Ceritasilat Novel Online

Anak Harimau 7

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 7


Sementara Siau thi gou masih berteriak teriak dengan
suara lantang, Lan See giok sudah menerobos ke luar dari hutan tersebut.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Siau thi gou sedang berdiri sambil memegang
seekor kelinci besar, melihat Lan See giok munculkan diri, sambil tertawa terbahak bahak ia segera berseru:
"Nah, itulah dia telah munculkan diri!"
Lan See giok segera berlari mendekat, menarik tangan
Siau thi gou dan berterima kasih kepadanya, tapi oleh
karena tidak di jumpai Si Cay soat, pemuda itu jadi
celingukan- Akhirnya dari jarak tujuh delapan kaki di depan sana, ia saksikan ada sesosok bayangan merah sedang berlarian
menuju ke arah air terjun dengan kecepatan tinggi.
Sambil menuding ke arah bayangan Si Cay soat, Siau thi
gou segera berseru:
"Engkoh giok ayo berangkat, mari kita lihat enci Soat menangkap ikan!"
Mereka berdua segera menyusul dari belakangnya
dengan gerakan cepat.
Setelah berlarian sekian waktu, Si Cay soat yang sedang
berlarian di depan telah menghentikan langkahnya.
Lan See giok tahu, tempat dimana Si Cay soat berdiri
sekarang bisa jadi adalah telaga Cui oh, waktu itu si nona sedang membungkus rambutnya dengan kain merah.
Ketika maju beberapa puluh kaki, lagi dia dapat melihat
permukaan telaga yang luasnya mencapai beberapa bau,
airnya berwarna hijau dan beriak terhembus angin,
pemandangan alam di situpun amat indah.
Setelah berjalan mendekat, Lan See giok baru
menjumpai tempat dimana Si Cay soat berdiri sekarang
adalah sebuah tebing yang tinggi, jarak antara tempat itu
http://kangzusi.com/
dengan permukaan telaga paling tidak masih mencapai
enam tujuh kaki.
Walaupun dalam hati kecilnya merasa terkejut, namun
dia tak lupa menyampaikan salam untuk Si Cay soat,
sekarang ia dapat melihat pakaian yang dikenakan Si Cay
soat adalah sebangsa pakaian renang yang kulit bukan kulit sutera, namun terbuat dari sejenis bahan istimewa.
Setelah mengenakan pakaian renang ini, perawakan
tubuh Si Cay soat nampak lebih indah, semua lekukan
tubuhnya tertera amat jelas, payudaranya yang montok
nampak menonjol besar dibagian dada, pinggangnya amat
ramping, pahanya berbentuk manis sedang kakinya
terbungkus sepatu kulit berwarna merah, rambutnya yang
panjang juga telah dibungkus kain merah.
Lan See giok benar-benar merasa tertegun, ia merasakan
pandangan matanya menjadi silau, hatinya berdebar keras
dan seolah-olah sedang dihadapkan dengan segumpal api.
Waktu itu Siau Thi gou hanya berharap enci Soat nya
bisa menangkap seekor ikan besar, pada hakekatnya dia
tidak memperhatikan mimik wajah Lan See giok, sepasang
matanya yang terbelalak lebar di arahkan terus ke
permukaan telaga.
Melihat Si Cay soat sama sekali tidak menggubris
dirinya. bahkan hanya berdiri di tepi tebing dengan mulut membungkam sadarlah Lan See giok bahwa gadis itu
sedang marah kepadanya.
Setelah tersenyum, dengan suara yang amat ramah
pemuda itu kembali menyapa.
"Selamat pagi adik Soat!"
http://kangzusi.com/
Mendengar sapaan tersebut, Si Cay soat mengerling
sekejap ke arahnya dengan pandangan indah, kemudian
tersenyum. Pada saat itulah..
Tiba-tiba terdengar Siau thi gou berteriak keras.
"Aaah, seekor ikan Cui oh li (ikan leihi telaga cu). ! "
Baru saja dia berteriak, bayangan merah telah berkelebat lewat, Si Cay soat dengan gaya Hay yan si sui (walet air bermain air) telah menubruk ke arah permukaan telaga.
Gemetar sekujur badan Lan See giok melihat gerakan
tubuh gadis itu, tanpa disadari dia menjerit kaget:
"Adik Soat, Hati-hati !"
Tampak Si Cay soat menekuk pinggang, sepasang
lengannya didayungkan bersama lalu sepasang tangannya
ditempelkan satu lama lainnya dan .. "Byuuur!".
menceburkan diri ke dalam telaga.
Percikan air segera memancar ke empat penjuru..
Secepat ikan terbang bayangan merah itu meluncur dan
menyelam ke dalam air telaga yang berwarna hijau tadi.
Lan See giok harus memasang telinga baik-baik sebelum
dapat melihat bahwa kurang lebih dua kaki di depan Si Coy soat benar- benar terdapat seekor ikan besar yang sedang berenang menjauhi dengan gerak gerik yang amat gugup.
Kejar mengejar pun segera terjadi, ombak menggulung
kian ke mari, biarpun sedang berenang, ternyata gerak-gerik Si Cay soat terlihat indah sekali.
Lan See giok selain merasa kagum juga sangat memuji,
dia tak menyangka ilmu berenang yang dimiliki gadis itu
demikian indah dan sempurna.
http://kangzusi.com/
Dalam hati kecilnya ia segera memutuskan untuk
memohon kepada To Seng-cu locian-pwe selain mempelajari ilmu silat yang tercantum- dalam kitab pusaka Pwee yap cin keng, diapun hendak mempelajari ilmu
berenang, Tiba-tiba Si -Cay soat yang berada, dalam air memutar
badannya, kemudian pergelangan tangannya diayunkan ke
depan serentetan cahaya perak langsung menyambar ke
arah ikan besar itu.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian tersebut segera
tertawa lebar. Dengan cepat Lan See giok mengalihkan kembali sorot
matanya ke arah telaga, waktu itu cahaya perak telah
lenyap. sedangkan ikan besar tersebut sudah berguling di atas air kemudian terapung dengan bagian perut nya
menghadap ke atas.
Si Cay soat segera berenang mendekati-nya, lalu sambil
mengempit bangkai ikan besar tadi ia berenang ke tepian.
Siau thi gou juga berpaling kearah Lan See giok sambil
ujarnya dengan senyum dikulum:
"Ilmu peluru pembelah air dari enci Soat amat tepat dan lihay sekali, betapa pun besarnya ikan yang diburu dan
betapa cepat nya ikan itu berenang, jangan harap bisa lolos dari tangannya."
Lan See giok mengangguk berulang kali. namun sorot
matanya masih ditujukan ke arah Si Cay soat yang sedang
menaiki pantai.
Bayangan merah berkelebat lewat dengan menutulkan
ujung kakinya di atas tonjolan batu karang, tahu-tahu Si Cay soat telah melompat naik ke atas tebing.
http://kangzusi.com/
Sambil bersorak kegirangan Siau thi gou segera
menyerbu ke depan untuk memeluk ikan besar itu.
Sambil tersenyum manis Si Cay soat mengerling sekejap
ke arah Lan See giok yang sedang memandangnya dengan
perasaan kagum, pelan-pelan dia membuka pengikat
rambutnya, rambut yang panjangpun segera terurai ke
bawah. Lan See giok yang menyaksikan kejadian itu segera
merasakan hatinya berdebar keras, gerak gerik Si Cay soat memang sungguh terlampau indah.
Tanpa terasa diapun memuji sambil tersenyum.
"Adik Soat, ilmu berenangmu sungguh amat indah, bila suatu ketika Ih-heng- pun dapat menguasai ilmu tersebut
sesempurna kau, tentu akan merasa sangat puas."
Sekali lagi Si Cay soat tertawa manis, tiba-tiba ia
menegur: "Apa sih Ih-heng.. Ih-heng terus terusan" Masa lagakmu selalu sok sungkan?"
Merah padam selembar wajah Lan See giok, buru-buru
dia mengiakan berulang kali, walaupun kena disemprot. .
anehnya dia sama sekali tidak mendongkol.
Dalam pada itu Siau thi gou telah selesai mengikatkan
ikan besar dan kelinci besar itu, dengan gembira ia berteriak keras:
"Ayo berangkat, kita harus siapkan santapan siang yang paling lezat"
Maka berangkatlah ke tiga orang itu menuju ke hutan.
Setibanya di depan hutan, Lan See giok berjalan
mengikuti di belakang Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Hutan tersebut dalamnya hanya sepuluh kaki, dalam
beberapa kali lompatan saja mereka telah menembusi hutan tersebut.
Lan See giok mengikuti di belakang Si Cay soat menuju
ke sebuah ruang kecil yang terletak di belakang ruangan
batu. Tiba di depan ruangan itu, ternyata di situ letak dapur, semua peralatan dapur tersedia komplit di situ.
Si Cay soat segera membalikkan tubuhnya, lalu kepada
Lan See giok dan Siau thi gou ujarnya.
"Engkoh giok menguliti kelinci. Adik Thi gou memotong ikan. aku akan pulang dulu untuk berganti pakaian"
Sembari berkata. dia membalikkan badan menuju ke
dalam ruang batu.
Siau thi gou segera mengambil pisau dan mulai
membersihkan sisik ikan dan membersihkan isi perutnya,
cara kerjanya cekatan dan amat terlatih.
Selama Lan See giok mengikuti ayahnya hidup dalam
kuburan kuno, diapun sering kali berburu, maka soal
menguliti kelinci juga bukan sesuatu pekerjaan yang asing baginya.
Sambil membersihkan ikan, tiba-tiba Siau thi gou
bertanya: "Engkoh Giok, apakah kau datang kemari khusus untuk belajar ilmu dari suhu?"
Lan See giok mengangguk, jawabnya dengan bersungguh
hati: "Benar, aku datang kemari atas petunjuk dari locianpwe .
. " http://kangzusi.com/
"Sungguh aneh" kembali Siau thi gou menukas, "kalau toh tujuanmu belajar ilmu, mengapa kau masih saja
memanggil suhu sebagai locianpwe?"
Lan See giok menjadi tertegun menghadapi pertanyaan
tersebut, ia segera berhenti bekerja dan bisiknya:
"Adik thi gou, aku belum pernah mengangkat guru,
konon kalau hendak melakukan upacara pengangkatan,
maka kita mesti menyembah empat kali, apa yang kau
lakukan dulu?"
Tanpa ragu Siau thi gou segera menjawab:
"Aku merangkak di atas tanah dan menyembah berulang kali . . "
Belum selesai dia berkata, bayangan merah berkelebat
lewat, Si Cay soat yang selesai berganti pakaian telah
muncul kembali di situ. agaknya diapun sempat mendengar
pembicaraan kedua orang itu, kepada Lan See giok segera
ujarnya: "Engkoh Giok, suhu orangnya ramah dan pengasih, dia tidak terlalu memperhatikan soal tetek bengek, selesai
bersantap siang nanti, kau cukup menyembah empat kali
dihadapannya sambil memanggil suhu, aku pikir itu sudah
cukup." Lan See giok memandang ke arah Si Cay soat dengan
penuh rasa terima kasih, setelah mengiakan diapun
melanjutkan pekerjaannya menguliti kelinci.
Mendekati tengah hari pekerjaan memasak pun telah
selesai, hidangan segera disajikan, selain ang sio hi,
panggang daging kelinci, sayur sayuran, kuah tahu, masih tersedia pula seguci besar arak wangi.
http://kangzusi.com/
Ketika semuanya sudah siap, Siau thi gou baru berteriak
ke arah gua: "Suhu, silahkan bersantap."
Tak lama kemudian, To seng cu dengan jubah kuningnya
telah muncul dari balik gua, senyum ramah masih
menghiasi wajahnya.
Dalam pada itu Si Cay soat telah menuang empat cawan
arak, isi cawan bagi dirinya kelihatan paling sedikit.
Lan See giok menunggu sampai To-seng-cu sudah
duduk, dia baru menjatuhkan diri berlutut dan menyembah
empat kali sambil katanya dengan serius.
"Suhu berada di atas, terimalah penghormatan dari tecu Lan See giok.."
Sambil mengelus jenggotnya To seng cu tertawa terbahak
bahak, ditatapnya pemuda itu dengan ramah, lalu ujarnya
tersenyum. "Anak giok, ayo cepat bangun!"
Walaupun Siau thi gou kelihatan agak bodoh, akan
tetapi diapun dapat melihat kalau gurunya sedang amat
gembira pada hari ini.
Lan See giok segera bangkit dan duduk di samping Siau
thi gou, sedang Si Cay soat yang hendak membuat gembira
gurunya mengambil cawan arak dan berseru kepada To
seng cu sambil tertawa.
"Suhu, Soat-ji menghormati secawan arak untukmu,
kionghi kau orang tua telah menerima seorang murid baru."
"To seng-cu tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh..haaahhh..haaahhh..budak binal, bukankah
kau pun termasuk murid suhu yang baik?"
http://kangzusi.com/
Diangkatnya cawan arak dan diteguk dengan lahap.
Siau thi gou turut mengangkat cawan araknya, suasana
riang gembira segera menyelimuti seluruh ruangan.
Ketika To seng cu mencicipi Ang sio hi, dia memuji
tiada hentinya atas kelezatan hidangan tersebut.
Tergerak hati Lan See giok, dia segera teringat kembali
dengan ilmu berenang yang dimiliki Si Cay soat, maka
menggunakan kesempatan tersebut segera ujarnya dengan
hormat. "Suhu diantara lima cacad dari tiga telaga, tecu sudah mendapat tahu kalau si Tongkat besi berkaki tunggal
berdiam di benteng Pek hoo cay, si beruang berlengan
tunggal berdiam di bukit Tay ang san, sedang si manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san bercokol di benteng Wi-lim-poo yang dikitari telaga phoa yang oh, tecu rasa dua manusia cacad lainnya pasti berdiam pula di atas telaga. . ."
Sebelum Lan See giok menyelesaikan kata katanya,
sambil mengelus jenggot To seng cu segera menyela.
"Benar, si Setan ganas bermata tunggal yang terhitung paling garang, ia berdiam di Lim lo pah, orang ini termasuk yang memiliki daya pengaruh terbesar antara rekan-rekannya, sedang si binatang bertanduk tunggal yang
berilmu silat paling lemah tapi berotak paling cerdas itu, berdiam di telaga Pek toh oh, ia telah ditotok mati oleh sergapan Oh tin san sehingga tak perlu dikuatirkan lagi, diantaranya aku kira yang patut diperhitungkan kekuatan
nya adalah si raja ganas dari telaga Tong Ting oh, si Setan ganas bermata tunggal Toan Ci tin tersebut."
Lan See giok berkerut kening, lalu berkata dengan sedih.
"Dari lima manusia cacad di tiga telaga, tiga diantaranya menjagoi di atas telaga, padahal anak Giok tidak mengerti
http://kangzusi.com/
ilmu berenang, bila hendak menyelidiki jejak mereka
rasanya sukar sekali, mohon suhu bersedia mewariskan
pula ilmu berenang kepada anak giok".
To seng cu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak, sahutnya dengan gembira:
"Berbicara soal ilmu berenang, dalam dunia persilatan tiada orang yang bisa menandingi kehebatan Hu-yong
siancu, sebalik nya berbicara dari tingkat muda, orang yang berilmu berenang paling tinggi adalah enci Cian mu,
sedangkan ilmu berenang dari adik Soat mu berasal dari
ajaran si naga sakti pembalik sungai, suhu sendiri sama
sekali tidak menguasai kepandaian tersebut."
