Sampai Maut Memisahkan Kita Karya Mira W Bagian 2
Masih berminat melihat hadiahmu malam ini juga" tanya Febrian sambil meneguk sampanyenya. Dan memindahkannya dari mulutnya ke mulut Angel yang tertelentang di sampingnya. Mereka berbaring di atas permadani. Sama-sama belum mengenakan busana. Jari Febrian mempermainkan payudara kanan Angel sampai dia menggeliat kegelian.
Pergi! sergah Angel sambil pura-pura menyingkirkan tangan iseng Febrian.
Ke mana" Febrian menahan tawa. Sudah malam begini, club-mu masih buka"
Pagi. Bukan malam! Kamu tahu jam berapa sekarang"
Perlukah aku tahu" Tidak kuliah"
Tidak penting. Siapa tadi malam yang menyuruhku berhenti kerja"
Aku masih bisa cari uang biarpun tidak lulus. Tahu berapa pendapatan tukang leding di negeri ini"
Yang gelap maksudmu" ejek Angel sambil mengulum senyum. Sampai kapan kamu baru bisa memberiku lat yang lebih besar" Jangan khawatir. Aku pasti lulus! Juga kalau kamu bolos terus"
Profesornya naksir aku. Aku pasti lulus dengan magna cum laude.
Tentu. Kamu satu-satunya harimau jantan Asia di negeri ini. Semua perempuan di LA naksir kamu. Dari wrestler sampai tukang sampah!
Eh, kamu ngeledek, ya" Febrian menggelitiki Angel sampai dia berteriak-teriak minta ampun. Mau kubuktikan lagi"
Ditindihinya tubuh Angel sampai dia tidak mampu bergerak. Ditatapnya matanya dengan penuh kasih sayang.
Jangan, Angel tersenyum ketika melihat keinginan yang mulai berpendar-pendar lagi di mata Febrian. Cukup untuk pagi ini. Aku ingin melihat hadiahku sekarang juga. Boleh" Aku sudah membayar lunas, kan" Bukan cuma DP-nya saja!
Jangan ke mana-mana, Febrian mencium telinga Angel sampai dia merinding geli. Aku harap kamu belum tidur kalau aku datang!
Hadiahnya masih di toko" Harus menunggu toko buka dulu" Angel menahan tawa. Kamu lupa bawa kartu kredit" Atau sudah diblokir ayahmu"
Mengejeklah terus! Febrian pura-pura mengomel. Sebelum kamu jatuh pingsan melihat hadiahku!
Dia bangkit dengan cepat. Melangkah ke kamar. Dan keluar lagi dengan sebuah kantong plastik.
Diayun-ayunkannya dengan bangga ke hadapan Angel. Tetapi melihat merek yang tertera di kantong plastik itu, tawa Angel meledak tak tertahankan lagi.
Dia tahu bagaimana enggannya Febrian berbelanja. Apalagi membeli pakaian dalam wanita!
Kenapa ketawa" berungut Febrian pura-pura merajuk. Belum juga lihat isinya!
Lain kali kalau mau bikin kejutan, tutupi dulu mereknya!
Kamu belum tahu apa isinya, kan" Apa lagi kalau bukan celana dalam! Sebesar ini" Aku pasti memelihara kingkong!
Kalau begitu lekas berikan padaku! Febrian menjatuhkan dirinya di dekat Angel dan menyodorkan pipinya lebih dulu sebelum memberikan kantong plastik itu.
Uang muka lagi" belalak Angel pura-pura kaget. Ini namanya pemerasan!
Tapi dia mencium juga bibir Febrian. Hanya ujungnya. Sedikit. Sengaja membuat penasaran.
Lalu dia buru-buru merampas kantong plastik di tangan Febrian dan membukanya. Begitu terburu-buru sampai lupa menarik napas.
Melihat isinya, Angel tidak bisa bergurau lagi. Bahkan tawanya pun lenyap. Berganti dengan keharuan.
Baju tidur itu mirip sekali dengan baju tidur yang dibelinya di Venesia. Baju tidur yang dipakainya untuk menyembuhkan Febrian! Tapi yang ini berwarna hitam. Bukan merah.
Angel terharu sekali. Dia tidak tahu berapa banyak toko yang telah dimasuki Febrian untuk mencari baju tidur yang semirip ini.
Aku akan melengkapinya dengan semua warna, bisik Febrian lembut. Kamu akan memakai warna yang berbeda tiap hari.
Dari Senin sampai Minggu" Angel menatap Febrian sambil tersenyum. Tapi matanya berkacakaca. Supaya kamu tahu besok hari apa" Tahu profesor apa yang mengajar tanpa melihat kalender"
U NTUK pertama kalinya Angel jatuh pingsan
di arena. Ketika sedang membanting seorang lawannya, tiba-tiba dia merasa pusing. Pandangannya gelap. Tubuhnya mendadak lemas.
Lawannya menggunakan kesempatan yang baik itu untuk menjatuhkan Angel. Ketika Angel sedang terkapar di kanvas, tanpa belas kasihan sedikit pun, diiringi tempik sorak riuh penonton, laki-laki bertubuh tegap itu menindih Angel dengan tubuhnya yang berat.
Angel mengerut menahan sakit. Menggigit bibirnya kuat-kuat. Mencegah desah kesakitan terlepas dari celah-celah bibirnya.
Dengan sisa-sisa tenaganya, dia masih berusaha untuk meloloskan diri. Tetapi tubuhnya sudah terasa sangat lemah. Dan dia kehilangan kesadarannya.
Bab XI Wasit langsung melerai mereka. Menghentikan pertandingan. Dan menyingkirkan pria itu ke luar arena.
Bill, petugas keamanan yang berdiri di sudut ring, segera melompat menolong Angel. Menggendongnya ke kamar ganti. Sementara George memanggil Dokter Curtis.
Begitu memeriksa Angel, Dokter Curtis segera tahu apa yang terjadi.
Sakit apa dia, Dok" George langsung menyongsong Dokter Curtis ketika dia keluar dari kamar.
Oh, dia tidak sakit, sahut Dokter Curtis sambil menghela napas. Dia hamil.
Sesaat George saling pandang dengan Bill. Sama-sama diliputi rasa heran dan tak percaya. Angel... hamil"
Tidak mungkin ada kekeliruan, Dok" Angel masih terikat kontrak enam bulan lagi. Dan dia tahu apa yang harus dilakukan supaya jangan hamil.
Saya akan melakukan tes urine. Tapi tandatanda kehamilannya positif.
Saya harus bicara dengan Angel.
Tentang aborsi" Dokter Curtis menggelengkan kepalanya dengan mantap. Percuma. Dia menginginkan bayi itu.
Dan Dokter Curtis benar. Angel memang menginginkan bayi itu. Tidak ada penyesalan sama sekali di wajahnya maupun dalam suaranya. Tapi kamu masih terikat kontrak, Angel!
Mereka akan menuntutku" Cuma karena aku menginginkan anak ini"
Ini urusan bisnis, Angel! Kamu kan tahu, menurut kontrak, kamu tidak boleh hamil!
Dengan Indie, semua berbeda, George. Dengan dia, aku baru merasakan ingin menjadi seorang istri. Sekaligus ibu anaknya.
Tapi paling tidak kamu bisa menunggu enam bulan lagi!
Aku tidak sengaja, George.
Akhir-akhir ini Angel memang sering lupa minum pil antihamilnya. Tetapi kini, setelah anak Febrian ada dalam rahimnya, dia tidak ingin menggugurkannya!
Kamu kan profesional, Angel! Kenapa tidak memakai pencegahan"
Aku sudah minum pil antihamil sejak berumur empat belas tahun, George! Tetapi dengan Indie, semua berbeda. Kadang-kadang aku sampai lupa!
Kalau kamu menyalahi kontrak, kamu bisa hancur, Angel! Mereka akan menuntutmu!
Bantulah aku bernegosiasi dengan mereka. Jika mereka tidak menggugat, aku rela membayar ganti rugi.
Dari mana kamu memperoleh uang sebanyak itu" Dari pemuda Asia-mu"
Aku masih punya tabungan.
Kamu akan memerlukan uang itu, Angel. Aku tidak yakin pria itu cocok untukmu. Kalian berasal dari dua kultur yang berbeda! Berapa
lama kalian tahan dibuai mimpi palsu" Dia akan meninggalkanmu begitu kamu punya anak!
Aku kenal Indie-ku, Angel tersenyum bangga. Dia berbeda. Kami sama-sama menginginkan anak ini.
Ketika George melihat senyum Angel, dia tahu, percuma menyadarkan seorang wanita yang sedang jatuh cinta.
Tidak ada satu logika pun yang dapat dicerna oleh otaknya. Semua ruang di benaknya telah terisi penuh oleh bibit penyakit yang satu itu. Cinta.
Angel tidak mengatakannya kepada Febrian. Karena dia ingin membuat kejutan. Lagi pula dia tidak ingin mengganggu kuliah Febrian.
Kalau Febrian tahu dia hamil, dia pasti dilarang bekerja. Jadi Angel akan menunggu sampai hari anniversary mereka. Tidak lama. Tinggal tiga bulan lagi. Mudah-mudahan dia masih bisa menyembunyikan kehamilannya sampai saat itu. Dia mesti hati-hati sekali. Karena perutnya pasti sudah mulai gendut.
Berita itu pasti merupakan hadiah yang paling didambakan Febrian. Mungkin dia akan langsung melamarnya.
Angel tahu bagaimana tersiksanya Febrian didera perasaan bersalah karena kehilangan anaknya. Kalau Angel dapat mengganti anaknya yang
hilang itu dengan anak mereka... seorang anak yang sehat dan lucu...
Angel sudah bertekad untuk mengubah hidupnya. Dia bersedia menjadi istri laki-laki itu. Dibawa ke Indonesia pun dia bersedia.
Demi Febrian, dia rela mengorbankan apa saja. Kebebasannya. Kariernya. Harta bendanya.
Sekarang Angel sudah tidak bekerja lagi. Dia memutuskan untuk keluar demi melindungi kandungannya. Karena dia membatalkan kontrak secara sepihak, dia harus membayar ganti rugi kalau tidak mau dituntut.
Untuk itu dia harus menguras sisa uangnya di bank. Mengorbankan tabungannya. Padahal itu merupakan uang simpanannya selama bertahuntahun. Ketika ternyata tidak cukup, dia harus merelakan perhiasannya yang jumlahnya tidak banyak.
Sekarang Angel sudah tidak punya apa-apa lagi. Flat masih sewa. Kredit mobil belum lunas. Kalau dia tidak mampu lagi membayar cicilan, sebentar lagi mobil itu pun bakal lenyap. Tetapi untuk memperoleh pria yang dicintainya, dia tidak merasa rugi.
Aku masih mengharapkan kamu kembali sesudah melahirkan nanti, Angel, kata George sesaat sebelum mereka berpisah. Mereka memang sudah lama berteman sebelum George menjadi manajer Angel. Penggemarmu akan sangat kehilangan!
Sebenarnya itu juga yang dijanjikan George kepada majikan Angel. Kalau tidak, mereka akan menuntut lebih banyak lagi.
Tetapi Angel hanya tersenyum tipis. Aku sudah janji tidak akan kembali, George. Sesudah menjadi istrinya, aku malah tidak akan bekerja lagi. Aku akan menjadi seorang wanita Asia. Mengurus anak dan rumah, menunggu suami pulang.
Wanita Asia sekarang tidak seperti itu lagi, Angel! Banyak yang sudah punya profesi sendiri. Mandiri sebagai wanita karier, bukan cuma ikut suami!
Suamiku ingin istrinya tidak bekerja. Kamu bukan remaja empat belas tahun lagi, Angel! keluh George gemas. Dia kesal sekaligus iba melihat nasib Angel. Dia punya irasat, Angel bakal dikecewakan lagi. Seperti dulu-dulu juga. Pakailah otakmu! Jangan terjebak cinta buta, seperti ketika kamu kabur dengan Bob!
Waktu itu umurku baru empat belas, George. Aku belum dapat menggunakan otakku! Sekarang pun tidak!
Rasanya memang tidak berbeda. Aku seperti menjadi remaja belasan tahun lagi. Tapi aku menikmatinya, George.
Sampai kapan" Sampai kalian bertengkar terus setiap hari lalu berpisah" Sampai dia meninggalkanmu seperti Bob"
Oh, Indie bukan Bob! Dulu aku tidak dapat membedakannya!
Sekarang pun tidak! Kamu sedang mabuk! Aku tahu apa yang kulakukan, George. Terima kasih atas perhatianmu.
Kamu akan menyesal, Angel.
Aku akan lebih menyesal lagi kalau tidak pernah mencobanya.
Kalau kelak kamu mau kembali, kami masih menunggumu di sini.
Doakan agar aku tidak kembali, George. Aku akan pergi ke tempat di mana matahari bersinar sepanjang tahun.
Dan di sana cuma ada Tessa. Tidak ada Angel lagi!
Ada apa" tanya Febrian sambil mengerutkan dahinya.
Nggak ada apa-apa, sahut Angel pura-pura acuh tak acuh. Masa tidak boleh ngajak pacar sendiri makan malam di luar"
Siapa lelaki itu, Tessa"
Lelaki apa" Angel hampir tidak dapat menahan tawanya.
Ini makan malam perpisahan"
Ya, Angel tersenyum tipis. Tapi bukan denganmu.
Kenapa kamu selalu berteka-teki" Karena kejutan selalu membuat hidup ini lebih menarik.
Dan membuat jantungku lebih giat berolahraga"
Kenapa susah amat mengajakmu makan di luar"
Karena ini bukan malam Selasa.
Restoran hanya buka pada malam Selasa" Angel tak dapat menahan tawanya.
Kita selalu makan di luar pada malam Selasa!
Bagaimana kalau perutku lapar pada malam Minggu"
Kita makan di rumah. Bosan.
Bosan juga pada pekerjaanmu" Tidak ada tantangan untuk The Blue Angel malam ini"
Cuti. Karena aku ingin mengajak teman sekamarku makan malam di restoran.
Aku harus tahu dulu apa yang kita rayakan.
Akan kukatakan selesai makan malam nanti.
Kamu perempuan tontonan keparat! Febrian meraih Angel ke dalam pelukannya dan menciumnya dengan mesra. Kapan kamu baru mau berhenti membuat kejutan"
Angel membalas ciuman Febrian dengan sama mesranya. Dan mereka hampir tidak jadi pergi.
Mengapa setiap kali Febrian menciumnya, dia semakin ketagihan ingin bercinta dengan lelaki itu"
Febrian semakin heran melihat ke mana Angel membawanya. Sudah lama mereka tidak pernah menikmati makan malam seperti ini. Harga makanan di restoran mewah itu terbilang mahal.
Walaupun servis dan mutu makanannya terjamin.
Kamu pasti baru naik gaji, dumal Febrian sambil menyantap makanannya dengan lahap. Atau baru dilamar raja minyak dari Timur Tengah"
Nikmati saja hidanganmu. Karena aku tidak mungkin lagi bisa mentraktirmu di tempat seperti ini.
Febrian tertegun. Mulutnya yang sedang repot mengunyah mengejang.
Kamu mau ke mana" tatapannya bersorot curiga.
Kapan" Angel menahan tawa. Sesudah ini!
Pulang ke lat. Jangan main-main, Tessa! Kamu mau ke mana"
Tidak ke mana-mana. Kenapa kamu tidak bisa mentraktirku lagi" Karena aku tidak punya uang lagi. Febrian tertegun.
Ke mana uangmu" Habis.
Tiba-tiba saja Febrian baru menyadarinya. Pikiran itu mendadak saja melintas di otaknya. Ditatapnya Angel dengan tegang.
Kamu berhenti kerja" gumamnya tidak percaya.
Seharusnya aku baru mau mengatakannya setelah makan. Angel pura-pura bersungutsungut. Aku sudah memesan Dom Perignon untuk merayakannya....
Tessa! cetus Febrian antara terkejut dan gembira. Kamu berhenti" Serius"
Bukan itu saja. Aku sudah berhenti merokok.... Karena aku hamil....
