Ceritasilat Novel Online

Pencarian Ahli Waris 1

Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene Bagian 1


1 Pencarian ??Kukira aku mempunyai sebuah perkara yang menarik bagimu,
Nancy," kata Carson Drew kepada anaknya yang berambut
kemerahan. Ia mengulurkan segelas limun kepada anaknya. "Ini ada
hubungannya dengan Arlo Winthrop."
??Jutawan itu?" Nancy menghirup limunnya dan meraih kue
yang disediakan Hannah Gruen di meja kebun. Mereka sedang dudukduduk di kebun belakang rumah mereka di River Heights.
Ayahnya mengangguk, lalu duduk di sampingnya.
"Pak Winthrop sudah lama kesehatannya memburuk. Sekarang
ia sangat ingin menyelesaikan semua urusannya. Agar dapat
terlaksana, pertama-tama ia harus mengetahui apa yang telah terjadi
dengan anak perempuannya, Clarinda."
"Aku tak tahu bahwa ia mempunyai anak," kata Nancy. Segera
rasa ingin tahunya tergugah. "Aku tahu, kemenakannya laki-laki telah
lama tinggal bersama di rumah besar itu ... semenjak anak laki-lakinya
sendiri meninggal, tetapi ...."
??Clarinda Winthrop telah empat puluh tahun yang lalu
meninggalkan rumah, tepat ketika ia berumur delapan belas. Ia
bertengkar dengan ayahnya, sebab ayahnya ingin mengawinkan dia
dengan seorang pemuda, yang sesuai dengannya. Namun Clarinda
menyatakan, bahwa ia mencintai seorang prajurit muda yang
dijumpainya di rumah temannya. Ayahnya lalu mencoret namanya
dari harta pusaka pada waktu itu. Tetapi dalam beberapa tahun akhirakhir ini ia telah menyuruh Tom Mathews untuk mencarinya."
??Apakah Tom Mathews keponakannya?" tanya Nancy.
Ayahnya mengangguk. ??Mereka telah melacak dia sampai ke Cheyenne, Wyoming.
Tempat asal prajurit itu." Ia berhenti sebentar, lalu mengeluarkan
beberapa helai potret lama dari sakunya, dan diberikannya kepada
Nancy. ??Inilah Clarinda."
Nancy menatap wajah wanita muda yang cantik, dibingkai oleh
rambut hitam yang ditata rapih. Matanya yang coklat nampak serius
meskipun wajah itu tersenyum menghadap kamera.
??Nampaknya masih begitu muda," kata Nancy. Ia yakin bahwa
gadis di dalam protret itu tidak lebih tua dari dirinya sendiri.
"Baru delapan belas tahun," ayahnya memastikan.
??Ayahnya tak mendengar berita apa-apa dari dia sejak itu?"
"Aku sudah berbicara dengan Tom Mathews, dan membawa
laporan-laporan dari para detektif pribadi yang mereka gunakan.
Namun mereka tak mampu mengetahui apa yang telah terjadi pada
Clarinda setelah dia tiba di Cheyenne. Memang, pak Winthrop baru
memulai pencarian setelah anaknya lebih dari tiga puluh tahun pergi.
Jadi tak mengherankan bahwa mereka menghadapi banyak kesulitan."
Nancy mengerutkan dahi, namun matanya yang biru bersinarsinar menghadapi tantangan itu.
??Mengapa ayah mengira bahwa kita dapat melakukannya
dengan lebih baik, ayah?" ia bertanya.
"Kita mempunyai senjata rahasia," ia memberitahu sambil
menyeringai. ??Ingat Grace Reed?"
"Tentu saja," Nancy membenarkan. "Ia adalah teman baik ibu
sebelum ayah dan ibu menikah." Nancy telah mendengar banyak
cerita saat-saat yang berbahagia ketika Ibu Nancy masih berteman
akrab dengan Grace. "Aku lupa bahwa ia tinggal di Cheyenne," Nancy mengaku.
"Aku telah meneleponnya dari kantor, setelah aku selesai
berbicara dengan pak Winthrop, dan ia mengundang kita menjadi
tamunya selama kita melakukan penyelidikan," ayahnya melanjutkan.
Pandangannya yang bersinar-sinar mengatakan kepada Nancy, bahwa
masih ada lagi di balik cerita itu. ??Memang bagus sekali ia
menawarkan rumahnya untuk penginapan kita."
??Mengapa begitu, ayah?"
"Sebab di sana tak ada hotel ataupun motel yang masih
mempunyai kamar kosong, dan itu bisa lebih dari seminggu. Hari
Jumat ini adalah hari pertama untuk rodeo besar di sana ... Cheyenne
Frontier Days." ??Menarik sekali," seru Nancy. "Aku sudah banyak mendengar
tentang rodeo itu. Apakah kaukira kita akan mempunyai waktu untuk
menontonnya?" Ayahnya tertawa. ??Grace tak akan memaafkan kita kalau kita sampai tak
menonton!" katanya. "Nah, apakah engkau merasa tertarik oleh
misteri kecil ini?" Nancy tertawa cekikikan, sadar bahwa ayahnya
sedang menggodanya. ??Apakah ayah perlu menanyakannya?" ia menjawab.
Kemudian ia menjadi serius lagi ketika kembali memperhatikan
gambar-gambar di tangannya. "Aku akan senang sekali membantu
menemukan dia," katanya. ??Nampaknya ia seorang yang menarik
sekali untuk dikenal."
Senyum ayahnya menjadi lembut. ??Potret itu diambil empat
puluh tahun yang lalu," ia mengingatkan. ??Mungkin sekali ia sudah
menjadi seorang nenek sekarang."
Nancy memandangi ayahnya dengan sungguh-sungguh.
"Aku juga menyukai nenek-nenek!"
Mereka tertawa dengan cerah, kemudian pak Drew menjelaskan
rencana perjalanan yang telah dibuatnya. Kemudian ia mengakhiri:
"Aku tahu, ini agak tergesa-gesa. Tetapi apakah kaukira engkau
akan sudah siap berkemas esok pagi-pagi?"
Nancy menelan dengan berat, lalu mengangguk.
??Kalau Hannah mau membantu, aku segera mulai sekarang
juga." Ayahnya menyandarkan diri di kursinya.
"Ia tentu sudah selesai mengemasi pakaianku sekarang. Nah,
mulai sajalah engkau. Nanti malam kita masih dapat melanjutkan
pembicaraan ini. Mathews telah menjanjikan beberapa kopi laporan
dari para detektif, jadi tentu segera datang. Aku tahu, engkau juga
tentu ingin membacanya."
"Eh, Ayah. Aku sudah ada kencan dengan Ned sore nanti."
Nancy berhenti di pintu yang menuju ke dapur. ??Apakah sebaiknya
kutelepon dia untuk membatalkannya?" Suaranya menunjukkan
keragu-raguan ketika menyebutkan pemuda tampan teman kencannya.
Pandangan ayahnya bertemu sejenak dengannya, kemudian
melambaikan tangannya. "Tak ada alasan untuk membatalkan. Engkau akan mempunyai
banyak waktu memeriksa berkas perkara itu di pesawat. Asal jangan
terlalu malam saja. Engkau tahu, kita harus berangkat pagi-pagi
benar." ??Kami hanya hendak menonton film," jawab Nancy. ??Kami
akan segera kemari setelah itu. Aku yakin, Ned tentu akan sangat
tertarik pada masalah yang sangat aneh ini."
************* Meskipun film itu menawan dan menggairahkan, namun pikiran
Nancy terlalu sering melayang dari layar. Ia selalu teringat wajah
gadis di potret-potret tua itu.
Ke mana saja kira-kira perginya? Apakah ada sesuatu yang
terjadi dengan pahlawannya dari Wyoming itu? Seandainya prajurit
itu tak kembali kepadanya, apa yang mungkin terjadi pada gadis itu?
"Aku iri pada perjalananmu menonton rodeo, " kata Ned, ketika
ia mengantarkannya pulang dari menonton. "Aku sudah banyak
mendengar kegiatan yang sedang terjadi di Cheyenne. Kuharap saja
engkau mempunyai waktu untuk menikmati beberapa di antaranya,
benar?" ??Ayah juga berpikiran demikian," jawab Nancy. Ia berharap
dapat meminta Ned menyertai mereka. Tetapi ia sadar tidak mungkin,
sebab mereka sendiri menjadi tamu bibi Grace Reed. ??Sudah tentu hal
itu tergantung dari apa yang kami ketahui tentang Clarinda, setelah
kami tiba di sana. Kalau ternyata ia telah meninggalkan Cheyenne,
mungkin kami tak dapat tinggal terlalu lama di sana."
??Sayang sekali." ??Maukah engkau mampir sebentar?" Nancy mengundang,
ketika Ned memarkir mobilnya di depan rumah. "Aku yakin Hannah
mempunyai kue-kue, dan ayah mungkin sudah mengetahui lebih
banyak lagi tentang masalah itu."
"Aku akan tinggal selama kauizinkan," kata Ned sambil
tersenyum. ??Bagaimanapun engkau akan berangkat besok, dan
mungkin engkau akan pergi cukup lama."
"Aku tidak ..." Nancy hendak berkata. Tetapi sebelum ia dapat
melanjutkannya, lampu serambi depan menyala dan pintu terbuka.
"Aku senang kalian sudah datang," seru ayahnya. Dahinya
berkerut-kerut. ??Ada yang tak beres, ayah?" tanya Nancy. ??Ada apa?"
"Wah, mungkin kita menghadapi masalah," jawab ayahnya.
"mari masuk. Aku akan menjelaskan sambil menikmati kue buatan
Hannah dan segelas susu."
"Nah, apa yang terjadi?" tanya Nancy ketika mereka sudah
duduk. "Aku menerima telepon misterius belum lama ini," ayahnya
memulai. ??Dari siapa?" tanya Nancy.
Ayahnya mengangkat bahu. ??Suara wanita. Ia tak mau memperkenalkan diri. Tetapi
bagaimanapun ia menyebut sebuah nama yang menarik: Clarinda
Winthrop." ??Apakah dia sendiri?" tanya Nancy tertegun.
"Aku tak tahu," ayahnya mengaku. ??Kukira bisa jadi."
"Lalu apa katanya?" tanya Nancy.
"Aku diminta datang ke Chain Creek Lodge, kalau memang aku
ingin mengetahui kebenaran tentang Clarinda."
??Chain Creek Lodge?" tanya Ned. "Di mana itu?"
"Di Kanada barat. Tidak terlalu jauh dari Calgary, Alberta,
menurut peta." Suara pak Drew terdengar kurang senang.
??Apakah kita harus pergi ke sana?" tanya Nancy.
Ayahnya menghela napas, lalu menggeleng.
??Bukan kita ... aku saja yang pergi. Kukira lebih baik engkau
saja meneruskan rencana kita semula. Mungkin itu hanya jejak palsu.
Kalau ada orang yang menelepon tetapi menolak menyebutkan
namanya, aku harus mencurigainya."
??Maksud saya, aku harus berangkat ke Cheyenne seorang
diri?" tanya Nancy. Ia sama sekali tak menyukai gagasan itu.
"Yah, sebenarnya aku sudah memikirkan hal itu, dan aku ingin
tahu apakah Ned mau ikut pergi." Pak Drew mengalihkan
perhatiannya kepada pemuda berambut hitam yang duduk di sebelah
anaknya. "Aku tahu, ini sangat tergesa-gesa. Tetapi aku sudah
menelepon Grace, dan ia pun akan senang menerima engkau sebagai
tamu, Ned, sekiranya engkau bebas untuk pergi."
"Wahh, kukira ..." Ned hendak berkata, sinar matanya
menunjukkan rasa terkejut heran.
"Aku yakin engkau tentu dapat mencari akal," Nancy
menggoda. Ia ingat bagaimana suaranya menunjukkan rasa inginnya,
ketika tadi mereka mempercakapkan kepergian Nancy.
"Aku sebenarnya kurang senang membiarkan Nancy bepergian
seorang diri sedemikian jauh," pak Drew melanjutkan. ??Sudah tentu
aku akan menyertai kalian dalam satu dua hari lagi. Kecuali kalau
yang menelepon tadi memang benar-benar Clarinda Winthrop."
"Aku tak tahu apakah harus berharap, bahwa yang menelepon
tadi memang dia atau bukan," kata Nancy. Matanya yang biru menarinari. ??Yang kutahu, kita harus dapat mencari dia selekas mungkin.
Tetapi aku ingin dapat mengungkapkan rahasia menghilangnya sambil
menikmati Pekan Rodeo!"
Ayahnya dan Ned tertawa riang.
"Ah, engkau hanya tak ingin orang lain membongkar misteri
ini!" ayahnya menggoda.
"Nah, maukah engkau menolong aku, Ned?" tanya Nancy.
Senyum Ned merekah lebar dan sangat menarik ketika ia
menganggukkan kepalanya. "Aku harus menelepon dulu ke sana kemari. Tetapi kukira aku
dapat membereskannya, dan senang sekali ikut dalam perjalanan."
Nancy mengangkat gelas susunya dan yang lain mengikutinya.
??Demi berhasilnya mencari Clarinda Winthrop!" Sambil
tersenyum mereka menghirup minuman mereka, dan segera membuat
rencana bagi perjalanan yang terpisah.
2 Musafir Kecil Lapangan terbang sibuk dan penuh orang. Nancy gembira Ned
ikut serta, dan mereka bergegas ke tempat pesawat. Karena pesawat
ayahnya telah berangkat lebih dulu, tak seorang pun memberikan
selamat jalan bagi mereka.
??Nancy Drew?" Suara itu belum dikenal dan Nancy berpaling
perlahan-lahan, melihat seorang nyonya tua yang nampak sangat
gelisah berdiri antre di belakangnya.
??Engkau Nancy Drew, bukan?" tanya nyonya itu malu-malu.
Nancy mengangguk sopan, merasa tidak enak dengan
kemashurannya memecahkan misteri-misteri.
"Aku khawatir belum mengenal anda," ia mengaku.
"Ah, engkau tentu belum mengenal aku," sahut wanita itu cepat.
"Aku nyonya Peterson dari DeCateur Academy, sekolah putri."
"Aku sudah pernah mendengarnya," kata Nancy. Ia baru
melihat bahwa nyonya itu disertai seorang anak perempuan kecil
berambut pirang yang manis sekali. Umurnya kira-kira sepuluh tahun.
"Aku tak ingin menganggu," nyonya Peterson meneruskan.
??Kecuali ingin mengetahui apakah engkau hendak pergi dengan
pesawat ini?" Nancy sangsi sebentar, kemudian menyadari bahwa nyonya itu
benar-benar sedang bingung.
"Aku hendak ke Cheyenne, Wyoming," ia mengaku.
Kerut-kerut di dahi nyonya itu segera berubah menjadi
senyuman lega. "Ah, bagus sekali, nona Drew," kata nyonya itu. Kemudian ia
berpaling kepada anak di sebelahnya. ??Dengarkah engkau, Jennifer?"
ia bertanya. ??Nona Drew juga hendak ke Cheyenne."
Sepasang mata coklat mendongak memandangi Nancy, dan
ketika Nancy tersenyum kepadanya, Jennifer balas tersenyum,
meskipun tak mengatakan sesuatu. Nancy kembali berpaling kepada
nyonya itu. ??Jennifer harus bepergian seorang diri," nyonya itu
menyambung. ??Ada persoalan mendadak pada keluarganya, dan tak
seorang pun dapat menyertainya. Karena itu aku berpikir-pikir" Ia
mulai nampak kurang senang. "Aku tahu, aku berlaku lancang, nona
Drew. Tetapi aku akan lebih merasa tenang kalau engkau dapat
menjaga dia. Supaya tepat waktu berganti pesawat, semacam itulah.
Aku sedang hendak meminta tolong pada pramugari tetapi mungkin
mereka terlalu sibuk." Nyonya itu tak menyelesaikan kata-katanya,
wajahnya penuh harapan hingga Nancy berpikir untuk menepuknepuk bahunya guna meyakinkannya.
"Aku akan senang dapat menyertai Jennifer," katanya
meyakinkan nyonya itu. Kemudian ia berpaling kepada si bocah.
??Apakah ada yang menjemput engkau di Cheyenne, Jennifer?" ia
bertanya. ??Ibuku," jawab Jennifer lirih.
Nyonya Peterson mengangguk.
??Lorna Buckman," katanya menjelaskan.
"Ia telah menelepon dan berkata hendak menjemput Jennifer di
Cheyenne."

Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nancy memperkenalkan Ned kepada Jennifer dan nyonya
Peterson, sementara antrian itu bergerak maju. Perhatiannya segera
teralihkan ke hal lainnya. Tahu-tahu ia sudah berada di dalam
pesawat, dan siap untuk segera tinggal landas menghadapi perjalanan
yang jauh melintasi negara.
Perjalanan itu biasa saja. Jennifer ternyata seorang teman
seperjalanan yang baik. Ia banyak menggunakan waktunya melihat ke
luar dari jendela, ke awan-awan di bawah mereka, atau membaca buku
dan majalah yang diberikan oleh nyonya Peterson kepadanya sebelum
berpisah di pagar lapangan terbang. Ia juga membawa sebuah papan
permainan yang agak rumit dan mengajar Ned memainkannya.
Sementara itu Nancy sibuk membaca laporan-laporan para detektif
yang diberikan oleh ayahnya.
??Sungguh senang Jennifer menyertai kita," Ned menggoda,
ketika Nancy berhenti membaca untuk makan siang. ??Kalau tidak,
aku tak punya teman untuk bercakap-cakap."
Jennifer tersenyum kepadanya.
"Aku juga senang engkau ikut ke Cheyenne," katanya.
??Barangkali engkau boleh datang dan makan malam bersama kami,
kalau ibuku cukup sehat."
??Apakah ibumu baru saja sakit?" tanya Nancy. Tiba-tiba ia
merasa janggal, bahwa anak sekecil Jennifer harus bersekolah jauh
dari rumah. Jennifer mengangguk, matanya menjadi sedikit gelap.
"Ia telah mengalami kecelakaan mobil dan harus dirawat di
rumah sakit. Seharusnya aku masih tinggal sampai akhir musim panas.
Tetapi kukira ibu tentu sudah sembuh. Sebab ia mengatakan bahwa
aku harus pulang." ??Apakah engkau ingin melihat rodeo?" tanya Ned.
Jennifer mengangguk. ??Tahun lalu, aku ikut naik di salah satu kereta dalam arakarakan. Waktu itu aku masih ikut Pony Club."
??Apakah engkau senang bersekolah di asrama?" tanya Nancy.
??Nancy Peterson memang menyenangkan," Jennifer menjawab.
"Ia ibu asrama kami. Tetapi yang lebih menyenangkan ialah pada
musim dingin yang lalu, ketika semuanya tinggal di asrama. Untuk
musim panas ini hanya ada dua belas anak di sana. Memang, kami
mempunyai kuda tunggang dan libur sekolah, tetapi" Ia
membiarkan kata-katanya tak terselesaikan, tangannya menyeka
rambutnya yang pirang ke belakang. ??Tentu lebih senang bersama
ibu." Nancy tersenyum kepadanya.
"Aku yakin begitu," ia membenarkan.
"Aku juga yakin, ia tentu sudah ingin sekali bertemu engkau."
Hari sudah menjelang sore ketika pesawat berputar dan
menurun ke lapangan terbang di Cheyenne. Nancy merasa senang,
segera mengumpulkan kertasnya dan turun. Meskipun Ned dan
Jennifer merupakan teman seperjalanan yang menyenangkan, namun
laporan-laporan itu telah merangsang keinginannya untuk
memecahkan misteri apa pun yang terjadi dengan Clarinda.
Menurut apa yang diketahui para detektif, Clarinda telah naik
kereta ke arah barat. Ia tiba di Cheyenne dua minggu setelah
menghilang dari rumah ayahnya. Setiba di Cheyenne, ia mengambil
kamar di rumah penginapan dan didesas-desuskan mendapat
pekerjaan di sebuah toko setempat.
Namun setelah diperiksa berulang-ulang, tak diketemukan juga
tempat tinggal ataupun tempat bekerjanya. Rupa-rupanya, tak seorang
pun bernama Clarinda Winthrop yang meninggalkan nama di catatancatatan yang ada di Cheyenne. Kedua perusahaan detektif itu pun
telah berusaha mencarinya di Denver, bahkan beberapa kota lain yang
lebih jauh. Namun mereka tak menemukan apa-apa.
??Apakah kita juga akan dijemput, Nancy?" tanya Ned yang
membuyarkan pikiran Nancy.
Nancy segera melihat ke sekeliling, wajahnya sedikit memerah.
Kemudian ia melambaikan tangannya.
??Nyonya Reed!" ia berseru. Dengan mudah ia mengenali
nyonya rumah itu dari tubuhnya yang bulat dan senyumnya yang
hangat. ??Kami di sini!"
Grace Reed bergegas datang dan memeluk Nancy, lalu mundur
selangkah. ??Bukankah engkau semakin mirip ibumu sehari-hari?"
katanya. ??Sudah demikian besar pula."
"Anda juga tidak bertambah tua," kata Nancy, lalu segera
memperkenalkan Ned dan Jennifer. Ia menambahkan: "Ibu Jennifer
seharusnya menjemput dia di sini."
Nyonya Reed tersenyum kepada gadis cilik itu, yang menengok
ke sekeliling dengan agak gugup.
??Mungkin dia masih terhalang lalu-lintas di luar sana," nyonya
itu menghibur. ??Rupanya seperti setengah penduduk Cheyenne
datang kemari untuk menjemput seseorang."
??Apakah kita tak melihat barang-barang kita dulu, Jennifer?"
kata Ned. ??Engkau dapat menunjukkan yang mana milikmu, oke?"
Nancy tersenyum berterimakasih kepadanya, sementara Ned
menggandeng Jennifer ke tempat membongkar muatan. Setelah
Jennifer berlalu, Nancy mengerutkan dahinya sedikit.
"Aku tak dapat membayangkan di mana ibunya," katanya
kepada nyonya Reed. ??Nyonya Peterson mengatakan kepadaku,
bahwa ibunya akan menjemput Jennifer."
??Nyonya Peterson?" Nancy dengan singkat menceritakan bagaimana ia dan Ned
menemani Jennifer dalam penerbangan. Ia pun menceritakan kepada
janda cantik yang mulai memutih itu beberapa hal yang diketahuinya
dari percakapannya dengan Jennifer. Nyonya Reed menggelengkan
kepalanya. ??Penerbangan yang terlalu lama bagi seorang anak seumur itu
seorang diri," katanya. ??Untunglah dia mendapat penjagaan darimu
dan pemudamu itu." Nancy sedikit memerah wajahnya mendengar Ned disebut
secara demikian, lalu dengan cepat memberitahu bahwa Jennifer telah
dapat menemani Ned sementara ia sendiri memikirkan bagaimana
menyelesaikan misteri yang dihadapinya.
"Seolah-olah Clarinda Winthrop telah menghilang begitu saja
dari muka bumi," ia mengakhiri. "Aku jadi tak tahu pasti dari mana
harus memulai." "Nah, aku dapat menyebutkan beberapa nama bagimu, Nancy,"
kata nyonya Reed kepadanya. "Orang-orang lama, yang mungkin
dapat menceritakan kepadamu tentang dia. Carson mengatakan
kepadaku bahwa ia mungkin pernah bekerja di toko bahan pakaian.
Aku tahu bahwa pada saat itu Webber mempunyai toko bahan pakaian
yang terbesar di sini. Untunglah Joshua Webber masih hidup, jadi
mungkin ia dapat memberikan gambaran apa yang telah terjadi pada
Clarinda kalau memang ia pernah bekerja padanya."
"Ha, itu adalah tempat yang bagus untuk memulai," Nancy
membenarkan. Semangatnya mulai membaik setelah tadi membaca
laporan-laporan yang mematahkan semangat. Namun sebelum ia
sempat melanjutkan kata-katanya, Ned dan Jennifer kembali. Ia
melihat bahwa Jennifer nampak sangat gelisah.
"Tak kelihatan juga ibumu?" tanya Nancy.
Kepala yang berambut pirang itu menggeleng dengan tegas.
??Mengapa tidak ditanyakan saja kepada petugas?" kata nyonya
Reed dengan sukarela. ??Mungkin nyonya Buckman telah bertahan,
lalu menelepon. Di sini demikian gaduh dan penuh orang. Kita tak
dapat mendengar suara pengumuman."
??Barangkali kita dapat menelepon ibumu, Jennifer," usul
Nancy. Ia melihat ke sekeliling ke lapangan terbang yang mulai
berkurang orangnya. ??Engkau tahu nomor teleponmu?"
"Aku tak ingat," Jennifer mengaku dengan gugup.
??Mari kita lihat di buku telepon, atau menanyakan pada bagian
informasi," kata Nancy. Ia menggandeng tangannya menuju ke tempat
telepon umum. Sepuluh menit kemudian Nancy dan Jennifer kembali ke tempat
nyonya Reed dan Ned. ??Berhasil?" tanya Ned.
Nancy menghela napas. ??Teleponnya sudah dicabut, dan tak ada pendaftaran baru lagi."
Nancy memandangi nyonya Reed dengan penuh pengharapan.
Nyonya tua itu menggelengkan kepala. Jennifer mulai
mengucurkan air mata. ??Nanti juga beres," kata Nancy menghibur. Ia berlutut di depan
gadis cilik itu. ??Kami akan menemukan ibumu. Aku berjanji."
??Nancy adalah seorang detektif yang sangat baik," nyonya
Reed membenarkan. Suaranya yang menghibur memperkuat kata-kata
Nancy. ??Sementara itu kita semua pulang ke rumahku. Engkau dapat
tinggal bersamaku, Jennifer, sampai kami menemukan ibumu.
Maukah engkau?" Isak tangis itu mereda sedikit dan Jennifer mendongak
memandangi Nancy. ??Maukah engkau benar-benar mencari ibuku?" ia bertanya.
"Akan kuusahakan sebaik-baiknya," jawab Nancy. Ia merasa
pasti, lebih mudah mencari orang yang baru sehari hilang dari pada
mencari seseorang yang telah lenyap selama empat puluh tahun.
Ketika mereka meninggalkan lapangan terbang, Nancy
melemparkan pandangan yang terakhir ke sekeliling. Perhatiannya
tergelitik oleh perasaan diawasi orang. Dua orang muda yang pernah
dilihatnya sebelumnya kini berdiri di dekat telepon umum, dan ia
merasa pandangan mereka selalu mengikuti dirinya sementara ia
bersama Jennifer melintasi ruangan.
3 Lenyap Rumah nyonya Reed berupa gedung dua tingkat yang cantik,
terbuat dari batu bata. Letaknya tepat di pinggir kota. Nancy segera
dapat melihat, bahwa sambutan yang hangat dari anjing Collie nyonya
Reed yang besar telah membantu Jennifer merasa lebih baik.
??Apakah engkau dan Brewster hendak bermain-main dulu di
halaman belakang?" kata nyonya Reed kepada si gadis kecil.
??Bolanya ada di luar sana, dan ia senang sekali mengejar-ngejarnya.
Sayang sekali aku sibuk sekali, hingga menelantarkan dia."
Setelah Jennifer tak dapat mendengar lagi, Nancy berpaling
kepada nyonya rumahnya. ??Menurut anda, apa sebaiknya yang harus kulakukan, nyonya
Reed?" ia bertanya. ??Apakah tidak lebih baik aku menelepon nyonya
Peterson?" "Kukira begitu. Tetapi mengapa engkau tak memanggil aku
dengan Grace saja? Sebutan nyonya Reed terlalu resmi. Kita semua
akan tinggal dalam satu atap bersama-sama? "
Nancy tersenyum. ??Terima kasih, Grace," katanya. Ia minta diri hendak
menelepon, yang terletak di atas meja kecil, di sudut kamar.
Percakapan dengan nyonya Peterson itu berlangsung beberapa menit.
Tetapi ketika akhirnya ia meletakkan gagang telepon, Nancy
menghela napas panjang. "Apa katanya?" tanya Ned ketika kembali menyertai dia dan
nyonya Reed lagi. "Hanya mengatakan, tak ada pesan-pesan lainnya lagi semenjak
kita berangkat. Nyonya Peterson sangat bingung terhadap ini semua.
Ia meminta maaf karena dengan lancang telah melibatkan kita .... "
??Omong kosong," kata nyonya Reed. "Kuharap engkau bisa
meyakinkan dia agar jangan gelisah."
"Ah, memang," jawab Nancy.
"Nah, bagaimana kalau kutelepon saja polisi?" usulnya.
??Sungguh baik engkau mau melibatkan diri seperti ini." Nancy
menghela napas. "Aku hanya tak pernah bermimpi ibunya tak mau
menunggu Jennifer. Nyonya Peterson nampaknya begitu yakin."
??Tetapi Jennifer justru tidak." Ned memotong percakapan itu
untuk pertama kali. "Apa maksudmu?" tanya Nancy dengan heran.
??Ketika kami mengobrol sementara engkau membaca tadi,
rupa-rupanya Jennifer tak ikut berbicara ketika ibunya menelepon
meminta dia agar pulang. Ia merasa tersinggung bahwa ibunya tak
mau berbicara dengannya."
"Aneh," kata Nancy. ??Apakah kaukira ini mungkin hanya
lelucon?" ??Tentunya nyonya Peterson tak mudah ditipu," kata Ned.
??Nampaknya ia seperti seorang ibu yang teliti bagi Jennifer."
??Memang," Nancy membenarkan. Tetapi pikirannya melayang
sejenak kepada dua orang muda di lapangan terbang. Nampaknya
mereka menaruh perhatian demikian besar kepada Jennifer. Tetapi
kalau mereka disuruh oleh ibunya, mengapa mereka tak mau
mendekati gadis cilik itu? Benar-benar membingungkan.
"Aku akan menelepon polisi," Nyonya Reed mengulang, dan ia
melangkah menuju ke telepon.
??Sementara itu, Nancy, maukah engkau menuangkan limun
bagi kita? Di dapur ada kue yang baru di dalam tempat porselin
berbentuk labu. Limunnya ada di lemari es. Aku sudah menyiapkan
semuanya. Aku tahu, engkau tentu membutuhkan minuman segar
setelah bepergian demikian lama." Ia tersenyum. ??Sediakan saja di
meja luar di belakang sana, ... bersama Jennifer."
Nancy bergegas mendatangi dan memeluk. ??Terima kasih
nyonya ... eh ... Grace," ia berbisik.
Ned kembali dari melihat Jennifer dan Brewster, lalu bertanya:
??Apakah tidak lebih baik kubawa dulu kopor-kopor ini ke kamar kita?
Kalau anda menunjukkan .... "
Grace melihat ke sekeliling.
??Hampir saja aku lupa," ia mengaku. "Kamarmu di ujung
ruang dalam itu, Ned." Ia menunjuk dengan jarinya. ??Nancy dan
Jennifer dapat menggunakan kamar depan di atas. Pintu pertama ke
kanan di atas tangga."
??Jangan terlalu lama!" Nancy menggoda. ??Nanti Jennifer dan
aku akan menghabiskan kue-kuenya."
Grace menyertai Nancy lagi ketika Nancy baru saja selesai
menuang limun dan hendak mengambil kue-kue. Ia memberengut.
??Dave Hill akan pergi memeriksa," katanya.
??Tetapi nampaknya ia tak banyak harapan. Semua orang
sedang sibuk menghadapi rodeo."
"Bagaimana dengan Jennifer?" tanya Nancy. ??Mereka tak akan
membawa dia, bukan?"
Grace tersenyum. "Sudah kukatakan kepada Dave. Ia dapat mempercayakannya
kepadaku sampai ibunya ditemukan."
Nancy menghela napas. ??Kuharap saja cepat," katanya.
??Menurut pendapatmu, dari mana kita harus memulai
mencari?" tanya Ned, ketika Nancy sedang membawa talam berisi
gelas-gelas limun. ??Kukira kita harus mulai dari rumah keluarga Buckman,"
Nancy mengusulkan. "Aku mengetahui alamatnya ketika aku hendak
mencoba meneleponnya di airport tadi."
??Kukira tadi kaukatakan bahwa teleponnya sudah dicabut,"
Ned mengingatkan. ??Barangkali saja ia baru pulang, dan belum menyambung
pesawatnya," balas Nancy. "Atau tetangga-tetangga mungkin dapat
mengatakan kepada kita tentang sesuatu."
"Itu pikiran yang baik," Grace membenarkan. "Aku memang


