kepala yang terkenal itu?"
"Ya," kata Emily. "Setelah pensiun, ia datang dan
tinggal di sini. Dan karena kebaikan serta kerendahan
hatinya, ia tak mau memamerkan ketenarannya. Seka"
rang aku mengerti, mengapa Inspektur Narracott ke"
lihatan menahan geli waktu aku bertanya padanya
kejahatan-kejahatan apa yang telah dilakukan Mr.
Duke." Mr. Duke tertawa. Charles tampak bimbang. Terjadi pertarungan sing"
kat antara posisinya sebagai orang yang baru saja di"
tolak cintanya dengan posisinya sebagai wartawan.
Ternyata kewartawananlah yang menang.
"Senang sekali bertemu dengan Anda, Inspektur,"
348 Bab21-31.indd 349 katanya. "Bolehkah kiranya saya membuat sebuah
artikel pendek mengenai Anda" Yah, kira-kira delapan
ratus kata saja, sehubungan dengan kasus Trevelyan
ini?" Emily cepat-cepat meninggalkan mereka, dan lang"
sung masuk ke bungalo Mrs. Curtis. Ia berlari ke ka"
mar tidurnya dan menarik kopernya. Mrs. Curtis
mengikutinya naik." "Anda tidak akan pergi, kan, Miss?"
"Saya harus pergi. Banyak yang harus saya kerja"
kan. Saya akan pergi ke London, kembali kepada tu"
nangan saya." Mrs. Curtis mendekatinya.
"Coba katakan, Miss, yang mana di antara mereka
berdua?" Emily sedang melemparkan pakaiannya dengan
sembarangan ke dalam kopernya.
"Yang di penjara tentu," sahutnya. "Tak pernah ada
yang lain." "Oh! Apakah Anda tak salah pilih, Miss" Yakinkah
Anda bahwa ia sepadan dengan Anda, seperti yang
ada di sini?" "Oh, tidak!" kata Emily. "Ia sendiri sehebat itu.
Yang di sini akan bisa maju sendiri." Ia melihat ke
luar jendela, tempat Charles masih asyik mewawan"
carai mantan Inspektur Kepala Duke. "Ia seorang pe"
muda yang punya bakat untuk maju, tapi entah apa
yang akan terjadi atas diri yang seorang lagi, bila tak
ada saya yang mengurusnya. Lihat saja di mana ia
berada sekarang, seandainya saya tidak berjuang untuk"
nya!" 349 Bab21-31.indd 350 "Anda benar sekali, Miss," kata Mrs. Curtis.
Ia turun kembali ke lantai bawah, tempat suaminya
sedang duduk sambil menatap hampa.
"Ia itu benar-benar mirip dengan anak dari bibi
ibuku, Belinda," kata Mrs. Curtis. "Boleh dikatakan
ia telah membuang dirinya pada George Plunket yang
tak beres itu. Pria itu memiliki Three Crowns, tapi
tempat itu dihipotekkannya. Dalam waktu dua tahun
Belinda berhasil melunasi hipotek itu, dan berkem"
banglah tempat itu menjadi suatu perusahaan maju."
"Oh!" kata Mr. Curtis, dan ia menggeser letak pipa"
nya sedikit. "George Plunket itu memang seorang pria tampan,"
kata Mrs. Curtis mengenang.
"Oh!" kata Mr. Curtis.
"Tapi setelah ia menikah dengan Belinda, ia sama
sekali tak mau menoleh lagi pada wanita lain."
"Oh!" kata Mr. Curtis.
"Belinda tak pernah memberikannya kesempatan
untuk itu," kata Mrs. Curtis.
"Oh!" kata Mr. Curtis.
350 Bab21-31.indd 351 GRAMEDIA penerbit buku utama
Bab21-31.indd 352 GRAMEDIA penerbit buku utama
Bab1-10.indd 1 MISTERI SITTAFORD THE SITTAFORD MYSTERY Terdengar ada yang menahan napas. Dan dalam
keheningan, meja itu mulai bergoyang lagi. Ronnie mengeja
huruf-huruf itu. "P-E-M-B-U-N-U-H-A-N"."
Mrs. Willett terpekik dan mengangkat tangannya dari
meja itu. "Aku tak mau lagi meneruskan permainan ini.
Mengerikan sekali." Terdengar suara Mr. Duke, lantang dan jelas, menanyai
meja itu. "Apakah maksudmu" Kapten Trevelyan dibunuh?"
langsung diberikan. Meja itu bergoyang demikian kuatnya,
hingga nyaris jatuh. Hanya sekali goyangan.
"Ya"." NOVEL DEWASA Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramediapustakautama.com
misteri sittaford.indd 1 THE SITTAFORD MYSTERY Baru saja pertanyaan itu selesai diajukan, jawabannya
MISTERI SITTAFORD Pemanggilan Roh di Sittaford"
MISTERI SITTAFORD THE SITTAFORD MYSTERY Strangers 7 Dara Getting Married Karya Citra Rizcha Maya Suling Naga 12

Cari Blog Ini