Ceritasilat Novel Online

Seandainya Mereka Bisa 2

Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot Bagian 2


dengan santai di kursi mobil, seolah-olah kursi itu kursi malas yang
mewah. Ia mencabut sebungkus rokok Woodbines, menyulutnya dengan
acuh tak acuh dan menelan asapnya dengan puas. Ia mengambil majalah
Daily Mirror dari saku sebelah dan menggoyang-goyangkannya supaya
terbuka, sambil menghembuskan nafas karena merasa lega. Asapnya
yang sudah lama ditelan baru sekarang keluar dari hidung dan mulutnya.
Aku membelok ke barat, meninggalkan jalan raya dan keributan lalu
lintas itu tertinggal jauh di belakang. Aku berpaling kepadanya, dan
bertanya, "Kau habis ujian?"
"Ya, patologi dan parasitologi."
Aku hampir saja melanggar larangan berat, dengan bertanya kepadanya,
apakah dia lulus. Untunglah aku berhenti pada waktunya. Lulus itu
untung-untungan. Namun meskipun begitu, tidak kekurangan bahan
pembicaraan. Ada saja yang ia katakan tentang berita itu. Kemudian ia
dengan keras membacakan sari beritanya dan mendiskusikannya
denganku. Lama-kelamaan aku yakin, bahwa aku sedang ada di dekat
orang yang lebih lincah dan lebih hidup pikirannya daripada aku sendiri.
Perjalanan itu terasa sangat cepat. Tahu-tahu mobil telah kuhentikan di
samping Rumah Skeldale. Waktu aku masuk ke dalam rumah, Siegfried sedang keluar. Ia baru
pulang menjelang petang. Ia masuk melalui jendela besar, mengangguk
dengan ramah, dan melemparkan dirinya di kursi malas. Waktu Tristan
masuk, ia mulai bicara tentang salah satu kasusnya
Keadaan di dalam kamar berubah seolah-olah ada orang menekan
tombol. Senyum Siegfried jadi tak ramah dan lama ia memandang
adiknya seperti sedang menilai prestasinya. Ia mengucapkan 'Halo',
kemudian meraih dan meraba-raba judul buku di rak. Rupanya
perhatiannya terbenam sebentar di sini. Terasa mulai adanya suasana
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tegang. Muka Tristan juga berubah dengan jelas. Wajahnya tak
menunjukkan perasaan apa pun dan matanya penuh kewaspadaan.
Akhirnya Siegfried menemukan buku yang ia cari, mengambilnya dari
rak, dan dengan tidak tergesa-gesa sedikit pun, ia mulai membuka-buka
halamannya. Kemudian, tanpa mengangkat wajahnya, ia berkata dengan
tenang, "Bagaimana hasil ujiannya?"
Tristan menelan ludah dengan hati-hati dan menarik nafas dalam-dalam.
"Parasitologinya lulus," jawabnya dengan nada yang datar.
Rupanya Siegfried tidak mendengar, la menemukan sesuatu yang
menarik dan mulai membaca lagi. Ia membacanya agak lama, kemudian
menaruhnya kembali di atas rak. Ia mulai lagi sibuk mencari judul.
Punggungnya masih membelakangi adiknya. Ia bertanya lagi dengan nada
lembut, "Bagaimana patologinya?"
Sekarang Tristan ada di pinggir kursinya, seolah-olah bersiap-siap akan
lari. Matanya berganti-ganti memandang kakak dan rak buku. "Tidak
lulus," jawabnya dengan dingin.
Siegfried tak memperlihatkan reaksi. Dengan tekun ia mencari bukunya,
kadang-kadang menarik sebuah, melihatnya sepintas, lalu
mengembalikannya dengan hati-hati. Kemudian ia menghentikan
pemburuannya, berbaring lagi di kursinya, tangannya tergantung bebas
hingga akan menyentuh lantai dan memandang Tristan.
"Jadi patologimu tidak lulus," katanya dengan datar.
Aku sendiri heran, mengapa secara tidak sadar lalu memberikan
komentar seperti orang hampir histeris. "Yah, kau mengerti itu cukup
baik, karena ia menempuhnya di akhir tahun. Ia akan bisa menempuhnya
lagi pada hari Natal. Itu takkan membuang-buang waktu, karena memang
mata pelajaran itu sukar."
Siegfried memandangku dengan dingin. "Jadi kau berpendapat itu cukup
baik, bukan?" Ia diam lama, kemudian kesunyian ini berantakkan karena
ia dengan tak terduga-duga memarahi adiknya dengan bertubi-tubi.
"Menurut pendapat saya, tidak! Saya kira itu keterlaluan! Ini sungguh
memalukan, itu soalnya. Apa yang kaukerjakan selama semester terakhir
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ini" Minum-minum, mengejar-ngejar wanita, menghambur-hamburkan
uang saya, mengerjakan apa saja kecuali belajar! Dan sekarang kau
berani berjalan ke sini hanya untuk memberi tahu kalau tak lulus! Kau
pemalas! Itulah soalnya! Anak keparat!"
Tingkah laku Siegfried Farnon berubah sama sekali. Mukanya jadi
merah kehitam-hitaman. Matanya berapi-api. Ia menghujan lagi
hardikan yang sangat pedas. "Tapi kali ini aku sudah bosan! Aku muak
melihatmu! Aku tak mau lagi bekerja memeras keringat untuk membiayai
orang yang bermalas-malasan! Sampai disini saja! Kau bukan adikku lagi!
Buka telingamu lebar-lebar, mulai detik ini juga kau bukan adikku lagi,
tahu"! Oleh karena itu kau harus pergi dari sini! Pergi, dan jangan ke
mari lagi! Ayo pergi! Cepat keluar!"
Tristan yang sudah menahan hujan makian itu dengan tabah, pergi
dengan tenang. Aku memandang Siegfried dan merasa malu. Ia sangat tegang karena
marah. Kulit wajahnya berubah, jadi berbelang-belang hitam dan merah.
Ia menggerutu dan mengomel, sambil memukul-mukulkan jarinya ke
lengan kursi. Aku sangat terperanjat menyaksikan adegan ini, tapi merasa lega waktu
Siegfried menyuruhku berangkat bertugas dan dapat meninggalkan
kamar itu. Aku baru pulang waktu hari hampir malam. Aku masuk lewat jalan
belakang ke halaman di kaki kebun. Bunyi pintu garasi mengejutkan
burung-burung gagak di pohon elm, yang cabang-cabangnya tergantung
di atas bangunan itu. Sayup-sayup di atas pohon terdengar kepakan
sayap, dan suara burung, kemudian tak terdengar apa-apa lagi. Waktu
aku berusaha mendengarkannya, aku melihat sosok tubuh manusia
sedang berdiri di tempat gelap di depan pintu halaman, melihat ke
bawah ke arah kebun. Ketika wajah itu berpaling, aku tahu, itu Tristan.
Aku merasa malu lagi. Kedatanganku ke sini yang tak kusengaja telah
mengganggu anak malang itu yang sedang merenungkan nasibnya
sendirian. "Maaf, aku tak menduga sama sekali bahwa akan begini
jadinya," kataku dengan canggung.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ujung rokok membara dengan terang, waktu Tristan menghisapnya
dalam-dalam. "Tidak, tidak, tidak apa-apa. Bisa lebih buruk sebenarnya."
"Lebih buruk" Ini sudah cukup buruk, bukan" Apa yang akan
kaulakukan?" "Apa yang akan kulakukan" Apa maksudmu?"
"Kau kan sudah diusir! Nanti malam kau akan tidur di mana?"
"Nah, aku tahu sekarang. Kau tidak mengerti!" jawab Tristan. Ia
mengambil rokoknya dari mulutnya dan aku melihat sekilas giginya yang
sangat putih waktu tersenyum. "Kau tidak perlu sedih. Aku akan tidur di
sini dan besok pagi aku akan turun untuk makan."
"Tapi bagaimana kakakmu?" "Siegfried" Oh, besok dia sudah lupa!" "Kau
yakin?" "Yakin sekali. Ia selalu mengusirku, kemudian lupa! Apa pun yang terjadi,
akhirnya baik juga. Satu-satunya pembalasanku yang harus dia telan
ialah tentang parasitologi."
Aku memandang bayangan hitam di sampingku itu. Burung-burung gagak
di pohon yang tinggi itu gemerisik mengatur bulunya, kemudian diam lagi.
"Parasitologi?"
"Ya. Kalau kau mau memperhatikan apa yang akan kukatakan. Semuanya
pasti beres. Tak ada ke-cualinya!"
"Lalu apa maksudmu......?"
Tristan tertawa perlahan-lahan dan menepuk bahuku.
BAB 7 SELIMUTKU kutarik rapat-rapat ke tubuhku waktu dering telepon
melengking-lengking memenuhi seluruh rumah tua itu.
Ini terjadi tiga minggu kemudian sesudah kedatangan Tristan, dan
kehidupan di Rumah Skeldale berjalan seperti biasa, dengan teratur.
Tiap hari selalu dimulai dengan dering telepon antara pukul tujuh dan
delapan, setelah para petani memeriksa ternaknya.
Di rumah itu hanya ada satu telepon. Telepon itu terletak di gang di
tingkat bawah. Siegfried telah menegaskan kepadaku, bahwa aku tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
boleh turun dari tempat tidur hanya untuk melayani telepon tersebut.
Siegfried telah menyerahkan mandat kepada Tristan. Tanggung jawab
ini merupakan pendidikan baik baginya. Siegfried telah menekankan
betapa pentingnya! Aku mendengarkan dering itu. Telepon itu berbunyi terus, makin lama
makin keras. Tak terdengar suara atau gerak dari kamar Tristan. Dan
aku menunggu adegan berikutnya dari drama harian ini. Yang terjadi
biasanya pintu yang dibanting dengan keras dan Siegfried lari ke bawah
menuruni tangga. Suaranya berdebum-debum karena ia melompati dua
atau tiga anak tangga. Kemudian suasana sunyi lagi. Aku lalu dapat menggambarkan apa yang
dialami Siegfried. Siegfried pasti kedinginan di gang. Karena gang itu
banyak anginnya. Kakinya yang tak beralaskan sandal pasti beku, waktu
mendengarkan ocehan petani, yang dengan santai melaporkan gejalagejala binatang
piaraannya. Kemudian terdengar suara Siegfried
meletakkan pesawat penerima dengan kasar, dan debam-debum kaki
waktu Siegfried terburu-buru menyerbu kamar adiknya.
Kemudian terdengar handel pintu diputar dan pintu terbuka, lalu diikuti
ledakan-ledakan orang marah, yang bernada kemenangan. Artinya
Tristan tertangkap basah, betul-betul basah kuyup. Suatu kemenangan
gilang-gemilang bagi Siegfried! Sebab kemenangan seperti ini jarang
terjadi. Biasanya, Tristan memperlihatkan kemahirannya mengenakan
pakaian dengan cepat. Siasat ini mempunyai keuntungan psikologis. Ia
sudah berpakaian lengkap sewaktu Siegfried masih memakai piyama.
Tapi kali ini Tristan sedang sial. Waktu ia sedang berusaha
mempergunakan detik-detik yang berharga, ia terbalut selimut. Aku
mendengar bentakan Siegfried, "Mengapa kau tidak menjawab telepon
seperti perintahku" Apakah kau sudah tuli" Kapan sifat malasmu itu
kaubuang" Ayo bangun! Bangun, berdiri, keluar!"
Tapi aku tahu. Biasanya Tristan akan segera melancarkan pembalasan.
Jika ia tertangkap basah masih tidur, ia mengejar kekalahannya. Ia
segera makan pagi dulu, sebelum kakaknya masuk ke dalam kamar
makan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kemudian, waktu Siegfried masuk, aku memperhatikan wajahnya.
Tristan tampak sedang mengunyah roti panggangnya dengan lahapnya,
sambil membaca majalah Daily Mirror, yang menyentuh-nyentuh gelas
kopinya. Gayanya memamah biak seperti orang yang sedang sakit gigi!
Semua itu menimbulkan suasana tegang. Aku merasa lega jika bisa
mengumpulkan alat-alatku dan menyelinap berangkat ke tugas pagi hari
itu. Aku menuruni gang yang sempit, yang penuh bau eter dan karbol,
lalu keluar ke kebun yang dikelilingi tembok tinggi. Kebun itu menuju
halaman tempat parkir mobilku.
Tiap pagi terjadi hal yang sama. Namun rasanya, selalu terjadi hal yang
tak terduga-duga. Jika aku melangkahkan kaki ke sinar matahari dan
mencium harum bunga, aku merasa hal ini baru pertama kali kualami.
Udara yang bersih ini mengandung kesegaran udara padang rumput di
dekatnya. Setelah terbenam di kota selama lima tahun, rasanya sukar
untuk menelan semua ini dengan sekali teguk.
Aku tidak pernah tergesa-gesa di bagian ini. Mungkin ada kasus
mendesak yang menunggu, tapi aku selalu setenang-tenangnya. Mulamula melalui
bagian sempit di antara dinding yang tertutup tanaman
menjalar dan cabang rumah yang memanjang. Di sini tumbuh pohon
Wistaria yang ranting dan bunganya menjulur masuk ke dalam kamar.
Kemudian dengan perlahan-lahan aku berjalan melalui kebun yang dihiasi
batu-batu karang. Di sini kebun ini melebar jadi halaman rumput yang
tidak dipangkas dan tak terpelihara. Namun menimbulkan kesejukan dan
kelembutan pada batu-batu bata yang dimakan waktu. Di sekitarnya ada
bunga-bunga berwarna menyala yang berlimpah-limpah dan tak teratur,
berdesak-desakan dengan rumpun semak-semak.
Aku sampai di taman bunga mawar. Kemudian ke taman asparagus, yang
cabangnya gemuk-gemuk dan tumbuh jadi pohon yang tinggi. Lebih jauh
ada pohon arbei dan tumbuhan frambus. Pohon buah-buahan terdapat di
mana-mana, cabang-cabangnya terkulai rendah di atas jalan setapak.
