Ceritasilat Novel Online

Babad Tanah Leluhur 9

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 9


tampak tubuhnya berputar lalu mencelat diantara tonjolan
batu-batu yang runcing. "Suara para prajuritku yang sedang bekerja telah
kudengar. Kasihan mereka, sudah empat hari dengan hari ini
mereka bekerja tanpa diriku. Dan bagaimana dengan dinda
Cempaka, apakah dia masih bisa sabar dan tenang dalam
bekerja. Tapi aku rasa paman panglima Galung Wesi bisa
membuatnya tenang." "Eeh, Rani bukalah matamu. Kita telah hampir sampai
ke tempat tujuan. Dengarlah suara benturan benda-benda
keras itu. Kesanalah kita akan pergi?"
Asmarani tidak berkata apa-apa. Dia segera membuka matanya
dan turun dari pundak prabu Purbaya. Gadis manis itu
menyisihkan anak rambutnya yang jatuh menyentuh pipinya.
Lalu dia menatap pada prabu Purbaya, kemudian dia melihat ke
arah datangnya suara para pekerja itu.
(4) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Purbaya yang
mengejar orang misterius itu akhirnya menolong
Asmarani dari amukan api yang membakar rumahnya
karena ulah tiga orang penjahat yang tidak dikenal.
799 37. GELORA API CEMBURU Kedua orang tua Asmarani mati dibunuh, sampai
akhirnya Asmarani mengancam akan membunuh diri
kalau tidak dibawa oleh prabu Purbaya. Siang itu, prabu
Purbaya yang membawa Asmarani telah tiba di dekat
goa karang. Tempat dimana para para prajurit Karang
Sedana dan Kencana Wungu bekerja menggali pintu
goa karang. "Rani, kita sekarang ke sana. Ke bawah sana. Aku ada
urusan di goa karang itu. Ayo kita jalan saja."
Asmarani tidak berkata apa-apa. Dia menatap pada prabu
Purbaya lalu mengalihkan pandangannya ke arah datangnya
suara para pekerja. "Ayo, kita turun. Sebentar Rani. Aku mendengar ada
kuda datang ke mari. Barangkali dia para pekerja yang ada
dibawah itu." "Eh, kakang. Dia" dia seorang prajurit. Dia prajurit
kerajaan Karang Sedana." kata Asmarani.
"Oh, ampun gusti Prabu..." prajurit berkuda tadi segera
meloncat dari kuda, dan menghaturkan hormat dan bersiaga.
"Ada apa prajurit" Kenapa kau kemari" Bukankah
teman-temanmu bekerja semua. Apakah kau mendapat tugas
dari panglima Galung Wesi?"
"Eh, kakang"!! Ka" Kau"! Oh! Ampunkan hamba,
tuanku Prabu..." kedua bola mata Asmarani terbelalak. Tapi tak
lama, dia segera bersimpuh lemas.
800 37. GELORA API CEMBURU "Sudahlah Rani, bersikaplah seperti biasa." kata Prabu
Purbaya lirih tanpa menoleh. Kemudian dia berkata lagi pada
prajurit dihadapannya, "Prajurit, katakanlah tugasmu."
"Ampun gusti Prabu. Hamba disuruh oleh gusti
permaisuri untuk mencari tahu dimana tuanku berada.
Ampunkan hamba tuanku."
"Baiklah. Sudahlah prajurit, kembalilah ke tempatmu.
Aku akan menyusul." "Ampun gusti prabu. Sekarang hamba mohon diri."
Selesai berkata, prajurit itu meloncat kembali ke atas punggung
kudanya. Dan segera kudanya itu segera digebrak kembali ke
arah dia datang. Berderap, mengepulkan debu dan percikan
tanah dibelakangnya. "Ampunkan hamba, gusti prabu Purbaya. Ampunkan
hamba. Ah, hamba telah berlaku lancang pada gusti Prabu."
dengan suara gemetar Asmarani menghiba.
"Sudahlah, Rani. Tak perlu kau berlaku terlalu sungkan
begitu. Berlakulah secara wajar-wajar saja. Aku senang dengan
kebebasanmu tadi padaku. Jangan buat jarak yang berlebihan.
Sudahlah, bangkitlah. Kita harus secepatnya ke sana. Istriku
sudah menantikan kedatanganku." kata prabu Purbaya lembut.
"Oh, ampun gusti Prabu" sebaiknya tinggalkanlah
hamba disini. Biarlah hamba sendirian."
801 37. GELORA API CEMBURU "Hei, Rani kenapa kau tiba-tiba berubah begini" Tadi
kau lah yang berkeras ingin ikut bersamaku dan siap menerima
apapun yang terjadi. Sekarang kenapa kau tiba-tiba berubah.
Apakah?" "Ampun gusti Prabu, tadi hamba belum mengetahui
siapa diri tuanku sebenarnya. Hamba menyangka gusti Prabu
benar-benar seorang pengembara seperti yang tuanku katakan
pada hamba?" "Heeehh, maafkanlah aku Rani." Prabu Purbaya
mendesah setelah menyadari kekeliruannya. "Aku mengatakan
hal itu karena aku tidak mau penduduk desa itu bersikap lain
padaku. Aku tidak mau dilebih-lebihkan. Dan aku tidak ingin
melihat mereka berbicara padaku dengan keragu-raguan.
Sekarang, angkatlah wajahmu Rani. Ayo! Mari kita turun. Aku
yakin selama dua hari ini semua prajurit yang bekerja itu
mencariku. Berlakulah seperti semula."
"Gusti prabu, hamba takut bersikap lancang. Hamba
takut menerima hukuman dari dewata agung. Hamba tahu,
eh... bahwa tuanku seorang raja besar di tanah Pasundan ini.
Ah, iya" hamba memang terlalu membutakan hati. Seharusnya
hamba sudah sadar ketika tuanku menyebutkan nama tuanku
pada hamba. Ah, iya gusti prabu Purbaya" semua orang tahu
nama itu. Tapi hamba seolah-olah menutup telinga ketika
mendengar nama tuanku, hamba seperti" ah, seperti begitu
membutakan hati dan pikiran sehingga tak sempat berpikir
tentang semuanya. Ampun gusti Prabu yang mulia."
"Lupakanlah semuanya Rani. Aku hanya minta padamu,
ikutlah denganku ke goa karang. Kau adalah tanggung jawabku.
802 37. GELORA API CEMBURU Keselamatan dan hidupmu adalah tanggungan ku."
"Oh, tapi tuanku?"
"Sudahlah, jangan gunakan kata-kata `tapi` lagi. Ayolah,
sekarang kita harus segera ke tempat para prajuritku. Istriku
tentu gelisah menunggu diriku."
Asmarani tidak berkata apa-apa lagi. Prabu Purbaya telah
menariknya dan membawa nya menuruni gunung Burangrang.
Sementara itu di depan goa karang. Tampak para prajurit
tengah giat bekerja menggali mulut goa karang. Cempaka dan
Galung Wesi sesekali menatap jauh ke arah gunung
Burangrang. Matahari siang yang panas membakar tubuh
mereka. "Tuanku permaisuri, sebaiknya tuanku beristirahat saja.
Biarkanlah hamba dan para prajurit yang melanjutkan
pekerjaan ini. Rasanya matahari terlalu panas hari ini."
"Oh, tidak mengapa paman. Biar saja, aku sudah biasa
menantang panas seperti ini. Lagipula aku tidak mau kita semua
melakukan keterlambatan dalam pekerjaan ini. Kasihan
putriku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya
didalam saat ini. Oya paman, apakah telah kau suruh salah
seorang prajurit untuk mencari gusti Prabu?"
"Ampun tuanku permaisuri, semuanya sudah hamba
lakukan. Hamba sudah mengutus prajurit Seta untuk mencari
gusti prabu di sekitar gunung Burangrang. Karena mendengar
laporan para prajurit jaga, mereka pernah melihat gusti prabu
803 37. GELORA API CEMBURU menuju ke gunung Burangrang."
"Oh, ada keperluan apa dia di sana" Sehingga sampai
dua hari dua malam dia meninggalkan pekerjaan di sini"
Apakah putrinya tidak lebih penting dari kepergiannya itu"!"
Cempaka merutuk dan kemudian mendesah masygul.
"Mungkin kepergian gusti prabu malam itu karena ada
hal yang penting, gusti. Bukankah disekitar tempat ini banyak
sekali para pendekar dari rimba persilatan. Mungkin diantara
mereka ada yang bermaksud jahat dan mempunyai tujuan
tertentu, tuanku. Bukankah terkurungnya putri Jaga
Paramudita bersama dengan Kayan Manggala menurut
penuturan salah seorang anggota dari kelompok Tongkat
Merah karena kitab pusaka ratu Sima"!"
"Agaknya kitab pusaka itu telah menyebar luas
beritanya ke kalangan dunia persilatan, sehingga mereka
kemari. Dan siapa pula yang membocorkan rahasia itu sehingga
semuanya bisa berkumpul disini. Apakah ada tokoh lain yang
tahu mengenai keberadaan kitab itu di goa karang ini"!"
"Entahlah, tuanku. Mungkin semuanya akan terjawab
kalau kita berhasil masuk ke dalam gua." Jawab Galung Wesi.
Dia kemudian berdiri tegak untuk menyeka keringatnya. Pada
saat itulah dia melihat seorang prajurit yang bergegas kearah
mereka. "Ooh," tuanku permaisuri. Itu prajurit Seta. Dia telah
kembali." "Bagaimana prajurit, apakah kau sudah berjumpa
dengan gusti prabu?"
804 37. GELORA API CEMBURU "Iya, katakanlah menjumpai gusti prabu?"
prajurit. Apakah kau berhasil "Ampunkan hamba tuanku permaisuri, dan tuanku
panglima. Hamba berhasil berjumpa dengan gusti prabu. Gusti
prabu baru saja akan kembali ke mari, saat hamba berjumpa
dengannya. Gusti prabu sedang menuju kemari gusti
permaisuri, dan hamba disuruh berjalan terlebih dahulu."
"Ahh, terima kasih prajurit?"
"Nah, prajurit sekarang engkau bergabunglah bersama
yang lain. Bantulah mereka bekerja."
"Terima kasih tuanku panglima. Sekarang hamba
mohon diri." Prajurit itu melangkah meninggalkan Cempaka dan Galung
Wesi. Dan segera bergabung bersama teman-teman lainnya.
Dia mulai bekerja menggali mulut goa karang. Di lain tempat,
Cempaka dan Galung Wesi kembali bekerja. Matahari yang
semakin panas membakar tidak mereka hiraukan. Namun
sambil bekerja tampak Cempaka merenung, dia terbayang
dengan laporan prajurit muda itu.
"Ooh, ada yang janggal dalam laporan itu tadi. Aku
melihat sorot mata yang penuh keraguan menatap padaku.
Prajurit itu seperti menyembunyikan sesuatu. Dan dia
sepertinya takut untuk melaporkan semuanya padaku. Ohh,
apakah telah terjadi sesuatu dengan kanda prabu Purbaya"
Uhh, kenapa pikiranku jadi tidak enak seperti ini. Ah, sebaiknya
aku istirahat saja dahulu. Kalau kanda prabu Purbaya datang
805 37. GELORA API CEMBURU pasti dia akan menemuiku di sini." Cempaka merenung.
Perasaannya menjadi gundah. Kemudian dia menghentikan
pekerjaannya, lalu menegakkan tubuhnya. Kemudian berkata
pada panglima Galung Wesi. "Paman Galung Wesi, teruskanlah
pekerjaan ini. Aku mau istirahat dulu."
"Iya, tuanku"! Silakan tuanku permaisuri. Biarkanlah
hamba bekerja, nanti hamba akan memerintahkan para prajurit
untuk beristirahat kalau sudah tiba waktunya."
"Hmm, tidak seperti biasanya tuanku permaisuri
beristirahat sebelum waktunya. Biasanya beliaulah yang paling
ngotot untuk terus bekerja. Apakah tuanku permaisuri melihat
kejanggalan yang terpancar di mata prajurit Seta tadi" Iya,
barangkali beliau melihat keganjilan itu. Memang, agaknya
prajurit Seta menyembunyikan sesuatu tentang gusti prabu.
Apakah ada kejadian terhadap diri gusti prabu" Sebaiknya
kutanyakan saja pada prajurit itu."
"Prajurit Seta, kemari!" teriakan itu membuat beberapa
orang prajurit yang sedang bekerja terhenti. Mereka menatap
pada panglima Galung Wesi lalu beralih pada prajurit Seta.
Prajurit yang dipanggil itu segera meletakkan alat penggalinya,
lalu bergegas mendekati panglima Galung Wesi.
"Ohh, ampun tuanku panglima. Ada apakah sehingga
tuanku memanggil hamba?"
"Sebaiknya kita mencari tempat yang agak jauh. Aku
ingin membicarakan sesuatu padamu."
"Ampun tuanku, apakah ada kesalahan yang hamba
806 37. GELORA API CEMBURU lakukan?" Galung Wesi tersenyum dan tertawa bijak. "Kau ini aneh sekali
prajurit. Apakah setiap dipanggil itu lantas kau melakukan
kesalahan" Tadi malam juga, ketika aku memanggilmu kau
melakukan hal yang sama. Kau ini ada-ada saja prajurit. Apakah
seorang atasan itu memanggil bawahannya saat ada kesalahan
saja?" "Maafkan hamba tuanku panglima?"
"Sudahlah, ayo" kita mencari tempat yang agak tenang.
Jauh dari bisingnya para pekerja itu. Ada beberapa hal yang
ingin kutanyakan padamu."
Lalu keduanya berjalan agak jauh dari kebisingan para prajurit
yang bekerja menggali mulut goa karang. Galung Wesi
menghentikan langkahnya di sebuah pohon yang agak rindang.
Lalu panglima itu duduk dengan tenang. Prajurit Seta duduk di
depannya. "Prajurit Seta, aku telah mengenalmu begitu lama. Dan
aku sudah memahami semua yang ada pada dirimu. Kalau ada
sesuatu kau pasti merenung dan melakukan keragu-raguan.
Dan itu pun terjadi padamu saat kau melaporkan tentang
perjumpaanmu dengan gusti prabu. Aku yakin, kau juga
menyembunyikan sesuatu tentang diri gusti prabu." tutur
panglima bijak itu dengan tenang.
"Ampun tuanku panglima, agaknya hamba memang
tidak bisa menyembunyikan sesuatu yang ada pada diri hamba.
Dan agaknya, hamba kurang bisa untuk menyimpan rahasia.
807 37. GELORA API CEMBURU Maafkanlah hamba tuanku panglima."


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudahlah Seta. Kau adalah prajuritku yang terbaik. Aku
membawamu kemari karena aku tahu tentang dirimu. Tentang
kehebatan, ketegaran serta pengabdianmu yang tinggi. Aku
menyuruhmu untuk melakukan sesuatu tugas karena aku
percaya padamu. Nah, sekarang katakanlah apa yang telah
terjadi pada diri gusti prabu Purbaya sehingga kau menyimpan
keragu-raguan di hatimu saat kau melaporkan semuanya tadi?"
"Ahhh,?" prajurit Seta mendesah, "Ampunkan hamba
tuanku panglima. Sebenarnya tak ada kejadian apa-apa pada
diri gusti Prabu. Beliau sehat-sehat saja. Hanya saat hamba
berjumpa dengan beliau di lereng gunung Burangrang, beliau
berdua dengan seorang gadis yang cantik. Gadis itu seperti
putri seorang keraton. Dan gadis itu begitu gugup ketika
melihat kedatangan hamba."
"Ooh," seorang gadis cantik"!" panglima tua itu
bergumam dan seperti berpikir keras tentang sesuatu, lalu
lanjutnya "Apakah kau tidak mengenal sama sekali gadis itu"
Apakah dia bukan dari keraton Karang Sedana?"
"Ampun tuanku panglima, hamba tidak mengenalnya.
Dan tadi hamba ingin melaporkan semuanya secara rinci pada
tuanku, tapi hamba khawatir pada diri tuanku permaisuri.
Hamba takut beliau jadi murka. Karena akhir-akhir ini tuanku
permaisuri suka uring-uringan. Jadi hamba tahan berita itu?"
Mendengar penuturan prajurit Seta, Galung Wesi tersenyum.
Panglima tua itu senang atas keputusan prajurit andalannya
dalam memilah laporan mana yang tidak seharusnya diumbar
808 37. GELORA API CEMBURU begitu saja. Katanya, "Kau benar, Seta. Dan kau telah
melakukan yang terbaik. Tapi mungkin tuanku permaisuri juga
melihat keraguan di matamu. Karena beliau dengan tiba-tiba
ingin beristirahat. Biasanya beliaulah yang suka ngotot agar kita
terus bekerja untuk menggali mulut goa karang itu."
