Sherlock Holmes - Kumpulan Kasus Seru Bagian 1
Sherlock Holmes Kumpulan Kasus Seru Jilid 1
1. Petualangan Diplomat Bulgaria
-Zakaria Erzinclioglu- Tahun 1901 juga menyajikan kasus "Sekolah Priory" dan "Jembatan Thor", sementara tahun 1902 memperkenalkan kita pada "Tempat Lama Shoscombe", "Tiga Garridebs" dan "Klien Terkenal". Tahun 1903 membawa kita pada salah satu teka-teki terbesar. "Prajurit Pucat" adalah kasus yang diceritakan Holmes sendiri, bukan Watson. Holmes jelas berada datum suasana hati iri ketika ia menuliskan catatan kasus itu karena ia agak ingin membalas dendam pada Watson yang meninggalkannya untuk menikah. Tampaknya suatu waktu menjefang akhir tahun 1902 dan awal 1903 Watson menikah lagi, dan Holmes merasa ditolak dengan kasar dan diabaikan. Namun sebenarnya, Watson tidak mengabaikan Holmes. Ia ada di sana sepanjang waktu. Holmes hanya memilih menulis tanpa menyertakan Watson sama sekali dalam kisah "Prajurit Pucat" karena kedengkian yang agak kekanak-kanakan yang disebabkan oleh pernikahan Watson beberapa tahun kemudian ketika Holmes menuliskan catatan itu.
Selama terjadinya kasus itu Holmes menyebutkan bahwa ia punya tugas mendadak untuk Sultan Turki yang harus ditangani. Terima kasih atas penelitian Dr. Zakaria Erzinclioglu, patologis terkenal, yang mengakses karya-karya tertentu di negara asalnya, maka mengumpulkan karya lengkap "Petuatangan Diplomat Bulgaria", dan sekali lagi mempertahankan posisi Watson menjadi hal yang mungkin. Holmes mungkin punya salah satu otak terhebat yang pernah kita saksikan, tapi kadang-kadang ia bisa jadi orang yang suka membantah dan canggung.
Selama tahun-tahun awal abad baru, kekuatan luar biasa Mr. Sherlock Holmes mengalami ujian besar dan kesuksesannya telah membuatnya terkenal di seluruh benua Eropa. Walaupun kebanyakan kasus-kasus itu memberi temanku kesempatan besar untuk mendemonstrasikan metode berpikir deduktifnya yang digunakannya untuk mencapai sukses-sukses luar biasa itu, namun tak ada kasus yang melibatkan barisan kepribadian aneh yang lebih hebat lagi dan tak ada yang konsekuensinya, bila temanku gagal, lebih mengerikan lagi daripada kasus yang hendak kupaparkan di depan publik untuk pertama kalinya. Untuk alasan-alasan yang akan menjadi jelas bagi pembaca narasi ini, baru sekaranglah aku bisa mengungkapkan fakta penuh apa yang yang harus dianggap sebagai titik puncak karir temanku.
Pada suatu malam yang dingin dan menusuk di bulan Januari, tahun 1903, temanku Sherlock Holmes dan aku kembali dari berjalan-jalan yang menyegarkan ke kamar-kamar Baker Street. Kami mendaki tangga tanpa berbicara, karena kami berdua beku hingga ke tulang sumsum, dan sesaat kemudian dengan rasa senang kami mendapati diri kami sendiri di depan api menyala-nyala di ruangan Holmes yang besar dan tak rapi. Kami berdiri menggosok-gosokkan tangan di depan pagar perapian dan darah hangat segera mengalir di pembuluh darah kami. Holmes mengambil salah satu pipa kosongnya dan meletakkannya di antara giginya, kemudian melemparkan diri ke dalam kursi anyaman dan memungut sebuah amplop besar yang tergeletak terbuka di meja di sebelahnya. Ia menarik selembar kertas besar, yang ditekuk dari amplop itu dan, setelah membentangkannya di atas lutut, mulai membacanya sendiri diam-diam dengan kerutan konsentrasi di wajahnya. Saat ia berlaku demikian, aku tak tahan untuk tidak mempelajari amplopnya, yang dikembalikan Holmes ke atas meja. Amplop itu berwarna krem dan ukurannya tak biasa, tapi ciri khasnya yang paling luar biasa adalah amplop itu dihiasi desain di atasnya. Desain itu seperti simbol tiga tanda kunci yang sangat rumit dan besar berwarna emas, di bagian tengah tanda itu terdapat lima garis bolak-balik pada panjangnya.
"Nah, Watson," kata Holmes, yang telah mengamatiku sembunyi-sembunyi. "Apa pendapatmu tentang itu""
"Menurutku ini amplop yang paling tidak biasa, Holmes, tapi kuakui aku tak bisa menyimpulkan sesuatu yang menarik darinya," jawabku.
Holmes bangkit dari tempat duduknya dan menyerahkan surat itu padaku. "Surat ini diantar kurir khusus pagi ini. Kau tahu metodeku, Watson. Terapkan."
Aku memegang surat itu di satu tangan
dan amplop itu di tangan yang lain dan memulai pengamatanku. Pertama-tama aku meneliti amplop dengan desain khusus itu. Mengikuti metode temanku aku mengambil kaca pembesarnya dari meja dan meneliti desain itu dengan cermat. Aku kemudian membaui amplop itu, seperti yang kulihat kadang-kadang dilakukan Holmes. Kemudian aku membuka lipatan surat itu dan membaca isinya keras-keras:
Yang Terhormat Mr. Holmes,
Saya diperintahkan oleh Penguasa saya untuk meminta nasehat Anda untuk suatu urusan yang amat sangat sensitif. Tak mungkin saya memasukkan detail-detail masalah itu dalam surat ini,
atau mengidentifikasikan diri saya. Saya akan memberanikan diri mengunjungi Anda di ruangan Anda malam ini pukul 8 untuk menceritakan kasus ini pada Anda. Saudara Anda yang saya hargai Mycroft sudah sepenuhnya mengerti fakta-fakta yang relevan. "Kasus dari klien anggota kerajaan!" aku berseru, "Holmes yang baik, aku mengucapkan
selamat padamu." Holmes melambaikan tangan mencela. "Tolong lanjutkan pengamatanmu," ia
berkata. Aku duduk dan membalikkan surat itu berulang-ulang di tanganku, memeriksanya dari setiap sudut. Aku memutar otakku dalam usaha mendapatkan suatu kesimpulan tentang arti penting surat itu atau karakter penulisnya, tapi, betapa pun aku berusaha, aku tak bisa mendapatkan kesimpulan mendalam tentang masalah ini. Bagaimanapun, aku bertekad menunjukkan pada Holmes bahwa aku bukannya sama sekali tak punya pendapat tentang masalah itu.
"Tampaknya jelas dari kualitas tinggi kertas dan amplopnya," kataku, bergaya penting, "dan dari fakta bahwa ia menulis atas nama penguasanya bahwa korespondenmu adalah orang berposisi tinggi. Aku katakan juga bahwa ia orang asing, dinilai dari simbol aneh di atas amplop dan fakta bahwa ia menyebutkan "Penguasa saya". Seorang Inggris akan menuliskan "sang Raja". Juga, penggunaan kata "yang saya hargai" dalam konteks demikian kuanggap sangat tidak Inggris. Aku tak bisa menemukan petunjuk lain tentang identitas pria itu."
Sherlock Holmes duduk diam dengan siku di lengan kursi dan dagunya terletak di atas tangannya yang disatukan, mengawasiku dengan cermat. Sesaat kemudian ia berbicara.
"Cukup benar, Watson, cukup benar. Pria ini orang asing yang tinggi martabatnya dan kuakui aku sendiri tak bisa mencapai kesimpulan yang lebih mendalam lagi."
Aku merasakan secercah kepuasan saat ia bangkit dan menyeberang ke rak perapian, tempat ia menyandarkan sikunya dan berpaling menghadapku.
"Memang, Watson, terpisah dari fakta jelas bahwa penulis surat itu orang tua-seharusnya kukatakan, sangat tua-bangsawan Turki, yang tidak merokok, yang baru saja tiba di negara ini, yang sangat berpendidikan tinggi, bahkan dengan standar umum diplomat modern, yang secara khusus dipercaya dengan baik oleh Sultan Turki dan yang kondisi tubuhnya luar biasa sehat dan kuat untuk pria seumur dia, tak ada lagi yang bisa kusimpulkan. Ketika aku menambahkan bahwa ia punya bekas tinta di jari kelingking tangan kanannya, bahwa ia menghabiskan banyak waktu menyusun surat pendeknya, bahwa ia berjenggot, bahwa rambutnya hampir semuanya putih, bahwa ia punya kebiasaan keras, hampir Spartan, dan bahwa ia seorang prajurit yang sudah melihat aksi dalam banyak kampanye militer, kuakui persediaan pengetahuanku yang terbatas tentang koresponden kita sudah habis."
"Harus kukatakan stok pengetahuanmu lebih dari sudah habis," kataku dengan kasar, karena hatiku terluka oleh pameran kemahatahuannya, "karena aku tak menganggap kekayaan informasi seperti itu bisa dianggap terbatas oleh pengamat akurat mana pun."
"Sempurna, Watson!" ia menjawab dengan tergelak, "Touche! Respon yang sangat berlawanan!" Ia mendekat ke tempat aku duduk, mengambil surat dan amplop itu dan mendudukkan dirinya sekali lagi di kursi anyaman. Dengan kemarahan yang sudah agak teredakan, aku bertanya padanya bagaimana ia mencapai kesimpulan luar biasanya tentang penulis surat itu melalui pemeriksaan sekedarnya pada surat dan amplop itu.
"Pria itu orang Turki dan bangsawan jelas terlihat dari fakta bahwa di amplop itu terdapat lambang Tugra, yang merupakan emblem pribadi Sultan Turki
," kata Holmes, "Tak ada rakyat biasa atau orang asing yang mungkin bisa diserahi kertas surat semacam itu. Bahwa ia orang yang sangat tua dapat disimpulkan dari gaya tulisan tangannya. Ia tak merokok karena, sebagai orang Turki, bila ia perokok ia akan merokok tembakau Turki, yang punya aroma khusus yang akan menempel, betapa pun samarnya, pada kertas-kertas tulisnya. Aku punya hidung yang sangat sensitif namun demikian aku tak bisa mendeteksi sedikit pun aroma tembakau pada surat maupun amplop. Ia berpendidikan sangat tinggi karena ia menulis surat ini sendiri dalam bahasa Inggris; bila surat itu dituliskan oleh seorang ahli tulisan, tulisannya jelas akan tampak sebagai tulisan orang yang jauh lebih muda. Secara umum, diplomat modern berbicara dan menulis dalam bahasa Perancis untuk kepentingan diplomatik. Pria ini menulis suratnya dalam bahasa Inggris-dan bahasa Inggris yang cukup lumayan, Watson-yang menunjukkan bahwa ia paling tidak berbicara dalam dua bahasa selain bahasanya sendiri, karena, sebagai diplomat, sudah pasti ia berbicara bahasa Perancis-karirnya takkan maju bila tidak demikian. Ia baru saja tiba di negara ini karena, seperti yang kita lihat, ia telah menuliskan suratnya dengan kertas surat Sultan sendiri dan bukan kertas surat biasa milik Kedutaan Turki, yang akan kita kenali. Tampaknya jelas bahwa orang kita ini punya misi khusus dari Turki dan bertindak dalam kapasitas yang hampir independen dari pejabat-pejabat di kedutaan. Kalau ia sudah berada di negara ini selama beberapa lama ia takkan menulis di atas kertas surat khusus dari kedutaan Belgravia, yaitu dari mana kurir itu datang. Juga, fakta bahwa ia secara efektif menyatakan bahwa ia melaksanakan tugas dari Sultan berarti ia baru saja tiba, karena tak mungkin ia bersantai-santai menganggur selama beberapa waktu sebelum melaksanakan urusan Sultan.
"Sedangkan bahwa ia bangsawan yang dipercaya secara khusus, ini terbentuk dari umurnya. Nada mendesak surat itu memberi tahu kita bahwa urusan ini penting namun demikian Sultan tidak memilih orang yang lebih muda dan energik untuk tugas itu. Fakta bahwa ia mengirim seorang pria tua menyeberangi Eropa pasti berarti bahwa ia sangat dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Kondisi tubuhnya luar biasa sehat dan kuat karena, ia tidak hanya bisa melakukan perjalanan seperti itu dalam usianya dengan cukup mudah, tapi juga karena ia berkeliaran di malam hari seperti ini segera setelah kedatangannya di negara ini. Jari bernoda tinta kusimpulkan dari corengan yang sangat samar pada huruf 'n' dari 'kebebasan', yang hanya bisa dihasilkan oleh jari kelingking tangan kanan ketika penulis menulis huruf 'a'. Sejumlah rambut tertempel di lipatan kertas, yang menunjukkan bahwa pria itu punya jenggot yang pasti ditariktariknya sewaktu menulis, yang pada akhirnya menyatakan bahwa ia memerlukan cukup banyak waktu untuk menyusun surat itu, mungkin karena ia tak yakin berapa banyak yang ingin ia akui di atas kertas. Rambut-rambut itu hampir semuanya putih. Apakah aku sudah meyakinkanmu, Watson""
"Kesimpulanmu jelas sangat masuk akal," jawabku hati-hati, "tapi bagaimana dengan kebiasaan Spartan dan karir militer""
"Sudah terkenal bahwa kelas atas Turki, dan memang, anggota kelas yang memerintah di tetangga benua kita itu, punya kebiasaan mengolesi diri mereka dengan parfum berbau. Kau tahu seperti apa orang-orang asing ini, Watson! Bagaimanapun, hidung sensitifku tidak bisa mendeteksi bau seperti itu di amplop atau isinya. Itu, bersama-sama dengan usia tua yang sehat dan kuat dan fakta bahwa ia tidak merokok, menandakan bahwa ia punya kebiasaan Spartan. Paling tidak, kemungkinan itu ada. Sedangkan tentang karir militer, kau akan melihat desain yang lebih kecil di satu sisi emblem utama amplop. Ini adalah versi militer Turga, yang hanya digunakan Sultan bila berurusan dengan jendral-jendralnya yang paling senior. Apakah itu lulus, Watson""
Aku sudah membuka mulut untuk menjawab, ketika suara kaki kuda terdengar di jalanan di luar. Holmes duduk tegak. "Sudah hampir pukul delapan, Watson, dan tamu kita sudah tiba." Ia bangkit dan me
nyeberang ke jendela, ketika aku mendengar pintu di bawah tangga terbuka dan menutup. Suara langkah kaki lamban dan tak tergesa-gesa terdengar di tangga. Ini hal yang aneh, tapi aku tiba-tiba dipenuhi firasaat, yang tak pernah kualami sebelumnya dalam kasus Holmes yang mana saja. Sumber masalah yang eksotik, pertanda akan adanya intrik internasional dan jarak yang ditempuh oleh tamu kami, yang saat ini tak bernama, untuk menemui temanku, semua itu bersatu memberiku perasaan tak nyaman yang tidak rasional. Aku berdiri, menghadap pintu, tak yakin apa yang kuharapkan, meskipun Holmes memberi kesimpulan pasti tentang penampilan dan karakter klien Turki kami. Terdengar ketukan di pintu. "Masuk," kata Sherlock Holmes.
Banyak orang berpenampilan khas dan berlatar belakang aneh masuk melalui pintu ruangan Baker Street. Namun begitu tak ada penampilan yang jauh lebih menjijikkan dari semua orang yang datang mencari nasehat Mr. Sherlock Holmes daripada yang sekarang masuk; apa pun yang kuharapkan, itu bukan sosok yang sekarang berdiri di depan kami. Aku berani berkata bahkan Holmes sendiri pun terkejut, walaupun ia tak menunjukkan tanda-tanda keterkejutan. Karena tamu yang datang dari tempat begitu jauh itu tak menyerupai apa pun selain biarawan abad pertengahan. 'Pakaian'nya dibuat dari kain berkualitas bagus, tapi tak ada tali ataupun sabuk di pinggangnya, kepala dan wajah pria itu sama sekali tertutup di bawah sebuah topi runcing besar. Dengan tak pantas, tangan kanannya memegang tongkat hitam. Sesaat kemudian efek itu dengan cepat berubah, ketika tamu kami mengangkat tangannya dan menurunkan tudungnya ke bahu, menampakkan sebuah wajah kasar orang tua dengan jenggot dan kumis lebat, tak ada satu pun yang bernoda menguning yang ditimbulkan oleh bertahun-tahun merokok. Ia seorang pria yang paling tidak berusia delapan puluh tahun, namun masih kuat, sehat, ramah, tinggi, bertubuh sedang, dan ia mengenakan sebuah topi astrakhan(Bahan rajutan berbulu) bundar, yang sekarang dilepasnya.
"Mr. Sherlock Holmes"" katanya, memandang temanku, "Ijinkan saya memperkenalkan diri; saya Orman Pasha, utusan pribadi Yang Mulia Sultan dan mantan Komandan Tentara Ottoman di Eropa." Ia menyeberangi ruangan dan berjabat tangan dengan Holmes.
"Ini teman saya, Dr.Watson, yang telah membantu saya dalam banyak kasus saya," kata Holmes.
"Ah, Dr. Watson, si pencatat," kata tamu kami, dengan tersenyum, saat ia berjabat tangan denganku.
"Tolong lepaskan jubah Anda dan duduklah di sebelah perapian," kata Holmes. Pria tua itu melepaskan jubah pakaiannya yang luar biasa dan aku terheran-heran mendapati ia mengenakan seragam lengkap, lengkap dengan tanda pangkat emas dan renda emas sebanyak mungkin per inci persegi di dadanya. Ia duduk perlahan-lahan di kursi yang ditunjukkan Holmes dan membalas tatapan kami. Melihat pria ini, dengan matanya yang cerdas namun baik, semua perasaan tak nyaman lepas dariku, tapi keingintahuanku akan tujuan kunjungannya meningkat.
"Orman Pasha," Holmes memulai, "surat Anda tak menunjukkan apa pun tentang sifat misi Anda. Mungkin Anda bisa mulai dengan memberi kami detail-detail kasus, sebelum memberi tahu saya bagaimana saya bisa membantu penguasa Anda." Orang Turki tua itu diam beberapa saat, sebelum memulai ceritanya.
