Gadis Ketiga 1
Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie Bagian 1 Hercule Poirot. bekas polisi Belgia yang menjadi detektif swasta perawakannya kecil dan kumisnya besar sangat teliti dan bangga akan otak serta ku misnya Ariadne Oliver: wanita Inggris pengarang cerita-cerita detektif: usia setengah baya gemar mengubah-ubah tata rambutnya termasuk mengenakan rambut palsu emosional dan menyombongkan intuisinya Berdua mereka melacak suatu pembunuhan* Seorang gadis mengaku merasa telah membunuh kemudian dia menghilang Di manakah gadis ini maupun pembunuhannya tidak diketahui orang Betulkah gadis ini. yang dikenal sebagai Gadis Ketiga dan kombinasi tiga orang gadis yang berbagi satu petak tinggal telah membunuh" Siapakah korban nya" Bilamana terjadi Di mana" Dan mengapa" Hercule Poirot dan Ariadne Oliver memeras otak dan tenaga mencari jawaban Dertanyaan-pertanyaan tersebut, sebelum berulangnya kembali pembunuhan yang serupa! Penerbit PT Gramedia Jl Palmerah Selaian 22 I IV Jakarta Pusat Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1OO.00O.000, (seratus juta ?rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000, (lima puluh juta rupiah). ?Scanned book sbook ini hanya untuk koleksi pribadi. DILARANG MENGKOMERSTLKAN atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan BBSC Agatha Christie GADIS KETIGA GM Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1999 third girl by Agatha Christie Copyright " Agatha Christie Limited, 1966 All rights reserved GADIS KETIGA Alih bahasa: Joyce K. Isa GM 402 84.120 Hak cipta terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270 Gambar sampul oleh Srianto Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, November 1984 Cetakan kedua: Juni 1985 Cetakan ketiga: Mei 1989 Cetakan keempat: Januari 1992 Cetakan kelima: Oktober 1993 Cetakan keenam: Oktober 1999 Dicetak oleh Percetakan PT SUN, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan Untuk Nora Blackborow BAB SATU Hercule Poirot sedang duduk menghadapi sarapannya. Tangan kanannya memegang secangkir coklat panas. Memang ia paling suka rasa yang manis-manis. Dan sebagai teman minuman coklatnya, dipilihnya roti yang manis. Kombinasi yang serasi dengan minumannya. Ia mengangguk-angguk dengan puas. Roti ini dibelinya dari toko roti keempat yang sudah dicobanya, toko roti Denmark. Tetapi rasanya benarbenar lebih enak daripada buatan toko yang mengaku sebagai toko roti Prancis, yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Roti-roti dari toko roti Prancis ini tidak lebih hanyalah tiruan yang tidak memadai. Kini selera makannya telah dipuaskan. Perutnya merasa nyaman. Pikirannya pun merasa nyaman, bahkan boleh jadi agak terlalu nyaman. Ia telah menyelesaikan karya besarnya, yaitu suatu analisa mengenai penulis-penulis cerita detektif yang terkenal. Ia sudah berani mengritik Edgar Allan Poe dengan tajam, dan mengeluh mengenai cara penuturan romantis Wilkic Collins yang kurang teratur, dan memberikan pujian setinggi langit kepada dua orang penulis berkebangsaan Amerika yang sama sekali belum dikenal orang, dan dengan 7 berbagai cara lain memuji siapa yang patut dipuji atau sebaliknya dengan tegas tidak memberikan pujian di mana dianggapnya tidak layak. Ia telah melihat tulisannya ini di penerbitnya, meneliti hasilnya, dan kecuali merasa heran dengan banyaknya salah cetak yang ada, secara keseluruhan ia cukup puas dengan hasilnya. Ia merasa bangga dengan karya sastranya ini, dan ia juga telah menikmati waktu yang dipergunakannya untuk membaca buku-buku untuk melahirkan tulisannya ini, dan juga ia menikmati saat-saat ketika ia mendengus dengan muak dan mencampakkan suatu buku ke lantai (meskipun ia selalu ingat untuk bangkit dari kursinya dan memungut buku itu untuk dimasukkan ke dalam keranjang sampah), dan ia pun menikmati saat-saat ia menganggukkan kepalanya dengan puas pada kesempatan-kesempatan yang langka ia menjumpai tulisan-tulisan yang memperoleh persetujuannya. Dan kini" Ia telah melewati masa istirahat yang santai, yang amat diperlukannya setelah otaknya bekerja keras. Tetapi orang tidak bisa beristirahat terus, orang harus melangkah ke pekerjaan berikutnya. Sayang sekali, dia tidak tahu apa yang harus dikerjakan berikutnya. Menulis karya sastra yang lain lagi" Tidak, pikirnya. Kerjakanlah satu hal dengan baik, lalu tinggalkan. Itulah semboyannya. Terus terang saja, sebetulnya ia merasa jemu. Semua aktivitas mental yang melelahkan yang sudah dinikmatinya terlalu banyak. Ini menimbulkan kebiasaan ?yang buruk padanya, membuatnya resah. Menjengkelkan! Digelengkan kepalanya dan diteguknya lagi coklatnya. 8 Pintu terbuka dan masuklah pelayannya yang terlatih, George. Sikapnya penuh hormat dan agak segan. Ia terbatuk dan menggumam, "Seorang ..." dia berhenti seorang ... putri belia ingin bertemu." Poirot memandangnya dengan perasaan heran dan jengkel. "Saya tidak menerima tamu pada jam-jam begini," katanya dengan nada menegur. "Ya, Pak," George mengiyakan. Majikan dan pelayan saling bertukar pandang. Terkadang komunikasi antara mereka penuh kesulitan. Dengan perubahan suara, sentilan, dan kata-kata tertentu, George akan memberikan pertanda bahwa jika dia diberi pertanyaan yang tepat, maka ia dapat memberikan jawaban yang berarti. Dalam hal ini Poirot berpikir, pertanyaan apakah yang tepat untuk diajukannya. "Cantikkah dia putri belia ini?" tanyanya hati-hati. ?"Menurut saya tidak, Pak, tetapi selera itu bukan ukuran." ?Poirot mempertimbangkan jawaban ini. Dia teringat bahwa George sempat tersendat sebentar sebelum memakai istilah putri belia. George adalah seorang yang amat ?peka terhadap derajat sosial. Jadi dia tidak yakin akan status tamu ini, namun dia telah bermurah hati dalam keraguannya. "Kau berpendapat bahwa ia adalah seorang putri belia dan bukan, katakanlah, seorang gadis belia?" "Saya pikir begitu, Pak, meskipun dewasa ini sulit untuk membedakannya," kata George dengan penyesalan yang tidak dibuat-buat. 9 "Apakah dia memberikan alasan mengapa dia ingin menemui saya?" "Katanya..." George mengulangi kata-kata tersebut dengan agak berat dan permintaan maaf sebelumnya, "bahwa dia ingin berkonsultasi dengan Bapak mengenai suatu pembunuhan yang mungkin telah dia lakukan." Hercule Poirot mendelik. Alisnya naik. "Mungkin telah dilakukan" Lha apa dia tidak tahu?" "Itulah kata-katanya, Pak." "Tidak memuaskan, tetapi barangkali menarik," kata Poirot. J'Mungkin suatu lelucon, Pak," kata George ragu-ragu. ?"Apa pun mungkin, saya kira," Poirot mengakui, "tetapi kita tidak berpikir ..." Dia mengangkat cangkirnya. "Bawalah dia masuk lima menit lagi." "Ya, Pak." George mengundurkan diri. Poirot menghabiskan tegukan terakhir coklatnya. Disingkirkannya cangkirnya lalu dia bangkit. Dia berjalan ke tempat perapian dan menata kumisnya dengan hatihati di depan kaca yang berada di atas tempat perapian. Dengan perasaan puas ia kembali ke kursinya dan menunggu kedatangan tamunya. Ia tidak dapat menduga apa yang bakal dihadapinya.... Dalam hadnya ia mengharapkan sesuatu yang barangkali mendekati bayangannya mengenai daya tarik seorang wanita. Pepatah yang umum "si cantik dalam kesedihan" terlintas di benaknya. Tetapi dia menjadi kecewa ketika George kembali mengantarkan tamu tersebut; di dalam hatinya ia menggelengkan kepalanya dan menarik napas panjang. Ini bukanlah si cantik dan juga tidak ada tanda-?tanda 10 kesedihan yang tampak. Agak bingung, mungkin merupakan tebakan yang lebih tepat. "Bah!" pikir Poirot jengkel. "Gadis-gadis ini! Mengapa mereka tidak berusaha berbuat sesuatu untuk diri mereka sendiri" Dengan tata rias yang baik, pakaian yang menarik, rambut yang ditata oleh seorang ahli rambut, barangkali gadis ini bisa lulus. Tetapi, coba lihat dia sekarang!" Tamunya adalah seorang gadis yang berusia sekitar dua puluhan. Rambutnya panjang sampai ke bahu, tergerai tidak rapi dan tidak menentu warnanya. Matanya yang besar dan berwarna biru kehijauan, hampa ekspresi. Dia mengenakan apa yang barangkali merupakan pakaian pilihan generasinya sepatu bot kulit hitam ?bertumit tinggi, kaos kaki putih dari wol yang diragukan kebersihannya, rok yang pendek dan sebuah kaos wol yang panjang dan longgar. Siapa saja yang segenerasi dan sebaya Poirot akan mempunyai satu keinginan yang sama, yaitu menceburkan gadis ini kc dalam bak mandi secepat mungkin. Poirot sering mengalami perasaan demikian jika sedang berjalan-jalan. Ratusan gadis dengan penampilan yang sama. Mereka semuanya tampak kotor. Namun di pihak lain di sinilah terletak ?kontradiksinya yang satu ini tampaknya seperti telah tercebur di sungai dan ?baru diangkat keluar. Gadis-gadis begini, pikirnya, barangkali tidak benar-benar kotor. Hanya saja mereka berusaha keras supaya kelihatannya demikian. Poirot bangkit dengan sopan sebagaimana biasanya, menjabat tangan gadis itu dan menarikkan sebuah kursi. "Anda mendesak untuk bertemu dengan saya, Nona" Duduklah, saya persilakan." 11 "Oh," kata gadis itu dengan suara yang kecil. Dia menatap Poirot. "Eh, bagaimana?" kata Poirot. Gadis ini ragu-ragu. "Saya pikir, saya lebih baik berdiri." Matanya yang besar ?masih menatap dengan ragu-ragu. "Sesuka hati Andalah." Poirot kembali duduk dan memandangnya. Dia menunggu. Gadis ini menggeser kakinya. Dia menunduk melihat kakinya, kemudian menengadah lagi kepada Poirot. "Anda Anda adalah Hercule Poirot?" ?"Tentu saja. Dalam hal apa dapat saya bantu Anda?" "Oh, yah, agak sulit. Maksud saya...." Poirot merasa barangkali gadis ini membutuhkan sedikit dorongan. Katanya memberi jalan, "Pelayan saya mengatakan bahwa Anda ingin berkonsultasi dengan saya karena Anda mengira Anda 'mungkin telah melakukan suatu pembunuhan'. Betulkah itu?" "Saya tidak tahu bagaimana harus saya utarakan itu. Maksud saya...." "Marilah," kata Poirot ramah. "Duduklah. Kendorkan otot-otot. Ceritakanlah kepada saya." "Saya pikir tidak aduh, saya tidak tahu bagaimana Anda lihat, semuanya ? ?begitu sukar. Saya telah saya telah mengubah pikiran saya. Saya tidak mau ?bersikap kurang sopan, tetapi ah, saya pikir, lebih baik saya pulang." ?"Ayolah. Yang tabah." "Tidak, saya tidak bisa. Saya pikir tadinya saya bisa kemari dan dan bertanya ?kepada Anda, bertanya apakah yang harus saya perbuat tetapi saya tidak dapat, ?Anda mengerti" Semuanya begitu lain dari...." 12 "Dari apa?" "Saya minta maaf dan saya betul-betul tidak ingin bersikap tidak sopan, tetapi...." Gadis ini menarik napas panjang, memandang Poirot, mengalihkan pandangannya, dan tiba-tiba terluncurlah dari bibirnya, "Anda terlalu tua. Tidak ada yang memberi tahu saya bahwa Anda sudah begitu tua. Saya betul-betul tidak mau bersikap tidak sopan, tetapi itulah. Anda terlalu tua. Maafkan saya." ?Dia segera membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruangan itu dengan terhuyunghuyung seperti seekor serangga yang nekat mencari sinar lampu. Poirot, dengan mulut menganga, mendengar pintu dep m dibanting. Katanya, "Ya ampun, ya ampun, ya ampun...." 