Febrian ingin sekali melompat mencium Angel. Tetapi tiba-tiba pikiran itu menyerbu benaknya. Dan sinar yang bersorot di matanya meredup. Berganti kecemasan.
Kenapa tiba-tiba kamu berhenti" Kamu sakit"
Angel tersenyum lega. Sekejap tadi dikiranya Febrian tahu dia hamil.
Kan kamu yang melarang! Tapi kamu susah dilarang!
Tidak kalau kamu yang melarang, sahut Angel sambil mengedipkan sebelah matanya dengan nakal. Takut kamu tidak mau lagi mengabulkan permintaanku!
Malam itu mereka pulang dengan perasaan bahagia melumuri hati mereka. Febrian merasa sangat lega. Akhirnya dia bisa memiliki Angel seutuhnya. Karena mulai malam ini, hanya dia yang berhak menyentuh Angel. Dia sudah menyerahkan dirinya seratus persen untuk Febrian!
Sebaliknya, malam ini pun Angel menjadi dua kali lebih manja. Dua kali lebih hangat. Dua kali lebih memikat.
Febrian sadar, semakin hari dia semakin mengagumi Angel. Semakin terpikat. Semakin lengket. Tetapi mengapa malam ini dia tampil begitu
luar biasa, begitu berbeda" Karena sekarang Febrian yakin, dialah pemilik tunggal wanita itu"
Malam ini kamu mutlak milikku, bisik Febrian ketika mereka sedang melantai di lat Angel. Aku tidak mau lagi membagi dirimu dengan orang lain.
Mantovani sedang mengalunkan Somewhere My Love ketika Angel mengalungkan kedua belah lengannya ke leher Febrian. Dan menatap matanya dengan mesra.
Aku boleh minta yang sama padamu" Tidak ada perempuan lain dalam hidupku. Janji"
Sumpah. Kamu tidak akan meninggalkanku" Sampai maut memisahkan kita.
T IDAK sulit bagi Angel untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Mengandalkan kecantikan wajahnya dan keelokan tubuhnya, dia dapat memperoleh pekerjaan di tempat-tempat hiburan dengan mudah.
Tetapi demi menjaga perasaan Febrian, dia memilih bekerja sebagai pelayan di sebuah kedai fast food. Dengan jam kerja panjang dan gaji tidak seberapa.
Angel rela bekerja di tempat seperti itu. Tetapi dia baru merasa bingung ketika pada akhir bulan, dia tidak mampu membayar tagihan. Gajinya hanya cukup untuk makan. Sementara tabungannya telah habis. Uang di bank sudah ludes.
Tetapi Angel tidak mau memberitahu Febrian. Dia tidak mau mengganggu konsentrasinya. Febrian sedang menghadapi ujian semester. SamBab XII pai larut malam dia masih belajar. Angel menemaninya sampai terkantuk-kantuk di sofa.
Kamu tidur saja dulu, pinta Febrian iba. Sebentar lagi aku menyusul.
Angel membuka matanya dengan mengantuk. Masih ada waktu yang tersisa untukku" Jangan khawatir. Akinya masih full. Angel bangkit dari sofa. Memeluk Febrian dari belakang. Mengecup lehernya dengan mesra sambil membisikkan tiga patah kata.
Febrian hanya tersenyum. Dia masih berkutat satu jam lagi sebelum menutup komputernya. Membereskan buku-bukunya. Dan merentangkan lengannya yang pegal sambil menendang meja dengan kakinya, mendorong kursinya mundur.
Tidak sengaja ujung jarinya menyenggol kotak surat di atas meja pajangan dekat tembok. Kotak itu terguling. Dan Febrian tidak keburu menangkapnya.
Kotak itu jatuh ke atas permadani. Tutupnya terbuka. Isinya berhamburan keluar.
Sambil mengomel Febrian membungkuk. Memunguti kertas-kertas yang berserakan itu. Dan tiba-tiba matanya yang sudah mengantuk melihat tagihan-tagihan yang belum dibayar itu.
Bulan ini Angel tidak dapat membayar tagihan telepon. Gas. Listrik. Bahkan sewa apartemen! Biasanya semua itu didebet dari rekeningnya di bank. Tapi kini bank menulis surat, tidak dapat membayarnya karena sisa uang Angel tidak cukup. Uangnya di bank tinggal beberapa dolar saja.
Tiba-tiba saja Febrian sadar, Angel sedang kekurangan uang. Tetapi dia tidak mau mengatakannya. Dia tidak mau mengganggu Febrian. Mengusik konsentrasinya.
Febrian tahu, dibandingkan dengan pekerjaannya yang lama, gajinya sebagai pelayan pasti jauh lebih kecil. Dan Angel tidak mampu mengatasinya. Dia cuma heran, ke mana uang Angel di bank" Masa baru bulan pertama saja dia sudah kewalahan"
Febrian takut sekali Angel akan kembali ke pekerjaannya yang lama kalau dia kekurangan uang terus. Jadi Febrian tidak punya pilihan lain. Dia minta kiriman uang dari ayahnya.
Febrian menoleh heran ke jam tangannya ketika interkom berbunyi. Dan dahinya berkerut. Siapa yang datang pagi-pagi begini" Baru jam sepuluh. Rasanya tidak mungkin teman.
Mereka tidak punya banyak teman. Lagi pula di negeri ini, tamu tidak akan datang sembarang waktu. Kalau tidak terpaksa, mereka pasti membuat janji dulu.
Jadi siapa yang datang"
Febrian melangkah malas ke depan interkom dan menyalakan layar monitor.
Flat Angel bukan seperti apartemen Febrian. Tidak ada penjaga pintu. Tamu yang datang hanya perlu menekan tombol nomor lat mereka di mesin interkom di depan pintu masuk.
Dan ketika Febrian melihat wajah siapa yang terpampang di layar monitor, dia hampir terjengkang karena kaget.
Papa! Astaga! Ternyata yang datang bukan hanya uangnya!
Celaka dua belas! Bagaimana kalau ayahnya tahu dia tinggal bersama seorang cewek bule"
Bergegas Febrian membereskan latnya. Menyingkirkan semua barang Angel. Pakaiannya diraup begitu saja. Dimasukkan ke mesin cuci. Alat-alat make up-nya dijejalkannya ke dalam laci. Fotonya bersama Angel ditaruhnya di bawah tumpukan buku.
Lalu sambil mengatur napasnya yang terengahengah, Febrian menekan tombol interkom. Papa! serunya pura-pura terkejut. Lama amat" gerutu ayahnya kesal. Febrian cepat-cepat menekan tombol pembuka pintu. Lalu sambil menunggu ayahnya naik ke apartemennya, dia melayangkan tatapannya sekali lagi ke seluruh apartemen. Takut masih ada barang-barang Angel yang tercecer.
Lalu dia menunggu ayahnya di ambang pintu.
Papa! sergahnya pura-pura gembira. Padahal hatinya sedang berdebar cemas. Kok datang nggak bilang-bilang sih"
Kamu ke mana" Kok buka pintu saja lama sekali!
Ketiduran, Pa. Capek. Belajar terus. Ayahnya hanya bergumam sambil menatap buku yang berserakan di samping komputer.
Lalu matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan.
Flatmu kecil tapi bersih.
Oh, tinggal di sini apa-apa mesti dikerjakan sendiri, Pa. Kan nggak ada si Iyem.
Kamu tinggal sendiri"
Nah, ini pertanyaan yang berbahaya! Dulu sama teman, Pa. Tapi dia sudah pindah.
Terpaksa Febrian berbohong. Supaya ayahnya jangan shock.
Dan karena tegang berbohong terus, dia sampai lupa menyilakan ayahnya duduk. Lupa menawarkan minuman.
Ayah sudah duduk sendiri tanpa diundang. Dan Febrian hampir tercekik ketika melihat kilau sebelah giwang Angel di atas permadani. Untung Papa tidak melihatnya!
Betul kamu kuliah lagi"
Betul, Pa. Sekarang lagi mau ujian semester. Makanya kehabisan duit. Nggak bisa kerja.
Tidak usah kerja. Belajar saja. Papa sudah transfer ke rekening bank yang kamu berikan. Kalau masih kurang, bilang saja.
Terima kasih, Pa, sahut Febrian sambil berpikir keras, bagaimana mengabarkan kedatangan ayahnya pada Angel"
Kamu punya minuman" Minuman" Febrian melongo.
Maksud Papa, bukan minuman keras. Mata ayahnya melayang pada bar di sudut ruangan.
Dan matanya menyipit. Mukanya berubah. Kamu minum"
Iya dong, Pa! Masa nggak minum" Maksud Papa, minuman keras! Oh, cuma sedikit! Ini kan Amerika, Pa! Tapi kamu tetap orang Indonesia! Yang boleh kamu ambil dari Amerika hanya ilmunya, bukan kebudayaannya!
Bagaimana kalau wanitanya"
Kalau pulang nanti, Papa mau kamu tetap Febrian anak Indonesia. Bukan duplikat orang Amerika.
Pulang" Siapa yang mau pulang" Bagaimana dia berani membawa Angel pulang biarpun dia telah berjanji pada wanita itu" Begitu melihat ayahnya, semua keberaniannya langsung punah! Janjinya menguap seperti asap!
Jangan ngomong pulang dulu deh, Pa! Masih ada dua mata kuliah yang harus Rian ambil.
Kamu harus pulang kalau sudah lulus, sambung ayahnya seperti dapat menerka perasaan anaknya. Terlalu lama di luar negeri tidak baik. Kamu bisa lupa dari mana kamu berasal. Uh, Papa! Kuno!
Pokoknya setelah lulus, kamu harus pulang! Untuk pertama kalinya Febrian merasa ragu, benarkah dia ingin cepat-cepat lulus ujian" Kalau lulus berarti harus pulang dan meninggalkan Angel...
Angel! Tiba-tiba saja Febrian tersentak kaget. Bagaimana harus mengabarkan padanya ayahnya ada di lat mereka"
Papa tinggal di mana malam ini" cetus Febrian bingung.
Ayahnya menatapnya dengan perasaan tidak senang.
Memang kenapa kalau Papa tinggal di sini"
Oh, ranjangnya kecil, Pa! sahut Febrian gugup. Asal saja.
Tanpa dapat ditahan lagi ayahnya bangkit menuju ke kamar tidur. Ketika dia membuka pintu dan melihat satu-satunya ranjang di kamar itu, dia menoleh sambil mengangkat alisnya.
Kamu pikir berapa gemuknya sih ayahmu" Papa malah heran kamu tidur berdua dengan teman priamu di atas ranjang dobel" Flat ini cuma punya satu kamar, kan"
Wah, serbasalah! Febrian benar-benar mati langkah!
Teman saya sudah pindah, Pa.
Dan kamu tidur sendirian di ranjang ini" Maksud Rian, lebih nyaman kalau Papa tinggal di hotel! Di sini AC-nya suka ngadat. Air panasnya tidak jalan....
Papa lebih suka tinggal di sini. Tidak usah khawatir. Papa bisa mengurus diri sendiri. Tidak akan mengganggu konsentrasi belajarmu.
Tapi di hotel Papa bisa tidur lebih nyenyak. Mandi lebih nyaman. Makan lebih enak....
Papa mau tidur di sini! bentak ayahnya tidak sabar.
Dia kecewa sekali. Baru empat tahun di luar negeri, anaknya sudah tidak mau ketumpangan
ayahnya sendiri! Masa ayahnya disuruh tinggal di hotel" Padahal latnya tidak kecil-kecil amat! Lagaknya sudah seperti orang bule! Orangtua sendiri saja tidak boleh mengganggu privasinya! Hhh.
Kalau begitu, Rian beli makanan dulu, Pa! kata Febrian sambil buru-buru menyambar dompet dan jaketnya. Sampai di pintu, dia masih menoleh sekali lagi. Jangan diangkat kalau ada yang telepon, Pa! Ada answering machine kok!
Sesudah menutup pintu, dia baru ingat, mesin itu akan menjawab, lat ini tempat kediamannya bersama Angel!
Jadi Febrian cepat-cepat masuk kembali dan mencabut kabel telepon. Ayahnya sampai memutar kepalanya dan mengawasinya dengan curiga. Tetapi Febrian hanya menyeringai lebar. Banyak sales yang nawarin barang, Pa! Nanti Papa terganggu!
Angel terkejut bercampur gembira melihat Febrian tiba-tiba muncul di tempat kerjanya. Dikiranya Febrian sengaja membuat kejutan menjemputnya. Biasanya dia cukup menelepon lima kali sehari, sampai kadang-kadang bosnya melirik kurang senang.
Kerja sih sambil pacaran! Kalau bisa ngomong, pasti lirikannya bilang begitu.
Tapi siang ini Febrian tiba-tiba muncul! Kejutan apa yang dibawanya"
Makan siang di luar" tanyanya sambil tersenyum setelah menyodorkan pipinya minta dicium. Tidak keberatan rambutku bau hamburger"
Ayahku datang! sahut Febrian terengahengah seperti dikejar hantu.
Oh, kabar baik! cetus Angel gembira meskipun agak terkejut. Bukankah Febrian memang ingin memperkenalkannya kepada orangtuanya" Tapi aku belum bisa pulang. Mudah-mudahan nanti malam aku bisa minta izin pulang lebih cepat. Bisa makan malam dengan ayahmu. Tessa....
Jangan khawatir, Angel tersenyum lebar melihat keruhnya paras Febrian. Menemui ayahmu, penampilanku pasti tidak begini!
Aku tidak ingin kamu pulang! Hah" Angel melongo heran.
Malam ini jangan pulang, Tessa. Ayahku tidak suka kamu tinggal di latku.
Flatmu" Angel menyipitkan matanya dengan dingin. Keningnya berkerut. Senyumnya memudar. Keriangannya langsung surut sampai ke dasar.
Lebih-lebih kalau dia tahu itu latmu! Di negeriku, laki-laki dan wanita yang belum menikah, belum boleh tinggal bersama.
Tapi tidak terlarang menemui ayahmu sebelum menikah, kan"
Tentu saja tidak. Esok kuajak kamu menemui ayahku.
Di mana aku harus tinggal malam ini"
Bagaimana kalau di tempat Beverly" Kamu kan tahu di sini orang tidak bisa bertamu seenaknya sendiri. Harus membuat janji dulu. Biarpun orang itu ayah kita sendiri! sindir Angel pedas.
Maafkan aku, Tessa, gumam Febrian serbasalah. Tolonglah aku. Malam ini saja. Aku benar-benar bingung.
Mengapa kamu begitu takut pada ayahmu" Bukan takut. Aku hanya tidak ingin mengecewakannya.
Karena memiliki seorang wanita seperti aku di latmu"
Karena kita belum menikah!
Angel! panggil bosnya agak kesal setelah lirikan mautnya tidak digubris. Ini hampir jam makan siang. Pengunjung mulai banyak. Tapi pelayannya ngobrol terus di sudut ruangan!
Aku tetap akan pulang ke lat, kata Angel dengan suara dingin. Itu latku! Ayahmu tidak berhak melarangku pulang ke latku sendiri!
Wah, Febrian benar-benar bingung. Panik. Serbasalah.
Angel memang perempuan Amerika yang sangat menghormati hak pribadinya. Sulit sekali memberikan penjelasan yang tidak dapat diterima logikanya.
Tetapi ketika Angel pulang malam itu, Febrian sampai tertegun. Mula-mula dia malah hampir tidak dapat menahan tawanya.
Angel sudah menghapus semua make up-nya. Dia mengenakan kemeja longgar dan celana panjang yang entah dipinjamnya dari mana. Untuk menutupi rambutnya, dia mengenakan topi bisbol. Tampangnya memang jadi aneh. Tapi kelihatannya dia tidak peduli.
Ayahmu tidak keberatan kalau teman priamu yang tidur bersamamu, kan" sindirnya ketika Febrian menyongsongnya di depan pintu.
Kenalkan ayahku, Tom, terpaksa Febrian bersandiwara. Baru datang dari Indonesia. Sori tidak memberitahu lebih dulu.
