Asmara Si Pedang Tumpul 9
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 9 dikeroyok oleh Maniyoko dan lima orang lain. Pemuda yang saling melindungi dengan puterinya itu cukup indah gerakan pedangnya, ilmu pedang Butong-pai, akan tetapi masih kalah jauh dibandingkan Maniyoko sehingga keadaan puterinya terancam. "Maniyoko, keparat engkau!" Ouwyang Cin melompat dan sekali menggerakkan kedua tangan yang menghitam itu, Maniyoko terhuyung dan dua orang pengeroyok roboh dan tewas! "Suhu, aku hanya melanjutkan cita-cita suhu! Aku ingin menjadi raja muda kelak!" Maniyoko membantah ketika melihat suhunya melangkah menghampirinya, sedangkan tiga orang sisa pembantunya masih mengeroyok Akim dan Ci Han. "Setan kau! Kenapa engkau mengeroyok Akim?" "Bukankah suhu sudah memberikan ia untukku" Bukankah suhu sudah setuju kalau ia menjadi jodohku?" kembali Ma?niyoko membantah. "Setuju berjodoh denganmu bukan berarti setuju engkau mempermainkannya! Apalagi engkau bersekongkol dengan iblis itu untuk mencelakainya. Engkau tidak berhak hidup lagi!" Setelah berkata demikian, Ouwyang Cin yang sudah mulai lemah itu bergerak menyerang muridnya sendiri. "Suhu! Suhu ingin membunuh murid sendiri, bangsa sendiri" Suhu tidak melihat senjata pusaka bangsa kita ini?" Maniyoko memperlihatkan pedang samurai di tangannya dan sejenak Ouwyang Cin tertegun memandang kepada senjata yang merupakan senjata mustika yang dihormati dan dikeramatkan bangsa Jepang itu. Pada saat dia tertegun dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terpukau di depan muridnya memandang pedang samurai, tiba-tiba dengan kedua tangannya, Maniyoko menyerang dengan menusukkan pedang samurai itu sekuat tenaga ke perut gurunya. Serangan itu terlalu cepat datangnya, terlalu dekat dan pada saat itu tubuh Ouwyang Cin memang sudah lemah oleh hawa beracun, maka tanpa dapat dihindarkan lagi, pedang samurai itu menusuk perut Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan tembus sampai ke punggung! Ouwyang Cin terbelalak, kedua lengannya menyambar dari kanan kiri dan sepuluh buah jarinya mencengkeram kedua pundak Maniyoko dekat leher. Pemuda Jepang itu terbelalak, tidak mampu bergerak karena seluruh tubuhnya terasa kaku dan nyeri seperti ditusuki seribu batang jarum. Lehernya berubah menghitam yang menjalar terus ke mukanya dan diapun terkulai, roboh bersama gurunya yang masih mencengkeram kedua pundaknya. Guru dan murid itu tewas dalam waktu yang bersamaan. Karena kini hanya menghadapi tiga orang pengeroyok, dan melihat betapa ayahnya tadi terluka ketika melawan Ang-bin Moko, Akim menjadi khawatir sekali. Bersama Ci Han, ia mengamuk dan dalam waktu singkat saja ia merobohkan dua orang penyeroyok, sedangkan orang ke tiga roboh oleh tusukan pedang Ci Han. Pada saat itu, perkelahian antara Bhok Cun Ki dan Pek-bin Moli masih berlangsung seru karena memang tingkat kedua orang ini seimbang. Akan tetapi tiba-tiba terdengar bentakan nyaring, "Siluman betina, jangan menjual lagak di sini!" Bentakan itu keluar dari mulut Bi-coa Sianli Cu Sui In! Wanita ini juga mencari jejak para penculik putera tirinya dan berpencar dari suaminya. Karena ia mencari ke lain jurusan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka sampai semalam itu ia tidak dapat menemukan Ci Han, bahkan tidak bertemu dengan suaminya. 30. Perut Gendut Yang Mencurigai Akhirnya, menjelang pagi ia mengubah arah pencariannya sambil menyusul suaminya dan pada pagi hari itu, ia melihat suaminya sedang bertanding mati-matian melawan seorang wanita tua yang masih cantik, yang berpakaian serba putih dan bermuka pucat seperti mayat. Sebagai bekas tokoh kangouw, tentu saja ia segera mengenal bahwa wanita itu adalah Pek-bin Moli (Iblis Betina Muka Putih) yang merupakan seorang datuk sesat, maka ia membentak dan segera terjun membantu suaminya. Gulungan sinar hitam menyambar dan Pek-bin Moli terkejut bukan main. Iapun mengenal Si Dewi Ular Cantik dengan pedang yang bersinar hitam itu, dan mukanya yang sudah pucat menjadi semakin pucat. Melawan Bhok Cun Ki saja sudah amat sukar mencapai kemenangan, kini muncul tokoh wanita dari Bukit Ular yang lebih lihai lagi ini. Ia mencoba untuk melawan dengan sabuk ularnya, namun karena hatinya sudah gentar, dalam beberapa jurus saja sabuk ularnya putus menjadi tiga potong oleh Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) di tangan Cu Sui In. Apalagi Bhok Cun Ki juga mengurung dengan sinar pedangnya yang indah dan ampuh, maka kini Pek-bin Moli terdesak hebat. Ia masih mencoba untuk menggunakan pukulan beracunnya, yaitu Toat-beng-tok-ciang dan juga totokan Touw-kut-ci, namun kedua orang lawannya terlalu kuat dan sudah menduga bahwa pukulannya itu mengandung racun yang berbahaya. Mereka menghindar sambil menghujankan serangan, dan akhirnya, pedang Hek-coa-kiam menyambar dahsyat dan membabat leher Pek-bin Moli Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sehingga iblis betina itu roboh dengan leher hampir putus, tewas seketika. Suami isteri itu cepat menghampiri Ci Han yang berdiri seperti patung memandang Akim yang berlutut dan menangis di dekat mayat ayahnya dan suhengnya. Guru dan murid itu tewas dalam keadaan yang mengerikan. Kedua tangan Ouwyang Cin yang menghitam sampai ke pundak, masih mencengkeram kedua pundak Maniyoko yang tewas dengan mata mendelik dan dari pundak ke kepala berubah menghitam. Sebatang pedang samurai menembus perut Ouwyang Cin, seperti gambaran seorang pendekar samurai yang tewas membunuh diri. Melihat wajah Tung-hai-liong Ouw yang Cin, berkerut sepasang alis Cu Sui In, ia segera mengenal datuk itu. "Bukankah dia datuk bajak laut dari timur Ouwyang Cin?" Bhok Cun Ki mengangguk sambil menghela napas. Peristiwa yang baru terjadi terlalu hebat, dan dia merasa beruntung sekali bahwa puteranya tidak sampai tewas atau cedera dalam peristiwa itu. "Dan siapa pemuda yang dicekiknya itu?" tanya pula Cu Sui In. Kini Ci Han yang menjawab. "Dia bernama Maniyoko muridnya, ibu." "Hemm, jadi yang menculikmu adalah keluarga bajak laut ini, Ci Han?" tanya pula Cu Sui In. Akim yang masih bercucuran air mata itu tiba-tiba bangkit berdiri. Bajunya berdarah dari luka di pundak kirinya. "Akulah yang menculik Bhok Ci Han. Aku dan mendiang suheng Maniyoko. Aku siap menerima hukuman!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sikapnya tegas dan tabah, akan tetapi suaranya gemetar dan tubuhnya lemas karena ia memang telah banyak darah mengalir keluar dari lukanya dan iapun lelah sekali menghadapi pengeroyokan tadi. "Siapa gadis ini?" tanya Cu Sui ln, suaranya dingin dan marah. "Ia bernama Ouwyang Kim, puterinya, ibu." "Bagus, kalau begitu memang sepantasnya dibunuh sekali agar tidak mengotori dunia!" Cu Sui In mengangkat pedangnya, akan tetapi sebelum pedang itu menyambar, Ci Han melompat ke depan Akim yang berdiri tegak dan tidak berkedip menanti datangnya serangan. "Ibu, jangan ......!!" teriak Ci Han. Cu Sui In mengerutkan lagi alisnya dan memandang heran. Juga Bhok Cun Ki memandang puteranya, akan tetapi dia lalu berkata lirih kepada isterinya. "Sui In, tenang dulu, biar aku yang mengurusnya." Sui In mengangguk, dan kini Bhok Cun Ki memandang kepada puteranya yang bersikap melindungi Akim, juga kepada gadis itu yang dengan gagahnya siap menerima hukuman! "Ci Han, kenapa engkau membela puteri Ouwyang Cin" Bukankah ia dan suhengnya yang menculikmu?" "Ayah, nona Ouwyang Kim adalah seorang gadis yang baik, seorang gadis yang gagah perkasa dan kalau tidak ada ia yang melindungiku, tentu sudah lama aku tewas di tangan Maniyoko itu. Bagaimanapun juga, aku tidak membolehkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ siapapun mengganggunya, apa lagi membunuhnya. Biarlah aku yang dibunuh dulu kalau ibu hendak membunuhnya!" Melihat sikap ini, Bhok Cun Ki saling pandang penuh arti dengan isterinya. Diapun masih hendak menyelami perasaan puteranya, "Kami tidak akan membunuhnya. Akan tetapi, aku harus melaporkannya karena agaknya keluarganya bersekutu dengan gerombolan pemberontak dan mata-mata Mongol." "Tidak, ayah! Harap ayah jangan tangkap Ouwyang Kim. Aku yang menanggung bahwa ia tidak bersalah ......" Tiba tiba terdengar rintihan Akim dan Ci Han cepat membalik dan merangkul gadis itu yang terkulai dan roboh. "Nona.... engkau ...... kenapakah" Engkau.... tidak apaapakah engkau ......?" tanyanya sambil mengguncang tubuh gadis yang telah memejamkan matanya dan nampak pucat itu. "Aku ..... Ci Han.... biarkan ..... mereka menghukumku ..... biar aku menebus dosa ayah dan suheng ........" "Tidak, Akim. Tidak! Aku yang akan melindungimu!" teriak Ci Han dan gadis itu mengeluh lalu pingsan dalam rangkulan Ci Han. "Jangan khawatir, Ci Han. Ia hanya pingsan karena kelelahan dan mungkin terlalu banyak darah keluar dari lukanya. Mari kita bawa ia pulang dan kita rawat di rumah." Ci Han memandang ayahnya, lalu ibu tirinya. "Ayah dan ibu ..... tidak ...... tidak akan membunuh atau menawannya ......." Tidak, bukan .......?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bhok Cun Ki tersenyum. Kini dia merasa yakin bahwa puteranya telah jatuh cinta kepada penculiknya sendiri. Juga Cu Sui In tersenyum karena ia maklum bagaimana rasanya orang jatuh cinta dan tersiksa oleh perasaan cinta itu. Pada saat itu, beberapa orang perajurit anak buah Bhok Cun Ki yang tadi ikut pula mencari, datang dan Bhok-ciangkun segera memberi pesan kepada mereka agar mereka mengurus semua jenazah baik-baik, bahkan memberi peti mati yang selayaknya kepada dua jenazah Ouwyang Cin dan Maniyoko dan menyediakan meja sembahyang untuk jenazah guru dan murid itu, di dalam pondok yang terdapat di situ. Enam mayat yang lain dapat segera dikubur tanpa diadakan upacara sembahyang karena tidak diketahui siapa keluarga mereka. Kemudian, dia, Sui In dan Ci Han membawa Akim yang pingsan dan lemah itu masuk ke kota raja, ke rumah keluarga Bhok. Bhok Cun Ki dan Cu Sui In memeriksa Akim dan mendapat kenyataan bahwa seperti yang mereka duga, gadis itu pingsan karena lemah, juga karena tekanan batin melihat kematian ayahnya. Setelah memberi obat dan gadis itu jatuh pulas, mereka tidak mengganggunya, membiarkannya tidur dan memulihkan tenaga, kemudian di kamar itu juga, mereka mendengarkan keterangan Ci Han. Ci Hwa juga berada di situ dan ikut mendengarkan, bersama ibunya. Ci Han lalu menceritakan betapa dia diculik oleh Akim dan Maniyoko dan betapa Akim hendak membalas dendam karena gadis itu kemarin dulu ditawan oleh Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli bersama enam orang yang menyamar perajurit dan mengaku disuruh oleh Bhok-ciangkun. Baru kemudian Akim mengetahui bahwa yang melakukan sandiwara untuk melakukan fitnah terhadap Bhok-ciangkun itu bukan lain adalah Maniyoko sendiri yang telah bersekongkol dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sepasang iblis bersama enam orang anak buahnya itu. Betapa Akim mati-matian membela dan melindunginya ketika dia akan dibunuh Maniyoko. "Setelah tahu bahwa ia dikelabui suhengnya sendiri, Akim lalu memihak ayah dan aku, melawan Maniyoko dan orangorangnya, sedangkan ayah dikeroyok sepasang iblis itu. Lalu muncul ayah Akim yang segera membantu puterinya, kemudian bertanding melawan Ang-?bin Moko yang dapat dibunuhnya, akan tetapi agaknya dia keracunan dan tewas ditusuk samurai oleh Maniyoko yang juga dapat dibunuhnya. "Nah, bukankah Akim sama sekali tidak bersalah, ayah" Juga Tung-hai-liong Ouwyang Cin itu datang-datang memihak kita dan menyerang Ang-bin Moko. Tidak sepatutnya kalau kita sekarang membikin susah Akim yang sudah kehilangan ayah dan suheng. Yang bersalah adalah Maniyoko, akan tetapi suhengnya itu telah menebus dosa dan tewas di tangan gurunya sendiri." Semua orang mengangguk-angguk dan bahkan Cu Sui In tidak lagi menyalahkan Akim yang tadinya menculik Ci Han. "Tidak, kami memang bersalah .... keluarga kami memang tidak benar ........" Semua orang menengok dan yang bicara adalah Akim. Ci Han segera menghampiri dan duduk di tepi pembaringan. Dari sikapnya yang tidak sungkan lagi ini saja mudah diketahui bahwa pemuda ini memang jatuh cinta kepada Akim. Sikapnya yang lembut dan tidak sungkan sama dengan pengakuannya terhadap semua keluarganya bahwa dia telah menemukan pilihan hatinya. "Akim, engkau masih lemah, tidak perlu banyak bicara. Beristirahatlah dulu ......." Ci Han membujuk. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akim tersenyum penuh keharuan. Ia sendiri dapat melihat dengan jelas sinar mata pemuda itu ketika memandang kepadanya, dapat merasakan getaran dalam suara itu dan ia terharu. Bagaimana mungkin seorang pemuda seperti ini dapat jatuh cinta kepada seorang gadis liar seperti dirinya" "Aku harus memperkenalkan diriku agar semua tahu siapa aku sebenarnya. Kalau tidak, aku akan selalu merasa sungkan dan tidak enak. Dan pengakuan ini akan saya berikan kepada Paman Bhok ....... eh, maksudku Panglima Bhok ......." "Engkau boleh menyebutku paman, Akim, aku lebih senang Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan sebutan itu," kata Bhok Cun Ki dengan lembut dan Akim mengangguk dengan pandang mata berterima kasih. "Begini, Paman Bhok. Belum lama ini, ayah kedatangan Butek Kiam-ong, seorang di antara Bu-tek Cap-sha-kwi yang membawa barang-barang berharga hadiah dari yang dia sebut Yang Mulia, yaitu pimpinan orang-orang Mongol yang hendak memberontak dan membangun kembali Kerajaan Mongol. Ayah diajak bekerja sama dan dijanjikan kelak kalau berhasil akan dijadikan raja muda. Ayah kena terbujuk dan bersedia memenuhi panggilan pimpinan mata-mata, berangkat bersama mendiang suheng, yaitu Maniyoko." Ia berhenti sebentar, menghela napas. Mendengar ini, hati Ci Han merasa tidak enak sekali. Tidak senang dia mendengar gadis yang dicintanya menceritakan keburukan keluarganya sendiri. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak senang dalam hati orang tuanya! "Akim perlukah engkau ceritakan semua itu" Ayahmu dan suhengmu telah meninggal dunia, tidak perlu diceritakan lagi ..... " kata Ci Han. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Biarlah, Ci Han. Biar semua orang mengetahui dan mengenal siapa diriku," kata Akim berkeras, lalu melanjutkan, "Ibu dan aku sendiri tidak senang mendengar ayah dapat terbujuk oleh orang-orang Mongol. lalu mengutus aku untuk menyusul ayah dan Maniyoko yang sudah berangkat ke kota raja, dan ibu minta agar aku berkeras membujuk ayah jangan sampai melibatkan diri dengan orang-orang Mongol. Maka berangkatlah aku. Aku selalu menentang para pemberontak yang dipimpin orang yang disebut Yang Mulia, yang selalu menge?nakan kedok hitam." Ia lalu menceritakan semua pengalamannya ketika ia menolong Sin Wan yang hampir terbunuh oleh Si Kedok Hitam, kemudian tentang penawanan atas dirinya yang dilakukan Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli yang ternyata bekerja sama dengan suhengnya sendiri, Maniyoko yang menggantikan gurunya bersekutu dengan orang-orang Mongol. Betapa ia pernah ditawan pula oleh gerombolan mata-mata itu dan dijadikan sandera untuk memaksa ayahnya dan suhengnya untuk membunuh Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota yang sedang mengadakan pesta di perahu dekat Cin-an. "Mulai saat itu juga, ayah sudah berbalik sikap, tidak sudi bekerja sama dengan orang-orang Mongol, bahkan menentang mereka. Biarpun demikian, terus terang kuakui bahwa tadinya ayahku memang terkena bujukan orang Mongol. Ayah bercita-cita besar dan akhirnya ......." Akim memejamkan kedua matanya dan beberapa titik air mata menetes turun ke atas kedua pipinya. "Sudahlah, Akim. Semua itu sudah berlalu, kami sekeluarga tidak ada yang menyalahkanmu atau mendiang ayahmu," kata Ci Han menghibur. "Dan mulai sekarang, engkau dapat hidup tenang dan damai di sini, di sampingku ........" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akim terbelalak, memandang pemuda itu, lalu menoleh dan memandang kepada Bhok-ciangkun dan kedua isterinya, juga kepada Ci Hwa yang sejak tadi hanya ikut mendengarkan saja. Ia melihat betapa semua wajah itu tersenyum cerah, bahkan Sui In mengangguk kepadanya. "Ci Han, apa .... apa artinya ucapanmu itu .......?" Ci Han yang sudah jatuh cinta itu, dengan jujur dan tanpa sungkan lagi mengaku, "Artinya, Akim, bahwa aku cinta padamu dan aku akan minta kepada orang tuaku untuk meminangmu." "Aihhh ......!" Akim benar-benar terkejut dan juga kagum melihat kejujuran pemuda bangsawan ini. Iapun harus bersikap jujur, kalau tidak, kelak hal yang disembunyikannya itu hanya akan menjadi gangguan bagi batinnya. "Bagaimana mungkin ......." "Kenapa tidak mungkin, Akim?" Sui In berkata dengan lembut. "Kalau kalian saling mencinta, dan pihak keluarga menyetujui, mengapa tidak mungkin" Ci Han mencintamu dan kami sekeluarga juga menyetujui, tinggal terserah apakah engkau juga mencintanya dan apakah ibumu akan menyetujuinya." Mendengar ini, Bhok Cun Ki dan isterinya juga mengangguk. Seperti biasa, Cu Sui In memang lancang dan terus-terang, akan tetapi juga cerdik sehingga sebelum bicara, ia sudah merasa yakin bahwa suaminya dan madunya akan cukup bijaksana untuk menyetujui pilihan hati Ci Han. "Aku ......" Aku kagum dan suka kepada Ci Han. Akan tetapi, aku merasa tidak pantas menjadi jodohnya. Bahkan aku pernah jatuh cinta kepada seseorang dan dia menolak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cintaku. Terus terang saja, Ci Han, aku pernah jatuh cinta kepada Sin Wan." Semua orang mengerutkan alisnya, dan Ci Hwa yang ikut mendengarkan menjadi merah sekali mukanya. "Dan sekarang engkau masih cinta padanya?" tanya Ci Hwa karena ia ingin tahu sekali. Biarpun dia tidak ikut bertanya, namun pandang mata Ci Han kepada Akim juga menuntut penjelasan. Akim tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Kurasa tidak. Aku memang mengaku cinta padanya, akan tetapi dia juga berterus terang bahwa dia tidak dapat mencinta gadis lain kecuali sumoinya. Aku lalu sadar. Cinta tidak mungkin dipaksakan. Perjodohan tidak mungkin ditunjang cinta sepihak. Aku bahkan kagum kepadanya Sin Wan seorang yang setia kepada kekasihnya." Keluarga itu kecuali Nyonya Bhok, adalah keluarga orang gagah yang menghargai kejujuran. Sikap Akim yang terus terang itu mengagumkan hati mereka. Bahkan kini Ci Hwa memandang kepada Akim dengan wajah berseri dan tiba-tiba iapun merangkul Akim. "Engkau hebat, enci Akim, aku suka sekali mempunyai kakak ipar sepertimu ini!" Semua orang tersenyum, juga Ci Han tersenyum karena mereka semua tahu dengan hati lega bahwa mendengar ucapan Akim tadi, Ci Hwa menyadari perasaan hatinya yang lemah dan tidak benar. Ia mencinta Sin Wan, akan tetapi kalau Sin Wan mencinta gadis lain, perlu apa ia harus menyesali diri" Cinta tidak dapat dipaksakan, dan perjodohan tidak mungkin ditunjang cinta sepihak, seperti sebuah bangku tidak mungkin hanya berkaki sebelah. Seketika Ci Hwa menyadari bahwa perasaan masgul dan duka yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dirasakannya selama ini karena penolakan Sin Wan adalah suatu kebodohan dan kelemahan! "Eh, kalian tidak membenciku karena itu" Ci Han, engkau tidak marah karena aku pernah mencinta pemuda lain?" "Kenapa marah" Kenapa menyesal, Akim" Cinta adalah suatu perasaan hati yang amat pribadi. Jatuh cinta berarti tertarik kepada seseorang. Kalau kita mau jujur, aku sendiri mungkin sudah puluhan kali jatuh cinta, tertarik kepada seorang wanita, akan tetapi semua itu hanya menjadi rahasia hatiku sendiri. Itulah bedanya antara engkau dan aku, kalau aku hanya merahasiakan perasaan hatiku, engkau berterus terang. Engkau jujur dan terbuka, Akim. Yang penting, sekarang kita saling tertarik dan saling jatuh cinta. Benarkah dugaanku bahwa engkaupun cinta padaku?" Akim tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu, engkau setuju kalau kami mengajukan pinangan kepada ibumu?" kini Bhok-ciangkun bertanya. "Tentu saja aku setuju, paman. Akan tetapi, sebelum itu, aku harus membalaskan kematian ayah lebih dulu!" Akim mengepal tinju. "Hemm, pembunuh ayahmu adalah Ang-bin Moko dan suhengmu Maniyoko. Kedua orang itu sudah tewas, kenapa engkau masih ingin membalas dendam" Kepada siapa?" tanya Bhok Cun Ki. "Tidak, paman. Yang menjadi biang keladinya adalah Si Kedok Hitam. Aku harus mencarinya dan membunuhnya!" Akim berkata gemas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, kalau begitu engkau dapat membantu kami, Akim. Kamipun sedang berusaha keras untuk membasmi jarinqan mata-mata Mongol yang dipimpin oleh Si Kedok Hitam itu. Dia amat lihai jaringannya amat kuat. Berbahaya sekali kalau kita bekerja sendiri-sendiri." Panglima itu teringat akan ancaman Kaisar yang akan menghukum mati seluruh keluarganya kalau dalam waktu sebulan, dia tidak mampu membasmi jaringan mata-mata Mongol itu! "Ketahuilah kalian semua bahwa aku diharuskan Sribaginda Kaisar untuk membasmi jaringan mata-mata itu dalam waktu sebulan. Nah, kita harus mengerahkan seluruh tenaga untuk menemukan Si Kedok Hitam. Sayang Lili tidak segera pulang, karena tenaganya amat kita butuhkan, juga Sin Wan......" Pada saat itu, seorang pengawal masuk dan melaporkan kedatangan Sin Wan dan Kui Siang. Bhok Cun Ki girang sekali. Tadinya dia mengira bahwa pemuda itu sudah tidak akan mau dan berani lagi datang ke rumahnya, dan dia sekeluarga mulai merasa menyesal telah pernah memaksa pemuda itu untuk mengawini Ci Hwa. Mereka hendak memaksakan sebuah pernikahan dengan cinta sepihak! Biarpun mukanya berubah merah, namun sekali ini Ci Hwa tidak lari bersembunyi, melainkan bersama Akim dan yang lain keluar menyambut kunjungan Sin Wan. Sin Wan dan Kui Siang berdiri memberi hormat kepada keluarga tuan rumah dan diam-diam dia terkejut melihat Akim berada di situ, bergandeng tangan dengan Ci Hwa. Kalau tadinya Sin Wan merasa tegang hatinya dan juga amat sungkan untuk datang ke rumah ini dan bertemu dengan