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak pernah mengamati tetangga, tetapi biasanya tahu kalau mereka
sedang keluar kota atau semacam itu."
Bercanda dengan Brewster nampaknya telah membuat Jennifer
merasa gembira lagi. Setelah ia menghabiskan limun dan beberapa
potong kue, ia sudah tenang kembali dan duduk di depan pesawat TV,
lengannya yang satu memeluk leher Collie yang berambut panjang.
Nancy dan Ned meninggalkan dia untuk dijaga oleh Grace, sementara
mereka meminjam mobil kecil Grace pergi ke kota Cheyenne. Mereka
mencari alamat di buku telepon.
Ketika akhirnya mereka menemukan jalannya, Nancy merasa
harapannya menyusut. Rumah itu kecil menarik, tetapi halaman
rumputnya telah kering karena tak terurus, dan jendela-jendelanya
tertutup. ??Rupanya tak terlalu memberi harapan, ya?" kata Ned.
Nancy menggeleng. ??Tetapi kukira lebih baik kita coba juga," katanya. ??Barangkali
dapat mengintip dari jendela garasi, melihat apakah mobilnya masih
ada di sana." ??Engkau yang ke pintu, biar aku yang ke garasi," Ned
menyetujui sambil turun dari mobil. ??Tetapi kalau ia memang masih
tinggal di sini, jelas ia harus merawat halamannya."
??Barangkali ia tak mampu mengerjakannya," Nancy
mengingatkan. "Ia telah mengalami kecelakaan."
Ned mengangguk, kemudian meninggalkan mobilnya dan
mengitari rumah ke garasi. Nancy cepat-cepat ke pintu depan, dan
melihat beberapa helai surat di dalam bis surat. Lonceng pintu
bergema kosong, dan setelah beberapa kali membunyikannya, Nancy
menyerah. Ia pergi untuk melihat apakah Ned mendapatkan hasil.
??Ada mobil di dalam sana," kata Ned kepadanya ketika mereka
bertemu di sudut rumah. "Aku tak dapat melihatnya dengan jelas,
tetapi nampaknya masih agak baru."
??Kalau begitu ia baru saja ada di sini," kata Nancy sedikit
cerah. "Atau orang lain," Ned membetulkan. ??Mungkin ia
menyewakan garasinya. Banyak orang yang berbuat demikian kalau
mereka tak mempunyai mobil sendiri."
Nancy menghela napas dan menyatakan, bahwa mungkin Ned
benar. ??Pergilah engkau ke rumah-rumah tetangga sebelah timur, aku
akan pergi ke sebelah barat," katanya. ??Dengan cara itu tak akan
makan waktu lama untuk mengetahui apakah ada yang melihat
nyonya Buckman." Ternyata waktunya lebih lama dari yang diperkirakan Nancy,
dan hasilnya mengecewakan. Kebanyakan para tetangga menjadi
curiga atas pertanyaan-pertanyaan Nancy. Mereka segan
membicarakan pemilik rumah tersebut. Hanya ketika Nancy mencoba
pada rumah yang tepat berseberangan ia mendapatkan beberapa
jawaban. ??Lorna ada di sini beberapa hari minggu yang lalu," kata
nyonya yang nampak lelah itu kepada Nancy. "Aku memang heran
melihat dia, kalau engkau mau tahu yang sebenarnya. Kukira ia telah
menjual rumah itu setelah kecelakaan. Tetapi kukira, sambil
menghidupi seorang anak dan segala sesuatunya"
"Hari ini anda tak melihatnya?" tanya Nancy.
Nyonya itu menggeleng. ??Tidak, selama dua-tiga hari ini. Kukira ia keluar kota untuk
menghindari hari-hari yang sibuk dengan rodeo ini. Memang banyak
yang berbuat demikian, harap kautahu. Orang-orang berdatangan
kemari dari mana saja untuk melihat rodeo, dan malah penduduk di
sini pergi untuk menghindarinya." Ia tertawa tanpa humor. ??Kukira
begitulah sifat manusia."
??Apakah anda tahu ke mana kira-kira ia pergi?" Nancy
mendesak. ??Ada sesuatu yang sangat penting yang harus
kusampaikan kepadanya. ??Ada perlu apa engkau dengan dia?" Mata wanita itu tiba-tiba
nampak bermusuhan. ??Berkaitan dengan anaknya," Nancy menjelaskan. ??Tahukah
anda siapa yang kira-kira dikunjunginya, atau ke mana perginya?"
Nyonya itu menimbang-nimbang untuk beberapa saat,
kemudian menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya mengenal Lorna untuk mengucapkan halo dan
selamat tinggal, hanya itu. Malah aku tidak sering melakukan hal itu
akhir-akhir ini, hanya melambaikan tangan dari jendela. Ia entah ada
di mana, dan tak seorang pun di sekitar sini yang tahu."
"Nah, kalau-kalau ia pulang, dapatkah anda menyampaikan
pesan kami?" tanya Nancy, yakin bahwa tugasnya tak ada harapan.
??Dapatkah anda menyampaikan namaku beserta nomor teleponku,
dan minta agar dia segera meneleponku?"
Nyonya itu nampaknya segan, tetapi setelah berpikir beberapa
saat ia mengangguk. ??Kalau kebetulan aku melihat dia," katanya.
??Kukira kalau begitu saja aku bisa."
Nancy menuliskan nama dan nomor telepon Grace pada secarik
kertas, kemudian mengucapkan terimakasih dan kembali ke mobil.
Ned yang nampak tak berpengharapan sudah menunggu. ??Berhasil?"
tanya Ned. Nancy menggeleng. "Ia memang ada di sana pada permulaan minggu. Tetapi ruparupanya tak seorang pun yang tahu ke mana ia pergi atau mengapa ia
pergi." Ned mengangguk. "Tak seorang pun yang kuajak berbicara tahu bahwa ia ada di
sini. Daerah ini memang tak begitu ramah rupanya."
Nancy hendak masuk ke mobil, lalu berhenti ketika sebuah
sedan biru lewat di jalan.
??Mungkin memang tidak ramah," kata Nancy. ??Tetapi jelas
mencurigakan." "Apa maksudmu?" tanya Ned.
??Kecuali kalau aku keliru, rupanya bukan untuk pertama kali
ini kulihat mobil itu," kata Nancy kepadanya sambil memicingkan
mata menghadap matahari. Namun ia tak dapat melihat orang yang
ada di dalamnya, karena jendela dan kaca depan tertutup dan berkilau
memantulkan sinar matahari. Ia juga gagal melihat nomor mobil itu
karena dengan cepatnya menghilang di tikungan.??Mungkin mereka
tahu di mana Lorna Buckman berada," kata Ned serius sementara
Nancy segera menghidupkan mesin mobil. Tetapi sebelum mereka
sampai di ujung jalan, mobil biru itu lenyap dalam lalu lintas yang
padat.TEENLITLAWAS.BLOGSPOT.COM
Nancy menghela napas. ??Apakah yang harus kukatakan kepada Jennifer?" ia bertanya.
Ia sadar bahwa Ned tak dapat menjawab pertanyaan itu, seperti juga
dirinya sendiri. Kadang-kadang memang ada saat-saat bagi seorang
detektif hampir putus harapan.
4 Hampir Celaka Meskipun gemerlapnya cahaya kota dan riuhnya suara musik
beserta cemerlangnya lampu-lampu neon karnaval di sekitar lapangan
rodeo menimbulkan gairah, namun Nancy terlalu kecewa dan murung
untuk memperhatikannya. Ia gembira ketika Ned membawanya
kembali ke rumah nyonya Reed, meskipun ia belum siap untuk
mengatakan kepada Jennifer, bahwa ia belum berhasil menemukan
ibunya. Untunglah Jennifer terlalu capai akibat kejadian-kejadian hari
itu. Ia tak mengetahui perasaan kurang yakin di balik kata-kata Nancy
yang meyakinkan. Setelah selesai makan malam, Jenifer segera tidur,
meninggalkan ketiga orang yang resah itu membicarakan apa yang
akan mereka lakukan berikutnya.
"Aku telah menelepon beberapa alamat ketika kalian pergi,"
Grace memulai. ??Memeriksa rumah-rumah sakit, semacam itulah.
Tak terdapat nama Lorna Buckman yang dirawat di mana pun juga di
Cheyenne ini." "Aku hanya tak tahu harus mencari ke mana selanjutnya,"
Nancy mengaku. "Aku sudah mulai dikejar-kejar. Mula-mula,
Clarinda Winthrop menghilang empat puluh tahun yang lalu, dan
sekarang Lorna Buckman rupanya melakukan hal yang sama."
Grace menggelengkan kepala.
"Aku hanya tak dapat mengerti, bagaimana seorang ibu
membiarkan seorang anak seperti Jennifer secara ini. Tak mungkin ia
tahu bahwa engkau terbang bersama anaknya. Bayangkan kalau
Jennifer seorang diri datang di Cheyenne?"
Nancy menggigil, lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir
dengan gelisah. ??Apakah engkau ingin jalan-jalan?" Ned mengusulkan.
Nancy mengangguk. ??Kukira aku benar-benar memerlukannya," Nancy mengaku.
"Aku terlalu gelisah untuk tidur sekarang ini."
??Grace?" tanya Ned.
Grace menggeleng. ??Mengapa tak mengajak Brewster saja?" ia
menyarankan. "Ia tentu akan senang sekali, aku yakin."
Malam itu sejuk dan angin malam mempermain-mainkan
rambut Nancy yang kemerah-merahan. Bintang-bintang nampak
sangat dekat dan cemerlang setelah mereka menjauh dari gemerlapnya
kota Cheyenne. ??Kukira lebih baik kita bawa Jennifer menonton arak-arakan
besok," kata Ned, sementara mereka mengikuti jambul putih pada
ekor anjing colllie di sepanjang jalan tanah yang kasar.
"Yah, Ned. Bagaimana dengan mencari ibunya?"
??Katanya engkau tak tahu di mana harus mulai," Ned lalu
mengingatkan. ??Barangkali sedikit bersantai-santai akan sangat baik
bagi kalian berdua. Selain itu, kukira ia akan menyenanginya. Aku
sendiri yakin bahwa aku akan menikmatinya."
Nancy menanggapi godaannya.
"Aku juga," ia mengaku. "Itu pikiran yang bagus. Kita masih
dapat mulai mencari lagi setelah arak-arakan."
Matahari bulan Juli memancar panas keesokan harinya, ketika
mereka berdiri menunggu di pinggir jalan yang penuh orang. Nancy
melihat penuh keinginan ke tempat teduh di depan toko-toko di
belakangnya, tetapi ia tahu, ia tak akan dapat memenuhi keinginan itu
kalau ia ingin melihat arak-arakan. Jennifer yang telah pulih kembali,
sudah menari-nari turun ke jalan untuk melihat para penunggang kuda
di kepala arak-arakan. ??Tentu akan segera datang," kata Ned. Ia melihat arlojinya.
??Sudah jam sepuluh lewat."
??Arak-arakan selalu terlambat," kata Jennifer.
??Tidak terlalu terlambat," kata Nancy, ketika pendengarannya
yang tajam menangkap suara musik di kejauhan. ??Tentu segera
datang sekarang." Teriakan orang-orang membenarkan pernyataan Nancy, dan
semua orang mendesak maju ketika para penunggang kuda mulai
nampak. Kuda-kuda itu menari-nari galak, dan angin segera nampak
menimpa bendera-bendera yang dibawa para penunggangnya.
Salah seekor kuda mengangkat kedua kaki depannya, lalu
tergelincir di aspal. Nancy segera menarik Jennifer ke belakang,
sementara penunggangnya memacu kudanya ke depan, lalu
memperbaiki keseimbangannya hingga tak jadi jatuh.
Kereta-kereta, gerobak-gerobak, dan kendaraan-kendaraan
berkuda lainnya beriring-iringan di sepanjang jalan arak-arakan.
Pasangan-pasangan kuda gugup dan bermandi keringat di tengahtengah kegaduhan dan kerumunan orang banyak, melonjak-lonjak
mendengar suara petasan dan peluru kosong yang ditembakkan oleh
sejumlah penunggang kuda yang berpakaian sebagai anak buah
Sheriff dan penjahat berkuda.
Banyak kereta hias yang menggambarkan adegan-adegan
zaman Old West. Sebuah kendaraan hias menampilkan penari-penari
rakyat Amerika, yang berputar-putar menari-nari di atas geladak bak
truk, disertai suara musik dan pembawa acara.
??Kelihatannya menyenangkan sekali," kata Ned, ketika sebuah
kereta dapur lewat, bau daging panggang yang sudah sangat dikenal
memenuhi udara. "Aku ingin tahu, bagaimana caranya dapat ikut naik
kereta hias." "Aku ingin menaiki kereta kuda," kata Nancy. Perhatiannya
tertuju kepada sebuah kereta kuda ringan yang sedang lewat.
??Lihatlah pakaian-pakaian mereka itu. Tentu merupakan barang
antik!" "Aku lebih senang naik kuda," Jennifer menyatakan. Kemudian
ia melambai-lambaikan tangannya penuh semangat kepada
sekelompok remaja yang lewat. Mereka juga melambai kembali
sambil menyerukan nama Jennifer.
Nancy tersenyum gembira melihat Jennifer untuk sementara
waktu lupa akan menghilangnya ibunya. Kemudian ia sadar,
barangkali ia telah terlewati sebuah petunjuk yang penting.
??Siapa anak-anak itu, Jennifer?" ia bertanya.
??Becky dan Andy dari Pony Club," jawabnya cepat, meskipun
Jennifer tak berpaling kepadanya.
??Apakah orang tua mereka juga mengenal ibumu?" tanya
Nancy. Kali ini pandangan Jennifer beralih dari arak-arakan, kedua
matanya bersinar-sinar. ??Tentu saja," ia menjawab. ??Kami biasa piknik bersama-sama,
dan ibu-ibu kami selalu rapat dulu merundingkan soal makanan dan
sebagainya." ??Nanti sesudah arak-arakan, aku ingin engkau memberikan
nama-nama anggota klub yang kauingat," kata Nancy kepada si gadis
cilik. "Mungkin salah seorang dari mereka tahu di mana ibumu
berada." Sekelompok pembantu sheriff berkuda datang, berteriak-teriak
sambil menembak-nembakkan pestol mereka dengan peluru kosong.
Teriakan-teriakan dari para penonton menandakan bahwa mereka itu
dikenal baik dan disenangi masyarakat. Seorang penunggang berhenti
untuk menaikkan seorang anak laki-laki ke atas kudanya, didudukkan
di depannya. Kereta kuda berikutnya dinaiki seorang penembak tepat. Setiap
kali ia melemparkan sebuah bola berwarna cerah ke udara, lalu
ditembaknya dengan pestol. Bila bola itu pecah, permen yang
berwarna-warni yang ada di dalamnya berjatuhan dan menjadi rebutan
anak-anak. Nancy tertawa ketika Jennifer menyeruak bersama anak-anak
lainnya. Gadis detektif itu berpaling kepada Ned, hendak mengatakan
bagaimana gembiranya ia atas usul Ned untuk menonton arak-arakan
tersebut. Tetapi, sebelum ia sempat bersuara, sekelompok orang yang
padat mendorongnya dengan cepat dari belakang. Ia terdesak
demikian kerasnya hingga terhuyung-huyung ke tengah jalan, tepat di
hadapan seekor kuda pinto yang melonjak-lonjak mendatangi.
??Nancy?" Tangan Ned yang kuat menangkap lengannya dan
menariknya ke belakang, menghindar dari tapal kuda yang berkilatkilat ditimpa sinar matahari.
Nancy terhuyung-huyung ke pinggir kembali.
??Engkau tak apa-apa?" Ned bertanya, lengannya tetap
melindungi bahu Nancy. Nancy menarik napas, lalu melihat ke sekelilingnya.
??Siapa yang berbuat tadi?" ia tergagap. "Dan ke mana
perginya?" Ned menggeleng. "Aku tak tahu ke mana perginya, tetapi ia seorang orang muda,