"Anda sadar bahwa situasi politik di Balkan, sejak peperangan negara Anda dengan Yunani pada tahun 1879, berada dalam kekacauan. Beberapa tetangga Balkan kami telah menimbulkan masalah di kota-kota kami, terutama agen-agen Pemerintah Bulgaria. Tiga bulan lalu, seorang utusan Bulgaria, seseorang bernama Anton Simeonov, tiba di London untuk mencari dukungan dari Pemerintah Inggris dalam urusan klaim Bulgaria pada teritori Turki di provinsi Rumelia dengan dasar bahwa tempat itu punya minoritas Bulgaria dalam jumlah besar. Pemerintah Inggris tak mendukungnya dalam masalah itu, tapi orang-orang Rusia memberinya bantuan penuh mereka dan mereka sendiri menekan Pemerintah Inggris untuk mendukung klaim negaranya. Pemerintah saya sendiri telah menolak semua klaim Bulgaria. Empat minggu lalu Simeonov lolos dari lubang jarum kema
tian, ketika ia diserang di jalan oleh seorang pria bertopeng dengan revolver, sewaktu Simeonov sedang dalam perjalanan pulang dari Konsulat Bulgaria di malam hari. Tembakan itu meleset dan Simeonov melarikan diri ke tempat yang aman. Insiden itu, bagaimanapun, dimanfaatkan oleh Kementrian Tsar, yang mengirim surat ke Pemerintah Turki, menuduh Turki mempekerjakan pembunuh untuk menghabisi nyawa Simeonov dan mengklaim bahwa itu adalah tindakan perang melawan orang-orang Slavia, yang dipandang Pemerintah Rusia berada di bawah perlindungannya.
"Pada titik itu tuan penguasa saya, Sultan, memerintahkan saya untuk datang ke Inggris untuk masuk dalam negosiasi dengan perwakilan negara-negara yang punya kepentingan dalam urusan itu, begitu pula Pemerintah Inggris, yang bertindak sebagai mediator. Namun, sejak kedatangan saya dari Konstantinopel dua hari lalu, urusan menuju ke arah yang lebih mengancam, karena Simeonov ditemukan terbunuh kemarin malam di Royston Manor, rumah Lord Eversden, Menteri Luar Negeri. Hanya melalui usaha keras Pemerintah Inggrislah, Tsar berhasil dibujuk untuk tidak mendeklarasikan perang terhadap Turki. Pemerintah saya menyangkal segala macam keterlibatan dalam hal itu. Bagaimanapun, bila misteri ini tidak dipecahkan dengan segera dan penjahat yang sebenarnya tidak diadili, tak perlu diragukan bahwa Turki dan Rusia akan berperang sebelum satu minggu berlalu, dan
negara-negara lain di Eropa akan bergabung di kedua belah pihak. Saya berada di sini untuk meminta bantuan Anda memecahkan masalah ini sehingga suatu perang yang merupakan bencana besar dapat dihindarkan."
Aku bersiul; pemikiran bahwa suatu peperangan akan menelan seluruh Eropa sama sekali tak dapat dibayangkan. Aku memandang Holmes, yang tampaknya sama sekali tak tergerak oleh narasi menganggu tamu kami. "Tolong beri tahu kami tentang kejadian di sekitar kematian Mr. Simeonov," katanya.
Tamu kami melanjutkan narasinya. "Pembunuhan itu terjadi, seperti yang telah saya katakan, di rumah Lord Eversden, Royston Manor, dekan Stroke Morden di Surrey. Lord Eversden punya minat besar terhadap urusan Balkan dan ia telah mengundang sejumlah diplomat yang berhubungan dengan perselisihan itu untuk makan malam di rumahnya kemarin malam, dengan tujuan mendiskusikan masalah itu dalam suasana santai dan informal. Yang diundang adalah Count Balinsky, Duta Besar Rusia; Mr. George Leonticles, Konsulat Jerman; Mr. Anton Simeonov; Baron Nopchka, Duta Besar Austro-Hungaria; Kolonel Yusufoglu, Atase Militer Turki; dan saya sendiri. Semua tamu-tamu Lord Eversden akan menginap, dan suasana setelah makan malam, sejauh yang mungkin dalam kondisi itu, cukup menyenangkan. Kami menyebar setelah makan malam, beberapa pergi ke ruang merokok, beberapa ke perpustakaan, sementara saya menemani Lord Eversden ke ruang kerjanya, tempat ia menunjukkan pada saya sejumlah manuskrip Persia langka, yang merupakan minat bersama kami. Sekitar pukul setengah sepuluh, kami ketakutan mendengar suara keras tembakan sebuah revolver, diikuti jeritan mengerikan kesakitan. Suara itu datang dari koridor lantai atas, Eversden dan aku bergegas keluar dari ruang kerja dan naik ke atas tangga secepat kami bisa. Terbaring di atas lantai, tepat di luar kamar tidurnya, Simeonov tergeletak dengan sebuah lubang peluru di dadanya. Ia tidak mati dan megap-megap, sementara Yusufoglu berlutut di sampingnya. Berdiri beberapa kaki jauhnya adalah Leonticles, si orang Yunani, dengan wajah pucat, menunduk memandang pria sekarat itu. Lord Eversden dan aku sama-sama berlutut di lantai, karena jelas bahwa Simeonov sedang berusaha mengatakan sesuatu. Aku berkata: "Siapa yang menembakmu"" Ia megap-megap sesaat kemudian, menunjuk pada Yusufoglu, berkata dengan cukup jelas: "Salon . . . salon", kemudian tergeletak dan menghembuskan nafas terakhirnya. Ketika saya berdiri saya sadar bahwa Count Balinsky dan Baron Nopchka sudah tiba dan sedang menatap terkejut pada mayat di atas lantai. Sejumlah pelayan juga sudah berkumpul, dan berdiri kaku tak bergerak, menunggu perintah tuannya. Lord Eversden menyuruh salah satu dari mer
eka untuk menelepon Kedutaan Bulgaria dan menyuruh yang lain pergi.
"Yusuflogu dan Baron Nopchka memindahkan tubuh itu ke kamar tidur orang yang meninggal itu, sementara kami sisanya berdiri di luar. Count Balinsky sepucat kertas dan jelas berusaha keras mengontrol emosinya. Segera setelah Yusufoglu keluar dari kamar tidur, Balinsky bergegas ke arahnya dan berkata, "Ini ulahmu, kau pembunuh!" Kemudian berpaling pada saya, ia berkata, "Kau dan negaramu akan membayar untuk ini! Kau sudah membantai cukup banyak ras kami dan kau akan membayar! Kau akan membayar!" Ia lepas kendali, dan seakan itu belum cukup, Yusufoglu, orang yang agak perasa, berteriak membalas: "Aku bukan pembunuh, kau tahu kebenarannya, tanya dirimu sendiri siapa pembunuhnya!" Ia melangkah maju, tapi aku meletakkan tangan menahan di atas lengannya dan Balinsky, yang gemetar karena marah, juga membuat gerakan maju ke arah Yusufoglu, tapi Lord Eversden melangkah ke depan dan menempatkan dirinya di antara mereka. "Saya minta Anda menenangkan diri, Count," katanya dengan suara tegas, kemudian, berpaling pada Yusufoglu, ia berkata, "Kolonel, tolong!" Balinsky melangkah maju dengan kasar melewati Eversden dan pergi dengan cepat menuruni tangga.
"Hal yang paling membingungkan dalam misteri ini, Mr. Holmes, adalah terdapat sepucuk revolver yang ditemukan di sebelah tubuh itu."
"Tentunya, itu tak sulit dijelaskan, karena pembunuh itu pasti telah menjatuhkannya saat ia melarikan diri dari tempat kejadian," potong Holmes.
"Revolver itu belum ditembakkan, Mr. Holmes," kata Orman Pasha, "dan tak ada revolver lain yang ditemukan."
Holmes menggosok tangannya. "Tolong lanjutkan narasi Anda yang sangat menarik."
"Dua jam kemudian pejabat-pejabat dari Kedutaan tiba dan tubuh itu dipindahkan. Baron Nopchka menyatakan bahwa, karena urusan itu punya sensitivitas diplomatik besar, penyelidikannya harus ditangani dengan sangat rahasia. Saat itulah saya memberi tahu orang-orang yang berkumpul tentang instruksi saya dari Sultan dan ada persetujuan bersama bahwa Anda akan diundang untuk menyelidiki kasus ini. Seorang bernama Inspektur Lestrade dari Scotland Yard dipanggil dan diminta bekerja dengan rahasia dan memberi Anda segala macam bantuan bila Anda setuju menerima kasus ini. Saya menyesal mengatakan bahwa penyelidikan awalnya tak mengungkapkan apa pun.
"Tinggal sedikit yang bisa diceritakan. Malam ini saya menghadiri pertemuan dengan Menteri Luar Negeri di Whitehall, suatu pertemuan yang juga dihadiri Count Balinsky dan Baron Nopchka.
Kontribusi Count itu adalah serangkaian ancaman perang; ia telah mengontak Pemerintahnya lewat telegram dan melaporkan pada pertemuan itu bahwa suasana hati di St. Peterseburg adalah bahwa perang sudah dekat. Saya mengontak Porte lewat telegram dan saya diberi tahu bahwa Tentara Turki di Rumelia dan Kaukasus sudah dalam keadaan siaga. Saya sudah memberikan detail lengkap masalah ini, Mr. Holmes, dan sekarang saya hanya tinggal bertanya apakah Anda setuju menyelidiki masalah ini dan menemukan pelaku sejati kejahatan ini."
Sherlock Holmes duduk diam di kursinya beberapa lama, siku terletak di atas lengan kursi dan jari-jari disatukan, sedikit menyentuh janggutnya. Ia seakan-akan memandang dinding di belakang tamu kami. Tiba-tiba, ia berdiri dan, menunduk memandang tamu kami, ia berkata dengan singkat, "Saya sangat menyesal saya tak bisa membantu Anda dalam masalah ini."
Aku terkejut. Lepas dari ketidakpercayaanku akan penolakan Holmes terhadap masalah yang menekan dan berat yang dibawa ke hadapan kami, aku kaget melihat teman tua kami itu ditolak dengan sikap yang begitu kasar. "Holmes," kataku, "apa maksudnya ini" Tentunya, kau takkan menolak bertindak dalam masalah semacam ini" Pikirkan konsekuensinya-apakah kau ingin dunia terseret dalam peperangan mengerikan, bila kau punya kuasa untuk mencegahnya"" Holmes tak mengatakan apa pun, tapi terus memandang tamu kami dengan wajah tanpa ekspresi.
Orman Pasha duduk dengan kerut kekecewaan di wajahnya dan tak berkata apa pun selama beberapa saat. Akhirnya ia berbicara. "Mr. Holmes," katanya, "saya tak m
engerti-" "Nah, nah, Pasha yang baik," kata Holmes, tegas, "Anda mengerti dengan sangat baik. Saya khawatir Anda belum memberitahukan seluruh kebenaran urusan ini."
"Mr. Holmes!" sang Pasha bangkit berdiri dengan penuh harga diri.
"Oh, saya yakin Anda sudah menceritakan pada saya semua fakta yang berhubungan dengan kasus itu sejauh yang Anda ketahui," kata Holmes, "tapi saya menyesal mengatakan bahwa Anda tidak benar-benar terbuka pada saya berkaitan dengan-motivasi Anda meminta saya menyelidiki masalah ini. Saya tak bisa menerima kasus itu kecuali saya benar-benar Anda percayai."
Ada keheningan, sewaktu Pasha berdiri memandang Holmes dengan kerut tak senang di wajahnya, sementara Holmes tetap tenang dan tak tergerakkan seperti semula. Akhirnya, sang Pasha berbicara.
"Mungkin, Anda mau menjelaskan apa maksud Anda, Mr. Holmes," katanya.
"Dengan cara apa pun juga," jawab temanku, "maukah Anda memberi tahu saya nama pria
muda yang Anda coba lindungi, atau haruskah saya yang-mengatakannya""
Orman Pasha menatap Holmes tak percaya. Perlahan-lahan, ia kembali duduk dan segera ekspresinya berubah menjadi rasa senang masam.
"Meskipun saya telah banyak mendengar tentang Anda, Mr. Holmes, saya masih memandang rendah Anda," kata Orman Pasha. "Saudara Anda memperingatkan saya bahwa Anda punya kemampuan yang luar biasa untuk mencapai kebenaran. Hal itu sangat membesarkan hati saya. Apa yang Anda katakan benar; saya berada di bawah instruksi Sultan, untuk tidak hanya melakukan segala yang saya bisa untuk menyelesaikan krisis politik berbahaya ini dan mencegah perang, tapi juga melindungi reputasi Pangeran Murat, keponakan Sultan. Tapi bagaimana Anda bisa tahu""
Sherlock Holmes duduk di ujung kursinya dan mencondongkan badan ke arah Pasha. "Dua petunjuk, keduanya disediakan oleh Yang Mulia, mengungkapkan kebenarannya pada saya. Pertama, Anda memberi tahu saya bahwa Simeonov ini diserang di jalan sekitar empat minggu lalu, yang terjadi segera setelah Pangeran Murat muda tiba di negara ini untuk kunjungan tak resmi, seperti yang diketahui setiap orang dari surat kabar. Segera menjadi jelas bagi saya bahwa Anda berkepentingan supaya takkan ada orang yang melihat hubungan apa pun antara kedua kejadian ini, terutama karena Pangeran itu sudah berulang kali mengumumkan pandangan-pandangannya tentang masalah Bulgaria ini. Kedua, fakta bahwa Sultan menginstruksikan Anda mencari nasehat saya dan tidak mempercayakan dirinya pada kesatuan polisi biasa mengusulkan bahwa ia sangat ingin bahwa bila kebenaran dikemudian-dan ditemukan sebagai kebenaran yang tidak menyenangkan-kerahasiaan saya dapat diandalkan untuk menjaga masalah itu tetap didiamkan hingga Pingeran itu dipindahkan dari negara ini, dan, semoga, diadili dengan pantas di Konstantinopel. Apakah saya betul""
Pasha itu mendengarkan dengan campuran ekspresi senang dan hormat di wajahnya saat Holmes berbicara.
"Bagus sekali, Mr. Holmes," katanya, ketika Holmes selesai, "Yang Mulia Raja, bila beliau hadir disini, akan setuju. Beliau kenal baik pencapaian-pencapaian Anda dan, tentu saja, sebagai seorang penggemar seperti Anda sendiri, beliau telah membuat penelitian mendetail tentang struktur berbagai kayu dari jenis-jenis pohon yang berbeda yang mengelilingi tanahnya."
Holmes bersandar di kursinya. "Yang Mulia Raja nampaknya orang yang sangat menyenangkan; saya akan mementingkan untuk mengirimkan sebuah salinan monograf saya padanya tentang penggunaan barang-barang kayu sebagai alat pembunuhan," katanya. "Namun, kembali ke
permasalahan, di mana Pangeran berada pada waktu terjadinya pembunuhan""
"Ia sedang tinggal di Istana Buckingham sebagai tamu Raja. Tak ada keragu-raguan tentang keterlibatannya dalam urusan ini."
"Saya tak meragukannya, tapi, bila saya harus bertindak dengan gangguan sesedikit mungkin, saya harus meminta Anda membujuk Pangeran meninggalkan Inggris secepat mungkin dan kembali ke Konstantinopel."
"Dengan senang hati saya akan lakukan apa yang Anda minta, Mr. Holmes. Keberangkatan Pangeran akan mengangkat beban berat dari pikiran saya."
Ia bangkit dari duduknya. "Maukah Anda
menerima kasus ini, Mr. Holmes"" ia bertanya.
"Dengan senang hati saya akan melakukan apa pun yang saya bisa dalam masalah ini," jawab temanku, "tapi saya akan memerlukan alamat tempat saya bisa mengontak Anda."
"Kedutaan Turki di Belgrave Square akan menemukan saya," jawab Pasha dan, setelah mengenakan topi dan jubahnya, ia pergi. Ketika suara kaki kuda telah menghilang di jalanan di luar, saya bertanya pada Holmes apa yang hendak ia kerjakan.
"Aku akan tidur cepat, Watson," katanya, "ada banyak hal yang harus dikerjakan besok."
Waktu subuh hari yang baru kami sarapan pagi-pagi, setelah itu kami naik kereta ke stasiun Victoria, tempat kami naik kereta api pertama ke desa Stoke Morden. Saat kereta api berderak ke arah tujuannya, Holmes, setelah mengawasi pemandangan yang dilewati selama beberapa saat, tiba-tiba berpaling padaku dan berkata, "Apa pendapatmu tentang kata-kata terakhir orang yang meninggal itu,
Watson"" "Ia menyebutkan sebuah salon dan menunjuk pada Atase Militer Turki," kataku. "Dihadapkan kenyataan itu, hal itu akan mengusulkan bahwa orang itu menuduh Atase itu sebagai pembunuh, tapi kuakui aku tak bisa melihat arti penting kata-katanya tentang salon. Mungkinkah ia dan orang Turki itu telah setuju bertemu di sebuah salon khusus untuk membicarakan suatu perselisihan, tapi orang Turki itu memutuskan untuk mengambil alih masalah itu sendiri dan menembak Simeonov tanpa bersusah payah mendiskusikan masalah itu dulu" Itu tampaknya terlalu mengada-ada, tapi aku tak bisa menemukan penjelasan lain yang lebih masuk akal."
"Namun demikian, Watson, penjelasan masuk akal lain dapat diberikan," jawab Holmes. "Mungkin, misalnya, orang itu mengarahkan orang-orang yang hadir pada bukti memberatkan yang dapat ditemukan di salon yang mungkin dikenal sebagai milik salah satu dari mereka. Namun kuakui, aku tak mendapatkan penjelasan seperti itu memaksa."
"Ada pula perdebatan yang sangat khas bahwa segera setelah kematian pria itu, ketika Count dan Atase Militer itu saling menuduh satu sama lain sebagai pembunuh," kataku.
"Demikiankah kau mengartikannya""
"Ya, interpretasi apa lagi yang bisa dibuat""
"Pertimbangkan apa yang sebenarnya dikatakan," jawab Holmes. "Count itu berseru 'Ini hasil kerjamu, kau pembunuh' pada Atase Militer itu, tapi Atase Militer itu, sebetulnya, tidak membuat tuduhan balik, tapi berkata, 'Aku bukan pembunuh, kau tahu kebenarannya, tanya dirimu sendiri siapa pembunuhnya'. Ia tidak mengatakan 'Aku bukan pembunuh, kau pembunuhnya', jawabannya yang sebenarnya akan menunjukkan bahwa ia tidak yakin Count itu seorang pembunuh, karena bila ia yakin ia akan, kiranya, mengatakan hal itu dengan terbuka, karena tampaknya tak ada rasa bersahabat di antara mereka."