13 BAB DUA Telepon berdering. Hercule Poirot tampaknya seolah-olah tid. k mendengar. Deringnya tajam dan mendesak. George masuk menghampirinya, sambil memandang Poirot dengan keheranan. Poirot memberikan isyarat dengan tangannya. "Biarkan saja," katanya. George menurut dan keluar lagi. Telepon masih berdering. Suaranya yang tinggi dan melengking terus mengganggu. Tiba-tiba deringnya berhenti. Namun setelah satu dua menit, mulai berdering kembali. "Ah, astaga! Ini tentunya seorang wanita pasti seorang wanita." ?Dia menarik napas, bangkit dari duduknya dan menghampiri pesawatnya. Diangkatnya tangkai telepon. "Halo," katanya. "Apakah Anda di sana Tuan ?Poirot?" * "Saya sendiri." "Ini Nyonya Oliver suara Anda kedengarannya lain. Semula tidak saya kenal." ?"Selamat pagi, Nyonya Anda baik-baik saja, saya harap?" ?14 "Oh, saya baik." Suara Ariadne Oliver terdengar riang seperti biasanya. Pengarang cerita detektif yang terkenal ini adalah teman Hercule Poirot. "Sebetulnya masih agak pagi untuk menelepon Anda, tetapi saya ingin minta tolong." "Ya?" "Ini lho, pesta ulang tahun perkumpulan kami, Penulis Cerita Detektif; saya pikir-pikir, apakah Anda mau hadir dan menjadi pembicara tamu kami tahun ini. Kami senang sekali kalau Anda bersedia." "Kapan ini?" "Bulan depan tanggal dua puluh tiga." Tarikan napas yang dalam terdengar dari ?seberang. "Sayang sekali! Saya sudah terlalu tua." "Terlalu tua" Anda ini bicara apa" Anda sama sekali tidak tua." "Anda anggap tidak?" "Tentu saja tidak. Anda amat menyenangkan. Anda bisa menceritakan banyak cerita yang bagus kepada kami mengenai kejahatan yang sungguh-sungguh terjadi." "Dan siapa yang mau mendengarkan?" "Semua orang. Mereka Tuan Poirot, apakah ada yang tidak beres" Apakah sudah ?terjadi sesuatu" Anda kedengarannya sedih." "Ya. Memang saya sedih. Saya merasa ah, sudahlah, tidak apa-apa." ?"Tetapi, ceritakanlah kepada saya." "Untuk apa saya ribut-ribut?" "Mengapa tidak" Sebaiknya Anda kemari dan menceritakan semuanya kepada saya. Kapan Anda datang" Sore ini. Datanglah untuk minum teh bersama saya." 15 "Saya tidak minum teh sore-sore." "Kalau begitu Anda bisa minum kopi." "Sore hari juga bukan saatnya saya minum kopi." "Coklat" Dengan krem kocok di atasnya" Atau tisane. Anda suka minum tisane. Atau air jeruk nipis. Atau air jeruk manis. Atau maukah Anda kopi yang tanpa kafein kalau bisa saya peroleh...." "Ah, yang itu tidak, terima kasih! Saya tidak suka itu." "Atau salah satu sirup yang begitu Anda gemari. Saya tahu, saya punya setengah botol Ribena di lemari." "Ribena itu apa?" "Sirup dengan rasa kismis hitam." "Wah! Saya harus angkat topi untuk Anda. Anda betul-betul berusaha. Saya tersentuh oleh perhatian Anda. Saya menerima dengan baik tawaran Anda untuk minum secangkir coklat sore ini." "Bagus. Lalu Anda bisa menceritakan kepada saya apa yang telah membuat Anda sedih." Dia memutuskan pembicaraan. 2 Poirot berpikir sebentar. Lalu dia memutar sebuah nomor telepon. Tak lama kemudian dia berkata, "Tuan Goby" Hercule Poirot di sini. Apakah Anda sibuk Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo benar saat ini?" "Lumayan," kata suara Tuan Goby. "Antara lumayan dan agak ramai. Tetapi demi melayani Anda, Tuan Poirot, jika Anda sedang tergesa-gesa sebagaimana biasanya nah, saya tidak akan mengatakan bahwa bawahan saya di sini tidak dapat ?menangani apa yang ada sekarang. Tentu saja, untuk mendapatkan tenaga yang baik zaman sekarang 16 tidak semudah dulu. Mereka sekarang sudah terlalu membanggakan diri. Mereka pikir mereka sudah mengetahui semuanya sebelum mereka belajar apa-apa. Tetapi apa mau dikata" Kita tidak bisa mengharapkan kepala yang matang di atas bahu yang muda, bukan" Saya gembira dapat melayani Anda, Tuan Poirot. Barangkali saya bisa menugaskan satu atau dua tenaga saya yang terbaik untuk pekerjaan itu. Saya kira tugasnya adalah seperti biasanya mengumpulkan informasi?" ?Dia menganggukkan kepalanya sambil mendengarkan Poirot memberikan penjelasan tentang apa-apa yang dikehendakinya. Setelah selesai pembicaraannya dengan Tuan Goby, Poirot menelepon Scotland Yard, dan setelah menunggu beberapa saat, dia berhasil berbicara dengan temannya. Temannya mendengarkan permintaan Poirot, kemudian katanya, , "Kau tidak menghendaki banyak, bukan" Pembunuhan apa saja, di mana saja. Waktu, tempat, dan korban tidak diketahui. Kedengarannya seperti pekerjaan yang mustahil kalau kautanya pendapat-ku." Tambahnya dengan nada mencela, "Rupanya kau tidak mempunyai data apa-apa." Pada pukul 4.15 sore itu, Poirot duduk di kamar tamu Nyonya Oliver, dengan puas mencicipi secangkir coklat besar yang atasnya dimahkotai krem kocok, yang oleh nyonya rumah disediakan di atas meja kecil di sisinya. Nyonya rumah juga menyediakan sepiring penuh biskuit lidah kucing. 17 "Nyonya yang baik, Anda sungguh murah hati." Dia mengangkat matanya dari cangkirnya dan memandang penuh keheranan pada rambut Nyonya Oliver dan juga pada kertas dindingnya. Kedua-duanya baru pertama kali ini dilihatnya. Terakhir kali dia berjumpa dengan Nyonya Oliver, gaya rambutnya amat sederhana dan lurus. Sekarang rambut ini memamerkan begitu banyak ikal dan putaran yang disusun dengan rumit sepenuh kepalanya. Kemewahan perkembangan ini kira-kira hanya rambut palsu saja. Poirot menebak di dalam hatinya, berapa ikal rambut yang mungkin akan tiba-tiba terlepas seandainya Nyonya Oliver mendadak menjadi tegang seperti kebiasaannya. Dan mengenai kertas dindingnya.... "Apakah pohon-pohon cherry ini masih baru?" Poirot melambaikan tangannya yang memegang sebuah sendok teh. Rasanya seolah-olah dia berada di taman pohon-pohon cherry. "Apakah jumlahnya terlalu banyak menurut Anda?" kata Nyonya Oliver. "Sebelum kertas dinding dipasang sukar sekali membayangkan bagaimana nanti jadinya. Apakah menurut Anda corak yang lama lebih bagus?" Poirot membawa pikirannya kembali ke ingatannya yang samar-samar mengenai apa yang dikiranya adalah gambar sejumlah burung tropis aneka warna. Dia merasa tergoda untuk memberikan jawaban "Betapapun banyaknya perubahan, semuanya toh sama," tetapi ditahan lidahnya. "Dan sekarang," kata Nyonya Oliver, sementara tamunya pada akhirnya meletakkan cangkir itu di atas piringnya dan bersandar kembali dengan suatu 18 helaan napas puas sambil menghapus sisa krem kocok dari kumisnya, "ada apa sebetulnya?" "Saya dapat menceritakannya dengan mudah. Tadi pagi seorang gadis datang menemui saya. Saya usulkan sebaiknya dia membuat perjanjian dulu. Anda mengerti kan, setiap orang tentunya mempunyai kesibukan rutinnya. Dia menyampaikan pesan bahwa dia ingin segera bertemu dengan saya karena dia pikir mungkin dia telah melakukan suatu pembunuhan." "Alangkah anehnya. Apakah dia tidak tahu?" "Persis! Tidak masuk akal! Maka saya perintahkan George untuk membawanya masuk. Dia berdiri saja di sana! Dia tidak mau duduk. Dia hanya berdiri di sana menatap saya. Tampaknya pikirannya kurang waras. Saya berusaha membesarkan hatinya. Lalu tiba-tiba dia berkata dia telah mengubah pikirannya. Dia berkata bahwa dia tidak mau bersikap tidak sopan, tetapi bahwa (coba, apa katanya") tetapi bahwa ? ?saya sudah terlalu tua...." Nyonya Oliver cepat-cepat memberikan kata-kata hiburan. "Ah, sudahlah, gadisgadis memang begitu. Orang di atas umur tiga puluh lima tahun dianggapnya sudah separuh mati. Gadis-gadis ini tidak punya otak, Anda tentunya sudah menyadari hal ini." "Kata-katanya menyakitkan hati saya," kata Hercule Poirot. "Ah, seandainya sayajadi Anda, hal itu tidak akan saya pikirkan. Tentu saja, kata-katanya tadi tidak pantas untuk diucapkan." "Itu tidak jadi soal. Bukan hanya perasaan saya saja yang terlibat. Saya kuatir. Ya, betul, saya kuatir." 19 "Nah, kalau saya jadi Anda, semua ini-akan saya anggap angin lalu," Nyonya Oliver menasihati dengan santai. i "Anda tidak mengerti. Saya menguatirkan gadis itu. Dia datang kepada saya untuk minta bantuan. Lalu dia memutuskan bahwa saya terlalu tua. Terlalu tua untuk dapat membantunya. Tentu saja, dia keliru, itu sudah tidak diragukan lagi, dan kemudian dia lari begitu saja. Tetapi, Anda saya beritahu, gadis itu membutuhkan bantuan." "Saya kira tidak sungguh-sungguh," kata Nyonya Oliver menentramkan. "Gadis-gadis suka meributkan hal yang kecil-kecil." "Tidak. Anda salah. Dia membutuhkan pertolongan." "Anda tidak menduga dia betul-betul telah membunuh?" "Mengapa tidak" Katanya sendiri begitu." "Iya, tetapi...." Nyonya Oliver berhenti. "Katanya dia mungkin telah membunuh," tambahnya lambat. "Tetapi apakah yang dimaksudkannya dengan mungkin itu?" "Tepat. Sama sekali tidak masuk akal." "Siapa yang dibunuhnya, atau yang dia kira telah dibunuhnya?" Poirot mengangkat bahu. "Dan mengapa dia membunuh seseorang?" Lagi-lagi Poirot mengangkat bahunya. "Tentu saja, apa pun mungkin." Nyonya Oliver mulai tampak cerah sementara ia membiarkan imajinasinya berkembang. "Barangkali dia telah melanggar seseorang dengan mobilnya dan tidak berhenti. Barangkali dia telah diserang seorang lakilaki di sisi tebing dan dalam pergulatan itu telah 20 mendorongnya jatuh ke bawah. Barangkali dia telah memberikan obat yang salah kepada seseorang dengan tidak disengaja. Barangkali dia telah bertengkar dengan seseorang dalam salah satu pesta gila-gilaan, lalu ketika dia siuman, dia menyadari dia telah menikam seseorang. Barangkah...." "Cukup, Nyonya, cukupi" Tetapi Nyonya Oliver sudah keterusan. "Barangkali dia seorang perawat yang bertugas di kamar operasi dan memberikan obat bius yang salah atau..." tiba-tiba dia berhenti dan mengharapkan keterangan lebih lanjut."Bagaimanakah rupanya?" Poirot termenung sejenak. "Seperti Ophelia,* tetapi tanpa daya tarik fisik." "Wah," kata Nyonya Oliver. "Saya segera dapat membayangkannya setelah Anda berkata demikian. Aneh ya!" "Dia tidak kompeten," kata Poirot. "Begitulah kesan saya. Dia bukanlah orang yang dapat menghadapi kesulitan. Dia bukan salah satu dari mereka yang bisa melihat jauh sebelumnya bahaya yang akan menimpa. Dia adalah tipe yang akan ?dipilih orang sebagai korban." Tetapi Nyonya Oliver sudah tidak mendengarkan lagi. Dia sedang mencengkeram rambutnya yang keriting dengan kedua tangannya dalam pose yang sudah dikenal Poirot. "Tunggu," serunya seperti orang kesakitan. "Tunggu!" Poirot menunggu, alisnya terangkat. "Anda tidak menyebutkan namanya," kata Nyonya Oliver. * Ophelia: pacar tokoh cerita Hamlet yang kurang waras 21 "Dia tidak mengatakannya. Sayang, saya setuju dengan Anda." "Tunggu!" mohon Nyonya Oliver, lagi-lagi dengan penuh perasaan. Dia mengendorkan cengkeraman tangannya pada kepalanya dan menarik napas dalam. Rambutnya terlepas dari ikatannya dan jatuh di atas bahunya. Suatu ikal yang megah sama sekali terlepas dan jatuh ke lantai. Poirot mengambilnya dan meletakkannya dengan bijaksana di atas meja. "Nah, sekarang," kata Nyonya Oliver tiba-tiba tenang kembali. Dia menancapkan satu dua jepit dan menganggukkan kepalanya sambil berpikir. "Siapa yang memberi tahu gadis ini mengenai Anda, Tuan Poirot?" "Tidak ada, sepanjang pengetahuan saya. Tentu saja, dia pasti pernah mendengar tentang saya." Pikir Nyonya Oliver, "tentu saja" itu. sebetulnya belumlah tentu. Yang tentu itu justru anggapan Poirot bahwa setiap orang pasti pernah mendengar tentang dia. Sebetulnya kebanyakan orang, terutama dari generasi yang lebih muda, akan melongo saja jika mendengar nama Poirot disebut. "Tetapi bagaimana saya dapat membuatnya mengerti tanpa menyinggung perasaannya?" pikir Nyonya Oliver. "Saya kira Anda salah," katanya. "Gadis-gadis eh, gadis-gadis dan pemuda-?pemuda mereka tidak begitu mengetahui soal detektif dan hal-hal serupa itu. ?Mereka tidak mendengar masalah begituan." "Setiap orang pasti pernah mendengar tentang Hercule Poirot," kata Poirot anggun. Keyakinan Hercule Poirot akan hal ini sama kuatnya seperti keyakinan orang kepada agamanya. 22 "Tetapi zaman sekarang pendidikan mereka begitu kurang," kata Nyonya Oliver. "Betul lho, nama-nama orang yang mereka kenal hanyalah penyanyi-penyanyi pop, band-band, disk jockeys yah, sejenis itu. Kalau mereka mencari seseorang yang khusus, maksudku seperti seorang dokter atau detektif atau dokter gigi nah, ?mereka harus bertanya dulu kepada seseorang menanyakan siapakah orang yang ?tepat untuk didatangi. Maka orang ini akan berkata, 'Sayang, kau harus pergi ke orang yang hebat itu di jalan Queen Anne, putar kakimu tiga kali melewati kepala dan kau akan sembuh,' atau 'Semua berlianku dicuri orang dan kalau Henry tahu, tentunya akan marah, jadi aku tidak bisa lapor polisi, tetapi ada seorang detektif yang luar biasa, amat pandai memegang rahasia, dan dialah yang berhasil mencarinya kembali untukku sedangkan Henry sama sekali tidak tahu. 