Ceritasilat Novel Online

Pendekar Banci 7

Pendekar Banci Karya S D. Liong Bagian 7


"Tetamu yang terhormat sudah tiba, harap lebih dulu beristirahat di gedung tetamu. , Malam : nanti kami akan mengundang tetamu untuk menikmati rembulan !" seru Poan-hong-poh. : Malam nanti memang bulan purnama karena : jatuh tanggal empatbelas bulan delapan. Yang dimaksud menikmati rembulan oleh Poan-hong-poh sudah tentu suatu perjamuan besar untuk menghormat segenap jago persilatan yang berada di pulau : itu. - - 'Toho tertawa dan mengucap terima kasih. Ia melambaikan tangan ke belakang dan Cong Tikpun segera melayang ke tepi daratan. Sekalian orang mencurah pandang kearah Cong Tik. Dalam peristiwa besar di Kyoto nanti ternyata Toho hanya datang dua orang dengan seorang pemuda. - Memang dalam beberapa waktu terakhir ini, setelah mendapat petunjuk dan bimbingan Toho, kepandaian Cong:Tik bertambah maju pesat sekali Setiba disisi Toho, Cong Tikpun berpaling ke samping. Ketika melihat Su Ciau di antara orang2 yang berkerumun itu, diam2 tergetarlah hatinya. Diam2 ia heran mengapa pemuda itu juga da tang ke pulau situ. Adakah karena hendak ikut
mencari pedang Kibun kiam " . - Tiba2 ia menertawakan dirinya sendiri yang begitu ketakutan dan penuh curiga. Soal pedang Ki bun-kiam berada di pulau Kyoto, rasanya hanya dia seorang saja yang tahu. Sudah tentu Su Ciau itu datang karena hendak melihat pertempuran antara Tobo lawan Poan-hong-poh.
. Tetapi ketika mengangkat muka, iapun melihat Cin Hong Ing bersama dengan Tanghong Leng serta Hian-li Lim Sam Kho. Cong Tik tak kenal siapa Tanghong Leng itu tetapi ia tahu siapa Lim Sam Kho dan saat itu Lim Sam Khopun sedang bicara kepada wanita itu : "Tanghong lihiap, sudah ber-tahun Yap tayhiap tiada kabar beritanya. Entah apakah dalam perjamuan besar nanti dia akan muncul ?" . - Tanghong Leng menghela napas :
"Kemungkinan tidak !". Ia sendiri belum tahu pasti tentang berita suaminya. Tetapi karena sampai bulan delap?n tanggal empatbelas diantara sekian banyak orang persilatan, Hoa Ceng tetap tak kelihatan, maka Tanghong Jengpun ragu2. Cong Tik yang cerdas segera dapat menang kap kata2 Tanghong Leng itu. Diam2 ia mengeluh "Celaka, wanita itu jelas Tanghong Leng. Kalau ia : sudah berada di pulau situ, perlu apa ia (Cong Tik) datang kesitu ?" - Diam2 ia menyesal pula mengapa tak cepat datang lebih dulu kepulau Kyoto. Sebenarnya ia ingin beberapa hari sebelum pergi ke Kyoto tetapi Toho ingin menjaga gengsi dan mengatakan hal itu dapat dipandang remeh oleh Poan-hong-poh. Oleh karena itu terpaksa ia harus menunggu sampai tanggal empatbelas dan akibatnya Tanghong Leng sudah lebih dulu datang.
" , Mengikuti di belakang Toho, diam2 Cong Tik mencurahkan perhatiannya kepada Tanghong L?ng dan Lim Sam Kho. - - - Melihat Cong Tik masih muda, tampan dan gagah serta tak henti2-nya memandang ke arahnya diam2 Cin Ho
ng Ing merah mukanya. '. . . - Siapa tahu perhatian Cong Tik itu tak lain karena ingin menyelidiki apakah Tanghong
Leng atau Lim Sam Kho sudah mendapatkan pe dang Ki-bun-kiam. Karena walaupun ia tahu tiada lain orang kecuali dirinya yang berhasil menemukan surat tulisan Hoa Ceng, tetapi ia tetap, curiga bahwa sebagai isteri dari Hoa. Ceng, T"nghong Leng akan tahu juga tempat penyimpanan pedang mustika itu. - . Tetapi Cong Tik memang seorang licin. Walaupun, dalam hati gelisah tetapi sikapnya tetap tenang. Setelah memperhatikan beberapa saat ia melihat sikap gadis Cin Hong Ing itu agak aneh, wa jahnya kemerah-merahan, sepasang matanya tak henti2nya memandang dirinya. : Cepat sekali. Cong Tik sudah membayangkan suatu rencana. Tak berapa lama ia bersama Toho tiba di rumah yang disediakan sebagai tempat, penginapannya. - "Sebelum besuk pagi aku bertempur dengan. Poan-hongpoh, dikuatirkan terdapat peristiwa lain. lagi. Jangan engkau lupa akan rencana' kita. Coba lah sekarang engkau berlatih lagi ilmu pelajaran yang kuajarkan kepadamu itu
" kata Toho. Tetapi Cong Tik membantah : "Thay-susiok, aku sudah berlatih sampai mahir sekali. Apalagi di tempat ini t?ntu tak lepas dari p?ngawasan Poanhong-poh, lebih baik kita jangan unjuk diri agar dia tak dapat bersedia" .
Toho tertawa menyeringai :
"Ya, benar. . Waktu keduanya hendak beristirahat, tiba di luar pintu terdengar orang berteriak : "Apakah To ho lhama berada di dalam " Aku, Gok Co thauto dari daerah Biau, perlu bertemu" - Toho memberi kicupan mata kepada Cong Tik dan Cong Tik segera berkata : "Di daerah . Biau orang itu malang melintang, angkuh'dan membanggakan diri. Kalau dia mau datang, tentu ada .
urusan penting. Entah apa yang akan dikatakannya?" Selama ini memang Toho selalu menurut apa
kata Cong Tik. Dia segera suruh tetamunya masuk Pintu terdorong dan masuklah Gok Co thauto. Lebih dulu ia mengancing pintu lagi kemudian baru berkata : "Kali ini lhama akan bertanding dengan Poan-hong-poh tentu menang. .
Toho terkejut. Diam2 ia cemas kalau paderi
itu sudah tahu rencana yang dirancang Cong Tik.
Ia tak suka hati dan wajahnyapun gelap tak mau bicara apa2. - - ''. . .
" Sudah tentu Gok Co thauto tak mengerti se babnya. Ia berdiri meringis dan 'tak tahu akan berbuat bagaimana. - - Rupanya Cong Tik tahu kalau Toho salah faham menerima kata2 paderi Gok Co. Buru2 ia menyelutuk : Entah apakah maksud thauto dengan ucapan itu ?" - ." - - ' Berkata Gok Co thauto : "Menurut yang ku ketahui, sudah ada berpuluh ko-jiu golongan hitam,
termasuk diriku, yang datang kemari hendak membantu lhama. Itulah yang kumaksud dengan mengatakan bahwa Ihama pasti akan menang." - Sudah tentu Cong Tik gembira sekali. Ia duga Gok Co thauto sebelumnya tentu sudah mengajak beberapa ko-jiu itu membantu Ihama. Kemudian setelah dapat mengalahkan Poan-hong-poh tentu akan mengajukan permintaan. Waktu Cong Tik hendak buka suara-tiba2 Toho sudah menampar meja. prak.. . . "Menghadapi seorang nenek begitu saja, masakan harus mengandalkan bantuan orang banyak, huh, jangan kalan memandang rendah kepada diriku !" Karena dua kali terbentur batu, Gok Co tha uto hilang seleranya. Dia terus ngeloyor pergi, sebe lumnya meninggalkan kata : "Kalau begitu, aku pamit keluar !" - - - Cong Tik bergegas memburunya dan membisiki :
"Gok Co. cianpwe, memang adat thay-susiok ku itu aneh sekali. Apabila ada urusan, harap cianpwe tunggu setelah ia dapat mengalahkan nenek Poan-hong-poh. Saat itu dia tentu gembira hatinya tentu akan meluluskan
" Rupanya Gok Co thauto memang tak berani mencari perkara dengan Toho, maka iapun menghaturkan terima kasih kepada Cong Tik : "Maksudku setelah dia dapat mengalahkan Poan hong pooh
, sekalian kita lenyapkan juga jago silat yang sedang berkumpul di pulau ini, agar kelak mereka jangan merintangi gerak gerikku di dunia per silatan. Entah bagaimana pendapat siauko (Cong Tik) atas rencanaku ini ?" - Terkejut dan gembira sekali Cong Tik mendengar rencana Gok Co thauto itu. Diam2 ia memang merencanakan malam itu hendak menyelidiki ke tempat Tanghong Leng. Apabila tak berhasil mendapat berita apa", ia memperhitungkan apabila tiba saatnya, tentu terpaksa harus menggunakan kekerasan. Rencana paderi Gok Co itu justeri sesuai de-: ngan rencananya.. - - - "Harap cianpwe jangan kuatir: buru2 ia berkata,
"pada saatnya nanti aku dan thay-susiok tentu akan membantu cianpwe.
Berkata pula Gok Co. thauto :
"Yang lain , : mudah kita selesaikan kecuali hanya Hian-li . Lim Sam Kho. Wanita itu memiliki ilmu Hian-thiankong-gi, seorang wanita yang ganas pula. Apabila aku harus bertempur dengan dia, harap Toho lhama suka turun tangan membantu." Cong Tik makin gembira. Setelah mengantarkan paderi itu keluar, ia balik kembali masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Tak berapa lama, haripun gelap. Tiba2 terdengar suara genta bertalu nyaring. Itulah lonceng pertandaan untuk mengundang para tamu datang menghadiri perjamuan. - Memandang keluar pintu, Cong Tik melihat orang menuju kesebuah lapangan luas. Di lapangan itu telah disiapkan, berpuluh meja besar, pada setiap meja dipasangi dua buah tiang, besi untuk tempat lilin. Tiang itu ber-kilau2 seperti emas warnanya. Demikian pula cawan dan mangkuk di meja terbuat dari emas semua. Sungguh sebuah perjamuan, yang mewah dan semarak sekali. Begitu Toho dan Cong Tik tiba, segera disambut orang dan dipersilahkan duduk di sebuah meja yang berada ditengah. Meja itu lebih besar dari.
lain meja. Tanpa sungkan lagi, Toho segera duduk.
di sebelah atas, sedang Cong Tik di deretan bawah. :Ternyata dalam perjamuan itu hanya terdapat dua buah meja pat-sian atau delapan pesegi yang besar. Yang sebuah dipakai Toho dan yang sebuah lagi, terpisah setombak jaraknya dari meja Toho. Meja yang lain diatur seperti mengelilingi kedua meja istimewa itu. : - - .
Begitu duduk, Cong Tik segera mendengar suara tertawa yang merdu : "Mari, suhu, kita duduk agak dekat dengan meja tuan rumah, agar dapat melihat lebih terang apa yang akan berlangsung . , nanti
" . : : . . . - Cong Tik segera mengenali suara itu sebagai Cin Hong Ing. Sebenarnya kalau teringat akan pe ristiwa ketika di gunung Gongsan tempo hari di
mana setelah merebut kuda dan pelana kuda lalu :
melukai Cin Hong Ing sampai hampir mati, Cong Tik kebat kebit hatinya. Tetapi ketika turun di pantai ia memperhatikan sikap nona itu agak aneh. Dan saat itu ia berpaling ketika mendengar suara Hong Ing, tepat di kala itu Cin Hong Ingpun tengah berpaling memandangnya dan tersenyum. Begitu pula kata2 si nona yang mengajak mamah dan suhunya mendekat tempat ketua, ternyata nona itu . menghampiri ke tempatnya. Sudah tentu Cong Tik girang sekali. Baru ia hendak berbangkit untuk me-.
nyerahkan tempat duduk, serangkum hawa harum
telah berhembus di sampingnya dan tahu2 Cin.
Hong Ing sudah duduk di meja sebelah dan membelakanginya.
" . Cong Tik benar tak mengerti apa maksud nona itu. Terpaksa ia tak jadi berbangkit. Sejenak kemudian baru ia tahu. Jika nona itu duduk berhadapan dengan dia, sudah tentu harus duduk lebih
jauh lagi. Dengan duduk membelakanginya, n?na
itu memang dekat dengan tempat duduknya...
Diam2 cong tik menimang. Adakah nona itu bukan' saja menghapus peristiwa yang lalu pun kini menaruh hati kepadanya " : ..
Karena tempat duduknya hanya terpisah satu meter, walaupun saling membelakangi, tetapi apa salahnya kalau ia menegur dengan pelahan-lahan, - "Nona, Hong Ing," serunya berbisik.
- ." Saat itu kebetulan Hong Ing juga condongkan kepala ke samping dan Cong Tik dapat melihat nona itu tersenyum. Cong Tik makin mendapat hati, katanya pula :
"Peristiwa di gunung Gong-san tempo hari, sesungguhnya bukan dari kehendakku sendiri. Bolehkah aku memb?ri penjelasan kepada nona, kalau tidak aku tentu tak dapat mati dengan meram." . - - - .
" Cin Hong Ing tertawa : "Aku tak mencari balas kepadamu, mengapa engkau mempersoalkan kematian. ?" "Walaupun begitu," Cong Tik terkejut dan gopoh berkata, "karena nona tak tahu persoalannya, nona itu menganggap aku seorang manusia rendah yang tak berhati baik. Terhadap seorang secantik engkau, melakukan hal yang tak layak, tentulah ada sebabnya. Dan hal itu harus kujelaskan apalagi mempunyai hubungan juga dengan mendiang ayahmu. Aku harus menerangkan kepada nona, harap nona jangan menolak"
Cong Tik memang pandai merangkai kata untuk merayu sehingga Cin Hong Ing tergerak hatinya. Jauh bedanya dengan Su Ciau. Teringat akan Su Ciau, Hong Ing mengangkat muka memandang ke depan. Tampak Su Ciau dengan terlongong - longong duduk tak jauh dari
tempatnya. Mengapa dia seorang diri dan tak bersama Ui Hong Ing " - - Karena Cin Hong Ing sampai beberapa jenak tak menyahut, Cong Tik cepat berkata pula :
"Nona, apabila nona tak mau mendengar penjelasanku. aku sungguh . "Siapa yang mengatakan tak suka " Cobalah : engkau katakan,
"cepat Cin Hong Ing menukas. : Cong Tik girang, katanya :
"Tempat ini bukan tempat bicara yang layak. Setelah perjamuan selesai, nanti kita mencari tempat yang sepi untuk menjelaskan kepada nona." Hong Ing mengiakan. Karena kuatir dicurigai orang maka keduanyapun putuskan pembicaraan. Tak berapa lama terdengar genta bertalu tiga kali. Nenek Poan-hong-poh pun muncul. Dan sesaat kemudian maka perjamuanpun segera dimulai. Tak henti2nya pelayan menghidangkan makanan , dan minuman yang lesat. Jika besok pagi itu bukan hari pertempuran, tentulah perjamuan itu akan meng gembirakan sekali.