Buah persik, buah per, buah ceri, buah prem, bergantungan di atas
tembok selatan, berebut tempat dengan bunga-bunga mawar yang
tumbuh liar. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lebah sibuk bekerja di antara bunga-bunga dan kicau burung hitam dan
murai berlomba dengan suara burung-burung gagak yang bertengger
tinggi di puncak pohon elm.
Hidupku penuh dengan kesibukan. Banyak sekali yang harus kuselidiki
dan kubuktikan sendiri. Hari berjalan cepat' dan penuh tantangan,
seolah-olah aku dijejali dengan hal-hal baru. Tapi semua itu berhenti di
sini, di kebun ini. Rupanya semuanya telah lama berhenti di sini. Aku
menengok ke belakang sebelum pintu yang menuju ke halaman. Rasanya
seperti tiba-tiba berhadapan dengan sebuah gambar dalam buku. Kebun
yang tak terpelihara dan kosong serta rumah di sebelah sana yang tinggi
dan sunyi. Aku tak pernah bisa percaya, bahwa semua itu ada di sini, dan
aku merupakan bagiannya. Aku penuh perasaan ini waktu masuk ke halaman. Halaman ini persegi
empat, dialasi batu-batu bulat, yang sela-selanya ditumbuhi rumput
tebal. Bangunan-bangunan terletak di kedua sisi. Dua garasi, dulu bekas
kandang kereta, sebuah kandang kuda dan kamar pelana, petak terbuka
dan kandang babi. Pada bagian tembok yang tak ada bangunannya ada
pompa besi berkarat yang tergantung di atas bak air yang terbuat dari
batu. Di atas kandang kuda ada loteng penyimpan jerami dan di atas salah
satu garasi ada kandang merpati. Dan ada Boardman, pembantu yang
sudah tua. Ia juga rupanya telah ditinggalkan oleh masa-masa jaya,
berjalan keliling terpincang-pincang, karena kakinya" lumpuh sebelah,
tak mengerjakan sesuatu yang penting.
Ia mengucapkan selamat pagi dari kamarnya yang sempit, tempat
menyimpan alat-alat dan peralatan kebun. Di atas kepalanya tergantung
kenang-kenangan semasa perang. Sederet gambar kartun Bruce
Bairnsfather. Ia memasang gambar itu waktu pulang pada tahun 1918.
Gambar itu sudah berdebu dan tepinya melengkung, tapi masih bicara
kepadanya tentang Kaiser Bill, lubang-lubang bom dan parit-parit
berlumpur. Kadang-kadang Boardman mencuci mobil atau mengejarkan tugas-tugas
ringan di kebun. Ia puas dengan gaji satu atau dua pound dan kembali ke
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
halamannya. Sebagian besar waktunya dihabiskannya untuk duduk di
kamar sadel. Kadang-kadang ia memandang ke sekitarnya, kemudian ia
akan menggosok-gosokkan tinjunya pada telapak tangannya.
Ia kerap kali membicarakan masa-masa jaya kepadaku. "Saya dapat
melihat dua orang dokter, yang berdiri di tangga teratas, menunggu
keretanya. Dia bertubuh besar, dan tampak cerdas. Alius memakai topi
tinggi dan jas panjang. Saya dapat mengingatnya waktu saya masih
muda. Ia berdiri di situ, sambil menarik kaos tangannya dan
memiringkan topinya sementara menunggu."
Roman muka Boardman tampak melunak dan matanya bercahaya seolaholah ia berbicara
kepada dirinya sendiri, dan tidak bicara kepadaku.


Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Waktu itu rumah tua ini berlainan. Ada seorang pengurus rumah tangga
dan enam pembantu dan segala sesuatunya seperti itu. Dan ada tukang
kebun yang bekerja sehari penuh. Tak ada sehelai rumput pun yang
tidak ada pada tempatnya. Bunga-bunga berderet-deret dengan
teratur, pohon-pohon dipangkas rapi. Dan halaman ini, adalah tempat
kesayangan dokter tua itu. Ia akan datang dan menjenguk saya melalui
pintu waktu saya sedang membersihkan pakaian kuda dan melewatkan
waktu dengan tenang. Ia orang lelaki sejati tapi Anda tidak akan dapat
menentangnya. Ada kotoran debu sedikit saja ia akan sangat marah.
"Tapi setelah perang selesai, orang suka terburu-buru. Mereka tak
mempedulikan akan kerapian lagi. Mereka tak punya waktu, dan sama
sekali tak punya waktu."
Ia lalu melihat sekitarnya dengan perasaan tidak percaya ke batu-batu
bulat yang penuh ditumbuhi rumput, ke pintu-pintu garasi yang
tergantung miring pada engselnya, ke kandang kosong dan ke pompa
yang tidak pernah mengalirkan air.
Ia selalu ramah terhadapku, dan gaya bicaranya seperti orang agak
linglung. Tapi terhadap Siegfried seperti melangkah kembali ke
wataknya yang dulu, bisa menguasai diri sepenuhnya dan berkata
'Sangat baik, Tuan,' dan berulang-ulang memberi hormat dengan satu
jari. Dengan sikap itu seolah-olah ia teringat sesuatu - suatu kekuatan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan kewibawaan dokter tua - dan menjangkau jauh ke masa lampau yang
silam. "Selamat pagi, Boardman," kataku, waktu aku membuka pintu garasai.
"Apa kabar?" "Oh, biasa, Nak, hanya biasa saja." Ia berjalan terpincang-pincang dan
memperhatikan aku memegang handel stater. Dan mulailah tugasku
sehari-hari berikutnya. Mobil yang diberikan kepadaku adalah mobil Austin, yang modelnya
sudah hampir dilupakan orang dan salah satu tugas sukarela Boardman
adalah menghidupkan mesin dengan tali, jika mobil tak mau distater.
Tapi pagi ini, aku heran, mesinnya mau hidup sesudah batuk-batuk dan
diputar enam kali. Waktu aku menjalankan mobil melalui sudut jalan sebelah belakang,
seperti biasanya setiap pagi, aku punya perasaan bahwa memang dari
sinilah semuanya mulai. Di luar sana masalah dan tekanan pekerjaanku
menunggu dan pada saat itu memang banyak pekerjaan.
Menurut perasaanku, aku datang di Dales pada saat yang sial. Setelah
diterlantarkan selama satu generasi, para petani melihat ada nabi
datang, dokter hewan baru yang mengagumkan, ialah Mr. Farnon. Ia
tampak seperti bintang berekor, yang ingin melaksanakan ide-idenya
yang baru. Ia cakap, bersemangat besar, menarik dan mereka
menyambutnya seperti seorang gadis menyambut kekasihnya. Dan
sekarang pada puncak bulan madunya, aku harus mencari jalan untuk
melaksanakan idenya. Tapi malang, aku tidak diinginkan.
Aku mulai biasa mendengar pertanyaan seperti ini: "Di mana Mr.
Farnon?" - "Apakah dia sakit atau ada sesuatu?" - "Saya mengharapkan
Mr. Farnon." Aku merasa sedikit berkecil hati bila melihat wajah
mereka masam waktu melihat aku berjalan ke peternakan mereka.
Biasanya mereka melihat ke mobilku dengan penuh harapan dan bahkan
beberapa orang mendekati dan menjenguk ke dalam mobil untuk melihat
apakah orang yang sangat mereka butuhkan sedang bersembunyi di
dalamnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sungguh tugas yang berat memeriksa binatang tapi pemiliknya merasa
kesal di belakang punggungku, karena mereka dengan seluruh hatinya
menginginkan Farnon, bukan aku.
Tapi harus diakui pula bahwa mereka jujur. Aku memang tidak mendapat
sambutan hangat. Bila aku mulai mengemukakan pendapatku mengenai
sebuah kasus, mereka terang-terangan mendengarkan dengan penuh
kesangsian. Namun jika aku melepaskan jaketku dan mengerjakan
tugasku dengan sungguh-sungguh, kesangsian mereka mulai mencair. Dan
mereka suka menjamu orang. Meskipun mereka kecewa karena yang
datang aku, bukan Farnon, namun mereka mempersilakan aku supaya
singgah dan makan di rumahnya. "Silakan masuk dan makan dulu," adalah
kalimat yang kudengar hampir setiap hari. Kadang-kadang aku dengan
senang hati mau menerima ajakan itu dan makan bersama mereka. Suatu
peristiwa yang dapat dijadikan kenangan.
Kerap kali juga dengan diam-diam mereka meletakkan setengah losin
telur atau setengah kilo mentega di dalam mobilku. Beberapa waktu aku
akan berangkat pulang. Keakraban ini sudah jadi tradisi di Dales. Dan
aku tahu, mereka tentu berbuat begitu juga kepada tamu-tamu lain. Ini
menunjukkan adanya rasa persahabatan yang tersembunyi di balik wajah
mereka yang tak mau tersenyum. Ini benar-benar menghiburku.
Aku mulai mengenal dan menyukai kehidupan petani. Mereka adalah
orang-orang yang tabah dan mempunyai filsafat yang baru bagiku. Jika
ada bencana, yang bisa membuat orang kota putus asa dan
membenturkan kepalanya'pada tembok, mereka hanya mengangkat bahu
sambil berkata, "Ya, itu biasa. Memang harus terjadi begitu."
Pada suatu hari, udara sangat panas. Aku membuka jendela mobilku
lebar-lebar. Aku sedang dalam perjalanan untuk membuat tes
tuberkulin. Rencana pemerintah mulai mendapat pengaruh di Dales. Dan
petani-petani yang progresif minta tes survey.
Ini bukan ternak sembarangan. Mr. Copfield's Galloway terkenal, karena
mempunyai ternak yang liar. Aku telah diberitahu Siegfried tentang
mereka. "Praktek yang paling sulit. Ada delapan puluh lima ekor dan
tidak pernah diikat. Bahkan binatang-binatang itu belum pernah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
disentuh oleh tangan manusia. Lembu-lembu itu hidup bebas di lerenglereng bukit,
melahirkan dan membesarkan anaknya di luar kandang, dan
jarang sekali didekati orang. Pendek kata, binatang-binatang itu masih
liar." "Apa yang kaukerjakan, jika ada yang sakit?" tanyaku.
"Minta bantuan Frank dan George, ialah anak Copfield. Sejak kecil,
kedua pemuda itu telah dibesarkan di tengah-tengah kawanan lembu itu.
Mereka mengurus anak lembu segera sesudah bisa berjalan. Kemudian
mereka mengurus lembu yang besar. Keluarga Copfield seulet keluarga
Galloways." Peternakan Copfield terletak di daerah yang tandus. Tempat
penggembalaannya hanya ditumbuhi rumput sedikit. Padang rumput ini
merayap ke atas ke daerah yang gundul, dan hanya ditumbuhi pepohonan
di sana-sini. Oleh karena itu dengan mudah dapat dimengerti, mengapa
Copfield memilih lembu yang tabah, dan bukan lembu setempat yang
bertanduk pendek. Tapi pagi ini, daerah perumput-an yang tandus itu
mendapat sinar matahari yang lembut, dan ketenangan menyelimuti
padang rumput yang sangat luas ini, yang berwarna hijau dan berbecakbecak
coklat. Frank dan George tidak seperti yang kubayangkan semula. Kukira
mereka berkulit putih dan gemuk, ternyata berkulit hitam dan kurus.
Keduanya tabah dalam membantuku menjalankan tugas sehari-hari.
Otot-ototnya seperti sudah keriput. Tapi anak-anak Copfield lain,
rambutnya keemasan dan kulit tubuhnya licin. Mereka tampan, dan
masih sebaya denganku. Lehernya padat. Kepalanya tampak kecil, karena
bahunya lebar. Tubuhnya pendek. Tapi jika lengan bajunya digulung ke
atas, mereka tampak hebat, karena lengannya kuat seperti lengan jago
gulat. Kakinya besar, dan selalu memakai celana kasar dan sandal kayu.
Kawanan lembu itu telah dikumpulkan ke dalam gedung dan hampir
memenuhi tempat yang tersedia. Jumlahnya kira-kira dua puluh ekor,
dan ditaruh di sebuah gang yang panjang. Kepalanya tersembul di atas
jeruji, dan tubuhnya mengeluarkan uap. Yang dua puluh ekor
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ditempatkan di kandang tua. Lebih dari dua puluh lima ekor lagi
berdesak-desakan di petak-petak besar yang terbuka.
Lembu-lembu itu berwarna hitam dan belum jinak. Waktu aku
memandangnya, mereka membalas pandanganku. Matanya merah
berkilauan di antara rambut kepalanya yang kasar, yang menutupi
mukanya. Ekornya dikibas-kibaskan dengan keras, untuk memperlihatkan
kemarahan dan ancamannya.
Tidak akan mudah memberikan injeksi intradermal kepada masingmasing lembu. Aku
berpaling kepada Frank. "Kau bisa menangkap tuan-tuan besar itu?" tanyaku.
"Akan saya coba," jawabnya dengan tenang, sambil melemparkan kain
penutup dada ke atas bahunya. Sebelum memanjat masuk ke dalam gang,
tempat lembu besar berdesakan, ia dan adiknya menyulut rokok. Aku
mengikutinya, dan segera terbukti, bahwa ceritera-ceritera yang
kudengar tentang lembu Galloways tidak dilebih-lebihkan. Jika kau
mendekatinya dari depan, lembu itu menyerang dengan kepalanya yang
berjumbai. Jika aku mendekati dari belakang, binatang itu menyepakkan
kakinya sebagai peringatan.
Tapi aku kagum melihat ketangkasan Frank dan George. Mereka
menjatuhkan kain penutup dada ke atas kepala lembu. Kemudian mereka
memasukkan jari tangannya ke dalam hidung lembu. Tentu saja lembu itu
meronta-ronta ingin terlepas dari kain. Frank dan George diayunkan ke
sana ke mari seperti boneka, tapi tak mau melepaskan kepala lembu.
Kepala Frank dan George yang tampan itu, tampak aneh waktu muncul di
antara punggung-punggung lembu yang berwarna hitam. Dan yang
mengherankan, meskipun diayunkan ke sana ke mari dengan kasar,
rokoknya tidak pernah terlepas dari mulutnya.
Makin lama suhu dalam gedung itu makin panas seperti dalam tungku.
Dan lembu itu, karena perutnya penuh rumput yang sangat lumat,
menyemprotkan tahi coklat kehijau-hijauan seperti pancuran.