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

duapuluhan lebih. Rambutnya hitam dan berkumis kecil. Untuk apa ia
sebenarnya .... " Nancy tak mendengar lagi, sebab telinganya menangkap suara
lain, suara yang sulit dapat dikenali karena gaduhnya suara
rombongan musik tiup yang sedang lewat. Apa yang didengarnya
adalah suara anak kecil yang memanggil namanya.
??Jennifer?" ia tergagap, matanya menyapu ke sekeliling. "Ned,
di mana Jennifer?" Pandangan mata mereka beradu sejenak, kemudian mereka
menyerbu menyeruak di antara orang banyak, mendorong-dorong
keras menyusup masuk. Rasa khawatir mengalahkan sopan-santun
mereka. Beberapa orang balas mendorong sambil memaki-maki,
namun banyak pula yang dapat memahami, melihat wajah Nancy dan
Ned, bahwa mereka sedang menghadapi sesuatu yang tak diharapkan.
Mereka mundur memberi jalan.
??Jennifer!" Nancy berteriak, berharap bahwa suaranya dapat
terdengar di tengah hiruk-pikuk. ??Jennifer! Di mana engkau?" Ia
merasa ngeri, bahwa anak kecil itu juga sedang hendak lenyap seperti
ibunya! 5 Penyelesaian ??Nancy!" Jeritan itu terdengar tepat di depannya di balik
tikungan. Nancy berlari ke arah itu, bersyukur bahwa kerumunan orang
tak begitu padat lagi ketika ia menjauhi jalan yang dilalui arak-arakan.
Pemandangan yang dilihatnya ketika ia telah menikung membuatnya
terhenyak berhenti. Sebuah mobil biru yang dikenalnya berhenti di pinggir jalan,
pintunya terbuka sedangkan mesinnya tetap berjalan. Seorang laki-laki
berambut pirang sedang bergerak menuju ke mobil tersebut sambil
menggendong Jennifer yang menjerit meronta-ronta.
??Berhenti!" teriak Nancy sambil berlari maju. ??Lepaskan dia!"
Orang muda itu memperlambat jalannya, cukup lama untuk
dapat menengok ke belakang. Ketika ia sedang menengok, Jennifer
menendangkan sepatu yang berujung lancip dan mengenai lututnya.
Orang itu menjerit kesakitan dan melepaskan Jennifer.
Kemudian dengan terpincang-pincang ia melompat ke mobil birunya.
Mobil itu segera bergerak maju sebelum pintunya tertutup rapat. Suara
rem berderit-derit dan selusin klakson memaki mobil itu, sebelum ia
menghilang masuk ke sebuah gang.
Namun kali ini Nancy sempat mengingat nomor mobil itu,
kemudian berlutut di samping anak kecil yang menangis terisak-isak.
??Engkau tak cedera, Jennifer?" ia bertanya sambil
memeluknya. ??Apakah mereka telah menyakiti engkau?"
Ned melompat-lompat mendatangi sebelum Jennifer dapat
menjawab. ??Ada apa?" ia bertanya. Wajahnya yang biasanya cerah
berwarna merah karena marah.
??Mereka hendak menculik Jennifer," jawab Nancy. ??Mobil
biru yang kita lihat ketika kita sedang mencari nyonya buckman di
rumahnya." ??Orang yang berkumis itu?" tanya Ned.
Nancy menggeleng. ??Yang ini berambut pirang, dan kukira lebih muda." Ia
memejamkan matanya sejenak, menyadari apa arti yang telah
dikatakannya. "Ned, aku pernah melihat kedua orang itu. Aku baru
teringat. Kemarin mereka berada di lapangan terbang. Kulihat mereka
mengawasi kita, tetapi aku benar-benar tak memikirkannya."
??Apakah kaukira mereka ada di sana untuk mencari Jennifer?"
tanya Ned. ??Katanya ia hendak membawa aku ke ibuku," kata Jennifer ikut
berbicara ketika isaknya sudah mereda. ??Kukira semula mungkin ia
dari Pony Club atau semacam itu, maka aku mau ikut. Kemudian
kukatakan kepadanya, bahwa aku hendak memberitahu kalian dulu
bahwa aku hendak pergi. Pada saat itulah ia mengangkat aku dan lari."
Air mata memenuhi kedua matanya lagi. "Aku takut sekali, Nancy!"
??Apakah engkau melihat orang yang lebih tua dan berkumis?"
tanya Nancy. Jennifer menggeleng. ??Mungkin ia ada di dalam mobil," jawab Nancy atas
pertanyaannya sendiri. Pikirannya berputar cepat. ??Mereka tentu telah
mengamati kita, hanya menunggu kesempatan."
Ned mengangguk mengiakan.
??Ketika Jennifer masuk ke kerumunan orang, mudah bagi
mereka untuk mengalihkan perhatian kita, dengan mendorong aku ke
tengah jalan," Nancy melanjutkan. ??Barangkali mereka mengira
sudah dapat pergi jauh sebelum kita sadar akan lenyapnya Jennifer."
"Lalu apa yang harus kita perbuat sekarang?" tanya Ned dengan
pandangan khawatir. Nancy memandangi Jennifer.
??Engkau masih ingin menonton kembali?" ia bertanya.
??Tidak," jawab Jennifer. ??Tidak lagi untuk hari ini."
??Masih banyak lagi arak-arakan yang dapat kita tonton," Ned
membenarkan. ??Grace telah mengatakan, masih ada tiga arak-arakan
lagi: Selasa, Kamis dan Sabtu mendatang."
??Mungkin kita malah dapat ikut naik," kata Nancy. Ia berharap
dapat mengalihkan perhatian Jennifer, setelah ia yakin Jennifer tak
mengalami cedera ketika jatuh dilepaskan orang tadi.
??Kukira lebih baik kita cari minuman dingin yang segar dulu
sebelum kembali ke mobil," kata Ned.
Nancy setuju. Setelah ketegangan berlalu, ia merasa sedikit
gemetar. Ia sadar, ia dapat terluka parah kalau saja Ned tidak
menangkapnya, ketika ia terhuyung-huyung hendak jatuh ke jalan
lintasan kuda-kuda. Ia sangat bersyukur kini dapat berjalan dengan
lengan Ned merangkul pinggangnya, sementara tangannya sendiri
menggandeng Jennifer. Ketika mereka selesai minum soda yang menyegarkan, Jennifer
sudah cukup tenang untuk memberikan sederetan nama-nama anggota
Pony Club yang diingatnya. Ternyata daftar itu hanya pendek dan
kurang memberi harapan, karena Jennifer hanya banyak mengenal
nama depannya saja. Ia memang hanya tinggal selama musim panas di
Cheyenne, sebelum bersekolah di sekolah berasrama pada musim
gugur. Orang-orang dewasa yang dikenalnya, hanya dengan nama
panggilan yang digunakan oleh ibunya.
"Maaf aku tak dapat membantu lebih jauh, Nancy," kata
Jennifer. ??Barangkali lebih baik kalau aku ikut orang tadi. Barangkali
ia memang hendak membawaku ke tempat ibu."
Nancy menggeleng dengan tegas.
??Ibumu tak mungkin menyuruh orang mengambil engkau
dengan cara begitu, Jennifer. Aku belum tahu apa yang sebenarnya
terjadi di sini, tetapi aku akan bersungguh-sungguh mencari tahu."
"Siap untuk pulang ke rumah Grace?" tanya Ned.
Nancy mengangguk. ??Mungkin ia mengenali beberapa nama ini," kata Nancy penuh
harapan. "Atau ia mengenal seseorang yang dapat memberitahu aku
tentang anggota-anggota Pony Club."
"Aku hanya ingin mencari ibu," Jennifer menggumam dengan
sedih. "Aku merasa kehilangan dia, Nancy. Ia telah begitu lama sakit,
dan ia baru saja menyurati aku tentang apa yang akan dilakukannya
kalau ia mulai merasa sembuh dan aku dapat pulang."
??Lama sekali bagimu, ya?" tanya Nancy.
??Kami sedang hendak berlibur ke California sebelum sekolah
dimulai lagi pada musim gugur yang lalu. Pada waktu itulah
kecelakaan itu terjadi. Kukira aku merasa beruntung nenekku dapat
membujuk mereka agar aku dapat bersekolah di sekolah berasrama.
Tetapi aku tak suka terlalu lama jauh dari ibu."
"Aku akan berusaha agar kalian berdua dapat bersama-sama
lagi," Nancy berjanji, sementara mereka berjalan menuju ke mobil
mereka. ************* Telepon di siang hari itu ternyata lebih mengecewakan dari
pada memberikan harapan kepada Nancy. Usahanya untuk
mengetahui pengendara mobil biru itu juga sia-sia, karena menurut
laporan polisi, mobil itu berasal dari negara bagian lain yang telah
tercuri seminggu sebelumnya. Kemudian, dengan bantuan Grace, ia
berhasil menghubungi beberapa orang sponsor Pony Club.
Namun mereka juga hanya dapat memberikan sedikit informasi.
Semuanya menunjukkan perhatian mereka, dan beberapa di antaranya
menawarkan diri, mau menerima Jennifer di tempat mereka sampai
Nancy dapat menemukan Lorna Buckman.
"Aku sebenarnya merasa bersalah menolak tawaran mereka,"
kata Nancy kepada Grace setelah selesai menelepon. "Aku tahu, tak
seharusnya aku meminta engkau menerima Jennifer. Engkau sudah
sedemikian baiknya menerima aku dan Ned, tetapi aku khawatir
melepaskan Jennifer pergi ke tempat lain. Setelah apa yang hampir
saja terjadi kepadanya tadi pagi, mungkin ia dalam bahaya."
??Jangan pikirkan membiarkan dia pergi ke mana saja," kata
Grace dengan tajam. "Ia anak yang manis dan kuterima dengan tangan
terbuka di sini. Ia jauh lebih mudah dijaga dari cucu-cucuku sendiri
yang kemari bulan lalu."
Nancy melihat ke sekeliling, ke ruangan yang besar dan
nyaman. ??Setidak-tidaknya engkau tak akan kesepian seorang diri,"
katanya. ??Memang, kalau anak-anakku dan cucu-cucuku sering datang
dan teman-teman datang berkunjung." Grace memeluk bahu Nancy.
"Nah, bagaimana dengan keselamatanmu?" ia bertanya.
??Apakah engkau hendak menelepon ayahmu dan mengatakan
apa yang terjadi di arak-arakan itu?"
??Kalau saja aku bisa," jawab Nancy. ??Tetapi aku tak tahu di
mana ayahku. Seharusnya ia menelepon kemari nanti malam.
Mungkin ia akan memberikan beberapa informasi tentang misteri
kami yang lain." Grace menggeleng-gelengkan kepala.
??Dengan masalah Jennifer ini, engkau jadi tak mempunyai
banyak waktu lagi untuk Clarinda Winthrop, ya?"
"Aku malah belum sempat melihat daftar nama yang telah
kauberikan padaku," Nancy mengaku.
"Aku juga telah memikirkan tentang daftar itu. Kukira akan
lebih bijaksana kalau engkau terlebih dulu menghubungi Webber,"
saran Grace. Ia tersenyum. ??Sebenarnya aku telah mengatur suatu
pertemuan, kalau engkau tak berkeberatan."
??Keberatan? Aku sangat senang!" kata Nancy untuk
meyakinkan Grace. "Kapan? Dan di mana?"
"Senin pagi, di tempat Chuck wagon Breakfast, Joshua Webber
selalu ikut memasak. Katanya ia akan mengambil giliran pagi, dan
akan bebas pada jam delapan hingga dapat makan bersama kita.
Kuharap engkau menyukai ham, serabi dengan sirop, dan susu atau
kopi." ??Lezat sekali kedengarannya, tentunya juga menyenangkan,"
Nancy menyetujuinya dengan gembira.
"Aku tahu engkau tentu akan segera dapat bercakap-cakap
dengan dia. Tetapi ia sangat sibuk dengan segala tetek-bengek rodeo
ini. Engkau pun sibuk juga."
Nancy mengangguk. ??Sebenarnya aku beruntung dapat berbicara dengannya.
Katanya ia tak ingat ada seseorang bernama Clarinda Winthrop yang
pernah bekerja padanya, tetapi mungkin ia akan mengenali kalau ada
fotonya." "Aku tentu akan membawa fotonya," kata Nancy.
Sore itu seperti tak berakhir bagi Nancy, meskipun ia telah
berusaha keras untuk ikut berbincang-bincang dengan Grace, Ned dan
Jennifer. Telinganya selalu dipasang untuk mendengar suara dering
telepon dari ayahnya. Suatu hal menyita perhatiannya sejenak. Mereka sedang duduk
di kursi kebun yang nyaman setelah makan malam. Ned bertanya:
??Grace, apakah kira-kira ada kesempatan bagi kami untuk ikut
naik di salah satu kendaraan arak-arakan? Maksudku, di kereta hias
atau kereta kuda." Grace tertawa. ??Beberapa kendaraan telah dijanjikan dari tahun ke tahun.
Sesungguhnya, kereta milik keluarga telah banyak yang digunakan
oleh dua atau tiga generasi dalam setiap arak-arakan."
Nancy menghela napas. "Aku sudah khawatir akan hal ini," ia mengaku. "Aku hanya
mengharapkan suatu kesempat- an untuk dapat mengenakan gaungaun model kuno itu. Selain itu, naik kereta kuda yang ringan atau
sejenisnya nampaknya enak sekali."
Grace terhenyak, meletakkan segelas air teh dengan es.
"Ya, ampuun. Hampir saja aku lupa. Nancy, aku justru harus
menanyakan kepada engkau tentang hal itu!" Wajahnya nampak
bersalah. ??Barangkali engkau dapat ikut rombongan Pony Club," kata
Jennifer sebelum Nancy sempat menanyakan apa yang dimaksud oleh
Grace. "Aku sudah berbicara dengan nyonya Carleton, dan katanya
aku dapat ikut dengan mereka pada hari Selasa." Ia berhenti sejenak,
lalu menyambung: "Kalau engkau tak berkeberatan, tentu saja."
Nancy mempertimbangkan risiko-risikonya sejenak, lalu
mengangguk. ??Setelah apa yang terjadi padamu hari ini, barangkali akan
lebih aman kalau ikut daripada hanya menonton." Ia lalu berpaling
kepada Grace. "Nah, apa yang lupa kautanyakan padaku?"
??Kalau engkau merasa tertarik ikut dalam kereta kuda Ferguson
pada hari Selasa. Biasanya anak perempuan Elsa Ferguson yang naik
di kereta itu bersama ibu dan bibinya, tetapi kakinya terkilir sore tadi.
Mungkin dia belum akan sembuh dengan segera."
"Waah, aku ..." Nancy mengehela napas dalam-dalam.
??Kasihan benar dia, tetapi itu memang sangat menarik."
"Nah, Elsa telah meminta aku, tetapi aku tak mungkin
mengenakan pakaian anaknya. Aku juga tak mau susah-susah mencari
sendiri. Aku yakin engkau dapat memakai gaun itu tanpa dirubahrubah lagi.
"Itu memang bagus sekali," kata Nancy. ??Kalau engkau
memang yakin, maksudku, aku tak mau me"
Grace tertawa. "Aku yakin." Ia berpaling kepada Ned. "Maaf, aku tak dapat
menyediakan engkau hal yang sama," katanya. ??Tetapi engkau tentu
akan diterima dengan senang hati ikut menunggang salah seekor
kudaku. Aku yakin, Pony Club tentu senang mendapat tambahan
seorang penunggang lagi."
Nampaknya Ned seperti hendak menolak, tetapi lalu
menyeringai dan mengangguk.
??Kukira memang lebih baik kalau salah seorang dari kita dapat
mengawasi Jennifer," ia mengaku.
"Aku akan memberitahu mereka besok pagi saja," kata Grace.
"Aku tak ingin menelepon, kita sibuk sebelum mendapat panggilan
dari Carson sampai nanti malam."
Nancy menghela napas dan melihat arlojinya, kemudian
memandang ke kegelapan di luar.
"Aku memang ingin agar ia segera menelepon," katanya. "Aku
sungguh ingin tahu apa yang ditemukannya di penginapan itu."
??Mungkin alasan mengapa ia tak segera menelepon, karena
justru ia belum mengetahui apa-apa," kata Ned menerka-nerka. Ia