. Setelah hidangan tiga kali keluar, tiba2 Toho berangkat dan berseru:
"Ambilkan cawan yang besar, cawan sekecil. ini mana dapat memuaskan para tetamu ?" . . . . . . . . . Ia membungkuk dan tahu terdengar bunyi berdenting. Cawan arak dari delapan orang yang duduk di meja itu tahu sudah berhamburan melayang kedalam tangan lhama itu.
, Sekali remas, Ihama itu tertawa selak. Kemudian membuka tangannya dan terkejutlah sekalian hadiran. Delapan buah cawan emas kini lebur .
menjadi sebuah keping emas. Dapat dibayangkan betapa tinggi tenaga-dalam lhama itu.
- - Sekalian tetamu tahu bahwa Ihama itu memang hendak cari perkara Tetapi kepandaian yang dipertunjukkan memang bukan olah hebatnya. : orang sama memuji. Toho berseri-seri gembira memandang kearah Poan-hong-poh.
Walaupun marah, tetapi nenek Poan-hongpog tetap dapat mengendalikan airmukanya. Ia berpaling memberi perintah :
"Lekas tukar cawan besar, aku sendiri yang akan menghaturkan minuman kepada tetamu !" - .
Mendengar itu Hian-li Lim Sam Khopun serentak berdiri, serunya :
"Harap cujin (tuan rumah) jangan, repot2. Kecuali Toho lhama, rasanya Iain tetamu sudah puas dengan cawan kecil. Biarlah
aku saja yang memberinya sebuah cawan besar !"
Habis berkata, seperti yang dilakukan Toho tadi, Lim Sam Khopun telah menyambar cawan bahkan supit dari semua tetamu yang berada dimejanya. Dengan kedua tangannya ia menggenggam benda itu dan digoyang - goyangkan beberapa kali. Tak berapa lama cawan itupun menjadi
sekeping emas. Lim Sam Kho masih tertawa dan memijat-mijat dengan tangannya. Tak berapa lama
jadilah keping emas itu sebuah cawan besar setinggi setengah lengan orang.
"- - Menurut pemilihan, kepandaian yang - ditunjukkan Lim Sam Kho itu lebih unggul setingkat dari Toho. Sebenarnya Toho juga mampu melakukan hal itu, tetapi dalam penilaian para tetamu, Toho telah kehilangan muka. :
- Ilmu tenaga-dalam Hian thian-kong-gi yang di dilatih lim Sam Kho. merupakan tenaga-dalam yang istimewa, baik lunak dan keras kedua-duanya telah dicangkumnya. Pada waktu tenaga keras saling beradu maka timbullah tenaga lunak sehingga dengan mudah ia dapat membuat sebuah cawan besar dari keping emas yang keras.
Suara pujian bergema memenuhi perjamuan. Poan-hong-poh memandang Lim Sam Kho dengan pandang berterima kasih. Sebenarnya nenek itu juga mampu melakukan hal itu tetapi dalam kedudukan sebagai tuan rumah, ia harus meladeni permintaan tetamu (Toho) yang meminta Cawan besar.
Sambil tertawa, Lim Sam Kho mengangkat cawan kesar itu dan berseru:
"Toho lhama, apa cawan ini memenuhi seleramu"
cukup ! seru toho sambil deliki mata.
Sekali gerakan tangan maka cawan besar itu pun segera melayang ketempat Toho. Pada saat menyambuti. ia rasakan suatu tenaga yang maha
berat. . Toho lhama memang belum, kenal siapa Lim Sam Kho itu. Sekarang baru ia menyadari bahwa wanita itu memiliki kesaktian yang tak berada dibawahnya. Karena ingin tahu siapa wanita itu ia memandang Cong Tik. Cong. Tik segera berbisik:
"Thay-susiok, wanita itu "bernama Hian-li Lum Sam Kho, dia memiliki ilmu Hian-thian-kong-gi, yang hebat sekali. Apabila urusan sudah selesai, dia harus dilenyapkan!" Toho mengangguk. Waktu ia mau duduk, tiba-tiba Poan-hong-poh berbangkit dan berseru:
"Karena saudara menghendaki cawan besar, maka ijinkanlah aku yang menghidangkan arak !"
- - Ia mengangkat sebuah poci besar, tanpa bergerak, begitu kedua tangannya menyodorkan kemuka maka dari mulut poci besar itu segera memancur arak yang sangat deras sekali, Beberapa batang lilin yang terlanggar segera padam dan aliran arak itu langsung mencurah kearah cawan besar yang masih dipegang Toho. Dengan tindakan itu. Poan-hong-poh hendak melampiaskan kemarahannya terhadap tindakan Toho tadi. Kedua kalinya, dihadapan sekian banyak tetamu mau tak mau Toho tentu harus menyambuti curahan arak itu, dan tak mempunyai kesempatan untuk membalas. Dengan perhitungan itu maka Poan-hong-poh telah gunakan , sepuluh bagian tenaga-dalam Keng-thau-kang yan telah dipelajarinya selama berpuluh tabun. Walaupun curahan arak itu hanya sebesar jari tangan tetapi karena disalurkan dengan tenaga-dalam yang hebat maka dapatlah meluncur seperti anakpanah cepatnya.. Dan ketika mencurah kedalam cawan Toho, dahsyatnya seperti kilat menyambar. - Toho terpaksa kerahkan seluruh tenaga-dalam untuk mencekal cuwannya dan musnghadapi serangan arak dari Poan-hong-poh.
Bermula memang tak terjadi suatu apa. Tetapi setelah arak memenuhi setengah cawan, caw?n ' terasa berat sekali dan makin penuh makin hebat beratnya. Arak yang berada dalam cawan itu bergolak-golak seperti gelombang laut. Karena tak kuat dengan sebelah tangan, terpaksa Toho harus "mencek
al dengan kedua tangannya. Dengan begitu barulah ia dapat memegangnya dengan tenang.
Tak lama kemudian cawanpun penuh arak. Poan-hong-poh tertawa dingin, menghentikan saluran arak dan berseru:
"Ah, mengapa - "Ah, mengapa saudara begitu banyak peradatan?" serunya. - - Dengan ucapan itu, dapatlah Poan-hong-poh menumpas kebanggaan Toho. Karena baru setelah menggunakan kedua tangannya. Toho dapat mencekal cawan arak dengah kokoh. - Toho lhama segera meneguk habis cawan besar itu kemudian berseru :
"Akupun hendak balas menghaturkan arak
" Poan-hong-poh tak kuatir karena cawannya kecil. Walaupun Toho memiliki tenaga dalam yang dahsyat, pun tentu masih dapat ia bertahan. . -. Memang Toho tak sempat memikirkan hal itu. Serta menyambar poci arak ia terus hendak meluncurkan arak tetapi Cong Tik cepat mencegah nya: "Harap tunggu dulu, thay susiok !" "Ada apa ?" seru lhama itu dengan gusar. Dengan tenang Cong Tik segera menyambar cawan besar tadi. serunya :"Sungguh suatu kehormatan besar Poan-hong-poh dapat hadir untuk melayani para tetamu sendiri para tetamu sendiri. Selayaknya, baik tuan rumah maupun tetamu, sama menggunakan cawan besar. Aku yang rendah memang tak berguna tetapi bersama ini ingin kuhaturkan cawan besar ini kepada Poan-bong-poh !" Saat itu Toho baru menyadari maksud Cong
Tik. Diam2 ia gembira sekali. Saat itu Cong Tikpun berbangkit dan, dengan sepasang tangan ia menghaturkan cawan besar itu kepada Poan-hong-pohi dan menghampiri ke tempat nenek itu." Poan-hong-poh geram sekali. Betapa ingin se kali remas ia dapat menghancurkan tubuh pemuda | itu. Tetapi sebagai tuan rumah dan di hadapan sekian banyak tokoh2, sudah tentu ia tak mau dianggap sebagai seorang cianpwe yang menindas seorang anakmuda. - - , - - ' Memang hal itu,sudah diperhitungkan Cong Tik. Dengan hormat. ia meletakkan cawan besar di hadapan Poan-hong-poh, ujarnya : "Harap Poan cianpwe suka menerima persembahahku ini." Habis berkata dengan tenang ia segera meng undurkan diri. Poan-hong-poh deliki mata : tak dapat berbuat apa". * - - -Setelah Cong Tik kembali ke tempat duduknya. Toho tertawa gelak2. Plak, sekali menepak poci maka arakpun segera meluncur kearah cawan Poan hong-poh. ketika meluncur di udara curahan arak itu menimbulkan suara yang mendesir tajam.
Toho menepuk poci berulang kali dan arakpun tak putus2nya meluncur seperti anakpanah. Walaupun perbawanya kalah dengan pancaran arak dari Poan-hong-poh yang menderu seperti gelombang laut. tetapi dahsyatnya tak kalah dengan Po- an-hong-poh. Pada saat Toho menepuk yang ketujuh kalinya terpaksa Poan-hong-poh menggunakan kedua tangannya untuk memegang cawan. - - "Ah, mengapa cujin juga banyak peradatan" Toho balas tertawa mengejek. Poan-hong-poh tak dapat menjawab. Seperti yang terjadi di tepi pantai maka keduanya serie atau sama tak ada yang kalah . . Tetapi rupanya Toho masih belum puas. Memandang kearah Lim Sam Kho ia berkata kepada Cong Tik : "Cong Tik, haturkanlah Cawan besar ' itu kehadapan Lim Sam Kho. aku juga hendak. menghaturkan arak kepadanya" : - Cong Tik tak berani membantah. Ia segera mengambil cawan dari hadapan Poan-hong-poh Ia : dibawanya ke tempat Lim Sam 'Kho. - Rupanya Lim Sam Kho memang sudah menduga bahwa tindakannya tadi tentu akan menerima
balasan dari Toho. Maka ia hanya tertawa hambar saja. - Ketika lewat di sisi Cin Hong Ing. Cong Tik melirik dan dilihatnya. sepasang mata yang indah dari nona itu juga tengah memandang kepadanya. Keduanya beradu pandang dan tertawa. Diam2 Cong tik girang.-Apabila Tanghong - Leng sudah berhasil mendapat pedang Ki-bun-kiam tentulah ia dapat mencari ketera
ngan dari mulut nona itu.
Setelah menyambuti cawan maka Lim Sam Khopun menimang bahwa kepandaiannya tentu seimbang dengan Toho maupun Poan-hong-poh. Daripada pertama memegang dengan sebelah tangan baru kemudian, setelah tak kuat, menggunakan dua tangan, mengapa-sekali gus ia tak memegang saja dengan kedua tangannya. Bukankah dengan demikian ia tak usah menderita malu "
Begitulah ia terus hendak gunakan kedua tangan untuk memegang cawan. Tetapi sekonyong konyong ia rasakan ujung lengan jubahnya digamit orang. Ketika berpaling ternyata seorang rahib tua : yang sejak tadi dnduk disebelahnya. : - Lim Sam Kho belum kenal siapa rahib tua itu. Tetapi menilik sinar matanya yang berkilat tajam, ia mendapat kesan tentulah rahib itu bukan orang biasa. Sejak masuk ke perjamuan, rahib itupun. tak pernah mengucap sepatah kata, mengapa sekarang tiba2 menggamit ujung bajunya"
Waktu Lim Sam Kho hendak bertanya, rahib tua itu sudah mendahului berkata dengan berbisik :
"Peganglah cawan itu dengan dua ujung jari tanganmu, aku-nanti yang membantu untuk menghisap tenaga lhama itu !"
Lim Sam Kbo bersangsi tetapi saat itu Tohopun sudah mulai menepuk poci dan se-alir arak segera meluncur seperti anak-panah. Lim Sam Kho merasa bahwa sorot mata rahib tua itu mengandung perbawa yang sukar dibantah. Terpaksa ia menurut, Segera ia menarik kembali tangan kirinya lalu mencekal cawan itu dengan jari telunjuk dan jari tengah dari tangan kanannya. - - Sekalian tetamu yang menyaksikan pertandingan adu tenaga-dalam, sama mencuratkan perhatiannya. Mereka terkejut s?kali ketika melihat Lim Sam Kho hanya menjepit cawan dengan dua buah jari tangannya. - - .
- Tohopun terbeliak kaget. Diam2 ia menimang - adakah tenaga-dalam dari Lim Sam Kho lebih hebat dari Poan-bong-poh dan dirinya"
- Tetapi saat itu saluran arak sudah mencurah kedalam cawan. Pada saat Liun San Kho sudah : kebat kebit hatinya karena merasa tentu tak kuat, tiba2 dengan santai rahib tua itu mengambil sebuah sendok, diangkat naik beberapa inci. Jika tidak memperhatikan sendiri tentulah Lim Sam Kho takkan tahu gerak-gerik rahib tua itu. - Seketika Lim Sam Kho merasa bahwa arak yang menumpah kedalan cawannya itu, tidak mengandung tenaga - dalam yang kuat, muka dapatlah ia memegang terus cawan itu dengan kedua jarinya. Jelas hal itu disebabkan dari gerakan sendok rahib tua yang akibatnya
-dapat menghapus tenaga dalam yang terpancar pada saluran arak. Ilmu kepandaian semacam itu sungguh bukan olah hebatnya.
Dalam kalangan kaum agama, tokoh yang
memiliki kepandaian sesakti itu dapat dihitung jumlahnya. Salah seorang, adalah Tay To hweshio : dari biara Butto. Jika dalam kalangan rahib, seharusnya rahib It Jim yang telah berjerih payah melatih salah sebuah dari tiga jenis ilmn tenaga dalam yang.sakti. Tetapi rahib It Jim sin-ni, itu sudah dua puluh tahun yang lalu menutup, mata.
Kemudian ia teringat akan seorang pertapa di gunung Ke-kong-san yalah Siau
"Yau cinjin. Tetapi kabarnya pertapa Siau Yau itu setahun yang lalu telah dicelakai sampai tewas oleh Toho.
walaupun lim sam Kho luas pengalamannya tetapi ia tak mampu juga untuk menduga siapakah gerangan rahib tua itu.
Sampai menepuk delapan sembilan kali, sehingga yang dijepit jari Lim Sam Kho itu penuh, tetap rahib tua itu menggerak-gerakkan sendok untuk menghapus tenaga-dalam Toho. Oleh karena itu dapatlah Lim Sam Kho bertahan sampai selesai. - Setelah cawan penuh arak, wajah Tohopun , menampilkan kesangsian. Gok Co thauto dan
rombongan jago aliran hitam, juga tak habis herannya. Mereka jelas tak melihat barang seorang l
agi kecuali Lim Sam Kho seorang. Mereka mengetahui gerak gerik rahib tua yang memain-mainkan sendok. Mereka kira bahwa Lim Sam Kho memang memiliki tenaga-dalaui yang bukan kepalang hebatnya. - - - - Sambil mengangkat cawan arak, Lim Sam. Kho berseru:
"terima kasih, terima kasih !" - Sekali teguk ia menghabiskan arak itu dan meletakkan cawan lagi. Toho benar2 kehilanggan muka dan terpaksa duduk dengan wajah merah padam. .
" - Tiba2 Cong. Tik bertanya dengan bisik" :
"Thay-susiok, jelas Lim Sanu Kho itu hendak mem bantu Poan-bong-poh, mengapa thay-susiok membe ri keringanan kepadanya."
