Ceritasilat Novel Online

Perjodohan Busur Kumala 19

Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Bagian 19


Sambil berkata, ia mengulur tangannya mengajak Sie le
berjabatan. Sie Ie belum tahu kepandaiannya komandan ini, dalam
hatinya ia telah berpikir: "Dulu hari aku telah merantau di
Selatan dan Utara, belum pernah aku mendengar nama
Sukhong Hoa, maka itu entah apa yang membuatnya menjadi
pemimpin pasukan pengiring raja..." Oleh karena ini, ia
berlaku hati-hati.
Sukhong Hoa mengerahkan tenaga Thay-it Sinkang.
Kapan Sie Ie merasakan tekanan tenaga dalam komandan
itu, ia kata dalam hatinya: "Aku tidak menyangka bahwa dia
dari partai lurus golongan Tookauw. Inilah aneh! Kaum
Coancin Pay toh tidak mempunyai murid bukan imam" Atau
kalau ada, tak semua ilmu silatnya diturunkan" Mungkinkah
dia ini berasal imam yang kembali menjadi orang biasa"
Kelihatannnya dia liehay tak melebihkan beberapa guru besar
yang pernah aku tempur tetapi pun tak di bawahnya Leng
Siauw Cu tokoh Coancin Pay yang tersohor itu..."
Sukhong Hoa mengerahkan tenaganya dari tiga bagian
terus naik sampai sembilan bagian. Ia heran bukan main
sebab ternyata orang dapat bertahan terus. Mula tenaga tiga
bagian itu, ia tetap tidak merasakan tenaga timbal balik, tidak
merasakan perlawanan apa juga,--itulah seperti suatu barang
berat dilempar ke tengah lautan, lenyap tidak keruan paran.
Oleh karena ini, lekas-lekas ia melepaskan tangannya itu.
Sie Ie tidak mau memamerkan kekuatannya, ia sengaja
lawan kekerasan dengan kelunakan, jikalau tidak, pastilah
komandan itu sudah jatuh.
Habis itu Sukhong Hoa berjabatan juga dengan Seng Lam.
Oleh karena tadi ia sudah dapat pengalaman, sekarang ia
lantas menggunai tenaga delapan sampai sembilan bagian.
Seng Lam belum mencapai kepandaian seperti Sie Ie, ia
terpaksa melayani dengan kekerasan juga, karenanya, ia
lantas mengerutkan alis, terpaksa ia menggunai Siulo Imsat
Kang, yang ia alirkan dengan jeriji tengahnya.
Mulanya Sukhong Hoa dapat menjabat keras sekali, atau
mendadak ia merasakan telapakannya seperti tertusuk jarum,
bukannya nyeri hanya dingin sekali hingga tenaganya buyar
sendirinya. Karenanya itu lekas-lekas ia melepaskan
cekalannya itu.
"Saudara, kau benar liehay!" ia terpaksa memuji,
mengalihkan likatnya. Tapi ia heran sekali. Ia pikir "Pui Eng
Siang ketua dari Hekhouw Ciang, pelajarannya yaitu Gwakang,
kenapa muridnya ini mempunyai tenaga dalam yang mahir
hingga dia dapat memecahkan tenaga Thay-it Sinkang dari
aku" Kenapa perlawanannya pun luar biasa sekali" Bukankah
ini tenaga dalamnya kaum sesat" Mungkinkah Pui Eng Siang
telah menyimpan rahasia kepandaiannya ini" Atau orang ini
muridnya yang palsu"..."
Sukhong Hoa, luas pengetahuannya dan tahu juga Beng
Sin Thong sebagai ahli Siulo Imsat Kang, akan tetapi sampai
sebegitu jauh, belum pernah ia bertemu dengan orang she
Beng itu serta belum tahu juga sifatnya ilmu orang itu, maka
ia tidak tahu Seng Lam menggunai ilmu apa, sedang si nona
dengan cerdik mengalirkannya dengan cuma satu jeriji. Tentu
sekali, dengan begitu, ia pun tak kenal tenaga dalamnya Sie
Ie. Hingga ia cuma heran dan menduga-duga saja.
Oleh karena ini, ia membatalkan putusannya menyuruh
kedua anak muda itu pergi kepada Ong Hu-ciang. la menoleh
kepada seorang busu di sisinya dan berkata: "Lamkiong
Loosu, bukankah dulu hari pernah Loosu berlatih dengan Pui
Eng Siang?"
Busu she Lamkiong itu bernama It, tingkat derajatnya
seimbang dengan tingkat derajat gurunya Sukhong Hoa, dari
itu Sukhong Hoa telah mengangkatnya menjadi kauwtauw,
pelatih dari pasukan Gieliemkun. Dia memangnya sudah tidak
puas mendengar kata-kata Seng Lam tadi, maka atas
pertanyaan si komandan, ia menyahut lekas: "Benar! Itulah
kejadian dua puluh tahun yang sudah lalu. Pui Lootoa telah
pertun-juki ilmu silat Hekhouw Kun di depanku. Aku bilangi
dia, meski ilmu silatnya itu kokoh tapi toh banyak cacadnya.
Dia tidak percaya aku, maka kejadianlah kita berdua mainmain.
Sampai pada jurus ketiga puluh tiga, dia menggunai
jurus 'Hekhouw Tauwsim' yang paling hebat akan tetapi aku
melawannya dengan Tangan Yang. Baru setelah itu, dia
menyerah. Sekarang setelah dua puluh tahun entahlah
kelemahannya itu sudah diperbaiki atau belum..."
Mendengar suara orang itu, yang nadanya angkuh, Seng
Lam berkata: "Benar, dulu hari guruku pernah
memberitahukan aku peristiwa itu, hanya guruku membilangi
aku bukannya ilmu silatnya yang lemah, itu hanya disebabkan
pengalamannya yang kurang. Sebenarnya ketika Lamkiong
Loosu menggunai Tangan Yang, ia mesti menyambut dengan
satu jurus lain, tidak demikian, yang kalah pastilah loosu dan
bukan guruku itu..."
Lamkiong It menjadi tidak senang, sampai parasnya
berubah. "Benarkah gurumu mengatakan demikian?" ia menegas.
"Kalau benar, aku mohon pengajaran! Saudara Lie sudah
mewariskan semua kepandaian gurumu, mari kita mencobacoba!
Bersediakah kau" Aku ingin lihat jurus apa itu dari
Hekhouw Kun yang bakal dapat mengalahkan aku!"
Dua-dua Seng Lam dan Sie le telah memakai nama palsu.
Seng Lam memakai she Lie nama Seng, maka itu, ia dipanggil
saudara Lie itu. Kim Sie le memakai she Kam nama Hui.
Atas perkataan kauwtauw itu, Seng Lam menyahut:
"Lamkiong Loosu menjadi cianpwee kami, mana berani aku
berlaku kurang ajar?" Ia berlaku merendah akan tetapi nada
suaranya tajam.
Paras Lamkiong It menjadi suram.
"Untuk pelajaran silat tidak ada yang tua dan yang muda!"
katanya, keras. "Saudara Lie, kau telah mewariskan
kepandaian gurumu, maka janganlah kau sungkan. Kita hanya
berlatih, umpama terjadi kesalahan tangan, tidak nanti aku
menyalahkan kau. Saudara jangan kuatir apa-apa, kau
keluarkanlah semua kepandaianmu!"
Ketika itu para busu lainnya pada berpikir: "Anak muda ini
jumawa sekali, dia tak tahu malu! Bagaimana dia berani
melayani Lamkiong Loosu'.' Gurunya sendiri bukan lawannya,
apapula dia si murid" Apa ini bukannya telur melawan batu?"
Seharusnya Seng Lam berlaku sabar dan berhati-hati, tapi
sampai itu waktu, ia justeru bersikap acuh tak acuh, dengan
wajar ia tertawa dan kata: "Meskipun guruku telah memberi
petunjuk kepadaku, aku kuatir aku masih belum dapat
menggunainya dengan tepat, dari itu aku mohon sukalah Loo
cianpwe serta para busu lainnya nanti memberi petunjuk
terlebih jauh padaku!"
Lamkiong It telah menjadi sebal, ia perdengarkan suara di
hidung. "Dulu hari itu gurumu sudah menggunai Hekhouw Kun
bagian pertama yaitu Kie Ciu Sie," ia kata. "Sekarang kau tidak
mau lantas mulai, apakah kau ingin aku si orang tua yang
mendahului penyerang padamu?"
Adalah aturan kaum Rimba Persilatan, dalam pertandingan
persahabatan, kaum tua mengalah jdari kaum muda. Maka itu
tak 'senang Lamkiong It melihat sikap Byal-ayalan Lie Seng...
Seng Lam tertawa. "Jurus pertama Kie Ciu Sie itu jurus
permulaan," katanya, "maka itu aku pun tidak hendak
mengupahnya." Kata-kata ini ditutup de-'ngan diluncurkannya
tangannya yang kiri. Inilah suatu cara pihak muda tak sudi
menerima menga-Hahnya pihak tua, bahwa si muda bergerak
saking terpaksa. Nampak-'nya gerakannya itu sangat
perlahan. " Lamkiong It menjadi sangat mendongkol. Di dalam
hatinya, ia ikata: "Kau lihat, di dalam satu jurus "tni, aku akan
bikin kau malu!" ^Vlaka ia mengulur kedua tangannya, guna
menyambut. Sepuluh jari tangannya menjadi kaku seperti
gaetan. Itulah tipu silat "Uttie IKiong merampas cambuk",
salah saru jurus terliehay dari ilmu silat Taykimna yang
semuanya terdiri dan tiga puluh enam jurus
Seng Lam tidak mau mengadu kekuatan. Ia pun mendapat
kenyataan orang benar tak dapat dipandang enteng.
Lamkiong It ingin menangkap tangan si nona, dia ini
berkelit dengan tindakan Thianlo Pou. Tapi Seng Lam tidak
berkelit untuk menyingkirkan diri, ketika tangannya berhasil
dibalik, dengan tangan itu juga ia menggempur.
Komandan Gieliemkun itu terkejut. Tangan mereka beradu
keras. Mereka sama-sama mundur tiga tindak. Syukur dia
cepat mempertahankan diri, kalau tidak, mungkin tangannya
patah. "Hm! Apakah namanya jurusmu ini?" dia tanya.
Seng Lam bergerak terus, kembali ia menyerang, sampai
tiga jurus beruntun, sedang mulutnya membacakan:
"Hekhouw Tiauwkan! Hekhouw Tengsan! Hekhouw Cengsit!"
Semua itu pukulan Hekhouw Kun, artinya Harimau Hitam
Melompati Kali, Harimau Hitam Mendaki Gunung, dan Harimau
Hitam Berebut Makan.
Lamkiong It memukul pecah ketiga jurus itu.
Setelah itu baru si nona berbicara, menyahuti: "Ketiga
serangan-ku ini semua ciptaan dari jurus Hekhouw Cuttong.
Adakah ini kurang tepat?"
Lamkiong It ketahui semua itulah jurus-jurus umum dari
Hekhouw Kun, hanya ia masih belum kenal jurus yang dipakai
menggempur tangannya barusan. Maka ia pikir: "Mungkin
itulah salah satu jurus simpanan yang dirahasiakan. Dulu hari
waktu Eng Siang melayani aku, ia tidak gunakan itu..."
Pertandingan berlangsung terus, sampai dua puluh jurus. Si
kauwtauw menjadi heran. Pikirnya pula: "Kelihatan bocah ini
bergerak kurang lincah, hanya terang, tenaga dalamnya
melebihkan gurunya dulu hari itu. Kenapakah?"
Seng Lam belajar Hekhouw Kun dari Sie le, dan Sie Ie menyangkoknya
dari Pui Eng Siang dengan siapa dia pernah
bertempur. Seperti biasa, kalau ia bertanding, Sie Ie suka
memperhatikan ilmu silat lain orang, mengingat-ingat atau
mencangkoknya. Kecerdasannya membuatnya mudah
berhasil. Dia mengalahkan Eng Siang di jurus kedua puluh
tiga, semua itu dia turunkan pada Seng Lam. Nona ini pun
cerdas, cepat sekali ia mengingatnya, cuma ia belum mahir.
Maka sekarang, sesudah dua puluh dua jurus, ia sibuk
sendirinya. Lawan masih belum dikalahkan. Bagaimana"
"Hati-hati!" mendadak ia berseru. "Inilah Hekhouw
Tauwsim!" Dan tangannya menyerang.
Lamkiong It menangkis dengan
"Hok-ie Hoan-in", atau "Angin menutup, mega berbalik".
Itulah jurus yang dulu dipakai meruntuhkan jurus kedua puluh
tiga dari Pui Eng Siang. Itu dia yang dinamakan Tangan Yang,
yang dipakai menggempur "Tangan Jembatan" dari Eng Siang.
Sekarang tipu itu diulangi, dipakai terhadap Seng Lam,
"murid" orang.
Seng Lam sudah berpikir, ia tahu bagaimana harus
melawan. Ia tidak menanti, ia justeru mendahului. Selagi
serangan lawan belum tiba, ia menghajarnya di tengah jalan.
Untuk ini dengan berani ia mengajukan diri, merapatkan
lawan. Dada Lamkiong It mengasih dengar suara nyaring. Dada itu
tertinju kepalan si nona, yang molos secara di luar dugaan.
Pukulan juga keras.
Lamkiong It mundur beberapa tindak, tubuhnya berputar
beberapa kali, baru ia dapat berdiri tetap.
Seng Lam tertawa, dia kata: "Guruku bilang, untuk
memecahkan Tangan Yang dari kau, aku harus gunakan jurus
pertama dari jurus utama Kie Ciu Sie, namanya yaitu Chiaciu
Sie, artinya Tangan Undangan. Nyatalah benar keterangannya
guruku itu! Lamkiong Loosu, kau toh tidak terluka, bukan?"
Mukanya Lamkiong It menjadi merah, ia malu dan jengah.
Ia heran sekali. Ia tentu tidak tahu Seng Lam yang cerdik itu
secara diam-diam sudah mencampur pukulan ajarannya kitab
Kiauw Pak Beng. Selagi bertindak dengan Thianlo Pou, di
dalam Hekhouw Kun itu si nona menyelipkan Siauwthian
Ciang. Kekalahan itu membikin ia mendongkol, maka ia kata
nyaring: "Bagus! Benar-benar hijau itu asalnya biru! Sukhong
Tayjin, kau telah mempunyai ini enghiong muda, tak usah kau
pakai pula aku si tua bangka tidak punya guna!" Habis
berkata, terus ia pergi keluar dari pintu besar.
Sukhong Hoa heran, ia mau menahan tetapi sudah tidak
keburu. Dalam herannya itu pun memikir "Pemuda ini
menggunai Hekhouw Kun, mungkin dia bukan orang yang
menyamar menjadi muridnya Pui Eng Siang. Memang ilmu
silat itu terjadi separuh dari bakat, separuh lagi dari kerajinan
belajar. Pula sudah umum ada murid melebihkan guru.
Laginya nama Pui Eng Siang tidak tersohor, kalau dia ini mau
pakai nama orang, tidak dia pakai nama Eng Siang!"
Sekarang komandan Gieliem-kun itu masih sedikit
menyangsikan Kim Sie le. la sudah mencoba orang dengan
berjabatan tangan, meski belum ada kesudahannya, ia sendiri
tidak berani mencoba pula. Tapi ia penasaran, maka setelah
berpikir pula, ia menggapaikan seorang opsir Gieliemkun nama
Ouwyan Hiok. Dialah ahli silat Gwakang, bagian luar, dan
ilmu silatnya yaitu Kimkong Ciang dengan apa dia dapat
memukul batu pecah dan hancur.
Kata komandan ini pada seba-wahannya itu: "Katanya kau
pernah pergi ke Liu Keechung menyambangi Liu Chungcu,
maka itu kau tentulah kenal muridnya Liu Chungcu ini."
Ouwyan Hiok menoleh pada Sie Ie.