Ayahnya yang sedang menonton televisi langsung menoleh. Dan dahinya langsung berkerut. Cari teman kok kayak banci begini" Apa bukan gay"
Ini Tom, teman lat Rian, Pa, sambung Febrian kaku.
Apa kabar, sapa Angel seadanya. Tidak berani mengulurkan tangannya. Dia langsung ke dapur supaya tidak usah membesar-besarkan suaranya lagi.
Sori, bikin susah, bisik Febrian yang langsung menyusul ke dapur. Dandananmu boleh juga.
Di mana kamu mau aku tidur malam ini" tanya Angel dingin tanpa merespons kelakar Febrian.
Febrian benar-benar merasa tidak enak. Merasa bersalah. Menyesal. Dirangkulnya Angel yang sedang mengambil minuman dari belakang. Tetapi Angel langsung melepaskan diri. Kalau dilihat ayahmu, dikiranya kamu gay! Tessa....
Sampai Maut Memisahkan Kita Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kamu tidak mungkin menyuruhku tidur bersama ayahmu, kan" Atau menyuruh ayahmu tidur di sofa"
Kamu membuatku merasa seperti seorang pembunuh! keluh Febrian pahit.
Aku cuma ingin kamu berani menghadapi kenyataan!
Ayahku hanya beberapa hari tinggal di sini. Apa salahnya membuat dia senang"
Meskipun harus menukarnya dengan kesenangan kita"
Kita selalu bersama-sama!
Itu karena aku ngotot pulang! Kalau tidak, sekarang aku sudah di hotel!
Rian! panggil ayahnya dari ruang tengah. Tentu saja dia tidak mengerti apa yang diributkan anaknya. Mereka menggunakan bahasa Inggris. Berbisik-bisik pula. Tetapi melihat paras anaknya, melihat gerak tubuh teman latnya, ayah Febrian sudah dapat menduga apa kira-kira yang terjadi. Dan dia merasa tidak enak.
Lebih baik Papa tinggal di hotel saja, katanya datar. Papa tidak tahu kamu punya teman lat. Katamu tadi dia sudah pindah. Kamu tinggal sendiri di sini.
Kadang-kadang Tom masih tinggal di sini, sahut Febrian murung.
Dan ayahnya makin curiga. Mau apa banci itu kadang-kadang tinggal bersama anaknya"
Panggilkan taksi, kata ayahnya jijik. Papa tinggal di hotel saja.
Oh, jangan, Pa! Papa tidur di kamar saja. Biar
Tom tidur di sofa. Papa kan nggak lama tinggal di sini!
Baru datang sudah disuruh pulang, keluh ayah Febrian jengkel.
Dia tega menyuruhku tidur di sofa, geram Angel sama kesalnya.
Dan malam itu benar-benar menjadi neraka untuk Febrian. Kalau punya jarum suntik, ingin rasanya dia menyuntik ayahnya dengan obat tidur!
Lewat tengah malam, Febrian merayap keluar dari selimutnya. Ayahnya sudah tidur lelap. Dengkurnya keras dan teratur. Mukanya menengadah ke langit-langit kamar. Mulutnya separuh terbuka.
Untung Angel nggak ngorok, pikir Febrian sambil tersenyum masam. Barangkali ibu tirinya harus memakai kapas penyumbat telinga.
Perlahan-lahan dia membuka pintu kamar. Dan menyelinap ke luar.
Ruangan sudah digelapkan sama sekali. Tetapi tirai yang tidak tertutup rapat masih menyisakan sedikit terang dari luar.
Febrian bisa melihat Angel berkerubung selimut di sofa.
Kasihan, keluh Febrian iba sambil menghampiri wanita itu.
Hati-hati dirangkulnya tubuh Angel. Tangannya sudah bersiap-siap membungkam mulutnya kalau dia memekik kaget.
Tetapi Angel tidak memekik. Rupanya dia juga belum tidur. Atau... dia juga sedang menunggu Febrian"
Maafkan aku, bisik Febrian ketika dia mendekap rapat tubuh Angel dari belakang. Aku menyakiti hatimu.
Aku hanya merasa tersinggung. Angel menggeser tubuhnya supaya mereka bisa melekat berdua di atas sofa. Kamu lebih memperhatikan ayahmu.
Soalnya bukan siapa yang lebih kuperhatikan, bisik Febrian di telinga Angel. Tapi karena dia ayahku. Orangtua yang harus dihormati. Kamu tidak harus menghormati wanitamu" Kultur kita berbeda. Itu yang membuat perbedaan persepsi. Lelaki bangsaku harus menghargai wanita. Tapi juga harus menghormati orangtuanya.
Banyak hal yang tidak dapat kucerna dengan logikaku. Ayahmu datang mendadak. Tanpa pemberitahuan lebih dulu. Lalu tinggal di lat kita.
Di negeriku, itu hal biasa. Orangtua boleh datang dan bermalam kapan saja. Tidak ada anak yang berani menolak.
Oke, kalau itu adat istiadat bangsamu. Tapi kenapa aku tidak boleh tinggal di latku sendiri"
Karena ayahku tidak tahu ini latmu. Dan seperti tadi sudah aku bilang, di negeriku, laki-laki dan wanita yang bukan suami-istri tidak boleh hidup bersama.
Tapi kita hidup di Amerika!
Di mata ayahku, aku tetap orang Indonesia!
Mengapa kamu tidak berani berterus terang" Aku benci lelaki yang lemah. Yang takut mengakui kesalahannya, kalau memang yang kamu lakukan itu salah!
Aku hanya tidak ingin ayahku kecewa. Kalau ayahmu kecewa mengetahui perempuan macam apa yang hidup bersama anaknya, kamu akan meninggalkanku"
Tentu saja tidak. Kalau kamu harus memilih...
Aku akan memilihmu. Febrian mengecup belakang telinga Angel sampai dia menggeliat geli. Bulu romanya meremang. Karena bagaimanapun perbedaan kultur kita, satu hal tetap universal. Cinta.
Angel membalikkan tubuhnya dalam pelukan Febrian. Sampai wajah mereka melekat. Kamu cinta padaku"
Masih perlu tanya" Kamu tidak pernah mengatakannya. Kamu tidak pernah menanyakannya. Haruskah kutanya"
Tanyalah. Cintakah kamu kepadaku, Indie" Ya, aku sangat mencintaimu, Tessa. Selamanya"
Sampai maut memisahkan kita.
Angel mencari-cari bibir Febrian dengan bibirnya. Dan ketika keduanya bertemu, mereka berciuman dalam sebuah ciuman yang sangat lama.
Tetapi ketika Febrian ingin bercinta, Angel menolak dengan halus.
Jangan, pintanya lembut. Kalau ayahmu mendadak bangun dan menyalakan lampu... dia pasti langsung pindah ke hotel!
P AGI-PAGI sekali, sebelum ayah Febrian bangun, Angel telah meninggalkan lat. Dia baru kembali tengah malam, sesudah orang tua itu tidur. Dua malam kemudian, dia menumpang di lat temannya.
Tentu saja Beverly tidak percaya karena ayah pacarnya datang, Angel terpaksa mengungsi. Tidak masuk logika.
Mereka pasti sedang bertengkar! Tetapi Beverly tidak mau mencampuri urusan pribadi temannya. Itu urusannya sendiri.
Kebetulan Brandon sedang tugas ke Oklahoma dua minggu. Flatnya kosong. Jadi dia bisa menampung Angel.
Selama Angel tinggal di lat Beverly, Febrian membayar semua tagihan yang belum dilunasi.
Bab XIII Ketika Angel mengetahuinya, dia bukannya gembira, malah marah.
Dari mana uang sebanyak itu" desaknya antara terkejut, gusar, dan curiga.
Ayahku, sahut Febrian tenang. Polos. Sedikit bangga. Lho, apa salahnya"
Papa memang sudah pulang. Tetapi dia meninggalkan uang yang tidak sedikit. Di bank. Maupun di lat Febrian. Wah, Papa memang baik! Tahu saja anaknya kere!
Tetapi Angel malah hampir menjerit seperti dicekik setan.
Ayahmu" belalaknya kesal.
Memang kenapa" cetus Febrian bingung. Kamu minta uang pada ayahmu" Apa salahnya" Aku tidak minta uang pada Presiden Amerika Serikat!
Memalukan! Siapa bilang" Sudah sebesar ini kamu masih minta uang pada ayahmu"
Sampai sebesar apa pun, aku tetap anaknya! Apa salahnya minta uang pada ayah sendiri" Pantas kamu begitu takut pada ayahmu! Siapa bilang aku takut" Aku hanya menghormati ayahku! Salahkah menghormati ayah sendiri"
Apa yang kamu janjikan sampai ayahmu mau memberikan uang sebanyak itu"
Mengapa aku harus menjanjikan sesuatu" balas Febrian tersinggung. Kenapa kamu begitu
curiga" Mestinya kamu yang lebih pantas dicurigai!
Aku" belalak Angel sengit. Aku tidak pernah minta uang dari orang lain!
Kamu yang memberikan uang pada orang lain"
Untuk apa" sergah Angel panas.
Jawablah sendiri! balas Febrian sama panasnya. Ke mana uangmu sampai kamu tidak bisa membayar tagihan sebanyak itu"
Gajiku jauh lebih kecil! Kamu pura-pura bodoh atau memang dungu"
Ke mana uang simpananmu" Kamu berikan pada pria lain" Tip buat lelaki Italia di restoran langgananmu"
Begitu marahnya Angel sampai dia lupa diri. Diayunkannya tangannya kuat-kuat menampar pipi Febrian.
Malam itu Angel tidak pulang. Padahal rencananya, begitu ayah Febrian pulang, mereka akan tinggal sama-sama lagi. Malah malam ini mereka merencanakan makan di luar. Febrian akan membawa Angel makan di sebuah restoran kelas satu.
Tetapi petaka itu keburu datang. Mereka bertengkar. Ribut besar. Pertengkaran paling besar dalam hubungan mereka selama ini. Pertama kali Angel menamparnya.
Terus terang Febrian memang menyesal.
Mengapa dia sampai hati menuduh Angel sekeji itu"
Dia memang heran ke mana uang simpanan Angel. Dia pernah melihat jumlahnya waktu Angel mengajaknya ke bank. Tentu saja Febrian tidak berhak menanyakannya. Mereka belum menikah. Dan uang Angel adalah milik pribadinya.
Febrian hanya heran, ke mana sekarang uang sebanyak itu. Dia juga kesal karena Angel marah dia minta uang pada ayahnya.
Angel jengkel karena menganggap Febrian masih kekanak-kanakan. Belum bisa mandiri. Lepas dari orangtua. Apa-apa minta dari ayah. Lelaki apa itu"
Tetapi bukankah Angel sendiri butuh uang" Dari mana dia hendak melunasi tunggakannya" Febrian hanya ingin menolong!
Tetapi menuduhnya memakai uangnya untuk membayar seorang gigolo benar-benar keterlaluan!
Febrian merasa benci kepada dirinya sendiri. Mengapa dia tega menuduh Angel sekejam itu"
Berkali-kali Febrian menelepon Angel. Tetapi ponselnya tidak diangkat. Di tempat kerja pun dia menolak menerima telepon Febrian. Belakangan malah telepon itu sudah tidak diangkat sama sekali. Ketika Febrian datang ke tempat kerjanya, kedai hamburger itu sudah tutup.
Malam memang sudah larut. Sudah lewat tengah malam. Angin bertiup kencang sekali. Suaranya sampai menderu-deru.
Febrian merapatkan jaketnya. Untuk mengurangi rasa dingin yang menyergapnya.
Dia berjalan ke tempat pemberhentian bus. Tapi sudah tidak ada bus yang lewat. Terpaksa dia menunggu taksi. Dan terlambat menyadari, dia sudah tidak sendiri lagi.
Ada dua orang pemuda kulit hitam menghampirinya. Tampaknya mereka bukan menunggu taksi. Mereka menunggu mangsa.
Negro yang tubuhnya lebih besar, sudah langsung minta uang. Tanpa basa-basi lagi. Napasnya berbau alkohol. Jaketnya sama lusuhnya dengan tampangnya.
Ketika Febrian menolak mentah-mentah, dia langsung mengeluarkan pisaunya. Dan dia bukan hanya menggertak. Dia benar-benar menikam. Dengan ganas. Tanpa ragu-ragu.
Febrian tahu dia bisa celaka kalau menunggu lebih lama lagi. Tempat itu sepi. Sudah tidak ada orang lewat. Dan pemuda yang tubuhnya lebih kecil, tampangnya lebih menyeramkan lagi. Mirip pecandu narkotik yang kehabisan uang.
Dengan jurus-jurus taekwondonya, Febrian berhasil mempertahankan diri. Membuat mereka jatuh tunggang-langgang. Meskipun lengannya robek kena torehan pisau. Mukanya babak belur. Bajunya robek.
Untung taksi keburu datang sebelum mereka sempat kembali bersama gengnya. Tergesa-gesa Febrian naik dan menyebutkan alamat flat Beverly.
Ketika sopir taksi melihat keadaannya, dia bertanya apakah Febrian perlu diantar ke rumah sakit. Tapi Febrian memilih langsung ke lat Beverly saja.
Flat Beverly berada di tingkat tiga. Febrian harus mendaki dengan susah payah karena di sana tidak ada lift. Lama dia harus menunggu sebelum Beverly membuka pintu dengan wajah masam.
Kamu tahu jam berapa sekarang" tanyanya pedas sambil menguap lebar.
Angel ada" Dia tidak mau menemuimu. Beverly sudah bergerak hendak menutup pintu. Tetapi kaki Febrian mengganjalnya. Katakan aku ingin dia pulang bersamaku. Dan mata Beverly yang mengantuk melihat darah yang mengalir dari lengan Febrian. Matanya langsung membulat.
Apa yang terjadi" suaranya berubah ketika melihat muka Febrian yang babak belur. Tidak penting. Tolong saja panggilkan Angel. Angel! seru Beverly dari ambang pintu. Sambil berkacak pinggang dia mengawasi Febrian. Kurasa kamu harus melihatnya. Dia seperti baru terjun dari jendela latmu!
Melalui puncak bahu Beverly, Febrian melihat Angel. Masih mengenakan mantel pagi di luar baju tidurnya.
Sesaat mereka saling tatap sebelum Beverly meninggalkan mereka.
Ada pembalut di kamar mandi, katanya singkat.
Tessa, desis Febrian perlahan. Maukah kamu pulang bersamaku"
Sebenarnya Angel belum ingin memaafkannya. Hatinya masih sakit. Tetapi melihat keadaan Febrian, dia tidak dapat menahan dirinya lagi untuk berpura-pura tidak khawatir.
Kamu kenapa" Tidak apa-apa. Aku datang menjemputmu. Aku belum mau pulang.
Oke. Aku akan duduk menunggumu di depan pintu.
Dan Angel tahu, Febrian bukan hanya menggertak. Sifatnya memang masih seperti anak kecil. Sambil menghela napas panjang, dia melebarkan pintu.
Febrian tidak mau masuk. Dia tetap mau pulang sekarang juga. Terpaksa Angel menyeretnya. Memaksanya duduk di kursi. Dan membuka jaketnya.
Ketika dia melihat bekas torehan pisau itu, matanya menyipit.
Berkelahi" Mereka minta uangku. Di bar" Kamu mabuk" Dalam perjalanan kemari.
Angel tidak bertanya lagi. Dia tahu, penjahat ada di mana-mana. Apalagi kalau malam.
Dia langsung mengambil obat luka dan pembalut. Ketika dia kembali, Febrian sudah tegak di depan pintu.
Aku mau pulang! rajuknya seperti anak kecil.
Lukamu mengeluarkan banyak darah! Kalau tidak mau ke rumah sakit, biarkan aku membalutnya!
Biar! Kalau kamu tidak mau pulang, biar aku duduk di depan sampai pagi! Biar darahku habis!
Angel menghela napas kesal.
Kapan kamu jadi dewasa" keluhnya sambil mengambil segulung pembalut dan menekannya di lengan Febrian. Tekan kuat-kuat supaya darahmu berhenti.