Dalam kasus itu jawabannya tampaknya menunjukkan lebih jauh lagi bahwa baik ia dan Count mengetahui identitas pembunuhnya," kataku.
"Itu, tentu saja mungkin," kata Holmes, tak jelas, dan ia diam sepanjang sisa perjalanan.
Ketika kami tiba di Stoke Marden, Holmes menghentikan sebuah kereta dan meminta pengemudi untuk membawa kami ke Royston Manor, rumah Lord Eversden. Setelah perjalanan yang membisu di bawah langit berwarna abu-abu besi, kami tiba di Manor yang tertutup es yang merupakan tempat kejadian pembunuhan mengerikan, yang hasilnya tampaknya membahayakan kedamaian dunia. Kami membunyikan bel pintu kuno dan seorang kepala pelayan tua murung membuka pintu. Holmes menunjukkan kartu namanya dan minta bertemu Lord Eversden. Kami diantar ke sebuah ruang tamu besar, tempat kami menunggu kedatangan bangsawan itu. Holmes dan aku berdiri memandang ke luar lewat jendela pada pemandangan musim dingin suram dan pada gagak yang berputar-putar dan berkaok-kaok di atas pohon-pohon. Tiba-tiba, pintu ruang tamu terbanting membuka dan dua orang, yang tampaknya berada di tengah agumentasi seru, masuk bersama-sama. Yang seorang adalah pria dengan tinggi lebih dari rata- rata, dengan kepala botak berpuncak bagus dan kumis perak, sementara yang satunya adalah seorang pria besar dan gemuk, yang langsung kukenal.
"Sherlock," seru pria besar itu segera setelah ia melihat t
emanku, "kami menunggumu." Ia adalah saudara Holmes, Mycroft, ahli sihir Whitehall. Holmes jelas merasa senang, bila bukan terkejut, melihat saudaranya, yang memperkenalkan kami pada pria tinggi itu, yang adalah Lord Eversden, Menteri Luar Negeri yang terkenal.
Ketika kami semua sudah duduk, Lord Eversden memandang Holmes dan berkata, "Saudara Anda telah memberi tahu saya bahwa Orman Pasha sudah berkonsultasi dengan Anda sehubungan dengan tra-gedi yang terjadi di rumah saya. Bukannya dibesar-besarkan bila saya mengatakan bahwa urusan ini penuh dengan bahaya, seperti saya yakin Orman Pasha, yang sangat dihargai di lingkungan Pemerintah Inggris, telah beri tahukan pada Anda. Kami menyambut baik keterlibatan Anda dan saya ingin meyakinkan Anda bahwa rumah dan staf saya berada di bawah perintah Anda."
"Terima kasih, my lord" jawab Holmes, "saya ingin mulai dengan memeriksa rumah."
Kami semua mengikuti Holmes naik tangga dan Lord Eversden menunjukkan pada kami titik tempat tubuh itu ditemukan. Holmes berlutut di lantai dan memeriksa karpetnya dengan cermat, ia kemudian bertanya, "Bagaimana tubuh itu terbaring" Apakah kakinya mengarah ke tangga atau menjauh dari tangga""
"Kakinya mengarah ke tangga," jawab Lord Eversden, "dan kepalanya tergeletak tepat di sebelah meja tepi kecil di pintu masuk ruangan."
Holmes berdiri. "Sekarang, my lord," katanya, "dapatkah Anda mengingat di mana semua orang sedang berdiri ketika Anda dan Orman Pasha tiba di sini""
Lord Eversden berpikir sejenak. "Kolonel Yusufoglu sedang berlutut di sebelah Simeonov di antara orang itu dan pintu kamar tidur. Mr. Leonticles sedang berdiri beberapa kaki jauhnya di belakang kepala Simeonov."
"Dengan kata lain, ia berdiri di tempat Simeonov tak bisa melihatnya"" tanya Holmes.
"Tidak, Simeonov takkan bisa melihat Leonticles dari tempatnya terbaring," jawab Lord Eversden," Count Balinsky dan Baron Nopchka tiba setelah Pasha dan saya, dan mereka berdiri mengintip dari bahu kami melihat pemandangan mengerikan itu."
"Terima kasih, Lord Eversden, komentar Anda sangat memberi pencerahan," kata Holmes. "Sekarang saya ingin memeriksa kamar tidur Mr. Simeonov."
Kami memasuki kamar tidur dan Holmes langsung menuju jendela. "Apakah jendela ini tertutup waktu Anda tiba di atas"" ia bertanya pada Lord Eversden.
"Sejauh yang saya ingat, ya, walaupun saya tidak masuk kamar, tapi saya bisa melihat jendela itu dari koridor. Hanya Nopchka dan Kolonel yang masuk, membawa tubuh Simeonov."
Holmes membuka lemari pakaian, yang ternyata kosong, kemudian berlutut di lantai dan
mengintip ke bawah ranjang. Ia mengulurkan tangannya ke bawah ranjang dan menarik keluar sebuah tas Gladstone kecil yang sangat tua.
"Apakah tas ini milik Simeonov"" tanyanya.
"Ya, hanya itulah bawaannya," jawab Lord Eversden.
Holmes meletakkan tas itu di atas ranjang dan membukanya. Tampaknya tas itu tak berisi apa-apa kecuali pakaian dan perlengkapan biasa seorang tamu yang berkunjung. Tiba-tiba Holmes memandang jendela dan membeku. Ekspresi di wajahnya begitu mengejutkan, sehingga kami semua mengikuti pandangannya, tapi aku, setidak-tidaknya, tak bisa melihat apa pun yang tak biasa.
"Ada apa, Sherlock," seru Mycroft, "di luar jendela sana""
Holmes dengan cepat memulihkan ketenangannya. "Tak ada apa-apa," katanya. "Hanya gerakan tiba-tiba, mungkin seekor burung." Ia menutup tas itu dan mengembalikannya di bawah ranjang. Kemudian kami pergi ke kamar tidur semua tamu lainnya, tapi sama sekali tak ada yang ditemukan dari tempat-tempat ini pula.
Setelah pemeriksaan di luar rumah dan di tanah seselilingnya, tempat Holmes mencari dengan sia-sia semua tanda-tanda jejak kaki, kami kembali ke ruang tamu, tempat kami semua duduk, kecuali Holmes, yang tetap berdiri di sebelah perapian.
"Lord Eversden," ia memulai, "saya ingin bertemu dengan para diplomat yang menjadi tamu Anda dua hari lalu, tapi, sebelum saya melakukan hal itu, saya ingin memperoleh penilaian atas karakter dan latar belakang mereka dari Anda sendiri dan saudara saya. Sebagai pembuka, Orman Pasha. Tentu saja, saya sudah berkenalan dengannya dan ia saya ang
gap orang yang berkemampuan dan jujur. Anda berdua mengenalnya dengan lebih baik; apakah Anda menerima kesimpulan saya""
Lord Eversden berbicara dulu: "Ya, ia pria yang sepenuhnya sopan dan terhormat. Saya sudah mengenalnya selama tiga puluh tujuh tahun." Mycroft mengangguk. "Tak ragu lagi ia adalah salah satu diplomat Turki paling terkenal. HMG selalu mempunyai kesepakatan bagus dengannya; ia dikenal tak dapat disuap."
"Dan Kolonel Yusufoglu, si Atase Militer"" tanya Holmes.
"Ah, ia pria yang sulit dikenal," kata Mycroft, "seorang pria yang agak gelap, suka berpikir, yang kuanggap cukup mampu menyimpan dendam." Ia berpaling pada Lord Eversden, yang menambahkan: "Saya tak mengenal baik pria itu, tapi saya akan bersumpah bahwa saya langsung tak menyukainya."
"Apa yang diketahui tentang latar belakangnya""
"Ia adalah staff Gubernur Turki di Thessaly," jawab Mycroft, sang sumber pengetahuan politik, "yang secara efektif adalah bagian Yunani yang masih berada di bawah hukum Turki, atau demikianlah yang dikatakan Yunani. Gubernurnya, Hassan Pasha, berurusan dengan sebuah perusahaan, tapi turut campur dalam kerusuhan yang pecah di sana tahun lalu dan mendapatkan ucapan terima kasih dari Yunani, yang merupakan sesuatu yang di luar kebiasaan dalam hubungan Yunani-Turki. Yusufoglu adalah wakilnya dan ia, juga, memperoleh reputasi dari penanganan yang adil ketika anggota berbagai golongan yang membuat kerusuhan dibawa pengadilan. Ia menjabat posisinya di Kedutaan Turki di London baru enam bulan lalu."
"Dan Count Balinsky-orang macam apa ia"" tanya Holmes.
"Seorang yang pria dengan keyakinan yang sangat kuat, kokoh, dan berwatak bengis, seperti yang Anda ketahui dari cerita Orman Pasha," kata Lord Eversden. "Seorang pria berbahaya dan bukan orang yang bisa diajak main-main. Ia penganut kuat Pan-Slavisme(Pergerakan pada pertengahan abad 19 yang bertujuan untuk menyatukan bangsa Slavia.) dan memiliki kebencian mendalam dan ketidakpercayaan pada orang-orang Turki. Sedangkan Baron Nopchka, ia seorang bangsawan yang ramah, bila bukan sangat imajinatif, anggota salah satu keluarga tertua Austria-Hungaria. Ia orang kepercayaan dekat Kaisar. Temperamennya liberal, ia mendukung sebagian besar perwakilan parlemen untuk orang-orang Slavia di Kekaisaran Austro-Hungaria, tapi diam-diam sangat mencurigai kegiatan politik orang-orang Slavia di negaranya."
"Yang tinggal adalah Mr. George Leonticles, Konsul Yunani," kata Mycroft, "Ia, seperti Yusufoglu, belum lama di posnya. Ia memegang sejumlah posisi di Pemerintahan Yunani sebelum datang ke Inggris. Ia digosipkan terlibat dalam sejumlah kegiatan politik yang membuat raja Yunani tak senang. Ia pria yang berwatak dan menyimpan rahasianya sendiri."
"Satu pertanyaan terakhir; di mana alamat Mr. Simeonov di London""
Mycroft menarik sebuah buku catatan kecil dari sakunya. "Harrington Mews, Nomor 6, WI," katanya, "tapi aku khawatir kemungkinan besar Kedutaan Bulgaria takkan memberi kau ijin masuk ke tempat itu. Sejak penolakan Pemerintah Inggris untuk mendukung klaim Pemerintahnya, pihak berkuasa Bulgaria menjadi tak kooperatif."
Holmes dan aku kembali ke London pada awal siang. Di perjalanan aku memberanikan diri berkata pada temanku, "Holmes, sejauh ini kau belum berkomentar tentang keberadaan sebuah revolver yang berisi tapi tak ditembakkan di sebelah tubuh Simeonov. Aku sudah memikirkan masalah itu dan hanya bisa menyimpulkan bahwa revolver itu milik Simeonov dan ia mencoba melindungi dirinya dari pembunuhnya dengan menarik keluar revolvernya ketika ia sadar bahwa ia hendak ditembak. Setujukah kau""
"Faktanya akan menunjang interpretasi itu, kurasa," jawab Holmes, saat kereta api tiba di stasiun Victoria.
"Apakah interpretasi lain terpikir olehmu"" balasku.
"Ya, Watson," jawab Holmes, dengan cahaya di matanya dan melompat turun dari kereta. Kami memanggil sebuah kereta kuda dan Holmes meminta kusirnya mengantar kami ke Kedutaan Rusia. Setibanya di sana, Holmes, sambil menyerahkan kartunya pada penjaga pintu, minta bertemu Duta Besar. Beberapa lama kemudian, kami diantar ke ruang mewah Count Balinsky
. Count Balinsky tetap duduk ketika kami masuk dan memandang kami dengan dingin dan bibir terkatup rapat saat kami berdiri di depan mejanya. Ekspresi di wajahnya adalah kemarahan yang hampir tak terkontrol dan ia sedang membolak-balik kartu Holmes di antara jari-jarinya. Ia seorang pria kurus, dengan wajah pucat dan mata yang membara seperti api. Ia bercukur bersih, sebuah kumis pensil yang tiba-tiba membelok ke atas di ujung-ujungnya.
"Anda agen orang Turki itu, bukan"" katanya dingin.
"Saya diminta mempelajari misteri pembunuhan Mr. Anton Simeonov oleh Yang Mulia Orman Pasha," jawab Holmes.
"Dan Anda datang pada saya minta bantuan"" tanyanya dengan nada sangat heran.
"Saya datang untuk bertanya apakah Anda dapat memberikan titik terang dalam urusan tragis ini," kata Holmes.
"Saya bisa memberikan sangat banyak titik terang dalam urusan tragis ini, Mr. Holmes," jawab Count itu, mengancam. "Kolonel Turki itu yang melakukannya. Saya berkata demikian padanya dengan cukup terbuka di depan semua orang."
"Bukti apa yang Anda miliki untuk hal ini"" tanya Holmes.
"Bukti"" tanya Count itu, dengan ekspresi yang pahit di wajahnya, seakan permintaan bukti adalah cita rasa yang patut dipertanyakan.
"Siapa lagi yang punya motif" Mengapa tamu-tamu lain selain utusan Sultan, ada yang ingin membunuh Simeonov" Orman Pasha sedang bersama Lord Eversden ketika pembunuhan itu dilakukan, jadi tinggal Yusufoglu."
"Seseorang lain bisa saja membunuhnya untuk melibatkan Yusufoglu," kata Holmes, dengan suara pelan menatap mata Count itu tepat-tepat. "Bahkan mungkin Simeonov dibunuh untuk menimbulkan masalah di antara negara Anda dan Turki."
Mata Count itu menyipit dan bibirnya menipis. Tiba-tiba, ia berdiri. "Terima kasih, Mr. Holmes," katanya, dengan sangat marah. "Wawancara ini sudah selesai."
Setelah pengusiran kami yang tak terhormat dari kedutaan Rusia, kami naik kereta kuda lain, kali ini ke kedutaan Austria-Hungaria. Ketika kami tiba di sana kami menerima penyambutan yang sangat berbeda, karena Baron Nopchka sangat gentleman. Ia bertinggi badan sedang dan berbadan sehat kuat berambut pirang, memucat menjadi perak di dahi, matanya yang penuh humor dan kumis pirang yang elegan semua terkombinasi untuk memberikan kesan bangsawan Eropa Tengah yang jujur, tak sulit membayangkannya mengenakan topi Tirolnya dan menembak babi hutan liar di pondok berburunya di hutan-hutan Wina. Ia bangkit saat kami masuk ke ruangannya dan berjabat tangan dengan kami, mengatakan betapa senangnya ia mengetahui bahwa temanku yang berkemampuan setuju menyelidiki tragedi itu.
"Baron Nopchka," Holmes memulai, setelah kami duduk, "saya ingin mencapai kesimpulan dari tragedi ini tanpa penundaan. Karena itu Anda akan memaafkan saya, bila saya bertanya pada Anda apakah Anda mempunyai kecurigaan siapa yang melakukan pembunuhan itu."
Alis mata Baron terangkat. "Itu bukan pertanyaan yang sangat diplomatis," ia menjawab dengan senyum masam, "tapi, dalam keadaan luar biasa dimana kami berada, saya harus mengakui pertanyaan itu adil. Bagaimanapun, saya tak bisa berkata saya punya pendapat tentang masalah itu, tapi saya hanya bisa menyatakan harapan tulus saya bahwa Kolonel Yusufoglu bukan pembunuhnya, karena konsekuensinya tak dapat dibayangkan. Biarpun begitu Balinsky yakin pembunuhnya adalah pria itu."
"Di mana Anda dan Count Balinsky berada ketika Anda mendengar tembakan yang membunuh Simeonov""
"Saya sedang berada di ruang merokok dan Balinsky, saya yakin berada di perpustakaan. Paling tidak, ketika saya bergegas keluar ke aula, saya melihat Balinsky di luar pintu perpustakaan. Kami kemudian lari ke atas bersama-sama."
"Anda berkata Count Balinsky berada di luar pintu perpustakaan; apakah ia berdiri di sana, atau apakah ia tampaknya lari keluar dari perpustakaan""
"Tidak, ia cuma berdiri di sana," kata Baron, dengan mengerutkan kening, seakan suatu pemikiran baru terlintas di benaknya.
"Apakah ada petunjuk dari arah mana ia berjalan sebelum Anda bergegas keluar dari ruang merokok""
"Tidak," kata Baron lagi, masih mengerutkan alis, "ia berdiri diam, dengan punggung menghadap pin
tu perpustakaan." "Apakah pintu perpustakaan terbuka atau tertutup""
"Tertutup." Ada keheningan, kemudian Holmes berbicara. "Apakah Anda tahu di mana Mr. George Leonticles berada ketika tembakan itu ditembakkan""
"Tidak, saya hanya melihatnya ketika saya mencapai lantai di atas tangga tingkat dua. Ia berdiri beberapa kaki dari tempat Simeonov terbaring, tampak pucat."
"Menurut pendapat Anda, apakah Anda bisa mengatakan bahwa ia mampu membunuh""
"Itu mungkin, tentu saja, tapi ia orang yang begitu berbudi halus sehingga sejujurnya saya tak bisa membayangkan ia melakukan pembunuhan. Ia cukup terguncang oleh kejadian itu."
"Bila ia membunuh Simeonov, ia akan punya alasan bagus untuk tampak terguncang."
"Ya, kurasa begitu."
"Anda membawa tubuh itu ke kamar tidur bersama Kolonel Yusufoglu; apakah Anda memperhatikan bahwa Kolonel itu bersenjata""
"Saya jelas tidak melihat ada senjata. Ia tidak mengenakan jaket waktu itu, dan setelah kami meletakkan mayat itu di atas ranjang kami turun tangga bersama-sama dan ia tetap dalam jarak pandangan saya selama paling tidak satu jam sesudahnya."
"Apakah saat itu Anda yakin ia tidak bersalah""
Baron tak mengatakan apa pun, tapi kerut di keningnya kembali. Ia bergerak-gerak di kursinya. "Mr. Holmes," katanya akhirnya, "ada sesuatu yang saya rasa seharusnya saya beri tahukan pada Anda. Saya telah menghindarkan diri melakukan hal ini karena saya tak tahu apa arti yang saya saksikan dan saya takut cerita saya hanya akan mengacaukan urusan dan mungkin melibatkan orang tak bersalah. Bagaimanapun, dari apa yang saya dengar tentang Anda dan, terlebih lagi, sekarang setelah saya bertemu langsung dengan Anda, saya yakin bahwa saya bisa sepenuhnya bergantung pada Anda untuk mencapai kebenaran urusan berbelit ini." Holmes menganggukkan kepalanya dengan khidmat pada Baron.
