layar monitor, melewati jarak bermiliar-miliar kilometer yang memisahkan Bumi
dari planet asalku. Lirem-Arrepoth-Terrouss. Ia ketua dewan. Veteran perang yang telah mengalami begitu banyak pertempuran,
sehingga tak bisa kuhitung. Kemunculannya yang mendadak di layar monitor nyaris
membuyarkan konsentrasiku.
Tapi aku terlalu takjub sehingga tak sempat merasa gentar.
Elfangor melanggar hukum kita dan memberikan teknologi Andalite kepada manusia">
senjata.> Lirem menatapku dengan pandangan yang sanggup membuat pangeran terkenal pun
ketar-ketir.
lantang.
dianggapnya benar.> Di luar dugaanku, Lirem tidak menyuruhku diam. Tapi sorot matanya meredup, dan
roman mukanya semakin serius. Kemudian ia berkata,
teknologi kepada spesies yang lemah dan terbelakang. Dia melakukannya agar
mereka juga bisa mendatangi bintang-bintang. Kautahu siapa Andalite itu" >
Sejenak kami berdua terdiam. Kemudian Lirem kembali bicara.
yang tanpa akhir ini. Aku enggan memberitahu mereka bahwa Elfangor, menjelang
akhir hayatnya, telah melanggar hukum. Tidak ada kata maaf bagi pangeran yang
melanggar hukum. Lain halnya dengan para aristh. Jadi, aku minta kau berpikir
sekali lagi. Betulkah Elfangor yang memberikan teknologi itu kepada para
manusia"> Rasanya aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Lirem minta aku berbohong.
Ia ingin membersihkan nama Elfangor.
kemauan Lirem.
asalku"
membantu bangsa pemberani seperti Hork-Bajir melawan Yeerk. Aku pernah menjadi
penasihat bangsa Hork-Bajir. Mereka sekutu kita, tapi mereka bukan Andalite.
Mereka bukan bangsa kita.>
Mata Lirem menyorot dingin.
berikan informasi dan teknologi kepada kaum manusia. Kau mengerti perintahku,
aristh Aximili">
kau memang berdarah pahlawan seperti kakakmu, kau akan membawa kehormatan bagi
keluargamu.> Tiba-tiba terdengar suara lain dalam kepalaku, sayup-sayup, seakan-akan berasal
dari tempat yang jauh sekali.
Tapi pada saat yang sama, Lirem berkata,
Chapter 16
Rasanya sulit dipercaya bahwa aku benar-benar bicara dengannya.
Pertanyaan yang kutakuti ternyata datang begitu cepat. Aku nyaris kehilangan
kontak. Aku ingin sekali melihat wajah ayahku dan mendengar suaranya. Tapi
secara bersamaan, aku tidak sampai hati memberitahunya bahwa putra sulungnya
telah gugur. Lalu masih ada satu hal lagi yang enggan kuceritakan padanya.
Ayahku tersentak. Aku memalingkan wajah. Sampai sekarang aku tetap sulit menerima kenyataan bahwa
Elfangor telah tiada. Tapi dukacita yang tergambar pada wajah ayahku memaksaku
menghadapi kenyataan itu.
dari upacara kematian, dan ayahku wajib menanyakannya.
itu pun bagian dari upacara itu.
Ayahku mengangguk.
Inilah bagian yang membuat hatiku berdebar-debar.
Ayahku menatapku.
harus diucapkan.
Layar monitor di hadapanku mendadak gelap.
"Sori, tapi kau membuat air mataku terkuras," sebuah suara manusia berkata
dengan nada mencemooh. "Aku terpaksa memutuskan hubungan."
Aku berbalik. Sesosok manusia berdiri sekitar sepuluh meter dari tempatku.
Dan ia memegang senjata, yang diarahkannya ke dadaku. Beberapa saat baru aku
sadar senjata itu bukan pistol manusia. Senjata di tangannya adalah pistol sinar
Dracon. Senjata standar kaum Yeerk.
"Kau dan aku perlu bicara, Andalite. Banyak sekali yang harus kita bicarakan."
Aku diam seperti patung. Aku tidak bisa bergerak. Pengendali-Manusia itu berada
di luar jangkauan ekorku.
"Jangan coba-coba, Andalite," ia mengejek. "Aku akan membuat dirimu hangus
sebelum kau sempat menggerakkan ekormu."
Tapi kemudian... "Tseeeeeerrrr!"
Tobias menukik dari puncak kubah. Ia meluncur cepat, dengan sayap terlipat ke
belakang dan cakar terjulur ke depan. Sasarannya adalah wajah laki-laki itu.
Lawanku segera mengangkat tangan. Cakar tajam mengoyak kulit lengannya,
meninggalkan luka berdarah. Tapi senjata dalam genggamannya tidak terlepas.
Tobias terus meluncur. Potongan pakaian orang itu tersangkut di cakarnya.
Aku melompat maju. Terlambat!
"Jangan bergerak! Aku tidak ingin membunuhmu, Andalite, tapi aku takkan raguragu kalau terpaksa!" laki-laki itu menghardik.
Tobias terbang menjauh, lalu hinggap di atas teleskop.
"Aku hanya ingin bicara," si Pengendali-Manusia berkata.
Kemudian ia melakukan sesuatu yang membuatku tercengang.
Ia membungkuk dan meletakkan senjatanya di lantai, lalu menendangnya ke samping.
Pistol itu menggelincir di lantai yang licin.
"Sekarang nyawaku ada di tanganmu, Andalite," ia berkata. "Kau bisa menyerang
dengan ekormu. Atau mendengarkan apa yang hendak kukatakan."
Mata tambahanku menoleh dan melihat Tobias.
"Namaku Gary Kozlar," ia memperkenalkan diri.
Ia mengangguk. "Baiklah. Namaku Eslin tiga-lima-sembilan. Dan kau Aximili, kadet
Andalite. Adik dari si Buas Elfangor. Asal tahu saja, aku menguping bagian
terakhir percakapanmu yang mengharukan tadi."
"Kakakmu sudah mati," balas Eslin. "Begitu juga satu-satunya makhluk di seluruh
galaksi yang kusayangi. Namanya Derane tiga-empat-empat. Aku menyayanginya. Dan
tahukah kau, apa persamaan di antara mereka, di antara kakakmu dan Derane?"
Wajah manusia Eslin berkerut-kerut, menandakan ia amat murka. "Mereka mati di
tangan yang sama."