- Toho terlongong-longong lalu menyabut:
"Aku sudah gunakan tenaga penuh tetapi entah bagaima ' na wanita itu dapat memiliki tenaga yang begitu hebat !". - Cong Tik menimang2 Walaupun Lim Sam. Kho mempunyai nama di dunia persilatan tetapi masih kalah cemerlang dengan Poan-hong-poh. Tetapi mengapa wanita itu telah mengunjukkan ilmu kepandaian, yang seb?bat itu " Ah, sampai lama belum juga Cong Tik dapat memecahkan hal itu. Ia makin gelisah. Dia bukan, mencemaskan kekalahan Toho melainkan cemas kalau tak berhasil merebut pedang Ki-bun-kiam dan kitab ilmu pedang Ki-bun-kiam-hwat. Setalah peristiwa saling menghaturkan arak. itu selesai, tiada orang yang berani cari perkara baru lagi. Tak berapa lama rembulan pun muncul : ke tengah angkasa sehingga lapangan perjamuan itu : makin terang benderang. | - Saat itu setiap orang sudah mulai mabuk. Demikianpun Su Ciau. Karena hatinya kesal, ia minum sampai mabuk untuk menghilangkan kekecewaan batinya. Saat itu ia sudah tujuh bagian mabuk, memandang kian kemari ia tak-melibat bayangan Ui Hong Ing. Tanpa terasa ia menghela napas panjang. - - |
Tujuh orang yang duduk semeja dengan dia, adalah jago pengantar barang dari Kwitung. Ia tak mengerti bahasa mereka. Maka ia memutuskan untuk angkat kaki saja. Begitu ia berbangkit dan berputar tubuh, pedangnya telah membentur salah : seorang yang duduk disebelahnya, seorang piausu :
atau tukang mengantar barang.
-. Rupanya karena melihat Su Ciau itu seorang pemuda yang lemah seperti seorang anak sekolah : maka piausu itu lalu menyambar pedang Su Clau . dan memaki : "Sahabat. apakah engkau hendak menantang berkelahi" Mengapa tidak mau membuka mata lebar2 ?" - Kalau hanya memaki itu masih mending sebab. setelah memaki ia terus menyambar tangkai pedang dan sring.... ia mencabutnya hingga pedang sampai terangkat setengah bagian. : ... . . . Sebenarnya setelah dapat mencebut seluruh "pedang, ia terus hendak mematahkannya agar seka lian tetamu terkejut dan memuji kepandaiannya. Tetapi demi melihat pedang itu sebuah pedang pusaka seketika timbullah nafsu ingin memilikinya. Maka ia terus hendak melanjutkan mencabut pedang itu keluar. : '
, Tetapi Su Ciau. pemuda yang dikira seorang anak sekolahan yang lemah, ternyata tak membiarkan orang bertindak sekehendaknya. sendiri. Cepattangan kanan Su Ciau menerkam telapak tangan orang itu-dan berkata pelahan:
"Sahabat.. lepaskan tanganmu, jangan membuat onar dalam perjamuan . ini !" '. orang itu terkejut sekali ketika merasakan tekanan tangan Su Ciau : mengandung tenaga yang luar biasa kuatnya. Tangannya:serasa ditindih oleh sekeping besi.. Buru piausu itu lepaskan tangannya. , Su Ciaupun tak mau mempersulit dan biarkan piausu itu menarik pulang-tangannya. - : . .Tetapi rupanya piausu itu tak-tahu diri. Selekas loncat keluar dari tempat:perjamuan, ia terus mencabut senjatanya, sebatang sam-ciat-kun atau
tongkat-tiga ruas. , "Perjamuan takkan meriah tanpa suatu pertunjukan. Sukalah sahab
at ber-main barang beberapa jurus dengan aku dan mohon para ko-jiu yang hadir suka memberi petunjuk !" serunya nyaring.
- Sekali mengebas maka sam-ciat-kun itupun menegak lurus seperti sebatang tombak pendek terus digerakkan menusuk dada Su Ciau. Jago silat yang hadir dalam perjamuan itu dan yang ahli dalam ilmu permainan tongkat samciat-kun cepat dapat mengetahui bahwa piausu itu telah memulai serangannya denganjurus yang berat yalah jurus yang disebut Thian-te-ci-gou atau Tangga-langit-menunjuk-mulut. Salah sebuah jurus perenggut nyawa dari ilmu permainan sam-ciat-kun. Sekalian jago itu terkejut.
Tetapi begitu ujung tongkat sam-ciat-kun hampir tiba di dadanya, Su Ciau bahkan hendak menyambar dan orangnyapun serentak berbangkit. Su dah tentu piausu itu bukan tandingannya. Begitu sam-ciat-kun tercekal Su Ciau, piausu itu meronta2 sekuat tenaga untuk menarik tongkatnya tetapi sia2 Seketika wajahnya merah padam.
Saat itu pikiran.Su Ciau setengahnya dipengaruhi arak. Jika ia melepaskan begitu saja, dikuatirkan, piausu itu tetap, akan cari perkara Maka lebih baik ia memb?rinya sedikit hajaran, agar tahu rasa Begitu tangannya ditarik dan dijulurkan, segelombang arus tenaga besar telah melanda dan piausu itu pun t?rgempur kuda kakinya. Ia ter-huyung ke belakang saqpai tujuh delapan langkah, terus jatuh terduduk di tanah. - , sekalian 'tetamu tertawa gelak2. Sebelumnya piausu sudah buka suara, besar hendak mempertunjukkan kep?ndaian yang hebat supaya perjamuan lebih meriah. Tetapi baru sekali gebrak saja ternyata ia sudah rubuh. Keenam orang yang duduk semeja dengan piausu itu, karena melihat kawannya menderita malu, serempak menggerung marah dan berdiri. Su Ciau menyurut mundur selangkah. Ia ber-siap karena tahu bahwa perkelahian sukar dihindari lagi.
Se-konyong terdengar suitan panjang dan Cong Tikpun berdiri berseru nyaring: "Sahabat orang she Tan ini, adalah putera dari Pat-pi-kim-kong di Holam. Murid dari paderi Tay To biara Butto. Dan yang dibawanya adalah pedang pusaka. Thian liong-kiam serta menguasai ilmu pedang Thian-liong-kiam-hwat yang termasyhur Selagi bulan memancar gilang gemilang, untuk memeriahkan perjamuan ini, aku bersedia dengan sepasang tangan, akan menemani sahabat Tan untuk ber-main2, barang beberapa jurus. Harap sahabat Tan tak memandang rendah diriku dan suka meluluskan permintaanku !" . i - Mendengar siapa diri Su Ciau, sekalian tetamu terbeliak dan saling bertukar pandang. Terutama ketika mendengar Su Ciau membawa pedang pusaka Thian-liong-kiam yang termasyhur. yang pernah digunakan paderi Tay To untuk membasmi Tian-lam-pal-mo atau Delapan-iblis dari Tian-lam. Tetapi perhatian para tetamu cepat mencurah kearah Cong Tik karena mendengar pemuda itu bersedia melayani Su Ciau dengan tangan kosong. Sebenarnya Su Ciau enggan berkelahi tanpa sebab. Tetapi karena ditantang dihadapan sekian banyak jago2 silat, terpaksa ia menerima.
"Jika saudara tak mau memakai senjata, mung- kin saudara.akan menyesal," serunya.
Cong Tik tertawa gelak-gelak. "Walaupun pedang Thian-liong-kiam tajam se kali dan Tay To hweshio datang sendiri, belum tentu dapat melukai aku, Mengapa didepan sekian banyak orang sahabat Tan mebuka suara besar" Apakah tidak menurunkan martabat sahabat sebagai seorang persilatan ?" serunya.
- Melihat. Cong Tik begitu congkak terhadap dirinya, tetapi sebaliknya malah menuduh dirinya, . yang sombong, Su-Ciau tak sabar, serunya:
"Pedang tak bermata, apabila salah melukai, bagaimana nanti?"
Sejak mendapat tahu rahasia pedang Ki-bunkiam, Cong Tikpun tahu bahwa pedang terbesar dari ketujuh pedang Ki-bun-kiam adalah pe
daag Thian-liong-kiam. Ketika digunung Hongsan, ia pernah mendapatkan pedang Thian-liong-kiam itu walaupun ke- mudian hilang, lagi. Dia masih memikiri pedang itu karena walaupun nanti berhasil mendapat keenam pedang, namun masih kurang satu. :
Waktu piausu tadi menyerukan tentang pedang
Thian-liong-kiam, Cong Tik terkejut dan girang. Baru-ia memutar otak cari pikiran bagaimana akan merebut pedang itu, Su Ciaupun sudah merubuhkan piausu itu. Kesempatan -itu tak disia-siakannya. : Dia segera berbangkit dan mengeluarkan tantangan kepada Su Ciau. Sengaja ia mengatakan akan melawan dengan tangan kosong dengan tujuan tak lain untuk merebut. pedang itu dari tangan Su . Ciau. - - - - "Dibawah kesaksian sekian banyak tokoh2 persilatan. jika sahabat Tau dapat melukai aku, matipun aku merasa ikhlas. Apabila aku dapat merebut pedang, pedang itupun harus berganti pemilik. Apakah sahabat Tan berani " . .
" . . Cong Tik tak mau bertanya setuju atau tidak,
melainkan berani atau tidak. Dengan kata itu ia
makin mendesak Su Ciau ke pojok.
Oleh karena Su Ciau itu berhati polos, dia tak sempat meneliti maksud kata Cong Tik. Ia hanya menduga bahwa Cong Tik tentu memiliki ilmu , Gongjiu-pek-jim-hway atau Tangan-kosong me
rebut - senjata yang lihay. Diam2 ia minimang2.
Betapapun halnya, ia tentu takkan sampai kehilangan pedang itu. Maka dengan gembira ia menerima tantangan itu, - Cong Tik girang sekali, Serentak ia melangkah maju ke muka. Dimuka tempat perjamuan itu telah didirikan sebuah Panggung untuk keperluan adu kesaktian dari Poan-hong-poh dan'Toho. Begitu tiba dimuka, Cong Tikpun segera enjot tubuh ke atas panggung berputar tubuh dan memberi hormat:
"Sahabat Tan, silahkan naik kemari untuk memberi pelajaran !" - - su Ciau tak mau unjuk kelemahan. Diapun segera melayang keatas panggung. Kini diatas panggung berhadapan dua orang pemuda yang sebaya , umurnya dengan pertarungan yang hebat. Terluka atau kehilangan pedang pusaka Thian-liong-kiam. Pertandingan itu menarik perhatian sekalian tetamu. . . - Cin Hong Ing kini dapat melihat jelas kedua pemuda itu. Cong Tik tampan dari gagah,su Ciau ketolol-tololan. Dalam pandangan Cin : ng Ing Su Ciau itu seperti orang-orangan saja : Ia mengharap Cong Tik dapat merebut Thian- : liong-kiam. Kemudian beberapa hari ia akan mencari Sam Hoa niocu, ibu Su Ciau kutuk membuat perhitungan. '.
* - - Selekas berada dipanggung. Su Ciaupun segera mencabut Thian-liong-kiam. Seberkas sinar bianglala segera memancar, ujung jubah seperti lidah ular yang menjulur
sebuah senjata pusaka yang hebat. Dan Cong Tikpun segera mengisar langkah maju, dua buah jari tangannya segara menjulur untuk menusuk mata Su Ciau.
Su Ciau mundur selangkah lalu memapaskan pedangnya. Seketika berhamburan kuntum bunga sinar pedang berwarna kuning. Cong Tik terpaksa harus mundur sampai tiga langkah. " :
Dalam sekali gebrak itu saja cukup sudah menunjukkan bahwa Cong Tik tak mungkin mampu merebut pedang dengan tangan kosong. Sebenarnya Cong Tik tahu akan hal itu. Tetapi karena kali. ini ia datang dengan paman kakek gurunya, Toho, sebelumnya ia sudah mempunyai persiapan. Agar dapat memenangkan pertandingan, maka Toho mau membawa Cong Tik menuju ke Secong (Tibet) ketempat kediaman Kin-kiu-hong, seorang teman baik Toho. Karena melihat Cong Tik seorang pemuda yang gagah. Kiu-kiu-hong mau juga melu , luskan permintaan sahabatnya, untuk memberi pelajaran pada Cong Tik sebuah ilmu yang disebut Bu- : atau Alu-sakti-tanpa-bayangan. ilmu itu tak pernah diberikan kepada lain orang kecuali Cong Tik. Itulah sebabnya maka Cong Tik berani menantang Siu Ciau. Ia hendak mengandalkan kesaktian dari ilmu, itu. - setelah depat mengundurkan Cong Tik, Su
Ciaupun tegakkan pedang dan lanjutkan menusuk dada orang. Kembali Cong Tik mundur tiga lang kah lagi. Saat itu dia sudah mundur sampai di tepi panggung. Jika mundur lagi tentu akan jatuh ke bawah. - Melihat Cong Tik itu hanya bermulut besar tetapi kepandaiannya hanya begitu saja, diam Su Ciau memandang rendah kepadanya. Ia hendak menyelesaikan pertandingan itu dengan menendang Cong Tik supaya jatuh ke bawah panggung. Maju ke langkah tiong-kiong lalu ke langkah hong-bun, ia terus menusuk lagi. : Tiga kali tusukan itu sebenarnya masih terma suk dalam sebuah jurus ilmu pedang ajaran Tay To hweshio yang disebut Sam-yau-liong-bun (tiga loncatan-pintu-naga). Gerakan tusukan yang ketiga itu, cepat sekali.
' Melihat belakang tiada jalan dan kanan kiri telah dipagari sinar pedang. Cong Tik masih tak mau menggunakan ilmu Alu tanpa-suara. Ia kuatir Su Ciau akan cepat menderita kekalahan sehingga menimbulkaa kecurigaan orang. Dalam keadaan terdesak ia segera gunakan jurus Thiat-pian-kio atau Jembatan-besi-gantung. Tubuhnya melengkung ke belakang, kedua kaki masih tetap tegak ditempat semula.
Tusukannya luput dengan tangkas Su Ciau segera menyelinap kebelakang dan menyapu kaki. Cong Tik. Ietapi dengan gaya yang indah sekali, Cong Tik dapat melenting keudara lalu melayang turun ke lantai.
Diam2 Su Ciau terkejut lalu berseru memuji:
"Sungguh lincah sekali !"
"Ah, sahabat Tan terlalu memuji," sahut Cong Tik.
Kaki Su Ciau yang hendak menyapu itu tiba2 berhenti, Kesempatan itu digunakan Cong Tik untuk balas mengait kaki Su Ciau. Sudah tentu . Su Ciau tak mudah terperangkap. Cepat ia melambung ke udara seraya memutar Thian-liong-kiam.
Berkata ilmu kelincahannya, dapatlah Cong Tik mengajak Su Ciau berputar-putar. Sepintas tampak kekuatan kedua anak muda itu berimbang. Tetapi Su Ciau lebih untung karena membawa sebatang pedang pusaka. Setelah mencapai tigapuluh jurus, Cong Tik mulai sibuk. Berulang kali hampir saja ia tertusuk pedang. Bahkan sebelah lengan bajunya telah terpapas kutung.
Sekalian tetamu yang berada dibawah panggung tak henti-hentinya meneriakkan pujian.
Merasa bahwa dirinya tentu menang, karena tak sampai hati melukai orang, maka dengan suara pelahan Su Ciau segera berkata:
"Mengapa saudara tak mau turun kebawah panggung saja" Aku tentu takkan melukaimu !"