"Segera setelah saya dan tamu yang lain tiba di Royston Manor, saya pergi ke perpustakaan untuk memeriksa beberapa buku Lord Eversden. Buku adalah kecintaan saya yang terbesar, Mr. Holmes. Saat saya masuk, yang saya lakukan dengan diam-diam agar tidak mengganggu pembaca lain, saya mendengar suara-suara Mr. Leonticles dan Kolonel Yusufoglu, Atase Militer Turki itu. Leonticles sedang berkata, "Kita tak punya pilihan, kita harus bertindak sekarang, kita takkan mendapat kesempatan yang lebih bagus." Kemudian Yusufoglu menjawab: "Tidak, tidak, tidak sekarang, tidak di sini. Akan lebih aman-" Pada saat itu Count Balinsky masuk dengan ribut ke dalam ruangan dan percakapan mereka mendadak berhenti. Seperti yang saya katakan, Mr. Holmes, saya tak tahu apa artinya ini dan saya meletakkannya dalam tangan Anda yang mampu."
Aku memandang Holmes dan merasa bergairah melihat ekspresi keras keceriaan di wajahnya yang menunjukkan bahwa ia menemukan jejak. Ia berdiri dan membungkuk pada tuan rumah kami yang gentleman.
"Baron Nopchka," katanya dengan kegairahan yang ditekan, "pengamatan Anda sangat berharga."
Wajah jujur Baron itu tampak kagum dan tersemangati oleh komentar Holmes. Ia berkata: "Apakah Anda sudah mencapai kesimpulan tentang kasus ini, Mr. Holmes" Berita baik atau buruk""
"Saya belum benar-benar menyelesaikan penyelidikan saya dan, bagaimanapun juga, saya berkewajiban untuk melapor terlebih dahulu pada Orman Pasha, yang memberi tugas pada saya untuk menyelidiki masalah ini," kata Holmes. "Bagaimana pun, saya akan berkata pada Anda, Baron, bahwa ada alasan untuk optimis."
Kami pergi dari kedutaan, meninggalkan seorang bangsawan Austro-Hongaria yang sangat kebingungan, tapi secara keseluruhan lega, di belakang kami.
Kami tiba larut malam di Baker Street, dengan Holmes dalam suasana hati sempurna. Sebuah telegram menunggu Holmes; ia menyobeknya terbuka dan membacanya keras-keras: "Pangeran dalam perjalanan ke Konstantinopel. O.P."
"Sempurna!" Holmes berseru. "Teman Turki kita memainkan permainannya."
Kami menyantap makan malam luar biasa yang disiapkan oleh Mrs. Hudson, selama waktu itu, Holmes menolak membicarakan kasus itu. Ketika kami selesai dan duduk di dekat api, Holmes menghisap pipanya yang sangat berbau busuk, ia memandangku dengan
mata bersinar dan berkata:
"Watson, aku ingin melakukan suatu kejahatan malam ini. Apakah kau masih mempunyai revolver tentara dan linggis pendekmu""
Aku merasa bergairah; sudah cukup lama sejak Holmes dan aku mengalami petualangan seperti itu yang kadang-kadang menempatkan kami di sisi hukum yang salah. "Holmes," aku berkata, sepenuh hati, "aku pengikutmu; beri saja aku waktu setengah jam untuk mengambil yang kau minta dari kamarku."
Waktu sudah mendekati tengah malam ketika Holmes dan aku tiba di Harrington Mews. Kami berjalan mengendap-endap ke Nomor 6 dan, saat kami mendekat, Holmes berbisik di telingaku: "Apakah kau membawa linggis pendek untuk dipakai, Watson." Aku mengangguk, dan kami mengendap-endap ke pintu seperti perampok. Aku sudah hendak menggunakan linggis pendekku, ketika aku menahan nafas: "Holmes, pintunya sudah terbuka! Holmes berdiri diam.
"Menarik, Watson, menarik," kata Holmes berbisik, "malam ini mungkin masih mempunyai banyak kejutan." Kami masuk rumah tanpa suara Holmes berjalan dengan cepat namun tanpa suara ke ruang kerja. Saat kami mencapai pintunya, kami bisa melihat cahaya bersinar dari sela-sela di bawah pintu. Ada suara seperti seseorang mengobrak-abrik kertas di ruangan itu. Kami berdiri diam dan mendengarkan, ketika tiba-tiba suara orang membongkar kertas itu berhenti dan lampu gas dimatikan.
"Sekarang, Watson!" kata Holmes dan kami bergegas masuk ke kamar itu, hanya untuk melihat sebuah bayangan gelap melompat keluar dari pintu yang terbuka dan ke halaman di belakang rumah. "Kejar dia, Watson!" seru Holmes. Aku bergegas ke pintu dan melompat ke luar; aku bisa melihat buruanku berusaha menuju pagar, melompat-lompat di atas satu kaki seakan-akan satu kakinya terluka karena jatuh. Aku melesat ke arahnya, tapi tersandung kayu dan jatuh berdebam. Ketika aku berdiri lagi penerobos itu sudah pergi. Aku berjalan tertatih-tatih kesakitan menuju pagar, tapi tak ada tanda-tanda keberadaannya. Aku kembali pada Holmes dengan kecewa.
"Itu urusan kecil, Watson," katanya, ketika aku memberitahukan padanya kegagalanku, "kita akan bertemu dengan pria itu besok pagi." Selama aku tak ada Holmes tidak bermalas-malasan, tapi telah memeriksa kertas-kertas di atas meja dan di dalam laci. Ia sekarang memegang sebuah potongan kecil kertas menghadap cahaya. "Ada kecurangan di sini, Watson!" katanya, wajahnya kaku dan keras, "tapi sesarang sudah waktunya kembali ke tempat tidur kita karena banyak yang harus dikerjakan besok." Setelah itu, kami berjalan kembali ke Baker Street, dan paling tidak dalam kasusku, satu malam tidur yang gelisah dan tak nyenyak.
Aku bangun keesokan paginya mendapati Holmes rrengguncangkan bahuku.
"Bangun, Watson! Permainan sudah dimulai!"
"Jam berapa sekarang, Holmes"" aku bertanya, mengantuk.
"Tujuh, Watson, dan sarapan sudah siap."
Aku bangkit, mencuci muka dan pergi sarapan. Holmes sudah menyantap miliknya dan berhasrat untuk pergi, jadi aku menelan roti panggangku dan meneguk tehku secepat aku bisa dan, setelah beberapa menit saja, kami sudah berada dalam perjalanan menuju sebuah alamat yang telah diberikan Holmes pada kusir kereta kuda kami.
Kontras dengan malam sebelumnya, Holmes tampak asyik dan agak bergairah. Aku bertanya: "Apakah kau sudah mencapai kesimpulannya, Holmes""
"Kau tahu cara kerjaku, Watson, kesimpulanku selalu kuberikan bila aku siap."
Kami berjalan tanpa berbicara ke tujuan kami, yang ternyata merupakan sebuah bangunan kecil yang menjadi tempat Konsulat Yunani. Kami memasuki bangunan itu dan minta bertemu Konsul, Mr. Leonticles, dan segera diantarkan ke kantor Konsul.
Mr. George Leonticles, sang Konsul Yunani, adalah seorang pria pendek dengan rambut hitam kelam, wajah pucat dan jenggot kambing runcing yang cerewet dan kumis yang dilapis lilin. Ia lembut dan sopan dalam sikapnya, namun gugup. Ia bangkit dengan kaku dan meminta kami duduk.
"Apa yang bisa saya bantu, tuan-tuan"" ia bertanya.
"Mr. Leonticles, nama saya Sherlock Holmes dan saya ditugaskan untuk menyelidiki pembunuhan mendiang Mr. Simeonov," jawab Holmes. "Akan sangat membantu secara material dalam pen
yelidikan saya bila Anda mau menjawab beberapa pertanyaan sehubungan dengan misteri itu."
Mr. Leonticles mengelus jenggot dan kumisnya sebelum menjawab, "Saya akan senang bisa membantu Anda, Mr. Holmes, tapi dengan menyesal saya katakan bahwa yang saya ketahui hanya akan sedikit menarik hati Anda."
"Bagaimanapun, Anda akan bisa membantu mengklarifikasi beberapa poin," kata Holmes, "misalnya, bisakah Anda memberi tahu saya di mana Anda berada ketika Anda mendengar tembakan yang membunuh Mr. Simeonov itu""
"Saya sedang berada di kamar saya."
"Kamar Anda dua pintu jauhnya dari Simeonov, namun demikian ketika Lord Eversden dan Orman Pasha tiba, mereka menemukan Yusufoglu berlutut di sebelah tubuh itu, sementara Anda berdiri agak jauh. Mengapa Anda tidak membantu menolongnya""
"Kamar Yusufoglu berada di antara kamar saya dan Simeonov dan Yusufoglu bisa mencapainya terlebih dahulu," jawab Leonticles, butir-butir keringat mulai muncul di dahinya.
"Apakah kolonel berada di kamarnya ketika tembakan itu dilepaskan"" tanya Holmes.
"Saya rasa begitu. Ketika saya keluar ke koridor ia sudah ada di sana, berlutut di samping Simeonov."
"Mr. Leonticles," tanya Sherlock Holmes terus terang, "apakah Kolonel Yusufoglu membunuh Mr. Simeonov""
"Tidak!" "Anda tampaknya sangat yakin akan hal itu. Bagaimana Anda bisa tahu ia tidak membunuh Simeonov""
"Kolonel Yusufoglu tak bisa melakukan pembunuhan itu. Saya sudah-saya yakin ia tidak membunuh orang itu."
"Namun demikian Count Balinsky tampaknya pasti bahwa kolonel itu adalah pembunuhnya." "Count Balinsky salah," kata Konsul itu tegas.
"Terima kasih, Mr. Leonticles," kata Holmes, tiba-tiba bangkit untuk meninggalkan ruangan. Saat kami mencapai pintu, Holmes berhenti dan memeriksa sebuah patung Yunani kecil di atas meja- sebelah jendela.
"Saya menaruh minat besar pada seni Yunani Kuno. Apakah ini reproduksi dari Aphrodite"" ia bertanya pada Konsul itu, dengan senyum mempesona di wajahnya.
"Bukan, bukan," jawab tuan rumah kami, mengitari mejanya, sedikit pincang waktu berjalan, dan menunjuk patung lain di atas sebuah meja di sisi lain ruangan, "ini Aphrodite."
"Tentu saja," kata Holmes. "Sekali lagi, terima kasih, Mr. Leonticles, kami takkan menghabiskan lebih banyak waktu Anda lagi.
"Kita mendapat kemajuan, Watson," kata Holmes, saat kami duduk di kereta kuda dalam perjalanan kami ke Belgrave Square, "apakah kau perhatikan pincangnya""
Aku memang sudah memperhatikannya. "Sangat mirip dengan pincangku, Holmes, setelah tersandung tumpukan kayu di Harrington Mews," kataku, "Mengapa kau tidak mengkonfrontasinya dengan hal itu""
"Tak perlu," jawab Holmes, "ia mengetahuinya."
"Tapi apakah nantinya ia tidak akan melarikan diri dari negeri ini, sekarang setelah ia mengetahui kau mencurigainya masuk ke rumah orang Bulgaria itu"" aku bertanya. "Tidak, Watson," jawab Holmes, tersenyum, "kurasa tidak."
Kami tiba di Kedutaan Turki dan diantar oleh seorang penjaga pintu yang mengingatkanku pada jin lampu Aladin. Ia mengenakan sepatu bot merah dengan ujung jari melengkung ke atas, celana baggy hitam dan sebuah tunik hijau berornamen banyak. Ia menerima kartu Holmes tanpa bicara dan pergi mengantarkannya pada Orman Pasha. Beberapa menit kemudian, seorang pria muram berjas dan mengenakan topi datang dan mengiringi kami ke ruangan Pasha.
Kali ini Orman Pasha tidak berseragam lengkap, tapi mengenakan mantel panjang hitam. Ia bangkit dari belakang mejanya dan menyambut kami dengan hangat.
"Mr. Holmes," katanya, saat ia menggerakkan tangan menyuruh kami duduk, "beranikah saya berharap Anda punya kabar baik untuk disampaikan"" |
"Kami mendekati penyelesaian misteri ini, Orman Pasha," kata Holmes, "tapi ada beberapa hal tak jelas yang masih tertinggal. Saya berani berharap mungkin kita dapat mencegah suatu bencana."
"Saya sangat lega mendengarnya, Mr. Holmes," jawab Pasha.
"Namun, saya memang punya beberapa pertanyaan untuk Anda, setelah itu saya akan ingin bertemu Kolonel Yusufoglu," kata Holmes, duduk bersandar di kursinya. "Orman Pasha, bila, seperti yang akan kita asumsikan untuk sementara ini, urusan Bulgaria itu t
idak dibunuh oleh agen pemerintahan Anda, siapa lagi yang punya motif membunuhnya""
Sang Pasha berpikir sejenak. "Dari orang-orang yang hadir pada makan malam Lord Eversden, saya tak bisa memikirkan orang lain yang mungkin punya motif. Mereka semua orang dengan posisi diplomatik menonjol dan saya tak bisa melihat apa keuntungan yang akan mereka peroleh dari melakukan hal semacam itu."
"Tidakkah Anda kemudian berpikir bahwa penyelesaian masuk akal yang bisa ditarik adalah bahwa salah satu agen Pemerintahan Anda memang, sebetulnya, melakukan pembunuhan" Kolonel Yusufoglu sedang berlutut di sebelah Simeonov; kata-kata terakhir Simeonov tampaknya menuduhnya; Count Balinsky yakin Kolonel bersalah. Tak ada bukti lain yang tampaknya mengisyaratkan bahwa orang lain bersalah. Tidakkah kesimpulannya haruslah bahwa kolonel bersalah""
Sang Pasha memandang Holmes dengan ekspresi campuran kegelian dan ketidaksabaran. "Mr Holmes," katanya, "mengapa Anda mengusulkan hal semacam itu ketika Anda sudah yakin bahwa itu tidak benar""
"Mengapa Yang Mulia menyimpulkan bahwa saya tak menerimanya sebagai kebenaran""
"Karena Anda sudah memberi tahu saya Anda punya harapan besar akan mencegah bencana, Mr. Holmes. Bila Anda memang percaya bahwa Yusufoglu bersalah, Anda tentunya tak akan mengatakan hal itu."
Holmes memasang senyumnya yang rapat dan rahasia. "Bersalah adalah masalah definisi. Kita tak boleh melupakan bahwa, dalam pembunuhan mana pun, motif pembunuh paling tidak sama pentingnya dengan identitasnya."
Alis mata Pasha menjadi gelap. "Saya khawatir, Mr. Holmes, bahwa, apa pun motifnya, hal itu takkan banyak membawa perbedaan bila Yusufoglu adalah pembunuhnya. Apakah Anda ingin berbicara dengannya sekarang""
Holmes mengangguk dan sang Pasha membunyikan bel. Pria muram itu memasuki ruangan dan diberi beberapa instruksi singkat dalam bahasa Turki, setelah itu ia pergi, dan kembali lagi beberapa menit kemudian dengan seorang pria tinggi, berbahu bidang-kolonel Yusufoglu. Raksasa berkulit gelap, dengan mata hitam tajam dan kumis hitam tebal. Aku akui ia akan kuanggap sebagai orang yang murung, yang bisa melakukan pembunuhan bila keperluan itu muncul.
Sang Pasha memperkenalkan kami, Holmes dan aku berjabat tangan dengannya. Ia duduk, memandang kami dengan curiga.
"Kolonel," Holmes memulai, "saya harap Anda akan memaafkan saya bila saya berbicara secara terbuka dan tanpa ditutup-tutupi, karena apa yang menjadi taruhan dalam masalah ini. Anda, saya yakin, tahu bahwa Anda dipandang sebagai tertuduh utama dalam pembunuhan Anton Simeonov. Apa yang Anda katakan sebagai pembelaan""
"Saya tidak membunuh orang Bulgaria itu," jawab kolonel tabah.
"Lalu siapa yang melakukannya""
"Saya diberi tahu bahwa adalah tugas Anda mencari tahu."
"Bagaimanapun, saya akan tertarik dengan pandangan Anda dalam hal ini."
"Saya tidak menyaksikan pembunuhan itu, bagaimana saya tahu siapa yang membunuh orang
itu"" "Apa yang Anda maksudkan ketika Anda berkata pada Count Balinsky bahwa ia mengetahui kebenarannya""
"Maksud saya adalah ia pasti tahu bahwa saya punya segala alasan untuk tidak melakukan pembunuhan itu. Bahkan ia pasti sadar bahwa tindakan semacam itu akan memperuncing kejadian yang dengan cemas berusaha kami hindari."
"Mengapa Anda berkata 'Tanya diri Anda sendiri siapa pembunuhnya"'"
Atase Militer itu bergerak-gerak gelisah. "Saya memintanya berpikir lebih jernih." Aku memperhatikan Orman Pasha memandang kolonel ini dengan raut khawatir di wajahnya, seakan-akan ia mendapati jawaban kolonel atas pertanyaan Holmes lemah dan tak meyakinkan.
Holmes melompat berdiri. "Terima kasih, kolonel, Anda sudah memberi tahu saya segala yang perlu saya ketahui."
Kolonel itu bangkit dari tempat duduknya, memandang Holmes dengan ekspresi separuh marah dan separuh takut. Ia berpaling dan mengatakan sesuatu dalam bahasa Turki pada Orman Pasha, yang mengangguk. Kolonel itu berbalik dan memandang Holmes dengan mata hitam menyala-nyala, kemudian dengan tiba-tiba meninggalkan ruangan.
"Orman Pasha," kata Holmes, ketika kolonel itu rudah pergi, "apakah ada anggota staff Anda yang bisa b
erbicara bahasa Bulgaria""
"Saya sendiri bisa, Mr. Holmes," jawab Pasha, dengan ekspresi sedikit heran di wajahnya.
"Bagus, kalau demikian mungkin Anda mau berbaik hati memberi tahu saya apakah kalimat Inggris ini adalah terjemahan yang benar atas kalimat Bulgaria di atasnya." Ia menyerahkan pada tuan rumah kami sepotong kecil kertas. Pasha menerimanya dan aku terganggu melihat orang tua itu benar-benar terkejut.