Aku merasa seperti sedang menonton pertandingan gulat, sambil
memberi semangat kepada pemain kesayanganku, "Nah, dia kena, Frank!
Jangan menyerah George!" Dalam keadaan terjepit, kedua kakakKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
beradik itu memaki perlahan-lahan dan tidak marah, "Singkirkan
kakinya, ke sana sedikit." Jika wajahku kena cambuk ekor lembu yang
basah kuyup, mereka tertawa terbahak-bahak, penuh penghargaan
terhadap jerih payahku. Selingan yang juga menggembirakan ialah jika
aku sedang mengisi suntikan, dengan mengangkat tangan ke atas, seekor
sapi jantan yang ketakutan kain, membenturkan pantatnya yang keras
ke perutku. Aku lalu terbatuk-batuk, dan lembu itu ingin berputar di
gang sempit. Maka aku lalu tergencet seperti lalat terhimpit papan.
Mataku terasa seperti akan keluar, waktu lembu itu memutar tubuhnya
dengan paksa. Aku tidak tahu, apakah suara benda retak itu berasal
dari tulang rusukku atau dari kayu di belakangku.
Yang terakhir adalah menyuntik anak-anak lembu yang terkecil. Ini
hampir sama sulitnya dengan menyuntik lembu-lembu dewasa. Lembulembu kecil yang
berbulu kusut ini melawan, menyepak, melompat ke
atas, dan lari di antara kakiku, bahkan meluncur dengan cepat ke arah
tembok. Kerap kali Frank dan George harus menerkamnya, seperti
harimau menerkam kambing, dan menindihnya ke lantai, supaya dapat
kusuntik. Waktu merasa tertusuk jarum, anak lembu itu melengking
keras sekali. Di luar, induknya dengan cemas menjawabnya, dengan
melenguh bersama-sama. Waktu aku terhuyung-huyung keluar dari bangunan itu, sudah tengah
hari. Rasanya sudah satu bulan di dalam gedung itu, karena panasnya
yang menyesakkan dada, karena gaduhnya yang terus-menerus, dan
karena berondongan tahinya.
Frank dan George mengambil ember berisi air, sikat, lalu membersihkan
tangan dan kakiku. Kemudian aku pulang. Satu mil dari peternakan itu,
aku berbelok memasuki jalan yang tak berpagar, keluar dari mobil, dan
menjatuhkan diri di lereng bukit yang sejuk. Sambil membentangkan
lenganku lebar-lebar, aku menggerak-gerakkan bahu dan bajuku yang
basah kuyup oleh keringat, lalu berbaring ke atas rumput yang kasar,
dan membiarkan tubuhku ditiup angin sepoi-sepoi yang lembut. Dengan
menentang sinar matahari dan sambil memicingkan mata, aku
memandang langit yang berwarna kebiru-biruan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tulang rusukku terasa sakit dan aku dapat merasakan luka memar pada
kaki, bekas sepakan-sepak-an lembu. Aku tahu, bauku tak sedap. Aku
menutup mataku dan tersenyum geli, waktu teringat mengapa aku
mengadakan pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulose. Suatu cara yang
aneh untuk melakukan prosedur ilmiah. Dan sesungguhnya, suatu cara
yang aneh untuk mencari nafkah. Tapi kemudian terlintas dalam
pikiranku. Mungkin juga aku sedang duduk di sebuah kantor dengan
jendela-jendela yang tertutup rapat, jauh dari asap lampu minyak dan
kegaduhan lalu lintas. Sinar lampu itu menerangi sederetan angka, dan
topiku yang bundar tergantung di tembok.
Dengan malas aku membuka mataku kembali dan memandang ke arah
bayangan awan yang merayap di lereng bukit hijau menyeberangi
lembah. Tidak, tidak! Aku tidak mengeluh!
BAB 8 WAKTU mobilku berderak-derak di jalan di tengah-tengah padang,
untuk menjalankan tugasku, aku tidak merasa bahwa beberapa minggu
telah lewat. Daerah itu mulai jelas bagiku. Orang-orang mulai terasa
sebagai pribadi. Hampir tiap hari ban mobilku bocor. Karet ban itu telah
habis, yang tampak tinggal kanvasnya. Aku heran, bahwa mobil itu masih
bisa meluncur ke mana-mana.
Yang masih tampak agak baru hanyalah 'pelindung sinar matahari' yang
sudah karatan. Jika ditarik ke belakang, bunyinya berdecit-decit
menyedihkan. Tapi pada umumnya kubuka terus bersama semua jendela.
Dan aku mengemudikan mobil hanya dengan mengenakan baju berlengan,
sambil menikmati hembusan angin yang nyaman. Pada waktu hujan,
menutup pelindung itu hampir tidak ada gunanya, karena air hujan masuk
melalui sambungannya, menggenang di atas pangkuanku dan tempat
duduk. Makin lama aku makin tangkas menghindari genangan-genangan air di
sepanjang jalan. Menerobos secara membabi buta adalah keliru, karena
air berlumpur itu menyembur ke atas melalui celah-celah lantai mobil.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tapi waktu itu musim panas. Karena berhari-hari aku kena sinar
matahari, kulit tubuhku dapat menandingi warna kulit petani yang
kecoklat-coklat-an. Bahkan menambal ban di jalan-jalan tak berpagar di
dataran tinggi, tak merupakan siksaan lagi. Karena angin
menghembuskan harum bunga dan bau pepohonan dari lembah-lembah,
dan burung-burung melayang-layang berputar-putar menemaniku.
Kecuali itu, aku punya alasan untuk keluar dari mobil dan duduk di atas
rumput yang segar dan kering, sambil menikmati pemandangan yang luas
di atas Yorkshire. Benar-benar seperti memanfaatkan waktu. Waktu
untuk melihat perspektif hidupku dan untuk menilai kemajuanku.
Semuanya serba berlainan, hingga membingungkan. Dulu, selama
bertahun-tahun, aku hidup di antara jalan-jalan kota. Sekarang aku
hidup di daerah pegunungan, bebas dari ulangan, ujian, dan kuliah; punya
tugas sehari-hari besar tantangan-tantangannya. Dan kemudian
majikanku. Siegfried Farnon menjalankan tugasnya dengan semangat besar. Ia
bekerja dari fajar hingga malam. Aku kerap kali bertanya dalam hati,
apakah yang mendorongnya. Jelas bukan uang, karena ia tampak acuh
tak acuh terhadap uang. Jika jerih payahnya dibayar, uang itu segera
dilemparkan ke dalam jambangan di atas rak. Jika membutuhkannya, ia
mengambilnya segenggam. Aku tidak pernah melihat dia membawa


Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dompet. Tapi sakunya menggembung penuh mata uang perak dan uang
kertas yang kusut. Jika ia mengambil termometer, uang itu jatuh
berhamburan. Setelah bekerja terburu-buru selama satu atau dua minggu, kemudian
Farnon menghilang. Mungkin selama petang hari, mungkin satu malam,
dan kerap kali tanpa mengatakan ke mana perginya. Bu Hall lalu
menyiapkan makan untuk dua orang. Tapi jika melihat aku makan
sendirian, ia lalu menyingkirkan makan itu tanpa komentar.
Tiap pagi Siegfried Farnon membaca daftar petani yang harus
dikunjungi dengan begitu tergesa-gesa, sehingga aku kerap kali disuruh
ke rumah petani yang keliru, atau mengerjakan hal yang salah. Kalau aku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kemudian menceriterakan betapa maluku, ia hanya tertawa terbahakbahak.
Pada suatu ketika, dia mengalaminya sendiri. Aku baru saja mendapat
panggilan dari orang yang bernama Mr. Heaton di desa Bronsett,
tentang pemeriksaan domba mati.
"Kau harus ikut, James," kata Siegfried." Pagi ini Semua masih serba
tenang. Aku yakin mereka akan memberi pelajaran tentang cara
memeriksa mayat. Aku ingin melihat kau beraksi."
Kami naik mobil pergi ke desa Bronsett dan Siegfried tiba-tiba
membanting setir ke kiri masuk sebuah pintu gerbang.
"Mau ke mana kau?" tanyaku. "Rumah Heaton kan di ujung desa!"
"Tapi tadi kau berkata Seaton!"
"Tidak! Aku tak berkata begitu!"
"Ingat, James, waktu kau bicara dengan orang itu, aku tepat ada di
sampingmu! Dengan jelas aku mendengar, kau menyebut namanya!"
Aku membuka mulutku. Maksudku untuk melanjutkan perdebatan ini.
Tapi mobil meluncur dengan cepat dan Siegfried mengetatkan mulutnya.
Dia kubiarkan membuktikannya sendiri.
Kami tiba di luar rumah petani. Mobil dihentikan mendadak, diikuti bunyi
rem yang menjerit. Siegfried bangkit dari tempat duduknya, dan
mencari-cari di dalam sepatu botnya, sebelum mobil berhenti bergetar.
"Sialan!" teriaknya. "Pisauku ketinggalan! Tapi, tak apa. Aku mau pinjam
saja!" Ia membuka pintu mobil dengan kasar dan terburu-buru ke pintu
rumah petani. Isteri petani keluar, dan wajah Siegfried berseri-seri. "Selamat pagi,
Mrs. Seaton. Apakah Ibu punya pisau tajam?"
Ibu itu mengangkat alis matanya. "Apa" Bapak tadi mengatakan apa?"
"Pisau tajam, Mrs. Seaton! Pisau pahat yang tajam!"
"Bapak membutuhkan pisau tajam?"
"Ya, betul, pisau tajam!" teriak Siegfried. Kesabarannya mulai habis.
"Dan harap agak cepat. Saya tergesa-gesa!"
Ibu yang kebingungan itu menghilang ke dalam dapur. Aku mendengar
dia berbisik-bisik dan menggerutu. Berganti-ganti kepala anak-anak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tersembul, karena ingin melihat sepintas tampang Siegfried, yang
sedang kesal menghentak-hentakkan kakinya di depan pintu. Beberapa
saat kemudian, salah satu anak perempuannya maju ke depan dengan
takut-takut, sambil mengulurkan sebuah pisau panjang yang
menyeramkan tampaknya. Siegfried merebutnya dan memeriksa dengan ibu jarinya, berapa tajam
pisau itu. "Ini kurang tajam!" teriaknya dengan jengkel. "Apakah kau
tidak tahu" Aku membutuhkan pisau yang betul-betul tajam! Ambilkan
pisau dan baja!" Anak itu lari kembali ke dapur dan terdengar gerutu beberapa suara.
Setelah agak lama, ada anak perempuan lain muncul ke pintu. Ia maju
perlahan-lahan ke arah Siegfried dan memberikan pisau dan baja
sepanjang lengannya, kemudian lari menyelamatkan diri.
Siegfried membanggakan diri karena merasa pandai mengasah pisau. Itu
memang kegemarannya. Waktu mengasah pisau di atas baja, ia
berbicara dengan semangat tentang pekerjaannya, dan akhirnya
menyanyi keras-keras. Tak terdengar suara dari dalam dapur. Hanya
suara pisau berdencing-dencing karena digosok-gosokkan pada baja, dan
diiringi nyanyian yang tak ada lagunya. Setiap kali ia memeriksa pisau
itu, sudah tajam atau belum, suasana jadi sunyi senyap. Kemudian
terdengar suara pisau diasah lagi.
Setelah selesai mengasah pisau ia merasa puas dan menjenguk ke dalam
rumah. "Di mana suami Ibu?" teriaknya.
Karena tak ada jawaban, ia masuk ke dalam dapur. Pisaunya berkilatkilat di depan
dadanya. Aku mengikutinya dan melihat Mrs. Seaton dan
anak-anaknya gemetar di sebuah sudut, sambil memandang Siegfried.
Matanya terbelalak ketakutan.
Siegfried mengayunkan pisaunya ke arah mereka. "Nah, sekarang bisa
segera dimulai!" "Dimulai apa?" bisik ibu itu, sambil memeluk anak-anaknya.
"Saya ingin memeriksa domba yang mati. Ibu punya domba mati, bukan?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pertanyaan itu lalu diikuti penjelasan dan permintaan maaf. Kemudian
Siegfried memprotesku dengan keras, karena aku memberikan alamat
yang salah. "Lain kali kau harus lebih hati-hati, James!" katanya dengan serius.
"Kejadian seperti itu memberi kesan sangat buruk!"
Dalam hidupku yang baru, hal lain yang menarik hati adalah lalu lintas
wanita yang dengan teratur mengunjungi Rumah Skeldale. Mereka
semua dari kalangan tinggi, kebanyakan cantik, dan punya kepentingan
yang sama, ialah ingin tahu. Mereka datang untuk minum-minum, untuk
minum teh, untuk makan, tapi alasan sebenarnya untuk memandang
wajah Siegfried. Mereka seperti pelancong di padang pasir yang
kehausan dan ingin melihat oase.
Aku merasa harga diriku diinjak-injak, bila mata mereka lewat begitu
saja, tanpa melihat dan mengacuhkan diriku dan memandang Siegfried
seperti harimau kelaparan. Aku tidak cemburu, tapi aku kehabisan akal.
Dengan diam-diam aku mulai menyelidiki Siegfried, apakah rahasia daya
tariknya. Jaket yang tergantung pada bahunya yang kurus, sudah lusuh.
Kerah bajunya sudah kelihatan benang-benangnya yang terlepas.
Dasinya tak ber-bentuk lagi. Jika melihat ini semua, aku berkesimpulan,
bahwa rahasia daya tariknya tak terletak pada pakaiannya.
Memang ada yang menarik perhatian, ialah wajahnya yang panjang dan
bertulang. Matanya biru penuh humor. Tapi pada umumnya pipinya
begitu kurus dan cekung, sehingga aku heran, apakah dia tidak sakit.
Di antara wanita yang antri itu, aku kerap kali melihat Diana Brompton.