Setelah berhenti sejenak, dia memandang kearah Si Cay


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

soat yang sedang cemberut dan tidak senang hati itu,
kemudian me-lanjutkan sambil tertawa:
"Namun, bila kau memang berniat untuk mempelajari
kepandaian tersebut, tak ada salahnya untuk minta kepada adik Soat mu untuk mengajarkan dasar dasarnya, sampai si naga Sakti pembalik sungai datang ke Hoa San, barulah kau minta pelajaran secara langsung kepadanya"
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut
menjadi sangat gembira, ia segera bangkit meninggalkan
tempat duduknya dan menjura kepada Si Cay soat sambil
serunya: "Adik soat, kalau begitu Ih-heng mengucapkan banyak terima kasih dulu kepadamu,"
Dalam hati kecilnya Si Cay soat merasa kegirangan, dia
segera bangkit dan balas memberi hormat, pikirnya:
"Hmm, mulai hari ini pasti akan seperti Siau thi gou, selalu menuruti petunjukku."
http://kangzusi.com/
Sebaliknya diluaran dia berkata dengan tenang:
"Engkoh giok, harap kau jangan berbuat demikian, siau moay tak berani menerimanya."
Kemudian sengaja dia menengok ke arah To-seng-cu dan
berkata kembali:
"Suhu, engkoh Giok kan sudah mempunyai enci Cian
yang sangat lihay dalam ilmu berenang. bila soat ji memberi pelajaran dulu kepada engkoh giok, jangan-jangan ada
orang yang merasa tak senang hati.."
To seng cu cukup mengetahui akan kebinalan muridnya
ini, sekalipun demikian dia ,juga tahu kalau sesungguhnya gadis ini amat ramah dan berhati mulia, diapun sadar
bahwa gadis ini diam-diam merasa tak puas dengan ilmu
berenang yang dimiliki Ciu Siau cian, maka setelah tertawa geli katanya:
"Tidak mungkin, tidak mungkin, bila Ciu Siau-cian
merasa tak puas kau dan anak giok bisa minta pelajaran
bersama dengannya!"
Si Cay soat adalah seorang gadis yang pintar dan
cekatan, walaupun ia tahu bahwa gurunya sengaja
menggoda, tapi diapun mengerti, andaikata ilmu berenang
yang dimiliki Ciu Siau-cian tidak lebih sempurna daripada kepandaiannya, tak mungkin guru nya akan berkata
demikian Oleh sebab itu dengan nada tak percaya dia berkata
dengan bersungguh sungguh:
"Suhu, benarkah ilmu berenang yang dimiliki enci
Ciannya engkoh giok masih jauh lebih hebat daripada si
naga tua pembalik sungai?"
http://kangzusi.com/
To seng cu tahu kalau Si Cay soat telah memahami
maksudnya, sambil tersenyum ia segera menjawab:
"Kalau Thio loko mu mengandalkan tenaga dalamnya
yang sempurna, maka enci Cian- mu lebih mengandalkan
gerakan tubuhnya yang lihay dan luar biasa, terutama sekali ilmu pedang di dalam airnya, sungguh cepat nya luar biasa, bahkan tidak kalah sempurna nya dari ilmu berenang yang
dimiliki ibu nya."
Berbicara sampai di situ, dia memandang sekejap ke tiga
orang muda mudi dengan pandangan penuh kasih sayang . .
. Kejut dan girang menyelimuti seluruh wajah Lan See
giok, dia seperti tidak percaya kalau enci Ciannya yang
begitu lembut, tenang dan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, ternyata memiliki ilmu berenang yang jauh
lebih hebat dari pada si naga pembalik sungai.
Si Cay soat sendiri tentu saja percaya seratus persen atas perkataan dari gurunya, suatu perubahan aneh segera
menghiasi paras mukanya, dia seperti ingin secepatnya
dapat bertemu dengan Ciu Siau cian.
Hanya Siau thi gou seorang yang tidak menaruh
perhatian khusus atas persoalan ini namun perkataan dari gurunya juga tak berani tidak didengarkan, dengan
membelalakkan sepasang matanya dia awasi gurunya tanpa
berkedip, meski begitu dia pun tidak lupa untuk melalap
daging dan ikan yang dihidangkan dihadapannya.
To seng cu memandang sekejap ke tiga murid
kesayangannya, ia merasa amat gembira terutama setelah
menerima Lan See giok, dia merasa kepandaian silatnya
bakal ada yang mewarisi.
http://kangzusi.com/
Maka sambil menengok ke arah Si Cay soat, katanya
lebih lanjut dengan mengandung arti mendalam:
"Soat ji, bila kau bertemu dengan Ciu Siau cian lain
waktu, panggillah lebih banyak enci kepadanya, suhu jamin pasti ada keuntungan bagimu."
Si Cay soat mengangguk berulang kali, senyum
kegirangan kembali menghiasi wajahnya, sifat ke kanak
kanaknya juga sangat menonjol dimukanya.
Sementara itu, Lan See giok merasa gembira sekali
karena gurunya To seng cu memuji kehebatan enci Cian
nya. di dalam hati kecilnya dia lantas berjanji, bila ia berhasil mempelajari ilmu silat yang tercantum dalam kitab Hud bun pwe-yap cinkeng tersebut, dia akan mewariskan
kembali kepandaian tersebut kepada encinya agar gadis itu menjadi seorang pendekar wanita yang tiada keduanya di
dunia ini. Membayangkan kesemuanya itu, tanpa terasa dia
tertawa. sinar matanya turut berkilat-kilat, To seng cu
adalah seorang jagoan nomor wahid yang amat disegani
orang di dalam dunia persilatan dewasa ini, walaupun
usianya sudah mencapai seratus tahun, namun hatinya
ramah dari orangnya saleh, setiap orang yang berhubungan dengannya pasti akan menaruh hormat dan sayang
kepadanya. Ketika ia menangkap sinar berkilat dari balik mata Lan
See giok, orang tua itu segera mengetahui kalau si bocah lagi memikirkan suatu kejadian yang menggembirakan
hatinya. Maka setelah meneguk araknya, dia bertanya sambil
tertawa. http://kangzusi.com/
"Anak giok, persoalan apa sih yang sedang kau
bayangkan" Mengapa kau nampak kegirangan?"
Lan See giok tidak menduga kalau gurunya akan
mengajukan pertanyaan seperti itu, dia menjadi tergagap, mukanya memerah dan segera memperlihatkan perasaan
tidak tenang. Melihat pemuda itu tidak berusaha untuk membohonginya, senyum gembira sekali lagi menghiasi
wajah To Seng cu.
Si Cay soat memang gadis yang pintar, ia segera
cemberut dan sambil mendengus katanya agak cemburu:
"Apa lagi" Tentu sedang membayangkan enci Cian nya
yang lihay dalam ilmu berenang!"
-ooo0dw0ooo- BAB 14 LAN See giok tidak menyangka kalau Si Cay soat bakal
membongkar rahasia hatinya secara blak blakan, ia terkejut dan wajahnya segera berubah, buru-buru serunya kepada
To seng cu: "Anak giok tidak becus, dihadapan suhu memang masih teringat enci Cian, harap suhu sudi memaafkan ketidak
tahuan anak giok!"
Si Cay soat maupun Siau thi gou jadi melongo, mereka
tidak habis mengerti apa sebabnya Lan See giok
menunjukkan wajah gugup, dengan sorot mata yang
bimbang tiada hentinya mereka awasi Lan See giok dan To
seng cu secara bergantian, agaknya mereka berusaha
mencari tahu masalah apakah yang membuat pemuda itu
demikian gugupnya"
http://kangzusi.com/
To seng cu juga tidak berkata kata. Ia meneguk habis isi cawannya. lalu sambil menyodorkan mangkuk kosong itu
ke hadapan Sian thi gou yang masih tertegun. katanya
dengan suara rendah dan berat,
"Gou- ji. penuhi cawanku ini! "
Sementara itu, walaupun Si Cay soat juga dibuat
kebingungan, namun dia dapat melihat bahwa suhunya
sedikit tak bisa mengendalikan rasa gembiranya, sudah jelas gurunya sedang merasa kegirangan setengah mati.
Siau thi-gou segera memenuhi cawan gurunya dengan
arak dan mengangsurkan kembali ke atas meja To seng cu,
kembali ke hadapan gurunya.
Setelah menerima cawan dan meletakkan kembali ke
atas meja, To seng cu kembali berkata dengan wajah serius:
"Selama berada dihadapan guru, berpikiran cabang dan menjawab secara ngawur pertanyaan guru, hal ini
merupakan pantangan terbesar bagi dunia persilatan, yang ringan, pelanggarannya akan peroleh hukuman, yang berat
akan dikeluarkan dari perguruan, anak giok, kau masih
muda tapi setia dan sederhana, sungguh tidak kecewa
kuterima dirimu sebagai murid!"
Selesai berkata, dia meneguk araknya sampai habis.
Lan See giok terharu sekali oleh perkataan itu, sekali lagi dia memberi hormat sambil berkata:
"Anak giok bodoh, mungkin hanya akan menyia nyiakan harapan suhu saja!"
To seng cu meneguk setengah cawan arak lagi, kini
gejolak emosinya telah mereda, melihat di atas wajah
pemuda itu tidak terlintas perasaan bangga, katanya
kemudian lengan ramah:
http://kangzusi.com/
"Anak giok, duduklah suhu tidak akan menyalahkan
dirimu lagi- - "
Sambil berkata, dia membuat gerakan dengan mempersilahkan pemuda itu duduk.
Lan See giok segera mengiakan dengan hormat dan
duduk, Si Cay soat pun merasa gugup dan panik. ia benarbenar tak menyangka kalau perbuatannya bakal segawat itu, terbayang kembali ketika ia membongkar rahasia hati Lan
See giok, saking menyesalnya dia sampai menundukkan
kepalanya rendah-rendah.
Namun dia bisa menduga, dengan tenaga dalam gurunya
yang begitu sempurna serta ketebalan imannya yang
mengagumkan, toh tak mampu mengendalikan gejolak
emosinya, hal ini menandakan betapa gembira nya orang
tua itu setelah mendapatkan Lan. See giok sebagai
muridnya. Siau thi gou orangnya ramah den polos, meski ia tidak
mengerti apa gerangan yang terjadi, namun dapat terasa
olehnya kalau enci Soat maupun engkoh giok nya samasama telah melakukan kesalahan besar.
To seng cu sangat gembira, setelah memandang sekejap
ketiga orang bocah itu untuk mengurangi perasaan tak
tenang dalam hati mereka, maka ujarnya kemudian sambil
tersenyum. "Sekarang, aku akan mengisahkan kembali peristiwa
pada sepuluh tahun berselang ketika kitab cinkeng itu
lenyap, agar kisah tadi bisa menambah pengetahuan kalian semua."
Mendengar perkataan itu, muda mudi bertiga itu segera
meletakkan kembali sumpit nya dan bersama sama
memandang ke arah guru mereka>
http://kangzusi.com/
Sambil tertawa ramah To seng cu segera berkata:
"Kalian boleh mendengarkan sambil makan dan
minum." Kemudian setelah meneguk seteguk arak dan termenung
beberapa saat, dia pun mulai bercerita.
"Sepuluh tahun berselang, di dalam kalangan hitam
terdapat lima orang jago lihay, mereka adalah lima cacad dari tiga telaga yang termasyhur sekarang, entah dari mana mereka peroleh kabar ternyata orang orang itu mendapat
tahu kalau aku memiliki sejilid kitab pusaka ilmu silat yang amat hebat."
"Kemudian,
berkumpullah mereka merundingkan bagaimana cara mencuri kitab tadi dan kemudian
mempelajarinya bersama sama.
"Dasar bangsa
kurcaci, walaupun
mereka telah memutuskan bersama, toh dihati kecil masing-masing
masih saja saling curiga mencurigai. namun untuk
menghindari perhatian orang, secara terpisah mereka
datang ke Hoa San dan berkumpul di bawah bukit sambil
berunding bagaimana caranya mengamati gerak gerikku.
"Justru persoalan menjadi berantakan akibat suatu
kebetulan, pada waktu itu aku sedang bersemedi di dalam
gua, mendadak kudengar suara golok sedang mengukir batu
di depan dinding gua . . . "
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, dia tahu yang di maksudkan gurunya, sudah pasti bait-bait syair yang terpampang di atas dinding di mulut gua
tersebut, hanya saja ia tidak habis mengerti siapakah
perempuan tersebut.
Setelah meneguk araknya setegukan, To seng cu berkata
lebih jauh: http://kangzusi.com/
"Tergerak hatiku waktu itu sehingga segera munculkan diri, namun untuk menghindar mulut guaku ketahuan
orang luar, aku tidak membuka pintu secara langsung,
sampai orang itu sudah pergi jauh, barulah kubuka pintu
gua dan ke luar. . ."
Lan See giok kembali merasa tidak habis mengerti,
mengapa ia tidak menjumpai "pintu
gua" ketika memasukinya semalam, tapi kalau menurut pembicaraan
suhu pintu gua tersebut pasti tersembunyi di balik dinding gua sehingga tidak terlihat sama sekali.
Dalam pada itu, To seng cu telah berkata lebih jauh:
"Menanti suhu sampai di pintu depan, orang itu sudah pergi hingga tak terlihat lagi, kubaca sebentar bait syair di dinding gua itu lalu menembusi hutan tho dan mengejar ke luar lembah, tak lama kemudian kusaksikan seseorang
sedang berlarian dengan cepat, menanti kususul lebih dekat, baru kuketahui kalau orang itu adalah Hu-yong siancu Han sin wan . . .
Tergetar perasaan Lan See giok, tanpa terasa serunya
kaget: "Aaah . . dia . . . dia adalah bibi Wan . . . . ?"
"Benar, orang yang mengukir tulisan di depan gua tak lain adalah bibi Wanmu."
"Suhu, masalah pedih apakah yang dialami bibi Wan
sehingga dia merasa begitu sedih?" tanya Lan See giok dengan perasaan tidak habis mengerti.
Tong seng cu berkerut kening seakan -akan enggan
menjawab pertanyaan itu, kemudian katanya sambil
tersenyum. "Masalah ini menyangkut hubungan antara orang tuamu dengan bibi Wan, aku sendiri juga kurang tahu sehingga
lebih baik tak usah kuterangkan di sini, tak ada salahnya
http://kangzusi.com/
bila kau tanyakan sendiri kepada bibimu di kemudian hari, mungkin dia akan menceritakan pengalamannya kepada
mu. " Melihat gurunya enggan menjawab, sudah barang tentu
Lan See giok tak berani bertanya lebih jauh, terpaksa dia mengiakan berulang kali.
Tampaknya Siau thi gou memperhatikan sekali masalah
tercurinya kitab cinkeng itu, dengan gelisah tiba-tiba dia menyela:
"Suhu, ketika kau ke luar dari gua, sudah pasti pintu depan lupa kau tutup kembali?"
"Benar"! To seng cu segera mengangguk, "waktu itu aku memang kelewat gegabah, menanti aku tiba kembali di gua, baru kujumpai kotak kecil di atas meja telah lenyap. segera aku sadar bahwa kotak itu tercuri, dengan perasaan gelisah akupun segera menyusul ke luar lembah."