"Seperti kukatakan tadi, kita punya banyak persamaan, Andalite." Ia berusaha
mengendalikan wajah manusianya, tapi rahangnya berkedut-kedut ketika ia bicara.
"Kalian menciptakan banyak masalah dengan menghancurkan Kandrona. Tidak sedikit
dari kami yang terancam maut. Para Yeerk yang paling penting, mereka yang
menduduki posisi tinggi, atau mereka yang kebetulan disukai Visser Three, dibawa
bolak-balik ke pesawat induk setiap tiga hari sekali. Di sana mereka mendapat
dosis minimal sinar Kandrona. Yah, sekadar untuk bertahan hidup saja."
"Hah, aku tidak mengharapkan apa pun selain keangkuhan dan kemunafikanmu,
Andalite," balas Eslin dengan nada mencemooh. "Kaum Andalite. Penjaga seluruh
galaksi."
Eslin tersenyum geram. "Aku sudah tahu kau akan kemari. Begitu aku melihat
program komputer yang baru itu, aku langsung bilang, 'Aha, ini bukan hasil otak
manusia yang primitif.' Ini perbuatan Andalite. Andalite yang mau menggunakan
teleskop radio ini sebagai pemancar Z-space. Aku sudah menunggumu. Aku sudah
tahu kau akan datang."
tahu kaum Yeerk pasti menempatkan salah satu dari mereka di observatorium. Aduh,
kok bisa sih aku begitu bodoh!
Benar-benar bodoh! "Derane-ku... kami berasal dari kolam yang sama. Kami melewatkan masa latihan
bersama-sama. Kami akrab sekali. Ia memahamiku. Tapi aku mendapat jabatan
penting di observatorium, sedangkan Derane hanya mendapat tugas sepele. Ketika
gerombolan bandit Andalite menghancurkan Kandrona di Bumi, Visser Three segera
bertindak. Dia bilang semua Yeerk di Bumi akan selamat. Katanya dia sudah
memecahkan masalah itu. Tapi dia bohong. Ada begitu banyak Yeerk, tapi begitu
sedikit sinar Kandrona. Visser Three tidak perlu berpikir panjang. Semua Yeerk
yang punya jabatan penting dipanggilnya ke pesawat induk. Sedangkan yang
lain..." Tampaknya baru sekarang Eslin melihat luka berdarah di lengannya. Ia
menyentuhnya pelan-pelan. "Kalian, kaum Andalite, pasti betah sekali di planet
ini. Begitu banyak spesies galak yang bisa kalian tiru."
"Derane dianggap Yeerk yang 'bisa dikorbankan'," jawab Eslin. Kemudian ia
tersenyum. "Aku sudah berhasil membalas dendam secara kecil-kecilan. Setiap tiga
hari para Yeerk yang dekat dengan Visser Three dibawa ke pesawat induk untuk
menikmati sinar Kandrona. Aku menyabot salah satu pesawat ulang-alik. Akibatnya
seluruh jadwal jadi kacau. Dan sekarang teman-teman Visser Three ikut sekarat
dan mati. Seperti Derane."
padaku.
"Ah, kau ingin tahu maksud ceritaku. Ya, tentu saja. Maksudnya begini: Visser
Three hidup dalam tubuh Andalite. Dan kadang-kadang dia makan seperti Andalite."
"Dia makan seperti Andalite, sendirian. Tentu saja dia dijaga para pengawalnya,
tapi mereka menjaga jarak. Dia bisa diserang. Diserang. Dan aku tahu di mana dia
makan."
"Kenapa?" Ia kembali meringis karena marah. "Karena aku ingin dia mati. Aku
ingin Visser Three mati! Dia membunuh Derane. Dia membunuh satu-satunya makhluk
yang kusayangi di galaksi. Dia pelakunya. Dan aku ingin dia menebus perbuatannya
dengan nyawanya. Dia harus MATI!"
Ia berusaha menenangkan diri. Dikeluarkannya secarik kertas dari saku, dan
diletakkannya di atas meja.
"Ini tempat dan waktunya," ia berkata. "Kau punya waktu satu hari untuk bersiapsiap."
Eslin mencibir. "Kalau aku mau, aku bisa membunuhmu tadi. Kau punya kewajiban,
Andalite. Kewajiban untuk membalas dendam terhadap pembunuh kakakmu. Musuh
bebuyutanmu. Kalian kan begitu tergila-gila pada kewajiban. Jadi, laksanakanlah
kewajibanmu, Andalite."
Chapter 17 [Kalau kita sedang menjelma sebagai manusia, kita cenderung lupa bahwa kita
bukan salah satu dari mereka. Bahwa penderitaan mereka bukan penderitaan kita.
Hanya saja memang sulit mengingat-ingat hal tersebut. Kadang-kadang bahkan sulit
sekali. - Dari Buku Harian Bumi milik Aximili-Esgarrouth-Isthill]
MALAM itu Pangeran Jake mengadakan pertemuan di gudang jerami Cassie. Mulanya
kusangka Tobias telah menceritakan kunjunganku ke observatorium kepada yang
lain. Tentu saja Tobias tidak tahu aku ke sana untuk menghubungi planet asalku.
Tapi ia sempat mendengar rencana Eslin untuk membunuh Visser Three.
Gudang jerami Cassie juga disebut Klinik Perawatan Satwa Liar. Ia dan ayahnya
merawat hewan liar yang cedera atau sakit. Selalu ada lusinan hewan dalam
sangkar: berang-berang, rubah, rakun, aneka jenis burung. Banyak di antaranya
diperban. Hubungan manusia dengan spesies-spesies lain di Bumi sungguh aneh. Ada beberapa
jenis binatang yang sangat disayangi. Tapi banyak juga yang sangat dibenci.
Tampaknya tergantung apakah tampang binatang itu dianggap "lucu" atau tidak.
Terus terang, aku tidak memahaminya.
Dan sekarang aku yakin aku takkan pernah memahaminya.
Aku tahu aku takkan selamat kalau aku nekat menyerang Visser Three. Barangkali
kalau aku punya rencana matang, ditambah nasib mujur, aku bisa membunuhnya. Tapi
aku takkan punya kesempatan untuk menceritakan kejadian itu kepada anak-cucuku.
Semua sama saja. Aku tetap tidak punya masa depan. Lirem telah memaafkan
pelanggaran hukum yang kulakukan. Tapi aku takkan pernah bisa menjadi prajurit.
Apalagi pangeran. Aku takkan pernah bisa mengikuti jejak Elfangor. Ia akan
dikenang sebagai pahlawan besar. Aku akan diingat sebagai adiknya yang bodoh,
Animorphs - 8 Ax Membalas Dendam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang memberikan kemampuan metamorfosis kepada umat manusia.