keluarga yang marah kepadanya itu, kini dia merasa heran dan lega hatinya. Bukan saja Ci Hwa memandang kepadanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan sinar mata biasa dan senyum di bibir, juga Cu Sui In sendiri yang begitu marah kepadanya, kini menyambutnya dengan senyum di bibir! Bahkan Akim, yang pernah marah dan merasa terhina karena dia tidak dapat membalas cintanya, kini memandang kepadanya tanpa perasaan marah dan benci. "Paman Bhok, harap maafkan kami kalau kedatangan kami ini mengganggu paman sekeluarga," kata Sin Wan setelah bersama Kui Siang memberi hormat. "Tidak ada yang perlu dimaafkan dan engkau sama sekali tidak mengganggu, Sin Wan. Bahkan kebetulan sekali engkau datang karena kami memang memerlukan kehadiranmu untuk membicarakan tentang jaringan mata-mata Mongol," Kata Bhok-ciangkun. "Dan nona ini, siapakah ia?" "Ini adalah sumoiku Liem Kui Siang, paman. Ia adalah puteri mendiang bangsawan Liem Cun, pengurus gudang pusaka istana ........" "Ahhhh! Aku adalah sahabat baik mendiang ayahmu, nona Liem!" kata Bhok Cun Ki dengan gembira. "Mari, silakan masuk, kita bicara di dalam." Mereka semua masuk dan duduk di ruangan dalam. Setelah duduk mengelilingi, sebuah meja besar, Akim yang kebetulan saling pandang dengan Sin Wan lalu bertanya, "Sin Wan, inikah sumoimu yang menjadi calon jodohmu itu?" Semua orang tidak kaget lagi mendengar pertanyaan yang demikian jujur dan terbuka dari Akim karena sudah mengenal wataknya. Betapapun juga, pandang mata mereka yang ditujukan kepada Sin Wan nampak rikuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sin Wan tersenyum dan mengangguk "Benar sekali, Akim. Dan engkau sendiri, bagaimana dapat berada di antara keluarga Paman Bhok?" "Twako, Akim adalah tunanganku. Kami saling mencinta dan akan menikah!" kata Ci Han. Sin Wan terkejut akan tetapi juga merasa gembira bukan main. Cepat dia berdiri, diikuti Kui Siang dan memberi selamat kepada mereka. Dengan gembira Ci Han membalas ucapan selamat dengan berterima kasih, akan tetapi Akim duduk dan nampak berduka. Sin Wan yang mengenal benar watak gadis itu, tanpa ragu bertanya, "Akim, kenapa engkau kelihatan berduka, padahal sepatutnya engkau bergembira seperti tunanganmu?" Akim cemberut. "Engkau tidak tahu, Sin Wan. Baru saja ayahku tewas ......." "Ahhh...." Apa yang telah terjadi" Paman Bhok, apa yang terjadi di sini?" Sin Wan bertanya dan sikapnya kini serius, tidak berani bergurau mengingat bahwa Akim sedang berkabung. Bhok Cun Ki lalu menceritakan semua yang terjadi, tentang kematian Ouwyang Cin, juga tentang kematian Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli dua orang pembantu utama Si Kedok Hitam, juga kematian Maniyoko yang bersekutu dengan para jagoan Mongol. "Dengan kegagalan mereka di Cin-an, kemudian disusul tewasnya Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, maka kekuatan jaringan mata-mata semakin kecil. Sribaginda Kaisar memanggilku dan memberi waktu satu bulan agar aku dapat membasmi jaringan mata-mata itu. Sekarang di sini terdapat Ouwyang Kim yang membantu, juga engkau dan nona Lim Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ datang sehingga kedudukan kita semakin kuat. Sayang Lili belum juga pulang. Apakah engkau bertemu dengannya di utara, Sin Wan?" Bhok-ciangkun menutup ceritanya. "Kunjungan kami memang ada hubungannya dengan Lili, paman." "Wan-twako, kenapa enci Lili tidak pulang bersama-sama dengan engkau dan enci Kui Siang?" Ci Hwa bertanya dan melihat sikap gadis itu yang sudah biasa terhadap dirinya, seolah-olah tidak ada bekas apa-apa di antara mereka, Sin Wan merasa heran akan tetapi juga girang sekali. Juga keluarga gadis itu merasa lega dan girang. Kiranya kemunculan Akim membawa perubahan kepada Ci Hwa, mendatangkan kesadaran kepada gadis itu. "Lili tinggal di utara dan ia menitipkan salam kepada seluruh anggauta keluarga Bhok. Ia selamat dan sehat saja, dan sementara ini ia tidak akan pulang ke selatan karena, ia Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ikut dengan Raja Muda Yung Lo ke Peking." "Ehhh" Apa artinya ini, Sin Wan" Cu Sui In bertanya sambil mengerutkan alisnya mendengar bahwa puterinya pergi mengikuti Raja Muda Yung Lo Ke Peking. "Lili menggantikan kedudukan sumoi Liem Kui Siang, menjadi pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo karena Kui Siang akan membantuku di sini menghadapi jaringan matamata Mongol. Mengenai diri Lili, Raja Muda Yung Lo menitipkan surat kepada kami untuk dihaturkan kepada Paman Bhok." Sin Wan mengeluarkan surat dari Raja Muda Yung Lo dan menyerahkannya kepada Bhok Cun Ki. Ketika dia membaca surat itu, kedua isterinya menghampiri dan ikut membaca dari belakang kedua pundaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wajah ketiganya penuh ketegangan, akan tetapi berubah cerah setelah mereka membaca habis surat. Kiranya Raja Muda Yung Lo mengagumi kegagahan Lili, dan karena raja muda itu merasa kehilangan karena Kui Siang harus membantu calon suaminya membasmi jaringan mata-mata Mongol di kota raja, maka raja muda itu mohon persetujuan keluarga Bhok agar Lili, yang juga sudah setuju, untuk menjadi pengawal pribadinya. "Nona Liem, selama engkau menjadi pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo atau Pangeran Yen, bagaimana sikap dan wataknya" Apakah dia seorang penguasa yang baik, jujur dan adil?" Pertanyaan Bhok-ciangkun ini mewakili pertanyaan seluruh keluarganya. Liem Kui Siang memejamkan matanya sejenak, membayangkan kejantanan dan kegagahan Raja Muda Yung Lo, juga betapa raja muda itu jatuh hati kepadanya dan pernah menawarkan untuk menarik ia menjadi isteri raja muda itu. Kemudian dengan suara bersungguh-sungguh ia berkata, "Paman Bhok, kalau aku boleh mengatakan, di dunia ini, kecuali koko Sin Wan, dialah pria yang paling hebat, paling bijaksana, keras dan adil, akan tetapi juga bersusila dan berbudi mulia. Harap paman jangan khawatir. Adik Lili berada di tangan yang baik dan boleh dipercaya sepenuhnya." Sin Wan tersenyum mendengar jawaban kekasihnya itu, maklum apa yang dipikirkan kekasihnya tentang raja muda itu. Juga dia mengerti akan kekhawatiran hati keluarga itu mendengar Lili menjadi pengawal pribadi raja muda di Peking itu. "Apa yang diterangkan Siang-moi memang benar sekali. Sudah lama aku mengenal raja muda itu dan mengagumi kegagahannya. Harap paman sekalian tidak merasa khawatir. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Raja Muda Yung Lo tidak dapat disamakan dengan Pangeran Mahkota, di sana Lili tidak akan mengalami hal-hal yang buruk seperti ketika menjadi pengawal Pangeran Mahkota." "Syukurlah, lega hati kami setelah mendengar penjelasan kalian. Sekarang kita bicara tentang tugas kita. Bagaimana menurut pendapatmu, Sin Wan" Dari mana kita akan memulai penyelidikan kita dan siapa kiranya orang yang dapat dicurigai dan tahu di mana Si Kedok Hitam bersembunyi?" "Aku sudah membicarakan urusan ini dengan Lili dan kami sependapat bahwa kita harus mencurigai Yauw Siucai, sastrawan yang kini menjadi penasihat dan tangan kanan Pangeran Mahkota," kata Sin Wan. Bhok Cun Ki mengangguk-angguk. "Aku sudah menyebar penyelidik dan memang orang itu patut dicurigai. Kemunculannya di istana Pangeran Mahkota itu mendatangkan perubahan besar pada diri sang pangeran. Kalau dulu, pangeran mahkota sudah terkenal sebagai seorang yang selalu mengejar kesenangan, sekarang, setelah ada sastrawan itu, keadaannya menjadi lebih parah lagi. Bukan saja dia selalu berfoya-foya, bahkan suka mengganggu anak isteri orang, dan selain suka mabok-mabokan, juga dia kini suka menghisap candu!" "Memang mencurigakan," kata Cu Sui In membenarkan suaminya. "Menurut cerita kemunculan sastrawan itu di istana pangeran juga cukup mencurigakan. Lili bertemu dengan orang she Yauw itu dalam perjalanan, dan sikap sastrawan itu mencurigakan sekali. Lili sama sekali tidak mengenal asal usulnya, dan biarpun penampilannya seperti sastrawan dan bekerja sebagai guru sastra untuk putera Pahgeran Mahkota, namun menurut Lili, sastrawan itu memiliki ilmu silat yang tinggi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Memang dia patut dicurigai, akan tetapi bagaimana mungkin dapat membuat dia membuka kedoknya dan bagaimana kita dapat menyelidiki siapa sebetulnya dia" Dia kini dekat sekali dengan Pangeran Mahkota, menjadi orang kepercayaannya maka sukarlah bagi kita untuk mendesaknya," kata Bhok Cun Ki, "Yang ke dua adalah Si Kedok Hitam. Kalau saja kita mampu menemukan orang itu, kiranya semua rahasia jaringan mata-mata akan dapat terbongkar. Akan tetapi ke mana kita mencari orang tinggl besar yang berperut gendut itu" Ilmu silatnya juga tinggi sekali." "Nanti dulu ......!!" tiba-tiba Akim berseru nyaring sehingga mengejutkan Ci Han yang duduk di sampingnya karena pemuda itu mengira bahwa kekasihnya itu diserang rasa nyeri pada pundak yang terluka. Ternyata tidak demikian. Luka di pundak Akim itu sudah sembuh berkat obat yang mujarab dari Cu Sui In. "Aku teringat sesuatu ketika paman Bhok menyebut Si Kedok Hitam yang berperut gendut. Perut gendut ......." Perut gendut ..........?"" Tentu saja semua orang merasa heran, bahkan merasa geli mendengar gadis itu berulang kali menyebut perut gendut. Tiba-tiba Akim menoleh dan memandang kepada Sin Wan. "Eh, Sin Wan, masih ingatkah engkau ketika kita berdua menyerang Si Kedok Hitam, kemudian datang anak buahnya sehingga aku tertawan olehnya?" Sin Wan mengangguk dan memejamkan mata untuk membayangkan kembali peristiwa itu. "Ya, aku ingat. Dia lihai sekali, akan tetapi kalau tidak datang kawan-kawannya pada waktu itu, agaknya kita berdua akan dapat merobohkannya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bukan itu, Sin Wan, akan tetapi perut gendutnya!" kata pula Akim dan kini ia nampak tegang. Semua orang tertegun heran karena kembali Akim menyebut tentang perut gendut. "Memang Si Kedok Hitam itu berperut gendut, Akim, lalu kenapa?" "Sin Wan, kita sungguh bodoh sekali mengapa baru sekarang sadar akan itu. Lupakah engkau ketika kita menyerangnya" Ketika itu, pedangmu yang tumpul tapi ampuh itu membuat dia terkejut dan pedang di tangannya rusak oleh pedang tumpulmu. Dan pedangku ini ........" Tibatiba Akim mencabut pedangnya yang tak pernah terpisah darinya dan semua orang terkejut melihat sinar pedang yang mengandung hawa dingin itu. 31. Jaringan Mata-mata Mongol "Paman Bhok, pedang pemberian mendiang ayah ini adalah pedang pusaka. Coba paman lihat keampuhannya!" Gadis itu lalu meloncat ke sudut ruangan itu di mana terdapat sebuah rak besi dan sekali pedangnya menyambar, ujung rak besi itu putus seperti terbuat dari kayu lunak saja! Ketika semua orang memandang masih kaget dan heran, Akim sudah menghampiri Bhok Cun Ki dan menyerahkan pedangnya. "Maaf kalau aku merusak rak itu, paman, akan tetapi coba paman periksa, apakah kiranya di dunia ini ada ahli silat yang kebal terhadap pedangku ini?" Biarpun dia sendiri, juga