"Apa artinya ini, Mr. Holmes," kata Pasha, "apa yang sedang Anda beri tahukan pada saya""
"Saya memberi tahu Anda bahwa kasus ini jauh lebih rumit daripada yang kita pikirkan dari luar. Saya anggap terjemahan itu akurat""
"Akurat, Mr. Holmes," kata Pasha, menggelengkan kepalanya kebingungan dan keheranan.
Dalam perjalanan kami kembali ke Baker Street, Holmes berhenti di sebuah kantor pos untuk mengirim telegram. Ia kemudian mengadakan kunjungan ke saudaranya Mycroft di Diogenes Club dan aku pergi seorang diri ke Baker Street. Ketika ia akhirnya kembali, Holmes berjalan ke rak perapian dan, yang membuatku ketakutan, ia berdiri merenungi jarum suntik yang memungkinkannya menuruti satu-satunya kelemahannya.
"Holmes, temanku yang baik," kataku, "kau sudah mencapai kesimpulan akhir kasus ini."
"Ya, Watson, aku sudah mencapai kesimpulan akhirku."
Sherlock Holmes - Kumpulan Kasus Seru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kami makan malam dengan tenang, yang seperti biasa disiapkan oleh Mrs. Hudson yang sempurna. Setelah makan, Holmes berdiri. "Besok pagi kita akan pergi ke Stoke Morden untuk menyelamatkan dunia," katanya. "Sebaiknya tidur cepat, Watson." Ia menghilang ke kamar tidurnya, sementara aku masuk ke kamarku dengan suasana hati muram.
Holmes kembali seperti sediakala keesokan paginya. Kami makan pagi dan dengan cepat sudah berada dalam perjalanan ke Stasiun Victoria. Ketika kami akhirnya tiba di Royston Manor, aku memperhatikan sejumlah kereta kuda bagus yang ditarik oleh kuda-kuda luar biasa bergerak pergi di jalur masuk lebar berlapis batu yang mengarah ke rumah. Kami diterima oleh kepala pelayan tua itu dan diantar ke ruang tamu, tempat, yang membuatku terheran-heran, aku menemukan semua pelaku drama tragedi barusan hadir. Lord Eversden duduk di kursi berlengannya, dengan Orman Pasha di atas bangku di sebelahnya. Baron Nopchka duduk di ujung lain bangku itu, sementara Mr. Leonticles dan Colonel Yusufoglu duduk di kursi berlengan di hadapan bangku itu. Count Balinsky, seakan meremehkan kehadiran orang lain, duduk agak menjauh, dekat jendela. Mycroft Holmes duduk di sebuah kursi tegak di depan meja di belakang bangku.
Saat kami masuk, Lord Eversden bangkit dan menyeberang untuk menyambut kami.
"Saya menerima telegram Anda, Mr. Holmes," katanya. "Seperti yang bisa Anda lihat, mereka semua ada di sini. Inspektur Lestrade akan tiba dalam waktu satu jam." Ia memberi isyarat pada kami agar duduk, yang kulakukan di atas sebuah kursi tegak dekat Baron Nopchka. Holmes menolak undangan itu dan tetap berdiri.
"My lord dan tuan-tuan," Holmes memulai. "Saya senang bisa melaporkan bahwa saya telah memecahkan misteri yang baru saja menjatuhkan bayangan pada hubungan internasional. Patut disayangkan, kemungkinan besar kita takkan bisa membawa si pelaku ke pengadilan, karena kita berurusan dengan penjahat yang sangat pandai. Penyelidikan saya mengijinkan saya menyimpulkan bahwa seorang perampok bersenjata berhasil masuk ke dalam rumah. Ia mengendap-endap naik tangga, tempat ia dikejutkan oleh Mr. Anton Simeonov. Sebelum Mr. Simeonov bisa menimbulkan kesiagaan, perampok itu mengeluarkan revolver dan menembaknya, tepat saat korban hendak membela diri dengan menarik keluar senjatanya sendiri. Pembunuh itu kemudian bisa menyembunyikan dirinya di belakang kursi berlengan besar di koridor dan tetap berada di sana ketika Anda semua tiba di tempat kejadian. Ketika Anda semua meninggalkan koridor, ia melarikan diri melalui salah satu jendela, dari
situ ia melompat. Kemudian dengan cerdik ia menutupi jejaknya dan pergi. Ia sangat tak mungkin akan pernah tertangkap."
Kami semua menatap Holmes. Lord Eversden berkata: "Tapi ini tak dapat dipercaya, Mr. Holmes, tak ada yang mengusulkan bahwa hal semacam itu terj
adi." Ia mengarahkan pandangan susah pada Mycroft, yang, sendirian di antara penonton yang berkumpul, sedang mengangguk, dengan senyum geli penuh pengertian di wajahnya.
Count Balinsky mendengus mengejek: "Apakah Anda kira Pemerintah saya akan menerima cerita seperti itu, karangan yang begitu jelas"" Ia bangkit berdiri. "Permisi, Lord Eversden, tapi saya berkewajiban mengirim telegram pada kabinet Tsar." Ia maju satu dua langkah melintasi ruangan, dengan senyum puas jahat di wajahnya, ketika Holmes mengambil langkah panjang dan menghalangi jalanya.
"Count yang baik," katanya bengis, "saya sangat menyarankan agar Anda duduk. Cerita yang saya berikan mungkin lebih disukai oleh Pemerintah Anda-dan Anda sendiri-daripada alternatif yang bisa saya tawarkan." Count itu membelalak pada Holmes, tapi perlahan-lahan ekspresinya berubah menjadi kecurigaan yang penuh rasa takut. Holmes kembali ke tempat ia tadi berdiri, sementara Count tetap berdiri selama beberapa saat. Seisi ruangan tegang. Perlahan-lahan Count kembali duduk.
"Kesulitan kasus ini adalah tidak adanya motif, selain motif jelas dalam kasus pembunuhan oleh agen Pemerintah Turki," kata Holmes. "Kebodohan tindakan semacam itu, terutama di bawah suhu politik sekarang, menunjukkan bahwa pembunuhan oleh seorang agen Turki sangat tak mungkin. Kejahatan semacam itu tak mungkin sesuai dengan tujuan Pemerintah Turki-sebetulnya, cukup berlawanan-jadi saya mengabaikan kemungkinan ini sebagai kemungkinan sebenarnya yang tampak dari luar. Bagaimanapun, ini tidak berarti pembunuhan itu tak bisa dilaksanakan oleh seorang Turki untuk alasan non politis. Ini, juga, tampaknya tak mungkin, karena orang seperti itu yang melakukan kejahatan seperti itu akan sangat menyadari interpretasi politis yang akan ditempatkan beberapa orang atas kejadian itu.
"Karena itu, hipotesa kerja saya adalah bahwa kejahatan itu tidak dilakukan oleh kedua tamu Turki. Orman Pasha, bagaimanapun, tidak dicurigai, karena ia sedang bersama Lord Eversden waktu itu. Tapi Kolonel Yusufoglu ditemukan berlutut di sebelah Simeonov dan Count Balinsky menuduhnya atas pembunuhan itu. Di sisi lain, kolonel itu tampak tak bersenjata, tapi bila ia pembunuhnya, ia takkan punya waktu membuang senjata itu, kecuali dia menembak Simeonov, bergegas pergi membuang senjata, dan kemudian dengan jahat, kembali untuk menempatkan dirinya dalam posisi memberatkan berlutut di sebelah orang yang ia tembak.
"Aspek lain yang membingungkan dari kasus ini adalah saya memulai dengan asumsi bahwa pembunuh Simeonov dan orang yang menyerangnya beberapa minggu lalu adalah orang yang sama. Paling tidak, tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa kedua kejadian itu berhubungan. Penyelidikan saya mengungkapkan bahwa kedua kejadian itu tidak berhubungan dan itu adalah petunjuk yang memecahkan misteri."
Holmes berpaling pada Lord Eversden. "Seseorang di ruangan ini membunuh Simeonov, tapi ia bukan pembunuh. Satu-satunya pembunuh di antara tamu-tamu Anda adalah Simeonov sendiri!"
Kecuali Mycroft, kami semua menahan nafas keheranan. Count Balinsky mengajukan duduknya di kursi dan ekspresinya tampak lebih takut dari sebelumnya. Leonticles lebih pucat dari biasanya.
Kolonel Yusufoglu menutup wajahnya dengan tangan.
"Ya," kata Holmes, bergantian memandang Konsul Yunani, Kolonel Turki dan Count Rusia itu. "Anda semua mengetahui kebenaran hal ini. Ketika Kolonel Yusufoglu berkata bahwa Count Balinsky tahu kebenarannya, ia sedang membicarakan kebenaran, bukankah begitu, Count""
"Anda berani menuduh seorang anggota Pemerintah Tsar melakukan pembunuhan-" ia mulai, bangkit berdiri.
"Kontrol diri Anda, Count," kata Holmes, kasar. "Tak ada yang menuduh Anda membunuh Simeonov. Kejahatan Anda jauh lebih kejam." Count membuka mulutnya untuk menjawab, tapi semua mata menatapnya, dan tak ada suara yang keluar dari kerongkongannya. Ia duduk, wajahnya berkerut.
"Ketika kolonel berkata bahwa Count Balinsky mengetahui kebenarannya, ia memaksudkan ia tahu bahwa Simeonov adalah seorang pembunuh. Count Balinsky sangat memahami hal ini, tapi memilih berpura-pura tidak tahu, un
tuk alasan-alasan yang nantinya akan menjadi jelas. Sebenarnya, Simeonov tertembak saat ia hendak melakukan pembunuhan lain. Korban yang ia tuju siap menghadapinya dan kedudukan berbalik. Revolver yang terletak di lantai bukan revolver yang ingin digunakan Simeonov untuk melakukan pembunuhan, bukan yang ia cabut untuk membela dirinya.
"Ketika saya memeriksa barang milik Simeonov, saya menemukan sebuah kotak kecil berisi apa yang tampak seperti kartu ucapan. Memang demikian-semacam itu. Saya harap saya dimaafkan karena mengalihkan perhatian agar semua orang melihat sesuatu lewat jendela, tapi itu perlu bagi saya untuk mengambil kotak itu tanpa dilihat melakukan itu. Setiap kartu punya huruf VMRO di atasnya." Holmes mengeluarkan salah satu kartu dari sakunya dan mengangkatnya. Huruf-huruf itu sangat besar dan dapat dilihat dengan mudah dari seluruh ruangan. Holmes berpaling pada Count Balinsky: "Anda mengenali simbol ini sebagai organisasi anarkis Balkan tanpa nama yang terkenal, bukankah begitu, Count" Saya bayangkan orang lain dalam ruangan ini juga tahu. Bagaimanapun, hanya tiga orang yang hadir di sini yang mengetahui masa lalu lengkap Simeonov yang penuh pembunuhan dan keanggotaannya pada organisasi itu. Ketika Watson dan saya masuk ke rumah Simeonov, saya menemukan tiga kartu lain, masing-masing dengan huruf IMRO tercetak di atasnya. IMRO adalah organisasi anarkis lawan, sangat bertentangan dengan organisasi pertama tadi. Satu kartu mempunyai tulisan berikut dalam bahasa Bulgaria: "Kematian sudah dekat. Anda sudah diperingatkan." Terjemahan saya dengan baik hati dikonfirmasi Orman Pasha ketika saya menunjukkannya padanya kemarin. Kartu itu juga memiliki tanggal Desember ketika Simeonov diserang di jalanan. Calon pembunuhnya pada kesempatan itu adalah anggota kelompok kriminal oposan.
"Memahami hal ini membantu saya mengerti sisanya. Baron Nopchka secara tak sengaja mendengar Mr. Leonticles mendesak Kolonel Yusufoglu untuk bertindak, tapi kolonel itu mendesakkan untuk menahan diri. Baron mengkhawatirkan hal ini karena ia mengira Mr. Leonticles mungkin memaksudkan pembunuhan Simeonov yang sudah direncanakan, tapi ia salah. Mr. Leonticles ingin mengekspos Simeonov sebagai penjahat seperti adanya, sedangkan kolonel mungkin mendesak Mr. Leonticles menunggu hingga mereka berada pada pertemuan di London, tempat bangunan itu dijaga oleh polisi, membuat Simeonov sulit melarikan diri begitu ia diidentifikasi. Count Balinsky menerjang masuk dengan ribut ke dalam ruangan sementara kolonel sedang berbicara, tapi saya yakin ia sudah mendengar cukup banyak percakapan itu untuk memahami arti pentingnya. Ia kemudian memberitahu Simeonov apa yang ia dengar dan Simeonov berketetapan untuk mengurus urusannya itu dalam tangannya sendiri.
"Mr. Leonticles-lah yang mengenali Simeonov. Ia berada di Thessaly ketika Kolonel Yusufoglu bertugas di sana sebagai Deputi Gubernur dan mereka berdua terlibat dalam mengakhiri kerusuhan yang dihasut oleh VMRO. Segera setelah ia mengenali Simeonov sebagai salah satu penjahat yang dijatuhi hukuman mati, tapi kemudian melarikan diri, ia memberitahu Kolonel Yusufoglu.
"Kita sekarang tiba pada pertanyaan mengapa Count Balinsky memberi tahu Simeonov bahwa Mr. Leonticles mengenalinya. Count, seperti yang kita semua ketahui, bertekad memulai perang baru antara Rusia-Turki, yang ia yakini Rusia akan mendapat keuntungan dari hal itu. Count sangat menyadari bahwa, bila ia memberi tahu Simeonov bahwa Leonticles mengetahui masa lalunya, Simeonov akan mencoba membungkamnya. Bila seorang Yunani terbunuh selama pertemuan ini, kecurigaan akan langsung dijatuhkan pada orang Turki. Bila Simeonov terbunuh, kecurigaan akan tetap jatuh pada orang Turki. Apa pun yang terjadi, ia bisa menggunakan kesempatan itu sebagai alasan menimbulkan masalah dan mendorong Tsar menyatakan perang melawan Sultan. Rencananya tak boleh gagal. Ia menunggu di bawah di luar perpustakaan sehingga ia akan bisa bergegas ke atas ketika orang lain muncul-dalam hal ini adalah Baron Nopchka-untuk memastikan alibi untuk dirinya."
"Mr. Leonticles bersenjat
akan sebuah revolver, ketika ia mendengar Simeonov merayap di belakangnya. Ia menembak Simeonov dulu dan lari ke ujung lain koridor untuk menyembunyikan senjata itu untuk sementara waktu di belakang kursi berlengan besar di sudut. Saya yakin ia membuangnya dengan efisien setelah itu. Kolonel mendengar tembakan itu dan bergegas keluar dari ruangannya; ia mungkin telah melihat Mr. Leonticles menyembunyikan senjata itu, tapi ia kemudian pergi ke orang sekarat itu, mungkin untuk mendengar apa yang dikatakan orang sekarat itu. Ketika saya mewawancarai kolonel kemarin ia sama saja dengan memberi tahu saya bahwa ia tahu Mr. Leonticles membunuh Simeonov. Saya bertanya apakah ia tahu siapa yang membunuh Simeonov dan ia tidak berkata 'Tidak', tapi menjawab: 'Saya tidak menyaksikan pembunuhan, bagaimana mungkin saya tahu siapa yang membunuhnya"' Caranya menghindari kata 'membunuh' juga mengungkapkan hal sebenarnya."
Holmes berpaling pada George Leonticles, Konsul Yunani. "Apakah saya menceritakan kisah yang cukup baik"" ia bertanya.
Konsul itu tetap diam, dengan wajah tegang selama beberapa lama. "Ya, Mr. Holmes, Anda sudah melakukannya. Tapi Anda belum menjelaskan arti kata-kata terakhir pria sekarat itu, walaupun saya yakin Anda juga mengerti."
"Ya," kata Holmes, "saya mengerti arti kata-kata terakhirnya. Seorang pria sekarat yang berjuang untuk bernafas tak mudah mengatakan kata dengan banyak suku kata. Ibu kota Thessaly adalah Salonika dan kerusuhan di sana terkenal sebagai Insiden Salonika. Saya rasa Simeonov mengenali Kolonel Yusufoglu saat ia sekarat dan mencoba memberi tahu bahwa ia mengingat Kolonel dari hari-hari Insiden Salonika."
Keheningan total turun dalam ruangan. Akhirnya, Lord Eversden berbicara, mengarahkannya pada kelompok yang berkumpul secara umum: "Besok pagi saya akan minta bertemu dengan Yang Mulia Raja, dengan tujuan meminta persetujuan Yang Mulia untuk persiapan perintah deportasi diplomatik. Saya juga akan meminta Yang Mulia memohon Pemerintahan Tsar untuk menunjuk seorang Duta Besar di Court of St. James, karena posisi itu sekarang kosong." Count Balinsky duduk diam, walaupun api masih membara dalam matanya.
Ada sebuah ketukan pelan di pintu dan kepala pelayan yang murung itu masuk. "Yang Mulia," katanya, "seseorang dari Scotland Yard baru tiba. Namanya Inspektur Lestrade."
"Terima kasih, Jenkins," kata Lord Eversden, "minta ia menunggu sebentar." Kepala pelayan itu mengundurkan diri, dengan murung.
Holmes memandang Lord Eversden. "Saya sekarang berkewajiban mengungkapkan kesimpulan saya pada polisi. Cerita yang mana yang harus saya berikan pada mereka""
Lord Eversden berbalik pada Orman Pasha, yang menggelengkan kepalanya dan berkata: "Amat sangat jelas bahwa seorang perampok mendobrak masuk." Ia bangkit, menyeberangi ruangan dan menjabat tangan Holmes dengan hangat. "Mr. Holmes, terima kasih. Hutang kami pada Anda melebihi segalanya."
Holmes dan aku kembali ke Baker Street di sore hari. Holmes mulai mendaki tangga, tapi aku pergi bercakap-cakap sebentar dengan Mrs. Hudson. Ketika aku bergabung dengan Holmes di atas, aku mendapatinya duduk di kursinya dengan gaya patah hati dan murung di sekelilingnya. Ia sedang memandang jarum suntik di atas rak perapian.
"Suatu kasus yang menarik, Watson. Aku bertanya-tanya apakah dunia akan pernah bisa berpikir dengan akal sehat. Krisis Balkan ini hampir menjerumuskan seluruh dunia ke dalam kesengsaraan; aku yakin krisis semacam itu takkan muncul lagi sampai akhir hayat kita."