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berbicara sampai di situ dia, memandang sekejap ke arah
Lan See giok yang sedang mendengarkan dengan seksama,
kemudian baru lanjutnya lebih jauh.
"Sewaktu aku mengejar sampai di luar hutan tho, Huyong siancu belum pergi, tapi di sisinya telah bertambah seseorang, orang itu tak lain adalah ayahmu. si peluru perak gurdi emas Lan Khong-tay."
Berhubung To seng cu bercerita sambil menengok ke
arahnya, Lan See giok sudah memahami maksud gurunya,
itulah sebabnya ia tidak merasa keheranan ketika ayah-nya disinggung:
"Waktu itu aku paling mencurigai ayahmu, tapi setelah mendengar perkenalan dari Hu-yong siancu, barulah
kuketahui kalau ayahmu adalah Lan tayhiap yang
termasyhur namanya dalam dunia persilatan, karena itu
http://kangzusi.com/
rasa curigaku segera lenyap. Atas pertanyaanku, baru
kuketahui ayahmu telah berjumpa dengan Pek-ho-caycu si
toya guntur Gui Pak-cian, serta Wi-lim pocu Oh Tin-san di mulut lembah.
"Kedua orang itu merupakan pentolan kaum hitam yang termasyhur sekali."
"Kemunculan mereka di bukit Hoa San segera
menimbulkan kecurigaanku, segera kukejar mereka ke luar
lembah, sedang ayahmu serta Hu-yong siancu juga
menyusul di belakangku.
"Setelah mengejar melampaui dua buah puncak bukit,
diantara hutan bambu dan pohon siong kulihat ada lima
sosok bayangan manusia sedang kabur ke luar bukit. Aku
pun segera mengeluarkan ilmu berjalan terbang menempel
angin untuk menyusul di belakang mereka.
"Sampai aku sudah berada di belakangnya, kelima orang itu baru merasakan kehadiranku, saat itu juga mereka kabur terbirit -birit ke empat penjuru.
"Dalam keadaan begini, mustahil bagiku untuk mengejar mereka satu persatu, maka di dalam gelisahnya dicampur
gusar dan mendongkol, terpaksa aku turun tangan keji."
"Mula pertama kukutungi dulu kaki kiri dari Gui Pak ciang, Caycu dari Pek- ho cay, kemudian Pek toh oh cu si binatang bertanduk tunggal Si Yu gi menjadi ketakutan dan berlutut minta ampun sambil menerangkan kalau cinkeng
tersebut berada di tangan Kiong Tek ciong, Cong Caycu
dari bukit Tay ang san,
"Waktu itu aku tidak tahu siapa yang bernama Kiong
Tek ciong, karena itu ku kejar Toan Ci tin dari telaga Tong Ong oh sambil melepaskan sebiji biji cemara untuk
menghalangi niatnya melarikan diri, siapa tahu ketika biji
http://kangzusi.com/
cemara itu hampir mengenai tubuhnya, kebetulan Toan Ci
tin sedang menengok ke belakang, tak ampun lagi biji
cemara itu bersarang telak di mata sebelah kirinya.
"Atas pertanyaanku baru kuketahui arah Kiong Tek
ciong melarikan diri, waktu itu Oh Tin San sedang kabur
membuntuti Kiong Tek ciong, walaupun alasannya hendak
melindungi padahal tujuannya yang utama adalah
mengawasi gerak gerik rekannya.
"Ketika aku mengejar mereka lebih jauh dalam keadaan terpojok ternyata ke dua orang itu melakukan perlawanan, maka dalam gusarnya kubacok kutung lengan kiri Kiong
Tek ciong sedangkan Oh Tin san segera berlutut minta
ampun, berhubung aku tahu kalau dia orangnya keji dan
berbahaya maka segera kupotong sebuah telinga kirinya
sebagai hukuman.
"Setelah kuperiksa kedua orang itu, barulah diketahui kalau kotak kecil tadi sudah terjatuh dalam perjalanan, tapi ketika kemudian kucari, kotak tersebut sama sekali tak
berhasil kutemukan kembali, biar begitu aku percaya kalau Kiong Tek ciong dan Oh Tin san tidak berbohong.
"Menanti pikiran dan perasaanku sudah mulai mereda
kembali, baru kusesalkan perbuatan berdarah yang telah
kulakukan, itulah sebabnya kubebaskan Oh Tin san
berlima. "Waktu itu meski akupun sedikit menaruh curiga kepada ayahmu dan Hu-yong siancu yang tidak menyusul datang,
tapi aku percaya bila kotak cinkeng itu berhasil mereka
temukan niscaya akan dikembalikan kepadaku, tapi sampai
matahari tenggelam di langit barat aku belum juga melihat ayahmu datang, akhirnya baru kuketahui apa sebabnya
ayahmu tidak datang mencariku:
http://kangzusi.com/
"Pertama mereka tidak tahu siapakah aku, mengapa
mengejar Oh Tin san sekalian dan kedua mereka tahu kalau kotak kecil itu milikku, namun tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mengembalikan, sebab ketika Hu-yong
siancu mengukir syair di depan gua. pintu gua berada dalam keadaan tertutup, menanti aku membukanya. dia telah
berada di luar hutan tho.
"Berhubung orang tuamu dan Hu-yong siancu kemudian
lenyap secara tiba-tiba dari dunia persilatan. Oh Tin san sekalianpun mulai menelusuri jejak ayahmu, itulah
sebabnya mereka dapat membuktikan pula kalau kitab
Cinkeng tersebut memang berhasil ditemukan oleh ayahmu
serta bibi Wan mu . . .
Si Cay soat yang membungkam selama ini, tiba-tiba
menimbrung: "Suhu, Hu-yong siancu yang sudah membuat tulisan di atas dinding gua saja tidak menemukan mulut gua tersebut, mengapa Oh Tin san sekalian bisa tahu kalau suhu berdiam di dalam gua tersebut" To seng cu segera menghela napas
panjang "Aai, peristiwa ini sesungguhnya bersumber pada
perbuatan Hu-yong siancu ketika mengukir syair di atas
dinding gua sana, sebagaimana diketahui Hu-yong siancu
adalah seorang perempuan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, entah berapa banyak lelaki yang pernah
jatuh hati kepadanya dimasa lalu. Ketika Oh Tin san
sekalian menjumpai kemunculan Hu-yong siancu di bawah
puncak giok li hong mereka pun menjadi tertarik dan diam-diam menguntit dari belakang.
"Tatkala Hu-yong siancu selesai mengukir tulisan
kemudian berlalu, Oh Tin san sekalian dengan perasaan
ingin tahu segera munculkan diri untuk melihat tulisan
http://kangzusi.com/
apakah yang diukir Hu-yong siancu di atas dinding, siapa sangka pada saat itulah secara kebetulan aku membuka
pintu gua.!"
Siau thi gou yang mendengar sampai di situ segera
menyela pula dengan suara lantang:
"Waah, itu namanya sudah takdir!"
Dengan ramah dan penuh kasih sayang To-seng cu
memandang sekejap kearah Siau thi gou, lalu manggutmanggut seraya menjawab:
"Benar, akupun berpendapat demikian, oleh sebab itu aku segera kembali ke gua dan minta ampun kepada sucou
kalian. bahkan bersumpah selama hayat masih dikandung
badan pasti akan mendapatkan kembali kitab cinkeng
tersebut. "Suhu, cousu yaa berada di mana" Mengapa Gou ji tidak tahu?" Siau thi gou segera bertanya dengan nada tidak mengerti.
"Gua ini merupakan hasil pembangunan dari cousu di
masa lalu, beliau merubahnya dari sebuah gua alam
menjadi sebuah tempat tinggal yang indah. Ketika itu
akupun cuma berusia sebelas dua belas tahunan, masih
lebih kecil daripada kalian, sebelum sucou kalian kembali ke alam baka. dia khusus membuat sepasang "lian" di kedua belah pintu gua yang terbuat dari tatahan mutu manikam
serta intan permata yang tak ternilai harga nya, itulah
sebabnya setiap kali aku peroleh kesulitan, pasti akan
berlutut di depan pintu itu sambil berdoa dan minta
pengarahan."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu, segera ujarnya kemudian dengan hormat.
http://kangzusi.com/
"Tatkala anak giok membaca sepasang "lian" yang berada di depan pintu gua sudah terasa olehku bahwa
tulisan mana merupakan hasil karya seorang Bulim
Cianpwe yang amat saleh dan hebat. Kini anak giok telah
masuk perguruan dan membonceng ketenaran suhu dan
sucou, apakah suhu bersedia menerangkan nama sucou
kami agar anak giok sekalianpun mendapat tahu siapa
nama sebenarnya sucou kami yang mulia itu."
Paras muka To seng cu segera berubah menjadi amat
serius, dipandangnya aneka bunga di luar ruangan dengan
termangu, sampai lama kemudian pelan-pelan ia baru
berkata: "Sucou kalian Thian ih siu telah berusia dua ratusan tahun, beliau merupakan seorang dewa pedang yang paling
hebat pada seratus lima puluh tahun berselang, beliau sudah bertapa hampir seratus tahun di dalam gua ini. Sebelum
kembali ke alam baka, sucou kalian khusus mencatatkan
segenap ilmu silatnya di atas Hud bun- pwee yap cinkeng
tersebut dan diwariskan kepadaku, kemudian dengan
membawa pedangnya beliaupun berangkat ke alam baka
untuk menjadi dewa abadi
Ketika menyelesaikan perkataan itu, paras muka To seng
cu nampak berubah menjadi merah segar dan penuh dengan
perasaan kagum.
Biarpun ketiga orang muda mudi itu masih kecil, mereka
pun dapat melihat pancaran sinar hormat dan perasaan
kagum .yang tak terhingga dari suhu mereka terhadap
sucou-nya. Siau thi gou merasa sedih sekali tiba-tiba ia bertanya:
"Suhu, semenjak sucou menjadi dewa, pernah beliau
pulang untuk menengokmu?"
http://kangzusi.com/
"Tidak pernah" To Seng cu menggelengkan kepalanya dengan sedih, "semenjak dia orang tua menjadi dewa, beliau hidup bebas di alam sana dan tak pernah akan
kembali ke dunia yang fana lagi"
Lan See giok serta Si Cay soat yang melihat kemurungan
suhunya. kini jadi menyesal karena sudah menanyakan soal sucou mereka sehingga memancing rasa murung bagi
gurunya, karena itu mereka semua merasa turut tak tenang.
Siau thi gou yang melihat gurunya sedih, kembali
bertanya dengan tidak habis mengerti:
"Suhu, baikkah bila sucou menjadi dewa?" To seng-cu tertegun dibuatnya, tapi sahut nya juga meski tidak
memahami maksud muridnya"
"Tentu saja amat baik, dia orang tua telah berhasil memperoleh apa yang di kehendakinya, kita sebagai
angkatan muda tentu saja harus ikut bergembira."
"Lantas apa sebabnya kau orang tua nampak tak senang hati?" seru Siau thi-gou polos.
Kontan saja To seng-cu dibuat tersumbat mulutnya oleh
ucapan Siau thi gou, tak tahan lagi ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Melihat Siau thi gou berhasil memancing gelak tertawa
guru mereka, Lan See giok serta Si Cay soat juga ikut
tertawa, mereka sama-sama menengok ke arah Thi gou
dengan sorot mata kagum.
Sambil mengelus jenggotnya dan memandang ketiga
orang bocah itu dengan riang To seng cu berkata:
"Tengah malam nanti. aku akan mewariskan ilmu silat maha sakti yang tercantum dalam Hud bun pwee yap cin
keng kepada engkoh giok kalian, Soat-ji serta Thi gou harus
http://kangzusi.com/
menjadi pelindung pada saatnya nanti, selewat malam nanti kalian bertiga harus sudah mempersiapkan diri baik-baik
dan menunggu perintah dihadapanku,"
Kejut dan gembira Lan See giok mendengar perkataan
itu, sedangkan Si Cay soat, dan Siau thi gou segera
mengiakan dengan hormat.
Santapan siang itu dilewatkan dalam suasana riang
gembira, guru dan murid empat orangpun nampak sedikit
agak mabuk. Matahari senja sudah mulai tenggelam di balik awan,
senja yang gelap mulai menyelimuti Giok-li-hong..
Lan See giok dan Siau thi gou sedang mengeringkan
pakaian dengan asap dupa.
Lan See giok tidak mempunyai banyak pakaian untuk
berganti, karena itu dia hanya mengeringkan jubahnya yang berwarna biru saja serta pakaian dalamnya.
Tiba-tiba Siau thi gou bertanya dengan nada tak
mengerti: "Engkoh Giok, kau tidak membawa buntalan pakaian?"
Lan See giok menggelengkan kepalanya bertulang kali.
"Berhubung aku datang dengan tergesa gesa, bibi Wan tak sempat mempersiapkan segala sesuatunya bagiku,
apalagi pakaianku kebanyakan masih tertinggal di dalam
kuburan kuno"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Siau thi gou,
seakan akan teringat akan sesuatu, ia segera melompat
bangun sambil berkata.
"Aaah, teringat aku sekarang, buntalanmu itu berada dalam kamar enci Soat, bahkan masih terdapat pula
Sembilan butir peluru perak yang berkilauan"
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras
setelah mendengar perkataan itu, paras mukanya berubah,
serunya tak tertahan lagi.
"Apa kau bilang?"
Siau thi gou segera meletakkan pakaian nya ke atas
lantai, kemudian bisiknya:
"Enci Soat sedang mandi di atas, ia tidak berada di kamarnya, ayo biar kuambilkan untukmu"
Sambil berkata, ia segera menarik Lan See giok menuju
ke kamar tidur Si Cay soat.
Lan See giok merasa amat gelisah bercampur bimbang,
saat ini dia seolah-olah lupa kalau tidak patut seorang lelaki memasuki kamar tidur seorang dara, mengikuti Siau thi gou mereka langsung menuju ke arah kamar tersebut.
Tiba dalam kamar tidur Si Cay soat, terendus bau harum
semerbak yang menyegarkan badan, saat itulah Lan See
giok baru mendusin dari kekhilafannya dan segera berhenti di pintu luar.
Siau thi gou masih polos kekanak-kanakan, apalagi
usianya dua tiga tahun lebih muda dari pada Lan See giok, dia langsung memasuki kamar tidur enci Soatnya tanpa
canggung. Tapi Siau thi gou sendiripun tidak menyangka kalau di
atas permadani ruangan tergeletak pakaian luar serta
pakaian dalam Si Cay soat yang baru dilepas.
Lan See giok segera merasakan hatinya berdebar keras
dan wajahnya merah padam, dengan perasaan kaget dia
mundur dua langkah dari posisi semula.
Berbeda sekali dengan Siau thi gou, dengan acuh tak
acuh dia melanjutkan langkahnya melewati celana dalam,
http://kangzusi.com/
pakaian dalam dan gaun gadis tersebut sambil memasuki
ruang dalam. Lan See giok segera mengalihkan kembali pandangan
matanya ke dalam ruangan, kali ini paras mukanya
berubah, rupanya pedang Jit hoa kiam beserta kotak kecil emas itu diletakkan menjadi satu dengan buntalannya,
hanya pedang Jit hui kiam serta kotak kecil itu yang lain tidak diketahui berada di mana"
Waktu, Siau thi gou sudah bermaksud mengembalikan
bungkusan kecil itu, bahkan bisiknya dengan girang.