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha menghibur temannya yang resah.
??Kalau begitu ia tentu akan menelepon, memberitahu kapan ia
akan datang kemari," Nancy mengeluh. Ia terlalu gelisah untuk dapat
ditenangkan. Satu jam lewat, dan malam menjadi sedemikian sejuk hingga
mereka pindah ke dalam. Jennifer masuk ke kamar tidur,
meninggalkan Ned, Nancy dan Grace untuk tetap menunggu.
Jennifer sudah lama tertidur, dan Nancy melihat bahwa Grace
sudah mulai lelah karena telah menghadapi hari yang sibuk. Setelah
melihat arlojinya lagi ia tahu bahwa menunggu lebih lama lagi akan
sia-sia juga. Maka dengan segan-segan ia berdiri.
??Kukira ia masih terlalu sibuk untuk dapat menelepon malam
ini," katanya tanpa rasa percaya diri. ??Barangkali saja ia menelepon
besok pagi." ??Kuharap saja pagi-pagi benar," kata Grace. ??Kita mempunyai
tiket rodeo untuk besok siang."
??Mungkin ia menelepon Hannah besok pagi," Nancy
menggumam. ??Mungkin ia menelepon Hannah daripada menelepon
aku." Gadis detektif itu berharap semoga ia benar. Namun demikian
ia naik ke tempat tidur besar bersama Jennifer, ia lama tak dapat tidur,
hatinya gelisah. Bukan biasanya ayahnya lupa menelepon, itu bukan
sifat ayahnya! 6 Percakapan yang Janggal Esok paginya Nancy menyelinap diam-diam ke bawah. Ia sadar
bahwa belum seorang pun bangun. Karena perbedaan waktu dua jam
antara Cheyenne dan River Heights, ia tahu bahwa tidaklah terlalu
pagi untuk menelepon Hannah. Ia meminta sambungan dan menunggu
dengan gugup ketika telepon berdering-dering di telinganya. Ia hampir
saja meletakkan pesawatnya ketika akhirnya Hannah menyambut.
??Apakah engkau sedang di luar, Hannah?" tanya Nancy, lega
tetapi sedikit merasa bersalah.
"Aku sedang memotong beberapa kuntum bunga, Nancy,"
jawab Hannah. ??Bagaimana keadaanmu? Apakah engkau sudah
menemukan ahli waris yang hilang itu?"
??Ketemu...eh maksudmu Clarinda Winthrop," Nancy tergagap.
??Belum, belum ketemu."
??Jangan katakan engkau mendapatkan misteri lain lagi setelah
engkau berangkat," kata Hannah, girang kedengarannya.
"Yah, sebenarnya ada sebuah misteri yang justru menemukan
aku. Itulah yang dapat dikatakan." Nancy segera menceritakan
peristiwa tentang Jennifer.
"Ya ampuuun. Tak heran engkau tak dapat mengerjakan
perkara ayahmu," kata Hannah penuh simpati. ??Engkau harus
menemukan ibu anak itu terlebih dulu."
??Sebenarnya, aku menelepon engkau hendak menanyakan
tentang ayah," kata Nancy. "Aku ingin tahu apakah ia telah
menelepon engkau." ??Menelepon aku?" Suara Hannah terdengar keheranan. ??Tidak,
aku belum mendengar tentang dia. Aku tahu bahwa ia seharusnya
menelepon kemarin malam."
Nancy menghela napas. "Aku juga mengira begitu," ia mengaku. ??Tetapi, ia tidak
menelepon. Kukira ia sedang bingung, lalu menelepon engkau
daripada aku." ??Tidak. Aku yakin bahwa ia tentu akan menelepon engkau,"
Suara Hannah terdengar gelisah. ??Tentunya engkau tidak pergi ketika
ia menelepon, bukan?"
??Kami ada di rumah semalaman," kata Nancy meyakinkan
Hannah. "Yah, barangkali saja ia lupa," kata Hannah tak pasti.
??Apakah ia meninggalkan nomor telepon padamu, agar engkau
dapat menelepon dia kalau-kalau ada hal darurat?" tanya Nancy. Tibatiba ia merasa bahwa ia harus berbicara dengan ayahnya.
??Tidak. Ia hanya mengatakan hendak ke Chain Creek Lodge,"
jawab Hannah. ??Penelepon itu tak mau menyebutkan apa-apa secara
terperinci, engkau juga tahu kan??
Nancy mendesah. "Yah, kukira biar aku saja yang menelepon dia, kalau begitu."
??Kalau engkau berbicara dengannya, maukah engkau
menelepon aku lagi nanti sore?" tanya Hannah. "Aku mencemaskan
dia sekarang." Nancy berjanji, lalu meletakkan gagang telepon. Ia sangat resah
tentang ayahnya, dan merasa tak pasti bagaimana harus menghubungi
dia. Hampir satu jam ia berusaha, dengan bantuan operator-operator
di kedua pihak, namun akhirnya ia mendapatkan sebuah nomor.
Ketika ia minta sambungan, ia dapat mendengar suara menderingdering di ujung sana. Lagi-lagi seperti seabad lamanya ketika akhirnya
ia dijawab. ??Halo!" Suara laki-laki yang tidak ramah mengejutkan Nancy.
??Apakah di sini Chain Creek Lodge?" ia bertanya. Ia merasa
pasti bahwa ia telah mendapatkan nomor yang keliru.
??Benar ini penginapan itu," jawabnya meyakinkan.
??Dapatkah aku berbicara dengan Carson Drew?" tanya Nancy.
??Tunggu sebentar." Lama sekali baru Nancy mendengar pesawat diangkat lagi.
Suara yang sama terdengar:
"Maaf, pak Drew tak dapat menerima telepon sekarang ini."
??Tetapi ini penting sekali," Nancy menolak. "Aku anaknya,
dan aku benar-benar harus berbicara dengannya."
"Pada saat ini ia tidak ada di sini, nona," tukas orang itu.
??Berikan saja nomor teleponmu. Aku akan menyuruh dia
meneleponmu kembali."
??Kapan?" tanya Nancy. "Aku sudah tak akan di sini lagi
sesudah makan siang."
"Aku akan menyuruh dia menelepon sebelum itu," orang itu
berjanji. "Nah, berapa nomor teleponmu?"
Nancy menyebutkannya dengan hati-hati, segan untuk
memutuskan sambungan. Ia sangat khawatir tak mendengar kabar dari
ayahnya. Meskipun sudah merasa takut, telepon ternyata segera berdering
lagi dan ia merasa lega mendengar suara ayahnya.
??Ayah," ia berseru. "Aku sudah khawatir denganmu. Kukira
ayah akan menelepon kemarin? malam."
??Maafkan aku tentang hal itu, Nanci," jawabnya. "Aku terikat
di sini, dan kebetulan tak dapat menelepon pagi-pagi."
??Bagaimana keadaannya? Sudah ada yang diketahui tentang
Clarinda?" ??Belum." Nancy menunggu, mengharap ayahnya menanyakan kegiatan
Nancy sendiri. Namun ayahnya tetap diam saja.
"Nah, apakah ayah sudah siap untuk datang kemari," Nancy
bertanya. Ia mencoba membayangkan mengapa ayahnya hanya sedikit
sekali berbicara. ??Belum. Masih ada sedikit yang harus kuselidiki di sini."
??Tetapi, ayah, aku ..." Nancy hendak berbicara.
"Aku harus mengejar waktu, Nancy," ia menyela. "Aku akan
menelepon engkau beberapa hari lagi, kalau aku sudah dapat pergi.
Jagalah dirimu sendiri sekarang ini."
Telepon sudah terputus sebelum ia sempat berkata apa-apa lagi.
Nancy menatap pesawat teleponnya sejenak, lalu diletakkannya.
"Itu tadi ayahmu?" tanya Ned dari ambang pintu.
Nancy mengangguk. ??Paling tidak suaranya seperti suara ayah," katanya bermakna
ganda. "Apa?" Ned mendekat, lalu memegang tangannya untuk
menenangkan. Rupanya ia dapat mencium perasaan Nancy.
??Memang suara ayah. Tetapi kedengarannya janggal sekali,
Ned. Ia tak menanyakan sama sekali tentang penyelidikan kita atau
lain-lainnya. Ia hanya mengatakan bahwa ia terlalu sibuk untuk
menelepon kemarin, dan bahwa ia belum tahu tentang sesuatu. Tetapi
ia akan tinggal agak lama lagi. Lalu ia meletakkan pesawatnya."
Ned mengerutkan dahi. ??Memang seperti bukan dia," ia mengaku. ??Tetapi mungkin
saja ia dalam kedudukan tak dapat berbicara. Mungkin ia sedang
membayangi seseorang, dan kalau orang itu sedang ada di
dekatnya" ??Kukira mungkin begitu," kata Nancy. Namun jauh di dalam
hatinya ia tak merasa yakin bahwa itulah penjelasan dari percakapan
yang janggal itu. ??Tetapi paling tidak engkau mengetahui di mana ayahmu
berada," Ned memperingatkan. ??Engkau masih dapat menelepon dia
lagi, nanti malam atau besok."
Nancy mengangguk, lalu naik ke atas untuk mengenakan celana
Jeans dan kemeja yang banyak lipatannya model daerah barat, siap
untuk pergi ke rodeo. Barangkali justru karena segala peristiwa yang
dialaminya sendiri, ia kini merasa tak pasti terpisah dari ayahnya. Ia
hanya ingin merasa yakin bahwa ayahnya tak akan lenyap seperti
halnya ibu Jennifer! 7 Kegemparan Rodeo Waktu bagaikan merayap lambat ketika mereka sudah duduk di
panggung kebesaran. Pertunjukkan sebelum rodeo hanya merupakan
semacam ejekan pada apa yang akan menyusul. Nancy menonton,
terpikat ketika penunggang sapi jantan yang pertama menghambur
dari balik gerbang pagar yang dicat putih, melintas di arena yang
tanahnya telah dibajak. Sapi Brahma yang besar itu hanya melonjak-lonjak beberapa
langkah dari gerbang, kemudian berputar-putar, menyeret
penunggangnya. Akhirnya penunggang itu jatuh ke tanah, tepat di
bawah telapak kaki sapi. "Ya, ampuuun!" Nancy tergagap. Ia yakin bahwa sapi itu tentu
akan berbalik dan menghujamkan tanduknya kepada penunggang
yang telah jatuh, sedangkan orang itu rupanya tak mampu lagi untuk
berdiri dan melarikan diri mencari keselamatan.
Badut rodeo mendatangi sambil menari-nari, rambut palsunya
yang merah berderai-derai tersapu angin. Celananya yang kedodoran
seperti menantang-mengejek si sapi jantan. Sapi itu mulai berlari
menuju ke orang yang jatuh, namun si badut lebih cepat. Ia menarinari maju, lalu menepuk keras-keras hidung sapi. Kemudian ia
melompat ke belakang ketika sapi itu memandang marah kepadanya.
??Kebanyakan penunggang sapi berhutang jiwa kepada badut
itu," kata Grace. Ia menonton dengan penuh perhatian ketika badut itu
melompat ke samping, menghindari serbuan si sapi. Kemudian badut
itu bersembunyi di balik tong yang dilingkari oleh ban-ban bekas.
??Pembantunya bersembunyi di dalam tong itu."
"Itu pekerjaan yang tak kusenangi," Nancy mengaku. Badut itu
mendorong, menggelindingkan tong itu ke arah sapi jantan. Para
penonton bersorak-sorai menanggapi tindakan itu, sementara dengan
tanduknya sapi itu menangkap tong yang menggelinding lalu
didorongnya kembali. Nancy memandang lewat sapi dan para badut, melihat
penunggang itu telah bangun dan dengan terpincang-pincang lari
menyelamatkan diri ke belakang pagar. Sapi jantan itu bermain-main
sejenak bersama si badut dengan tong itu. Kemudian sapi itu
mengangkat kepalanya dan berlari-lari kecil pergi menjauh. Sementara
itu badut yang ada di dalam tong muncul dan melambai-lambaikan
tangannya kepada para penonton.
??Sapi jantan itu tahu, tugasnya sudah selesai untuk hari ini,"
kata Nancy. Grace mengangguk. ??Ada orang yang menganggap permainan ini kejam. Tetapi
sapi-sapi untuk rodeo itu dirawat dengan sangat baik, dan mereka
hanya bekerja beberapa menit saja setiap harinya. Lain sekali dengan
para koboi." Mereka tertawa semua ketika banteng berikutnya datang
menggebu-gebu dari pintu pagar. Kali ini penunggangnya nampak
lebih terampil. Ia duduk erat-erat melekat di punggung sapi yang
melonjak-lonjak, sampai trompet berbunyi tanda berakhir. Badut
segera maju, siap untuk membantu koboi itu, kalau-kalau ia mendapat
kesulitan untuk melepaskan tali, satu-satunya benda yang mengikat
dia dengan si sapi. Dalam sekejap koboi itu melompat turun, jatuh
pada kedua kakinya dan segera berlari ke pagar.
??Kalau aku harus tampil di rodeo, aku akan memilih
menunggang kuda," kata Ned. ??Setidak-tidaknya kuda tak akan
mengancam dengan tanduk setelah engkau jatuh ke tanah."
"Aku memang senang menunggang kuda," kata Nancy. ??Tetapi
kukira aku sudah puas dapat menonton rodeo dari sini."
"Aku senang balapan tong dengan menunggang kuda," kata
Jennifer sambil melonjak-lonjak di tempat duduknya. ??Kami sering
berlatih di Pony Club, tetapi harus mempunyai kuda yang cepat benar.
Kudaku terlalu lambat larinya."
Kuda-kuda yang garang ternyata juga hampir sama liarnya
dengan sapi-sapi jantan. Beberapa koboi terpaksa harus ditolong
keluar dari arena oleh teman-temannya. Nancy memandang penuh
kekaguman ketika para penolong itu bekerja. Mereka mengendalikan
kuda mereka sedemikian dekat dengan kuda yang melonjak-lonjak,
hingga penunggangnya yang masih berhasil duduk di pelananya dapat
merosot turun, melintasi bagian belakang kuda penolongnya, lalu
turun ke tanah. "Ah, aku kenal orang muda itu," kata Grace, menyebutkan
penunggang berikutnya. "Ia anak teman baikku."
Kuda bronco coklat kemerahan yang berkepala besar itu
meledak menghambur keluar dari gerbang pagar, lalu berhenti
mendadak. Hampir saja penunggangnya jatuh melayang melalui
kepalanya. Lonjakan-lonjakan kuda itu sulit sekali. Berputar-putar
dengan punggung melengkung tinggi tanpa irama tertentu. Setiap kali
ia tiba di tanah lagi, nampaknya semakin keras dari semula.
??Hebat sekali," kata Nancy tergagap, melihat orang muda itu
tetap mempertahankan tubuhnya di atas pelana, kedua kakinya
berayun-ayun ke depan ke belakang seperti yang ditentukan oleh
peraturan. ??Kuda yang mengerikan sekali untuk ditunggangi."
"Tak seorang pun ingin memperoleh undian pada si Death
Chant?" kata Grace. ??Sulit sekali ditunggang. Tetapi kalau ada yang
dapat bertahan sampai akhir, ia boleh mengharapkan angka yang
sangat tinggi." Trompet berbunyi, koboi itu menggapai dan meraih pinggang
penolongnya dengan perasaan lega. Ia merosot melintasi bagian
punggung belakang kuda yang sangat terlatih itu, lalu mendarat
dengan halus di tanah. Ia disambut dengan tepuk tangan yang meriah.
??Tentu dia pemenangnya hari ini," kata Grace, matanya
bersinar-sinar penuh gairah. "Kuharap saja Myrtle ada di sini melihat
anaknya menunggang."
Pertunjukkan yang satu menyusul yang lain. Menjerat anak
sapi, bergulat dengan sapi, menunggang kuda tanpa pelana, semuanya
serba menggemparkan dan sedikit menakutkan, namun memikat juga!
Nancy segera menjadi serak karena berteriak-teriak dan bersoraksorak memberi semangat. Setelah pertunjukan rodeo selesai, ia
terkulai bersandar pada tempat duduknya.
??Senang?" tanya Grace.
"Luar biasa," jawab Nancy, ??tetapi melelahkan. Aku tak