Aku harus menjelma sebagai manusia untuk mengikuti pertemuan di gudang jerami.
Soalnya ada kemungkinan ayah atau ibu Cassie tiba-tiba masuk.
Tapi aku merasa tidak enak mengambil wujud manusia. Ketika buluku berganti
menjadi kulit manusia dan mata Andalite-ku berubah menjadi mata manusia, aku
terus teringat ucapan Lirem mengenai perannya sebagai penasihat bangsa HorkBajir. Bangsa Hork-Bajir akhirnya takluk. Mereka menjadi budak kaum Yeerk. Tapi Lirem
tetap mematuhi semua peraturan dan adat-istiadat.
Bagaimana seandainya ia bersikap lain" Bagaimana seandainya waktu itu ia memberi
teknologi canggih kepada bangsa Hork-Bajir"
Bagaimana seandainya ia mengajari bangsa Hork-Bajir membuat pesawat angkasa"
Seandainya Lirem berbuat begitu, mungkinkah bangsa Hork-Bajir tetap bebas sampai
sekarang" Bukan aku yang harus memutuskan. Aku hanya aristh yang masih hijau. Aku takkan
meraih prestasi apa pun. Tapi kalau aku membinasakan Visser Three, paling tidak
akan ada yang berkomentar,
pikiran itu tidak membuat aku senang.
Teman-temanku ternyata sudah menunggu di dalam gudang jerami. Pangeran Jake
menduduki tumpukan jerami. Marco bersandar ke dinding sambil menyilangkan
lengan. Cassie, seperti biasa, sedang sibuk mengurus bayi bebek yang cedera.
Rachel berjalan mondar-mandir. Ia memicingkan mata ketika melihatku.
Dan Tobias... Tobias bertengger di balok kayu di bawah atap.
Aku membalas tatapannya yang tajam. Lalu aku melihat potongan kain berdarah yang
tersangkut di cakarnya. Aku tahu dari mana asalnya. Sekarang aku sudah bisa
menduga maksud pertemuan ini.
"Hai, Ax," Pangeran Jake menyapaku. "Apa kabar?"
"Aku baik-baik saja," jawabku.
"Kayaknya kita semua perlu berkumpul deh," kata Pangeran Jake. Aku mendapat
kesan ia sengaja tidak mau beradu pandang denganku. "Kita perlu membahas
perkembangan terakhir. Kita telah melihat Pengendali di mall. Lalu ada Mr.
Pardue. Dan koran tadi pagi memuat berita tentang pengusaha yang mendadak kalap
sewaktu sedang rapat. Aku yakin dia juga salah satu Pengendali."
Ia menoleh ke arahku. Aku diam saja.
"Begini, Ax," Marco tiba-tiba bicara. "Kami sudah bosan dengan sikapmu. Tobias
muncul di sini sambil membawa potongan baju yang berlumuran darah. Aku tanya apa
itu, dan dia tidak mau menjawab. Kenapa Tobias tidak mau menjawab" Gampang saja.
Karena dia telah berjanji untuk menjaga rahasia. Dan kepada siapa dia berjanji?"
Tak ada gunanya menyangkal. "Aku yang minta Tobias berjanji. Jan-jee. Aku yang
salah." "Jadi sekarang kau bukan hanya menyimpan rahasia sendiri, kau juga memancing
perpecahan di antara kami!" seru Rachel. "Ada sesuatu yang perlu kaupahami, Ax.
Kami bukan boneka. Kami bukan tentara mainan. Ini planet kami. Dan perjuangan
kami. Kau tidak berhak mengatur kami, hanya karena kau Andalite yang serba
hebat." "Aku tidak bermaksud mengatur siapa pun," kataku.
"Yeah!" balas Rachel dengan sengit. "Seluruh informasi mengalir ke satu arah.
Kami menceritakan semuanya, tapi kau cuma diam seribu bahasa. Memang sih kadangkadang kau berterus terang, tapi kau tidak pernah memberitahu kami sesuatu yang
berguna." "Katanya kautahu kaum Yeerk akan menyingkirkan semua Pengendali yang mengalami
kesulitan akibat kekurangan sinar Kandrona," Marco mendesak. "Dari mana kautahu"
Apakah ini sudah pernah terjadi, di planet lain?"
Rachel segera menyambung. "Kami telah menunjukkan dunia kami padamu. Kau sudah
melihat keluarga kami, kau membaca buku-buku kami, kau bahkan masuk ke sekolah
kami. Tapi kau tetap menyimpan rahasia."
Aku merasa dikeroyok dengan kata-kata. Dan semuanya benar. Tapi aku telah
mendapat perintah. Aku harus menaati hukum bangsaku.
"Kami terlalu primitif, ya?" tanya Marco. "Pasti itu sebabnya. Kami cuma manusia
yang terbelakang. Kami tidak pantas diperlakukan sejajar denganmu."
"Bukan begitu," aku membantah.
"Hah!" seru Marco. "Jangan banyak alasan! Di matamu kami cuma gerombolan makhluk
primitif, ya kan?" Mungkin aku akan lebih tenang seandainya aku berada dalam tubuhku sendiri. Badan
manusia yang kutempati dibanjiri adrenalin.
Aku jadi frustrasi, ketakutan dan dihantui perasaan bersalah.
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaan kalian!" aku menjerit.
"Tidak bisa, atau tidak mau?" Marco menghardik. "Rachel benar. Kami sekadar pion
dalam permainan besar. Kaum Andalite melawan kaum Yeerk, dan kami jadi apa"
Tukang bawa handuk?"
"Soalnya... ehm... aku harus menaati peraturan."
"Oh ya?" tanya Cassie. Baru sekarang ia bicara. Suaranya lembut dan tenang.
"Apakah Elfangor menaati peraturan ketika memberi kemampuan berubah wujud kepada
kami?" "Aku bukan Elfangor!" seruku. "Lihatlah! Aku bukan pahlawan besar. Aku cuma
Andalite muda, oke" Kalian mau tahu yang sebenarnya" Baiklah: aku bukan
prajurit. Aku cuma aristh, kadet, calon prajurit. Aku bukan siapa-siapa."
"Yeah, yeah," Marco mencemooh. "Aku tidak peduli. Kami tidak berminat mendengar
kisah sedihmu. Kami ingin tahu yang sebenarnya. Apa yang kaulakukan bersama
Tobias" Kenapa kau memaksanya bersumpah" Ada apa sebenarnya?"