"Coba kau lihat engkoh giok, bukankah bungkusan ini milikmu?"
Lan See giok segera mengenali bungkusan itu sebagai
miliknya yang tertinggal di dalam kuburan kuno, namun
diapun mengerti bahwa bungkusan itu tidak boleh diambil
sekarang, oleh sebab itu dengan gelisah ia lantas berseru:
"Adik Thi gou, cepat kembalikan ke tempat asalnya, ayo cepat ke luar-.-!"
Melihat wajah tegang dan peluh bercucuran yang
membasahi muka Lan See giok yang gelisah, Siau thi gou
segera tahu kalau persoalannya tidak semudah itu, dengan terkejut ia meletakkan kembali bungkusan tersebut ke
tempat semula, kemudian melompat ke luar dari dalam
ruangan. Lan See giok lebih-lebih tak berani berayal lagi, sambil menarik tangan Siau thi gou mereka segera mengundurkan
diri dari situ.
Siau thi gou sungguh dibuat bingung dan tak habis
mengerti, setibanya di kamar sendiri ia baru bertanya
dengan suara tak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Engkoh giok, apa yang terjadi?"
Setelah berusaha menenangkan hatinya, Lan See giok
baru berkata dengan bersungguh sungguh.
"Adik Thi-gou, sebentar bila adik Soat datang, kau tak boleh mengatakan telah mengajakku pergi ke kamarnya
untuk mengambil bungkusan kecil itu mengerti?"
Berhubung Lan See giok berbicara dengan wajah serius
dan bersungguh sungguh, Siau thi gou segera mengangguk
berulang kali, meski demikian ia toh bertanya lagi dengan nada tak mengerti.
"Pakaian itu kan milikmu" Mengapa tak boleh diambil?"
Tentu saja Lan See giok merasa kurang leluasa untuk
menerangkan alasannya, terpaksa sahutnya.


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau hendak diambil pun harus bertanya dulu kepada
suhu mengerti?"
Siau thi gou segera manggut-manggut berulang kali dan
melanjutkan pekerjaannya menggarang pakaian.
Sekarang Lan See giok sudah memahami segala
sesuatunya, rupanya To seng cu sama sekali tidak
meninggalkan kuburan kuno tersebut pada malam itu,
melainkan selalu menyembunyikan diri di seputar sana.
Ia pun berani menyimpulkan bahwa tujuan suhunya
menyembunyikan diri tak lain adalah berharap bisa
mengamati gerak geriknya secara diam-diam sehingga dapat mengetahui dimana kotak kecil tersebut disimpan, sampai
kemudian On Tin san muncul di situ dia baru mengganti
kedudukannya sebagai pelindung keselamatan jiwanya,
"Teringat bau harum semerbak yang terasa di mulut,
sekarang ia baru mengerti tentang bau harum itu berasal
dari obat mestika pemberian gurunya yang segera memaksa
http://kangzusi.com/
ke luar sari racun dalam tubuhnya di samping menambah
tenaga dalamnya.
Sekarang, hanya ada satu hal yang belum dipahami
yakni ke mana perginya pedang Gwat-hui kiam tersebut"
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa diamati ruangan
dimana ia berada sekarang namun kecuali dua lembar
selimut kulit serta bungkusan berisi pakaian milik Siau thi-gou, di sana tidak ditemukan sesuatu apapun.
Pada saat itulah mendadak terdengar Siau Thi gou
berbisik: "Engkoh giok, enci Soat datang"
Lan See giok segera pasang, telinga, benar juga ia
mendengar suara langkah kaki manusia berjalan mendekat,
angin lembut terasa berhembus lewat bayangan merah
berkelebat di depan mata, tahu-tahu Si Cay soat telah
muncul di depan pintu ruangan.
Lan See giok segera menengok ke arahnya, tampak
olehnya Si Cay soat yang habis mandi kelihatan lebih segar, lebih cantik jelita dan menawan hati.
Siau thi gou segera berseru:
"Enci Soat, engkoh giok tak punya pakaian untuk ganti!"
"Mengapa kamu tidak mengambilnya di kamarku?" omel Si Cay soat setelah mendengar perkataan itu.
Siau thi-gou memandang sekejap ke arah Lan See giok
yang duduk dengan wajah merah padam, kemudian
jawabnya: "Engkoh giok bilang, mau menunggu sampai kedatanganmu!"
http://kangzusi.com/
Si Cay soat melirik sekejap ke arah Lan See giok,
kemudian serunya kembali kepada Siau thi gou:
"Mari, ikut cici untuk mengambilnya!" Sambil berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Siau thi gou mengiakan dengan gembira dia segera
melompat bangun dan siap menuju ke luar kamar.
Tapi baru berjalan beberapa langkah, bayangan merah
kembali berkelebat lewat. dengan gugup dan panik Si Cay
soat telah muncul kembali di situ.
Tampak paras muka Si Cay soat merah padam seperti
kepiting rebus, wajahnya gugup bercampur gelagapan,
bahkan dengan wajah tersipu sipu dia menggoyangkan
tangannya berulang kali sambil mencegah:
"Adik Thi gou, kau tak usah kemari, biar cici saja yang segera mengambilkan untuk mu."
Selesai berkata kembali dia melayang pergi.
Tentu saja Siau thi gou jadi melongo dan berdiri tertegun di tempat, hari ini dia benar-benar dibikin kebingungan
setengah mati dan tak tahu apa gerangan yang telah terjadi.
Hanya Lan See giok yang mengerti apa yang telah
menyebabkan Si Cay soat gelisah serta gelagapan setengah mati.
Sesaat kemudian, Si Cay soat telah muncul kembali
dengan membawa sebuah bungkusan kecil, tak sampai Lan
See giok mengucapkan terima kasih, ia telah mengundurkan diri lagi dengan kepala tertunduk rendah-rendah.
Lan See giok merasa sangat emosi setelah melihat
bungkusan kain miliknya itu, ketika dibuka ternyata Si Cay soat telah membantunya mencucikan semua pakaian
http://kangzusi.com/
tersebut, bahkan dilipat dengan rapi dan rajin. tanpa terasa ia sangat berterima kasih sekali kepada gadis itu.
Sekarang sambil melanjutkan pekerjaannya menggarang
pakaian, dia mulai memutar otak memikirkan bagaimana
caranya untuk mempelajari rahasia ilmu silat yang
tercantum dalam kitab Cinkeng.
Dalam kesibukan masing-masing itulah, tanpa terasa
malampun menjelang tiba .
Lan See giok, Si Cay soat serta Siau thi gou segera
melayang turun dari kamar masing-masing menuju ke
istana gua. Tampak kitab Hud bun pwe yap cin keng terletak di atas
meja rendah, asap dupa menyiarkan bau harum ke seluruh
ruangan, dua batang lilin tersulut rapi di meja, membuat suasana di situ terasa diliputi oleh keseriusan.
To seng cu dengan jubah kuningnya duduk bersila di atas
kasur duduknya dengan mata terpejam, wajahnya amat
serius. Setibanya dihadapan guru mereka, Lan See giok sekalian
bertiga segera menyapa sambil menjatuhkan diri berlutut.
Pelan-pelan To seng cu membuka matanya dan
menitahkan mereka bertiga agar duduk.
Si Cay soat, duduk di sebelah kiri, sedang Lan See giok
dan Siau thi gou duduk di sebelah kanan, perasaan mereka amat tenang, wajah merekapun diliputi keseriusan.
Menanti ke tiga orang muda mudi itu duduk, To seng cu
baru berkata dengan wajah bersungguh-sungguh:
"Aku akan melaksanakan peringatan dari sucou kalian dengan hanya mewariskan kepandaian silat yang tercantum
dalam kitab Cinkeng kepada seorang murid yang paling
http://kangzusi.com/
berbakat, biar terhadap istri maupun putra putri sendiri, kepandaian silat ini dilarang untuk diwariskan kepada
sembarangan orang."
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras,
kepalannya seperti dihantam kayu keras-keras, impiannya
untuk mewariskan kembali ilmu silat yang dipelajari dari kitab Cinkeng kepada enci Ciannya segera buyar tak
berbekas. Sementara itu To seng cu telah berkata lebih jauh:
"Hampir sepuluh tahun belakangan ini, aku selalu
membawa Soat ji dan Gou ji berkelana ke mana-mana
tanpa tujuan, maksud ku tak lain adalah hendak mencari
kembali Cinkeng tersebut serta menemukan seorang
manusia yang berbakat sangat baik untuk mempelajari ilmu silat tersebut."
Kemudian setelah memandang sekejap muda mudi
bertiga yang duduk dengan wajah serius itu, dia
melanjutkan. "Soat ji maupun putri kesayangan Hu-yong siancu, Siau cian merupakan orang-orang yang berbakat baik, hanya
sayang sifat keibuan mereka terlalu besar. untuk
menghindari pelanggaran peraturan di kemudian hari
dengan mewariskan ilmu tersebut kepada suami atau putra
putri sendiri, maka kepada mereka berdua tak akan diwarisi kepandaian silat tersebut".
Kata-kata tersebut diutarakan secara tegas dan sama
sekali tak bisa dibantah kembali.
Pada hakekatnya Si Cay soat memang tidak berniat
mempelajari isi kitab cinkeng tersebut, baginya asal engkoh giok bisa mempelajarinya hal tersebut sudah cukup
memuaskan hatinya, maka setelah mendengar perkataan
http://kangzusi.com/
dari gurunya, cepat dia bangkit berdiri dan mengiakan
dengan hormat. Dengan wajah gembira To Seng cu memandang sekejap
ke arah Si Cay soat, kemudian melanjutkan:
"Gou ji polos, jujur dan sederhana, kesetian dan
kejujurannya bisa dipertanggung jawabkan, sayang kecerdasannya kurang, maka ilmu silat ini pun tak akan
diwariskan kepadanya."
Jangan lagi soal ilmu silat tersebut, bahkan memikirkan
masalah itupun tak pernah, maka Siau thi gou segera
mengiakan dengan sikap tulus.
Dari pembicaraan dan perkataan To -Seng cu yang
begitu serius, Lan See giok pun mulai sadar bahwa tidak
gampang untuk mempelajari ilmu silat dari Hud bun pwee
yap cinkeng tersebut, namun semakin sulit untuk dipelajari, dia pun semakin bertekad untuk tidak menyia nyiakan
harapan, guru dan tak akan melanggar peraturan yang telah ditetapkan perguruan.
Sementara itu To Seng cu telah berkata lagi setelah
berhenti sejenak:
"Ketika masih berada dalam kuburan kuno, aku pernah memeriksa seluruh urat dan tulang belulang anak Giok, dia memang manusia yang berbakat bagus untuk mempelajari
segala isi cinkeng tersebut, karena itu aku telah mengambil keputusan untuk mewariskan kepandaian silat maha sakti
tersebut kepadanya. Meskipun demikian, namun aku
merasa wajib untuk mengamati dulu segala gerak gerik,
sikap maupun perangainya. Itulah sebabnya aku selalu
membuntutinya secara diam-diam, berdasarkan pengamatanku secara diam-diam selama satu bulan lebih,
anak giok memang benar-benar seorang anak baik yang
dapat dipercaya . . . "
http://kangzusi.com/
Setelah berhenti sejenak, dengan wajah gembira yang
terpancar dari balik keseriusan mukanya, dia melanjutkan:
"Dalam santapan siang tadi, anak giok mendengarkan
pembicaraanku dengan seksama, melihat wajahnya gembira
dia turut gembira, melihat aku murung dia menjadi tak
tenang, mendengar pembicaraan orang lantas menghubungkannya dengan orang lain bahkan kemudian
berani mengaku salah dan minta hukuman. kesemuanya ini
menambah keyakinanku bahwa pilihanku memang tak
salah, itulah sebabnya aku pun mempercepat waktunya
setahun lebih awal untuk mewariskan ilmu silat tersebut
kepada anak giok."
Setelah berhenti sebentar dan menatap wajah Lan See
giok dengan penuh kasih sayang, ia bertanya lebih jauh:
"Anak. giok. bagaimanakah perasaanmu setelah mendengar perkataanku ini?"
"Pujian dari suhu membuat anak giok merasa malu."
buru-buru Lan See giok menjawab dengan hormat,
"selanjutnya anak giok bersumpah akan mengutamakan
kejujuran serta berlatih dengan tekun, mentaati peraturan perguruan dan tidak akan menyia-nyiakan harapan suhu
terhadap anak giok."
Dengan gembira To Seng cu manggut manggut, katanya
kemudian dengan serius:
"Sekarang, ikutilah suhu menjumpai sucou mu!."
la lantas bangkit berdiri dan maju ke balik pintu gerbang istana gua.
Tiba di depan pintu, To Seng cu melakukan suatu
gerakan dengan telapak tangannya, pintu segera terbuka
sebuah celah selebar dua depa, cahaya tajam pun segera
memancar ke luar dari balik ruangan tersebut.
http://kangzusi.com/
To Seng cu, Lan See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou,
segera bersama-sama menuju ke luar pintu.
Cahaya terang benderang mencorong di luar pintu,
sedemikian terangnya sampai debu di lantai pun dapat
terlihat jelas.
To Seng cu berdiri serius di depan pintu gerbang yang
tinggi besar itu sambil mengangkat kepalanya, memandang
sepasang "lian" yang tergantung di sisi pintu.
Lan See giok bertiga berdiri berjajar di belakang To Seng cu, sikap mereka pun amat serius.
Malam sudah kelam, suasana amat hening Lan See giok
yang berdiri di belakang To Seng cu memandang ke arah
pintu dan mendengarkan hembusan angin dalam gua, tibatiba saja merasakan pikiran dan perasaannya menjadi
sangat kalut. Ia teringat kembali akan dendam kesumat ayahnya,
pengharapan dari bibi Wan serta enci Cian serta
penghargaan yang begitu tinggi dari gurunya terhadap
dirinya. Kesemuanya itulah yang memantapkan kesempatan
baginya untuk mempelajari ilmu silat maha dahsyat pada
malam ini dan peristiwa tersebut membuatnya amat
terharu. Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar To
Seng cu telah berkata dengan suara rendah tapi hormat.
"Arwah, suhu di alam baka mohon tahu. tecu Cia Cing wan telah menuruti perintah dengan menemukan seorang
ahli waris untuk mempelajari isi cinkeng, hari ini murid angkatan ketiga Lan See giok khusus datang untuk
menyampaikan sumpah serta rasa terima kasihnya."
http://kangzusi.com/
Selesai berkata, dia lantas jatuhkan diri berlutut dan
menyembah beberapa kali.
Lan See giok, Si Cay soat serta Thi-gou serentak berlutut pula ke atas tanah.
Setelah menyembah sebanyak empat kali. To Seng-cu
bangkit berdiri.
Sedangkan Lan See giok sekalian bertiga setelah
memberi hormat beberapa kali baru ikut berdiri pula.
Kemudian To Seng-cu pun berkata kepada Lan See giok
dengan wajah serius.
"Anak giok, cepat berlutut dan mengangkat sumpah
dihadapan sucoumu, kau harus menyatakan kesetianmu
untuk selama hidup melaksanakan perintah sucou serta
menaati peraturannya."