"Maafkan hamba, tuanku. Mungkin itulah kelemahan
hamba. Tapi bagaimana menurut tuanku sekarang tentang
gadis itu" Apakah itu tidak membahayakan ketentraman gusti
prabu dengan tuanku Cempaka di tempat ini?"
"Hahahahahaha, aah kau ini ada-ada saja Seta. Gusti
prabu dan tuanku permaisuri bukanlah anak-anak lagi. Mereka
tentu tahu mengatur situasi. Dan bagiku, kalau" Ah, Seta" itu
ada yang datang ke mari."
"Ooh, itu gusti prabu, tuanku."
"Salam sejahtera gusti prabu." Galung Wesi dan prajurit
Seta menghaturkan sembah secara berbarengan.
"Oh, kalian"! Kenapa kalian berdua berada di sini"
Apakah paman berdua sedang istirahat?"
"Ampun gusti prabu, hamba sedang menerima laporan
tentang diri gusti prabu dari prajurit Seta ini. Semula hamba dan
prajurit lain sangat mencemaskan tentang kepergian gusti
prabu." "Terima kasih, Paman. Oya, bagaimana dengan
Cempaka istriku" Apakah dia sudah beristirahat?"
809 37. GELORA API CEMBURU "Iya gusti prabu. Tuanku permaisuri telah kembali ke
tenda peristirahatan. Sebaiknya tuanku prabu menemuinya.
Hamba khawatir pada kesehatan beliau."
"Oohh, apakah permaisuriku sakit paman?"
"Tidak gusti prabu. Tapi tadi tuanku permaisuri
mendadak berhenti saat bekerja."
"Terima kasih, Paman. Oya, tolong bawa Asmarani ini ke
tenda paman. Jaga dirinya baik-baik. Aku akan menemui istriku
lebih dulu. Nanti aku akan bicara lagi dengan paman." Lalu,
prabu Purbaya berkata pada Asmarani. "Rani, kau ikutlah
dengan paman Galung Wesi. Jangan ragu-ragu. Paman Galung
Wesi akan menjagamu. Dia panglimaku."
"Ahh, maaf gusti prabu. Hamba hanya merepotan
saja?" "Sudahlah Rani, kau jangan bicara seperti itu terus.
Ikutlah dengan paman Galung Wesi. Nanti aku akan
menemuimu bersama istriku. Aku pergi dulu paman. Hupp!"
"Hmm, benar kata prajurit Seta. Gadis ini benar-benar
cantik. Aku yakin dia adalah seorang putri keraton. Kalau tidak
puteri seorang pembesar keraton. Kulitnya halus dan bersih.
Dia sangat cantik. Matanyq bening dan tajam. Apakah nanti
tuanku permaisuri tidak akan cemburu?" pikir Galung Wesi. Dia
mulai menyadari kekhawatiran prajurit Seta yang membuatnya
ragu-ragu dalam melapor. "Paman, maafkan aku. Aku merepotkan diri paman.
810 37. GELORA API CEMBURU Sebaiknya tadi aku tidak ikut gusti prabu kemari?"
"Oh, hohohoho. Tidak. Aku tidak repot. Ayo sekarang
marilah ke goa karang. Disana nak mas Rani bisa beristirahat.
Marilah?" Galung Wesi segera membawa Asmarani menuju ke goa
karang. Prajurit Seta ikut di belakang. Ketika tiba di tendanya,
panglima dari Kencana Wungu itu segera menyuruh Asmarani
untuk beristirahat. Gadis manis itu pun hanya menurut.
Sementara itu prabu Purbaya sudah tiba di tenda Cempaka. Dia
masuk ke dalam tenda saat Cempaka sedang duduk merenung.
(5) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Purbaya
membawa Asmarani ke goa karang dan menitipkannya
kepada Galung Wesi, panglima dari Kencana Wungu.
Sedangkan dia sendiri menemui istrinya Cempaka yang
sedang duduk merenung di dalam tendanya.
Prabu Purbaya segera menyapa istrinya, "Dinda?"
Cempaka menoleh, lalu menyambut suaminya. "Kanda Prabu,
kau dari mana saja kanda Prabu" Dinda cemas memikirkan
dirimu." "Maafkan kanda, Dinda. Sebenarnya kemarin malam
kanda sudah akan pulang. Tapi ada hal aneh yang terjadi?"
Lalu dengan cepat dan ringkas, prabu Purbaya menceritakan
semuanya pada Cempaka. Perempuan itu mendengarkan
811 37. GELORA API CEMBURU semuanya dengan teliti. Dan ketika prabu Purbaya
menceritakan tentang Asmarani, wajah perempuan utama
keraton Karang Sedana itu mendadak keras. Ditatapnya prabu
Purbaya dengan pandangan menyelidik. Nada suaranya
bergetar. "Jadi, kanda membawa perempuan itu kemari" Untuk
apa kanda prabu" Apakah kanda akan menyuruh dia menggali
pintu goa karang ini?"
"Ahmm" maafkan aku Dinda. Kanda tidak bisa
melakukan hal lain kecuali membantunya. Dia sudah tidak
punya keluarga lagi. Apa salahnya kita membantu dan
melindunginya" Kita punya kemampuan untuk membantunya."
"Ohh, aku jadi kepingin melihat gadis itu. Apanya yang
membuat kanda sampai mau membawanya kemari dan
bersedia membantunya. Apakah dia memang patut dibantu
atau ditolong serta dilindungi oleh seorang maharaja seperti
kanda prabu?" suara Cempaka mendesis, hawa kecemburuan
Cempaka sangat kental bergumpal di dalam tenda itu. Prabu
Purbaya sangat terkejut dan tidak menyangka istrinya akan
bersikap seperti itu. "Dinda Cempaka"! Apa yang terjadi" Kenapa kau bisa
berkata keras seperti itu" Apakah keadaan di daerah goa
karang ini telah merubah watak lembutmu" Jangan salah tafsir
Dinda. Percayalah, aku menolongnya hanya atas dasar belas
kasihan. Kedua orang tuanya mati, sedangkan aku sebagai raja
mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Kesengsaraan rakyatnya
adalah tanggung jawab seorang raja. Dan aku menolongnya
terlepas dari segala perasaan lain, kecuali atas dasar".
812 37. GELORA API CEMBURU Kasihan." Kata-kata pada kalimat terakhir yang diucapkan
prabu Purbaya terdengar meragu. Dan ini jelas ditangkap oleh
permaisuri Cempaka. "Kasihan?"! Ada yang tidak wajar dari sikap seorang
raja pada rakyatnya. Kalau kanda kasihan pada rakyat kenapa
tidak semuanya, kenapa hanya padanya saja" Itu namanya
kasihan kanda punya pilih kasih!"
"Dinda Cempaka, kenapa di tempat seperti ini kau justru
memiliki pikiran yang lain" Kemana pikiran sehatmu"
Percayalah padaku, Dinda. Aku tidak akan berlaku bodoh. Aku
ini seorang raja. Apa yang dilakukan seorang raja tentu akan
menjadi panutan atau contoh oleh rakyatnya. Sudahlah, dinda
Cempaka. Buanglah pikiran burukmu itu."
"Ohh, baiklah Kanda." Cempaka mendesah.
Perasaannya mulai melunak. Dia kemudian menyandarkan
wajahnya di dada sang suami. Cempaka menengadah, menatap
wajah sang kekasih. Tangannya membelai leher suaminya.
Matanya meredup sayu. Lalu katanya, "Tapi kanda harus ingat"
bahwa Dinda amat mencintai Kanda. Dinda tidak ingin melihat
ada kasih lain di hati kanda. Nanti," bawa dinda menemui gadis
yang bernama Asmarani itu. Dinda ingin mengenalnya."
"Baiklah, nanti kanda akan membawa dinda ke tenda
paman Galung Wesi. Karena dia kutitipkan di sana." tegas prabu
Purbaya. Akan tetapi, didalam hatinya prabu Purbaya menjadi
cemas melihat sikap istrinya. "Oh, istriku Cempaka menyimpan
kecemburuan pada Asmarani. Iya, Cempaka memang sangat
mencintaiku. Dan akupun tidak mau kehilangan dirinya. Aku
pun tidak akan memilih gadis lain selain dirinya."
813 37. GELORA API CEMBURU "Eh, dinda. Sudahlah. Ayo kita kerja lagi. Kasihan para
prajurit, mereka bekerja untuk menyelamatkan puteri kita. Tapi
kita hanya duduk-duduk saja di sini. Ayolah kita keluar. Jangan
pikirkan apa-apa dulu." Dengan perlahan prabu Purbaya
melepaskan pelukan istrinya. Cempaka tampak kecewa.
"Ohh, kanda prabu memang bisa berkata begitu. Tapi
aku yakin saat kanda bersama gadis itu pastilah kanda tidak
pernah memikirkan puteri kita dan diriku. Buktinya, kanda
sampai dua hari dua malam tidak pulang. Dan bekerja
membantu kami menggali goa karang." sengat Cempaka.
"Ohh, maafkan kanda Dinda. Tapi kanda harap, dinda
tidak lagi menuduh kanda melupakan puteri kita. Kanda
kemarin sudah akan kembali. Tapi apa boleh buat, kanda harus
menolong jiwa orang lain dulu dari kematian. Apakah dinda rela
melihat atau mendengar tentang diri kanda yang menutup
mata terhadap segala kejadian yang berlaku di depan mata
kanda hanya karena persoalan pribadi" Kanda yakin, dinda pun
akan melakukan hal yang sama seperti kanda, kalau itu terjadi
saat dinda ada di tempat kejadian." Prabu Purbaya memberi
soalan. "Iya, dinda pun akan melakukannya tetapi tidak untuk
terus melindunginya sehingga harus membawanya berjalan
bersama-sama dengan dinda." bantah istrinya.
"Dinda, sudahlah! Buang jauh-jauh prasangka yang
tidak-tidak itu. Yakinkan hati dinda bahwa kanda adalah
seorang raja yang akan memiliki seorang permaisuri." bujuk
prabu Purbaya sembari tersenyum. Jemarinya menjawil dagu
814 37. GELORA API CEMBURU dan ujung hidung istrinya dengan lembut. "Sudahlah. Ayo kita
keluar. Barangkali paman Galung Wesi pun sudah mulai
bekerja." Tanpa banyak suara, Cempaka akhirnya berdiri dan melangkah
ke luar. Cempaka mengambil penggali yang biasa
digunakannya. Lalu dia pun bersatu bersama para prajurit dan
senopati menggali mulut goa karang. Tak jauh darinya tampak
prabu Purbaya dan orang-orang dari kelompok pengemis
Tongkat Merah yang bekerja dengan penuh semangat. Dan di
sisi lain, tampak panglima Galung Wesi juga bekerja dengan
giat. Prabu purbaya melihat ke arah orang tua itu, lalu dia pun
berjalan mendekati Galung Wesi.
"Paman Galung Wesi, bagaimana dengan Asmarani"
Apakah dia merepotkan Paman?"
"Oh, gusti Prabu. Tidak gusti. Rani ternyata seorang
gadis yang baik. Setidak-tidaknya dia memang didik oleh
keluarga yang baik, gusti. Tutur sapanya lembut dan pribadinya
sangat halus. Hamba menduga dia pasti anak seorang
pembesar keraton atau setidak-tidaknya anak seorang adipati
ataupun demang." "Paman, dia bukan anak seorang pembesar ataupun
bangsawan. Dia adalah anak seorang petani miskin yang tinggal
di kaki gunung Burangrang. Dia bernasib malang. Aku
menemukannya saat kedua orang tuanya sudah menjadi
mayat. Orang tuanya menjadi korban kejahatan. Aku terlambat
menolong kedua orang tuanya. Aku hanya sempat
membawanya keluar dari amukan api."
815 37. GELORA API CEMBURU "Oh begitu menyedihkan nasib yang menimpanya. Tapi
hamba masih meragukan semuanya, gusti prabu. Kalau dia
anak seorang petani miskin, manalah mungkin memiliki tutur
yang halus dan lembut, Gusti"! Lalu memiliki kulit yang halus.
Hamba yakin kulit itu pastilah setiap hari dilulur dengan ramuan
khusus. Apakah tidak mungkin dia mempunyai keluarga di kota
raja, gusti"!" "Paman mungkin benar. Akupun belum mengetahui
banyak tentang dirinya. Yang kutahu bahwa kedua orang
tuanya yang mati di rumah itu dipanggilnya dengan sebutan
ayah dan ibu. Sedangkan dari kepala desanya aku tidak banyak
mendapat keterangan. Yah, nantilah kita menyelidikinya
Paman. Hanya sekarang aku minta tolong kepada Paman untuk
menjaga dirinya. Dia masih dalam keadaan duka."
"Baiklah gusti Prabu. Hamba akan menjaga dan
memperhatikannya." "Paman, matahari mulai condong ke barat. Sebaiknya
perintahkan pada para prajurit untuk berhenti bekerja.
Istirahatkan mereka semua."
"Baiklah gusti Prabu." Lalu Galung Wesi melompat ke
tempat yang lebih tinggi, kemudian berseru pada para prajurit
yang tengah bekerja. "Prajurit! Istirahatlah!"
"Hei, istirahat! Ayo istirahat! Ayo" ayo!" seru para
prajurit bersahut-sahutan.
Setelah para prajurit telah bubar dari tempat itu, panglima


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Galung Wesi kembali menghadap prabu Purbaya. Dia kemudian
816 37. GELORA API CEMBURU melapor,"Ampun gusti Prabu, sekarang hamba akan ke tenda."
"Paman," tunggu!" Cempaka memanggil.
"Ada tugas apakah untuk hamba, gusti?"
"Paman, menurut keterangan dari kanda Purbaya, di
tenda Paman ada seorang gadis dari kaki gunung Burangrang.
Aku mau melihatnya, Paman."
"Hamba, tuan permaisuri."
"Bawalah istriku, Paman. Kenalkan dia dengan gadis itu.
Marilah dinda Cempaka." Prabu Purbaya melangkah sambil
membimbing tangan Cempaka. Sedangkan panglima Galung
Wesi melangkah di belakang. Sementara itu beberapa orang
prajurit tampak sedang duduk-duduk di pinggiran mulut goa.
Mereka menunduk hormat tatkala prabu Purbaya dan istrinya
serta panglima Galung Wesi melangkah di depan mereka.
Tiba di tenda Galung Wesi mereka di sambut senyum ramah
Asmarani. Dan saat mata gadis itu bertemu dengan wajah
cempaka, mendadak keduanya saling tatap. Prabu Purbaya
menyadari semuanya. "Rani, kenalkan. Inilah istriku."
"Ampunkan hamba, Gusti Permaisuri. Mungkin
kedatangan hamba telah mengganggu ketenangan Gusti
Permaisuri." "Bangkitlah." 817 37. GELORA API CEMBURU "Ohh, gadis ini cantik sekali. Aku tidak yakin kalo dia
hanyalah seorang gadis desa biasa. Kulitnya halus dan berseri.
Sorot matanya tajam dan bening. Dia pastilah anak seorang
pembesar. Pembesar keraton. Paling tidak," pembesar di
sebuah kadipaten. Asmarani," sebuah nama yang amat sesuai
dengan orangnya." "Ohh, kenapa hatiku bergetar" Dan sepertinya hatiku
bergolak sendiri. Apakah aku menyimpan kecemburuan pada
wanita ini?" "Hamba gembira sekali bisa berkenalan dengan seorang
Permaisuri yang baik dan cantik seperti tuanku. Hamba adalah
gadis desa yang rendah. Keluarga hamba sudah tiada. Mereka
mati, teraniaya?" "Sudahlah, Rani" Jangan kau ingat lagi peristiwa itu.
Tenangkanlah hatimu."
"Rani," Oh, kanda Purbaya begitu enak dan ringan
menyebut namanya. Dan mata gadis itu begitu berbinar ketika
kanda Purbaya menyebut namanya. Ohh, setan alas! Aku tidak
bisa membiarkan semuanya ini. Kanda Purbaya tidak boleh lagi
berpaling padanya. Kanda Purbaya milikku" Oh, tapi" tapi
kenapa aku jadi seperti ini" Kenapa tiba-tiba aku menjadi
perasa dan cemburu seperti ini"! Oh" Rani," Ya! Rani! Oh,
baiklah. Aku akan menyelidiki siapa gadis ini, dan apa pula yang
akan dilakukan kanda Purbaya padanya."
"Dinda Cempaka, ada apa dengan dirimu" Kenapa kau
diam saja sejak tadi?"
818 37. GELORA API CEMBURU "Oh, maaf. Maafkan aku kanda Prabu. Eh,.. kepalaku
tiba-tiba terasa nyeri dan berat. Aku kembali saja ke tenda
kanda." "Baiklah Dinda. Ayo kita kembali." --- "Paman, aku
kembali dulu." "Baik, gusti Prabu."
"Maafkan hamba, gusti Prabu."