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerti bagaimana orang dapat menonton setiap hari!"
Grace tertawa. ??Kalau engkau tinggal di Cheyenne, engkau akan terbiasa
setelah bertahun-tahun mengalaminya."
"Aku ingin menonton setiap hari," kata Jennifer tegas. "Aku
sangat menyukainya!"
Nancy tertawa. "Nanti kita bicarakan lagi," ia menggoda. ??Sekarang kukira
lebih baik mencoba keluar dari sini dan pulang ke rumah."
Mereka bergerak perlahan-lahan di tengah kepadatan penonton
yang mulai menyusut. Untuk pertama kali Nancy melihat, bahwa
matahari agak memudar, dan awan-awan gelap bergerak mendekat. Di
kejauhan terdengar suara guruh. Tadi mereka tak dapat mendengarnya
karena tenggelam dalam sorak-sorai para penonton.
??Jangan-jangan kita akan kehujanan," kata Grace. ??Memang
hal ini akan mengurangi panas, tetapi akan merusak pertunjukan
malam." ??Apakah pada waktu itu dilakukan lomba kereta dapur?" tanya
Ned, suaranya jelas penuh perhatian.
Grace mengangguk. ??Biasanya mereka melakukan perlombaan itu setelah
pertunjukan sore. Tetapi dengan begitu banyaknya pertunjukan lain
dan pengikut perlombaan, maka telah ditentukan bahwa waktu
perlombaan kereta dapur akan disediakan tersendiri. Kita harus datang
sore-sore. Perlombaan itu sendiri memang sangat mengikat."
??Kita juga harus mengunjungi karnaval," kata Ned. Ia
memandang ke arah bentuk-bentuk berbagai jalur di dekat daerah
arena. ??Besoklah," janji Nancy.
"Jadi sekarang pulang?" tanya Grace.
Semua setuju. Ketika mereka bermobil pulang, percakapan
mereka kebanyakan berkisar antara rodeo yang telah mereka lihat.
Baru ketika Grace memasukkan mobilnya ke halaman ia menjadi
terdiam. Wajahnya yang semula cerah berubah berkerut.
??Ada apa, Grace?" tanya Nancy seketika.
Grace memarkir mobil dulu sebelum menjawab.
??Kukira aku tadi telah menutup tirai-tirai di ruang tamu
sebelum berangkat, agar ruangan itu tetap sejuk," katanya.
Nancy mengangguk. "Ya, aku ingat sewaktu engkau menutupnya."
??Apakah ada yang mampir dan membukanya?" tanya Ned.
??Seorang anggota keluargamu atau salah seorang teman?"
??Mungkin," Grace rupanya kurang yakin. ??Beberapa di antara
mereka ada yang mempunyai kunci."
??Apakah kaukira lebih baik aku yang masuk dulu?" tanya Ned.
"Ah, aku yakin, ..." Grace membiarkan kata-katanya tak
terselesaikan, lalu mengangguk. ??Banyak benar hal-hal yang aneh
terjadi," ia menggumam. ??Kukira aku sudah terlalu lelah."
"Aku ingin ikut engkau, Ned," kata Nancy.
"Hati-hatilah kalian," kata Grace sambil memberikan kuncikunci rumah kepada Ned.
Ketika sampai di pintu rumah, Ned memutar anak kunci di
lubangnya. Namun ketika ia hendak membuka pintu, tak terasa apaapa. Ia memandangi Nancy, kemudian kembali memasukkan anak
kunci dan memutar kenopnya. Pintu seketika terbuka.
"Kok tidak terkunci," ia berbisik.
Nancy mengangguk dan mengikuti masuk, tak merasa pasti apa
yang akan dihadapinya. Ruang tamu, cukup terang meskipun matahari sedang ada di
balik awan, nampaknya tak dijamah orang. Nancy dan Ned saling
bertukar pandang, namun tak ada yang berbicara, sebab mereka tak
ingin orang menjadi tahu, kalau memang ada orang yang masih di
dalam. Mereka segera melakukan pencarian, namun rupa-rupanya tak
ada sesuatu yang telah disentuh orang. Di dapur tercium bau harum
masakan kaserol ayam yang dihangati Grace, meja makan di ruang
makan sudah disiapkan, tepat seperti ditinggalkan Nancy dan Jennifer
ketika selesai mengaturnya. Kamar Ned juga tak terganggu
nampaknya, seperti juga kamar-kamar lain di lantai bawah.
"Ke atas?" Ned bertanya dengan berbisik.
Nancy mengangguk, dan mereka bersama-sama naik ke tangga.
Setelah memeriksa dengan cepat di kamar-kamar atas, tidak
juga mereka mendapatkan petunjuk apa-apa, seperti halnya di bawah.
Nancy lalu masuk kamarnya yang dibaginya dengan Jennifer, dan
melihat ke sekeliling. Ada sesuatu menurut perasaannya, bahwa telah
ada seseorang yang memasukinya ketika mereka pergi
??Apakah hanya berkhayal saja aku?" ia bertanya pada diri
sendiri. ??Rupanya di atas sini pun tak ada apa-apa," kata Ned dari
belakang. "Aku akan memeriksa di ruang bawah tanah. Kalau sudah
kita panggil Grace dan Jennifer."
Nancy mengangguk, tetapi tak mengikuti Ned yang turun ke
bawah. Ia berjalan mondar-mandir di kamarnya, memeriksa segala
sesuatu, namun tak menyentuh apa-apa. Tas surat-suratnya masih
tertutup. Ketika ia membukanya, kertas-kertas di dalamnya nampak
masih seperti ketika ditinggalkannya. Namun, tetap saja ada sesuatu
Guntur mengguruh, kemudian menggelegar hebat hingga ia
menjadi gugup terkejut. Ia menutup tas surat-suratnya lalu menuju ke
tangga. Kalau memang ada orang yang telah masuk, pikirnya, ia tentu
seorang ahli menyelinap yang lihai.
??Nancy! Nancy! Engkau menemukan sesuatu?" Suara Grace
terdengar di antara suara badai yang kian membesar.
Nancy bergegas turun. Ia menggelengkan kepalanya.
"Tak ada tanda-tanda orang."
"Aku juga tak menemukan apa-apa," Ned memberitahu ketika
ia kembali dari ruang bawah tanah.
??Bagaimana dengan si Brewster?" tanya Grace.
??Brewster?" Nancy melihat ke sekeliling. Tiba-tiba ia sadar
bahwa anjing Collie itu seharusnya menyambut mereka di pintu.
??Engkau tak melihat dia?" tanya Grace.
Nancy dan Ned hanya dapat menggelengkan kepala, lalu
mengikuti Grace ketika ia ke pintu belakang, membukanya lalu
memanggil Brewster. Tak ada tanda-tanda kehadirannya. Brewster
telah hilang! 8 Peringatan ??Apakah ada yang tak sengaja mengeluarkan dia dari pintu
depan?" tanya Nancy.
Grace menggeleng. ??Orang-orang yang mempunyai kunci tentu tak akan
melakukannya, Nancy. Brewster terlalu baik untuk melarikan diri.
Tetapi aku tak ingin ia berkeliaran, biarpun di daerah pedalaman sini.
Bagaimana pun lalu lintas terlalu ramai."
??Apakah Ned sudah mengatakan, bahwa pintu depan tak
terkunci?" tanya Nancy.
Grace mengangguk dengan resah.
"Aku yakin telah menguncinya ketika kita berangkat."
"Aku pun merasa pasti," Nancy membenarkan. "Aku jelas
ingat." ??Menurutmu, apa artinya ini?" tanya Grace.
"Aku tidak ..." Nancy hendak berkata. Tetapi ia terhenti ketika
terdengar salak anjing yang keras dari arah pintu depan. Mereka
berpaling, sementara Jennifer berlari dan membuka pintu. Brewster
lari melonjak-lonjak masuk, bulunya yang panjang basah oleh hujan
yang mulai turun. ??Brewster," panggil Grace. Ia berlutut dan memeluk anjing
yang basah itu. ??Dari mana saja engkau? Siapa yang mengeluarkan
engkau?" ??Sayang sekali ia tak dapat berbicara," kata Jannifer.
??Barangkali bisa," kata Nancy, lalu ikut berlutut dan menepuknepuk anjing besar yang sedang bergembira itu.
"Apa maksudmu?" tanya Ned.
"Ini." Nancy mengambil segulung kertas kecil yang diselipkan
pada kalung anjing itu dengan diikat karet. "Rupa-rupanya ia
membawa sebuah pesan."
??Pesan apa?" tanya Grace. Tetapi Nancy hanya dapat
terperangah ketika membaca surat yang pendek itu. Ned memintanya
dan membaca: NANCY DREW, KALI INI KAMI HANYA MENGAMBIL ANJING, LAIN
KALI KORBANNYA MUNGKIN ENGKAU ATAU SALAH SATU
TEMANMU, LEKAS PERGI DARI CHEYENNE DAN
TINGGALKAN JENNIFER PADA KAMI. KALAU ENGKAU
TETAP TINGGAL DI SINI, TENTU ADA YANG AKAN
CEDERA! ??Tetapi dari siapa itu?" tanya Grace tergagap.
??Tidak ditandatangani," jawab Ned. ??Tetapi kukira kita dapat
menerkanya, siapa yang telah kemari sementara kita pergi."
??Kedua orang dari lapangan terbang," Nancy membenarkan.
"Si kumis dan temannya si pirang."
??Orang-orang yang hendak menculik aku," kata Jennifer. "Ah,
Nancy, apa yang harus kita lakukan?"
Nancy merangkul gadis cilik itu.
??Kita ambil handuk dan mengeringkan si Brewster. Kalau
sudah kita makan," katanya.
??Tetapi surat itu!" Jennifer membantah.
??Jangan pikirkan," Nancy membujuk.
??Engkau tak akan meninggalkan aku di sini seorang diri,
bukan?" tanya Jennifer. Matanya yang hitam nampak gelisah ketika
bertemu pandang dengan Nancy.
"Aku takan akan meninggalkanmu sebelum bertemu dengan
ibumu," Nancy meyakinkannya. "Tak seorang pun macam penculik
anjing itu membuat aku takut, Jennifer."
Jennifer tersenyum lega. "Aku sungguh senang," bisiknya sambil memeluk Nancy. Ia
lalu pergi untuk mengambil handuk.
??Apakah engkau pasti bahwa itu bijaksana, Nancy?" tanya
Grace, ketika Jennifer tak dapat mendengar lagi. ??Barangkali engkau
akan menjerumuskan dirimu ke dalam bahaya kalau engkau tetap
tinggal di sini." "Tak mungkin aku membiarkan mereka datang dan mengambil
anak itu," Nancy mengingatkannya.
"Ah, kita dapat memanggil polisi," Grace menyerankan.
Nancy menimbang-nimbang, lalu mengangguk.
??Kukira kita harus memberitahu mereka tentang surat ancaman
ini," ia membenarkan. ??Tetapi kukira mereka tak akan menganggap
terlalu serius. Bagaimana pun Brewster telah pulang dengan selamat."
"Aku akan menelepon," kata Grace sambil mengelus-elus
Brewster untuk yang terakhir. "Aku akan berusaha agar mereka mau
menganggap ancaman ini cukup serius. Aku tak dapat memaafkan
diriku kalau sampai terjadi sesuatu dengan Jennifer."
Sore itu penuh dengan kekecewaan. Sersan Polisi Hill datang
dan meminta surat ancaman itu. Tetapi sarannya agar tetap di dalam
rumah saja dan berhati-hati hampir tak ada gunanya. Telepon Nancy
kepada Hannah juga menambah kegelisahan. Antara lain, pak Drew
belum juga menelepon ke rumah dan berbicara kepada Hannah.
Setelah Nancy meletakkan gagang telepon, Ned mengusulkan
untuk berjalan-jalan di udara sore yang sejuk bekas tersiram hujan.
Sementara mereka mengikuti si Brewster yang berlari-lari kecil, Ned
memegangi tangan Nancy. Beberapa saat kemudian Ned berkata;
??Engkau tahu, Nancy, barangkali ada baiknya engkau
mengikuti petunjuk pak sersan."
"Apa manfaatnya?" tanya Nancy.
"Yah, engkau akan lebih aman kalau berada di sekitar rumah."
"Aku sangsi," Nancy menanggapi. ??Yang jelas mereka telah
masuk ke rumah hari ini, untuk membawa pergi Brewster. Di samping
itu, kita tak akan dapat mencari Lorna Buckman atau Clarinda
Winthrop kalau hanya duduk-duduk di sekitar ruang duduk Grace."
"Itu memang benar," Ned membenarkannya dengan segansegan. "Aku tidak ingin engkau atau Jennifer mendapat cedera."
??Kalau begitu, sebaiknya kita mencari tahu mengapa kedua
orang itu telah berusaha menculik Jennifer. Apa kira-kira yang mereka
inginkan dari dia?" ??Apakah kaupikir, mungkin mereka telah menahan ibunya?"
tanya Ned. Nancy menarik napas panjang.
??Kukira itu mungkin. Tetapi mengapa? Apa yang mereka
kehendaki?" "Uang tebusan?"
Nancy menimbang-nimbang, lalu menggeleng.
"Aku sangsi. Dari apa yang telah dikatakan Jennifer kepadaku,
rupa-rupanya ia bersama ibunya telah hidup dengan tenang sebelum
ibunya cedera ketika sedang melakukan perjalanan ke California.
Ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan nampaknya ia
tak mempunyai sanak-saudara selain kakek nenek. Kupikir, mereka
tak mempunyai uang yang menimbulkan keinginan orang untuk
menculiknya demi uang tebusan."
??Bagaimana dengan kakek-nenek itu?" tanya Ned. ??Jennifer
belum pernah mengatakannya kepadaku."
??Kukira mereka tak begitu akrab," jawab Nancy. "Ruparupanya Jennifer tak banyak mengetahui tentang mereka, kecuali
bahwa neneknya yang menyarankan untuk mengirimkan Jennifer ke
sekolah berasrama. Malah menyebutkan alamatnya saja di California
Jennifer tidak bisa."
??Keluarga pihak ayahnya?"
Nancy hanya mengangkat bahu. "Ia tak pernah menyebutnya."
"Nah, ke mana kita pergi dari sini?" tanya Ned.
Nancy berhenti dan melihat ke sekeliling ke malam yang indah
sementara bulan sudah timbul.
??Kukira lebih baik kita pulang," katanya sambil menyeringai
menggoda. ??Kita telah berjanji untuk sarapan pagi-pagi dengan
rombongan kereta dapur, ingat?"
Ned tertawa. ??Tahukah engkau? Kita telah terlalu dalam terlibat dengan
masalah-masalah mengenai Jennifer, sampai hampir saja aku lupa
akan perjanjian dengan pak Webber. Apakah kaukira engkau dapat
memusatkan pikiranmu pada masalah yang lama, setelah kini
menghadapi misteri baru?"
Nancy mendesah. ??Setelah mendengar apa yang dikatakan Hannah, kukira lebih
baik mulai memikirkannya lagi. Sebenarnya aku sudah hampir tergoda
untuk menelepon ayah lagi, menanyakan kepadanya agar ia mau
kemari dan membantu kita."
??Apakah kaukira ia tak dapat mengetahui apa-apa di
penginapan itu?" Nancy mengangkat bahu, lalu mulai kembali menuju ke rumah.
"Apa yang telah dikatakan Hannah kepadamu, Nancy, hingga
membuat engkau demikian bingung?" tanya Ned, yang segera
menyusulnya. ??Katanya ia telah berbicara dengan pak Mathews ... engkau
tahu, ia adalah kemenakan pak Winthrop. Yang jelas ia telah
menelepon ke rumah, menanyakan apakah kita telah banyak
kemajuan." "Lalu mengapa hal itu meresahkan engkau?" tanya Ned.