'Begitulah kejadiannya setiap kali. Ada orang yang menyuruh gadis ini menemui Anda." "Saya belum percaya." "Anda tidak akan tahu sebelum diberi tahu. Dan sekarang Anda saya beritahu. Saya baru ingat bahwa sayalah yang mengirim gadis ini kepada Anda." Poirot melotot. "Anda" Tetapi mengapa Anda tidak dari tadi mengatakannya kalau begitu?" "Karena baru sekarang terpikirkan oleh saya ketika Anda menyebutkan Ophelia ? rambut yang panjang dan yang lembab, wajah yang tidak menarik. Itu deskripsi ?seseorang yang pernah saya jumpai. Belum lama berselang. Lalu baru terpikirkan oleh saya siapa dia sebenarnya." "Siapa?" "Saya tidak tahu namanya, tetapi saya dapat 23 mencarikan informasi ini. Kami sedang berbicara mengenai detektif swasta dan ?mata-mata swasta dan saya menyebut Anda dan beberapa hal yang menakjubkan ?yang pernah Anda lakukan." "Dan Anda berikan alamat saya?" "Tidak, tentu saja tidak. Saya sama sekali tidak tahu bahwa dia memerlukan seorang detektif atau apa. Saya kira kami hanya omong kosong saja. Tetapi saya menyebut nama Anda beberapa kali, dan tentu saja untuk mencari alamat Anda di buku telepon tidaklah sulit, maka muncullah dia." "Apakah kalian membicarakan pembunuhan?" "Seingat saya tidak. Bahkan saya tidak ingat bagaimana asal mulanya kami berbicara mengenai detektif kecuali, ya, barangkali dialah yang mulai ?berbicara mengenai topik tersebut...." "Kalau begitu ceritakanlah, ceritakan sebisa Anda meskipun Anda tidak mengenal namanya, ceritakan apa yang Anda ketahui ?mengenai dia." "Nah, ini terjadinya pada akhir minggu lalu.. Saya sedang menginap di rumah keluarga Lorrimer. Mereka, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah ini kecuali karena merekalah yang membawa saya ke rumah salah seorang teman mereka untuk minum-minum. Di sana ada beberapa orang dan saya sendiri kurang bisa menikmati suasananya, karena seperti yang Anda ?ketahui, saya tidak begitu suka minum-minum, sehingga mereka harus mencarikan minuman tanpa alkohol untuk saya, yang mana menjemukan mereka. Lalu mereka mengatakan sesuatu kepada saya Anda tahu bahwa mereka amat menyukai buku? ?buku saya, dan bahwa mereka sudah lama ingin berkenalan dengan "saya dan ?semua ini membuat saya merasa 24 canggung dan terganggu, dan agak konyol. Tetapi sedikit banyak saya bisa mengatasinya. Lalu mereka mengatakan bahwa mereka amat menyukai detektif fiktif saya, Sven Hjerson. Kalau saja mereka tahu betapa saya membencinya! Tetapi penerbit saya selalu melarang saya mengatakan begitu. Nah, pokoknya, percakapan mengenai detektif hidup berasal dari pembicaraan ini, dan saya bercerita sedikit mengenai Anda, dan gadis ini sedang berdiri di sana mendengarkan. Ketika Anda menyebutnya seorang Ophelia yang tidak menarik, naluri saya menjadi sadar. Saya pikir, 'Nah, keterangan itu mengingatkan saya kepada siapa"' Lalu terbersitlah di kepala saya, 'Tentu saja. Gadis itu yang ada di pesta tempo hari.' Saya kira dia hadir di sana, kecuali kalau saya telah salah mengasosiasikannya dengan orang lain." Poirot menarik napas. Menghadapi Nyonya Oliver, orang harus mempunyai kesabaran yang besar. "Siapakah orang-orang ini, yang minum-minum bersama Anda?" "Trefusis, saya kira, atau barangkali Treherne. Nama yang bunyinya semacam itu ia seorang hartawan. Kaya. Punya kedudukan di kota ini, tetapi sebagian besar ?hidupnya dihabiskan di Afrika Selatan...." "Beristri?" "Ya. Amat Cantik. Jauh lebih muda daripada dirinya. Dengan rambut keemasan yang lebat. Istri kedua. Anaknya yang perempuan adalah dari istri pertamanya. Kemudian juga ada seorang pamannya yang tua sekali. Agak tuli. Dia amat terhormat berderet-deret titel yang mengikuti namanya. Se-25?orang laksamana atau marsekal atau apa. Dia juga seorang ahli ilmu falak saya kira. Pokoknya dia mempunyai sebuah teleskop besar yang muncul dari atap rumahnya. Meskipun saya kira itu hanyalah sebagai hobi. Juga ada seorang gadis asing di sana, yang selalu membuntuti ke mana si aki ini melangkah. Kalau dia ke London, maka gadis ini pergi bersamanya, saya kira, untuk mengawasi agar si aki ini ddak terlanggar kendaraan dijalan. Diajuga boleh dikatakan cantik." Poirot menyortir informasi yang diberikan Nyonya Oliver kepadanya, merasa dirinya seperti sebuah komputer. "Dan di rumah itu tinggal Tuan dan Nyonya Trefusis...." "Oh, bukan Trefusis. Saya ingat sekarang namanya Restarick." ?"Itu kan bukan nama yang sejenis?" "Ya. Itu kan juga nama dari daerah Cornwall yang sama." "Jadi mereka tinggal di sana, Tuan dan Nyonya Restarick, pamannya yang tua yang terhormat. Apakah namanya juga Restarick?" "Namanya Sir Roderick sesuatu." "Dan gadis pendamping ini, atau apa pun nama jabatannya, dan seorang anak perempuannya apakah ada anak-anak yang lain?" ?"Saya kira, tidak tetapi saya tidak tahu. Anak perempuannya tidak tinggal di ?rumah. Dia hanya ke sana untuk berakhir pekan. Tidak cocok dengan ibu tirinya, saya kira. Dia punya pekerjaan di London, dan dia berpacaran dengan seseorang yang kurang disenangi keluarganya, begitu yang saya dengar." 26 "Anda tampaknya mengetahui cukup banyak mengenai keluarga ini." "Ah, orang kan menampung pembicaraan-pembicaraan yang ada. Keluarga Lorrimer suka sekali berbicara. Selalu menceritakan orang ini atau orang itu. Saya bisa mendengar banyak gossip mengenai orang-orang di sekeliling saya. Tetapi terkadang saya mencampuradukkannya. Mungkin .terjadi juga sekarang. Kalau saja saya bisa mengingat nama panggilan gadis itu. Ada hubungannya dengan sebuah lagu... Thora" Bicaralah kepadaku, Thora. Thora. Sejenis itu, atau Myra" Myra, oh, Myra, kasihku hanya untukmu. Sesuatu yang mirip itu. Saya bermimpi saya tinggal di ruangan pualam. Norma" Atau barangkali Maritana" Norma Norma Restarick. ?Itu yang betul, saya yakin." Dia menambahkannya tanpa alasan, "Dia adalah gadis yang ketiga." "Lho, tadi saya pikir Anda mengatakan bahwa dia adalah anak tunggal." "Ya, memang saya kira begitu." ?"Lalu apa maksud Anda mengatakan dia adalah gadis yang ketiga?" . "Ya ampun, Anda tidak mengetahui artinya gadis yang ketiga" Tidakkah Anda membaca koran The Times?" Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Saya baca berita kelahirannya, berita kematiannya, dan berita perkawinannya. Dan artikel-artikel lainnya yang saya anggap menarik." "Bukan, maksud saya halaman iklan yang di depan. Hanya saja sekarang tidak di depan lagi. Jadi saya mempertimbangkan akan berlangganan koran yang lain. Tetapi, mari, saya tunjukkan." Dia pergi ke sebuah lemari dan mengambil koran The Times, sambil membalikbalikkan halamannya 27 dan membawanya kepada Poirot. "Ini, lihatlah. 'GADIS KETIGA untuk petak di tingkat duayang nyaman, kamar sendiri, pemanas sentral, Earl's Court.' 'Dicari gadis ketiga untuk berbagi tempat tinggal. Lima guinea seminggu, kamar sendiri.' 'Dicari gadis keempat. Regent's Park. Kamar sendiri.' Inilah cara hidup yang "digemari gadis-gadis sekarang. Lebih baik daripada asrama atau di hostel. Gadis yang pertama menyewa suatu tempat tinggal bersama perabotannya, kemudian mencari teman untuk berbagi uang sewa. Gadis yang kedua biasanya temannya sendiri. Lalu mereka mencari gadis yang ketiga melalui iklan jika mereka tidak mempunyai kenalan lain. Dan, seperti yang Anda lihat, sering kali mereka berhasil menyelipkan seorang gadis keempat. Gadis yang pertama tentunya menempati kamar yang paling bagus, gadis yang kedua membayarnya agak kurang sedikit, gadis yang ketiga membayar lebih sedikit lagi, dan-mendapat kamar yang lebih kecil. Biasanya mereka membuat persetujuan siapa yang berhak menempati seluruh tempat tersebut satu hari setiap minggunya atau kapan saja. Nyatanya cukup ?menyenangkan." "Dan gadis ini, yang namanya mungkin saja Norma, tinggal di mana di London?" "Seperti yang sudah saya katakan, sebetulnya saya tidak mengetahui apa-apa tentang dia." "Tetapi Anda bisa mencarikan informasinya?" "Oh, ya, saya kira itu tidaklah terlalu sulit." "Anda yakin saat itu tidak ada pembicaraan atau tidak disinggung mengenai masalah kematian yang mendadak?" " "Maksud Anda kematian di London atau di kediaman Restarick?" ?28 "Salah satu." "Saya kira, tidak. Bolehkah saya carikan informasinya?" Mata Nyonya Oliver bersinar penuh minat. Saat ini dia sudah sepenuhnya melibatkan dirinya dalam masalah itu. "Itu baik sekali." "Saya akan menelepon keluarga Lorrimer. Sebetulnya sekarang adalah waktu yang tepat." Dia pergi ke pesawat teleponnya. "Saya harus memberikan alasan ?barangkali mengarang alasan sendiri?" Dipandangnya Poirot dengan agak ragu-ragu. "Ya, tentu saja. Itu sudah dengan sendirinya. Anda kan seorang wanita yang punya imajinasi tidak sulit bagi Anda. Tetapi jangan terlalu muluk-muluk, Anda ? ?mengerti" Sedang-sedang saja." Nyonya Oliver memberikan pandangan tanda mengerti. Jarinya memutar dan meminta nomor yang dikehendakinya. Sambil memalingkan wajahnya, dia berbisik, "Apakah Anda punya pensil dan kertas atau buku ?notes sesuatu untuk mencatat nama dan alamat?" ?Poirot telah menyiapkan buku notesnya di samping sikunya dan mengangguk meyakinkan. Nyonya Oliver berpaling lagi kepada tangkai telepon yang dipegangnya dan mulai dengan percakapannya. Poirot mendengarkan pembicaraan sepihak dari komunikasi telepon itu dengan saksama. "Halo. Bisakah saya berbicara dengan Oh, kau Naomi ya" Di sini Ariadne ?Oliver. Oh, ya wah, agak terlalu banyak orangnya.... Oh, maksudmu si kakek itu" ?... Tidak, aku tidak tahu.... Boleh dikatakan buta"... Aku kira dia akan ke London 29 dengan gadis asing itu.... Ya, tentunya menguatirkan mereka juga kadang-kadang ?tetapi gadis itu rupanya cukup bisa mengendalikannya.... Salah satu sebab mengapa aku menelepon adalah untuk menanyakan alamat gadis ini Tidak, gadis Restarick ?ini, maksudku di suatu tempat sebelah selatan Kent, bukan" Atau ?Knightsbridge" Oh, aku menjanjikan sebuah buku untuknya dan aku telah mencatat alamatnya, tetapi sebagaimana biasa, alamatnya hilang. Namanya saja aku lupa. Apakah Thora atau Norma"... Ya, aku tadi juga sudah mengira Norma.... Tunggu ?sebentar, aku ambil pensil.... Ya, aku siap.... Nomor 67 Wisma Borodene.... Aku tahu itu blok besar yang tampaknya seperti penjara Wormwood Scrubs.... Ya, aku kira ?petak-petak tinggal di sana memang nyaman sekali, dengan pemanas sentral dan segalanya.... Siapakah kedua gadis lainnya yang tinggal bersamanya"... Temantemannya"... Ataukah dari iklan".".. Claudia Reece-Holland... ayahnya anggota parlemen, bukan" Satunya lagi siapa"... Ya, aku kira kau juga tidak tahu ?tentunya dia anak baik-baik juga, kupikir.... Apa yang mereka kerjakan" Umumnya mereka adalah sekretaris, bukan"... Oh, gadis satunya itu seorang penata ruangan kaukira atau masih ada hubungannya dengan gedung kesenian Tidak, Naomi, ? ? ?tentu saja aku tidak betul-betul ingin tahu aku cuma berpikir apa yang ? ?dikerjakan gadis-gadis zaman sekarang" yah, bagi aku mengetahui hal-hal begini, ?bermanfaat untuk buku-buku yang aku tulis orang kan harus selalu mengikuti ?zaman.... Apa katamu mengenai seorang pacarnya".... Ya, tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, bukan" Maksudku gadis-gadis ini 30 berbuat apa saja semaunya.... Apakah tampangnya begitu jelek" Apakah dia model jorok dengan cambang bauk Oh, model itu dengan kemeja brokat dan rambut ? ?coklat yang berombak panjang sampai ke bahunya ya, mereka memang terkadang ? ?tampaknya seperti gambar-gambar Vandykes, kalau mereka tampan.... Apa katamu" Bahwa Andrew Restarick amat membencinya"... Ya, laki-laki biasanya begitu.... Mary Restarick"... Ah, aku kira bertengkar dengan ibu tiri itu soal lumrah. Aku kira dia tentunya amat lega ketika gadis ini memperoleh pekerjaan di London. Apa maksudmu orang-orang sering membicarakannya"... Mengapa, apakah mereka bisa menemukan sesuatu yang tidak beres padanya"... Kata siapa"... Ya, tetapi apa yang telah mereka rahasiakan"... Oh seorang perawat" memperbincangkannya dengan ? ?pengajar anak-anak keluarga Jenners". Maksudmu suaminya" Oh, begitu dokter?dokter tidak mengetahui.... Tidak, tetapi manusia itu jelek sifatnya. Aku sepaham denganmu. Hal-hal demikian biasanya tidak benar.... Oh, pencernaan, bukan"... Tetapi itu begitu tidak masuk akal. Maksudmu kata orang siapa namanya itu Andrew ? ?maksudmu mudah sekali dengan adanya begitu banyak obat hama yang tersedia Ya, ?tetapi mengapa"... Maksudku, ini kan bukan kasus di mana seorang suami membenci istrinya bertahun-tahun dia kan istri keduanya dan jauh lebih muda ? ?daripadanya, lagi pula cantik.... Ya, aku kira boleh jadi tetapi mengapa gadis ?asing itu juga mau"... Maksudmu dia mungkin sakit hati dengan apa yang pernah dikatakan Nyonya Restarick kepadanya.... Dia cukup menarik aku kira Andrew ?barangkali bisa terpikat olehnya tidak serius, tentunya ? ?tetapi mungkin ini telah menimbulkan kejengkelan Mary dan dia-kemudian menumpahkan semuanya kepada gadis ini" dan...." Dari sudut matanya Nyonya Oliver melihat Poirot sedang memberikan isyarat kepadanya dengan getol. "Tunggu sebentar, Sayang," kata Nyonya Oliver ke dalam te!eponv_ "Ada, . tukang roti." Poirot tampaknya merasa terhina. "Tunggu ya." Diletakkannya tangkai teleponnya, dan dia bergegas ke sisi lain dari kamar itu dan menyudutkan Poirot di tempat meja sarapannya. - "Ya," desaknya terengahengah. "Tukang roti," kata Poirot jengkel. "Saya!" "Ah, saya kan harus mencari alasan cepat-cepat. Anda memberikan isyarat untuk apa" Apakah Anda bisa menangkap apa yang dia...." * Poirot memotongnya. * "Itu dapat Anda ceritakan kepada saya nanti. Saya menangkap cukup banyak. Apa yang ingin saya lakukan adalah, supaya Anda dengan daya improvisasi Anda yang hebat ini, mengatur agar saya punya alasan untuk mengunjungi keluarga Restarick saya seorang teman lama Anda, yang tidak lama ?lagi akan berada di daerah tersebut. Barangkali Anda dapat mengatakan.