"Dinda, tidurlah. Kenapa kau masih saja terus-terusan
merenung?" Sambil mendesah, Cempaka berkata, "Tidur saja Kanda duluan,
Dinda" masih ingin menatap rembulan itu. Dinda ingin
menikmatinya sampai dia benar-benar hilang atau tertutup
awan sama sekali." "Ini bukan kebiasaanmu dinda Cempaka. Ayo, tidurlah.
Jangan kau buat pikiranmu sendiri jadi kacau. Jangan kau rusak
jiwamu dengan kecemasan dan ketakutan yang tidak
beralasan, Dinda." "Kau," memikirkan tentang Asmarani?"
Cempaka mendengus, dadanya tiba-tiba saja bergemuruh. Lalu
perempuan itu menutup kedua matanya. Entah dari mana
datangnya, tiba-tiba saja perasaan benci itu muncul manakala
prabu Purbaya menyebut nama Asmarani. Perempuan keraton
itu sekali lagi menarik nafas panjang.
819 37. GELORA API CEMBURU "Jangan dinda pikirkan soal dia. Paman Galung Wesi bisa
mengurusnya." "Bukankah," kanda Prabu juga suka mengurusinya?"
jawab Cempaka dengan suara yang berat.
"Dinda! Aku harap padamu buanglah jauh-jauh
perasaan jelek seperti itu."
"Dinda rasa, dinda tidak berperasaan jelek. Bukankah
tadi siang, saat istirahat makan siang, Kanda menemuinya di
tenda paman Galung Wesi?"
"Dinda, kanda kesana bersama paman Galung Wesi.
Percayalah Dinda, kanda tidak sendirian."
"Tapi, tidak baik bila dipandang mata, kalau kanda
Prabu sebagai seorang raja terlalu memperhatikan gadis desa
seperti dia. Bukankah cukup paman Galung Wesi saja" Dan itu
pun sudah terlalu tinggi untuk dirinya. Kecuali dia seorang putri
keraton. Ataukah, gadis itu memang benar-benar putri keraton
dan kanda Prabu berdusta padaku dengan menyebutnya
sebagai gadis desa?"
Prabu Purbaya tercekat mendengar tuduhan istrinya
itu. "Dinda! Pikiranmu semakin jauh dan kacau. Heeh,..
kanda mengerti. Mungkin kegelisahan jiwa dinda yang
membuat pikiran Dinda mendadak berubah seperti ini."
"Ahh," pikiranku tidak berubah kanda Prabu. Dengan
820 37. GELORA API CEMBURU melihat kenyataan, dengan berita yang saat ini melanda hatiku,
mungkin" Dinda akan tabah. Tapi naluri Dinda sebagai seorang
perempuan mengatakan lain. Sorot mata yang tersimpan
dalam pandangan mata Asmarani untukmu dan untukku
berbeda sama sekali. Dinda?"
"Dinda?" prabu Purbaya menyergah cepat, "Dinda
terlalu banyak menafsirkan arti sebuah pandangan."
"Apakah salah, Kanda" Dinda rasa itu satu hal yang
wajar. Dan wajar pula kalau dinda sebagai seorang Istri, Dinda
menaruh rasa lain pada diri suami Dinda. Bolehkan kalau Dinda
mempunyai rasa takut kehilangan orang yang Dinda cintai"
Wajar kan kalau seorang istri mencemburui suaminya"!"
Prabu Purbaya tertawa mendengar rengekan istrinya.
"He he he he, Dinda sudahlah. Tidak perlu Dinda
menyimpan rasa cemburu seperti itu pada Kanda. Kanda tidak
akan menyimpan rasa apa-apa pada gadis itu. Kanda akui
Asmarani memang cantik. Dia manis dan lembut. Tatapan
matanya tajam mengandung bara asmara yang menggairahkan.
Tapi percayalah, bahwa Kanda bukanlah sebangsa laki-laki yang
suka mengumbar cinta. Kanda tidak akan jatuh karena seorang
perempuan secantik Asmarani."
"Huh, di depan Dinda mungkin Kanda akan berkata
demikian. Tapi dibelakang Dinda, siapa ada yang tahu"
Mungkin Kanda akan mengatakan hal seperti itu juga pada
Asmarani. Kanda memuji Dinda, tapi cinta Kanda," Kanda
berikan juga padanya!"
"Dinda! Sudahlah, untuk apa lagi kita perdebatkan
821 37. GELORA API CEMBURU masalah Asmarani" Toh hal itu akan membuat kita yang susah.
Percayalah, dimana-mana bertepuk itu pastilah dua belah
tangan. Karena tepukan satu tangan tidak akan pernah ada
artinya. Asmarani boleh mencintai Kanda. Tapi Kanda tidak
akan pernah! Apakah perlu, Kanda bersumpah seperti dulu"
Seperti pertama kali Kanda mengambilmu sebagai permaisuri
Kanda di hadapan pendeta dan brahmana"!"
Cempaka terdiam. Lalu ditatapnya suaminya. Air matanya
mengambang ditelaga matanya yang bening. Tak lama, air mata
itu pun jatuh. Prabu Purbaya terenyuh, hatinya pedih sekali.
Lalu dengan perlahan dipeluknya tubuh Cempaka. Diciumnya
kening istrinya. Sementara malam terus berjalan menuju waktu yang sepi.
Nyanyian binatang malam sesekali ditingkahi suara lolongan
serigala. "Tidurlah Dinda. Tidurlah. Pejamkan mata Dinda, dan
berdoa pada dewata agung agar Jaga Paramudita putri kita
selalu dalam lindungannya."
"Kanda," Kanda mau ke mana?"
"Kanda akan duduk diluar tenda."
"Oh," tidak" pergi ke tenda paman Galung Wesi kan?"
"Dinda," sudahlah! Jangan terlalu terbuai oleh pikiran
yang tidak-tidak. Tidurlah. Selamat malam Dinda."
Cempaka tersenyum kecut. Lalu dia memejamkan matanya saat
822 37. GELORA API CEMBURU Purbaya melangkah keluar tenda.
Diluar, udara malam yang dingin segera membalut tubuh Prabu
Purbaya. Laki-laki itu segera duduk bersila diatas tonjolan batu.
Tak lama kemudian, dia memejamkan matanya lalu dia hanyut
dalam semedhi nya. Sementara itu di tenda Galung Wesi, Asmarani tampak duduk
merenung seorang diri. (6) Pada kisah yang lalu diceritakan, Cempaka yang
berkenalan dengan Asmarani menyimpan sedikit api
cemburu. Karena baginya Asmarani adalah seorang
gadis keraton. Malam harinya dia merenung dengan
kegelisahan di tendanya. Sementara itu di tenda Galung
Wesi, dimana tinggal Asmarani. Gadis itu juga tampak
merenung seorang diri, menatap kegelapan malam.
"Purbaya,?" desah lirih Asmarani yang tampak gelisah
pula malam itu. "Iya... Prabu Purbaya. Kau gagah sekali. Kau seorang
maharaja besar tanah Pasundan ini. Dan semua orang
mengagumimu, semua orang menyayangi mu. Ya, kau memang
patut menjadi pujaan. Dan aku kemari juga karena dirimu. Aku
menyukaimu. Tapi," apakah kau juga menyukaiku?" sejenak
setelah dirinya berpikiran demikian, Asmarani merasakan
tubuhnya menjadi lemas, "Ohh, Purbaya. Kakang Purbaya.
Apakah malam ini kau bisa memejamkan matamu" Apakah kau
bisa tidur dengan nyenyak?"
823 37. GELORA API CEMBURU "Cempaka," Yah, Cempaka. Aku melihat binar lain di
matanya. Dia cemburu padaku. Dia takut aku merampasmu,
kakang Purbaya. Oh," tapi apakah dia milikmu seorang?"
"Tidak! Kau bukanlah milik Cempaka seorang. Aku juga
punya hak untuk mencintaimu. Oh malam yang remang,
bolehkah aku mencintai prabu Purbaya" Bolehkah aku
menyusupkan cintaku didalam jiwanya" Jawablah malam"
kenapa kau tetap bisu dan diam" Aku" Aku ingin memiliki
Purbaya." "Uhukk,.. uhukk" ahemmm?" suara batuk panglima
Galung Wesi membuyarkan lamunan Asmarani.
"Eh, anak mas Rani"! Kau belum tidur" Kenapa kau
melamun dan mendesah menatap langit" Adakah malam ini
menggelisahkan pikiranmu?"
"Ah, paman. Paman Galung Wesi," Aku" aku hanya
teringat kepada kedua orang tuaku."
"Sudahlah anak mas. Yang berlalu, biarkanlah berlalu.
Tidak perlu terlalu dipikirkan. Semuanya adalah kehendak alam
dan sang maha pengatur. Kita ini hanyalah para manusia yang
harus tunduk kepada segala keputusannya."
"Paman," kematian kedua orang tuaku membuat aku
sedih dan merasa begitu kehilangan. Aku kehilangan tempat
berkasih sayang dan tempat mencurahkan segala kegetiran hati
ini. Yah," rasanya hidup ini hampa tanpa mereka."
824 37. GELORA API CEMBURU "Anak mas, kematian adalah sesuatu yang wajar.
Kematian itu akan datang kepada setiap insan yang hidup. Tidak
perduli dia itu siapa dan apa. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan
kita sendiri manusia. Kematian bukan untuk disesali atau untuk
ditangisi. Tapi kematian adalah bahan untuk renungan. Alat
pengkajian diri. Dimana kita bermula, kesanalah kita kembali.
Sudahlah anak mas." "Paman, bagiku mereka adalah segala-galanya. Mereka
tempat aku bermanja. Tempat aku mencurahkan hidupku.
Tempat mencurahkan segala suka dan duka. Tapi setelah
mereka tiada, kini aku harus mengadukan nasib pada siapa"
Apakah ada orang yang mau memperdulikan diriku" Diri
seorang gadis yang miskin dan menderita seperti ini?"
"Jangan berkata demikian anak mas. Jangan terlalu
berputus asa. Putus asa adalah sebuah dosa. Dosa yang tak
mungkin terampuni oleh dewata yang maha agung. Sudahlah.
Sebaiknya kau tidur saja. Tapi maafkan Paman, disini tidurnya
tidak beralaskan tempat tidur yang empuk. Hanya tikar pandan
ini saja yang ada. Kau tidurlah. Biarlah paman tidur diluar."
"Ahh, paman" Eh, aku jadi tidak enak. Karena
kehadiranku membuat paman tidur beralaskan rumput begitu.
Dan berselimut embun yang dingin. Ah, aku telah begitu
merepotkan paman." "Nak mas Rani" Nak mas Rani jangan mempunyai
pikiran yang begitu. Aku ini sudah begitu terlatih untuk tidur
dan berjaga malam di dalam gelap. Dalam alam yang luas ini.
Sudahlah, tidurlah. Atau kau masih ingin duduk-duduk di sini
dulu, hmm" Sambil menemani aku yang sudah tua, dan kita
825 37. GELORA API CEMBURU ngobrol bersama"!"
"Ahh,.. kalau paman ijinkan, aku akan duduk disini
bersama paman, sampai kelak mataku terasa mengantuk?"
Telinga Galung Wesi yang amat terlatih menangkap


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bunyi ranting terinjak di sekitar tempat mereka berada.
"Sttt, anak mas. Diam dulu sebentar."
"Oh"! Ada apa, Paman?"
"Kau tunggulah disini. Sebentar ya" Hupp!" sesaat
kemudian Galung Wesi telah melesat ke arah dia mendengar
suara tadi. "Heeh, kemana larinya?" geram Galung Wesi dengan
gemas. "Tadi jelas aku melihat bayangan itu melesat ke arah
sini. Bayangannya berkelebat cepat sekali. Apakah orang itu
yang diceritakan oleh gusti prabu tadi siang padaku" Kalau
memang benar, maka aku harus berhati-hati. Dia pasti memiliki
ilmu silat yang tinggi. Buktinya, gusti prabu Purbaya bisa
dikecohnya. Hehh, dalam gelap begini sulit sekali untuk melihat
dengan jelas." "Oh, rupanya dia di sebelah sana! Hupp!!!"
"Huh, hilang"! Oh itu dia di sana! Kisanak, tahan!!"
Mendengar teriakan Galung Wesi, orang yang berlari di
depannya itu berhenti. Galung Wesi menghentikan larinya. Dia
tegak menatap orang di depannya. Sorot matanya tajam
mencoba mengenal orang yang juga tegak di depannya, seolaholah menantangnya.
826 37. GELORA API CEMBURU "Maaf kisanak, kalau boleh saya tahu" siapakah kisanak
yang melintasi daerah perkemahan kami ini?"
"Hmm" orang-orang Karang Sedana ternyata sombong
dan angkuh. Iya, memang tidak salah apa yang dikatakan orangorang rimba persilatan."
"Kisanak, kuharap kisanak mencabut omongan itu.
Kalaupun ada orang rimba persilatan yang mengatakan orangorang Karang Sedana sombong dan angkuh, pastilah mereka
dari golongan yang hitam. Dan lagi pula, perlu kisanak ketahui
bahwa aku bukanlah orang Karang Sedana. Aku dari Kencana
Wungu." "Hehehehehhh, apa bedanya antara Kencana Wungu
dengan Karang Sedana" Dua-duanya sama-sama begundalnya
Purbaya!" "Kisanak, aku tidak tahu dan tidak pernah mengenalmu.
Tapi agaknya kisanak tahu banyak tentang kami. Kalau kisanak
tidak berkeberatan, maukah kisanak menyebutkan nama besar
kisanak?" "Hehehehehehehhh, bagiku terlalu mahal untuk
menyebutkan nama di depan orang yang bakal menjadi mayat.
Hmm, hahahahahhh!" "Ohh"! Ternyata dia bermaksud membunuhku. Aku
harus berhati-hati. Aku yakin dia pasti memiliki ilmu yang tidak
bisa dipandang enteng. Dari gerakannya saja sudah ketahuan.
Dia datang sengaja mencari orang-orang Karang Sedana,
827 37. GELORA API CEMBURU pastilah dia sudah mempersiapkan dirinya." pikir Galung Wesi.
"Hei, kenapa kau merenung kisanak"! Apakah kau takut
menghadapi kenyataan ini" Apakah kau merasakan bahwa
ajalmu sudah dekat"!"
"Hehehehehehehhh, jangan kau menakut-nakuti diriku
kisanak. Bagiku kematian itu tidak ada artinya. Kematian
untukku sama dengan kehidupan."
"Heheheheh, bagus! Rupanya kau termasuk orang yang
tidak takut mati. Haha."
"Benar! Aku tidak takut pada kematian. Karena
kematian itu akan datang pada siapa saja dan kapan saja. Aku
berani hidup, kenapa aku harus takut mati" Tapi sebelum
semuanya terlanjur, aku ingin bertanya padamu kisanak. Apa
alasannya hingga kisanak memusuhi kami"!"
"Aku tidak hanya memusuhi dirimu. Tapi seluruh
begundal-begundal Purbaya! Kau dengar itu" Siapapun yang
bersekutu dengan Purbaya adalah musuhku! Dan harus mati
ditanganku! Kau dengar itu, hemm"! Hiahahahaha!"
"Iya, seseorang yang memusuhi orang lain tanpa alasan
yang jelas," tentulah orang itu mengidap kelainan jiwa. Maaf
kisanak!" "Ucapan mu begitu pelan. Namun arti yang menyertai
perkataan itu begitu menyakitkan. Tapi aku tidak marah. Aku
tidak akan marah pada orang yang sebentar lagi menjadi
bangkai di hadapanku." Suara orang yang berdiri di depan
828 37. GELORA API CEMBURU Galung Wesi itu bergetar. Tenaga yang dikeluarkan melalui
tenggorokannya mengandung hawa yang keras. Binatangbinatang malam yang berbunyi, seketika berhenti.
"Kisanak," sejak tadi kisanak berkata ingin
membunuhku. Sekarang lakukanlah. Seranglah aku dengan
jurus kisanak yang paling tinggi. Mungkin dengan demikian aku
tidak bisa melakukan perlawanan."
"Baik, kau memang tidak akan bisa melawanku. Nah,
tahanlah ini! Hiyyaaatt!!"
Galung Wesi meloncat cepat. Serangan lawannya jatuh di
bawah. Namun kembali laki-laki yang tinggi besar itu berbalik
dan menyerang Galung Wesi dengan lebih ganas lagi. Namun
Galung Wesi dengan cepat menghindar. Dua kali laki-laki
panglima dari Kencana Wungu itu bersalto, lalu turun dengan
manis di tanah. "Hehehehh, kau bisa juga menghindar kisanak. Hahaha,
hebat! Hebat! Ternyata kau memiliki permainan juga. Ah,
bagus! Bagus! Sekarang, tahan ini!"