Melihat Su Ciau bicara, tiba 'timbul akal
licik dalam benak Cong Tik, sahutnya: "Terima.
-kasih, apakah sahabat Tan masih ingat aku ?" . . "Apakah saudara bukan yang menjual kuda kurus tahun yang lalu ?" tanya Su Ciau setengah meragu. .
"Benar," kata Cong Tik. . . - Mereka bicara pelahan sekali sehingga orang : tak dapat mendengar. Pada saat Su Ciau lengah : karena bicara itu se-konyong2 Cong Tik menampar pedangnya. Su Ciau cepat hendak menyerang lagi tetapi kembali Cong Tik berkata : :
"Sebenarnya kuda itu berasal dari nona Hong Ing. Tahukah engkau mengapa calon isterimu itu : mencuri kuda ?" . . . . . . . . . . Karena memang tak begitu jelas, Su Ciaupun bertanya :
"Mengapa " Apakah engkau tahu ?" . Tahu Su Ciau sudah mulai masuk perangkap diam2 Cong Tik girang. Dalam sebuah gerakan men jamah dada, tahu2 ia sudah mencabut sebatang senjata rahasia Bu-im-sin-ngo, kemudian berkata :
"Hong Ing itu adalah puteri dari pendekar Ularemas Hoa Ceng dan Ular-emas Hoa Ceng telah
binasa di tangan, Pat-pi-kim-kong.- Su Ciau terkejut sekali, serunya : "Sudah ber tahun ayah menghilang, mamah me
ngira ayah tentu meninggal. Bagaimana mungkin ayah telah mem bunuh paman Hoa ?" - Cong Tik tertawa dingin :
"Kalau tak percaya, terserah saja. Akan kuperlihatkan . kepadamu sebuah benda, apakah engkau dapat mengenalinya?" : - Mendengar Hoa Ceng dibunuh ayahnya, Su- Ciaupun gelisah. Lama: kelamaan, Hong Ing tentu akan mengetahui peristiwa itu dan bagaimanakah :
ia harus mempertangkung jawabkan " :
- - - - "Benda apa": buru2 ia ingin melihati apa : yang hendak diperlihatkan Cong Tik. Ia menurunkan pedang agar Cong Tik dapat menyodorkan : benda itu. : , :
. Begitu tangan Cong Tik menjulur. Su Ciau : pun segera dapat melihat. bahwa tangan Cong Tik
menggenggam sebatang. Coh-bay-ting atan paku- biji-buah-angco., : : ... . . , Su Ciau terkojut dan menyurut mundur
langkah, serunya: "Dari ... mana engkau memperroleh cob-hay-ting itu ?" .
.:. . Cong Tik tertawa dingin: :Dari mayat Ular Saat itu Su Ciau makin bingung sehingga gerakan pedangnya tak menyerupai jurus ilmu pedang lagi. Beratus-ratus tamu yang melihat perobahan itu merasa heran. Ada beberapa tokoh yang . bersahabat baik dengan Tay To hwesiu mencemas kan diri Su Ciau. Tiada: seorangpun yang tahu akan siasat mengacau pikiran yang di lancarkan :
Cong Tik. Setelah merasa saatnya sudah tiba, tiba2 : cong Tik tertawa, serunya: "Serahkan pedang itu kemari !"-melangkah maju, tangan kanan diangkat dan sebuah hantaman dilepaskan tetapi setengah jalan, tiga buah jari yang menggenggam senjata rahasia Bu-im-sin-ngopun serempak ditebarkan Su Ciau.
Melihat Cong Tik lancarkan serangan, Su Ciaupun segera menusuk. Cret .... ujung pedang Thian-liong kiam menyusup kebawah ketiak, melukai lambung Cong Tik." . Yang disebut Bu-im-sin-ngo itu adalah sebuah. senjata rahasia beruntuk alu atau jarum yang lembut, dilibat dengan benang sutera yang halus. Walaupun pedang Thian-liong-kiam dapat m?mapas benang sutera itu tetapi masih ada seutas benang. yang mengenai lengan Su Ciau. Seketika Su Ciau, rasakan lengannya kesemutan. Ia terkejut dan cepat tangan kirinya hendak mengambil alih pedang.
'. Luka pada lambungnya itu cukup membuat Cong Tik meringis, namun dengan tahan rasa sakit ia segera mengirim tendangan ke dada lawan serempak dengan-tangan kanannya menutuk jalan darah - Jin-tiong-hiat dibawah hidung lawan. Serangan. Cong Tik itu, lebih cepat dari gerakan tangan kiri Su Ciau yang hendak mengambil alih pedang ditangan kanannya. Maka terpaksa ia kerahkan tenaga untuk mempertahankan : pedangnya. Tetapi karena lengan kanannya :
terkena senjata rahasia, hendak menyongsongkan pedang pada kaki lawan, sudah tak mampu lagi .Jalan darahnya tertutup dan tenaganyapun lunglai. T?ndangan dan tusukan jari Cong Tik itu se benarnya hanya suatu ancaman kosong. Tiba2 Cong Tik merobah gerak kakinya untuk menendang lengan kanan Su Ciau sehingga pedang Thian-liong kiam mencelat ke udara. Sekali loncat, Cong Tik. dapat menyambar pedang pusaka itu lalu berjumpalitan turun. Sambil mencekal pedang ia tertawa gembira. - "Sahabat Tan, maaf, pedang itu milik suhumu, bagaimana kalau kuserahkan kembali kepadamu ?" serunya dengan kata yang licin. ia tahu Su Ciau itu seorang pemuda jujur, tak mungkin mau menerimanya. - -. - - Su Ciau teringat k?tika ia mengantar Hong Ing pulang ke guha Siau-yau-tong. ia telah menerima pesan dari gurunya, Tay To hweshio :
"Pedang masih, yang empunyapun masih. Pedang musna, yang empunyapun binasa." "Mendengar tawaran Cong Tik, ia terus hendak menerima pedang itu. Tetapi pada lain saat ia teringat janjinya. Di hadapan sekian banyak tokoh persilatan, bagaimana ia mempunyai muka untuk m
enelan kembali ludahnya "
"Tidak bisa " akhirnya ia berseru, "aku sen diri yang salah karena kepandaianku masih
rendah. Perjanjian tadi tetap berlaku !" - - Melihat lengan kanannya, ia tak melihat tanda luka tetapi dari siku lengan sampai ke tangan ia rasakan lunglai tak bertenaga lagi. Ia tahu bahwa Cong Tik telah melukainya secara diam2 tetapi sukar untuk membuktikannya. Su Ciau hanya dapat menghela napas dan terus hendak loncat turun dari panggung. : . . * . "Terima kasih, karena sahabat Tan rela menyerahkan pedang ini, akupun menurut saja," seru Cong Tik dengan gembira. . Ketika kedua pemuda itu, hendak loncat kebawah panggung, tiba dari arah tempat tetamu, sesosok tubuh telah melambung keatas panggung Selagi masih melayang, orang itu berseru:
"Hai, kalian berdua, tunggu dulu !" , - Ketiga tegak dilantai panggung ternyata pendatang itu seorang nona muda. Su Ciau dan Cong Tik terkejut. Serempak keduanya memandang keba wah panggung. Tampak Cin. Hong Ing masih duduk bersama Lim Sam Kho. Dengan begitu nona yang berada dipanggung itu tentulah Ui Hong Ing.
- "Nona hendak bicara apa?" cepat. Cong Tik. menegur karena kuatir terjadi suatu perobahan.
"Tadi kalian telah melakukan pertunjukan adu kepandaian yang menggembirakan hati sekalian tetamu. Sekarang akupun hendak mengajakmu bertanding pukulan tangan kosong barang beberapa jurus saja. Beranikah engkau menerimanya?" : Ui Hong sengaja mengulang kata Cong Tik yang diucapkan dikala menantang Su Ciau tadi. Suatu tantangan yang tak mungkin ditolak. Beda dengan su Ciau yang jujur, Cong Tik memang licik dan pintar. Melihat, wajah Ui Hong Ing mengulum senyum seolah seperti merasa pasti akan.menang, diam2 Cong Tik, meragu. Pikirnya, seorang lelaki harus pandai melihat gelagat. Setelah - dengan kecerdikan ia mendapatkan pedang pusaka ..Thian-liong-kiam itu, ia harus menjaganya dengan hati2. Karena pedang itu mempunyai kegunaan yang besar sekali. Jika sampai direbut oleh Hong Ing, tentu runyam akibatnya. Lebih baik kali ini ia tebalkan muka, menolak tantangan daripada harus mengambil resiko kehilangan pedang itu lagi.
"Ah,.aku tak berani menyambut tantangan : nona, sukalah nona meluluskan aku turun panggung," katanya seraya. menyurut mundur selangkah. -, - . : , Naiknya Hong Ing keatas panggung itu karena mendapat petunjuk dari seorang sakti. Ia tak menyangka sama sekali bahwa Cong Tik akan me nolak tantangannya. Juga orang sakti yang menganjurkan Hong Ing itu, pun tak menduga, Ui Hong Ing terbeliak dan tak tahu bagaimana harus bertindak. - - Mengapa secara tiba2 Ui Hong Ing muncul di tempat perjamuan" Ternyata setelah melarikan
diri dari guha karena kuatir dikejar musuh yang lihay, ia terus loncat kedalam telaga. Memang permukaan telaga itu tampak tenang airnya tetapi dasarnya sangat deras sekali. Dengan susah payah barulah Hong Ing, dapat menghindatkan diri supaya tidak sampai ditelan , arus deras dalam dasar telaga itu. Tetapi ia tetap tak mau melambung ke permukaan telaga. Terpaksa dia tahan napas dan setelah merasa kakinya menginjak tempat yang keras, barulah ia membuka mata. Kini ia mendapatkah dirinya berada disebuah aliran yang tenang airnya berada disebuah aliran yang tenang airnya. Ia beran jaga. - : Setelah berjalan beberapa langkah ditempat itu, ia dapatkah bahwa dasar telaga itu terdiri dari tumpukan batu sebesar telur itik.
Beberapa saat kemudian setelah memperhitungkan bahwa orang di atas tentu sudah pergi, barulah ia akan meluncur keatas. Tiba2 ia melihat disebelah muka seperti ada benda yang bergerak. sehingga airpun ikut beriak. . ' Didalam air memang sukar untuk melihat sesuatu. Teta
pi benda itu bergerak cepat, dalam beberapa kejab sudah dekat ditempatnya. : Astaga, kini baru Hong Ing dapat melihat jelas bahwa yang datang itu juga seorang manusia yang bertubuh tinggi besar. Dia dapat berjalan seenaknya saja di dasar telaga. . - - Ah, diam2 Hong Ing menghela napas. Dasar telaga yang dikiranya sebuah tempat yang tenang ternyata juga ternyata seorang nuanusia. Entah orang itu kawan atau lawan, tetapi Hong Ing sudah cemas dulu karena dia tak mampu berenang. Dia hanya mengandalkan ilmu Cian-kin-tui atau Tindihan-seribu-bata, untuk menyelam dan menggunakan ilmu bernapasan untuk menutup pernapasan. Dengan begitu barulah ia dapat berdiri tegak.
Tetapi pendatang itu berjalan. dia tampak
sambil menggendong tangan, tentulah memiliki ilmu
berenang yang tinggi. Hai, tampaknya orang tersenyum kepadanya. Buru2 Hong Ing hendak meluncur keatas tetapi baru setombak tingginya orang itu sudah mengejar.
Hong Ing terkejut. Ia terus gerakkan tangan nya memukul kebawah. Airpun berombak menimbulkan gelombung buih yang banyak. Tetapi celaka, ketika ia hendak mengangkat tangannya, ternyata terasa berat sekali. Dan ketika siku lengannya terasa mengencang, ia tahu kalau dirinya telah ditangkap orang itu, Terpaksa ia menurut saja untuk.menyelam kebawah lagi
Saat itu Hong Ing sudah dikuasai orang. Kalau orang itu Gok Cotbauto, ia masih dapat mengatasi. Ah, mudah-mudahan begitu. Ia tenang kembali. Tetapi ketika memandang orang itu, karena lupa berada dalam air, ia menj? rit kaget, haup . . mulut segera meneguk air. Buru2 ia tenangkan diri lagi. Ternyata orang itu bukan lain adalah si raja binatang atau Leng-kiam-ki
hiap Siang Bong. ..." - . Melihat. Siang Bong, segera Hong Ing menarik kesimpulan bahwa jejaknya tadi. secara diam2 telah diikuti orang itu. Memang ketika ia lari dike jar orang dari dalam guha tadi, ia melihat sesosok bayangan yang menghilang dengan cepat sekali sehingga tak dapat diketahuinya siapa. Dengan demikian jelas bahwa Siang Bong itu memang sakti sekali, .
" - - -

Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diam2 Hong Ingpun gembira. Hampir saja ia hendak b?rteriak-tetapi ketika mengangakan mulut. ia harus meneguk air lagi. Terpaksa ia gunakan tangan untuk membuat gerak isyarat. Siang Bong memandang dari dengan sebelah tangannya ia menahan lengan Hong Ing lalu meloncat. Hong Ing rasakan telinganya tersibak air. pada lain kejab, tubuhnya terasa ringan dan tahu2 dirinya sudah tiba di mulut guha.' - setelah loncat ke daratan dan mengibas-kibas kan air yang m?mbasahi pakaiannya, Hong Ing ber
seru : "Siang tayhiap, engkau, juga berada disini.
Sungguh kebetulan sekali, apakah engkau tahu akan rencana,dari Gok Co thauco ?"
. Siang Bong kerutkan dahi dan mendengus : '. "Hm, kalau aku berada disini itu tak mengherankan. Tetapi kusuruh engkau menunggu aku di gunung mengapa engkau juga datang kemari " Melanggar perintahku, sungguh besar sekali nyalimu !" Hong Ing tertegun. Diam2 ia teringat kalau tak mematuhi perintah tokoh itu. Tetapi sebenarnya ia pergi karena tak sengaja telah bertemu dengan Su Ciau. Dalam keadaan seperti waktu itu ter. paksa ia tinggalkan gunung dan menemani Su Ciau : Hong Ing tundukkan kepala, diam saja,
"Engkau dan aku mem?ng tak terikat hubungan murid dan guru, tetapi engkau pernah belajar ilmu padaku. Dengan tingkahmu tak mau mematuhi pesan orang yang telah memberi pelajaran kepadamu itu, sungguh tak dapat dimaafkan". . - .: Mendengar nada ucapan Siang Bong begitu keras, diam2 Hong Ing mencuri pandang melihatnya. Tampak sepasang mata Siang Bong berkilat-ki lat memancarkan api, mengerikan sekali. Hong Ing makin ketakutan. Tetapi ia teringat bahwa tadi sewaktu di da
sar telaga, jelas ia melihat: Siang Bong tersenyum kepadanya, ia heran mengapa saat itu tiba2 Siang Bong marah kepadanya.