"Aku tidak bisa memberitahu kalian," ujarku pelan. "Makhluk asing... maksudku
bukan-Andalite tidak boleh diberi... teknologi kami. Ada hukumnya. Dan sebagian
hukum itu meyebabkan aku tidak bisa menjawab pertanyaan kalian."
"Aku sudah muak ditipu...," Rachel mulai naik pitam lagi, tapi Pangeran Jake
bangkit dan menggamit lengannya. Aku melihatnya melirik ke arah Cassie. Cassie
mengangguk. "Oke, aku bisa mengerti kenapa kau tidak mau memberi teknologi canggih kepada
kami," kata Pangeran Jake. "Tapi bagaimana dengan rahasia lainnya" Bahwa kau
tahu apa akibatnya bila Kandrona dihancurkan" Oke, kau tidak mau memberi kami
senjata super atau sebangsanya. Soal itu aku bisa mengerti deh. Tapi kenapa kau
tidak menjelaskan bagaimana posisi kami dalam perang Yeerk - Andalite ini?"
"Dia mau mengendalikan kita," kata Marco.
"Ini soal kekuasaan," Rachel berkomentar.
Cassie menatapku sambil memiringkan kepala. "Bukan," katanya. "Bukan itu
sebabnya. Ini berhubungan dengan rasa bersalah. Rasa malu. Itu sebabnya, bukan"
Kau sendiri pernah bilang bahwa setiap spesies memikul rasa bersalah."
"Rasa bersalah" Rasa malu?" tanya Marco. Ia menatap Cassie seakan-akan dugaan
tersebut tidak masuk akal.
Tapi sebenarnya ucapan Cassie tepat mengenai sasaran.
"Kenapa kalian harus merasa malu?" Pangeran Jake bertanya padaku.
"Kami pernah berbuat kebaikan yang tidak pada tempatnya," jawabku.
"Cuma itu yang bisa kauceritakan?" Pangeran Jake mendesak.
Aku mengangguk, meniru cara kaum manusia.
"Jawaban itu tidak bisa kuterima," Pangeran Jake berkata dengan sedih. "Kalau
kau ingin bergabung dengan kami, kau harus berterus terang. Kalau tidak...
kurasa kau lebih baik sendirian. Sebenarnya aku enggan berbuat begini. Tapi kau
tidak boleh berbohong kepada teman-temanmu."
"Aku mengerti," ujarku. "Kalian begitu...." Sekali lagi tenggorokanku seperti
tersekat. "Kalian begitu baik selama ini. Aku berutang budi. Tapi... tapi waktu
kita untuk bersama-sama memang tinggal sedikit."
Aku menoleh kepada Tobias. Hanya Tobias yang mengerti maksudku.
Perlahan-lahan aku berpaling dan meninggalkan teman-teman manusiaku.
Chapter 18 ["Apa yang kita inginkan tidak selalu bisa terpenuhi. kadang-kadang, kita
mendapatkan apa yang kita butuhkan." Ucapan itu berasal dari manusia terkenal
bernama Rolling Stones. Ucapannya cukup bijaksana, untuk ukuran manusia. - Dari
Buku Harian Bumi milik Aximili-Esgarrouth-Isthill]
UPACARA pagi dilakukan untuk keadaan normal. Tapi keesokan pagi bukan situasi
normal. Hari inilah aku akan menemui ajal.
bermiliar-miliar kilometer.
langit. Pangeranku" Tadinya Elfangor-lah pangeranku. Ia sudah tiada.
Kini tempatnya digantikan oleh manusia bernama Jake, dan ia telah mengusirku.
Aku bahkan tidak memberitahukan rencanaku padanya.
Seluruh upacara ini hanyalah bohong belaka.
Kehormatan. Mati demi membalas kematian kakakmu. Hatiku ketar-ketir. Aku takut.
Aku mengenal rasa takut. Aku sudah sering mengalaminya dalam pertempuran.
Tapi aku belum pernah melakukan pertempuran di mana aku tidak mungkin menang.
Ini bukan kehormatan. Ini bunuh diri.
Bukankah aku bisa minta bantuan yang lain" Bukankah aku bisa minta tolong kepada
Pangeran Jake" Tidak. Sebab kalau begitu, aku terpaksa memberitahu mereka bahwa aku telah
menghubungi planet asalku. Aku terpaksa menceritakan semuanya.
Aku telah sampai di bagian terakhir upacara.
Aku menempelkan duri ekor ke leherku untuk melambangkan pengorbanan diri.
Napasku terengah-engah, seakan-akan aku habis berlari. Ketiga jantungku berdegup
lebih kencang dari biasanya.
Aku diam saja. Terus terang, aku tidak berani membahasnya.
Aku ketakutan, ketakutan setengah mati. Aku mungkin bisa membunuh Visser Three
dengan serangan dadakan. Tapi ia menguasai tubuh Andalite dewasa. Ia jauh lebih
berpengalaman daripada aku. Dan ia pasti dijaga oleh pasukan pengawalnya. Oleh
para Pengendali-Hork-Bajir.
akan dijadikan budaknya.>
mencarinya. Yang lain pasti mau membantu. Percayalah.>
punya pemimpin besar. Dan setiap pemimpin besar harus dipilih dengan suara bulat
oleh seluruh rakyat. Dan semuanya, baik kecil maupun besar, harus tunduk pada
hukum. Tak ada yang bisa memaksaku melanggar hukum.>
Tobias diam sejenak.
alasan kuat.>
Kemudian aku berlari. Aku berlari dan berlari dan berlari. Aku harus menempuh
jarak berkilometer-kilometer untuk mencapai tempat rahasia Visser Three. Aku
ingin berlari sepanjang jalan, agar tidak sempat berubah pikiran.
Itulah yang akan dilakukan Elfangor, si pahlawan besar.
Elfangor akan dikenang sebagai prajurit sejati. Sang pangeran agung. Kalau aku
beruntung, suatu hari akan ada yang berkomentar,
menebus kesalahanku. Tapi pasti ada juga yang berkata,
menghadapi Visser Three, melainkan perasaan putus asa.>
Suara lain lagi mungkin berkomentar,
Aku berlari sampai dadaku terasa sesak karena menghirup udara Bumi yang berat.
Aku berlari melintasi daun-daun kering di tanah.
Aku melompati pohon-pohon tumbang dan semak belukar. Aku berlari melewati pohonpohon yang bisu, berbeda dengan pohon-pohon di tempat asalku.