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

??Engkau bilang bahwa ada suatu tekanan untuk melakukan
penyelidikan dengan cepat."
"Ia mengatakan kepada Hannah bahwa pak Winthrop semakin
merasa parah. Hannah sangat gelisah memikirkannya. Rupanya ia
merasa bahwa pak Mathews seperti memberi isyarat, seakan-akan pak
Winthrop tak akan tahan hidup lebih lama lagi, dan ingin segera
membuat surat warisan yang terakhir. Kalau aku tak dapat
menemukan anaknya, tentu tak akan mendapat bagiannya."
"Yah, jadi semakin sulit," kata Ned penuh pengertian. "Lalu apa
yang hendak kaulakukan?"
Nancy berhenti berjalan, lalu mendongak memandangi
wajahnya. "Aku belum akan tahu sampai besok, setelah aku dapat bertemu
dengan pak Webber. Kalau ia pun tak dapat memberikan petunjuk di
mana Clarinda berada, kukira aku harus mencobanya pada nama-nama
yang disebutkan Grace."
"Aku yakin, engkau tentu dapat mencarinya kalau orang lain
dapat juga. Janganlah gelisah tentang besok," kata Ned memberi
semangat. "Aku juga tahu, bahwa hal itu pulalah yang akan dikatakan
ayahmu kalau engkau memintanya." Nancy berdiri di ujung jari
kakinya untuk mencium dia.
??Engkau sungguh manis," katanya kepada Ned. ??Terima kasih
atas hiburanmu. Aku hanya merasa belum menghasilkan sesuatu apa
pun semenjak datang di sini."
"Kita masih dapat menjaga Jennifer dengan selamat dan sehat,"
Ned mengingatkannya. ??Kalau diingat dengan adanya si kumis
beserta temannya si pirang yang mengejar-ngejar dia, itu sudah
merupakan hasil kerja yang cukup besar."
"Dan besok pagi aku akan mulai benar-benar mencari Clarinda
Winthrop," Nancy membenarkan. Ia merasa pulih semangatnya atas
kepercayaan Ned terhadapnya. "Kita harap saja pak Webber dapat
memberikan petunjuk yang nyata."
9 Petunjuk-petunjuk Pagi itu cerah dan hangat seperti pada hari Sabtu. Meskipun
masih sangat pagi untuk keluar, namun Nancy tak dapat menahan rasa
harapan yang menyala. Namun bagaimanapun, ketika mereka
berangkat dari rumah Grace, Nancy tetap melihat menyelidik untuk
meyakinkan diri bahwa tak ada mobil biru yang membuntuti mereka.
Tetapi setelah sampai di kota bawah, ia telah lupa akan segala
ancaman. Suara musik memenuhi udara ketika mereka memarkir
mobil dan menyeruak di antara orang banyak. Bau serabi dan daging
goreng membuat perutnya keroncongan penuh selera.
Bongkah-bongkah jerami diatur rapi sebagai meja-kursi, dan
nampak deretan orang-orang yang antri menunggu giliran
mendapatkan makanan. Mereka menggabungkan diri pada deretan
yang terdekat, dan segera ikut ngobrol dengan para pengunjung
lainnya, sambil mendengarkan musik country daerah barat yang
dimainkan oleh rombongan pemusik yang berada di atas bak truk
terbuka. Setelah piring mereka dipenuhi daging goreng dan serabi
berkuah sirop serta segelas kopi atau susu, Grace menuntun mereka
menjauh dari meja-kursi jerami yang penuh orang itu.
"Joshua sudah menyediakan tempat bagi kita," katanya. "Ia
akan segera datang."
"Tak usah tergesa-gesa," kata Nancy. "Mungkin nampak tak
begitu profesional, tetapi pada saat ini, aku lebih memperhatikan
makanan ini. Aku tak ingat lagi kapan aku merasa lapar seperti
sekarang ini." "Itu juga sudah kaukatakan kemarin malam, ketika kita akan
makan malam!" kata Jennifer menggoda.
??Mungkin karena ketinggian letak tempat ini," jawab Nancy
sambil tertawa cekikikan.
Piring mereka sudah hampir kosong ketika seorang tua
jangkung-kurus datang. Karena orang itu memakai kain celemek,
Nancy seketika itu juga menduga bahwa itulah pak Webber. Setelah
Grace memperkenalkannya dan pak Webber duduk sambil menghela
napas panjang, dugaan Nancy memang tidak salah.
"Aku yakin, kakiku semakin merasa lelah setiap bertambah
tahun," katanya. ??Engkau dapat saja minta berhenti dari tugas di panitia kereta
dapur," kata Grace kepadanya dengan penuh rasa simpati.
"Lalu tak menyertai segala kesenangan ini?" Pak Webber
tertawa. "Aku hanya mengeluh sedikit, kalau sudah sarapan aku tentu
sehat kembali." Meskipun Nancy sangat ingin mengajukan pertanyaanpertanyaan, ia dapat menangkap maksud kata-kata tersebut. Ia tak
mengatakan sesuatu tentang penyelidikannya sampai pak Webber
selesai makan dan menghirup kopinya. Mata pak Webber yang hitam
melemparkan pandangan kepadanya sambil tersenyum gembira.
"Nah, nona Drew. Grace mengatakan kepadaku, bahwa engkau
ingin menanyakan sesuatu tentang orang yang mungkin telah pernah
bekerja padaku atau ayahku. Aku tak ingat akan nama yang
disebutkannya kepadaku. Tetapi kalau engkau dapat menyebutkan
ciri-cirinya, barangkali aku akan menjadi ingat. Aku lebih mudah
mengingat wajah dari pada nama ... terutama kalau sudah sedemikian
lama." "Aku akan menyebutkan ciri-cirinya dengan lebih baik lagi,"
kata Nancy, lalu mengambil potret-potret dari saku baju hangatnya.
??Inilah gadis yang ingin kucari, Clarinda Winthrop."
Lama suasana hening sementara pak Webber mengamat-amati
potret-potret itu, sehelai demi sehelai. Kemudian ia menggelengkan
kepalanya. Semangat Nancy runtuh!
"Anda tak ingat akan dia?" ia bertanya ketika orang tua itu
mengembalikan gambar-gambar tersebut.
"Itu bukan Clarinda Winthrop," pak Webber menyatakan
dengan polos. "Itu potret si Lindy Torpe. Ia telah bekerja pada kami
selama beberapa tahun. Tepat sampai tunangannya pulang dari
berperang." ??Bagaimana?" Nancy hanya dapat memandangi orang tua itu,
tak mampu mempercayai pendengarannya sendiri.
"Ia gadis yang manis, nona Drew, seorang pekerja yang giat.
Kami benar-benar merasa kehilangan ketika ia keluar."
??Apakah anda tahu ke mana perginya?" tanya Nancy. Ia segera
mengerahkan segala kecerdikannya.
"Tentu. Suaminya mempunyai sebuah peternakan, kira-kira dua
puluh lima mil di luar kota. Mereka tinggal di sana, dan terlalu jauh
bagi dia untuk datang bekerja selama musim dingin." Pak Webber
menghirup kopinya. ??Apakah ia masih tinggal di sana?" Nancy mendesak.
Semangatnya bergelora setelah ia mencium jejak, bahwa buruannya
mungkin sudah sedemikian dekat daripada yang dibayangkannya
semula. ??Siapa nama suaminya?" tanya Grace sebelum pak Webber
sempat menjawab Nancy. ??Catlin. Leroy Catlin." Senyum pak Webber memudar. "Nah
itu, aku tak tahu di mana ia sekarang. Tetapi kukira ia tak tinggal di
daerah Cheyenne lagi. Aku sudah tak pernah melihat atau mendengar
dia lagi selama ... yah, kukira hampir tiga puluh tahun."
??Tetapi ..." Nancy hendak berkata. Tetapi sebelum ia dapat
melanjutkannya, seseorang berteriak memanggil pak Webber dari
tempat antrian. Dengan segan-segan pak Webber berdiri.
??Kukira mereka tak dapat bekerja tanpa aku," katanya sambil
tersenyum kecut. ??Kuharap saja aku dapat membantu engkau, nona
Drew. Maaf, aku tak dapat memberikan informasi yang lebih baru."
Nancy segera mengucapkan terimakasih atas bantuannya.
Tetapi setelah pak Webber pergi, Nancy terkulai duduk sambil
mendesah. "Tiga puluh tahun yang lalu," ia menggumam. ??Bagaimana
mungkin aku bisa mencari tahu ke mana perginya setelah itu?"
Grace menepuk-nepuk tangannya memberikan semangat.
"Aku mungkin memang tak dapat mengatakan ke mana
perginya, tetapi aku dapat mengatakan mengapa ia pergi dari
Cheyenne," katanya. "Apa?" "Ya, barangkali tidak lengkap, tetapi ketika Joshua menyebut
nama Leroy Catlin ... aku belum tahu bahwa ahli waris yang kaucari
itu adalah nyonya Leroy Catlin, Nancy."
??Engkau juga mengenal keluarga Catlin, Grace?" tanya Nancy.
Semangatnya segera timbul kembali.
"Yah, tidak secara pribadi. Tetapi aku ingat ada suatu skandal
buruk yang menimpa mereka, dan itu tentu terjadi tiga puluh tahun
yang lalu. Kalau tak salah pada waktu itu ada perampokan bank yang
sangat menyolok. Selama penyelidikan, berkarung-karung uang
ditemukan tersembunyi di peternakan Catlin."
??Perampokan bank?" tanya Nancy tergagap.
??Catlin selalu dapat membuktikan ketidaksalahannya, tetapi
pada saat terjadinya perampokan hanya isterinya seorang diri yang
bersama dia. Jadi ia tetap saja dicurigai. Di kota terdengar desas-desus
yang hebat, dan beberapa orang bergunjing hendak menangkap dia
sendiri kalau sheriff tak mau menangkapnya." Grace menggelenggelengkan kepalanya.
??Sungguh dahsyat," Nancy menggumam. ??Apakah mereka
berhasil memenjarakan dia?"
"Tak pernah ada kesempatan lagi," jawab Grace. ??Suami-isteri
itu segera mengemasi beberapa miliknya dan menghilang pada suatu
malam. Sejauh yang kuketahui, tak seorang pun yang mendengar
tentang dia lagi." ??Maksudmu, mereka melarikan diri?" Nancy terkejut atas
pikiran itu. ??Kukira mereka merasa tak ada pilihan lain lagi," kata Grace.
??Bagaimana mereka meninggalkan segala-galanya, peternakan, sapisapi .... Sungguh menyedihkan. Terutama kemudian setelah nama
Leroy telah bersih kembali."
??Kapan itu terjadinya?" tanya Ned. ??Beberapa tahun
kemudian, kukira. Salah seorang yang benar-benar telah ikut dalam
perampokan tertangkap ketika terjadi perampokan lagi. Ia mengaku
telah menyembunyikan harta rampokannya di peternakan Leroy,
untuk menghindarkan kecurigaan atas dirinya dan teman-temannya."
??Sungguh jahat." Nancy menghela napas. "Dan keluarga Catlin
itu tak pernah kembali lagi?"
??Barangkali ia malah tak tahu bahwa namanya telah
dibersihkan," kata Grace. ??Yang jelas tak ada jalan lagi untuk
mencari dia dan mengatakan kepadanya tentang apa yang sebenarnya
terjadi." ??Apakah pihak polisi tidak melacak mereka ketika mula-mula
mereka menghilang?" tanya Nancy. Ia sangat kecewa bahwa
pencariannya justru menghadapi jalan buntu lagi.
??Kukira pasti mereka telah mencarinya," Grace mengaku.
"Aku akan menelepon Dave Hill nanti kalau sampai di rumah,
mencoba apakah ia dapat melihat-lihat di berkas-berkas lama. Tetapi
aku pun sebenarnya juga khawatir bahwa tak banyak lagi yang dapat
diungkapkan." Nancy menggeleng. ??Kukira aku sudah memperoleh petunjuk yang ampuh tadi,"
katanya. "Kita telah mengetahui bahwa ia telah merubah namanya dan
menikah. Ke mana mereka pergi?"
Tak seorang pun dapat menemukan jawaban, dan Nancy merasa
gembira setelah beberapa saat kemudian Grace mengusulkan untuk
pulang saja. "Kita mampir ke keluarga Ferguson, sekalian mengambil
pakaian yang akan kaukenakan besok," katanya kepada Nancy.
??Besok?" Nancy menatap tak mengerti.
??Engkau sudah lupa bahwa engkau akan ikut dalam arakarakan?" Grace menggoda.
"Kita juga akan mengobrol dengan Bu Carleton," kata Jennifer.
"Aku ingin ikut menunggang dalam rombongannya, Ned, engkau
juga?" "Aku juga harus mengenal dulu kuda yang akan kutunggang,"
kata Ned. ??Mengapa kalian tak pergi menunggang saja nanti sore?" Grace
menyarankan. "Kuda-kudaku yang memerlukan bergerak badan, dan
juga dapat memberikan kesempatan bagi kita untuk memilih yang
mana, Ned." Nancy menyetujui rencana itu, tetapi hatinya tak melekat
padanya. Ia juga khawatir akan gagal. Jejak Clarinda Winthrop, atau
Lindy Catlin seperti berakhir begitu saja, dan ia tak tahu harus
memulai lagi dari mana! Namun biar pun telah menghadapi beberapa kegagalan, hari itu
berlalu dengan menyenangkan. Nyonya Ferguson memang
mempesonakan, dan gaun itu dari bahan satin biru yang serasi dengan
warna mata Nancy, sangat cocok ukurannya. Nancy segan untuk
melepaskannya setelah mencobanya.
Setelah mereka tiba di rumah, Grace segera mengusulkan untuk
menuju ke loteng. Katanya: "Aku yakin bahwa aku masih mempunyai
sebuah topi yang cocok dengan gaun itu."
Nancy mengikutinya ke loteng yang panas berdebu. Dalam
cahaya yang samar-samar, ia mengamati Grace membuka dan
menutup beberapa peti yang berisi segala macam barang, dari
pakaian-pakaian tua sampai wig-wig, yang menurut kata Grace adalah
milik kedua anak wanitanya.
Topi itu, setelah ketemu, ternyata cocok sekali. Nancy memeluk
nyonya rumah itu dengan perasaan lega.
"Aku senang engkau menyukainya, Nancy," kata Grace
kepadanya. "Coba kuusahakan agar lebih mengkilat lagi sebelum
besok pagi. Kuharap saja ia akan mengimbangi kekecewaanmu tadi
pagi. Aku sudah sedemikian berharap, bahwa Joshua dapat
memberikan informasi yang berharga untukmu."
"Lho, ia juga telah memberikannya. Maksudku, ia telah
bercerita banyak tentang apa yang telah terjadi dengan Clarinda
setelah ia tiba di daerah ini. Itu sudah banyak membantu. Dan topi ini
sungguh indah, Grace. Terimakasih banyak."
*********** Perjalanan menunggang kuda yang jauh ke pedalaman setelah
makan siang telah membantu Nancy mengangkat semangatnya pula,
meski pun ia tak menemukan jawaban-jawaban di padang rumput
yang mereka lintasi. Melihat Jennifer tertawa-tawa gembira, sungguh
menggugah semangat. Suasana ini membantu Nancy menemukan
suatu keputusan. Segera setelah makan malam, ia minta diri dan meminta
sambungan interlokal kepada ayahnya. Ia sadar, bahwa ia harus
meminta pertimbangan ayahnya apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Telepon di Penginapan Chain Creek hanya berdering sekali sebelum
suara yang sudah dikenal terdengar. Nancy meminta bertemu dengan
ayahnya. "Maaf, pak Drew sudah tak tinggal di sini lagi," orang itu
memberitahu. "Apa?" Nancy hampir saja melepaskan gagang telepon hingga
jatuh. "Kapan itu? Ke mana ...?"
"Pak Drew telah meninggalkan tempat ini tadi pagi." Suara itu
terdengar dingin, nada-nadanya tak ramah.
??Apakah ia mengatakan hendak ke mana?" tanya Nancy. Rasa
khawatirnya segera meningkat.
"Ia pergi dan tak meninggalkan alamat selanjutnya," jawabnya.