kaget dan heran, Bhok Cun Ki menerima pedang itu dan memeriksanya. Dia menggeleng kepalanya. "Pedangmu ini merupakan pusaka ampuh, Akim. Senjata besi biasa saja tidak akan mampu bertahan kalau bertemu pedang ini, apalagi kulit daging manusia. Betapapun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kebalnya, sukarlah untuk dapat menahan kekebalan kulit terhadap pedangmu ini." "Nah, sekarang tentu engkau ingat, Sin Wan?" Sin Wan tiba-tiba berseru sambil bangkit berdiri. "Benar! Perut gendutnya! Perut gendutnya!" Tentu saja semua orang semakin heran dan juga geli. Seolah-olah Sin Wan ketularan penyakit Akim dan menyebutnyebut perut gendut! Akan tetapi dia melanjutkan, "Ketika kami mengeroyoknya, dan Si Kedok Hitam terkejut karena pedangnya rusak oleh pedangku, saat itu Akim menyerangnya dengan tusukan pedangnya. Serangan Akim itu cepat sekali dan dilakukan pada detik si Kedok Hitam tertegun sehingga pedangnya tepat memasuki perut gendutnya. Aku melihat dengan jelas, akan tetapi Si Kedok Hitam tidak roboh, bahkan tidak ada darah keluar dari perutnya yang tertusuk pedang!" Mendengar ini, Bhok Cun Ki memukul meja di depannya. "Brakk!" Dan dia pun bangkit berdiri, matanya berkilat-kilat. "Ah, kalau begitu, perut gendutnya adalah palsu!" "Benar sekali, Paman Bhok. Akim telah menemukan rahasia yang amat penting bagi kita! Kini tidak dapat diragukan lagi, Si Kedok Hitam yang disebut Yang Mulia oleh anak buahnya, pemimpin jaringan mata-mata Mongol, adalah seorang pria yang sama sekali tidak gendut perutnya, melainkan tinggi besar dan amat lihai." Mereka duduk kembali dan nampak betapa Bhok Cun Ki dan Sin Wan saling pandang. Seolah keduanya dapat saling menjenguk isi hati masing-masing dan akhirnya Bhok Cun Ki berkata, "Sin Wan apakah engkau juga menduga seperti yang menjadi dugaanku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pemuda itu mengangguk. "Sikapnya selama ini selalu menentang dan memusuhi aku, paman, seolah-olah secara tidak langsung dia memihak kepada para mata-mata Mongol. Biarpun kita belum dapat memastikannya, akan tetapi dia patut sekali dicurigai, paman, di samping Yauw Siucai itu." Bhok Cun Ki mengangguk-angguk. "Ih, kalian berdua bicara seperti dalam rahasia saja! Siapa sih orangnya yang kalian sangka menjadi Si Kedok Hitam itu?" tanya Cu Sui In tak sabar. Suaminya menghela napas panjang. "Hal ini kalau diketahui orang luar, tentu akan menimbulkan kegemparan. Berbahaya sekali kalau dugaan kita itu keliru, dan berbahaya pula kalau sebelum kita menemukan buktinya, dia telah mendengar akan dugaan kita." "Akan tetapi, siapakah dia?" Sui In mendesak. Bhok Cun Ki menengok ke kiri kanan. Ruangan itu tertutup dan tidak nampak seorangpun pembantu keluarga, juga tidak terdengar ada orang di luar ruangan itu. Namun, tetap saja dia berkata dengan bisik-bisik, "Jenderal Besar Yauw Ti." "Ihh ..........!!" Nyonya Bhok menahan jeritnya dengan menutupi mulutnya. "Bagaimana mungkin" Dia seorang jenderal besar yang amat besar jasanya kepada kerajaan!" Suaminya memberi tanda agar isterinya itu tetap tenang. "Kalian semua tahu bahwa dugaan ini harus kita rahasiakan. Aku, dibantu Sin Wan, Akim engkau sendiri, Sui In dan nona Liem Kui Siang, akan cari bukti-buktinya. Bahkan secara rahasia aku akan bicara dengan Jenderal Shu Ta, karena hanya Jenderal Shu Ta yang akan mampu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengendalikan dan mengatasi kalau-kalau benar dia orangnya dan hendak mempergunakan kekuatan pasukannya." "Wah, kalau terjadi demikian, tentu akan geger dan terjadi perang saudara yang hebat!" seru Ci Han penuh kekhawatiran. Memang dapat dibayangkan betapa akan hebatnya kalau yang menjadi pemberontak itu seorang jenderal besar seperti Jenderal Yauw Ti yang mengepalai ratusan ribu orang pasukan! "Karena itulah kita harus bekerja secara rahasia. Jangan sampai dia mengetahui lebih dahulu bahwa dia dicurigai karena hal itu akan membahayakan sekali," kata Bhok Cun Ki. "Dan aku memiliki pula sebuah bukti yang akan membongkar rahasia pimpinan mata-mata itu." Dia memasuki kamarnya dan kembali ke ruangan itu, membawa sebuah benda kecil yang dibungkus dengan kain. Setelah bungkusan itu dibuka, ternyata isinya sebatang paku menghitam. "Inilah paku yang dahulu melukai pundak Lili ketika ia bertanding denganku. Paku ini dilepas seseorang dengan maksud membantu Lili dan membunuhku, akan tetapi paku ini dapat tertangkis pedangku. Paku-paku runtuh dan sebuah di antaranya, yaitu yang ini, mengenai pundak Lili." "Paku itu beracun," Cu Sui In membantu suaminya karena ia sudah mendengar kisah itu dan melihat senjata rahasia itu dengan teliti, "Akan tetapi tidak ada tanda-tanda siapa pemiliknya." "Kalau kita dapat menyelidiki tempat tinggal orang-orang yang kita curigai dan kita mendapatkan senjata rahasia yang serupa dengan ini, berarti dia yang melepas senjata beracun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu, membuktikan bahwa dia terlibat dalam jaringan matamata musuh." Mereka mengadakan perundingan sampai lama dan pada malam hari itu, Sin Wan dan Kui Siang diterima sebagai tamu agung, bahkan sebagai anggauta keluarga sendiri. Kui Siang segera akrab dengan Akim dan Ci Hwa, dan malam itu mereka bertiga tinggal sekamar. Akim yang memiliki watak jujur terbuka itu tanpa malu-malu lagi menceritakan tentang hubungannya dengan Sin Wan, dan dalam kesempatan ini pula, Ci Hwa yang ketularan sikap terbuka itu, mengaku kepada Kui Siang tentang urusannya dengan Sin Wan, betapa ia pernah mencinta Sin Wan namun tidak dibalas oleh pemuda itu. Mendengar pengakuan dua orang gadis yang pernah mencinta Sin Wan ini, Kui Siang bukan merasa cemburu atau panas hatinya, bahkan ia merasa bersyukur sekali karena terbukti bahwa suhengnya itu amat mencintanya dan tidak dapat membalas cinta gadis-gadis lain, padahal Akim dan Ci Hwa adalah dua orang gadis yang cantik jelita, bahkan Akim memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, mungkin lebih tinggi dibandingkan ia sendiri. Namun, suhengnya itu tetap setia kepadanya, walaupun ia sendiri pernah marah kepada suhengnya, menyatakan benci dan tidak ingin bertemu lagi! JJJ Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Panglima Bhok Cun Ki yang cerdik itu diam-diam telah menghubungi Jenderal Shu Ta. Tentu saja Jenderal Besar ini terkejut setengah mati mendengar laporan pembantunya. Hampir dia marah-marah karena tidak percaya bahwa pembantunya yang berjasa besar, Jenderal Yauw Ti, dicurigai sebagai pemimpin jaringan mata-mata Mongol. Mustahil, katanya. Akan tetapi, dengan tenang dan sabar Bhok-ciangkun memberi penjelasan secara terperinci, mengumpulkan semua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hasil penyelidikan anak buahnya dan hasil penyelidikan Sin Wan, Lili dan juga Akim. Mendengar keterangan terperinci itu, Jenderal Shu Ta berdiam diri, termenung dengan alis berkerut. Akan tetapi, dia harus yakin pikirnya. Menuduh Jenderal Yauw Ti sebagai pemimpin mata-mata Mongol, tanpa adanya bukti-bukti yang meyakinkan, amat berbahaya. Jenderal Yauw Ti memiliki kekuasaan yang cukup besar, bahkan Kaisar amat percaya kepada jenderal yang tinggi besar itu. Pendeknya, Jenderal Yauw Ti merupakan orang kedua sesudah dia yang dekat dan dipercaya Kaisar. Dia sendiri adalah sute (adik seperguruan) Kaisar, tentu saja hubungannya amat dekat. Akan tetapi Jenderal Yauw Ti juga telah melakukan banyak jasa dan selama ini membuktikan dirinya sebagai seorang jenderal yang cakap dan setia. "Bhok-ciangkun, dugaanmu ini berbahaya sekali. Engkau harus mampu memperlihatkan bukti, barulah aku berani turun tangan dan berani melapor kepada Sribaginda," akhirnya dia berkata. "Tentu saja, Shu-goanswe (Jenderal Shu). Saya hanya mohon bantuan paduka, karena tanpa bantuan paduka, bagaimana mungkin saya berani menyelidiki ke dalam rumah dan kantor Jenderal Yauw" Sribaginda telah memberi waktu kepada saya, dan kalau dalam sebulan saya tidak mampu membongkar jaringan mata-mata ini, seluruh keluarga saya akan menerima hukuman. Saya mohon bantuan paduka." Jenderal Shu Ta menghela napas panjang. Seringkali dia menghela napas panjang melihat perubahan yang terjadi pada diri suhengnya yang kini menjadi Kaisar itu. Sekarang, Kaisar berubah menjadi seorang yang teramat kejam. Bahkan seorang pembantu terbaik dan paling setia sekalipun, dengan mudah akan dijatuhi hukuman mati karena melakukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kesalahan sedikit saja! Kaisar begitu dipenuhi kecurigaan dan kebencian. "Baik, aku akan membantumu, ciangkun," kata Jenderal Shu Ta dan mereka lalu bicara dengan sikap serius mengatur langkah-langkah untuk membongkar rahasia yang amat membahayakan negara itu. Sebagai hasil dari rencana siasat mereka itu, pada suatu hari, Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti dipanggil menghadap Kaisar bersama para panglima tinggi lainnya untuk membicarakan tentang keamanan negara. Kaisar melakukan panggilan ini tentu saja sebagai hasil dorongan Jenderal Shu Ta yang bermaksud agar Jenderal Yauw dapat mengemukakan pendapat-pendapatnya tentang jaringan mata-mata Mongol yang membahayakan negara, dan terutama sekali untuk memancing jenderal itu keluar agar Bhok Cun Ki dan para pembantunya mendapatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan ke tempat tinggal dan kantor jenderal yang dicurigai itu. Kaisar tidak mencurigai bujukan Jenderal Shu Ta ini karena memang Kaisar ingin membicarakan tentang penyerangan terhadap kedua orang puteranya, yaitu Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Chu Hui San. Kesempatan itu dipergunakan dengan baik oleh Bhok Cun Ki yang segera menugaskan kepada Sin Wan dan Kui Siang untuk melakukan penyelidikan ke rumah keluarga Jenderal Yauw Ti. Bagi orang biasa, tentu tidak akan mudah memasuki gedung keluarga Jenderal Yauw Ti tanpa ijin. Namun, Sin Wan dan Kui Siang mempergunakan ilmu kepandaian mereka dan berhasil melompati pagar tembok di bagian belakang ketika pasukan pengawal yang melakukan perondaan siang malam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu lewat dan mereka berdua sudah menyelinap ke dalam taman bunga milik keluarga itu. Sebelumnya, mereka berdua sudah mendapat penggambaran yang jelas tentang keadaan gedung itu dan juga tentang keadaan keluarga Yauw Ti, jenderal yang mereka curigai. Jendral itu mempunyai seorang isteri dan tiga orang selir di gedung itu, dan hanya mempunyai dua orang anak dari para selirnya, dua orang anak laki-laki yang masih kecil, belum sepuluh tahun usianya. Sin Wan dan Kui Siang menyelinap di antara pohon-pohon dan semak-semak, mendekati bangunan besar. Dua orang tukang taman yang sedang bekerja, tidak melihat gerakan mereka dan akhirnya dua orang pendekar itu berhasil meloncat ke atas atap dapur bangunan itu, bersembunyi di balik wuwungan dan bergerak bagaikan dua ekor kucing tanpa mengeluarkan suara apapun. Karena sudah mempelajari