Lalu dia masuk ke kamar Beverly. Ketika dia keluar lagi, dia sudah menukar baju. Tangannya menjinjing tas dan kunci mobil.
Angel melumuri lengan Febrian dengan obat luka dan membalutnya. Sementara Febrian duduk di sofa. Mengompres wajahnya dengan es.
Ketika Angel ke kamar mandi untuk mencuci tangannya, Febrian mengikutinya. Dirangkulnya Angel dari belakang. Diciumnya lehernya dengan mesra.
Maafkan aku, Tessa. Angel menggeliat. Menyingkirkan lehernya dari bibir Febrian. Dia masih kesal. Belum ingin berdamai. Dia perlu waktu.
Tetapi Febrian selalu ingin menyelesaikannya sekarang juga. Dan dia tahu sekali bagaimana harus merayu Angel.
Aku akan tidur di sofa kalau kamu mau tidur
sendiri, katanya memelas sekali. Dirangkulnya pinggang Angel dengan manja. Tapi kalau kamu izinkan aku tidur di sampingmu, aku janji... Febrian melekatkan mulutnya di leher Angel. Lidah dan napasnya menggelitiki leher wanita itu. Membuat Angel menggeliat geli. Besok pagi akan kubuatkan sarapan istimewa. Nasi goreng Jawa dan kopi tubruk. Febrian tidak menerjemahkan kedua menu itu sampai Angel tidak dapat menahan senyumnya karena dia tidak tahu makanan apa itu.
Kamu jahat sekali! Angel berbalik dan merangkul leher Febrian. Membiarkan tetes-tetes air dari tangannya membasahi leher dan baju lelaki itu.
Ya, aku jahat sekali, Febrian mencium bibir kekasihnya dengan mesra. Tapi aku sangat mencintaimu.
Angel membalas ciumannya. Lalu melepaskannya dan bertanya lagi dengan penasaran.
Kenapa punya pikiran sejelek itu dalam kepalamu"
Kamu sudah mengatakannya, kan" Karena aku jahat sekali.
Kamu pasti punya alasan mencurigaiku! Ke mana uangmu"
Aku tidak boleh punya rahasia" Kejutan lagi"
Jangan desak aku lagi. Supaya aku masih punya kejutan untukmu.
Perempuan tontonan keparat! desis Febrian mesra. Ditatapnya mata Angel dengan penuh kerinduan. Kamu memang bukan cuma pintar membanting lelaki! Kamu pintar menggedor jantung mereka!
Kejutan membuat hidup tidak membosankan.
Kalau begitu, aku juga punya kejutan untukmu.
Baju tidur lagi" Pulang ke Indonesia. Kamu mau pulang" Kali ini Angel benarbenar terkejut.
Bersamamu. Febrian memang merasa bersalah karena tidak memperkenalkan Angel kepada ayahnya. Dan dia ingin menebusnya dengan membawa Angel pulang. Memperkenalkannya kepada ayahnya sebagai teman gadisnya.
Bersamaku" cetus Angel tidak percaya. Karena aku tidak mau berpisah lagi. Biarpun hanya untuk malam ini saja. Nah, bolehkah aku tidur di sampingmu"
Besok tetap ada navigator...
Nasi goreng! Febrian mencolek ujung hidung Angel sambil tertawa gelak-gelak. Nah, itu PR untukmu! Mulai besok sampai aku selesai ujian, kamu harus belajar mengucapkan nasi goreng! Belum bisa, berarti belum boleh ke Jakarta!
A NGEL begitu terpesona ketika melihat kota
Jakarta. Selama ini dia membayangkan Jakarta masih sebuah kota sepi di pinggir hutan. Febrian memang sering membohonginya. Tentu saja dalam rangka bergurau. Saat itu, internet belum marak. Angel belum bisa membayangkan seperti apa Jakarta dewasa ini.
Harimau, kijang, dan ular masih sering melintas menyeberangi jalan, kata Febrian sambil menahan tawa.
Padahal jangankan binatang, orang saja sulit menyeberang di Jakarta!
Di Jakarta, orang mandi dan buang air di sungai, sambung Febrian, tidak jemu-jemunya menggoda Angel. Di atas sungai di belakang rumah, biasanya didirikan sebuah kamar kecil dari bambu. Nah, kamu mesti belajar buang air
Bab XIV besar sambil jongkok! Jangan sambil membaca. Siapa tahu ada ular yang mengintip pantatmu! Dikiranya kelinci!
Ketika tiba di rumah ayah Febrian yang sebesar Gedung Putih, Angel memukul bahu Febrian dengan gemas. Apalagi ketika melihat kamar mandi dan WC-nya yang sepuluh kali lebih mewah dari kamar mandi di latnya....
Tidak ada hutan. Tidak ada harimau. Entah kalau ular. Soalnya kebun di rumah ini sangat luas dan rimbun.
Kurang ajar kamu! Angel mencubit Febrian yang sedang tertawa terpingkal-pingkal. Tegateganya membohongiku! Sudah seminggu aku belajar buang air sambil jongkok!
Baru tiba saja, Angel sudah merasa betah. Panas tidak terasa lagi di rumah yang dipenuhi pendingin ruangan ini. Rumahnya juga bersih. Asri. Tidak kotor seperti jalan raya yang dilewatinya dari airport tadi.
Dia cuma merasa heran melihat mobil yang berderet-deret di garasi. Persis showroom mobil. Buat apa orang Indonesia mempunyai mobil sebanyak itu" Pantas saja jalan-jalan di Jakarta macet total!
Tetapi meskipun mengesankan orang kaya, ayah Febrian tidak tampak angkuh. Dia menyambut tamu anaknya dengan ramah. Dan tidak keberatan Angel tinggal di rumahnya. Meskipun Febrian mengatakannya begitu sampai di rumah. Enteng saja dia bilang,
Pa, Angel mau tinggal di sini.
Suruh Iyem siapkan kamar tamu, katanya pada istrinya yang jauh lebih muda dan masih terlihat cantik itu.
Wah, orang Indonesia benar-benar ramah! Lebih-lebih pembantu-pembantunya. Mana ada pembantu di Amerika yang seramah dan sepatuh pembantu di rumah ayah Febrian" Mereka begitu hormat. Begitu rajin. Begitu melayani. Kalau Angel tahu berapa gaji mereka, dia pasti akan lebih kagum lagi! Jangan-jangan dia mau memesan satu untuk dibawa ke latnya!
Ibu Febrian tidak kalah menariknya. Meskipun masih cantik dan terlihat jauh lebih muda dari suaminya, dia begitu patuh dan hormat pada ayah Febrian.
Padahal kalau sudah mengenakan kain-kebaya dan sanggul, dia tampil begitu anggun. Seperti ketika dia sedang memimpin semacam pertemuan di ruang atas rumahnya yang seluas aula.
Yang membuat Angel lebih kagum lagi, semua wanita di sana mengenakan baju yang sama warna maupun coraknya. Dan lebih aneh lagi, mereka tidak merasa terganggu ketika ibu Febrian memperkenalkan Febrian dan Angel kepada mereka. Padahal mereka datang di tengah-tengah pertemuan.
Teman-teman ibu Febrian yang sangat ramah itu kelihatannya begitu menghargai tamu asing. Mereka seperti berlomba-lomba mengajak Angel bercakap-cakap dalam bahasa Inggris.
Angel tidak menyangka bahasa Inggris begitu populer di Indonesia. Dan tidak menduga, begitu
banyak orang Indonesia yang dapat berbahasa Inggris. Bukan main. Dia benar-benar telah keliru menduga ke tempat seperti apa dia pergi!
Angel masih asyik mencicipi beraneka ragam penganan yang ditawarkan mereka. Duh, banyaknya kue yang disajikan di sana! Rasanya cukup untuk jatah sehari semua gelandangan di LA!
Beberapa macam kue memang belum pernah dicicipinya. Jangankan dicicipi, dilihat saja belum! Dan Angel seperti layaknya orang Amerika, tidak rikuh mengambil apa saja yang ditawarkan.
Febrian-lah yang buru-buru mengungsikannya begitu ada peluang.
Kalau dilayani, mereka tidak akan berhenti mewawancaraimu sampai malam! gerutu Febrian sambil tersenyum pahit. Bisa bocor rahasia kamar tidur kita!
Mereka sangat ramah, komentar Angel, masih takjub dengan semua yang dilihatnya. Rasanya aku betah tinggal di sini, Indie!
Hm, memang siapa yang mengundangmu" Mereka sedang apa" Pesta"
Rapat organisasi sambil arisan. Jangan tanya apa itu arisan!
Tidak kusangka ibumu masih begitu muda dan cantik!
Ibu tiri. Ibuku sudah meninggal.
Maaf, Angel merangkul Febrian menyatakan penyesalannya.
Saat itu seorang pembantu datang membawakan minuman. Febrian buru-buru melepaskan pelukan Angel.
Hati-hati tingkahmu! guraunya sambil tersenyum. Di sini wanita tidak memeluk pria di depan umum!
Sejak masih di LA, Febrian memang sudah selalu mengingatkan Angel, jaga tingkahmu. Di negeriku kamu harus sopan. Tidak boleh pakai gaun ketat atau mini. Tidur pun harus pakai piama. Dan kita harus tidur di kamar terpisah!
Tentu saja Angel sudah membeli beberapa gaun konvensional. Celana komprang. Blus mirip seragam sekolah. Dan sesampainya di Jakarta, dia merasa dibohongi Febrian. Pakaian wanita Jakarta ternyata cukup modis dan berani!
Tetapi dia bersyukur juga. Karena memang sekarang dia tidak terlalu berani lagi memakai baju ketat. Takut hamilnya kelihatan. Memasuki minggu keempat belas, memang sudah agak sulit menyembunyikan perutnya yang mulai gendut. Makanya dia selalu minta lampu digelapkan kalau bercinta.
Kenapa" goda Febrian tanpa curiga. Ada tato di perutmu"
Febrian memang selalu bercanda. Terang saja Angel gemas ketika Febrian melarangnya memeluknya. Dikiranya dia dipermainkan lagi.
Jangan bohongi aku lagi! rajuk Angel gemas.
Eh, nggak percaya" Coba lihat bagaimana pembantu itu cepat-cepat pergi dengan tersipusipu begitu"
Memang kenapa" Kamu bisa dibawa ke pos hansip!
Apa itu ancip" Petugas keamanan.
Berhentilah menggodaiku! geram Angel gemas. Atau kugigit hidungmu di depan ayahmu!
Memang yang gembira dan takjub bukan hanya Angel. Ibu tiri Febrian juga.
Teman wanitanya sangat cantik, pujinya ketika Febrian sedang membawa Angel melihatlihat tempat bersejarah yang masih tersisa. Belum dibongkar menjadi department store atau jalan raya. Seperti bintang ilm saja ya, Pak"
Kelihatannya bukan teman biasa, komentar suaminya singkat.
Lebih baik dia punya pacar wanita secantik itu daripada teman sekamar yang kata Bapak kayak banci, kan"
Ketika tinggal di latnya, Bapak khawatir dia jadi gay. Sekarang Bapak malah khawatir dia hidup bersama teman gadisnya yang bule itu.
Di Amerika kan beda, Pak. Jangan terlalu menyalahkan Febrian. Kita malah harus bersyukur dia bisa bergaul normal lagi dengan seorang wanita.
Ya, kelihatannya Febrian memang sudah sembuh. Dia berbeda. Begitu bahagia dan ceria.
Teman gadisnya juga istimewa, Pak. Sudah cantik, ramah lagi. Gampang bergaul dengan siapa saja. Disukai semua orang.
Tapi Bapak tetap tidak setuju Febrian hidup bersama teman gadisnya tanpa menikah. Kalau memang dia merasa cocok dengan perempuan
bule itu, oke! Mereka boleh menikah. Tapi Febrian harus menyelesaikan dulu perceraiannya dengan Inge!
Angel begitu mengagumi panorama Puncak. Dia memang seorang ekstrover. Selalu meluapkan perasaannya dengan terbuka. Jadi dia tidak malumalu menyatakan kekagumannya ketika melihat pemandangan seindah itu. Kadang-kadang dia sampai memekik tertahan. Dia begitu gembira. Begitu bahagia. Dan dia menumpahkan perasaannya dengan terus terang.
Tidak seperti Inge. Entah mengapa, ketika sedang mengemudikan mobilnya di jalan berkelokkelok menuju ke puncak gunung, Febrian terkenang perjalanannya bersama Inge.
Mereka sama-sama cantik. Tapi sifat mereka sungguh bertolak belakang. Inge introver. Malumalu. Selalu menutupi perasaannya... ah, seperti apa dia sekarang"
Aku tidak sangka ada tempat seindah ini di dunia yang gambarnya saja belum pernah kulihat! cetus Angel kagum.
Oh, ini baru sebagian kecil! Masih banyak tempat indah di tanah airku, sahut Febrian bangga.
Aku ingin melihat semuanya, Indie. Berdoa saja semoga kamu jangan dideportasi!
Angel memang bukan hanya selalu menyatakan perasaannya dengan terus terang. Dia juga senantiasa tidak ragu-ragu mencoba hal-hal baru. Termasuk mencicipi makanan yang belum pernah dilihatnya. Meskipun kadang-kadang dia sampai sakit perut. Diare. Atau konstipasi sekalian. Tidak bisa bab dua hari.
Nanti kamu harus mencoba ikan bakar, kata Febrian sambil tersenyum. Lalap dengan sambal terasi. Itu makanan khas Sunda. Bawa obat diare, kan"
Tetapi Angel tidak memberi tanggapan. Dia sedang mengagumi panorama di kiri-kanan jalan. Sejak memasuki kawasan Puncak, mulutnya memang tidak henti-hentinya memuji.
Bukit hijau membiru yang kadang-kadang diselimuti kabut, hamparan lembah hijau yang memesona dan kebun-kebun teh yang menyejukkan mata di lereng pegunungan, membuat Angel repot sekali menjepretkan kamera.
Febrian mengajarinya menyanyikan Naik-Naik ke Puncak Gunung. Dia juga menerjemahkan artinya. Meskipun mula-mula sulit menirukannya, Angel belajar dengan cepat.
Nanti malam aku nyanyikan di depan ayahmu, katanya bangga.
Meskipun diucapkan dalam nada bergurau, Febrian tahu Angel akan melaksanakan niatnya.
Sambil tersenyum, Febrian membayangkan ayahnya akan mengerutkan dahinya sedikit. Tapi Papa pasti suka. Laki-laki. Setua apa pun, Febrian tahu, minatnya pada wanita pasti tidak jauh berbeda. Dan wanita sejenis Angel, merupakan kegemaran laki-laki. Bangsa apa pun dia. Berapa pun umurnya.
Ketika mereka keluar makan siang, pedagang asongan menyerbu menawarkan barang. Febrian ingin mengusir mereka karena merasa terganggu. Tetapi Angel begitu antusias memilih ini dan itu.
Perempuan, keluh Febrian dalam hati. Tidak bisa dipisahkan dari belanja!
Turis bodoh, gurau Febrian sambil tersenyum pahit. Beli ini, beli itu. Sampai di rumah jadi sampah!
Biar, sahut Angel yang sedang repot memilih. Berapa tiga ribu itu, Indie"
Sedolar lebih. Biar aku yang nawar! Kalau kamu yang beli pasti kemahalan!
Sedolar lebih" belalak Angel, mula-mula kaget. Lalu kesal. Barang begini bagus" Kamu pasti bohong lagi!
Sudahlah! Tunjuk saja mana yang kamu mau! Kalau lihat bule, harganya pasti dobel!
Angel begitu menikmati semuanya. Membeli barang-barang yang disukainya. Menikmati pemandangan alam. Bahkan menggerogoti jagung rebus.
Satu-satunya keluhannya hanyalah kalau dia harus mencari WC.
Febrian terpaksa membawanya ke vila ayahnya. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin ke sana. Kenangan pahitnya masih membekas. Kalau bisa, dia malah ingin melenyapkannya. Tidak mau lagi ke sana seumur hidup. Lebih-lebih ke kolam renangnya....