"Gerakan orang ini begitu cepat dan gesit dan
pukulannya pun mengandung hawa maut. Aku yakin, jurus yang
dimilikinya tidak berasal dari tanah Jawa. Dia pastilah pendekar
dari tanah seberang. Tapi dari mana" Apakah dari Kutai Raya"
Ataukah?" "Mampus kau! Hiyyyaattt!"
"Hiyaatt! Upp! Hahaha jangan bermimpi dulu kisanak.
829 37. GELORA API CEMBURU Kalau kau ingin membunuhku, namun hanya menggunakan
jurus seperti itu, nanti dulu! Hehehehe. Tanah Pasundan ini
bukan tanah tempat ayam sayur. Tapi disini tempat ayam jago
mengadu taji. Tempat ayam jago mengadu tajinya yang tajam
dan paruhnya yang keras serta kepakan sayap yang kuat. Kalau
kau ingin membunuhku, gunakanlah ilmumu yang lebbih tinggi
lagi. Hoopp, haiittt hiyaaattt!!!" selesai berkata, Galung Wesi
melesatkan serangan. Orang besar tinggi itu tidak bersuara. Dia hanya mendengus,
lalu dengan cepat menarik serangannya. Kini dia diam berdiri.
Matanya menatap tajam pada Galung Wesi, tapi pada saat
berikutnya dia segera memutar kedua tangannya. Angin
kencang menderu dan saat itu pula di sekitar tempat itu terasa
panas. "Hahahaha, sebentar lagi. Sebentar lagi tak ada jalan
untukmu bisa lolos orang tua bodoh! Dan kau akan menjadi
tumbal ilmu Angin Gurun ku."
Mendengar nama ilmu itu, Galung Wesi tersentak. Matanya
menatap tajam pada orang di depannya. Mulutnya mendesis
perlahan. "Oh"! Angin Gurun"! Maaf kisanak, apa hubunganmu
dengan pendeta Amista yang dulu pernah datang ke tanah
Pasundan ini?" "Hehehehe, rupanya kau mengenal ilmuku. Dan masih
ingat dengan resi Amishtha. Huahahahaha. Bagus! Bagus!
Ketahuilah, aku adalah saudara resi Amista. Namaku Garon
Safa." 830 37. GELORA API CEMBURU "Garon Safa?" "Kenapa kau pucat orang tua" Heh, panglima bodoh!
Orang-orang boleh tidak percaya bahwa aku adalah saudara
resi Amista. Tapi itu adalah kenyataannya. Nah, kuharap
sekarang kau tidak penasaran lagi kalau mati malam ini
ditanganku." "Oh, dia saudara resi Amista. Pendeta jahat yang pernah
menjadi seteru gusti prabu Purbaya. Yah, sekarang aku
mengerti maksudnya. Kalau begitu aku harus semakin berhatihati."
"Nah, tahanlah ini. Hiiyyyaaattt!!!"
Galung Wesi melemparkan tubuhnya ke samping. Angin
pukulan yang dahsyat itu menghantam sebatang pohon. Pohon
itu bergoyang keras, daun-daunnya rontok berguguran. Galung
Wesi menyeringai kaget. "Gila! Ilmu yang luar biasa. Aku yakin kalau terusterusan aku menghadapinya, lambat laun aku akan keteter
juga. Ohh, ilmunya sulit untuk dibendung. Kalau begitu aku
harus mengeluarkan senjataku. Aku tidak boleh mati konyol."
Galung Wesi mengeluarkan senjatanya, sebuah senjata yang
berbentuk seperti sebuah gergaji. Itulah senjata pusaka
kebanggaan panglima Kencana Wungu itu. Lalu dengan tenang
dia menegakkan tubuhnya. Garon Safa yang masih memainkan
ilmu Angin Gurunnya siap akan menyerang. Tapi saat itulah,
mendadak datang sesosok tubuh dan langsung menghadang
831 37. GELORA API CEMBURU diantara Garon Safa dan Galung Wesi.
"Tahaan!" "Oh, gusti Prabu?"
"Minggirlah Paman. Aku sepertinya mengenal manusia
ini. Iya, sepertinya dialah yang beberapa hari mengecoh aku di
gunung Burangrang." "Hahahahaha, akhirnya kau muncul juga Purbaya. Aku
sudah lama mencari kesempatan seperti ini. Tapi sayang,
agaknya kau datang terlambat sehingga aku malas untuk
bertarung lagi. Hahahahaha."
"Paman, apakah paman
sebelumnya?" bisik Purbaya.
mengenal orang ini "Ya" Tidak gusti Prabu. Hamba juga baru mengenalnya
malam ini. Tadi saat hamba bicara dengan anak mas Asmarani,
dia melintas dan sengaja memancing hamba. Tapi tadi dia
menyebutkan namanya adalah Garon Safa, gusti."
"Garon Safa" Sebuah nama yang asing. Baru kali ini aku
mendengarnya, Paman."
"Benar gusti Prabu. Dia orang dari tanah seberang. Dia
mengaku sebagai saudara resi Amista."
"Wuahh, resi Amista?" Purbaya tercekat kaget.
"Iya." 832 37. GELORA API CEMBURU "Wah, kalau begitu dia termasuk orang yang berbahaya.
Minggirlah paman, biar aku yang menghadapinya."
"Hohohohoho, kenapa kalian berbisik-bisik begitu"
Kalau kalian mau pergi, pergilah! Biar aku titipkan dulu nyawa
kalian berdua di tubuh kalian. Purbaya, suatu saat kelak aku
akan membunuhmu. Huppp!" Garon Safa melesat
"Jangan lari! Huppp!"
Purbaya dengan cepat melenting mengejar Garon Safa. Namun
orang asing itu sudah lenyap lebih dulu di dalam rimbunnya
hutan yang gelap. Purbaya tak melanjutkan pengejarannya. Dia
segera menemui Galung Wesi.
"Gerakannya cepat sekali, Paman. Dan suasana malam
membantu dia untuk melarikan diri. Sekarang kita kembali saja
ke Goa Karang. Banyak yang harus kita kerjakan. Oya, siapkan
penjagaan seketat mungkin."
"Itu dia lari ke sana! Ayo kejar! Ayo!"
"Gusti Prabu, agaknya telah terjadi sesuatu di mulut
Goa, gusti." "Ayo, kita kembali, Paman!"
(7) Pada kisah yang lalu diceritakan, Datangnya seorang
pendekar asing bernama Garon Safa yang mengaku
saudara resi Amista dan ingin menuntut balas pada
833 37. GELORA API CEMBURU Prabu Purbaya. Namun disaat bertemu dengan prabu
Purbaya, justru dia melarikan diri. Sementara ditempat
lain, banyak prajurit yang mati terbunuh di depan Goa
Karang. Prabu Purbaya dan panglima Galung Wesi yang
kembali ke Goa Karang setelah mendengar teriakan
para prajurit menjadi terkejut menyaksikan semua itu.
"Celaka gusti Prabu! Kita kecolongan. Agaknya dia
berlari kemari dan membunuh para prajurit kita."
"Apakah mungkin orang itu yang melakukannya" Kurasa
tidak mungkin. Setinggi apapun ilmunya, aku yakin dia tidak
akan bisa dengan cepat melakukan hal ini semua."
"Eh, paman Galung Wesi aku tidak yakin perbuatan ini
dilakukan oleh orang itu. Kurasa ada orang lain yang mengambil
kesempatan." "Ah, ampun" Ampun gusti prabu. Ampun tuanku
panglima. Anu" Anu?"
"Ada apa prajurit" Bicaralah yang tenang. Jangan
tergesa-gesa. Katakanlah."
"Ampun gusti prabu. Anu" Anu" Non" Non Asmarani"
diculik." "Apa"! Asmarani diculik" Kurang ajar! Kearah mana
penculik itu lari?" "Kearah sana gusti Prabu?"
834 37. GELORA API CEMBURU "Paman Galung Wesi, aku akan mengejar penculik
busuk itu. Kalau istriku mencariku, ceritakan semuanya. Aku
pergi paman!" Tanpa menunggu jawaban Galung Wesi, prabu
Purbaya segera melesat ke arah yang ditunjukkan oleh para
prajurit itu. Sementara itu Galung Wesi hanya menatap ke arah
lenyapnya prabu Purbaya. "Hmmm, ada-ada saja kejadiannya. Yang satu belum
selesai, datang lagi masalah yang lain. Ya, aku memang harus
memperketat penjagaan di sini. Aku harus melindungi jiwa
tuanku permaisuri. Agaknya Garon Safa pun mengincar jiwa
tuanku permaisuri," pikir panglima tua itu.
"Hei, kalian semua. Hayo perketat penjagaan. Malam ini
harus ada yang berjaga-jaga disekitar tenda-tenda."
Maka malam yang sepi itu kembali dipecah oleh suara berisik
para prajurit yang mendapat tugas jaga. Sedangkan yang
lainnya mendapat perintah untuk mengangkut mayat-mayat
teman mereka yang tewas. "Hmm, aku tidak habis mengerti kenapa semuanya ini
mesti terjadi di sini" Padahal saat ini aku memerlukan tenaga


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para prajurit untuk menggali mulut Goa Karang ini. Tapi adaada saja yang mengganggu." Galung Wesi mendesah panjang.
Lalu dengan langkah pelan dia berjalan ke arah tenda. Di depan
tenda, laki-laki gagah itu berhenti. Dia melihat ke sekitar tenda
nampak bekas-bekas kaki dan tali-tali tenda yang terlepas serta
putus. Ada robekan baju tersangkut di atas batu di sisi tenda.
"Ohh, ini robekan baju yang dipakai anak mas Asmarani.
Apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh para penculik itu" Ya,
835 37. GELORA API CEMBURU semoga saja para dewata melindungimu anak mas."
Malam itu pun berlalu. Fajar menyingsing di suatu tempat yang
tersembunyi, masih di sekitar daerah Goa Karang. Tampak
seorang lelaki kasar keluar dari salah satu goa karang. Dia
mendekati sesosok lelaki lainnya yang menyambut dengan
tawa kecil. "Hehehehe, bagaimana Barun" Berhasil?"
"Belum, aku belum bisa menundukkan hatinya. Aku
sudah merayunya, bahkan menjanjikan kehidupan yang enak
tapi dia masih menolak." jawab lelaki yang baru keluar dari gua
itu. Lidahnya terdengar agak cadel.
"Hmm bodoh! Kenapa pakai rayu segala" Paksa saja!
Toh kalau sudah kita dapatkan, dia akan menyerah dan akan
mau menjadi istri kita. Heeh sayang sekali kalau gadis secantik
dan semanis dia dibiarkan lama-lama."
"Aku tidak sampai hati untuk berbuat kasar pada gadis
seperti dia." "Ah, hehehehe. Kau ini ada-ada saja Barun. Sejak kapan
kau menjadi jinak dan bermurah hati pada wanita, heh" Sejak
kapan"! Oahh, baiklah" kalau begitu sekarang giliranku. Kau
lihat saja. Nanti kalau sudah, baru bagianmu."
"Iya, terserah lah. Ambillah sendiri. Nikmatilah sendiri.
Aku tidak ikut campur. Aku hanya menginginkan dirinya secara
baik-baik." 836 37. GELORA API CEMBURU "Hhahahahah. Kau memang aneh sobat. Kita merebut
dan merampasnya dari tangan-tangan prajurit itu secara susah
payah. Untung saja tidak ada prajurit yang memiliki ilmu yang
tinggi. Kalau tidak kan kita harus berjuang mati-matian. Nah
sekarang setelah mendapatkan malah menyia-nyiakan. Aah,
Barun" Barun" kau ini memang aneh. Tapi sudahlah, kau
duduk saja disini. Biar aku yang membereskannya."
"Lakukanlah sesukamu, tapi kalau ada apa-apa aku tidak
mau menanggung resikonya. Rasanya hari ini ada sesuatu yang
akan terjadi. Perasaanku tiba-tiba saja tidak enak."
"Hahahaha, kau ini semakin melantur saja. Dikasih
perempuan yang masih perawan dan cantik, kau tidak mau
berlaku kasar. Lalu sekali giliranku, kau malah ngomong yang
tidak-tidak saja. Hah, mana ada orang yang akan mencampuri
urusan kita" Kalaupun ada, mereka tidak akan berani berlaku
kurang ajar dengan Sepasang Kelelawar Bukit Burangrang.
Hahahahaha. Ahh, sudahlah Barun. Kau tunggulah di sini. Aku
akan masuk ke dalam goa. Ahh, atau kalau kau mau mencari
makanan, carilah dulu. Nanti setelah selesai, aku akan keluar."
Dusala segera melangkah meninggalkan temannya. Sementara
itu Barun yang ditinggalkan temannya pun segera melangkah
ke arah hutan. "Ah, hahahahaha. Kau memang cantik, Nona. Tidak
percuma kami merampasmu dari tangan prajurit bodoh itu.
Hehehehe. Aku yakin, kau adalah putri keraton. Owhhh,
kulitmu halus dan bersih. Hehehehe, aku jadi tidak sabaran."
"Siapa kau" Pergilah dari sini. Jangan ganggu aku?"
837 37. GELORA API CEMBURU rintih Asmarani ditingkahi tertawa mesum Dusala.
"Ah, Nona" terhadapku kau tidak akan bisa menolak
dan berbuat apa-apa. Aku bukan Barun. Aku Dusala. Dan aku
tidak akan pernah luluh pada tangisan perempuan. Heheheh.
Apalagi tangisan gadis secantik dirimu, heh! Hehehehehh.
Menyesallah kau Nona, kenapa memiliki wajah yang cantik.
Heh, heheheheh. Sebenarnya aku ke Goa Karang hanya ingin
mencari makanan. Tetapi begitu melihatmu, aku jadi tidak jadi
mencari makanan" karena kau adalah makanan yang paling
empuk. Hehehahahah. Nah, sekarang menyerahlah.
Menyerahlah secara baik-baik. Karena kalau menolakpun, aku
tetap memaksamu. Dan itu akan lebih menyakitkan lagi.
Hehehehehh, Ehehehehe."
"Jahannamm! Laki-laki bejat! Jangan mendekat, ohh.
Aku akan berteriak. Uh!"
"Berteriaklah! Berteriaklah sepuas-puasmu karena
tidak akan ada yang mendengarkanmu. Kalaupun ada, dia
pastilah temanku. Dia berjaga diluar, Heh! Hehehe."
"Ayolah manis, ayo" buka bajumu. Bukalah semuanya.
Dan kita menikmati hari ini dengan kesenangan dan
kebahagiaan. Heuh" Hehehe" Bukan dengan terpaksa. Ayo"
ayo" bukalah bajumu. Ah, ayo sini. Ah, ataukah aku yang akan
membukanya" Ayo, sini. Ayo" ayo sini. Hahahaha"
"Jangan, jangan mendekat" pergi kau! pergi! Jangan
mendekati aku. Manusia terkutuk! Uh! Ahh!"
"Ahahaha, ayo jangan menolak. Aku akan membawamu
838 37. GELORA API CEMBURU ke surga loka. Hahaha."
"Jangan, jangan! Jangan mendekati aku?"
Asmarani melangkah mundur. Matanya yang bening mendelik
takut. Tubuhnya bergetar. Gadis itu merapatkan tubuhnya ke
dinding goa. Sementara itu, Dusala terus mendekati. Laki-laki
itu tertawa menyeringai. Matanya memancarkan sinar penuh
nafsu yang membara. "Ahahahahaha, kau tidak akan bisa menghindar lagi
Nona manis. Ah, kau tidak akan bisa menolak keinginan Dusala.
Ahahahahah! Ayo,.. ayo jangan takut. Hehehehe, kau akan
menikmati sebuah kepuasan yang tak pernah terbayangkan.
Ahh, ayo! Ayolah, aku akan memberikan yang terbaik untuk
seorang gadis secantik kau! Hehheheh. Ayo, jangan menolak!"
Dusala terus saja mendekati. Asmarani tidak bisa berbuat apaapa, dan gadis malang itu tidak berkuasa untuk menghindar
saat tangan kokoh Dusala menyambar lengannya.
"Kau sudah kudapatkan! Ayo! Menyerahlah baik-baik."
"Tidak, lepaskan aku! Uhh, lepaskan! Ahh, lepaskan
manusia jelek! Ah, tolooong! Tolooong, ahh!"
"Ayo! Berteriaklah sekuat-kuatmu, heh! Hahaha,
semakin begitu, kau semakin cantik dan membangkitkan
nafsuku. Kau harus melayaniku! Hup, Hiatt!!"
Dusala menyentakkan tangannya. Asmarani terhuyung dan
masuk ke dalam dekapan Dusala. Lalu dengan penuh nafsu,
839 37. GELORA API CEMBURU laki-laki itu menarik baju yang dikenakan oleh Asmarani.
Perempuan itu terus memberontak sekuat tenaga.