"Aku juga yakin, Holmes," kataku, saat Mrs. Hudson masuk dengan sebuah baki, yang ia letakkan di atas meja dan keluar. Holmes mengendus udara dan berkata: "Halo, apa ini, Watson""
"Kopi turki, Holmes. Salah satu pelayan Orman Pasha memberikannya padaku saat kita meninggalkan Royston Manor. Ia berkata bahwa Pasha memintanya bahwa kopi ini adalah perangsang yang lebih baik daripada perangsang lain."
Holmes tersenyum sendiri saat ia menyesap kopi itu. "Sempurna, Watson," katanya.
2. Petualangan Generasi Kedua
I TANPA MEMPEDULIKAN sukses besarku dalam praktek medis akhir-akhir ini, aku merasaka
n kehilang- an yang amat-besar beberapa tahun terakhir ini. Anna, istri keduaku, tewas dalam kecelakaan kereta belum lama ini. Kedukaan besar ini menyalakan lagi kedukaan yang kurasakan waktu kematian istri pertamaku, Mary. Semoga mereka beristirahat dengan tenang. Sebagai tambahan, adalah hilangnya persahabatanku dengan Sherlock Holmes, yang sudah lama pensiun di peternakan lebahnya di Sussex.
Tanpa aku sendiri menyadari, aku telah mengisi ruang kosong yang ditimbulkan oleh kehilangan-kehilangan itu dengan membiarkan praktekku berkembang sedemikian rupa hingga hampir menggerogoti kesehatanku. Kelelahan, bahkan hampir kepayahan, pelan-pelan menggerogoti rutinitas sehari-hariku dalam mengobati sejumlah pasien yang mengandalkanku untuk menyembuhkan mereka.
Keadaan yang sukar kubicarakan ini terjadi selama masa awal tahun 1909, musim semi akhirnya datang, dan tak lama setelah menderita karena kerinduan hatiku akan masa-masa bahagia, aku menerima pesan dari Holmes yang memohon padaku untuk meninggalkan praktek selama beberapa minggu dan mengunjunginya sementara waktu.
Inilah kesempatanku untuk memulihkan diri dari keletihan yang menggangguku, dan menurutkan kata hati dalam kenangan menyenangkan bersama teman lamaku.
Tanpa ragu-ragu, aku memberi tahu sekretarisku untuk mengirim pemberitahuan pada semua pasienku bahwa aku akan pergi selama dua minggu. Aku melirik pesan itu lagi. Holmes menyiapkan bendi yang menungguku di stasiun kereta api, dan karena itu aku harus naik kereta api pukul 23:05 yang menuju timur hari ini juga ke stasiun Paddlewaite, dekat lembah Sussex.
Aku tertawa, karena Holmes, temanku tersayang Holmes, masih belum kehilangan sifatnya yang sangat pongah!
Berulang kali, bukan hanya dalam sedikit kesempatan, keironisan pensiun Holmes ke peternakan lebah di Sussex menderaku dengan semangat tak kenal henti; semangat yang membuatku terombang-ambing antara kebingungan akan perubahan sifatnya yang tampaknya total dan keinginan aneh untuk tertawa dari dalam hati karena perubahan sifat yang sepertinya tak mungkin itu.
Aku telah tahu, di masa lalu, dengan pasti menggambarkan ketidaksenangan Holmes pada kehidupan desa, bahkan meningkat pada keengganan untuk menghabiskan waktu berlibur sesingkat apa pun di tempat peristirahatan tepi pantai. Kunjungan ke desa atau tepi pantai dapat diterima oleh temanku itu hanya bila berhubungan dengan kegemparan yang disebabkan oleh intrik langka. Karena itu, metamorfosis Holmes menjadi seorang pria desa yang tertarik untuk mengejar kompleksitas alam, daripada kompleksitas sesama manusia, terus-menerus membuatku bertanya-tanya seberapa tepat observasiku terhadap keanehan mentalnya. Renungan ini kuhentikan sementara untuk menyiapkan liburanku dengan Holmes.
Aku segera mendapatkan diriku turun dari kereta dan cepat-cepat naik ke bendi yang telah dibawa oleh pelayan pria Holmes ke stasiun khusus untukku. Tidak lama kemudian kami bergerak perlahan menyusuri jalanan berkelok-kelok yang tepinya ditumbuhi tanaman lebat, segera tiba di depan rumah sederhana teman tersayangku, di mana, dengan gembira, aku melangkah ke pintu dan mengetuknya. Sejenak kemudian pintu itu terbuka dan itulah dia, sebuah senyuman menghiasi wajahnya, pipa favoritnya erat terjepit di antara bibirnya, temanku yang paling lama dan paling kusayangi, Sherlock Holmes.
"Watson, temanku tersayang, sungguh suatu kehormatan kau mau menerima undanganku!"
Dalam gerakan aneh, bahkan bagi Holmes, ia meletakkan lengannya di pundakku dan mengantarkanku masuk ke rumahnya. Kuperhatikan ia tampak lebih tua dari saat terakhir aku melihatnya, tapi waktu ia berbicara padaku, aku menyadari, dari ketajaman suaranya dan cahaya di matanya, bahwa ia tak akan pernah benar-benar menjadi tua.
"Rumahku sekarang adalah rumahmu, Watson, selama kau tinggal di sini. Dan bahkan tentu saja, kapan saja kau ingin berkunjung. Tapi kau harus bersantai, temanku, dan melupakan bebanmu. Kau telah memaksa dirimu terlalu keras."
"Bagaimana kau bisa tahu itu, Holmes"" seruku, selalu terheran-heran oleh observasinya yang
tepat. "Kapan kau pernah memasukkan stetoskop
mu ke dalam kantong mantelmu yang sekarang dapat kulihat menonjol keluar" Kau selalu meletakkannya dalam topimu meskipun sedang tergesa-gesa. Dan kau adalah salah satu orang yang paling rapi yang pernah kukenal, namun kemejamu menunjukkan tanda-tanda bekas bahan kimia dan kerahmu berkerut, menunjukkan bahwa kau telah memaksa dirimu bekerja sedemikian keras sehingga kau melupakan hal-hal yang selalu menunjukkan bahwa kau punya kebiasaan bersih. Tidak, Watson, kau bukan dirimu akhir-akhir ini. Mari, duduklah dan lupakan kekhawatiranmu, karena kau sedang berlibur dan berliburlah engkau!"
Di balik observasi singkat ini, Holmes tak pernah bertanya padaku apa yang menyebabkan kondisi kelelahanku ini karena ia tahu, dan memang seharusnya tahu, bahwa dengan menghabiskan waktu di desa bersama dengan teman lamaku akan membereskan masalahku. Aku segera terlibat dalam percakapan seru dengan Holmes, membicarakan tindakan luar biasa kami yang lalu. Sebentar saja kami menjadi terdiam dalam keheningan yang nyaman yang hanya dapat timbul antara teman-teman seperti Holmes dan aku sendiri.
Sesaat kemudian ia memungut biola tercintanya dan mulai memainkan suatu melodi yang sering rimbul dalam ingatan, jari-jarinya yang kurus membelai instrumen itu.
"Indah, cukup indah, Holmes," kataku sambil melagukan.
"Terima kasih, Watson," katanya, berhenti dan menatapku sejenak. "Kau tampak sangat muram," sahabatku yang baik. "Apakah kau masih memikirkan masa lalu"" "Ya, Holmes, memang."
"Kuakui aku juga begitu. Ya, waktu-waktu menegangkan itu, Watson, tapi menenangkan berpikir bahwa sekarang kita tidak akan diganggu oleh dering bel pintu, sebentar kemudian diikuti oleh setan memelas yang terlibat kesulitan. Sekarang keteganganku yang paling besar berhubungan dengan pemisahan Ratu Lebah, dan kegiatan malam Charles Augustus, kucingku."
Kami tertawa terbahak-bahak, suasana serius akan kenangan masa lalu mencair.
"Aku masih sukar menerima bahwa kau pensiun, Holmes. Pernahkah kau mempertimbangkan kembali berpraktek lagi""
"Oh, aku kadang-kadang mempertimbangkannya, dan kemudian menolak ide itu. Seseorang harus bekerja hanya hingga puncak kemampuannya. Aku sudah melewatinya."
"Omong kosong," kataku, heran karena sikapnya, "kau sama tajamnya seperti dulu!"
"Secara mental, mungkin, tapi tidak secara fisik." Aku bisa melihat Holmes menutup diri waktu itu, saat pikirannya berpindah ke tempat lain. Aku tahu tanda-tanda ini, karena mereka adalah indikasi adanya kebosanan. Kebosanan yang sama yang di masa lalu, dengan tak terhindarkan membuatnya bergegas mencari alat suntik dengan cairan 7% yang dapat menenangkan. Walaupun Holmes sudah tidak mengandalkan bahan mengerikan itu untuk menenangkan diri, aku bertekad untuk mencegah rasa bosan yang menetap, paling tidak selama aku berada di sini untuk berlibur.
Aku belum menyebutkan pada Holmes bahwa aku bertemu seorang wanita muda yang amat mempesona di kereta api yang mengajakku berbicara. Pembicaraan inilah, dikombinasikan dengan penarikan diri Holmes yang semakin tampak yang menggodaku untuk menyebutkan nona muda ini padanya.
"Holmes, maukah kau mempertimbangkan untuk menangani sebuah masalah kecil yang akan kuceritakan padamu""
"Bila masalah pribadi yang mempengaruhimu, Watson, kau tahu aku akan melakukan apa pun yang kubisa."
"Ini bukan masalahku, Holmes, ini masalah wanita muda menawan yang kutemui di kereta api. Dalam percakapan ia mengungkapkan bahwa kau sangat mengenal ibunya, dan-" Holmes menatapku, pandangan kebingungan tampak di wajahnya.
"Ibunya"" Aku sudah akan mengungkapkan segalanya yang diceritakan padaku, ketika tiba-tiba pintu diketuk.
"Masuk," jawab Holmes, terganggu oleh interupsi itu.
Ketika pintu terbuka, di situ berdiri seorang pria kecil dengan seragam pelayan yang tidak pas, rambutnya awut-awutan dan ditarik ke belakang dalam usaha agar kelihatan rapi. Di tangannya ia memegang sepotong kertas.
"Ya, Deevers, ada apa""
"Saya mohon maaf sudah mengganggu Anda. Mr. Holmes, tapi orang Anda berkata saya boleh masuk. Majikan saya, Mr. Litton-Stanley, menyuruh saya mengantar pesan ini. Ia juga menyuruh
saya menunggu jawaban."
Holmes mengambil pesan itu, dan setelah membacanya, menjadi marah.
"Sungguh berani dia! Beri tahu tuanmu tak ada jawaban untuk surat ini!"
"Tapi ia berkata saya harus memperoleh jawaban, sir."
"Kau boleh berkata pada Mr. Litton-Stanley bahwa aku akan menyuruh pengacaraku menjawab pesannya pada waktunya nanti!"
"Terima kasih, sir," jawab pria kecil itu yang segera pergi, gelisah karena kata-kata penuh kemarahan dari temanku Holmes.
"Apa itu, Holmes"" tanyaku, penuh keingintahuan atas kejadian kecil yang begitu membuat Holmes marah ini.
"Bacalah sendiri," katanya, menyodorkan pesan itu padaku. Kuambil dan kubaca keras-keras. "Jaga lebah-lebah menjijikkanmu di tempatnya. Salah satu tamuku tersengat kemarin. Bila ini terjadi lagi akan kusuruh polisi mengusirmu!"
"Ya Tuhan," teriakku, "sungguh surat yang menghina!"
"Pria itu sendiri lebih dari menghina," balas Holmes, "Ia seorang pemilik pabrik yang sudah pensiun yang mengira kekayaannya yang amat besar mengijinkannya mendominasi penduduk lokal!"
Holmes mengambil catatan itu kembali, dan melemparkannya ke atas meja yang ada di dekat kami. Kuperhatikan saat ia berjalan mondar-mandir sejenak, kemudian membawa sandal Persianya yang biasa, mengambil sejumput tembakau dan memasukkannya ke pipanya. Ia telah cukup tenang waktu ia menyalakan pipanya, dan kemudian berbalik menghadapku.
"Nah, Watson, kau dapat melihat bahwa pria itu kelihatannya menyentuh sifatku. Tapi janganlah kita rusak siang yang cerah dan indah ini dengan pembicaraan terus-menerus tentang orang itu. Silakan meneruskan cerita wanita muda yang kau temui di kereta api."
"Wanita itu tampaknya berada dalam masalah besar. Aku berharap kau dapat membantunya."
Aku memperoleh perhatian penuhnya sekarang, tanda-tanda penarikan diri yang ditunjukkan Holmes tadi sudah benar-benar hilang.
"Katamu ia mengatakan padamu bahwa ibunya mengenalku""
"Ya." "Siapa namanya"" "Norton. Irene Norton."
"Norton," katanya kebingungan, "Aku kelihatannya tidak ingat-tapi tentu saja! Di mana gadis itu. Watson""
"Ia menginap di Red Lion, di desa."
"Kalau begitu telepon dia, dan mintalah supaya ia datang berkunjung secepat mungkin. Tentu saja aku akan membantunya!"
Di hadapan mataku kuperhatikan Holmes hidup kembali, matanya berkilauan seperti dulu, sosoknya menegang oleh harapan. Inilah Holmes dengan pikiran penuh keingintahuan, ahli logika yang kutahu dapat memecahkan begitu banyak misteri dan minat di Baker Street.
"Aku senang Holmes. Tapi apa yang membuat kau berubah pikiran sedemikian tiba-tiba dalam
memutuskan menerima kasus ini" Kupikir kau sudah benar-benar pensiun dan tak dapat diubah lagi."
"Apakah ingatanmu kurang kuat, Watson, hingga kau tidak dapat mengingat Irene Adler" Tentunya kau belum melupakan bahwa, dalam kasus yang kau sebut Skandal Bohemia, aku benar-benar ditipunya!"
"Demi Tuhan, tentu saja! Kau selalu menyebutnya sebagai Wanita Itu. Tapi bagaimana wanita muda ini, Irene Norton, cocok dengan gambaranmu""
"Pikir, Watson, pikir! Irene Adler menikah dengan seorang pengacara bernama Jeffrey Norton! Ah, kulihat kau sudah mulai mengerti. Beri tahu Miss Norton supaya datang sekarang juga. Ia adalah putri dari Wanita Itu!"
Hanya sebentar kemudian Irene Norton tiba dari desa. Holmes memberi tanda agar ia duduk. Ia berdiri di sana sejenak menatap wanita cantik ini, kemudian diam-diam duduk di hadapannya, sementara aku duduk cukup jauh, sehingga aku dapat mencatat seperlunya tanpa mengganggu pembicaraan mereka. Ada saat-saat kaku, saat aku mengingat gambaran tak lengkap Irene Adler yang kulihat lewat sebuah jendela dua puluh tahun lalu. Aku sekarang dapat menempatkan kemiripan sosok Miss Norton, waktu kubandingkan dengan ingatanku akan sosok indah ibunya. Baik ibu dan anak sama-sama membuat orang menahan nafas dan aku melihat bahwa Holmes juga terpesona oleh wanita muda ini.
"Mr. Holmes," kata wanita itu, tersenyum, "saya sudah mendengar begitu banyak tentang Anda dari ibu. Ia berkata Anda orang paling pintar di Inggris."
"Ibu Anda memuji saya, anakku sayang. Apakah ia pernah bercerita dalam keadaan apa kami be
rtemu"" "Tidak, Mr. Holmes, walaupun ia memberitahu saya bahwa Anda adalah saksi pernikahannya dengan ayah saya."
"Benar, walau pun kejadian itu agak sedikit tak biasa." Holmes mencondongkan badan ke depan, menarik rantai jamnya keluar dan mengulurkannya ke arah Miss Norton.
"Mata uang emas yang saya pakai di rantai jam saya ini adalah kenang-kenangan akan hari itu. Saya juga punya foto ibu Anda yang cukup bagus."
"Maafkan saya karena memotong," aku angkat bicara, "tapi akan lebih bijaksana bila Anda memberitahu Mr. Holmes masalah-masalah Anda, nona."
"Betul, Watson. Kenangan dapat menunggu hingga kita telah menyelesaikan masalah Anda, Miss Norton. Apa yang mengganggu Anda, nona""
"Mr. Holmes, saya diperas! Oleh tetangga Anda, Mr. Litton-Stanley. Kenalkah Anda padanya"" Holmes dan aku saling memandang dan aku melihat seringai senang di wajahnya.
"Ya, memang saya kenal pria itu," kata Holmes, meniup pipanya keras-keras. "Kuasa apa yang dimiliki Mr. Litton-Stanley atas diri Anda""
"Ia punya beberapa surat," lanjut wanita itu, wajahnya agah memerah, "beberapa surat saya yang agak tidak bijaksana yang kutulis untuk seorang temannya tahun lalu."
"Bagaimana ia bisa memperoleh surat-surat itu, Miss Norton""
"Ia pasti mencurinya. Saya tak tahu bagaimana, tapi ketika saya tinggal di rumahnya beberapa minggu lalu, ia memberi tahu saya bahwa ia mempunyai surat-surat itu dan meminta 5,000 pound sebagai imbalannya!"
"Ini mengherankan," semburku, tapi Holmes memberi tanda padaku agar tetap diam untuk sementara.
"Dan mengapa, Miss Norton, ia menganggap surat-surat Anda, bahkan yang tidak bijaksana, berharga demikian tinggi""
"Saya bertunangan dengan putra Lord Weston. Pria mengerikan itu, Litton-Stanley, tahu bahwa bila tunangan saya melihat surat-surat itu, pernikahan tak akan pernah terjadi."
"Apakah Anda sudah memberi tahu ibu Anda"" tanya Holmes.
"Oh tidak, ia tak akan pernah mengerti!"
"Hmm, menurut saya ia akan mengejutkan Anda dalam hal itu," kata Holmes sambil bangkit berdiri dan bergerak untuk memandang keluar ke desa dari salah satu jendelanya.
"Dan ayah Anda""
"Ayah seorang pengacara. Ia hampir pasti tidak akan mengerti." "Jadi Anda datang pada saya. Kenapa""
"Ibu sudah menceritakan kemampuan Anda, dan bagaimanapun, saya sudah membaca kisah-kisah Dr. Watson."