*..." "Serahkan saja kepada saya. Saya carikan alasan. Apakah Anda mau memakai nama samaran?" , "Tentu saja tidak. Tetapi buatlah sesederhana mungkin." ?Nyonya Oliver mengangguk dan bergegas kembali^ ke pesawat teleponnya yang ditinggalkannya. "Naomi" Aku sudah lupa apa yang tadi kita bicarakan. Mengapa selalu ada-ada saja yang timbul kalau kita sedang menikmati gossip yang nikmat"^ Sampai aku sudah tidak ingat lagi untuk apa tadi aku meneleponmu Oh, ya ? ?gadis itu. Alamat Thora Norma, maksudku dan kau felah memberikannya ? ?kepadaku. Tapi masih-ada hal lain la^i yang ingin ku... oh, aku ingat. Seorang kawan lamaku. Seorang pria kecil yang-amat mempesona. Bahkan aku pernah menceritakannya tempo hari sewaktu#di sana. Hercule Poirot namanya. Dia akan mengunjungi daerah yang dekat dengan kediaman Restarick dan dia ingin sekali bertemu dengan Sir Roderick. Dia telah mendengar banyak tentangnya dan mengaguminya untuk suatu penemuannya selama masa perang atau suatu karya ?ilmiahnya '" pokoknya dia ingin sekali 'mampir dan menyampaikan hormatnya', ?begitu katanya. Kaupikir, apakah itu tidak mengganggu" Bisakah kau yang menyampaikannya kepada mereka" Ya, kira-kira dia akan muncul secara tiba-tiba entah dari mana. Katakan kepada mereka untuk mendesaknya menceritakan beberapa cerita spionase yang asyik.... Dia apa" Oh! Alat pemotong rumputmu" Ya, tentu ?saja, kau harus pergi. Salam ya." Diletakkannya tangkai telepon itu dan Nyonya Oliver terhenyak di kursi besar.*"Astaga, lelahnya. Apakah itu oke?" "Lumayan," kata Poirot. "Saya pikir, paling baik saya kaitkan semuanya pada si kakek itu. Dengan demikian Anda bisa bertemu dengan mereka semuarTya. Bukankah itu yang Anda kehendaki" Dan seorang wanita selalu saja bisa bicara dengan tidak menentu jika itu menyangkut masalah ilmiah. A-ida tentunya dapat mengarang sesuatu yang lebih pj-sti yang masuk akal, pada saat Anda sudah berada di sana. Sekarang, 33 32 apakah Anda mau tahu apa yang diceritakannya kepada saya?" "Dari apa yang dapat saya tangkap, apakah ada desas-desus mengenai kesehatan Nyonya Restarick?" "Tepat. Rupanya dia terkena suatu penyakit aneh pada dasarnya berhubungan dengan pencernaan? dan para dokter bingung. Mereka mengirimnya ke rumah sakit, dan tampaknya dia ?sembuh, tetapi mereka tidak menemukan sebab-sebabnya. Dan dia pulang, lalu penyakitnya kambuh lagi lagi-lagi para dokter menjadi bingung. Lalu orang?orang mulai menggunjingkannya. Ini dimulai oleh seorang perawat yang kurang bertanggung jawab, dan saudaranya kemudian menceritakannya kepada tetangganya, dan si tetangga yang setiap harinya keluar bekerja menceritakannya kepada orang lain, tentang anehnya kasus ini. Lalu orang-orang mulai mengatakan bahwa tentulah suaminya yang sedang meracuninya. Umumnya orang selalu memberikan komentar ini hanya saja dalam hal ini sama sekali tidak masuk akal. Lalu ?Naomi dan saya mulai berpikir mengenai gadis pendamping itu, dia semacam sekretaris pendamping bagi si kakek itu jadi sebetulnya tidak ada alasan ?mengapa dia perlu meracuni Nyonya Restarick dengan obat hama." "Saya mendengar Anda mengusulkan beberapa alasan." "Yah, biasanya tentu ada suatu kemungkinan...." "Pembunuhan yang sudah direncanakan..." kata Poirot termenung... "hanya belum terlaksana." 34 BAB TIGA Nyonya Oliver mengemudikan mobilnya sampai ke bagian halaman dalam Wisma Borodene. Ada enam mobil yang memenuhi tempat parkir. Sementara Nyonya Oliver masih ragu-ragu, salah satu mobil mundur, dan meninggalkan tempat. Nyonya Oliver cepat-cepat mengambil tempat yang baru saja kosong itu. Dia turun, membanting pintunya, dan berdiri menatap ke langit. Blok bangunan ini masih baru, menempati daerah yang bekas terkena ranjau darat semasa perang terakhir. Pikir Nyonya Oliver, tampaknya seluruh bangunan ini mungkin saja dipindahkan utuh dari Great West Road, yang setelah namanya SKYLARK'S FEATHER ?RAZOR BLADES dicopot, ditempatkan sebagai satu blok bangunan tempat tinggal ?pada lokasi ini. Tampaknya amat fungsional, dan barang siapa yang telah mendirikannya, jelas tidak menyukai hiasan tambahan apa-apa. Saat ini adalah jam-jam sibuk. Kendaraan dan manusia sedang keluar masuk halaman karena ini adalah saat pulang kerja. Nyonya Oliver melirik jam tangannya. Pukul 6.50. Kira-kira waktu yang tepat, menurut hematnya. 35 Waktu ketika gadis-gadis yang bekerja diperkirakan sudah pulang, entah untuk memperbarui tata riasnya, mengganti pakaiannya dengan celana ketat yang eksotis atau apa pun mode yang sedang mereka gandrungi, lalu keluar lagi, ataupun.untuk tinggal di rumah dan mencuci pakaian dalam dan kaos kaki mereka. Pokoknya, -waktu yang masuk akal untuk dicoba. Bentuk bangunan ini di sebelah timur dan baratnya sama, dengan pintu ayun yang besar di tengah. Nyonya Oliver memilih sisi yang kiri, tetapi segera menyadari kesalahannya. Pada sisi ini angka-angka yang tercantum adalah dari seratus sampai dua ratus. Dia menyeberang ke sisi yang berlawanan. Nomor 67 terletak di lantai enam. Nyonya Oliver memijat tombol lift. Pintunya terbuka seperti mulut yang menganga dengan suara benturan yang menyeramkan. Nyonya Oliver bergegas memasuki gua yang menganga ini. Dia selalu takut naik lift yang modern. Kress. Pintunya menutup kembali. Lift naik ke atas. Dan segera berhenti lagi (itu pun menakutkan!). Nyonya Oliver keluar terbirit-birit seperti kelinci yang ketakutan. Dia memandang ke dinding dan berjalan di lorong yang sebelah kanan. Dia berhenti di depan sebuah pintu yang bertuliskan nomor 67 dengan huruf metal yang ditempelkan di tengah-tengah daun pintu. Angka tujuh ini terlepas dan tepat pada saat itu menjatuhi kakinya. "Tempat ini tidak menyukai aku," kata Nyonya Oliver kepada dirinya sendiri, sementara ia meringis kesakitan dan memungut angka tersebut dengan 36 hati-hati lalu dilekatkannya kembali pada pintu dengan jarum penusuknya. Ditekannya bel pintu. Barangkali semua sedang keluar. Namun pintu terbuka hampir pada saat yang sama..Seorang gadis yang tinggi rupawan berdiri di ambang pintu. Dia mengenakan setelan jaket yang berwarna gelap dengan potongan yang bagus dan gaun yang pendek sekali, serta blus putih dari sutera, dan sepatu yang bagus. Rambutnya yang hitam disisir ke belakang. Tata riasnya sederhana namun memuaskan, dan entah karena apa, penampilannya cukup membuat Nyonya Oliver ketakutan. "Oh," kata Nyonya Oliver, menentramkan dirinya agar tidak salah omong. "Apakah Nona Restarick ada, barangkali?" "Tidak, sayang dia keluar. Apakah saya dapat menyampaikan pesan?" Nyonya Oliver mengatakan "Oh" lagi sebelum melanjutkan. Dia mengeluarkan ?sebuah paket yang dibungkus dengan kertas coklat namun tidak rapi. "Saya menjanjikan sebuah buku padanya," dia menjelaskan. "Salah satu tulisan saya yang belum dibacanya. Moga-moga saya iidak salah ingat yang mana. Apakah dia akan kembali dalam waktu singkat?" "Saya betul-betul tidak tahu. Saya tidak tahu apa yang dikerjakannya malam ini." "Oh. Apakah Anda Nona Reece-Holland?" Gadis itu tampaknya agak heran. "Ya, betul." "Saya pernah berjumpa dengan ayah Anda," kata Nyonya Oliver. Tambahnya. "Saya adalah Nyonya Oliver. Saya pengarang." Tambahan ini disampai IfllflntlNHB AC A A! B7 i " "JAYA ABADI " kan dengan nada malu-malu sebagaimana biasanya dia mengungkapkan fakta ini. "Maukah Anda masuk?" Nyonya Oliver menerima baik tawaran tersebut dan Claudia Reece-Holland membawanya masuk ke suatu ruang tamu. Semua kamar di dalam petak tinggal ini memakai kertas dinding yang sama, yaitu bermotif kayu. Si pcayewa kemudian dapat memamerkan lukisan-lukisan modern mereka atau memasang hiasan apa pun yang mereka inginkan. Ada seperangkat perabot dasar yang modern, lemari, rak buku, dan sebagainya, kursi tamu yang besar dan sebuah meja yang. dapat dilipat. Tambahan-tambahan yang bersifat pribadi dapat disediakan oleh si penyewa sendiri. Di sini terdapat tanda-tanda individualitas yang diwakili oleh sebuah gambar badut yang besar, yang ditempelkan di dinding, dan sebuah gambar stensilan seekor monyet yang bergelantungan pada daun-daun pohon nyiur di dinding yang lain. "Pasti Norma akan senang sekali menerima buku Anda, Nyonya Oliver. Maukah Anda minum" Skerry" Gin?" Gadis ini mempunyai pembawaan seorang sekretaris yang cekatan. Nyonya Oliver menolak. "Pemandangan dari atas sini bagus sekali," katanya memandang keluar jendela sambil mengedipkan matanya sedikit karena sinar matahari yang sedang terbenam menyilaukan matanya. '"Ya. Tetapi jika lift-nya rusak, tidak begitu lucu ya." "Tidak terpikirkan sama sekali oleh saya bahwa 38 Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lift itu berani rusak. Rasanya begitu begitu hidup seperti robot."?"Baru dipasang. Tetapi tidak lebih bagus daripada yang lama," kata Claudia. "Harus sering disetel dan entah apa lagi." Seorang gadis yang lain masuk, sambil berbicara, "Claudia, tahukah kau di mana aku letakkan...." Dia terhenti, memandang pada Nyonya Oliver. Claudia memperkenalkan mereka dengan singkat. "Frances Cary Nyonya Oliver. Nyonya Ariadne Oliver." ?"Oh, menarik sekali," kata Frances. Dia adalah seorang gadis yang tinggi semampai, berambut hitam panjang, dengan paras yang putih metah dan memakai tata rias yang tebal. Alis dan bulu matanya agak lentik dipertebal oleh bantuan maskara. Dia mengenakan celana beludru ?yang ketat dan sehelai kaos yang tebal. Dia betul-betul bertolak belakang dengan Claudia yang tampak praktis dan efisien. "Saya membawakan buku yang saya janjikan kepada Norma Restarick," kata Nyonya Oliver. "Oh! sayang sekali dia masih di luar kota." "Dia belum kembali?" ?Hening yang timbul amat terasa. Nyonya Oliver berpikir, kedua gadis ini sedang saling bertukar pandangan. "Saya kira dia bekerja di London," kata Nyonya Oliver, berusaha menunjukkan keheranan yang murni. "Oh, ya," kata Claudia. "Dia bekerja di tempat penata ruangan. Dari waktu ke waktu dia ditugaskan membawa motif-motif pilihan ke luar kota." Claudia tersenyum. "Di sini kami agaknya hidup sendiri 39 sendiri," jelasnya. "Keluar masuk sesukanya dan tidak repot meninggalkan ?pesan. Tetapi saya tidak akan lupa menyampaikan buku Anda bilamana dia kembali." Tidak ada yang lebih mudah daripada memberikan keterangan yang samar-samar. Nyonya Oliver bangkit. "Nah, kalau begitu, terima kasih banyak."' Claudia mengantarkannya sampai ke pintu. "Saya akan mengatakan kepada Ayah bahwa saya pernah berjumpa dengan Anda," katanya. "Dia penggemar cerita-cerita detektif." Setelah menutup pintu, Claudia kembali ke kamar tamunya. Frances sedang bersandar pada jendela. "Maaf, ya," katanya. "Apakah aku salah omong?" "Aku baru saja mengatakan bahwa Norma hanya keluar." Frances mengangkat bahu. "Aku ddak tahu. Claudia, di mana sih sebetulnya anak itu" Mengapa dia tidak kembali pada hari Senin" Ke mana perginya?" "Aku tidak tahu." _ "Dia tidak menginap di rumah keluarganya" Bukankah dia ke sana untuk berakhir pekan?" "Tidak. Aku sudah menelepon ke sana menanyakannya." "Aku kira ini tidak terlalu serius.... Hanya saja, dia adalah yah, ada yang ?aneh padanya." "Dia ddak lebih aneh daripada orang-orang yang lain." Tetapi kata-kata ini dicetuskan dengan kurang mantap. "Oh, ya, dia aneh kok," kata Frances. "Terkadang -dia menakutkan aku. Dia tidak normal, kautahu?" 