Setiap kali terbayang olehku bahwa aku akan berhadap-hadapan dengan Visser
Three, aku berlari lebih cepat lagi untuk meninggalkan rasa takutku di belakang.
Kini aku sudah jauh dari rumah-rumah manusia. Jauh dari jalan raya. Jauh di
tengah hutan yang remang-remang dan penuh bayangan.
Tapi akhirnya aku melihat hamparan rumput hijau di depan. Sebuah padang terbuka.
Persis seperti yang dikatakan Eslin.
Aku berhenti dengan napas tersengal-sengal. Aku bersandar ke batang pohon sambil
berusaha mengatur napas. Kakiku gemetaran karena letih dan ngeri.
Padang rumput itu indah sekali. Rumput hijau dan bunga mungil berwarna kuning
dan ungu. Rasanya aku pun ingin makan di situ.
Aku mengendap-endap ke pinggir lapangan. Tak ada yang aneh.
Tak ada Bug Fighter. Tak ada Hork-Bajir. Tak ada Visser Three.
Yang ada hanya binatang Bumi: sepasang rusa yang sedang merumput. Tupai yang
berkejar-kejaran di pohon. Dan sigung yang melintas di hadapanku tanpa peduli
padaku. Aku datang satu jam sebelum waktu yang disebutkan si Yeerk bernama Eslin. Aku
punya waktu satu jam untuk bersiap-siap.
Aku memandang ke padang itu. Di tengah-tengahnya mengalir kali kecil selebar
satu meter. Rumput di tepi kali tumbuh tinggi.
Aku mencoba menebak tempat Visser Three akan berlari. Apakah ia akan menuju ke
kiri atau kanan" Aku cuma akan punya satu kesempatan, jadi tebakanku harus
benar. Aku membayangkan ke mana aku akan berlari, kalau aku yang hendak makan. Visser
Three menempati tubuh Andalite. Barangkali ia juga bergerak seperti Andalite.
Aku keluar dari naungan pohon-pohon dan menuju ke bagian padang yang tampak
paling menarik. Tempatnya di tepi kali. Rumput di sini sedikit lebih pendek, dan
Visser Three bisa dengan mudah melangkah ke air.
Kemudian aku melihatnya: jejak kaki. Jejak kaki Andalite.
Visser Three. Ya, ia pernah kemari, mungkin beberapa hari sebelumnya. Eslin
benar. Memang ini tempatnya.
Aku harus berlindung, menunggu. Siap menyerang pada waktu yang tepat. Aku tidak
mungkin bersembunyi dalam wujud Andalite.
Untunglah aku punya pilihan lain.
Ular kerincing. Itulah wujud yang akan kugunakan. Itulah wujud yang ideal untuk
melakukan serangan mendadak.
Aku memfokuskan pikiran. Aku membayangkan ular itu. Dan seketika itu aku mulai
berubah. Belum pernah aku mengalami perubahan seperti ini. Biasanya kakiku berubah
menjadi kaki berbentuk lain. Begitu pula dengan tanganku.
Tapi kali ini tidak ada kaki maupun tangan. Tak ada yang tersisa dari sosokku
yang asli, kecuali mata dan ekorku.
Kakiku lenyap begitu saja. Aku terjatuh ke tanah. Kemudian lenganku menghilang.
Aku mendengar bunyi berderak dari dalam tubuhku ketika semua tulangku menyatu
dengan tulang belakang. Tubuhku mengerut, tapi karena aku sudah tergeletak di rumput, perubahannya tidak
begitu terasa. Batang-batang rumput di sekelilingku bertambah tinggi, dan bungabunga ungu pun kelihatan lebih besar, tapi aku tidak mengalami perasaan jatuh
bebas seperti biasanya.
Animorphs - 8 Ax Membalas Dendam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang kualami justru perasaan tak berdaya yang tak terperikan. Aku tidak punya
tangan! Aku tidak punya kaki!
Tapi ekorku... ah, ekorku tetap ada, meskipun dalam bentuk lain. Duri di ujung
ekorku digantikan oleh semacam rantai. Ada lusinan ruas kulit kering berbentuk
gelang yang saling terkait. Itulah rupa khas ekor ular kerincing.
Buluku menghilang dengan cepat, berganti menjadi sisik berwarna cokelat, hitam,
dan kemerahan. Selanjutnya mulutku terbentuk. Ukurannya besar sekali dibandingkan tubuhku. Aku
telah menjadi pipa, dan ujung yang terbuka adalah mulutku. Sosok ular benarbenar mencengangkan. Bahkan lebih aneh daripada semut atau ikan. Aku telah menjelma sebagai makhluk
tanpa anggota badan. Mata tambahanku semakin redup. Lidah besar dan panjang dengan ujung bercabang
tumbuh di dalam mulutku. Tapi lidah ini berbeda dari lidah manusia. Lidah ini
jauh lebih peka. Lidah ini bisa membaui udara.
Lalu, muncullah ciri yang paling kutunggu. Gigi taring yang panjang dan
melengkung. Gigi taring yang menyerupai jarum suntik. Dan di atas akar gigi
tumbuh kelenjar bisa yang penuh racun.
Aku merasakan naluri ular muncul di balik kesadaranku sendiri. Nalurinya tidak
panas dan menggebu-gebu, seperti pada berbagai hewan lain. Aku tidak dilanda
perasaan takut atau kelaparan.
Naluri yang timbul ternyata tenang dan penuh perhitungan. Naluri pemangsa.
Pemburu. Pembunuh berdarah dingin.
Dan panca indranya luar biasa!
Aku melihat berbagai warna aneh melalui mataku yang tak berkelopak, tapi jarak
pandangku lumayan jauh. Lidah yang menjulur dari celah di bagian bawah mulut seakan mengendus-endus
udara. Aku menangkap aneka macam bau: bau rumput dan tanah, bau serangga, serta
bau makhluk hidup berdarah panas.
Tepat di bawah hidungku terdapat dua lubang yang menangkap gelombang panas,
terutama gelombang panas yang dipancarkan tubuh makhluk lain yang menjadi mangsa
ular. Ya, sosok ini cocok sekali dengan rencanaku. Visser Three takkan curiga. Tubuh
Andalite yang dibajak Visser Three memang gesit, tapi kalah gesit dibandingkan
ular kerincing. Aku tahu dari pengalaman.
Aku mulai merayap di rumput. Gerakanku begitu liat, tanpa suara. Aku mengikuti
arah yang ditunjukkan lidahku yang terus keluar-masuk mulut sambil mencicipi
udara. Aku mempelajari naluri si ular. Makhluk ini tidak kenal takut.