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

??Tetapi ...." "Aku menyesal, tetapi aku tak dapat membantu engkau, nona."
Telepon segera mati. Nancy duduk di kursi untuk beberapa menit setelah meletakkan
gagang telepon. Pikirannya berputar kalut. Ini tidak masuk akal! Ke
mana saja ayahnya pergi? Lagi pula mengapa ia pergi meninggalkan
penginapan tanpa menelepon dia bahwa ia akan pergi ke Cheyenne?
Yang lebih penting lagi: di mana ia sekarang?
10 Pelarian Meskipun Grace dan Ned memberikan alasan-alasan yang
membesarkan hati tentang kepergian ayahnya yang mendadak, namun
Nancy tak dapat menerimanya. Rupa-rupanya hanya sedikit saja yang
akan dapat dilakukannya, karena ia tak tahu ke mana kira-kira
ayahnya pergi. Selasa pagi merekah agak mendung, dan Nancy agak khawatir
kalau-kalau hujan akan turun. Tetapi pada saat mereka menghabiskan
sarapan besar dengan telur, daging dan roti bakar, angin telah
mengusir awan. Matahari bersinar cerah ketika Nancy berganti
pakaian, mengenakan gaun satin biru yang anggun.
Ia memeriksa diri di depan kaca. Gaun itu berleher bentuk
jantung yang manis, tepi-tepinya dihias dengan renda ecru.
Potongannya ketat pada pinggangnya yang ramping, kemudian
melebar di pinggul terurai pada kaki.
??Kalau saja aku mempunyai sepatu tinggi berkancing," kata
Nancy kepada Grace dan Jennifer, sementara keduanya mengamati
perubahan bentuk Nancy. ??Kakimu tak akan kelihatan di dalam kereta," kata Grace
memberi hati. ??Karena itulah engkau membutuhkan topi. Orangorang akan lebih melihatnya dari pada gaunmu."
Grace pergi sejenak, lalu kembali membawa topi bertepi lebar
dihiasi bulu-bulu biru dan putih. Meskipun karena tuanya telah sedikit
mengurangi keanggunannya, namun Grace telah membersihkannya
dengan sempurna, hingga menjadi timpalan yang serasi dengan gaun.
??Hampir saja aku ingin ikut engkau di kereta," kata Jennifer. Ia
memandangi pakaiannya sendiri, sehelai celana Levis yang agak
umum beserta kemeja kotak-kotak merah-putih.
"Aku juga menginginkan begitu, sayang," kata Nancy sambil
memeluk si gadis kecil. "Tetapi aku yakin, engkau dan Ned tentu akan
memperoleh kesenangan."
"Ah, aku jadi ingat, menanyakan pada Ned kuda mana yang
dipilihnya. Kita memang harus segera mulai. Lalu lintas sangat padat
di mana arak-arakan itu berkumpul."
Ternyata Ned segera menyetujui usul Grace untuk memilih
Buck, seekor kuda jantan yang tak begitu garang.
"Ia memang bukan yang tercantik," kata Grace. ??Tetapi ia telah
sering mengikuti arak-arakan, dan tak ada apa pun yang dapat
mengganggunya." ??Karena aku masih awam dalam arak-arakan, aku justru
mengandalkan pengalamannya," kata Ned. Ia nampak mirip sekali
seorang koboi dalam celana Levisnya yang lusuh serta kemeja coklatkeemasan model daerah barat yang pas sekali ukurannya.
Daerah tempat berkumpulnya arak-arakan itu bagaikan sarang
lebah ramainya, dan Nancy agak mengkhawatirkan keselamatan
Jennifer. Namun ia segera mengetahui, bahwa Pony Club berada tepat
di belakang kereta Ferguson. Ia merasa lebih tenang bahwa baik ia
maupun Ned dapat mengawasi anak tersebut.
Meskipun nampaknya kesimpang-siuran seperti tak akan
berakhir, namun panitia yang telah bekerja keras akhirnya dapat
menguasai semua peserta. Tak lama kemudian para penunggang
terdepan yang membawa bendera-bendera telah siap untuk bergerak,
sementara rombongan pemusik mulai memainkan lagu mars yang
ceria. Arak-arakan mulai bergerak!
Nancy duduk di dekat jendela kanan, nyonya Ferguson di
tengah dan seorang nyonya tua duduk di jendela sebelah kiri.
??Lambaikan saja tanganmu sambil tersenyum," saran nyonya
Ferguson. ??Engkau nampak seperti nona abad lalu yang hendak pergi
ke pesta!" Setelah arak-arakan mulai bergerak, Nancy menjenguk dari
jendela, dan melambai-lambaikan tangannya ke orang banyak.
Kemudian ia melirik ke belakang, untuk meyakinkan dirinya bahwa
Ned dan Jennifer menunggangi kuda mereka tepat di belakang kereta
yang terawat sangat baik itu.
??Sungguh menyenangkan," katanya kepada nyonya Ferguson.
"Aku sungguh berterimakasih atas kesempatan yang diberikan
kepadaku untuk mengikuti arak-arakan ini."
"Berkereta ikut arak-arakan memang sangat menyenangkan,"
nyonya itu membenarkan. ??Tetapi kira-kira sejam kemudian engkau
akan lebih senang, bahwa engkau telah dilahirkan di zaman mobil dan
pesawat terbang!" Nancy tertawa ketika kereta melonjak, dan ia baru menyadari
sedikitnya kelenturan pegas pada kereta itu.
??Kukira aku tahu maksud anda," katanya.
??Dapatkah engkau membayangkan, bagaimana keadaannya bila
harus melintasi negara dengan kereta begini?" kata nyonya tua. "Adik
nenekku pergi ke barat dengan cara ini, bersama kedua anaknya."
??Kukira akan lebih nyaman lagi kalau memakai pakaian yang
berlapis tebal," Nancy melawak, tangannya menepuk-nepuk jok kulit
yang indah tetapi agak keras.
Kedua nyonya itu tertawa dan membenarkan.
Segalanya berjalan lancar selama kira-kira setengah jam.
Lengan Nancy mulai sedikit lelah karena selalu harus melambailambai. Ia mulai menyadari bahwa ikut dalam arak-arakan hampir
sama saja dengan berbaris. Tiba-tiba saja ia merasakan suatu alamat
menggelepar pada dirinya. Ia mulai memandang menyelidik ke antara
orang-orang melalui jendela kereta.
Pada mulanya ia tak melihat sesuatu yang mencurigakan,
kemudian seseorang melompat dari pinggir jalan dan menarik-paksa
pintu kereta dan membukanya. Pada saat yang sama, seorang lagi
melemparkan sesuatu ke depan kereta, di bawah kaki-kaki kuda.
Nancy menjerit ketika serentetan ledakan petasan memenuhi
angkasa. Kereta tersentak-sentak dan terombang-ambing. Dari luar
terdengar teriakan-teriakan ketika kuda-kuda yang menjadi takut
beserta para penonton berlari melonjak-lonjak ke segala arah. Nancy
menyondongkan tubuhnya ke depan untuk meraih pintu kereta, tetapi
kendaraan itu melonjak-lonjak dengan hebatnya.
??Pegang erat-erat," seru nyonya Ferguson. Ia sendiri terhempas
ke sana kemari karena tak memperoleh pegangan.
Nancy menahan tubuhnya dengan kedua kaki ditekankan pada
kerangka tempat duduk di depannya yang joknya telah disingkirkan.
Sebelah tangannya memeluk pinggang nyonya Ferguson, sedang
tangan yang lain berpegangan kuat pada bingkai jendela. Di luar
jendela ia dapat melihat orang-orang berduyun-duyun menyingkir
ketika kereta berayun membelok di jalan. Kuda-kuda itu telah
terlepas! Nancy mencoba melihat ke depan dari kereta yang melonjaklonjak dan berayun-ayun itu, tetapi ia menyesal telah melakukannya!
Mereka ternyata terlepas menuju ke sudut, dan di seberang sana ada
sebuah penghalang. Di balik penghalang kayu yang rapuh itu
berkerumun padat para penonton, semuanya nampak terpukau
ketakutan, tak dapat bergerak menyingkir dari laju kuda-kuda yang
lari tak terkendalikan. Tiba-tiba ia mendengar derap kaki kuda, dan seekor kuda coklat
berkelebat di sebelah pintu kereta. Ned membungkuk di atas tengkuk
kudanya! Tali kekang berjulai-julai lepas, sementara Ned
mengendalikan kudanya dengan jepitan kedua lututnya. Dengan kedua
tangannya yang bebas, yang sebelah berpegangan pada ujung pelana
dan yang sebelah lagi menyambar tali kekang kuda kereta yang paling
depan sebelah kanan. Untuk sesaat jantung Nancy bagaikan hendak copot ketika Ned
hampir saja tertarik terhentak dari atas pelana. Tetapi beberapa saat
kemudian beberapa penunggang kuda mendatangi dari sebelah kiri,
tali kekang kuda paling depan yang kiri ditangkap dan ditarik hingga
berhenti. Kereta itu bergetar dan berhenti, tak sampai satu meter dari
pagar hidup para penonton.
Pada mulanya semua serba hening menakjubkan, sebab yang
terdengar hanya dengus kuda-kuda penarik kereta. Kemudian sedikit
demi sedikit terdengar tepuk-tangan dan sorak-sorai. Nancy
memusatkan segala semangatnya, lalu menegakkan duduknya.
Kemudian ia turun dari kereta, gembira bahwa kedua lututnya yang
gemetar masih kuat menopang tubuhnya.
??Engkau tak apa-apa?" tanya Ned. Ia turun dari kudanya yang
mendengus tersengal-sengal.
??Berkat engkau," jawab Nancy. ??Engkau sungguh hebat."
"Si Buck memang hebat," kata Ned merendah. "Ia sama sekali
tak melonjak-lonjak ketika petasan itu meledak-ledak." Ia menepuknepuk leher kudanya yang basah. ??Mengapa pintu itu? Bisa-bisa
engkau terlempar keluar."
??Kami memang bisa menderita hebat kalau tidak ada Nancy,"
nyonya Ferguson menyatakan. Ia pun turun dari kereta. "Ia
memegangi aku dan menahan kami berdua tetap berada di dalam
kereta." "Itu ulah si pirang," kata Nancy. "Ia melompat keluar dari
antara para penonton, lalu membuka pintu kereta. Setelah itu si kumis
melemparkan petasan ke kaki kuda."
??Jennifer?" seru Ned tergagap, dan mereka berdua berpaling,
tepat ketika si kecil sedang mendatangi perlahan-lahan di atas
kudanya. Wajah si kecil itu pucat, tetapi ia tersenyum ketika melihat
bahwa mereka selamat. Nancy dan Ned memeluk si kecil, meski tak seorang pun dapat
mengucapkan kata-kata. Beberapa anggota panitia arak-arakan datang
menunggang kuda dan memberi selamat kepada Ned atas
keberaniannya. ??Ada yang cedera?" tanya Nancy.
??Beberapa orang penonton mengalami babak-belur ketika
berusaha menyingkir. Tetapi kita sangat beruntung. Temanmu ini
telah menyelamatkan kita dari musibah." Ia menjabat tangan Ned.
??Engkau kami terima dengan tangan terbuka dalam panitia kami,
setiap saat. Kami dapat menggunakan banyak penunggang lebih
banyak lagi yang seperti engkau!"
Ned menjadi merah wajahnya mendengar pujian-pujian itu, lalu
melihat ke sekeliling. ??Apakah anda kira kita dapat melanjutkan lagi?" ia bertanya.
Pandangannya lebih ditujukan kepada nyonya Ferguson dari pada
kepada Nancy. Untuk sesaat kedua nyonya itu nampak ragu- ragu, kemudian
mereka menegakkan duduknya. "Kalau leluhur kita dapat melakukan
perjalanan jauh dengan kereta semacam ini, kukira kita dapat
menguasai sisa perjalanan dalam arak-arakan," kata nyonya Ferguson
dengan berani. Ia memandangi wajah kusir yang nampak masih pucat.
??Bagaimana Jeff?" Orang itu melihat ke kuda-kudanya. Kini keempat-empatnya
berdiri dengan kepala terkulai, tubuhnya yang hitam basah oleh
keringat. ??Kukira, biar kini ada meriam pun mereka tak akan melonjak
lagi," ia memastikan. "Maaf, tadi aku kurang menguasai mereka."
"Tak seorang pun yang bisa," kata nyonya Ferguson. ??Kuharap
saja ada orang yang berhasil menangkap orang gila yang
melemparkan petasan itu."
Nancy berpaling kepada anggota panitia yang terdekat
dengannya. Orang itu menggeleng.
??Kami terlalu sibuk untuk berusaha mencegah kecelakaan.
Apakah engkau kira-kira tahu siapa yang telah melakukannya?"
"Aku tak tahu nama mereka, tetapi dapat menyebutkan ciri-ciri
mereka," jawab Nancy.
??Kalau begitu katakanlah kepada polisi setelah selesai arakarakan ini," kata panitia itu. "Aku akan menyuruh orang menunggu di
ujung jalan. Sementara itu mari kita teruskan lagi. Semua siap?"
Ned membantu nyonya-nyonya itu naik ke kereta kembali,
menutup pintunya kuat-kuat. Pandangannya bertemu dengan Nancy
sejenak, dan Nancy merasa bagaimana Ned telah demikian khawatir
atas dirinya. ??Jagalah dirimu," bisik Nancy. Kemudian ia memandangi
pemuda itu menunggang Buck kembali, dan bersama Jennifer
mengambil tempatnya lagi dalam barisan para penunggang kuda dari
Pony Club. Kereta itu berderit beringsut bergerak maju. Nancy menghela
napas panjang, lalu mengulurkan tubuhnya keluar dari jendela dan
melambaikan tangannya kepada para penonton. Senyumnya kembali
menghias wajahnya, hatinya berharap semoga senyumannya dapat
mengangkat kembali semangat para penonton di kakilima. Namun di
dalam hatinya ia berpikir keras untuk dapat mengetahui apa yang
sebenarnya telah terjadi. Mengapa kedua musuh itu berusaha
mencelakakan dia? Apakah mereka mengira bahwa Jennifer berada di dalam
kereta? Atau, apakah mereka bermaksud hendak menculik Jennifer
selama kekalutan akibat kereta yang terlepas itu?
11 Pertunjukan Malam Arak-arakan itu berakhir tanpa halangan lagi, dan ketika Nancy
turun dari kereta, Sersan Dave Hill telah menantinya.
"Ketika telepon itu menyebutkan bahwa engkau terlibat dalam
peristiwa tadi, aku sudah menduga, tentu ada kaitannya dengan
misteri-misteri yang kauhadapi," katanya.
Nancy segera menceritakan apa yang telah terjadi. Sersan itu
menggelengkan kepalanya. ??Mereka tentu sudah gila. Mereka dapat mencelakakan banyak
orang!" ??Dari semua yang telah terjadi, rupa-rupanya mereka lebih
mengutamakan hendak mencelakai Nancy dari apa pun juga," kata
Ned. ??Apakah engkau mengetahui mengapa sampai demikian, nona
Drew?" tanya sersan Hill.
Nancy menggeleng. ??Kukira mereka justru ingin menculik Jennifer, tetapi sekarang
..." Kata-katanya tak diselesaikannya.
??Ingatlah surat ancaman itu," kata Ned. ??Mungkin mereka
hendak memberitahu, bahwa mereka benar-benar hendak mencelakai
engkau kalau engkau tak mau menghentikan kegiatanmu."
"Ah, aku tak mau menyerahkan dia ke tangan mereka," Nancy
menyatakan dengan tegas. "Aku harus menemukan ibunya, dan
sampai pada saat itu aku tetap akan menjagai Jennifer!"
"Aku khawatir, kami tak dapat membantu anda dalam masalah
pencarian itu," sersan itu menggumam. ??Kami belum memperoleh
petunjuk sedikit pun ke mana perginya nyonya Buckman sebelum
kalian membawa Jennifer ke Cheyenne ini. Tetapi ada satu hal. Kami
tak menemukan catatan sama sekali, bahwa nyonya Buckman telah
menelepon ke DeCateur Academy."
??Maksud anda, ia sama sekali tak menelepon nyonya Peterson
untuk mengirim Jennifer pulang?" tanya Nancy dengan tergagap.
??Kami belum dapat memastikannya," sersan itu mengaku.
??Tetapi kami mengetahui, bahwa ia tinggal di rumahnya untuk
beberapa hari sebelum ia menghilang. Dan telepon di rumahnya
memang tidak tersambung lagi. Tak seorang pun teman-temannya
atau kenalannya yang telah kami hubungi menyatakan, bahwa ia telah
meminjam telepon mereka. Jadi ... kecuali kalau ia telah menelepon


Nancy Drew Pencarian Ahli Waris Karya Carolyn Keene di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari telepon umum, nampak-nampaknya ada orang lain yang telah
menelepon." ??Orang yang menghendaki agar Jennifer datang ke Cheyenne,"
Nancy berpikir-pikir. ??Tetapi untuk apa?"
Sersan itu hanya dapat mengangkat bahu.
Meskipun Nancy berpikir keras selama sore itu, ia tidak juga
dapat menemukan jawabannya. Ia merasa gembira ketika Ned
memberitahu, bahwa ia telah membeli karcis untuk pertunjukan
malam. Sebab Grace akan sibuk bersama teman-teman pada sore itu.
"Kita menonton perlombaan kereta dapur, kemudian melihat
acara karnaval," katanya. ??Betul, kan, Jennifer?"
??Bagus sekali," gadis cilik itu menyetujui.
Nancy tersenyum kepadanya. Ia berpikir, akan merasa
kehilangan Jennifer bila ibunya telah ditemukan. Dalam beberapa hari
terakhir, gadis cilik itu telah bagaikan adiknya, sesuatu yang belum
pernah dimilikinya. Kali ini cuaca tetap cerah sepanjang hari, dan pada sore hari
Nancy telah merasa pulih kembali dari akibat pertemuannya dengan
maut. Ia mengenakan rok berkembang-kembang menyala dengan
kemeja yang berkerut-kerut manis. Ia bersenandung gembira
menantikan penampilan seorang penyanyi lagu-lagu Western
dipertunjukkan malam nanti.
Tempat dilakukan rodeo nampak lain sekali di waktu malam.
Penonton agak berkurang karena hanya panggung besar saja yang
digunakan malam itu. Pentas yang diberi penerangan telah siap bagi
para pemain, dan daerah di sekitarnya telah sibuk dengan kegiatankegiatan sebelum pertunjukan.
Anak-anak pengikut lomba tong berlari-lari riuh dalam bentuk
daun semanggi sambil memukul-mukul lonceng. Di sebelahnya,
sebuah regu penunggang kuda menarik perhatian penonton dengan
Hijaunya Lembah Hijaunya 11 Wiro Sableng 069 Ki Ageng Tunggul Keparat Rahasia Mo-kau Kaucu 6

Cari Blog Ini