"Kam Hui" lantas tertawa dan kata: "Ouwyan Ciangkun,
ketika dahulu hari kau bersama gurumu yang terhormat,
Ekpak Jinmo Touw Kong Loo cianpwe datang kepada guruku,
aku berguru belum lama, dari itu aku belum berhak hadir
menemani tetamu, aku cuma menanti di lorak untuk
diperintah-perintah. Aku sebaliknya mengenali ciangkun,
adalah ciangkun yang belum tentu ingat atau mengenali aku!"
Wajar bicara dan sikapnya Tokciu Hongkay, tidak dapat ia
mendatangkan kecurigaan orang. Ia sudah merantau ke
segala penjuru, ia telah menemui banyak orang gagah, ia
ketahui baik segala partai, maka itu begitu mendengar nama
Ouwyan Hiok, ia ingat orang pernah turut Touw Kong
menjenguk Liu Sam Cun. Memang Touw Kong itu, sebaya Liu
Sam Cun, bersahabat baik, dengan tuan dari Liu Keechung. Ia
menduga pastilah Ouwyan Hiok belum pernah mencoba ilmu


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

silatnya Liu Sam Cun.
Ouwyan Hiok gemar diangkat-angkat, ia girang sekali.
"Benar, aku ingat!" katanya. "Itu anak muda. yang
menuangi teh, bukankah itu kau adanya" Ha, satu kali
berpisah, lewat sudah sepuluh tahun, sekarang kau telah jadi
begini besar!"
Sie Ie mentertawakannya di dalam hati. "Kuat sekali tenaga
mengingat kau!", ia memuji pula. "Itu hari, seperginya kau,
guruku telah memuji ilmu silatmu!"
"Benarkah itu?" Ouwyan Hiok menegaskan. "Dulu hari itu di
depan gurumu aku mempertunjuki ilmu memukul batu sampai
hancur. Sayang kita dari perguruan yang berlainan, itu waktu
kita tidak sampai mengadakan pertandingan..."
Agaknya dia menyesal tidak sempat menguji kekuatan
kedua belah pihak.
"Guruku membilang aku bahwa Kimkong Ciang keluarga
Touw ialah yang paling tangguh di kolong langit ini," Kim Sie
Ie mengangkat pula. "Guruku kata pula: Dalam ilmu Gwakang,
yang terlie-hay ialah mereka guru dan muridnya! Sekalipun
ahli Laykang, orang harus mengira-ngira..."
Ouwyan Hiok tertawa, alisnya terbangun.
"Kau terlalu memuji!" katanya, girang tak terkira.
"Guruku itu waktu membilang pula," kata Sie le
menyambungi, romannya sungguh-sungguh, "mungkin cuma
ilmu silat Bian-ciang dari kita yang dapat menimpali Kimkong
Ciang itu..."
Parasnya Ouwyan Hiok berubah dengan tiba-tiba.
"Mungkin ilmu silat Bianciang gurumu itu telah diwariskan
semua kepada kau, tuan?" dia kata.
"Tak berani aku memastikan itu," menjawab Sie Ie.
"Sayang kita dari lain perguruan, jikalau tidak pastilah aku
suka sekali mohon Ouwyan Ciangkun memberi beberapa
petunjuk kepadaku. Guruku bilang, kelunakan dapat
mengalahkan kekerasan, bahwa kalau kedua pihak sudah
belajar sama-sama mahir, ahli Gwakang toh mesti mengalah
sedikit dari ahli Laykang. Tentang ini aku tidak tahu
kepastiannya karena aku belum pernah bertemu dengan ahli
Gwakang kelas satu."
Di dalam dunia persilatan ada aturan, kalau orang kedua
kaum mencoba kepandaian, itu namanya "piebu", ialah
bertanding, sedang kalau sesama kaum yang mencobanya itu
hanya "saling memahamkan" atau berlatih. Dulu hari itu di
hadapan Liu Sam Cun, Ouwyan Hiok cuma mengasih
pertunjukan, maka itu Sie Ie mengatakan demikian.
Ouwyan Hiok agak penasaran. "Saudara Kam," katanya,
"karena kamu datang untuk bekerja sama disini, kita sudah
termasuk rekan, di antara rekan tak usahlah orang kukuhi
aturan Rimba Persilatan itu. Tidak ada halangannya untuk kita
main-main, bukan?" Sukhong Hoa justeru mengehendaki
mereka bertanding, supaya ia dapat membuktikan
kepandaiannya Kim Sie Ie, melihat orang saling merendah itu,
ia mencela "Ouwyan Ciangkun benar!" katanya. "Di belakang hari
kamu bakal pergi bersama menghadapi musuh, walaupun
kamu dari lain perguruan, tidak ada halangannya kamu saling
berlatih, untuk persi-|apan menghadapi musuh, bahkan utu
ada kebaikannya. Laginya, di pntara rekan saling berlatih lain
halnya dengan bertanding. Dengan berlatih orang tidak
menghiraukan siapa menang dan siapa kalah..." Komandan
Gieliemkun itu berkata demikian karena ia ingat peristiwa
barusan di antara Lamkiong It dan Lie Seng, hingga kauwtauw
itu ngambek dan mengangkat kaki. Itulah ia ingin cegah
walaupun ia tahu Ouwyan Hiok jujur dan sebagai orang sebawahannya
tidak nanti dia penasaran.
"Memang, karena kita dari berlainan kaum, tak dapat kita
bertanding," Sie Ie bilang.
"Kita dapat memakai cara lain," kata Ouwyan Hiok.
"Kau berpengalaman luas, dan aku orang baru," kata Sie
Ie, "maka itu, baiklah kau yang menunjuk caranya. Buat aku,
aku bersiap sedia mengiringi saja."
"Bagus! Bagus!" kata Ouwyan Hiok. Dia sebenarnya
penasaran tetapi dia dapat menenangkan diri. "Bagaimana
kalau kita main-main tiga membayar lima" Mulanya aku
membiarkan diriku dipukul kau tiga kali, kemudian aku
membalasnya lima kali?"
Sebagai Laykee, atau ahli Lay-kang, Ouwyan Hiok tidak
takut dipukul terlebih dulu. Ia percaya ia tidak bakal
terlukakan. Sebaliknya, kalau nanti datang giliran ia membalas
lima kali, ia percaya Sie Ie bakal meminta-minta ampun.
Dengan begitu, nampak ia suka mengalah, sebenarnya, ia
mau lebih menang!
"Bagus caramu ini!" kata Sie Ie tertawa. "Hanya aku
memikir untuk membaliknya, dan pula bukan tiga membayar
lima. Aku maksudkan lima membayar tiga. Artinya kau pukul
dulu aku sampai lima kali, kemudian baru aku membalas
hormat kepadamu tiga tinju..."
"Hm, kau berani memandang enteng padaku?" kata
Ouwyan Hiok di dalam hati. "Inilah kau yang cari penyakit
sendiri, jangan kau nanti sesalkan aku!" Maka terus ia
memberi jawabannya: "Kau gagah dan bernyali besar, saudara
Kam! Karena kau yang menghendaki sendiri, baiklah, aku
menurut. Maafkan aku, sebab dengan begini aku seperti tidak
memandang mata kepada kau."
"Tidak apa," kata Sie le, "apa yang kau mau bilang pun ada
apa yang aku pikir."
la lantas menggaris bundar di tanah dan terus masuk
kedalam bundaran itu, seraya ia kata pula: "Silahkan saudara
mulai!" "Eh, apakah artinya ini?" tanya Ouwyan Hiok.
"Kimkong Ciang kau sangat terkenal," kata Sie Ie
menerangkan, "maka itu kita pakai garis perbatasan ini. Kalau
kau dapat memukul aku hingga aku keluar dari bundaran ini,
itu berarti kaulah yang menang."
Bundaran itu cuma mual seorang berdiri menaruh kaki.
Ouwyan Hiok heran, ia menjadi mendongkol, la merasa
diperhina. "Baik! Kepalan datang!" serunya. "Kau sambutlah, dengan
Bian-ciang kau!"
Hebat pukulannya jago Gwakang ini. Segeralah terdengar
suara yang keras dan nyaring. Hanyalah yang terhajar patah
atau roboh bukannya pinggang orang tetapi sebuah tiang
kayu! Ketika Sie Ie diserang, sebat sekali ia menarik sambil
berkelit, tangan si penyerang lewat terus hingga menghajar
pelatok peranti berlatih silat itu. Pelatok, yang kuat sekali,
patah menjadi dua potong!
Opsir itu menjadi sangat mendongkol. Karena kegagalan itu
tubuhnya sampai terjerunuk ke depan. Maka ia mau
mengulangi serangannya. Ia berhak sampai lima kali. la
memukul ke punggung muridnya Liu Sam Cun, yang belum
sempat membalik tubuh.
Sie Ie berkelit pula seperti tadi.
Ouwyan Hiok menyerang dengan dua-dua tangannya, ia
penasaran sekali. Tapi ia mengenakan sebuah tambur batu,
sampai tambur itu pecah terbelah empat potong. Benar-benar
itulah pukulan sangat dahsyat!
Menyaksikan itu, Sukhong Hoa menggeleng kepala, sampai
timbul niatnya menghentikan pertandingan persahabatan itu.
Akan tetapi... Ouwyan Hiok merasakan sangat nyeri, tetapi ia heran
berbareng mendongkol, ia jadi semakin penasaran, sambil
berseru keras, ia mengulangi serangannya. Tentu sekali ia
mengerahkan tenaganya seluruhnya. Kali ini ia berhasil
mengenai punggung Sie le, sampai baju orang robek dan
tubuhnya bergoyang perlahan. Tapi tetap orang berdiri di
dalam bundaran!
Lalu tampak yang terlebih heran.
Ouwyan Hiok menyerang tepat hanya habis menyerang itu,
ia berdiri diam, tangannya dikasih turun. Ia berdiri seperti
patung. Diam-diam Sie Ie mengerahkan tenaga dalamnya, ketika ia
dihajar itu, ia menyedot, ia menghisap, maka penyerangnya
itu menjadi tak dapat bergeming lagi.
"Masih ada dua pukulan lagi," kata Sie le. "Apakah saudara
masih hendak meneruskannya?"
"Aku mengaku kalah," sahut opsir itu. "Kau boleh hajar
mati padaku! Aku tidak memikir hidup pula..."
Ouwyan Hiok menyangka ilmu silat telah dimusnahkan
orang. Ia bakal dihajar tiga kali. Apa artinya itu kalau
bukannya kematian"
Sie le tertawa, ia menarik tangan orang.
"Ouwyan Ciangkun, kau terlalu merendah," katanya.
"Sebenarnya kita seri! Kenapa kau mengaku kalah?"
Ditarik tangannya itu, Ouwyan Hiok merasai hawa hangat
tersalurkan ke dalam tubuhnya, lantas dalam sejenak ia
mendapat pulang kesegarannya, la lega hati, karena itulah
tanda ia belum menjadi orang bercacad. Tapi ia kata: "Kita
harus menetapi janji kita. Aku menyerah, maka sekarang
datang giliranmu untuk memukul aku tiga kali. Tak dapat aku
menyangkal itu. Aku puas terbinasa di tanganmu."
"Dialah seorang yang pantas dijadikan sahabat," pikir Sie
Ie. Maka ia tertawa dan kata: "Memang demikian perjanjian
kita! Tapi kau baru memukul aku tiga kali, dari itu masih ada
sisanya dua lagi. Kau tidak mau meneruskan memukul aku,
buat apa aku membalasnya" Sebenarnya Kimkong Ciang suatu
ilmu yang langka dalam Rimba Persilatan, kalau kau
menghajar aku lagi dua kali itu, belum tentu aku sanggup
menerimanya. Kita rekan, bukankah" Maka itu tak usah kita
bertaruh pula dan kita juga jangan bicara dari hal menang dan
kalah!" Ouwyan Hiok tahu orang hendak melindungi mukanya,
itulah bukti bahwa ia tak dipandang sebagai musuh. Kalau
tidak, ia tinggal dihajar saja hingga runtuh. Ia bersyukur, tapi
tetap ia heran. Maka ia masih memikir: "Belum pernah aku
mengetahui Bianciang dari Liu Sam Cun, akan tetapi guruku
bilang tidak nanti dia telah mencapai batas kemahiran, maka
itu, tak nanti Liu Sam Cun dapat bertahan dari Kimkong Ciang,
siapa sangka muridnya begini liehay?"
Bukan melainkan Ouwyan Hiok seorang yang kagum, hanya
seluruh keluarga Gieliemkun itu tak kecuali Sukhong Hoa.
Komandan ini heran hingga ia juga memikir: "Sebenarnya aku
hendak pakai Liu Sam Cun dan Pui Eng Siang sebagai matamataku,
benar mereka tidak datang tetapi murid mereka ini
dapat menjadi pembantu-pembantu yang berharga. Inilah di
luar dugaanku. Maka tak usahlah aku minta yang bukan-bukan
lagi. " Begitulah Sie le dan Seng Lam diterima. Sukhong Hoa
minta mereka menjadi kauwtauw, guru silat dari pasukan
Gieliemkun. Tujuh hari lewat dengan cepat. Magrib itu, Sie Ie dan Seng
Lam menerima pemberitahuan dari Sukhong Hoa, yang
menghendaki mereka turut menghadiri sebuah perjamuan.
Kemudian ternyata, yang turut serta ada belasan opsir lainnya
terhitung juga Ouwyan Hiok, Pek Liang Kie serta si orang she
Han. Sejak tiba di kota raja, inilah yang pertama kali Sie le
melihat tiga orang itu. Menurut apa yang ia dengar, mereka
sudah pulang sedari tiga hari yang lalu. Tampaknya mereka
kurang sehat, rupanya akibat keracunan oleh Seng Lam.
Mereka tidak mengenali Tokciu Hongkay, meski sebenarnya
berulang kali mereka telah dipermainkan. Sebab sama sekali
mereka belum pernah lihat wajah Sie le.
Liang Kie dan si orang she Han merasa malu sendirinya.
Mereka gagal. Bahkan mereka mendongkol juga. Di tengah
jalan Liang Kie kata sengit: "Sebenarnya kita telah berhasil
membekuk dua orang murid Thiansan Pay, menjemukan
sekali, Seebun Bok Ya telah tidak datang menyambut kita.
Tinggal lagi dua hari perjalanan ke kota raja, dua orang
tangkapan ita kena ditolongi Tong Siauw Lan, ketua mereka."
"Jikalau Tong Siauw Lan yang datang sendiri," kata
Sukhong Hoa, menghibur, "sekalipun aku, aku bisa mengawasi
saja dia membawa lari murid-muridnya itu. Malah syukur
kamu sendiri dapat lolos dengan selamat dari tangannya!
Kamu sudah bekerja sungguh-sungguh, meski kamu gagal,
kamu gagal sebagai orang gagah, maka nama kamu tetap aku
catat dalam daftar pahala."
Mendengar itu, Sie le tertawa di dalam hati. Pikirnya: "Pek
Liang Kie menukar aku dengan Tong Siauw Lan, kedustaannya
itu ada yang mau percaya, lucu juga!"
Yang benar, Sukhong Hoa juga tidak mempercayainya,
cuma sebab dialah seorang yang berpengalaman, dia tidak
mau membeber rahasia sebavvahannya.
Si orang she Pek pun kata: "Masih tidak apa kami gagal,
hanya kami sangat penasaran, pahala jadi didapatkan oleh
Seebun Bok Ya! Dan sekarang kita harus memberi selamat
atas jasanya itu! Tidakkah ini memalukan?"
"Kamu berdua tak dapat tak turut hadir," berkata Sukhong
Hoa. "Sri Baginda sendiri yang menitahkan Kouw Congkoan
mengadakan pesta untuk memberi selamat pada
rombongannya Seebun Bok Ya itu. Sebaliknya dengan adanya
kamu berdua di medan pesta, pasti mereka tidak bakal berani
mengagulkan diri."
Dari pembicaraan mereka itu Sie Ie mendapat tahu bahwa
pesta yang bakal dihadirkan itu pestanya Kouw Hong Kauw,
congkoan dari Taylwcc, istana.