Tiap kali melihatnya, aku merasa seperti harus berjuang keras melawan
diriku, jangan sampai aku menjatuhkan diri dan merangkak ke bawah
sofa. Di waktu sore Diana tidak mudah dilihat, karena kecantikannya,
rambut dan kulitnya serba kuning. Ia terpesona memandang Siegfried,
mendengarkan apa yang dikatakannya, dan tertawa terkekeh-kekeh
seperti anak SD. Kerap kali semangatku jadi beku, jika membayangkan mungkin Siegfried
akan memilih Diana dari deretan wanita itu dan mengawininya. Pikiran itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menggelisahkan hatiku, karena aku tahu, bahwa aku harus segera
meninggalkan Darrowby. Padahal aku sudah mulai kerasan.
Tapi tak ada tanda yang menunjukkan bahwa Siegfried akan memilih
salah satu dari mereka. Dan pawai wanita itu berjalan terus dengan
penuh harapan. Akhirnya aku merasa biasa saja dan tak gelisah lagi.
Aku juga tak heran lagi, jika tingkah laku Siegfried tiba-tiba berubah.
Pada suatu pagi, Siegfried turun, karena ingin makan pagi. Dengan lesu
ia menggosok-gosok matanya yang masih merah.
"Pukul 4 pagi harus keluar!" keluhnya. Dengan acuh tak acuh, ia melumasi
roti panggangnya dengan mentega. "Sebetulnya aku tak suka
mengatakannya, James. Tapi semua ini kesalahanmu!"
"Kesalahanku?" tanyaku, terkejut.
"Ya, betul, kesalahanmu! Ini tentang lembu yang sakit perut itu. Selama
berhari-hari pemiliknya telah mengobatinya sendiri. Pada suatu hari
lembu itu diobati minyak setengah, liter. Hari berikutnya bikarb sedikit
dan jahe. Dan pukul empat pagi ia memutuskan untuk memanggil dokter
hewan. Waktu kutegaskan bahwa dia dapat menunggu beberapa jam lagi,
ia menjawab, 'Maaf Mr. Farnon, menurut Mr. Herriot, saya tak perlu
ragu-ragu menelepon Anda. Katanya, Anda akan keluar setiap saat baik
siang maupun malam'."
Ia mengetuk-ngetuk ujung telor yang dipegangnya, seolah-olah hal ini
terlalu berat baginya. "Yah, memang baik jadi orang penuh kesadaran.
Tapi jika petani itu bisa menunggu beberapa hari, mengapa dia tak bisa
menunggu hingga matahari terbit. Kau memanjakan orang ini, James!
Dan saya yang kena getahnya! Saya sudah muak dan bosan bangun pagi
hanya karena soal sepele!"
"Aku minta maaf sebesar-besarnya, Siegfried! Aku sungguh tidak
sengaja menjebakmu. Mungkin ini disebabkan karena aku belum
berpengalaman. Jika aku tidak berangkat, mungkin aku akan menyesal
karena binatang itu mati. Jika aku menundanya hingga matahari terbit
dan lembu itu mati, bagaimana perasaanku?"
"Itu betul," jawab Siegfried. "Memang satu-satunya hal yang paling
menyedihkan petani, jika ternaknya mati. Sesudah ternaknya mati,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mereka baru sadar, lalu bila ternak lainnya sakit, mereka segera
memanggil dokter." Aku menelan kuliah ini dan bermaksud melaksanakannya. Seminggu
kemudian, Siegfried memanggilku.
"James, saya tahu, kau tidak akan berkeberatan jika saya mengatakan
ini. Sumner tua hari ini mengeluh. Katanya, ia meneleponmu beberapa
malam yang lalu, tapi kau tak mau datang untuk memeriksa lembunya.
Kau tahu, ia langganan yang baik, dan orang yang menyenangkan. Tapi ia
mudah marah. Saya tidak ingin kehilangan langganan seperti itu."
"Tapi itu hanya radang puting yang kronis," jawabku. "Susunya sedikit
mengental. Hanya itu. Dan telah diobati sendiri selama satu minggu,
dengan obat yang dibeli dari tukang obat. Selera makan lembu itu masih
baik. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, bisa saya tunda hingga
hari berikutnya." Siegfried memegang bahuku. Dari wajahnya tampak, bahwa dia
berusaha keras untuk bersikap sabar. Aku berusaha menahan diri. Aku
tidak menghiraukan kejengkelannya. Aku sudah biasa menghadapi
kekesalan hatinya. Tapi kesabaran yang dipaksakan seperti itu sukar
kuterima. "James," katanya dengan suara lembut, "dalam pekerjaan kita ada
pedoman yang fundamental yang mengatasi segala tugas yang lain, ialah
KAU HARUS SELALU SIAP. Kata-kata ini harus kaupahat di dalam
jiwamu, dengan huruf-huruf yang terbuat dari api." Ia menggoyanggoyangkan
telunjuknya. "KAU HARUS SELALU SIAP! Camkan kata-kata
itu, James! Itu dasar segala-galanya. Bagaimanapun keadaannya, apakah
cuaca baik atau buruk, apakah siang atau malam, kalau ada langganan
memanggil, kau harus berangkat. Dan berangkatlah dengan gembira!
Tadi kaukatakan, kasus itu tidak mendesak. Padahal kau hanya
diberitahu oleh pemiliknya. Dan orang itu tak punya wewenang untuk
memutuskan, apakah kasus itu mendesak atau tidak. Tidak, James, aku
harus berangkat! Bahkan meskipun mereka telah mengobatinya sendiri.
Sebab hal itu mungkin malah berakibat buruk. Dan jangan lupa,"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
katanya, sambil mengayun-ayunkan jarinya dengan serius, "ternak itu
bisa mati." "Tapi seingat saya, seminggu yang lalu kau berkata, bahwa ternak mati
menyadarkan petani!" bantahku.
"Apa katamu?" salak Siegfried karena sangat terkejut. "Jangan ambil
pusing kata-kata itu. Lupakan saja. Tapi ingat: KAU HARUS SELALU
SIAP!" Kadang-kadang dia memberi nasihat bagaimana aku harus menghadapi
kesulitan hidup. Seperti misalnya jika ia melihatku sedang duduk
membungkuk di atas telepon yang baru saja kuletakkan dengan kasar.
Aku sedang memandang tembok, sambil memaki-maki diriku dengan
suara tidak begitu keras.
Siegfried tersenyum dengan aneh. "Ada apa, James?"
"Sepuluh menit yang lalu aku merasa jengkel terhadap Rolston. Anakanak lembunya
terserang radang paru-paru. Aku berjam-jam sibuk
menyuntiknya dengan obat-obat mahal. Akibatnya tak ada yang mati.
Sekarang dia mengeluh tentang ongkosnya dan tidak mau mengucapkan
terima kasih sedikit pun! Brengsek! Tak mau menghargai jerih payahku!"
Siegfried menghampiriku dan memeluk bahuku. Ia berusaha keras
bersikap sabar. "James," lenguhnya. "Coba lihat dirimu sendiri.
Wajahmu merah dan tegang. Kau tidak boleh jengkel seperti itu. Kau
harus berusaha hidup dengan santai. Mengapa banyak orang penting
sakit jantung dan menderita borok usus" Menurut pendapatmu karena
apa" Karena mereka menghadapi soal-soal kecil dengan tegang, seperti
kau sekarang. Ya, ya, ya aku tahu, ini menjengkelkan. Tapi itu harus
kauhadapi dengan tenang. Tenang, James, tenang! Tak ada gunanya
menegangkan urat saraf. Seratus tahun lagi keadaannya akan tetap
begitu!" Ia berkhotbah dengan tersenyum ramah, sambil menepuk-nepuk bahuku
supaya aku mau menerima nasihatnya, seperti dokter jiwa yang sedang
membujuk-bujuk pasiennya yang buas.
Beberapa hari kemudian aku sedang menulis etiket pada botol obat
merah. Tiba-tiba Siegfried masuk ke dalam kamar, seperti orang yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
baru saja terpelanting dari kendaraan. Rupanya pintu kamar
ditendangnya, sebab pintu itu terbuka dengan keras dan melanting
kembali hampir menghantam kepalanya. Ia terburu-buru ke tempat
dudukku, lalu memukul meja dengan keras. Matanya berapi-api dengan
buas, dan wajahnya merah padam.
"Saya baru dari rumah Holt si keparat itu!" teriaknya.
"Maksudmu Ned Holt?"
"Ya, betul, si bangsat itu!"
Aku heran. Mr. Holt adalah orang bertubuh pendek yang membuat jalan
raya untuk dewan daerah. Ia memelihara empat ekor lembu sebagai
kerja sambilan, dan sudah terkenal tidak pernah mau membayar dokter
hewan. Tapi dia orang yang selalu gembira. Dan selama bertahun-tahun
Siegfried dengan sukarela mau mengobati lembu-lembunya.
"Dia langganan kesayanganmu, bukan"!" tanyaku.
"Ya, dulu!" jawabnya cepat. "Aku baru saja mengobati lembu Muriel. Kau
tahu, lembu merah yang kedua dari kandang paling ujung. Telinganya
kambuh tympany. Tiap malam, jika pulang dari ladang dan tertiup angin
dengan keras, telinganya keluar air. Sudah saya obati dengan berbagai
cara. Tapi tak ada hasilnya. Kemudian, saya ingat, mungkin itu
actinobacillosis reticulum. Lembu itu kusuntik dengan sodium iodide, ke
dalam vena. Waktu aku memeriksanya hari ini, hasilnya luar biasa.
Lembu itu berdiri, sambil mengunyah rumput. Nafsu makannya sangat
besar. Saya baru saja akan menepuk-nepuk dada karena diagnosa saya
jitu. Tiba-tiba Holt mengatakan, lembu itu hari ini sembuh, karena tadi
malam ia beri garam Inggris seperempat kilo dan bubur kulit padi!
Itulah yang menyembuhkannya, bukan jerih payah saya!"
Siegfried mengambil beberapa bungkus rokok yang telah kosong dan
beberapa botol. Benda-benda itu dibantingnya dengan kejam ke dalam
keranjang sampah. Ia lalu berteriak lagi.
"Kau tahu, dua minggu lebih saya pusing dan gelisah memikirkan lembu
itu, bahkan sampai muncul dalam mimpi. Setelah saya menemukan sebab
penyakitnya, dan menggunakan obat paling mo-deren, lembu itu sembuh.


Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dan apa yang terjadi" Apakah pemiliknya mengucapkan terima kasih
atas Keakhlian saya" Apakah dia tidak...... brengsek"!
Semua pujian ditumpahkannya pada garam Inggris seperempat kilo itu!
Dan jerih payah saya tak dihargai sama sekali!"
Sekali lagi ia menghantam meja sekeras-kerasnya.
"Tapi ia ketakutan, James!" sambungnya. Matanya terbelalak. "Betul,
James, dia ketakutan sekali! Waktu dia menyebut-nyebut garam sialan
itu, dia saya bentak 'Kau setan!' dan dia saya pegang erat-erat. Bahkan
dia akan saya cekik lehernya, tapi dia lari secepat kilat ke dalam rumah
dan tak muncul-muncul lagi!"
Siegfried membantingkan dirinya ke atas kursi, dan mengaduk-aduk
rambutnya. "Garam Inggris!" keluhnya. "Oh, Tuhan! Garam itu
menyebabkan saya putus asa!"
Aku bermaksud mengingatkan dia, supaya hidup santai sesuai dengan
nasihatnya, bahwa hal semacam itu akan tetap berlangsung selama
seratus tahun lagi. Tapi dia masih memegang botol serum yang kosong.
Aku takut kalau botol itu dilemparkan ke kepalaku. Oleh karena itu, aku
membatalkan niatku. *** Kemudian datang waktunya Siegfried memutuskan akan memperbaiki
mobilku. Mobil itu tiap hari menghabiskan oli satu liter. Tapi menurut
pendapatnya, ini hal biasa saja. Waktu sehari menghabiskan oli setengah
galon, ia baru merasa bahwa harus bertindak. Mungkin yang
menyebabkan dia lalu mengambil tindakan, laporan seorang petani. Pada
suatu hari, pada hari pasaran, seorang petani berkata kepada Siegfried,
bahwa dia selalu tahu, bahwa akan ada dokter hewan datang. Sebabnya,
dari jarak berpuluh kilometer, ia telah melihat asap mobilnya.
Waktu mobil Austin kecil itu kembali dari bengkel, Siegfried mondarmandir
seperti ayam mau ber-telor. "Ke sini, James!" teriaknya. "Saya
ingin bicara!" Aku melihat wajahnya lagi yang menahan kejengkelan. Dan aku bersiapsiap untuk
mempertahankan diri. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"James," katanya, sambil mondar-mandir sekeliling mobil reyot itu dan
menghapus kotoran pada cat mobil. "Kau melihat mobil ini?"
Aku menganggukkan kepala.
"Ingat, James, mobil ini baru saja diperbaiki, dan ongkosnya sangat
mahal. Dan itulah yang ingin saya bicarakan denganmu. Kau sekarang
memiliki mobil yang boleh dikatakan masih baru," katanya, sambil
membuka tutup mesin dengan susah payah. Tutup mesin itu terbuka
dengan bunyi berderak dan diikuti hujan kotoran dan debu karat. Ia
menunjuk ke arah mesin yang berwarna hitam dan berminyak. Mesin itu
penuh dengan kabel simpang siur dan pipa-pipa karet yang berantakan.
"Mesin ini masih bagus dan aku ingin supaya kau memperlakukannya
dengan sopan. Aku sering melihatmu melarikan mobil ini seperti orang
gila. Itu tidak boleh. Kau harus menjaga mesin ini selama belum
mencapai dua atau tiga ribu kilometer. Empat puluh kilo satu jam itu
sudah cukup berat. Saya kira itu suatu kejahatan, jika ada orang
menyalahgunakan mesin baru. Orang itu harus dimasukkan ke dalam sel.
Oleh karena itu, ingat, James, jangan ngebut! Awas, kalau sampai saya
tahu!" Ia menutup kembali tutup mesin itu dengan hati-hati, dan menggosokgosok kaca
depannya yang retak-retak dengan ujung lengan bajunya, lalu
pergi. Kata-kata keras itu membekas dalam-dalam di hatiku, hingga tiap hari
aku terpaksa menjalankan mobil ke tempat tugas dengan perlahan-lahan
hampir secepat orang berjalan kaki.
Pada suatu malam, aku baru akan pergi tidur. Tiba-tiba Siegfried masuk.