40 Tiba-tiba ia tertawa. "Norma tidak normal! Kautahu dia tidak normal, Claudia. Meskipun kau tidak mau mengakuinya. Loyalitas terhadap majikanmu, aku kira." 41 BAB EMPAT Hercule Poirot berjalan sepanjang jalan utama di Long Basing. Itu kalau bisa disebut sebagai jalan utama, karena praktis jalan inilah satu-satunya yang ada di Long Basing. Dusun ini adalah salah satu yang cenderung memanjang daripada melebar. Tempat ini mempunyai sebuah gereja yang mempesona, dengan menara yang tinggi dan sebatang pohon cemara yang tua di halamannya. Juga ada cukup banyak toko dusun yang" memamerkan aneka ragam usahanya. Ada dua buah toko barangbarang antik, yang satu isinya kebanyakan cerobong asap dari kayu cemara yang dipahat bergaris, dan yang lain memamerkan setumpuk peta kuno, barang-barang dari tembikar yang sebagian besar sumbing, beberapa peti dari kayu jati yang sudah lapuk, rak-rak dari kaca, kerajinan perak zaman Victoria, semuanya berhimpit-himpitan karena kurangnya tempat. Kemudian ada dua buah kedai minum, kedua-duanya jelek; ada sebuah toko yang menjual keranjang, lumayan bagusnya, berdagang beraneka ragam barang-barang industri kecil; juga ada sebuah kantor pos merangkap toko sayur; ada toko kelontong yang usaha pokoknya adalah menjual topi wanita, juga ada bagian yang menjual sepatu anak-anak, dan berbagai keperluan pria. Ada juga sebuah toko yang 42 menjual alat-alat tulis dan koran, yang juga menjual tembakau dan gula-gula. Ada sebuah toko wol yang merupakan toko paling mewah di tempat itu. Dua orang wanita tua yang sudah putih rambutnya, melayani di depan deretan-deretan bahan rajutan dari segala jenis dan bentuk. Juga dijual pola-pola pakaian dan pola-pola rajutan, yang bercabang ke meja yang memamerkan hasil-hasil sulaman yang indah. Apa yang tadinya cuma toko P&D sekarang telah berkembang menjadi "supermarket", lengkap dengan susunan keranjang kawatnya dan berbagai kotak cereal dan bahan pencuci dalam kemasan yang menarik. Lalu juga ada sebuah toko kecil di mana di atas jendela kecilnya tercantum kata Lillah dengan huruf hias, yang memamerkan sehelai blus buatan Prancis dengan ditempeli tulisan "Mutakhir-gaya" dan sebuah rok bawah biru tua dan baju kaos ungu bergaris yang diberi label "setelan". Ini ditata sedemikian rupa sehingga memberikan kesan seolah-olah pakaian ini telah dilemparkan begitu saja dari jendelanya. Poirot melihat semua ini dengan mata yang obyektif. Juga masih termasuk kawasan dusun itu menghadap ke jalan, terdapat beberapa rumah yang kecil dalam gaya bangunan kuno, terkadang bahkan masih mempertahankan bentuk rumah zaman Raja George, namun lebih banyak yang sudah menunjukkan kemajuan zaman Victoria, seperti adanya beranda, jendela bulat yang menganjur, atau sebuah rumah kaca yang kecil. Satu dua rumah tampaknya telah dipugar secara keseluruhan sehingga dapat dikatakan sebagai rumah baru yang dibanggakan. Juga ada beberapa pondok kuno yang menarik dan 4.5 antik, beberapa di antaranya mengaku sudah berusia sekitar seratus tahun lebih tua daripada yang sebenarnya, tetapi memang ada juga yang sudah betul-betul tua, dan tambahan kemudahan modern semacam saluran air dan lain-lain, disembunyikan dari pandangan mata. Poirot berjalan dengan santai, sambil mengingat segala yang dilihatnya. Seandainya temannya, Nyonya Oliver, yang kurang sabaran itu ada bersamanya sekarang, pasti dia akan bertanya mengapa Poirot membuang-buang waktu di sini, karena rumah yang harus ditujunya itu masih seperempat mil di luar kawasan dusun ini. Poirot tentunya akan menjelaskan bahwa dia sedang menyerap suasana lokal; dan bahwa hal-hal ini terkadang penting. Di ujung dusun tiba-tiba terlihat perubahan yang besar. Di satu sisinya, agak jauh dari jalan, terdapat sederet rumah-rumah murah yang baru dibangun.. Di depannya terhampar halaman yang hijau, dan setiap pintu rumah dicat dengan warna yang lain daripada tetangganya, dan ini membuat suasana tampak ceria. Di belakang perumahan ini kembali lagi padang rumput dan semak-semak mengambil tempatnya sambil di sana-sini diselingi oleh "rumah-rumah idaman" yang tercantum di daftar agen penjual rumah, masing-masing dengan kebun dan pepohonannya, dan keterasingannya. Masih agak jauh di depannya, Poirot melihat sebuah rumah yang bagian atapnya menunjukkan konstruksi yang agak membengkak dan ganjil. Jelas sesuatu telah ditambahkan di sana belum berapa tahun berselang. Pasti inilah tempat yang harus ditujunya. Dia tiba di depan pintu gerbangnya di mana tercantum nama Crosshedgcs. 44 Ditelitinya rumah tersebut. Rumahnya berbentuk tradisional yang mungkin berasal dari permulaan abad ini. Bentuknya tidak indah, pun tidak jelek. Mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkannya adalah: biasa. Kebunnya lebih menarik dibandingkan rumahnya sendiri, dan jelas merupakan obyek yang tadinya mendapat banyak curahan perhatian dan perawatan, meskipun sekarang telah dibiarkan kurang terawat. Rumputnya masih hijau dan rata, masih banyak bunga-bunga dan semaksemak yang ditanam di tempat-tempat tertentu untuk memberikan suatu efek penataan yang indah. Semuanya masih baik. Pastilah di sini dipekerjakan seorang tukang kebun untuk merawatnya, pikir Poirot. Mungkin juga ada seseorang yang memberikan perhatian khusus, karena dia melihat seorang wanita sedang membungkuk menghadapi serumpun tanaman bunga di ujung sana dekat dengan bangunan rumah itu. Wanita ini sedang mengikat bunga-bunga dahlia, menurut hemat Poirot. Kepalanya tampak berwarna kuning keemasan. Wanita ini tinggi, semampai, tetapi berbahu lebar. Poirot membuka pintu gerbangnya, lalu masuk, dan berjalan menuju kc rumah tersebut. Wanita itu berpaling dan berdiri, memandangnya dengan tatapan bertanya. Dia tetap berdiri menanti Poirot bicara, pada lengan kirinya masih menggantung tali tanaman. Poirot melihat bahwa wanita ini tampak heran. "Ya?" katanya. Poirot yang kelihatan sekali bukan orang Inggris, membuka topinya dengan gaya, dan membungkuk. Mata wanita itu memandang kumisnya dengan terpesona. 45 "Nyonya Restarick?" "Ya. saya...." "Mudah-mudahan saya tidak mengejutkan Nyonya." Sekumm senyum membayang pada bibirnya. "Sama sekali tidak. Apakah Anda...." "Saya sudah lancang kemari. Seorang teman saya, Nyonya Ariadne Oliver...." "Oh, tentu saja. Saya tahu Anda siapa. Tuan Poiret." "Tuan Poirot," dibetulkannya lafal wanita itu dengan memberikan tekanan pada suku kata yang terakhir. "Hercule Poirot, siap menerima perintah. Saya kebetulan lewat di daerah ini dan saya mencoba mengunjungi Anda di sini dengan harapan bisa menyampaikan hormat saya kepada Sir Roderick Horscfield." "Ya. Naomi Lorrimer telah mengatakan kepada kami bahwa Anda mungkin muncul di sini." "Saya harap saya tidak mengganggu?" "Oh, sama sekali tidak. Ariadne Oliver ada di sini akhir pekan yang lalu. Dia kemari bersama keluarga Lorrimefr. Buku-bukunya amat menarik, bukan" Tetapi barangkali Anda tidak menganggap cerita detektif itu menarik. Anda sendiri seorang detektif, bukan detektif sungguh-sungguh?"?"Sayalah satu-satunya dari yang paling sungguh-sungguh," kata Hercule Poirot. Dia melihat wanita itu menyembunyikan senyumnya. Poirot mempelajari garis wajahnya dengan lebih saksama. Dia cantik, namun tidak wajar. Rambut emasnya ditata dengan kaku. Poirot mereka-reka apakah pada dasarnya wanita ini kurang mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri, apakah dia tidak 46 hanya membawakan peranan seorang wanita Inggris yang terhormat, yang sedang sibuk dengan kebunnya. Poirot menduga-duga apakah kira-kira latar belakang sosialnya sebelum ia menjadi Nyonya Restarick. "Anda memiliki kebun yang amat indah," kata Poirot. "Sukakah Anda pada kebun?" "Tidak seperti orang-orang Inggris menyukai kebunnya. Di Inggris ada bakat khusus dalam mengolah kebun. Kebun mempunyai arti yang tersendiri bagi kalian, yang tidak bagi kami." "Bagi orang Prancis, maksud Anda?" "Saya bukan orang Prancis. Saya orang Belgia." "Oh, ya. Saya ingat Nyonya Oliver mengatakan bahwa Anda pemah dinas dalam Kepolisian Belgia." "Itu betul. Saya adalah anjing pelacak Belgia yang tua." Poirot tertawa kecil dengan sopan dan berkata sambil melambaikan tangannya. "Tetapi kebun kalian, orang-orang Inggris, saya kagumi. Saya betul-betul terpesona. Orang-orang Latin menggemari kebun-kebun yang resmi, kebun-kebun seperti yang ada di puri. Puri Versailles dalam bentuk mini, dan tentu saja merekalah yang menciptakan kebun sayur-mayur. Kebun sayur-mayur ini amat penting. Di Inggris, di sini kalian juga mempunyai kebun sayur-mayur yang kalian tiru dari Prancis, tapi kalian tidak mencintai kebun sayur-mayur kalian sebagaimana kalian mencintai bunga-bunga kalian. Bukankah" Bukankah demikian?" "Ya, saya pikir Anda benar," kata Mary Restarick. "Mari masuk ke dalam rumah. Anda datang untuk menjumpai paman saya." 47 "Saya datang, seperti yang Anda katakan, untuk menyampaikan hormat saya kepada Sir Roderick, tetapi saya pun menyampaikan hormat saya kepada Anda. Saya selalu memberi hormat kepada kecantikan bilamana saya melihatnya." Poirol membungkuk. Wanita itu tertawa dengan perasaan agak canggung. "Anda tidak seharusnya memberikan begitu banyak pujian kepada saya." Dia mendahului masuk, dan Poirot membuntutinya. * "Saya pernah kenal dengan paman Anda di tahun 1944." "Kasihan dia, dia sekarang sudah tua sekali. Dia tuli, lho." "Saya bertemu dengannya dulu, lama sekali. Kemungkinan dia sudah lupa. Saat itu ada suatu kasus spionase dan pengembangan penemuan ilmiah tertentu. Kami berhutang budi kepada Sir Roderick untuk penemuan tersebut. Mudah-mudahan dia bersedia menemui saya." "Oh, saya merasa yakin dia malah senang," kata Nyonya Restarick. "Sekarang hidupnya monoton. Saya harus begitu sering berada di London kami sedang ?mencari rumah yang sesuai di sana." Dia menarik napas dan berkata, "Orang-orang tua terkadang cerewet juga." "Saya mengerti," kata Poirot. "Saya sendiri pun sering cerewet." Wanita itu tertawa. "Ah, tidak, Tuan Poirot. Masa begitu, Anda tidak boleh berlagak tua." "Terkadang saya dikatakan tua," kata Poirot. Dia menarik napas. "Oleh gadisgadis muda," tambahnya dengan sedih. 48 "Itu amat kejam. Itu kira-kira apa yang mungkin diperbuat anak perempuan kami juga," tambahnya. "Ah, Anda mempunyai seorang anak perempuan?" "Ya. Paling tidak, dia adalah anak tiri saya." "Saya senang jika dapat bertemu dengannya," kata Poirot dengan sopan. "Oh, sayang, dia tidak di sini. Dia tinggal di London, dia bekerja di sana." "Gadis-gadis muda ini, mereka sekarang semuanya bekerja." "Setiap orang kan seharusnya bekerja," kata Nyonya Restarick tidak jelas. "Meskipun setelah mereka kawin, mereka selalu dibujuk untuk kembali ke bidang industri atau mengajar." "Apakah Anda pun dibujuk, Nyonya, untuk kembali kepada sesuatu?" "Tidak. Saya dibesarkan di Afrika Selatan. Saya datang kemari bersama suami saya belum begitu lama semuanya masih agak janggal bagi saya."? ?Dia memandang sekelilingnya tanpa antusias, pikir Poirot. Kamar ini berisikan perabotan yang bagus dan disusun menurut gaya tradisional tanpa nuansa pribadi. ?Pada dinding tergantung dua buah lukisan besar satu-satunya nuansa pribadi ?yang ada. Yang pertama adalah gambar seorang wanita yang berbibir tipis dan mengenakan pakaian malam dari bahan beludru kelabu. Menghadap padanya di dinding seberang, gambar seorang pria yang berusia sekitar tiga-puluhan, yang memberikan kesan seolah-olah dia sedang menekan kobaran semangatnya. "Saya pikir, anak Anda menganggap dusun ini menjemukan?" -?