Lan See giok mengiakan dengan hormat, dia maju
beberapa langkah ke depan dan menjatuhkan diri berlutut, kemudian sambil memandang sepasang "lian" di sisi pintu, ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh:
"Murid angkatan ke tiga Lan See giok dengan hormat
melaporkan kepada arwah Su-cou dialam baka, tecu
bertekad akan meneruskan kejayaan sucou dan bersumpah
akan menaati setiap peraturan yang ditetapkan perguruan
serta menegakkan keadilan serta kebenaran dalam dunia
persilatan, bila tecu sampai melanggar sumpah ini, biar
Thian melimpahkan kutukannya kepadaku."
Selesai bersumpah, dia menyembah lagi beberapa kali.
Tatkala Lan See giok mengucapkan sumpah nya tadi,


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sorot mata yang tajam To Seng-cu mengamati terus
gerak gerik Lan See giok, tapi akhirnya dia manggutmanggut sambil tersenyum girang.
http://kangzusi.com/
Setelah bangkit berdiri Lan See giok bersama gurunya, Si Cay soat dan Siau thi gou menutup kembali pintu gua.
Tiba di ujung ruangan, To seng cu duduk bersila kembali
dikasur duduknya, kemudian memerintahkan Lan See giok
berlutut di hadapannya dan menitahkan Si Cay soat serta
Siau thi gou berdiri di sisinya.
Dengan sorot mata yang lembut To Seng cu mengamati
wajah Lan See giok, lalu ujarnya dengan lembut:
"Anak giok, sebelum mempelajari kitab cinkeng, terlebih dulu hendak kusampaikan beberapa pesan kepadamu, harap
kau suka mengingatnya dihati."
Lan See giok mengiakan berulang kali dan manggutmanggut pelan-pelan To Seng cu melanjutkan kata katanya:
"Ke satu, untuk mempelajari ilmu silat maha sakti yang tercantum dalam kitab cinkeng, selain tergantung pada
bakat, kecerdasan serta daya ingat seseorang, juga
tergantung besar tidaknya rejekimu, tulisan di atas Pwee yap tersebut hanya akan muncul sekali setiap enam puluh
tahun hurufnya amat banyak dan ilmu silatnya beraneka
ragam, kau harus menggunakan segenap daya ingatmu
untuk menghapalkan semua catatan tersebut."
"Ke dua, sebelum mempelajari isi cinkeng itu, kau harus berusaha menenangkan pikiran serta membuang jauh-jauh
semua pikiran yang tak berguna, tak boleh dicekam
perasaan panik, ingat waktu sangat berharga bagimu, kau
harus menggunakan saat yang amat singkat dimana aku
akan mempertahankannya dengan seluruh tenaga untuk
membaca dan menghapalkan secara teliti.
"Selain dari pada itu, gangguan macam apapun yang
datangnya dari luar tidak akan mengganggu konsentrasiku, biar ada golok diayunkan ke leherku juga percuma, dalam
http://kangzusi.com/
hal ini kau harus ingat baik-baik, sekali pikiranmu
bercabang. bukan hanya kau bakal tewas, akupun akan
mengalami jalan api menuju neraka sehingga berakibat
cacad seumur hidup-!"
Si Cay soat yang mendengarkan perkataan itu segera
berkerut kening, wajahnya berubah hebat diam-diam ia
berdoa semoga engkoh gioknya bisa berhasil dengan sukses.
Sebaliknya Siau thi gou berdiri bodoh di situ, ia benarbenar tak pernah menyangka kalau untuk mempelajari kitab cinkeng pun bakal menghadapi ancaman yang begitu serius, karenanya
saking gelisahnya peluh sampai jatuh bercucuran. Sambil berlutut dihadapan To Seng cu, diam-diam Lan
See giok mengatur per-napasan dan berusaha keras untuk
menenangkan pikiran dan perasaannya yang bergolak.
Menyaksikan wajah tegang dan panik yang mewarnai
wajah Lan See giok sudah lenyap tak berbekas, To Seng cu merasa gembira sekali, ia segera berkata lebih jauh:
"Sewaktu berada di kuburan kuno, aku memberi
beberapa tetes sari susu batu kemala kepadamu sehingga
tenaga dalam yang kau miliki sekarang telah melipat ganda, ketajaman matamu bisa melebihi sinar sang surya, oleh
sebab itu aku tidak kuatir kau tak bisa membaca tulisan di atas pwee yap ini."
Sambil berkata dia membuka kotak kecil itu, mengeluarkan ke tiga biji pwee yap tadi dan diletakkan di atas telapak tangan.
Dengan bersungguh hati dan serius Lan See giok
mengatur napas, dia tak berani menyabangkan pikirannya,
oleh sebab itu ia pun tak sempat memikirkan apa yang
disebut sari susu batu pualam itu.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu To seng cu telah merangkapkan
tangannya menjadi satu dengan menjepit ke tiga pwee yap
tadi dalam telapak tangannya, setelah menitahkan kepada
Lan See giok agar berlutut di depan sepasang lututnya. dia berpesan lagi: "Anak giok, kau harus tahu, rejeki setiap orang berbeda, pengalaman yang dijumpai pun tidak sama,
bahkan nasibpun berbeda, kau harus membawa tekad
menyerahkan segalanya kepada yang kuasa. Pasrah
sepenuhnya kepada Thian sambil membaca kitab itu,
mengerti?"
Lan See-giok segera memahami maksudnya, seketika itu
juga pikirannya terasa terbuka, dengan cepat dia
mengangguk: Akhirnya To Seng cu memandang sekejap lagi kearah
Lan See giok kemudian baru memejamkan mata rapatrapat, sepasang tangannya menggenggam ke tiga biji Pwee
yap itu lekat-lekat dan meletakkannya di atas lutut di depan dada.
Lan See giok sendiripun berhasil menenangkan
pikirannya bagaikan air. sorot matanya memandang lurus
ke depan dan tenang bagaikan pendeta tua.
Pikirannya bersih dan perasaannya kosong, Si Cay soat
serta Siau thi gou berdiri serius di sampingnya, mereka
memusatkan seluruh perhatiannya sambil mengawasi
gurunya serta Lan See giok dengan serius.
Suasana dalam ruangan itu sangat hening, sedemikian
sepinya sehingga tak kedengaran sedikit suarapun.
Paras muka To Seng-cu berubah menjadi merah
membara, lambat laun peluh mulai bercucuran membasahi
jidatnya, uap putih menguap dari ubun-ubunnya dan
membaur dengan bau dupa yang memenuhi seluruh
ruangan. http://kangzusi.com/
Lan See giok berlutut di depan To Seng-cu, ia merasa
udara sangat panas bagaikan kobaran api, bahkan menerpa
tubuhnya berulang-ulang, namun terhadap perubahan
mimik muka dari To Seng cu itu, dia berlagak seakan akan tidak melihatnya:
Si Cay soat serta Siau thi gou juga ikut merasakan
meningkatnya suhu udara di sekitar mereka. perasaan
tegang pun semakin bertambah, tanpa terasa peluhbercucuran deras, hatipun ikut berdebar
Mendadak - To Seng-cu merentangkan kedua ibu jari tangannya ke
samping, segulung cahaya tajam segera memancar ke luar
ke atas langit-langit gua, seketika itu juga suasana di dalam gua menjadi terang benderang-Lan See giok tak berani berayal, sambil membungkukkan
badan, sepasang matanya mengawasi kedua ibu jari To seng cu lekat-lekat, seluruh tenaga dalamnya telah di himpun
dan perhatiannya dipusatkan ke atas telapak tangan
gurunya. Dari balik telapak tangan gurunya, ia merasa datangnya
pancaran sinar tajam yang amat menusuk pandangan
membuat matanya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk pisau.
Sambil berusaha menahan rasa sakit Lan See giok
mengerahkan tenaga dalam nya untuk bertahan, biarpun
sepasang matanya seakan akan melihat sinar matahari, tapi sekarang dia tidak merasa semenderita tadi lagi.
Menyusul kemudian segulung bau harum muncul dari
tenggorokannya, dan sepasang matapun terasa segar
kembali. http://kangzusi.com/
Lambat laun cahaya tajam yang menusuk pandangan itu
mulai hilang, menyusul kemudian muncul huruf-huruf dari
emas.- Lan See giok sangat girang, secara berurutan diapun
membaca terus. Hud kong sin kang (Hawa sakti cahaya Buddha ), - .
Yu-hong-hui heng ( Menunggang angin terbang melayang ) . . .
Pwee-yap sam-ciang ( tiga pukulan Pwee-yap) .
Thi siu-yau-kong ( ujung baju baja mengebas udara ). . . .
Setelah membaca ke empat nama ilmu silat -tersebut,
Lan See giok segera membaca pula isi pelajarannya dengan seksama . . .
Dalam pada itu, Si Cay soat dan Thi- gou yang berdiri di kedua belah sisinya merasa amat tegang, peluh dingin jatuh bercucuran, mereka tak tahu apakah Lan See giok dapat
membaca isi pelajaran dalam pwee yap itu atau tidak"
Suasana dalam gua amat sepi, sedemikian sepinya
sampai dapat terdengar suara detak jantung masing-masing.
- - Pada saat itulah- - Sreeet- Suara desingan besi bergema datang disusul suara
pekikan nyaring yang berkumandang datang secara lamatlamat. Si Cay soat serta Siau Thi gou sangat terkejut, dengan
wajah berubah hebat mereka segera memasang telinga baikbaik dan mendengarkan dengan seksama.
Kalau diamati secara teliti, suara pekikan nyaring itu
seakan akan berasal diri kamar tidur Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Tergerak hati Si Cay soat, dia seperti memahami akan
sesuatu, setelah menuding kearah gurunya dan Lan See
giok yang sedang berlutut membaca kitab cinkeng itu
kepada Siau thi gou. di mana ia minta Siau thi gou
melindungi keselamatan mereka, diam-diam ia melompat
mundur sejauh tiga kaki dan menuju ke ruang batu.
Setelah berada di pintu ruangan. ia dapat menangkap
suara pekikan nyaring itu bergema semakin nyaring.
Dengan cepat Si Cay soat melompat naik ke ruang
tidurnya, tapi apa yang kemudian terlihat membuat sekujur tubuhnya gemetar keras, mukanya berubah hebat, hampir
saja ia menjerit kaget.
Ternyata pedang Jit hui kiam tersebut telah lolos sendiri dari sarungnya sebanyak beberapa inci, cahaya yang tajam dan pekikan yang amat nyaring tak lain berasal dari pedang tersebut.
Si Cay soat segera manggut-manggut
mengerti, gumamnya kemudian dengan suara gagap:
"Orang kuno bilang: Pedang antik yang berjiwa, akan memberi tanda bahaya bila ada musibah mengancam,
Jangan-jangan ada orang yang hendak menyatroni kami?"
Berpikir demikian, hatinya menjadi amat gelisah dengan
cepat dia menyambar pedang Jit-hoa-kiam dan menaiki
anak tangga batu menuju ke rumah batu di atas tebing.
Karena teringat olehnya bisa jadi ada orang telah
menyusup masuk ke dalam barisan pohon bambu.
Setibanya di ujung jalan, ia tak berani langsung
membuka tombol rahasia, mula-mula diintipnya dulu lewat
celah-celah pintu dan memasang telinga baik-baik, setelah yakin kalau tiada orang, dia baru menekan tombol dan
masuk ke dalam rumah.
http://kangzusi.com/
Suasana dalam rumah batu gelap gulita, pintu dan
jendela masih tertutup rapat maka ia berjalan menuju ke
depan jendela. Belum pernah Si Cay soat merasakan
perasaan gugup dan panik seperti apa yang dialaminya pada hari ini. karena dia tahu bila dalam keadaan seperti ini benar-benar ada orang menyerang datang, maka bukan saja
engkoh gioknya bakal tewas, gurunya juga akan mengalami
jalan api menuju neraka. .
Di samping itu diapun bisa menduga yang berani
menyerang ke tempat kediaman mereka sudah pasti
merupakan gembong iblis dari kalangan hitam yang berilmu silat sangat tinggi.
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa tangan kanannya
meraba pedang Jit hoa kiam.
Tiba di depan jendela, dia mengintip ke luar lewat celah-celah jendela. tampak malam gelap mencekam seluruh
jagad, bintang bertaburan dimana mana, suasana amat
hening. Tapi perasaan Si Cay soat waktu itu- dicekam oleh
perasaan tegang bercampur ngeri.
Dia memusatkan seluruh perhatiannya untuk melihat
dan mendengarkan keadaan di seputar sana dengan
seksama diperiksanya barisan bambu lebih kurang tujuh
delapan kaki dihadapannya ..
Mendadak.. Suara pekikan nyaring
yang menggidikkan hati
berkumandang dari atas puncak giok-li-hong di belakang
bangunan rumah itu.
Pekikan aneh tadi memanjang dan sangat menggetarkan
perasaan, dalam sekilas pandangan saja orang sudah tahu
http://kangzusi.com/
kalau pendatang memiliki tenaga dalam yang amat
sempurna. Si Cay soat amat terkejut, dengan cepat dia melompat ke
jendela belakang, apa yang terlihat segera membuat sekujur badannya gemetar keras.
Sesosok bayangan hitam yang tinggi besar sedang
melayang turun dari puncak bukit, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam, lengannya direntangkan lebarlebar ketika meluncur turun sehingga keadaannya tak jauh berbeda seperti seekor burung rajawali raksasa.
Begitu kagetnya Si Cay soat, dia sampai terjongkok
sambil mengintip, sorot matanya yang tajam mengawasi
bayangan hitam yang meluncur datang itu tanpa berkedip,
saat itu dia tak tahu apakah gurunya telah selesai
mengerahkan tenaganya atau belum, diapun tak tahu
apakah Siau thi gou bisa mengendalikan diri atau tidak.
Tidak meleset dari dugaan Si Cay soat. Siau thi gou yang melihat enci Soatnya lama juga belum kembali, hatinya
menjadi amat gelisah. apalagi setelah mendengar suara
pekikan aneh yang menggidikkan hati itu, saking cemasnya dia sampai mandi keringat.
Ia tahu, pendatang itu sudah pasti seseorang yang
memiliki ilmu silat amat tinggi, bagaimana mungkin enci
Soatnya seorang dapat menghadapi pendatang tersebut.
Maka dia memutuskan untuk membangunkan gurunya.
Begitu mengambil keputusan dalam hatinya, Siau thi gou
dengan wajah gugup dan gelisah segera berjalan
menghampiri To Seng cu yang berada dalam keadaan kritis.
Pepatah kuno mengatakan. Setiap persoalan telah diatur
oleh Thian Yaa, mana mungkin To Seng cu akan menduga
datang nya lawan tangguh dalam keadaan seperti ini"
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gelisah dan gugup Siau thi gou berjalan
menuju ke hadapan To Seng cu, baru saja dia akan
membuka suara, tiba-tiba dilihatnya To Seng cu berkerut
kening, paras mukanya berubah menjadi pucat, peluh
membasahi seluruh jidatnya.
Ketika memandang pula Lan See giok yang berlutut di
atas tanah, di jumpai sepasang tangannya basah oleh
keringat. sepasang matanya seolah-olah menempel di atas
tangan gurunya dan berada dalam keadaan tak sadar.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
terbelalak dengan mulut melongo saking kagetnya. ia
berdiri termangu.
Ia tak habis mengerti mengapa suhu dan engkoh giok
nya bisa berada dalam keadaan seperti ini, dia pun tak tahu harus memanggil mereka atau jangan.