Dia membawa dua orang petani, yang kedua-duanya tersenyum kecut.
Bau bir yang keras memenuhi seluruh ruangan.
Siegfried bicara dengan penuh wibawa, dan mengucapkan kata-katanya
dengan jelas. "James, sore tadi saya bertemu dengan bapak-bapak ini di
warung Banteng Hitam. Kami bertiga baru saja main domino dengan
gembira sekali. Tapi malang, bapak-bapak ini ketinggalan bis yang
terakhir. Tolong keluarkan mobil dari garasi dan bapak-bapak ini akan
saya antar pulang." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku mengambil mobil dan kuhentikan di depan rumah. Kedua petani itu
berdesakan masuk. Satu di depan, satu di belakang. Aku menyaksikan
Siegfried yang masuk ke dalam mobil sambil membungkuk. Ia duduk di
belakang kemudi. Gerak-geriknya agak terhuyung-huyung. Sedang aku
duduk di kursi belakang. Kedua orang itu tinggal di daerah pertanian sebelah utara. Lima
kilometer dari kota. Kami meninggalkan jalan raya dan dari lampu mobil
aku dapat melihat jalan berliku-liku di lereng bukit yang gelap.
Siegfried terburu-buru. Kakinya menekan pedal gas. Suara mesinnya
meraung-raung seperti binatang yang sedang disiksa. Dan mobil itu
meluncur ke dalam kegelapan. Sambil berpegangan erat-erat, aku
menjulurkan badanku ke depan supaya aku dapat berteriak ke telinga
Siegfried. "Ingat, mobil ini baru saja diperbaiki!" Suaraku mengatasi
deru mobil. Siegfried menengok ke belakang mobil tersenyum gembira. "Ya, ya, ya,
aku ingat, James! Apa yang kauributkan?" Waktu dia menjawab, mobil
melesat di atas jalan kemudian meronta-ronta di atas rumput dengan
kecepatan tujuh puluh lima kilometer per jam. Kami semua terbantingbanting
seperti gabus sampai mobil itu kembali meluncur di atas jalan
lagi. Tanpa menghiraukan itu semua Siegfried tetap mempertahankan
kecepatan mobil itu. Kedua petani itu tidak dapat tersenyum konyol lagi
dan duduk sambil berpegangan erat-erat, tanpa komentar sepatah kata
pun. Setelah muatannya dibongkar di sebuah rumah yang sunyi, mobil itu lalu
mengadakan perjalanan pulang. Karena jalannya turun, Siegfried dapat
ngebut lebih cepat. Mobil itu melompat-lompat dan terbanting-banting
di atas permukaan yang tak datar. Mesinnya melengking-lingking seperti
ringkik kuda. Beberapa kali mobil itu terpelanting ke luar jalan, tapi
untunglah kami sampai di rumah.
Sebulan kemudian Siegfried memanggilku dan melemparkan kata-kata
ini, "James," katanya dengan sedih, "kau memang anak cerdas, tapi
minta ampun, kau kejam terhadap mobil! Lihat mobil ini. Mobil ini baru
saja diperbaiki beberapa minggu yang lalu. Tapi sekarang keadaannya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
sudah tidak memuaskan sama sekali. Lihatlah sendiri, mobil ini
menghabiskan oli! Aku tidak tahu, telah kauapa-kan mobil ini! Kau
memang tak punya perasaan!"
BAB 9 YANG datang paling dulu, silakan masuk," seruku waktu aku menjenguk
ke dalam kamar tunggu. Di situ aku melihat seorang wanita tua
membawa kucing di dalam kotak karton, dua anak kecil yang sedang
berusaha memegang kelinci yang ingin terlepas, dan seseorang yang
mula-mula tak kukenal. Kemudian aku ingat. Orang itu Soames!
Waktu tiba gilirannya, dia masuk ke dalam kamar bedah. Tapi tingkah
lakunya sudah berlainan sama sekali. Senyumnya senyum seorang
penjilat. Kepalanya naik turun waktu dia bicara. Gaya bicaranya seperti
orang yang sedang merayu. Dan yang paling menarik perhatian adalah
matanya yang sebelah kanan. Mata itu bengkak dan terpejam. Daerah
sekitar mata berwarna hitam kebiru-biruan.
"Mr. Herriot, saya harap Bapak tidak berkeberatan menerima
kedatangan saya," katanya. "Sebenarnya saya telah keluar dari
perusahaan Lord Hulton, dan sedang mencari pekerjaan lain. Saya harap
Bapak dan Mr. Farnon tidak berkeberatan membantu saya mencarikan
lowongan pekerjaan."
Aku begitu heran melihat sikapnya beruban sama sekali, sehingga tak
bisa banyak bicara. Aku menjawab bahwa aku akan berusaha sedapatdapatnya dan
Soames mengucapkan terima kasih panjang lebar serta
membungkuk dan minta diri.
Setelah dia pergi, aku berpaling pada Siegfried. "Nah, sekarang apa
pendapatmu?" "Oh, saya sudah tahu segalanya." Siegfried memandangku dengan
senyum masam. "Kauingat apa yang telah saya katakan dulu" Dia curang,
menipu sana sini. Dia menjual beberapa karung gandum dan pupuk
beberapa kwintal. Makin lama, korupsinya makin berani. Tapi ini tak bisa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berlangsung lama. Ia agak lengah, sehingga ia dipecat, sebelum
menyadari apa yang telah terjadi."
"Tapi mengapa matanya bengkak seperti tomat busuk?"
"Itu hadiah dari Tommy. Kau tentu telah melihat Tommy waktu di sana.
Ia pemelihara kuda itu."
Ingatanku melayang kembali ke malam yang menjengkelkan itu, dan aku
teringat akan orang yang memegangi kepala kuda. "Ya, aku teringat.
Orang yang gemuk, besar, dan tenang itu!"
"Ya, betul. Dia bertubuh besar dan saya berusaha jangan sampai dia
meninju mata saya. Soames telah memperlakukan dia sewenang-wenang
dan waktu Tommy mendengar Soames dipecat, dia mengunjunginya dan
memberi hadiah tomat busuk itu."
*** Sekarang aku benar-benar kerasan tinggal di Rumah Skeldale. Mulamula aku heran,
apakah kiranya Tristan dapat menyesuaikan diri.
Apakah ia sedang mendapat tugas mencari pengalaman, libur, bekerja
atau apa lagi" Tapi segera jadi jelas bahwa dia telah diangkat jadi
penyalur dan pengantar obat-obatan, pencuci mobil, dan penerima
telepon. Bahkan dalam keadaan terpaksa, dia menangani kasus!
Itulah sekurang-kurangnya yang terlihat oleh Siegfried. Siegfried
punya bermacam-macam cara untuk mencari kesalahan Tristan. Misalnya
pulang mendadak, atau masuk ke dalam kamar dengan tiba-tiba, dengan
harapan Tristan dapat tertangkap basah waktu sedang tidak
mengerjakan sesuatu. Siegfried tidak pernah sadar, bahwa liburan
kuliah telah habis dan Tristan seharusnya kembali ke kampus. Beberapa
bulan kemudian aku mengambil kesimpulan, bahwa Tristan tentu
mengadakan perjanjian yang luwes dengan para dosen, karena sebagai
mahasiswa ia menghamburkan waktu luar biasa banyaknya di rumah.
Tristan agak berlainan dengan Siegfried dalam menilai peranannya.
Selama tinggal di Darrowby, Tristan memutar otaknya secerdik mungkin
supaya dapat menganggur sebanyak mungkin. Memang sebagian
waktunya ia gunakan untuk tidur di sebuah kursi. Kalau ia tinggal
sendirian di rumah supaya mengatur obat, dan kami sedang keluar untuk
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjalankan tugas, seperti biasanya ia tidur di kursi. Ia mengisi botol
kecil dengan air, hingga mencapai separo, menambahnya dengan
chlorodyne dan epicacuanha sedikit, menyumbatnya dengan gabus, dan
membawanya ke kamar tengah, lalu meletakkannya di samping kursinya.
Kursi itu sungguh kursi yang mengagumkan untuk mencapai maksudnya,
karena kursi itu kursi kuno yang berpunggung tinggi dan sisinya
dilengkapi dengan sandaran kepala.
Ia lalu mengambil majalah Daily Mirror, menyulut rokok Woodbine dan
duduk di situ sampai jatuh tertidur. Jika tiba-tiba Siegfried masuk ke
kamar itu, Tristan cepat-cepat memegang botol dan mengocoknya
sekeras mungkin, sambil sebentar-sebentar memeriksa isinya. Kemudian
ia langsung pergi ke kamar obat, mengisi botol itu hingga penuh dan
memberinya etiket. Itu memang akal bulus yang diperhitungkan masak-masak, tapi ada
kelemahannya. Ia tidak pernah tahu, siapa yang masuk, Siegfried atau
bukan, bila pintu dibuka. Kerap kali aku berjalan masuk dan melihat dia
sedang berbaring di atas kursinya. Ia tiba-tiba terkejut, matanya yang
mengantuk dibelalak-belalakkan, sambil mengguncang-guncang botolnya.
Tiap malam waktunya dihabiskannya di warung Drovers' Arms. Ia duduk
di kursi tinggi menghadapi meja, sambil mengobrol dengan santainya
dengan gadis pelayan warung. Lain kali ia pergi berjalan-jalan dengan
salah satu perawat rumah sakit setempat, yang ia pandang sebagai agen
penyalur wanita atau pacar. Demikianlah hidupnya sehari-hari. Pendek
kata, ia cukup sibuk! Sabtu malam, pukul 10.30, aku sedang mencatat
tugas-tugasku. Tiba-tiba telepon berdering. Aku memaki-maki,
memukul-mukulkan tinjuku dan mengangkat pesawat penerimanya.
"Halo, ini Herriot."
"O, Anda?" jawabnya. Suaranya keras menggeram, dengan logat
Yorkshire tulen. "Maaf, saya ingin bicara dengan Mr. Farnon."
"Maaf kembali! Mr. Farnon sedang keluar. Ada perlu apa?"
"Kalau tidak ada perlu, saya tidak menelepon. Tapi saya lebih suka Mr.
Farnon. Nama saya Sims, dari Beal Close."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
(Oh tak usah ya, malam Sabtu begini disuruh ke desa Beal Close!
Jauhnya bukan main, di atas bukit pula, jalannya jelek, harus melalui
delapan gerbang desa! Tak usah ya!), pikirku.
"Halo, Mr. Sims! Ada kesulitan apa?"
"Kalau tidak ada kesulitan, masakan saya menelepon! Saya punya kuda
balap besar. Usianya tujuh belas tahun. Kaki belakangnya, di atas lutut,
luka parah. Harap segera dijahit!"
(Astaga, di atas lutut! Alangkah berbahayanya menjahit kuda di tempat
itu! Kalau kuda itu tidak mau tenang, ini sungguh suatu perjalanan yang
mengesankan!), pikirku lagi.
"Berapa besar lukanya, Mr Sims?"
"Cukup besar, panjangnya kira-kira setengah meter. Dan berdarah
terus-menerus! Maaf, kuda ini sulit dikendalikan, selalu meronta-ronta
seperti belut! Ia bisa menyepak mata lalat! Tak ada orang yang bisa
mendekatinya! Jika melihat orang, kuda itu langsung menabraknya.
Baru-baru ini ia saya bawa ke tukang besi dan tukang besi itu ketakutan
bukan main. Memang kuda brengsek!"
(Kau yang brengsek, Mr. Sims! Mulutmu brengsek, dan kudamu paling
brengsek!) "Ya, saya akan datang. Tapi saya minta disediakan beberapa orang yang
cukup cekatan. Kalau perlu, orang yang bisa melemparkan kuda itu ke
luar!" "Apa" Melemparkan" Anda tak akan bisa melemparkan kuda ini! Bahkan
kuda ini akan menendang Anda lebih dulu! Tapi sayang, di sini tidak ada
orang. Jadi terserah, bagaimana Anda akan mengobatinya! Seharusnya
Anda tahu, bahwa Mr." Farnon tidak pernah membutuhkan bantuan
begitu banyak orang!"
(Oh, bagus, bagus! Ini akan kucatat dalam buku harianku!)
"Baik, Mr. Sims. Saya berangkat sekarang."
"Sebentar, ada yang terlupakan. Jalannya kemarin kebanjiran, jadi Anda
harus berjalan kaki sejauh dua setengah kilometer setelah hampir
sampai di tempat saya. Jadi harap segera berangkat dan jangan
membiarkan saya menunggu semalam suntuk!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
(Ini agak kurang ajar!) "Perhatikan, Mr. Sims, saya tidak suka cara bicara Anda. Saya memang
akan segera berangkat dan mencapai rumah Anda secepat mungkin!"
"Apa" Anda tak suka cara bicara saya" Kalau begitu, saya juga tidak
suka ada dokter hewan muda yang mencari pengalaman atau belajar
praktek, dengan mempergunakan kuda saya yang sehat! Oleh karena itu,
saya tidak akan gegabah mempercayakan kuda saya! Jelas, Anda tidak


Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cukup berwenang untuk menangani kuda saya!"
(Ini betul-betul kurang ajar!)
"Buka telingamu lebar-lebar, Sims! Kalau bukan demi kudamu, jangan
mengharap aku mau ke rumahmu! Pada sangkamu kau apa" Mulutmu
lancang! Kalau kau berani bicara seperti itu lagi....."
"Tenang, tenang, Jim, tenang! Kok ngotot! Sabar, Jim! Rilek dan santai!
Kok lalu darah tinggi! Apa ingin kepalamu meledak"!"
"Brengsek! Siapa kau....?"
"Kalem, Jim, kalem! Jangan marah-marah, nanti lekas keriput! Kau harus
hidup santai, 'kan?" "Tristan, sialan kau! Dari mana kau bicara?"
"Dari kios di luar Drovers. Aku baru saja menghabiskan bir dua
setengah liter! Dan kepalaku agak pusing, maka lalu meneleponmu!"
"Kurang ajar! Awas, jika kau berani memper-mainkanku sekali lagi,
kupotong lehermu! Tapi merugikan, karena sekarang aku merasa jadi
lebih tua tiga tahun! Kadang-kadang bergurau memang boleh. Tapi
minggu ini saja, kau telah memper-mainkanku tiga kali!"