Hong Ing. tahu bahwa orang sakti macam Siang Bong tentu melakukan apa yang telah diucapkan. Tapipun orang semacam itu tentu mempunyai pertimbangan yang bijaksana. Akhirnya ia memutuskan akan menceritakan semua yang telah terjadi
mengapa ia sampai tinggalkan gunung. Siang Bong mendengarkan dengan diam. Setelah selesai baru ia menghela napas :
"Pemuda Tan itu memang jujur." . Mendengar ucapan itu segera Hong Ing menyusuli kata : Siang tayhiap, maukah engkau memaafkan aku ?" . - Tiba2 Siang Bong miringkan kepala dan berseru pelahan : Sahabat darimana yang mencuri de ngan pembicaraanku ini ?" . - - - - . Terdengar suara tertawa dan dari arah kiri segera terdengar orang berseru :
"Ah, Siang tayhiap sungguh awas dan tajam sekali pendengarannya. . Sungguh tak kecewa diagungkan sebagai pendekar sakti. Hong Ing, jika Siang tayhiap dapat memaafkan tindakanmu lari dari gunung, lalu apakah engkau juga mempunyai alasan mengapa engkau melarikan diri dari guha Siau-yau-tong?"
Hong Ing segera mengenali suara orang itu. Ya, tak salah lagi, itulah gurunya Siau Yau cinjin. Tetapi bukankah suhunya itu sudah jatuh kedalam jurang " Sesaat Hong Ing tak dapat: memecahkan soal itu dan tertegun diam. - - Dari balik gunduk batu besar yang berada di sebelah kiri, muncul seorang rahib tua. Hong Ing terkejut. Menilik suaranya mirip dengan
gurunya tetapi, mengapa mendadak gurunya menjadi seorang rahib wanita " Benar Hong Ing heran sekali. - - ," :
"Sudah lama kudengar nama yang besar dari Siau Yau cinjin dari gunung Ke-tiok-san. Sungguh beruntung sekali hari ini aku dapat bertemu. Tetapi mengapa tak mau unjuk diri yang sesungguhnya " seru Siang Bong. - - Tiba2 rahib tua itu mengusap mukanya - dan seketika tampaklah wajah yang lain. Rupanya rahib itu mengenakan kedok kulit yang halus. Seketika itu juga Hong Ing memburu maju dan berseru: "Suhu, murid mengaku salah, engkau hendak rnenjatuhkan hukuman apa saja, murid rela menerima!" Siau Yau cinjin tertawa : "Ho, rupanya karena keluyuran di dunia persilatan, pengalamanmu bertambah banyak. Di hadapan seorang kojiu. mengapa engkau masih membawa tingkah kekanakkanakan " Apakah engkau tak kuatir ditertawai Si ang tayhiap ?" - - - Mendengar nada suara gurunya tak marah, Hong Ing menyeringaikan muka setan lalu berseru: : "Siang tayhiap hanya memberi pelajaran kepadaku tak mungkin, menertawakan aku : Suhu, engkau telah terhantam jatuh kedalam jurang oleh Toho me ngapa mendadak datang kemari dan menyam?r : sebagai seorang rahib ?" Siau Yau cinjin menerangkan : -waktu jatuh
kedalam jurang, jika tak ada sebatang pohon yang merintang. tentu sudah mati. Setengah tahun kemudiun, baru aku dapat melenyapkan racun yang berada dalam tubuhku. Setelah itu baru aku naik keatas lagi. Engkau sudah tak ada: Aku segera mencari jejakmu dan Toho kemana-mana. Baru kemarin aku tiba disini
" - : " "Bagus," seru Hong - Ing,."apakah suhu tak mencari Toho?" . : * , "Itulah sebabnya aku menyaru sebagai seorang rahib begini." kata Siau Yau cinjin,
"kutahu dia memang disini hendak mengadu kepandaian dengan Poan-hong-poh," sudah tentu aku akan membuat perhitungan dengan kedua itu tetapi tunggu setelah dia selesai bertanding lawan Poan-hong-poh."
- Tiba Siau Yau cinjin berpaling kearah Siang Bong, ujarnya: "Siang tayhiap jika engkau hendak , menghukum muridku, silahkan. Anak mi memang manja dan liar sekali, harus mendapat pelajaran
" Hong In g leletkan lidah : "Suhu, engkau tidak memintakan maaf, kebalikannya malah suruh Siang tayhiap menghukum aku. Apakah kita sudah tak ada rasa sayang antara guru dau murid ?" - Sian Yau ciujin dan Siang Bong benar terkocok perutnya mendengar kata itu. Keduanya tertawa gelak2. . . . . .
" Hong Ing lalu mgnceritakan tentang persekutuan jahat dalam guha. Setelah mereka bertiga merundingkan siasat, barulah mereka tinggalkan tempat itu.. - " . . . Saat itu hari sudah menjelang petang. Dari jauh terdengar genta bertalu-talu, suatu tanda bahwa perjamuan yang diadakan Poan-hong-poh s?dah dimulai. - - . : - Sambil mengenakan kedok kulit, Siau Yau cinjin berkata :
"Aku akan berjalan dulu, kalian mcnyusul belakangan " - Setelah Siau Yau cinjin pergi, barulah Hong Ing dan Siang Bong keluar. Saat itu karena mengetahui suhu dan Siang Bong berada dipulau situ. hati Hong Ing gembira sekali Ia ingin melihat suatu peristiwa besar dalam pulau itu. "Siang tayhiap," serunya,
"bagaimana kalau kita melihat keramaian disana" Perlu apa kita harus sembunyi disini ?" - - - Siang Bong tertawa : "Tunggu dulu. Ketika hendak meninggalkan gunung, pernah aku menjanjikan hendak memberimu suatu senjata pusaka. Sekarang kutanya, engkau mau atau tidak ?" "Sudah tentu mau," seru Hong Ing. .
"Senjata itu terdiri dari tujuh batang pedang besar kecil yang amat tajam sekali. Namanya disebut Ki-bun-kiam . .." - - - - - - "Hai, kiranya Siang tayhiap sudah menemukan Ki-bun-kiam itu ?" teriak Hong Ing terkejut. Siang Bong gelengkan kepala.
- - "Belum mendapatkan" katanya.
"jangan terburu nafsu dan dengarkanlah aku bicara" "Lekas bilang, lekaslah bilang !" Hong Ing'se tengah me-rengek2. ..
Siang Bong seorang tokoh yang bijaksana. Walaupun tingkah laku Hong Ing itu kurang layak terhadap seorang cianpw?, tetapi iapun tak marah. serunya : Mendengar Toho hendak meminjam pulau Kyoto ini kepada Poan-hong-poh, segera aku merangkai dugaan bahwa tentu ada udang di balik batu. Aku segera mencari Toho. Akhirnya pada malam, itu aku diam telah datang ketempatnya. Kebetulan aku dapat mendengar dia sedang berunding dengan seorang pemuda, ternyata tujuannya untuk meminjam pulau Kyoto itu tak lain karena hendak mencari pedang Ki-bun-kiam !"
- "Ah, mungkin tidak" seru Hong Ing,
"karena Poan-hong-poh sendiri pernah menuju ke Tiong-go'an karena mendengar soal ki-bun-kiam. Jika pedang itu berada dipulau Kyoto tentu sudah diketemukan nenek tua itu." "Dengan ilmu meringankan-tubuh tinggi aku bersembunyi di samping rumahnya. Kurasa mereka , tentu, tak tahu. Apa yang m?reka berdua rundingkan, tentulah sungguh2, Pedang Ki-bun-kiam itu. sebenarnya milik Kim-coa Hoa Ceng yang di luar tahunya Pat-pi-kim-kong telah mengangkut pedang itu ke pulau Kyoto. Kemudian Hoa Ceng dan Pat
ne . . . pi-kim-kong bertempur hingga sama2 mati. di gunung Cek-bi-san ...." . : Mendengar sampai disitu, Hong Ing ternganga, kemudian bertanya:
"Jika begitu.pedang. Kibun-kiam itu milik ayahku " Ayah dan Pat-pi-kimkong sama2 mati " Siang tyahiap, bagaimana engkau tahu peristiwa itu ?" - "Anakmuda itu, yang menceritakan kepada Toho." Hong Ing tahu bahwa Siang Bong tentu tak mau bohong. Dan ia menduga babwa anakmuda itu tentulah Cong Tik. Iapun tahu bahwa pelana bertabur mutiara itu pernah jatuh ditangannya dan direbut Cong Tik. Kedelapan mutiara yang mengandung rahasia itu akhirnya jatuh di tangan Cong : Tik. - - - : Merenung hal itu ia makin merasa pasti bahwa apa yang diceritakan Siang Bong itu memang benar semua. Ia menghela napas. - - - - Siang Bong berkata: "Oleh karena pedang Kibun-kiam. itu berada di pulau ini, maka kita tentu : dapat mencarinya. Perlu apa engkau bersedih. Kulihat engkau tangkas dan lincah, mempunyai bakat untuk mengolok orang. Aku akan memberi pelajaran kepadamu ilmu merebut senjata. Nanti apabila berkelahi. engkau boleh menggunakannya." - Mendengar itu girang Hong Ing bukan kepalang. Dengan sungguh ia segera mempelajari ilmu itu. Demikian dalam, waktu singkat, Hong Ing telah bertambah sebuah ilmu kepandaian.
Celaka! memang Siang Beng tak bohong, dia memang mendengar pembicaraan Cong:Tik dengan Toho tetapi pemuda itu memang licik sekali. ia hanya menceritakan setengah bagian saja dan mengatakan bahwa pedang Ki-bun-kiam yang tersimpan di pulau Kyoto itu hanya lima batang. Tentang pedang Thian-liong-kiam yang berada ditangan Tay. "To hweshi dan pedang kecil dari ketujuh pedang Ki-bun-kiam yang berada ditangannya itu, dia tak mau menceritakan kepada Toho. .
Setengah jam kemudian setelah dapat mempelajari ilmu dengan tangan kosong merebut senjata musuh itu, Hong Ing lalu bersama Siang Bong me nuju ke lapangan perjamuan. Saat itu Cong Tik sudah bertempur dengan Su Ciau. Semua tetamu tahu bahwa pertempuran itu memakai pertaruhan pedang yang ditangan Su Ciau. ,
"Jika : pemuda she Tan itu kalah, segeralah engkau naik ke panggung dan merebut pedang itu dari tangan Cong Tik. gunakan ilmu merebut senjata yang baru saja kuajarkan tadi," kata Siang Bong. . - : . Hong ing menganggap tak mungkin Su Ciau kalah. Tetapi diluar dugaan tampak permainan Su Ciau makin lama makin kalut sehingga akhirnya pedang dapat direbut Cong Tik. Hong Ing gugup, tanpa menunggu perintah. Siang Bong lagi ia terus loncat keatas panggung dan menentang Cong Tik. Tetapi pemuda yang licin itu menolak. :
hong in tertegun memandang kearah su -Ciau-dilihatnya pemuda itu mendekap tangan kanan dengan tangan kirinya, wajahnya menyeringai kesakitan. Hong Ing menduga pemuda itu tentu terkena senjata rahasia tetapi karena tak terdapat tanda2
luka, sukar untuk dibuktikan.
Diam2 Hong Ing memutuskan, takkan melepaskan Cong Tik. : -. : - - - - - : :
"Tidak bisa." serunya;
"jika engkau mampu merebut pedang dari tangannya : apakah aku tak mampu merampas pedung itu dari tanganmu" Jangan banyak bicara, lekas bersiap!"
- cong tik menyurut mundur tiga langkah.
Tanpa menghiraukan Hong Ing, ia terus mengangkat tangan memberi hormat ke bawah panggung,
serunya : "Para enghiong sekalian, adakah pantas kalau seorang sudah menyerah, kalah lalu ada lain orang hendak mendesak mengajak berkelahi" Mohon para enghiong suka memberi keputusan: :
Memang dalam persatuan, cong tik lebih kuat. Walaupun ada beberapa orang yang mengetahui tujuan Cong Tik menentang berkelahi Su Ciau
itu tak lain hanya hendak merebut pedang pusaka,
tetapi sebagian orang hanya diam saja. : Ada pula sebagian orang yang hendak cari muka kepada Toho, segera berseru:
"Yang hadir disini adalah para jago silat semua. Kalau mau berkelahi mengapa tak mau menantang orang
lain.?" .. sesaat Hong Ing hendak nekad menyerang Cong Tik, tiba2 Su Ciau mengerang kesakitan. Hong Ing cepat berpaling. Tampak wajah Su Ciau. makin menyeramkan, keringat-bercucuran deras. Ia memang kasih pada pemuda itu maka iapun segera menghampiri dan menegur:
"Su Ciau, kenapa engkau.?" - Sambil menunjuk pada langan kanan, Su Ciau menyahut pelahan:
"Aku tak tahu entah terkena , senjata rahasia apa. Hong Ing, sudahlah, biarkan dia mengambil pedang itu, apa gunanya ?"
  Su Ciau kuatir, Hong Ing akan berkelahi dan akan menderita luka seperti dirinya. Saat itu lengannya yang mati-rasa sudah sembuh, tetapi sekarang terasa sakit sekali dan juga gatal, seperti dijalari ratusan ekor semut yang berjalan mondar"mandir.
Hong Ing berpaling, ah, ternyata Cong Tik sudah loncat turun. Karena menganggap percuma mengejarnya maka lebih baik ia menolong Su - ciau. '.. .
"Su Ciau, ada seorang yang sakti hadir disini, sekalipun engkau menderita luka yang lebih hebat, dia tentu dapat menyembuhkan, jangan kuatir!" serunya kepada Su Ciau. . - Karena merasa bahwa diantara keluarganya dengan keluarga Hong Ing terdapat suatu dendam darah, maka Su Ciau merasa tak enak hati. "Aku terkena senjata rahasia apa saja tak tahu, bagaimana aku harus minta tolong orang suruh mengobati ?" katanya.
"Kuatir apa " Leng-kium-ki-hiap dan suhuku berada disini, masakan tak mampu mengobati lukamu " Lekas ikut aku !" .
Ia terus menarik tangan Su Ciau diajak loncat turun panggung lalu menuju kesebuah meja. Disitu yang duduk hanya Siang Bong seorang.
Pernah Su Ciau mendengar orang, mengagungkan Siang Bong itu sebagai Peh-tok-siu-ong atau raja-binatang-seratus-racun. Tetapi belum pernah : melihat-orangnya. Kini setelah berhadapan dengan seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar yang me ngenakan pakaian seperti orang desa, Su Ciau merasa beran. Namun dengan hormat ia menegur : - "Siang tayhiap ...." :
Siang Bong tertawa: "O, inikah yang engkau : katakan Tan kongcu itu" Kiranya seorang pemuda yang jujur." . _ " Mendengar dirinya dipanggil Tan kongcu, Su Ciau tersipu-sipu mengucapkan kata merendah.