Sementara itu, Lan See giok yang berlutut di atas tanah
dan baru saja selesai membaca empat macam rahasia ilmu
silat, secara lamat-lamat dia telah menangkap pekikan suara aneh tersebut, namun untung nya dia tak sampai


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terpengaruh oleh suara itu.
Dalam keadaan demikian, si anak muda tersebut segera
melanjutkan usahanya membaca dua macam ilmu silat
yang terakhir yakni, Hud lek kim kong sin ci (jari sakti tenaga Buddha ) serta Tay l o kiu thian kiam hoat,
Pada saat dia selesai membaca jurus terakhir dari ilmu
pedang Tay lo kiu thian kiam hoat tersebut, mendadak
cahaya tajam yang semula terpancar ke luar dari ke tiga biji Pwee yap tersebut menjadi suram dan seluruh tulisan turut hilang lenyap tak berbekas.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tak ingin gurunya terlalu banyak
kehilangan tenaga, ia segera mengangkat kepala sambil
bangkit berdiri.
Paras muka To seng cu pucat pias, peluh bercucuran
deras, pelan-pelan dia membuka mata dan memandang
sekejap kearah Siau thi gou, kemudian setelah menghela
napas katanya: "Segala sesuatunya sudah diatur oleh takdir, hal ini tak bisa salahkan Thi gou- tak mampu melindungi kita, apa lagi aku pun sebelumnya lupa berpesan dengan jelas kepadanya
sehingga ketidak tahuan Thi gou telah membuyarkan
segenap hawa murniku yang telah terhimpun."
Setelah berhenti sebentar, dengan wajah penuh perasaan
menyesal dia menengok ke arah Lan See giok dan katanya
lebih jauh. "Anak giok, bukan saja aku telah menyia nyiakan pesan sucou mu, aku pun merasa amat menyesal kepadamu"
Lan See giok merasa sangat tidak mengerti dengan
perkataan gurunya itu, dengan hormat dia segera berkata:
"Suhu, anak giok telah selesai membaca seluruh isi kitab Pwee yap cinkeng tersebut serta menghapalkan ke enam
macam ilmu silat yang tercantum di dalamnya, mengapa
suhu malah berkata begitu"
0ooo0dw0ooo0 BAB 15 Tiba-tiba To Seng cu membelalakkan sepasang matanya
lebar-lebar, wajahnya berubah dan ia bertanya dengan
perasaan amat terkejut: "Anak giok, apa kau bilang!"
http://kangzusi.com/
"Anak giok telah selesai membaca ke enam macam ilmu silat yang tercantum dalam kitab tersebut" sahut pemuda itu dengan hormat.
To seng cu benar-benar tidak percaya dengan
pendengaran sendiri, tak tahan lagi ia bertanya agak emosi.
"Anak giok, kau bilang berapa macam?"
Menyaksikan gurunya terkejut, Lan See giok tahu kalau
sesuatu keajaiban pasti telah menimpa dirinya. maka
dengan penuh kegembiraan dia berkata:
"Seluruhnya enam macam."
"Coba kau sebutkan satu persatu."
"Dua macam pada bagian permulaan adalah ilmu Hud
kong sin kang serta Yu hong hui heng, pada bagian ke dua adalah ilmu pwee yap sam ciang serta Thi siu you khong.
sedangkan pada bagian yang terakhir adalah ilmu jari Hud lek kim kong sin ci serta Tay lo kiu thian kiam hoat"
"Anak giok, apakah kau dapat menghapalkan ke enam
macam ilmu tersebut tanpa melupakan sepatah kata saja?"
tampaknya To seng-cu masih saja tidak percaya.
Tanpa ragu Lan See-giok segera mengangguk:
"Anak giok yakin tidak bakal salah!"
To Seng-cu segera mengawasi wajah Lan See-giok lekatlekat, sampai lama kemudian ia baru menghela napas
sambit katanya:
"Anak giok, rejekimu selain lebih tebal .daripada diriku, kecerdasanmu juga jauh melebihi aku. Dahulu aku mesti
membuang waktu selama dua setengah jam, dari tengah
malam sampai mendekati fajar untuk menyelesaikan ke
lima macam ilmu silat tersebut, tapi kenyataan nya
sekarang kau berhasil mempelajari enam macam ilmu silat
http://kangzusi.com/
dalam satu jam, kemampuanmu ini sungguh membuat aku
kurang percaya..!
"Anak giok tidak berani membohongi suhu." .
To Seng cu segera tertawa ramah, katanya dengan
gembira: "Nak, aku percaya kepadamu, hanya saja kejadian
semacam ini sungguh membuat aku merasa terkejut,
tercengang dan sangat gembira.."
Setelah berhenti sejenak dan memandang sekejap Siauthi-gou yang masih berdiri dengan tertegun, dia berkata
lebih jauh: "Biasanya Thi gou bodoh, setiap menghadapi peristiwa tak tahu untung ruginya, mungkin dia mendengar suara
pekikan aneh tersebut sehingga dia telah memasuki daerah sekitarku yang telah kupancari hawa Hud-kong-sin-kang,
justru karena hatiku tergerak maka huruf-huruf pada Pwee-yap tersebut segera hilang lenyap tak berbekas.."
Belum selesai dia berkata, suara gelak tertawa yang amat nyaring telah berkumandang datang dari atas tebing.
Mendengar gelak tertawa tersebut, To Seng-cu kelihatan
agak berubah wajahnya, dia seakan-akan telah teringat akan sesuatu..
Tak lama kemudian, terdengar seseorang telah berseru
lantang diiringi gelak tertawa keras:
"Haaahhh . . . haaahhh . . . haaahhh . . . budak cilik, kau kira setelah bersembunyi di belakang jendela maka aku
tidak dapat melihatmu" Ayo cepat suruh gurumu ke luar
untuk menyambut kedatangan aku si makhluk tua . . . "
Mendengar seruan itu, To Seng cu segera berseru kepada
Thi gou yang masih berdiri termangu:
http://kangzusi.com/
"Thi gou, cepat, beritahu kepada enci Soat mu, buka pintu dan sambut dia masuk kalian suguhkan semangkuk
arak dulu kepada orang itu. . katakan kalau aku akan segera datang."
Siau thi gou segera menenangkan hatinya dan
mengiakan dengan hormat, kemudian membalikkan badan
dan berlalu dari situ:
To Seng cu seperti teringat lagi akan sesuatu, dengan
cepat dia berpesan kepada bocah itu:
"Gou ji, ingat! Kau jangan bilang kalau aku sedang
mewariskan ilmu silat kepada engkoh giok mu!"
Siau thi gou berhenti sebentar seraya manggut-manggut,
kemudian ia menuju ke ruang sebelah kanan dan melompat
naik ke atas Lan See giok yang menyaksikan kesemua nya itu
menjadi bimbang dan tidak habis mengerti, kalau didengar dari nada pembicaraannya, agaknya orang itu sering
berkunjung ke sana, tapi kalau dilihat dari sikap gurunya, seakan
akan dia menaruh prasangka jelek serta kewaspadaan terhadap orang ini.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba To Seng cu
berkata lagi dengan gelisah:
"Anak giok, cepat kau bacakan lagi pelajaran dari ilmu pukulan Pwe yap sam ciang."
Memandang sikap gurunya. Lan See giok tahu sudah
pasti gurunya tak sempat membaca rahasia ilmu silat ini
hingga selesai di masa lalu, maka setelah manggut-manggut dia bangkit berdiri.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dia melompat mundur sejauh dua
kaki, berdiri dihadapan To Seng cu dan berkata dengan
suara rendah: "Himpun tenaga pada sepasang tangan, sebar hawa
murni ke seluruh tubuh, keras, ganas, buas, tepat sekali serang sekali kena. lambat, lamban, melayang, mengapung, salurkan tenaga murni menembusi ujung jari - "
Berbicara sampai di situ, dia menghimpun hawa
murninya dan berbisik lebih jauh:
"Jurus pertama Siang-yap-biau-khong (daun salju terbang melayang)"
Tubuhnya melambung ke udara secara tiba-tiba,
nampaknya saja lamban namun kenyataannya sangat cepat,
dalam waktu singkat ia telah mencapai langit-langit gua.
Menyusul kemudian tubuhnya melejit sambil berputar,
secepat kilat sepasang tangannya direntangkan sambil
menyambar ke bawahTatkala hampir menyentuh tanah, badannya berputar
satu lingkaran sambil melayang dengan kepala di bawah
kaki di atas pelan-pelan dia melambung kembali ke atas
Tatkala mencapai tengah angkasa, sepasang telapak
tangannya segera dirapatkan, tubuhnya meluncur ke bawah
dengan cepat, secepat kilat telapak tangan kanannya
melepaskan bacokan..
Menyusul kemudian badannya berputar dan melayang
kembali ke atas tanah.
To Seng cu duduk bersila dengan wajah serius,
diperhatikannya setiap gerakan dan perubahan jurus Lan
See-giok dengan seksama, dalam perasaannya, selain
beberapa orang tokoh yang maha sakti dalam dunia
http://kangzusi.com/
persilatan dewasa ini, rasanya jarang sekali ada yang
mampu menerima ancaman itu.
Sedangkan mengenai jurus yang ke dua, mungkin dia
sendiripun tak mampu untuk menghadapinya.
Melihat gurunya hanya duduk sambil mendengarkan
dengan seksama, Lan See giok pun berkata lebih jauh:
"Jurus ke dua, Hong- ki-yap-yang (angin berhembus
daun berguguran)"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, bayangan
tangan segera menyelimuti seluruh angkasa, menyusul
kemudian deruan angin serangan yang sangat mengerikan
melanda kemana-mana, seluruh ruang gua seolah-olah
sudah diliputi oleh angin pukulan itu. Mendadak dibalik
bayangan tangan yang menyelimuti angkasa itu berkumandang suara bentakan rendah, bayangan tangan
segera lenyap tak berbekas, sedangkan Lan See giok dengan tangan sebelah di muka. tangan yang lain berada di
belakang secepat kilat membabat kearah permukaan tanah,
menyusul kemudian sepasang telapak tangannya bergerak
aneh. babatan yang langsung membacok ke tanah itu
disertai dengan suatu sodokan yang luar biasa sekali.
Selama muridnya melakukan demonstrasi, To Seng-cu
memperhatikan terus dengan seksama, sampai muridnya
sudah berhenti, sambil mengelus jenggotnya dia baru
manggut-manggut berulang kali:
Melihat hal itu, Lan See-giok segera berkata lagi dengan suara hormat:
"Jurus ke tiga, Ban yap- kui tiong(selaksa daun
sumbernya satu)"
Kembali tubuhnya melejit ke tengah udara hingga
mencapai langit-langit gua tersebut. diiringi bentakan keras
http://kangzusi.com/
seluruh gua diliputi oleh bayangan tangan yang amat
menyilaukan mataMendadak - Kabut serangan memenuhi seluruh gua dan menggulung
ke bawah, dari tebal lambat laun menjadi tipis, dari besar kian mengecil, dalam waktu singkat tinggal bentuk setitik.
Dalam gulungan angin serangan mana, Lan See-giok
menyentilkan ke sepuluh jari tangannya ke depan, desingan tajam menderu deru, kabut tipis menyelimuti ang-kasa dan berhamburan ke tanah seperti hujan deras.
Awan pukulan begitu mereda, desingan tajam seketika
berhenti, bayangan manusia berkelebat dan Lan See-giok
tahu tahu sudah berdiri di tengah arena.
Disaat Lan See-giok baru saja menghentikan gerakan
tangannya. mendadak ia menangkap bayangan manusia
berkelebat dari luar pintu ruangan sebelah kiri kemudian menyusul munculnya seorang kakek yang tinggi besar.
Si Cay soat serta Siau thi gou mengikuti di belakang
kakek itu dengan wajah gugup bercampur gelisah.
Lan See-giok tak berani membalikkan badan untuk
mengamati dengan sesama wajah pendatang itu, dia
berlagak tidak melihat, kepada To Seng cu katanya
kemudian dengan hormat:
"Tolong tanya suhu, apakah kali ini anak Giok telah melakukan kesalahan lagi?"
Sebenarnya To Seng cu juga telah melihat akan
kedatangan dari kakek yang tinggi besar itu, namun dia juga berlagak seakan akan tidak melihat, malah sambil manggut-manggut dan mengelus jenggotnya ia menyahut:
http://kangzusi.com/
"Ehmm, bagus sekali, kali ini kau telah peroleh
kemajuan yang lebih pesat ketimbang tempo hari, cuma kau mesti berlatih lagi dengan tekun bila ingin mendapatkan
kesuksesan di kemudian hari."
Sebelum Lan See-giok sempat menjawab, dari belakang
tubuhnya sudah berkumandang suara gelak tertawa keras
yang menggetarkan seluruh ruang gua menyusul kemudian
seseorang berkata dengan suara yang kasar:
"Aku kira ada urusan apa sehingga melarang diriku
masuk, rupanya kau sedang mewariskan ilmu pukulan
kepada murid kesayanganmu!"
Sementara berbicara, dia telah melangkah masuk ke
dalam ruang gua..
Tergerak hati Lan See-giok, dia kuatir orang itu datang
dengan maksud tak baik cepat-cepat ia bangkit berdiri
seraya berpaling.
Seorang kakek berambut kusut yang memiliki perawakan
tubuh tinggi besar kini sudah muncul di sana.
Kakek tersebut beralis mata tebal dan mata besar,
wajahnya lebar, hidungnya besar dan mulutnya lebar,
jenggot putihnya terurai sepanjang
dada, pakaian panjangnya terbuat dari bahan belacu dan panjangnya
mencapai setinggi lutut.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu kakek
itu berjalan ke hadapan Lan See-giok serta mengamatinya
dari atas hingga ke bawah. kemudian kepada To Seng cu
yang baru saja bangkit untuk menyambut kedatangannya, ia bertanya dengan perasaan kaget bercampur tercengang:
"Ciu tua, sungguh heran, selama ini belum pernah
kujumpai seorang bocah dengan bakat yang begini bagus,
sebaliknya kau justru telah mendapatkannya."
http://kangzusi.com/
Seraya berkata tiada hentinya dia membelai tubuh Lan
See giok dengan telapak tangannya yang besar, sementara
wajahnya memperlihatkan perasaan iri, kagum dan sayang:
To Seng-cu mendongakkan kepalanya lalu tertawa
terbahak-babak:
"Haaahhh- -haaahhh -haaahhh saudara The kelewat
memuji, biarpun bocah ini berbakat bagus, namun
kebebalan otaknya justru membuat orang hampir tak
percaya, untuk mempelajari satu jurus ilmu pukulan saja, aku mesti mengajarkan sampai belasan kali sebelum
berhasil!"
"Aaah, masa iya?" sekali lagi kakek itu mengawasi wajah Lan See-giok dengan pandangan kurang percaya, "biarpun ilmu pukulan tadi hanya sempat kulihat buntut nya saja,
tapi aku tahu jurus tersebut benar-benar sangat hebat dan luar biasa jika ada orang yang bisa menguasai ilmu pukulan seperti itu dalam sekali pandangan saja, wah, itu baru
manusia super namanya"
Sekali lagi To Seng-cu tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh -haaahhh- -haaahhh- dari mana saudara The
bisa menyangka kalau ilmu pukulan tadi sudah memeras
pikiran dan tenaga siaute selama setengah tahun?"