- ________" IfftWXN BACA*** f w "1AVA ABADI % "Ya. Baginya lebih baik tinggal di London. Dia tidak suka di sini." Tiba-tiba dia terhenti, kemudian kata-katanya yang berikut ini terasa seakan-akan harus dikeluarkannya dengan susah payah, "... dan dia tidak suka kepada saya." "Tidak mungkin." kata Hercule Foiroi dengan kesopanan orang dari Eropa Tengah. "Mungkin sekali! Yah, saya kira hal ini sering terjadi. Barangkali sulit bagi seorang gadis untuk menerima seorang ibu tiri." "Apakah anak Nyonya amat mrneintai ibunya sendiri?" "Saya kira begitu. Dia anak yang sulit. Saya kira umumnya gadis-gadis begitu semua." Poirot mrnarik napas dan berkata, "Ibu dan ayah sudah luntur wibawanya di hadapan anak gadis zaman sekarang. Tidak seperti di zaman kuno dulu." "Memang tidak." "Kita sudah tidak bisa menegur mereka, Nyonya, tetapi saya harus mengakui saya menyesal karena mereka tidak bisa membedakan siapa-siapa yang mereka pilih sebagai apa itu namanya pacar mereka?" ? ?"Norma membuat ayahnya amat kuatir dalam hal itu. Namun, saya pikir tidak ada gunanya mengeluh. Orang harus membuat eksperimennya sendiri. Nah, saya harus mengantarkan Anda naik ke tempat Paman Roddy kamarnya di atas." ?Dia mendahului keluar dari ruangan. Poirot menoleh kc belakang lewat bahunya. Kamar yang menjemukan, kamar tanpa kepribadian kecuali adanya dua buah ?lukisan itu. Melihat model pakaian wanitanya, Poirot menebak bahwa ini berasal dari masa beberapa tahun yang silam. Kalau itu Nyonya 50 Restarick yang pertama, pikir Poirot, dia tidak mungkin menyukainya. Kata Poirot, "Itu lukisan yang indah, Nyonya." "Ya. Lansberger yang melukisnya." Lansberger adalah nama seorang pelukis potret yang amat terkenal dan mahal Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo taripnya sekitar dua puluh tahun yang silam. Gaya naturalismenya yang terlalu cermat sekarang sudah ketinggalan zaman, dan semenjak kematiannya dia sudah dilupakan orang. Orang-orang yang menjadi model untuk lukisannya sering diejek sebagai "boneka busana", tetapi menurut hemat Poirot, mereka jauh lebih berarti daripada itu. Poirot mencurigai bahwa di balik eksistensi luarnya yang halus, yang dibuat Lansberger dengan demikian mudahnya, tersembunyi suatu bayangan yang sinis Kata Mary Restarick sementara ia menaiki anak tangga diikuti oleh Poirot, "Lukisan itu baru saja dikeluarkan dari gudang dan dibersihkan dan...."?Dia mendadak berhenti mematung, dengan satu tangannya memegang susuran anak ?tangga. Di atasnya sesosok tubuh baru saja membelok menuruni anak tangga. Sosok tubuh itu tampaknya janggal sekali dan tidak pada tempatnya. Kiranya ada seseorang yang mengenakan pakaian yang menyolok, seseorang yang sama sekali tidak serasi dengan rumah ini. Penampilan ini cukup dikenal oleh Poirot di tempat-tempat lain, penampilan yang sering dijumpainya di jalan-jalan di London, maupun di pesta-pesta. Seorang anak muda, wakil generasi masa kini. Dia mengenakan jaket hitam, dengan kemeja beludru yang aksi, celana ketat, dan rambutnya yang coklat lebat berombak menempel di 51 lehernya. Dia tampak eksotis bahkan agak cantik, dan orang membutuhkan sedikit waktu untuk bisa menentukan jenis kelaminnya. "David!" kata Mary Restarick dengan tajam. "Lagi apa kau di sini?" Pemuda itu sama sekali tidak keder. "Membuat kau kaget?" tanyanya. "Maaf ya." "Apa yang kaukerjakan di sini di rumah ini" Kau apakah kau kemari bersama ? ?Norma?" "Norma" Tidak. Malah aku berharap bisa bertemu dengannya di sini." "Bertemu dengannya di sini apa maksudmu" Dia kan di London." ?"Oh, tetapi dia tidak ada di sana, Sayang. Paling tidak, dia tidak ada di Wisma Borodcne nomor 67." "Apa maksudmudia tidak di sana?" "Yah, karena dia tidak kembali setelah akhir pekan yang lalu, aku pikir barangkali dia ada di sini bersama kalian. Aku kemari untuk menanyakan apa rencananya." "Dia meninggalkan tempat ini Minggu malam seperti biasanya." Nyonya Restarick melanjutkan dengan suara gusar, "Mengapa kau tidak memijat bel dan memberi tahu kami bahwa kau di sini" Apa yang kaukerjakan berkeliaran di dalam rumah?" "Aduh, Sayang, kau rupanya berpikir aku mau mencuri sendok garpu atau apa. Apa sih anehnya masuk ke dalam rumah di siang hari bolong begini" Kenapa tidak boleh?" "Karena kami masih kolot, dan kami tidak menyukai caramu ini." "Oh, tobat, tobat," David menarik napas. "Semua orang suka ribut. Nah, baiklah, Sayang, karena kedatanganku ini tidak diterima dengan baik dan kau 52 rupanya juga tidak tahu di mana anak titimu berada, aku kira sebaiknya aku pergi saja. Apakah aku perlu menunjukkan isi saku-sakuku sebelum keluar?" "Jangan keterlaluan, David." "Ayolah, kalau begitu." Pemuda itu melewati mereka, melambaikan tangannya dan terus menuruni anak tangga dan keluar lewat pintu depan yang terbuka. "Makhluk yang menjengkelkan," kata Mary Restarick dengan nada penuh kebencian yang mengejutkan Poirot. "Saya tidak dapat menoleransinya. Saya betul-betul tidak tahan melihatnya. Mengapa di Inggris ada begitu banyak manusia semacam itu sekarang?"-* "Ah, Nyonya, janganlah meresahkan diri sendiri. Semua ini hanyalah masalah mode. Mode itu selalu ada. Di luar kota kita ddak melihat begitu banyak, tetapi diLondon ada banyak sekali orangseperti dia." "Mengerikan," kata Mary. "Betul-betul mengerikan. Banci, eksotis." "Namun, tidak jauh bedanya dari lukisan Vandyke, bukankah demikian, Nyonya" Dengan bingkai emas, memakai kerah berenda, dan Anda tidak lagi akan menilainya seorang banci maupun eksotis." "Berani kemari seperti itu. Seandainya Andrew tahu, pasti dia marah. Dia sudah amat kuatir. Anak-anak perempuan bisa membawa banyak kekuati an Apalagi Andrew tidak pernah mengenal Norma dengan baik. Dia selalu berada di luar negeri semenjak Norma masih kecil. Dia menyerahkan Norma untuk dibesarkan ibunya sendiri, dan sekarang Norma merupakan teka-teki baginya. Juga bagi saya, dalam hal ini. Saya selalu merasa bahwa 53 Norma adalah gadis yang amat aneh. Mereka sekarang sudah sama sekali tidak bisa dikendalikan. Mereka malah menyukai pemuda-pemuda berandalan. Norma sudah betulbetul mabuk kepayang dengan si David Baker ini. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Andrew melarangnya kemari, tetapi lihatlah, dia datang kemari, masuk dengan santai seenaknya. Saya pikir saya hampir yakin, sebaiknya hal ini tidak saya ?ceritakan pada Andrew saja. Saya tidak ingin dia menjadi terlalu kuatir tanpa guna. Toh saya pikir di London Norma juga berpacaran dengan makhluk ini, dan bukan hanya dengan dia' saja. Masih ada mereka yang lebih mengerikan lagi. Yang*sama sekali tidak pernah mandi, tidak mencukur mukanya, dengan cambang yang aneh-aneh mencuat dari wajahnya dan pakaian-pakaian kumal." Poirot berkata dengan riang, "Wah, Nyonya, Anda tidak seharusnya membuat diri sendiri jengkel. Ketidakbijaksanaan orang-orang muda kan akan berlalu." "Saya harap demikian, semogalah. Norma gadis yang amat sulit. Terkadang saya pikir dia kurang waras. Dia begitu aneh. Terkadang betul-betul kelihatannya seperti tidak beres. Kebenciannya yang luar biasa terhadap...." "Kebencian?" "Dia membenci saya. Betul-betul memhenci saya. Saya tidak mengerti mengapa itu perlu. Barangkali dia amat menyayangi ibunya, tetapi jika ayahnya kawin lagi, bukankah itu suatu hal yang lumrah?" "Apakah Anda pikir dia betul-betul membenci Anda?" "Oh, saya yakin dia begitu. Saya punya bukti 54 cukup. Saya tidak bisa menggambarkan betapa leganya saya ketika dia pergi ke London. Saya tidak mau menimbulkan kesulitan...." Tiba-tiba dia berhenti. Seakanakan baru sekarang inilah dia menyadari bahwa dia sedang berbicara kepada seseorang yang belum dikenalnya. Poirot memang punya bakat untuk menjadi tumpahan perasaan orang lain. Seakanakan bila orang berbicara dengannya, mereka tidak merasa bahwa mereka sedang berbicara dengan orang yang asing. Nyonya Restarick tertawa singkat. "Wah," katanya, "saya tidak tahu mengapa saya menceritakan semua ini kepada Anda. Saya kira setiap keluarga mempunyai masalah-masalah demikian. Kasihan kami, para ibu tiri, kami selalu jadi sasaran. Nah, kita sudah tiba." Dia mengetuk sebuah pintu. "Masuk, masuk." Suara yang terdengar itu keras dan berwibawa. "Ada tamu di sini yang ingin bertemu, Paman," kaia Mary Restarick sambil masuk ke dalam kamar itu. Poirot mengikutinya. Seorang tua yang berdada bidang, berwajah persegi, dengan pipi kemerahan dan tampang berang, sedang mondar-mandir di ruangan itu. Dia terhuyung-huyung ke depan menerima mereka. Pada meja di belakangnya seorang gadis sedang menyortir surat dan kertas-kertas. Kepalanya menunduk memandangi pekerjaannya kepala ?yang hitam mengkilat. "Ini Tuan Poirot, Paman Roddy," kata Mary Restarick. Poirot maju dengan gerakan dan kata-kata yang luwes. "Ah, Sir Roderick, sudah lama sekali lama ?55 sekali sejak saya berjumpa dengan Anda. Kita harus kembali lagi ke masa perang yang terakhir. Saya kira, terakhir kalinya kita bertemu adalah di Normandia. Masih terbayang jelas di benak saya, di sana juga ada Kolonel Race dan Jenderal Abercromby dan Marsekal Udara Sir Edmund Collingsby. Alangkah berartinya keputusan-keputusan yang harus kita buat! Dan alangkah banyaknya kesulitan yang kita hadapi dalam menjaga rahasia. Ah, sekarang sudah tidak perlu lagi menyembunyikan rahasia. Saya teringat sewaktu agen rahasia yang telah beroperasi lama itu terbuka kedoknya ingatkah Anda, Kapten Henderson." ?"Ah. Betul, Kapten Henderson. Ya Tuhan, keparat itu! Kedoknya terbuka!" "Barangkali Anda sudah tidak mengingat saya lagi, Hercule Poirot." "Ya, ya, tentu saja saya mengingat Anda. Ah, dulu kita nyaris kena, nyaris. Anda adalah wakil dari Prancis, bukan" Ada satu atau dua orang dari Prancis, yang satu tidak cocok dengan saya ddak ingat namanya sekarang. Nah, mari duduk. ?Berbincang-bincang mengenai masa lampau memang mengasyikkan." "Saya tadinya kuaur Anda mungkin telah lupa kepada saya dan rekan saya, Tuan Giraud." "Ya, ya, tentu saja saya ingat Anda berdua. Ah, itu adalah masa yang menyenangkan, betul-betul masa yang menyenangkan." Gadis di meja itu berdiri, dia membawakan sebuah kursi untuk Poirot dengan sopan. "Bagus, Sonia, bagus," kata Sir Roderick. "Mari saya perkenalkan Anda," katanya, "kepada sekretaris kecil saya yang menawan ini. Sangat berarti bagi 56 saya. Membantu saya, Anda tahu"mengarsip semua pekerjaan saya. Entah bagaimana kalau tidak ada dia." " Poirot membungkuk dengan hormat. "Senang sekali, berkenalan dengan Anda, Nona," gumamnya. Gadis itu membalas menggumamkan sesuatu. Tubuhnya kecil, dengan rambut hitam yang dipangkas pendek. Dia tampaknya malu-malu. Matanya yang biru tua biasanya memandang ke bawah, tetapi dia tersenyum dengan manis dan malu-malu kepada majikannya. Sir Roderick menepuk-nepuk bahunya. "Entah apa yang bisa saya kerjakan tanpa dia," katanya. "Betul-betul saya tidak tahu." "Ah, tidak," gadis itu membantah. "Saya sebetulnya tidak sehebat itu. Saya tidak bisa mengetik dengan cepat." "Kau mengetik cukup cepat, Sayang. Kau juga berfungsi sebagai ingatanku. Mataku dan telingaku, dan banyak lagi hal lainnya." Gadis itu tersenyum lagi kepadanya. "Saya teringat," gumam Poirot, "beberapa kisah menarik yang dulu sering dibicarakan. Saya ddak tahu apakah kisah-kisah tersebut sebetulnya dibesarbesarkan atau ddak. Nah, sebagai contoh, suatu hari seseorang mencuri mobil Anda dan...." Poirot melanjutkan ceritanya. * ^-^^ Sir Roderick amat gembira. "Ha-ha, tentu saja. Ya, betul, memang dibesarbesarkan sedikit* tetapi secara keseluruhan memang demikianlah kejadiannya. Ya, ya, ah, heran Anda masih mengingatnya setelah lewat demikian lamanya. Tetapi sekarang saya punya kisah yang lebih bagus." Maka mulailah dia bercerita tentang kisah yang lain. 57 Poirot mendengarkan, kemudian memberikan tepuk tangan. Akhirnya dia melirik jam tangannya dan bangkit dari duduknya. "Tetapi saya tidak boleh mengganggu Anda lebih lama lagi," katanya. "Saya lihat Anda sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang penting. Hanya karena saya kebetulan berada di daerah ini, maka saya ingin menyampaikan hormat saya. Tahun-tahun telah berlalu, tetapi Anda, saya lihat, tidak kehilangan semangat Anda, ataupun kesukaan Anda akan hidup." "Nah, ya, barangkali Anda boleh berkata demikian. Hanya Anda jangan terlalu banyak memuji saya nah, Anda harus tinggal