Siang Bong tertawa: "Ah. baru memuji engkau seorang pemuda jujur, sekarang sudah mulai berminyak mulut." - Ia, terus menyambar l?ngan kanan Su Clau dan memeriksanya:
' : Seketika berobahlah wajah tokoh itu.Serunya
pelahan : "Su Ciau, yang bertempur dengan engkau tadi ternyata anakmurid perguruan Bi-tong-pay - dari Tibet." :"Mengapa Siang tayhiap m?ngatakan begitu?". Su Ciau terkejut juga,
"dia murid dari Bu Wu lhama, cucu murid Toho
" Berkata Siang Bong pula :"Luka yang diderita Su Ciau adalah akibat dari senjata rahasia Bu-. im-sin-ngo dari perguruan Bi-cong di Tibet yang tak pernah diajarkan pada orang. Untung aku di sini, jika tidak sebelah lenganmu itu dalam sejam lagi tentu akan lumpuh selama nya: Dan kalau ke liru mengobati, luka pada lenganmu itu akan menyusup kedalam saluran darah dan masuk kedalam Engkau pasti akan menderita luka parah. Sekarang tutuplah hawa murnimu, desaklah tusukan lubang kecil itu supaya keluar. baru engkau selamat." . Su Ciau buru menurut perintah. Siang Bong pun segera ulurkan tangannya dilekatkan pada lengan Su Ciau. Seketika Su Ciau rasakan seperti ter kena dua keping baja bakar, sakitnya bukan kepalang sehingga keringatnya bercucuran deras.
Dengan kedua tangannya Siang Bong memijat dan menekan-nekan lengan sampai ke siku Su Ciau lalu berhenti. Tak berapa lama keluarlah sebatang jarum yang amat , halus sekali dari le
. - ngan anakmuda itu. Melihat itu Hong Ing segera hendak mencabutnya tetapi dibentak Siang Bong: :"Jangan s?mbarang bergerak !"
Beberapa kejab kemudian barulah jarum lembut itu keluar seluruhnya dari lengan Su Ciau. Siang Bong mencabutnya dan memberikan kepada Hong Ing. Sebatang jarum yang lembutnya seperti bulu bambu. . - "Untung engkau hanya terkena sebatang," ka ta Siang Bong, "jika sampai terkena seratus batang dan mengenai jalandarah yang berbahaya, akupun tak dapat menolongmu lagi. Tetapi walaupun hanya sebat
ang, lawanmu itu keji sekali, harus diberi pengajaran yang sesuai." .. ..
"Ucapan jago sakti itu mengingatkan Hong Ing akan tingkah laku CongTik selama ini Sudah berulang kali ia hampir celaka dan dikelabuhi mulut manis dari pemuda Cong Tik itu. Setelah mengetahui betapa ganas hati pemuda itu, Hong Ingpun gemas juga. .
" . " Setelah jarum Bu-im-sin-ngo dikeluarkan lengan Su Ciaupun dapat digerakkan lagi.. : Saat itu rombongan Toho amat gembira sekali. Gok Co hweshio merasa, bahwa saat itulah kesempatan yang baik untuk mencari: muka kepada Toho. - - . . . Ia berdiri lalu menuangkan arak dan berkai:
"Para hohan sekalian, jago dari kuil. Ko-liong-si, sekali keluar saja sudah memperoleh pedang
pnsaka Thian-liong-kiam. Peristiwa ini patut kita rayakan dengan gembira. Mari kita minum untuk mem beri selamat !" Paderi itu mengajak kawan2nya minum arak. Dia memuji keberhasilan Cong Tik merebut pedang. Su Ciau tetapi tak menyinggung tentang kelicikan . Cong Tik yang takut menerima tantangan Hong : Ing. . - Hong Ing bersikap tak acuh, Diantara sejumlah besar dari para hadirin yang ikut menyambut ajakan Gok Co thauto untuk meneguk arak, dilihat nya terdapat juga tacinya Cin Hong Ing. Diperhatikan juga bahwa Cin Hong Ing memandang Cong Tik dengan pandang mata yang berarti. Melihat sekian banyak hadirin yang menerima ajakannya, Gok Co thauto makin gembira. Pada saat ia mengangkat cawan dan hendak meneguk, tiba2 Siang Bong membisiki Hong Ing dan Su Ciau:
"Paderi itu menjemukan sekali !"
Hong Ing dan Su Ciau sempat memperhatikan bahwa dalam telapak tangan Siang Bong terdapat sebiji lian-cu (biji teratai), Sekali menjentik-d?ngan jari tengah, lian-cu itupun tanpa mengeluarkan sedikit suara, telah melayang ke arah Gok Co . thauto. Cepatnya bukan kepalang.
Saat itu G?k Co thauto habis meminum araknya dan hendak meletakkan cawan. Tiba2 lian-cu itupun telah membentur pantat cawan, tring . . . . Tampaknya lian-cu itu hanya biasa saja. Teta pi Siang Bong telah mengisikan tenaga-dalam pada
jarinya. Ketika membentur cawan. tenaga dalam
itupun segera bekerja. Cawan. seperti didorong tenaga kuat sehinggga melambung ke atas. Gok Co terkejut dan cepat2, kerahkan tenaga untuk mencengkeram cawannya. Tetapi terlambat Cawan itu dengan
keras membentur mulutnya tepat pada gigi depan. "Wahhh," ia menjerit dan mulutnya berlumuran darah. Ketika meraba, ternyata empat biji gigi
depan atas dan bawah telah rompal. Sakitnya bukan kepalang. - - .
" - - Selama hidup dia disanjung rakyat Biau sebagai raja. Rakyat Biau mempersembahkan gelar Thi
an-sin (malaekat langit) kepadanya. Waktu ia berjalan, semua penduduk harus berlutut sebagai pemberian hormat. Sudah tentu ia tak mau menerima hinaan yang diderita seperti saat itu. . . Brakkkk, ia menghantam meja sehingga meja besar berbentuk segi-delapan dan terbuat daripada kayu mahoni yang keras, teiah berlubang besar.
Keping hancuran meja itu beterbangan keempat penjuru. : "Kawanan tikus. dari mana yang berani menyerang secara licik ini !" teriaknya seperti singa mengaum. - - - r
sekalian hadirin juga heran. Mereka tak
tahu siapakah, yang berani menghina paderi itu. Tuduhan segera jatuh pada diri nenek Poan-hongpoh dan Lim Sam Kho. Tetapi tadi sekalian hadirinpun melihat juga meluncurnya sinar putih ke arah cawan:Gok Co, jelas arahnya, bukan dari tempat duduk Poan-hong-poh dan Lim Sam. Kho,
. Menurut arah dari sinar putih itu, dari beberapa meja tak tampak barang seorang-tokoh yang menonjol. Sedang meja yang paling jauh letaknya diduduki oleh seorang lelaki se
tengah tua, berwajah terotolan dan bertubuh tinggi besar. Dia duduk bersama seorang anak perempuan dan seorang pemuda. Tiada seorangpun yang menganggap mereka bertiga itu mampu melakukan perbuatan menghina Gok Co tadi.
Tetapi tokoh semacam Toho hama, Lim Sam Kho, Poan-hong-poh dan Siau Yau cinjin, tentu tak mungkin dikelabuhi oleh permainan Siang Bong itu. Tetapi Lim Sam Kho. Poan-hong-poh dun Siau Yau cinjin duduk membelakangi Siang Lijong. Sedang. Toho Ihama pada saat terjadinya peristiwa itu sedang bersama-sama Gok Co thauto mengangkat cawan dan minum arak, sehingga tak melihat sinar putih yang membentur cawan Gok Co.
Karena tiada yang menyahut, Gok co makin
marah. Tetapi ia. tak tahu siapakah yang telah menyerangaya secara menggelap itu. Terpaksa dia duduk lagi namun mulutnya masih menghambur makian tiada berkeputusan. Suasana perjamuan menjadi tegang. Orang kuatir akan segera meletus pertempuran. Apabila Gok Co tak mempunyai rencana akan turun tangan setelah nanti Toho memenangkan pertandingan lawan Poanhong-poh, tentulah saat itu dia sudah mengamuk.
Dalam pada itu Hian-li Lim Sam Kho diam2
juga heran, siapakah yang melakukan perbuatan tadi. Karena di mejanya hanya terdapat rahib tua maka dengan berbisik ia bertanya: "tahukah taysu, siapakah yang telah memberi pelajaran pada Gok Co thauto tadi ?" .
Rahib tua yang bukan lain adalah penyamaran dari Siau Yau cinjin, segera menyahut: Tetapi harap engkau jangan memberitahu kepada lain orang. Walaupun aku sendiri tak melihat tetapi peristiwa itu kebanyakan tentu dilakukan oleh Leng
kiam-k-hiap Siang Bong. Jika bukan dia, siapa lagikah dalam dunia persilatan yang memiliki kepandaian sesakti itu ?"
lim sam kho terkejut apakah dia juga datang kemari " Dan apakah taysu suka memberi tahu nama taysu yang mulia?" . . . . "Namaku yang bagian atas adalah Siau dan bagian bawah Yau, tempat tinggalku di gunung Ke-tiok-san." - Lim Sam Kho makin terperanjat.
"Tetapi mengapa taysu seorang rahib " Dan kudengar taysu telah dicelaki oleh Toho. . ..." "Agar Toho jangan mengetahui kedatanganku, aku hendak mengejutkan dia. Ya, memang aku belum ditakdirkan mati di jurang,"-sahut Siau Yau cinjin. . - Lim Sam Kho baru jelas. Diam2 ia menyadari bahwa saat itu di pulau Kyoto telah berkumpul berbagai tokoh persilatan yang sakti.
Karena melihat suhunya hanya mengurusi si rahib tua, rupanya Cin Hong tak sabar lagi, serunya:
"Suhu, apakah yang suhu rundingkan dengan rahib tua itu. Perjamuan sudah hampir selesai, mari kita pergi!" : - - Cin Hong Ing itu teringat akan janji Cong Tik yang malam itu bendak mencarinya uutuk memberitahu tentang rahasia keluarganya.
Karena melihat sudah ada beberapa tetamu yang tinggalkan perjamuan maka Lim Sam Khopun mengiakan. Dengan berbisik ia mohon diri pada : Siau Yau cinjm, kemudian bersama Tangbong Peng dan Cin : Hong Ing, ia segera kembali ke tempat penginapannya. Tetamu2 yang lainpun berturut-turut tinggalkan perjaanuan. - - Setiba di tempat penginapan, Cing Hong Ing minta sebuah kamar sendiri untuknya. Dan karena hendak mencari anaknya yang seorang. (Ui
Hong Ing) maka iapun keluar. Tetapi tak dapat menemukannya. - - Sementara itu karena menduga Cong Tik nanti tengah malam tentu datang maka Cin Hong Ing :
tak tidur. Sebentar ia menyisir rambut,-sebentar memantas-mantas pakaian. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya pada tengah malam dari luar
jendela terdengar suara orang berseru peluhan :
"Nona Hong Ing!". - - - Hati Cin Hong Ing mendebur keras. Ia tak
tahu mengapa harus merasa begitu. Bu
ru2 ia menuju kemuka jendela dan berseru:
"Siapa?" - "Aku," sahut orang diluar jendela. -.
- - Setelah jelas mengenalinya sebagai nada suara
Cong Tik, Cin Hong Ing membuka jendela. Tampak. Cong Tik berdiri di serambi. Hati Cin Hong . Ing makin kebat kebit tetapi ia berusaha untuk menekan dan pura2 bersikap dingin :
"O, engkau yang datang" Silahkan masuk."
Mata Cong Tik yang tajam segera dapat memperhatikan bahwa selimut dan tempat tidur dalam ruang itu belum terjamah. Jelas nona itu tentu belum tidur dan menunggu kedatangannya.
sebenarnya bagi seorang pamuda yang dirundung asmara, keadaan itu tentu menggirangkan sekali. Tetapi tujuan . Cong. Tik menemui Cin Hong Ing bukan bermaksud hendak memburu asmara melainkan hendak mencari keterangan tentang pedang ki-bun-kiam. Maka iapun curiga. atas penyambutan. Cin Hong Ing: , "Tengah malam kita berdua berada dalam kamar, walaupun aku sangat mengindahkan dan berterima kasih, kepada nona, tetapi apabila ketahuan orang, tentu kurang baik. Lebih baik kita cari tempat yang sesuai dilain tempat agar dapat kuceritakan dengan jelas soal itu kepada nona. Apakah nona setuju?" katanya, - : Merah wajah Cin Hong Ing. Diam2 ia menganggap kata Cong Tik itu memang benar. Cepat
ia loncat keluar jendela dan keduanya segera menuju ke tepi laut. . . Saat itu ombak beralun tenang, rembulan purnama raya. Sungguh suatu saat yang amat romantis sekali. Setelah mencari tempat yang sesuai, mereka duduk diatas segunduk batu besar. : "Ketika di gunung Hongsau tempo hari, Cong
Tik mulai membuka pembicaraan,
"aku telah melakukan perintah orang. Siapa orang itu, tentulah nona sudah kenal. Orang itu bukan lain adalah pemuda Tan Su Ciau yang tadi dapat kurebut pedangnya !" .
, cin Hong Ing menanggapi dengan tertawa di ngin, serunya :
"Tadi waktu berada di perjamuan engkau mengatakan bukan kehendakmu sendiri, memang aku sudah menduga tan su ciau.
- . Sejenak Cong Tik memandang ke sekeliling
- -lalu dengan sikap, pura2 seperti rahasia, ia berkata "Akan kuperlihatkan kepada nona sebuah benda.." : Ia merogoh saku dan mengeluarkan tiga batang Coh-hay-ting atau senjata rahasia yang berben
tuk seperti paku buah Ang-coh. . . . Cin Hong Ing terkejut : "Hai, apakah itu bukan senjata rahasia yang digunakan oleh Pat-pikim-kong, ayah Su Ciau ?" - . . . . "B?nar" sahut Cong Tik. "tahukah nona di mana dan bagaimana ayah nona telah binasa ?" . : "Kalau mamahku tak tahu, bagaimana aku tahu ?" kata. Cin Hong Ing.
" "Apa ?" teriak Cong Tik terkejut sekali,
"mamah nona tak tahu berita kematian ayahmu " Apakah mamah nona tak pernah menemukan surat yang ditinggalkan mendiang ayah nona ?" Karena rasa kejut sampai diluar kesadarannya, Cong Tik telah terlepas mengatakah tentang surat peninggalan dari Hoa Ceng. : : ".
- "Surat apakah itu" Sebenarnya bagaimanakah. kematian ayahku itu ?" desak Cin Hong Ing.: - Rupanya Cong Tik cepat menyadari kesalahan lidahnya maka ia segera menyusuli : "Ketika di gunung Cek-bi-san aku pernah menemukan sesosok tulang kerangka, pada tulang iganya masih : melekat tiga batang coh-hay-ting...
" . - Mendengar itu karena tegang, Cin, Hong Ing terus nencekal lengan Cong Tik dan berseru:
"Bagaimana ?" , , " . Kesempatan itu segera digunakan se-baik2nya oleh Cong Tik. Ia merangkai suatu cerita : "Disisi kerangka itu. diatas tanah terdapat guratan huruf tulisan tangan yang berbunyi ;. "Yang mencelaka
i aku adalah Pat-pi-kim-kong . . . , dari Hoa Ceng untuk isterinya yang tercinta". dan lain tulis an." - - Serentak Cin Hong Ing, melonjak bangun dan dengan menggeram ia berseru : "Binatang itu telah menganiaya kami sampai harus menderita nasib yang mengerikan. Hutang ayah, anak yang harus membayar. Tan Su Ciau tentu takkan kulepaskan!"
Diam2 Cong Tik girang. Biarlah mona itu bertempur dengan Su Ciau. Maka ia menawarkan bantuannya juga : "Apabila nona memerlukan tenagaku, sekalipun harus m?nerjang lautan api. aku tentu takkan menolak. Mungkin karena ayah nona mempunyai pusaka maka dia telah dicelakai orang.