keadaan dalam bangunan gedung itu, Sin Wan dan Kui Siang dapat berada di atas kamar besar milik keluarga itu melihat betapa kamar itu yang amat mewah, dalam keadaan kosong dan sunyi, Sin Wan berbisikbisik dengan kekasihnya, mengatur siasat kalau sampai mereka ketahuan orang selagi dalam kamar itu, merencanakan jalan keluar dari kamar tanpa diketahui orang. Kemudian, mereka membuka atap dan bagaikan dua ekor burung rajawali, mereka melayang turun dari atas, masuk ke dalam kamar tanpa mengeluarkan suara. Begitu tiba dalam kamar, dua orang pendekar muda yang sejak tadi menutupi muka mereka dengan kedok coklat dan biru, kedok yang sengaja dibuat mirip dengan kedok yang dipergunakan anak buah Si Kedok Hitam, segera bekerja dengan cepat. Mereka menggeledah dan mencari-cari apa saja yang dapat merupakan bukti bahwa dugaan mereka benar, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yaitu bahwa Jenderal Yauw Ti merupakan pemimpin, atau setidaknya mempunyai hubungan dengan jaringan mata-mata Mongol. Sampai kurang lebih satu jam mereka menggeledah, membukai almari dan laci-laci, memeriksa seluruh ruangan namun mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Memang mereka sudah menduga bahwa agaknya, andaikata benar bahwa Jenderal Yauw Ti menjadi pemimpin jaringan mata-mata Mongol, pasti keluarganya tidak ada yang mengetahui dan hal itu merupakan rahasia pribadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya kebocoran dan kalau dia menyimpan sesuatu yang dapat membuka rahasianya, tentu barang itu disimpan di lain tempat. "Ke kantornya," bisik Sin Wan dan mereka berdua segera meloncat lagi keluar dari kamar itu, membetulkan letak atap yang mereka buka dan tak lama kemudian mereka sudah keluar lagi melalui taman dan pagar tembok di belakang tanpa diketahui orang. Tak lama kemudian, dengan bekerja cepat agar jangan sampai kedahuluan Jenderal Yauw Ti, dan hal ini sudan diatur oleh Jenderal Shu Ta agar Jenderal Yauw Ti agak lama berada di istana, Sin Wan dan Kui Siang sudah berada di kamar kerja Jenderal Yauw Ti yang terletak di dalam markas pasukan. Tentu saja mereka berdua tidak begitu ceroboh untuk memasuki benteng seperti yang mereka lakukan di rumah kediaman Jenderal Yauw tadi. Mereka sudah membawa bekal surat perintah dan surat kuasa dari Jenderal Shu Ta untuk memasuki kamar kerja Jenderal Yauw Ti dan mengambil barang-barang yang diperlukan dalam persidangan di istana. Dengan bekal surat ini, para petugas jaga di markas itu tentu saja tidak berani menghalangi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Surat perintah dari Jenderal Shu Ta sebagai panglima tertinggi oleh pasukan di situ lebih ditaati dari pada surat dari Kaisar sendiri sekalipun. Maka, mereka mempersilakan Sin Wan dan Kui Siang masuk dan tak lama kemudian dua orang muda perkasa ini sudah melakukan penggeledahan di dalam kamar kerja Jenderal Yauw Ti setelah mereka berdua menggunakan tenaga untuk membuka daun pintu kamar itu secara paksa. Begitu masuk, mereka berdua mengenakan lagi kedok mereka untuk menjaga segala kemungkinan, walaupun tadi mereka masuk sebagai utusan Jenderal Shu Ta. Bahkan surat itupun dibuat oleh Jenderal Shu Ta mempergunakan tanda tangan dan cap palsu. Hal ini untuk menjaga kemungkinan Jenderal Yauw Ti tidak bersalah sehingga dia tidak akan terlibat dalam penggeledahan itu dan kedua orang muda itu yang akan dianggap sebagai penanggung jawab. Di kamar kerja inipun Sin Wan dan Kui Siang tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Mereka hampir putus asa ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka dan sesosok bayangan berkelebat masuk. Ternyata dia adalah seorang yang mengenakan kedok abu-abu! "Mau apa kalian di sini?" bentak si kedok abu-abu dengan suara bengis. "Ah, kami sedang sibuk hendak membersihkan tanda-tanda yang terdapat di sini karena sebentar lagi tempat ini akan digeledah oleh pasukan istana. Kaisar telah mencurigai Yang Mulia. Di mana Yang Mulia" Apakah belum pulang dari istana?" kata Sin Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mendengar ucapan itu, si kedok kelabu nampak terkejut. Sepasang mata di balik kedok itu berkilat. "Kalau begitu, aku harus cepat memberi kabar. kepada Pangeran!" "Siapa Pangeran....?" Sin Wan menghentikan ucapannya, memaki diri sendiri yang terlanjur bicara. Dan benar saja, mendengar Sin Wan tidak mengenal siapa pangeran yang dia maksudkan, si kedok abu-abu segera mencabut pedangnya. "Kalian palsu!" Dan pedangnya sudah menyambar dengan ganas ke arah Sin Wan. Sin Wan yang menyadari kesalahannya, mengelak dan dari samping, Kui Siang sudah bergerak ke depan, tangannya menyambar dengan totokan dan si kedok abu-abu itupun terkulai lemas. Sin Wan merampas pedangnya dan menyambut tubuh itu agar tidak menimbulkan suara gaduh. "Inilah bukti yang paling baik," bisiknya kepada Kui Siang. Tak lama kemudian, Sin Wan dan Kui Siang keluar dari kamar kerja Jenderal Yauw Ti, dan Sin Wan menggendong sebuah karung yang penuh, melangkah dengan tenang keluar dari kamar kerja itu. Ketika para petugas jaga di luar melihat Sin Wan menggendong sebuah karung, mereka memandang heran, tidak dapat menduga apa isi karung itu, juga tidak berani bertanya. "Kami telah menemukan barang yang dibutuhkan Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti," kata Sin Wan tenang dan para penjaga itupun tidak berani bertanya. Mereka semua mengenal Jenderal Shu Ta sebagai seorang jenderal yang tegas dan berdisiplin, maka mereka tentu saja tidak berani melanggar surat perintahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tentu saja isi karung itu adalah si kedok abu-abu yang telah ditangkap oleh Sin Wan dan Kui Siang. Mereka cepat membawa tawanan dalam karung itu ke rumah Bhok Cun Ki. Semua berkumpul di situ. Bhok Cun Ki sendiri, Sui In dan Akim yang belum berhasil membongkar rahasia Yauw Siucai yang selalu berdekatan dengan Pangeran Mahkota, Ci Han dan Ci Hwa. Hanya nyonya Bhok yang berada di dalam, tidak mau mencampuri urusan yang menggunakan kekerasan dan membutuhkan kepandaian silat itu. Ketika tawanan itu dikeluarkan dari karung dan berlutut di atas lantai, dengan kedok terbuka, ternyata dia adalah seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun. Dia seorang Han, bukan orang Mongol, bahkan dia seorang anggauta pasukan di bawah Jenderal Yauw Ti. "Dengar baik-baik," kata Bhok Cun Ki yang memimpin pemeriksaan itu. "Kalau engkau mau mengaku terus terang, hukumanmu akan diperingan. Akan tetapi kalau engkau berbohong dan tidak mau mengaku, akan kusuruh tangkap seluruh keluargamu dan kusuruh siksa mereka di depan matamu. Nah, jawab yang sebenarnya. Siapa namamu?" Wajah orang itu menjadi pucat. Tadinya dia bersikap keras dan masa bodoh, akan tetapi ancaman terhadap keluarganya itu mengingatkan dia akan isterinya, tiga orang anaknya yang masih kecil, dan ibunya yang sudah tua dan luluh kekerasan hatinya. "Nama saya Siauw Jin, ciangkun." "Katakan, siapa sebenarnya pemimpin para orang berkedok, anggauta jaringan mata-mata Mongol itu. Jawab!" "Saya ....... saya tidak tahu ..........." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Engkau menyebutnya Yang Mulia, bukan?" Siauw Jin mengangguk. "Kami semua hanya mengenal dia sebagai Yang Mulia, akan tetapi tak seorangpun di antara kami yang pernah melihat wajahnya. Kami semua tidak tahu siapa sebenarnya Yang Mulia." "Dan siapa yang kau sebut pangeran itu?" tanya pula Bhok Cun Ki. Wajah orang itu berubah pucat sekali, matanya terbelalak dan dia menggeleng kepala. "Saya ...... saya tidak berani ....!" Pada saat itu, Sui In menjulurkan tangannya dan jari tangannya sudah menekan tengkuk tawanan itu. Wajah tawanan itu berkerut-kerut dan rintihan keluar dari mulutnya karena dia merasa betapa tubuhnya seperti ditusuki ratusan batang jarum yang panas, nyerinya tak tertahan lagi. Sui In melepaskan tangannya dan orang itu basah oleh keringat dingin. "Hayo katakan, siapa pangeran itu!" kini Sui In membentak. "Atau kau ingin kusuruh tangkap dan seret ke sini seluruh keluargamu!" Bhok Cun Ki menambahkan. "Dia ....... dia murid Yang Mulia ........" "Hemm, siapa namanya" Di mana?" bentak Bhok-ciangkun lagi. "Dia adalah Pangeran Yaluta...." "Pangeran Mongol?" Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tawanan itu mengangguk dan tiba-tiba dia menjerit dan terkulai. Ternyata sebatang paku telah menancap di punggungnya. Sui In cepat mencabut paku itu dan diapun berkata kepada suaminya. "Dia bagian kami! Hayo, Akim!" Dan wanita perkasa itu meloncat pergi, diikuti Akim karena memang Pangeran Yaluta merupakan bagian mereka. Mereka yakin bahwa yang disebut Pangeran Yaluta itu bukan lain adalah yang menyamar sebagai Yauw Siucai! Begitu mencabut paku itu dari punggung tawanan yang diserang secara menggelap, tahulah Sui In bahwa yang dahulu melukai pundak puterinya dengan paku merupakan orang yang sama, yaitu si penyambit tadi. Masih nampak tadi bayang biru putih berkelebat dan dengan cepat iapun melakukan pengejaran bersama Akim. Akan tetapi, bayangan itu sudah lenyap. "Hayo, kita langsung saja ke istana Pangeran Mahkota! kata Sui In. Untuk keperluan ini ia sudah dibekali surat penggeledahan yang ditulis sendiri oleh Jenderal Shu Ta. Dengan surat perintah jenderal Shu Ta itu, benar saja Su In dan Akim tidak menemui kesulitan untuk menerobos masuk ke dalam istana sang pangeran, walaupun para penjaga menjadi bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Mereka mengenal tanda tangan dan cap kebesaran Jenderal Shu Ta, dan kedua orang wanita itu tadi mengatakan bahwa mereka hendak bertemu dengan Yauw Siucai. Entah ada urusan apa maka Jenderal Shu Ta sampai memberi kuasa kepada dua orang wanita itu untuk menemui Yauw Siucai dan melakukan penggeledahan! Karena merasa tidak enak hati walaupun tidak berani menghalangi, kepala jaga lalu memimpin pasukan kecil untuk masuk ke dalam, hendak melihat apa yang akan terjadi dan berjaga-jaga melindungi sang pangeran. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sui In dan Akim juga sudah mendapat gambaran yang cukup jelas tentang keadaan istana sang pangeran, dan mereka tahu di mana letak kamar pangeran mahkota, di mana pula letak kamar puteranya dan kamar Yauw Siucai. Akan tetapi, ketika mereka lewat di kamar pangeran dan kamar Yauw Siucai, sunyi saja di situ. Seorang pengawal yang berjaga di situ memandang penuh curiga dan melintangkan tombaknya. Sui In memperlihatkan surat kuasa dari Jenderal Shu Ta, membuat pengawal itu berdiri tertegun. "Cepat katakan, di mana Yauw Siucai dan Sang Pangeran?" Pengawal itu masih tertegun dan tidak mampu menjawab, hanya menunjuk ke arah taman. Sui In menggerakkan tangan menotoknya agar pengawal itu tidak membuat banyak ribut. Lalu bersama Akim ia lari ke dalam taman yang luas dan indah itu. Berindah-indap mereka menghampiri Pangeran Mahkota yang kelihatan sedang duduk di atas bangku menghadapi Yauw Siucai yang kelihatan marah-marah "Sekali, kalau paduka menolak, terpaksa aku akan membunuhmu!" katanya kacau dan kadang kasar. "Pangeran, cepat buatkan surat kuasa untukku dan aku tidak akan membunuhmu!" Biarpun wajahnya pucat, pangeran yang nampak lemah dan tidak bersemangat itu kini mengangkat kepala membusungkan dadanya. "Orang she Yauw! Baru sekarang aku menyadari bahwa engkau bukanlah orang baik-baik. Entah siapa engkau, akan tetapi jelas engkau menyusup ke sini untuk menguasai aku!