"Ahahaha, owww" ternyata tubuhmu sangat putih dan
mulus! Owwhhh,.. hohoho, Barun memang bodoh! Kenapa tadi
dia tidak memaksamu"! Hehehehe, memang kau adalah
milikku. Waah! Waah! Jangan memberontak lagi nona manis!
Percuma saja, heuuuh!!"
"Lepaskan! Jangan lakukan! Jangan lakukan perbuatan
itu! Tidak! Awwww! Toloong! Toloong! Ehhh!!"
"Sudah ku katakan, tidak akan ada yang bisa
menolongmu, hah! Di dalam gua ini hanya kita berdua saja.
Hahahaha. Ayo menyerahlah, menyerah saja dan kita akan bisa
menikmati kepuasan sepuas-puasnya, hahahaha. Kau pastilah
seorang gadis yang menghangatkan. Hahahaha, sudahlah!
Jangan berteriak terus. Kau akan kehabisan suara. Hahahaha,
sementara tidak ada yang akan mendengar teriakanmu!"
"Aww, lepaskan! Ah, oohhh!!" jerit Asmarani putus asa.
"Hanya aku yang mendengarkannya manusia rendah!!"
Dusala terkejut. Saat itu pula Asmarani memberontak keras.
Gadis itu berhasil melepaskan dirinya dari pegangan Dusala.
Maka tak ayal lagi, Asmarani berlari ke arah prabu Purbaya.
Sesaat perempuan itu memeluk Purbaya. Tubuhnya yang
setengah polos itu menempel erat ke tubuh Purbaya.
"Hei, kau! Siapa kau"!"
840 37. GELORA API CEMBURU "Ah, kakang Purbaya!"
"Rani menyingkirlah. Benahi pakaianmu. Biar manusia
rendah ini kuselesaikan dulu."
"Heh! Manusia kadal! Siapa kamu" Kenapa kamu
mengganggu kesenanganku"! Apakah kau sudah memiliki
nyawa rangkap sehingga berani mengganggu kesenangan
Dusala!?" "Aku tidak pernah memiliki nyawa rangkap. Karena
memang dewata itu memberikan satu nyawa untuk satu orang
hambanya. Tapi aku bisa menjaga nyawaku yang cuma satusatunya itu. Soal aku berani atau tidak mengganggu
kesenanganmu, itu lain lagi persoalannya. Tapi bagiku,
melenyapkan semua manusia yang berotak jahat seperti kalian
adalah suatu keharusan!!"
"Hahahaha, Ahahahaha. Kau hebat! Kau gagah dan
berani. Heh, ketahuilah orang muda aku mendapatkan gadis itu
secara susah payah. Aku harus membunuh para prajurit yang
menjaganya. Tapi sekarang, kau malah kemari untuk
menggangguku. Nah, sebelum kesabaranku habis," cepat!
Serahkan perempuan itu kepadaku dan tinggalkan tempat ini!"
"Kisanak, aku kemari memang sengaja mencari gadis
itu. Karena kau telah menculiknya dari tenda-tenda para
prajurit Karang Sedana. Maka sebagai seorang rakyat Karang
Sedana aku berkewajiban membantu dia. Dan sebagai
penjahat, kau harus mempertanggung jawabkan semuanya."
"Bangsat rendah! Kau mencoba menggertakku" Kau
841 37. GELORA API CEMBURU akan menyesal! Lihat ini!"
"Hiyaatt!" "Haiitt! Percuma kau melawanku manusia rendah."
Prabu Purbaya mendengus mengejek, dielakkannya serangan
Dusala dengan mudah. Sebuah pukulan lainnya ditahannya
dengan satu tangan tanpa beringsut dari tempatnya berdiri.
Kuda-kudanya pun tidak terlalu kokoh untuk menahan
serangan Dusala itu. "Kau akan menyesal sebentar lagi."
"Terus serang saja dia, Kak. Mungkin temannya
sebentar lagi akan kemari." Seru Asmarani mengingatkan.
"Rupanya kau memiliki teman juga. Bagus! Kalau begitu
akan menunggu sekalian temanmu itu. Setelah itu baru aku
akan membunuhmu." "Jangan sombong kau bocah sableng! Tanpa temanku
pun, kau akan mati di sini. Tapi sebelum aku membunuhmu,
aku akan membuatmu tidak berdaya. Lalu aku akan
memperkosa gadis itu di depan matamu. Hiattt!!"
"Kau terlalu yakin dengan kemampuanmu. Aku jadi
muak dengan sikapmu. Nah, keluarkanlah kehebatanmu karena
aku akan menundukkanmu sekarang juga. Hiattt!"
Selesai berkata demikian, Purbaya segera memutar tangannya.
Dan tubuhnya melenting menyerang Dusala. Serangan yang
cepat dan ganas itu membuat Dusala tersentak kaget. Lalu
buru-buru melemparkan tubuhnya ke lantai goa. Namun pada
saat berikutnya, Purbaya telah menyerangnya lagi dengan
842 37. GELORA API CEMBURU tendangan yang lebih cepat lagi.
"Awas! Rusukmu! Hiaat!!"
Maka tak ayal lagi, tubuh Dusala yang bergulingan itu
terjengkang ke belakang. Tendangan Purbaya yang keras itu
menghantamkan tubuh Dusala ke dinding goa. Tapi sebelum
tubuh itu jatuh ke tanah, Purbaya telah menyerangnya dengan
melemparkan sebuah kayu bekas api unggun. Kayu yang
berarang itu meluncur cepat dan menyambar tubuh Dusala.
"Ahh! Ahh" Jahannam! Kurang ajar! Kau," kau telah
bertindak curang!" "Hehehehe. Diamlah disitu. Rasanya lebih enak kalau
kau bergantung di dinding goa dari pada membuat repot."
"Setan! Ayo turunkan aku! Kita akan bertarung selaksa
jurus. Dan aku akan membalas penghinaan ini!"
"Huahahahah, sudahlah jangan banyak omong.
Kulepaskanpun kau tidak akan bisa menghadapiku. Diam saja
disitu. Jangan terlalu banyak bergerak. Kita tunggu temanmu.
Barangkali dia bisa membantumu turun dari dinding batu itu."
"Puah! Licik! Pengecut kau!"
"Aku paling benci pada orang yang banyak mulut, tapi
tidak punya kemampuan."
Prabu Purbaya mencungkil sebuah batu lalu mengarahkannya
pada Dusala. Batu kecil itu meluncur dengan cepat dan
843 37. GELORA API CEMBURU menghantam leher Dusala. Laki-laki itu tersentak dan bungkam
saat batu itu menghantam urat dilehernya. Dusala hanya bisa
mendelik. Pada saat itulah, dari luar tampak masuk sesosok
bayangan berkelebat. Purbaya mendengus.
(8) Pada kisah yang lalu diceritakan, Asmarani yang diculik
oleh Dusala dan Barun berhasil diselamatkan oleh prabu
Purbaya. Dan Dusala berhasil dikalahkan Purbaya
dengan mudah. Saat Dusala tergantung di pojok goa,
muncul sesosok bayangan di mulut goa. Dan bayangan
itu langsung berhenti manakala melihat Dusala
terpajang seperti patung di dinding goa. Bayangan yang
berkelebat masuk itu ternyata Barun. Laki-laki itu
meletakkan hasil buruannya. Dia melangkah maju dan
mendekati Purbaya yang berdiri di depannya.
"Rupanya sepagi ini ada tamu yang datang berkunjung
ke goa ku, heheheheh. Maaf kalau penyambutan temanku tak
semestinya pada Tuan. Namun agaknya Tuan telah
menghukumnya." "Hupp! Hupp! Hiat!"
"Maaf, Tuan. Aku terpaksa melepaskan dulu temanku.
Dia sahabatku. Aku kasihan melihatnya."
"Hmm, orang yang satu ini tidak bisa kupandang
rendah. Ilmunya hebat sekali. Dia bisa memukul dari jarak
sejauh ini untuk membantu membebaskan temannya. Aku
harus berhati-hati. Kurasa ilmunya jauh diatas temannya itu."
844 37. GELORA API CEMBURU

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, suatu pertunjukan tenaga dalam yang sempurna.
Aku kagum padamu sobat."
"Hahaha, itu hanyalah permainan anak-anak saja, Tuan.
Kurasa Tuan juga memiliki ilmu yang hebat, sehingga bisa
membuat tubuh temanku menempel di dinding goa yang keras
itu hanya dengan sebuah potongan kayu bakar. Heh"!"
"Orang ini tidak sombong dan angkuh seperti
temannya. Dia tetap tenang. Tatapan matanya tajam dan
menusuk. Pantas saja para prajurit tidak ada yang bisa
menahannya saat menculik Asmarani. Oh, tapi aku harus
menangkap mereka. Kalau tidak bisa," ya membunuhnya
sekaligus disini." "Agaknya hari ini aku bisa belajar banyak dari kisanak
untuk belajar menempel seperti temanku tadi."
"Sudahlah kisanak, aku tidak mempunyai banyak waktu
untuk meladeni bermain-main dengan kata-kata. Sekarang aku
mau membawa gadis ini keluar dari tempat ini. Karena dia
adalah milikku. Kalian telah merampasnya dari tangan para
prajurit Karang Sedana. Dan aku akan mengantarkannya
kembali ke tenda para prajurit Karang Sedana."
"Hehehehe," Silakan" Silakan" keluarlah. Tapi
mintalah ijin dengan temanku ini. Karena dia lah yang
mengambil perempuan itu. Kalau dia mengijinkannya maka aku
akan membiarkan kau keluar dari sini dengan selamat."
"Dia pasti akan mengijinkannya. Karena dia sudah tidak
845 37. GELORA API CEMBURU mampu mempertahan kan gadis ini. Ayo Rani, kita keluar dari
sini." "Hah! Tunggu!! Enak saja kau ingin keluar dari sini!"
"Hahahahaha, ternyata kau beraninya kalau ada orang
yang membantu." "Kalau tadi kau mudah mencurangiku. Sekarang jangan
kau harap dapat menundukkan diriku. Kau harus menebus
kekurang ajaranmu padaku. Hiyattt!"
"Dan kau, tidak akan bisa keluar dari goa ini dengan
nyawa masih melekat di badanmu!"
"Sombong"! Kau jangan terlalu berbesar hati karena
ada temanmu. Sekarang kau lah yang akan meninggalkan
kehidupan ini. Awas dadamu!!"
"Hahahahaha" Purbaya tertawa ringan melihat
serangannya ke dada Dusala mendarat dengan telak. Dusala
memaki. "Kurang ajar, kau memukulku! Kau harus menerima
balasannya. Hiyaatt!"
"Hmm, pemuda ini gerakannya cukup lincah dan cepat.
Ilmunya juga tidak dapat dipandang ringan. Aku yakin dia belum
mengeluarkan semua kemampuannya. Siapa sebenarnya
pemuda ini" Apakah dia pacar gadis itu" Hmm," rupanya
Dusala hampir berhasil menguasai gadis itu. Gadis itu bajunya
sudah robek dan terbuka. Kulitnya bersih dan halus. Dia
846 37. GELORA API CEMBURU pastilah putri keraton. Aku harus membantu Dusala. Dia tidak
akan sanggup menghadapi pemuda itu."
"Dusala, aku akan membantumu. Hiyyaatt!"
"Bagus, rupanya kau pun kasihan melihat kawanmu ini.
Dengan demikian aku tidak susah payah lagi meladeni kalian."
Prabu Purbaya membuat serangan berputar di udara.
Tangannya seperti menulis sesuatu di dinding langit-langit goa.
Barun yang menyaksikan jurus itu, berseru kaget.
"Jurus Kincir Metu!?"
"Hahahahaha, rupanya kau mengenal jurus yang
kumainkan ini. Nah, menyerahlah untuk kubawa kehadapan
panglima Karang Sedana, karena kau telah banyak melakukan
kesalahan padanya. Kau telah membunuh orang-orang Karang
Sedana." "Puih! Persetan semuanya. Barun, jangan dengarkan
ocehannya. Ayo, kita habisi kunyuk ini. Hiyaatt!!"
"Kisanak, apa hubunganmu dengan orang-orang Goa
Larang?" "Hei, aku memang orang Goa Larang kisanak."
"Hahahaha, kau jangan mengigau anak muda. Aku
mengenal semua orang-orang Goa Larang. Kau jangan
menggertakku. Aku yakin kau memainkan jurus Kincir Metu
pasti dari hasil mencuri. Yang memainkan kincir metu sehebat
847 37. GELORA API CEMBURU ini hanyalah raden Saka Palwaguna, dan Anting Wulan serta
saudara-saudara seperguruannya. Sedangkan kau adalah anak
kemarin sore, heh"! Hahahaha," aku yakin kau hanya
mendapatkan ilmu itu dengan mencuri!"
"Ah, terserah padamu. Kau mau bilang apapun, jadi.
Yang penting aku sudah mengatakan padamu bahwa aku
memang orang Goa Larang. Dan aku datang kemari untuk
menghukum kalian. Nah, terimalah ajian Kincir Metu ini"
Haiiittt, hiyaahh!!"
"Ilmunya benar-benar dahsyat. Aku tidak boleh mainmain dengan dia. Aku harus menghadapinya dengan ajian Seipi
Angin. Huppp!!" Barun segera menahan serangannya. Sejenak dia berhenti dan
menatap tajam pada prabu Purbaya. Pandangannya
mencorong tajam. Seluruh tubuhnya bergetar. Pada saat
berikutnya, tampak dia memutar kedua tangannya lalu
menyilangkannya kedepan dada.
"Aji Seipi Angin! Hiyaattt!!"
"Ah, ajian Seipi Angin"! Kisanak" kisanak dari mana kau
mencuri ajian itu" Aku yakin, yang memiliki ajian Seipi Angin
hanyalah orang-orang yang tergabung dalam perguruan Angsa
Putih." "Hahahahahah. Ternyata pengalamanmu di dunia
persilatan cukup dalam anak muda. Hmmm, kau benar. Aku
memang orang dari Angsa Putih. Dan aku pernah menjadi
seorang kepala pimpinan cabang Pengemis Tongkat Merah.
848 37. GELORA API CEMBURU Nah," sekarang apa yang hendak kau lakukan" Cepatlah
menggelinding dari hadapanku. Dan tinggalkan gadis itu untuk
teman sahabatku ini. Kalau tidak, kau akan keluar dari tempat
ini dengan badan tanpa bernyawa. Ajian Seipi Angin tidak
pernah mengenal ampun pada musuh-musuhnya."
"Hmm hahahaha. Apa yang dapat kau andalkan untuk
mengusirku dan membunuhku di sini" Kau hanyalah seorang
bekas kepala cabang sebuah perkumpulan. Dan aku yakin, ilmu
yang kau miliki tidak lah sehebat dan tidak sedahsyat yang
dimiliki Aki Parang Pungkur dan bibi Sariti. Heh" Hmm, kenapa
kau terkejut"! Ketahuilah kisanak, aku mengenal kedua tokoh
utama dari partai pengemis Tongkat Merah. Dan aku juga
mengenal Dewi Maut dari lembah Angsa Putih. Nah, majulah
kau dengan ajian itu. Dan aku akan menghancurkan dirimu.
Karena kalian tidak ada gunanya lagi untuk dibiarkan hidup.
Huuppp!" Prabu Purbaya menarik nafas dalam-dalam. Lalu dia
menghimpun tenaganya ke pusar. Sejenak tampak dia
menutup matanya. Mulutnya bergerak membaca mantra.
Sejurus kemudian, tampak uap tipis keluar dari ubun-ubunnya.
Barun dan Dusala tersentak. Mereka mengenal ajian yang
dikeluarkan oleh orang yang berdiri di depannya itu.
"Ohh"! Aji apa lagi itu?"
Mereka berdua segera merubah posisi. Dan Barun
mengeluarkan ajian Seipi Angin yang dimilikinya. Hingga pada
saat berikutnya, saat tubuh prabu Purbaya mencelat kedepan,
mereka berdua memapakinya secara berbareng.
849 37. GELORA API CEMBURU "Hiyaaatt!!!" "Hiaaatt!! Haiitt!! Dhuaarrrr!!! Hoaakkhhh!!"
Terdengar bunyi menggelegar. Angin kekuatan mereka yang
saling bertumbukan itu memanas, kemudian berpijar lalu
meledak. Karena kekuatan Purbaya berada diatas mereka
berdua, maka hawa ledakan itu melemparkan Barun dan Dusala
ke belakang. Tubuh keduanya melayang cepat ke arah dinding
goa. Kepala mereka terbentur dinding goa dengan keras. Tak
ayal lagi, keduanya kelojotan meregang nyawa dengan kepala
remuk. Bunyi ngorok keras keluar dari kerongkongan mereka.