Ular tidak punya kehormatan. Ia tidak punya teman yang perlu dikuatirkan,
keluarga yang bisa dikecewakan, atau hukum yang bisa dilanggar. Ia tidak merasa
kesepian. Ular selalu sendirian.
Aku bersembunyi di rumput dan menunggu dengan sabar, tanpa bergerak. Dalam hati
aku menghitung menit-menit yang berlalu.
Dan akhirnya aku merasakan tanah bergetar di bawahku. Getaran itu sebenarnya
suara Bug Fighter yang sedang mendarat.
Jumlahnya dua. Tidak jauh dari tempat aku melingkar di rumput.
Saatnya telah tiba. Kaum Yeerk sudah datang. Visser Three sudah datang. Dan sambil membenamkan ketakutanku dalam ketenangan naluri si ular,aku bersiap-siap untuk
membunuh. Sekaligus mati. Chapter 19 BAUNYA tercium sebelum aku melihatnya. Bau Andalite.
Visser Three yang sesungguhnya - Visser Three yang bercokol di dalam tubuh
Andalite - justru tidak tercium.
terdengar oleh semua anak buahnya.
Suaranya bergema dalam kepalaku. Aku berusaha meredam ketakutanku di balik
ketenangan si ular, tapi perasaan itu tiba-tiba bangkit.
Aku membayangkan rencanaku: serang, kabur, berubah, kembali untuk serangan
pamungkas. Aku harus berubah sebelum para pengawal Visser Three sempat datang untuk
menolongnya. Dan aku hanya bisa berharap agar si ular kerincing cukup kuat untuk
menghambat gerak-geriknya.
Lalu... terdengar suara langkah berderap!
Empat kaki berderap melintasi padang rumput. Aku menjulurkan lidah dan menangkap
bau yang terbawa angin. Ya. Ia semakin dekat. Ya, ia menuju ke kali. Sebuah bayangan. Ia sudah datang. Ia menghalangi sinar matahari.
Lidah ularku "mencium" baunya. Mataku yang tanpa kelopak melihat perutnya
bagaikan atap melengkung di atasku. Aku merasakan panas yang terpancar dari
tubuhnya. Ia mengulurkan satu kakinya ke air yang sejuk, siap untuk minum.
Tak ada waktu untuk berpikir. Setiap saat ia bisa bergerak menjauh.
T-S-S-S-S-S-S! Ada suara! Suara apa itu"
Aku! Ternyata aku yang bersuara! Dengan ekorku! Ekor ular kerincing! Tanpa sadar
aku telah memberi peringatan khas ular kerincing.
Aku melihat bagaimana Visser Three menundukkan kepala. Aku melihat bagaimana ia
memfokuskan kedua mata utamanya. Aku melihat kengerian yang tercermin dalam
matanya. SSSSS-ZAAAAP! Aku menyerang. Semua ototku beraksi serempak. Kepalaku melesat maju. Mulutku
menganga lebar. Taringku menerjang.
GIGIT! Taringku menyambar kaki mangsaku. Kelenjar bisa di mulutku langsung memompa
racun ke kaki Visser Three.
Ia tersentak. Aku melepaskan gigitanku.
Ia berusaha mundur. Gerakannya gesit sekali. Tapi aku jauh lebih cepat.
GIGIT! Racunku mengalir deras. Aku akan meracuni monster itu. Aku akan meracuni sang
malapetaka. Pembunuh Elfangor.
Aku mundur. Racunku masih menetes-netes dari ujung taringku.
Ekornya melesat maju untuk menyerangku.
Tapi aku sudah menyingkir. Duri di ujung ekornya menembus tanah. Aku cuma
terkena embusan yang ditimbulkan sabetan ekornya.
Visser Three belum juga memanggil pengawalnya. Ia pasti masih terheran-heran. Ia
tidak tahu seberapa berbahaya ular yang menggigitnya. Awalnya ia pasti takkan
menyangka bahwa ular itu bukan ular sungguhan. Kecurigaannya akan timbul pelanpelan. Aku merayap secepat mungkin di rumput. Tubuhku menggeliat-geliut. Tapi kepalaku
tetap tegak lurus ke depan.
Aku telah menempuh jarak sekitar dua puluh meter ketika gerakan ularku mulai
lamban karena proses perubahan sudah dimulai.
Sepasang kaki mungil muncul. Tanduk untuk mata tambahan tumbuh di puncak
kepalaku.
Aku terus berjuang untuk mencapai tepi hutan.
Tiba-tiba... ada pancaran panas tubuh!
Makhluk berdarah panas! Persis di depanku. Lidahku menjulur dan menangkap bau yang kukenal. Hork-Bajir!
Hork-Bajir, pasukan elit kerajaan Yeerk. Bangsa cinta damai yang, menurut Marco,
mempunyai tubuh mirip alat cincang berjalan.
Duri runcing di lengan. Duri runcing di kaki. Cakar-cakar tajam. Ekor yang
lamban namun mematikan. Semuanya Pengendali. Semuanyabudak Yeerk yang bercokol
dalam kepala mereka. Aku tidak bisa maju. Aku tak lagi berwujud ular. Tapi juga belum kembali ke
sosok Andalite. Dan si Hork-Bajir hanya berjarak beberapa jengkal dariku.
Terlalu dekat!
terbentuk. Aku bangkit pelan-pelan dari rumput dengan kaki Andalite yang masih
kurus kering. Ekorku juga sudah mulai muncul.
Aku melihat si Hork-Bajir. Dan ia juga melihatku.
Tak ada yang bisa kulakukan. Tak ada yang bisa kulakukan selain mati.
Si Hork-Bajir mengayunkan lengan kanannya bagaikan parang. Ayunan itu terarah ke
leherku. WHUMPH! Tiba-tiba si Hork-Bajir terhuyung-huyung.
Lengannya yang berduri tajam membelah udara di atas kepalaku.
"HhhhhhhuuuuuuurrrrOOOoWWWWRRRRR!" Terdengar gema suara meraung! Tapi bukan
raungan Hork-Bajir. Si Hork-Bajir terpental! Makhluk setinggi lebih dari dua meter itu terpental
begitu saja. Dan di tempat ia berdiri tadi kini tegak sosok Rachel. Tentu saja bukan Rachel
manusia dengan rambut panjang pirang dan mata biru sejuk.
Ini Rachel yang lain. Rachel dalam wujud beruang grizzly.