Sementara berbicara, ketika dilihatnya Si Cay soat


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang menyimpan kembali kotak kecil itu, maka kepada
Siau-thi gou yang masih berdiri termangu mangu dia
berseru: "Gou ji. mengapa kau tidak segera mengambil arak
untuk menyambut kedatangan The locianpwe!"
Siau-thi-gou segera mengiakan dengan hormat, membalikkan badan dan buru-buru berlalu dari situ.
http://kangzusi.com/
Kemudian kepada Lan See-giok, To Seng-cu juga
berkata: "Anak Giok, cianpwe ini adalah Lam hay koay-kiat
(pendekar aneh dari Lam-hay) The cianpwe yang seringkali kuperbincangkan denganmu, bersama Wan-san-popo dan
Si-to cinjin, mereka disebut Hay gwa-sam khi (tiga manusia aneh dari luar lautan), ayo cepat kau jumpainya"
Sesudah mendengar pembicaraan antara gurunya dengan
si kakek berambut kusut tersebut, dengan cepat Lam See
giok dapat menyimpulkan kalau kedua orang itu bukan
sahabat karib yang sebenarnya, tapi berhubung si pendekar aneh dari Lam hay menyebut Cia tua kepada gurunya, hal
ini membuktikan pula kalau diapun seorang cianpwe yang
telah berusia di atas seratus tahun.
Berpikir demikian, diapun menjura dalam-dalam seraya
berkata dengan hormat:
"Boanpwe Lan See-giok menjumpai The cianpwe!"
"Haaahhh..haaahhh ..haaahhh. cukup, tak usah banyak adat!" seru kakek berambut kusut itu kasar diiringi gelak tertawa keras.
Sementara itu, Siau. thi-gou telah menghidangkan sayur
dan arak secara tergopoh gopoh.
To Seng-cu segera menuju ke atas permadani dihadapannya sambil berseru:
"Gou-ji, hidangkan saja di tempat ini!"
Pendekar aneh dari Lam-hay yang sesungguhnya
bernama The Bu-ho itu cepat mencegah:
"Cia tua, aku datang karena ada urusan penting, aku tak berminat untuk minum arak, kalau tidak akupun tak bakal
menerjang masuk kemari secara tergesa gesa."
http://kangzusi.com/
"Aaah, rupanya begitu" To Seng cu berkerut kening sambil berseru kaget.
Menggunakan kesempatan tersebut, katanya kemudian
kepada Lan See-giok bertiga.
"Kalian pergilah dulu, aku hendak berbincang-bincang dengan The cianpwee."
Lan See-giok bertiga mengiakan dengan hormat lalu
beranjak pergi dari situ, sepeninggal ketiga orang itu. The Bu-ho baru berkata dengan nada kurang puas:
"Cia tua, mengapa, kau suruh mereka ke luar dari sini"
Urusan ini toh tak ada salah nya diketahui mereka."
To Seng-cu tertawa hambar:
"Urusan besar dalam dunia persilatan lebih baik jangan sampai diketahui oleh anak-anak muda."
Sebenarnya Lan See giok enggan beranjak pergi dari
ruangan tersebut, karena dia kuatir kakek berambut kusut itu datang dengan membawa maksud jahat, namun setelah
mendengar ucapan gurunya, terpaksa dia harus mengikuti
di belakang Si Cay-soat dan Siau-thi-gou untuk masuk ke
ruang dalam. Setelah tiba di ruang atas, mereka bertiga menelusuri
anak tangga menuju ke ruang batu di atas permukaan.
Waktu itu ruang batu diterangi sebuah lentera, di atas
mejapun terletak secawan besar arak.
Lan See giok segera berbisik lirih.
"Adik Soat, siapa sih kakek berambut kusut itu"
Mengapa kau ijinkan orang itu menerobos masuk ke dalam
gua?" http://kangzusi.com/
Dengan perasaan agak mendongkol di samping rasa
takut masih mencekam perasaannya Si Cay-soat menjawab
lirih: "Orang itu adalah makhluk tua dari Lam hay The Bu-ho, orangnya kasar, hatinya kejam dan semua orang baik dari
golongan putih maupun dari golongan hitam sama-sama
jeri kepadanya, dia termasuk seorang makhluk tua yang
berdiri antara kaum sesat dan lurus. Kemungkinan besar
kedatangan nya kali ini bermaksud untuk adu kepandaian
dengan suhu guna memperebutkan kedudukan manusia
nomor wahid di kolong langit. ."
Lan See giok segera berkerut kening, kemudian serunya
dengan nada tak setuju:
"Kalau ditinjau dari nada pembicaraan makhluk tua itu, rasanya dia bukan kemari untuk mengajak beradu
kepandaian, bisa jadi dia mempunyai tujuan lain."
Siau thi gou membelalakkan matanya lebar-lebar, lalu
katanya pula: "Makhluk tua itu sangat tak sabaran, baru saja enci Soat membukakan pintu, dia sudah bertanya dengan kasar:
"Dimana suhu mu." waktu kuhidangkan secawan arak dan mengatakan suhu segera akan muncul, dia seperti tak sabar lagi untuk menanti!"
Pelan-pelan Lan See giok mengangguk, seakan-akan
memahami sesuatu dia berkata:
"Kalau begitu. hal ini semakin membuktikan kalau dia bukan datang kemari untuk beradu kepandaian."
"Yaa, sayang suhu tidak mengijinkan kita turut
mendengarkan pembicaraan tersebut, kalau tidak kita tentu akan mengetahui pembicaraan apa saja yang dilangsungkan
di situ." omel Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Siau thi gou membuka mata nya lebar-lebar,
kemudian bisiknya:
"Ayo berangkat, kita sadap saja pembicaraan mereka, coba lihat apa saja yang dibicarakan makhluk tua itu."
"Jangan adik Gou," dengan cepat Lee See giok
mencegah. "setelah makhluk tua itu pergi, suhu tentu akan memberitahukan kepada kita . . .
Belum habis dia berkata, mendadak dari balik gua
terdengar suara gelak tertawa makhluk tua dari Lam hay
yang amat keras disu-sul, seruannya dengan nada lantang:
"Kalau begitu, aku The-tua akan berangkat selangkah lebih duluan . , . "
Buru-buru Lan See giok berbisik kepada Si Cay soat dan
Siau thi gou: "Si makhluk tua itu akan pergi!"
Betul juga, dari bawah sana segera terdengar suara ujung baju yang terhembus angin bergema datang.
Menyusul kemudian bayangan manusia berkelebat lewat,
makhluk tua, dari Lam hay serta To Seng cu secara
beruntun sudah muncul dari gua dan langsung menuju ke
luar ruang batu.
Terdengar si makhluk tua dari Lam-hay berseru kembali.
"Cia tua, kita berjumpa lagi di tempat kediaman Wan-san popo.."
"Haaahhh.haaahhh..haaahhh. ., silahkan saudara The
berangkat dulu, maaf aku tak dapat menghantar lebih jauh"
sahut To Seng- cu sambil tertawa terbahak-bahak.
Menanti Lan See giok bertiga menyusul ke luar dari
ruangan, ternyata Lam-hay lokoay sudah berada tujuh
http://kangzusi.com/
delapan kaki jauhnya dan tiba di ujung hutan sana,
kemudian dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
Diam-diam Lan See-giok merasa amat terkejut, dia tak
mengira kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
makhluk tua tersebut benar-benar sudah mencapai puncak
kesempurnaan. Sementara itu fajar sudah mulai menyingsing di ufuk
timur, kabut tipis masih menyelimuti permukaan tanah,
namun udara sangat segar, membikin bergairahnya
semangat hidup setiap orang.
Dengan kening berkerut dan mengelus jenggotnya, To
Seng-cu mengawasi ujung hutan dimana bayangan tubuh
Lam-hay Lo-koay melenyapkan diri tanpa berkedip, lamalama kemudian ia baru berguman lirih:
"Badai dunia persilatan sudah tiba, kawanan iblis mulai bermunculan, tampaknya kata kata yang menyebutkan, bila
sepasang pedang bergeser tempat, badai darah melanda
bumi. sungguh cocok sekali dengan kenyataan."
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
ucapan itu pernah didengar olehnya dari ayahnya, jika
ditinjau dari nada pembicaraan gurunya sekarang,
bukankah dunia persilatan bakal dilanda oleh suatu
bencana yang sangat besar"
Mendadak To Seng-cu seperti teringat akan sesuatu,
mendadak ia berkata:
"Aaah. Ayo kita masuk, dia telah pergi jauh"
Sambil membalikkan badan dia masuk ke ruang dalam
dan duduk di depan meja.
http://kangzusi.com/
Sedang Lan See-giok bertiga masuk mengikuti di
belakang gurunya kemudian berdiri hormat di sampingnya.
Dengan cepat Lan See-giok menjumpai kerutan kening
gurunya, seolah-olah ada suatu masalah yang terpendam
dalam hatinya dan menjadi beban pikiran, kendatipun
senyuman masih tetap menghiasi ujung bibirnya.
Berapa saat kemudian, To Seng-cu baru berpaling kearah
Lan See - giok bertiga sambil berkata lembut:
"Berhubung ada suatu urusan yang penting, aku
bermaksud hendak pergi ke luar lautan"
Berubah air muka, Lan See-giok bertiga sesudah
mendengar perkataan ini.
Melihat perubahan wajah murid muridnya, To Seng cu
berkata lagi sambil tertawa ramah:
"Kalian bertiga tak usah takut, dalam kepergianku ini.
paling banter setengah tahun kemudian tentu sudah pulang kembali ke rumah!"
"Apakah suhu tak akan mengajak Gou ji?" buru-buru Siau thi-gou bertanya dengan wajah tak mengerti:
To Seng cu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak. masalah yang kuhadapi kali ini kelewat-berat.
karena itu kalian bertiga tak boleh ikut dan mesti tetap tinggal dalam gua untuk berlatih ilmu silat secara rajin, ingat jangan mencari gara-gara dengan orang luar"
Kemudian setelah memandang sekejap kearah Lan Seegiok dan Siau-thi-gou dengan kening berkerut, dia
melanjutkan, "Thi-gou orangnya jujur dan polos, jalan pemikirannya kelewat sederhana, Giok-ji, kau sebagai
kakaknya harus baik-baik menjaga adikmu ini."
Dengan perasaan berat Lan See giok segera mengiakan.
http://kangzusi.com/
Kembali To Seng-cu berpaling kearah Si Cay-soat sambil
melanjutkan: "Soat ji, selama ini kau selalu ingin menang sendiri. tak mau kalah kepada siapapun, dalam kepergianku kali ini kau mesti memperdalam ilmu pedang dan jangan sampai
mencari gara-gara terus, bila kepandaianmu sampai
ketinggalan, menyesal kemudian tak ada gunanya maka
kuanjurkan kepadamu berlatihlah diri dengan tekun."
Tergerak hati Lan See-giok mendengar ucapan tersebut,
dia tahu yang dimaksud gurunya sebagai ilmu pedang
adalah kitab pusaka dalam kotak emas kecil yang berada di sisi pedang Jit-hoa- kiam.
Di samping itu. diapun tahu gurunya -sedang
memperingatkan. kepada adik Soatnya, bila tidak tekun
berlatih, di kemudian hari dia tentu akan kalah dengan
orang yang membawa pedang Gwat-hui-kiam.
Ternyata dugaannya memang betul, sambil tersenyum Si
Cay-soat segera berkata:
"Silahkan suhu pergi dengan hati lega, setengah tahun kemudian Soat-ji tentu telah berhasil menguasai ilmu Tong kong kiam-hoat tersebut. jika suhu telah pulang nanti, Soat-ji pasti akan mempergunakannya untuk memohon petunjuk
dari suhu."
Dengan wajah gembira To Seng cu manggut-manggut,
ketika dilihatnya fajar telah menyingsing, diapun bangkit berdiri seraya berkata lagi:
"Sekarang hari sudah terang tanah, aku akan segera
berangkat, ingat sebelum aku pulang, janganlah membuat
gara-gara dari pada memancing perhatian orang.!"
Seusai berkata, diapun melangkah ke luar dari ruangan.
http://kangzusi.com/
Selama-ini Lan See-giok mengamati terus perubahan
wajah gurunya, ia menjumpai disaat To Seng cu bangkit
berdiri tadi sekilas rasa sedih sempat melintas di atas
wajahnya yang ramah.
Kembali hatinya tergerak, cepat-cepat dia memburu
maju ke muka sambil serunya:
"Suhu . . . "
Mendengar panggilan itu To Seng-cu berhenti lalu
berpaling dan memandang sekejap ke arah Lan See-giok
sambil tertawa paksa mendadak seperti memahami sesuatu
diapun berkata:
"ANAK Giok kau mempunyai beban dendam kesumat
di atas pundakmu, aku tahu kau ingin secepatnya melacaki jejak musuhmu itu, asal tenaga sinkangmu telah berhasil
dilatih, kau boleh turun gunung dan tak usah menunggu
aku sampai kembali."
Lan See-giok buru-buru memberi hormat, cuma diapun
segera menjelaskan.
"Tidak, anak Giok ingin turut suhu. selain menambah pengetahuan juga peroleh banyak pengalaman yang
berharga" Sekali lagi To Seng-cu menghela napas sedih.
"Anak Giok. seandainya pertemuan kita terjadi pada
setahun berselang atau peristiwa yang terjadi hari ini
berlangsung setahun kemudian, tanpa permintaanmu, aku
pasti akan mengutus kau seorang untuk pergi menyelesaikan tugas ini.."
"Suhu, sekarang anak Giok telah berhasil mendapatkan ilmu silat tersebut." tukas Lan See-giok cepat, "sudah sepantasnya bila anak Giok mengikuti perjalanan suhu,
http://kangzusi.com/
ditengah jalan selain bisa melatih diri pun setiap saat bisa minta petunjuk dari suhu, sudah dapat dipastikan kemajuan yang kucapai akan luar biasa ..
To Seng cu tidak membiarkan Lan See giok
menyelesaikan kata katanya. dia segera memberi tanda
untuk mencegahnya berbicara lebih jauh, kemudian setelah tersenyum sedih, dia berkata:
"Anak Giok, dasar utama dari ilmu silat yang tercantum dalam cinkeng adalah Hud kong-sinkang, dengan dasar
tenaga dalam mu sekarang, bila melatih diri selama
setengah tahun akan terpupuk dasar yang kuat, berlatih
sepuluh tahun akan muncul sinar dalam tubuh, dan bila
sudah melatih diri selama seratus tahun, cahaya Buddha
akan melindungi seluruh tubuhmu. Dasar sinkang yang kau
miliki sekarang baru mencapai taraf permulaan, jika kau
mengikuti aku melakukan perjalanan jauh, yang pasti hanya kerugian yang akan kau peroleh bagi kemajuan ilmu
silatmu, itulah sebabnya tinggallah kalian bertiga di dalam gua sambil berlatih diri dengan tekun, biar pun aku berada jauh di luar lautan, namun tak akan sedih memikirkan masa depan kalian, tentunya ucapan ini kalian pahami bukan?"
Selesai berkata kembali dia awasi Lan See-giok bertiga
dengan sorot matanya yang penuh kasih sayang.
Lan See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi-gou bertiga
serentak mengiakan dengan hormat.