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ahhh, pangeran tolol! Kau sudah bosan hidup agaknya!" Yauw Siucai mengangkat tangan kanan ke atas dan memukul ke arah kepala Pangeran Mahkota untuk membunuhnya. "Jahanam busuk!" Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring dan Akim sudah meloncat dan langsung saja memukul ke arah dada Yauw Siucai. Yauw Siucai atau Pangeran Yaluta itu terkejut merasakan sambaran angin, dia lalu menggerakkan tangan kirinya menangkis. "Dukk! Plakk ......!" Baik Pangeran Yaluta maupun Akim terdorong mundur, akan tetapi pukulan Yaluta ke arah kepala pangeran mahkota tadi meleset dan mengenai ujung pundak kirinya. Walaupun pukulan itu tidak telak dan hanya menyerempet saja, namun cukup membuat pangeran itu terpelanting. Yaluta kini berdiri berhadapan dengan dua orang wanita itu. Wajahnya agak pucat, mulutnya cemberut dan matanya mencorong. Dia segera mengenal dua orang itu. Dia tersenyum mengejek. "Kiranya Bi-coa Sianli yang datang! Hemm, dahulu ketika bersama ayahmu dan puterimu engkau melarikan diri dikejarkejar pasukan, aku yang menyelamatkan kalian dan ........" "Tutup mulutmu, jahanam palsu! Kiranya engkau yang dahulu melukai pundak Lili! Nih, kukembalikan paku-pakumu yang dahulu melukai Lili dan tadi membunuh anak buahmu sendiri!" Tangan Sui In bergerak dan dua batang paku itu menjadi dua sinar hitam menyambar ke arah dada dan leher Yaluta! Akan tetapi tentu saja pangeran Mongol ini tidak sudi senjatanya makan dirinya sendiri. Sekali dia bergerak, dia sudah mengelak dan dua batang paku itu meluncur lewat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pangeran, lihat baik-baik. Dua orang wanita ini datang untuk membunuh paduka! Bi-coa Sianli ini adalah ibu dari Lili, tentu ia datang untuk membunuh paduka. Dan gadis ini adalah pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo, agaknya adik paduka itu memang hendak membunuh paduka maka mengirimnya ke sini. Awas, mereka akan membunuh paduka. Pengawal, cepat kurung dan tangkap dua orang pembunuh ini. Mereka hendak membunuh sang pangeran!" Belasan orang pengawal yang sudah tiba di taman itu, menjadi bingung, akan tetapi mereka sudah siap dengan senjata di tangan, menanti perintah sang pangeran karena perintah dari Yauw Siucai kurang meyakinkan hati mereka. Akim berkata kepada Pangeran Mahkota. "Maaf, pangeran, apakah paduka masih belum menyadari benar" Orang ini hampir saja tadi membunuh paduka. Dia ini adalah seorang mata-mata, dia adalah Pangeran Yaluta, pangeran dari Mongol yang sengaja menyelundup ke sini untuk memimpin jaringan mata-mata Mongol." Mendengar ucapan ini, pangeran yang kini sudah sadar benar itu mengangguk dan berkata kepada para pengawal. "Tangkap sastrawan gadungan ini!" "Jangan!" teriak Sui In. "Biarkan kami berdua yang menangkapnya. Kalian jaga saja keselamatan pangeran!" Yaluta tak dapat mengelak lagi, akan tetapi masih mencoba untuk membela diri. "Alangkah lucunya. Kalau benar aku ini mata-mata dan memusuhi sang pangeran mahkota, tentu sudah lama aku menyerang atau membunuhnya karena setiap hari aku berdekatan dengannya. Itu hanya fitnah keji!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Yaluta, engkau orang Mongol licik! Engkau mendekati sang pangeran untuk menguasainya, bahkan engkau mengadu domba beliau dengan Raja Muda Yung Lo, engkau bahkan hampir membunuh kedua orang pangeran itu di Cin-an!" Kini Akim berkata dengan lantang. "Engkau hendak membuat keluarga kerajaan menjadi lemah dan saling bermusuhan!" "Sudahlah Yaluta, tidak perlu engkau berpura-pura lagi. Engkau bekerja sama dengan Yang Mulia memimpin jaringan mata-mata Mongol!" Mendengar ini, pucatlah wajah Yaluta. Dia menyangka bahwa gurunya telah terbongkar rahasianya dan tertangkap. Dia menjadi nekat dan dia tertawa bergelak. "Ha..ha..ha, benar aku adalah, Pangeran Yaluta! Aku hendak membangun kembali Kerajaan Mongol yang jaya! Ha..ha..ha, Kerajaan Beng akan hancur, pangeran mahkotanyapun hanya sekor kura-kura yang lemah, ha..ha..ha!" Semua orang kini merasa yakin dan selagi pangeran Mongol itu masih tertawa, tiba-tiba saja dia sudah menerjang dan menyerang ke arah Pangeran Mahkota yang sudah dikepung dan dijaga oleh para pengawal. Para pengawal melindungi, dan tiga orang di antara mereka roboh disambar kipas yang digerakkan secara ganas dan dahsyat oleh pangeran Mongol itu. Akan tetapi, Akim dan Sui In segera menerjang maju dan sudah mencabut senjata pedang mereka. Ouwyang Kim sudah memegang Goat-im-kiam, sedangkan Cu Sui In sudah memegang Hek-coa-kiam yang bersinar hitam. Sambil tertawa-tawa seperti orang gila, suara ketawa yang menyembunyikan kekecewaan hatinya karena siasatnya telah gagal dan hancur, Yaluta mengamuk dengan kipasnya. Ilmu silat pangeran Mongol ini cukup hebat karena sejak kecil dia sudah mempelajari segala macam ilmu berkelahi, gulat dan silat, dan akhir-akhir ini dia menjadi murid Yang Mulia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Andai kata Akim seorang yang maju menandinginya, tentu tidak akan mudah bagi gadis itu untuk mengalahkan Yaluta. Akan tetapi, di situ terdapat Cu Sui In yang kedudukannya dalam dunia persilatan sudah tinggi, sebagai datuk. Maka, menghadapi sambaran sinar pedang hitam yang bergulunggulung, segera Yaluta terdesak hebat. 32. Dua Jenderal Besar "Kita tangkap dia hidup-hidup," kata Cu Sui In kepada Akim. Akim maklum bahwa calon ibu mertua tirinya ini hendak menangkap sang pangeran Mongol hidup-hidup agar dapat diseret ke depan suaminya dan agar seluruh jaringan matamata itu dapat dibongkar. Maka, Akim lalu mendesak dengan pedangnya, membuat pangeran itu sibuk menangkis dan tidak sempat menyerang lagi sehingga Akim memberi kesempatan kepada calon ibu mertuanya untuk merobohkan lawan. Dan memang usahanya berhasil baik karena dengan gerakan lengan kirinya yang seperti ular Cu Sui In berhasil menotok roboh Yaluta! Akan tetapi, ketika ia dan Akim hendak meringkus pangeran Mongol itu, tiba-tiba Yaluta mengeluarkan jeritan dan mukanya berubah menghitam. Dia tewas seketika! Sui In cepat memeriksanya dengan menekan gerahamnya sehingga mulutnya terbuka dan nampak betapa mulut itu penuh dengan cairan menghitam. Tahulah ia bahwa sejak tadi, pangeran Mongol itu sudah mempersiapkan diri, sudah memasukkan semacam pel di mulutnya sehingga kalau dia menghendaki, setiap saat dia dapat menggigit pecah pil itu dan diapun membunuh diri tanpa dapat dicegah lagi. Dia sudah memperhitungkan agar jangan sampai tertawan hidup-hidup, karena hal itu berarti suatu penghinaan baginya. Selain tak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mungkin dia diampuni, juga dia tidak ingin kaki tangannya terbasmi semua. Pangeran Mahkota jatuh pingsan dan digotong oleh para pengawal ke dalam. Sejak itu dia jatuh sakit. Pangeran Mahkota ini sejak di Cin-an mengalami guncangan batin, dan kini dia bahkan menyadari betapa selama ini dia telah memperhamba seorang pangeran Mongol, seorang pemimpin mata-mata yang hendak menghancurkan kerajaan ayahnya! Inilah tekanan yang paling berat, yang membuat dia tidak dapat bangkit kembali. Setelah memesan kepada para pengawal agar menjaga jenazah Pangeran Yaluta dan memasukkan dalam peti agar jangan sampai ada anak buah orang Mongol itu yang mencoba untuk mencuri mayat, Sui In dan Akim lalu bergegas pulang ke rumah keluarga Bhok. Setiba di rumah, mereka melihat Sin Wan dan Kui Siang sudah menanti mereka dan menceritakan bahwa Bhokciangkun menemukan sebuah buku catatan di saku dalam tawanan tadi di mana terdapat catatan tentang sarang-sarang yang dipergunakan oleh jaringan mata-mata Mongol. Bhokciangkun sedang keluar untuk bekerja sama dengan para panglima lainnya, menyerbu sarang-sarang itu. Tak lama kemudian Bhok Cun Ki datang dan mengajak Cu Sui In, Akim, Sin Wan, dan Kui Siang untuk ikut bersama dia, siap membantu kalau diperlukan dan mereka pergi ke rumah Jenderal Shu Ta. Kiranya Bhok-ciangkun memang sudah mengirim berita rahasia kepada Jenderal Shu Ta tentang hasil penyelidikannya dan para pembantunya, tentang tewasnya Yauw Siucai yang bukan lain adalah Pangeran Yaluta dari Mongol, tentang jaringan mata-mata yang kini sedang diserbu oleh para panglima, kemudian tentang kecurigaannya yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendalam bahwa Jenderal Yauw Ti terlibat, bahkan mungkin menjadi pemimpin besar jaringan mata-mata Mongol! Jenderal Shu Ta yang baru keluar dari persidangan, menerima berita rahasia ini dari seorang perwira pengawal istana. Tentu saja jadi terkejut dan girang, akan tetapi tidak diperlihatkannya kepada rekan-rekannya, di antaranya Jenderal Yauw Ti yang bersama-sama dia baru keluar dari istana. Bahkan dia lalu mendekati Jenderal Yauw Ti, menggandeng lengannya dan berkata. "Yauw-goanswe, mari singgah ke rumahku sebentar sebelum kau pulang. Ada hal penting sekali mengenai tugas kita yang ingin kurundingkan denganmu sehubungan dengan pertemuan di istana tadi." Jenderal Yauw Ti yang merupakan pembantu utama Jenderal Shu Ta, menerima undangan itu tanpa curiga sedikitpun. Kedua orang jenderal besar ini naik ke sebuah kereta milik Jenderal Shu Ta, lalu keduanya menuju ke rumah panglima besar itu. Tidak terjadi sesuatu ketika mereka tiba di pekarangan rumah sang jenderal dan keduanya sambil bicara turun dari kereta dan memasuki gedung itu. Jenderal Shu Ta mengajak tamunya memasuki ruangan tamu yang luas. Setelah mempersilakan tamunya duduk, Jenderal Shu Ta berkata, suaranya tenang namun tegas. "Nah, setelah kita duduk, mari kita bicara secara terbuka, Yang Mulia." Tentu saja Jenderal Yauw Ti terkejut bukan main. Dia mengerutkan alisnya, lalu memandang kepada Shu-goanswe dan bertanya, "Apa maksudmu, Jenderal Shu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maksudku sudah jelas, Yang Mulia. Bukankah engkau sudah terbiasa disebut Yang Mulia?" Yauw Ti bangkit berdiri, juga Shu Ta bangkit berdiri. Kedua orang jenderal yang selama bertahun-tahun menjadi rekan Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seperjuangan itu, yang bersama-sama membantu Chu Goan Ciang yang kini menjadi Kaisar Thai-cu mengusir penjajah Mongol dan mendirikan Kerajaan Beng, bahkan keduanya pula yang memimpin pasukan mengejar sisa pasukan Mongol sampai ke utara, menaklukkan seluruh kota Mongol, kini berdiri saling berhadapan dan saling pandang dengan sinar mata penuh selidik. "Jenderal Shu Ta, jelaskan, apa maksudmu dengan ucapan itu" Kata-katanya juga tegas dan keras. "Masih kurang jelaskah" Engkau, yang kukenal sebagai Jenderal Yauw Ti yang gagah perkasa, rekan seperjuanganku yang biasa kuhormati, yang sudah menerima banyak anugerah dari Sribaginda Kaisar, setelah menjadi tua telah berubah menjadi pengkhianat bangsa! Engkau telah bersekongkol dengan orang-orang Mongol, memimpin jaringan mata-mata Mongol di sini dan engkau menyamar sebagai Si Kedok Hitam yang disebut Yang Mulia! Engkau menyelundupkan Pangeran Yaluta dari Mongol ke dalam istana Pangeran Mahkota untuk meracuni dan merusak sang pangeran. Engkau pula yang mengusahakan adu domba antara Pangeran Mahkota dan Raja Muda Yung Lo, bahkan mengirim pembunuh-pembunuh untuk membunuh mereka berdua. Masih kurang jelaskah?" Sepasang mata itu mencorong dan mulut itu tersenyum mengejek. Memang luar biasa sekali kekerasan hati Jenderal Yauw Ti. Menghadapi tuduhan sehebat itu, wajahnya tidak berubah sama sekali! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hemm, Jenderal Shu Ta. Betapa mudahnya menuduh orang lain dengan fitnah. Akan tetapi, kalau engkau tidak dapat menunjukkan bukti-bukti yang memperkuat tuduhanmu itu, aku sebaliknya yang akan melapor kepada Sribaginda Kaisar bahwa engkau melakukan fitnah keji kepadaku! Bahkan aku tidak segan untuk membunuhmu sekarang juga kalau fitnah itu tidak berbukti, karena itu berarti bahwa engkau telah menghinaku!" Sikapnya tenang, namun matanya yang mencorong menunjukkan bahwa dia marah bukan main. Jenderal Shu Ta adalah su-te (adik seperguruan) Sribaginda Kaisar, biarpun pernah menjadi murid perguruan Siauwlim-pai, namun tingkat ilmu silatnya tentu saja jauh dibandingkan dengan Yauw Ti yang dahulu ketika memasuki perjuangan memang sudah seorang jagoan tingkat tinggi. Maka, Jenderal Shu Ta tertawa dan ini merupakan isyarat bagi para pembantunya. Nampak bayangan banyak orang berkelebat memasuki ruangan itu dan ketika Yauw Ti memandang, diam-diam dia terkejut bukan main. Dia melihat Bhok Cun Ki, Cu Sui In, Sin Wan, Liem Kui Siang, dan Ouwyang Kim berdiri di situ sambil memandang kepadanya dengan sinar mata menyatakan kemarahan mereka. "Jenderal Shu Ta! Apa artinya semua ini?" bentaknya marah. "Yauw Ti, bukankah engkau tadi minta bukti untuk memperkuat tuduhanku" Nah, bukan hanya bukti, melainkan banyak saksi yang akan memperkuat tuduhanku," jawab Shu Ta. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba-tiba Jenderal Yauw Ti tertawa. "Ha..ha..ha, siapa yang tidak tahu mereka ini semua adalah antek-antek dan kaki tanganmu" Jenderal Shu Ta, bukan aku yang pengkhianat, akan tetapi engkau sendiri yang mengumpulkan kekuatan dan agaknya engkau yang hendak memberontak. Bhok Cun Ki ini memang sejak dahulu menjadi anak buahmu, dia orang yang licik dan curang! Dan siapakah Cu Sui In ini" Bukankah ia seorang datuk sesat berjuluk Bi-coa Sianli, puteri datuk besar See-thian Coa-ong" Dan gadis ini, bukankah ia bernama Ouwyang Kim, puteri datuk sesat Tung-hai-liong Ouwyang Cin, datuk segala bajak laut" Gadis yang seorang inipun mencurigakan. Pernah menjadi pengawal pribadi Raja Muda Yung Lo dan sekarang berada di sini, siapa tahu engkau yang mengirim ia ke utara untuk memata-matai raja muda itu! Dan akhirnya pemuda ini. Hah, siapa dia" Seorang biadab bangsa Uighur, putera Si Tangan Api Se Jit Kong, datuk penjahat kelas satu! Engkaulah yang mengumpulkan orang-orang jahat untuk memberontak, dan engkau hendak menuduh aku, dengan mengajukan saksi orang-orang jahat ini?" "Jenderal Yauw Ti," kata Liem Kui Siang, "engkau tidak dapat mengelabui aku! Ketika terjadi penyerangan atas diri Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota, engkau yang mendalangi. Hanya ketika melihat munculnya suheng Sin Wan dan adik Lili, dan melihat betapa penyerangan itu gagal, engkau berbalik dan engkau pura-pura sibuk mengatur pertempuran antara pasukanmu dan pasukan Raja Muda Yung Lo. Engkaulah yang mengatur sehingga terjadi bentrokan itu, untuk memancing para pengawal agar sibuk bertempur sehingga anak buahmu dapat menyusup dengan mengenakan pakaian seragam, lalu mencoba untuk membunuh kedua orang pangeran itu." "Huh, fitnah. Dugaan yang tidak berdasar dan berbukti!" kata Yauw Ti mengejek. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Yauw Ti, jangan kira aku dapat melupakan saat ketika engkau dan orang-orangmu menawanku. Engkau boleh berkedok dan mengubah suaramu, akan tetapi ketika aku dan Sin Wan mengeroyokmu, mestinya engkau mampus di ujung pedangku. Akan tetapi, perut gendutmu itu palsu! Si Kedok Hitam yang berperut gendut itu adalah engkau yang menyamar, dengan membuat perut palsu sehingga tidak terluka ketika tertusuk pedangku! Engkau berani menyangkal?" kata Akim. "Huh, menggelikan! Pedangmu itu yang agaknya pedang rombengan sehingga tidak dapat melukai musuhmu, lalu engkau menuduh yang bukan-bukan. Itu bukan merupakan bukti tuduhanmu bahwa aku adalah Si Kedok Hitam!" "Hemm, Yauw Ti alias Si Kedok Hitam, tak perlu engkau bersilat lidah! Muridmu, Pangeran Yaluta dari Mongol yang menyamar sebagai Yauw Siucai itu telah mengaku. "Tak mungkin!" Kini Jenderal Yauw Ti menjadi pucat dan dia memotong ucapan Cu Sui In diluar kesadarannya saking kagetnya mendengar ucapan itu. "Hemm, teriakanmu itu sudah membuka kedokmu, Si Kedok Hitam! Pangeran Yaluta bukan saja sudah mengaku, akan tetapi diapun sudah tewas! Ketika kami merobohkannya dan hendak menawannya, dia membunuh diri dengan mengunyah pil racun hitam." Kini Yauw Ti tidak ragu-ragu lagi dan habislah kesabarannya. Agaknya semua siasatnya yang telah berjalan sedemikian baik dan mulusnya, hari ini telah mengalami kehancuran total! "Bukan itu saja, Yauw Ti. Juga semua anak buahmu, jaringan mata-mata yang kau pimpin sudah hancur. Para Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perwira yang kaulibatkan dalam jaringan itu telah kami serbu dan kami tangkap, di antaranya adalah Perwira Lu, Song, Kui, Gak ......" Jelas nampak betapa semangat Yauw Ti terkulai. Dia tidak ragu lagi bahwa semua itu bukan gertak. Habislah sudah. "Shu Ta, sekarang kita berdiri sebagai laki-laki. Tak perlu kupungkiri lagi bahwa akulah Si Kedok Hitam. Nah, Shu Ta, kalau memang engkau laki-laki dan jantan, mari kita selesaikan perhitungan ini di ujung senjata!" dan bekas jenderal besar itu meraba gagang pedangnya yang tergantung di pinggang. Shu Ta maklum bahwa tantangan itu merupakan akal pula dari Yauw Ti yang tahu bahwa dalam hal ilmu silat, pasti pemberontak dan pengkhianat itu akan menang. Kini Sin Wan yang maju. "Yauw Ti atau Si Kedok Hitam, akulah lawanmu. Sudah banyak perhitungan di antara kita yang bertumpuk, dan saat ini tiba waktunya bagi kita membuat perhitungan. Shu-goanswe adalah seorang jenderal yang setia kepada kerajaan, kalau beliau yang bertindak, maka beliau akan mengerahkan pasukan untuk menangkap pengkhianat sepertimu ini. Kalau engkau menghendaki mengadu kepandaian satu lawan satu, akulah lawanmu!" Kui Siang juga melompat ke depan, ke dekat Sin Wan. "Atas nama Raja Muda Yung Lo yang hampir menjadi korban kecuranganmu, aku juga akan maju menangkapmu, Yauw Ti!" Bekas jenderal itu tertawa bergelak. "Ha..ha..ha, engkau hendak mewakili Raja Muda Yung Lo, nona" Katakan saja engkau hendak membantu Sin Wan mengeroyokku!" "Aku membantunya sudah cukup pantas. Dia adalah suhengku, juga calon suamiku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ha..ha..ha, bukankah engkau puteri mendiang bangsawan Liem Cun, nona" Puteri seorang bangsawan bangsa Han, bangsa pribumi asli hendak menjadi isteri seorang keturunan Uighur yang biadab, putera datuk sesat keji Si Tangan Api, bahkan agamanyapun asing" Memalukan sekali!" Bekas jenderal yang sudah kehilangan harapan itu kini menyebar penghinaan ke mana-mana untuk melampiaskan kedukaan, kekecewaan dan keputus-asaan. Sin Wan tersenyum saja, sama sekali tidak merasa terhina. "Yauw Ti, menilai seorang manusia tidak dapat didasarkan kepada kebangsaannya, agamanya, kedudukannya, kekayaannya atau kepintarannya, melainkan kelakuan dan sepak terjangnya dalam hidup ini. Engkau boleh jadi bangsa pribumi asli, beragama peninggalan nenek moyang, berkedudukan tinggi sebagai panglima besar, pintar, kaya raya dan terhormat. Akan tetapi kalau engkau menjadi pengkhianat, kalau engkau berkelakuan curang dan licik, kalau sepak terjangmu dalam hidup penuh kekejian dan kepalsuan, tetap saja engkau seorang manusia yang rendah budi!" "Singggg ...........!" Nampak sinar terang menyilaukan mata ketika bekas jenderal itu mencabut pedangnya. "Sin Wan dan engkau nona, majulah kalau ingin mati di tanganku!" tantangnya, dan memang dia selain lihai, juga cerdik dan curang karena tanpa menanti kedua orang lawannya mencabut pedang, dia sudah menggerakkan pedangnya dan menyerang dengan dahsyat ke arah kedua orang muda itu. Sin Wan dan Kui Siang, biarpun belum mencabut pedang, namun sejak tadi sudah siap siaga dan waspada, maka begitu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pedang menyambar, mereka sudah meloncat ke tengah ruangan itu yang luas. "Kalian maju, dan tangkaplah pengkhianat itu!" teriak Jenderal Shu Ta yang khawatir kalau-kalau bekas pembantunya yang dia tahu amat lihai itu dapat meloloskan diri. Mendengar ini, Yauw Ti tertawa bergelak. "Ha..ha..ha, boleh, boleh! Kalian semua majulah dan biarpun aku akan mati di tangan kalian, aku mati sebagai seorang gagah perkasa yang dikeroyok banyak orang. Sebaliknya, biarpun kalian akan menang, nama kalian akan tetapi dijadikan bahan ejekan karena sebagai tokoh-tokoh persilatan besar, kalian hanyalah pengecut-pengecut yang mengandalkan pengeroyokan untuk mencapai kemenangan, ha..ha..ha!" "Tidak perlu, Shu-goanswe. Sin Wan dan Kui Siang sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan pengkhianat itu," kata Cu Sui In. "Benar, Shu-goanswe, harap tidak khawatir. Sin Wan dan Kui Siang pasti akan mampu menundukkannya," sambung Bhok Cun Ki sehingga legalah hati Jenderal Shu Ta. Mereka semua menonton dan para pengawal sudah mengepung ruangan itu. Karena maklum bahwa dia tidak mungkin dapat meloloskan diri, dan menyerahpun tidak akan diampuni Kaisar, Yauw Ti menjadi nekat. Dia segera memainkan ilmu silatnya yang aneh, yaitu tubuhnya berpusing, seperti gasing, pedangnya mencuat dari pusingan itu menjadi sinar yang menyilaukan seperti kilat menyambar, dan juga tangan kirinya bergerak mengirim serangan dengan totokan It-tok-ci (Satu Jari Beracun) yang tidak kalah ampuhnya dibandingkan pedangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi sekali ini dia menghadapi pengeroyokan sepasang orang muda yang amat lihai. Sin Wan dan Kui Siang tahu pula betapa lihainya maka begitu mereka mencabut pedang, mereka berdua segera memainkan ilmu mereka yang paling ampuh, yaitu Sam-sian Sin-ciang. Pedang Tumpul di tangan Sin Wan nampaknya tidak berbahaya, akan tetapi justeru Yauw Ti amat gentar menghadapi pedang buntut itu karena dia pernah terkejut ketika