"Watson," cela Holmes, "kisah-kisahmu akan membawaku ke masalah serius suatu hari nanti. Sekarang, Miss Norton, apa tepatnya yang Anda inginkan dari saya"" "Tolong, dapatkan surat-surat itu untuk saya." "Tapi bagaimana, anakku sayang""
"Curi surat-surat itu, tentu saja."
Aku duduk di situ, kaget karena kata-kata wanita muda yang cantik ini, heran oleh pikiran bahwa ia akan menempatkan Holmes dalam kategori sebagai pencuri biasa.
"Serius, nona muda," kataku ingin tahu, "bagaimana Anda bisa berpikir bahwa teman saya- " Holmes memotongku.
"Tidak, Watson sayang. Jangan kaget. Miss Norton adalah gadis yang terus terang seperti ibunya sebelum dia. Ini benar-benar menyegarkan!"
"Mr. Holmes, Anda tidak boleh berkata Anda tidak akan membantu saya."
"Tidak," Holmes berkata, menoleh pada wanita muda yang putus asa ini, "Saya rasa saya tidak bisa berkata demikian. Di sisi lain, saya punya masalah pribadi yang harus dibereskan dengan Mr. Litton-Stanley sendiri. Ia orang kasar, dan tak punya pengertian terhadap lebah."
"Dan bagaimana kau akan mencuri surat-surat itu"" tanyaku, kecewa oleh seluruh permasalahan
ini. "Masalah itu butuh sedikit pemikiran," balas Holmes. "Aku bisa memberi tahu bagaimana caranya, Mr. Holmes."
Aku berbalik menghadap Miss Norton, sekali lagi heran karena kata-katanya. Holmes tersenyum, menerima semua ini dengan caranya yang khas, kemudian bergerak untuk duduk kembali seperti sebelumnya.
"Serius sekarang," katanya sambil tertawa, "ini menyenangkan, sayangku. Anda menjelaskan masalahnya, dan juga cara memecahkannya. Betapa mudahnya pekerjaan detektif bila semua klien sama membantunya. Beri tahu saya, apa rencana Anda""
"Besok adalah hari libur setengah hari bagi pembantu di rumah Mr. Litton-Stanley. Ia akan sendirian di sana sepanjang siang."
"Bagaimana Anda t ahu fakta itu"" tanya Holmes. "Pembantu saya sedang 'pacaran,' seperti istilah mereka, dengan Deevers si kepala pelayan ketika saya tinggal di sana beberapa minggu lalu. Ia mengetahui semuanya dari dia. Surat-surat saya disimpan dalam kotak berornamen halus di mejanya."
"Dengan pengetahuan Anda, sayangku," sela Holmes, "saya heran Anda tidak mencoba membuka meja itu sendiri."
"Saya sudah mencoba," katanya, "tapi meja itu sangat kokoh dan punya kunci kombinasi. Bagaimanapun, saya yakin Anda dan Dr. Watson dapat memikirkan suatu cara untuk memperoleh
surat-surat itu. Terutama bila Mr. Litton-Stanley sedang sendirian di rumah."
"Kami akan melakukan sebaik yang kami bisa, Miss Norton," adalah jawaban Holmes saat ia berdiri dan membungkuk pada wanita muda yang cerdik ini. Holmes meraih tangannya dan membimbingnya ke pintu. Aku berdiri dan mengikuti mereka. Miss Norton berbalik pada kami di pintu, raut gelisah tampak di wajahnya.
"Berjanjilah pada saya tentang satu hal, Anda berdua."
"Apa itu"" tanyaku ingin tahu.
"Jangan baca surat itu, ya. Saya . . . saya benar-benar malu menuliskan semua itu."
"Tentu saja kami tak akan membacanya, anakku sayang," tambahku dengan meyakinkan.
"Anda berdua begitu baik pada saya. Bagaimana saya bisa berterima kasih pada Anda""
"Ucapan terima kasih sedikit terlalu awal sekarang," kata Holmes. "Tolong maafkan saya karena saya harus membutuhkan sedikit waktu untuk memikirkan masalah ini."
Aku menganggukkan kepala tanda berpisah saat Holmes mengantar Miss Norton keluar. Ia berdiri di pintu sebentar, sosok tingginya tak tergoyahkan saat ia mengawasi wanita muda itu berjalan dengan ringan sepanjang jalur taman. Ketika ia kembali dan kami berdua duduk dengan nyaman, ia mengeluarkan pipanya dan menyalakannya.
"Menarik, Watson. Wanita muda yang mempesona dan menarik."
"Kelihatannya sulit mencari cara merampok Mr. Litton-Stanley."
Ia tertawa, menghembus dengan keras ke arah pipanya.
"Ya Tuhan, tidak, Watson. Aku akan berkata itu hanya masalah separuh pipa. Sementara itu, marilah kita bersantai dan menikmati sore hari beberapa jam lagi."
"Hmm," kataku, "sungguh keadaan yang tak biasa. Malam ini, kita bersantai. Dan besok, sebuah sentuhan perampokan di siang bolong!"
II Holmes, seorang ahli penyamaran, telah dalam berbagai kesempatan mengerjaiku dengan pemakaian rias wajahnya yang terampil. Tapi tak ada hasil kerja Holmes di masa lalu yang mengejutkanku seperti yang dilakukannya keesokan harinya. Aku merasa seperti orang bodoh waktu aku berdiri disitu, dirias oleh tangannya yang tangkas agar tampak seperti seorang dokter desa. Seorang dokter Skotlandia bernama Hamish, dengan jenggot panjang dan tetek bengek lain.
"Holmes," kataku tidak senang, "bukan suatu masalah bila kau menyamar sendiri, tapi menempatkanku dalam semua keadaan ini sungguh tak dapat ditoleransi!"
"Watson," jawabnya, tak mempedulikan protesku, "kau tampak menakjubkan! Mirip penampilan dokter dari sekolah kuno!"
"Tapi Holmes," aku memohon. Ia meletakkan tangannya di atas bahuku dan berkata dengan nada yang paling lembut.
"Watson, berilah kehormatan padaku bukan nanya sebagai temanku, tapi juga menemaniku dalam petualangan kecil ini. Tolong tahan perlengkapan yang mengganggu ini sebentar saja. Amatlah penting kau harus menyamar."
Bagaimana mungkin aku dapat menolak teman lamaku Holmes" Ia benar, tentu saja, karena kami berdua tahu kami bersama-sama lagi, biarpun untuk sementara, dan benar-benar, permainan sudah dimulai!
Aku menyetujui dengan anggukan kecil dan sebuah senyuman.
"Aku tahu kau akan mengerti, Watson. Sekarang, mari kita lanjutkan rencana kecil kita!"
Tidak butuh waktu lama sebelum Holmes dan aku berdiri di depan rumah Mr. Litton-Stanley, sebuah mansion Tudor yang elegan dengan jendela-jendela panjang yang hampir mencapai lantai, dan dikelilingi oleh semak-semak. Tanpa ragu-ragu Holmes menggedor pintu.
"Ingat, Watson, karena kau dokter asli, akan mudah bagimu untuk mengambil peran seorang dokter, bahkan dokter Skotlandia sekalipun. Tunggu! Seseorang datang!"
Sesaat kemudian pintu terbuka dan di sana berdiri seorang pria tinggi
yang hebat. Seorang pria dengan kekuatan besar dan bertangan besar. Wajahnya berbentuk tajam dengan dahi tinggi dan rambut gelap tebal, dengan sedikit abu-abu. Dalam sekejap Holmes masuk ke peran pendeta Nonkonformis yang tegas, tapi agak ringkih
"Mr. Litton-Stanley"" tanyanya.
"Saya sendiri."
"Saya Appleby dan ini teman saya, Dr. Hamish."
"Senang bertemu dengan Anda, sir," tambahku, "Kami sudah banyak mendengar tentang Anda." "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda""
"Bila kami boleh masuk sebentar," senyum Holmes, "saya akan menjelaskan tujuan kami."
"Silakan," kata Litton-Stanley dengan enggan, "masuklah ke ruang kerja."
Ia bergegas di depan kami, sosoknya yang besar bergerak kikuk ke ruang kerja. Di sana ia berbalik dan memberi tanda pada kami agar duduk. Holmes dan aku duduk dengan nyaman sementara pria besar itu bersandar pada meja di dekatnya.
"Kami sedang mengumpulkan daftar penyumbang dana," Holmes memulai dengan suara tinggi yang tak enak didengar, "untuk rumah sakit amal di Paddlewaite, di seberang lembah. Anda adalah penduduk yang menonjol di sini dan kami pikir Anda mungkin ingin menyumbangkan beberapa guinea."
"Saya benar-benar tidak tertarik. Saya sudah memberikan cukup banyak amal tahun ini."
"Ahh, tapi ini alasan bagus, sir," tambah saya, "saya menyediakan layanan medis tiga hari seminggu, dan Pendeta Appleby menyumbangkan pelayanan juga."
"Siapa lagi yang menyumbang dana ini"" tanya Litton-Stanley, menyilangkan lengan.
"Semua tetangga Anda, sir. Kami baru datang dari peternakan lebah di lembah sana," kata Holmes. "Pemiliknya memberi kami cek sebesar lima guinea!" Litton-Stanley mengepalkan tinjunya saat alisnya berkerut.
"Holmes memberi Anda lima guinea, he""
"Ya. Mr. Holmes itu pria yang sangat baik," tambahku. "Kami berencana akan menamakan sebuah bangsal di rumah sakit dengan namanya."
"Apakah daftar penyumbang akan diumumkan di koran lokal""
"Oh, ya, Mr. Litton-Stanley, ya," jawab Holmes, tersenyum selebar mungkin.
"Saya akan memberi Anda SEPULUH guinea!"
"Oh, terima kasih, sir," komentar Holmes dengan keheranan palsu.
"Saya akan mengambil buku cek saya." Litton-Stanley berdiri di meja, punggungnya menghadap kami. Saat ia membuka kunci tutup meja bergulungnya yang masif dan menarik keluar buku ceknya, Holmes berpaling padaku dan berbisik.
"Cepat Watson, kloroform-nya!"
"Sekarang, untuk siapa saya tuliskan cek ini"" kata Litton-Stanley saat aku bergerak diam-diam di belakangnya, lenganku bergerak yakin. Sebelum jawaban datang, aku sudah berada di atasnya, setelah sebelumnya menuangkan kloroform dari wadah kecil ke saputanganku. Ia memberontak sesaat, sosoknya yang besar berdiri dari kursi, menyeretku tanpa kesulitan bersamanya, tapi Holmes memegangnya kuat-kuat dengan tangannya yang kuat saat kloroform itu memperlihatkan efeknya. Segera saja pria besar itu melorot ke depan saat kuletakkan ia kembali ke kursinya, menyandarkannya dengan lembut ke meja.
"Sangat rapi, Watson," kata Holmes, sebuah seringai tampak di wajahnya.
"Apakah kotak berornamen halus itu ada di meja"" tanyaku.
"Ya, memang ada di sini, Watson!"
Dengan satu gerakan, ia telah menariknya dari laci tempat ia menduga barang itu berada dan menunjukkannya pada saya. Kemudian, hampir sama cepatnya, ia meraih tutupnya dan membuka kotak itu. Aku merasa diriku sendiri marah, terdorong oleh tindakannya dan apa yang sebelumnya sudah ia janjikan pada Miss Norton.
"Holmes, jangan buka itu! Kau sudah berjanji tidak akan melakukannya!"
"Aku hanya ingin meyakinkan bahwa-" Holmes tak pernah menyelesaikan kalimatnya, karena sebuah suara di suatu tempat di ruangan itu memotongnya.
"Meyakinkan apa yang ada di situ, Mr. Sherlock Holmes""
Holmes dan aku terkejut, tapi sebelum kami dapat berbalik dan melihat siapa itu, ia berkata lagi. "Jangan berbalik! Revolver saya terarah pada Anda berdua! Sekarang letakkan kotak itu di atas meja, Mr. Holmes. Dan angkat tangan, tuan-tuan!"
"Saya tahu suara itu," kata Holmes dengan tenang, waktu ia meletakkan kotak di atas meja, "itu Deevers, si kepala pelayan."
"Memang betul, sir."
"Nah Deevers," kataku marah, "kau tak per
lu menodongkan pistol pada kami. Tuanmu tidak terluka."
"Saya tidak tertarik sama sekali dengan kesehatan tuan saya, Dr. Watson. Malahan, bila ia mati, saya akan senang sekali."
"Lalu apa yang kau inginkan, Deevers"" tanya Holmes.
"Saya sedang mengambil keuntungan atas situasi ini, sir," jawabnya cukup tenang. "Saya sudah mencoba membuka meja itu selama berminggu-minggu. Setelah kebaikan Anda dalam bagian itu, sir, saya benci kelihatan tak tahu berterima kasih, tapi saya renar-benar khawatir saya harus membunuh Anda. Atau, membunuh Anda berdua!"
Aku berdiri di sana, tanganku di atas kepala, benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan.
Kemudian kulihat temanku Sherlock Holmes. Aku tak melihat emosi sedikit pun di wajahnya, sementara aku merasa aku sendiri berjuang melawan kesedihan saat itu. Aku merasa yakin Holmes dan aku akan segera terbaring mati di rumah Litton-Stanley.
"Deevers," kata Holmes, "aku tidak suka memotong saat dramatis seperti ini, tapi kenapa kau harus membunuh kami""
"Selama berbulan-bulan, Mr. Holmes, saya sudah menunggu kesempatan mencuri Zamrud Kitmanjar, dan sekarang Anda sudah melakukannya untuk saya, sir, dan memberi saya alibi sempurna."
"Zamrud Kitmanjar"" tanya Holmes, raut ingin tahu muncul di wajahnya.
"Ayolah, Mr. Holmes, Anda tahu harta itu ada di rumah ini seperti saya mengetahuinya. Selain zamrud itu, masih ada Cellini yang sempurna yang akan memperoleh nilai tinggi di pasar yang tepat!"
"Kami di sini bukan untuk mengejar barang berharga, sobatku," kataku benar-benar jengkel.
"Tolong jangan panggil saya sobat Anda, Dr. Watson," kata Deevers tajam. "Itu kebapakan. Di sisi lain, apakah Anda berada di sini untuk mengejar barang berharga atau tidak, tak ada bedanya. Kita katakan saja saya menangkap basah Anda berdua! Anda benar-benar dalam kekuasaan saya, tuan-tuan!"
"Kuanggap kau akan mencuri harta itu dan berpura-pura kamilah yang bertanggung jawab."
"Tepat, Mr. Holmes. Saya akan membunuh Anda berdua, mengambil barang yang menarik hati saya dan ketika tuan saya sadar kembali, saya akan menjelaskan bahwa saya mendapati tiga orang sedang merampok rumah. Saya membunuh dua dari perampok itu, sementara yang ketiga kabur dengan hasil rampokan. Siapa yang bisa meragukan kata-kata saya" Saya akan dianggap pahlawan. Bahkan mungkin gaji saya dinaikkan!"
"Watson, aku khawatir inilah akhirnya, sobat lamaku."
"Sungguh cara kotor untuk meninggal," semburku, ditembak dari belakang seperti pengecut! Aku tidak bisa menahan diriku karena marah. Bila aku punya paling tidak setengah kesempatan, aku akan mencoba merebut revolver Deevers dan memukulnya hingga hampir mati! Tapi aku tak berdaya, dan dalam keprihatinan, aku sadar aku lebih memikirkan keselamatan Holmes daripada keselamatanku sendiri.
"Deevers," tanya Holmes, "paling tidak beri kami kehormatan dengan mengijinkan kami menghadap regu penembak, oke""
"Baiklah, tuan-tuan, berbaliklah, tapi jangan coba-coba melakukan sesuatu!" "Satu permintaan terakhir," lanjut Holmes.
"Apa itu""
"Aku sudah dikalahkan, dan kuakui itu. Aku semakin tua, tapi di masa jayaku aku bertempur dengan beberapa kriminal paling hebat di Eropa. Percobaan pembunuhan atas diriku sudah dilakukan berkali-kali, tapi aku selalu lolos. Bila ini menjadi akhir hidupku, paling tidak beri aku kehormatan untuk berjabat tangan dengan orang yang, akhirnya, mengalahkanku."
"Nah, sir, saya rasa saya sedikit keluar jalur, tapi saya rasa situasi ini tidak biasa. Saya harap Anda tidak keberatan saya bersalaman dengan tangan kiri, sir. Saya akan memegang revolver saya di tangan kanan."
"Baiklah, Deevers. Mari kita bersalaman."
Kedua pria itu berdiri bersalaman sementara aku mengawasi dengan tak berdaya.
"Selamat tinggal, Mr. Sherlock Holmes."
"Selamat tinggal, Deevers, dan saya ucapkan selamat."
Pikiranku berlomba-lomba berusaha mencari cara untuk mengakhiri situasi mengerikan ini, ketika tiba-tiba Holmes menekuk tubuhnya, berpegangan pada lengan Deevers. Dalam sekejap Holmes mengungkit, dan Deevers, yang diserang tiba-tiba, menyadari dirinya terbaring di atas lantai, revolvernya meletus, pelurunya m
enembus dinding terdekat tanpa menyakiti siapa pun.
"Ucapan selamatku karena kau begitu bodoh!" teriak Holmes penuh kemenangan.
"Hebat, Holmes," kataku lega.
"Aku mungkin semakin tua, tapi belum kehilangan keterampilan Baritsu. Deevers menghantam meja saat jatuh. Lebih baik kau periksa dia, Watson."
"Ia menghantam kepalanya, tapi bukan luka serius. Ia akan tak sadarkan diri untuk sementara."
"Bagus. Kurasa kita akan mengambil tindakan pencegahan dengan menutup laci meja ini. Aku tidak ingin ia dihadapkan pada cobaan lagi bila sadar nanti."
"Tidakkah kita sebaiknya menghubungi polisi, Holmes""
"Polisi" Ya Tuhan, tidak, teman lama! Bagaimanapun kita pencuri, dan kita menyamar. Dua fakta yang akan sukar kita jelaskan dengan memuaskan. Tidak, Watson, kita harus kembali ke peternakan lebah secepat mungkin, panggil Miss Norton, dan beri tahu dia kesuksesan kita!"
Setelah Holmes dan aku tiba di peternakannya, sami melepas samaran kami, dan menghubungi Miss Norton, menunggu kedatangannya. Pada waktu yang dijanjikan, sebuah kereta kuda mengantar wanita itu ke depan pintu Holmes dan ia segera duduk di hadapan kami.