Sementara itu, Purbaya pun terkena pukulan balik dari hawa
sakti itu. Dadanya terasa nyeri dan sesak. Dengan nafas
tersengal, Purbaya berusaha bangkit. Akan tetapi seluruh
badannya bergetar dan terasa melemas. Asmarani yang
melihat itu menjerit panik.
"Kakang! Kakang Purbaya! Kau tidak apa-apa, Kakang"!
Ahhh.. Uhhh" "Tenanglah Asmarani. Aku tidak apa-apa. Hanya dadaku
sedikit sesak. Aku akan memulihkan tenagaku dulu. Kau"
ehhh," gantilah bajumu. Pakai baju penjahat cabul itu. Mereka
toh tidak memerlukan baju lagi. Aku akan memulihkan
tenagaku." Purbaya segera menjatuhkan dirinya di atas batu di dalam goa
itu. Perlahan dia memejamkan matanya. Asmarani masih
terpaku dengan tubuh bagian atas terbuka. Sejenak dia melirik
ke arah tubuh Barun dan Dusala yang remuk bagian kepalanya
850 37. GELORA API CEMBURU terhempas ke dinding goa.
"Oh, kakang Purbaya kau begini tampan dan gagah.
Aku" yah, sekaranglah saatnya aku melakukan semuanya. Toh
disini hanya ada aku dan dia. Aku yakin, Purbaya tidak akan
menolak semuanya. Dan nanti Cempaka, perempuan itu akan
hancur dan bertekuk lutut dihadapanku. Ya, aku harus
menghancurkan kehidupannya. Dia tidak boleh senang
bersama Purbaya. Tidak boleh! Ya, aku" aku harus memiliki
Purbaya." Asmarani melangkah mendekati prabu Purbaya yang masih
duduk memejamkan matanya. Gadis itu dengan berani dan
perlahan sekali memeluk leher Purbaya. Ada rasa kaget
menyentuh hati Purbaya. Dia merasakan hawa panas menjalari
tubuhnya. Perlahan dia menarik nafas. Saat itu Asmarani
semakin ketat memeluk prabu Purbaya.
"Kakang"! Ah, bukalah matamu kakang. Aku" aku takut
sekali. Aku melihat tubuh kedua orang itu bergerak-gerak. Aku
takut kang" Kakang, peluklah aku kang."
"Asmarani. Apa yang kau lakukan ini" Menyingkirlah.
Kenapa tidak kau kenakan pakaianmu" Ambil baju orang itu.
Tutupi tubuhmu." "Kakang," aku" aku" ah" aku inginkan kau, Kakang.
Peluklah aku. Kakang Purbaya, bukalah matamu. Apakah
tubuhku ini kurang menarik"! Apakah aku terlalu jelek untuk
diri seorang raja seperti kakang" Bukalah matamu kang.
Peluklah tubuhku. Aku akan memberikan semuanya. Aku akan
memberikan selaksa kehangatan padamu, Kang. Ah,.. aku" aku
851 37. GELORA API CEMBURU mencintaimu Kang." "Tidak?" "Ayolah kang, jangan kau tutup matamu. Lihatlah?"
"Asmarani?" Prabu Purbaya menarik nafas dalam-dalam. Ada getaran yang
memberontak di relung hatinya. Kesunyian goa itu membuat
seluruh tubuhnya menjadi meremang. Darahnya bergolak.
Sementara itu Asmarani terus menggosok-gosok tangannya ke
leher Purbaya. Dadanya yang menempel erat di punggung
Purbaya membuat raja muda penguasa Karang Sedana itu
mendesah. Asmarani terus mendesak prabu Purbaya dengan
rangsangan jemarinya yang lentik.
"Ohhh?" "Kakang,.. disini sepi. Disini tidak ada siapa-siapa. Aku
ingin memberikan semuanya padamu."
"Tidak" tidak Asmarani"
"Aku mencintaimu Kang" aku menyukaimu sejak
kakang menyelamatkan aku. Peluklah aku."
"Asmarani" ohh?"
"Peluklah aku, Kang."
Purbaya masih terdiam dan menutup matanya. Jiwanya
852 37. GELORA API CEMBURU berkecamuk antara nafsu dan keteguhan hati. Namun lamakelamaan tampak dia membuka matanya. Yang dipandang nya
pertama kali adalah dada Asmarani yang membusung di
depannya. Dan darah laki-lakinya pun segera bergolak.
"Ahh, Asmarani" Kau?"
"Sudahlah, jangan kau pandangi aku seperti itu. Aku
tidak mau dipandang, Kakang. Aku mau disentuh. Ahhh,
lihatlah. Lihatlah diriku kang. Apakah aku kalah oleh
perempuan keraton yang ada di Karang sana. Apakah aku tidak
cantik" Apakah aku kurang menggairahkan?"
"Asmarani" Asmarani. Kau cantik sekali! Kau amat
cantik. Aku suka padamu. Tapi sudahlah. Jangan kau ganggu
aku seperti ini. Jangan kau bakar nafsuku dengan permainan ini.
Tutuplah tubuhmu. Tutuplah. Apa perlu aku yang mengambil
baju itu?" "Kakang, mengapa kau jadi begini" Disini tidak ada
siapa-siapa. Disini kita melewatkan kenangan yang amat manis
ini. Kita hanya berdua kakang. Aku tidak bisa menahan
semuanya. Aku hanya melepaskan semuanya untuk kakang.
Setelah itu, sudahlah. Ah, janganlah terlalu kejam, kakang.
Peluklah aku kang." Asmarani terus mengeluarkan rayuannya untuk membangkitkan gairah prabu Purbaya. Perempuan itu
mendesah perlahan-lahan sementara tangannya terus
memainkan leher Purbaya. Dan pada saat berikutnya, Asmarani
melepaskan baju yang dikenakannya dan memeluk tubuh
prabu Purbaya erat-erat. Kembali dada prabu Purbaya
853 37. GELORA API CEMBURU bergetar, tanpa sadar kedua belah tangannya memeluk tubuh
Asmarani. "Peluklah aku, kang. Aku mendambakan hal ini.
Peluklah aku. Kakang Purbaya?"


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ahhh," Asmarani. Asmarani" aku" aku" aku pusing
sekali." "Ah, jangan lepaskan pelukanmu ini kang. Ayolah,
bawalah aku ke atas batu itu. Kita lepaskan semua kenangan ini
diatas pembaringan batu itu, kang."
Kembali prabu Purbaya mempererat pelukannya, lalu dengan
gagah dia menggendong tubuh Asmarani menuju ke tempat
yang ditunjukkan oleh Asmarani. Sementara itu, Asmarani terus
mendesah di dalam gendongan Prabu Purbaya.
"Asmarani?" "Kakang Purbaya, kau gagah sekali. Kau" rebahkanlah
tubuhku kakang. Biarlah kebisuan goa ini menjadi saksi kita
berdua." "Ah, iya" aku harus membakar nafsunya. Aku tidak
boleh gagal mendapatkan dirinya. Kelak kalau semuanya telah
terjadi, Cempaka akan tersingkir dan aku akan menikmati
semuanya. Perduli dengan semua orang. Tapi bentar lagi aku
akan memiliki Purbaya seutuhnya."
"Ah, kakang"! Kakang Purbaya rebahkanlah tubuhku.
Kenapa kau berhenti melangkah"! Ayolah kakang?"
854 37. GELORA API CEMBURU "Asmarani" aku?" Prabu Purbaya menghentikan
langkahnya. Ditatapnya wajah Asmarani yang tak jauh dengan
wajahnya. Lalu ditatapnya lempengan batu yang datar bekas
tempat tidur Barun dan Dusala. Perlahan dia menarik nafas.
Sesaat kemudian dia bergerak maju. Perlahan sekali
direbahkannya tubuh Asmarani.
(9) Perlahan prabu Purbaya membaringkan tubuh Asmarani di
lempengan batu datar bekas tempat tidur Barun dan Dusala
yang kini telah menjadi mayat.
Di.... Asmarani.... Peluk... Aku asma.... Siapa yang... Hawa suci.. Oh dewata... Terima kasih wahai batara wisnu...
Kakang... Biarlah... 855 37. GELORA API CEMBURU Suara asmarani... Laki2 gagah itu .... Perlahan.... Sejenak ia... Lalu purbaya... Kakang kau... Purbaya tak menjawab... Penuh gelora... Lalu sekali lontar... Rani maaf.. Dan hamba... Kakang... Sudahlah rani... Kau seharusnya... Maaf kalau... Kenakan... Anggap... Ayo kena... 856 37. GELORA API CEMBURU Purbaya... Lekat2... Ada cucuran... Kemudian... Kenakan... Maafkan hamba gusti prabu...
Kita... Yang... Sementara itu, di sekitar goa karang.
Kembali bekerja... "Paman, apakah paman melihat Kanda Purbaya"
"Maaf, tuanku permasuri. Hamba belum melihatnya.
Dia... Waktu itu... Hamba hanya.... Di culik... Jadi kanda... Dia.. 857 37. GELORA API CEMBURU Ampun... Paman... Dan kita... Aku tak... Belum... Demi keselamatan... Aah tuanku permasuri.... Biarlah hamba... Akan... Untuk... Di dalam sana... Dan p.... Panglima.... Ia tidak dapat... Ia larut... Oh kanda purbaya aku... Aku... Oh tidak aku tidak mau...
858 37. GELORA API CEMBURU Paman garung wesi.... Ya tuanku permasuri... Lanjutkan pekerjaan ini...
Baiklah tuanku silakkan beristirahat...
Saat ini di.... Cepat selesai.... Ada lagi.... Menaruh rasa... Apakah gu... Kalau tidak.... Sedangkan... Kalau nanti... Menawar.... Di.... Ampun tuan... Oh kau prajurit... Aku hanya.. Tuanku pang.. 859 37. GELORA API CEMBURU Sebentar... Ya aku juga... Menyatroni... Untuk meng... Ya tuanku... Karena agak... Dan harus kalian.. Kalian... Baiklah.... Nah kalau... Kita waspada... Oh ya aku harus... Yang ikut... Karena aku melihat... Apakah kita... Beberapa... Dari sarang... Dan menurut... 860 37. GELORA API CEMBURU Di simpannya... Galung Wesi... Di jumpai.. Ketika... Di pandang orang.. Ya aku... (10) 01. Mereka bekerja seperti".
02. Ya terlalu... 03. Membantu.. 04. Prajurit ini" 05. Kalau begitu" 06. Lihatlah mereka"
07. Mengeluarkan" 08. Dan hamba" 09. Akan" 10. Ya kembalilah" 11. Maka ada" 861 37. GELORA API CEMBURU 12. Menjaga" 13.terlibat" 14. Berusaha" 15. Apakah" 16. Kau Benar" 17. Apakah kita" 18. Nah sekarang" 20. Membuat" 21. Karena nant akan.... 22. Lalu" 23. baiklah tugasmu.. 24. Ooh sebaiknya aku menemui tuanku permasuri"
25. aku akan meminta pendapat nya tentangkejadian..
26. karena ini" 27. Galung Wesi" 28. lalu ia bergerak.. 29. beberapa" 30. melintas.. 862 37. GELORA API CEMBURU 31. yang menonjol.. 32. Galung Wesi .. 33. secepat kilat.. 34. oh aneh , aneh sekali..
35. apakah tuanku.. 36. ampun tuanku permasuri"
37.Galung Wesi" 38.Namun cempaka" 39.ampun tuanku.. 40. ia coba" 41. lalu ia" 42.panglima" 43. itu kosong" 44. oh kemana tuanku permasuri"
45.ataukah dia" 46. tempat ini" 47.sebaiknya aku.. 48. lelaki tua itu" 863 37. GELORA API CEMBURU 49. ya aku " 50. panggil" 51. baik" 52. panggil.. 53. aku akan" 54. prajurit.. 55. lalu setela.. 56. Galung wesi.. 57. ingat jangan" 58. mulut goa karena"
59. baiklah tuan panglima"
60.menanti.. 61.namun.. 62.salam tuanku panglima"
63.garung wesi" 64. mulai beranjak" 65. menatap kearah" 66. Galung wesi" 864 37. GELORA API CEMBURU 67. ampun" 68. oh prajurit seta"
69. sehingga" 70. apakah" 71. ampunkan " 72. begitu gelisah.. 73. kemudian" 74. ada apa" 75.Hoh ya kau benar prajurit Seta"
76. masalah kehadiran asmarani..
77. semakin tegang" 78. asmarani, lalu baginda"
79. dan aku" 80.panglima Galung Wesi"
81. suara .. 82.keduanya" 83. lalu terdengar.. 84.Hahh, ya sudahlah prajurit Seta..
865 37. GELORA API CEMBURU 85. berpikir" 86. bias-bisa.. 87. keluarga" 88. bekerjalah" 89. pengantar tidur sebentar"
90. tempat"

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

91. untuk" 92. baiklah tuanku" 93. kita menjalankan"
94. kita hanya" 95. kita akan bebas tugas..
96. akan bebas dari asap"
97. sementara itu" 98. bersama" 99. saat itu mereka"
100. sebelah barat.. 101. para prajurit mandi"
102. rani sebentar" 866 37. GELORA API CEMBURU 103. itu kan" 104. gusti" 105. rani kenapa.. 106.ampunkan.. 107.rani tadi" 108. merayuku" 109.karena kekuatan"
110. sebut saja" 111. ampun" 112. sudahlah" 113.mengapa" 114. kakang purbaya"
115. kakang mau" 116. ya mandilah" 117.nanti setelah kau selesai mandi giliran aku yang mandi.
Kau mandilah lebih dulu..
118. aku" 119. kalau perlu" 867 37. GELORA API CEMBURU 120.ya kakang " 121.aku tunggu " 122. ya aku akan" 123.sebentar.. 124. jangan .. 125. baik kakang" 126. setelah" 127. sedangkan" 128. dua kali ia berkelebat..
129. lalu dengan hati-hati sekali ia naik"
130. ooh buah ini ternyata banyak mengandung gula"
131. ya kurasa aku bisa duduk..
132. karena ke sana aku bisa melihat Asmarani sedang
mandi" 133. oh yang maha" 134. tunjukkan" 135. bagaikan" 136. untuk menuju" 868 37. GELORA API CEMBURU 137. mereguk segala-galanya"
138. oh sayup-sayup aku seperti"
139. mengundang.. 140. datangnya" 141.ooh sebaiknya kudekati danau"
142. menyelam lalu" 143. syair itu oh alangkah indahnya"
144. atau mungkin benar dugaan dinda cempaka"
145. bahwa asmarani bukan"
"Burung Nuri dalam sangkar kencana, berharap lepas
dan terbang bebas. Badai datang mengoyak sangkar, Nuri yang malang
terbang ke alam ganas. Sang Elang datang mengepak sayap gagahnya, dalam
naungannya sang Nuri berharapkan Badai dapat
dilewatinya. Menyusuri lembah dan bukit, Nuri terbang menguntit.
"Oh elangku... Sentuh hati dan jiwaku", rintih Nuri
berharap. Oh ku merindu sang Elang...
869 37. GELORA API CEMBURU Tapi dia milik orang."
148.burung nuri" 149.oh burung nuri itu di ibaratkan"
150. aku mengharap" 151. tapi sudah" 152. dan ia" 153. tak mungkin" 154. oh dewata agung.. 155. biar dia merasakan..
156. oh elangku" 157. sentuh hati dan jiwaku"
158.oh merindukan " 159. tapi milik orang "
160. apakah diriku" 161.dangkal begini" 162. jiwamu begitu kerdil"
163. seorang maharaja"
164.puih aku malu" 870 37. GELORA API CEMBURU 165. tapi tapi apakah"
166. apakah aku" 167. oh asmarani" 168.tapi tidak ah.. 169. aku tidak boleh membuat dinda cempaka cemburu
170. Prabu purbaya" 171.yang" 172. tolong"tolong"tolong".
173. ah asmarani" 174. kakang itu ih itu ular kakang"
175. prabu purbaya" 176. matanya " 177. yang berusaha menepi"
178.lalu di bawa" 179. kurang ajar" 180.rani kau di sini"
181. kalau tidak kita "
182. prabu purbaya" 871 37. GELORA API CEMBURU 183.dengan cepat" 184. purbaya menghantam"
185. setan tubuh ular ini"
186. kakang" 187. kakang" 188. ya rani tenanglah"
189. kakang purbaya"
190. tubuh ular itu"
191. ya kau" 192. ular setan aku"
193. purbaya.. 194. laki-laki perkasa itu"
195.menghantam" 196.purbaya" 197. lebih dulu" 198.darah segar" 199. sekali sentak" 200. dan" 872 37. GELORA API CEMBURU 201. lalu setelah itu"
202.yang mana" 203.kakang aku" 204.bantu" 205. purbaya" 206. perempuan cantik itu"
207.oh ular itu" 208.aku takut" 209. sampai" 210.kalau tidak" 211. sudahlah tidak"
212.dan kita" 213. purbaya terus" 214.saat itulah tiba-tiba muncul"
215.dengan " 216. ooh bagus ini perbuatanmu"
217. ooh dinda " 218.tuanku" 873 37. GELORA API CEMBURU 219.ooh perempuan" 220.kau harus mati" 221. tidak" 222. tahan dinda jangan gegabah..