pedangnya rusak oleh pedang itu. Sedangkan pedang Jit-kong-kiam di tangan Kui Siang mengeluarkan cahaya gemilang sesuai dengan nama pedang itu, yaitu pedang Sinar Matahari. Karena kedua orang muda ini memainkan ilmu pedang yang sama, maka mereka dapat saling dukung, baik dalam penyerangan maupun dalam pertahanan, bahkan tenaga mereka berdua seperti tergabung dalam gerakan mereka itu. "Awas, moi-moi, itu It-tok-ci !" kata Sin Wan memperingatkan kekasihnya akan bahayanya jari beracun lawan itu. "Baik, koko," kata Kui Siang dan pedangnya membuat gerakan menyambut jari yang menotok ke arah tubuhnya. Kalau totokan itu dilanjutkan, jari itu akan bertemu pedangnya dan tentu jari itu akan terbabat buntung!" Serang menyerang terjadi dan benar seperti pendapat Bhok Cun Ki dan Cu Sui In, sebentar saja, tidak sampai tigapuluh jurus, bekas jenderal itu sudah terhimpit dan terkurung dua gulungan sinar pedang lawan. Kalau jenderal itu tidak menjadi nekat, tentu dia sudah tidak akan mampu membalas dan hanya bertahan melindungi diri saja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi, dia sudah nekat. Biar dia mati, dia harus dapat menjatuhkan lawan, keduanya atau seorang di antaranya. Oleh karena itu, gerakannya membabi buta dan napasnya terengah-engah karena dia terlalu banyak mengerahkan tenaga dalam dorongan nafsunya untuk membunuh lawan. Kalau Sin Wan dan Kui Siang berniat membunuh Yauw Ti, Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kiranya mereka sudah dapat melakukannya sejak tadi. Ilmu silat mereka Sam-sian Sin-ciang memang hebat bukan main, apalagi dimainkan oleh mereka berdua yang mewarisi ilmu ciptaan Tiga Dewa itu. Akan tetapi mereka maklum bahwa perlu sekali pengkhianat ini ditangkap hidup-hidup agar dapat diseret ke pengadilan. Oleh karena itu, terpaksa mereka membatasi penyerangan mereka hanya untuk merobohkan tanpa membunuh. Agaknya, sikap kedua orang lawannya ini diketahui Yauw Ti, maka dia mempergunakan kesempatan itu untuk keuntungannya dan dia bahkan yang lebih banyak menyerang mati-matian dengan jurus-jurus maut yang diku?asainya. "Hyaatttt ........!!" Ketika mendapat kesempatan, pedang di tangan Yauw Ti menyambar dari atas ke arah kepala Sin Wan. Jenderal ini amat benci karena Sin Wan, bukan hanya karena pemuda ini adalah keturunan bangsa Uighur yang dibencinya, melainkan juga semenjak pertama kali, pemuda ini selalu menghalangi dan mengacaukan siasatnya. Dengan sepenuh tenaga dia membacokkan pedangnya. Melihat ini, Sin Wan cepat mengangkat pedangnya menangkis dan sekaligus mengerahkan sin-kang untuk disalurkan melalui pedangnya. "Trakkk!" Dua batang pedang bertemu di udara dan bekas jenderal itu terkejut karena pedangnya itu seperti menempel pada besi semberani, seperti ada tenaga menyedot yang membuat pedangnya melekat pada Pedang Tumpul. Dia marah sekali dan jari tangan kirinya meluncur, menotok ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ arah leher Sin Wan. Pemuda ini sudah memperhitungkan dan melihat kesempatan baik untuk mengalahkan Yauw Ti. Melihat tangan itu menyambar, diapun memutar tubuh, tangan kirinya bergerak melintang dan dia berhasil menangkap pergelangan tangan jenderal Yauw Ti. "Cepat, moi-moi!" katanya dan Kui Siang memang sudah melihat kesempatan ini! Pedangnya menyambar bagaikan kilat dan menyambar jari telunjuk yang warnanya hijau menghitam itu. "Crokk!" Jari telunjuk yang berbahaya itu terbabat pedang dan putus! Yauw Ti berteriak keras, dan pada saat itu, Sin Wan sudah menarik pedangnya dan sekali pedangnya meluncur ke depan, pedang yang tumpul itu kini dia pergunakan sebagai tongkat dan menotok jalan darah di dada dan pundak lawan. Bekas jenderal itu roboh terkulai dan tak mampu bergerak lagi, hanya matanya melotot dan mulutnya mendesis menahan rasa nyeri di tangannya yang kehilangan jari telunjuk. Jenderal Shu Ta merasa terharu juga melihat bekas rekan terbaik ini menggeletak tak berdaya. Dia menghampiri dan setelah saling pandang dengan bekas rekannya itu, Jenderal Shu Ta berkata, "Yauw Ti, sungguh aku tidak mengerti. Engkau telah diberi banyak anugerah oleh Sribaginda, diberi kedudukan yang hanya berada di bawah kedudukanku, dipercaya dan dihormati. Kenapa engkau memilih jalan sesat dan menjadi pengkhianat, rela diperhamba orang-orang Mongol?" Yauw Ti tersenyum mengejek. "Huh Kaisar yang tolol dan tidak adil. Jasaku jauh lebih besar darimu, juga kepandaianku jauh lebih tinggi darimu, akan tetapi dia yang mengangkat engkau menjadi panglima tertinggi, bukan aku! Dia pilih kasih dan mengangkat engkau, sutenya, di atasku. Orang Mongol Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memberi harapan lebih banyak, kalau berhasil, aku sedikitnya menjadi panglima tertinggi, atau raja muda, bahkan Kaisar!" Jenderal Shu Ta menghela napas panjang. Kemudian, setelah bekas jenderal yang berkhianat itu dibawa ke tahanan, Jenderal Shu Ta mengerahkan pasukan untuk dipimpin Bhokciangkun membikin pembersihan, menangkapi semua pembantu Jenderal Yauw Ti. Semua pendekar berkumpul di rumah Bhok Cun Ki, merayakan kemenangan karena kalau sampai sebulan lewat para pemberontak itu tidak dapat dihancurkan, tentu Kaisar akan menghukum keluarga Bhok. JJJ Kaisar sendiri yang mengadili bekas Jenderal Yauw Ti. Bukan main marahnya Kaisar, apalagi melihat sikap bekas jenderal itu yang kini tidak mau tunduk kepadanya. "Seret dia dan seluruh keluarganya, semua isterinya dan anaknya, juga semua pelayan dan penghuni rumahnya, hukum mati mereka semua tanpa kecuali perintahnya. Semua pejabat tinggi terkejut mendengar keputusan hukuman yang berat itu. Seorang di antara mereka, seorang menteri yang usianya sudah enampuluh tahun dan yang sejak Kaisar masih menjadi pemimpin rakyat Chu Goan Ciang sudah membantu perjuangan melawan orang Mongol, yaitu Menteri Coa, maju berlutut. "Mohon ampun, Sribaginda. Hamba mohon agar paduka mengingat akan jasa-jasa bekas Jenderal Yauw Ti. Memang dia telah berdosa besar, akan tetapi keluarganya tidak tahu menahu akan dosanya itu. Maka, hamba mohon agar paduka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengampuni keluarganya dan hanya menjatuhkan hukuman mati kepada dia seorang." Kaisar membelalakkan matanya dan memukul meja di depannya. "Brakk!" dia melotot. "Menteri Coa, jelas engkau membela pemberontak. Seret dia dan hukum mati, biar dia tetap menjadi pembela si pemberontak di neraka! Dan siapa pun yang berani membela pemberontak, akan menemani keluarga pemberontak memasuki neraka!" Tentu saja semua orang terkejut. Bahkan Jenderal Shu Ta sendiri lalu menjatuhkan diri berlutut, "Mohon ampun, Sribaginda ............." "Jenderal Shu Ta! Engkau suteku, aku akan merasa menyesal sekali kalau harus menjatuhkan hukuman mati kepadamu dan seluruh keluargamu!" bentak Kaisar sehingga Jenderal Shu Ta tidak berani bicara lagi. Kaisar lalu membubarkan persidangan itu. Bekas Jenderal Yauw Ti, berikut seluruh keluarganya, tidak ada kecualinya, sampai semua hamba sahayanya, dijatuhi hukuman mati. Kaisar memang telah berubah menjadi seorang yang teramat kejam dan tak mengenal ampun, apa lagi kalau dia mencurigai seseorang. Biar orang itu bekas teman seperjuangan sekalipun, seperti menteri Coa, akan dihukum mati agar hatinya menjadi tenang." Tak lama kemudian setelah peristiwa itu, Pangeran Chu Hui San, yaitu Pangeran Mahkota, meninggal dunia. Simpang siur berita tentang kematiannya. Secara resminya, dia dikabarkan meninggal dunia karena menderita penyakit, akan tetapi desas-desus menyiarkan berita bahwa dia sengaja dihukum mati secara rahasia oleh Kaisar, ayahnya sendiri, dengan disuruh minum racun! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua berita itu mungkin saja, karena Kaisar menganggap puteranya telah berkhianat dengan bergaul bahkan menarik Pangeran Yaluta sebagai penasihat, dan kedua, mungkin dia mati karena penyakit karena badannya sudah lemah sekali oleh candu, arak dan pelesir yang tak mengenal batas. Bhok Cun Ki sendiri juga merasa tidak senang dengan sikap yang amat kejam dari Kaisar. Tak lama kemudian, dia menerima utusan Raja Muda Yung Lo yang melamar Lili untuk menjadi isteri pangeran di utara itu. Karena Lili sendiri sudah setuju, maka pinangan itu diterima dengan gembira dan kedudukan Lili sebagai isteri Raja Muda Yung Lo itu memungkinkan keluarga Bhok untuk pindah sekeluarga ke Peking, dengan alasan Raja Muda Yung Lo yang menjadi mantunya yang menghendaki agar mereka diboyong semua ke utara. Di Peking, Bhok Cun Ki membantu mantunya dan menjadi seorang panglima yang disegani karena kepandaian dan kecerdikannya. Mengingat jasa Sin Wan dan hubungannya yang amat dekat dengan keluarga Bhok, maka Bhok Cun Ki dengan senang hati menjadi wali pemuda itu dan dia yang mengirim utusan kepada keluarga Liem, yaitu para paman dan bibi Kui Siang, untuk meminang Kui Siang secara resmi. Karena yang mengirim lamaran adalah Bhok Cun Ki, tentu saja keluarga Kui Siang yang mata duitan itu menerima dengan senang hati. Pernikahan antara Si Pedang Tumpul Sin Wan dengan sumoinya, Liem Kui Siang, dirayakan berbareng dengah pernikahan antara Bhok Ci Han dan Ouwyang Kim, yang dihadiri pula oleh ibunya yang telah menjadi janda. Perayaan pernikahan rangkap itu dirayakan dengan meriah, bahkan Raja Muda Yung Lo dan Lili datang pula menghadiri perayaan. Tak lama kemudian, seluruh keluarga itu, termasuk pula Sin Wan dan Kui Siang, berbondong pindah ke utara! Jenderal Shu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ta maklum akan perasaan mereka yang tidak puas akan sikap Kaisar, akan tetapi dia sendiri adalah seorang yang amat setia kepada Kaisarnya, atau suhengnya, maka bagaimanapun juga, Jenderal ini tetap tidak pernah meninggalkan Nan-king sampai matinya. Kaisar Thai-cu yang selalu curiga kepada siapa saja yang dikira akan menjatuhkannya, mengangkat Pangeran Chu Hong, yaitu putera mendiang Pangeran Chu Hui San, yang masih kanak-kanak, menjadi pangeran mahkota menggantikan ayahnya. Hal ini kelak mendatangkan bencana dan terjadi perang saudara yang amat hebat, karena Raja Muda Yung Lo tidak dapat menerima keputusan ayahnya itu. Menurut pendapatnya, setelah Pangeran Chu Hui San meninggal dunia, sepantasnya dia yang menjadi pengganti kakaknya, menjadi pangeran mahkota, bukan keponakannya, Pangeran Chu Hong yang masih kecil itu. Namun, keputusan Kaisar Thai-cu sudah resmi, bahkan Pangeran Chu Hong yang masih kecil itu sudah diberi nama kebesaran Hui Ti! Dengan bantuan para pendekar, di utara Raja Muda Yung Lo menyusun kekuatan, sedangkan di selatan, di Nan-king, keadaan Kerajaan Beng menjadi semakin lemah karena para pejabat merasa tidak puas dan takut kepada Kaisar yang berubah menjadi kejam dan lalim. Sampai di sini, selesailah sudah kisah ini disertai harapan pengarang, semoga ada manfaatnya bagi para pembaca. Sampai jumpa di lain kisah. TAMAT Murka Sang Iblis 3 Pendekar Bayangan Sukma 10 Gadis Dari Alam Kubur Pahlawan Dan Kaisar 1