untuk minum teh. Saya merasa yakin?Mary akan membawakan teh untuk Anda." Dia memandang ke sekelilingnya. "Oh, dia sudah, pergi. Anak baik itu." "Ya, memang, dan amat cantik pula. Tentunya dia merupakan penghibur besar bagi Anda selama bertahun-tahun." "Oh! Mereka baru saja menikah. Dia istri kedua kemenakan saya. Saya akan berterus terang kepada Anda. Saya tidak pernah menyukai kemenakan saya ini* si Andrew anak yang tidak stabil. Selalu resah. Abangnya, Simon adalah kesayangan ?saya. Meskipun saya juga tidak mengenalnya begitu baik. Sedangkan Andrew, dia memperlakukan istri pertamanya dengan sangat buruk. Meninggalkannya, Anda tahu" Ditelantarkan begitu saja. Lalu berkumpul dengan seorang perempuan yang tidak baik. Semua orang mengetahui mengenai perempuan ini. Tetapi Andrew amat terpikat olehnya. Hubungan ini buyar setelah satu dua tahun; anak bodoh. Gadis ini yang dinikahinya, kelihatannya cukup bajk. Sepan-58 jang pengetahuan saya, tidak ada riwayat jelek mengenai dirinya. Kalau Simon, dia orang yang stabil namun amat membosankan. Sebetulnya saya kurang setuju ketika saudara perempuan saya kawin dengan keluarga ini. Dengan keluarga pedagang. Kaya, tentu saja, tetapi uang bukanlah segalanya biasanya kami ?kawin dengan keluarga militer. Saya jarang bertemu dengan marga Restarick lainnya." "Saya dengar mereka mempunyai seorang anak perempuan. Salah seorang teman saya berjumpa dengannya minggu yang lalu." "Oh, Norma, gadis yang tolol. Berkeliaran dengan pakaian yang tidak keruan dan bergabung dengan seorang pemuda yang menakutkan. Ah, sudahlah, sekarang ini mereka semuanya sudah serupa. Pemuda-pemuda berambut gondrong, berandal, Beatles, mereka punya macam-macam sebutan. Saya sudah tidak bisa mengingat semuanya. Praktis berbicara dengan bahasa yang asing. Tetapi bagaimanapun juga, tidak ada orang yang peduli atau mau mendengarkan kritikan seorang yang tua, jadi, yah, begitulah. Bahkan Mary yang saya anggap tadinya cukup berakal dan ?genah, bisa menjadi sama sekali histeris mengenai hal-hal tertentu terutama ?bila menyangkut kesehatannya. Ribut-ribut mengenai masuk ke rumah sakit untuk diobservasi atau apa. Maukah Anda minum" Wiski" Tidak" Betulkah Anda tidak mau tinggal sebentar lagi dan minum teh?" "Terima kasih, tetapi saya bersama teman." "Nah, harus saya akui bahwa saya amat menikmati percakapan ini. Senang mengingat kejadian-kejadian masa lampau. Sonia sayang, barangkali kau bisa mengantarkan Tuan maaf,?59 siapa nama Anda, saya lupa lagi - ah, ya, Poirot. Antarkan beliau ke Mary, ?ya?" "Tidak, tidak," Hercule Poirot cepat-cepat menolak tawaran ini. "Saya tidak mau mengganggu Nyonya lagi. Saya tahu jalan. Saya bisa keluar sendiri. Saya gembira sekali dapat bertemu dengan Anda kembali." Poirot meninggalkan ruangan. "Aku sama sekali ddak tahu siapa gerangan manusia ini," kata Sir Roderick setelah Poirot keluar. "Anda ddak tahu dia siapa?" Sonia bertanya, memandangnya dengan terkejut. "Terus terang saja separuh dari orang-orang yang muncul dan berbicara dengan aku sekarang sudah tidak bisa kukenali lagi. Tentu saja, aku harus bisa menebak apa yang harus kukatakan. Keahlian ini bisa dipelajari sampai mahir. Sama seperti kalau hadir di pesta-pesta. Tiba-tiba muncullah seseorang yang berkata, 'Barangkali Anda tidak mengingat saya. Saya terakhir bertemu dengan Anda tahun 1939.' Aku harus mengatakan. 'Oh, tentu saja saya ingat,' tetapi sebetulnya tidak. Jika seseorang sudah hampir buta dan tuli, itu adalah suatu halangan baginya. Menjelang berakhirnya peperangan kami berteman. dengan banyak sekali bangsa katak semacam itu. Separuh dari mereka sudah tidak kuingat lagi. Oh, si Poirot ini memang pernah berada di sana. Dia mengenalku dan aku mengenal banyak dari orang-orang yang diceritakannya. Cerita mengenai mobil curian dan aku itu, memang benar. Tentu saja sudah agak dibesar-besarkan; pada waktu itu mereka telah menambah-nambahinya. Nah, sudahlah, aku kira dia ddak tahu bahwa aku tidak mengingatnya. Orang yang pandai, kalau aku nilai, 60 tetapi bangsa katak juga, bukan" Kautahu, banyak bicara, suka berdansa, sopan santun, dan kikir. Nah, sekarang, tadi kita sampai di mana?" Sonia mengambil sehelai surat dan menyerahkannya kepada majikannya. Dia menawarkan sepasang kaca mata dengan ragu-ragu, yang mana segera ditolak Sir .Roderick. "Tidak butuh barang celaka ini aku bisa melihat." Disipitkannya matanya dan ?dipaksakannya membaca surat yang dipegangnya itu. Akhirnya dia menyerah dan mengembalikan surat tersebut kepada gadis itu. "Nah, sebaiknya kau saja yang membacakannya untukku." Sonia mulai membacanya dengan suaranya yang lembut dan jernih. 61 BAB LIMA Hercule Poirot berdiri sebentar di lantai itu. Kepalanya dimiringkannya untuk mendengarkan dengan lebih saksama. Dia tidak menangkap suara apa-apa dari lantai bawah. Dia menghampiri jendela dan memandang keluar. Mary Restarick ada di bawah, di teras, meneruskan kegiatan berkebunnya. Poirot menganggukkan kepalanya dengan puas. Dia berjalan perlahan-lahan sepanjang lorong lantai ini. Dibukanya satu per satu pintu-pintu yang ada secara bergantian. Yang satu adalah kamar mandi, yang satu tempat menyimpan seprai, sebuah kamar tidur ekstra untuk satu orang dengan ranjang yang besar, sebuah kamar tidur wanita dengan ranjang besar (kamar Mary Restarick"). Pintu berikutnya adalah pintu kamar yang bersebelahan, dan Poirot mengira ini tentunya kamar Andrew Restarick. Dia berpaling ke sisi yang lain di lantai ini. Pintu pertama yang dibukanya adalah kamar tidur untuk satu orang. Menurut hematnya, kamar ini sekarang tidak dipakai, tetapi mungkin Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kamar ini dipakai pada akhir-akhir pekan. Di atas meja rias ada sikat-sikat cukur. Dia memasang telinganya, lalu berjingkat-jingkat masuk. Dibukanya lemari pakaiannya. Ya, ada beberapa potong pakaian yang tergantung di sini. Pakaian dusun. 62 Ada sebuah meja tulis, tetapi tidak ada apa-apa di atasnya. Dibukanya laci-laci meja itu dengan perlahan-lahan. Ada beberapa barang kecil-kecil, satu dua helai surat, tetapi surat-surat ini isinya sepele dan bertanggal agak lama berselang. Ditutupnya laci-laci meja itu. Dia menuruni anak tangga, dan keluar dari rumah itu sambil mengucapkan selamat tinggal kepada nyonya rumahnya. Dia menolak tawaran untuk minum teh. Katanya dia telah berjanji kembali ke rumah temannya karena dia harus naik kereta api ke kota tidak lama setelah itu. "Tidakkah Anda mau naik taksi" Kami bisa memanggilkannya. Atau saya dapat mengantarkan Anda dengan mobil." "Tidak, tidak, Nyonya. Anda terlalu baik." Poirot berjalan kaki kembali ke dusun dan membelok ke suatu jalan kecil di samping gereja. Dia menyeberangi sebuah jembatan kecil yang membentang di atas sebuah kali. Tak lama kemudian sampailah dia ke tempat di mana sebuah mobil besar dengan pengemudinya sedang menunggu secara tidak menyolok di bawah sebatang pohon beech. Si pengemudi membukakan pintu mobil, Poirot masuk, duduk, dan membuka sepatu kulitnya sambil menghembuskan napas lega. "Sekarang kita kembali ke London," katanya. Si pengemudi menutup pintunya, kembali kc tempat duduknya sendiri, dan mobil itu meluncur dari tempat parkirnya dengan suara yang halus. Melihat seorang pemuda di pinggir jalan yang mencari tumpangan bukanlah pemandangan yang luar biasa. Mata Poirot memandang sekilas dengan kurang perhatian kepada sesama jenis kelaminnya, seorang pemuda dengan pakaian menyala dan 63 rambut panjang yang eksotis. Ada banyak pemuda semacam ini, tetapi ketika mobilnya berpapasan dengan yang seorang ini, Poirot tiba-tiba duduk tegak dan berbicara kepada pengemudinya. "Tolong berhenti. Ya, kalau Anda bisa mundur sedikit.... Ada orang yang mencari tumpangan." Si pengemudi memandang Poirot lewat bahunya dengan setengah tidak percaya. Ini sesuatu yang sama sekali tidak diduganya. Namun Poirot menganggukkan kepalanya dengan perlahan, maka ia menurut. Pemuda yang bernama David itu menghampiri pintu. "Saya kira Anda tidak mau berhenti untuk saya," katanya riang. "Terima kasih banyak." Dia naik, menurunkan sebuah tas kecil dari bahunya yang dibiarkannya meluncur ke lantai mobil, lalu mengusap rambutnya yang coklat. "Jadi Anda mengenali saya," katanya. "Cara berpakaian Anda menyolok." "Oh, Anda anggap begitu" Sebetulnya tidak. Saya hanyalah salah satu dari satu golongan manusia." "Golongan Vandyke. Cara berpakaian yang bergaya." "Oh, saya tidak pernah melihatnya dari sudut itu. Ya, barangkali apa yang Anda katakan benar juga." "Anda seharusnya mengenakan topi seorang satria bangsawan," kata Poirot, "dan baju dengan kerah berenda, kalau boleh saya beri usul." "Oh, saya pikir kami tidak akan berbuat sejauh itu." Pemuda itu tertawa. "Betapa bencinya Nyonya Restarick melihat tampang saya saja. Sebenarnya saya pun membencinya juga. Dan saya juga tidak menyukai Restarick. Ada sesuatu yang membuat 64 orang-orang kaya yang berhasil itu amat tidak menarik. Bagaimana menurut Anda?" "Tergantung bagaimana Anda melihatnya. Namun Anda menaruh perhatian kepada putrinya, saya dengar." "Alangkah bagusnya istilah itu," kata David. "Menaruh perhatian kepada putrinya. Barangkali bisa dikatakan demikian. Tetapi yah, jiJlj!-JiflyA.ah. Putrinya juga menaruh perhatian kepada saya." "Di manakah Nona itu sekarang?" David memalingkan wajahnya dengan agak garang. "Mengapa Anda bertanya?" "Saya ingin bertemu dengannya." Dia mengangkat bahunya. "Saya kira dia bukanlah tipe Anda, sama halnya seperti saya. Norma ada di London." "Tetapi Anda mengatakan kepada ibu tirinya...." "Oh! Kepada ibu-ibu tiri kami tidak melaporkan semuanya." "Dan di manakah dia di London?" "Dia bekerja di biro penata ruangan di King's Road di daerah Chelsea. Tidak ingat namanya sael ini. Kalau tidak salah, Susan Phelps." "Tetapi dia tidak tinggal di sana, saya kira. Anda mempunyai alamatnya?" "Oh, ya, sebuah blok pelak tinggal yang besar. Saya tidak mengerti mengapa Anda menaruh perhatian." "Manusia menaruh perhatian kepada banyak hal." "Maksud Anda?" "Mengapa Anda dalang kc rumah itu (apa namanya" Crosshedges) hari ini" ? ?Yang menyebab 65 kan Anda sampai masuk dengan diam-diam dan naik ke loteng?" "Saya akui, saya masuk dari pintu belakang." "Apa yang Anda cari di atas?" "Itu urusan saya. Saya tidak mau bersikap tidak sopan tetapi apakah Anda ?tidak kelewat ingin tahu?" "Ya. Saya memang menunjukkan rasa ingin tahu saya. Saya ingin tahu di manakah sebetulnya gadis ini." "Oh, begitu. Jadi Andrew dan Mary tersayang persetan dengan mereka telah ? ?membayar Anda, apakah demikian" Mereka berusaha mencarinya?" "Sampai kini," kata Poirot, "saya pikir mereka tidak tahu kalau dia menghilang." "Pasti ada orang yang telah membayar Anda." "Anda amat cerdas," kata Poirot. Dia bersandar lagi. "Apa gerangan yang Anda maui?" kata David. "Itulah sebabnya saya melambaikan tangan tadi. Saya berharap Anda akan berhenti dan menjelaskannya kepada saya. Norma pacar saya. Anda mengetahuinya, saya kira?" "Saya kira begitulah kesannya," kata Poirot hati-hati. "Jika betul, Anda seharusnya tahu di manakah dia. Tidakkah demikian, Tuan maafkan, saya kira ?saya belum mengenal nama Anda selain David." "Baker." "Barangkali, Tuan Baker, kalian telah bertengkar?" "Tidak, kami tidak bertengkar. Mengapa Anda berpikir ke sana?" 66 "Nona Norma Restarick meninggalkan Crosshedges pada hari Minggu malam ataukah Senin pagi?" "Tergantung. Ada bus pagi yang bisa dia tumpangi juga. Dia akan sampai di London pukul sepuluh lebih sedikit. Tentunya dia akan terlambat masuk kerja, tetapi hanya terlambat sedikit. Biasanya dia pulang hari Minggu malam." "Dia meninggalkan tempat ini hari Minggu malam, tetapi tidak tiba di Wisma Borodene." "Begitulah kenyataannya. Kata Claudia." "Nona Reece-Holland ini itu kan namanya" apakah dia heran atau kuatir?" ? ?"Astaga, tentu saja tidak, mengapa harus heran atau kuatir" Mereka tidak selalu memberikan laporan satu sama lain, gadis-gadis itu." "Tetapi Anda pikir Nona Restarick seharusnya sudah kembali ke sana?" "Dia juga tidak muncul di tempat kerjanya. Majikannya sudah jengkel, itu dapat saya beri tahukan pada Anda." "Apakah Anda sendiri kuatir, Tuan Baker?" "Tidak. Tentu saja maksud saya, ah, persetan, saya sendiri tidak tahu. Saya ?tidak punya alasan untuk kuatir, hanya saja ini sudah lewat beberapa hari. Sekarang hari apa Kamis?" ?"Dia tidak bertengkar dengan Anda?" "Tidak. Kami tidak bertengkar." "Tetapi Anda menguatirkannya, Tuan Baker?" "Apa sih hubungannya dengan Anda?" "Tidak ada hubungannya dengan saya, tetapi saya dengar di rumahnya ada sedikit masalah. Dia tidak menyukai ibu cirinya." "Itu sikap yang tepat pula. Wanita itu brengsek. 