Tetapi Angel juga tidak mau berenang. Tentu saja Febrian tidak tahu alasannya yang sebenarnya. Dia hanya bilang, sori, lagi mens.
Mens lagi" Febrian pura-pura kesal. Padahal sengaja kubawa kamu kemari! Nggak kangen"
Angel tersenyum manis. Sisakan untuk anniversary kita, gumamnya lembut. Tinggal beberapa hari lagi, kan"
Mereka memang sudah punya rencana masingmasing. Angel akan memberitahukan kehamilannya. Febrian akan melamar Angel.
Ketika Febrian menyampaikan niatnya pada ayahnya, di luar dugaan, Papa tidak memprotes. Dia hanya bertanya,
Kamu serius" Rian akan menikah sesudah lulus, Pa. Tentu saja dengan seizin Papa.
Kamu sadar berapa besar hambatan perkawinan antarbangsa" Kalian memiliki kebudayaan, adat istiadat, dan kebiasaan yang berbeda.
Rian tahu, Pa. Tapi Rian sudah mantap akan menikahinya. Papa juga menyukainya, kan"
Terbayang lagi di depan matanya bagaimana ayah-ibunya bertepuk tangan sambil tertawa ketika Angel menyudahi nyanyiannya yang berlepotan.
Tentu saja Papa menyukainya. Dia cantik. Ramah. Pintar bergaul. Cepat menyesuaikan diri. Dan yang lebih penting lagi, dia tidak merokok. Tidak suka mabuk-mabukan. Dan tampaknya sangat memperhatikanmu.
Dia yang menyembuhkan Rian, Pa. Kalau tidak ada dia, Rian sudah hancur.
Papa tahu. Dia tahu kamu sudah menikah" Rian sudah cerita.
Dia juga tahu kamu belum resmi bercerai" Besok Rian akan menemui Inge. Rasanya cuma soal formalitas saja. Kami kan sudah empat tahun lebih berpisah. Apa lagi yang masih mengikat kami kecuali sehelai surat nikah"
Jangan terlalu yakin dulu. Ayah Inge tidak setuju perceraian. Itu sebabnya proses perceraian kalian jadi terkatung-katung begini. Inge tidak mau menandatangani surat cerai sebelum bertemu kamu.
Kalau begitu besok saya akan mengunjunginya. Dia sudah punya pacar lagi" Agus sudah kembali dari Jerman"
Sampai Maut Memisahkan Kita Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Papa tidak tahu. Tanya saja sendiri. Ayahnya menghela napas panjang. Yang penting, Papa tidak mau kamu hidup bersama teman gadismu sebelum menikah. Dan kamu tidak bisa menikah sebelum bercerai.
Itu sih gampang, Pa, sahut Febrian enteng.
Bab XV T ETAPI yang Febrian anggap enteng itu ternyata tidak segampang dugaannya.
Inge masih tetap seorang diri. Masih tetap semanis dulu. Dan rambutnya masih tetap panjang....
Dia telah menjadi seorang wanita karier yang sibuk. Mantap dan tegar. Tidak selugu dulu lagi.
Dia tidak menolak ketika Febrian mengajak makan siang. Dia malah tidak ragu-ragu meminta agar dibiarkan membayari makan siang mereka.
Hitung-hitung mentraktir teman yang baru datang dari luar negeri, katanya tegas, tanpa malu-malu. Dengan senyum manis di bibirnya. Boleh, kan"
Lho, aku kan bukan tamu, Inge! protes Febrian rikuh. Aku pulang ke kandang sendiri kok!
Setelah mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba saja Febrian menyesal.
Astaga. Dia bisa membuat Inge salah sangka! Nanti dikiranya...
Bagaimana keadaanmu" cepat-cepat Febrian mengganti topik.
Seperti kamu lihat sendiri, sahut Inge tenang. Penuh percaya diri. Aku baik-baik saja. Cuma tambah tua, ya"
Ah, nggak juga. Kamu kelihatan tambah dewasa.
Kamu sendiri bagaimana"
Oke. Cuma tambah gemuk dan bule, ya" Sudah punya pacar cewek bule" Banyak.
Sombong! Inge tertawa perlahan. Tapi nggak heran sih. Kamu punya modal. Lagian termasuk makhluk langka di sana, kan"
Febrian sudah ingin masuk ke pokok persoalan. Mengurus perceraian mereka. Tetapi mengapa sulit sekali memulainya" Apalagi Inge seperti tidak memberikan kesempatan.
Bagaimana Mas Agus-mu" Febrian coba mengambil jalan memutar. Masih betah di Jerman" Heran, belum dideportasi juga!
Kami masih berteman, suara Inge datar. Tanpa emosi. Atau dia sengaja menutupinya" Baru kemarin dia kembali ke Jerman. Cuti sebulan. Masih betah hidup sendiri.
Cuma teman" Aduh! Mengapa harus menanyakannya" Inge bisa salah mengerti!
Dan jawabannya memang di luar dugaan. Begitu tenang. Begitu tegas.
Aku masih istrimu, kan"
Sekarang Febrian benar-benar mati langkah! Inge kini benar-benar berbeda. Dia lebih berani. Lebih tegas. Lebih percaya diri. Lebih blakblakan.
Inikah ciri kedewasaan" Atau cuma dampak pekerjaan karena sekarang dia wanita karier"
Sampai selesai makan siang, Febrian belum dapat juga mengutarakan maksud pertemuan mereka. Inge malah mengundangnya makan malam di rumahnya. Dan Febrian benci kepada dirinya sendiri karena tidak dapat menolak.
Barangkali nanti aku baru dapat menyampaikannya, pikirnya dalam perjalanan pulang. Di rumah Inge, suasana pasti lebih rileks. Lebih mudah bagiku untuk mulai membahas perceraian kami.
Tapi... apa lagi yang harus dibahas" Bukankah Inge sudah minta cerai" Febrian hanya tinggal menyelesaikan prosesnya!
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun berlalu, Febrian pulang ke rumah dengan bayangan Inge di kepalanya. Dan dia tidak dapat mengusirnya lagi.
Makan malam di luar" Angel mengerutkan dahinya dengan heran. Tanpa aku"
Diundang teman lama, sahut Febrian dengan perasaan bersalah.
Dan kamu tidak mau memperkenalkan aku padanya"
Aku tidak mau kamu merasa bosan. Karena dia selalu menatapmu selama makan malam"
Karena kamu tidak terlibat dalam nostalgia kami.
Pasti wanita, kan" Bukan seperti yang kamu sangka. Dia cantik"
Oh, aku mendengar nada cemburu dalam suaramu!
Aku memang cemburu. Jangan! Membuang-buang energi saja! Kamu masih terlalu dominan!
Ceritakanlah seperti apa temanmu ini. Buat apa"
Bekas istrimu" Antara kami sudah tidak ada apa-apa lagi. Kalau begitu buat apa menemuinya lagi" Dia hanya mengundang makan. Hanya sebagai teman lama.
Rambutnya panjang" Banyak gadis Indonesia yang berambut panjang!
Ini tanda bahaya untukku" Kenapa"
Kamu suka perempuan berambut panjang, kan"
Si Iyem rambutnya juga panjang! Febrian menahan tawa. Tapi aku tidak menyukainya!
Kamu suka teman lamamu yang berambut panjang ini"
Kenapa kamu jadi begini cerewet" Karena merasa eksistensiku terancam! Cuma kamu yang berada di sini. Febrian meraih tangan Angel dan membawanya ke dadanya.
Tapi aku tidak ingin ada perempuan lain di sini! Angel meletakkan jarinya di pelupuk mata Febrian. Apalagi yang rambutnya panjang dan... bekas istrimu!
Biasanya kamu sangat percaya diri! Siapa pikirmu yang dapat menyaingi The Blue Angel"
Kamu lupa, aku sudah bukan bidadari biru lagi!
Bagiku kamu tidak berubah, bisik Febrian lembut. Kalau bukan di Jakarta, pasti sudah dihelanya Angel ke dalam pelukannya. Kamu tetap bidadari biruku. Cuma sekarang sudah milikku seutuhnya! Sekarang, bolehkah aku makan malam dengan teman lamaku"
Dengan siapa aku harus makan nanti malam"
Makanlah dengan orangtuaku. Malam ini saja. Oke"
Oke. Tapi kalau besok kamu diundang makan malam lagi, aku pulang!
Febrian tersenyum lembut.
Jangan khawatir. Besok malam cuma ada
kamu dan aku! Karena besok hari anniversary kita!
Tetapi ketika Febrian menciumnya sesaat sebelum pergi, Angel merasa hatinya tidak enak. Dan dia menyesal membiarkan Febrian pergi sendiri. Tetapi semua sudah terlambat.
Febrian sudah berangkat. Penampilannya biasa saja. Pakaian santai seperti bertemu teman lama. Tetapi seperti apa pun caranya berpakaian, dia tetap pria paling tampan di hati Angel. Dan dia merasa resah ketika dari dalam mobil, Febrian melambaikan tangannya.
I NGE sudah tidak tinggal di rumahnya yang
dulu lagi. Bersama orangtuanya, dia tinggal di rumahnya yang baru. Rumah bergaya modern, tidak terlalu besar, tapi terletak di kawasan elite.
Ketika melihat interior rumah itu, Febrian sudah merasa, Inge memang sudah jauh berbeda. Dia kini seorang wanita karier yang sukses. Bukan lagi mahasiswi gagal.
Ah, kebetulan saja bisnisku sukses, katanya merendah, ketika Febrian memujinya. Aku mengusahakan bunga segar. Sebagian berhasil diekspor.
Ketika orangtuanya pulang, mereka baru selesai makan malam. Dan kedua orang itu menyambut Febrian dengan ramah. Seolah-olah mereka sudah melupakan masa lalu yang pahit.
Bab XVI Perkawinan yang berantakan. Bahkan Febrian memperoleh kesan, ayah Inge menghendaki mereka rujuk kembali.
Yang sudah lewat biarkan berlalu, katanya seolah-olah bukan dia yang dulu menuntut Febrian mengawini putrinya sambil marah-marah. Kami gembira Febri sudah kembali.
Tapi aku kembali bukan untuk rujuk, bantah Febrian bingung dalam hati. Aku datang untuk mengurus perceraian kami!
Inge memang tidak seromantis Angel. Tidak seberani dia.
Makan malam mereka berlangsung terlalu formal untuk ukuran Febrian. Tidak ada musik. Tidak ada lilin bernyala. Tidak ada acara dansa. Apalagi peluk cium.
Tetapi baik Febrian maupun Inge sama-sama tidak dapat memungkiri, makan malam itu sangat berkesan untuk mereka. Membangkitkan nostalgia yang manis, sekaligus kenangan yang pahit.
Kalau esok tidak ada acara, aku ingin mengajakmu ke kampus kita, cetus Inge ketika sedang menghidangkan secawan vodka. Minuman itu khusus dibelinya untuk makan malam ini. Karena Inge tidak ingin menghidangkan soft drink untuk tamunya yang baru datang dari Amerika. Aku selalu ingat kamu kalau lewat di sana.
Kamu masih sering ke sana" Febrian menghirup minumannya seolah-olah ingin melarutkan masa lalunya yang pahit.
Terus terang vodka itu agak terlalu keras untuknya. Tapi dia malu mengakuinya. Biasa. Gengsi. Namanya saja baru datang dari luar negeri. Ah, cuma lewat.
Masih sering ketemu teman-teman" Jarang. Aku sibuk. Tapi aku datang ke pernikahan Sani. Tahu siapa suaminya"
Masih awet dengan cowok lamanya, si Bayu"
Oh, Bayu sekarang pacaran dengan Tuti! Tebak dengan siapa Sani menikah!
Asisten anatomi kita, si Mayat Hidup" cetus Febrian asal saja.
Inge tertawa cerah. Febrian ikut tersenyum. Membayangkan makhluk aneh itu.
Rinto! Dengan Rinto" sergah Febrian tidak percaya. Dan mereka sama-sama tertawa geli. Kok Sani mau ya" Dia kan paling alergi sama Rinto! Mereka selalu bertengkar tiap kali ketemu!
Barangkali justru bertengkar yang membuat mereka jatuh cinta!
Kamu tahu nggak, Rinto dulu naksir kamu" Ah, dia sih naksir semua cewek di kampus kita!
Mereka sudah punya anak" Setelah mengajukan pertanyaan itu, Febrian mengeringkan gelasnya. Untuk melenyapkan bayangan yang tidak ingin dilihatnya lagi.
Sani sedang hamil. Inge menyuguhkan gelas vodka yang kedua. Bagaimana kalau besok kita ke rumah mereka" Pasti kejutan buat Sani dan Rinto!
Besok aku nggak bisa. Janji dengan cewekmu" Wajah Inge berubah.
Besok hari anniversary kami. Febrian meneguk minumannya. Tidak ingin melihat murungnya wajah Inge.
Kamu mencintainya" Kami akan menikah.
Bagaimana kamu bisa menikah" tukas Inge dingin. Kamu masih suamiku.
Justru untuk itu aku mengajakmu ketemu. Aku ingin menyelesaikan perceraian kita.
Lama Inge termenung. Terdiam dengan tatapan menerawang jauh. Ketika dia menoleh lagi, matanya telah berlinang air mata.
Lama aku mengkhawatirkannya, desahnya getir. Takut menunggu datangnya saat ini. Saat kamu mengatakannya.
Tapi kamu yang minta cerai, Inge! Dan tidak ada kesempatan kedua untuk menjadi istrimu"
Febrian tertegun. Mengapa Inge menolak bercerai" Bukankah dulu dia yang menginginkannya"
Bertahun-tahun aku menyesali keputusanku minta cerai. Meninggalkanmu dalam keadaan seperti itu. Aku mungkin kehilangan anak. Tapi kamu kehilangan segala-galanya....
Aku sudah sembuh! cetus Febrian tersinggung. Tidak perlu mengasihaniku lagi! Aku menyesal meninggalkanmu.
Mengapa baru kamu katakan sekarang" desis Febrian kaku. Diteguknya vodkanya dengan kasar. Di mana kamu ketika aku menderita seorang diri menekuri kasurku yang dingin"
Aku sudah menyesal, Rian! Dan aku sudah terhukum! Tidak maukah kamu memaafkanku" Sudah terlambat!
Maksudmu, tidak ada kesempatan lagi bagiku"
Aku sudah milik perempuan lain, Inge. Perempuan yang ada di sampingku ketika aku membutuhkannya!
Kamu mencintainya" desah Inge getir. Tanpa menoleh.
Febrian mengangguk. Dan Inge merasakannya walaupun tidak melihat.
Antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi, Inge. Kecuali sehelai surat nikah. Kalau kita bercerai, kamu bebas kembali kepada Mas Agus-mu! Atau kepada lelaki lain yang kamu cintai!
Tidak ada lelaki lain! sergah Inge marah. Aku masih tetap istrimu yang setia! Selama kamu tidak ada, tak pernah kuserahkan hati dan tubuhku kepada siapa pun!
Dengan sengit Inge meraih gelas Febrian yang isinya tinggal separuh. Diteguknya minuman itu sampai habis. Seolah-olah dia ingin mabuk. Ingin melupakan kepahitan nasibnya.
Inge, desah Febrian dengan perasaan bersalah. Sejak kapan kamu minum"
Apa pedulimu" Kita sudah bukan apa-apa lagi! Tidak ada yang peduli lagi padaku! Dengan marah Inge mengentakkan kakinya
hendak berlari ke kamar. Tetapi Febrian keburu meraihnya ke dalam pelukannya. Seperti menemukan mata air yang sudah lama dicarinya, Inge membenamkan dirinya sambil menangis.
Ketika Febrian terjaga keesokan paginya, dia mendapati dirinya berada di atas tempat tidur di kamar Inge.
Febrian tersentak kaget. Dia sampai hampir melompat dari tempat tidur.
Selamat pagi, sapa Inge yang sudah tampil rapi. Tidurmu nyenyak sekali.
Bagaimana aku bisa berada di sini" gumam Febrian bingung.