Beruang itu berdiri dengan kaki belakang. Dalam keadaan tegak, makhluk itu
bahkan lebih tinggi daripada Hork-Bajir tadi. Dan cakarnya pun tidak kalah
garang. Sedangkan ototnya cukup kuat untuk melempar Hork-Bajir sejauh tiga
meter. "HHHHuuurrrhhhOOOrrww!" si beruang meraung.
Sosok Andalite-ku sudah hampir sempurna. Aku memandang berkeliling dengan mata
tambahanku. Visser Three berada di tengah padang rumput. Sepasang Hork-Bajir
melangkah menghampirinya.
Di seberang lapangan bersiaga Hork-Bajir ketiga, yang menoleh ke kiri-kanan
sambil menggenggam pistol sinar Dracon. Ia menengok ke segala arah, kecuali ke
atas. Sebuah bayangan menerjang dari pohon di atasnya, bayangan berwarna jingga dan
hitam. Pangeran Jake! Dan di langit seekor elang tengah berputar-putar di atas padang rumput.
Visser Three dan dua Hork-Bajir berada di tengah lapangan.>
memerintahkan agar aku memberitahukan rencanamu.>
bisa melihat kutu di badan kucing dari jarak tiga puluh meter. Masa tulisan
sebesar itu tak terbaca olehku">
Kami melesat ke arah Visser Three dan kedua pengawalnya. Rachel, yang maju
bagaikan gelombang pasang berwarna cokelat, aku, dan Tobias yang terbang di atas
kami. Ketika kami mendekat, aku melihat Visser Three terhuyung-huyung.
Racunnya! Racunnya mulai bekerja.
Visser Three sempoyongan dan jatuh ke tanah.
Kedua Hork-Bajir gemetaran. Mereka melihat Rachel menerobos alang-alang. Mereka
melihat Pangeran Jake bagaikan setan loreng yang menyerang dari arah berlawanan.
Mereka melihat Marco yang menjelma sebagai gorila, serta Cassie yang telah
berubah menjadi serigala.
Tobias sampai lebih dulu di tempat Visser Three. Ia terbang melewatinya, lalu
melesat ke angkasa, semakin lama semakin tinggi.
Dan yang paling parah, kedua Hork-Bajir itu melihat Andalite. Musuh yang paling
mereka takuti.
Hork-Bajir bisa bergerak sangat cepat, kalau mereka sudah bertekad ambil langkah
seribu. Kini Visser Three sendirian. Tak berdaya. Di tengah kepungan kami. Ia sama tak
berdayanya seperti Elfangor menjelang akhir hayatnya.
Aku menoleh ke atas. Kenapa Tobias..."
Ia melipat sayapnya ke belakang dan menukik dengan kecepatan penuh. Ia meluncur
seperti kesetanan, dengan kecepatan yang bisa berakibat fatal bagi dirinya!
Cakarnya menjulur maju. Tampaknya ia akan menghantam permukaan tanah. Kemudian....
Otakku perlu waktu beberapa detik untuk mencerna teriakan Tobias. Aku seakanakan tidak percaya.
Aku menatap makhluk yang selama ini kuanggap sebagai Visser Three. Tapi Visser
Three yang asli adalah Yeerk. Sementara tubuh yang tergeletak tak berdaya ini
adalah tubuh Andalite yang secara paksa dijadikannya induk semang.
Visser Three telah lolos. Lenyap.
Si Andalite masih bernapas, tapi tampaknya tidak bisa bergerak. Ia menatapku
dengan mata utamanya. Aku sudah pernah menghadapi Visser Three. Aku sudah merasakan kekejian yang
terpancar dari dirinya. Kekejian itu sudah lenyap sekarang. Yang kuhadapi adalah
Andalite biasa. Si Yeerk telah menghilang.
berhenti berdenyut. Aku tidak tahan. Setelah bertahun-tahun dikuasai Visser
Three, jiwa si Andalite ternyata masih hidup. Masih sadar.
menyelamatkan tubuhku ini, racunmu terlalu lemah.>
Aku tidak bisa hidup seperti itu... tolonglah. Hal-hal yang telah kulihat... kau
tidak mengerti. Semuanya begitu mengerikan.>
Ia berusaha mengangkat ekor dan menempelkan duri di ujungnya ke lehernya
sendiri. Tapi ia terlalu lemah akibat pengaruh bisa ular. Ekornya terkulai
lemas.
sehingga hatiku serasa terbakar.
aku panglima perang. Suatu hari... suatu hari, kalau kau selamat... aku punya
istri. Dan dua anak... suatu hari... beritahu mereka aku masih berharap beritahu
mereka aku masih menyayangi mereka....>
Animorphs - 8 Ax Membalas Dendam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan susah payah ia mengangkat sebelah tangan, lalu menggenggam tanganku.
Jarinya lemas. Ia terdiam, dan kehilangan kesadaran.
Aku menaruh tangannya di sisi tubuhnya. Aku sadar bahwa pertemuan kami
berikutnya adalah pertemuan dengan musuh bebuyutanku. Sang malapetaka. Visser
Three.
Chapter 20 ["Beri aku kebebasan atau beri aku maut." Kalimat ini diucapkan oleh manusia
bernama Patrick Henry. Kurasa kaum Yeerk tidak tahu bahwa manusia mengucapkan
hal-hal seperti ini. Seandainya mereka tahu sejak awal, mereka tentu takkan
datang ke Bumi untuk menaklukkan manusia. - Dari Buku Harian Bumi milik AximiliEsgarrouth-Isthill] < KAMI menyebutnya hukum Kebaikan Seerow,> kataku.
Kami berada di hutan tempat aku tinggal. Hutan di planet bernama Bumi.
Dua hari telah berlalu sejak kejadian mengerikan di padang rumput. Aku banyak
berpikir selama dua hari itu. Aku berpikir tentang segala hal. Kemudian aku
bertanya pada teman-teman manusiaku apakah mereka bersedia menemuiku.
"Apa maksudnya?" tanya Rachel.
Ia berdiri sambil menyilangkan tangan. Kalau tidak salah, sikap itu menunjukkan
rasa curiga atau kurang percaya.
menjelaskan.
puncak. Aku bisa mengerti. Tapi kami, kaum manusia, berada di pihak kalian.
Justru kami yang hendak dijadikan budak."
"Marco," Pangeran Jake menegurnya. "Diam dulu. Biarkan Ax menyelesaikan
ceritanya."
Aku melihat teman-temanku tersentak kaget. Tobias pindah ke dahan yang lebih
rendah.