67 Kerasnya seperti batu. Dia juga tidak menyukai Norma." "Dia pernah sakit, bukan" Harus masuk rumah sakit?" "Siapa yang Anda bicarakan Norma?" ?"Tidak, saya tidak membicarakan Nona Restarick. Saya membicarakan Nyonya Restarick." "Saya dengar dia memang pernah menjalani perawatan. Sebetulnya tidak ada alasannya. Dia kuat seperti kuda, menurut hemat saya." "Dan Nona Restarick membenci ibu drinya." "Terkadang memang Norma sedikit tidak beres. Anda tahu, kan, terlalu ekstrem. Gadis-gadis selalu membenci ibu tiri mereka." "Dan apakah itu selalu mengakibatkan ibu tiri mereka jatuh sakit" Cukup parah sehingga harus dimasukkan rumah sakit?" "Percakapan Anda ini menjurus ke mana?" "Barangkali berkebun atau pemakaian obat hama." ?"Apa yang Anda maksudkan dengan obat hama" Apakah Anda menduga bahwa Norma ?bahwa dia berpikiran akan bahwa...." ?"Orang-orang membicarakannya," kata Poirot. "Desas-desus demikian tersebar di sekitar sini." "Maksud Anda ada orang yang mengatakan Norma mencoba meracuni ibu drinya" Itu sama sekali tidak masuk akal. Sama sekali omong kosong." "Memang hal ini kecil sekali kemungkinannya, saya setuju," kata Poirot. "Yang sebenarnya, bukan itu yang dikatakan orang-orang." "Oh. Maaf. Saya yang salah mengerti. Jadi apa maksud Anda?" "Anak muda," kata Poirot, "Anda tentunya 68 mengetahui bahwa ada desas-desus yang tersebar, dan desas-desus itu kebanyakan selalu menyangkut satu orang yang sama yaitu si suami." ? "Apa" Andrew si tua itu" Sangat tidak mungkin menurut saya." "Ya. Ya. Menurut saya pun kecil sekali kemungkinannya." "Nah, kalau begitu Anda ke sana untuk apa" Anda seorang detektif, bukan?" "Ya." "Nah, jadi?" "Pokok pembicaraan kita tidak akan bertemu," kata Poirot. "Saya tidak ke sana sehubungan dengan kecurigaan atau kemungkinan adanya kasus peracunan. Anda harus memaafkan saya jika saya tidak dapat menjawab pertanyaan Anda. Semuanya ini bersifat amat rahasia, Anda mengerti?" "Demi Tuhan, apa yang Anda maksudkan dengan kata-kata itu?" "Saya ke sana," kata Poirot, "untuk mengunjungi Sir Roderick Horsefield." "Apa, si kakek tua itu" Dia praktis sudah tidak waras, bukan?" "Dia seorang laki-laki," kata Poirot, "yang banyak mempunyai simpanan rahasia. Saya tidak mengatakan bahwa sekarang ini dia masih aktif dalam hal-hal demikian, tetapi pengetahuannya luas. Dia punya hubungan erat dengan banyak hal penting semasa perang yang terakhir. Dia mengenal beberapa orang penting." "Itu kan sudah lewat bertahun-tahun yang lalu." "Ya, ya, peranannya sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu. Tetapi tidakkah Anda sadari bahwa 69 ada hal-hal tertentu yang bermanfaat untuk diketahui?" "Hal-hal macam apa?" "Raut-raut muka," kata Poirot. "Suatu raut muka yang Anda kenal barangkali, yang mana mungkin dikenali oleh Sir Roderick. Raut muka, atau sikap tertentu, cara seseorang berbicara, cara seseorang berjalan, gerakannya. Orang mempunyai ingatan^ lho. Orang-orang tua. Mereka mengingat, bukan hal-hal yang baru terjadi minggu yang lalu atau bulan yang lalu, tetapi umpamanya, hal-hal yang terjadi dua puluh tahun yang lalu. Dan mereka mungkin mengingat seseorang yang tidak menghendaki dirinya diingat. Dan mereka bisa memberi keterangan tertentu mengenai seorang pria atau wanita tertentu atau kejadian tertentu di mana mereka terlibat saya hanya berbicara secara garis besarnya saja, Anda mengerti" Saya?mendatangi dia untuk minta keterangan." "Anda mendatangi dia untuk minta keterangan, heh" Si tua bangka yang sudah tidak waras lagi itu" Dan apakah dia bisa memberikan keterangan yang Anda minta?" "Katakan sajalah, bahwa saya cukup puas." David masih terus menatapnya. "Saya sekarang mulai berpikir," katanya, "apakah Anda kc sana untuk menemui si tua bangka itu atau untuk menemui gadis kecil itu, hah" Apakah Anda ingin tahu apa yang dikerjakan gadis itu di dalam rumah tersebut" Saya sendiri pun pernah memikirkannya sekali dua kali. Apakah Anda pikir dia bekerja di sana untuk menggali sedikit informasi kuno dari si tua bangka itu?" "Saya kira," kata Poirot, "tidak ada gunanya kita 70 membahas masalah ini. Dia bagaimana saya harus membahasakannya sekretaris" ? ? tampaknya sangat setia dan penuh perhatian." ? "Dia adalah gabungan antara perawat, sekretaris, pendamping, pelayan, dan pembantu bagi seorang paman. Nah, orang dapat menyebutnya dengan banyak nama, bukan" Dan si tua bangka itu amat sayang padanya. Tidakkah Anda melihat itu?" "Karena keadaan, hal tersebut tidaklah luar biasa," kata Poirot dengan kaku. "Saya dapat menunjukkan siapa orangnya yang tidak menyukai gadis ini, dan dia adalah Mary kita." "Dan barangkali dia pun tidak menyukai Mary Restarick." "Jadi, itu pendapat Anda?" kata David. "Bahwa Sonia tidak menyukai Mary Restarick. Barangkali Anda berpikir lebih jauh bahwa dia mungkin pernah menanyakan di mana obat hama itu disimpan" Bah," tambahnya, "semuanya tidak masuk akal. Oke, terima kasih untuk tumpangan ini. Saya pikir saya turun di sini saja." "Aha. Apakah memang tempat ini yang ingin Anda datangi" Kita masih kurang tujuh mil lagi dari. London." "Saya turun di sini saja. Mari, Tuan Poirot." "Mari." Poirot menyandarkan dirinya lagi di tempat duduknya sementara David membanting pintu. 2 Nyonya Oliver mondar-mandir di kamar tamunya. Dia amat gelisah. Sejam yang lalu dia telah membungkus manuskrip ceritanya yang baru saja dikoreksinya. Dia akan mengirimkannya kepada 71 penerbit yang sedang menunggunya dengan tidak sabaran dan terus-menerus mendesaknya setiap tiga atau empat hari. "Nah, ini," kata Nyonya Oliver, berbicara kepada ruangan yang kosong dan membayangkan kehadiran penerbitnya. "Ini, dan saya harap Anda menyukainya! Saya tidak. Saya pikir ini tidak bermutu! Saya pikir Anda tidak bisa membedakan mana tulisan saya yang baik dan yang buruk. Pokoknya, saya telah memperingatkan Anda. Saya telah mengatakan bahwa ini jelek. Tetapi Anda-berkata. 'Oh! Tidak, tidak, saya sama sekali tidak percaya.' "Buktikan saja," kata Nyonya Oliver dengan geram. "Buktikan sendiri." Dia membuka pintu, memanggil pembantunya Edith, memberikan bungkusan itu kepadanya dan menyuruhnya segera membawanya ke kantor pos. "Dan sekarang," kata Nyonya Oliver, "apa yang akan aku buat dengan diriku sendiri?" Dia mu i mondar-mandir lagi. "Ya," pikir Nyonya Oliver. "Aku merindukan burungburung tropisku dan mengharapkan mereka kembali berada di dindingku daripada pohon-pohon cherry konyol ini. Tadinya aku selalu merasa seolah-olah aku adalah penghuni hutan tropis. Seekor singa, atau harimau, atau harimau kumbang, atau cheetah! Perasaan apa yang dapat aku peroleh di tengah-tengah kebun cherry ini kecuali merasa seperti orang-orangan?" Dia memandang sekelilingnya lagi. "Bersiul seperti burung, itulah yang seharusnya aku lakukan," katanya murung. "Memakan cherry... moga-moga saja ini musim cherry. Aku ingin makan cherry. Aku jadi bertanya-tanya sendiri...." Dia menghampiri pesawat teleponnya. "Akan saya periksa dulu, 72 Nyonya," kata suara George menjawab pertanyaannya. Tak lama kemudian suara lain yang berbicara. "Hercule Poirot, siap menerima perintah, Nyonya," katanya. "Anda ke mana saja?" kata Nyonya Oliver. "Anda pergi sepanjang hari. Saya pikir Anda tentunya mengunjungi keluarga Restarick. Betulkah" Apakah Anda bertemu dengan Sir Roderick" Apa yang bisa Anda peroleh?" "Tidak ada," kata Hercule Poirot. "Alangkah menjemukan," kata Nyonya Oliver. "Tidak, saya pikir tidak terlalu menjemukan. Malah agak mengherankan karena saya Gadis Ketiga Third Girl Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak berhasil menemukan apa-apa." "Mengapa begitu mengherankan" Saya tidak mengerti." "Karena," kata Poirot, "itu berarti, entah memang tidak ada yang bisa ditemukan dan itu tidak sesuai dengan kenyataannya; atau ada sesuatu yang telah ?disembunyikan dengan begitu cermatnya. Ini menarik. Omong-omong, Nyonya Restarick tidak mengetahui bahwa anak gadisnya hilang." "Maksud Anda dia tidak ada hubungannya dengan menghilangnya gadis ini?" ?"Begitulah kesannya. Saya bertemu si pemuda di sana." "Maksud Anda pemuda yang tidak memuaskan yang tidak disukai siapa pun?" "Tepat. Pemuda yang tidak memuaskan itu." "Menurut hemat Anda, apakah dia memang-tidak memuaskan?" "Dari pandangan siapa?" "Tidak dari pandangan-^^^uaya.^^ ^ i " JAYA ABADI " "Gadis yang datang ke rumah saya pasti sangat sesuai dengan pemuda itu." "Apakah penampilannya begitu mengerikan?" "Dia amat cantik," kata Hercule Poirot." "Cantik?" tanya Nyonya Oliver. "Saya kira saya tidak akan menyukai pemuda yang cantik." "Gadis-gadis menyukainya," kata Poirot. "Ya, Anda betul. Mereka menyukai pemuda-pemuda yang cantik. Maksud saya bukan pemuda-pemuda yang tampan, atau pemuda-pemuda yang intelek, atau rapi, atau bersih. Maksud saya mereka menyukai pemuda-pemuda yang kelihatannya seperti akan memainkan komedi abad pertengahan, atau pemuda-pemuda yang kotor yang kelihatannya seperti mau mengambil alih peranan seorang gelandangan." "Rupanya dia pun tidak mengetahui di mana gadis ini sekarang...." "Atau dia tidak mau mengakuinya." "Barangkali. Dia telah mendatangi rumah itu. Mengapa" Dia malah sudah berada di dalam rumah. Dia sudah mengambil langkah-langkah untuk masuk tanpa dilihat orang. Lagi-lagi untuk apa" Untuk alasan apa" Apakah dia mencari si gadis" Ataukah dia mencari sesuatu yang lain?" "Anda kira dia ke sana mencari sesuatu?" "Dia mencari sesuatu di kamar si gadis," kata Poirot. "'Dari mana Anda tahu" Apakah Anda melihatnya di sana?" "Tidak. Saya hanya melihatnya menuruni tangga, tetapi saya menemukan segumpal tanah lumpur yang lembab di kamar Norma yang mungkin berasal dari sepatu pemuda itu. Juga boleh jadi Norma 74 sendiri yang memintanya mengambilkan sesuatu dari kamarnya ada banyak ?kemungkinan. Di rumah itu ada seorang gadis yang lain yang cantik ? ?Barangkali pemuda ini ke sana untuk menemuinya. Ya banyak kemungkinan." ?"Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?" desak Nyonya Oliver. "Tidak ada," kata Poirot. "Itu menjemukan sekali," kata Nyonya Oliver tidak setuju. "Barangkali nanti saya akan mendapat sedikit informasi dari mereka yang telah saya gaji untuk mencarikannya; meskipun juga ada kemungkinan saya tidak akan mendapat apa-apa." "Tetapi apakah Anda tidak akan berbuat sesuatu?" "Tidak, sebelum saat yang tepat," kata Poirot. "Kalau begitu, saya yang akan berbuat sesuatu," kata Nyonya Oliver. "Saya mohon, berhati-hatilah." "Omong kosong! Apa yang bisa menimpa saya?" "Di mana ada pembunuhan, apa pun bisa terjadi. Saya telah memperingatkan Anda. Saya, Poirot." 75 BAB ENAM Tuan Goby duduk di kursi. Perawakannya kecil dan begitu tidak menyoloknya, seakan-akan kehadirannya sama sekali tidak dirasakan orang. Dia memandang kaki meja berbentuk cakar yang antik itu dengan saksama, dan mengarahkan kata-katanya kepada benda itu. Dia tidak pernah memandang lawan bicaranya secara langsung. "Senang sekali Anda telah menyediakan nama-nama itu untuk saya, Tuan Poirot," katanya. "Kalau tidak, Anda tahu, akan makan waktu lama. Sekarang ini, saya telah memperoleh fakta pokoknya dan sedikit gossip sampingan.... Itu selalu ?berguna. Saya mulai saja dari Wisma Borodene, baik?" Poirot menganggukkan kepalanya dengan ramah. "Ada banyak portir," Tuan Goby berbicara kepada lonceng di atas tempat perapian. "Saya mulai dari sana, memakai dua orang. Memang agak mahal, tetapi bermanfaat. Saya tidak mau ada orang yang berpikir kami sedang mengorek keterangan! Apakah Si Dungu 4 Dewa Arak 66 Pembunuh Gelap Jurus Tanpa Bentuk 13