"Yaaaa, tapi yang ketiga ini paling berhasil, 'kan"! Waktu kau ngotot
sampai ubun-ubunmu mau meletus, aku sungguh mau pingsan. Oh, Jim,
seandainya kau bisa mendengar suaramu sendiri!
Hahahahaha....." Dan ia tertawa terbahak-bahak
seperti pasien rumah sakit jiwa.
Karena ingin membalas dendam, aku lalu keluar dari rumah dan mencari
tempat telepon. Karena tidak biasa, aku gemetar. Dengan suara tekak
yang kubuat-buat, aku berkata,
"Apakah Anda adik Mr. Farnon" Nama saya Til-son dari Bukit Tinggi.
Harap segera datang ke rumah saya, karena lembu saya sakit...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ada apa, Jim" Suaramu kok seperti orang dicekik maling" Apa lidahmu
kejepit"! Hebat, Jim! Teruskan omelanmu! Memang menarik!"
*** Hanya sekali aku dapat mengadakan pembalasan yang setimpal. Waktu
itu hari Selasa, pukul 11.30. Aku baru bekerja setengah hari. Tiba-tiba
ada panggilan. Ada lembu mengeluarkan kandungannya. Di pegunungan,
ini merupakan suatu tugas yang berat, dan aku mulai merasa menggigil.
Kasus seperti ini terjadi, bila sesudah beranak, lembu terus-menerus
meregang menggeliat, hingga seluruh kandungan terdorong ke luar, dan
tergantung-gantung hampir sejauh lutut. Kandungan atau uterus adalah
alat tubuh yang besar dan sukar dikembalikan pada tempatnya.
Terutama karena lembu itu, sesudah berhasil mengeluarkan
kandungannya, tak menginginkan bahwa kandungan itu dimasukkan
kembali ke dalam perutnya. Dan dalam pertarungan langsung antara
manusia dan lembu, biasanya lembulah yang menang.
Supaya lembu tetap tenang, dokter-dokter yang sudah berpengalaman
bisa menggantung kaki belakang lembu. Dokter yang cerdik
menggunakan segala macam peralatan yang aneh, seperti misalnya koper
kandungan, yang dianggap dapat memadatkan kandungan itu. Tapi
hasilnya sama saja. Pekerjaan ini tetap merupakan pekerjaan yang bisa
mematahkan tulang punggung.
Dengan menggunakan epidural anaesthetic segalanya jadi mudah, karena
rasa sakit pada kandungan jadi lenyap, dan lembu berhenti meregangregang. Tapi
'tempat tidur anak lembu keluar' dan melewati perbatasan,
sudah pasti melenyapkan senyum dokter hewan pula.
Supaya dapat mendorong kandungan itu, aku mengajak Tristan, karena
mungkin aku membutuhkan tenaga kulinya. Ia mau ikut, tapi tak punya
gairah. Semangatnya runtuh, waktu di kandang ia melihat seekor lembu
betina bertanduk pendek, berbaring tenang, dan tak ambil pusing sama
sekali. Di belakangnya ada onggokan kandungan yang berdarah, uri, tahi,
dan jerami, yang melimpah ke parit.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lembu itu sama sekali tak mau bangkit. Tapi setelah kami bentakbentak dan kami
dorong-dorong bahunya, ia bangun dan berdiri dengan
lesu. Ruang epidural sukar ditemukan di antara belitan lemak. Dan aku tidak
yakin, apakah aku sudah menyuntikkan semua anaesthetic ke tempat
yang betul. Aku memindahkan uri, membersihkan kandungan, dan meletakkannya di
atas kain bersih yang dipegang petani dan adiknya.
Kedua orang itu tidak begitu kuat dan yang bisa dilakukannya hanyalah
menjaga supaya kain itu tetap datar. Aku tidak banyak mengharapkan
bantuan mereka. Aku mengangguk ke arah Tristan. Kami melepaskan baju, mengikatkan
kantung-kantung bersih pada pinggang, dan mengumpulkan kandungan ke
atas lengan kami. Kandungan itu sangat besar dan bengkak. Untuk memasukkannya,
membutuhkan waktu satu jam. Mula-mula kami merasa lama tersiksa,
waktu tak ada kemajuan sama sekali. Memasukkan kandungan yang
sangat besar ke dalam lubang kecil sungguh menggelikan, rasanya
seperti memasukkan sosis ke dalam lubang jarum. Pada saat tertentu
kami mengira telah menyelesaikan pekerjaan yang mengagumkan.
Padahal yang terjadi, kandungan itu tergelincir ke bawah melalui bagian
kain yang sobek. Aku teringat ceritera Siegfried. Ia pernah hampir
berhasil memasukkan kandungan seekor lembu. Tapi mendadak ia
bersedih hati, karena kandungan itu ternyata dimasukkan ke dalam
dubur lembu. Waktu kami sudah hampir putus asa, tiba-tiba datang saat
yang menggembirakan. Seluruh kandungan itu mulai terhisap ke dalam,
dan di luar dugaan, lenyap dari pandangan.
Setelah bergumul satu jam, aku dan Tristan lalu beristirahat. Kami
berdua berdiri, sambil terengah-engah. Wajah kami hampir
bersentuhan. Pada pipi Tristan terlihat sebuah lukisan indah, ialah
akibat semprotan darah dari urat nadi lembu. Aku memandang dalamdalam ke pusat
matanya. Aku bisa membaca perasaannya. Ia sungguh
muak terhadap pekerjaan seperti ini.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Seluruh bahu dan punggungku terasa sakit. Sambil menyabun lengan, aku
mengamat-amati Tristan. Ia sedang mengenakan baju dengan susah
payah, seolah-olah semua tenaganya sudah lenyap. Sedang sang lembu,
sambil mengunyah jerami dengan puasnya, merasa telah bebas dari
segala penderitaan. Di mobil, Tristan mengeluh, "Kukira, tugas seperti itu bukan bakatku.
Aku merasa seperti baru saja digilas mesin giling aspal. Alangkah
mengerikannya hidup ini kadang-kadang!"
Sesudah makan siang, aku berkata kepada Tristan, "Tris, sekarang, aku
akan pergi ke Brawton. Mudah-mudahan kau tak perlu berjumpa dengan
lembu itu lagi. Hal seperti itu biasanya terulang, dan kemungkinan besar
kandungan itu keluar lagi. Jika itu terjadi, ini tugasmu, karena Siegfried
baru pulang nanti sore. Dan tugasku siang ini, tak bisa ditunda-tunda
lagi." Kegembiraan Tristan lenyap sama sekali. Ia jadi tampak kurus dan
cekung. Ia tampak jadi tua mendadak. "Oh, Tuhan!" serunya. "Hal itu
jangan kau-perbincangkan lagi! Aku sudah muak! Aku bisa mati, kalau
ada kasus seperti ini lagi! Dan jika aku harus bekerja sendiri, aku bisa
mati karena ngeri! Betul itu!"
"Kau tak perlu sedih. Mudah-mudahan itu tak terjadi."
Aku lalu berangkat ke Brawton. Setelah mobilku meluncur kira-kira
sejauh lima belas kilometer, aku melihat gerdu telepon. Seketika itu
juga aku mendapat akal. Mobil kuhentikan dan aku turun. "Akan kucoba,"
bisikku pada diri sendiri. "Mungkin kali ini berhasil."
Waktu memegang telepon, aku mendapat ilham bagus. Pesawat bicara
kubungkus sapu tangan. Aku memutar nomor. Waktu aku mendengar
suara Tristan, aku berteriak sekeras-kerasnya, "Apakah Anda pemuda
yang memasukkan kasur anak lembu saya tadi pagi?"
"Ya," jawabnya. Suaranya tegang. "Ada apa" Ada yang tidak beres?"
"Ada yang tidak beres!" teriakku lagi. "Bendanya keluar lagi!"
"Apa" Keluar lagi" Semuanya?" tanyanya, ham-pir menjerit.
"Ya, bahkan lebih besar lagi! Dua kali lebih besar daripada tadi pagi,
disertai darah berlimpah-limpah! Anda harus segera menolongnya!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lama tidak ada jawaban. Mungkin ia jatuh pingsan. Kemudian suaranya
terdengar lagi, parau tapi tegas. "Baik, aku akan segera datang!"
Sunyi sebentar. Lalu ia bicara lagi. Suaranya hampir tak terdengar.
"Apakah kandungan itu keluar seluruhnya?"
Aku tidak dapat menahan ketawa. Nada bicaranya menggelitik perutku.
Ia masih punya harapan tipis, mungkin pemilik lembu dianggapnya hanya
membesar-besarkan kasus, atau mungkin kandungan itu hanya keluar
sedikit sekali. Aku lalu tertawa. Padahal sebenarnya aku ingin
mempermainkannya sedikit lama lagi. Tapi itu tak mungkin. Aku tertawa
terbahak-bahak, makin lama makin keras. Dan sapu tangan penutup
pesawat bicara kulepaskan, supaya Tristan dapat mendengar suaraku.
Aku mendengar maki-makiannya sebentar, kemudian pesawat bicara
kuletakkan perlahan-lahan. Mungkin ini takkan terjadi lagi. Tapi bagiku,
pembalasan ini manis sekali, maniiis seperti madu!!
BAB 10 "ANDA membutuhkan Mr. Herriot" Tentu saja boleh. Sebentar, saya
panggilkan." Siegfried menutup pesawat bicara dengan tangannya. "Ke
sini, James. Ini ada orang lebih menyukaimu." Aku memandang Siegfried
sepintas. Tapi dia tersenyum. Ia gembira.
Sesudah selesai menjawab telepon, aku teringat akan ceritera-ceritera
yang telah kudengar tentang majikan jenis lain. Lain, tidak seperti
Farnon, yang suka melayani. Aku juga teringat akan perubahan yang
terjadi beberapa minggu yang lalu. Sikap para petani mulai berubah. Di
samping mengharapkan Farnon, mereka mulai memperhatikan dan menghargaiku. Kalau
mereka mengundangku makan siang, keramahan mereka
keramahan yang murni, bukan lagi basa-basi belaka.
Ini berarti, sesudah aku berjerih payah beberapa waktu, usahaku mulai
mendapat penghargaan. Penduduk Dales mulai menerima kehadiranku.
Mereka mulai mengerti arti persahabatan yang telah kami bina dengan
hati-hati. Makin tinggi daerah itu, makin kusukai penduduknya. Di
dataran rendah, di mana saja, sifat petani hampir serupa. Tapi makin ke
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
atas, sifat petani itu makin menarik. Pondok-pondok mereka berserakan.
Tanah pertanian mereka terletak di tempat yang terpencil, dekat
puncak yang putih. Petani-petani itu punya sifat paling istimewa. Mereka
sederhana, punya harga diri, bebas, dan ramah.
Minggu pagi ini, aku dipanggil Keluarga Beller-bys. Mereka tinggal di
Halden, sebuah lembah kecil cabang Dale. Waktu hampir sampai di
tempat, mobilku terbanting-banting dan berderak-derak satu setengah
kilometer di atas tanah. Tiap beberapa meter ada gundukan batu yang
cukup tinggi. Setiba di tempat tujuan, aku keluar dari mobil. Tempat ini cukup tinggi.
Meskipun tadi kusebut lembah, tapi lembah di dataran tinggi. Kalau aku
melihat ke atas, masih ada perbukitan yang semua celah-celahnya
berbentuk, aneh, dengan lereng yang curam, ngarai dan jurang yang
dalam. Jurang ini dibuat oleh parit dan anak sungai yang tak terhitung
banyaknya, yang bermuara di Halden Beck dengan suara gemuruh.
Airnya terjun dan tumpah di dasar batu karang jauh di bawah. Di sana,
jauh di sebelah bawah tampak pohon-pohon dan ladang-ladang yang
diusahakan. Di belakangku tampak hutan belukar yang lebat, di sebuah
lekukan seperti waskom besar, tempat petani. Lereng-lerang perbukitan
itu sangat besar dan tampak sangat dekat, dengan nama-nama yang
aneh, misalnya Halsten Pike, Als-tang, dan Birnside
Di sini, di daerah pegunungan yang tinggi, pengaruh peradaban hampir
tidak ada. Semua bangunan terbuat dari batu yang usianya sudah
beratus-ratus tahun, tampak kokoh dan padat. Dan tujuannya pun
sederhana, ialah untuk melindungi hewan. Bangunan itu bangunan kuno,
tak berjendela dan tak bergenting kaca. Demikian pula kandang
lembunya, hampir tanpa jendela, berdinding tebal, dan agak gelap.
Lantainya pecah-pecah dan berlubang-lubang. Masing-masing lembu
dipisahkan oleh sekat kayu yang sudah lapuk.
Aku masuk, sambil mencari-cari jalan. Akhirnya mataku jadi biasa di
ruang yang remang-remang itu. Di dekat pintu tak ada orang, kecuali
seekor lembu berwarna abu-abu. Pada ekornya tergantung tulisan,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
karena inilah cara yang mudah untuk memberi tahu dokter hewan.
Waktu ekornya kuangkat, terbaca: "Sedikit galak, sakit radang susu".
Aku mendorong dan memutar posisi dan mulai memeriksa puting susunya.
Waktu aku sedang mengeluarkan susunya, yang bentuknya seperti
serabut dan tidak berwarna, tiba-tiba ada orang menyapaku dari pintu,
"Oh, Anda, Mr. Herriot! Saya gembira sekali Anda datang pagi ini. Saya
ingin minta bantuan, jika Anda tidak berkeberatan."
Aku mengangkat kepala dan memandang Ruth. Ruth adalah anak
perempuan Pak Bellerby, seorang gadis dewasa yang berusia tiga
puluhan tahun. Wajahnya menarik, otaknya cerdas, ingin maju dan suka
menyelidiki sesuatu. Cita-citanya ingin jadi pembangun desa, hingga
nasib dan keadaan penduduk Dales jadi lebih baik.
"Jika mungkin, dengan senang hati saya bersedia membantu Nona. Nona
minta bantuan apa, Miss Ruth?"