To Seng-cu tersenyum dan manggut-manggut, kembali
katanya. "Sekarang aku hendak pergi dulu, kalian harus menjaga diri baik-baik."
Sambil mengebaskan ujung bajunya, diapun melayang ke
luar dari ruangan.
http://kangzusi.com/
Buru-buru Lan See-giok bertiga menjatuhkan diri


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlutut sambil berseru:
"Moga-moga suhu selamat dalam perjalanan dan cepat
pulang kembali ke rumah."
Menanti mereka bertiga mendongakkan kepalanya
kembali, gurunya sudah lenyap dari pandangan mata,
Pertama tama Lan See-giok yang bangkit berdiri lebih
dulu sambil berkata:
"Sebelum pergi wajah suhu menunjukkan rasa sedih, bisa kita duga perjalanan suhu kali ini tentu banyak rintangan dan kesulitan."
Tampaknya Si Cay soat tidak menemukan sesuatu yang
aneh pada gurunya, ketika menjumpai kemurungan Lan
See-giok, dia lantas berkata sambil tertawa:
"Engkoh Giok, kau memang kebangetan, suhu yang
ingin berpisah dengan kita sudah tentu menunjukkan rasa
berat hati, jangan lagi kedatangan lam hay lo koay bukan untuk beradu kepandaian, sekalipun benar dengan
kepandaian sakti yang dimiliki suhu, apa yang mesti di
kuatirkan lagi ?"
"Tadi aku toh sudah bilang, mau menyadap pembicaraan si makhluk tua itu, kenapa kalian berdua melarangku?"
gerutu Siau-thi gou pula dengan cepat. "sekarang suhu telah pergi, apa
yang hendak dilakukan ternyata tidak
diberitahukan kepada kita.."
"Suhu tidak memberitahukan masalahnya berhubung
beliau kuatir kita turut menguatirkan keselamatannya
sehingga hal ini akan mempengaruhi kemajuan yang bakal
kita capai di dalam ilmu silat," ujar Lan See -giok dengan perasaan berat.
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan tersebut, tanpa terasa Si Cay-soat
tertawa cekikikan sambil menukas.
"Kalau sudah tahu, semestinya kita semua harus
menenangkan dulu pikiran agar bisa memusatkan pikiran
untuk berlatih diri, dengan demikian harapan suhu pun tak sampai tersia siakan. Lagi pula selama tujuh delapan tahun belakangan ini siau moay selalu mendampingi suhu, pernah pula kusaksikan dua kali pertarungan suhu melawan
makhluk tua tersebut dan sekali pertarungan melawan si
nenek setan, namun selalu saja kepandaian suhu lebih tinggi setingkat. Suhu selalu hidup terbuka dan jujur, ia disegani setiap orang, biar menjumpai mara bahaya aku yakin akan
berubah menjadi selamat. Pendapatku, bila kita ingin
merebut hati suhu, turutlah nasehat dan pesan suhu
sebelum berangkat tadi"
Lan See giok menganggap perkataan tersebut memang
betul juga, dia manggut berulangkali, perasaannya juga
semakin terbuka, sedang Siau thi gou segera melototkan
sepasang matanya sambil berkata dengan sungguh-sungguh:
"Aku Thi-gou bersumpah, di saat suhu kembali nanti.
tujuh jurus ilmu naga dan harimau sudah berhasil
kugunakan secara baik, agar suhu tahu bahwa Gou - ji
bukan gentong nasi yang tak berguna."
Mendengar ucapan tersebut, Lan See-giok dan Si Cay
soat tak bisa menahan rasa gelinya lagi, mereka tertawa
terbahak bahak.
Sejak itu, Lan See giok dengan tekun mempelajari ilmu
Hud kong sin kang, Si Cay soat menekuni ilmu pedang
Tong kong-kiam hoat dan Siau-thi-gou melatih diri dengan ilmu pukulan Liong hou jit si.
Beberapa hari lagi tahun baru akan tiba..
http://kangzusi.com/
Bunga salju yang turun sepanjang hari membuat seluruh
bukit Hoa-san diliputi warna putih keperak-perakan yang
sangat menyilaukan mata.
Orang bilang, tambah tahun tambah usia. Kini usia Lan
See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi-gou telah bertambah
setahun lagi. Lan See giok telah mencapai usia tujuh belas tahun.
Tahun baru lewat. musim semipun tiba, dalam waktu
singkat bulan tiga yang nyaman pun telah menjelang.
Lan See giok yang menekuni ilmu silat nya telah peroleh
kemajuan yang sangat pesat, kenyataan tersebut membuat
anak muda tersebut sangat gembira sebab dia tahu
harapannya untuk membalas dendam semakin besar.
Ilmu pedang Tong- kong-kiam-hoat yang dilatih Si Caysoat pun sudah mencapai keberhasilan, kini tinggal
meningkatkan kematangannya.
Hanya Siau thi gou yang pada dasarnya memang bebal
otaknya, ditambah pula Liong hou jit si merupakan sejenis ilmu pukulan yang dahsyat, maka walaupun sudah melatih
diri hampir tiga bulan lamanya, hasil yang diperoleh kecil sekali.
Biarpun begitu. Siau thi gou yang bodoh justru memiliki
ciri kebodohannya, setiap hari dia melatih diri terus tanpa berhenti, istirahatnya sangat jarang, akibatnya soal berburu dan membuat nasi harus dikerjakan oleh engkoh Giok dan
enci Soatnya. Lan See giok yang mendapat tugas dari gurunya untuk
memperhatikan adik Gou-nya, di samping melatih diri
dengan tekun sering-kali dia membangkitkan semangat
saudaranya itu agar melatih diri lebih tekun lagi.
http://kangzusi.com/
Dengan pengamatan yang seksama selama tiga bulan
terakhir ini, dapat disimpulkan kan olehnya bahwa ilmu
Liong hou jit si memang sangat hebat, begitu dikembangkan angin pukulan yang dihasilkan sungguh luar biasa.
Si Cay-soat yang menganggap dirinya pintar boleh
dibilang sudah banyak tahun memperhatikan perubahan
jurus serangan Liong-hou jitsi itu, namun dia tak pernah bisa mengetahui kelihaian dan kelebihan dari kepandaian
tersebut. Maka setelah menyaksikan kemampuan engkoh Giok
nya yang bisa menguasai ilmu pukulan tersebut hanya
dalam mengamati berapa bulan saja, sadarlah dia bahwa
kecerdasan engkohnya memang jauh lebih hebat dari pada
dirinya. Walaupun demikian ia sama sekali tidak merasa dengki
ataupun iri hati, malah sebaliknya dia sangat berharap
engkoh Giok nya bisa mempelajari pula ilmu pedang Tongkong-kiam-hoat.
Oleh sebab itu dia seringkali minta pada Lan See-giok
agar memberi petunjuk kepada nya, padahal seringkali
secara sengaja tak sengaja dia membeberkan rahasia ilmu
pedangnya. Sebagai seorang pemuda yang cerdas, sudah barang tentu
Lan See-giok mengetahui akan maksud adiknya ini, hal
tersebut membuatnya sangat berterima kasih sekali kepada adik seperguruannya ini.
Bulan lima kini menjelang, musim panas pun tiba.
Ilmu Hud-kong sin- kang yang dilatih Lan See-giok telah
mencapai puncaknya. Dengan ayunan ujung baju ia
sanggup menghancurkan batu dengan sentilan jari, mampu
mematahkan bambu, dengan ayunan tangan mampu
http://kangzusi.com/
membunuh harimau, boleh dibilang tenaga sakti itu bisa
dipergunakan sekehendak hatinya.
Ilmu pedang Tong-kong-kiam-hoat dari Si Cay-soat juga
mendapat kemajuan yang pesat, pedangnya bisa dipergunakan secepat terbang, cahaya pedang yang
menyilaukan mata, hawa serangan yang menyayat badan,
betul-betul merupakan suatu ancaman yang berbahaya.
Sebaliknya Siau thi-gou di bawah bimbingan serta
petunjuk dari Lan See-giok, akhir nya juga menguasai ilmu pukulan Liong hou-jit-si yang sangat hebat itu.
Keberhasilan yang dicapai membuat ke tiga orang itu
semakin getol berlatih, mereka semua berharap dapat
menunjukkan kebolehannya dihadapan gurunya sehingga
membuat gurunya gembira.
Hari ini matahari sudah bersinar ditengah angkasa. udara bersih dan angin berhembus semilir. biarpun di musim
panas namun suasana terasa segar dan nyaman.
Si Cay soat dengan pakaian serba merah, rambut terurai
sebahu sedang berdiri tenang dimuka ruangan batu,
agaknya baru saja ia selesai-melatih ilmu pedangnya.
Lan See giok dengan jubah birunya dan senyum dikulum
sedang mengawasi Siau thi gou berlatih ilmu pukulan.
Pada saat itulah, Si Cay soat yang sedang mengawasi air
terjun dikejauhan sana seolah-olah teringat akan sesuatu, mendadak ia berseru keras:
"Engkoh Giok, udara pada hari ini sangat indah, ayo kuajarkan ilmu berenang kepadamu!"
Lan See giok yang mendengar tawaran tersebut menjadi
sangat gembira, serunya dengan cepat:
http://kangzusi.com/
"Baik, aku akan melepaskan jubah panjang dan berganti celana dulu . .
Sambil berkata, buru-buru dia lari masuk ke dalam
ruangan. St Cay soat segera tertawa cekikikan mendengar seruan
mana. demikian juga Siau thi gou segera tertawa terbahak-bahak sambil serunya:
"Engkoh Giok. kau toh bukan bermaksud menangkap
ikan di selokan, buat apa kau lepaskan baju ganti celana"
Kau kan hendak belajar ilmu berenang di telaga?"
Lan See giok segera menghentikan langkah nya sesudah
mendengar perkataan tersebut, merah jengah selembar
wajahnya, sambil memandang ke arah Si Cay soat dan Siau
thi gou yang sedang menertawakan dirinya, dia berkata
kemudian agak tersipu-sipu:
"Tapi sayang ih-heng tidak punya pakaian untuk
berenang . . ."
"Aku punya sebuah pakaian renang yang terbuat dari
kulit ikan hiu, pinjamlah. ." seru Siau thi gou cepat.
"Oooh, kau sangat baik, terima kasih banyak adik Thi-gou!"
"Tak usah sungkan, ayo ikutlah aku."
Dengan terburu buru mereka masuk ke dalam ruang
batu. Si Cay soat sendiri hanya tersenyum sambil membungkam diri, diapun mengikuti di belakang kedua
orang tersebut.
Setibanya di dalam kamar, Siau-thi-gou mengambil
sebuah bungkusan kecil dari tempat pakaiannya dan
diserahkan kepada Lan See-giok sambil serunya:
http://kangzusi.com/
"Ayo kenakan, tanpa benda ini jangan harap bisa
mempelajari ilmu berenang dengan baik!"
Lan See-giok tidak berniat untuk mendengarkan
obrolannya itu, cepat-cepat dia memungut bungkusan kecil itu dan membuka nya, ternyata isinya adalah pakaian
renang yang terbuat dari kulit ikan hiu.
Dengan perasaan gembira, dia berterima kasih kepada
Thi gou. kemudian buru-buru melepaskan jubah panjangnya dan mengenakan pakaian renang itu.
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat senyuman
yang semula menghiasi wajah Siau-thi gou hilang lenyap
tak berbekas, malah sepasang matanya ikut melotot ke luar.
Selama setengah tahun belakangan ini, Lan See giok
sudah tumbuh lebih dewasa, rupanya celana pakaian
renang itu hanya berhenti di sebatas paha dan tak mampu
diteruskan lagi..
Pada saat itulah dari depan pintu terdengar gelak tertawa yang amat merdu bergema memenuhi ruangan.
Sewaktu Lan See giok dan Thi-gou berpaling mereka
jumpai Si Cay soat telah berganti dengan sebuah pakaian
renang berwarna merah, dalam genggamannya , membawa
sebuah bungkusan kecil dan sedang berdiri memandang
kearah mereka sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Terdengar gadis itu berseru:
"Pakaian renang itu sudah tiga tahun lamanya, Thi-gou sendiri jarang mengenakannya karena dia sendiripun
merasa kekecilan, bagaimana mungkin kau bisa memakainya?"
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut diamdiam menjadi sangat mendongkol, ia merasa dalam hal
http://kangzusi.com/
apapun adik seperguruannya jauh di bawahnya, tapi setelah menjumpai kejadian macam begini, dia selalu terperangkap.
Bahkan kalau dilihat dari sikap gadis itu, sudah jelas dia telah menduga sebelumnya. Tiba-tiba Si Cay soat berkata
sambil tersenyum.
"Ehmmm, ambil dan cepat kenakan, kutunggu kalian di tepi telaga . ."
Sambil berkata, dia lantas melemparkan buntalan kecil
ke tangan Lan See giok .
Biarpun Lan See giok tidak habis mengerti, namun dia
seperti sudah memahami akan sesuatu, buru-buru
dibukanya bungkusan itu.
Apa yang terlihat membuatnya amat gembira. ternyata
bungkusan kecil itu berisikan sebuah pakaian renang yang memancarkan sinar keemas-emasan.
Dengan perasaan ingin tahu Siau-thi-gou turut melihat,
ternyata pakaian renang itu berwarna hitam dan putih
dengan bentuk yang sangat lunak, bagian yang hitam
berwarna keemas emasan, sedang bagian yang putih
berwarna keperak perakan, rupanya baju renang ini terbuat dari dua tiga puluh ekor kulit ikan Cui oh li yang
dikumpulkan selama ini.
Lan See-giok merasa berterima kasih sekali setelah
menyaksikan kejadian ini, perasaan mendongkol yang
semula menyelimuti perasaannya, kini hilang lenyap tak
berbekas. Sedangkan Siau thi gou seakan akan memahami sesuatu,
ia lantas berseru:
"Haaahhh..haaahhh .haaahhh..tak tahu sekarang, tak
aneh kalau saban kali kita makan ikan selalu tak dijumpai
http://kangzusi.com/
kulitnya, dan setiap kali cici selalu berebut untuk memotong ikan, rupanya disinilah letak rahasianya."
Kemudian sambil mendorong Lan See giok yang masih
termangu mangu. kembali dia mengomel.
"Engkoh Giok, semuanya ini gara-gara kau yang
melarang aku memasuki kamar cici, coba kalau tidak hari
ini dia tak akan membuat kejutan untuk kita."
Lan See giok sendiripun tidak pernah menyangka bahwa
di samping berlatih ilmu pedang dan menanak nasi, Si Cay soat masih meluangkan waktu untuk membuatkan pakaian
renang baginya.
Dia mencoba untuk meraba pakaian renang itu,
semuanya halus dan lunak, bisa dibayangkan betapa susah
payahnya Si Cay soat untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut.

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berpikir sampai di situ, timbul perasaan sayang di hati
kecilnya, ini membuat pemuda tersebut merasa tak tega
untuk mempergunakannya,..
Siau thi gou yang menyaksikan hal tersebut, tanpa terasa bertanya dengan nada tak mengerti:
"Hei, jangan diraba melulu, ayo cepat di kenakan, hati-hati kalau dia sampai mengambek gara-gara kau datang
Amarah Pedang Bunga Iblis 3 Bara Naga Karya Yin Yong Pendekar Latah 12

Cari Blog Ini