Mabukkah dia" Yang diingatnya cuma dia memeluk Inge erat-erat. Inge menangis dalam pelukannya. Febrian menciumnya. Dan dia membayangkan Angel.
Memang sejak di Jakarta mereka tidak pernah lagi bercinta. Padahal Febrian sudah sangat merindukannya. Jadi ketika tadi malam dia mendapat kesempatan, dia langsung meraihnya.
Dan dia baru sadar, dia bukan bercinta dengan Angel. Dia menggauli Inge!
Sarapan pagimu sudah siap, kata Inge dengan pipi memerah segar. Dia tampak sumringah dan cerah. Tak ada lagi bekas-bekas tangis tadi malam. Kopinya bawa kemari, ya"
Aku harus pulang! cetus Febrian panik. Sesaat dia ingin menelepon Angel. Tapi segera dibatalkannya. Dia harus bicara langsung dengan Angel. Lagi pula dia tidak tahu di mana teleponnya.
Angel pasti marah sekali. Semalaman Febrian tidak pulang! Dan dia tidak memberi kabar! Dia menghilang begitu saja!
Angel pasti tidak tidur semalaman. Menunggu Febrian pulang....
Ayah menunggu kita sarapan di meja makan.
Ayahmu tahu aku di sini" sergah Febrian kaget.
Apa salahnya" sahut Inge lembut. Kita masih suami-istri.
Ketika mengucapkan kata-kata itu, rona merah menjalari pipinya. Tapi matanya bercahaya.
Febrian benar. Dia telah sembuh. Dia telah memperoleh kembali kejantanannya. Dan kini, dia menjadi jauh lebih ganas. Lebih liar. Lebih perkasa. Sampai Inge hampir tidak mengenali suaminya lagi....
Penderitaannya selama bertahun-tahun, kesepian, kerinduan, seakan-akan lenyap hanya dalam semalam saja!
Suaminya telah kembali. Dan Inge tidak mau melepaskannya lagi. Dia merasa lebih berhak dari perempuan mana pun di dunia ini untuk memiliki suaminya sendiri!
Febrian berlari-lari memasuki rumahnya. Hampir bertabrakan dengan ibu tirinya.
Di mana Tessa" tanyanya tanpa basa-basi lagi.
Di kamar, sahut ibu tirinya yang sedang membawa secangkir kopi ke kamar.
Ayah Febrian kesiangan bangun. Dan kepalanya agak pusing.
Febrian baru pulang" tanyanya dingin. Pasti bermalam di rumah Inge.
Nggak apa-apa dong, Pak. Mereka kan masih suami-istri. Paling-paling tidak jadi bercerai.
Tapi bukan begitu caranya! Kamu tahu, jam tiga saja teman gadisnya belum tidur! Dia tidak bisa menghubungi Febrian. Dan kurang ajar sekali, Febrian tidak meneleponnya! Dia tanya ke mana harus menelepon. Mana aku tahu" Aku kan tidak tahu nomor telepon Inge!
Mungkin Rian ketiduran, Pak.
Enak saja! Dia harus diajar tanggung jawab! Lho, Bapak ini bagaimana sih" Sebenarnya Bapak mau Rian bercerai atau tidak"
Kalau boleh memilih, tentu saja aku ingin mereka tidak bercerai. Aku sudah lama mengenal Inge. Dia perempuan baik-baik. Ketahuan siapa orangtuanya. Tessa" Dia seperti tiba-tiba saja jatuh dari langit! Jangankan orangtuanya, pekerjaannya saja kita tidak tahu!
Kalau begitu, Bapak juga menghendaki Febrian rujuk dengan istrinya!
Tapi Febrian sudah berjanji akan mengawini Tessa. Sekarang waktunya dia harus memilih. Tidak boleh menghendaki dua-duanya! Inge tidak mau diceraikan. Tessa mau dinikahi! Apa-apaan itu"
Mungkin Rian masih bingung, Pak. Maklum anak muda. Berilah dia waktu untuk memilih.
Dan Febrian memang sedang kebingungan. Karena ketika dia menerobos masuk ke kamarnya, dia melihat Angel sedang menutup kopernya. Dia sudah berdandan rapi. Dan dia tahu siapa yang datang. Tetapi dia tidak menoleh. Untuk pertama kalinya, dia tidak menyambut kedatangan Febrian.
Kamu mau ke mana" sergah Febrian bingung.
Pulang, sahut Angel singkat. Dingin. Tapi urusanku belum selesai!
Urusanmu dengan pelacur itu" Dengan sengit Angel menyentakkan kopernya. Dengan siapa kamu tidur tadi malam"
Tentu saja Angel berhak untuk marah. Tapi dia tidak berhak menyebut Inge pelacur!
Dia seorang istri yang setia. Selama suaminya tidak ada, dia tidak pernah berkencan dengan lelaki lain!
Inge bukan pelacur! geram Febrian tersinggung. Dia istriku!
Sesudah mengucapkannya, Febrian menyesal sekali. Dia telah kelepasan bicara. Dan nada maupun isinya sangat menyakitkan hati Angel.
Ketika melihat bagaimana sakitnya tatapan mata wanita itu, Febrian mengutuki dirinya sendiri.
Maafkan aku, Tessa, desahnya nyeri. Seharusnya aku berterus terang padamu. Kami belum resmi bercerai....
Mengapa baru kamu katakan sekarang" Angel menjinjing kopernya dan melangkah ke pintu dengan marah.
Karena aku tidak menyangka dia masih menungguku dengan setia, keluh Febrian lirih. Dan dia tidak menginginkan perceraian.
Tidak penting apa keinginannya, potong Angel sengit. Yang penting kamu mau bercerai atau tidak!
Sesaat mereka berhadapan. Saling pandang dengan kesal.
Pikirmu buat apa aku pulang" Aku ingin menyelesaikan perceraianku!
Nah, tunggu apa lagi" Harus bermalam dulu bersamanya baru bisa menyelesaikan perceraianmu"
Kamu tidak percaya aku ingin menceraikannya"
Sebelum kamu melihatnya! jawab Angel pedas. Dan sebelum dia tahu suaminya sudah tidak impoten lagi!
Dia bukan wanita seperti itu! sekarang Febrian-lah yang meledak. Dia tetap menungguku dengan setia walaupun dia tahu lelaki macam apa suaminya!
Dan sesudah dia tahu lelaki macam apa suaminya sekarang, dia pasti berkeras tidak mau bercerai!
Perempuan kami berbeda dengan perempuan
Amerika! Seks bukan segala-galanya. Bagi seorang istri, kesetiaan dan pengabdian adalah kodratnya sebagai seorang wanita!
Sekarang Angel benar-benar tersinggung. Dia tidak dapat memaafkan Febrian lagi.
Apakah laki-laki ini mengira hanya perempuan Indonesia yang memiliki cinta dan pengorbanan" Apakah semua perempuan Amerika cuma menginginkan seks"
Kalau demikian pandangannya, Febrian benarbenar bukan pria yang cocok untuknya!
Sebenarnya Febrian sendiri menyesal. Dia sudah keburu meledak pada saat seharusnya dia minta maaf. Dan dia bukan hanya marah. Dia telah menyinggung harga diri Angel.
Angel sudah cukup tersiksa dengan perbuatan Febrian. Sudah cukup menderita dibohongi. Mengapa harus menyiksanya lagi dengan menghina dirinya"
Tessa, Febrian menyambar lengan Angel ketika dia sudah melangkah meninggalkannya. Jangan pergi! Kita harus bicara!
Masih adakah yang perlu dibicarakan" Angel melepaskan tangannya dengan kasar. Aku bukan istrimu. Aku cuma perempuan Amerika yang hanya menginginkan seks! Di antara kita tidak ada ikatan apa-apa!
Kamu tahu hubungan kita lebih dari itu! Sampai tadi malam aku masih mengira begitu. Tapi pagi ini kamu menjelaskan semuanya!
Dengar, Tessa. Aku khilaf. Aku kelepasan bicara. Aku bersalah padamu. Tapi aku sudah minta maaf! Beri aku kesempatan untuk membereskan perceraianku!
Nah, bereskanlah! Tapi aku tidak mau menunggumu di sini setiap malam seperti tempat sampah! Menunggu giliran karena istrimu sedang cuti haid! Aku perempuan Amerika yang hanya membutuhkan seks, kan"
Tessa, kamu tidak mengerti!
Tentu saja tidak! Aku tidak mengerti dengan binatang apa aku tidur tiap malam!
Dengan sengit Angel meninggalkannya. Hatinya benar-benar terluka. Ketika Febrian mengejarnya, ayahnya keluar dari kamar mencegahnya.
Biarkan dia pergi, katanya dingin. Tidak ada yang salah padanya. Kamu yang harus memilih. Dan kamu harus memikirkannya baik-baik. Jangan hanya mengejar perempuan ke sana kemari!
Papa tidak mengerti.... Siapa bilang" sanggah ayahnya tegas. Papa mengerti sekali. Kamu menginginkan Tessa, tapi tidak mau melepaskan Inge!
Rian ingin menikah dengan Tessa! Tapi perlu waktu untuk menceraikan Inge! Tessa tidak mau mengerti!
Tentu saja dia tidak mengerti! Kamu mengurus perceraian atau tidur dengan istrimu"
Rian tidak sengaja, Pa! Rian harus susul dia!
Tidak perlu. Papa sudah suruh Gino mengantarkannya ke bandara.
Dia tidak boleh pergi! Biarkan dia pergi. Ada baiknya kalian berpisah sementara. Supaya kamu tahu siapa yang kamu inginkan. Tessa atau Inge.
Rian menginginkan Tessa, Pa. Inge tidak bisa menerima kekurangan Rian. Tapi Tessa menerima Rian seperti apa adanya.
Yang kamu kenal adalah Inge yang dulu. Perempuan dapat berubah.
Tapi saya tetap memilih Tessa. Inge sudah menjadi bagian dari masa lalu Rian.
Kalau begitu mengapa tadi malam kamu tidak pulang"
Rian mabuk! Kalau begitu kamu harus minta maaf, bukan menghina!
Makanya jangan halangi Rian lagi, Pa! Percuma menyusulnya. Ketika pamit tadi, Tessa sudah bilang, hubungan kalian sudah berakhir.
F EBRIAN tidak perlu berpikir lama untuk memutuskannya. Inge memang istrinya. Cintanya yang pertama. Gadis idamannya.
Tetapi itu dulu. Sebelum dia bertemu dengan Angel. Kini yang ada di antara dia dan Inge cuma manisnya nostalgia masa lalu. Dan hukum yang mengikatnya sebagai suami-istri.
Lain dengan Angel. Di antara mereka memang belum ada ikatan apa-apa. Tetapi dia mencintai wanita itu. Menginginkannya sebagaimana seorang pria menginginkan seorang wanita menjadi pendamping hidupnya.
Febrian ingin menjadikan Angel belahan jiwanya. Bukan sekadar istri secara hukum. Dan dia menginginkannya dari lubuk hatinya yang paling dalam. Bukan sekadar membalas budi karena
Bab XVII Angel telah menyembuhkannya. Mendampinginya pada masa-masa yang paling sulit dalam hidupnya.
Ketika mengajak Inge menyelesaikan perceraian mereka, dan melihat wanita itu berduka, Febrian merasa iba.
Tetapi ketika melihat Angel meninggalkannya dengan hati terluka, Febrian merasa sakit. Merasa ikut menanggung kepedihannya. Bukan karena kasihan. Inikah cinta"
Dua malam sendirian di rumah ayahnya, tanpa Angel di sisinya, dia selalu merindukan wanita itu. Suaranya selalu terdengar. Tawanya menyertainya setiap saat. Senyumnya selalu terbayang. Bahkan melihat kemeja yang dibelikan Angel saja sudah mengingatkan Febrian kepadanya.
Ketika melihat bungkusan kado di tempat sampah di kamarnya, Febrian langsung tahu itulah hadiah Angel untuknya pada hari anniversary mereka. Dengan hati pedih, Febrian memungutnya. Membuka bungkusannya. Dan melihat sebuah rantai leher dari platina. Dua buah monogram, I dan A, tergantung di ujungnya.
Febrian langsung mengalungkannya di lehernya. Diciumnya benda itu dengan penuh cinta. Sekaligus perasaan bersalah.
Mengapa harus dirusaknya hubungan seindah cinta mereka untuk seorang perempuan seperti Inge" Dia mungkin perempuan yang baik. Setia. Tapi dia tidak cukup berharga untuk ditukar dengan Angel! Karena Inge sudah meninggalkannya. Dia cuma perempuan dari masa lalunya!
Mungkin benar Inge seorang istri yang setia. Dia belum pernah mencicipi lahan orang lain. Jangankan masuk ke dalam, melintas saja belum pernah!
Suaminya adalah satu-satunya miliknya. Junjungannya. Hidupnya. Tetapi tanpa cinta, mampukah dia mencegah suaminya agar tidak masuk ke ladang orang lain"
Dengan Angel, semuanya berbeda. Febrian mencintainya. Merindukan tubuhnya. Romantismenya. Agresivitasnya. Kejutan-kejutannya.
Barangkali benar perkawinan bukan hanya membutuhkan seks. Tapi pasti benar, seks merupakan kebutuhan dalam perkawinan. Dan sesudah menikmatinya bersama Angel, Febrian tidak ingin yang lain.
Barangkali juga benar Angel punya kemungkinan untuk menyeleweng. Dia punya modal. Tetapi apa pun risikonya, Febrian tetap ingin memilikinya.
Menjaga agar wanita itu tetap menjadi miliknya justru merupakan tantangan baginya. Dan seorang laki-laki seperti dia memang perlu ditantang!
Hidup akan terasa hambar tanpa tantangan. Hidupnya akan lebih bergairah bila dia memiliki seorang istri seperti Angel.
Angel sudah mengetahui semua kelemahannya. Sebaliknya Febrian telah mengenal semua kekurangan Angel. Mereka akan mencoba menerima orang yang mereka cintai seperti apa adanya. Sampai maut memisahkan mereka.
Rian akan kembali ke LA, Pa, kata Febrian mantap. Rian akan menyelesaikan kuliah. Begitu lulus, Rian akan mengawini Tessa.
Oke, jika itu keputusanmu, sahut ayahnya sama tegasnya. Besok temui Inge. Selesaikan perceraian kalian. Jangan mau dihambat lagi, sekalipun dia menangis di hadapanmu. Sebagai laki-laki dewasa, kamu harus tegas.
Ketika ayahnya memutar tubuhnya untuk meninggalkannya, Febrian memanggilnya.
Ayahnya berbalik. Dan matanya bertemu dengan mata putranya.
Terima kasih, Pa, gumam Febrian lirih. Untuk apa"
Nasihat Papa. Itu memang tugas Papa. Betul Papa nggak keberatan punya menantu bule"
Semua manusia sama di depan Tuhan. Yang penting, bagaimana kalian menjembatani perbedaan kultur Timur dan Barat.
Sekali lagi Febrian mengagumi ayahnya. Kalau saja dia bisa setegas Papa, dia tidak perlu menyakiti Angel!
Tetapi sekarang tekad Febrian sudah bulat. Dia langsung menelepon Inge. Tidak mau bertemu lagi.
Besok aku kembali ke LA, Inge.
Sesaat Febrian tidak mendengar suara Inge. Padahal ketika mengucapkan halo tadi, suaranya sangat cerah.
Boleh mengundangmu makan malam" suara
Inge baru terdengar lagi beberapa saat kemudian. Anggap saja perpisahan.
Tidak, sahut Febrian tegas. Karena kita memang sudah berpisah! Aku tidak mau terjebak lagi. Kalau memang Inge sengaja menjebaknya!
Lain kali saja kalau aku datang lagi. Akan kuperkenalkan cewekku kepadamu.
Kenapa tidak kamu ajak saja nanti malam" tanya Inge dingin.
Dia sudah pulang ke LA. Akan kuminta pengacara ayahku untuk menyelesaikan perceraian kita. Aku akan menikah setelah lulus. Kamu akan menikahinya"
Keputusanku sudah mantap.
Oke, jika itu keputusanmu, sahut Inge datar. Kirim saja surat cerainya. Akan kutandatangani.