Sebenarnya busu, atau wie-su, di dalam istana terbagi di
dalam dua rombongan. Yang satu ialah rombongannya Hong
Kauw. Yang lain yaitu rombongannya Sukhong Hoa. Hong
Kauw sebagai congkoan, kuasa istana, dan Sukhong Hoa
sebagai tongnia, komandan pasukan Gieliemkun. Sekarang,
dengan munculnya Seebun Bok Ya, menjadi ada rombongan
yang ketiga. Mereka itu mencoba berebutan membangun jasa.
Hong Kauw tak suka memberi selamat kepada Seebun Bok Ya
akan tetapi ini ada titah raja, tak dapat ia menentang.
Dari apa yang ia dengar terlebih jauh, Kim Sie le ketahui
juga rombongannya Seebun Bok Ya tiba kemarin di kota raja.
la menjadi heran. Itulah berarti mereka itu terlambat. Pikirnya:
"Jikalau mereka pulang terus dari Binsan, mereka mesti
sampai terlebih dulu daripada aku. Disini ada selisih sepuluh
hari. Kemana mereka itu pergi lebih dahulu?"


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pesta itu diadakan di istana Tay-heng yang berada di dalam
kota terkurung Toan Shia. Inilah kota bagian luar dari Ciekim
Shia, Kota Terlarang. Maka itu rumah pesta itu masih
terhitung dalam hubungan istana kaisar. Di jaman kerajaan
Kim, ketika di luar istana dibangun taman kerajaan Pakhay,
lumpur laut dikeduk dijadikan sebuah gunung kecil. Itulah
yang dipanggil Toan Shia. Di jaman Ahala Ceng, disitu
dibangun pula istana peristirahatan itu. Oleh karena
keletakannya yang tinggi, Kaisar Kian Liong menjadikan istana
itu sebagai asrama rombongan pengawalnya. Gedungnya
Kouw Congkoan berada di dalam lingkungan istana itu.
Ketika tiba di ruang pesta, Kim Sie Ie melihat sudah banyak
tetamu lainnya, yang terdiri dari sekalian siewie. Api dipasang
terang-terang hingga mirip siang hari.
Seebun Bok Ya sudah datang, bersama Kouw Congkoan dia
menyambut tetamu. Tempo Seebun Bok Ya melihat Seng Lam,
dia tercengang sebentar, lantas saja dia berpikir: "Kenapa aku
rasanya mengenal dia?"
Seng Lam menyamar baik sekali, tak heran Seebun Bok Ya
tidak menyangka dialah anak perempuan musuh besarnya.
Sukhong Hoa duduk di meja pertama menemani Kouw
Hong Kauw dan Seebun Bok Ya, oleh karena itu Sie Ie dan
Seng Lam hadir bersama-sama mereka. Lantas juga Sukhong
Hoa mengangkat cawan arak untuk memberi selamat kepada
Seebun Bok Ya. Ia kata: "Jasa Seebun Sianseng kali ini jasa
yang sangat menggemparkan! Pastilah sianseng sudah
berhasil menawan ketua pelbagai partai!"
Tentang pertempuran di Binsan itu, tongnia dari Gieliemkun
ini telah dengar jelas penuturannya Pek Liang Kie, ternyata
jangan kata ketua partai, anggauta-anggautanya yang penting
saja lolos semua. Kalau sekarang ia berkata demikian itulah
karena di depan kaisar sendiri, Seebun Bok Ya pernah omong
besar akan membekuk semua orang Rimba Persilatan. Jadi
itulah kata-kata yang sengaja diucapkannya.
Mukanya Seebun Bok Ya menjadi merah, tapi dia
menjawab: "Kali ini rombongan yang aku pimpin berjumlah
sedikit lebih kecil, dari itu si tua-tua semua dapat
menyingkirkan diri, meski demikian aku berhasil
membinasakan beberapa puluh orang serta membekuk juga
belasan orang yang penting."
Hong Kauw tertawa.
"Meski hasil bukan hasil sepenuhnya tetapi toh ini telah
membuat itu semua orang yang menamakan dirinya orangorang
gagah Rimba Persilatan menjadi gentar nyalinya. Maka
juga Sri Baginda Raja telah menitahkan aku mengadakan
perjamuan ini untuk menghormatinya. Katanya lain kali jikalau
Seebun Sianseng sudah berhasil menawan semua orang
Rimba Persilatan itu, Sri Baginda Raja bakal menghadiahkan
pesta yang terlebih besar sekalian mengangkat Seebun
Sianseng menjadi Koksu, Guru negara. Maka itu waktu
pastilah kita bakal berpesta pula'"
Biar bagaimana, kata-katanya Hong Kauw ini bernada
mengejek. Seebun Bok Ya merasakan itu, maka dia kata
dalam hati kecilnya: "Kalau sampai harinya aku berhasil
dengan jasa besarku itu, itulah saatnya penggeseran dari
pangkat congkoan dan tongnia kamu! Hm! Maka itu waktu, di
dalam pesta besar itu, kamu tidak mempunyai kedudukan
kamu lagi!"
"Seebun Sianseng," Sukhong Hoa pun menanya, "siapasiapa
saja yang Sianseng telah tangkap itu" Maukah kau
menjelaskannya?"
"Aku justeru hendak menyerahkan semua orang tawanan
itu kepada Kouw Congkoan, supaya dia melaporkannya
kepada Sri Baginda Raja," berkata Seebun Bok Ya menyahuti.
"Aku ingin dengar bagaimana nanti keputusan Bri Baginda
Raja terhadap mereka. "Mana orang! Bawa menghadaplah
semua orang tawanan!" Kata-kata "bawa menghadap orang
tawanan" ada kata-kata yang biasa dikeluarkan seorang
jenderal yang menang perang, untuk membawa menghadap
semua orang tawanannya ke depan raja, jadi perintahnya
Seebun Bok Ya ini tidak tepat. Orang anggap dia cuma
berhasil menawan belasan orang Rimba Persilatan, sedang
raja pun tidak hadir bersama. Dia sengaja berbuat demikian,
guna mengaguli diri di depan Hong Kauw dan Sukhong Hoa.
Hong Kauw tertawa. Ia berkata: "Aku memang mewakilkan
Sri Baginda mengadakan pesta ini untuk kehormatanmu, akan
tetapi kau bawa menghadap orang-orang tawananmu
kepadaku, tidak berani iaku menerimanya. Meski begitu,
benar-benar aku ingin melihat mereka itu, maka tak apalah
aku sekalian menerima mereka, supaya lain kali tak usah kita
menjalankan pula upacara menerima penyerahan tawanan."
Kim Sie le juga ingin melihat orang-orang tawanan, ia
lantas memasang matanya.
Empat orang dengan pakaian kuning lantas tertampak
mengiringi (serombongan orang tawanan. Mereka itu mesti
didaftar she dan namanya, umur serta romannya juga.
Menurut perintah Hong Kauw, beberapa siewie yang
melakukan itu. Hong Kauw sendiri, dengan diapit di kiri dan
kanan oleh Seebun Bok Ya dan Sukhong Hoa, duduk
menghadapi sebuah meja yang sudah lantas disiapkan. Ia
yang harus menerima semua orang tawanan meski ia
bukannya berkedudukan sebagai utusan raja. Seebun Bok Ya
menunjuk kepada suatu orang tawanan untuk mengasih tahu
siapa mereka itu masing-masing.
Semua hadirin berbangkit akan menonton orang-orang
tawanan itu. Hati Sie le lega. Kata ia dalam hatinya:
"Syukurlah mereka ini orang-orang dari kelas dua dan kelas
tiga saja..." Yang dianggap "boleh juga" ialah Touw Cu Siang
dari Hoasan Pay, Pui Tong dari Khongtong Pay dan Hoay Cin,
pendeta dari Siauwlim Pay.
Kouw Hong Kauw tertawa dan kata: "Sudah lama Seebun
Sianseng tidak muncul lagi dalam kalangan Kangouw, maka
itu rupanya Sianseng tidak mengenali orang-orang penting
pelbagai partai! Mereka ini paling banyak murid-murid
generasi kedua dalam partainya masing-masing."
Sukhong Hoa juga tertawa dan berkata: "Inilah bukan
lantaran Seebun Sianseng tidak kenal mereka hanya pemimpin
pelbagai partai itu mana bisa mudah saja kena tertawan...
Untuk membekuk beberapa orang yang sedikit kenamaan saja
sudah bukan kepalang sulitnya! Nah upacara sudah selesai,
mari kita kembali ke medan pesta, untuk minum arak
kegirangan dari Seebun Sianseng!"
Parasnya Seebun Bok Ya menjadi pucat pias dan guram,
tapi dia kata dengan tawar: "Masih ada seorang tawanan
lainnya yang Sukhong Tayjin pastilah mengenali dialah orang
macam apa!"
Habis berkata, Seebun Bok Ya memberikan titahnya pula.
Kali ini terlihat dua orang berbaju kuning mengiring
seorang tawanan, seorang wanita yang usianya sudah lanjut,
melihat siapa Sie Ie terkejut.
Sukhong Hoa juga keterlepasan berseru: "Oh, Co Kim Jie
ciangbunjin dari Binsan Pay!"
"Benar saja Sukhong Tayjin mengenalinya!" kata Seebun
Bok Ya tawar. "Kepandaianku tak dapat dibandingkan dengan
kepandaian tayjin akan tetapi guna membekuk suatu ketua
partai taklah sesukar seperti apa yang tayjin katakan
barusan!" Inilah hasil dari lambatnya Seebun Bok Ya pulang ke kota
raja. Dia ingin menawan Co Kim Jie, maka dia melakukannya.
Setelah pertempuran, semua orang berkumpul di dalam
kelenteng Siauwlim Sie di gunung Siong-san. Mereka
beristirahat sambil memikirkan daya untuk menghadapi lebih
jauh kepada musuh andaikata musuh datang menyerbu pula.
Lewat beberapa hari, mereka tidak mendengar gerakan apa
juga. Maka ada yang menyangka Seebun Bok Ya sudah lantas
pulang ke kota raja. Co Kim Jie ingat rumah tangganya, ia
kuatir mereka itu disatroni musuh, maka ia menyatakan mau
pulang. Di rumahnya itu di Tokkoan, Shoatang, masih ada
anak mantunya. Tong Sian Siangjin mencegah, ia tidak
menghiraukannya, maka ia berangkat juga. Tong Sian Siangjin
menyuruh empat muridnya yang tergagah menemani nyonya
ini. Mereka itu adalah Tay Tie, Tay Pie, Hoay Jin dan Hoay Cin.
Ketika Co Kim Jie sampai di rumahnya, anak mantunya
semua sudah kabur. Mereka itu telah mendengar kabar angin
buruk. Sebaliknya, di dalam rumah itu telah menanti Seebun
Bok Ya bersama rombongannya. Dia ini liehay, dia mengatur
perangkap. Maka juga Co Kim Jie berlima seperti
mengantarkan diri kedalam jala. Mereka bertempur tapi Co
Kim Jie dan Hoay Cin toh tertawan. Setelah itu, Seebun Bok
Ya lekas berangkat ke kota raja. Dia kuatir nanti datang lain
rombongannya Co Kim Jie.
Seorang berbaju kuning kata dengan nyaring dengan
sikapnya yang bangga: "Ini orang tawanan ialah Co Kim Jie,
ketua dari Binsan Pay!"
Lantas riuhlah sambutan para hadirin:
"Ya, benar-benar Co Kim Jie"
"Minggir! Minggir! Aku ingin melihat ketua Binsan Pay
orang macam apa!"
"Haha! Kiranya seorang nenek-nenek!"
"Di masa hidupnya Lu Su Nio, bagaimana pamornya Binsan
Pay, siapa kira penggantinya ialah bisul yang bernanah!"
"Kalau Lu Su Nio masih hidup, dia tentu mati saking
mendongkolnya!"
Sie le tidak memperdulikan pelbagai ejekan itu, ia hanya
mengawasi Co Kim Jie, yang romannya kucai sekali, cuma
keagungannya tidak sirna. Dia sudah berumur lima puluh
lebih, dia tak nampak tua, hanya sekarang, selang belum
sebulan, dia kelihatan tua sekali. Teranglah dia sangat
penasaran dan masgul, batinnya tersiksa.
"Biarnya aku jemu terhadapnya, dia tetap suci dan
ketuanya Cie Hoa," pikir Tokciu Hongkay kemudian.
Justeru itu mendadak terdengar Co Kim Jie berseru:
"Kawanan tikus, kau berani menghina aku?" Lantas dia
berontak, hendak membenturkan diri kepada tiang.
Sie Ie kaget, hampir ia lompat untuk mencegah tapi Seng
Lam di sisinya kata dengan perlahan: "Wanita tua itu tidak
bakalan mati! Jangan bingung!"
Kedua orang berbaju kuning itu pun tertawa terbahak dan
kata: "Kau mau mati" Tidak gampang!"
Seebun Bok Ya cerdik, habis menawan Co Kim Jie, ia racuni
nyonya itu dengan obat campuran bunga asura, yang bisa
melemahkan tubuh, maka itu, sekarang ini Co Kim Jie telah
kehilangan tenaganya. Dia membentur tiang cuma untuk
merasai sakit yang hebat. Kedua penjaganya pun membiarkan
dia berontak membenturkan diri itu, guna membikin dia
mendapat malu. Habis itu Kim Jie dikasih bangun, buat digiring ke penjara.
Lantas semua orang kembali ke meja pesta.
Kata Sukhong Hoa: "Co Kim Jie menjadi ketua Binsan Pay
tetapi dia bukanlah persakitan utama!"
"Bagaimana?" tanya Seebun Bok Ya. "Bukankah Binsan Pay
itu musuh negara" Sri Baginda Raja pernah menyatakan
sendiri padaku, partai lainnya tidak apa tetapi orang Binsan
Pay tidak boleh dikasih ampun!"
"Saudara Seebun masih belum tahu," berkata Kouw Hong
Kauw. "Benar Co Kim Jie menjadi ciangbunjin, ketua partainya,
tetapi di dalam Binsan Pay, kedudukannya masih kalah
dengan Ek Tiong Bouw, adik seperguruannya."
Seebun Bok Ya heran.
"Kenapa begitu?" katanya.
"Co Kim Jie ini dari keluarga hartawan saudagar beras di
Tokkoan," Hong Kauw mengasih keterangan. "Memang dia
tidak tunduk terhadap Pemerintah Agung tetapi juga dia tidak
menentang. Adalah adik seperguruannya itu, Ek Tiong Bouw,
yang menjadi ketua Kaypang, yang memusuhkan pemerintah.
Maka itu dengan menawan Co Kim Jie kau berjasa tapi
jasanya masih kalah besar bila dipadu kau berhasil membekuk
Ek Tiong Bouw!"
Sukhong Hoa pun berkata: "Masih ada Tong Siauw Lan
suami isteri dari Thiansan Pay! Merekalah orang-orang yang
Sri Baginda Raja menghendaki sangat membekuknya! Apakah
Sri Baginda tak pernah membicarakan hal mereka itu kepada
kau?" Kedua orang itu, seperti sudah berjanji, berkata-kata begitu
untuk memperkecil jasanya Seebun Bok Ya. Justeru dia ini
berkepala besar, maka dengan gusar dia berkata: "Bicara itu
mudah, hanya bila tiba saatnya tenaga orang mau dipakai,
orang itu tak ada!"
Hebat kata-kata itu. Teranglah hendak dibilang, dalam
pertempuran di Binsan itu, Sukhong Hoa melainkan menonton
sambil berpeluk dagu sedang orang-orangnya yang dikirim
semua bangsa tak berguna.
Mukanya Pek Liang Kie menjadi pucat.
Parasnya Sukhong Hoa juga turut berubah menandakan
mendongkolnya. Kedua orang itu malu sekali.
Hong Kauw segera menyelak di tengah.
"Sekarang ini usaha kita masih belum berhasil sempurna,
kita mesti bekerja sama dengan sepenuhnya tenaga
membasmi musuh," demikian katanya, "oleh karena itu tidak
dapatlah kita menuruti saja rasa hati masing-masing hingga
karenanya kita menjadi berselisih paham. Mengenai
pertempuran di Binsan itu kami mendengar kabar bahwa
saudara Seebun telah merasa sangat pasti akan hasil
kemenangannya, dari itu bala bantuan yang dikirimkan
berjumlah lebih kecil daripada sebagaimana layaknya. Itu pula
menyatakan maksud baik dari Sukhong Tayjin yang tidak
berniat berebutan dengan saudara Seebun. Dari itu, saudara
Seebun, harap kau tidak menyesalkannya."
Habis berkata itu, Hong Kauw tertawa.
Nampaknya orang she Ko itu menyapih, mengakurkan
kedua belah pihak, akan tetapi sebenarnya ia berpihak kepada
Sukhong Hoa. Seebun Bok Ya juga tak dapat terus berkeras. Ia mesti
memandang ke sana kemari, sedang pula ia ingat memang di
hadapan raja ia sudah omong besar.
Hong Kauw menuangkan arak kedalam cawannya kedua
orang itu. "Mari kita mengcringinya!" ia berkata sambil tertawa.


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Habis minum, kita boleh berbicara pula mendamaikan daya
untuk membasmi musuh!"
Seebun Bok Ya dan Sukhong jHoa mengangkat cawan
mereka masing-masing dan mencegluknya kering.
Hong Kauw lantas berkata pula: "Turut kabar yang
didengar, sekacang semua partai musuh itu tengah berkumpul
di dalam kuil Siauwlim sie di gunung Siongsan. Jikalau kita
mempunyai jumlah orang yang cukup besar, dapat kita pergi
ke sana untuk membasmi habis mereka. Di dalam hal ini
pemerintah Agung tidak dapat mengerahkan angkatan perang.
Itulah tindakan untuk menjaga agar sepak terjang pemerintah
tidak terlalu menyolok mata. Maka juga, kita tetap harus
bekerja secara bersembunyi. Mengenai ini, kami minta sukalah
saudara Seebun yang tetap memegang pimpinan. Bagaimana
kalau saudara memilih orang-orang yang diperlukan untuk
saudara pergi menyerbu pula mereka itu" Saudara dapat
memilih juga orang-orangnya Sukhong Tayjin serta orangorangku
untuk saudara memerintahkan mereka melakukan
sesuatu." Seebun Bok Ya menjawab dengan suaranya yang tawar:
"Di pihak musuh itu, orang-orangnya yang liehay sangat besar
jumlahnya, banyaknya bagaikan mega, mereka itu hebat
sekali. Pada pihakku, tiga belas saudara yang aku undang itu,
aku tahu baik sekali kepandaiannya, maka itu aku tahu juga
mereka dapat melayani setiap musuh yang mana saja. Jikalau
kita menggunai orang-orang yang kepandaiannya belum
cukup, itu melainkan akan membuang jiwa mereka cumacuma!"
Kata-kata ini berarti bahwa orang-orangnya Hong Kauw
dan Sukhong Hoa yang ditawarkan itu tak mempuaskan
hatinya. Hong Kauw dapat menguasai dirinya, maka ia tertawa dan
kata: "Mendengar kata-kata saudara Seebun ini, teranglah
saudara kurang tetap hati apabila orang-orang kami itu
kamilah yang memilihnya, karena itu silahkan saudara yang
memilih sendiri! Apakah saudara setuju?"
"Menurut pantas, taklah seharusnya aku bertindak melewati
batas," kata Seebun Bok Ya, "akan tetapi aku telah menerima
tugas dari Sri Baginda Raja, untuk itu aku mesti berlaku
dengan berhati-hati sekali, maka sudah selayaknyalah apabila
aku melakukan pemilihan yang tepat. Baiklah, kita memilih
seperti apa yang diusulkan barusan. Sukhong Tayjin, silahkan
tayjin memilih lebih dulu anggauta-anggauta Gieliemkun, lalu
kita membiarkan mereka itu main-main dengan saudarasaudaraku.
Siapa yang di dalam tiga puluh jurus tidak
terkalahkan, dia dapat hak untuk pergi bersama ke Siauwlim
Sie. Lebih dulu dilakukan pemilihan pada pihak Gieliemkun,
habis itu baru datang gilirannya pihak siewie istana!"
Begitu jumawa Seebun Bok Ya, Sukhong Hoa tidak dapat
menahan sabar lagi. Ia lantas kata dingin: "Aku tidak tahu diri,
aku ingin minta saudara Seebun mengajari aku beberapa
jurus, untuk melihat aku berhak atau tidak turut pergi ke
Siauwlim Sie!"
Seebun Bok Ya melengak.
"Ah, Sukhong Tayjin, kau bergurau denganku!" ia kata,
cepat. "Tayjin liehay, inilah aku ketahui baik sekali, untukmu,
mana dapat kau mesti dipilih dulu! Hahaha! Apakah tayjin
berniat supaya aku memperlihatkan keburukanku maka tayjin
hendak mengujinya?"
Orang she Seebun ini ketahui yang kata-katanya sendiri
sudah mengundang gara-gara, maka itu ia bicara demikian
macam dengan niat meredakannya, supaya Sukhong Hoa
tidak bergusar terlebih jauh. Di luar dugaannya, pemimpin
Gieliemkun itu berdiam saja. Maka itulah berarti dia benar
menantang. Ia menjadi serba salah.
Hong Kauw melihat suasana buruk itu, ia memikir untuk
datang sama tengah pula, akan tetapi sebelum ia sempat
membuka mulutnya, seorang anggauta Gieliemkun sudah
bertindak menghampirkan Sukhong Hoa, untuk memberi
hormat dan berkata: "Tongnia Tayjin, buat apakah tayjin
mesti turun tangan sendiri" Tidakkah itu nanti menurunkan
martabat tayjin" Hambamu bodoh tetapi hambamu bersedia
untuk diuji dengan cara apa saja! Hambamu ingin mencegah
orang nanti mengejek bahwa di dalam Gieliemkun, kecuali
tayjin sendiri, sudah tidak ada orang lainnya!"
Habis berkata itu, dia lantas berdiri tegak, mengawasi
tajam kepada Seebun Bok Ya.
Mendengar suara orang itu, Hong Kauw tanya: "Benarkah
kau bersedia diuji dalam cara apa saja oleh Seebun Sianseng"
Sungguh kau gagah! Ya, apakah namamu" Aku rasanya belum
pernah melihat! Apakah kau orang baru?"
Anggauta Gieliemkun itu ialah Kim Sie Ie.
Sukhong Hoa pun sudah berpikir: "Kabarnya Seebun Bok
Ya liehay sekali, ilmu silatnya luar biasa, selagi aku sendiri
bersangsi melayaninya, baiklah dia ini maju mencobanya..."
Maka ia tertawa dan kata: "Inilah saudara Kam, kauwtauw
kami yang baru. la menjadi murid kesayangan dari Liu Sam
Cun, pelajarannya bagian luar dan dalam telah mencapai
puatu batas kemahiran, dari itu, paudara Seebun sudikah kau
memberi pengajaran kepadanya?"
"Hm!" Seebun Bok Ya mengasih dengar ejekannya, sedang
di dalam hatinya ia kata: "Liu Sam Cun itu makhluk apa" Mana
pantas muridnya bertanding dengan aku?" Tapi Sukhong Hoa
sudah memilih orangnya, biar bagaimana, ia mesti memberi
muka juga, sedang romannya komandan Gieliemkun itu suram
sekali. Maka ia lantas berkata nyaring: "Bu Hui Taysu, silahkan
kemari! Tolong taysu membantu aku memilih orang-orang
yang harus ikut serta ke Siauwlim Sie!"
Seorang pendeta asal Tibet, yang mengenakan jubah
kuning, menyahut sambil berbangkit dan maju Dialah seorang
liehay dari Agama Kuning dari Tibet. Dengan mengajukan
Lhama ini, Seebun Bok Ya isudah merasa ia bersikap
berlebihan. Ia anggap Sie Ie bukanlah lawannya si Lhama.
Tapi ia toh mengajukan pendeta itu karena ia mengandung
maksud lain. Ia ingin menunjuki pengaruhnya. Ia pikir
"Sukhong Hoa mengagulkan orangnya ini, baiklah, akan aku
menyontreng mukamu!" Ia percaya betul, tak usah sampai
sepuluh jurus, Bu Hui Taysu bakal dapat merobohkan si anak
muda yang tak tahu "langit tinggi dan bumi tebal" itu.
Kim Sie le menerima baik sikapnya Seebun Bok Ya itu.
"Baik!" katanya, gembira. "Lebih dulu akan aku belajar
kenal dengan ilmu silatnya taysu ini, sebentar baru aku mau
minta petunjuk dari Seebun Sianseng sendiri!"
Suara ini mengandung maksud lain. Dengan suara itu, Bu
Hui Taysu seperti tak dilihat mata. Seebun Bok Ya mengerti
itu, maka dia kata dingin: "Kau cobalah dulu, sebentar baru
kau bicara pula!"
Bu Hui Taysu bertubuh besar dan tinggi, dia jauh terlebih
tinggi daripada Kim Sie Ie, setelah dia maju, nyata sekali
perbedaan mereka. Ia mesti tunduk untuk memandang si
anak muda. "Kau menggunai senjata apa" Kau keluarkanlah!" katanya.
Kim Sie le tertawa.
"Ilmu silatku tidak ada keistimewaannya!" ia menjawab.
"Kau menggunai senjata apa, aku pun menggunakan itu!"
"Hm, orang terkebur!" pikir Bu Hui dalam hatinya. "Bocah
kau cari penyakitmu sendiri!" Ia lantas melirik, terus ia kata
tawar: "Pinceng tidak biasa menggunai alal senjata, yang
digunai ialah ini sepasang kepalan!"
"Bagus!" kata Sie Ie, cepat dan gembira. "Kalau begitu, aku
juga menggunai sepasang kepalanku untuk menemani taysu!"
Bu Hui Taysu mengutamakan ilmu silat Taychong Hiatciu
In, atau pukulan "Tangan Berdarah" dari ilmu silat Tibet,
dibanding dengan Kimkong Ciu atau "Tangan Kimkong", Tiatce
Ciu atau tangan "Pasir dan Besi", dan lainnya, ilmu silat itu
jauh terlebih liehay. Begitu dia menggeraki tangannya, lantas
juga tersiar bau bacin.
Kim Sie Ie berdiri tegak, dia tak berkutik sedikit juga,
matanya mengawasi tangan si pendeta yang menjadi merah
membara, lalu sambil tertawa ia kata: "Ilmu Taychong Hiatciu
In kau ini tidak dapat dicela, hanya sayang masih kurang
sedikit untuk mencapai puncaknya kemahiran!"
Bu Hui tercengang.
"He, mengapa bocah ini mengenali ilmu silatku?" pikirnya.
Ia heran bukan main. Ilmu silatnya itu ilmu yang umumnya
dirahasiakan. Jangan kata orang luar, sekalipun Lhama Kuning sendiri,
ialah Lhama dari tingkat tertinggi, cuma beberapa di
antaranya saja yang mengetahuinya itu. Toh Kim Sie Ieanggauta
Gieliemkun she Kam ini--yang ada orang asing,
mengenalnya dengan baik. Dari heran ia menjadi terperanjat.
"Ilmu silat tangan Taychong," berkata Kim Sie Ie pula,
"apabila itu sudah dipelajari sampai dibatas yang tertinggi,
maka tangan kita tak ubahnya dengan tangan orang biasa,
tetapi tangan kau ini merah marong dan menyiarkan bau
amis, itu menandakan belum tersampaikannya puncaknya.
Paling banyak kau baru sampai di tingkat ke tujuh."
Pendeta Lhama itu menjadi terlebih kaget lagi, hingga
hatinya guncang. Dengan kesangsian, ia kata: "Benar, aku
baru mencapai tingkat ke tujuh! Tapi, apakah kau berani
menyambutnya walaupun sejurus?"
Kim Sie Ie tertawa pula.
"Taruh kata kau sudah mencapai puncaknya kemahiran,
aku juga tidak takut!" menjawab ia jumawa, "apapula baru
tujuh bagian!"
Bu Hui Taysu lantas menggeraki tangannya, untuk dibikin
berputar. "Kau sambutlah!" ia berseru nyaring, tangannya itu segera
diluncurkan. Ia jangkung, tangannya itu dengan sendirinya
dari atas turun ke bawah. Ia menepuk ke rah batok kepala
lawannya itu. Kalau umpama kata ia mengenakkan, pastilah
putus segala otot-otot kepala hingga di dalam tempo tak tiga
hari, korbannya bakal putus jiwa. Sebab darah lawan pasti
telah keracunan.
Kim Sie le hendak mempertontonkan kepandaiannya ia
tidak mengeluarkan tangannya untuk menangkis. Maka
terdengarlah satu suara menepuk yang keras. Ia pun tidak
berkelit, hanya ia menggeraki tubuhnya untuk membiarkan
punggungnya kena tertepuk, hingga pada baju di
punggungnya itu lantas terlihat tapak tangan yang besar dan
merah! Justeru itu, Kim Sie le sudah bergerak terus, tubuhnya
berputar balik.
"Kau pun sambutlah satu tanganku!" ia berseru.
Bu Hui melengak karena serangannya yang tak
memberikan hasil seperti yang ia harap. Ia kaget ,dan heran.
Kim Sie le berkata pula: "Kau lekas menyambut! Dengan
kepandaianmu, kau pasti tak dapat menyambut keras lawan
keras tangan Taychong-ku!"
Pendeta itu menjadi terperanjat. Ia melihat tangan lawan
segera bakal sampai di dadanya. Dengan terburu-buru ia
mengeluarkan tangannya, untuk menangkis.
Dengan begitu maka terdengarlah suara beradunya kedua
tangan. Bu Hui kaget dan kesakitan. Bentrokan itu membual
telapakan tangannya pecah dan berdarah " darahnya hitam.
Itu artinya pecah juga ilmu silatnya Taychong Hiatciu In itu.
Untuk melatihnya pula, guna mencapai tingkatnya ini, ia harus
menyiksa diri selama sepuluh tahun...
"Kau... kau... kau... mengapa kau pun menggunai
Taychong Hiatciu ln?" ia tanya, suaranya terputus-putus dan
parau, mukanya pucat.
Kim Sie le berlaku tenang, dia tertawa.
"Bukankah aku telah mengatakannya?" sahutnya.
"Bukankah aku sudah bilang, kau menggunai senjata apa, aku
menggunai senjata yang serupa juga" Dan kau memakai ilmu
apa, aku memakai ilmu itu juga" Tapi, janganlah kau takut!
Benar aku menggunai ilmu Taychong Ciang, aku hanya
menggunai yang lurus dan damai, aku tidak membikin kau
keracunan. Sekarang kau baik-baiklah merawat dirimu, aku
jamin jiwamu tidak bakal terancam."
Memang Kim Sie Ie menggunai yang lurus. Ia telah
mempelajari ilmu silat lurus dan sesat, ia gabung itu menjadi
satu. la pula telah memahamkan ilmu silatnya Kiauw Pak Beng
bagian atas. Maka itu, ia telah memperoleh banyak, ia maju
luar biasa. Untuknya, asal ia melihat, maka dapat ia mengerti
ilmu silat lain orang walaupun itu asing baginya, dan terus ia
dapat menirunya. Hanya mengenai Taychong Ciang ini, ia
cuma bisa menelad sampai di satu batas, ia tak mengerti
tentang racunnya. Tapi ini sudah cukup untuk membikin ciut
hati Bu Hui. Bu Hui sendiri belum tahu halnya orang mencapai
tingkat terakhir ilmunya itu. Maka sekarang ia percaya Sie le
berbuat baik, Sie le cuma memecahkan ilmunya tapi tidak
meminta jiwanya. Tanpa banyak omong lagi ia lari
meninggalkan gelanggang, untuk mencari kamar yang sunyi
dimana ia bisa berdiam untuk merawat lukanya itu.
Semua busu tercengang mendapatkan Bu Hui Taysu kena
dirobohkan Sie le. Ada yang terpentang matanya, ada yang
terbuka mulutnya. Coba mereka tidak menyaksikan sendiri,
pasti mereka tidak akan percaya itu. Toh Sie Ie bukan orang
dengan roman luar biasa dan ia juga muridnya Liu Sam Cun,
orang Rimba Persilatan kelas dua!
Sukhong Hoa juga turut berdiam bahna sangsinya. Lain
orang heran masih tidak apa, kalau dia turut bersangsi, itulah
bukan main. Ia telah mendapat keterangan jelas dari
Lamkiong It hal siapa adanya Liu Sam Cun, yang cuma
mengerti ilmu tangan lunak Bian-ciang, tetapi sekarang murid
Liu Sam Cun ini pandai Taychong Ciang!
Di dalam herannya, hingga ia bercuriga, Sukhong Hoa kata
di dalam hatinya: "Dia sekarang lagi membelai Gieliemkun,
biarlah. Nanti, habis pesta, akan aku tanyakan atau mencari
keterangan jelas tentangnya..."
Seebun Bok Ya heran dan penasaran.
"Hm!" katanya. "Orang she Kam ini rada sesat!"Dua
saudara Nie, coba kamu tempur dia!"
Atas kata-kata itu dua orang yang duduk di meja sebelah
lantas berbangkit dengan berbareng. Dialah dua orang yang
roman dan tingginya sama, mirip satu dengan lain, hingga
dengan sekali melihat saja orang akan mendapat tahu
merekalah saudara-saudara kembar.
Pihak Gieliemkun girang sekali atas kemenangannya Sie le


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, mereka lantas memandang Sie le sebagai "orang sendiri",
maka sekarang, melihat bangunnya dua saudara kembar itu,
mereka lantas pada kasak-kusuk. Antaranya ada yang
berkata: "Sungguh hebat Seebun Bok Ya ini! Benar-benar dia
memestikan sebawahan menguji kita dari Gieliemkun! Sudah
dia kalah satu kali, lantas dia mau dua melawan satu! Haha!
Haha! Sungguhlah suatu hal yang baru bahwa orang yang
dinamakan penguji hendak bersama-sama menguji seorang
yang harus diuji yang hanya ada orang dari angkatan lebih
muda!" Seorang, yang mengenal baik dua saudara Nie itu, berkata
sambil tertawa: "Saudara, kata-katamu .menunjuki kaulah
orang asing! Kau tahu, aku juga menjadi orang yang
menghendaki pihak kita yang memperoleh kemenangan,
hanya mengenai persaudaraan kembar itu, tak dapat kau
mengatakan demikian..."
"Apa?" kata orang itu, heran. Dua melawan satu, apakah
itu bukannya yang banyak menghina yang sedikit" Adakah itu
pertandingan yang pantas?"
Orang itu tertawa pula, ia kata lagi: "Untuk lain orang, itu
memang tidak pantas, tidak demikian dengan Nie Seng Poo
dan Nie Seng Giok Memang biasanya mereka ini maju
berbareng berdua. Ilmu kepandaian mereka ilmu kepandaian
yang istimewa, ilmu kepandaian sekeluarga. Senjata mereka
ialah empat batang poankoan pit, senjata yang diperantikan
menotok otot-otot nadi Kiekeng patmeh. Kalau empat
poankoan pit turun berbareng, biasanya orang bagaimana
gagahpun tak dapat menghindarkannya. Pendek, poankoan pit
mereka bersatu padu seperti bersatu padunya sepasang
pedang. Melawan satu orang mereka maju berbareng,
menempur sepuluh orang mereka maju berbareng juga!"
Orang ini bicara dengan suara perlahan, ia pun duduk di
pojokan bersama rekan-rekannya yang tidak mengenal dua
saudara kembar she Nie itu, suaranya itu tidak terdengar oleh
lain-lain orang lagi, tetapi tidak demikian dengan Kim Sie Ie.
Sie le mendengarnya dengan tegas sekali. Maka juga dengan
roman mukanya yang jenaka, ia memandang dua saudara
kembar itu, sembari tertawa, ia kata: "Alat senjatamu peranti
menotok otot-otot yang berjumlah empat itu membuatnya aku
si orang she Kam menjadi rada sulit! Cobalah kamu tunggu
sebentar, untuk aku memikir-mikirkannya bagaimana atau
daya apa aku mempunyai untuk menghadapinya..."
Nie Seng Poo tidak dapat menduga artinya kata-kata orang
itu, ia kata dingin: "Apanya yang sulit! Jikalau kau tidak
berdaya untuk melayani, kau mengaku kalah saja!"
Kim Sie Ie tertawa bergelak. "Siapa bilang aku mau lantas
mengaku kalah?" katanya, terus berjenaka. "Aku cuma hendak
berpikir! Kau lihat, aku Cuma sendiri saja, itu artinya tanganku
cuma sepasang. Habis sekarang, dengan dua tangan aku
mesti melayani empat buah poankoan pit!"
Dua saudara Nie itu melengak.
Kim Sie le tidak memperdulikan orang heran, seperti pada
dirinya sendiri, ia berkata pula: "Ah, sudah ada! Sudah ada!
Empat bocah pit itu tidak dapat menyulitkan aku! Baiklah, aku
sendiri, aku akan bernyanyi untuk kamu berdua! Biarlah kamu
lihat!" Nie Seng Giok mengawasi mendelong.
"Apa?" katanya, menegaskan. "Apakah kau juga hendak
menggunai empat buah poankoan pit" Apakah kau juga
hendak menggunai ilmu Supit Tiam Patmeh?"
"Benar! Benar!" Sie le menjawab, cepat. "Bukankah tadi
aku telah mengatakan, kalau pihak kamu menggunai
semacam senjata, aku menggunai semacam senjata juga-senjata yang sama" Begitu juga, kalau kamu menggunai
semacam ilmu, aku pun menggunai semacam ilmu!"
Perkataan Sie le ini membikin tercengang semua beberapa
ratus busu yang hadir disitu. Mereka heran bukan kepalang.
Bukankah tangan Sie Ie kosong, tak ada senjatanya"
Bukankah tangannya cuma sepasang" Bagaimana dia dapat
menggunai empat potong senjata" Bukankah keempat senjata
itu mesti digunai berbareng" Dan yang paling mengherankan:
Ilmu poankoan pit Keluarga Nie cuma diwariskan kepada anak
laki-laki, tidak pada anak perempuan! Itu artinya, kepandaian
itu juga tidak diwariskan kepada lain orang. Dari mana Sie le
mempelajari itu" Masih ada lagi: Ilmu itu ilmu luar biasa,
saking luar biasanya, cuma dua saudara kembar yang dapat
menggunai itu. Sebab dua saudara kembar biasanya
mempunyai perasaan yang sama. Kim Sie le boleh liehay
tetapi dari mana ia sendiri dapat memiliki serupa perasaan itu"
Maka, bukankah kata-katanya aneh" Siapakah dapat
mempercayainya"
Seng Poo dan Seng Giok lantas saling mengawasi.
Bersama-sama, mereka pikir: "Mungkinkah orang ini
terganggu urat syarafnya..."
Sukhong Hoa juga kena dibikin menjadi bingung
karenanya. Tapi ia tidak bisa berbuat lain, maka ia menyuruh
seorang busu: "Coba kau tolongi Kam Kauwtauw
mendapatkan empat buah poankoan pit!"
Sie le segera menggoyangi tangannya.
"Jangan! Jangan!" katanya. "Aku sudah bilang, mereka
pakai senjata apa, aku pakai senjata apa! Laginya semua
poankoan pit ini tak tepat dipakai!"
Sie Ie benar. Poankoan pit Keluarga Nie ialah poankoan pit
yang terbuat secara istimewa, Poankoan pit yang umum
berukuran dua kaki enam dim dan berujung satu, akan tetapi
milik persaudaraan ini tiga kaki enam dim serta ujungnya
bercagak dua, maka juga sebuah pit menjadi seperti dua
bocah, atau empat bocah menjadi delapan. Itulah sebabnya
pit ini dapat sekali menotok delapan otot atau jalan darah,
ialah kiekeng patmeh. Sehubungan dengan poankoan pit, ada
pepatah: "Satu dim pendek, satu dim bahaya -Satu dim
panjang, satu dim kuat." Artinya itu ialah semakin pendek
semakin berbahaya, tapi untuk Keluarga Nie, semakin panjang
semakin liehay. Semua itu disebabkan beda ilmunya. Kongsun
Tek, seorang ahli totok, mempunyai poankoan pit satu kaki
delapan dim. Itulah pit paling pendek. Maka juga pit Keluarga
Nie ini pit terpanjang. Sudah begitu, ujungnya bercagak pula.
Maka taklah heran, di dalam istana tidak ada poankoan pit
lainnya semacam itu.
Nie Seng Poo kata dingin: "Kam Kauwtauw, kami tidak
mempunyai kelebihan poankoan pit, tak dapat kami
meminjamkannya kepada kamu..."
Sie le tertawa, la seperti tak merasa terejek. Ia kata sabar:
'Tak usahlah kamu mencapaikan hati memikirkan senjata
untuk aku! Apa yang aku telah bilang, mesti aku sanggup
lakukan! Mana kamu ketahui bahwa aku tidak mempunyai
poankoan pit seperti kepunyaan kamu itu?"
Seng Giok menjadi mendongkol.
"Baiklah!" bentaknya. "Sekarang tak usah kita ngobrol pula!
Kau keluarkanlah poankoan pit-mu itu! Jikalau sekarang kau
dapat mengeluarkan serupa poankoan pit seperti milikku ini,
kami dua saudara, sekarang juga kami mengaku kalah!"
Sie le tertawa.
"Kita belum bertempur, kamu lantas menyerah kalah, itulah
tidak menggembirakan!" katanya. "Baiklah, karena kau
berkata begini, aku juga tidak mau segera mengeluarkan
poankoan pit-ku! Mari kita mulai, kamu boleh menyerang aku
sampai sepuluh kali, habis itu baru aku turun tangan! Aku pun
akan menyerang kau dengan ilmu Supit Tiam Patmeh itu!
Jikalau aku menggunai lain macam ilmu silat, hitunglah aku
yang kalah!"
Mendengar suaranya Sie le itu, Ouwyan Hiok menjadi
berduka dan berkuatir. Habis dikalahkan Sie le, bukan dia
bersakit hati, dia justeru mengagumi lawannya ini. Inilah
sebab dia jujur dan pikirannya sadar. Sejak itu dia pandang
Sie le sebagai sahabat karib. Maka itu, dia lantas berkata:
"Saudara Kam, ini bukannya main-main! Apakah kau mau
menggunai ilmu sulap untuk menciptakan empat buah
poankoan pit?"
Kim Sie Ie tertawa.
"Saudara Ouwyan, kau benar!" sahutnya. "Aku memang
asal orang Kangouw si tukang sulap! Kau tunggu saja, kau
nanti saksikan sesuatu yang bagus dipandang " Eh, mengapa
kamu berdua saudara diam saja" Kenapa kamu tidak mau
lantas mulai menyerang" Kamu hendak tunggu sampai kapan
lagi?" Kata-kata yang belakangan ini ditujukan kepada dua
saudara Nie itu.
Seng Poo dan Seng Giok merasa diri mereka dipermainkan,
mereka menjadi gusar. Seperti sudah dibilang, mereka seperti
mempunyai serupa perasaan. Maka juga, di dalam hati
mereka, mereka kata: "Aku mau lihat cara bagaimana kau
melawan kami!" Lalu dengan berbareng mereka menyerang,
empat potong poankoan pit meluncur mengeluarkan suara
angin yang keras.
"Benar-benar liehay!" terdengar suaranya Kim Sie le.
Orang kaget dan heran. Hebat akibatnya serangan itu.
Benar Sie Ie telah berkelit, hingga mereka bertiga berpisah,
tetapi telah robek baju di punggungnya!
Kedua saudara Nie pun heran. Sie Ie menjadi orang
pertama yang dapat meloloskan diri dari poankoan pit mereka.
Mereka lantas saling mengawasi, lantas mereka maju pula,
untuk mengulangi serangan mereka. Dari heran, mereka
menjadi penasaran. Pula luar biasa serangan mereka kali ini.
Nie Seng Poo menyerang dari atas, karena itu ia maju
sambil berlompat. Dua potong poankoan pit, dengan empat
cagak, lantas mencari ke empat jalan darah jim, tok, ciong
dan tay. Seng Giok sebaliknya menjatuhkan diri, untuk maju
sambil bergulingan, guna menyerang dari bawah. Dia ini
mencari empat jalan darah lainnya, yaitu imwie dan yangwie
dan im-kiauw dan yangkiauw.
"Hebat!" Kim Sie Ie berseru melihat ia diserang dari atas
dan bawah itu. Dengan lantas terlihat tubuhnya mencelat
mundur, seperti jemparing terlepas dari busurnya.
Luar biasa caranya Sie Ie menolong diri, luar biasa juga
akibat serangannya dua saudara kembar itu. Senjata mereka
mengasih dengar suara yang nyaring. Sebab, gagal mengenai
sasarannya kedua senjata, atau delapan cagak, bentrok satu
dengan lain! "Luar biasa!" Ouwyan Hiok berseru. Mulanya dia kaget, lalu
menghela napas lega, akhirnya dia memuji.
Masih ada yang terlebih aneh dan hebat sekali. Gagal
serangannya itu, bukannya dua saudara Nie bergerak lebih
jauh, adalah poankoan pit mereka yang terlepas dari tangan
mereka masing-masing. Keempat poankoan pit itu melesat
menyerang kepada Sie le, justeru Sie Ie baru menaruh
kakinya, hingga dia belum dapat berdiri tegak.
'Sungguh berbahaya!" Sie le berseru.
Matanya Seng Lam sangat awas, maka ia sudah lantas
melihat di punggungnya kawannya terdapat dua aliran darah.
Sebegitu jauh ia tabah dan tenang, tetapi melihat itu, ia kaget
juga. Hanya ia tidak berkuatir sebab walaupun sudah terluka,
Sie le tak tampaknya terancam bahaya. Maka ia kata dalam
hatinya: "Alangkah baiknya apabila ia memakai lapis
kemalaku..."
Sambil berseru itu, Sie le telah memutar tubuhnya,
telunjuknya membarengi menyentil dua bocah poankoan pit
yang di belakang, dan sambil menyentil itu, ia kata nyaring:
"Ambil pulang poankoan pit-mu ini! Masih ada tujuh jurus
lagi!" Penyerangannya dua saudara Nie itu penyerangan tipu silat
"Huikoan Kengsin" atau "Menerbangkan pit menakuti
malaikat". Biasanya siapa terkena serangan itu, jiwanya pasti
melayang. Maka itu aneh Kim Sie Ie cuma terluka enteng dan
jiwanya tak terganggu sama sekali. Bahkan lebih heran pula,
dua batang poankoan pit itu kena disentil balik!
Seng Poo sudah lantas berlompat, guna menyambar
senjatanya yang lagi mau jatuh turun, sedang Seng Giok
memasang kuda-kudanya seraya mengangkat kedua
tangannya, guna menyambuti poankoan pit-nya yang disentil
kembali itu. Dengan begitu ia menyambut senjatanya dengan
tubuh kokoh tegar. Walaupun ia sudah bersedia dengan cepat,
tidak urung kesudahannya membuat ia kaget dan kesakitan.
Tenaga balik poankoan pit sedemikian keras, sampai
telapakan tangannya tergetar dan pecah!
Para hadirin, yang menyaksikan pertempuran itu, heran
bukan main. Sukhong Hoa dan Kouw Hong Kauw, begitupun
Seebun Bok Ya, tidak menjadi kecuali. Mereka ini sampai
menahan napas di luar keinginan mereka. Di samping heran,
tak mengerti, mereka kagum dibuatnya.
Dalam melayani tiga jurus penyerangan dua saudara Nie
itu, Kim Sie Ie telah menggunai empat macam tipu silat yang
luar biasa. Mengenai dua jurus yang pertama, ia mengambil
sikap menyelidiki tenaga penyerangannya lawan, untuk
mengetahui lunak dan kerasnya, sekalian "mencuri" cara
menyerangnya. Ia berkelit dengan tindakan Thianlo Pou, dan
ia menutup diri dengan Kimciong Tiauw atau bubu "Lonceng
Emas". Di luar dugaannya, dengan Thianlo Pou ia tidak dapat
meloloskan diri dari serangan "Huikoan Kengsin", sedang
dengan "Kimciong Tiauw", ia tidak dapat bebas dari ujung
poankoan pit yang tajam hingga ia kena tergores juga
kulitnya, hingga ia terpaksa menggunai "Jiakhiat Hoat", tipu
silat ajarannya Tokliong Cuncia, menutup jalan darahnya agar
ia tak terluka parah. Lalu paling belakang ia terpaksa
menggunai sentilannya yang liehay: "Cielan Sinthong", atau
"Sentilan Jeriji", guna mengusir pulang senjata lawan.
Dari empat macam tipu silat itu, Hong Kouw cuma kenal
yang tiga, dan Sukhong Hoa dan Seebun Bok Ya melainkan
yang dua. Cuma Seng Lam seorang yang mengenali empatempatnya.
Seng Lam kata pula di dalam hatinya: "Empat
macam tipu silat itu memang liehay tetapi dengan menggunai
itu Sie le terlalu memandang enteng kepada lawannya. Ilmu
totok dua saudara Nie ini sungguh liehay!"
Kalau Seng Lam sendiri berkuatir, dapatlah dimengerti
kekuatiran-nya semua hadirin lainnya. Begitulah Ouwyan Hiok
dari luar gelanggang sampai mengasih dengar suaranya"Saudara Kam, mengapakah kau suka mengalah sampai
sepuluh jurus" Menurut aturan kaum Rimba Persilatan, biarnya
di antara si tua dan si muda, untuk bertanding, paling banyak
orang mengalah hanya tiga jurus!"


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar itu Kim Sie Ie tertawa dan menjawab: "Saudara
tidak tahu, sudah dua hari aku tidak mandi, aku merasa
tubuhku gatal, maka beberapa cagak poankoan pit ini, dengan
menusuk tubuhku, seperti menggaruk-garuk aku, hingga aku
jadi merasa sangat nyaman! " " Mari! Mari! Mari! Masih ada
tujuh jurus lagi! Lekas kamu turun tangan! Aku sudah tak
kerasan menanti terlalu lama!"
Mukanya dua saudara Nie menjadi guram. Mereka
mendongkol dan malu. Benar mereka berhasil melukai tetapi
luka-luka itu tidak ada artinya. Cuma baju robek dan kulit
tergores sedikit. Sebaliknya, salah satu dari mereka, telapakan
tangannya pecah tidak keruan! Turut aturan pertandingan
yang benar, seharusnya mereka lantas menyerah kalah.
Sebenarnya Seng Poo dan Seng Giok telah memikir untuk
mengaku kalah, apamau hati mereka kena dibikin panas oleh
caranya Ouwyan Hiok dan Sie Ie berbicara itu. Juga mereka
masih terpengaruhkan kenyataan: Kalau mereka menyerah,
habis sudah nama besarnya ilmu silat poankoan pit Keluarga
Nie yang demikian istimewa dan kesohor. Mereka memangnya
besar kepala, tak senang mereka diejek Sie Ie. Di samping itu
mereka juga penasaran untuk kata-kata jumawa dari Sie Ie,
dan ingin menyaksikan dibuktikannya kata-kata jumawa itu.
Ialah Sie Ie hendak menggunai senjata yang serupa serta
akan membalas menotok mereka dengan senjatanya itu
sambil menggunai ilmu totok mereka sendiri!
Dapatkah Sie le membuktikan itu" Bukankah itu hanya
omong khayal" Karena ini, dengan menahan malu, mereka
bertahan. Seperti biasanya dua saudara ini, pikiran mereka berdua
pun serupa. Begitulah dengan berbareng mereka membentak:
"Orang she Kam! Kau tidak memandang mata pada empat
buah poankoan pit kami, sekarang kami akan menolongi pula
menggaruk gatalmu!"
Berbareng dengan bentakan itu, empat buah poankoan pit
benar-benar meluncur bersama!
Di mulut Kim Sie le mengasih dengar suaranya yang
memandang enteng, di hati ia waspada. Ia menginsyafi
liehaynya dua saudara itu. Tiga jurus yang telah lewat itu
membikin ia dapat meraba-raba kepandaian orang terlebih
jauh. Atas datangnya serangan itu, ia bertindak pula dengan
Thianlo Pou, ambil berkelit, ia bersiul panjang.
Dari garis "lie", ia berpindah ke garis "kam". Dengan begitu
tepat ia molos di sela ke empat batang poankoan pit, di antara
delapan cagak! Kecuali Le Seng Lam bersama Kouw Hong Kauw, Sukhong
Hoa dan lainnya, yang liehay, tidak ada yang mendapat lihat
tubuh Sie Ie melejit bagaikan bayangan.
Begitu serangan itu gagal, maka Seng Poo berdua lantas
mengulanginya yang ke lima kali. Kali ini mereka menggunai
tipu "Thianlo teebong", ialah "Jaring langit dan jala bumi".
Mereka pun menempatkan diri dalam garis Kiukiong Patkwa,
majunya saling susul, hingga Sie le menjadi terkurung senjata
mereka, karena jalan mundurnya seperti ditutup.
Sie le berkelit dengan tindakan Thianlo Pou dicampur
dengan Jiakhiat Pou, masih ia tidak dapat meloloskan diri,
maka dengan menerbitkan suara, ke empat poankoan pit
mengenakan sasarannya, ialah tubuhnya.
Semua orang pihak Gieliem-kun menjadi kaget. Bukankah
wakil mereka telah kena dihajar"
Tapi kagetnya dua saudara Nie juga tak berkurang. Senjata
mereka telah mengenai sasarannya, hanya ketika pit dan
darah daging beradu, mereka merasa pit mereka seperti
membentur sesuatu yang berlemak dan licin, hingga serangan
mereka menjadi hilang keseimbangannya. Bukannya lawan
yang roboh atau terhuyung kena terhajar, mereka sendiri
berdua yang terjerunuk hampir meraba tanah!
Sie Ie sebaliknya lantas tertawa riang, tubuhnya berkelit,
mengasih lewat jurus yang ke enam kali tadi, Sie Ie menolong
diri dengan kelitan "Ciam-ie Sippat Tiat", suatu ilmu tenaga
dalam yang mahir. Di dalam keadaannya sekarang, tenaga
dalam Sie Ie memang telah melebihi liehaynya Kanglam
Tayhiap Kam Hong Tie di jaman yang telah lampau.
Bahwa kedua saudara Nie tak jatuh, itu pun menandakan
mereka benar-benar telah menjadi orang-orang kosen kelas
satu. Menyusul pertandingan itu, Sie Ie membebaskan diri pula
dari jurus yang ke tujuh dengan tipu silat "Liu-in huisiu", atau
"Tangan baju terbang seperti mega melayang". Lalu kembali
dengan sentilan Cietan Sinthong, ia memecahkan jurus yang
ke delapan. Sampai disitu mendadak dua saudara Nie mengganti
kedudukan mereka. Mereka saling bertukaran tempat. Kalau
Seng Poo menotok ke timur dan selatan, maka Seng Giok
menotok ke barat dan utara. Atau mereka saling menukarnya
pula dengan mendadak. Inilah tipu "Ciekwie engsin" atau
"Hantu menangis, malaikat terkejut". Untuk ini, Seng Poo
telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, untuk membikin pitnya
jadi hebat dan gesit luar biasa.
Kim Sie Ie menggunai Ciam-ie Sippat Tiat ditambah dengan
Kimciong Tiauw, ia masih tidak sanggup membebaskan diri.
Ujung poankoan pit Seng Poo mengenai jalan darah tiongleng
pada nadi imwie, sedang Seng Giok merobek sejuir bajunya!
"Hm!" dia berseru, tawar. "Masih ada satu jurus lagi! Habis
ini kamu akan melihat giliranku!"
Dua saudara Nie heran dan kagum, hati mereka jadi dingin.
Mereka jeri sendirinya. Jurus yang ke sembilan itu jurus yang
paling liehay. Toh orang masih bebas, meski lawan tertotok
pada tiongleng hiat dan robek bajunya, lawan toh tidak kurang
suatu apa, dia masih segar bugar seperti sediakala. Maka itu
untuk penghabisan kali, mereka menggunai tipu silat
"Poankoan pit malang melintang". Dengan begitu sudah diri
sendiri dijaga rapat, lawan pun ditutup jalan mundurnya agar
dia tak dapat lolos lagi. Itu pula serangan nekad, untuk
bersedia bercelaka bersama!
Para hadirin mengulur leher mereka, melihat dengan tegas.
Mata mereka semua dipentang lebar-lebar. Mereka ingin sekali
menyaksikan Kim Sie Ie mencipta-kan yang tidak-tidak " dari
tidak ada, menjadikan ada". Bukankah tadi dia mengatakan
mau main sulap mendatangkan dua pasang poankoan pit yang
mirip seperti kepunyaan dua saudara Nie itu, dan akan
menggunai juga ilmu silatnya itu dua saudara kembar"
Dengan sekonyong-konyong Kim Sie Ie berseru nyaring.
Itulah seruan "Saycu Hauwkang" atau "Deruman Singa".
Dengan seruan itu ia pun mengasih dengar perkataannya:
"Aku hendak membiarkan kamu membuka lebar mata kamu!"
Seng Poo dan Seng Giok terkejut. Mereka seperti
mendengar guntur. Deruman itu memekakkan telinga,
membikin hati gentar dan ciut. Berbareng dengan itu, angin
dingin menyambar muka mereka dan mengenai mata, hingga
mereka merasa nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum. Mau atau
tidak, mereka mesti menutup mata mereka. Dengan begitu,
sendirinya kacaulah ilmu silat mereka. Tepat itu waktu, Kim
Sie Ie mengulur tangannya, merampas empat buah poankoan
pit lawannya itu, sedang mulutnya mengeluarkan bentakan
pula: "Buka mata kamu! Lihatlah!"
Orang semua heran dan kagum. Sie Ie memegang
poankoan pit bukan dengan kedua tangannya saja, juga
dengan lekukan sikutnya. Karena yang sepasang dicekal
dengan kedua tangan, yang sepasang lagi harus dijepit!
Selagi dua saudara Nie belum sempat membuka mata
mereka, sembari membentak itu, Kim Sie Ie sudah bergerak
terlebih jauh. Ia menggeraki tubuh berjumpalitan, keempat
potong poankoan pit meluncur dari tangan dan lengannya.
Lantas Seng Poo dan Seng Giok menjerit menyayatkan hati.
Itulah sebab jalan darah mereka yang dinamakan kiekeng
patmeh, delapan-delapannya telah tertotok poankoan pit
mereka sendiri!
Inilah sebab utama kenapa Kim Sie le suka mengalah
sampai sepuluh jurus. Selama itu ingin ia menggunai ketika
menyaksikan kepandaian orang, guna ia mengingat-ingat dan
memahamkannya, untuk habis itu meneladnya dan memakai
senjata orang berbalik menyerang orang itu sendiri. Dengan
mengorbankan bajunya robek dan punggungnya tergores, ia
memperoleh hasilnya itu yang sangat memuaskan. Dengan
"Cie-kwie Kengsin", ia menghajar lawan itu. Ia bukannya
berlaku kejam, la hanya melakukannya sebab ia membenci
kekejaman dua saudara kembar itu yang pun menjadi tangan
kanan Seebun Bok Ya. Merekalah orang-orang tangguh tanpa
lawan, kecuali beberapa ketua partai. Maka untuk merobohkan
Seebun Bok Ya, lebih dulu kaki tangannya mesti disingkirkan.
Sengaja dengan Deruman Singa itu ia membuat telinga orang
pekak dan hatinya gentar, hingga leluasalah ia merampas
poankoan pit dan pakai itu menamatkan pertandingan mereka.
Itu sebenarnya bukan pertandingan hanya pertarungan.
"Orang she Kam, kau kejam!..." kata dua saudara Nie itu,
yang terus saja dipepayang pergi oleh dua rekannya yang
bersahabat karib dengan mereka. Dua orang itu juga
memandang bengis kepada Sie Ie akan tetapi mereka tidak
berani membuka mulutnya.
Kim Sie Ie mengawasi orang sambil tertawa terbahak, habis
itu ia melemparkan keempat potong poankoan pit, terus ia
kembali ke mejanya. Kepada Sukhong Hoa ia memberi
laporannya dengan berkata: "Mereka itu berdua menjadi
pembesar tukang uji, maka aku si murid yang diuji tidak
berani menerima ujian dengan sungguh-sungguh hati. Aku
pun telah menggunai senjata serta tipu silat yang dimiliki
mereka sendiri. Maka sayang sekali, mereka yang pandai ilmu
silatnya itu, mereka tidak sanggup menangkisnya! Aku
menyesal sudah kesalahan tangan melukai mereka, dari itu
aku mohon sudilah aku diberi maaf!"
Sukhong Hoa tidak lantas menjawab, ia hanya menoleh
kepada Seebun Bok Ya.
Orang she Seebun itu berdiam.
Ia sedang menungkuli hatinya sendiri, menyesal dan
mendongkol. Ia menguji Gieliemkun untuk membikin orang
malu, siapa sangka ia gagal dan berbalik menjadi malu sendiri,
bahkan rugi besar karena robohnya tiga pahlawannya. Ia tidak
bisa berbuat apa-apa sebab ujian itu dikehendaki ia sendiri.
Melihat orang berdiam itu, barulah Sukong Hoa berkata: "Di
dalam ujian orang gagal, dia terlukakan tanpa disengaja,
dalam hal itu dia mesti sesalkan nasib sendiri yang malang,
maka kau tak dapat dipersalahkan."
Bahkan sep ini bertindak lebih dari kata-katanya itu saja.
Sebaliknya daripada menegur, ia membuka baju luarnya, buat
dipakai mengkerebongi tubuh kauwtauw itu yang bajunya
robek dan kulitnya tergurat ujung dari poankoan pit.
Kouw Hong Kauw heran. Ia telah melihat di dalam sepuluh
jurus itu, Kim Sie Ie sudah menggunai tujuh atau delapan
rupa tipu silat. Mau atau tidak, ia menjadi curiga, hingga tak
dapat ia menahan hati.
"Apakah benar gurunya saudara Kam ini Chungcu Liu Sam
Cun?" demikian ia tanya. "Tadi aku mendengarnya kurang
terang..."
"Tidak salah," sahut Sukhong Hoa. "Saudara Kam ini murid
kesayangan dari Cianpwce Liu Sam Cun. Liu Loo cianpwe
menulis surat sendiri padaku memujikan muridnya, maka hari
ini terbuktilah bahwa hijau itu asalnya dari biru!"
Meski demikian, selagi mengucap begitu, komandan ini
mengedepi mata pada Hong Kauw. Sudah buat banyak tahun
Hong Kauw bekerja sama Sukhong Hoa, ia dapat menebak
kedipan mata rekannya ini Itulah tanda bahwa Sukhong Hoa
sendiri bercuriga atau menyangsikan orang she Kam itu.
Hanya karena tenaga Sie Ie dibutuhkan, guna memberi
hajaran kepada Seebun Bok Ya, komandan Gieliemkun itu
tidak mau lantas bertindak. Kedipan mata pada Hong Kauw itu
berarti meminta Hong Kauw suka bersabar dan memaklumi.
Hong Kauw berpikir: "Seebun Bok Ya memang
menyebalkan, akan tetapi aku menjadi congkoan dari istana,
jikalau aku membiarkan seorang yang tak ketahuan asalusulnya
masuk ke dalam istana, atau orang itu mengandung
maksud berbahaya, bagaimana aku harus bertanggung
jawab?" Karena berpikir begini, ia lantas kata pada Kim Sie Ie
langsung: "Menurut apa yang aku dengar, gurumu paling
paham ilmu tangan Bianciang, tetapi kepandaian kau ini
banyak sekali ragamnya, mungkinkah kecuali Liu Loo cianpwe,
kau pun telah berguru kepada lain guru yang berkenamaan?"
Kim Sie Ie tertawa.
"Ilmu silat itu seharusnya mengerti satu lalu menggabung
seratus," ia menyahut. "Orang luar cuma ketahui guruku
sebagai ahli ilmu silat Bianciang, sedang sebenarnya dia
pernah memahamkan ilmu silat mahir lainnya." la berdiam
sejenak, lantas ia memandang Seebun Bok Ya, sembari
tertawa ia tanya: "Tuan Seebun apakah kau masih hendak
menguji lebih jauh?"
Hati Seebun Bok Ya panas bukan main. Dia sangat
membenci Sie le. Toh dia jeri, sedang untuk menggunai racun,
dia bersangsi. Kalau dia menggunainya, pasti pihak Gieliemkun
tidak puas. Maka itu terpaksa dia tertawa.
"Kam Kauwtauw sudah menang dua kali, dia berhak untuk
turut pergi ke Siauwlim Sie," katanya. "Sekarang kita tinggal
memilih yang lainnya lagi."
Ketika itu Kouw Hong Kauw, yang bercuriga, berpikir: "Aku
belum pernah bertemu dengan Sam Cun, tetapi tentang
kepandaiannya, itu tak dapat dipakai mengabui orang yang
mengetahuinya dengan baik. Kalau benar katanya orang she
Kam ini, bukankah dia jago tanpa lawan" Kenapa pada
sepuluh tahun yang lalu, Lamkiong It pernah mencobanya, ia
tak dapat mengalahkan aku... Sukhong Hoa pun masih
menang daripadanya! Kenapa muridnya begini liehay"
Nampaknya orang she Kam ini ngaco belo saja..."
Sukhong Hoa juga lagi memikirkan siapa lagi yang dapat
dimajukan. Bukankah habis Kim Sie le, Seebun Bok Ya hendak
menguji terlebih jauh" Justeru itu, Kouw Hong Kauw
memandangnya dan menanya: "Bukanlah di dalam Gieliemkun
ada Kauwtauw Lamkiong It" Apakah dia turut datang kemari?"
"la sudah meletaki jabatan," sahut Sukhong Hoa.
"Sudah meletaki jabatan?" tanya Hong Kauw heran.
"Kapankah dia berhentinya" Rasanya belum lama aku telah
bertemu dengannya..."
"Benar. Dia meletaki jabatan belum ada sepuluh hari."


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong Kauw jadi semakin heran. Ia mencurigai mundurnya
Lamkiong It. "Mesti ada apa-apa di dalam keberhentiannya itu..."
pikirnya. Tepat itu waktu mendadak orang mendengar suara yang
keras dan dalam: "Bekas Kauwtauw Lamkiong It dari
Gieliemkun mohon bertemu dengan Sukhong Tayjin!"
Semua orang heran mendengar itu, bahkan Sukhong Hoa
melengak. "Apa" Dia telah balik kembali?" tanya pemimpin Gieliemkun
ini heran bukan main.
Kouw Hong Kauw tertawa.
"Ha! Baru kita menyebut nama Co Coh, Co Coh telah
datang!" katanya. "Silahkan! Silahkan! Lekas undang
Lamkiong Kauwtauw masuk!"
Maka itu, hanya sebentar, Lamkiong It sudah tertampak
lagi mendatangi, mukanya merah tanda ia mendongkol atau
bergusar sangat, tindakannya pun lebar dan keras.
Sukhong Hoa berbangkit. Ia mengawasi mendelong
"Lamkiong Loosu!" ia tanya, "ada urusan apakah?"
Lamkiong It tidak segera menjawab. Lebih dulu dia melirik
bengis pada Kim Sie Ie, terus dia menuding Le Seng Lam,
baru dia berkata: "Tayjin! Apakah tayjin ketahui asal-usulnya
dua orang ini?"
Dalam herannya, Sukhong Hoa tidak dapat lantas memberi
penya-hutan. "Inilah justeru yang ingin kita ketahui!" berkata Hong
Kauw. "Kami justeru ingin menanya kepada kauwtauw! Pasti
kauwtauw mengetahuinya!"
Lamkiong It menjawab dingin: "Untuk ketahui itu, cuma
mereka sendiri yang tahu betul! Apa yang aku tahu ialah:
Mereka bukannya murid-muridnya Liu Sam Cun dan Pui Eng
Siang! Mereka orang-orang palsu!"
Kata-kata itu menggemparkan semua hadirin. Parasnya
Seng Lam pun turut berubah, hingga ia meraba gagang
pedangnya. Semua mata diarahkan kepada ini dua orang.
Sie Ie sebaliknya tabah seperti biasa, bahkan bersenyum.
"Tuan Lamkiong, kau telah menyelidiki hal kami, kau
tentunya bersusah payah!" katanya, tawar.
Perkataan ini secara tidak langsung ditujukan kepada Seng
Lam, supaya kawan itu bersabar.
Sukhong Hoa mulai sadar.
"Bagaimana kau ketahui itu?" ia lanya Lamkiong It.
"Aku telah pergi ke Liu Kee-Ijhung," sahut bekas kauwtauw
itu, gagah. "Disana aku telah menanyakan jelas Liu Sam Cun
tidak mempunyai murid she Kam. Setelah itu aku mendapat
tahu juga, di In Keechung telah terjadi peristiwa aneh yang
menggemparkan Rimba Persilatan!..."
"Oh! Peristiwa apakah itu?" Sukhong Hoa tanya pula.
"Pada sepuluh hari yang lalu, Liu Sam Cun bersama Pui Eng
Siang telah pergi ke In Keechung," Lamkiong It menjelaskan.
"Mereka pun bermalam. Justeru malam itu In Tiong Hian
bersama kedua tetamunya itu telah terbunuh orang secara
gelap. Dua korban lainnya yaitu pengurus rumah In Keechung
serta murid kepala In Tiong Hian."
Keterangan ini kembali menggemparkan para hadirin,
hingga berisik suara mereka itu.
"Begitu?" tanya Sukhong Hoa, kaget. "Pantaslah surat
undanganku tak ada kabar beritanya dan sampai hari ini ln
Tiong Hian si tua bangka masih tidak muncul!..."
Nyatalah Lamkiong It penasaran sekali dikalahkan Le Seng
Lam. Ia malu dan heran dan curiga. Maka itu ia berangkat ke
Liu Keechung, untuk mencari keterangan. Begitu ia ketahui
duduknya hal, dengan tak kalah cepatnya ia kembali ke kota
raja, tepat di saat pesta pemberian selamat untuk Seebun Bok
Ya. Ia bekas kauwtauw Gieliemkun, semua siewie
mengenalnya, maka itu tanpa pemberitahuan lagi, ia
diperkenankan masuk terus ke ruang pesta.
Mendengar keterangan Lamkiong It, Hong Kauw mengasih
lihat roman keren.
"Apakah peristiwa itu dilakukan kamu?" ia tanja Sie Ie
berdua. "Sebenarnya siapakah kamu" Kenapa kamu
menyamar datang kemari?"
Walaupun suasana buruk untuknya, Sie Ie tetap bersikap
tenang. "Benar," ia menyahut, dengan gagah. "Benar ketiga orang
itu dibunuh olehku!"
Orang semua heran, semua mengawasi melengak.
Seebun Bok Ya gusar.
"Jadinya kamulah mata-mata!" dia membentak. Ia pun
bergerak, hendak menangkap orang. Tapi Hong Kauw
mencegah. "Mereka tidak bakal lolos'" katanya. "Tahan dulu! Aku mau
tanya jelas keterangan mereka! " " Bilang, kenapa kamu
membinasakan mereka bertiga?"
"Bukankah barusan tayjin telah menanyakan kami?" sahut
Sie Ie. "Kami datang kemari tak dengan lain maksud daripada
niat bekerja untuk tayjin! Karena itu kami membunuh
mereka!" "Jelaskan lebih jauh!" Hong Kauw menitah pula.
"Aku sudah omong begini jelas, benarkah tayjin masih
belum mengerti?" kata Sie Ie berani. "Jikalau aku tidak
menyamar dan memalsukan diri, mana Sukhong Tayjin sudi
terima aku" Kami merasa mempunyai kepandaian, maka itu
kami berniat bekerja untuk Sri Baginda Raja, untuk kami
memperoleh pangkat dan nama. Sayang kami tidak
mempunyai jalannya, dari itu terpaksa kami mengambil ini
jalan rendah."
"Begitu?" kata Sukhong Hoa. "Sayang caramu sedikit terlalu
telengas!"
Walaupun ia mengatakan demikian, di dalam hatinya,
kepala Gieliemkun ini pikir: "Kalau benar keterangan mereka,
mereka dapat diberi maaf. Dengan mendapatkan mereka
berdua, pasti itu lebih berharga daripada Liu Sam Cun
bertiga..."
Sie Ie dan Seng Lam diangkat oleh Sukhong Hoa, sekarang
mereka dibawa dia ke medan pesta itu, jikalau mereka berniat
jahat, pasti Sukhong Hoa turut terembet-rembet. Sebab ini,
Sukhong Hoa menganggap perbuatan Sie Ie tidak mengapa...
Hong Kauw cerdik dan licin, ia masih menyangsikan
keterangan Sie Ie itu. Hanya, tanpa bukti, tak dapat ia
sembarang bertindak. Di lain pihak, ia jeri juga buat
kegagahan Sie le berdua dan mereka itu demikian tenang
sikapnya. Karena ini, ia bersangsi.
Selagi orang berdiam, Seebun Bok Ya mengisikan dua
cawan arak. Ia angkat itu, sembari tertawa ia kata: "Memang
benar, siapa cupat pikiran dia bukan seorang kuncu, dan siapa
tidak kejam, dia bukan taytianghu! Kam Kauwtauw, kaulah
laki-laki sejati! Kau berani berbuat, kau berani bertanggung
jawab! Kaulah orang kaum kita! Mari, mari! Aku hendak
memberi selamat secawan arak kepadamu! Mari kita bersatu
hati bekerja sama, pasti kita bakal dapat membasmi semua
orang Rimba Persilatan di kolong langit ini!"
Sie Ie menyambut! cawan yang diangsurkan itu. Justeru itu
ia melihat Seng Lam mengedipi mata padanya. Lantas ia
tertawa berkakak, sama gembiranya seperti Seebun Bok Ya
itu. Ia kata: "Aku tidak kuat minum, cawanmu lebih kecil, mari
kita menukarnya!" Sembari berkata begitu, dengan
kesehatannya yang luar biasa, ia menyambar cawan di
tangannya Seebun Bok Ya, sedang yang di tangannya ia
angsurkan kembali.
Seebun Bok Ya gusar sekali diperlakukan demikian macam.
"Kau! Kau!... Kurang ajar!" dia membentak. "Hayo...
hayo..." Seng Lam telah bertindak sebat seperti Sie Ie. Ia lompat ke
belakang Seebun Bok Ya. Ia lantas menggunai sebelah
tangannya guna merangkul leher orang, untuk menarik ke
belakang, guna membikin kepala orang ngelengak, karena
mana Bok Ya terpaksa mengeluarkan suaranya itu, hingga dia
mesti membuka mulutnya. Justeru itu Sie le menuang arak ke
dalam mulut orang!
Dasar dia liehay, orang she Seebun ini dapat berontak.
Seng Lam pun cerdik, ia melepaskan rangkulannya sambil
berkelit mundur dengan tindakan Thianlo Pou.
Cangkir arak kena tersampok Seebun Bok Ya, dengan
bersuara nyaring, cangkir itu jatuh ke lantai dan pecah, sisa
araknya berhamburan. Hanya aneh, arak itu mengeluarkan
sinar api bercahaya.
Sudah ada sedikit arak yang masuk ke dalam mulut Seebun
Bok Ya, dia lantas menyemprotkannya keluar, diarahkan ke
muka Sie Ie, yang masih berada di depannya itu. Berbareng
dengan itu, dari tangan bajunya mengepul keluar asap yang
berwarna. Sie Ie berlaku awas dan sebat sekali. Ia berkelit sambil
tertawa nyaring, sembari berkelit itu, tangannya menyambar
dua orangnya Seebun Bok Ya yang berada di sampingnya. Ia
tarik orang itu, untuk dijadikan tameng!
Maka celakalah dua orang itu, yang mukanya terkena arak
dan asap itu. Yang satu matanya terkena asap dan menjadi
buta karenanya, yang lain kesembur arak hingga mukanya
menjadi kebakar hangus!
Sie le lantas berteriak dengan pertanyaannya: "Bukankah
barusan kau mengajak aku bekerja sama" Kenapa kau
sekarang berlaku begini kejam?"
Kejadian itu sangat luar biasa, semua hadirin kaget.
Sukhong Hoa menjadi tercengang.
Kouw Hong Kauw yang cerdik lantas maju di antara Seebun
Bok Ya dan Sie le.
"Mari kita bicara baik-baik!" katanya, cepat. "Mari kita
bicara!" "Dialah orang jahat yang datang kemari nelusup untuk
menjadi mata-mata!" kata Seebun Bok Ya parau. "Sukhong
Tayjin, kau masih hendak melindungi mereka?"
Seebun Bok Ya mempunyai lima belas konco, kecuali Bu
Hui Taysu dan dua saudara. Nie tadi, masih ada tiga belas
orang dengan pakaian serba kuning. Mereka itu lantas
bergerak mengurung Sie Ie berdua. Karena itu, suasana
seperti juga jemparing di busurnya, segera akan
dilepaskannya...
Tepat saat sangat gawat itu, sekonyong-konyong orang
mendengar suara tertawa yang nyaring disusuli kata-kata
keras ini: "Seebun Bok Ya, aku juga datang memberi selamat
padamu!" Kata-kata itu menggetarkan telinga, membuat orang
terkejut. Menyusul itu terlihat munculnya serombongan orang, di
antara siapa yang berjalan di depan ialah seorang tua dengan
tubuh tinggi dan besar, mukanya bercahaya merah. Dia ini
menyambar dua orang serdadu Gieliemkun yang bertugas
menjaga, yang menghadang untuk minta keterangan, terus
dia melemparkannya, hingga dua serdadu itu terlempar jatuh
terbanting, menimpa meja sampai meja itu terbalik. Yang
heran ialah kedua serdadu itu bukan sembarang serdadu tapi
mereka tak berdaya sama sekali, tanpa bersuara dicekuk dan
enteng seperti dua ekor anak ayam, tubuhnya diangkat dan
dilemparkan! Semua orang heran hingga mereka tercengang.
Sukhong Hoa dan Kouw Hong Kauw kaget tetapi mereka
maju bersama. Tepat itu waktu dari belakang si orang tua kosen muncul
seorang imam. "Jangan turun tangan!" dia berseru. "Inilah Loosianseng
Beng Sin Thong!"
Menyusul itu ada lagi suara beberapa orang yang bertanya:
"Apakah itu bukan Kheng Tongcie dan Cin Tongcie?"
Sukhong Hoa melengak.
"Oh, Leng Siauw Tooheng!" ia berseru sejenak kemudian.
"Ini toh kau" Ya, benar, benar! Tooheng, aku mohon tanya,
ada urusan apa Beng Loosianseng datang kemari?"
Rombongannya Beng Sin Thong lantas masuk semua,
semua berdiri berbaris di belakangnya. Di antaranya ada Yang
Cek Hu, adik seperguruannya, Kie Siauw Hong, muridnya, Cin
Tay dan Kheng Sun, kedua bekas tongcie Gieliemkun.
Leng Siauw Cu itu orang Coancin Pay seperti Sukhong Hoa.
Ketika Coancin Pay mengalami keruntuhan, Leng Siauw Cu
hidup menyendiri di gunung Tay-soat San, sedang Sukhong
Hoa membuang jubah sucinya dan menjadi tongnia dari
Gieliemkun. Meski demikian, berdua mereka bercita-cita membangun
pula partai mereka. Maka kebetulan sekali, disini mereka
saling bertemu.
Para hadirin heran mendengar Beng Sin Thong datang
untuk turut memberi selamat kepada Seebun Bok Ya. Dia toh
si hantu kepala! Apa maksudnya yang sebenarnya" Pula,
semua orang berdebaran hatinya.
Kouw Hong Kauw berkuatir, hingga mukanya menjadi
pucat. Semua mata diarahkan kepada jago Siulo Imsat Kang itu.
"Urusan kita ini tidak ada hubungannya dengan urusan
kamu!" berkata Leng Siauw Cu. "Beng Loosianseng datang
kemari untuk berhitungan dengan Seebun Bok Ya! Kamu
semua jangan kuatir!"
Beng Sin Thong tertawa nyaring.
"Seebun Bok Ya!" dia menegur, "bukankah kau hendak
membasmi habis semua orang Rimba Persilatan di kolong
langit ini" Bagus! Sekarang aku si orang she Beng, sekarang
aku datang menganteri diriku sendiri! Kenapa kau masih tidak
mau turun tangan?"
Peristiwa di gunung Binsan itu diketahui baik oleh Sukhong
Hoa dan Hong Kauw. Sebenarnya Sukhong Hoa ingin menarik
Beng Sin Thong ke pihaknya. Untuk itu ia telah minta
perantaraannya Kheng Sun dan Cin Tay. Ia hanya menyesal,
Beng Sin Thong sudah menampik. Beng Sin Thong terlalu
jumawa, dia pun ingin membangun partai sendiri, guna
menaklukkan semua jago Rimba Persilatan, maka dia tak sudi
bekerja sama dengan lain orang. Seebun Bok Ya berpikir lain
lagi. Ia menggunai ketika orang bertempur di Binsan, ia
datang menyerbu. Dengan tindakannya itu, Seebun Bok Ya
membalas sakit hati pribadi dengan menggunai nama
pemerintah. Begitulah pihak Beng Sin Thong dan Binsan Pay


Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kena dirugikan bersama. Sukhong Hoa tidak setujui tindakan
itu tetapi Seebun Bok Ya lagi sedang jayanya, dia tidak berani
bilang apa-apa. Di luar dugaan, sekarang Beng Sin Thong
berani datang secara berterang.
Hong Kauw memberanikan diri. Ia maju ke depan Seebun
Bok Ya. "Beng Loosianseng," ia kata, "aku minta kau jangan
bergusar dulu, sukalah kau dengar perkataanku."
"Hm!" Sin Thong bersuara sambil membuka lebar matanya.
"Bagaimana?"
"Loosianseng bilang Seebun Sianseng bersalah terhadap
loosianseng dan karenanya loosian-seng hendak membuat
perhitungan dengannya, itulah selayaknya," berkata Hong
Kauw, "cuma malam ini malam pesta yang dihaturkan Sri
Baginda terhadap Seebun Sianseng, aku minta sukalah kau
memandang Sri Baginda dan memberikan muka kepadanya!
Seebun Sianseng, kau tuanglah arak satu cawan, kau
suguhkan itu kepada Loosianseng untuk menghaturkan maaf!"
Beng Sin Thong tertawa dingin.
"Dia justeru memikir untuk meracuni aku, mana dapat dia
hanya menghaturkan maaf?" katanya.
Sukhong Hoa mengajukan diri. la tak akur dengan Seebun
Bok Ya tapi urusan ini gawat sekali, terpaksa ia mesti
membantu suara kepada Kouw Hong Kauw. Maka ia tarik
tangannya Leng Siauw Cu kepada siapa ia kata: "Suheng,
tolong kau membantu membujuki Beng Loosianseng. Tidak
apa dia hendak mencari balas, hanya... hanya..."
Beng Sin Thong tertawa lebar.
"Hanya kalau Seebun Bok Ya terbinasakan, kamu jadi tidak
dapat bertanggung jawab terhadap raja, bukan?" kata dia,
jumawa. Sukhong Hoa dan Kouw Hong Kauw bingung. Tanpa
perdulikan lagi Seebun Bok Ya, keduanya menjura pada jago
tua itu. "Benar begitu," kata mereka. "Beng Sianseng, kaulah
seorang yang mengerti keadaan, maka kami minta sukalah
kau minum ini arak penghaturan maaf!"
Sin Thong tertawa lebar.
"Sungguh menarik hati, arak pemberian selamat berubah
menjadi arak penghaturkan maaf!" katanya, mengejek.
"Sayang sekali aku si orang she Beng tak sudi minum arak
macam ini!" Ia berhenti sebentar, ketika ia berkata pula, lagu
suaranya berubah: "Maksudnya raja kamu, aku si orang she
Beng tahu baik sekali! Raja kamu hanya memikir membasmi
semua orang partai besar yang tak sudi menakluk kepada
pemerintah! Usaha itu pasti tak dapat dilakukan oleh Seebun
Bok Ya, sebaliknya aku si orang she Beng, suka aku
menggantikannya bertanggung jawab untuk menyelesaikan
itu! Bahkan aku tidak mengharapi bantuan kamu! Pula apabila
aku berhasil nanti, aku pun tidak bakal menagih jasa atau
hadiah dari raja kamu, tak nanti aku berebut pahala dengan
kamu semua! Demikian, telah aku bicara, maka jikalau kamu
masih merintangi aku, jangan nanti kamu katakan aku
keterlaluan!"
Sukhong Hoa dan Kouw Hong Kauw tidak menyayangi
Seebun Bok Ya, maka itu mendengar suaranya Beng Sin
Thong, mereka masing-masing pikir: "Hilang satu Seebun Bok
Ya, dapat satu Beng Sin Thong! Dia pun tidak mau berebutan
pahala! Inilah jual beli yang menguntungi dan tidak
merugikan!..." Karena ini, dua-duanya berdiam terus, tanpa
banyak omong, mereka menyingkir dari depannya Seebun Bok
Ya. Beng Sin Thong lantas membentak musuhnya: "Seebun
Bok Ya, mana kegalakanmu selama di Binsan" Jikalau kau
benar laki-laki, mari maju melayani aku! Mesti terdapat
kepastian di antara kita, siapa jantan siapa betina!"
Sengaja jago tua itu hendak membikin orang malu. Ia
bersikap terkebur bagaikan kucing hendak menerkam tikus. Ia
seperti hendak mempermainkannya dulu, baru digegares...
Sekonyong-konyong saja terdengar suara meletup, lalu
terlihat asap menghembus naik, begitu tebal dan cepat
melulahannya, meski ruang besar diterangi beberapa puluh
tengloleng, sekalipun di depan mata, sukar orang melihat satu
pada lain kecuali bayangan yang bergerak-gerak!
Seebun Bok Ya melihat gagalnya pembicaraan, ia pun
mendapat kesan Hong Kauw dan Sukhong Hoa hendak
mengorbankan padanya, maka itu justeru ia jeri melayani
Beng Sin Thong, ia menggunai akalnya. Ia melepas layar
asapnya itu untuk ia menyingkirkan diri.
Orang menjadi kaget dan takut. Mereka takut asap itu asap
beracun. Celaka siapa menyedotnya, pikirnya. Oleh karena itu,
orang berebutan lari ke pintu, guna pergi ke tempat terbuka.
Dengan begitu, keadaan menjadi kacau sekali.
"Kemana kau hendak kabur?" Beng Sin Thong membentak,
sambil tangannya menyambar.
Seebun Bok Ya sudah memikir masak-masak untuk
meloloskan diri, dari itu begitu ia melepas asapnya, begitu ia
lompat lari. Benar Beng Sin Thong liehay akan tetapi dia masih
terlambat sedikit, sambarannya itu tidak mengenai
sasarannya, sebaliknya dia kena menjambak seorang dengan
jubah kuning yang kebetulan melintas di dekatnya orang she
Seebun itu. Orang itu bernama Ciauw Tam. Dialah satu di antara
Kiepak Sam-mo-Tiga Hantu Utara. Dia gagah tak di bawahan
Seebun Bok Ya. Ketika dia terjambak, dia merasakan sangat
nyeri. Karena yang tersambar itu tulang pipee-nya. Karena itu,
dia berontak menu-brukkan tubuh kepada penyerangnya. Dia
kuat dan keras tubrukan-nya itu, dadanya Sin Thong kena
terhajar sampai Sin Thong merasa seperti dihajar martil besar,
sakit dan matanya kegelapan. Ia menjadi gusar sekali,
meskipun matanya gelap, ia mengerahkan tenaganya
meremas tulang pipee si baju kuning.
Ciauw Tam merasakan nyeri luar biasa akibat hancurnya
tulang pundaknya itu. Dia lantas roboh untuk tidak berkutik
lagi. Ketika itu, Seebun Bok Ya lari terus.
Layar asap itu tak dapat bertahan lama, meski asapnya
dicampuri sedikit racun. Seng Lam bersama Sie Ie, yang tidak
turut menyingkir ke tempat terbuka, tidak takuti asap beracun
itu. Mereka berdua sudah siap dari siang-siang, mereka
menjaga diri dengan mengemut Pekleng Tan, pil mustajab
yang dibuat dari teratai Salju Thiansan. Laginya, sebagai
orang-orang liehay, mereka tak terhalang hebat oleh layar
asap. Maka dari itu, mereka maju terus.
Seebun Bok Ya mau menyingkir ke jalan atau terowongan
rahasia di dalam istana. Ketika dia baru sampai di muka pintu,
Kim Sie Ie menyandaknya. Sie Ie sudah lantas meluncurkan
tangannya. Sementara itu Hong Kauw senantiasa memasang mata
pada Sie le. Hong Kauw cerdas. Ia melihat Beng Sin Thong
pasti tidak bakal mencelakai raja meskipun Sin Thong kosen
sekali dan telengas, karena itu ia bukan memperhatikan orang
she Beng itu hanya si orang she Kam, Sie le itu masih gelap
baginya. Syukur bila orang tidak bermaksud jahat, kalau
sebaliknya, raja sedikitnya bakal dapat kaget. Demikianlah
melihat Sie le mau menyerang Seebun Bok Ya, ia maju
menyerang Sie Ie.
Tokciu Hongkay merasai sambaran angin, ia lantas berkelit
ke samping. Karena dibokong ia terlambat, lengannya kena
tercekal. Sambil memencet jalan darah kioktie dari Sie le, Hong
Kauw menanya keras: "Kam Kauwtauw, mau apa kau masuk
ke dalam istana?"
Sie le sudah lantas mengenali orang she Kouw itu, maka ia
pikir: "Dialah congkoan dari istana, pantas dia kosen." Tapi ia
tidak berdiam saja, tanpa menjawab, ia mengerahkan tenaga
dalamnya. Hong Kauw terkejut. Mendadak ia merasakan ia mencekal
lengan yang keras, lalu mendadak pula lengan itu menjadi
sangat lunak. Ia heran sebab ia tahu jalan darah kioktie
menjadi jalan darah yang penting, asal kena tertekan, itu
dapat melemahkan tenaga lawan sampai lawan tak bergerak
lagi. Siapa tahu ia sekarang mendapatkan perlawanan luar
biasa itu. Cekalannya lantas terlepas dengan ia mesti mundur
kaget dua tindak.
Habis melepaskan lengannya itu, Sie Ie menyampok ke
samping. Ia melihat satu bayangan berlompat ke arahnya, ia
menyambut. Bayangan itu mental balik, tetapi ia tidak terhajar celaka.
Ialah Kie Siauw Hong, murid yang pandai mencopet dari Beng
Sin Thong. Di saat kacau itu, ia menggunai ketikanya untuk
bekerja memindahkan barang-barang orang. Ia mengarah
barang yang berharga atau yang dapat dijadikan tanda
peringatan. Begitulah dari sakunya Sukhong Hoa ia berhasil
mendapatkan dua helai kertas tulis Gieliemkun yang kosong,
hingga tinggal mengisi nama dan tanggal saja dengan itu
orang bisa memerintahkan atau membekuk orang. Kertas
resmi yang belum terisi itu sudah ada cap kebesarannya.
Sekarang ini, selagi Sie Ie dicekal Hong Kauw, ia hendak
meraba isi sakunya Tokciu Hongkay. Lacur untuknya, ia
terlambat, ia tersambut sampokan Hut ln Ciu. Lebih dulu
daripada itu, ia sudah menyambar pieyanhu kemala dari Hong
Kauw. Karena sampokan itu, ia terpental. Berkat mahirnya
ilmunya enteng tubuh, ia tidak terluka karena sampokan.
Tubuhnya jumpalitan dan lantas meluncur turun.
Beng Sin Thong dapat melihat gerakannya Kim Sie Ie, ia
heran. Ia memang baru saja membinasakan Ciauw Tam. la
kenal ilmu silat yang digunai Kim Sie Ie itu. Bukankah
cekatannya Hong Kauw lolos secara luar biasa dan Siauw
Hong tersampok hebat" Itulah ilmu silat Hut-in Ciu, Tangan
Mengebut Mega, ilmu yang termuat dalam kitab warisannya
Kiauw Pak Beng. Dari heran, ia menjadi curiga. Maka ia
lompat maju pada Kam Kauwtauw.
"Kau siapa?" ia tanya keras. Ia bukan cuma menanya, ia
sekalian menyerang. Bahkan ia menggunai Siulo Imsat Kang
tingkat ke sembilan. Yang ia jadikan sasarannya ialah batok
kepala kauwtauw she Kam palsu itu.
Kim Sie Ie melihat datangnya serangan, ia menyambut
dengan sentilan Tancie Sinthong. Ia menggunai jari
tengahnya. Telak ia mengenai telapakan tangan jago she
Beng, hingga ia dapat menyingkirkan pukulan yang dahsyat
itu. Walaupun demikian, ia merasa hawa yang sangat dingin,
bingga ia terhuyung beberapa tindak, tubuhnya pun menggigil
dua kali! Kembali Sin Thong heran dan terkejut. Orang tak roboh
karena hajaran Siulo Imsat Kang. Ini justeru membuatnya
menyangka orang ini Kim Sie Ie yang lagi menyamar, cuma ia
masih sangsi melihat roman orang yang tua. Ia lagi memikir
untuk menatap, atau mendadak Kim Sie Ie berludah
kepadanya, menyerang dengan Tokliong Ciam, jarum Naga
Beracun. Dengan sebat ia mengibaskan tangan bajunya,
membikin punah serangan itu, akan tetapi ludah yang lunak
itu nempel di tangan bajunya.
Habis berludah, Sie Ie kata tertawa: "Tak usah kau
perdulikan aku siapa! Kau mengganas disini, tak senang aku
melihatnya!"
Sin Thong gusar, ia segera menyerang, yang kedua terus
disusul dengan yang ketiga. Ia menggunai pukulan Kimkong
Ciang dengan tenaga penuh.
Pukulannya ini beda daripada Kimkong Ciang kebanyakan
ahli silat lainnya. Kimkong Ciang mengandal tenaga luar,
tetapi Sin Thong menggabungnya dengan tenaga dalam. Maka
itu, pukulannya ini dahsyat.
Tengah Sin Thong menyerang Sie le itu, ia juga dibarengi
diserang oleh dua orang, yang berlompat kepadanya, masingmasing
dengan senjata ruyung Hangmuie dan roda
Tiatlunpoat, semuanya gegaman yang berat. Sambil
menyerang, dua orang itu berseru: "Gantilah jiwa adikku yang
ketiga!" Dua orang itu dua dari Kiepak Sammo lainnya. Yang satu
bernama Pauw Hiok, yang lainnya Ong In. Mereka hendak
menuntut balas untuk Ciauw Tam. Bertiga mereka hidup
seperti saudara kandung, tidak heran mereka ini gusar tak
kepalang. Beng Sin Thong berseru, kedua tangannya dibarengi
dipentang. Dengan itu ia menangkis dua senjata dengan
tangan kosong, dengan ilmu silat Kimkong Ciang. la
membuatnya terdengar suara beradu yang nyaring.
Pauw Hiok kaget sekali. Senjatanya mental, menghajar
seorang berbaju kuning di sampingnya, hingga orang itu
roboh dengan kepalanya pecah dan jiwanya terbang
melayang. Ong In tidak kurang kagetnya. Di antara tiga Kiepak
Sammo, ialah yang terkuat, senjatanya tidak sampai terpental,
tetapi getaran tangkisan membikin telapakan tangannya nyeri.
Tiatlunpoat dari Ong In mempunyai ujung yang bergigi
seperti gergaji, gigi itu menyambar baju Sin Thong hingga
baju itu robek. Maka itu di samping kaget, Sin Thong menjadi
Pendekar Cacad 5 Jodoh Si Mata Keranjang Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bodoh 19

Cari Blog Ini