223. Cempaka" 224. kanda prabu kau, kau ternyata telah terpengaruh"
225 mengapa kau halangi aku"
226. perempuan rendah itu tidak layak"
"Perempuan penghancur rumah tangga orang..
"Dinda, tahan! Jangan menuduh sembarangan?"
"Jangan sampai salah tangan"
"Kanda kau terang-terangan membelanya"
"Kanda sudah tidak sayang lagi pada dinda
(11) Pada kisah yang lalu diceritakan, Purbaya yang
menolong Asmarani dari kejaran ular besar di danau.
Dan disaat dia membawa Asmarani menepi, saat itu
muncul Cempaka secara tiba-tiba. Cempaka yang
geram menyaksikan adegan di depan matanya itu
874 37. GELORA API CEMBURU langsung menyerang Asmarani, namun dihalangi oleh
Prabu Purbaya. Akhirnya Cempaka dengan kekecewaan
yang dalam pergi meninggalkan Purbaya. Purbaya
mengejarnya. Sedangkan Asmarani masih berdiri
didalam air di pinggiran danau. Air mata gadis itu
berlinangan. Sekarang marilah kita ikuti kemana larinya Cempaka...
"Oh, kanda Purbaya. Kau kejam, Kanda. Kau telah
menyakiti hatiku. Kau telah menduakan cintaku. Kau mencintai
gadis lain. Aku tau, dia sangat cantik dan jelita. Aku sadar
kakang. Aku sadar, kalau aku ini hanya seorang pengasuh. Aku
memang tidak layak untuk hidup bersamamu..." keluh
Cempaka dalam hatinya. Matanya berkaca-kaca dan memerah
sembab. Tak lama setitik demi setitik air bening menetes dari
sudut-sudut matanya yang sayu.
Cempaka yang menghentikan larinya, segera duduk di balik
sebatang pohon yang rindang. Matanya menerawang jauh,
berusaha menembus kabut senja yang mulai turun
menghalangi di depan matanya.
"Oh, dewata agung... kenapa mesti ada gadis lain lagi di
dalam hati kanda Purbaya. Kenapa aku harus tersisih. Kenapa
dia membela gadis itu. Oh dewata agung. Sekarang aku tidak
bisa mengadukan nasib ini kepada siapa-siapa, selain pada-Mu.
Kalau aku salah, hukumlah aku, dewata. Atau ambillah sekalian
nyawaku ini..." "Cempaka! Dinda Cempaka! Dimana kau dinda"!"
terdengar suara seruan-seruan Purbaya tak jauh dari tempat
875 37. GELORA API CEMBURU Cempaka duduk. "Aku tau kau masih berada disekitar sini.
Keluarlah dinda Cempaka, aku akan menjelaskan semuanya."
"Oh, kanda Purbaya. Kenapa lagi kau mencariku. Tidak
kanda prabu. Aku tidak akan keluar. Aku tidak akan
menemuimu lagi. Kau... Oh, betapa tadi aku melihat kemesraan
yang kau berikan pada gadis itu. Kau menggendongnya dengan
erat. Kau menggendong dirinya yang polos, dan dia
melingkarkan tangannya dipundakmu. Ooh,.. Kepadaku saja
kau tidak pernah melakukan itu. Kau telah mengkhianatiku
kanda Purbaya. Kau telah menyakiti hatiku. Pantas selama
kedatangan gadis itu, kau selalu bersikap lain padaku. Aku
merasakan kedinginan hatimu padaku. Oh, kanda Prabu...
Aku..." "Dinda Cempaka, dengarkan aku Dinda! Keluarlah!
Jangan pergi dinda Cempaka!" Prabu Purbaya terus memanggilmanggil istrinya. Namun Cempaka yang memang berada tidak
jauh dari tempat Purbaya berdiri tidak mau keluar. Perempuan
itu hanya menangis menahan isak. Hatinya pedih dan pilu.
Bayangan di danau yang dilihatnya tadi masih terus
membayang dipelupuk matanya.
"Baiklah dinda Cempaka, aku mengaku salah padamu.
Maafkan aku Dinda. Keluarlah!" sejenak Purbaya meragu, lalu
lanjutnya lagi, "Oh,.. atau kutunggu kau di tenda Goa Karang,
Dinda..." Purbaya melesat meninggalkan tempat itu. Dia
merasa sangat serba salah. Dalam hatinya dia amat ragu
Cempaka akan mau menemuinya saat itu juga. Dia berharap
waktu akan berpihak padanya. Semoga sedikit waktu dapat
meredakan amarah istrinya.
876 37. GELORA API CEMBURU 877 37. GELORA API CEMBURU "Oh, kanda Prabu... kau tidak sungguh-sungguh mencariku. Aku
tau, hatimu bimbang dengan gadis itu. Yah,... pergilah kau
padanya Kanda. Aku memang tidak memiliki apa-apa lagi untuk
mendampingimu. Tapi gadis itu memiliki segala-galanya. Dia
memiliki kesucian, dia cantik dan ayu. Pergilah kau padanya
kanda Prabu. Dan jangan harapkan aku akan kembali ke Goa
Karang. Biarlah luka hati ini kubawa pergi."
"Oh, Jaga Paramudita putriku. Maafkan ibunda, sayang.
Ibunda harus pergi dari kehidupanmu. Ibunda yakin, suatu
kelak kau akan mencariku... kalau kau selamat keluar dari Goa
Karang. Maafkan ibunda, putriku." pikiran Cempaka melayang.
Terbayang wajah putri yang dikasihinya.
"Oh, Aku harus pergi dari sini, aku tidak mau kanda


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Purbaya mencariku lagi di tempat ini. Aku akan pergi sejauhjauhnya"
Dengan perasaan dan tubuh yang lelah, Cempaka akhirnya
berdiri dari duduknya lalu melangkah terseok-seok. Wajahnya
yang cantik tampak kusut. Airmatanya terus mengalir
membasahi pipinya. Perempuan itu membawa langkahnya
menyusuri hutan kecil ditepian danau. Dia tidak tahu akan
kemana... Sementara senja beranjak menjadi malam. Dan binatang
malam di hutan kecil, mulai berbunyi satu-satu.
"Oh, malam telah turun. Aku harus mencari tempat
yang teduh dari embun malam ini. Besok aku akan keluar dari
tempat ini. Oh Dewata... Dewata agaknya telah menentukan
kehidupan yang lain pada diriku." tak lama, tampak wajah
878 37. GELORA API CEMBURU Cempaka mengeras, "Asmarani... Kau telah merampas Kanda
Purbaya dariku. Kau telah merusak hidupku. Suatu saat kelak,
aku akan menemui dan membuat perhitungan denganmu!"
Cempaka mencari celah akar pepohonan yang besar untuk
merebahkan tubuhnya. Sementara itu, marilah kita lihat keadaan Purbaya di tenda
dekat Goa Karang. Saat itu Prabu Purbaya tampak duduk
merenung seorang diri. Raja Karang Sedana itu menatap langit
yang gelap tanpa bintang dan bulan...
"Oh Dinda Cempaka,... kenapa jadi begini" Kenapa kau
berprasangka buruk" Oh Dewata agung, berilah petunjuk
kepada istriku Cempaka biar dia mau kembali dan
mendengarkan suaraku, mendengarkan keteranganku. Oh
kembalilah, Dinda." ratap hati prabu Purbaya. Sedih teramat
dalam dirasakan olehnya. Tapi tiba-tiba air muka wajahnya
berubah, seluruh panca indranya bersiaga. "Oh, ada yang
datang... Semoga saja dinda Cempaka yang kembali."
"Ampun gusti prabu, hamba Galung Wesi masuk
menghadap.." "Oh, Galung Wesi,..." sesaat kecewa nampak dalam raut
Purbaya, ternyata bukan istrinya. Bukan orang yang diharapkan
kedatangannya. Setelah menghela nafas, katanya "masuklah,
Paman". "Terima kasih, gusti."
"Ada apa paman" Apakah ada kabar dari para prajurit
879 37. GELORA API CEMBURU yang kau tugaskan itu?"
"Maafkan hamba gusti prabu. Prajurit yang hamba kirim
untuk mencari tuanku Permaisuri hingga kini belum kembali.
Hamba rasa mereka masih terus mencari. Mungkin besok
mereka baru kembali gusti prabu."
"Iya, tidak apalah paman. Kita tunggu saja sampai
besok. Kalau besok Cempaka tidak juga kembali, aku akan
mencarinya sendiri. Aku harus membuat jernih suasana ini. Aku
mengerti mengapa dinda Cempaka melakukan hal itu."
"Ya,.. memang hati wanita itu teramat halus gusti
prabu. Mereka mudah sekali tersinggung dengan keadaan
disekelilingnya. Dan mungkin itulah yang terjadi pada tuanku
permaisuri. Dan siapapun perempuannya pasti akan
menyimpan cemburu pada gadis secantik Asmarani. Ampun
gusti prabu, meskipun gusti tidak melakukan apa-apa pada
anakmas Asmarani, tapi bagi tuanku permaisuri pasti lain
pandangannya." Galung Wesi terdiam sejenak, lalu lanjutnya
"Sejak tuanku membawa anakmas Asmarani kemari waktu itu,
hamba melihat ketidakwajaran dari sikap tuanku permaisuri.
Beliau lebih banyak merenung dan gelisah. Airmukanya tampak
murung dan kusut. Matanya berbinar menyalakan api
cemburu. Ampun gusti prabu, sebenarnya hamba ingin
mengatakan hal itu pada gusti prabu. Tapi hamba takut
mendapat murka..." "Paman Galung Wesi, aku sungguh tidak menduga hal
ini akan terjadi. Aku tidak mengira kalau dinda Cempaka
menaruh rasa cemburu pada Asmarani. Seharusnya dia juga
menaruh belas kasihan pada gadis itu. Asmarani adalah seorang
880 37. GELORA API CEMBURU gadis yang malang." "Ampun gusti prabu, mungkin keinginan gusti demikian.
Namun pandangan tuanku permaisuri lain lagi. Belas kasih yang
gusti perlihatkan pada anakmas Asmarani, mungkin dianggap
sebagai cinta kasih. Tapi dari semuanya tentu sekarang gusti
dapat mengambil manfaatnya, dan gusti bisa mengetahui
betapa besarnya cinta tuanku permaisuri pada gusti prabu.
Sehingga dia tidak rela gusti prabu membagi kasih dengan
wanita lain. Cemburu adalah sebagian perwujudan dari cinta
yang murni. Dan memang cemburu itu selalu ada dan
mengiringi langkah-langkah cinta yang kita miliki."
"Tapi aku benar-benar tidak menyangka kalau Cempaka
memiliki kecemburuan yang begitu dalam. Selama ini aku
melihat dia begitu baik, sabar dan selalu tenang. Meskipun
kadang-kadang emosinya suka meletup-letup."
"Ampun gusti prabu, ketenangan hati wanita dalam
menghadapi cinta memang terkadang aneh. Ada yang suka
meletup-letup seperti air laut. Ada pula yang tenang seperti
sebuah gunung berapi. Kalau seperti air laut kita akan mudah
mengenalinya, karena setiap saat selalu tampak. Namun kalau
seperti gunung berapi, hal ini yang amat berbahaya. Begitu dia
mengeluarkan asap, maka dia akan siap meledakkan laharnya
ke seluruh lembah yang ada disekitarnya. Dan itu semua akan
merusak semuanya. Kita membutuhkan waktu yang agak lama
untuk membuatnya tenang kembali, gusti prabu."
"Yah, iya...paman benar. Aku mengerti paman. Dan
sekarang agaknya aku harus segera mencari Cempaka. Aku
harus menjelaskan semuanya. Kejadian ini tidak boleh
881 37. GELORA API CEMBURU kudiamkan berlarut-larut." gumam prabu Purbaya. Dia
mengangguk-angguk lalu dia berkata lagi dengan lebih jelas,
"Oya paman, tolong jaga Asmarani. Dia tidak boleh
meninggalkan tempat ini sebelum semuanya selesai."
"Oh,.." "Aku takut jika dia pergi dari sini akan bertemu
Cempaka, maka keselamatannya akan sulit untuk dijamin."
"Baiklah gusti prabu, hamba akan menjaganya!" tegas
Galung Wesi meyakinkan. "Terima kasih paman. Dan tolong paman berikan
padangan padanya, jangan sampai dia larut dalam
kesedihannya. Dan kalau besok aku pergi mencari Cempaka,
aku harap paman terus memimpin para prajurit untuk terus
menggali goa karang itu."
"Baiklah gusti, hamba akan melaksanakan semuanya.
Sekarang, hamba mohon diri gusti Prabu..." Galung Wesi
menyembahkan hormatnya. "Ah, silakan paman. Dan terima kasih atas segala
pandangan yang paman berikan padaku tadi." Prabu Purbaya
tersenyum pada panglima Galung Wesi.
Setelah menghormat tiga kali, Galung Wesi segera mundur dari
hadapan Prabu Purbaya. Raja muda Karang Sedana itu kembali
merenung. Ditatapnya langit yang temaram, ada beberapa
buah bintang yang muncul dari balik awan hitam.
"Ah, dinda Cempaka dimana kau bermalam" Kenapa
kau tidak pulang kemari" Kenapa kau tidak mendengarkan
882 37. GELORA API CEMBURU suaraku" Apakah begitu besar api cemburu yang membakar
jiwamu" Kenapa kau mesti cemburu?" keluh prabu Purbaya
dalam renungannya, tapi sesaat kemudian pikirannya kembali
menjawab, "Oh, yah... kau memang harus cemburu dinda. Aku
salah! Aku telah menggendong tubuh Asmarani yang polos
tanpa sehelai benangpun! Tapi sungguh dinda, aku tidak
bermaksud dan berpikiran kotor. Aku tidak terjerumus dengan
godaan seperti itu. Aku masih memiliki benteng hati yang
kokoh. Oh, kenapa kau mudah berburuk sangka kepadaku"
Dinda Cempaka dengarkanlah suaraku ini, rasakanlah getaran
hati ini. Dinda Cempaka, maafkan aku..."
Saat kokok ayam jantan terdengar membelah subuh yang bisu,
prabu Purbaya yang semalaman tidak tidur itu menggelengkan
kepalanya pelan-pelan. Ia mengusir rasa pusing yang
menyerang kepalanya, lalu perlahan ia menarik nafas. Udara
dingin yang menusuk, masuk ke dalam dadanya. Sejenak ia
melihat ke arah timur. Bentangan fajar yang merekah seperti
lukisan alam yang indah. Prabu Purbaya mendesah, "Sampai sekarang Cempaka belum
juga pulang kembali. Berarti para prajurit yang mencarinya pun
tidak menemukannya. Sebaiknya aku sendiri yang pergi
mencarinya... Hupp!!"
Prabu Purbaya kembali menarik nafas dalam dengan halus, lalu
disimpannya nafas itu di antara pusat kekuatan tubuhnya.
Kekuatannya seketika bergolak, dan langsung saja kekuatan itu
dialirkan ke arah pinggang. Tubuhnya merendah, seperti seekor
jangkrik yang siap melompat. Sesaat kemudian kakinya itu
melentingkan tubuhnya seperti anak panah lepas dari busur,
tubuh itu melesat ringan diantara bebatuan Goa Karang.
883 37. GELORA API CEMBURU Secepatnya prabu Purbaya melesat dari depan tendanya, ia
terus berlari membelah keremangan subuh yang dingin.
Sementara itu marilah kita lihat keadaan Cempaka...
Saat fajar merekah, Cempaka telah bangun dari tidurnya. Ia
baru saja memejamkan matanya, namun terbangun kembali.
Perempuan itu menarik nafas dalam-dalam. Setelah dadanya
penuh dengan udara yang dingin, barulah dihembuskannya
perlahan-lahan. Kemudian setelah itu ia bangkit. Ditatapnya
keremangan subuh sebelah Goa Karang, lalu ia pun
mendesah... "Oh, seharusnya hari ini aku bekerja menggali mulut
Goa Karang. Bekerja untuk menyelamatkan putriku. Tapi
rasanya berat sekali rasa kecewa hati ini. Aku tidak mungkin
kembali ke Goa Karang. Oh,.. Biarlah para prajurit itu yang
bekerja dan menggali untuk menyelamatkan putriku." pikir
Cempaka. Dia bertekad, "Dan aku harus pergi meninggalkan
tempat ini. Ya, aku harus pergi. Pergi sejauh-jauhnya! Tidak
boleh seorangpun tahu kemana aku pergi. Biarlah duka ini aku
tanggung dan kubawa sendiri."