"Begini persoalannya, Mr. Herriot. Nanti sore, di gereja Darrowby, akan
ada pagelaran musik The Messiah. Saya ingin sekali mendengarkannya.
Tapi naik kuda rasanya terlalu lama, dan lagi untuk mendapatkan kuda
yang larinya cepat, ternyata tidak mudah. Oleh karena itu, jika saya
boleh ikut mobil Anda, saya akan mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya.
Tentang pulangnya, saya akan mencari kendaraan sendiri."
"Tentu saja Nona boleh ikut mobil saya," jawabku. "Bahkan dengan
senang hati. Sebab sebenarnya saya sendiri juga ingin
mendengarkannya. Di Darrowby jarang ada musik bermutu. Kesempatan
ini sayang kalau dilewatkan begitu saja."
Aku gembira dapat menolong orang-orang yang ramah di rumah ini.
Sejak perkenalan pertama, keluarga Bellerby memang kukagumi. Bagiku
mereka merupakan generasi abad yang lalu yang masih hidup. Dunia
mereka mempunyai nilai yang abadi. Mereka tidak pernah tergesa-gesa.
Mereka bangun sesudah matahari terbit. Mereka pergi tidur jika
merasa lelah, makan jika lapar, dan jarang melihat jam.
Sesudah selesai mengurus lembu, Ruth mengantarkanku ke dalam
rumah, sambil berkata, "Ayah, Ibu, dan saya, ingin mendengarkan musik
itu. Tapi Rob, adik saya, tidak tertarik The Messiah."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku agak terkejut waktu masuk ke dalam rumah. Keluarga itu baru saja
akan makan siang, dan masih memakai pakaian kerja. Aku dengan diamdiam melihat
arlojiku. Ternyata sudah pukul dua belas kurang
seperempat. Padahal musik itu akan mulai pukul dua siang. Mungkin
masih cukup waktu. "Mari, Nak," kata Pak Bellerby yang bertubuh kecil. "Mari makan!"
Agak sukar menolak ajakan ini tanpa menyinggung perasaannya. Tapi
kepada mereka kujelaskan, bahwa setiba di rumah aku sudah disediakan
makan, kalau tidak kumakan, kasihan Bu Hall.
Mereka menerima alasan ini dan segera duduk mengelilingi meja dapur
yang bersih. Bu Bellerby mengambil bubur Yorkshire yang bentuknya
bundar dan besar, memberikannya kepada mereka masing-masing, dan
menuangkan kuah daging dari mangkuk porselen ke atas bubur itu.
Sepanjang pagi aku telah bekerja berat. Bau kuah lezat yang menyiram
bubur yang berwarna keemasan itu, menusuk-nusuk hidung dan
merupakan siksaan bagi perutku. Tapi aku merasa terhibur, karena
mengira mereka akan makan terburu-buru, karena aku kutunggu.


Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi dugaanku meleset. Mereka makan dengan santai, tanpa bicara
sepatah kata pun, dan bubur itu habis. Kemudian Bob, seorang pemuda
berusia sekitar dua puluhan tahun, berhati ramah dan bertubuh kekar,
mendorong piringnya yang kosong ke depan. Ia tidak mengatakan apaapa. Tapi
ibunya menjatuhkan sebungkah bubur kental lagi dan menuanginya dengan kuah
daging. Orang tua dan kakak perempuannya
memandangnya dengan penuh pengertian, waktu dia dengan sistematis
memindahkan gumpalan bubur padat yang lumat itu, ke dalam mulutnya.
Berikutnya muncul onggokan daging panggang dari tungku. Pak Bellerby
memotong dan menggergajinya, hingga semuanya mendapat setumpuk
irisan daging di atas piring masing-masing. Kemudian dari tempat yang
mirip waskom cuci, muncul gundukan kentang yang dilumatkan, diikuti
irisan lobak. Serbuan mulai lagi.
Mereka sama sekali tidak terburu-buru. Mereka makan dengan tenang
dan perlahan-lahan, dengan sabar dan santai, tanpa bicara sama sekali.
Yang paling cekatan menggugurkan gunung kentang adalah Bob.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka tampak santai dan bahagia. Tapi aku merasa gelisah dan
tersiksa. Perutku terasa pedih dan melilit-lilit, karena lapar. Kecuali itu,
arlojiku berdetik lambat sekali tanpa ampun.
Agak lama kemudian, Bu Bellerby berdiri dan menghampiri tungku api di
sudut. Tungku itu sudah tua. Ia membuka tutupnya dan mengeluarkan
panci pipih berisi pastel apel yang masih berasap. Ia lalu memotongmotong,
membagikannya kepada mereka, dan menuanginya dengan kuah
kekuning-kuningan dari mangkuk porselen yang lain.
Keluarga itu sibuk lagi, seolah-olah baru saja mulai makan. Sekali lagi
kesunyian meliputi kelompok itu. Piring Bob segera bersih tanpa
kesulitan apa pun. Tanpa mengucapkan kata sepatah pun, piring
didorongnya ke tengah meja Ibunya sudah siap dengan pastel yang
besar berbentuk persegi empat, dan limpahan kuah yang disebut
custard. Kukira ini akan merupakan penutupan makan, dan acara makan akan
berakhir. Mereka akan sadar, bahwa waktu tinggal sedikit, dan akan
berganti pakaian. Tapi aku mulai cemas. Bu Bellerby dengan perlahanlahan
berjalan dan meletakkan ketel di atas api, sementara Pak Bellerby
dan Bob mendorong kursinya ke belakang, lalu menjulurkan kakinya.
Keduanya memakai celana corduroy, talinya terlepas, dan kakinya
memakai sepatu bot yang sangat besar, yang berpaku hob. Setelah
meraba-raba sakunya, Bob mengeluarkan sebungkus rokok yang telah
kumal, lalu berbaring di kursinya, seperti orang pingsan di atas pangkuan
pacarnya. Sedang ibunya menaruh secangkir teh di depannya. Pak
Bellerby mengeluarkan pisau lipat dan mulai memotong tembakau untuk
pipanya. Waktu mereka mulai duduk lagi dengan teratur mengelilingi meja, dan
dengan perlahan-lahan menghirup tehnya yang masih panas, aku mulai
merasa adanya gejala klasik ketegangan jiwa. Nadiku berdenyut-denyut,
rahang mengetat rapat, dan kepalaku mulai pusing.
Sesudah cangkir kedua habis diminum, baru ada tanda-tanda makan
selesai. Pak Bellerby bangkit sambil mengeluh, menggaruk-garuk baju
depannya, dan menggeliat dengan nikmatnya. "Sabar, Nak! Kami akan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mandi-mandi dulu dan berganti pakaian. Bob akan tetap duduk dan
menemani Anda, karena dia tak akan ikut."
Di ujung dapur ada bak mandi besar terbuat dari batu. Dari situ
terdengar kecepak-kecepuk suara air yang memercik waktu mereka
mandi. Kemudian mereka menghilang ke tingkat atas. Aku merasa sangat
lega, karena ternyata mereka berganti pakaian dengan cepat. Pak
Bellerby turun dengan segera. Tampangnya berubah. Ia mengenakan
celana dan baju dari kain kepar yang mengkilat dan tampak kaku.
Warnanya biru seperti seragam pelaut, dan agak kehijau-hijauan.
Ibu dan anaknya juga segera muncul. Mereka memakai rok katun yang
meriah dengan bunga berwarna-warni.
"Sudah selesai" Sudah siap" Kalau begitu, mari langsung, berangkat!
Silakan berjalan dulu!" seruku dengan ramah tapi agak histeris.
Tapi Ruth tidak beranjak. Ia sedang menarik-narik kaos tangan dan
memandang adiknya yang ter-lentang di kursi. "Bob, kau memang
keterlaluan dan memalukan!" bentaknya. "Lihat ini, aku, Ayah, Ibu,
semua mau berangkat untuk mendengarkan musik yang bermutu. Tapi
kau enak duduk di kursi, masih jorok, dan tak ambil pusing sama sekali!
Kau tidak mau menghargai seni sama sekali! Kau tidak ingin maju dan tak
ada bedanya dengan lembu-lembu di luar itu!"
Bob beranjak dengan gelisah, karena serangan mendadak ini. Tapi masih
ada tembakan lagi. Ruth menghentakkan kakinya. "Darahku terasa mendidih melihatmu
seperti itu! Aku tahu, sebentar lagi kau tentu tertidur, mendengkur
seperti babi sampai petang!" Ruth dengan cepat memutar tubuhnya ke
arah ibunya. "Bu, dia tidak boleh begitu! Dia tidak boleh mendengkur di
sini! Dia harus ikut!"
Peluh mulai membasahi dahiku. Aku mulai mengomel. "Tapi bagaimana
menurut pendapat Anda. Mungkin...... kita bisa terlambat..... mulai pukul
dua.....saya belum makan siang...."
Tapi kata-kataku itu tak masuk ke telinganya sama sekali. Buktinya Ruth
lalu menggigit bibirnya, kemudian meledaklah granatnya, "Bob, berdiri!
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mandi sekarang juga dan ganti pakaian!" Lalu mulut Ruth menutup
seketat-ketatnya dan rahang bawahnya terdorong ke depan.
Dalam pertempuran ini Bob kalah. Meskipun Bob juara makan, tapi
rupanya tak punya pendirian sendiri. Ia bersungut-sungut, dan dengan
malas menghampiri bak mandi. Ia melepaskan bajunya, dan mereka
semua duduk sambil menonton Bob menyabuni tubuhnya dengan sabun
besar mereka White Windsor. Ia menyemprot kepala dan lehernya
dengan selang di samping bak mandi. Kamar mandi itu hanya tertutup
bagian bawahnya saja. Seluruh keluarga itu memandangnya dengan riang gembira, karena Bob
mau ikut, dan itu akan berguna baginya. Ruth memandang percikan air
dengan sinar mata penuh kasih sayang. Itu terus-menerus mengerling ke
arah saya, seolah-olah berkata, "Apakah itu tidak luar biasa?"
Padahal aku merasa sangat jengkel, seperti orang mau sinting.
Seandainya aku tidak sadar, seluruh rambut kepalaku pasti kucabut
hingga gundul. Aku merasa seperti ingin melompat, menginjak-injak
lantai hingga hancur, dan menjerit sekeras-kerasnya. Ini semua
menunjukkan bahwa kesabaranku hampir habis. Aku menahan perasaan
ini dengan menutup mataku. Tentu lama aku menutup mata itu, karena
waktu aku membukanya, Bob sudah berdiri di sampingku mengenakan
setelan presis setelan ayahnya.
Aku tak begitu banyak ingat tentang perjalananku ke Darrowby. Yang
masih kuingat samar-samar adalah mobilku, yang meluncur dengan
kecepatan enam puluh kilometer sejam menuruni jalan yang berbatubatu. Mataku
memandang jauh ke depan dan rasanya seperti mau jatuh
ke luar. Sedangkan keluarga itu, meskipun berimpit-impitan, tampak
sangat gembira karena dapat naik mobil.
Namun Bu Hall, yang biasanya sangat tenang, tampak sedikit kesal.
Buktinya ia mengetatkan bibirnya, karena pukul dua kurang sepuluh aku
baru makan siang. Dan pukul dua tepat aku berangkat lagi, sesudah
menyikat masakannya yang enak.
Aku terlambat. Ketika aku merayap masuk ke dalam gereja, musik The
Messiah telah mulai. Semua mata memandangku dengan pandangan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mencela. Waktu aku mengerling ke arah keluarga Bellerby, yang duduk
sangat tegak dalam satu deret, mereka pun tampak menyesal.
BAB 11 AKU melihat lagi ke kertas catatan tentang kun-jungan-kunjunganku.
'Dean 3, Thompson's Yard. Anjing tua sakit.'
Di Darrowby ada banyak yard seperti itu. Itu sebenarnya gang, seperti
gambar-gambar pada novel karya Dickens. Beberapa gang itu menuju ke
pasar. Banyak lagi yang berserakan di belakang jalan raya di bagian kota
yang lama. Dari luar hanya kelihatan gapuranya. Aku selalu bingung jika
mengikuti gang sempit, karena tiba-tiba sampai di deretan rumah kecil
yang tak teratur. Di sini tak ada rumah yang sama bentuknya, dan jarak
rumah satu dengan lainnya hanya satu setengah meter, sehingga dari
jendela masing-masing penghuninya dapat melihat ke dalam rumah
tetangganya. Gang sempit ini dialasi batu-batu bulat.
Di depan sementara rumah, tanahnya dicangkul dan ditanami bunga
marigold dan nasturtium, yang merambat di batu-batu kasar. Tapi di
ujung barisan, rumah itu mau roboh, sebagian tak ada penghuninya, dan
jendelanya tertutup. Rumah nomor tiga pada ujung gang ini sudah miring, dan tampak seperti
tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi.
Waktu aku mengetuk pintunya, catnya yang sudah mengelupas bergetar
seperti akan rontok, karena kayu pintu itu sudah lapuk. Tembok sebelah
atas sudah condong ke luar, tiap saat bisa runtuh, karena dinding kedua
sisi rumah sudah retak. Seorang laki-laki bertubuh kecil, yang rambutnya sudah putih membuka
pintu. Wajahnya kurus dan keriput, tapi tampak cerah karena matanya
memancarkan kegembiraan. Ia memakai sandal dan celana cardigan yang
penuh jahitan dan tambalan.
"Saya ingin memeriksa anjing Bapa," kataku dan orang tua itu
tersenyum. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Oh, saya gembira Tuan datang," jawabnya. "Saya sedih memikirkan
sahabat saya itu. Silakan masuk!"
Aku diantarnya masuk ke dalam kamar tamu yang sempit. "Saya hidup
sendirian sekarang, Tuan. Setahun yang lalu istri saya meninggal.
Biasanya, dialah yang mengurus anjing tua itu."
Di tiap tempat menunjukkah bahwa orang itu sangat miskin. Lino yang
lusuh, perapian yang padam, bau yang pengap dan tempat yang lembab.
Kain penutup dinding tergantung dan terlepas dari tembok yang basah.
Di meja ada makanan untuk dia sendiri. Potongan daging babi yang
dikukus, beberapa butir kentang goreng, dan secangkir teh. Itulah
suasana di rumah tua ini.