Pedang Ki-bun-kiam itu terdiri dari tujuh batang pedang besar kecil, merupakan benda pusaka yang jarang terdapat didunia. Harap nona baik2 menjaganya jangan sampai terlihat orang. Hati orang sukar diduga. yang penting kita harus b?r-hati
" "Ki-bun-kiam ?" Cin Hong Ing terkejut. "aku tak tahu dimana pedang itu bahkan melihatnya pun belum pernah !" .
Cong Tik yang tajam mata, segera mengetahui bahwa nona itu : tak bohong. Diam2 ia kecewa dan putus asa. Menengadah memandang ke langit, ia berkata :
"Ah, malam sudah larut. harap : nona kembali beristirahat di penginapan, Besok pagi setelah thay-susiok menjadi penguasa pulau ini, aku tentu akan menjalankan kewajiban sebagai tuan rumah untuk menjamu nena." :
Sekalipun dalam hati ingin berada lebih lama dengan Cong Tik, tetapi Cin Hong Ing berat untuk membuka mulut. Terpaksa ia berbangkit dan berjalan dengan langkah sarat.
Setelah nona itu jauh, Cong. Tik masih merenung. Ternyata Cin Hong. Ing dan Tanghong Ledg tak tahu tentang pedang Ki-bun-kiam. Untuk mencari kelima pedang ki-bun-kiam dan sejilid kitab di pulau Kyoto yang sedemikian luasnya, tentu sukar sekali. Bahwa dua dari ketujuh pedang Ki-bun-kiam itu sudah dimilikinya, sebenarnya ia sudah harus merasa puas. Tetapi ia anggap hal itu merupakan suatu berkah kepada dirinya. Ketujuh batang pedang itu harus jatuh di tangannya semua.
B?berapa saat ter-longong memikirkan hal itu tiba2 ia teringat sesuatu. Selama ini Poan-hongp?h melarang setiap orang , datang ke pulau Kyoto. Oleh karena itu tentulah , Hoa Ceng secara diam menyembunyikan di
pulau, bukan dibagian pedalaman atau tengah: pulau. Kemungkinan bahkan dipesisir pantai. Merangkai kesimpulan itu, serentak bangkitlah semangatnya dan iapun loncat bangun. - - - Saat itu rembulan sudah mulai condong kebarat. Pesisir pulau Kyoto tampak ke-putih2an seperti perak warnanya. Selekas bangun, Cong Tikpun menunduk memandang kebawah. Ia terkejut dan hampir tak percaya akan pandang matanya. Saat i tu ternyata disisi bayangan tubuhnya, tampak pula sesosok bayangan orang lain. Cepat ia berpaling ke belakang dan segera ia melihat seorang lelaki setengah tua, bertubuh tinggi besar dan muka penuh terotolan, tengah berdiri dibelakang. . . . Ah ... . ia terkejut dan menyurut mundur selangkah ketika mengenali orang itu bukan lain adalah. Siang Bong, yang pernah dijumpainya ketika di gunung Tay-pat-san.
"-. - : "Siang . . tayhiap . .." serunya tersekat. Siaug Bong mendeng?s,
"Hm, waktu kita berjumpa tempo hari, pernah kunasehati supaya engkau menjadi seorang jujur, tetapi mengapa engkau tak bersama gurumu, Bu Wilhama, mensucikan diri di kuil Ko-liong-si sebaliknya malah bersama Toho melakukan kejahat an didunia persilatan ?" tegur Siang Bong. :
"Aku tidak melakukan kejahatan. !" buru" : Cong Tik membantah. . . . ; - : "Hm" dengus Siang Bong "membanggakan di
, ri dengan tangan kesong hendak merebut pedang orang tetapi diam2 menggunakan Bu-im sin-ngo: dari perguruan Bi.cong-pay untuk m
encelakai orang. Apakah engkau.mampu mengelabuhi mataku" Ke- tahuilah, pedang Ki-bun-kiam itu akan: kuberikan pada lain orang maka percuma saja sekalipun engkau berhasil memperolehnya. Dimana tempat simpanan pedang itu, lekas engkau katakan:saja. Senjata pusaka semacam itu tak pantas, menjadi milik.
- manusia, rendah semacam dirimu.".
Gemetarlah Cong Tik mendengar kata Siang Bong itu, serunya tersekat-sekat: :
"Aku tak tahu . dimana pedang itu disimpan. ..." - sambil berkata iapun menyurut pula selangkah kebelakang. la pura2 ketakutan sekali tetapi diam2, ia siapkan pedang Thian-liong-kiam, Pikirnya, walaupun Siang Bong itu sakti sekali, tetapi, tak inungkin mampu. menghadapi ketajaman pedang pusaka itu. - Rupanya Cong Tik sudah iak dapat menahan diri lagi. Ia terus menarik pedang Thian-liong kiam : dan sembari berseru meminta maaf, ia terus menye rang Siang Bong : '. : |.
" " 'Tetapi atangkah kejutnya ketika tubuh Siang Bong yang tinggi besar itu tiba2 lenyap dari : pandang matanya. Celaka ia mengeluh dalam hati."Cepat ia hendak melarikan diri saja tetapi sudah terlambat. Seketika ia rasakan tengkuk kepalanya mengencang dan tahu2 sudah dicekik tangan Siang Bong lalu diangkat. Ia rasakan kaki tangannya lungtai tak bertenaga, tring... pedang Thian-liong-kiampun jatuh ke tanah, menancap ke dalam pasir sampai separoh bagian.
"Siang tayhiap. ampunilah jiwaku !" serunya meratap. - Siang Bong tertawa dingin:
"Huh, manusia tak berguna semacam engkau, tentu sukar mati di, tanganku - Bluk. ia lepaskan cengkeramannya dan tubuh Cong Tikpun jatuh, ketanah pasir. Walaupun tak sampai mati tetapi cukup menderita kesakitan. . Beberapa saat kemudian, Cong Tik tak mendengar suara apa lagi. Ia memberanikan diri meng angkat muka memandaug kemuka, ah, ternyata -Siang Hong sudah tak berada.. disitu. . Sedang pedang Thian-liong-kiam masih berkilat-kilat tertanam di tanah tak jauh dari tempatnya. : : Bermula Cong Tik tak percaya kalau dirinya. masih hidup atau mungkin dia sedang ,bermimpi. . '. Setelah mengoyang-goyangkan kepala berulah ia percaya kalau dirinya masih hidup dan sadar. .
Ternyata Siang Bong memang berhati tinggi. Dia tak mau , meinbuuuh manusia semacam Cong Tik, hanya mengotori tangannya saja. Maka setelah mengetahui bahwa Cong Tik memang tak tahu tempat penyimpanan pedang Ki-bun-kiam itu, iapun lalu melepaskannya dan terus pergi.
Dia hendak menantikan kesudahan p?rtempuran.besok pagi. Kalau Toho yang menang, diapun akan meniru perbuatan Toho. akan meminjam pulau itu : selama satu bulan. Atau kalau Toho, berhasil m?nemukan pedang itu. ia akan merebutnya saja. Dan apabila Poan-hong-poh yang menang ia akan menerangkan dengan terus terang, tentulah nenek itu akan menurut. Memang Siang Boug telah m?ngatur rencana dengan baik tetapi ternyata telah terjadi suatu peristiwa yang tak ter-duga". Setelah dia pergi. Cong Tikpun berbangkit dan menghela napas longgar la tak malu karena kalah dengan seorang tokoh sakti : semacam Siang Bong... - Ia menghampiri ke tempat Thian-liong-kiam dan mencabutnya. Tiba ia terbeliak karena teringat sesuatu yang aneh. Menilik pedang Thian-liong-ki am yang begitu tajam, tentul"h.pesisir itu akan tembus. Tetapi mengapa pada waktu jatuh ketanah, hanya separoh batang pedang itu yang terbenam ke tanah " Apakah dalam tanah pesisir itu terdapat se suatu benda yang keras " Cepat ia membungkuk dan mencabut pedang itu. Krek . . . terdengar bunyi macam pedang tercabut dari genggaman suatu benda yang keras. Ia menarik pedang itu dan mengungkitkannya kian ke mari seperti membuat lubang.
, Setelah berhasil membuat luba
ng, segera ia melihat sebuah kotak batu. Bukan main ketegangan hati Cong Tik. Ia kerahkan tenaga membuka tutup kotak batu itu. Tampak dalam kotak batu itu terdapat tujuh buah -lekukan, yang paling besar dan
; yang paling kecil. sudah kosong, sedang yang lima
masih terisi lima batang pedang pusaka.
Girang Cong Tik bukan kepalang. Seg?ra ia mengambil kelima pedang itu, disimpan dalam baju pada pedang yang keempat, ia mendapatkan pula se buah kitab kecil bersampul sutera halus. Membuka halaman yang pertama, dilihatnya gambar seorang lelaki yang tengah bermain seperti tukang sulap, melemparkan keenam pedang ke udara, sedang pedang yang panjang yang bentuknya mirip dengan pedang Thian-liong-kiam, masih dipegangnya. Pada kedua samping gambar itu tertulis beberapa huruf berbunyi: ,
Ilmu pedang Ki-bun-kiam-hwat. - Karya bersama : . . . . . Jit-sing-cu, Pok-leng-sau - dan keempat Song-si Su-lo ... : di puncak gunung Tay-swat-san ..".
- , Takut kalau terlihat orang, cepat Cong Tik menyimpannya, menimbuni kotak batu itu dengan
- pasir lagi sehingga tak kentara. Setelah itu ia kembali ke tempat penginapannya. Diam2 ia mcnimang, karena ketujuh pedang itu sudah diperolehnya, apabila ia mempelajari kitah ilmu permainannya .tak lama walaupun Siang Bong tentu dapat dikalahkan nya. - Karena dimabuk kegirangan. begitu masuk ke dalam kamar ia tak m?nyalakan lampu melainkan lebih dulu ia membungkus pedang dan kitab itu dengan hati2 lalu disimpan dalam baju. Ia hanya me ngeluarkan pedang Thiar-liong-kiam untuk sewaktu waktu digunakan. . ." - Setelah itu baru ia naik ke ranjang tetapi bagaimana mungkin ia dapat tidur " Ia ingin sekali untuk mempelajari halaman pertama dulu. Tetapi pada lain kejab ia teringat bahwa tempat disitu kurang layak, banyak orangnya. Kalau sampai dilihat orahg. celaka. Maka ia.berusaha untuk menindas keinginannya. Menjelang fajar ketika hampir saja ia hendak tidur tiba2 terdengar genta bertalu. Ah, tentulah pertandingan antara Toho dan Poan-hong poh sudah akan dimulai. : : - - - - - - Sebenarnya saat itu ia sudah tawar tentang hasil pertempuran itu. Tetapi kuatir kalau tak hadir tentu akan menimbulkan kecurigaan orang, terpaksa, ia bangun dan keluar. Kebetulan saat itu Toho sudah siap di pintu. Merekapun segera ber-sama2 menuju kelapangan.
- :Ternyata lapangan sudah penuh orang. Setiba Toho disitu, Poan-hong-poh segera berbangkit. Dengan wajah serius, nenek itu berseru :
"Pertanding -an hari ini, adalah untuk melaksanakan perjanjian yang kubuat dengan Toho lh?ma. Kami undang sau dara hadir disini hanyalah untuk menjadi saksi. Apabila ada saudara yang hendak mempertunjukkan kepandaian di tempat ini, maaf, aku tak dapat mengijinkan". - - - Mendengar itu beberapa jago yang sedianya hendak naik ke panggung, merasa kecewa. " ". Ternyata semalam setelah bertemu... dengan Cong Tik, Cin Hong Ing juga tak dapat tidur. Saat itu ia juga berada di lapangan untuk mencari Su Ciau. Kebetulan ia melihat pemuda itu ber-sama2 dengan Hong Ing. Pada saat ia hendak berseru me nyuruh Su Ciau naik ke atas panggung, tiba2 Poan hong-poh mengeluarkan pengumumannya. Terpaksa ia bersabar. - - Sehabis melantangkan pengumuman, Poan-hong poh menutukkan ujung tongkatnya ke tanah dan tubuhnya segera melayang sampai tiga tombak. me luncur ke panggung. Ia tak mau langsung turun melainkan julurkan ujung tongkat ke lantai panggung
untuk menyanggah tubuhnya. Setelah ber-putar2, barulah ia melayang turun.
"Yang menghendaki pulau Kyoto ini, silahkan naik panggung untuk mengadu kepandaian.
Sekalian tokoh-persilatan dari segenap penjuru men jadi saksi, jika dapat mengalahkan tongkatku ini
, berhak menjadi pemilik pulau Kyoto !" . , Mendengar Poan-hong-poh tak mengizinkan lain orang bertempur dan hendak langsung menghadapi Toho, diam2 Cong Tik gembira. Karena sekali bertempur, kedua tokoh itu tentu akan menggunakan waktu yang lama. Pada saat itu, diam2 ia : hendak meloloskan diri menuju k? pantai, naik perahu dan tinggalkan Kyoto.' - - . - - Tetapi alangkah kejutnya ketika tiba2 Toho berseru dengan bisik2 kepadanya : "Lekas, pinjamkan pedang Thian-liong-kiam kepadaku !" - Cong Tik terkesiap. Pedang Ki-bun-kiam itu : harus berjumlah tujuh batang. Kurang satu saja tentu tak lengkap. Jika pedang Thian-liong kian dipinjamkan kepada Toho, bagaimana mungkin ia dapat
meloloskan diri. Tetapi jika menolak permintaan itu
jika Toho sampai marah, celakalah dia.
", Pada saat ia meragu, tampak wajah Tohomengerut gelap. Terpaksa ia serahkan pedang itu. Diam2 ia memaki dirinya yang bernyali kecil. Mengapa semalam setelah mendapatkan pedang itu ia tak lantas melarikan diri saja. Sekarang keadaannya sudah runyam. . Setelah mendapatkan pedang dan sejenak mengibaskannya, Toho lalu menuju ke epi panggung dan sekali ayunkan kaki, ia melambung.. sampai dua tombak dan meluncur turun. Ia berdiri setombak jauhnya dari Poan-hong-poh lalu tertawa gelak2. " . . "Ha, ha, yang ingin menjadi pemilik. Kyoto sudah datang !" serunya. . . . , Melihat pedang di tangan Ihama itu memancarkan sinar kekuning-kuningan dan membaurkan hawa dingin, guguplah hati Poan-hong-poh. Ia tak menyangka bahwa Toho akan meminjam pedang Thian-liong-kiam dari Cong Tik. Ia tahu bagaimana tajamnya pedang itu. Ia kutir tongkat besinya : akan terpapas kutung dan itu berarti ia akan menghadapi kekalahan: - . r : Namun karena sudah berada dihadapannya, . terpaksa Poan-hong-poh tertawa. Ia sudah mempunyai rencana. - ,. "Toho Ihama. kita berdua sudah tergolong orang yang setengah tua. Masakan harus seperti anak kecil, begitu naik. panggung terus saja bertempur " Maksudku, pertandingan ini akan kubagi tiga cara: Apabila engkau mampu menangkan dua cara saja, engkau menang. Entah apakah engkau be rani menerima acara pertandingan yang hendak ku.: kemukakan itu ?" - Toho lhama deliki mata, serunya :
"Mengapa tak berani " Lekas katakan apa saja acaramu itu" Diam Poan-hong-poh girang karena lawan telah terpelangkap. Mundur beberapa langkah.
ia taburkan tongkatnya. Tongkat itu menyusup ma suk pada papan panggung sampai dua kaki. Kemudian Poan-hong-poh bertepuk tangan :
"Acara pertama, adu pukulan tangan kosong !" : Toho lhama-terbeliak. Diam2 ia memaki nenek itu. Tetapi karena ia sudah setuju, walaupun tahu masuk perangkap namun ia, tetap harus melayani. Sekali taburkan pedang, Thian-liong-kiampun menyusup pada tiang panggung. '. - :Hm, kiranya engkau jeri terhadap pedang ini-!" serunya dan terus lontarkan-pukulan. Saat itu mereka berdua berdiri di tepi panggung, terpisah tiga tombak. Waktu Toho loncat sambil menghantam, pakaian Poan-hong-poh bertebar keras seperti terlanda angin besar. Jelas sudah betapa dahsyat pukulan Toho itu. Tetapi yang mengerikan pukulan itu dilontarkan seperti permainan anak dan sedikitpun tak mengeluarkan suara apa2.