Gedd nyaris buta, serba kikuk, dan tidak terlalu berguna. Kaum Yeerk belum
pernah melihat bintang-bintang. Apalagi meninggalkan planet mereka. Seerow
merasa kasihan. Seerow adalah Andalite yang baik hati....>
"Ya, Tuhan," Cassie berbisik. "Jadi itu rahasia kalian. Rasa bersalah yang
disembunyikan kaum Andalite."
"Apa?" tanya Rachel. "Apa rahasianya?"
"Seerow memberi teknologi canggih kepada kaum Yeerk, ya kan?" tanya Cassie.
Aku mengangguk.
Seluruh spesies itu telah menjadi budak kaum Yeerk. Bangsa Hork-Bajir menjadi
korban berikut. Lalu bangsa Taxxon. Menyusul planet-planet lain... spesiesspesies lain takluk di tangan kaum Yeerk. Mereka menyebar bagaikan penyakit
menular. Bermiliar-miliar makhluk merdeka menjadi korban kaum Yeerk. Dan Seerowlah penyebabnya. Kami yang salah. Kaum Andalite.>
Beberapa saat semuanya membisu. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi. Anak-anak
manusia ini mula-mula menganggap bangsa Andalite sebagai pahlawan. Kemudian
mereka curiga. Dan sekarang kecurigaan mereka telah dibenarkan olehku. Sekarang
mereka akan sadar bahwa bangsa Andalite bukanlah penyelamat galaksi.
"Tapi Elfangor tetap melanggar hukun Kebaikan Seerow, ya kan?" tanya Marco.
menebus kesalahannya. Kalau aku membantu kalian, dan suatu hari kelak umat
manusia ternyata menjadi bangsa penakluk seperti kaum Yeerk, rakyatku akan
berbicara tentang Kebaikan Aximili. Dan akulah yang akan dikenang sebagai contoh
Andalite yang bodoh.> Aku melihat Rachel tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. Marco juga
geleng-geleng. Ia berkata, "Aduh, padahal aku sudah mulai muak melihatmu, Ax."
Aku jadi bingung. Tadinya kusangka mereka akan marah besar. Ternyata mereka
malah tersenyum-senyum.
yang ingin berbuat baik, tapi kebaikannya justru menimbulkan bencana. Seerow
berbudi luhur. Dia berharap semua bangsa di galaksi bisa hidup berdampingan
dengan damai. Bisa menggapai bintang bersama-sama."
"Ax, jangan berhenti berharap hanya karena hasilnya tidak sesuai yang kita
inginkan," ujar Cassie. "Lambat laun kita akan lebih waspada. Dan mungkin juga
lebih bijak. Tapi harapan harus terus dipupuk."
"Begini, Ax," kata Pangeran Jake, "kami tidak minta kau memberi teknologi
Andalite kepada kami. Kami tidak minta kau melanggar hukum. Kami hanya minta kau
percaya kepada kami. Berterus teranglah kepada kami. Jadilah salah satu dari
kami." "Kau tidak sendirian, Ax," Cassie berkata dengan lembut. "Kami memang bukan
Andalite, tapi kami temanmu."
"Dan si Seerow itu tidak salah," Marco berkomentar. "Dia cuma bergaul dengan
spesies yang salah. Kami berbeda dari kaum Yeerk. Kami Homo sapiens. Manusia.
Kaum Andalite mencari teman untuk menjelajahi bintang-bintang" Kamilah pilihan
yang tepat. Kalian siapkan saja pesawatnya. Sementara kami siapkan Raisinets dan
roti kayu manis."
"Tidak," Pangeran Jake membantah. "Sebab, apa pun yang kami pelajari akan kalian
pelajari juga. Kita akan bekerja sama. Manusia dan Andalite. Andalite dan
manusia.
"Kebebasan," jawab Pangeran Jake.
"Kebebasan," balas Rachel sambil mengangguk.
"Kebebasan," ujar Marco dan Cassie serempak.
Selama beberapa menit aku diam saja. Aku benar-benar terharu. Kemudian aku
menyadari sesuatu yang membuatku tertawa.
"Teman-teman di planet asalmu belum tentu suka pada perkembangan ini," Rachel
berkomentar.
banyak yang harus kujelaskan.>
"Jangan panggil aku 'Pangeran'."
"Oke," Marco berkata sambil menggosok-gosok tangan. "Urusan ini sudah selesai.
Dan setelah kita semua sepakat untuk selalu berterus terang, kurasa kita punya
pertanyaan besar untuk Ax. Satu pertanyaan besar yang akan menjadi batu ujian
bagi persahabatan baru kita. Satu pertanyaan raksasa."
Semuanya mengangguk.
"Bagaimana cara kau bisa makan tanpa mulut?" tanya Marco.
Aku tertawa.
memasukkan kaki ke dalam air.>
"Upacara" Upacara apa?" tanya Rachel.
"Yeah, upacara apa sih?" Cassie menimpali.
Aku menatap Tobias. Ia membalas tatapanku dengan matanya yang menyorot tajam.
Aku ingin ia tahu bahwa pertanyaan yang satu itu juga akan kujawab. Pertanyaan
yang pasti membara dalam hatinya.
Tapi pertanyaan yang kutunggu tak kunjung terlontar. Ucapan Tobias kembali
terngiang di telingaku.
Baik aku maupun shorm-ku - Tobias - tidak bisa tersenyum. Tapi kadang-kadang, saat
kami bertukar pandang, kami saling memahami dan kami pun tersenyum.
Chapter 21
Aku berada di observatorium. Cuma kami berdua. Eslin menatapku penuh kebencian.
"Dasar Andalite keparat. Membunuh Visser pun kau tak sanggup. Ada apa" Kau
terlalu takut ya?"
Upaya untuk mengadakan hubungan dengan Z-space butuh waktu beberapa menit.
Kemudian aku harus menunggu lagi sejenak sebelum berhadapan dengan Lirem yang
agung.
Aku senang melihat Lirem tiba-tiba membelalakkan mata. Ia tahu persis siapa
Alloran. Ia tahu bahwa tubuh Alloran dikuasai Visser Three.
menyimpan semua rahasia kita. Tapi ternyata kau gagal menyelamatkan mereka.>
takkan terjadi sepanjang aku masih hidup.>
Lirem memicingkan mata.
Aku tertawa.
END Ebook PDF: eomer eadig Http://ebukulawas.blogspot.com
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Tembang Tantangan 16 Tanah Semenanjung Karya Putu Praba Drana Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 19