Di sudut, di atas selimut, berbaring pasienku, seekor anjing labrador
bastar. Dulu anjing itu tentu besar dan kuat, tapi sekarang sudah tua,
karena bulu di sekitar mulutnya sudah putih. Demikian pula bagian dalam
matanya, tampak putih dan pucat. Anjing itu berbaring dengan tenang
dan memandang saya, tanpa menunjukkan rasa permusuhan.
"Ia masih lincah, Mr. Dean?"
"Ya, memang. Usianya sudah empat belas tahun, tapi masih selincah anak
anjing, dan suka berlari-larian. Namun, akhir-akhir ini ia tidur saja. Bob
memang anjing tua yang mengagumkan. Selama hidupnya ia belum pernah
menggigit orang. Ia suka bermain dengan anak-anak dan sekarang
merupakan teman saya satu-satunya. Saya harap Tuan dapat segera
menyembuhkannya." "Apakah ia suka makan, Mr. Dean?"
"Ya, lahap sekali! Itulah yang mengherankan saya, karena dulu banyak
makan. Setiap saya makan, ia selalu menaruh kepalanya di atas lutut
saya. Tapi akhir-akhir ini tidak."
Waktu memandang anjing itu, aku merasa makin gelisah. Perutnya
sangat gembung dan dengan mudah dapat kuketahui, bahwa ia kesakitan.
Nafasnya tersendat-sendat, tepi bibirnya ditarik ke belakang. Matanya
tampak cemas dan gelisah.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Waktu Mr. Dean bicara, anjing itu memukulkan ekornya dua kali di atas
selimut. Matanya yang sudah putih memancarkan minat sekejap. Tapi
dengan cepat minat itu lenyap, dan sinar matanya kosong dan padam.
Dengan hati-hati aku meraba perutnya. Jelas perut itu berisi cairan
kental, hingga terasa keras. "Coba berguling, Bob!" perintahku. "Aku
ingin memeriksa sisi sebelahnya." Anjing itu menurut dengan patuh
waktu kugulingkan. Tapi ketika gerakan itu baru saja selesai, ia
mengaduh dan memandang sekitarnya. Dengan mudah sebab penyakitnya
dapat kuketahui. Anjing itu ketepuk-tepuk perlahan-lahan. Melalui otot panggulnya aku
dapat merasakan adanya gumpalan keras yang bergelombang. Ini tentu
kanker hati yang sangat besar dan sama sekali tak dapat dioperasi. Aku
membelai-belai kepala anjing itu waktu aku berusaha menenangkan
pikiranku. Ini tidak mudah.
"Apakah sakitnya akan lama, Tuan?" tanya orang tua itu. Sekali lagi ekor
anjing itu memukul-mukul selimut, waktu mendengar suara majikannya.
"Dalam mengerjakan tugas sehari-hari, saya selalu ditemani Bob. Dan
jika sekarang Bob tidak akan dapat menemani lagi, ini sungguh
menyedihkan!" "Maaf, Mr. Dean. Saya kira keadaannya sudah sangat gawat. Bapak
dapat melihat sendiri perut yang gembung ini. Ini disebabkan karena
ada alat tubuh yang tumbuh."
"Maksud Tuan.... kanker?" tanya orang tua itu dengan lesu.
"Ya, saya kira kanker. Dan sudah terlambat, hingga tak mungkin lagi
diobati. Saya ingin menolongnya, tapi tidak dapat."
Orang tua itu tampak bingung dan bibirnya gemetar. "Jadi anjing saya
akan mati?" Dengan susah payah aku menelan ludah. "Ya, dan saya kira kita tidak
boleh menunggu hingga ia mati dengan sendirinya. Sebab ia sekarang
sedang kesakitan. Tapi sebentar lagi sakitnya akan makin payah.
Bagaimana menurut perasaan Bapak" Tidakkah lebih baik ia kita suruh
tidur saja" Ia sudah terlalu lama menderita!" Aku selalu bicara terus
terang, tapi anjuranku tidak mendapatkan sambutan yang cepat.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Orang tua itu diam, kemudian berkata, "Sebentar," dan perlahan-lahan
dengan susah payah berlutut di samping anjing. Ia tidak mengucapkan
kata sepatah pun. Tapi tangannya berkali-kali mengusap moncong dan
telinganya, sementara anjing itu memukul-mukulkan ekornya di atas
lantai. Ia lama berlutut di situ, sementara aku berdiri di dalam kamar yang
muram. Mataku melayang ke gambar-gambar yang sudah pudar di
dinding, ke tirai yang suram dan lepas benang-benangnya, dan ke kursi
malas yang pernya sudah patah.
Akhirnya orang tua itu dengan susah payah berdiri dan menelan udara
satu dua kali. Tanpa memandangku dia berkata dengan serak, "Baik,
apakah Tuan akan melakukannya sekarang?"
Aku mengisi suntikan dan melontarkan kata-kata yang biasa kukatakan.
"Bapak tak perlu bersedih hati. Suntikan ini sama sekali tidak sakit.
Hanya untuk membius. Inilah cara yang paling baik untuk menidurkan
Bob." Waktu jarum kutusukkan, anjing itu tidak bergerak. Ketika obat tidur
mulai mengalir dalam urat darahnya, kecemasan pada wajahnya lenyap,
dan ototnya mulai mengendur. Sebelum injeksi selesai, anjing itu sudah
tidak bernafas lagi. "Ia sudah mati?" bisik orang tua itu.
"Ya, ia sudah mati," jawabku. "Ia sekarang sudah tidak menderita lagi."
Orang itu berdiri dan tidak bergerak. Tangannya berkali-kali
ditangkupkan dan dilepaskan. Waktu ia berpaling dan memandangku,
matanya bersinar-sinar. "Tuan betul! Kita tidak boleh membiarkannya
menderita. Dan saya merasa berterima kasih atas kebaikan Tuan. Lalu
sekarang, untuk membalas budi, Tuan minta apa?"
"Jangan repot-repot, Mr. Dean!" jawabku cepat. "Bapak tidak berhutang


Seandainya Mereka Bisa Bicara If Only They Could Talk Karya James Herriot di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

budi sama sekali. Saya kebetulan lewat di sini. Dan itu soal mudah
sekali!" Orang tua itu tercengang. "Tapi Tuan memerlukan biaya untuk membeli
obat, bukan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tidak, Mr. Dean, terima kasih! Harap jangan memikirkan soal itu lagi.
Seperti yang saya katakan tadi, saya kebetulan lewat di sini." Aku minta
diri, keluar dari rumah, melalui gang dan masuk ke jalan raya. Di tengah
kesibukan dan sinar matahari yang cerah, ruang sempit yang muram itu
beserta orang tua dan anjingnya yang mati, masih terbayang jelas dalam
ingatanku. Waktu berjalan menghampiri mobil, aku mendengar ada orang
memanggil. Orang itu, dengan terburu-buru dan sambil menyeret-nyeret
sandalnya, mengejarku. Pipinya coreng-coreng dan basah, tapi dia
tersenyum. Ia mengulurkan benda kecil berwarna coklat.
"Tuan, terimalah ini, sebagai tanda terima kasih saya, karena saya
merasa berhutang budi." Ia menunjukkan benda itu dan aku mengamatamati-nya.
Benda itu sudah sobek-sobek, tapi masih bisa dikenal sebagai
peninggalan kejayaan masa lampaunya.
"Silakan ambil, ini untuk Tuan!" kata orang tua itu. "Silakan mengisap
cerutu!" BAB 12 SELAMA beberapa waktu, suasana di Rumah Skeldale tenang. Bagiku,
suasana ini cukup menenteramkan hati. Tapi sayang, Siegfried pernah
punya gagasan menyerahkan pembukuan kepada Tristan, adiknya.
Selama hampir dua minggu tidak terdengar Siegfried membentak atau
marah-marah. Namun suatu ketika terjadi peristiwa yang kurang
menyenangkan. Waktu pulang, Siegfried melihat Tristan naik sepeda di
gang di dalam rumah. Siegfried membentak-bentak dan mengucapkan
kata-kata yang tidak mudah dimengerti. Asal mulanya begini: Tristan
disuruh menyiapkan makan. Tapi jarak dari dapur ke kamar makan cukup
jauh. Jadi cukup wajar kalau ia naik sepeda di dalam rumah!
Beberapa waktu kemudian, musim gugur tiba. Udara dingin sekali seperti
menembus ke tulang. Api di perapian melemparkan bayang-bayang yang
menari-nari di tembok sekitarnya, hingga ke langit-langit. Langit-langit
ini tinggi dan diukir. Api itu menyala dengan terangnya di kamar yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
besar itu. Sungguh nikmat bila sesudah bekerja sehari penuh, kami
bertiga dapat beristirahat di atas kursi malas yang jorok, sambil
menjulurkan kaki ke depan perapian.
Tiap malam Tristan sibuk mengisi teka-teki di harian Daily Telegraph.
Siegfried membaca dan aku mengantuk. Aku malu bila ditanya tentang
jawaban teka-teki. Sesudah berpikir sebentar, Siegfried biasanya
dapat langsung menjawab. Tapi sampai Tristan mengisi seluruh tekateki, aku belum
dapat menemukan jawaban nomor pertama.
Permadani di depan kaki kami penuh anjing. Ada lima ekor. Anjing-anjing
itu saling membaringkan kepalanya di tubuh temannya, dan nafasnya
men-dengkur-dengkur bersahutan, sehingga menambah suasana damai
dan rukun. Ketenangan itu jadi berantakan, waktu Siegfried tiba-tiba bicara.
"Besok hari pasaran, dan rekening baru saja saya keluarkan. Mereka
akan antri untuk menyerahkan uang. Oleh karena itu, Tristan, besok
sehari penuh kau kuberi tugas menerima uang itu. James dan aku banyak
pekerjaan, jadi kau harus mengurusnya sendiri. Yang harus kaulakukan
hanyalah menerima cek, memberikan tanda terima, dan mendaftar
namanya di buku tanda terima. Bagaimana pendapatmu, apakah kira-kira
kau dapat melaksanakannya hingga beres?"
Aku mengerdipkan mata. Ini adalah suatu nada yang sumbang, yang
mengganggu ketenangan selama ini, kalau tidak menghancurkannya.
"Kukira, aku cukup mampu," jawab Tristan dengan angkuh.
"Baik, kalau begitu mari kita tidur."
Tapi keesokan harinya mudah dilihat, bahwa Tristan tidak cukup mampu
menjalankan tugasnya. Ia duduk di belakang meja. Uang itu
digenggamnya saja. Ia bicara terus-menerus. Tapi bicaranya menurut
kebutuhan. Tiap orang diajak bicara menurut sifatnya masing-masing.
Dengan berlagak pandai mengatur segalanya, ia memisah-misahkan uang
itu. Ini uang dana, ini uang harga lembu, ini uang kegiatan yayasan desa.
Ia mengenakan peci kasar. Peci itu diletakkannya miring. Ia berceritera
sambil mengisap uap bir yang keras. Tiap kali ceritera berakhir, ia
menaruh uang di belakang amplop. Tapi jika berhadapan dengan tamu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
wanita, dia berdiri setegak-tegaknya. Wanita-wanita itu sejak
permulaan ada di sampingnya, karena wajah Tristan seperti wajah
kanak-kanak, tampak jujur. Dan jika ia menumpahkan seluruh daya
tariknya pada mereka, wanita-wanita gunung itu menyerah sama sekali.
Aku heran mendengar ketawa terkekeh-kekeh yang berasal dari
belakang pintu. Aku gembira, karena Tristan dapat bekerja dengan baik.
Kali ini, semuanya beres.
Waktu makan siang, Tristan merasa puas dengan dirinya sendiri. Waktu
minum teh, ia merasa sangat bangga. Siegfried juga puas dengan
penghasilannya hari itu, yang berupa deretan angka yang rapi dan
dijumlah dengan teliti di dasar kertas. "Terima kasih, Tris! Kau memang
hebat!" Pujian ini kedengarannya sangat manis.
Petang harinya aku sedang di halaman, sambil melemparkan botol-botol
bekas. Botol itu botol bensin, karena waktu itu belum ada jerigen. Hari
ini sangat sibuk, sehingga aku terpaksa harus membawa botol lebih
banyak dari biasanya. Tiba-tiba dengan terengah-engah, Tristan datang dari kebun. "Jim,
buku tanda terimanya hilang!"
"Kau selalu mengajak bergurau!" jawabku. "Mengapa kadang-kadang
barang sebentar kau tidak mau menghentikan bakat konyolmu?" Aku
tertawa terbahak-bahak sambil melemparkan botol obat ke botol lain,
hingga botol itu pecah berhamburan.
Tristan menarik lengan bajuku. "Aku tidak bergurau, Jim! Percayalah!
Buku tanda terima itu betul-betul hilang!" Kali ini darah dinginnya
lenyap. Matanya terbelalak, wajahnya pucat.
"Tapi tak mungkin hilang begitu saja," bantahku. "Pada suatu saat pasti
muncul kembali!" "Tak mungkin muncul kembali!" tukas Tristan, sambil meremas-remas
tangannya dan mondar-mandir di jalan berbatu. "Kalau kau ingin tahu,
sudah dua jam aku mencarinya. Aku sudah mengobrak-abrik seluruh
rumah! Jelas hilang!"
"Tapi tak perlu dipusingkan, bukan" Tentunya semua itu telah
kaupindahkan ke buku kas induk."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Justru itu! Aku belum memindahkannya! Aku baru akan
memindahkannya nanti malam!"
"Jadi itu berarti, bahwa semua petani yang sudah menyerahkan uang
kepadamu hari ini, bulan depan akan kautarik rekening lagi?"
"Agaknya begitu, karena aku tidak ingat nama-nama mereka. Aku hanya
ingat dua atau tiga nama saja!"
Aku lalu duduk di atas bak batu. "Kalau demikian, mudah-mudahan Tuhan
berkenan menolong kita, lebih-lebih kau! Petani-petani Yorkshire tidak
Pedang Naga Kemala 18 Si Tolol 5 Duka Lara Dewi Tatoo Pantang Berdendam 2

Cari Blog Ini