Terima kasih, Inge. Aku harap kamu tidak kesal. Dan kita tetap bersahabat.
Terus terang aku kecewa. Ketika tiga malam yang lalu kita tidur bersama, kupikir aku telah berhasil memperolehmu kembali. Kiranya aku keliru. Suamiku sudah milik perempuan lain.
Sebenarnya aku sudah bukan milikmu lagi sejak kamu pergi dari rumah kita.
Tapi aku masih tetap menganggap diriku milikmu sampai sekarang!
Kalau begitu, maafkan aku, desah Febrian lirih. Dikuatkannya hatinya. Seorang laki-laki dewasa harus tegas, kata Papa. Aku telah membuatmu menderita.
Sekarang kamu malah hampir membunuhku,
geram Inge dalam hati. Air matanya mengalir tak terasa.
Sampai Maut Memisahkan Kita Karya Mira W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku telah membuatmu terombang-ambing dalam ketidakpastian...
Bukan salahmu, sela Inge sambil menggigit bibir menahan tangis. Aku yang menolak perceraian.
Sekarang kamu bebas memilih lelaki yang kamu inginkan sebagai suami. Kamu masih muda. Kamu harus mencari seorang laki-laki untuk menjadi suamimu.
Mendengar nada lega dalam suara Febrian, amarah Inge meledak.
Tidak perlu kamu ajari aku! Katakan saja kapan aku harus tanda tangan!
Aku akan mengirim pengacaraku ke rumahmu secepatnya.
Setelah menghubungi pengacara ayahnya untuk melanjutkan proses perceraiannya, Febrian kembali ke Amerika.
Tidak mau menunggu beberapa hari sampai Inge tanda tangan" tanya ayahnya bimbang.
Orang tua itu tidak melarang Febrian pergi sebelum proses perceraiannya rampung. Karena memang memerlukan waktu. Tetapi paling tidak, dia bisa menunggu sampai Inge menandatangani surat persetujuannya untuk bercerai.
Tessa sudah seminggu pulang, sahut Febrian tanpa menyembunyikan kecemasannya. Saya tidak bisa menghubunginya. Teleponnya tidak pernah diangkat. Rian khawatir, Pa.
Papa juga khawatir Inge belum mau tanda tangan.
Inge sudah setuju. Dia bilang kapan saja dia bersedia tanda tangan.
Tapi ayahnya tidak setuju.
Saya menikah dengan Inge, sahut Febrian tawar. Bukan dengan ayahnya!
Tapi ayahnya masih berpengaruh. Apalagi kalau Inge juga belum ingin bercerai. Papa tidak mau perceraianmu terkatung-katung lagi.
Kami sudah berpisah empat tahun lebih! Hukum mana yang bisa melarang kami bercerai"
Febrian memang tidak bisa dicegah lagi. Esoknya dia langsung pulang ke LA.
Tetapi ketika Febrian sampai di lat Angel, lat itu sudah kosong. Angel sudah tidak berada di sana. Barang-barangnya juga sudah diangkut. Tinggal barang-barang Febrian yang masih berantakan di sana-sini.
Febrian sedih sekali ketika berada seorang diri dalam lat itu. Apalagi melihat baju tidur yang dibelikannya untuk Angel sudah terkoyak-koyak di tempat sampah.
Angel benar-benar sudah tidak ingin menyambung kembali hubungan mereka. Tetapi Febrian belum putus asa. Kalau dia bisa menemukan Angel, minta maaf dan bersumpah akan menikahinya... mungkinkah masih ada maaf baginya" Tetapi ke mana harus mencari Angel" Agen yang mengurus latnya juga tidak tahu.
Angel memutuskan kontrak. Dan minta waktu satu minggu. Artinya kalau dalam satu minggu lat tidak dikosongkan, agen itu boleh membuang semua barang Febrian.
Terpaksa Febrian menyewa lat baru melalui agen yang sama. Dan memboyong barang-barangnya ke latnya yang baru. Dia tidak memilih lagi. Karena di mana pun dia tinggal sama saja. Tanpa Angel, yang ada hanya kesepian. Kehampaan. Perasaan bersalah.
Febrian sudah mencoba mencari Angel ke kedai hamburger tempatnya bekerja. Tetapi bosnya juga tidak tahu apa-apa. Katanya Angel tidak pernah kembali bekerja sejak mengambil cuti.
Teman-temannya juga tidak tahu dia bekerja di mana sejak pulang dari Indonesia. Satu-satunya tempat bertanya tinggal Beverly. Tetapi dia juga tidak mau memberitahukan di mana Angel. Sikapnya sangat dingin dan kasar.
Dia sudah tidak tinggal di sini lagi, katanya ketus. Dia tidak berusaha meredam atau menyembunyikan kebenciannya kepada Febrian. Dan dia berhak merahasiakan tempat tinggalnya yang baru. Sebagai temannya, aku juga berhak untuk mengusirmu. Dan berhak menyebutmu bajingan terkutuk!
Dengan sengit Beverly membanting pintu di depan hidung Febrian. Ketika Febrian mengetuk pintu sekali lagi, Beverly membukanya dengan kasar sambil membentak,
Pergi kau, anak haram jadah! Atau kupanggilkan polisi!
Memang percuma membujuk Beverly lagi. Rupanya Angel sudah cerita apa yang terjadi di Indonesia. Sudah cerita bagaimana dia ditipu. Dihina. Justru oleh pria yang dicintainya. Pria yang membuat dia rela mengorbankan segalagalanya.
Di tempat kerjanya yang lama pun tidak ada bedanya. George menatapnya dengan geram seperti hendak menelannya bulat-bulat.
Jadi kaulah harimau jantan Asia yang sangat dibanggakannya! gumamnya separuh mengejek. Kekasih yang setia, lain dari yang lain, serbahebat, untuk siapa dia rela kehilangan segala-galanya. Uang. Karier. Kebebasan.
Tolonglah, pinta Febrian tanpa mengacuhkan sikap lelaki itu. Di mana Angel"
Seluruh dunia boleh mencercanya. Dia tidak peduli. Dia memang pantas menerimanya. Tetapi dia harus menemukan Angel! Dengan cara apa pun!
Untuk apa lagi" Kau masih punya istri, kan" Tidak bisa mengawini Angel" Nah, buat apa menipunya lagi" Sekali sudah cukup!
Saya harus menjelaskan padanya.... Tidak perlu lagi! Semua sudah sangat jelas! Angel meninggalkan kariernya. Membatalkan kontrak sampai harus mengganti kerugian. Karena ingin menjadi istrimu! Tapi kautipu dia, anak haram jadah! Kalau kau berani mendekati dia lagi, akan kupatahkan lehermu!
Sekarang Febrian tahu ke mana uang Angel.
Belum pernah dia merasa tersiksa seperti saat itu. Rasa bersalahnya jadi semakin besar.
Berhari-hari Febrian menggelandang ke sana kemari mencari Angel. Mengunjungi tempattempat yang sering didatanginya. Menunggu di depan restoran langganannya. Bahkan duduk berjam-jam di depan lat Beverly. Menunggu kalaukalau Angel tiba-tiba muncul.
Tetapi Angel seperti menghilang ke planet lain.
S UAMIMU tidak pulang" tanya ayah Inge
ketika melihat perut anaknya semakin membesar. Dia sudah lulus kalau anak kalian lahir lima bulan lagi"
Kami sudah bercerai, sahut Inge datar. Saya sudah menandatangani persetujuannya. Proses perceraian kami akan rampung sebentar lagi.
Bercerai" cetus ayah Inge kaget. Kamu tidak bilang kamu sudah mengandung anaknya"
Supaya dia tidak jadi menceraikan saya" desis Inge sengit. Saya tidak serendah itu!
Jangan ikuti panas hatimu, Inge, ibunya ikut bicara. Dia juga terkejut sampai parasnya memucat. Supaya jangan menyesal seperti dulu.
Tapi dia sudah tidak menginginkan saya lagi! Masa saya harus mengemis jangan diceraikan
Bab XVIII karena hamil" Di mana harga diri saya sebagai wanita"
Ingat anakmu, Inge! Harganya lebih mahal dari harga dirimu!
Tapi saya tidak bisa mencegahnya menceraikan saya, Bu, keluh Inge dengan air mata berlinang. Dia ingin mengawini teman wanitanya!
Itu tidak boleh terjadi! gerutu ayah Inge gusar. Dia masih punya istri! Dan istrinya hamil akibat perbuatannya. Dia harus bertanggung jawab. Enak saja mau kawin dengan perempuan lain!
Tanpa dapat dicegah lagi, saat itu juga ayah Inge berangkat ke rumah ayah Febrian. Seolaholah dia sedang berlomba dengan keputusan hakim yang meresmikan perceraian anaknya.
Mana bisa dia menceraikan Inge" geramnya menahan marah di depan ayah Febrian. Inge sedang mengandung anak Febrian! Dia sudah hamil empat bulan!
Lama ayah Febrian termangu-mangu. Empat bulan. Persis ketika Febrian berada di Jakarta. Tetapi bukan hanya Febrian laki-laki yang saat itu berada di Jakarta... mengapa dia yang dituduh"
Kenapa Rian tidak bilang, gumamnya ragu. Entah mengapa, dia merasa putranya dijebak.
Karena dia tidak tahu! Inge tidak mau mengatakannya! Harga dirinya terlalu tinggi!
Tapi ini bukan soal harga diri. Dari dulu Inge memang menolak bercerai.
Tapi kali ini beda! Inge bilang, dia tidak mau mengemis pada suaminya jangan diceraikan karena sudah mengandung anak mereka!
Sekali lagi ayah Febrian terdiam. Sebelum perlahan-lahan dia mengajukan pertanyaan yang sejak tadi melintas di benaknya.
Maafkan pertanyaan saya ini, katanya hatihati. Bapak yakin anak dalam kandungan Inge anak Febrian"
Tentu saja! geram ayah Inge marah. Pertanyaan apa itu! Dia benar-benar tersinggung! Ditatapnya ayah Febrian dengan berang. Anak siapa lagi" Inge tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain kecuali suaminya!
Saya terpaksa menanyakannya karena Rian sudah mantap akan menikahi teman gadisnya. Dia hanya tinggal menunggu surat cerai yang resmi. Karena faktanya, mereka memang sudah empat tahun lebih berpisah.
Tapi ketika Rian pulang, mereka melakukan hubungan suami-istri! berkeras ayah Inge. Akibat hubungan itu, Inge hamil. Saya menuntut tanggung jawab Rian! Dia tidak bisa menceraikan istrinya yang sedang hamil!
Persis seperti lima tahun yang lalu, pikir ayah Febrian murung. Ayah Inge datang ke rumahnya untuk menuntut tanggung jawab Febrian. Tetapi kali ini agak berbeda. Karena Febrian berhak menolak. Inge sudah menandatangani persetujuan untuk bercerai. Jika Febrian tidak menghendaki rujuk, dia berhak melanjutkan perceraiannya. Saya harus memberitahu Rian, katanya perlahan-lahan. Nadanya datar. Semuanya terserah dia.
Bukan terserah Febrian! bantah ayah Inge gemas. Dia tidak punya pilihan lain! Inge mengandung anaknya!
Rian sedang menghadapi ujian untuk mata kuliah yang terakhir. Lebih baik kita tunggu sampai dia selesai ujian. Supaya tidak mengganggu konsentrasinya. Saya rasa Inge juga setuju.
Tapi kita harus mencegah pengadilan mengesahkan perceraian mereka!
Saya akan menghubungi pengacara saya. Itu yang terbaik. Minta perceraian mereka dibatalkan!
Bukan dibatalkan. Mungkin hanya ditunda pengesahannya. Karena Rian-lah yang harus memutuskan. Bukan saya.
Dan ayah Febrian tidak bisa ditawar lagi. Walaupun ayah Inge mendesak terus. Dia menunggu sampai Febrian selesai ujian. Baru menyampaikan kabar itu.
Kamu harus bertanggung jawab, sambungnya dengan suara datar. Kalaupun kamu tidak ingin melanjutkan perkawinanmu, anggaplah sebagai hukuman atas kesalahanmu. Jika anak dalam kandungan Inge benar anakmu, kamu tidak bisa menceraikannya.
Tentu saja, keluh Febrian bingung. Jika benar Inge mengandung anakku, aku tidak akan lari dari tanggung jawab! Tidak akan dua kali kubuat kesalahan sebagai seorang ayah! Tapi... benarkah anak itu anakku"
Sepeninggalmu, aku tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain, jawab Inge tegas ketika malam itu dia menelepon Inge.
Febrian terenyak bingung. Sekali lagi anak yang tidak dikehendaki berada dalam kandungan Inge.
Akankah dia berbuat kesalahan yang kedua" Aku tidak ingin memaksamu melanjutkan perkawinan kita, kata Inge lirih. Bukan hanya kamu yang salah. Anak ini hadir karena kesalahanku juga. Malam itu aku tidak menolakmu karena aku masih menganggapmu suamiku yang sah!
Tapi malam itu aku separuh mabuk! desis Febrian putus asa.
Sampai sekarang dia belum berhenti mencari Angel. Belum putus asa untuk menemukannya. Kini sudah timbul masalah baru. Dia tidak bisa mengawini Angel sekalipun dia menemukannya!
Bertahun-tahun aku merindukannya, Rian, desah Inge dengan air mata berlinang. Ketika malam itu kamu berikan apa yang kudambakan, aku merasa begitu bahagia....
Tapi aku tidak mampu memberikannya lagi kalau bukan karena Angel, teriak Febrian dalam hati. Tanpa dia, aku cuma macan kertas!
Febrian benar-benar merasa terjebak. Tapi... benarkah Inge menjebaknya" Bukankah semua itu terjadi karena kesalahannya juga" Karena dia yang terlalu lemah, terlalu perasa, tidak tegas! Aku tidak ingin memerasmu, Rian, sambung
Inge getir. Karena itu aku tidak bilang aku sudah mengandung anakmu. Aku tidak mau kamu tidak jadi menceraikanku karena aku sudah hamil.
Ini bukan pemerasan! potong Febrian pahit. Ini soal tanggung jawab! Aku sudah pernah kehilangan anakku dengan cara yang sangat menyakitkan. Aku tidak mau kehilangan lagi anakku yang kedua!
Dan untuk kedua kalinya Febrian menyesali perbuatannya. Orang tua tidak akan dua kali kehilangan tongkat. Tapi dia telah dua kali melakukan kesalahan yang sama!
Mengapa dia begitu mudah terjebak" Dulu, mungkin karena dia masih terlalu muda. Kehamilan Inge terjadi karena kecelakaan.
Tetapi sekarang, dia sudah dewasa. Dan dia sudah punya Angel. Sudah bertekad menikahinya. Mengapa harus bercinta dengan Inge lagi"
Kecelakaan lagi" Kali ini rasanya bukan. Walaupun malam itu dia separuh mabuk. Kalau dia tidak menginginkannya, hal itu tidak akan terjadi.
Selama di Jakarta dia memang tidak menggauli Angel. Itukah yang membuatnya begitu rakus malam itu" Begitu Inge menawarkannya, dia langsung mengambilnya" Dia mengira Angel-lah yang berada dalam pelukannya! Bukan Inge!
Tetapi sekarang semua telah terjadi. Terlambat untuk menyesal. Apa pun alasannya, tidak mungkin lagi menceraikan Inge!
Anggaplah ini sebagai hukuman atas kesalahanmu, terngiang lagi kata-kata ayahnya tadi.
Haruskah dia menganggap perkawinannya sebagai hukuman" Dan kalau dia harus dihukum, mengapa Angel harus ikut dihukum" Dia tidak bersalah!
Sampai maut memisahkan kita. Febrian teringat sumpahnya. Dan dia merasa sedih. Merasa berdosa.
Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Hanya ada satu jalan. Dan jalan itu menuju ke Jakarta. Ke Jakarta dia harus kembali.
Ketika menerima ijazahnya, Febrian langsung teringat pada Angel.
Kepadamulah seharusnya kupersembahkan ijazah ini, pikir Febrian sedih. Kamulah yang dengan cucuran keringat dan kasih sayang telah mengantarku ke gerbang sarjana.