Poan-hong-poh menyadari bahwa dalam ilmu pukulan, dia tentu tak menang. Maka sengaja ia tak mau membalas: melainkan kerahkan tenaga-dalam untuk mempertahankan keseimbangan diri. .
Tenaga pukulan Toho itu ternyata tidak melanda dari satu arah saja tetapi dari empat arah. Diam Poan-hong-poh memuji kehebatan tenaga-da lam lawan. Sekali kibaskan lengan baju, Poan-hong
pohpun balas menghantam. - Pada saat Poan-hong-poh balas menghantam
tenaga pukula n Toho tadipun telah habis. Toho cukup waspada. Melihat nenek itu memukul, dia tak mau balas memukul melainkan hanya menahan dengan tangannya saja. - - i - Untung keduanya terpisah jauh dan karena masing memiliki tenaga-dalam yang hebat, maka ke duanyapun tak sampai menderita. Melihat Toho juga menggunakan siasat seperti dirinya, Poan-hongpah cepat menarik pulang tenaga-pukulannya dan mundur selangkah, berdiri di tepi panggung.
Ternyata Toho juga demikian. Tidak maju k?balikannya ia malah menyurut mundur selangkah.
- Dari tempat mereka berdiri tadi, tampak sepasang bekas telapak kaki sedalam satu inci. Papan lantai panggung itu tebal terbuat dari bahan kayu pohon siong yang keras sehingga kedua tokoh itu dapat meninggalkan bekas telapak kaki yang dalam.
Siau Yau cinjin, Leng-kiam-ki-hiap Siang Bong
.. dan beberapa ko-jiu, diam2 memuji kepandaian kedua orang itu memang hebat. Tetamu yang lain tak henti2nya menghela napas kagum.
Di antara tetamu2 itu, yang paling gelisah perasaannya sudah tentu Cong Tik. Dengan susah payah ia berhasil menemukan ketujuh pedang Ki-bun kiam tetapi yang sebatang yalah Thian-liong-kiam sekarang hendak dipinjam Toho. Saat itu pedang Thian-liong-kiam tertancap pada tiang. Untuk mengambilnya. tentu sukar apalagi tentu akan , , menimbulkan kecurigaan Toho. Jika Toho sampai tahu bahwa dia telah memperoleh ketujuh pedang : Ki-bun-kiam tetapi tak mau mengatakan, tentulah ia akan dibunuh. . . , Cong. Tik yang biasanya kaya dengan tipu muslihat, saat itu benar tak berdaya. .. - : - Di atas panggung pertempuran masih berjalan seru. Toho dan Poan-hong-poh mondar mandir di tepi panggung dan tak henti2nya saling melepas pukulan. Sepintas seperti orang yang sedang berlatih silat saja. Tetapi sebenarnya, setiap pukulan yang dilancarkan, berisi dengan tenaga-dalam penuh. Penonton yang agak dekat dengan mereka terkena juga sambaran angin pukulan mereka. Yang kepandaiannya rendah, sampai tak dapat bernapas. Kedua tokoh itu bertempur dengan penuh tenaga, pukulan2 yang dilancarkan merupakan pukulan2 maut Tetapi karena masing2 tahu akan kelihayan lawan mereka terpaksa harus menahan diri untuk menung gu kesempatan. Itulah sebabnya, tampaknya pertempuran itu berjalan santai. ... . Setengah jam kemudian, pukulan2 makin keras dan dahsyat dan kini mereka tidak mundur lagi melainkan selangkah demi selangkah maju, menghampiri lawan. - Tampak Toho lebih tegang. Rupanya ia bernafsu sekali untuk merebut kemenangan. Setelah terpisah hanya setengah tombak, tiba2 tangan kirinya menghantam panggung. brak, papan panggung berlubang dan tenaga-pukulanpun mental keatas, menghantam Poan-hong-poh. - Tujuh tahun lamanya dimasukkan dalam peti besi oleh Siau Yau cinjin, membuat perangai Ihama itu berobah. Pada waktu marah, dia mengamuk. memukul tak keru?n. Tenaga-pukulannya hanya menggemuruh dalam peti. Tetapi lama-kelamaan. dia menyadari bahwa setiap pukulan, tenaga dan . anginnya tidak menjurus kemuka tetapi berhamburan keempat penjuru. Itulah sebabnya ketika ia beradu pukulan dengan Poan-hong-poh, nenek itu merasa kalau dirinya dilanda angin pukulan dari empat penjuru. Pukulan tak langsung yang : dilontarkan Toho pada papan panggung, pun juga serupa.
Bermula Poan-hong-poh tak mengerti. Tahu2 ia rasakan kakinya seperti dilanda tenaga kuat yang mendorongnya sehingga ia sampai ber-getar*
hampir rubuh. Ia terkejut sekali Cepat ia maju se langkah sambil lepaskan hantaman.
- Saat itu kebetulan Toho sedang ayunkan tangan kanannya. Bum, terdengar letupan keras ketika dua buah tenaga pukulan itu beradu... : : Toho tiba2 condongkan tubuh kesamping. Karena kuatir lhama itu akan menggunakan siasat, . Poan-bongpohpun juga miringkan tubuh kesamping.
- Dua buah tenaga-pukulan yang beradu tadi karena orangnya sama2 miring ke samping, pun angin pukulannya meluncur kesamping dan kebetulan menghantam pedang Thian-liong-kiam yang menancap pada tiang.
Walaupun tiang itu besarnya sepemeluk tangan orang tetapi tetap tak mampu menahan gelombang tenaga pukulan dari kedua tokoh sakti itu. Krak . . . terdengar bunyi ber-derak ketika ti
ang itu: patah dan rubuh ke bawah panggung. Karena sebuah tiang rubuh, panggungpun goncang dan akan ambruk. Kedua orang itu cepat loncat turun , ke lapangan. Poan-hong-poh masih sempat menyambar tongkatnya. Tetapi ketika Toho hendak mencabut pedang Thian-liong-kiam, pedang itu sudah ke buru jatuh dibawa tiang yang rubuh. . .
: Toho membungkuk hendak mencari pedang i tu tetapi Poan-hong-poh tak mau me-nyia2kan kesempatan. Dengan berseru aneh ia melengking ;
"Karena adu pukulan tiada yang menang dan kalah maka sekarang akan kusuruh engkau rasakan
bagaimana rasanya ilmu tongkat Keng-thau-ciang hwat


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Ia menutup kata2 dengan ayunkan tongkat, - Seketika tubuh nenek itu seperti terbungkus oleh sinar tongkat dan terus menyerang, menghantam ke
pala Toho. - Merasa ubun kepalanya dilanda angin, terpaksa toho
menengadahkan muka. Ternyata dirinya sudah dilingkari sinar tongkat yang ketat sekali. Jika hendak menerobos dengan tangan kosong, tentu ia men derita kekalahan. Dalam gugup, Toho tak mau berpikir lebih panjang lagi. Ia terus-memeluk kutungan tiang yang
panjangnya lebih kurang setombak, dengan menggembor keras terus disongsongkan ke atas, Jurus yang dilancarkan Poan-hong-poh disebut Long-yongji-san atau Gelombang-ombak-sebesar-gunung. Tenaga yang digunakan bukan kepalang hebatnya. Ketika beradu dengan kutungan tiang, terdengarlah ledakan yang keras sekali. Tiang hancur terhantam tongkat besi tetapi saat itu Toho pun sudah sempat loncat menyingkir. .
Pada saat Toho loncat ke samping, terdengar lah bunyi mendering dan sinar kuning melintas jatuh kearah tempat tetamu. Ternyata sinar kuning itu adalah pedang Thian-liong-kiam yang menancap
pada kutungan tiang dan dihantan hancur oleh
tongkat Poan-hong-poh. " . .
Walaupun berhasil menghancurkan tiang. tetapi Poan-hong-poh merasa bahwa ia telah kehilangan tak sedikit tenaga-dalam. Sedang Toho tentu ma sih utuh tenaga-dalamnya. Poan-hong-poh marah. Ia menendang keping tiang lalu berputar: putar menghampiri Toho gayanya bagai
seekor harimau b?tina mengamuk. - : Toho membelalak memandang pedang. Thianliong kiam yang jatuh kearah tetamu. Ia hendak melayang turun mengambil tetapi tongkat Poan-hong- poh cepat menghadang. Dengan tenaga-dahsyat tongkat menyambar sehingga ia tak sempat lagi untuk meloloskan diri. Kini ia memutuskan untuk melawan dengan tangan kosong. Segera kelima jari tangannya menebar keras lalu mencengkeram tongkat lawan. , , - - - . -", . Poan-hong-poh terkejut. Tetapi pada lain saat ia girang sekali. Ia menduga Toho tentu masih m?ngira kalau kepandaiannya seperti dulu ketika bertemu di gunung Cek-bi-san. Maka Toho berani hendak meuyambar tongkatnya. "Hm, dia tentu salah: hitung," diam2 Poanhong-poh menimang,
"asal dia berani , mem?gang tongkatku, segera akan kupancarkan tenaga-dalam : Keng-thay-kang, biar dia merasakan betapa hebat- nya tenaga-dalam Gelombang-mendampar itu" - - Maka ia tak mau hentikan serangannya bahkan dengan gunakan jurus Long-hwe-heng-poh
atau G?lombang-terbang-mendampar-ombak, ia teruskan tombaknya menusuk ke muka.
Dengan serangan itu tongkatpun tiba di sisi tangan Toho. Cepat Tohopun menyambarnya, maju selangkah tangan kirinya segera menghantam batang . tongkat, plak . ... - - c. Begitu tongkatnya dicengkeram, Poan-hong-poh
segera salurkan hawa murni, mengembangkan tenaga-dalam. Keng-thau-kang dan memancarkan kearah tongkat sehingga tongkat bergetar, samar2 mengumandangkan bunyi bergemuruh. Tetapi tamparan tangan kiri Toho, itu telah menekan tenaga-murni Poan-hong-poh. Setelah beberapa saat keduanya saling bertahan, Toho segera melangkah ke samping. Tongkat yang besarnya segenggam tangan dan terbuat dari besi, keras saat itu tak ubah seperti tongkat dari tepung, ikut melengkung bersama Toho. - Poan-hong-poh terkejut. Dia tak mau unjuk kelemahan. Segera ia mengisar kearah yang berlawanan sehingga tongkat yang terpelintir melengkung itu menjadi lurus lagi. . Demikian kedua tokoh itu tak henti2nya berkisar kekanan dan kekiri. Tongkat yang dipelintir kian kemari Itu, sesaat melengkung, sesaat lurus lagi. Lama kelamaan dibagian tengah : tongkat itu timbul guratan retak. Apabila masih dipelintir kesana kesini lagi, tentulah tongkat itu akan putus.. .
Selagi kedua tokoh itu masih berjuang untuk berebut tongkat adalah dibawah panggung telah terjadi peristiwa yang mengejutkan. Melihat sinar kuning meluncur ke bawah panggung, teganglah hati Cong Tik. Serentak ia enjot tubuhnya loncat meng hampiri hendak mengambilnya. Begitu tiba ia terus ulurkan, tangan. Tetapi pada saat tangannya hampir menyentuh pedang itu, sekonyong sebutir kerikil kecil melayang menghantam punggung pedang tring . . terdengar bunyi mendering dan pedang . Thian-liong-kiampun mencelat keatas sampai bebe rapa meter. - - - - . ., Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Cong Tik belum mencapai tataran tinggi maka terpaksa ia menunggu sebentar apabila pedang itu meluncur barulah ia akan loncat menyambarnya. , , : Yang ditunggu sudah tiba, pedang Thian-liong kiam mulai meluncur ke bawah tetapi tiba2 terdengar lengking pekik yang nyaring : "Su Ciau, ini lah yang disebut langit menelungkup bumi, tak mungkin ada yang lolos. Akhirnya pedang kembali lagi kepadamu !" : : - Ketika Cong Tik memandang kemuka, ternyata ia melihat Su Ciau berdiri dengan memegang pedang Thian-liong-kiam, sedang disamping terdapat Hong Ing yang ber-seri2 gembira. Cong Tik marah sekali. Bagaimana ia mau membiarkan pedang itu kembali kepada Su Ciau. Cepat ia loncat kemuka. serunya :
"Sahabat Tan, harap engkau kembalikan pedang itu kepada pemiliknya !" - - - . - Su Ciau tertegun. Sebelum ia membuka mulut, Ui Hong Ing sudah mendahului:."Huh, manusia bermuka tebal ! Apa yang engkau maksudkan benda kembali kepada pemiliknya" Apakah pedang itu milikmu ?" Cong Tik telah bertekad untuk mendapatkan pedang itu lagi. Walaupun harus bermuka tebal, tetapi ia tetap berani menjawab :
"Ya, memang pedang itu milikku. Aku telah merebut dari tangan sahabat Tan itu, apakah masih akan diperdebatkan lagi?" - - - - Ui Hong Ing tertawa mencemoh : "Karena dapat merebut, lalu seharusnya menjadi milikmu, bu kankah begitu ?" - "Benar" sahut Cong Tik. " , Ui Hong Ing tertawa pula, serunya : "Baik.Su Ciau, kembalikan pedang itu kepadanya !" . Su Ciau juga seorang yang berjiwa ksatrya. Walaupun pedang itu sudah berada di tangannya tetapi ia merasa pedang itu melayang dari udara. Pe dang itu sudah dapat direbut Cong Tik, malu ia ' untuk memiliki. Mendengar seruan Hong Ing, segera ia
angsurkan pedang itu. Setitikpun Cong Tik tak mimpi bahwa semudah itu Su Ciau mau mengembalikan pedang. Cepat ia ulurkan tangan terus menyambuti. Tetapi ti ba2 Ui Hong Ing berseru :
"Jangan ter-buru dulu bung !" - Cong Tik tertegun. - - Piano Hantu 2 Pendekar Bayangan Sukma 15 Maut Buat Madewa Gumilang Lapangan Golf Maut 3

Cari Blog Ini