Cempaka yang terus berlari dan berlari. Ia tidak menghiraukan
lagi daging tubuhnya yang tersayat akar pepohonan yang
tajam. Baju yang dikenakannya banyak yang robek tersambar
duri-duri pohon. Namun ia terus saja berlari...
"Oh, Hmm.. tubuhku banyak tergores duri dan akar
pepohonan." akhirnya Cempaka menyadari keadaan itu. Dia
berhenti berlari, dan memeriksa tubuhnya. "Oh, banyak darah
yang mengalir dari tubuhku. Lenganku banyak sayat-sayatan
884 37. GELORA API CEMBURU luka. Oh, tapi hatiku ini teramat perih, jauh lebih perih dari
sayatan luka-luka ini."
Setelah memeriksa keadaan tubuhnya, Cempaka memeriksa
keadaan sekelilingnya. "Oh, aku sudah jauh meninggalkan hutan lembah
Burangrang. Aku yakin, sebelah sana ada desa. Aku harus
mencari warung nasi. Ah, aku merasa lapar sekali. Kalau tidak
makan, aku tidak bisa melanjutkan perjalanan ini untuk terus
meninggalkan tanah Karang Sedana ini. Ya, aku harus pergi dan
meninggalkan Karang Sedana ini. Aku telah terusir, aku telah
kalah." pikirnya dalam hati. Cempaka melanjutkan perjalannya
dengan lebih hati-hati, dan tidak lama kemudian.
"Oh, disana ada sebuah warung nasi." Cempaka
mempercepat langkahnya. Dia menuju warung nasi yang
dilihatnya. Didepan warung nasi, dia berhenti sebentar lalu
menoleh kebelakang. "Ah, tidak ada yang mengikuti jejakku.
Berarti aku memang sudah jauh dari daerah Goa Karang. Dan
aku yakin ini merupakan desa kecil di kaki gunung Burangrang.
Tadi malam ada beberapa prajurit yang mencariku. Untung aku
bersembunyi di balik akar pohon. Ya, aman. Tidak ada yang
mengikutiku." Cempaka langsung melangkah masuk ke dalam warung nasi.
Warung itu ternyata sudah cukup ramai oleh pengunjung. Dan
semuanya laki-laki. Namun Cempaka dengan tenang masuk
kedalam lalu duduk di pojok. Beberapa pasang mata melihat
nanar padanya. Dan ada pula yang bersuit kearahnya. Cempaka
tertunduk sedih. Pelayan warung datang menghampirinya.
885 37. GELORA API CEMBURU (12) Pada kisah yang lalu diceritakan, Cempaka melarikan
dirinya dari daerah Goa Karang karena kecewa pada
prabu Purbaya. Cempaka saat pagi tiba telah sampai di
sebuah desa kecil di kaki gunung Burangrang. Karena
merasa lapar, Cempaka mampir di sebuah rumah
makan. Kehadirannya di rumah makan itu membuat
beberapa laki-laki dalam rumah makan itu menggoda
iseng. Tapi Cempaka diam saja di tempat duduknya.
Saat pelayan datang, Cempaka hanya memesan nasi putih dan
seekor ikan serta segelas air putih.
"Hehehehehe, neng kenapa pesannya hanya begitu"
Tambah lagi, pakai ayam saja. Dan minumnya air legen ini.
Jangan takut soal bayarannya. Nanti akang yang bayar.
Hehehehe." seorang laki-laki bertampang kasar diseberang
meja Cempaka, dia berkata menggoda. Lalu dia berseru pada
pelayan rumah makan itu. "Pak Dondong,..."
"Eh, Yaa?" pelayan rumah makan yang sedari tadi
berdiri di dekat meja Cempaka menoleh, dan menjawab seruan
itu. "Berikan lauk yang kusebutkan tadi pada Neng itu.
Jangan khawatir, nanti aku yang bayar!" perintahnya pada pak
Dondong, pelayan rumah makan itu.
" Tapi Daruta..."
"Ahh, sudah jangan banyak omong. Berikan pada neng
886 37. GELORA API CEMBURU Ayu itu ayam goreng dan air legen! Soal ongkos, aku yang
tanggung." "Jangan pak, siapkan saja permintaanku. Jangan diberi
apa-apa lagi." Cempaka berkata pada pelayan, lalu tanpa


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menoleh ke arah Daruta, Cempaka berkata, "Ah,.. Maaf, aku
tidak suka pemberianmu. Kalau kau mau, makan saja sendiri."
"Hehehehehehh" Daruta terkekeh dengan raut cabul di
wajahnya. Dia merayu kembali, "Jangan marah Neng, aku
bermaksud baik. Jangan kasar begitu."
"Hehehehe, kakang Daruta, mungkin dia lagi marahan
sama suaminya dirumah." teman makan Daruta membuka
pembicaraan pula. "Oh, heheheh." "Lihat wajahnya cemberut, dan rautnya pun kusut
seperti itu." "Iya"!" mengangguk Daruta mengiyakan.
"Badannya penuh dengan gurat luka. Pasti dia
bertengkar dan dipukul suaminya."
"Hmmm..." kembali Daruta memperhatikan arah
pembicaraan temannya. "Atau dia bertengkar dengan perempuan simpanan
suaminya. Lalu cakar-cakaran. Biasakan, kalau perempuan
berkelahinya hanya cakar-cakaran saja."
887 37. GELORA API CEMBURU "Hmm... Hahahaha." Daruta terkekeh.
Mendengar perkataan laki-laki yang duduk didepan Daruta itu,
Cempaka menggeram. Wajahnya menjadi keras. Matanya
mendadak tajam. Ia merasa perasaanya tersinggung. Namun
saat itu pak Dondong si pelayan rumah makan datang
membawakan pesanannya. "Neng, ini pesanannya Neng." Sedikit tergopoh pak
Dondong membawakan nambah berisi pesanan Cempaka.
Sambil mengasorkan makan, dia tersenyum menghibur.
Pelayan itu mengerti bahwa Cempaka sangat marah pada
kedua begundal di meja sebelahnya. "Sudaaah, jangan hiraukan
perkataan mereka. Mereka itu memang tukang ribut di desa ini.
Semua orang di desa Babatan ini kenal dengan mereka."
"Ah, Siapa nama yang barusan bicara itu, Pak?"
Cempaka mengerling ke arah pak Dondong, dia sedikit terhibur
oleh keramahannya. Cempaka tersenyum kecil.
"Namanya Pisang Langit, Neng. Dia itu tangan kananya
Daruta. Lalu yang dua orang yang duduk di sebelah sana pun
juga teman-temannya. Mereka selalu berteman. Nah, Neng..
sebaiknya jangan layani mereka. Eeh.. karena nanti akan lebih
berat lagi akibatnya. Mereka itu bajingan. Mereka selalu
mengganggu wanita di kampung ini. Padahal mereka rata-rata
sudah punya istri." kata Pak Dondong sedikit bersungut-sungut
dengan suara yang pelan. Seperti berbisik.
"Oh, kurang ajar! Mereka laki-laki hidung belang. Oh,
apakah kanda Purbaya demikian juga"!" geram pikiran
888 37. GELORA API CEMBURU Cempaka. "Eeh, Neng.. Iya sampai lupa. Neng ini dari mana"
Sepagi ini sudah berjalan kemari. Dan, tubuhmu.. lha, kenapa
banyak goresan luka seperti ini"!"
"Ah, aku dari jauh pak." Cempaka tersenyum, dia
berpikir cepat mengarang sebuah cerita. Dia tidak ingin
diketahui jati dirinya tetapi dia pun tidak ingin berbohong, lalu
katanya, "Aku.. Eeh, sebatang kara. Suamiku,.. Ah, punya
kekasih lagi. Dan aku tidak mau dimadu..."
"Oo, ooh.. Aduuh, kasihan sekali kamu Neng. Yah, Bapak
bisa bayangkan perasaanmu. Tetapi sudahlah, makanlah dulu
nasimu itu. Nanti keburu menjadi dingin. Dan jangan hiraukan
mereka." "Eh, Iya pak, terima kasih." Cempaka tersenyum
berterima kasih. Pak Dondong mengangguk lalu berlalu dari
meja Cempaka. "Heheheheheh, eh.. Pisang Langit. Bagaimana
pendapatmu?" sambil tertawa-tawa, Daruta kembali membuka
pembicaraan setelah pelayan yang menghalangi pandangan
mereka kembali ke meja pelayan.
"Ya heheheh." Kedua teman mereka ikut tertawa usil.
"Wah, kakang Daruta, lihatlah Pak Dondong juga mulai
jahil. Dia mulai bisik-bisik." Pisang Langit menimpali. Kemudian
dia menoleh ke arah meja pelayan, lalu berdiri sambil
menggoyangkan pinggulnya maju mundur seperti orang sedang
889 37. GELORA API CEMBURU bersenggama. Lalu katanya, "Hei, pak Dondong apa masih
kuat"! Heh"!"
"Hei, Neng! kalau suaminya main perempuan lain, kau
main saja sama kami! Ya tidak kan kakang Daruta"!" Pisang
Langit melengoskan kepalanya ke arah Cempaka. Sikapnya
sangat merendahkan. Tawanya sangat menjijikkan.
"Hehehe, Iya, iya. Kau boleh kumpul sama kami. Kau
pasti puas. Dan kau pasti akan melupakan suamimu. Neng, Hei..
Neng, tambah lagi nasinya dan jangan terburu-buru!" Daruta
makin kurang ajar dengan perkataanya dan tertawanya.
Cempaka hanya diam. Dia terus menikmati makanannya.
Setelah selesai makan, ia segera memanggil pak Dondong.
Orang tua itu segera menghampiri Cempaka dan menyebutkan
jumlah yang harus dibayar oleh Cempaka. Cempaka merogoh
kantung bajunya dan meletakkan sekeping uang emas
dihadapan pak Dondong. Laki-laki tua itu tersentak kaget.
"Aduh Neeeng... Ini uang emas. Apakah..." pak Dondong
bingung karena tidak ada kembalian untuk koin emas. Harga
makanan yang dimakan Cempaka hanya beberapa keping
tembaga saja. "Ambillah pak Dondong. Ambil saja semua. Jangan
dikembalikan. Aku tidak memiliki kepengan tembaga. Ah, lihat
nih, kepengan emas semua" sergah Cempaka.
Cempaka sengaja mengeluarkan semua kepingan emas yang
dibawanya. Dan ia sempat melirik kearah Daruta dan temantemannya yang terbelalak. Dan ia juga melihat saat Pisang
890 37. GELORA API CEMBURU Langit menyikut rusuk Daruta. Cempaka tersenyum tipis.
"Bapak lihat sendiri kan" Satu kantung uang ini tidak ada
yang tembaga." "Aduuuh Neng, kenapa kau keluarkan semuanya.
Aduuuh, nanti gawat Neng. Mereka itu selain suka mengganggu
perempuan, mereka juga suka ngerampok. Merampas milik
orang lain." sambil khawatir, pak Dondong berbisik pada
Cempaka. Sambil tersenyum Cempaka berkata, "Tenang saja Pak.
Jangan cemas. Mereka tidak akan melakukan itu padaku.
Percayalah. Nah, pak Dondong,.. aku akan pergi sekarang."
"Tapi Neng, sebaiknya siang nanti saja perginya dari sini.
Karena sebentar lagi pasti ada prajurit kerajaan yang berkeliling
di tempat ini. Dan Neng bisa dilindungi oleh mereka. Waduuuh,
kalau sendirian bahaya sekali Neng!" mimik Pak Dondong
mengeryit dengan raut orang susah.
"Ah, sudahlah Pak, jangan cemas. Aku pergi sekarang
saja." kata Cempaka, lalu dia berpikir, "Oh iya, aku memang
harus pergi sekarang. Kalau tidak, nanti para prajurit itu akan
mengenali diriku. Dan bisa merepotkan aku. Pasti mereka akan
melapor pada kanda Purbaya."
"Maaf pak, aku permisi dulu." kata Cempaka
berpamitan. Pak Dondong pelayan rumah makan itu semakin menjadi
cemas. Namun Cempaka hanya tersenyum sambil kembali
891 37. GELORA API CEMBURU memasukkan uang emas ke saku celananya. Lalu ia beranjak
keluar dari rumah makan itu. Namun sebelum beranjak
meninggalkan pintu, Cempaka sempat melirik ke arah Daruta
dan Pisang Langit saling mengedipkan matanya.
"Eheheheheh, hari ini kita panen besar."
"Benar kang!" "Perempuan bodoh itu mencari penyakit, dan dia cukup
cantik untuk kujadikan istriku. Hahahaha" mimik Daruta seperti
kucing kelaparan mendapat ikan.
"Ayo kang, kita susul dia. Nanti dia keburu melarikan
diri." seru Pisang Langit, "Ayo, teman-teman kita kejar wanita
itu" "Hmm, baik!" seorang menimpali senang.
Pisang Langit menoleh ke arah pak Dondong, telunjuknya
menunjuk ke arah pelayan tua itu. Dia mengancam, "Hei, pak
Dondong! Kau jangan macam-macam! Kalau sampai ada
prajurit yang tau, maka kau akan mati. Anak dan istrimu akan
kami gilir di depan matamu."
"Kalau kau tidak banyak tingkah, maka kau akan
mendapatkan bagian. Tidak sekeping, tapi tiga atau dua keping.
Dan kalian semua yang ada disini, supaya tutup mulut. Kalau
sampai ada yang tau, kalian semua tau akibatnya!"
Setelah mengancam pada orang-orang yang ada di dalam
rumah makan itu, Daruta dan Pisang Langit serta dua orang
892 37. GELORA API CEMBURU temannya segera beranjak keluar dari rumah makan pak
Dondong. Mereka mengejar ke arah perginya Cempaka.
"Nah, kang. Dia pasti menuju ke arah sana. Dan dia tidak
mungkin memutar gunung Burangrang. Hayo, itu dia kakang.
Dia berbelok ke arah hutan sebelah timur. Nah, dia menuju ke
batas desa babatan."
"Hahahaha, dasar nasib lagi mujur. Ada saja rejeki. Hei,
Pisang Langit." "Ya, kang"!"
"Kalau nanti kita berhasil mengambil uangnya, kau
pegang uangnya. Aku akan menikmati dulu tubuhnya. Aku rasa
dia masih jauh lebih hangat daripada istriku. Dia masih muda
dan cantik. Setelah itu, baru giliran kalian bertiga."
"Atur saja, Kang. Aku ikut apa yang kakang lakukan.
Yang penting uang emas itu. Ayo kang, nanti kita kehilangan
jejak!" Pisang Langit sangat bernafsu. Matanya tidak berpaling
sedikitpun dari arah kepergian Cempaka, bahkan obrolan
sesama mereka pun tidak di pandanginya wajah temantemannya itu. Dia terlalu sibuk meyakinkan bahwa mereka
tidak kehilangan jejak Cempaka.
"Tenang saja Pisang Langit, kita lebih tau daerah ini
daripada dia. Aku yakin, dia pastilah orang jauh yang melarikan
dirinya, atau dia anak seorang saudagar yang tersesat." berkata
Daruta dengan tenang. Langkahnya tetap cepat, sampai
akhirnya dia kembali melihat sosok Cempaka di kejauhan, "Nah,
itu dia kelihatan." 893 37. GELORA API CEMBURU Daruta dan Pisang Langit serta dua orang temannya
mempercepat langkahnya. Dan mereka melihat saat Cempaka
berbelok ke jalan kecil menuju ke hutan.
"Hahahaha, lihat! Dia memang menuju ke arah hutan
itu. Ayo sekarang waktunya kita sergap dia di tengah hutan
perbatasan desa itu. Di situ ada goa kecil. Kita bisa
membawanya kedalam goa itu. Pasti tidak akan ada yang tau.
Dan kita simpan dia sampai kita benar-benar puas." kata
Daruta. "Hmm, ternyata yang dikatakan pak Dondong benar.
Mereka tergiur dengan emas yang aku bawa. Heh! Mereka akan
merasakan balasan yang berat sekali. Mereka akan menjadi
korbanku. Heh! Kalian akan kuhabisi! Kalian akan kujadikan
luapan dukaku. Kalian tidak akan kubiarkan hidup! Kalian lakilaki buaya! Kalian tidak boleh melihat wanita cantik." geram
Cempaka setelah tau dia masih dibuntuti oleh Daruta dan
kawan-kawan. Dia melihat sekilas kebelakang, lalu pikirnya,
"Oh ya, itu mereka semakin dekat. Sebaiknya aku menyelinap
dan bersembunyi..." Cempaka dengan cepat menyelinap diantara rerimbunan
Pendekar Patung Emas 8 Dewa Arak 11 Memburu Putri Datuk Pedang Langit Dan Golok Naga 24

Cari Blog Ini