"Mr. Holmes, Dr. Watson, saya sungguh senang nelihat Anda berdua lagi!" seru Miss Norton bergairah. "Apakah Anda mendapatkan kotak berornamen halus itu"" "Ya, Miss Norton. Dan inilah kotak itu!" "Holmes, aku tidak tahu kau mengambil kotak itu ketika kita-"
"Diam, Watson. Kenapa tak membukanya, Miss Norton," katanya, menyodorkan kotak itu padanya.
"Bukalah nona," lanjutnya, "mungkin tak ada surat cinta di dalamnya, tapi ada sebuah catatan."
Miss Norton membuka kotak itu dan menarik keluar sebuah catatan, agak kebingungan, seperti juga aku, oleh tindakan Holmes.
"Tolong bacakan buat kami, nona," katanya, senyum tampak di bibirnya. Miss Norton membuka catatan itu dengan hati-hati dan membaca:
JADIKAN INI PERINGATAN, MISS NORTON. TAK ADA IMBALAN BUAT KEJAHATAN. BILA KAU TIDAK PERCAYA, TANYA IBUMU. DENGAN HORMAT, SHERLOCK HOLMES. "Mr. Holmes, Anda tahu rahasia saya selama ini!"
"Bukan selama ini, tapi saya segera menyadarinya saat saya membuka kotak berornamen
halus." "Apa yang kau bicarakan, Holmes"" tanyaku benar-benar bingung.
"Miss Norton mempunyai kesan bahwa ia bisa menggunakan aku sebagai alatnya, sebagai korban penipuan yang melakukan perampokan untuknya."
"Aku masih tidak mengerti, Holmes," seruku. "Kau ingat ia meminta kita untuk 'berjanji tidak membuka kotak itu"'"
Sherlock Holmes - Kumpulan Kasus Seru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, tapi kau membukanya tepat sebelum laki-laki itu menodong kita dengan sebuah revolver. Apa yang ada di dalamnya""
"Sebuah batu hijau yang mengagumkan yang aku tahu adalah Zamrud Kitmanjar!" "Tapi di mana zamrud itu sekarang"" tanya Miss Norton.
"Tanpa disadari Watson saat itu, kuselipkan kembali batu itu ke dalam meja Mr. Litton-Stanley dan menguncinya. Saya membawa kotak itu ke sini karena saya ingin melihat ekspresi Anda, Miss Norton, waktu Anda membukanya."
"Wah! Dan saya kira Anda makhluk malang yang mengalami kesulitan," kataku, kaget oleh kenyataan sifat asli Miss Norton.
Sosok Holmes yang tinggi kurus membayangi Miss Norton saat ia menatap tepat ke mata wanita itu.
"Apa yang akan Anda katakan, nona muda""
"Saya sangat menyesal, Mr. Holmes, sangat menyesal. Ide ini tampak amat menggairahkan, tapi saya tidak benar-benar bermaksud mencurinya."
"Oh, tentu saja tidak, tidak, tidak," kata Holmes sinis, "Tentu saja tidak. Maksud Anda saya mencurinya untuk Anda! Miss Norton, saya yakin Anda tahu bahwa ibu Anda pernah mengerjai saya, dan Anda mengira dapat melakukan hal yang sama. Saya harus menyerahkan Anda pada polisi."
"Tolong jangan, Mr. Holmes, Anda tak bisa melakukan itu."
"Jelas bisa!" teriak Holmes marah, "tapi saya tidak akan melakukannya, karena dua alasan: Pertama, Anda masih muda dan mudah menerima pengaruh dan kejadian ini mungkin dapat mengajarkan sesuatu. Dan, di sisi lain, saya . . . yah, amat mengagumi ibu Anda. Tapi saya peringatkan, Miss Norton, Anda lolos dari lubang jarum- lubang yang sangat sempit!"
Miss Norton seputih kertas. Dengan tegang ia bangkit dari kursi yang didudukinya, menarik keluar sebuah saputangan dari lengan baju
nya, dan menekannya ke pipi. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan memandang Holmes dengan sedikit air mata di matanya.
"Mr. Holmes, sebelum saya pergi, saya ingin minta tolong satu hal."
"Oh, ya, apa itu""
"Bolehkah saya menyimpan kotak berornamen halus ini dengan catatan Anda di dalamnya" Benda ini akan mengingatkan saya sepanjang hidup saya bagaimana kita bertemu." Holmes menengok ke arahku, tersenyum. "Yah, bagaimana menurutmu, Watson"" "Itu bukan kotakmu yang bisa kauberikan, Holmes."
"Betul, teman lama, memang betul. Tapi aku tidak bisa melihat bagaimana kita dapat mengembalikannya sekarang tanpa menampakkan peran kita dalam percobaan perampokan itu. Bagaimanapun, aku tidak suka Mr. Litton-Stanley. Kurasa kita bisa menurutkan kata hati dalam pencurian kecil tak berarti ini tanpa merasa terlalu bersalah. Baiklah, Miss Norton, Anda boleh menyimpan kotak ini."
"Saya akan selalu menyimpannya. Terima kasih. Selamat tinggal, Dr. Watson. Jangan berpikiran terlalu buruk terhadap saya. Selamat malam, Mr. Holmes."
Sebelum aku menyadarinya, Miss Norton sudah pergi, meninggalkan Holmes dan aku mengenang kejadian hari itu. Aku yakin Holmes amat terpengaruh oleh wanita muda ini, karena, sebagai putri dari Wanita Itu, Miss Norton telah membawa kembali banyak pikiran dan emosi temanku yang selamanya akan tetap menjadi miliknya, dan hanya miliknya sendiri, dalam saat hening setelah kepergiannya ini. Holmes berputar perlahan-lahan mendudukkan diri dengan nyaman di kursi favoritnya, menyalakan pipanya, kemudian menyandarkan kepalanya, matanya tertutup, tenggelam dalam pikirannya. Aku duduk di hadapannya, juga tenggelam dalam pikiranku; tapi aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan padanya tentang kejadian-kejadian yang baru terjadi ini. Kutunggu beberapa saat lagi, kemudian kupotong lamunannya.
"Holmes, maafkan aku karena mengganggu lamunanmu, tapi kurasa kau luar biasa lunak terhadap gadis itu. Apakah menurutmu ibunya menyuruhnya melakukan semua itu""
"Kemungkinan itu terpikir olehku," katanya, membuka matanya. "Namun aku punya perasaan bahwa-"
Kata-kata Holmes terpotong oleh ketukan di pintu depan. "Masuk!" teriaknya terganggu. "Pintunya terbuka!" "Apakah kau menunggu seseorang, Holmes""
"Tidak." Tak mungkin salah mengenali orang yang berada di depan pintu. Ia adalah Litton-Stanley. "Selamat sore, sir," kata Holmes, "Ini kehormatan yang tak terduga."
"Sherlock Holmes," gertaknya, "kita belum menjadi teman baik, aku tahu itu, tapi sekarang kau harus membantuku. Aku berada dalam masalah serius!"
"Oh, benarkah" Silakan duduk. Kenalkan ini temanku, Dr. Watson. Dan sekarang apa masalahmu""
"Saya telah di rampok, Holmes!"
"Dirampok"" kata Holmes pura-pura terkejut. "Apa yang dicuri""
"Yah, hartaku yang paling berharga, Zamrud Kitmanjar dikeluarkan dari kotaknya, dan kemudian dikembalikan secara misterius, sendirian, di mejaku setelah itu. Tapi sebuah Cellini yang tak ternilai hilang."
"Apakah kau punya dugaan siapa perampoknya""
"Ada segerombolan perampok, aku yakin itu! Sepasang menyamar sebagai pendeta dan dokter datang ke rumah dengan alasan mengumpulkan dana untuk beberapa rumah sakit. Mereka membiusku dengan klorofom."
"Oh, oh, betapa tak menyenangkannya bagi Anda," kata Holmes sedih.
"Ketika aku sadar, kutemukan kepala pelayanku. Deevers, berbaring di sebelahku dalam kolam darah. Pria pemberani itu pasti telah melawan pencuri-pencuri itu, tapi mereka berhasil melarikan diri. Ia sekarang di rumah sakit. Holmes, kau harus membantuku."
"Zamrud Kitmanjar itu dikembalikan, katamu, tapi sebuah Cellini hilang!"
"Ya, barang itu adalah kotak berornamen halus yang indah, yang kusimpan dengan zamrud itu."
"Sebuah kotak berornamen halus!" seru Holmes, tiba-tiba berdiri dengan amat terkejut.
"Ya, kotak itu adalah Cellini asli. Harganya beberapa ribu pound. Holmes, kau harus membantuku menyelesaikan masalah ini!
Holmes duduk, tertawa lirih.
"Aku minta maaf, Mr. Litton-Stanley, tapi aku khawatir aku tak bisa membantumu. Aku sudah pensiun. Ya, dan aku ingin tetap pensiun. Selamat malam, sir."
"Tapi Mr. Holmes, aku akan membayarmu berapa pun yang kau
minta!" "Keputusanku sudah final, sir." Holmes berkeras, kembali menghisap pipanya. "Selamat malam."
"Aku seharusnya tahu aku tak akan mendapat bantuan darimu," katanya dengan nada mengejek, kemudian, memutar badannya yang besar keluar, membanting pintu di belakangnya. Kupandang Holmes yang duduk sambil tertawa, kepalanya mengadah dengan riang.
"Holmes, ia mengerjaimu lagi!"
"Ya, setan kecil itu! Ia sudah lama tahu kotak itu sebuah Cellini!" "Persetan kau, Holmes, kau tak sedikit pun tampak marah padanya!"
"Aku tahu aku seharusnya marah, tapi tidak, Watson. Sungguh keberanian yang hebat! Anak itu punya saraf yang benar-benar menakjubkan."
"Holmes, kau HARUS mengambil kotak itu darinya!"
"Dan akan kulakukan, Watson. Atau lebih tepatnya, aku akan membujuk Deevers agar melakukannya untukku, dengan imbalan kita tetap tutup mulut."
"Tapi," tanyaku benar-benar bingung, "bagaimana Deevers bisa mengembalikannya untukmu"" "Ingat, Deevers berpacaran dengan pelayan Miss Norton. Aku yakin bila ia menjelaskan posisinya yang sulit, ia dapat membujuk pelayan itu mencuri kotak itu dari nonanya sehingga Deevers dapat mengembalikan kotak itu ke pemiliknya yang sah."
"Cerdik. Aku tak akan pernah memikirkan itu," tambahku, sekarang kembali santai di kursiku. "Ya Tuhan, Holmes, Miss Norton, bila kau pikirkan lagi, memang jatuh tak jauh dari pohonnya."
"Memang, Watson. Dan itu membuatku ingin tahu..." katanya, suaranya menghilang ke dalam pikirannya.
"Tentang apa""
"Aku ingin tahu, temanku yang baik, berapa lama aku dapat tetap pensiun. Dengan musuh yang begitu berharga yang sedang beraksi, ini suatu tantangan. Kuberi tahu kau, Watson, ini tantangan yang sangat menggoda!"
"Kau benar, Holmes," kataku, semangatku timbul oleh pikiran kembalinya Holmes pada prakteknya, "dan aku punya beberapa kata yang ingin kukatakan padamu dengan kalimat yang sama!" Holmes bangkit, melirik jam sakunya.
"Ayo, Watson. Sekarang waktu makan malam. Mari makan dan kau bisa memberitahuku tentang kehidupanmu dan bagaimana keadaan London."
Bukan saja makan malam yang dihidangkan oleh pelayan pria Holmes adalah yang paling lezat yang pernah kunikmati, tapi dua minggu itu begitu memperbaharui diriku sehingga aku berada dalam keadaan batin yang lebih damai daripada yang kualami selama bertahun-tahun.
Aku telah, dalam waktu istirahat dua minggu itu, mengenal Holmes dalam cara yang lebih menyeluruh, memahami kebutuhannya untuk berpisah dari sifat kompleks sesama manusia, memalingkan diri pada lingkungan alami lembah Sussex, dan efek menenangkan lingkungan ini pada teman saya yang paling brilian dan mudah berubah suasana hati ini.
Bagiku sendiri, efek menyehatkan ini begitu kuat hingga memberi energi baru padaku, membuat aku bisa menghadapi kehilangan-kehilanganku yang menyedihkan, dan memacuku dalam gairah baru untuk mengumpulkan kembali catatan-catatan dan kisah-kisahku yang tak terselesaikan, sehingga aku dapat sekali lagi menceritakan petualangan menakjubkan detektif konsultan paling terkenal, Sherlock Holmes.
3. Misteri Pusaran Warwickshire
-F. Gwynplaine MacIntyreMenurut cerita Watson, Holmes menyelidiki tiga kasus lagi di tahun 1903- "Batu Mazarin", "Rumah Beratap Tiga", dan "Lelaki Merangkak". Setelah kasus terakhir ia memutuskan untuk pensiun. Ia mungkin melakukan hal ini pada ulang tahunnya yang kelima puluh. Ia tinggal di sebuah rumah kecil di Lembah Selatan dekat Eastburne dan menghabiskan waktunya beternak lebah, dan tentang hal itu ia menuliskan suatu risalah, Buku Pegangan Praktis Beternak Lebah dan menyatukan semua karya tulisnya sendiri untuk menghasilkan buku terkenal Seluruh Seni Detektif.
Ia sangat berkeras dalam hal pensiunnya, menolak kembali ke praktek lamanya. Bagaimanapun, sebuah pikiran seaktif pikiran Holmes tak pernah bisa beristirahat. Ia mencatat penyelidikannya sendiri, "Surai Singa" di tahun 1907, tapi dengan agak mengejutkan ia tidak mencatat titik puncak sebuah kasus yang membingungkannya selama tiga puluh tahun. Kasus itu adalah kasus luar biasa James Philimore, yang kembali ke rumahnya untuk mengambil payung dan tak pernah terlihat lagi
. Holmes menyelidiki kasus ini di awal karirnya tapi tak bisa memecahkannya. Minat F. Gwynplaine MacIntyre yang berubah-ubah menyebabkan ia melakukan penelitian dalam beberapa bidang, tak ada satu pun yang Holmesian, tapi secercah keberuntungan saat ia meneliti perkembangan bioskop di New York membuat akhir kasus itu menjadi jelas. Banyak orang lain sudah mencoba memecahkan kasus yang membingungkan ini, tapi akhirnya, inilah jawabannya.
LENYAPNYA PENGUSAHA LOKAL YANG ANEH
Suatu kejadian aneh dan tak dapat dijelaskan dilaporkan dari Leamington. Di pagi hari Rabu, dua bankir dari komunitas ini berkunjung ke rumah nomor 13a, jalan Tavistock, tempat tinggal Mr. James Phillimore, berusia 33 tahun, yang ingin menemani tuan-tuan itu ke tempat bisnis mereka untuk mendiskusikan suatu transaksi finansial.
Melangkah ke jalan, Mr. Phillimore melirik sebentar ke atas, dan-walaupun udara cukup bagus dua minggu terakhir-ia berkata pada temannya: "Tampaknya akan hujan. Ijinkan saya mengambil payung." Setelah itu ia masuk kembali ke rumahnya, menutup pintu depan tapi membiarkannya tak terkunci, sementara kolega-koleganya tetap berada di tangga pintu depan.
Sesaat kemudian, kedua pria itu kebetulan mendengar Mr. Phillimore berteriak dari dalam: "Tolong! Saya tak bisa-" Kata-katanya terhenti di tengah-tengah. Kedua tamu Mr. Phillimore langsung memasuki ruang penghubung rumah itu, tempat sebuah pemandangan aneh menunggu mereka.
Papan lantai di serambi tengah gosong, dalam pola yang membentuk lingkaran berdiameter kurang lebih enam kaki: seakan pusaran tak dikenal mengunjungi bagian ruangan ini, dan ruangan yang lain tidak. Jejak kaki berlumpur Mr. Phillimore dapat dilihat dengan jelas, dalam sebuah jejak yang mengarah ke batas lingkaran itu. Bagian belakang sebuah jejak kaki menonjol keluar dari tepi luar lingkaran: separo jejak kaki Mr. Phillimore yang luar jelas memasuki lingkaran misterius itu, namun tak meninggalkan jejak di bagian dalam lingkaran.
Sebuah wadah payung berdiri tak terganggu di sudut ruang depan itu, jauh dari lingkaran. Bagian pegangan payung Mr. Phillimore, dengan beberapa inci gagangnya, ditemukan di lantai di pinggiran luar teka-teki misterius itu. Bagian payung yang hilang-yang diasumsikan hilang bersama-sama Mr. Phillimore ke dalam zona lingkaran itu-terpotong dengan rapi.
Kedua saksi kejadian mengagumkan ini adalah bankir menonjol di Leamington Spa, yang ketelitian dan ketenangannya melebihi semua orang.
Rumah itu sekarang digeledah dengan teliti oleh polisi lokal, dan tak ada lubang bawah tanah atau kamar rahasia yang ditemukan. Pada laporan ini, tak ditemukan jejak Mr. Phillimore sama sekali.
Dicuplik dari The South Warwickshire Advertiser untuk terbitan Kamis, 26 Agustus 1875
Temanku Sherlock Holmes menjelaskan kasus Phillimore padaku hanya secara singkat, karena ia tak ingin mendiskusikan kegagalannya yang jarang terjadi. Aku tahu kejadian itu terjadi sangat awal di karir detektifnya, segera setelah urusan Gloria Scott. Mr. Phillimore dari Leamington Spa, Warwickshire, lenyap seakan ditelan bumi, dan ia takkan pernah muncul lagi kecuali bumi sendiri membelah dan memuntahkannya.
Pada siang tanggal 18 April 1906, aku sedang memeriksa seorang pasien di tempat praktek London-ku ketika terdengar kabar bahwa sebuah gempa bumi besar telah merusakkan kota megah San Fransisco. Pada waktu malam hari kabar suram itu dikonfirmasi: beberapa orang luka-luka atau meninggal, dan beribu-ribu orang tak punya rumah. Selama tiga puluh jam kemudian, kabel telegram trans-atlantik menyiarkan berita lebih jauh: saluran gas batu-bara di bawah jalan-jalan San Fransisco terputus dalam suatu gempa bumi, dan akibatnya seluruh kota sekarang ditelan api yang menyala tanpa dapat dikendalikan. Dalam keamanan tempat praktek Harley Streetku, aku memutuskan untuk melakukan kontribusi sederhana pada sumbangan umum yang mungkin muncul di London untuk membantu korban San Fransisco.
Tumbal Perkawinan 3 Tapak Tapak Jejak Gajahmada Karya Arief Sudjana Kisah Pedang Di Sungai Es 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama