Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 5

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 5


Cin Hong menutar kehadapannya dan kembali minta
maaf kepadanya, tiba-tiba kamar besi yang sedang
meluncur turun itu berhenti.
Dalam terkejutnya ia buru-buru bertanya: "Nona Leng,
apakah kita sudah tiba?" Leng Bie Sian berhenti menangis.
menganggukkan kepala dengan sikap sedih.
Cin Hong yang menyaksikan gadis itu demikian sedih,
hingga air matanya membasahi kedua pipinya, hatinya juga
merasa tidak enak katanya dengan suara cemas: "Harap
seka dulu air mata mu, jikalau tidak. apabila terlihat oleh
Suhumu, ia tentu mengira aku benar-benar menghina kau"
Leng Bie sian menyeka air matanya dengan lengan
bajunya, berkata sambil tertawa geli: "Hemmm, Sudah
terang memang kau yang menghina orang Masih mencoba
mungkir?" Sehabis berkata demikian ia berjalan menghampiri
pintunya dan dibukanya, disaat itu tampak sinar terang,
dihadapan matanya tampak sebuah jalanan terowongan
sepanjang Satu tombak lebih. diluar goa adalah bagian
perut gunung yang dilalui oleh kamar besi tadi, disana
terdapat jaring besi yang besar sekali, seolah-olah menutupi
seluruh lembah. Cin Hong mengikuti Leng Bie sian berjalan keluar, tiba
dimulut goa, tampak orang tua gila tadi sedang bertiarap
diatas jaring besi sedangkan PenguaSa Rumah Penjara
dengan kedua kakinya menginjak punggungnya, mulutnya
mengeluarkan suara tertawa dingin yang menakutkanLobang-lobang jendela kamar tahanan. Ular yang
berdekatan dengan tempat itu, banyak tawanan pada
menongolkan kepalanya untuk menyaksikan, ada yang
berteriak-teriak. minta Penguasa Rumah Penjara memberi
penjelasan kepada mereka, setelah menyaksikan orang tua
itu setidaknya sudah sanggup menyambut serangan
PenguaSa Rumah Penjara Sampai lima puluh jurus, ini ada
sesuatu hasil yang Sangat mengejutkan selama ini,
sebetulnya boleh menerima hadiah tiga ribu tail uang emas,
atau minta membebaskan lima belas tawanan, mengapa
sebaliknya harus di totok jalan darahnya". .
Pada saat para tawanan itu sedang ramai membicarakan
Soal itu, di bagian Selatan, diatas jalanan kecil tiba-tiba
terdengar Suara bentakan orang:
"Kalian jangan ribut-ribut, orang tua gila ini
kedatangannya tidak menurut aturan seperti apa yang
sudah di tetapkan oleh Rumah Penjara ini, maka pemimpin
kami tidak bisa dipandang Sebagai penantang biasa"
Cin Hong alihkan pandangan matanya mengikuti arah
suara tadi, tampak seorang yang berbicara itu adalah
Seoraag tua bermuka kuning dan berperawakan gemuk, ia
juga sama dandanannya dengan rombongan orang-orang
yang disebut sebagai Tay-giam ong, justru karena
dandanannya yang lucu itu, maka Cin Hong segera
mengetahui bahwa orang gemuk ini pasti merupakan Salah
Satu dari sepuluh Giam lo ong, maka ia lalu berpaling dan
bertanya kepada Leng Bie Sian: "Nona Leng, dia itu Giam
lo ong nomor berapa?"
"Nomor tiga, ia bernama Lo Po, tugasnya ialah
mengurus para tawanan didalam kamar penjara Ular ini,
orang ini galak sekali lho"
Cin Hong angkat pundak. lalu alihkan pandangan
matanya kepada Penguasa Rumah Penjara, kemudian
bertanya pula: "Bagaimana suhumu hendak
memperlakukan orang tua yang gila itu?"
"Aku tidak tahu, kau tanya saja Sendiri kepada suhuku"
menjawab Leng Bie Sian sambil menggelengkan kepala.
Cin Hong lalu berjalan maju dua langkah berkata pada
PenguaSa Rumah Penjara yang berada diatas jaring dengan
suara nyaring: "IHei. kau hendak perlakukan dia bagaimana
?" Penguasa Rumah Penjara perlah-lahan berpaling
kearahnya, sepasang matanya memancang sinar tajam,
jawabnya dengan suara dingin: "Hukum mati"
Entah dari mana datangnya keberanian, dengan alis
berdiri Cin Hong berkata: "Tidak Kau tidak mempunyai
sedikit alasanpun juga untuk membunuh dia"
Penguasa Rumah Penjara agaknya mengkagumi
keberaniannya, juga agaknya mempunyai kesabaran luar
biasa terhadapnya, ketika mendengar ucapan itu, malah
tertawa dan balik bertanya: "Kenapa?"
"Dia adalah seorang yang pikirannya tidak waras, kau
tidak boleh melakukan kepadanya menurut aturan biasa"
berkata Cin Hong dengan suara keras.
"Tetapi gerakkannya tadi sebelum pertandingan di mulai
tampak wajar, kau tokh sudah menyaksikan sendiri,
bukan?" berkata Penguasa Rumah Penjara Sambil tertawa.
"Memang benar, tetapi setelah pertempuran berlangsung,
dia sudah tidak waras lagi, jika tidak demikian, aku yakin
dia tidak bisa sampai kau pukul rubuh"
Penguasa Rumah Penjara agaknya merasa hal itu sangat
lucu, maka lalu berkata sambil tersenyum: "Dan menurut
pikiranmu, bagaimana harus aku perlakukan dia?"
"Bebaskan dia" menjawab Cin Hong dengan suara
nyaring. "Kalau tidak?" balas bertanya Penguasa Rumah Penjara.
Dalam hati, Cin Hong merasa cemas dan bentaknya:
"Kalau kau tidak bebaskan dia, aku akan lapor kepada
pembesar negeri agar mengirim tentaranya untuk
membasmi kalian" Penguasa Rumah Penjara itu merasa geli mendengar
jawaban kekanak-kanakan dari Cin Hong, katanya sambil
dongakkan kepala dan tertawa:
"Tentara negeri sekarang ini justru paling takut
menghadapi kerewelan orang-orang rimba Persilatan,
mereka pasti tidak berani datang kesini."
Cin Hong merasa bahwa ucapan itu memang tidak
bohong, maka ia lalu berubah pikirannya dan katanya:
"Kalau kau tidak membebaskan dia, aku tidak akan
melukiskan gambar untukmu"
Dengan nada berkelakar penguasa rumah penjara
berkata: "Kalau kau tidak mau melukis untukku, aku nanti
pukul mampus dirimu"
Tetapi Cin Hong setelah mendengar ucapan itu
sebaliknya malah membusungkan dada dan berkata: "Aku
tidak takut, sekarang juga aku akan menantang kau
berkelahi" Banyak tawanan yang menyaksikan keberanian anak
muda itu terhadap penguasa rumah penjara, semua
memandang kepadanya dengan perasaan terkejut dan
kagum Sekali, hingga saling serabutan berteriak-teriak
memberi semangat kepadanya:
"Hebat Itulah baru seorang laki-laki jantan. Lekas kau
lawan padanya. Benar Berkelahi untuk membela kebenaran
dan keadilan, meski Pun kalah juga puas" Dari sana sini
terdengar suara riuh yang menyambut pertanyaan tadi.
Hati Cin Hong tergerak. selagi hendak mengeluarkan
ucapan untuk menantang dengan resmi kepada Panguasa
Rumah penjara tanpa menghiraukan kekuatan tenaga
sendiri, Leng Bie Sian yang berada disampingnya buru-buru
menarik lengan bajunya, dan berkata dengan suara
perlahan: "Kau jangan dengar perkataan mereka yang tidak
senonoh itu, mereka sendiri telah ditawan dalam rumah
penjara, sudah mengharap ada orang lain yang juga
dimasukkan dalam tawanan sebagai kawan mereka"
"Apa boleh buat, Suhumu berbuat keterlaluan dan tidak
menurut aturan, aku terpaksa menantang berkelahi
kepadanya" menjawab Cin Hong dengan tegas.
Hati Leng Bie Sian berdebar keraS, tanpa disadari
olehnya, menariK tangan Cin Hong dan berkata dengan
Suara cemas: "Jangan.. Jikalau kau berbuat demikian, maka
dalam hidupmu ini, jangan harap kau biSa keluar lagi dari
rumah penjara ini" Setelah itu ia berpaling dan berkata kepada suhunya
dengan suara nyaring: "Suhu, kau boleh sekap saja dalam
kamar tawanan pada orang tua gila itu"
PenguaSa rumah penjara tampak berdiri sejenak.
kemudian berkata dengan nada suara dingin: "Tetapi ini
tidak sesuai dengan peraturan kita sendiri"
Dengan nada suara sangat manja Leng Bie Sian berkata
pula: "Tidak... kita disini toh ada sebuah kamar tahanan
khusus, suhu toh boleh tutup dia dalam kamar tahanan
khusus itu." Penguasa rumah penjara itu dengan tiba-tiba seperti
teringat dengan kamar tahanan khusus itu, maka lalu
berkata sambil menganggukkan kepala: "Eee, itu boleh "
Cin Hong berpaling mengawasi Leng Bie Sian yang
berada disampingnya, tanyanya dengan perasaan heran:
"Apa yang dinamakan kamar tahanan khusus itu?"
Dengan suara bisik-bisik ditelinganya Leng Bie Sian lalu
menjawab: "itu adalah sebuah kamar tahanan yarg khusus
disediakan untuk menawan orang-orang kita sendiri yang
berbuat salah, kalau dibandingkan dengan kamar tahanan
naga dan ular, jauh lebih buruk dan lebih berat "
Cin Hong mengerutkanalis, katanya dengan suara berat:
"Bagaimana boleh begitu?"
"Kau jangan tidak tahu diri, Suhuku belum pernah
mudah diajak berdamai seperti hari ini"
Cin Hong diam-diam berpikir: "orang tua gila itu
memiliki ilmu silat yang sangat tinggi sekali, asal dia tidak
mati, pasti masih ada kesempatan untuk keluar dari rumah
penjara ini," maka ia juga lantas sambil menganggukkan kepala,
"Baiklah, kau coba tanyakan lagi kepada Suhumu."
Leng Bie Sian buru-buru berpaling dan berkata kepada
suhunya. "Suhu, baiknya begitu Saja, Apakah suhu anggap
baik ?" Penguasa rumah penjara menganggukkan kepala, lalu
berjalan turun dari atas punggung orang tua tadi dan
memerintahkan Giam-ong gemuk berwajah kuning tadi
supaya membawa orang tua gila itu kedalam kamar
tahanan khusus. . .ia berjalan keluar dari jaring besi dan
lompat kehadapan Cin Hong dan Leng Bie Sian, setelah itu
ia berkata sambil tertawa^ "Siang-jie" aku tahu kau sudah
mulai coba-coba berkhianat"
Wajah Leng Bie sian seketika menjadi merah. ia
memutar tubuhnya dan berkata sambil menutupi wajahnya
dengan kedua tangannya^ "Bagaimana suhu bisa
mengucapkan demikian" Kapan aku pernah berkhianat. ..."
Penguasa rumah penjara tertawa dan berpaling serta
berkata pada Cin Hong. "Cin Hong, sekarang kau sudah
puas?" Dalam hati Cin Hong merasa girang, tapi diluarnya
masih menunjukkan sikap hambar, jawabnya: "Kalau masih
dapat mengampum, ampunilah, kini terhadap kau toh tidak
ada jahatnya, bukan ?"
PenguaSa rumah Penjara berjalan menuju kemulut goa
dimana terdapat alat atau kamar besi yang digunakan untuk
naik turun sebagai tangga, kemudian berdiri didalamnya,
sepasang matanya terus menatap Cin Hong tanpa berkedip.
katanya pula: "Aku tadi telah datang kekamar tahanan untuk melihat
suhumu, aku merasa bahwa kalian suhu dan murid ada
mempunyai semaCam Ciri yang sama, yang satu ialah
seorang kolot yang kukuh sedangkan yang lain adalah
seorang anak yang keras kepala....^"
Dalam hati Cin Hong terkejut, katanya sambil membUka
lebar sepasang matanya: "Kau menengok suhuku ada
keperluan apa?" "Berbicara tentang dirimu, aku kata kepadanya aku
mengharap bisa mempunyai seorang murid laki-laki tetapi
lebih dahulu haruS mengetahui jelas asal-usul dirinya."
menjawab Penguasa rumah penjara dengan sikap tenang.
Cin Hong lantas tersenyum, tanyanya: "Lalu, bagaimana
suhu kata?" "Dia" Sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya,
hanya pura-pura duduk bersemedhi." menjawab penguasa
penjara sambil tertawa dingin.
CIN HONG seolah-olah sangat girang, sehingga ia
tertawa, kemudian ia berkata: "Memang, suhu setiap kali
sehabis minum arak. perlu beristirahat sebentar, siapa pun
yang meng ganggu pasti akan didamprat olehnya"
Wajah Penguasa rumah penjara yang ditutup oleh kain
hitam, tampak gemetar, ia mengeluarkan suara dari hidung,
lalu berjalan menuju kelorong goa, katanya pula "Sekarang
tak usah banyak bicara lagi, ikut aku kembali keruangan
tamu" Cin Hong masih berdiri tegak tidak bergerak. katanya
dengan suara nyaring: "Apabila kau tidak memerlukan aku
melukis dengan segera, aku sebaliknya ingin meninjau
tempat dekat2 kamar tahanan ular ini, apakah boleh?"
Penguasa rumah penjara itu dengan tiba-tiba merandek
dan berpaling, dengan sinar matanya yang tajam, berkata
dengan suara marah: "Kau bocah ini benarkah hendak
selalu berlawanan dengan aku?"
Leng Bie Sian yang melihat suhunya benar-benar sudah
marah, buru-buru menyelah: "suhu, biarlah aku yang bawa
dia pergi melihat-lihat, bagaimana pun juga pekerjaan
melukis itu toh tidak perlu tergesa-gesa" Boleh kah?"
Sepasang mata Penguasa rumah penjara dengan bengis
menatap wajah gadis itu sejenak, katanya sambil tertawa
dingin: "Kau sebaiknya berlaku sedikit hati- hati, mungkin suatu
hari kelak suhumu akan membunuh dia"
Sehabis berkata demikian, dengan seorang diri ia masuk
kedalam kamar besi, lalu menarik pintunya, setelah itu
kamar besi itu perlahan-lahan naik keatas. . . .
Cin Hong telah menampak kamar besi itu sudah tidak
berada disitu, dalam hati sendiri merasa keCewa, ia sendiri
sebelum memasuki rumah penjara itu, dalam bayangannya,
orang yang menamakan diri Penguasa Rumah Penjara itu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pastilah seorang iblis jahat yang sangat kejam, tetapi dari
apa yang disaksikannya sendiri selama setengah hari ini
agaknya tidak demikian halnya, meskipun orang itu
memang benar jauh lebih kejam dari orang biasa, akan
tetapi bukanlah seorang yang tidak memiliki
prikemanusiaan sama sekali, bahkan terhadap dirinya
sendiri, agaknya ada semacam perasaan yang tak dapat
dimengerti olehnya. Hal ini Sekalipun sangat menggelikan,
tetapi ia sendiri juga tidak boleh terlalu kukuh oleh
pandangannya semula yang mengandung perasaan
permusuhan- Sementara itu Leng Bie Sian telah menarik- narik lengan
bajunya, diwajahnya yang cantik tampak sikapnya yang
agak kemalu-maluan, katanya sambil tertawa manis: "Mari
jalan, kau hendak meninjau mulai dari mana?"
Cin Hong menoleh mengawasi ia, dalam hati timbul
semacam perasaan, gadis dihadapan matanya itu
tampaknya sudah mulai jatuh hati terhadapnya, kalau hal
itu benar, rasanya ada sedikit kurang pantas. ia sendiri
dengan In-jie meskipun kenal belum lama, tetapi dengan
gadis itu sudah terjalin suatu perasaan yang dalam. Aiii
Tuhan benar-benar pandai mempermainkan orang, dulu ia
satupun tidak mempunyai kawan wanita, dan sekarang
sekaligus datang kawan wanita sampai dua orang, mungkin
hanya Tuhan yang tahu hal ini, di kemudian hari akan
membawa akibat baik ataukah buruk nasibnya...
Leng Bie Sian yang menampak ia berdiri bingung
mengawasi dirinya, perasaannya meras gambira, Sambil
menundukkan kepala dengan Sikap malu-malu berkata:
"Jalan, perlu apa masih berdiri bingung saja?"
Cin Hong barulah tersadar, ia merasa malu sendiri, buruburu
ia berkata: "Terima kasih ku ucapkan kepadamu nona
Leng" Leng Bie Sian mendongakkan kepala dan tertawa,
kemudian berkata: "Aku adalah tuan rumah, Untuk apa kau
harus mengucapkan terima kasih kepadaku?"
Cin Hong saat itu juga tidak tahu benar, perlu apa
mengucapkan terima kasih padanya, dalam keadaan
demikian, ia buru-buru menunjuk jalanan berliku-liku yang
menanjak ke atas seraya berkata:
"Aaaa, marilah kita berjalan melalui jalanan tangga berliku2
untuk mengadakan peninjauan"
Tetapi Leng Bie Sian sebaliknya menunjukkan lembah
dibawah jaring besi itu, katanya sambil tertawa.
"Dilembah bawah jaring itu ada serombongan tawanan
dari kamar Ular yang menjalani hukuman kerja berat, apa
kau tidak ingin pergi melihat?"
Cin Hong sebetulnya hanya ingin mencari kesempatan
untuk menengok suhunya lagi, maka lalu menjawab sambil
menggelengkan kepala "Itu lain bari saja kita lihat lagi,
sekarang mari kita jalan naik keatas dulu"
Leng Bie Sian terpaksa menurut, lebih dahulu ia berjalan
naik melalui jalan tangga berliku-liku mengikuti dinding
lembah. Cin Hong sementara itu mengikuti dibelakangnya, oleh
karena sudah dikatakan. tadi untuk meninjau, maka
sepanjang jalan itu sambil berjalan dan melihat- lihat
keadaan disisinya. Perbedaannya kamar-kamar yang disebut kamar Ular ini
dengan kamar tahanan yang disebut kamar Naga, ialah
jendelanya agak kecil, dan setiap lobang itu terhalang oleh
ruji-ruji besi, tidak seperti tawanan dalam kamar Naga yang
boleh menongolkan keluar kepalanya.
Cin Hong yang menyaksikan itu merasa heran, maka
lalu bertanya: "Nona Leng, kamar tahanan naga itu terpisah
dengan mulut lembah agak dekat, mengapa jendelajendelanya
tidak diperlengkapi dengan terali besi,
Sedangkan kamar tahanan ular ini terpisah agak jauh
dengan mulut lembah, sebaliknya lobang-lobang jendelanya
diperlengkapi dengan terali besi, itu apakah sebabnya?"
Leng Bie Sian berpaling dan memandang kepalanya
sambil tertawa, kemudian berkata: "Ini juga merupakan
suatu perbedaan dalam perlakuan mereka"
"Tetapi, apabila tawanan dalam kamar naga itu ingin lari
keluar, bukankah lebih mudah dari tawanan yang dikurung
dalam kamar Ular?" "Tidak bisa, tawanan dalam kamar Llong semuanya
merupakan tokoh-tokoh rimba persilatan yang tergolong
tokoh kelas satu, mereka paling sayang kepada nama
baiknya sendiri, siapapun tidak berani menebalkan muka
untuk lari dari rumah perjara"
Cin Hong baru sadar, katanya pula: "Apakah selama ini
belum pernah ada seorang pun yang lari dari sini?"
"Dari kamar tahanan Ular sudah pernah terjadi tiga kali,
tetapi sebelum lari keluar dari lembah sudah dibinasakan
oleh suhu " Dalam perjalanan mereka itu, tibalah didepan jendela
kamar tahanan nomor tiga belas, didalam kamar itu ada
tertawan seorang perempuan tua yang usianya kira-kira
enam puluh tahun, perempuan tua itu parasnya pirus dan
kurus, matanya keCil, hidungnya seperti burung betet,
sepasang pelipisnya menonjol tinggi, wajah itu yang
memangnya sudah buruK, ditambah lagi dengan semacam
hiasan yang tidak dimiliki oleh perempuan yang lainnya, itu
adalah kumis yang melintang diatas bibirnya, jikalau tidak
karena rambutnya disisir seperti wanita yang memakai
sanggul, orang benar-benar akan menganggap ia kaum pria^
Perempuan tua dalam kamar tahanan itu ketika melihat
Leng Bie Sian bersama Cin Hong berjalan dibawah lobang
jendelanya, lantaS berkata kepade Cin Hong sambil tertawa
geli: "Anak muda, apakah kau menantu Penguasa Rumah
Penjara disini?" Cin Hong yang senampak wajah nenek yang aneh
bentoknya itu, tidak berani menjawab ia buru-buru
melangkahkan kakinya berlalu dari hadapannya, kemudian
baru berpaling dan bertanya kepada Leng Bie Sian dengan
suara sangat pelahan, : "Nona Leng, Siapakkah nenek itu?"
"Dia adik adik seperguruan ketua partai Swat Sat-pay
namanya ca cit Kow" Cin Hong terCengang mendengar ucapan itu, hingga
wajahnya pucat seketika, katanya sambil memeletkan
lidahnya: "Ya Tuhan bagaimana seorang perempuan dapat tumbuh
kumis?" "Itulah, setiap kali aku melihatnya selalu ingin tertawa
saja. . . ." Cin Hong menarik napas lega, kalau diingat pertanyaan
nenek tadi, dalam hati merasa agak mendongkol, ia berjalan
lebih Cepat, ketika tiba dibawah jendela kamar nomor duadua
dilobang jendela tidak tampak ada orang, maka ia
melongok kedalam melalui lubang itu, dari situ ia
menampak seorang lelaki tua kurus berambut panjang,
sedang duduk bersemedi dekat dinding tembok, sepasang
tangan dan kakinya semua diborgol, meskipun sikapnya
waktu itu tampak cemas, namun masih kelihatan tandatandanya
seorang gagah. Leng Bie Sian mengikuti dibelakang Cin Hong, katanya
dengan suara sangat perlahan: "Dia adalah ketua generasi
ke empat belaS dari partai Thian Shia pay, Koo Su Yang,
sifatnya sangat aneh, selamanya belum pernah suka
berbicara dengan orang lain"
Cin Hong tidak berani berdiam lama-lama, takut akan
menyinggung perasaan orang tua itu, buru-buru
meninggalkan dan berjalan beberapa langkah, ia berhenti
lagi dan bertanya kepada Leng Bie Sian^
"Apakah semua ketua dari dua belas partay besar pada
dewasa ini, terkurung dalam penjara ini?"
"Hemm, diantaranya ada dua kerua dari partay besar
yang dikurung dalam kamar"
"Apakah mereka mudah menerima nasibnya begitu
saja?" "Apa mau dikata" orang2 rimba persilatan harus bisa
pegang janji, siapa suruh mereka datang menantang?"
Cin Hong mengeleng-gelengkan kepala sambil menghela
napas,. orang-orang itu oleh karena hendak
mempertahankan nama baiknya, rela menerima
penderitaan semaCam ini, ini dapat mencerminkan
bagaimana sifatnya orang-orang rimba persilatan.
"Lagi beberapa langkah adalah kamar tahanan ketua
partay oey san generasi tujuh belas Siau can Jin, yang dapat
julukan It-yang-cie dia merupakan seorang yang paling
menjemukan didalam kamar tahanan ular ini ....." berkata
Leng Bie Sian, Mendengar ucapan itu hati Cin Hong tergerak, teringat
dirinya sendiri yang sejak masih keCil sudah membawa
kunci berukiran huruf Llong yang menjadi milik ketua oey
San-pay dan yang dikabarkan telah hilang, seperti apa yang
dikatakan oleh suhunya, ia pasti ada mempunyai hubungan
dengan partay itu. Satu jam berselang oleh karena waktu menongok bagi
para tahanan sudah habis waktunya, maka suhunya tidak
keburu menceritakan bagaimana harus pergi ketempat
tahanan partay oey san-pay untuk menyelidiki asal usul
dirinya, dan sekarang ia dapat melibat ketua partay tu,
mengapa tidak menggunakan kesempatan itu untuk
mencari sedikit keterangan" Mungkin dapat mengorek
sedikit keterangan dari mulutnya..
Setelah berpikir demikian, ia lalu akan melaksanakan
maksudnya, tetapi oleh karena Leng Bie Sian meng atakan
bahwa It- yang cie Siauw cinJin itu merupakan orang yang
sangat menjemukan, maka. ia lantaS berhenti dan bertanya
lagi: "oooh. kenapa dia tidak disukai oleh orang disini?"
"Dia itu orangnya sangat licik, paling Suka main gila,
diwaktu bekerja berat selalu mau enaknya saja"
Cin Hong merasa geli mendengar keterangan itu, ia
berjalan lagi dan ketika sudah dekat dengan kamar nonor
dua puluh satu, dari lobang jendela tampak menongol
kepala seorang tua yang matanya sipit, kulit mUkanya
putih. Tampaknya orang itu lama menantikan kedatangan
cia Hong. dibibirnya tersUngging satu senyUman, ketika
Cin Hong berada dekat dengannya, lalu berkata sambil
tertawa berseri: "Anak muda. boleh kah kita berbicara
sebentar?" Cin Hong yang justru ingin bicara dengannya ketika
mendengar ucapan itu lalu menganggukkan kepala dan
menjawab sambil tertawa: "Siauw ciang bun-jin ada
keperluan apa?" Sepasang mata yang sipit dari Siau can Jin memancarkan
sinar yang tajam, katanya sambil tertawa: "Bolehkah aku
ingin mengetahui dulu she dan nama serta gurumu?"
"AKu yang rendah bernama Cin Hong, gurku It-hu
Sianseng. . . ." menjawab cin Hon sambil memberi hormat.
Wajah Siauw can Jin berubah Seketika, sambil
membelalakkan matanya lebar-lebar, dari mulutnya
terCetus satu seruan: "ouW" dengan tiba-tiba ia
menunjukkan Sikap sangat girang, dan katanya Sambil
mengangguk-anggukkan kepala berulang-ulang: "Kiranya
kau adalah murid To-tayhiap"
Cin Hong dapat merasakan sikap oraag she Siauw itu
terlalu dibuat-buat, sehingga dalam hatinya timbul kesan
tak baik atas sipatnya, maka ia lantas menjawab sambil
tertawa hambar: "Apakah Siauw ciang bun-jin ingin bicara denganku?"
Siauw can Jin kembali menganggukkan kepala dan
berkata sambil tertawa: "Ya, ya Hanya ingin menanyakan
suatu halsaja, ada hubungan apakah cin Siauhiap dengan
PenguaSa Rumah Penjara ini?"
"Tidak ada hubungan apa- apa, kehadiranku kesini
sebetulnya hendak menengok suhu, kemudian laowcu
Suruh aku melukiS Sebuah gambar seorang, syaratnya aku
boleh menengok suhu lagi, maka itu aku lantas tinggal
disini" Siauw can Jin kembali mengangguk-anggukkan
kepalanya, dan tampaknya ia sedang memikirkan jawaban
Cin Hong tadi, lama baru membuka suara lagi, dan berkata
dengan suara perlahan: "Ada satu hal aku orang tua ini ingin minta pertolongan
Siaohiap. tetapi entah Siaobiap suka atau tidak membantu
kepadaku?" "coba Siauw ciangbunjin terangkan saja dahulu, jikalau
aku dapat membantu, sudah tentu aku bersedia
membantumu" Siauw can Jin sudah hendak membuka mulutnya lagi
mengalihkan pandangan matanya kepada Leng Bie Sian
yang berdiri dibelakang Cin Hong, Setelah itu ia baru
berkata sambil tertawa kepada Leng Bie Sian:
"Bolehkah kiranya nona Leng menyingkir untuk
sementara?" "Kau ini hendak berbuat apalagi?" demikian Leng Bie
Sian balas menanya sambil mengerutkan alisnya.
Wajah Siauw can Jin menjadi merah, katanya sambil
tertawa masam: "Nona Leng bisa saja, aku hanya ingin
minta pertolongan- kepada cin Siaohiap ini, mengenai
segala urusan yang ada hubungannya dengan partai.
bukanlah hendak melakukan perbuatan yang melanggar
peraturan disini" Leng Bie Sian terpaksa berjalan menyingkir, tiba
dibawah jendela kamar nomor dua puluh lantas berhenti
untuk menunggu Cin Hong. Sementara itu Siauw can Jin yang menampak Leng Bie
Sian sudah pergi, barulah berkata kepada Cin Hong dengan
suara yang sangat pelahan: "Urusan yang kuinginkan minta
pertolongan cin Sloawhiap ini, biar bagairmana jangan
sampai diketahui orang ketiga, sekalipun Suhu Siaohiap
sendiri atau sahabatyang paling akrab dengan cin
Siaowhiap juga tidak boleh diberitahukan kepadanya, hal
ini apakah kiranya cin Siaobiap sanggup?"
Cin Hong merasa heran atas usulnya itu, tetapi karena
tertarik oleh perasaan anehnya, ia lantas menjawab dengan
suara datar:

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ciangbunjin minta aku pegang rahasia, itu boleh saja,
tetapi sebaiknya ciangbunjin jelaskan dahulu urusan itu
mengenai urusan apa" supaya aku dapat mengambil
keputusan dapat membantumu atau tidak."
Kembali dengan suaranya yang sangat perlahan sekali
Siauw can Jin berkata : "Aku hanya ingin minta kepada cin
Siaohiap untuk membawa pesan beberapa patah kata
kepada ketua partay oey-san yang Sekarang Kwa Kam Kie,
bolehkah?" Cin Hong pikir ada kemungkinan ia sendiri mungkin
akan mengadakan perjalanan kegunung oey San, maka hal
itu merupakan suatu hal yang kebetulan baginya, maka lalu
menjawab sambil menganggukkan kepala:
"Baik, sekarang harap ciangbunjin Ceritakan pesan apa
yang ciangbunjin ingin aku Sampaikan."
Sepasang mata sipit SiaUW can Jin menengok ke kanan
dan ke kiri luarjendela, lalu minta kepada Cin Hong
mendekatkan telinganya barulah ia berkata kepadanya
dengan berbisik-bisik. "cin Siaohiap. kapan saja kau keluar dari Rumah Penjara
ini harap supaya berkunjung ke gunung oey-san untuk
menjumpai ketuanya yang sekarang, beritahukan
kepadanya, Supaya segera berangkat kepuncak gunung
Bong-sian-hong sebelah selatan dimana terdapat sebuab
batu besar yang bentuknya seperti singa, lalu minta ia
mengambil Sejild kitab rahasia dibawah batu besar itU.
Kitab itu disimpan di bawah batU besar itU oleh couwsu
kami pada tiga ratus tahun berselang. Dalam pesan
terakhirnya, pernah mengatakan bahwa Setiap generaSi,
apabila mengalami bencana bagi partai, ketuanya tidak
boleh mengambil kitab itu. . . ."
"Sepuluh tahun berselang ketika aku datang kesini untuk
menantang pertandingan, belum menceritakan hal kepada
Suteku Kwa Lam Kie, sekarang aku sudah merasa bahwa
tiada harapan lagi bagiku untuk keluar dari dalampenjara
ini, meminjam tenaga dari kitab rahasia peninggalan
couwsu kami itu, oleh karenanya maka aku minta kepada
cin Siaohiap agar beritahukan kepada sute minta ia lekas
mengambil kitab rahasia itu dan melatih ilmU pelajarannya
yang aneh dan ajaib sekali, untuk datang menantang
Penguasa Rumah Penjara ini. Di samping itu, waktu cin
Siaohiap menceritakan kepadanya mengenai soal ini sekal^kali tidak boleh ada orang ketiga yang berada disitu, juga
tak boleh menceritakan kepada siapa pun juga bahwa
kedatangan cin Siaohiap ini adalah atas permintaanku.
Sudikah kiranya cin Siaohiap membantu maksudku
ini?"Cin Hong agak lama berpikir, barulah menjawab
sambil menganggukkan kepala:
"Boleh, tapi bagaimana kalau ciangbunjin partai oey San
pay yang sekarang tak mau perCaya pada ucapanku?"
"Ini soal mudah, cin Siaohiap boleh minta kepadanya
segera berangkat bersama-sama dengan Siaohiap uatuk
menggali kitab pusaka itu, ada atau tidaknya bukankah
segera dapat diketahui buktinya?"
Cin Hong pikir itu memang benar, ketika ia menengok
kearah Leng Bie Sian lagi, tampak gadis itu seperti tidak
sabaran menunggu dirinya, maka ia lalu berkata lagi kepada
siauw can Jin: "Baiklah, urusan ini akupasti akan bantu ciangbunjin
untuk melakukan, disamping itu juga aku ada sedikit urusan
hendak tanya kepadamu. Sudikah ciangbunjin menjawab
dengan jujur?" "Urusan apa?" balas bertanya Siauw cian Jin heran.
Cin Hong bersikap Setenang mungkin, katanya Sambil
tersenyum. "Aku telah mendengar kabar bahwa dalam
rimba persilatan pada dua puluh tahun berselang pernah
terjadi suatu perkara gaib mengenai. Soal apa yang
dinamakan kotak rahasia dan dua belas anak kunci emas,
aku juga dengar kabar bahwa ketua partaymu waktu itu ada
memegang sebuah kunci yang terukir huruf Liong, tetapi
kabarnya anak kunci itu telah hilang pada delapan belaS
tahun berselang, ciangbunjin tentunya tahu bagaimana
hilangnya anak kunci itu. Bolehkah kiranya ciangbunjin
menceritakan kepadaku?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Siauw can Jin berubah
dengan mendadak. sinar matanya menunjukkan sikapnya
yang terkejut dan terheran-heran, lama ia mengawasi Cin
Hong dari atas sampai kebaWah.
dalam hati Cin Hong diam-diam juga terkejut dan terheran2,
namun ia masih berusaha berlaku setenang
mungkin katanya sambil tertawa:
"Urusan ini dalam rimba persilatan sudah bukan
merupakan rahasia lagi, mengapa ciangbunjin tampaknya
demikian terkejut?" siauw can Jin lalu mendongakkan kepala dan tertawa
terbahak-bahak untuk menutupi rasa terkejutnya, katanya
sambil tertawa nyaring: "Sudah tentu hal ini bukan merupakan rahasia lagi, yang
mengherankan bagiku ialah mengapa cin Siaohiap hendak
mencari keterangan soal ini?"
"Hanya tertarik oleh perasaan aneh saja tetapi jikalau
ciangbunjin merasa ada kesulitan, biarlah tidak usah
ciangbunjin menceritakan"
siauw can Jin tiba-tiba menundukkan kepala untuk
berpikir, kemudian berkata sambil menghela napas:
"Dengan terus terang, aku sendiri sebetulnya juga tidak
tahu bagaimana hilangnya anak kunci yang kau tanyakan
tadi, ini disebabkan karena ketua generasi ke enam belas
partay kamiSuma Sin, pada suatu petang dengan tiba-tiba
diketemukan orang mati dipuncak gunung Thian-tu-hong,
Waktu itu aku masih belum mengetahui soal adanya dua
belas anak kunci emas itu, setelah aku menggantikan
kedudukannya sebagai ketua, dua tahun kemudian, pada
suatu hari aku telah menerima surat dari Lian in Taysu, dari
gereja Siau-lim si yang mengundang aku datang ketelaga
Thay pekpik dengan membawa anak kunci yang berukiran
huruf Liong, untuk sama2 mengangkat kotak Wasiat dari
dasarnya telaga itu, barulah aku mengetahui adanya urusan
ini. Waktu itu atas persetujUan semUa anak murid
golongan kami telah diadakan kesepakatan untuk menggali
kuburan ketua kami dahulu, untuk mencari anak kunci
yang dimaksud, tetapi hasilnya nihil hingga Sekarang,
urusan mengenai hilangnya anak kunci emas itu, masih
merupakan suatu teka-teki yang belum terpecahkan."
Cin Hong merasa keCewa, tetapi ia masih bertanya lagi:
"Kalau begitu, dengan Cara bagaimana kematian Suma
ciangbunjin partaymu?"
"Aku hanya dapat menjawab bahwa ia mati karena
sudah takdirnya dipanggil oleh Tuhan, diatas badannya
tidak terdapat sedikitpun tanda luka dianiaya..." menjawab
Siauw can Jin sambil menghela napaS panjang.
Cin Hong yang tidak dapat jawaban yang memuaSkan
dari ketua partay oey San itu, juga tidak ingin bicara lebih
banyak lagi, maka ia lalu menerima baik pertanyaannya,
apabila Sudah keluar dari rumah penjara, akan pergi
kegunung oey-san, lalu ia minta diri kepadanya dan
berjalan menghampiri Leng Bie SianLeng Bie Sian menyongsong kepadanya dan bertanya
dengan suara perlahan- "Dia minta kau melakukan urusan
apa?" "Tidak apa apa...." menjawab Cin Hong sekenanya
sambil menggelengkan kepala.
Leng Bie sian menunjukkan sikap penuh perhatian dan
tidak tenang, katanya: "Dia sebetulnya bukan orang baik,
kau tidak boleh tertipu olehnya"
Cin Hong merasa bersyukur tetapi juga takut atas
perhatian gadis itu terhadap dirinya, katanya sambil
menundukkan kepala dan tertawa^
"Tidak bisa, ia hanya minta aku menyampaikan
beberapa patah kata kepada seseorang."
"Untuk siapa?" bertanya lagi Leng Bi Sian.
"Maaf, aku sudah berjanji kepadanya tidak akan
menceritakan kepada siapa pun juga " menjawab Cin Hong.
"Barang kali dia suruh Kau mengundang Seorang yang
sangat lihay untuk datang kemari?"
"Bukan, dalam rimba persilatan dewasa ini masih ada
siapa lagi yang dapat melawan suhumu, ?" menjawab Cin
Hong sambil menggelengkan kepala.
"Susah dikata, kepandaian ilmu silat Suhu meskipun
tinggi sekali, tetapi ia juga sering berkata bahwa diatas
orang pandai masih ada yang lain yang lebih pandai"
Cin Hong ketika mendengar ucapan itu dengan tiba2
teringat diri seorang tokoh kuat nomor satu dalam rimba
persilatan yang tidak diketahui namanya, hanya nama
julukannya saja yang disebut sebagai. Tetamu tidak
diundang dari dunia luar, maka ia lalu berkata:
"Aneh, tokoh rimba persilatan yang mendapat gelar
Tetamu tidak diundang dari dunia luar itu, mengapa hingga
saat ini belum datang menantang kepada suhumu?"
"Siapa tahu" Mungkin dia takut kalah"
"Dia mungkin benar-benar bukan tandingan Suhumu,
tetapi setidak-tidaknya masih sanggup menyambut pukulan
gurumu beberapa puluh jurus, dan setidak-tidaknya boleh
membebaskan- ..." Belum habis ucapannya, diatas lembah tiba-tiba
terdengar suara gendang yang sangat riuh. . . .
Leng Bie Sian dengan mata terbuka lebar dan sangat
bersemangat bertanya kepada ci Hong sambil tertawa: "Hei
Tahukah kau apa artinya bunyi itu" Ada orang menantang
bertanding lagi" Semua lobang jendela kamar tawanan, dengan Cepat
tampak menongol kepala- kepala orang-orang tawanan,
Setiap orang pada menunjukkan sikap tegang dengan mata
terbuka lebar memandang keatas, sedang mulutnya berteriak2:
"Pertandingan Pertandingan-Ada orang datang
menantang lagi" "Hei coba kalian duga kali ini siapa yang datang"
"Ha. . .ha. . .dua hari berselang adalah It-hu Sianseng
bersama Thian-san Soat Popo, hari ini mungkin tokoh
kenamaan yang disebut tamu tak diundang dari dunia luar
itu" "Tamu tidak diundang dari luar dunia" Ha. . .ha. . .bagus
Sekali" "Bagus sekali. . . ."
Demikian dari antara mulut para tawanan terdengar
suara riuh. Dari tempat pertandingan diatas senar besi telah
terdengar suara pukulan gembreng lima kali, suara riuh dari
para tawanan tadi juga berhenti.
Seluruh lembah sesaat berada dalam suasana
ketegangan, semua semua mata para tawanan ditujukan
keatas senar, mereka pada berusaha untuk dapat
menyaksikan pertandingan itu dengan se-baik2nya. tetapi
karena terpisah sangat tinggi sekali, mereka tidak dapat
melihat dengan tegas. Para tawanan itu rupa-rupanya pada mengharapkan
pertandingan itu selesai dengan ramai, pada umumnya
mereka mengharap Penguasa rumah penjara yang menang,
supaya mereka bertambah lagi kawan dalam penjara, untuk
membagi pekerjaan mereka.
Dari itu, semua mengharap bahwa orang yang datang
menantang pertandingan itu adalah orang yang diharapharap
oleh mereka, ialah tamu tidak di undang dari luar
dunia. Cin Hong juga tujukan pandangan matanya ke tempat
yang sangat tinggi itu, Samar-samar diatas senar itu ada
setitik bayangan orang, oleh karena tempatnya itu terlalu
tinggi, ia tidak dapat melihat bagaimana orangnya dan
pakaiannya, maka ia lalu berpaling dan bertanya kepada
Leng Bie Sian: "Nona Leng cobakau lihat dia itu adalah tamu tidak
diundang dari luar dunia ataukah bukan?"
Leng Bie Sian agaknya merasa pertanyaan itu terlalu
kekanak-kanakan, maka lalu tertawa kecil dan menjawab:
"Demikian tinggi tempatnya, bagaimana aku dapat melihat
dengan nyata?" "oooh Kepandaian ilmu silatmu toh lebih tinggi dari pad
aku, menurut aturan pandangan matamu seharusnya juga
jauh lebih hebat dari padaku"
Sepasang mata Leng Bie Sian dibuka lebar- lebar,
katanya dengan perasaan terheran-heran: "Ha kepandaian
ilmu Silatku jauh lebih tinggi daripadamu?"
"Sudah tentu, sedikitnya kau lebih tinggi tiga kali lipat
dari padaku" menjawab cin sambil menganggukkan kepala.
"Tidak Kau lebih kuat dari padaku, tadi ketika kau
memeluk aku didalam kamar kecil tadi, bagaimana pun
juga aku berusaha juga tidak dapat melepaskan diri dari
pelukanmu. ." Muka ciu Hong menjadi merah, ia lantas lari menuju ke
kamar besi, katanya: "Lekas jalan, kita naik ke atas untuk
menonton pertandingan"
Leng Bie Sian mendongakkan kepalanya memandang ke
atas lembah, kemudian mengejar Cin Hong Sambil berseru:
"Kamu lihat Suhuku sudah berjalan di atas senar itu"
Cin Hong mendongakkan kepalanya, benar saja tampak
setitik bayangan orang di atas, orang itu yang sedang
berjalan lambat-lambat menghampiri orang yang sedang
menantang. Sudah tentu orang itu adalah Penguasa rumah penjara
itu sendiri, ia berjalan kehadapan penantangnya, terpisah
kira2 satu tombak lantas berhenti, tampaklah sedang
berbicara dengan penantangnya.
Mereka bicara rupanya agak lama, kedua pihak masih
berdiri berhadapan, oleh karena Cin Hong tak dapat
mendengar pembicaraan mereka, seolah-olah dua ekor
burung yang menclok diatas kawat.
Leng Bie Sian mendongakkan kepala, dengan perasaan
terheran-heran ia berkata: "Hei suhuku hari ini bagaimana"
Belum pernah berbicara demikian banyak dengan
penantangnya. .

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selama masih bicara, dua bayangan orang diatas senar
itu tampak bergerak, Penguasa rumah penjara sudah
melanjutkan serangan kepada penantangnya, dua kakinya
dengan cepat menggerakkan,senar-senar besi yang besar itu,
sehingga menimbulkan suara alunan musik yang
memilukan hati. . . . Suara itu menimbulkan perasaan pilu bagi setiap orang
yang mendengarkan, hingga tanpa disadari orang
mendengarkan teringat kembali segala penderitaan yang
Cin Hong dengan tiba-tiba teringat kepada riwayat dirinya
yang mengenaskan, juga teringat kepada suhunya yang kini
tertawan didalam rumah penjara itu, hingga tidak sanggup
mengendalikan perasaan sedihnya yang timbul seCara
mendadak. air matanya mengalir berCucuran- . . .
Leng Bie Sian sedikitpun tidak merasa heran, ia hanya
menunjukkan perasaan simpatik sambil mendekati dan
menarik tangannya gadis itu berkata:
"dalam hatimu pasti ada menyimpan hal-hal yang sangat
menyedihkan- Lekas kau tutup telingamu dengan jari
tanganmu.Jikalau tidak. kau nanti bisa seperti seorang
linglung karena terlalu sedih hatimu"
Cin Hong tidak medengar ucapan gadis itu, ia se-olah2
terbenam dalam kesedihan besar, tidak tahu dimana
sekarang berada. Leng Bie Sian sangat cemas, sehingga tidak
memperdulikan lagi perasaan malunya, tangannya menarik
lengan tangan Cin Hong, mukanya ditempelkan ditelingan
dan berkata dengan suara agak nyaring: "Hei, kau dengar
perkataanku tadi atau tidak?"
Cin Hong yang ditarik seCara demikian lantas sadar,
dengan mendadak ia menundakkan kepala dan memandang
gadis itu seraya bertanya^ "Kau, memukul aku?"
Sepasang pipi Leng Bie Sian menjadi merah, menjawab
dengan Suara perlahan dan bersikap kemalu-maluan:
"Lekas tutup telingamu dengan tangan, kau tampaknya
sudah terpengaruh oleh suara senar tadi"
Cin Hong juga seolah-olah baru sadar bahwa Penguasa
rumah penjara itu bisa mainkan senar itu dengan ilmu
gaibnya, tetapi ia juga merasa bahwa irama itu sangat indah
dan enak sekali didengarnya, jikalau ia tidak mendengarnya
tidak merasa puas, maka ia lalu menggelengkan kepalanya
dan berkata: "Tidak Aku hendak mendengarkan"
Setelah berkata demikian, Cin Hong mendongakkan
kepala untuk menonton lagi, tampak sepasang kaki
Penguasa Rumah Penjara itu masih bergerak diatas
senarnya, sedangkan penantangnya juga lompat kesana
kemari, tetapi jelas sikapnya menampak sangat repot sekali.
Leng Bie Sian takut apa bila Cin Hong terpengaruh oleh
suara senar itu sehingga mengganggu kesehatannya, maka
buru-buru menarik lengan bajunya dan berkata:
"Hei Tahukah kau apa namanya irama itu?"
Cin Hong masih tetap mendongakkan kepala, tanpa
banyak pikir lantas menjawab: "Mengenangkan sahabat."
Leng Bie Sian menunjukan sikapnya yang kagum,
bertanya pula sambil tertawa^ "Syairnya?"
Cin Hong dengan Cepat pula membaCakan syair yang
diminta oleh gadis tadi. Baru saja habis menyanyikan syairnya, Penguasa rumah
penjara diatas senar itu dengan mendadak melancarkan
serangannya, dari jauh ia mengirim satu serangan tangan
ditujukan kepada penantangnja, penantangnya itu sempat
ter-huyung2.seolah-olah tertiup oleh angin, sehingga
terlempar keluar dari atas senar dan melayang turun
kebawah lembah. Cin Hong terkejut sehingga wajahnya menjadi pucat,
mulutnya berseru: "Ayaa. bagaimana demikian Cepat sudah
kalah?" Leng Bie Sian sendiri agaknya juga dikejutkan oleh
kejadian itu, katanya: "oooh, orang inipasti bukanlah Tetamu tak diundang
dari luar dunia.... ayaa rasanya seperti seorang wanita
muda" orang yang datang menantang tapi dengan cepat sudah
meluncur turun kedalam lembah sedalam tujuh tombak,
sehingga tubuhnya juga tampak semakin nyata, kini semua
orang sudah dapat melihat bahwa orang itu adalah seorang
yang bertubuh kecil langsing mengenakan baju merah,
benar saja adalah seorang wanita yang masih muda sekali.
Leng Bie Sian lantas berkata sambil menepok-nepok
tangan: "Bagus dalam rumah penjara ini belum pernah
kedatangan seorang wanita muda yang menantang
pertandingan, ia adalah satu-satunya orang gadis selama
sepuluh tahun ini " Cin Hong ketika melihat wanita muda itu mengenakan
pakaian warna merah, Segera mendapat firasat buruk.
hatinya berdebaran, sepasang biji matanya hampir saja
melompat keluar. ia tujukan pandangan matanya kepada
tubuh yang meluncur turun itu sehingga berada diatas
setinggi lima tombak. kini barulah dapat dikenali bahwa ia
adalah Yo in in yang datang bersamanya dan menantikan
diluar bersama-sama can Sa Jie, setelah melihat tegas lalu,
ia berseru kaget: "Yaa Allah Kau ternyata tidak lain in-jie." waktu itu
sudah terjatuh kedalam jaring kawat yang besar itu, mental
tiga kali barulah rebah diatas kawat, waktu itu tampaknya
sudah pingsan- Cin Hong segera lompat meleset kejaring kawat itu,
dengan membentang kedua lengan tangannya memondong
tubuh Ie-jie seraya berseru: "Injle, In-jie ...,."
Banyak tawanan yang melihat dalam jaring itu terjatuh
tubuh Seorang gadis berwajah Cantik, orang yang dari
golongan baik-baik pada menggelengkan kepala dan
menghela napas, sedangkan orang dari golongan sesat pada
kegirangan dan berteriak-teriak: "Ya kiranya adalah
Seorang gadis cantik sekali "
"Bagus sekali kali ini kita dapat kawan seorang gadis
cantik yang akan menghibur dalam rumah penjara ini"
"Ha ha, seorang gadis yang cantik Sekali, aku rela
bekerja berat untuknya, asal ia...."
Cin Hong saat itu merasa gemas dan gusar, ia memeluk
In-Jie erat-erat dan mendongakkan kepala, berkata dengan
suara bengis: "Siapa yang sedang mengoceh" Jikalau kalian
berani mengoceh yang tidak karuan lagi, aku nanti akan
pukul mampus kalian semua"
In-jie waktu itu perlahan-lahan membuka mata, setelah
mengetahui bahwa ia sendiri berada dalam pelukan pemuda
idamannya, Sesaat sinar matanya menjadi terang. ia
berusaha untuk duduk dan katanya dengan suara girang:
"Cin Hong, apa kau tidak mendapat kesulitan apa-apa?"
Cin Hong meletakkan dirinya, juga duduk diatas senar
dan berkata sambil menghela napas.
"Habislah, siapa yang suruh kau masuk kemari untuk
menantang bertanding ?"
In-jie lompat bangun, sedikitpun tidak merasa sedih, ia
merasa tertarik dan ter-heran2 oleh keadaan disekitarnya,
bahkan dengan perasaan girang ia berkata:
"Mereka memberitahukan kepadaku bahwa Penguasa
Rumah Penjara akan menahan kau disini untuk melukis
gambar, aku tidak percaya, hendak masuk untuk
menanyakan kau sendiri, tetapi mereka tidak mengizinkan
aku masuk. dan waktu aku minta mereka agar
memberitahukan padamu untuk keluar sebentar, mereka
juga tidak mau aku percaya, terpaksa mendaftarkan diri
untuk menantang bertanding"
Cin Hong mendadak melompat dan berkata dengan
suara gusar. "Tetapi tahukah kau bahwa kau akan tertawan
dalam rumah penjara ini?" Kini In-jie tampak berduka,
sambil menundukkan kepala ia berkata:
"Aku tidak perduli, aku hanya ingin melihat kau"
"Haa Mengapa can sa jie membiarkan kau masuk
kemari" Sungguh gila"
In-jie mendongakkan kepala, meliriknya sejenak.
kemudian berkata dengan suara pe-lahan2.
Waktu itu jaring kawat besar telah bergerak dua kali,
Giam lo ong ketiga Lo Po yang bermuka kuning yang
bertugas mengurus tawanan-tawanan dalam rumah penjara
Ular, tiba2 muncul disamping mereka. ditangannya
membawa borgolan yang terbuat dari besi baja, wajahnya
menunjukan sikap yang dingin, ia berkata sambil mengapai
kepada In jie^ "Nona kecil, kau adalah tawanan nomor seratus lima,
Sekarang mari ikut aku"
"Kemana?" bertanya In-jie bingung.
Giam-ong bermuka kuning Lo Po menggoyanggoyangkan
borgolan dalam tangannya hingga
memperdengarkan suara berincingan, katanya sambil
tertawa dingin. "Kau masih bertanya hendak kemana, sudah tentu pergi
kekamar tahanan nomor seratus lima"
Sekarang In-jie baru merasa takut. buru-buru
menyembunyikan diri dibelakang Cin Hong lalu berkata
sambil memegangi lengan tangan Cin Hong. "Cin Hong
sekarang bagaimana"^
Cin Hong buru2 memberi hormat kepada Giam lo ong
bermuka kuning Lo Po seraya berkata: "Sam Giam-ong,
ijinkanlah aku membawa dia menjumpai Louw-cu"
"Tak ada gunanya Barang siapa yang terpukul jatuh dari
atas sini, sudah tidak ada kesempatan lagi untuk berunding"
menjawab Giam-ong bermuka kuning sambil tertawa dingin
dan menggelengkan kepala.
In jie tiba-tiba berkata: "Hemmm Kedatanganku adalah
hendak mencari Subengku, aku justru tidak mau perdulikan
aturan busuk yang ditetapkan oleh Louwcumu itu"
Si Giam-ong bermuka kuning merasa geli, ia
mengacungkan tangannya sambil menunjuk para tawanan
yang menongolkan kepalanya dari lubang jendela, katanya
sambil tertawa: "Kau lihat, banyak tawanan disini semua pada
memperhatikan dirimu, apakah kau merasa enak untuk
omong seenakmu sendiri?"
Injie menengok kekanan kekiri, benar saja banyak mata
para tahanan disitupada ditujukan kepadanya sambil
menunjukan sikap mengejek hingga sesaat itu ia merasa
cemas, malu dan takut, mencekal kencang-kencang lengan
tangan Cin Hong tidak mau dilepaskan, ia bertanya lagi
kepada anak muda itu: "Cin Hong, bagaimana?"
Cin Hong sendiri juga sangat cemas hingga seperti semut
diatas penggorengan, tetapi ia tahu bahwa urusan itu sudah
meningkat demikian rupa, bukanlah ia sendirinya yang
dapat mengalahkan Laouwcu dari rumah penjara itu,
jikalau ia tidak dapat mengalahkan Laucu, tentu tidak dapat
menolong kawannya ini. "Ai Bagaimana" Sebelum kau menantang kepada
Lauwcu mengapa tidak pikir dulu masak-masak" Baru
sekarang kau bertanya kepadaku, harus apa, ini benar2 sulit
sekali." Giam-ong berwajah kuning tampaknya tidak bisa
menunggu lama-lama, ia mengerutkan alisnya, dengan
sinar matanya yang berkilauan menatap injie, kemudian
berkata dengan suara berat:
"Nona kecil, apa kau hendak melawan perintahku"
Ketahuilah oleh mu, perbuatan itu bagimu bukanlah suatu
perbuatan yang baik"
Cin Hong dengan tiba-tiba teringat kepada diri Leng Bie
Sian, maka ia lalu berpaling untuk menengok kearah gadis
tadi berdiri, tetapi diatas jalanan lembah itu sudah tidak
tampak lagi bayangannya. ia segera mengerti apa sebab
gadis itu berlalu, dalam keadaan demikian, apa boleh buat
terpaksa ia berpaling dan berkata kepada In-jie:
"Injie, kau sekarang ikutilah dia pergi lebih dulu, aku
hendak menjumpai Lauweu untuk minta berunding
dengannya, Sukakah kau menurut?"
Air mata In-jie menetes turun, katanya sambil menangis:
"Bagaimana seandainya ia tidak mau melepas aku?"
"Yah, apa boleh buat, terpaksa berlaku nekad, meskipun
akhirnya akulah yang akan habis." menjawab Cin Hong
sambil menundukkan kepala dan menghela napas.
In-jie menangis semakin keras sambil menutupi
wajahnya. katanya dengan suara terisak-isak: "Kalau begitu
aku telah mencelakakan dirimu. ..."
Cin Hong menepok perlahan bahunya mendorongnya
lagi seraya berkata: "Pergilah, tabahkan hatimu, jangan
sampai ditertawakan orang"
In-jie maju dua langkah, berpaling mengawasi Cin Hong
seraya berkata sambil menangis: "Jika dia tidak mau
membebaskanku, kau harus datang menengok aku"
Sepasang mata Cin Hong juga berkaca-kaca, katanya
sambil mengangguk-anggukkan kepala^ "Aku pasti datang,
kau jangan bersedih...."
Giam ong bermuka kuning lantas membawa In-jie keluar
dari jaring kawat besar, lalu lompat kejalanan dalam
lembah, dengan mengikuti-jalan yang beriiku-liku itu,
tibalah kejalan dalam goa.
Dengan mata yang berkaca-kaca Cin Hong mengawasi
berlalunya In-jie hingga menghilang kedalam goa, dalam
hati merasa tertusuk oleh belati tajam, sungguh kasihan
seorang gadis kecil yang sifatnya masih kekanak-kanakan,
oleh karena hanya menuruti bisikan hati kecilnya, akhirnya
telah menempuh jalan yang menyedihkan, ia akan menjadi
seorang tawanan dalam rumah penjara dengan kaki dan
tangan di borgol, setiap hari akan makan nasi dari beras
kasar dan lobak kering, dan masih melakukan pekerjaan
kasar bersama-sama tawanan lainnya yang terdiri dari
berbagai jenis manusia, bahkan ada kemungkinan tidak
dapat keluar dari rumah penjara ini untuk selama-lamanya,
dengan demikian jiwanya yang sangat berharga dan masa
mudanya akan dikorbankan di dalam rumah penjara yang
gelap gulita ini. . . . la semakin berpikir semakin cemas, dengan tiba-tiba ia
lompat keluar darijaring kawat besar, buru-buru lari ke


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ruangan yang menuju kejalan terowongan, dengan tiba2
tampak Leng Bie Sian dengan tenang berdiri disamping
kamar untuk naik turun itu, tampaknya ia sudah tahu
bahwa Cin Hong akan datang, maka ia menantikan
kedatangannya ditempat itu,
Cin Hong dengan mendadak merandek berkata
kepadanya sambil tertawa kecil. "Aku kira kau sudah naik
lebih dulu" Leng Bie sian mengUndurkan diri masuk kedalam kamar
untuk naik turun kelembah itu dengan sikap sedih
menunjukkan tertawa kecil kemudian berkata:
"Aku tahu tidak dapat membantu kau suatu apapun oleh
karenanya, maka terpaksa bersembunyi di tempat ini"
Cin Hong juga berjalan masuk. kemudian menarik pintu
besinya, katanya dengan penuh emosi: "Aku hendak
menjumpai suhumu, sudikah kau menggerakkan alat untuk
naik ke atas?" Leng Bie Sian menekan knopnya dua kali
maka pintu itu bergerak keatas ....
"Dia itu pernah apa denganmu?" bertanya Sang gadis.
"Mengapa ia datang menantang minta bertanding?"
"Semata-mata hanya hendak menengokku"
"ooo...Jadi hubungan kalian kalau begitu baik sekali?"
"Hem. . . ." "Dia sangat cantik"
"Hmmm. . . ." "Seandai Suhu tak menerima baik permintaanmu untuk
membebaskan dia. apa yang hendak kau perbuat?"
Cin Hong mengangkat muka memandangnya sejenak,
bertanya dengan nada sedih: "Apakah tidak ada
kemungkinan suhumu membebaskan dia?"
Leng Bie Sian mengelakkan pandangan mata Cin Hong,
jawabnya hambar^ "Apabila suhu membebaskan dia,
seluruh tawanan dalam rumah penjara ini, barangkali juga
minta di bebaskan semua"
Cin Hong menundukkan kepala, katanya: "Dapatkah
kau memberikan bantuan padanya. Supaya memikirkan
suatu cara agar suhumu mau menerima permintaanku?"
Leng Bie Sian menggeleng-gelengkan kepala, jawapnya
lirih^ "Tidak. . . ."
Cin Hong mengangkat mata lagi, melirik kepadanya
seraya bertanya: "Kau yang tidak ataukah suhumu?"
"Sekalipun aku yang mengatakan tidak. kau juga tidak
ada satu alasan untuk marah kepadaku. Kita sebenarnya
memang berdiri sebagai lawan, bukankah begitu?" Cin
Hong anggap memang ucapan itu betul terpaksa
menganggukkan kepala diam saja. Leng Bie Sian juga
berdiam sambil menundukkan kepala,....
Tak lama kemudian, kamar yang merupakan alat untuk
naik turun dari lembah itu telah tiba di atas, Cin Hong
membuka pintu besinya, dan lebih dulu keluar dari
dalamnya, ia lari masuk keruangan tamu, matanya segera
tertumbuk kepada Laucu rumah penjara itu, yang sedang
berdiri dipinggir jendela, mukanya ditujukan keluar,
agaknya sedang berpikir keras, sikapnya tampak sangat
tenang, seolah-olah sudah melupakan apa yang terjadi
dalam medan pertempuran tadi.
sebelum Cin Hong membuka mulut, lebih dulu ia sudah
berkata dengan nada suara yang dingin:
"Cin Hong, kau boleh turun gunung,"
Cin Hong terCengang. tanyanya heran-, "Apa katamu?"
"Aku Sudah tahu bahwa kau tak mau melukiskan
gambar untukku, maka sekarang boleh pergi dari sini"
jawab Laucu yang masih berdiri tetap sambil memandang
keluar jendela, "Tidak. aku masih akan melukiskan gambar untukmu,
asal kau mau membebaskan sumoyku"
"Aku tidak tahu kau akan mengajukan permintaan ini,
maka aku suruh kau turun gunung"
Cin Hong sejenak melengak. kemudian membantah:
"Sumoayku masih terlalu muda, kau tidak boleh berlaku
demikian keras terhadapnya"
"Justru oleh karena ia masih terlalu muda usianya, maka
ketika aku mengerti maksud kedatangannya, aku sudah
memberi nasehat padanya supaya jangan coba- coba
menantang, akan tetapi ia tidak mau dengar. Seseorang
gadis kecil yang tidak tahu diri seperti itu dia, Jikalau tidak
diberikan sedikit hajaran, tentunya akan mengira bahwa
rumah penjara rimba persilatan boleh dibuat main-main,"
berkata Laucu rumah penjara dingin.
Kembali Cin Hong dibuat terCengang sekian lama, ia
berjalan maju dua langkah dan menyoja memberi hormat
kepadanya berkata: "Suhuku pernah mengajar aku tidak boleh bersikap
terlalu lemah dan minta- minta kepada orang. Tapi
sekarang aku terpaksa harus memohon kepadamu,
dapatkah kau memberi suatu jalan untuk membebaskan
dia?" Laucu rumah penjara it uperlahan-lahan memutar
tubuhnya, kerudung kain hitam diwajahnya bergerak-gerak
sebentar, dari lobang matanya yang tajam, lama ia
memandang Cin Hong, akhirnya menunjukkan sikap tidak
berdaya, katanya sambil menggelengkan kepala.
"Hanya ada satu jalan, dia masih bisa mendapat
kesempatan untuk menantang lagi satu kali. jikalau ia
sanggup menyambut seranganku lima kali kedudukannya
bisa dipindah sebagai tawanan dalam kamar penjara naga,
dan barang siapa yang sanggup menyambut Sepuluh kali,
saat itu bisa dibebaskan"
"Kalau begitu kumohon padamu supaya mengalah
sedikit, bagaimana seandainya memberikan kesempatan
kepadanya supaya ia dapat menyambut sepuluh jurus ?"
Laucu rumah penjara itu tercengang, kemudian berkata:
"Tadi dibawah mata orang banyak, satu juruspun ia tidak
sanggup menyambut seranganku, Sekarang kau minta aku
memberikan kesempatan supaya ia dapat menyambut
sepuluh jurus, apakah kau kira para tawanan dalam rumah
penjara ini semuanya buta matanya ?"
"Kalau begitu bagaimana seandaianya kau berikan
kesempatan kepadanya agar dapat menyambut lima kali
seranganmu saja supaya dapat dipindahkan kekamar
tahanan Naga?" "Tidak bisa Kepandaiannya masih terpaut terlalu jauh
denganku" menjawab Laucu rumah penjara tegas.
"Kalau begitu bagaimana baiknya?"
"Suruh dia melatih diri lebih giat"
"Harus beriatih lagi berapa lama?"
Laucu rumah penjara mendongakkan kepala dan tertawa
terbabak-bahak^ setelah itu berkata: "Setahun belum
berhasil, dua tahun Dua tahun tidak bisa, yah, boleh coba
lagi sampai tiga tahun. Kalau masih uga belum berhasil,
empat tahun. Empat tahun tidak berhasil ...."
Cin Hong mendadak marah, bentaknya dengan keras:
"Kau ngoceh, kau tawan dia disini, apa suruh tunggu
sampai dia berubah menjadi nenek-nenek ?" Laucu rumah
penjara tertawa terbahak-bahak kemudian berkata.
"Ha ha, para ketua partay yang dahulu ikut bersamasama
Thay-pek Siang ong membuat mujijat, sudah ada dua
orang yang binasa dalam Rumah Penjara ini. Kalau ia
berubah menjadi nenek-nenek. itu apa herannya?"
Cin Hong tidak dapat mengendalikan perasaan
marahnya lagi, ia menggulung lengan bajunya dan berkata
dengan nada suara marah: "Baik Aku menantang
pertandingan denganmu"
Laucu rimba persilatan telah menghentikan ketawanya,
ia berkata perlahan sambil menganggukkan kepala: "Boleh
tetapi aku perintahkan kepadamu lebih dulu, setelah aku
pukul kaujatuh kebawah kau tidak dapat dikurung bersamasama
dengan dia" "Tidak halangan, kau taWan aku ke dalam kamar seratus
enam sudah cukup" "Tidak ada urusan yang demkian enak, Aku harus
memisahkan kalian jauh2. Diwaktu bekerja keras juga harus
dipisah, supaya kalian berdua siapapun tidak dapat melihat
satu sama lain" berkata Laucu rumah penjara sambil
menggelengkan kepala, Cin Hong tidak berdaya, diam-diam ia pikir kalau
demikian halnya, apakah perbuatannya itu tidak akan tersia2
belaka" Maka harus kupikir dulu masak-masak. jangan
sampai tindakanku ini nanti menjadi penyesalan
dikemudian hari, sedangkan suhu sendiri barangkali juga
tidak akan membenarkan tindakanku ini.
Akan tetapi bagaimana dengan in-jie" Bagaimana ia
dapat menahan penderitaan penghidupan dalam kamar
penjara yang demikian buruk. . . ."
Leng Bie Sian yang sejak tadi terus berdiri tenang di
pinggir pintu mendengarkan pembicaraan mereka, dari
sikap Cin Hong yang membela In-jie demikian mati-matian,
ia sudah merasa agak kecewa, tetapi saat itu ketika
menyaksikan Cin Hong berada dalam kesulitan, dalam hati
merasa tidak tega, maka ia lalu membuka mulut dan
memaaggil suhunya dengan suara perlahan: "suhu. . . ."
Lauweu rumah penjara berpaling, dari matanya
memancarkan sinar bengis, lalu mulutnya mengeluarkan
suara bentakan: "Sian-jie, kau mau membantu ia bicara" ini bukan suatu
perbuatan yang sangat gila?"
"Suhu, aku bukan hendak membantu ia bicara. . . ."
menjawab Leng Bie Sian sambil menundukkan kepala.
Sejenak Lauweu rumah penjara itu tampak tercengang,
kemudian berkata: "Kalau begitu kau hendak bicara apa?"
Leng Bie Sian mengangkat muka, dengan sikap
ketakutan berkata: "Suhu, sudah sewajarnya kalau menawan nona itu
kedalam penjara ular, ini sesuai dengan peraturan yang
sudah Suhu tetapkan, akan tetapi ada satu hal yang
menyangkut persoalan kesusilaan yang seharusnya juga
suhu pikirkan" LAUcU rumah penjara itu miringkan kepala untuk
berpikir, kemudian bertanya:
"Kau maksudkan ia sebagai seorang gadis kecil tidak
seharusnya bercampuran dengan tawanan-tawanan laki-laki
bekerja kasar bersama-sama?"
"Ya, dia kalah dalam pertandingan, seharusnya
dipenjarakan, akan tetapi dia tak mempunyai kewajiban
untuk menerima perlakuan sama dengan tawanan laki-laki,
apa lagi ia sampai menjadi bulan-bulanan oleh para
tawanan laki-laki itu "
Laucu rumah penjara itu agaknya menganggap bahwa
pikiran Leng Bie Sian itu memang ada benarnya, ia lalu
mengangkat kepala dan berpikir, kemudian berkata: "Kalau
menurut kau, bagaimana Suhumu harus memperlakukan
dia?" Leng Bie Sian melirik Cin Hong sejenak. lalu berpaling
kepada Suhunya dan berkata sambil tersenyum: "Boleh kah
kiranya suhu memerintahkan ia melakukan pekerjaan lain,
umpama kata ia Tawanan yang lain-lainnya pergi kekamar
masing-masing untuk makan, dan ia boleh dikeluarkan
untuk membantu membawa tawanan lainnya membagibagikan
sayur kepada mereka, dengan demikian mereka
juga tidak berani menghina ataU berlaku kasar
terhadapnya" Laucu itu tertawa, kemudian berkata sambil
angkat bahu: "cara begini juga belum tentu sempurna, para tawanan
itu toh boleh menggoda padanya dengan kata-kata mesum
umpamanya". Leng Bie Sian juga tertawa, kemudian
berkata. "Jikalau mereka berani berbuat demikian, maka kepada
orang itu nona itu boleh memberikan sedikit makanan atau
tidak diberi makan kenyang. ini seperti juga siksaan
baginya, dengan demikian sudah tentu orang-orang itu tak
akan berani menggoda atau berlaku kurang ajar
terhadapnya, bahkan sebaliknya, mereka tentunya akan
berlaku baik hati atau bersikap ramah supaya jangan sampai
kelaparan. Kalau sudah begitu siapa lagi yang berani main
gila terhadapnya ?" LAUcU rumah penjara rimba persilatan itu berjalan
mondar mandir sambil menggendong tangan, lalu berkata
sambil tertawa ringan: "Heh Kalau demikian, bukankah ia akan berubah
menjadi raja perempuan yang tidak dapat diganggu lagi?"
Leng Bie Sian kembali melirik kepada Cin Hong, dan
berkata sambil tertawa: "Ini apa Salahnya " Dia adalah satu-satunya nona yang
dalam sepuluh tahun ini berani menantang bertanding di
lembah ini. Biarlah diberikan kesempatan baginya untuk
mengangkat derajat kaum wanita, itu juga ada baiknya"
Laucu rumah penjara itu berdiam sambil berpikir,
kemudian berhenti dan menatap wajah Cin Hong,
kemudian bertanya sambil tertawa:
"Cin Hong, usul muridku ini juga tidak melanggar
peraturanku. Jika kau suka menerima usul ini aku dapat
segera mengeluarkan perintah untuk dilaksanakan.
Bagaimana kau pikir?"
Cin Hong berpikir bolak-balik dalam hati juga tahu
apabila ia mengadakan pertandingan dengan Laucu itu,
sudah tentu tak bakal ungkulan melawan. Bukanlah suatu
jalan yang baik bagi dirinya. Sekarang karena keadaan
sudah menjadi sedemikian rupa, terpaksa membiarkan Injie
menerima hukuman sedikit lebih dulu, kemudian baru
perlahan-lahan memikirkannya daya upaya lain untuk
menolong nona itu keeluar dari rUmah penjara ini.
Begitulah, saat itu ia lalu menjawab sambil menganggukkan
kepala. "Baiklah, hanya aku masih perlu pergi memberi
nasehat kepadanya" Sehabis berkata demikian, ia memutar tubuhnya hendak
berjalan keluar, tetapi Laucu rumah penjara sudah
memanggilnya: "Jangan kesusu, kau daharlah dulu sebentar, pergi nanti
toh sama juga , bukan?"
Kiranya waktu itu hari sudah gelap. seorang pegawai


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumah penjara sudah menyediakan makanan malam.
Dalam keadaan demikian tentu Cin Hong tak dapat enak
dahar. Tapi ketika lihat hidangan ada paha ayam, napsu
makannya timbul. Bersama Laucu dan muridnya lalu
makan bersama di satu meja.
Yang mengherankan ialah, Laucu itu meskipun sedang
makan, tetapi masih tidak membuka kerudung kain hitam
di mukanya, di waktu makan dengan sangat hati- hati sekali
ia masukkan makannya dalam mulut Sambil menyingkap
kain yang menutupi mukanya, ia makan dengan tenang dan
sangat teratur, sedikirpun tak mirip seocang iblis yang
menggemparkan rimba persilatanCin Hong memakan apa yang disukainya saja, seperti
paha ayam, dalam hatinya hanya ingin minum seCawan
dua arak saja, diluar dugaannya disitu tidak tersediakan
arak. Maka setelah dahar hampir habis, ia tidak dapat
menahan perasaan herannya. Lalu bertanya^ "Apakah
kalian tidak mempunyai kebiasaan minum arak?"
Laucu tampak terCenggang ia balas bertanya: "Apa kau
ingin minum arak?" Cin Hong menganggukkan kepala dan menjawab sambil
tertawa: "Jikalau ada, aku memang benar ingin minum
barang seCawan dua saja." Laucu itu setelah berpaling,
berkata pada Leng Bie Sian^
"SianJie, pergilah kekamar suhumu dan ambilkan sebotol
arak simpanan yang sudah lama itu"
Leng Bie Sian bang kit dan lari menuju kekamar
Suhunya, tak lama kemudian ia sudah baliK lagi Sambil
membawa sebotol arak dan tiga Cawan, lebih dulu ia
memberikan kepada Cin Hong SeCawan penuh barulah
kepada suhunya dan paling akhir dia sendiri.
Laucu itu tiba-tiba menunjukkan sikap terheran-heran- ia
berseru kaget, "He" kemudian bertanya kepada muridnya:
"SianJie, apa kau juga hendak minum?"
Muka Leng Bie Siang menjadi merah,jawabnya sambil
tertawa kemalu-maluan: "Hanya hendak minum seCawan
kecil saja, apakah Suhu tidak keberatan?"
"Baiklah, tetapi kau harus jaga jangan sampai mabuk
arak hingga sikapmu berubah" Cin Hong mencium dulu
araknya, kemudian berkata Sambil mengangguk-anggukkan
kepala: "Hem, ini benar-benar arak tulen dari Heng-hoaChun" "Kau ternyata kenal barang baik, ini adalah arak yang
sudah kusimpan selama sepuluh tahun lebih," berkata
Laucu dengan pujiannya, Leng Bie Sian juga turut berkata sambil tertawa: "Suhu
adalah setan pemabukan, dia juga setan kecil pemabokan,
sudah tentu kenal barang baik"
Cin Hong menenggak seCawan, berkata sambil angkat
bahu: "Aku sebenarnya tidak suka minum arak hanya hari
ini jikalau tidak minum sedikit sesungguhnya pikiran hatiku
masih merasa pepat" Laucu itu juga minum setegukan, lalu meletakan
Cawannya dan berkata sambil tertawa: "Kau marah
terhadap siapa ?" Cin Hong kembali minum seteguk. jawabnya hambar.
"Jikalau aku mengatakan marah terharapmu itu barang
kali terlalu tidak ada aturan, betul tidak ?"
"Sudah tentu, kau harus tahu bahwa kau adalah orang
pertama sejak kubangun rumah penjara ini, yang makan
bersama-sama satu meja denganku. Apabila urusan ini
tersiar diantara orang-orang rimba persilatan, barang kali
tiada seorangpun yang mau percaya" berkata Laucu rumah
penjara sambil menganggukan kepala.
Cin Hong meletakan Cawan araknya, sambil menyumpit
sepotong paha ayam diletakan kemangkoknya sendiri,
katanya sambil tertawa hambar:
"Terima kasih, aku juga pernah mendengar banyak
Cerita mengenai diri Laucu, maka perlakuanmu hari ini
terhadap diriku yang agak istimewa benar-benar sangat
mengherankan dan mengejutkan diriku "
"Besok pagi jikalau kau membuat lukisan untukku,
mungkin masih ada hal-hal yang akan membuatmu
semakin terkejut " Cin Hong hanya mengeluarkan seruan "oh" sangat
perlahan, juga tidak menanyakan lagi urusan apa yang
dimaksudkan mereka sebenarnya, ia mulai dengan diam,
setelah selesai makan, selagi guru dan muridnya itu tidak
ambil perhatian, dia telah mencuri paha ayam yang
diletakkan dalam mangkoknya dimasukkan kedalam lengan
bajunva sendiri, kemudian bangkit dari tempat duduknya
seraya berkata : "Kalian silahkan makan perlahan-lahan, aku sekarang
hendak menengok Sumoayku. Apakah Laucu tidak
keberatan?" Leng Bie Sian turut bangkit dan berkata: "Perlukah aku
bawa kau pergi?" Cin Hong baru-buru memberi hormat dan berkata sambil
mengucapkan terima kasih:
"Tak usah, aku bisa mencari sendiri."
Laucu rumah penjara memandangnya sejenak.
kemudian berkata lambat-lambat sambil tertawa: "Jikalau ia
merasa kurang enak dengan paha ayam itu, kau boleh
nasehati kepadanya supaya makan besok pagi saja"
Cin Hong tidak menduga bahwa perbuatannya, mencuri
paha ayam itu, sudah pergoki oleh Laucu rumah penjara,
maka pada saat itu wajahnya menjadi merah, buru-buru
memutar tubuh dan lari keluar. Ia segera menuju kekamar
yang digunakan untuk naik turun kebawah lembah, dengan
meniru perbuatan Leng Bie Sian tadi yang menggerakkan
alat dalam ruangan kamar itu, ia menggerakkan kamar besi
itu turun kebawah dalam waktu sekejap mata, ia sudah tiba
tempat yang dituju, ia lalu keluar dari ruangan
kamar,jendela rumah penjara itu satu-persatu dilewatinya,
mulai dari nomor dua puluh empat hingga sampai nomor
dua puluh tujuh.... Ia memutar lima putaran, barulah tiba diluar jendela
kamar nomor seratus lima. Ini adalah kamar yang letaknya
paling belakang, terpisah dengan lembah itu masih kira-kira
tiga puluh tombak lebih dalamnya. Waktu itu sinar
rembulan menyinari dasar lembah, samar-samar tampak
dibawah sana ada beberapa alat-alat seperti pacul dan lainlainnya,
dapat dibayangkan bahwa alat- alat itu adalah yang
dipergunakan oleh para tawanan untuk bekerja kasar.
Ketika Cin Hong tiba didepan jendela tawanan nomor
seratus lima, dari situ masih terdengar suara isak tangis
yang keluar dari mulut In-jie, ia lalu melongok kedalam.
tampak gadis itu rebah miring didinding sebelah kanan,
sepasang tangannya diborgol dengan rantai besi, demikian
pula sepasang kakinya rambutnya yang panjang terurai
sampai dipundaknya, keadaannja sangat menyedihkan"In-jie" demikian Cin Hong memanggil kepadanya
perlahan, matanya juga ikut basah.
In-jie dengan cepat lompat duduk. perlahan-lahan
bangkit berdiri. Karena kakinya diborgol maka dengan
susah payah ia baru bisa berjalan mendekati lobang jendela
sepasang matanya sudah merah bendul. Sambil menangis
tersedu sedan berkata: "Engkoh Hong, bagaimana
sekarang?" Cin Hong berusaha untuk menahan mengalirnya air
mata, ia paksakan diri untuk tertawa kemudian berkata:
"Kau sudah makan atau belum?"
"Aku tidak bisa makan, Kau tidak tahu tadi didalam
nasiku aku telah mendapatkan satu kutu beras. . . ." berkata
In-jie sambil menggelengkan kepala dan menangis.
cin Kong buru-buru mengeluarkan paha ayamnya dari
lengan bajunya, diberikan kepadanya melalui lobang
jendela seraya berkata: "Nah, makanlah dulu paha ayam
ini" In-jie tidak mau menyambut, hanya berkata sambil
menangis dengan sedihnya: "Tidak aku tidak lapar. . . ."
"Tidak makan mana boleh" Kau nanti bisa sakit perut
karena kelaparan" berkata Cin Hong cemas.
"Mengapa kau tidak memberitahukan hasilmu dalam
pembicaraan dengan Laucu rumah penjara untuk
membebaskan aku" Dan mengapa kau mesti suruh aku
makan?" berkata In-jie menangis semakin keras.
"Makanlah dahulu aku nanti akan beritahukan
kepadamu perlahan-lahan"
In-jie menggelengkan kepala dan berkata^
"Aku benar tidak bisa makan, kau lekas beritahukan
kepadaku " Cin Hong menghela napas perlahan, katanya dengan
membujuk: "Kalau begitu kau boleh tinggalkan dan makan
besok pagi saja, bagaimana?"
In-jie terpaksa menyambut paha ayam itu dan
menghentikan tangisnya, tanya dengan suara sedih:
"Dengan Cara bagaimana kau bisa mendapatkan paha
ayam ini?" "Laucu Tumah penjara telah mengundang aku makan
bersama-sama, dan dari meja makan itu aku telah mencuri
sepotong untukmu " In-jie tertawa geli, katanya:
"Kalau dia sudah mengundang kau makan barangkali
juga bersedia buat membebaskan aku bukan?"
Namun Cin Hong menghela napas, mencarikan
bagaimana hasilnya pembicaraan dengan Laucu, pada
akhirya ia berkata, "Sekarang kau terpaksa harus sabar
beberapa hari, biarlah aku nanti perlahan-lahan berusaha
buat menolong kau boleh kah?" In-jie kembali mengucurkan
air mata, katanya Sambil menangis.
"Bagaimana bila kau tidak mendapatkan daya upaya
yang baik buat menolong aku keluar?"
"Barangkali tidak sampai demikian serius. Tapi jangan
lupa, kau harus terus melatih ilmu Silatmu dan harus lebih
giat. Apa bila dalam waktu yang cepat bisa dirobah kamar
tahananmU kekamar tahanan naga, waktu itu kesempatan
buat melarikan diri jauh lebih banyak daripada ditempat
ini" "Aku harus melatih ilmu silat berapa lama baru dapat
menyambut pukulannya sampai lima kali?"
Cin Hong memejamkan matanya dan menarik napas
dalam-dalam, katanya perlahan:
"Satu tahun tak berhasil dua tahun, dua tak belum
berhasil, yah tiga tahun, bila tiga tahun masih belum juga
berhasil.,.." In-jie mendadak marah alisnya berdiri katanya sengit:
"Kau ngoceh Apa kau Suruh aku jadi nenek-nenek dulu?"
"Ah tidak, besok pagi aku akan pergi mengunjungi
suhuku dan Suhumu, barangkali Suhu dapat memikirkan
suatu Cara yang lebih baik."
In-jie menundukan kepala, dan berkata Sambil
manangis: "Suhu pasti marah terhadapku, aku tahu...."
Dua anak muda itu saling berpandangan dengan hati
pilu, untuk Sementara suasana menjadi hening.
Seluruh penjara kini tampak sangat sunyi, sinar
rembulan memancarkan sinarnya didinding lembah,
menyinari lubang-lubang jendela yang berderet disepanjang
lamping dinding, sehingga merupakan pemandangan yang
sangat misteri, menyeramkan. . . .
Pada saat mereka masih dalam suasana hening, diatas
lembah setinggi seratus tombak lebih itu tiba-tiba terdengar
suara nyanyian seorang Wanita yang sangat merdu sekali,
seolah-olah keluar dari mulut bidadari dari kayangan.
Suara nyanyian itu sebentar meninggi Sebentar rendah,
sebentar cepat, sebentar lambat, kedengarannya merdu
sekali, dan pada akhirnya, semakin lama suara itu semakin
rendah, dan semakin rendah semakin halus, dan tanpa
dirasa sudah menghilang kembali
Cin Hong dan in-jie mendengarkan suara nyanyian itu
dengan penuh perhatian- sampai suara nyanyian itu lenyap
cukup lama, keduanya barulah sadar kembali. In-jie
pertama yang membuka kesunyian, katanya dengan
perasaan heran: "Siapa yang menyanyi itu. Alangkah merdu Suaranya."
"Mungkin murid perempuan Laucu rumah penjara yang
bernama Leng Bie Sian itu. Tapi dia adalah seorang gadis
remaja, bagaimana bisa menyanyikan lagu Siao-thao-hong"
agaknya tak sesuai,..." In-jie terkejut dan bertanya:
"Murid perempuan Laucu rumah penjara rimba
persilatan" Apakah kau pernah melihat dia?"
Cin Hong menganggukkan kepala. Kalau teringat
bagaimana sikap In-jie yang menunjukkan nyata sekali
perasaan Cintanya, hatinya juga tergerak.
"Hemm", demikian jawabnya singkat.
"Berapa tahun usianya?"
"Kira-kira seusiamu begitulah"
"cantikkah dia?"
"cukup Cantik, selisih tidak jauh denganmu"
In-jie rupanya masih hendak bertanya lagi, ketika tibatiba
terdengar suara seorang tua dari kamar nomor seratus
empat. "Kalian sudah dengar yang menyanyi tadi bukanlah
murid perempuan Laucu rumah penjara"
Cin Hong yang mendengar ucapan itu terkejut, ia
melangkah ke kamar nomor seratus empat. Tampak
olehnya di belakang lubang jendela itu ada berdiri seorang
tua yang mukanya penuh bopengan, rambutnya sudah
berwarna dua, orang tua itu begitu melihat Cin Hong
berjalan kedepan jendelanya, seolah-olah ketemu dengan
keluarganya sendiri, di wajahnya menunjukkan sikap
bersemangat, tanyanya: "Anak muda, apakah kau datang
menengok keluargamu?"
"Ya. . . .siapakah locianpwe yang mulia?" berkata Cin
Hong sambil memberi hormat.
Wajah orang tua itu mendadak berubah suram, katanya
sambil tertawa dingin: "Aku si orang tua ini dalam rimba
persilatan adalah seorang yang tak ternama. Sudah. ah,
jangan disebut Saja"
Cin Hong juga tidak menanya lagi, ia alihkan
pembicaraannya keSoal lain, katanya:


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Locianpwe tadi kata bahwa suara nyanyian tadi bukan
keluar dari mulut murid Laucu dari rumah penjara,
bolehkah aku numpang bertanya, bagaimana locianpwe
mengetahui itu?" orang tua itu menarik napas, kemudian
berkata: "Aku orang tua ini berdiam dalam rumah penjara ini
sudah ada lima tahun lamanya, nyanyian semaCam itu
setiap bulan hampir terdengar satu kali. semula aku juga
telah salah menduga, mengira murid perempuan Laucu itu
yang menyanyi. Tetapipada suatu malam, aku lihat nona
Leng itu turun kelembah untuk berjalan-jalan, sedangkan
Suara nyanyian itu terdengar dari ataS lembah, maka aku
baru tahu bahwa yang menyanyi itu ternyata adalah orang
lain" Cin Hong pikir hari itu ia sendiri sudah tiga kali bertemu
muka dengan Laucu rumah penjara, kecuali guru dan
muridnya berdua, tidak pernah melihat nona kedua, maka
ia lalu berkata dengan perasaan heran:
"Apakah yang menyanyi itu adalah Laucu rumah
penjara sendiri" Akan tetapi, rasanya tidak boleh jadi, dia
tidak mirip dengan seorang wanita "
orang itu menunjukkan senyumnya yang misterius,
kemudian berkata: "Sudah tentu bukanlah Laucu rumah
penjara itu. sebab, pernah beberapa kali, ketika suara
nyanyian itu btaru saja sirap. lalu terdengar suara geraman
Laucu itu yang jauh dari atas lembah yang menaanggilmanggil
siu Kim Siu Kim, Jangan menyanyi lagi..jangan
menyanyi lagi" Cin Hong terheran-heran, dengan mulut menganga ia
berkata: "Kalau begitu siapakah sebetulnya yang menyanyi
itu?" "Siapa yang tahu" Mungkin seorang wanita yang disekap
dalam kamar tahanan rahasia yang ada hubungannya erat
dengan Laucu itu sendiri"
Dalam kamar nomor Seratus lima, in-jie menggunakan
borgolan ditangannya untuk memukul dinding tembok,
sehingga mengeluarkan suara gempuran, sedang mulutnya
memanggil- manggil: "Cin Hong"
Cin Hong buru-buru minta diri kepada orang tua itu,
balik kembali kedepan jendela In-jie, kemudian bertanya:
"In-jie, ada urusan apa?"
Tubuh in-jie tampak menggigil, katanya dengan
menahan isak tangisnya: "Aku takut, malam ini sukalah kau
berdiri disini mengawani aku?"
"Baik, aku memang ada maksud demikian" berkata Cin
Hong sambil menganggukkan kepala. In-jie lalu tak
menggigil lagi, seolah-olah lupa bahwa dirinya pada saat itu
sedang tertawan dalam rumah penjara, dengan sikap penuh
perhatian memandang kepada Cin Hong sebentar,
kemudian dengan tiba-tiba tersenyum dan berkata :
"Perlu kuberitahukan kepadamu, aku sebetulnya juga
tahu tidak bisa masuk untuk menantang bertanding dengan
penguasa rumah penjara ini akan tetapi aku tak dapat
menahan perasaanku, tahukah kau apa sebabnya?"
Cin Hong sudah tentu tahu apa sebabnya tetapi ia
sengaja hendak menggoda gadis itu, maka pura-pura
menunjukkun Sikap tidak mengerti, tanyanya heran: "Aku
tidak tahu, apakah sebabnya?" ^
In-jie agaknya merasa keCewa, kemudian berkata
dengan sikap agak marah: "Baik Kau sianak pelajar tolol
ini...^" Cin Hong tertawa ia mendekatkan mulutnya kelubang
jendela, katanya dengan suara perlahan:
"In-jie, katakanlah"
Mendengar perkataan yang diucapkan dengan suara
demikian perlahan, In-jie mengerti bahwa Cin Hong
bukanlah tidak memahami maksud yang sebenarnya, maka
ia pendelikan matanya, kemudian tertawa geli sendiri, juga
berkata dengan menggunakan suara sangat perlahan:
"Bagaimana pun juga aku sudah tertawan, semua aku
tidak perduli lagi. . . ."
Wajah Cin Hong menjadi merah, ia masih tetap berlaku
pura-pura tidak tahu, bertanya lagi sambil tertawa:
"Urusan apa yang kau kata tidak mau per. . .perduli
lagi?" Sepasang pipi In-jie mendadak menjadi merah, katanya
dengan sikap kemalu-maluan: "Aku hendak mengucapkan
perkataan yang tidak tahu malu, apakah kau tidak akan
mentertawakan aku?" Wajah Cin Hong dirasakan semakin panas, hatinya
berdebar keras, seolah-olah sedang mabuk arak, berulangulang
mereka menganggukkan kepala dan berkata: "Tidak^
tidak. kau katakan sajalah"
Sepasang biji mata In-jie yang jeli berputar-putaran,
dengan tiba-tiba ia menundukkan kepala dan berkata:
"Kau.... apakah kau suka denganku"."
Cin Hong menarik napas dalam-dalam, untuk
menenangkan hatinya yang berdebar keras, kemudian ia
berkata dengan suara sangat perlahan sambil tertawa:
"Aku hendak meminjam ucapan Suhumu yang minta
aku sampaikan kepadamu, ucapan suhumu itu begini: Aku
tidak menentang. hanya segala-galanya harus berhati-hati . .
. ." Hari kedua pagi-pagi sekali, ketika sinar matahari
menyorot masuk kedalam ruangan tamu rumah penjara
rimba persilatan. Laucu rumah penjara rimba persilatan tampak berdiri
ditepi lubang jendela yang berbentuk hati yang
menggendong tangan dibelakang. pandangan matanya
ditujukan keataS tujuh senar besi yang tampak dari luar
jendela, lama sekali ia berdiri termenung tanpa bergerak
sedikitpun. agaknya tenggelam dalam kenangannya pada
masa-masa yang lampau....
Sedang Cin Hong waktu itu sedang membereskan
selembar kertas putih yang dipasang di-dinding batu
marmer sebelah kiri ruangan tamu. gerakannya itu sangat
perlahan sekali barulah ia berhasil memasangkan kertas itu
didinding tembok batu marmer. Sikapnya yang ayal-ayalan
itu, bila dilihat oleh seorang yang biasa berlaku gesit dan
anggap waktu sangat berharga, pasti ia bisa didamprat
sebagai orang yang suka membuang-buang waktu dengan
cuma-cuma. atau tidak sayang dengan waktu yang sangat
berharga. Disamping meja persegi yang terletak ditengah-tengah
ruang tamu, ada berdiri Leng Bie Sian yang sedang
menggulung lengan baju dan menggosok bak (alat untuk
membuat lukisan yang berwarna hitam) ia menggosokgosok
sekian lama lantas angkat muka mengawasi Cin
Hong seraya bertanya: "cin Kongcu apa sudah siap?"
Sebenarnya dia sudah tahu kalau gosokan bak itu harus
sampai kental benar baru dapat digunakan untuk melukis.
ia mengajukan pertanyaan itu hanyalah karena ingin
memandang Cin Hong semata-mata.
Waktu itu muka pemuda itu tampak merah dan lebih
tampan. Kiranya tadi malam ia yang lama sekali menunggu Cin
Hong tidak kembali kekamarnya untuk tidur, diam-diam
telah mencuri turun kebawah lembah untuk melihat
pemuda itu. Disitulah ia telah memergoki perbuatan Cin
Hong bersama sumoaynya yang sedang bercumbu-cumbuan
melalui lobang jendela. ia menjadi malu sendiri, tetapi
disamping itu juga timbul rasa iri hatinya.
Dari rasa iri hati itu kemudian timbul rasa dongkol,
seCepat kilat ia memutar tubuhnya dan pulang kembali
kekamarnya. Disitu ia diam-diam telah menangis Sendiri
hampir setengah malaman, tetapi akhirnya ia telah
mengerti, ia tabu bahwa ia tidak mempunyai hak untuk
memaksa upaya Cin Hong Cinta kepadanya juga tak ada
satu alasanpun mengapa ia haruS merasa iri hati atau
dengki kepada mereka, tetapi untuk menggoda saja
kepadanya masih boleh, maka hari itu pagi-pagi sekali
ketika melihat Cin Hong kembali ia terus menunjukkan
sikap tertawa yang mengejek kepadanya, sehingga Cin
Hong dibuatnya menjadi merah padam mukanya, jelas
merasa malu bahwa perbuatannya itu telah diketahui oleh
gadis ini. Dengan tindakannya itu, Leng Bie Sian sedikit banyak
mendapat sedikit kepuasan terbadap sikapnya yang sudah
dapat menggoda kepada Cin Hong.
"cin kongcu apakah sudah siap?" demikian ia
mengulangi pertanyaannya, kembali memandang
kepadanya sambil tertawa, agaknya ia sudah mengandung
maksud hendak menggoda terus pemuda itu.
Cin Hong digoda demikian mulai merasa marah,
katanya: "Kalau kau sudah siap dengan bak tau itu Sudah tentu
aku bisa beritahukan padamu"
Leng Bie Sian jadi merasa malu berbareng gusar,
matanya lantas merah, dan melemparkan baknya,
kemudian memutar tubuh dan masuk ke kamarnya.
Laucu rumah penjara rimba persilatan berpaling,
sepasang matanya memancarkan sinar tajam, dengan sikap
marah ia membentak kepada Cin Hong: "Bocah Kau berani
menghina murid ku?" Cin Hong teringat bahwa Leng Bie Sian pernah
membantu kepadanya untuk memintakan supaya In-jie
dibebaskan dari kewajibannya melakukan pekerjaan berat,
dalam hati juga merasa tidak enak sendiri, buru-buru geser
kakinya dan berjalan menujU kepintu samping kiri,
disamping itu ia memberi hormat kepada Laucu seraya
berkata: "Maaf, disini aku akan minta maaf kepadanya"
Laucu rumah penjara rimba persilatan lompat
kehadapannya, dan berkata dengan suara marah:
"Tidak perlu, kau kembalilah LekaS lukiskan gambar
untukku itu" Cin Hong menghentikan langkah memandang Laucu
dengan sikap dingin, kemudian balik kembali kesamping
meja, untuk mengambil alat lukisannya. Setelah itu ia
memandangnya lagi dan bertanya: "MelukiS siapa?"
Laucu rumah penjara menghampirinya dan berkata
dengan suara berat, "Melukis dirimu sendiri"
Cin Hong terperanjat, hampir saja ia berseru, tetapi
dengan tiba-tiba teringat ucapan Laucu itu tadi ma lamyang
mengatakan bahwa masih ada hal yang lebih mengejutkan
yang akan dihadapinya, maka buru-buru menenangkan
perasaaanya dan bersikap pura-pura tidak dikejutkan oleh
ucapannya tadi, katanya dengan Sambil tertawa dingini
"Aku hanya menerima permintaanmu untuk melukis.
Jadi kau jangan kira bahwa perbuatanmu itu akan
mengejutkan aku. Kau kalah?"
Sehabis berkata demikian, mengangkat kuasnya hendak
memulai melukis, Laucu rumah penjara tiba-tiba tertawa
terbabak-bahak. setelah itu ia berkata sambil mengulapkan
tangannya^ "Tunggu dulu, aku masih ingin bicara."
Cin Hong terpaksa berhenti, ia berpaling dan berkata
sambil tertawa dingin: "Apa tidak perlu aku melukis lagi?"
Laucu itu duduk diatas sebuah kursi, berkata sambil
menggelengkan kepala dan tertawa: "Bukan begitu, kau
masih tetap haruS melukis. Tetapi, jangan kau melukis
sewaktu kau berusia delapan belas tahun. Lukislah dirimu
Seolah-olah kau sudah berusia dua puluh enam tahun."
Cin Hong tanpa dirasa telah berseru kaget, perlahanlahan
memutar tubuh, dengan mata terbuka lebar bertanya
kepada Laucu itu: "Jadi maksudmu, apakah didalam dunia ini ada seorang
pemuda. yang mirip denganku?"
Laocu rumah penjara tertawa sambil angkat pundak dan
berkata: "Tampaknya aku belum kalah, ha ha Kau toh masih
terkejut dan terheran-heran?"
Cin Hong sangat mendongkol, ia tahu bahwa sekali ini ia
telah terjebak, maka lalu memutar tubuh menghadap
kedinding, tanpa bicara apa- apa ia mulai menggerakkan
kuasnya diatas kertas. oleh karena pikirannya sangat risau, hampir setengah
harian ia hanya dapat melukis bentuk mukanya saja. tetapi
semakin dilihat semakin tidak mirip dengan dirinya sendiri.
Dalam keadaan marah marah, ia telah mencoret-coret
kertas itu, setelan itu dirobeknya, dan berpaling serta
berkata sambil menyesali rumah penjara:
"Sebaiknya kau keluar dulu saja dari sini. Sebab, waktu
sedang melukis, aku tak senang ada orang yang melihati "
Laocu itu sedikitpun tak marah, ia bangkit dari tempat
duduknya dan berkata: "Berapa hari baru bisa selesai."
"Belum tentu. Jikalau ilhamku datang, dalam Waktu
sekejap bisa selesai. Tetapi jikalau tak ada ilham, satu
bulanpun tidak akan beres-beres."
Laucu itu tidak berkata apa-apa lagi ia berjalan masuk
kepintu kanan, perlahan-lahan turun dari tangga batu
menikung, dan lalu tidak tampak lagi
Cin Hong harus menempelkan kembali sehelai kertas
didinding tembok. kemudian dengan berjalan berindapindap
menuju kepintu sebelah kanan, kepalanya melongok
ketangga batu untuk memperhatikan tindakan LAUcU tadi.
Benar saja Laucu itu Sudah berlalu, maka ia lalu balik
kembali keruangan tamu, lari masuk kepintu kiri, segera
mendengar suara tangisan Leng Bie Sian yang keluar dari
kamar kedua. Ia baru buru2 menengok pintunya sambil memanggilmanggil:
"Nona Leng, nona Leng "
Leng Bie sian yang berada didalam kamar tidak
menghiraukan panggilannya, masih tetap menangis dengan
sedihnya. Cin Hong tahu bahwa pintu kamar itu tak dikunci dari
dalam, lalu ia mendorongnya dengan perlahan, kepalanya
ditongolkan kedalam. Tampak olehnya gadis itu rebah
diatas pembaaringan, kedua tangannya memeluki bantal
buat menutupi kepalanya, hingga suara tangisan tidak
terdengar lagi.

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia tidak berani masuk, hanya berdiri diluar kamar, dan
berkata dengan suara perlahan : "Nona Leng, disini aku
minta maaf kepadamu, janganlah kau menangis lagi. . . ."
Leng Bie Sian masih tetap tidak menghiraukan kata Cin
Hong, sebaliknya malah memeluk erat-erat bantalnya
seolah-olah hendak melampiaskan hawa amarahnya,
sedang suara tangisnya juga semakin kencang terdengarnya.
Cin Hong menghela napas panjang, katanya:
"Aku bukan sengaja hendak menghinamu, aku memang
sering-sering tidak dapat mengendalikan emosiku sendiri,
kadang-kadang suka marah- marah tanpa sebab. Kalau
tidak perCaya. kau tanyakanlah saja kepada suhuku ....,."
Leng Bie sian tiba-tiba melemparkan bantalnya dan
lompat duduk, katanya sambil menangis:
"Pergi Pergi Pergi kau Kalau merasa tidak perlu
menangis sudah tentu aku bisa berhenti sendiri. Jangan
Cerewet disini" Cin Hong seperti ditampar mukanya, namun ia masih
bisa tertawa-tawa sambil berkata: "Hebat Pembalasanmu
sungguh bagus sekali"
Leng Bie sian tertawa geli, dengan wajah kemerahmerahan,
ia membalikan tubuh dan berkata dengan Suara
lebih lunak: "Kau sebaiknya pergi saja dan temui sana Sumoaymu, ia
bisa mencium kau dengan lebih mesra"
Pipi Cin Hong dirasakan panas, buru-buru menyangkal:
"Aku tidak berbuat apa-apa, kau ini bisa saja"
Leng Bie Sian masih tertawa mengejek. katanya: "Hmm
Sudah jelas pipi dan mulut menjadi satu, oh masih mau
menyangkaL Apa kau kira mataku buta?"
Cin Hong terkejut, buru-buru menyoja kepadanya seraya
berkata, "Harap kau jangan membicarakan Soal itu kepada
orang lain, sebetulnya sentuhan itu hanya dilakukan tanpa
disengaja" Leng Bie sian berpaling lagi dan mendelikkan matanya,
kemudian berkata sambil tertawa mengejek lagi: "Kalian
sudah bertunangan atau belum?"
"Belum, aku kenal padanya belum ada setengah bulan"
berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala.
Leng Bie sian membuka matanya lebar-lebar, seolah-olah
dikejutkan oleh jawaban itu katanya:
"Kalau begitu mengapa kalian berani berciuman?"
Cin Hong merasa malu sendiri, buru-buru keluar dan
menutup pintu kamar, setelah itu lari kembali keruangan
tamu mengangkat kuasnya lagi untuk melukis.
Pagi itu ia telah menghabiskan tiga lembar kertas
gambar, yang semuanya dirobek-robek hampir waktu
makan tengah hari, baru berhasil melukis bagian kepala. Ia
juga tidak menghiraukan Leng Bie Sian yang main mata
kepadanya, begitu menyelesaikan lukisan bagian kepalanya
segera lari ke kamar tahanan naga, hampir tiba didekat
lobang jendela kamar nomor delapan, segera menampak
Thian-san Swat Popo sudah menongolkan kepalanya dari
lobang jendela, sedangkan mulutnya berkata kepada
tawanan kamar nomor tujuh:
"Tua bangka kalau kau tidak mencarikan akal lagi
bagiku, aku nanti akan menggempur kamar tawanan ini
untuk lari keluar." Cin Hong lari menuju kebawah jendela kamar nomor 10,
swat Po-po terkejut dan berpaling ketika menampak Cin
Hong datang, matanya tampak bersinar, ia berseru dengan
terkejut dan girang: "Anak. bagaimana dengan murid ku?"
begitu ia berteriak, dari lobang jendela kamar nomor
tujuh segera tampak kepala It-hu Sianseng yang menongol
keluar, ia mengawasi Cin Hong sambil tertawa berseri
katanya: "Anak. jikalau kau tadi tidak lekas datang, telinga
suhumu mungkin Sudah akan menjadi tuli."
Setelah Cin Hong memberi hormat kepada Suhunya dan
subonya, barulah menceritakan bagaimana kecerobohan Injie
yang berani menantang bertanding dengan Laucu,
hingga akhirnya tertawan di dalam kamar tahanan ular, dan
bagaimana ia sendiri berusaha untuk mintakan keringanan
kepada Laucu supaya In-jie jangan diberikan pekerjaan
kasar, pada akhirnya ia menghela nafas, dan bertanya
sambil mengawasi Swat Po-po:
"Subo, teCu sebetulnya bisa menantang bertanding,
menantang Laucu rumah penjara ini. Akan tetapi dengan
berbuat demikian- bukanlah suatu jalan yang baik untuk
keluar dari penjara. coba subo tolong bantu pikir bagaimana
baiknya teCu harus berbuat?"
swat Po-po tampaknya sangat marah, ia menggeram,
kemudian berkata: "Ada satu cara. Kalau kau ketemu dia lagi, jewerlah
kupingnya dan berikan tamparan beberapa kali kepadanya."
Cin Hong menundukkan kepala dan berkata sambil
tertawa kecil: "Harap subo jangan terlalu mempersalahkan dia,
sekarang kita malah harus pikirkan baik- baik cara untuk
menolongnya" Air mata mengalir keluar dari mata Swat Po-po, katanya
dengan suara terisak-isak: "Aku sudah berpikir semalaman,
juga tak dapat memikirkan suatu cara yang terbaik,
sedangkan suhu Si tua bangka itu, tak mau membantu
memikirkan cara bagiku, bagaimana aku harus berbuat?"
Cin Hong lalu angkat muka dan mengawasi Suhunya di
lubang jendela kamar nomor tujuh, Katanya sambil tertawa
kecil: "Suhu, suhu barangkaii juga tidak dapat memikirkan
sebabnya?" "Dialah yang baru tidak berpikir demikian itulah
susahnya untuk meraba hatinya orang wanita" berkata It-hu
Sianseng sambil tersenyum.
Cin Hong takut Swat Po-po marah lagi, maka buru-buru
berkata kepadanya sambil tertawa:
"Subo, harap subo jangan marah, kita pikir perlahanlahan,
tecu perCaya kita tentu dapat memikirkan suatu cara
yang baik" Pada saat itu, can-Sa sian, yang berada di kamar noraor
enam telah menongolkan kepalanya, Sambil menyipitkan
matanya ia berkata: "Anak muda, maukah kau beritahukan sesuatu kepada
murid Ku" Katakanlah, bila dia juga berani masuk
menantang bertanding dengan Laucu itu, sipengemis tua ini
Selanjutnya akan memutuskan hubungan dengannya"
Cin Hong dari jauh menjura kepudanya, lalu berKata.
"Harap PangCu jangan khawatir, Saudara cang sa adalah
seorang yang sudah masak pengertiannya, tidak mungkin ia
akan berbuat demikian"^
"Masih susah dikata. Di waktu biasanya ia masih baik,
tetapi kalau ia sudah mengadat, pengemis tua ini juga
hampir tidak sanggup mengendalikannya, perangainya
sangat aneh sekali" Cin Hong tidak berkata apa-apa, hanya tertaWa
terhadapnya, kemudian ia berjalan kebawah jendela
sahunya, bertanya dengan Suara perlahan:
"Sahu, kemarin Laucu pernah kata bahwa. ia pernah
datang menengok suhu, benarkah ada kejadian itu?"
"Memang benar, dia datang untuk mencari keterangan
tentang dirimu, ia berkata hendak mengambil kau sebagai
murid, bagaimana kau anggap soal ini?" jawab It-hu
Sianseng sambil menganggukkan kepala.
"Itukah keinginannya" Sungguh seperti kanak-kanak saja
dia" It-hu Sianseng mengerutkan alisnya berpikir, kemudian
berkata. "Tetapi suhumu merasa bahwa mungkin ia mempunyai
rencana lain, hanya sekaraag ini suhumu tidak dapat
memikirkan rencananya itu"
"Masih ada Suatu hal yang lebih aneh, ia telah minta
teecu melukiskan gambarnya seorarg pemuda yang
wajahnya mirip dengan teecu"
It-hu Sian-seng menunjukan sikap terkejut. katanya:
"Apa dia tidak mengatakan siapa pemuda itu ?"
"Tidak! tecu malas berbicara dengannya, mungkin ia
juga tidak mau mengatakan" berkata Cin Hong sambil
menggelengkan kepala. Sepasang mata It-hu Sianseng perlahan-lahan
dipejamkan, lama ia berpikir, barulah membuka lagi
perlahan-lahan, dengan sikap sangat hari-hati ia berkata :
"Anak. ada satu hal kau harus ingat baik-baik, biarpun
dalam keadaan bagaimana, kau tidak boleh menceritakan
asal-usul dirimu. Urusan ini suhumu sendiri juga tidak
dapat mengatakan Sebab-sebabnya, tetapi suhumu merasa
ada suatu firasat yang menakutkan...."
"Apakah Suhu anggap bahwa pemuda yang Laucu minta
tecu lukis gambarnya itu, adalah musuh yang sedang dicari
oleh Laucu itu" Tapi, hal ini ada hubungan apa dengan
teecu ?" It-hu sianseng tidak menunjukan sikap untuk
berbantahan dengan muridnya, hanya katanya:
"Dalam dunia ini ada banyak hal yang sangat aneh dan
diluar dugaan manusia, bagaimana pun juga harus
waspada. Tidak halangan lalu kau menggunakan
kesempatan ini untuk mencari keterangan dari mulutnya."
Cin Hong menggaruk kepalanya sendiri yang tak gatal,
katanya lalu menghela napas:
"Laucu rumah penjara ini, benar-beaar merupakan
seorang yang misterius tindak tanduknya hingga saat ini.
teecu masih belum tahu jelaS perempuan-..."
It-hu sianseng sekonyong-konyong ingat sesuatu, maka
ia lalu bertanya: "oh, ya, siapakah wanita yang tadi malam
berjanji diatas lembah itu ?"
"Waktu itu teecu sedang berbicara dengan Sumoay
dikamar tahanan ular. Menurut keterangan seorang
tawanan yang berdekatan dengan sumoay tempat
tahanannya itu adalah Laucu rumah penjara yang
bernyanyi, juga bukan murid wanitanya. Teecu semula
ingin menanya pada murid wanitanya, tak disangka Waktu
ketemu padanya telah lupa menanya"
"Kalau ingin mengetahui siapa sebenarnya Laucu rumah
penjara ini wanita yang tadi malam menyanyi itu rupanya
adalah kunci yang sangat penting...."
swat po-po yang menyaksikan Cin Hong terus berbicara
tidak ada habisnya dengan suhunya, sedang yang
dibicarakan itu bukanlah urusan dan cara bagaimana untuk
menolong muridnya, maka semakin mendengar semakin
marah lalu karena tidak dapat mengendalikan lagi hawa
amarahnya, memaki-maki dengan suara keras,
"Tua bangka Anak busuk. Kalian semua adalah orangorang
yang tidak barperasaan- Bila satu hari kelak muridku
bisa keluar dari penjara ini. sekali-kali tak kuijinkan
menikah dengan kau Sianak busuk ini"
cin Kong menjadi bingung, ia berpaling dan menjura
pada Swat Po-po seraya berkata: "Subo. subo sebetulnya
suruh tecu berbuat bagaimana ?"
"Kau masih tanya denganku harus berbuat bagaimana"
Pikirkan lekas cara yang baik untuk menolong dia" berkata
Swat Po-po dengan suara keras.
Cin Hong terpaksa mengiakan saja, lalu berpaling lagi
kepada suhunya dan bertanya dengan peraSaan tegang:
"suhu, dalam urusan ini bagaimana pendapat suhu?"
It-hu sianseng mengerutkan aliSnya, lalu bertanya pada
can Sa-Sian, didalam kamar no-6. "Losie, maukah kau
tolong sumbangkan sedikit pikiran untuk kami?"
can Sa-sian mengedip-ngedipkan matanya, kemudian
berkata: "Aku sipengemis tua justru hendak menyumbangkan
satu pikiran yang baik buatmu Untuk selanjutnya,
dikemudian hari,janganlah sekali- kali kau terima anak
perempuan menjadi murid. begitu sajalah nasehatku"
It-hu Sianseng menghela napaS dalam- dalam, kemudian
berpaling dan berkata kepada Cin Hong:
"Anak, kau beritahukanlah kepadanya supaya lebih
bertekun melatih kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga
dalam, karena ilmu tenaga dalamnya masih terpaut jauh
sekali denganmu. Seharusnya, dengan mengandalkan ilmu
Thian San Cit ciong hui ia pati dapat bertahan dan sanggup
menerima pukulan LaucU sampai empat atau lima kali asal
kekuatan tenaganya cukup, Tapi semua yang sudah lewat
tak mungkin dapat kembali, sudablah. Kau suruhlah dia
terus berlatih saja. Usahakan supaya ia dapat pindah
kekamar penjara naga ini. Kalau sudah disini, barulah kita
usahakan lagi buat dia melarikan diri dari rumah penjara.
Dia seorang gadis cilik, kalau merat dari penjara tidaklah
akan menjadi buah tertawaan orang"
Cin Hong pikir, satu-satunya jalan untuk bisa keluar dati
rumah penjara ini, juga memang hanya itu saja, maka ia
mengiakan sambil mengangguk. lalu bertanya: "Suhu,
kemarin Suhu bicarakan soal teecu pergi kegunung oey San
...." Wajah It-hu Sianseng tiba-tiba berubah serius, sambil
mengulapkan tangannya ia memotong ucapan Cin Hong,
katanya: "Tidak!! tidak Urusan ini, kita tunda saja sampai kita
keluar dari rumah penjara ini."
"Mengapa?" tanya Cin Hong kaget.
"Tidak apa- apa Biar bagaimana kita antara guru dengan
murid masih ada kesempatan untuk bertemu muka
beberapa kali lagi. tidak perlu tergesa-gesa. Sekarang,
pergilah lihat orang tua berbaju hitam yang tadi malam
terpukul jatuh oleh Laucu Dia adalah seorang lawan yang
sangat lihay, yang jarang dijumpai oleh Laucu. Maka
suhumu ingin tahu siapa sebetulnya orang tua Itu"
Cin Hong lalu menceritakan tindakan orang tua gila
yang tidak diketahui asul-usulnya itu. Dengan tindakan
gila- gilaan ia menerjang kelembah, sehingga terpukul oleh
Laucu kebawah lembah dan ditutup dalam kamar tahanan
istimewa, kemudian ia berkata:
"Jikalau orang tua itu tak gila, pasti pertandingan akan
berakhir seri. Suhu, apakah Suhu tak ingat dalam rimba


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persilatan ada seorang tokoh kuat seperti dia itu?"
It-hu SianSeng menunjukan sikap agak bingung, katanya
sambil tertaWa kecil: "Iya, ini benar-benar suatu hal yang sangat memalukanmasih
baik dua tetangga suhumu ini juga tidak ada yang
ingat kalau dalam rimba persilatan ada tokoh seperti dia itu
" Baru habis berkata demikian, dibawah lembah tiba-tiba
terdengar Suara seruan riuh dari para tawanan, Suara itu
semakin lama semakin ramai, seolah-olah keluar dari
ruangan pengadilan yang sedang memeriksa sebuah
perkara. Saling susul atau kadang-kadang berbarengan,
terdengar seruan-seruan: "Thian San Swat- lie-ang Yo In In hendak bertemu
dengan Cin Hong " "Thian San Swat- lie ang Yo In In minta bertemu dengan
Cin Hong" "Thian San Swat- lie- ang Yo In In- . . ."
Cin Hong terkejut mendengar suara riuh itu, katanya
terheran-heran: "Ah, ada kejadian apa ini. . . ."
swat Po-po yang mendengar suara itu sangat girang,
katanya: "Ini pasti muridku yang mengeluarkan akal
demikian, lekaslah kau turun tengoki dia " Cin Hong burubaru
berkata kepada suhunya: "Suhu, teecu hendak pergi dulu kekamar tahanan ular
untuk menengoki sumoay, sebentar baru akan pergi kepada
orang tua gila itu" It-hu Sianseng berkata sambil tersenyum dan menguruturut
kumisnya: "Pergilah, memang suhu dari kemarin juga sudah
menduga, anak perempuan dalam kamar tawanan itu,
untuk selanjutnya pasti akan membuat gaduh terus,
membikin tidak tenang seluruh para tawanan yang berada
disitu" Sejak tadi malam Cin Hong menemani In-jie, hingga kini
masih dirasakan hangat dan mesranya sikap gadis itu, maka
perasaan kangennya juga semakin besar, saat itu dengan
tergesa-gesa ia minta diri kepada suhunya dan can-sa sian,
lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya turun
kelembah yang berliku-liku itu. Waktu ia melalui kamar
tahanan ular, banyaK tawanan yang mukanya mesum dan
rambutnya terurai pada berdiri di mulut lubang jendela,
masing-masing sambil berkata dengan tertawa terbahakbahak:
"Anak muda, ia tentunya adalah kekasihmu"
"Anak muda aku si orang tua mendiami kamar nomor
empat puluh sembilan, tadi aku membantu nona itu
memanggilmu. Tolong pesankan kepadanya, malam ini aku
minta dibagi lebih banyak sayur dan nasi"
"Ya" "Dan aku si orang tua di kamar nomor lima puluh.. . ."
Kata-kata lanjutan dari orang tua yang berada di kamar
nomor lima puluh tidak begitu jelas didengar oleh Cin
Hong, namun ia telah maklum akan maksudnya, yang kirakira
serupa dengan permintaan orang tua di kamar empat
puluh sembilan. Hampir sampai dikamar nomor seratus enam, Cin Hong
menampak si Giam ong bermuka kuning Lo Po sedang
berdiri diluar jendela, ia marah- marah terhadap In-jie,
katanya: "Lain kali kalau kau berani mengaCau lagi aku tidak
akan ampuni kau lagi, untuk selanjutnya akan kusuruh kau
turut bekerja keras"
Cin Hong lompat melesat kesampingnya, lalu menjura
seraya berkata: "Sam giam-ong, harap kau suka maafkan
dia sekali ini, untuk selanjutnya sumoyku pasti tidak akan
berani memanggil-manggil seCara begitu lagi"
In-jie yang berada dalam kamar tawanan begitu melihat
Cin Hong datang wajahnya yang semula penuh hawa
amarah, saat itu lantas lenyap. dan diganti dengan senyum
yang menawan hati, kemudian berkata kepada Sam- giamong
sambil tertawa mengejek: "Baik, lain kali aku tidak akan panggil-panggil begitu
lagi. Lekaslah kau kembali ketempat kau sendiri"
Giam ong bermuka kuning itu melototkan matanya.
Kemudian mengibaskan lengan bajunya yang
gedombrongan, tubuhnya yang gemuk memutar, dengan
langkah lebar berjalan menuju kebawah lagi.
Cin Hong segera menghampiri lobang jendeda in-jie, ia
bertanya sambil tertawa. "Injie, ada urasan apa kau
memanggil aku?" In-jie barangkali teringat Ciuman tadi malam bersama
Cin Hong, waktu itu sepasang pipinya lantas menjadi
merah, ia berkata sambil menundukkan kepala dengan
sikap masih agak kemalu-maluan:
"Setengah jam berselang, aku dikeluarkan dari kamar
tahanan untuk memberikan makanan kepada para tawanan
disini mengapa kau tidak datang menengok aku?"
"Aku sedang mengadakan pembicaraan dengan suhu.
waktu itu kupikir setelah pembicaraan selesai baru akan
datang kemari . . . , Bagaimana" Apakah pekerjaanmu tidak
terlalu berat?" In-jie memonyongkan mulutnya, katanya sambil tertawa
kecil: "Siapa kata tidak berat" Harus memikul makanan dan
sayuran yang beratnya dua ratus kati lebih. Pekerjaan ini
bukanlah termasuk pekerjaan ringan, lama-lama bahuku
barangkali bisa menjadi tebal" Cin Hong buru-buru
menghibur kepadanya: "Tidak bisa, kalau boleh menggunakan kesempatan itu
sekalian untuk melatih kekuatan tenagamu. Lagi, suhuku
suruh kau lebih memperhatikan latihan ilmu tenaga dalam,
jikalau kau tidak ada pekerjaan apa- apa kau harus banyak
melakukan semedi. Aku pikir paling lama dua tahun kau
tentu akan bisa menyambuti lima kali serangan Laucu.
Setelah kau dipindahkan kekamar tahanan naga, kita baru
pikir lagi caranya untuk melarikan diri"
"Dua tahun lagi bukankah usiaku sudah menjadi delapan
belas tahun?" Cin Hong diam-diam dalam hati merasa geli, ia maju
menghampiri dan mendekatkan kepalanya kelobang
jendela, katanya dengan suara perlahan: "Usia delapan
belas tahun masih belum merupakan usia tua. Bukankah
begitu?" "Aku tidak rela Aku sama sekali tidak suka cobalah kau
lihat, beberapa hari lagi aku pasti hendak menantang
kepada penguasa rumah penjara ini"
Cin Hong mengerutkan alisnya, katanya dengan sikap
sungguh-sungguh: "Kau hanya mempunyai hak satu kali
untuk menantang lagi.Jadi baik2lah berpikir.Jikalau kau
belum yakin benar dapat menyambut serangannya sampai
lima kali, sekal kali janganlah bertindak gegabah"
In-jie tidak mau menghiraukan, sambil mengedipngedipkan
matanya ia berkata: "Malam ini apakah kau
tidak akan datang mengawani aku?"
Cin Hong memang sudah ingin sekali menciumnya lagi.
Mendengar pertanyaan itu ia buru-buru baru berkata sambil
menganggukan kepala: "Sudah tentu mau, nanti sehabis
dahar malam aku akan segera datang"
Dengan tiba-tiba In-jie menggeleng gelengkan kepala dan
berkata sambil tertawa: "Tidak. kau tidak usah datang lagi
sajalah" Cin Hong merasa heran tanyanya: "Mengapa?"
"Tidak apa- apa, aku hanya minta semalam ini janganlah
kau datang" Cin Hong berpikir keras, kemudian berkata sambil
tertawa: "Kau takut aku letih karena haruS berdiri"Jangan
khawatir Semangatku masih cukup baik."
Injie buru-buru menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan, bukan begitu maksudku...."
Cin Hong jadi berpikir lagi, kemudian berkata pula
dengan suara perlahan: "Jikalau kau takut aku menciummu lagi, aku ingin
berjanji tidak akan berbuat begitu lagi padamu "
Sepasang mata In-jie yang lebar ditujukan kekanan kiri
luar jendela, Ketika disitu tidak tampak ada orang lagi,
segera angkat muka dan matanya, berkata dengan suara
perlahan: "Sekarang sih boleh, hanya malam ini kuminta kau
jangan datang " Cin Hong tidak dapat menduga apa maksud nona itu,
tetapi begitu melihat bibir in-jie yang telah terbuka menanti
Clumannya, hatinya-jadi tergoncang. Mana berani disiang
hari belong seperti itu ia melakukan ciuman dengan mesra"
Maka setelah Celigukan kesana-sini beberapa lama, ia
lantas berkata sambil tertawa:
"Aku tidak berani. Tadi malam waktu aku mencium kau,
telah terlihat oleh murid wanita Laucu. Tadi juga ia telah
menggodaku terus-teruSan." In-jie buru-buru menundukkan
kepala, katanya: "Kau tak boleh berlaku berani seperti lelaki sejati" Dia
pasti tidak akan berani menggoda kau lagi."
Cin Hong yang mendengar ucapannya, lalu tertawa dan
berkata: "Baiklah, jikalau sudah tidak ada urusan apa-apa lagi,
sekarang aku hendak pergi menengok orang tua gila itu."
Tiba-tiba berubah wajah in-jie, ucapnya dengan suara
cemas: "Jangan, sekali-kali janganlah kau pergi tengok
orang tua itu" Cin Hong jadi heran, katanya sambil
mengkerutkan alisnya: "In-jie, hari ini kau kenapa jadi begitu" Mengapa
sikapmu mendadak berubah" Kau tidak suka aku datang
mengawanimu, itu tak apalah. Tetapi kau juga tidak
memperbolehkan aku pergi menengoki orang tua gila itu,
semua ini rasanya bukanlah tidak ada sebabnya"
In-jie merubah sikapnya yang masih kekanak-kanakan, ia
menundukkan kepala dan lama berdiam seakan-akan
berpikir, lantas mengangkat lagi kepalanya perlahan-lahan
dan berkata dengan suara sedih:
"Kuminta padamu, janganlah kau ingin tahu sebabnya.
Anggap sajalah aku untuk pertama kali meminta kepadamu
jangan tanyakan itu. Harap kau suka menerima baik
permintaan ini, janganlah kau tengok orang tua itu. Sukalah
kau berjanji?" Dengan sikap terheran-heran cin-Hong menatap wajah
In-jie, dalam hati timbul perasaan curiga, ia merasa bahwa
sumoay dihadapan matanya ini benar-benar telah berubah
menjadi sorang misterius seperti Laucu rumah penjara itu,
sedikitpun tidak mirip lagi dengan Yo in in yang kemarin
pernah diciumnya.... Melihat pemuda itu terus memandang kepadanya tanpa
bersuara, Wajah In-jie lantas menunjukkan sikap iba, tapi
akhirnya terpaksa ia berkata dengan tegas sambil menggigit
bibir. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 17 Lauw Pang Vs Hang Ie Kejatuhan Dinasti Cin Dan Kebangkitan Dinasti Han Bara Diatas Singgasana 18

Cari Blog Ini