Dia ingat bagaimana setianya Angel mengorbankan malam-malamnya yang penuh keletihan dan kantuk untuk mendampinginya belajar. Memberi semangat. Memulihkan tenaganya. Melumurinya dengan kasih sayang....
O, kalau saja Angel ada di sini! Kalau saja dia bisa melihat ijazah Febrian!
Tetapi... masih sudikah dia melihat ijazah ini" Masih maukah dia membagi kebahagiaan dengan kekasih yang menghina dirinya" Menipunya. Mengkhianatinya.
Alangkah kejamnya menuduh Angel hanya mendambakan seks! Lebih-lebih bila tuduhan itu dilontarkan oleh orang yang dicintainya!
Kamu tahu bukan itu maksudku, keluh Febrian perih. Aku tahu kamu mencintaiku! Berilah aku waktu untuk menjelaskannya!
Tetapi bagaimana harus menjelaskan kalau Angel sudah tidak dapat ditemuinya lagi" Sementara itu waktunya untuk pulang sudah semakin mendesak. Karena sebentar lagi Inge akan melahirkan.
Maafkan aku, Tessa, desah Febrian ketika akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Aku tidak menyalahkanmu kalau membenciku. Bukan hanya kamu. Karena aku pun membenci diriku sendiri!
Aku ingin minta maaf. Ingin menjelaskan segalanya. Tapi kamu tidak mau memberiku kesempatan lagi.
Besok aku harus pulang. Meninggalkanmu. Meninggalkan negerimu. Meninggalkan semua kenangan indah kita. Tapi aku tetap mencintaimu, Tessa. Sampai maut merenggut nyawaku.
Malam terakhir, Febrian kembali ke tempat di mana dia melihat Angel untuk pertama kalinya. Bukan karena dia keranjingan menonton. Tapi karena ingin bernostalgia.
Suasana di sana masih tetap ramai. Pria berduit masih berteriak-teriak sambil melambailambaikan uang mereka. Gadis-gadis cantik masih tetap mempertontonkan tubuh mereka sambil meramu gairah dengan humor.
Tetapi bagi Febrian, semua sudah tidak berarti lagi. Dia keluar sebelum pertunjukan selesai. Dan dia pulang bukan membawa gairah yang meluap. Melainkan sakit hati yang nyeri menyengat.
K ETIKA berada seorang diri dalam mobil yang
membawanya ke bandara, hanya ditemani oleh sopir ayah Febrian, untuk pertama kalinya setelah tahu dia hamil, Angel ingin merokok lagi.
Tetapi sudah tidak ada rokok di dalam tasnya. Dia harus menunggu sampai tiba di bandara. Membeli sebungkus rokok. Dan mengisapnya untuk menenangkan pikirannya.
Hati Angel benar-benar sakit. Benar-benar terlukai. Febrian bukan hanya menipunya. Dia juga menghina dirinya! Melecehkan cintanya!
Angel seperti tidak mengenal Febrian lagi. Itukah laki-laki yang dicintainya" Dia sungguh tidak pantas menerima cinta Angel! Karena dia tidak berharga untuk dicintai!
Tetapi mengapa begitu masuk ke dalam latnya
Bab XIX saja dia sudah merasa ingin menangis" Menangisi nasibnya, atau merasa kehilangan Febrian"
Angel tidak tahan lagi tinggal di sana. Semua benda di lat ini mengingatkannya pada Febrian. Pada kisah cinta mereka. Pada kemesraan hubungan mereka.
Rasanya semuanya belum lama terjadi. Angel masih bisa melihat Febrian duduk di depan komputernya. Melihat dia menulis di meja tulisnya. Membaca bukunya sampai larut malam.
Sekarang meja itu masih di sana. Komputernya masih tegak di tempatnya. Buku-bukunya masih berserakan seperti biasa. Tetapi Febrian sudah tidak ada!
Aku ingin melanjutkan kuliah lagi, Angel, masih terngiang jelas kata-kata Febrian di telinganya. Supaya bisa memberimu lat yang lebih besar.
Febrian ingin memberikan hidup yang lebih baik untuk mereka. Ingin menjadikan Angel istri yang bahagia. Tidak perlu bekerja. Hanya mengurus rumah dan anak sambil menunggu suami pulang.
Benarkah Febrian tidak mencintainya" Atau... dia memang mencintainya tetapi lebih cinta pada istrinya"
Perempuan kami berbeda dengan perempuan Amerika! Seks bukan segala-galanya. Bagi seorang istri, kesetiaan dan pengabdian adalah kodratnya sebagai seorang wanita!
Serendah itukah Febrian memandang dirinya"
Sekeji itukah dia menilai cinta mereka" Hanya pemuasan nafsu seks semata-mata"
Aku benar-benar mencintainya, keluh Angel ketika dia sedang terkapar seorang diri di ranjangnya. Ranjang yang penuh kenangan manis. Tempat mereka memadu cinta. Kapan aku pernah menginginkan menjadi istri seorang pria, menjadi ibu anaknya"
Jika aku cuma menginginkan seks, aku tidak perlu mengorbankan karier dan kebebasanku! Lupakah dia, ketika dia belum dapat memberikan kepuasan seks kepadaku, aku tidak meninggalkannya"
Keesokan harinya Angel langsung menghubungi agennya. Mengakhiri kontrak apartemennya. Dan mencari apartemen baru. Dia beralasan lat itu terlalu besar dan dia tidak sanggup lagi membayarnya.
Padahal selain tidak sanggup membayar sewa, dia juga ingin melenyapkan semua kenangannya atas diri Febrian. Dia tidak mau mengingat lakilaki itu lagi. Dia cuma masa lalu yang harus dilenyapkan dari hidupnya.
Angel sudah membuang baju tidurnya. Ingin memotong rambutnya. Melenyapkan semua benda yang mengingatkannya kepada Febrian. Termasuk anak dalam kandungannya.
Tetapi ketika dia sedang duduk di ruang tunggu untuk melakukan aborsi, tiba-tiba saja janinnya bergerak.
Angel memilih apartemen yang lebih kecil. Lebih sederhana. Di kawasan yang lebih miskin. Lalu dia mulai mencari pekerjaan.
Kalau tidak mau tinggal bersamaku, lebih baik kamu cari tempat yang lebih baik, Angel, kata Beverly ketika dia sedang membantu temannya pindah. Aku tidak mau membaca namamu di koran, mati setelah diperkosa dengan brutal di tempat ini!
Jangan khawatir. Aku bisa menjaga diri. Jangan lupa, Angel. Di sini tidak ada wasit yang akan menolongmu kalau kamu kalah bergulat!
Aku tidak mau menyusahkanmu atas kesalahan yang kubuat sendiri, Bev.
Kamu sebut ini kesalahan" Aku sebut itu kebodohan!
Apa pun katamu, Angel menghela napas berat. Aku memang keliru menilai orang.
Seandainya dulu kamu mau mendengar nasihatku! George yang sedang membawa masuk sepeti barang ikut menimpali. Lelaki tetap lelaki. Dari mana pun asalnya, sifatnya pasti tidak jauh berbeda! Tapi waktu itu kamu sedang dimabuk cinta! Pikiran tidak ada di kepalamu!
Tetapi sampai sekarang pun Angel tidak menyesal. Hidup bersama Febrian merupakan periode terindah dalam hidupnya. Masa-masa yang paling berkesan, yang tak mungkin terlupakan. Yang tak mungkin dapat ditukar dengan apa pun.
Dia juga tidak menyesal ketika anaknya lahir
tanpa didampingi ayahnya. Hanya ketika sedang menimang bayi perempuan yang sehat dan cantik itu, dia terkenang kepada Febrian. Matanya penjelmaan mata ayahnya. Rambutnya pun sehitam rambut Febrian. Kulitnya kombinasi warna kulit ayah-bundanya.
Seandainya kamu dapat melihat anakmu, Indie, desah Angel terharu. Dia memiliki rambut dan matamu. Tapi hidung dan mulutnya adalah kepunyaanku. Dia begitu cantik, Indie. Timur dan Barat menyatu dalam dirinya. Cintaku dan cintamu mengalir dalam darahnya... Di dalam dirinya, kita tidak akan terpisahkan lagi!
Ketika anaknya berumur satu tahun, Angel menyewa seorang pengasuh. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia kembali ke arena.
Majikannya menyambutnya dengan gembira. Penggemar-penggemarnya menyambut dengan antusias. Promosi kembalinya si Bidadari Biru diberitakan secara besar-besaran.
Tetapi Beverly dan teman-temannya menyambut kembalinya Angel dengan penuh haru.
Jangan sedih, hibur Angel tegar. Aku cuma kembali ke tempat dari mana aku datang. Tempat yang paling tepat untukku. Duniaku. Hidupku.
George hanya memandangnya dari kejauhan. Berusaha menyembunyikan keharuannya. Dia tahu bagaimana enggannya Angel kembali ke
tempat ini. Bagaimana dia mencintai pemuda Asia itu. Bagaimana dia mendambakan punya seorang anak dari benih laki-laki itu.
Angel ingin hidup sebagai istri yang setia. Ibu yang baik. Tinggal di rumah mengurus anak dan menunggu suami pulang. Tetapi rupanya nasibnya menentukan lain. Dia harus kembali ke dunianya yang lama.
Inge begitu takut mengecewakan Febrian. Dia menjaga kandungannya dengan sangat hati-hati. Sampai rasanya dia lebih takut mengecewakan suaminya daripada mencederai bayinya.
Boleh saja hati-hati, komentar ibunya ketika melihat kelakuannya. Tapi kan nggak perlu sampai ketakutan begitu. Makan ini tidak berani. Minum itu takut. Nanti anakmu malah kurang gizi!
Ya nggaklah, Bu! Saya kan sudah tanya dokter, apa saja yang boleh saya makan! Dokter juga sudah memberikan vitamin-vitamin supaya bayi saya tetap sehat!
Ibu Inge menghela napas panjang. Terus terang dia agak cemas melihat cara putrinya menjaga kandungannya. Dia menganggapnya terlalu berlebihan.
Tentu saja dia masih ingat apa yang terjadi pada cucu pertamanya. Tetapi bukankah bayi itu lahir cacat karena ulah ibunya" Karena Inge ingin mengeluarkannya! Nah, kalau sekarang dia tidak
mengutak-atik kandungannya, buat apa begitu takut"
Rian sangat mendambakan bayi yang sehat, Bu. Kalau saya tidak mampu memberikan seorang anak yang sehat kepadanya, saya tidak pantas jadi istrinya!
Tidak heran ketika Inge mengalami perdarahan, bukan cuma Inge yang panik. Ibunya juga.
Kenapa Ibu tidak pernah bilang anak pertama Ibu lahir mati" tanya Dokter Toha agak menyesal.
Tapi Dokter kan tidak pernah tanya, gumam Inge dalam hati.
Hanya perawat yang mengisi status itu yang tanya, pernah keguguran atau tidak.
Tentu saja Inge menjawab tidak. Karena dia memang tidak pernah keguguran. Anaknya yang pertama lahir mati. Bukan keguguran. Dan dia memang sengaja digugurkan!
Kandungan Ibu masih dapat dipertahankan. Ibu istirahat saja. Obatnya diminum. Terima kasih, Dokter, sahut Inge lega. Tapi hari Senin Ibu harus kembali untuk melakukan pemeriksaan amniocentesis. Pemeriksaan apa itu, Dok" tanya Inge ngeri. Cairan ketuban.
Untuk apa" cetus Inge kaget. Apa tidak mengganggu kehamilan saya, Dok" Saya takut bayi saya lahir cacat....
Pemeriksaan ini justru untuk mendeteksi apakah anak Ibu mengidap cacat dalam kandungan.
Ya Tuhan! Inge menebah dadanya yang tibatiba terasa nyeri. Bayangan wajah Febrian melintas sekilas di depan matanya. Suaminya sudah demikian berharap....
Apa anak saya... ada tanda-tanda... cacat, Dok" Inge menggagap dengan gugupnya.
Dengan pemeriksaan USG saja saya tidak dapat memastikannya. Karena itu saya ingin mengambil sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium. Dengan pemeriksaan kromosom, dapat dipastikan bila janin Ibu cacat dan seberapa berat cacatnya.
Cacat! Kata itu seperti meledak di telinganya. C-A-C-A-T!!
Akan cacat lagikah anak yang dilahirkannya" Sungguhpun kini dia sudah menjaga kandungannya seperti menjaga sebutir berlian empat puluh karat"
Apa yang harus dikatakannya kepada Febrian" Dia sudah membatalkan pernikahannya dengan teman gadisnya demi anak ini! Mereka tidak jadi bercerai karena Febrian tidak menginginkan nasib anak pertama mereka terulang kembali!
Hari Senin, Inge kembali ke rumah sakit. Perdarahannya memang sudah berhenti. Tidak ada gejala apa-apa. Tetapi Inge masih tetap khawatir sampai tidurnya tak lelap, makan pun tak enak.
Lebih-lebih ketika Dokter Toha berkeras melakukan pemeriksaan amniocentesis meskipun
Inge sudah bilang tidak ada keluhan apa-apa lagi. Kalau dokter itu tidak mencurigai ada kelainan dalam kandungannya, mustahil dia begitu ngotot. Dokter Toha bukan tipe dokter yang menyuruh pasiennya melakukan pemeriksaan yang tidak perlu demi uang. Tapi justru karena itu Inge jadi bertambah takut!
Apa yang salah dengan kandungan saya, Dok" keluh Inge cemas bercampur sedih. Mengapa saya tidak dapat melahirkan bayi yang sehat"
Tunggulah sampai saya tahu persis hasilnya, Bu. Tidak ada gunanya Ibu mencemaskan sesuatu yang belum pasti.
Tapi saya khawatir, Dok! Saya tidak mau punya anak cacat!
Tidak ada ibu yang mau punya anak cacat. Tapi kadang-kadang kita tidak dapat melawan nasib.
Apa yang harus saya lakukan, Dok" Ibu berbaring tenang-tenang saja di sini. Saya akan mengambil beberapa cc cairan amnion melalui perut Ibu.
Dengan apa diambilnya, Dokter" tanya Inge ngeri.
Dengan jarum. Tidak akan melukai bayi saya"
Tentu saja tidak. Janin akan terlihat jelas melalui monitor USG ini. Ibu tidak usah khawatir.
Tapi ibu mana yang tidak khawatir" Sebuah jarum, betapapun kecilnya, tetap jarum! Dan jarum itu akan ditusukkan ke dinding perutnya. Menembus rahim. Masuk ke kerajaan bayinya....
Inge khawatir sekali ketika Dokter Toha melakukan pemeriksaan itu. Dia khawatir selama menunggu hasilnya. Dan lebih khawatir lagi ketika dua minggu kemudian dia menemui Dokter Toha.
Melihat paras dokter itu, Inge sudah merasa dunianya bakal kiamat!
Menyesal sekali, Bu, kata Dokter Toha muram. Janin Ibu mengidap kelainan bawaan yang cukup berat pada kromosomnya. Ini berarti jika dia tidak lahir mati, bayi Ibu akan cacat, isik maupun mentalnya.
Inge ambruk dalam keputusasaan. Bayangbayang hitam yang menghantuinya kini telah menjelma menjadi kenyataan.
Petaka itu telah mengunjunginya lagi. Seorang anak cacat telah hadir lagi di rahimnya. Bedanya, kali ini dia hidup! Tapi apa gunanya dia hidup kalau mengidap cacat isik dan mental" Bukankah lebih baik kalau dia mati saja"
Kehamilan Ibu telah berumur dua puluh minggu. Saya tidak berani melakukan aborsi. Biarpun atas indikasi medis.
Tapi kalau bayi saya cacat, buat apa dia dibiarkan hidup, Dok" rintih Inge pilu. Daripada dia menderita, ayah-ibunya menderita, bukankah lebih baik kalau dia tidak usah lahir"
Lembah Tiga Malaikat 13 Wiro Sableng 098 Rahasia Cinta Tua Gila Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama