Meraba Matahari 4
Meraba Matahari Karya Sh Mintardja Bagian 4 "Tidak, Ki Sanak. Aku tidak akan menjual atau menukarkan kudaku. Kuda itu adalah kuda pemberian" "Apalagi kuda itu adalah kuda pemberian" "Aku harus menghargai pemberiannya" Tiba-tiba saja seorang yang bertubuh tinggi mendekati Raden Madyasta sambil bertanya "Kau dapat darimana kudamu itu, He". Kuda yang baik tentu dapat dikenali asal usulnya, karena kudamu termasuk kuda yang baik, maka kau tentu mengerti asal usulnya." "Sudahlah" berkata Raden Madyasta "Biarlah aku melanjutkan perjalanan" "Nanti dulu" berkata orang yang bertubuh tinggi itu "Kau harus menyebut asal-usul dan keturunan dari kudamu itu, atau kau mengambil kuda itu dari orang lain" "Aku curi maksudmu?" bertanya Raden Madyasta "Ya" Ebook by Dewi Kangzusi 232 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Tetapi orang yang bertubuh tinggi itu terkejut, sebelum ia sempat menjawab, tiba-tiba saja tubuhnya yang besar itu terdorong surut, dengan wajah merah Rembana berkata "Jangan asal membuka mulutmu Ki Sanak. Siapapun kami, tetapi kami tidak mau dihina. Jika sekali lagi kau menuduh saudaraku mencuri, maka aku akan menampar mulutmu" Sikap Rembana itu memang mengejutkan, bahkan Raden Madyasta terkejut pula, karena itu, maka dengan serta merta iapun berkata "Sudahlah, marilah kita melanjutkan perjalanan" Tetapi yang dilakukan oleh Rembana itu merupakan api yang sudah menyulut ujung obor belarak, sulit untuk segera dapat dipadamkan. Orang yang bertubuh tinggi besar itu sudah menjadi marah pula. dengan geram iapun berkata "Kau telah melakukan satu tindakan yang bodoh, kau orang Kateguhan yang tidak tahu diri, aku akan melumatkan kepalamu. Tidak ada orang yang akan menyalahkan aku, banyak saksi yang akan dapat mkt, bw kau telah mendahului melakukan serangan" "Tetapi juga banyak saksi yang dapat mkt bw kau sudah menghina kami dengan tuduhan mencuri" "Aku hanya bertanya" "Itu pertanyaan gila, karena itu kau harus minta maaf kepada saudaraku" "Sudahlah, kakang" berkata Raden Madyasta. "Marilah kita meneruskan perjalanan, jarak perjalanan kita masih panjang" "Tetapi aku tidak mau dihina seperti ini" Ebook by Dewi Kangzusi 233 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Persetan" geram orang bertubuh tinggi besar itu "Aku akan mematahkan tanganmu" "Jika kau ingin mencoba, aku tidak berkeberatan" suara Rembana bergetar oleh kemarahan yang bergejolak di jantungnya. Orang yang berwajah tampan, yang ingin membeli kuda Raden Madyasta itu sama sekali tidak menahan kawannya itu, bahkan sambil tersenyum iapun berdesis "Nasibmu buruk orang Kateguhan, kau sudah berani bermain-main dengan Deriji Wesi" Ternyata nama orang itu membuat hati Rembana semakin panas, dengan nada tinggi iapun bertanya "Deriji Wesi", kau kira nama yang bagaimanapun juga seramnya dapat membuat hatinya kuncup?" "Bersiaplah" Deriji Wesi itupun menggeram "Aku akan melumatkan kepalamu dengan jari-jariku" Raden Madyasta menggeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah tidak mungkin dapat mencegah benturan kekerasan yang akan timbul. Sementara itu, orang yang berwajah tampan yang mengaku saudagar kaya raya dari Pasiraman Barat itu berkata "Sentuhan jari-jarinya akan sama dengan sentuhan bindi baja, tulang-tulangmu dapat diremukkannya, kecuali jika kau minta maaf kepadanya. Ia bukan pendendam, tetapi ia juga bukan orang yang dapat membiarkan begitu saja orang-orang yang telah menyinggung perasaannya." "Cukup" Rembana telah membentaknya "Aku sudah bersiap, kau mau apa?" Ebook by Dewi Kangzusi 234 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Mereka belum mengenalmu Deriji Wesi" berkata saudagar itu "Tetapi harap kalian mengetahui, bw pasiraman Kulon sama sekali belum pernah dijamah tangan perampok yang manapun juga" "Itu bukan karena kelebihan dan kemampuan orang ini, tetapi tentu saja karena pengaruh nama Ki Panji Wirasentika" Saudagar itu tertawa, katanya "Wirasentika itu berada di bawah pengaruhku, aku ingin memperilahkan kalian berempat bersamaku menemui Ki Panji Wirasentika, kalian akan melihat, seberapa besar pengarhku atas dirinya" Sasangkapun menjadi panas pula, katanya "Kenapa kalian membual di hadapanku", aku tidak peduli dengan pengaruhmu, aku tidak ada sangkut pautnya dengan orangorang Paranganom serta para perampok itu" "Sudahlah" meskipun Raden Madyasta menyadari, bw persoalan sudah terlalu jauh, namun ia masih berkata "Jika kalian tidak berkeberatan kami pergi, maka tidak akan ada persilisihan diantara kita" "Tidak, kalian tidak boleh pergi begitu saja" "Cukup" potong Rembana "Aku sudah bersiap" Deriji Wesi itupun bergeser, kawan-kawannya berdiri berkelompok sambil berbicara yang satu dengan yang lain, ada diantara mereka yang tersenyum, ada yang justru menjadi tegang, sementara itu, saudagar yang berwajah tampan meskipun umurnya sudah merambat mendekati pertengahan abad, berkata sambil tertawa, "Buat anak itu jera" Ebook by Dewi Kangzusi 235 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Deriji Wesi itupun segera melangkah semakin dekat dengan Rembana, namun Rembana yang darahnya cepat mendidih itu tiba-tiba saja telah meloncat menyerangnya. Deriji Wesi itu terkejut, Ia mencoba bergeser untuk menghindar serangan itu, tetapi Deriji Wesi itu tidak mampu lepas dari garis serangan Rembana. Dengan derasnya kaki Rembana telah mengenai pundak orang itu, sehingga Deriji Wesi itupun terhuyung-huyung beberapa langkah surut. "Bocah edan" geram Deriji Wesi yang hampir saja kehilangan keseimbangannya, namun dengan cepat iapun telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Demikianlah, maka sejenak kemudian, keduanya telah bertempur dengan sengitnya, Deriji Wesi yang ternyata adalah pengawal saudagar itu, memang mempunyai kekuatan yang sangat besar, sesuai dengan nama sebutannya, maka jari-jari orang itu memang sangat berbahaya, sehingga karena itu, maka perhatian Rembana tertuju kepada jari-jari lawannya. Namun dengan keyakinan yang besar atas kekuatan jari-jarinya itu, maka seranganserangan Deriji Wesi itu yang paling berbahaya adalah serangan jari-jarinya yang selalu mengembang. Tetapi dengan demikian, dengan cepat Rembana dapat menemukan kelemahan Deriji Wesi itu, bagian-bagian dari tubuhnya yang lain, sama sekali tidak berbahaya, orang itu kurang memanfaatkan kakinya,lututnya dan bahkan ada orang yang justru dahinya sangat berbahaya. Karena tu, maka Rembana tinggal berusaha menjinakkan jari-jari tangan orang yang mendapat sebutan Deriji Wesi. Ebook by Dewi Kangzusi 236 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Rembana benar-benar tangkas, jari-jari Deriji Wesi tidak pernah menyentuh tubuhnya, bahkan sekali ketika Deriji Wesi mengayunkan tangannya dengan jari-jari terbuka yang menebas mengarah ke dadanya, Rembana telah membentur serangan itu, dengan kuda tangannya Rembana dengan sengaja menahan serangan itu pada pergelangan tangannya. Ketika benturan itu terjadi, maka Deriji Wesi itu sempat mengaduh tertahan, namun kemudian sambil menggeliat ia menjulurkan tangannya dengan jari-jari terbuka untuk mencengkeram leher. Rembana sempat mengelak dengan sedikit merendah dan bergeser kesamping, namun kemudian dengan cepat, Rembana menjulurkan kakinya mengarah ke lambung. Deriji Wesi itu ternyata tidak sempat mengelak, dengan kerasnya kaki Rembana menghantam lambungnya, sehingga orang itu terpental beberapa langkah. Deriji Wesi terhuyung-huyung, hampir saja ia terjatuh, tetapi ternyata ia masih mampu untuk tegak berdiri. Deriji Wesi menggeram, nampak di wajahnya, bw serangan Rembana itu benar-benar menyakitinya, bahkan kemudian nafasnya terasa menjadi agak sesak, tetapi sejenak kemudian iapun sudah berdiri tegak siap untuk melanjutkan pertempuran. Wajah Rembana menjadi tegang, serangan-serangannya memang dapat mengenai lawannya, tetapi daya tahan orang itu ternyata demikian tingginya, sehingga ia masih mampu bertahan. Ebook by Dewi Kangzusi 237 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Karena itu, maka Rembana yang sempat sedikit mengedepankan gejolak kemarahannya, justru karena ia dapat menemukan kelemahan lawannya, telah menjadi semakin panas. Beberapa kali ia berhasil mengenai lawannya di bagian tubuhnya yang lemah sekalipun, namun orang itu masih saja tetap berdiri sambil memberikan perlawanan dengan gigihnya. Dalam pada itu, Deriji Wesi itu seakan-akan memang telah kehilangna kesempatan. serangan-serangannya menjadi jarang, bahkan semakin jauh dari sasaran, yang diandalkannya kemudian adalah daya tahan tubuhnya serta kemungkinan lawannya membuat kesalahan, sehingga raksasa itu dapat menangkap aggota badan anak muda itu. Tetapi Rembana cekatan seperti burung sikatan menyambar bilalang, betapapun Deriji Wesi itu bergerak dengan cepatnya, namun ia tidak mampu menangkap anggota badan Rembana. Malah pada kesempatan lain, Rembana meloncat sambil memutar tubuhnya dan mengayunkan kakinya dengan derasnya menghantam tubuh Deriji Wesi. Deriji Wesi terhuyung-huyung selangkah surut, namun demikian ia berdiri tegak kembali, serangan Rembanapun telah meluncur pula dengan cepatnya, sekali lagi Rembana meloncat sambil berputar, sekali lagi kakinya terayun mengenai kening. Deriji Wesi mencoba bertahan, tetapi Rembana bagaikan anak panah yang meluncur, menyerang orang itu dengan tendangan menyamping kearah dadanya. Ebook by Dewi Kangzusi 238 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Deriji Wesi ternyata tidak mampu bertahan tetap berdiri, iapun terdorong surut beberapa langkah, kemudian tubuhnya jatuh terguling di tanah. Rembana yang marah itu siap meloncat memburu tubuh yang sudah tidak berdaya lagi, namun Raden Madyasta telah mendahuluinya, meloncat dan berdiri disisinya. "Cukuo, sudah selesai sampai disini" desis Raden Madyasta "Kesombongannya harus diakhiri" "Sudah cukup, ini sudah berakhir" sahut Raden Madyasta Rembana menggeram, ia ingin meloncat dan mematahkan jari-jari Deriji Wesi itu. "Aku ingin membuktikan, bw jari-jarinya sama sekali tidak berarti bagiku, meskipun ia disebut Deriji Wesi" "Sudahlah" berkata Raden Madyasta, lalu katanya kadipaten orang yang mengaku saudagar itu "Bawa kawanmu ini prgi, jangan mencoba menemui kami lagi" Orang itu memandang Raden Madyasta dengan sorot mata menyala, beberapa orang kawannyapun agaknya menjadi marah, namun mereka memang ragu-ragu untuk bertindak, kawannya yang paling diandalkan itu ternyata tidak mampu melawan salah seorang dari keempat orang anak muda itu. Karena orang-orang itu masih saja berdiri termenung-menung, maka Sasangkapun kemudian berkata "Apakah kalian ingin melibatkan diri?" Orang-orang itu terdiam, namun Raden Madyastalah yang berkata selanjutnya "Pergilah selagi aku masih dapat Ebook by Dewi Kangzusi 239 Kang Zusi http://kangzusi.com/ mengendalikan saudara- saudaraku, sebaiknya kita tidak bertemu lagi agar kebencian tidak terungkit di hati kia masingmasing" Saudagar itupun kemudian memberi isyarat kepada kawankawannya untuk meninggalkan tempat itu. Dua diantara merekapun mendekati Deriji Wesi yang berusaha untuk bangkit itu, kemudian menuntunnya ke kudanya. "Naiklah" berkata salah seorang kawannya, kemudian membantunya naik ke punggung kuda. Yang lainpun kemudian telah meloncat naik pula, demikian saudagar itu duduk di punggung kudanya, iapun berkata "Pertemuan ini memberi kesan buruk kepadaku anak-anak muda" berkata orang itu. "Apakah ini merupakan ancaman?" bertanya Sasangka. "Mudah-mudahan kalian tidak tidak berniat lewat Pasiraman Barat dalam perjalanan kalian ke Paranganom" Rembanalah yang menyahut dengan lantangnya "Siapkan orang-orangmu, aku akan pergi ke Paranganom lewat Pasiraman Kulon" "Suaramu seperti geludug mangsa ketiga, tetapi aku yakin, bw hujan tidak akan turun. "Bukankah kau sengaja memancing agar kami benar-benar lewat Pasiraman Kulon", kau berusaha menyinggung perasaan kami, agar dengan hati yang panas kami benar-benar lewat Pasiraman Kulon, agaknya kau berhasil Ki Sanak, kami benarbenar merasa tersinggung, kami tidak mau dikatakan menjadi Ebook by Dewi Kangzusi 240 Kang Zusi http://kangzusi.com/ puas, karena pancinganmu berhasil, kau tentu mengira betapa dungunya kami." Wajah saudagar itu menjadi tegang, tetapi pada sorot matanya nampak betapa kemarahan telah menyala di dadanya. Tanpa berkata apa-apa lagi, maka orang itupun memberi isyarat kepada kawan-kawannya untuk bergerak meninggalkan tempat itu. Raden Madyasta serta ketiga senapati muda itupun memandang mereka sampai menghilang di tikungan. "Sebaiknya kita mengambil jalan lain, kakang" berkata Raden Madyasta. "Tidak Raden" jawab Rembana "Kita akan meneruskan perjalanan kita lewat Pasiraman Kulon" "Agaknya orang-orang itu benar-benar tidak akan membiarkan kita lewat tanpa mengganggu, sementara itu, perjalanan kita masih cukup jauh, jika kita harus berhenti lagi di Pasiraman Kulon, maka kita akan kemalaman di jalan" "Kita dapat bermalam dimana saja, Raden" "Apakah kita merasa perlu melayani orang-orang itu?" "Raden, ada dua alasan, kenapa aku mengusulkan meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon, sebenarnya bukan semata-mata karena kita tersinggung oleh ancamannya, tetapi kita akan dapat mengetahui apakah benar Ki Panji Wirasentika berada di bawah pengaruh orang itu, jika Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo benar, maka Ki Panji Wirasentika sudah tidak lagi menjalankan Ebook by Dewi Kangzusi 241 Kang Zusi http://kangzusi.com/ tugasnya dengan baik, bukankah hal seperti itu harus diketahui oleh Kangjeng Adipati di Paranganom" Raden Madyasta itupun mengangguk-angguk, katanya "Ya, kau benar kakang, dalam kedudukannya, Ki Panji Wirasentika tidak boleh berada di bawah pengaruh siapapun juga, ia harus berdiri tegak pada kedudukannya itu, jika ia sudah berada di bawah pengaruh seseorang, maka jalan pemerintahannyapun akan menjadi timpang" "Karena itu, bukankah sebaiknya kita meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon?" Raden Madyasta mengangguk-angguk, katanya "Ya, kita akan meneruskan perjalanan lewat Pasiraman Kulon" Sejenak kemudian, maka Raden Madyasta dan ketiga senapati muda itupun sudah bersiap, tetapi mereka masih sempat minta diri kepada pemilik kedai yang masih saja gemetar itu. "Maaf Ki Sanak" berkata Raden Madyasta "Kami sudah membuat keributan disini, tetapi itu bukan maksud kami. Kami sudah mencoba mengelak, tetapi kami tidak mempunyai pilihan" Pemilik kedai itu mengangguk-angguk sambil menjawab "Ya, Ki Sanak. Agaknya memang bukan salah kalian" "Terima kasih atas pengertian Ki Sanak" desis Raden Madyasta kemudian. Demikianlah, Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun segera meninggalkan kedai itu, mereka benarbenar sengaja menempuh perjalanan lewat Pasiraman Kulon Ebook by Dewi Kangzusi 242 Kang Zusi http://kangzusi.com/ meskipun mereka tahu, bw saudagar tadi itu akan dapat mengganggu perjalanan mereka. Dalam pada itu, saudagar itu telah memacu kudanya diikuti oleh orang-orangnya, mereka ingin segera sampai di Pasiraman Kulon untuk mempersiapkan penyambutan yang meriah terhadap keempat orang yang mengaku orang Kateguhan itu. "Mereka harus ditangkap, kita akan minta Ki Panji Wirasentika untuk menangkap mereka, mereka dapat saja dicurigai menjadi perintis jalan bagi para perampok yang sering menimbulkan kerusuhan di Paranganom. "Apakah kita dapat membuktikannya?" "Biarlah mereka membuktikan bw mereka bukan petugas sandi dari para perampok. Biarlah mereka menyebutkan siapa mereka sebenarnyanya. Jika mereka akan menengok pamannya di Paranganom, siapa pula nama pamannya dan di padukuhan mana pamannya itu tinggal. Dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada mereka, maka akan segera dapat diketahui apakah mereka berkata sebenarnya. "Jika mereka berkata sebenarnya?" "Tuduhannya adalah, mereka telah menyerang kita, jika perlu biarlah Ki Panji Wirasentika memanggil pemilik kedai itu serta orang-orang yang dapat menjadi saksi, bw mereka telah menyerang kita, pemilik kedai itu tentu akan mengiakannya, apalagi di depan Ki Panji Wirasentika" Apakah Ki Panji Wirasentika bersedia melakukannya?" "Kau tahu pengaruhku atas Ki Panji Wirasentika?" Ebook by Dewi Kangzusi 243 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya. Aku tahu" Apakah kira-kira Ki Panji Wirasentika akan menolak?" Orang itu menggeleng, katanya "Tidak" "Nah, orang-orang itu tidak akan luput dari hukuman, aku tentu dapat mengusulkan hukuman yang pantas bagi mereka" Demikianlah orang-orang berkuda itu memacu kuda mereka dengan kecepatan tinggi, mereka tidak ingin disusul oleh keempat anak muda yang akan mereka jerumuskan ke dalam tangan Ki Panji Wirasentika. Ketika mereka memasuki lingkungan Pasiraman Kulon, maka merekapun langsung menuju kr rumah Ki Panji Wirasentika. Dalam pada itu, saudagar tampan itu langsung dapat diterima oleh Ki Panji Wirasentika di pringgitan rumahnya. "Silahkan duduk Ki Saudagar Kertaderma. Biarlah aku berbenah diri sebentar, aku baru memandikan ayam jago yang Ki Saudagar berikan itu" "Ki Panji, aku tergesa-gesa" "Ada apa?" "Ada yang penting, aku ingin Ki Panji menangkap empat orang anak muda dari Kateguhan yang sebentar lagi akan lewat jalan ini" "Kenapa?" Ebook by Dewi Kangzusi 244 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Aku curiga, bw mereka adalah orang-orang yang di kirim oleh gerombolan perampok yang sedang berkeliaran di perbatasan untuk melihat-lihat keadaan lingkungan itu dan bahkan tempat kedudukan Kangjeng Adipati di Paranganom" "Apakah mereka akan lewat jalan di rumah ini?" "Ya, aku sudah bertemu dengan mereka, mereka justru telah menyerang kami, menurut kata mereka. mereka berempat akan pergi ke Paranganom." "Maksud Ki Saudagar, mereka akan pergi ke pusat pemerintahan Paranganom?" "Nanti kita akan tahu, tetapi aku minta Ki Panji Wirasentika menghentikan mereka dan menahannya. Nanti kita akan berbicara dengan mereka lebih mendalam" "Tetapi apkan dasarnya aku menangkap mereka?" "Sudahlah Ki Panji, aku minta Ki Panji menangkap mereka lebih dahulu, nanti kita akan berbicara dengan mereka" "Baiklah, aku akan memerintahkan para pengawal menghentikan mereka dan membawanya kemari" "Sudah ada empat orangku di depan regol halaman rumah ini" Ki Panji Wirasentikapun segera memanggil pemimpin pengawal yang sedang bertugas di rumahnya, iapun segera memerintahkan untuk menghentikan empat orang anak muda dari Kateguhan. "Bawa mereka ke pringgitan. Aku akan berbicara dengan mereka, di depan regol sudah ada empat orang pengawal Ki Ebook by Dewi Kangzusi 245 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Saudagar Kertaderma, tetapi mereka bukan petugas yang dapat memaksa keempat orang itu berhenti" "Baik, Ki Panji" "Bawa kawan-kawanmu, mungkin orang itu akan menolak perintahmu dan akan melawan" Dalam waktu yang singkat, enam orang pengawal Ki Panji Wirasentika telah berada di jalan di depan rumahnya. Mereka membawa pedang yang telanjang, seorang diantara mereka membawa tombak pendek dengan sebuah kelebet kecil yang diikat pada landeannya, sebagai pertanda, bw mereka adalah petugas yang sedang menjalankan tugas mereka, sementara itu empat orang pengawal Ki Saudagar masih juga berada di depan regol dan bahkan bergabung dengan para pengawal Ki Panji Wirasentika. Sejenak kemudian, maka seorang dari keempat pengawal Ki Saudagar itupun berkata "Itulah mereka, mereka benarbenar lewat jalan ini" "Sombongnya mereka" geram yang lain. Pemimpin pengawal yang membawa tombak pendek dengan kelebet kecil itupun bertanya "Apakah orang-orang berkuda itu yang kalian maksud?" "Ya" jawab salah seorang pengawal Ki Saudagar. Pemimpin pengawal itupun segera berdiri di tengah jalan sambil mengangkat tombaknya. Akhir Jilid 3 Jilid 04 Ebook by Dewi Kangzusi 246 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sebenarnyalah yang berkuda menuju kearah mereka itu adalah Raden Madyasta bersama ketiga senapati muda yang menyertainya. "Kau lihat kelebet kecil itu, kakang" bertanya Raden Madyasta kepada Wismaya yang berkuda di sebelahnya. "Ya, Raden" "Itu adalah pertanda bw mereka adalah para petugas yang sedang menjalankan tugas mereka" "Ya" Raden" "Kita harus berhenti" "Ya" Sementara itu, Rembana justru menyahut "Kita memang akan berhenti Raden, tanpa pertanda itupun kita akan berhenti" Raden Madyasta menarik nafas dalam-dalam. Beberapa saat kemudian, keempat orang berkuda itu telah menjadi semakin dekat dengan regol halaman rumah Ki Panji Wirasentika, karena itu, maka Raden Madyasta yang berkuda di paling depan telah memberikan isyarat agar mereka berhenti. Pemimpin pengawal yang membawa tombak pendek dengan kelebet kecil di landeannya itupun melangkah maju sambil bertanya "Apakah kalian anak-anak muda dari Kateguhan?" Ebook by Dewi Kangzusi 247 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Raden Madyasta meloncat turun dari kudanya, demikian pula ketiga senapati muda itu. sehingga dengan demikian, akan timbul kesan pada para pengawal Ki Panji Wirasentika bw keempat orang itu mengenal dan telah mengetrap unggah-ungguh. Mereka menghormati para petugas yang sedang menjalankan tugasnya. Karena itu, maka pemimpin pengawal itu, diluar sadarnya telah mengangguk hormat pula. "Ya, Ki Sanak" jawab Raden Madyasta ;kami datang dari Kateguhan" "Maaf, Ki Sanak. Kami minta Ki Sanak singgah di rumah Ki Panji Wirasentika" "Ada apa?" bertanya Raden Madyasta. Ki Panji Wirasentika sendiri yang akan mengatakannya kepada Ki Sanak berempat" "Baiklah" jawab Raden Madyasta "Kami akan singgah, kami tidak akan dapat menolak perintah itu" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun kemudian telah menuntun kuda mereka, memasuki regol halaman rumah Ki Panji Wirasentika. Ki Panji Wirasentika yang telah selesai berbenah diri, telah duduk di pringgitan bersama Ki Saudagar Kertaderma dan seorang pengawalnya. Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda tidak terkejut melihat kehadiran Ki Saudagar Kertaderma itu. Ebook by Dewi Kangzusi 248 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Biarlah mereka naik" berkata Ki Panji Wirasentika kepada pengawalnya. "Silahkan naik, Ki Sanak" berkata pengawal yang membawa tombak pendek itu. Setelah menambatkan kudanya, maka keempat orang anak muda yang mengaku datang dari Kateguhan itupun naik ke pendapa dan duduk di pringgitan pula menghadap Ki Panji Wirasentika. "Anak-anak muda" berkata Ki Panji Wirasentika "Apakah kau sudah mengetahui alasannya, kenapa kalian harus singgah di rumahku" "Sudah Ki Panji" jawab Raden Madyasta. "Sudah", jadi kau sudah tahu alasannya?" "Sudah Ki Panji, karena aku melihat orang itu berada disini" "Orang itu adalah Ki Saudagar Kertaderma, ia seorang yang berpengaruh disini, seorang yang kaya raya dan banyak memberikan sumbangan bagi kesejahteraan rakyat Pasiraman Kulon" "Sukurlah, kalau begitu" "Nah, jika Ki Saudagar Kertaderma berada disini, kenapa kau langsung mengetahui alasannya, kenapa kalian dihadapkan kepadaku?" "Ki Panji" berkata Raden Madyasta, "Ki Saudagar Kertaderma itu tentu sudah bercerita meskipun perlu dikaji Ebook by Dewi Kangzusi 249 Kang Zusi http://kangzusi.com/ kebenarannya, nah justru aku yang ingin tahu, apa yang telah dikatakan oleh Ki Saudagar Kertaderma itu kepada Ki Panji" Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang, sikap anak muda itu menimbulkan kesan tersendiri, anak muda itu nampaknya terlalu percaya diri. "Benar anak muda" berkata Ki Panji Wirasentika "Ki Saudagar Kertaderma memberitahukan kepadaku, bw kalian telah membuat Ki Saudagar Kertaderma itu curiga, selama ini telah banyak sekali terjadi tindak kejahatan di kadipaten Paranganom, kejahatan yang sebelumnya belum pernah ada" "Kenapa hal itu terjadi di Paranganom", Ki Saudagar Kertaderma telah menyalahkan orang-orang Kateguhan, bukankah itu tidak adil", justru orang-orang Paranganom sendirilah yang harus bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa akhir-akhir ini telah banyak sekali terjadi kejahatan", perampokan, penyamun di bulak-bulak yang sepi, pencurian dan kejahatan-kejahatan yang lain, bukankah itu membuktikan bw Paranganom tidak mampu menjaga ketenangan dan ketentraman hidup rakyatnya", bw para para petugas di Paranganom tidak mampu melindungi kawula yang tidak berdaya" "Cukup" bentak Ki Panji Wirasentika "Kau jangan mencoba menggurui aku, aku adalah Panji Wirasentika yang berkuasa di Pasiraman Kulon, kalian tidak dapat bersikap seperti itu terhadap penguasa, jika semula aku masih ingin meyakinkan pengaudan Ki Saudagar Kertaderma, maka sekarang aku sudah yakin, bw kalian memang harus ditangkap" Ki Saudagar Kertadermalah yang harus ditangkap, ia sudah menghina kami, ia menuduh kami mencuri kuda karena kami tidak mau menjual kuda kami kepadanya" Ebook by Dewi Kangzusi 250 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Omong kosong" sahut Ki Saudagar Kertaderma "Kau tidak usah mengada-ada, Ki Panji Wirasentika sendiri menjadi saksi atas sikapmu itu" "Pemilik kedai itu dapat menjadi saksi" "Baiklah, Ki Panji Wirasentika tentu akan memanggil pemilik kedai itu untuk bersaksi" Tiba-tiba Rembana memotong pembicaraan itu, katanya "Asal kalian tidak menakut-nakuti, ia harus bersaksi dengan jujur" Ki Saudagar Kertaderma itu tertawa, katanya "Tentu, ia akan bersaksi dengan jujur" Sebelum Rembana menyahut, Ki Saudagar Kertaderma itupun berkata kepada Ki Panji Wirasentika "Ki Panji, perintahkan orang-orangmu memanggil pemilik kedai itu" Ki Panji Wirasentika termenung-menung sejenak, namun kemudian iapun berkata "Baiklah, aku akan memerintahkan prajurit untuk memanggilnya" "Ki Panji" berkata Raden Madyasta "Apakah Ki Saudagar Kertaderma berwenang memerintahkan Ki Panji Wirasentika, sedangkan Ki Panji Wirasentika adalah orang yang memerintah daerah ini atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma?" Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang, dipandanginya Raden Madyasta dengan tajamnya, dengan suara yang bergetar iapun berkata "Aku tidak diperintah, aku memang akan memanggil pemilik kedai itu untuk bersaksi" Ebook by Dewi Kangzusi 251 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Namun Ki Saudagar Kertaderma itupun berkata "Nah, kau lihat sekarang, siapa aku. Aku dapat bekerja sama sebaik-baiknya dengan Ki Panji Wirasentika yang berkuasa atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma, karena itu, kau akan menyesali kebodohanmu anak-anak muda Kateguhan" "Ki Panji" berkata Raden Madyasta seakan-akan tidak mendengar kata-kata Ki Saudagar Kertaderma "Ki Panji tidak usah memanggil pemilik kedai itu. ia tidak akan dapat besaksi dengan jujur. Ia tentu akan mengiakan saka jawaban-jawaban yang diinginkan oleh Ki Saudagar Kertaderma" "Tidak, aku akan memanggilnya" "Biarkan saja Ki Panji memanggilnya" berkata Sasangka "Kita akan melihat sejauh manakah kebenaran ditegakkan di Pasiraman Kulon yang merupakan bagian dari kadipaten Paranganom itu. apakah disini kebenaran benarbenar dijunjung sebagaimana berita yang terdengar di Kateguhan, atau hanya sekedar dongeng ngayawara yang dihembuskan oleh angin mangsa ketiga" Bab 13 - Kena Batunya "Sikapnya semakin menyakitkan hati" berkata Ki Saudagar Kertaderma "Kau kira kau dapat berlindung di bawah kuasa Kangjeng Adipati Kateguhan", kau telah membuat kesalahan di Paranganom, maka para pemimpin di Paranganomlah yang akan menentukan nasibmu" "Anak-anak muda yang tidak tahu diri" geram Ki Saudagar Kertaderma "Jika benar kau akan pergi ke Paranganom untuk menengok pamanmu, siapakah nama pamanmu itu dan dimana ia tinggal, jika kalian berdusta, maka hukuman kalian akan berlipat" Ebook by Dewi Kangzusi 252 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ternyata Raden Madyasta telah menjadi jemu untuk berbicara berkepanjangan , sementara itu perjalanan mereka masih jauh, karena itu, maka iapun menjawab "Kami akan pergi menemui Kangjeng Adipati di Paranganom" "Bocah edan, kau sadari apa yang kau katakan?" bentak Ki Panji Wirasentika. "Apakah Ki Panji tidak percaya, bw aku menghadap Kangjeng Adipati di Paranganom?" Wajah Ki Panji tiba-tiba menjadi tegang, sementara Ki Saudagar Kertadermapun menyela "Jangan mengada-ada, kebohonganmu tidak akan dapat menyelamatkanmu" "Ki Panji, biarlah aku melanjutkan perjalanan. Panggil pemilik kedai itu dan berbicaralah baik-baik dengan orang itu" "Jangan beri kesempatan Ki Saudagar Kertaderma untuk ikut berbicara dengan pemilik kedai itu, nanti Ki Panji akan mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi, siapakah yang bersalah, jika salah seorang saudara kami telah berkelahi dengan salah seorang pengawalnya" "Apa hakmu berbicara seperti itu?" bentak Ki Saudagar Kertaderma "Ki Panji dapat berbuat apa saja menurut kebijaksanaannya" "Aku setuju, karena itu aku mengusulkan kepada Ki Panji untuk menempuh kebijaksanaan sebagaimana aku katakan, kau tidak boleh meracuni kebijaksanaan Ki Panji dalam menjalankan kewajibnya, Ki Panjipun tidak boleh berada di bawah pengaruh siapapun juga, meskipun ia seorang kaya yang dapat mempergunakan uangnya untuk memaksakan kehendaknya, jika Ki Saudagar itu berbuat baik, memberi dana Ebook by Dewi Kangzusi 253 Kang Zusi http://kangzusi.com/ bagi daerah ini, membantu kegiatan dihargai. Tetapi semua yang dilakukannya itu bukannya tanpa pamrih" "Cukup" bentak Ki Saudagar Kertaderma "Kau dapat dihukum seberat-beratnya" "Yang berhak menjatuhkan hukuman disini adalah Ki Panji Wirasentika" "Siapa namamu" tiba-tiba saja Ki Panji Wirasentika itu bertanya kepada Raden Madyasta. "Namaku Madyasta" "Madyasta, Raden Madyasta maksudmu?" "Ki Panji pernah mendengar nama itu" "Nanti dulu, apakah Raden putera Kangjeng Adipati Prangkusuma?" "Ya" "He" Ki Saudagar Kertaderma terkejut, seakan ia mendengar petir yang meledak diatas kepalanya. "Nanti dulu, Raden, bukankah Raden Madyasta tidak berada di kadipaten?" "Lebih empat tahun aku tinggal di sebuah pgn terpencil, belum lama aku pulang" "Jadi" kata-kata Ki Panji Wirasentika terputus. Iapun kemudian mengangguk hormat sehingga wajahnya hampir menyentuh tikar pandan yang digelar di pringgitan. Sambil menunduk iapun berkata "Ampun Raden, alangkah bodohnya Ebook by Dewi Kangzusi 254 Kang Zusi http://kangzusi.com/ aku, mataku sudah lamur sehingga aku tidak mengenali Raden lagi, dahulu sebelum Raden berangkat ke padepokan itu, aku sudah pernah mengenal Raden" "Ya, demikian aku naik ke pendapa ini, akupun segera mengenali Ki Panji. Tetapi aku baru tahu, bw nama Ki Panji sudah berubah" "Ya, Raden. sejak aku diangkat menjadi Panji, aku mendapat nama baru, Wirasentika" "Aku mengenal Ki Lurah Panji Wiradadi" "Raden benar, namaku dahulu memang Wiradadi" "Jadi Ki Panji sekarang sudah mengenali aku kembali" "Sudah Raden, sudah" "Ki Panji yakin bw aku adalah Madyasta, putera ayahanda Adipati Paranganom?" "Ya, ya. Aku yakin, Raden" "Sukurlah" "Tetapi Raden telah menyebutkan bw Raden berempat berasal dari Keduwang, tlaltah kadipaten Kateguhan" "Aku berniat untuk memperpendek persoalan, Ki Saudagar Kertaderma berniat membeli kudaku. Mula-mula ia menganggap bw kami adalah blantik kuda sebelum Ki Saudagar Kertaderma bertanya, siapakah kami berempat, bahkan agak memaksa" Ebook by Dewi Kangzusi 255 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Nampaknya Rembana tidak dapat bertahan untuk berdiam diri saja, karena itu, maka iapun berkata "Bahkan pengawalnya yang disebutnya Deriji Wesi itu menuduh Raden Madyasta mencuri kudanya itu. bukankah sangat menyakitkan", aku tidak dapat membiarkan Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Prangkusuma itu direndahkan" "Aku mohon ampun, Raden. aku tidak tahu, bw aku berhadapan dengan putera Kangjeng Adipati Prangkusuma" berkata Ki Saudagar Kertaderma. "Jadi, kalau kau berhadapan dengan orang kebanyakan yang tidak berdaya, akan kau perlakukan dengan sewenang-wenang?" "Tidak, bukan maksudku" "Raden" bertanya Ki Panji Wirasentika "Siapakah ketiga anak-anak muda yang menyertai Raden ini?" "Mereka adalah tiga orang senapati muda pilihan di Paranganom, mereka adalah senapati yang telah mengangkat nama baik Paranganom di mata Kangjeng Sultan di Tegal Langkap. Bersama pasukan mereka, ketiga orang senapati muda ini telah menempatkan diri di tempat terhormat ketika terjadi perang besar di tepi Bengawan Rahina, mereka adalah Ki Lurah Rembana Ki Lurah Sasangka dan Ki Lurah Wismaya" "Aku pernah mendengar nama-nama itu disebut" berkata Ki Panji Wirasentika "Tetapi baru sekarang aku dapat mengenal ketiga orang senapati ini" "Kami hanya sekedar menjalankan tugas, Ki Panji" sahut Wismaya. Ebook by Dewi Kangzusi 256 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Tetapi jika Raden berkenan menjawab, dari manakah Raden bersama ketiga orang senapati muda ini?" "Kami baru kembali dari Panjer, Ki Panji" "Panjer?" "Kami baru saja mengatasi gerombolan brandal yang selalu membuat kekacauan di tlatah Paranganom" "Aku sudah mendengar kerusuhan di kademangan Panjer, bahkan kami di Pasiraman Kulon, sempat menjadi cemas menanggapi perkembangan kejahatan yang terjadi di Paranganom akhir-akhir ini" "Sekarang Ki Panji tidak perlu cemas lagi, meskipun pemimpin gerombolan perampok itu belum tertangkap, tetapi gerombolan itu sendiri telah dapat dihancurkan. Setidak-tidaknya untuk beberapa lama, gerombolan yang telah dihancurkan itu tidak akan mampu berbuat apa-apa, sementara itu, setiap kademangan sempat mempersiakan diri sebaik-baiknya untuk menghadap kemungkinan mendatang" "Raden hanya berempat?" "Tidak, selain kami berempat, masih ada enam orang prajurit yang menyertai kami. Kami masih meninggalkan mereka di kademangan Panjer" "Hanya sepuluh orang", menurut pendengaran kami, gerombolan perampok itu jumlahnya cukup banyak. Mereka adalah orang-orang yang tidak lagi menghargai jiwa sesamanya" Ebook by Dewi Kangzusi 257 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Anak-anak muda kademangan Panjer ternyata memiliki kemampuan yang tinggi. Karena itu, bersama-sama mereka, kami dapat menghancurkan gerombolan itu" Ki Panji Wirasentika mengangguk-angguk, sekali lagi iapun berkata "Raden, kami mohon ampun, kami telah melakukan kesalahan yang besar sekali, bw kami telah mengganggu perjalanan Raden" "Yang penting bukan hambatan terhadap perjalanan kami, tetapi tegaknya kedudukan Ki Panji" "Aku mengerti maksud Raden" "Ki Panji telah jatuh ke bawah pengaruh seorang yang nampaknya menggelar uangnya untuk mendapatkan kesan, bw ia seorang yang murah hati, tetapi di balik gelar itu, ia meneguk keuntungan yang jauh lebih besar dari taburan kemurahan hatinya itu" "Ampun Raden" desis Ki Panji Wirasentika. Masih ada kesempatan bagi Ki Panji, ayahanda bukan seorang yang tidak mau membuat pertimbangan yang adil, sementara itu, Ki Saudagar Kertaderma perlu mendapat peringatan pula atas sikap dan tingkah lakunya" "Akupun mohon ampun Raden" "Baiklah" berkata Raden Madyasta "Kami akan melanjutkan perjalanan kami yang masih panjang" "Apakah Raden tidak bermalam disini saja", jika Raden melanjutkan perjalanan, maka Raden tentu akan kemalaman di jalan" Ebook by Dewi Kangzusi 258 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Tidak apa-apa, Ki Panji. Kami adalah prajurit. kami sudah siap menghadap segala medan" "Tetapi bukankah lebih baik bermalam disini daripada di tempat terbuka" "Bukankah disetiap padukuhan terdapat banjar", kami dapat bermalam di banjarbanjar padukuhan" "Ki Panji, kami mohon diri, tetapi sebaiknya besok lusa, Ki Panji pergi ke Paranganom menghadap ayahanda untuk menjelaskan perkembangan daerah ini" "Baik Raden, besok lusa aku akan menghadap Kangjeng Adipati Prangkusuma" "Aku akan mengatakannya kepada ayahanda" "Terima kasih Raden" "Kami akan memantau perubahan sikap Ki Saudagar Kertaderma, hubungan antara Ki Saudagar Kertaderma dengan rakyat Pasiraman Kulon serta hubungan Ki Saudagar Kertaderma dengan Ki Panji Wirasentika" "Aku berjanji Raden" Demikianlah, sejenak kemudian, Raden Madyasta serta ketiga orang senapati muda itu sudah memacu kudanya meninggalkan rumah Ki Panji Wirasentika. Sementara itu, sepeninggal Raden Madyasta, Ki Panji Wirasentikapun berkata dengan nada berat "Habislah aku sekarang, kenapa Ki Saudagar Kertaderma telah terjerumus dalam perselisihan dengan putera Kangjeng Adipati?" Ebook by Dewi Kangzusi 259 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Aku belum pernah mengenal wajah Raden Madyasta, sementara itu Ki Panji Wirasentika sendiri juga tidak segera dapat mengenalinya" "Banyak perubahan telah terjadi, empat tahun lamanya Raden Madyasta berada di padepokan, kulitnya menjadi kehitam-hitaman dibakar terik matahari, tubuhnyapun tumbuh dengan cepat, ia sekarang menjadi seorang anak muda yang tampan dan kekar, meskipun ia kehilangan warna kulitnya yang kuning bersih, aku tidak akan dapat mengenalinya jika saja anak muda itu tidak menyebut dirinya" "Besok lusa aku akan menghadap, aku akan mohon ampun" "Aku ikut, Ki Panji" berkata Ki Saudagar Kertaderma "Aku akan menawarkan apa saja yang dikehendaki oleh Kangjeng Adipati. bahkan jika Kangjeng Adipati menginginkan sebuah pasanggrahan di Pasiraman Kulon, di dekat danau Wilis, akan aku buatkan" "Jika Ki Saudagar Kertaderma berani menawarkannya kepada Kangjeng Adipati, maka persoalan akan cepat selesai" "Benar?" "Ya, karena Ki Saudagar Kertaderma akan segera diusir dari kadipaten Paranganom" "Jadi?" "Jangan mencoba menyuap Kangjeng Adipati sebagaimana Ki Saudagar Kertaderma menyuap aku" "Apa yang harus aku lakukan?" Ebook by Dewi Kangzusi 260 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Jika Ki Saudagar Kertaderma ingin menghadap bersamaku, maka satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah mohon ampun, hanya itu" "Baiklah, Ki Panji, besok lusa aku akan ikut menghadap untuk mohon ampun" Sementara itu, Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda telah memacu kudanya. betapapun kuda mereka berlari seperti anak panah yang lepas dari busurnya, namun mereka benar-benar kemalaman d perjalanan. Ketika mereka bertiga sampai di sebuah tebing sungai yang landai, maka merekapun telah membawa kuda-kuda mereka turun, membiarkan kuda mereka minum, kemudian makan rumput segar sambil beristirahat. Sambil duduk diatas batu besar, Raden Madyasta berkata kepada para senapati "Kita bermalam disini saja" "Baik Raden" Malam itu Rembana, Sasangka dan Wismaya bergantian berjaga-jaga, menjelang fajar, Wismaya telah membangunkan Rembana dan Sasangka, sedangkan Raden Madyasta telah lebih dahulu terbangun dan bahkan telah mandi di sejuknya air sungai yang bening itu. Beberapa saat kemudian, keempat orang anak muda itu telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Tidak ada lagi yang menghambat perjalanan mereka yang sudah menjadi semakin dekat dengan pusat pemerintahan di kadipaten Paranganom. Ebook by Dewi Kangzusi 261 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kita akan menghadap ayahanda" berkata Raden Madyasta. Ketiga orang senapati itu hanya mengiakannya saja. "Kita memang sudah rapi" berkata Rembana kemudian Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kita sudah mandi dan berbenah diri" Yang lain tertawa, Sasangkalah yang menyahut "Menurut pendapatkmu, dengan pakaian ini kita sudah pantas menghadap?" "Tentu, jika tidak, apakah kita harus kembali ke barak dan mengenakan pakaian dengan pertanda keprajuritan?" "Tidak usah" sahut Raden Madyasta "Ayahanda akan mengerti, bw kita baru pulang dari tugas yang menuntut agar kalian tidak mengenakan pakaian keprajuritan" "Nah, kau dengar?" Rembana menyambung. Sasangka mengangguk-angguk, katanya "Tetapi jangan menjadi kebiasaan Rembana" "Kebiasaan apa?" "Menjalankan tugas tanpa mengenakan pakaian keprajuritan, dengan demikian kau akan terlalu sering berkeliaran di pasar" Wismaya yang agak pendiam itu tersenyum sambil menyahut "Jika demikian, maka ia akan dapat memungut upeti dari pada penjual nasi" Suara tertawapun terburai berkepanjangan. Ebook by Dewi Kangzusi 262 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Demikianlah, seperti yang dikatakan oleh Raden Madyasta, maka mereka berempatpun langsung pergi ke dalem kadipaten untuk menghadap Kangjeng Adipati di Paranganom. Mereka memasuki halaman kadipaten ketika matahari sudah mendekati puncak langit, beberapa orang pemimpin tertinggi di Paranganom baru saja hadir menghadap Kangjeng Adipati sebagaimana biasanya dilakukan dalam sepekan sekali, untuk membicarakan perkembangan keadaan terakhir do kadipaten Paranganom. membicarakan pelaksanaan tatanan dan paugeran yang berlaku. Membicarakan kesejahteraan rakyat Paranganom, ketentraman dan ketenangan hidup mereka serta persoalan-persoalan lain yang menyangkut sisi-sisi kehidupan yang lain. "Apakah pertemuan itu sudah lama berakhir?" bertanya Raden Madyasta kepada prajurit yang bertugas. "Belum lama Raden. bahkan Tumengggung Wiradipa dan Tumengggung Yudapati masih berada di dalem kadipaten. Tetapi mereka sudah tidak berada di pendapa" "Jadi paman Tumengggung Wiradipa dan Tumengggung Yudapati masih berada di dalam?" "Ya, Raden" "Terima kasih" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itupun kemudian telah mengikatkan kuda mereka pada patok-patok kayu di halaman. kemudian merekapun melingkari pendapa masuk lewat pintu seketeng, langsung ke serambi kanan. Raden Madyasta tahu, bw di serambi itulah ayahandanya sering mengadakan pembicaraan-pembicaraan khusus dengan Ebook by Dewi Kangzusi 263 Kang Zusi http://kangzusi.com/ orang-orang terdekat, terutama Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati. Kedatangan Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda yang tiba-tiba saja itu memang mengejutkan Kangjeng Adipati Prangkusuma di Paranganom serta kedua orang Ki Tumenggung yang masih menghadap. "Marilah, Madyasta" berkata Kangjeng Adipati "Marilah Rembana, Sasangka dan Wismaya" "Hamba menghadap ayahanda" "Mendekatlah, kebetulan kedua orang pamanmu masih ada disini" Raden Madyasta dan ketiga orang senapati mudapun kemudian bergeser mendekat. "Kapan kalian datang dari perjalanan tugas kalian?" "Baru saja, ayahanda. Kami langsung menghadap ayahanda" "Jadi kalian baru saja datang", kapan kalian berangkat dari sasaran tugas kalian?" "Kemarin ayahanda, kami berhenti lama di perjalanan. "Semalam kau bermalam dimana?" "Kami sengaja bermalam di tempat terbuka, ayahanda" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, namun kemudian iapun bertanya "Bukankah kalian selamat dalam perjalanan?" Ebook by Dewi Kangzusi 264 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Hamba, ayahanda. Kami selamat dalam perjalanan, meskipun ada sedikit hambatan" "Madyasta" berkata Kangjeng Adipati "Jika kau dan ketiga senapati masih merasa letih, kalian aku perkenankan untuk beristirahat. Nanti kalian dapat menghadap lagi untuk memberikan keterangan tentang usaha kalian menghadap kerusuhan terutama di daerah perbatasan" "Kami tidak terlalu letih ayahanda. Kami dapat memberikan laporan sekarang" Kangjeng Adipati Prangkusuma termenung-menung sejenak. Dipandanginya keempat anak muda pilihan itu, agaknya mereka memang tidak merasa terlalu letih. Sikap mereka masih tetap. Wajah mereka masih terang sekali, nampak senyum menghiasi bibir. "Baiklah" berkata Kangjeng Adipati "Jika kalian tidak merasa terlalu letih, akupun tidak berkeberatan untuk mendengarkan laporan kalian" lalu Kangjeng Adipati itupun berkata kepada Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati "Kakang, aku minta kakang bersabar sebentar, kita dengarkan laporan Madyasta dan ketiga orang senapati itu" "Hamba Kangjeng Adipati" jawab mereka bersamaan. "Madyasta" berkata Kangjeng Adipati kemudian "Jika kau memang tidak terlalu letih, berikan laporan itu sekarang, kami akan mendengarkannya" Raden Madyasta kemudian dengan singkat memberikan laporan hasil perlawatannya ke Panjer untuk mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh gerombolan penjahat. Ebook by Dewi Kangzusi 265 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Segerombolan penjahat yang sebenarnya terdiri dari beberapa kelompok kecil penjahat yang disegani. Perampok, penyamun, pencuri yang tangguh, sehingga ada diantara mereka yang dikabarkan mempunyai aji penglimunan sehingga seakan-akan dapat melenyapkan diri, serta penjahat-penjahat yang sudah punya nama lainnya. Mereka telah dihimpun oleh seorang yang berilmu tinggi, yang pengaruhnya sangat besar atas para penjahat itu. "Namanya Sura Branggah, ayahanda" "Jadi para penjahat itu telah dihimpun oleh Sura Branggah" "Ya. Ayahanda. Kami berhasil menghancurkan gerombolan itu. tetapi ampun ayahanda. Kami tidak berhasil menangkap pemimpinnya. Sura Branggah telah luput dari tangan kami" Kangjeng Adipati Prangkusuma mengangguk-angguk, dengan nada datar iapun berkata "Jadi pemimpin itu lepas dari tanganmu" "Hamba ayahanda. Sehingga penulusaran kami terhadap gerombolan itu tidak dapat tuntas. Para penjahat itu ternyata tidak tahu apa-apa selain menjalankan perintah Sura Branggah" "Apaboleh buat" desis Kangjeng Adipati. meskipun hanya sepercik kecil, namun terasa ungkapan penyesalan Kangjeng Adipati Prangkusuma. "Kami mohon ampun, ayahanda. Kami sudah bekerja sama dengan anak-anak muda serta para Bebahu kademangan Panjer yang mengepung rapat, sementara kami berempat Ebook by Dewi Kangzusi 266 Kang Zusi http://kangzusi.com/ melawan mereka, tetapi Sura Branggah itu tetap saja dapat lolos" "Apakah kau sudah berbicara dengan para penjahat yang tertangkap?" "Sudah ayahanda. Tetapi seperti yang hamba katakan, mereka tidak tahu apa-apa" "Meskipun demikian, Madyasta, bagaimana menurut kesimpulan yang kau tarik. Apakah tindak kejahatan yang timbul kebanyakan di perbatasan dengan Kateguhan itu ada hubungannya dengan kadipaten Kateguhan atau bahkan ada kesengajaan dari para pemimpin di Kateguhan dalam hubungan kehadiran bibimu Raden Ayu Prawirayuda serta Rantamsari di kadipaten ini?" "Tidak seorangpun diantara mereka yang tertangkap menyebut hubungan dengan Kateguhan. Mungkin mereka benar-benar tidak berhubungan dengan orang-orang Kateguhan, tetapi mungkin juga karena mereka tidak mengetahuinya, itulah sebabnya, maka hamba sangat menyayangkan, bw pemimpin gerombolan perampok itu tidak dapat tertangkap" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk, tetapi kemudian iapun berkata "sudahlah, nyatanya pemimpin perampok itu tidak tertangkap, tetapi kekuatan gerombolan itu sudah dapat kau lumatkan, menurut pendapatku berdasarkan atas laporanmu, untuk beberapa lama gerombolanan tiu tidak akan segera dapat bangkit. Mereka memerlukan orang-orang baru yang dapat dihimpun. Orang-orang baru itu tentunya tidak akan sebaik orang-orang yang lama, karena orang-orang yang lama itu adalah orang-orang pada pilihan pertama" Ebook by Dewi Kangzusi 267 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ya. Ayahanda. Sementara itu, beberapa kademangan sudah sempat mempersiapkan diri. Enam orang prajurit yang kami tinggalkan di Panjer, akan dapat membantu mempersiapkan anak-anak mudanya, bahkan bukan hanya di Kademangan Panjer, tetapi juga kademangan-kademangan di sekitarnya" "Baiklah, Madyasta. sebagian besar dari tugasmu sudah dapat kau selesaikan dengan baik. selanjutnya, adalah tugas kita semuanya untuk bersiap-siap menghadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi kemudian. Selama ini kita masih akan berusaha untuk menangkap pemimpin gerombolan perampok itu" "Hamba, ayahanda" "Nah, untuk sementara laporanmu sudah cukup. Jika kau dan para senapati sudah merasa letih, kalian dapat beristirahat. Aku mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian. Sejak semula aku memang yajin, bw bersama Rembana, Sasangka dan Wismaya, kau akan berhasil" "Terima kasih atas pujian ini, kangjeng" Wismaya mengangguk hormat "Sebenarnyanyalah bw kami masih belum dapat memenuhi tugas kami, karena Sura Branggah sempat meloloskan diri" "Bukankah kita tidak akan berhenti sampai sekian?" bertanya Kangjeng Adipati Prangkusuma. "Ya Kangjeng Adipati" jawab Wismaya dengan nada dalam. Demikianlah, maka Raden Madyasta kemudian telah minta diri bersama ketiga senapati muda itu. sementara Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati masih tetap bersama Kangjeng Adipati di serambi. Ebook by Dewi Kangzusi 268 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Seprninggal Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itu, Kangjeng Adipatipun bertanya kepada kedua Tumenggung yang nsh menghadap itu "Bagaimana pendapat kalian tentang laporan Madyasta" Ki Tumengggung Wiradipa termenung-menung sejenak, dengan agak ragu-ragu, iapun kemudian menjawab "Kangjeng, semula aku menduga, bw kekacauan yang timbul itu ada hubungannya dengan orang-orang Kateguhan, mungkin para perampok, penyamun dan pencuri itu tidak tahu apa-apa. juga hubungan gerakan mereka dengan kepentingan orang-orang Kateguhan. Sayang sekali bw pemimpin gerombolan itu tidak tertangkap" "Kangjeng" berkata Ki Tumengggung Yudapati, "Aku juga menduga bw ada hubungan antara gerakan itu dengan orangorang Kateguhan, bahkan mungkin ada hubungannya pula dengan keberadaan Raden Ayu Prawirayuda serta Raden Ajeng Rantamsari di Paranganom" Agaknya sulit untuk mencari antara kekacauan itu dengan keberadaan kakangmbok Prawirayuda, tetapi kadang-kadang kita memang menghadap persoalan-persoalan yang tidak segera diketahui hubungannya yang satu dengan yang lain" "Kangjeng, apakah tidak sebaiknya para perampok yang tertangkap itu dibawa kemari agar kita dapat berbicara dengan mereka?" "Bukankah Raden Madyasta dan ketiga orang senapati muda itu sudah berbicara dengan mereka" "Mungkin sikap mereka akan berbeda, jika mereka berhadapan langsung dengan Kangjeng Adipati" Ebook by Dewi Kangzusi 269 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Kangjeng Adipati tersenyum, katanya "Baiklah, pada suatu saat aku akan menemui mereka setelah mereka semuanya dibawa kemari" "Ya, Kangjeng" "Tetapi kakang, sebenarnya ada yang penting yang ingin aku bicarakan dengan kakang berdua" "Apakah ada perintah yang harus kami lakukan, Kangjeng?" "Kakang, aku akan minta kakang berdua untuk pergi ke Kateguhan" Kedua orang tumenggung itu saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Ki Tumengggung Wiradipapun bertanya "Apa yang harus kami lakukan di Kateguhan, Kangjeng Adipati?" "Kalian menghadap angger Adipati Yudapati" "Kangjeng Adipati Yudapati" "Ya, kalian datang ke Kateguhan untuk memberitahukan bw ibunda angger Adipati Yudapati, meskipun hanya ibu tiri, berada di Paranganom" Kedua Ki Tumenggung itu mengangguk-angguk, sementara Kangjeng Adipati Prangkusuma berkata selanjutnya "Tetapi dalam perbincangan kalian dengan angger Yudapati, kalian dapat menyinggung tentang kerusuhan yang terjadi di Paranganom, tetapi jangan sematamata" "Ya. Kangjeng. Kami tahu maksud Kangjeng Adipati" Ebook by Dewi Kangzusi 270 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Nah, pergilah. Kakang berdua ke Kateguhan" "Sandika. Kangjeng Adipati, kami berdua akan melaksanakan perintah Kangjeng Adipati" "Hari ini kakang dapat bersiap-siap. Besok pagi kakang berdua berangkat. Aku minta kakang singgah barang sebentar di kadipaten" "Hamba Kangjeng Adipati. hari ini kami akan bersiap-siap. Besok pagi kami berdua akan menghadap sebelum kami berangkat. Mohon ampun, barangkali Kangjeng akan terpaksa dibangunkan esok pagi" Kangjeng Adipati Prangkusuma tersenyum, katanya "Setiap hari aku bangun pagipagi. Bukankah kakang berdua mengetahui bw setiap pagi aku berjalan-jalan mengelilingi halaman kadipaten?" "Ya, hamba tahu, Kangjeng Adipati. setiap pagi Kangjeng Adipati berjalan-jalan mengelilingi halaman kadipaten atau justru berada di sanggar untuk mengasah kemampuan Kangjeng Adipati yang sulit dicari duanya itu" Kangjeng Adipati tertawa, katanya "Kau terlalu memuji kakang, terima kasih" Demikianlah, maka kedua Ki Tumenggung itupun segera mohon diri, namun Kangjeng Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Adipati masih berpesan "Kakang berdua, temuilah Madyasta. mungkin kakang akan mendapat bekal dari padanya, karena ia langsung menghadap gerombolan perampok itu bersama ketiga senapati muda itu. "Hamba Kangjeng Adipati, kami berdua malam nanti akan bertemu dan berbicara dengan Raden Madyasta" Ebook by Dewi Kangzusi 271 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Baiklah, mudah-mudahan dengan perjalanan kakang berdua ke Kateguhan, kami mendapat bahan lebih banyak untuk melihat peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi di Paranganom" Sejenak kemudian, kedua Ki Tumenggung itu telah meninggalkan kadipaten, mereka harus berkemas menjelang keberangkatan mereka esok pagi ke Kateguhan, karena jarak yang harus mereka tempuh memerlukan waktu perjalanan hampir sehari penuh. Seperti pesan Kangjeng Adipati, maka malam itu kedua Ki Tumenggung menemui Raden Madyasta untuk mendengar lebih banyak lagi tentang keberhasilan Raden Madyasta menghancurkan gerombolan perampok itu, namun tidak berhasil menangkap pemimpinnya. Tidak ada kesan sama sekali bw para perampok itu mempunyai hubungan dengan kakangmas Adipati Yudapati" berkata Raden Madyasta kemudian. Ki Tumengggung Wiradipa dan Ki Tumengggung Yudapati mendengarkan keterangan Raden Madyasta sama sekali tidak melihat celah-celah yang dapat dipergunakan untuk mencari hubungan antara para perampok itu dengan orang-orang Kateguhan. "Justru para perampok yang tertangkap itu sebagian mengaku orang-orang Paranganom, bahkan mereka dapat menunjukkan tempat tinggal mereka jika diperlukan. Sebagian lagi memang orang-orang yang tinggal di Kateguhan. Tetapi mereka sama sekali terlepas dari kemungkinan bahwa mereka memang disusupkan untuk membuat keributan di Paranganom dengan alasan apapun juga oleh para pemimpin di Kateguhan" berkata Raden Madyasta lebih lanjut. Ebook by Dewi Kangzusi 272 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Bab 14 - Pengampunan Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda hanya mengangguk-angguk saja. Baru kemudian setelah pembicaraan itu dianggap cukup, maka Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Baiklah Raden. Besok kami berdua akan pergi ke Kateguhan menjalankan perintah Kangjeng Adipati Prangkusuma" Namun Raden Madyastapun kemudian berkata "Tetapi paman. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepada paman berdua. Ketika aku pulang dan langsung menghadap ayahanda, aku ragu-ragu untuk mengatakannya. Aku ingin pendapat paman, apakah sebaiknya aku berdiam diri saja atau aku harus melaporkannya kepada ayahanda" "Tentang apa Raden?" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa. "Tentang Ki Panji Wirasenuka" "Kenapa dengan Ki Panji Wirasentika?" Raden Madyastapun kemudian menceritakan hambatan yang dialaminya di perjalanan pulang dari Panjer karena Raden Madyasta telah berpapasan dengan Ki Saudagar Kertaderma yang kaya raya. Dengan kekayaannya itu Ki Saudagar Kertaderma telah mempengaruhi Ki Panji Wirasentika dalam menjalankan tugasnya. Menurut pendapatku, Ki Panji Wirasentika sudah menyadari kesalahannva Aku berharap bahwa Ki Panji tidak akan mengulangi kesalahan itu Sementara itu Ki Saudagar Kertadermapun akan dapat merubah sikapnya" Ebook by Dewi Kangzusi 273 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Menurut pendapatku, Raden" sahut Ki Tumenggung Sanggayuda "sikap Ki Panji yang tidak pada tempatnya itu harus diketahui oleh Kangjeng Adipati" "Tetapi apakah ayahanda akan marah dan menjatuhkan hukuman kepada Ki Panji Wirasentika yang menurut pendapatku, akan segera berubah itu" " "Aku tidak dapat mengatakannya. Tetapi kesalahan seperti itu tidak dapat ditutup-tutupi. Jika kali ini Ki Panji Wirasentika tidak mendapat hukuman atau setidaknya teguran, maka ia merasa aman untuk menjalankan kesalahan yang sama di kemudian hari" "Tetapi aku sudah memeringatkan bahwa kesalahan itu tidak boleh terulang. Jika Ki Panji melakukan kesalahan lagi, maka bukan saja kedudukannya akan terancam, tetapi ia akan dapat dihukum." "Tetapi sebaiknya angger melaporkannya kepada ayahanda" berkata Ki Tumenggung Wiradapa "Kangjeng Adipati cukup bijaksana. Karena itu Raden tidak usah mencemaskan nasib Ki Panji Wirasentika dan Ki Saudagar Kertaderma." "Sebenamya aku sudah minta mereka, terutama Ki Panji untuk menghadap ayahanda langsung untuk memberikan laporan tentang dirinya sendiri, tentang pemerintahan yang dijalankan dan tentang penyalahgunaan kekuasaannya itu." "Apakah Ki Panji sanggup untuk datang menghadap?" "Agaknya hari ini atau esok pagi Ki Panji akan menghadap. Ia tentu tidak akan berani ingkar akan kesediaannya itu" Ebook by Dewi Kangzusi 274 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Raden" berkata Ki Wiradapa "besok aku dan adi Sanggayuda akan pergi ke Kateguhan. Kami adalah orang-orang tua yang banyak diminta pertimbangan Oleh Kangjeng Adipati. Karena kami berdua meninggalkan Kadipaten, sebaiknya Raden mendampingi ayahanda esok pagi jika Ki Panji Wirasentika itu menghadap. Mungkin beberapa orang pemimpin pemerintahan dan Senapati akan dapat memberikan pertimbangan. Namun sebaiknya angger sendiri hadir saat Ki Panji itu menghadap" "Baik, paman." "Tetapi sebelumnya ada baiknya angger memberikan laporan lebih dahulu sebagai pengantar persoalannya kepada Kangjeng Adipati." "Baik, paman. Besok pagi"pagi aku akan ikut melepas paman berdua pergi ke Kateguhan, sekaligus memberikan laporan kepada ayahanda tentang Ki Panji Wirasentika" Ketika malam menjadi semakin dalam, maka kedua orang Tumenggung itupun minta diri. Mereka harus mempersiapkan diri menempuh perjalanan panjang esok pagi. Menjelang fajar dihari berikutnya, Madyasta telah selesai berbenah diri. Kedua orang Tumenggung yang akan pergi ke Kateguhan itu tentu juga akan berangkat pagi-pagi sekali, karena mereka akan menempuh perjalanan jauh. Sebenarnyalah beberapa saat kemudian, selagi langit dibayangi oleh wama yang kemerahan, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah datang ke dalem kadipaten. Ketika Raden Madyasta menerima mereka, maka Ki Tumenggung Sanggayudapun bertanya "Raden sudah siap sepagi ini. Apakah Radon juga akan pergi" Ebook by Dewi Kangzusi 275 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Tidak, paman. Tetapi bukankah aku berjanji untuk ikut melepasa paman pagi ini, sekaligus memberikan laporan tentang Ki Panji Wlrasentika?" Kedua orang Tumenggung itu tertawa pendek. Sementara itu, seorang abdi di dalem kadipalen telah memberitahukan kepada Kangjeng Adipati, bahwa Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda telah datang menghadap. Kangjeng Adipati yang baru berjalan-jalan di halaman belakang kadipaten bersama Raden Wignyanapun segera pergi menemui Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda. "Maaf kakang Tumenggung berdua. Aku sengaja tidak mandi lebih dahulu, agar kakang tidak terlalu lama menunggu." "Kami hanya datang untuk mohon diri, Kangjeng" sahut Ki Tumenggung Wiradapa. "Baik. Selamat jalan, kakang Tumenggung berdua. Mudahmudahan tidak ada hambatan di perjalanan. Salamku buat angger Adipati Yudapati serta rakyat kadipaten Kateguhan" Akan kami sampaikan kepada Kangjeng Adipati Yudapati, Kangjeng" Sebelum matahari terbit, keduanya telah meninggalkan gerbang dalem kadipaten Paranganom, dilepas oleh Kangjeng Adipati sendiri, Raden Madyasta dan Raden Wignyana. Sejenak kemudian kedua ekor kuda telah berderap menuju ke gerbang kota. Kemudian, setelah keduanya berada di luar Ebook by Dewi Kangzusi 276 Kang Zusi http://kangzusi.com/ pintu gerbang, kuda-kuda itupun berlari semakin eepat. Perjalanan mereka adalah perjalanan yang panjang. Dalam pada itu, setelah kedua orang penunggang kuda itu hilang di tikungan, maka Raden Madyasta berkata kepada ayahandanya "Hamba mohon waktu, ayahanda" "Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" "Ya, ayahanda?" "Tentu tentang para perampok di kademangan Panjer?" "Bukan ayahanda. Tetapi juga dalam hubungan perjalanan dari Panjer" "Bukankah kau tidak akan pergi ke mana-mana " Apakah kau akan kembali ke barak para prajurit itu ?" "Tidak, ayahanda " "Jika demikian, biariah aku mandi lebih dahulu." "Silahkan, ayahanda." Selama ayahandanya mandi, Raden Madyasta sempat .bercerita kepada adiknya tentang tugas yang diembannya di Panjer. "Sayang, kakangmas" berkata Wignyana "Aku tidak boleh ikut" "Kita baru saja pulang dimas. Ayahanda tentu ingin kita berada bersamanyanya. Jika mungkin tentu kita berdua. Tetapi karena tugas telah memanggil, maka salah seorang Ebook by Dewi Kangzusi 277 Kang Zusi http://kangzusi.com/ diantara kita harus pergi dan seorang yang lain bersama ayahanda di rumah" Wignyana tidak menjawab. Dalam pada itu, ketika Kangjeng Adipati telah seIesai berbanah diri, maka dipanggilnya kedua orang puteranya untuk menghadap di serambi samping kanan. Namun Wignyana berkata kepada ayahadanya "Hamba mohon diri membersihkan diri lebih dahulu ayahanda, Hamba belum mandi" Kangjeng Adipati tersenyum. Ia tahu bahwa sejak menjelang fajar Wignyana bersamanya di halaman belakang dalem kadipaten. Yang kemudian duduk menghadap ayahanda di serambi tinggal Mayasta sendiri. "Nah, sekarang katakan, apa yang terjadi dalam perjalananmu dari Panfer " "Tentang seorang Panji yang bemama Panji Wirasentika." "Wirasentika dari Pasiramari Kulon maksudmu?" "Ya, ayahanda" "Kenapa dengannya?" "Menurut keterangannya, ia akan menghadap ayahanda hari ini atau esok" "Apakah Ki Panji Wirasentika mempunyai masalah yang tidak dapat dipeeahkannya sendiri sehingga ia harus menghadap aku " " Ebook by Dewi Kangzusi 278 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ada masalah yang melibat Ki Panji" "Katakan." "Madyastapun kemudiari menceritakan apa yang telah terjadi di Pasiraman Kulon. Ki Panji Wirasentika yang telah kehilangan wibawanya, serta berada di bawah pengaruh Ki Saudagar Kertaderma. Kangjeng Adipati Prangkusuma mendengarkan laporan Raden Madyasta dengan sungguh-sungguh. Namun kemudian Raden Madyasta itupun berkata "Tetapi peristiwa itu agaknya telah membuat Ki Panji menyadari kesalahannya. Nampaknya Ki Panji akan segera berubah" "Kau yakin ?" "Ya, ayahanda. Karena itu, jika ayahanda berkenan, biarlah Ki Panji membuktikan janjinya" Kangjeng Adipati mengangguk-angguk. Katanya "Aku akan memperhatikan pendapatmu, Madyasta. Jika ia benat-benar datang menghadap dan melaporkan persoalan yang menyangkut dirinya dengan jujur, aku akan memberikannya kesempatan. Tetapi jika sampai tiga hari ia tidak datang, maka aku akan memanggilnya dan memberikan peringatan yang keras kepadanya. Ia akan ditarik dari Pasiraman Kulon. Bukankah tanggapanku atas dngkah laku Ki Panji Wirasentika itu cukup adil?" "Ya, ayah" "Nah. Kita akan menunggunya" Ebook by Dewi Kangzusi 279 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Jika demikian, hamba mohon diri lebih dahulu. Jika Ki Panji Wirasentika datang, hamba akan ikut menemuinya." Baiklah. Jika ia datang, aku akan memberitahukan kepadamu nanti." Tetapi demikian Raden Madyasta keluar dari serambi, maka seorang abdi telah menghadap Kangjeng Adipati untuk memberitahukan bahwa dua orang telah datang untuk menghadap Kangjeng Adipati. "Siapa?" "Ki Panji Wirasentika " "Ki Panji Wirasentika?" "Hamba Kangjeng Adipati, bersama seorang lagi " "Baik. Persilahkan mereka duduk di serambi sebelah kiri " "Hamba Kangjeng " "Kemudian panggil Madyasta. Katakan, bahwa Ki Panji Wirasentika sudah menghadap." "Hamba Kangjeng" Demikianlah, sejenak kemudian, Kangjeng Adipati serta Kaden Madyasta sudah duduk di serambi, menemui Ki Panji Wirasentika serta Ki Saudagar Kertaderma. Terberseit sedikit kelegaan di hati Raden Madyasta. Ayahandanya, Kangjeng Adipati I"rangkusuma akan memberi kesempatan kepada Ki Panji jika la bersedia datang menghadap dan memberikan laporan dengan jujur. Ebook by Dewi Kangzusi 280 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ki Panji Wirasentika dan Ki Saudagar Kertaderma duduk sambil inenundukkan kepala mereka dalam-dalam. Keduanya sama sekali tidak berani memandang wajah Kangjeng Adipati Prangkusuma. Bahkan juga Raden Madyasta. Dengan nada berat Kangjeng Adipati Prangkusuma berkata "Ki Panji dan kau Ki Sanak. Selamat datang di kadipaten Paranganom." "Hamba Kangjeng Adipati. Hamba dan kawan hamba, Ki Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Saudagar Kertaderma telah menghadap. Kami berdua mengucapkan terima kasih atas perkenan Kangjeng Adipati menerima kami berdua " "Hari masih pagi sedangkan kalian berdua sudah berada disini" "Hamba datang semalam, Kangjeng Adipati. Kami berdua bermalam dirumah saudara hamba " "Nampaknya kalian mempunyai keperluan yang penting." "Raden Madyasta tenlu sudah memberikan laporan kepada Kangjeng Adipati." "Ya. Tetapi aku ingin mendengar dari Ki Panji Wirasentika, agar dengan demikian aku dapat mendengar dari kedua belah pihak" "Ampun, Kangjeng Adipati. Sebelumnya kami berdua mohon ampun " "Katakan, Ki Panji" Ebook by Dewi Kangzusi 281 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ternyata Ki Panji Wirasentika jujur. Ia menceritakan peristiwa yang terjadi sehubungan dengan kehadiran Raden Madyasta di Pasiraman Kulon. Bahkan Ki Panjipun mengaku pula dengan jujur, hubungannya dengar, Ki Saudagar Kertaderma pengaruh uangnya, serta pemberian-pemberiannya sehingga mempengaruhi tegaknya jalan pemerintahan yang dipegangnya atas nama Kangjeng Adipati Prangkusuma. "Kangjeng Aku .datang bersama Ki Saudagar Kertaderma itu. Ki Saudagarpun akan menyatakan penyesalannya kepada Kangjeng Adipati Prangkusuma" "Ampun, Kangjeng Adipati, hamba mohon ampun" ternyata hanya itulah yang terloncat dari bibir Ki Saudagar Kertaderma. Kangjeng Adipati tersenyum. Katanya "Aku senang bahwa kalian berdua bersikap jujur. Berani mengakui kesalahan yang telah kalian lakukan bersama-sama. Temyata apa yang dikatakan Madyasta sesuai dengan apa yang kalian katakan." "Hamba, Kangjeng. Kami berdua hanya dapat mohon ampun" Kangjeng Adipati Prangkusuma mengangguk angguk. Katanya "Aku hanya dapat memberi kesempaian kepada kalian sekali saja lagi. Terutama Ki Panji Wirasentika. Kau dapat mencoba lagi, Wirasentika. Kau akan tetap berada di Pasiraman Kulon. Tetapi jika sekali lagi kau tergelincir, maka kau akan tamat. Kau tidak akan lagi memimpin pemerintahan di satu daeiah dimanapun di Paranganom" "Hamba Kangjeng Adipati, hamba berjanji," "Aku juga memperingatkan kau, Ki Saudagar. Jika kau masih berbangga dengan uangmu dan mencoba Ebook by Dewi Kangzusi 282 Kang Zusi http://kangzusi.com/ mempengaruhi tatanan pemerintahan siapapun yang memegangnya, maka kau akan diusir dari Paranganom. Pengaruh burukmu itu tentu akan merambat. Kali ini kau dapat mempengaruhi Ki Panji Wirasentika, sehingga kau mendapat keuntungan jauh lebih besar dari suap atau apapun namanya yang telah kau berikan. Lain kali kau akan menyuap lebih banyak lagi petugas dan pemimpin pemerintahan, bukan saja di Pasiraman Kulon. Tetapi juga para pemimpin Kadipaten Paranganom. Kekayaanmu yang sudah kau miliki sekarang, akan kau pergunakan sebagal modal untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya apapun caranya. Sementara itu, tentu ada para pemimpin yang hatinya rapuh, seperti kayu tua yang dimakan rayap" "Ampun Kangjeng Adipati. Hamba tidak akan melakukannya lagi." "Ki Kertaderma. Aku tidak akan mencegah kau memutar uangmu, Tetapi dengan cara yang jujur menurut tatanan dan paugeran" "Hamba Kangjeng Adipati." Dengan menurut tatanan dan paugeran, kau sudah akan mendapatkan keuntungan yang besar. Kau tidak perlu berbuat curang tanpa landasan niat baik dalam hubungan dengan sesamamu." "Sekali-sekali aku sendiri akan datang ke Pasiraman Kulon" Sahut Madyasta "Hamba akan senang sekali menerima kedatangan Raden Madyasta ke Pasiraman Kulon. Hamba akan menyediakan semua kebutuhan Raden Madyasta jika ingin bercengkerama di Danau Wilis yang indah itu. Atau kebutuhan-kebutuhan yang lain" Ebook by Dewi Kangzusi 283 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ki Panji Wiransentika menggamit Ki Saudagar Kertaderma. Ki Saudagar memang berpaling. Tetapi ia sama sekali tidak tanggap. Bahkan iapun berkata "Bahkan apa saja yang diperlukan Ki Panji Wirasentika tentu aku akan bersedia membantu menyelenggarakannya" Wajah Ki Panji Wirasentika menjadi tegang Kangjeng Adi patipun memandang Ki Saudagar dengan dahi yang berkerut "Kau sudah mulai lagi, Ki Saudagar" sahut Raden Madyasta yang menjadi berdebardebar pula mendengar pernyataan Ki Saudagar. Ki Saudagar itupun terkejut. Wajahnya menjadi tegang, Tetapi nampaknya ia tidak tahu, kesalahan apa yang telah dilakukan. Karena itu, maka dipandanginya wajah Ki Panji Wirasentika den-gan debar jantung yang semakin eepat Sementara itu Raden Madyasta berkata pula "Kau sudah terbiasa melakukannya, Ki Saudagar. Kau tidak perlu menyediakan apa-apa buat aku atau orang lain atau siapapun yang datang ke Pasiraman Kulon dalam rangka tugasnya. Kau masih.juga ingin menunjukkan pengaruhmu terhadap Ki Panji Wirasentika. Apakah Ki.Panji Wirasentika akan bersedia menyambut kedatangan para petugas dari Paranganom atau tidak, itu bukan urusanmu. Jika Ki Panji berniat menyelenggarakan penyambutan, kaulah yang harus membantu. Bukan justru Ki Panji harus membantumu." Wajah Ki Saudagar.tiba-tiba menjadi pucat. Sementara Raden Madyasta masih berkata selanjumya "Sikapmu seperti itu harus kau singkirkan, Ki Saudagar. Kau berusaha menyenangkan hati para pejabat yang datang ke Pasiraman Kulon agar mereka tidak melihat atau sengaja tidak mau Ebook by Dewi Kangzusi 284 Kang Zusi http://kangzusi.com/ melihat kesalahan, kelicikan dan kecurangan-kecurangan yang kau lakukan. Itu adalah nodamu yang terbesar." "Ampun Raden. Aku mohon ampun. Tetapi kali Ini aku berkata dengan jujur sejujumya. Meskipun demikian. jika yang aku katakan itu salah, aku mohon ampun." "Karena kau sudah terbiasa melakukannya, maka kau tentu merasa tidak bersalah. Tetapi sejak sekarang. kau harus belajar bersikap.Ki Panji Wirasentika bukan pejabat yang harus melayanimu. Tetapi ia harus melayani orang banyak. Justru orang-orang yang hidup dalam tataran terendah yang harus mendapat pelayanan yang terbaik" "Ya Raden" Dalam pada itu, Kangjeng Adipatipun berkata "Peringatan ini juga berlaku bagi Ki Panji Wirasentika. Aku sependapat dengan Madyasta. Rakyat kecil ah yang harus mendapat pelayanan terbaik. Bukan orang-orang kaya karena orang orang kaya itu mampu memberikan upeti kepada Ki Panji. ."Hamba mengerti Kangjeng, hamba akan mencobanya di hari-hari mendatang" "Aku akan sangat memperhatikan perkembangan tatanan di Pasiraman Kulon, Bahkan bukan hanya Pasiraman Kulon. Tetapi aku juga akan melihat daerah daerah lain, apakah ada gejala atau bahkan sudah terjadi, bahwa seseorang yang memerintah atas namaku jatuh dibawah pengaruh suap seperti yang terjadi pada Ki Panji Wirasentika" "Hamba Kangjeng Adipati." "Baiklah, Ki Panji Wirasentika. Seperti yang aku katakan, aku akan memberi kesempatan kepada Ki Panji Wirasentika Ebook by Dewi Kangzusi 285 Kang Zusi http://kangzusi.com/ sekali lagi. Jika Ki Panji gagal, maka Ki Panji aku anggap melakukan kesalahan ganda" Hamba mengucapkan beribu terima kasih, Kangjeng. Kesempatan ini akan hamba junjung tinggi." "Kau juga Ki Kertaderma. Jika kau melakukan kesalahan lagi, maka kaupun akan aku anggap melakukan kesalahan yang sangat besar." "Ampun Kangjeng. Jika hamba melakukan kesalahan yang sama, hamba pertaruhkan semua milik hamba. Hamba akan serahkan semua kekayaan hamba." "Jika dianggap adil, kami dapat mengambil semua kekayaanmu tanpa kau serahkan. Sementara itu, kau akan diusir pergi dari Paranganom tanpa bekal. Atau di masukkan kedalam penjara untuk waktu yang sangat lama". "Ampun Kangjeng Adipati hamba mohon ampun. Jangan lakukan itu. Apapun yang Kangjeng Adipati kehendaki, akan hamba penuhi." Ki Panji Wirasentikan tidak hanya menggenggamnya, tetapi Ki Panji Wirasentika telah memukul punggung Ki Saudagar. Sementara Madyasta memotongnya dengan suara lantang "Ki Saudagar Ucapanmu itu sudah pantas untuk menjatuhkan hukuman dengan memotong lidahmu. " Ki Saudagar memandang Raden Madyasta sekilas. Kemudian berpaling kepada Ki Panji Wirasentika dan kemudian membungkuk hormat dihadapan Raden Madyasta sambil berkata "Ampun Raden, Jadi aku harus berbuat apa?" Ebook by Dewi Kangzusi 286 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ki Panji "suara Raden Madyasta menjadi bergetar. Sejak pertemuannya dengan Ki Saudagar, rasa-rasanya Raden Madyasta sudah menjadi muak "Ajari, apa yang sebaiknya ia lakukan. Jika sekali lagi ia menawarkan pemberian apapun juga, maka semua kesempatan baginya akan ditutup" "Ampun Raden" lalu Ki Panji itupun berpaling kepada Ki Saudagar "Kau masih saja menyatakan akan menebus kesalahanmu dengan menawarkan pemberian berupa apapun juga. Janji-janji semacam itu akan dapat digolongkan suap atau pemberian dengan pamrih. Yang menerima pemberian itu akan dapat dipersalahkan menyalah gunakan jabatan untuk menerima pemberian, hadiah dan apapun namanya dari orang lain dengan maksud-maksud yang tersembunyi, meskipun kadang-kadang yang tersembunyi itu justru dijelaskan sejelas-jelasnya. " "Tetapi aku ikhlas Ki Panji. Aku ikhlas tanpa mempunyai maksud apa-apa" "Bukannya tidak mempunyai maksud apa-apa. Kau tawarkan apa saja yang dikehendaki oleh Kangjeng Adipati itu, tentu dengan maksud agar kesalahanmu dampuni atau setidak-tidaknya dianggap lebih ringan" Keringat dingin mengalir di punggung Ki Saudagar Kertaderma. Dengan suara yang patah-patah iapun berkata "Tidak. Sama sekali tidak." "Sebaiknya kau diam saja, Ki Saudagar. Semakin banyak kau bicara, aku menjadi semakin muak kepadamu." "Baik Raden. Hamba mohon ampun" "Sudahlah" berkata Kangjeng Adipati selanjutnya" semua laporan kalian sudah aku terima Aku melihat kesungguhan Ebook by Dewi Kangzusi 287 Kang Zusi http://kangzusi.com/ kalian untuk mempergunakan kesempatan yang aku berikan. Nah, apakah masih ada yang akan kau persoalkan lagi, Ki Panji Wirasentika?" "Tidak, Kangjeng Adipati. Hamba datang khusus untuk memberikan pengakuan alas kesalahan-kesalahan yang telah kami perbuat. Untunglah bahwa Raden Madyasta sempat lewat di Pasiraman Kulon, sehingga yang terjadi di pasiraman Kulon itu memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi kami, sehingga kami tidak terjerumus lebih dalam lagi kedalam kenistaan." "Jika demikian, maka pembicaraan kita sudah selesai." "Hamba Kangjeng Adipati. Perkenankanlah kami berdua mohon diri" "Baiklah. Berhati-hatilah. Pergunakan kesempatan yang aku berikan itu sebaik-baiknya. Jangan tersesat lagi." "Hamba Kangjeng Adipati." Keduanyapun kemudian telah mohon diri meninggalkan dalem kadipaten Sepeninggal keduanya, Kangjeng Adipati justru tertawa. Katanya "Ki Saudagar itu sudah sangat terbiasa dengan cara yang rendah itu, sehingga setiap kali diluar sadarnya ia selalu melakukannya" "Aku menjadi sangal muak, ayahanda" "Aku mengerti. Tetapi aku melihay kesungguhan di wajahnya. Ia menjadi sangat ketakutan" Jantungnya yang berduri itu sulit untuk dibenahi" Ebook by Dewi Kangzusi 288 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Ki Panji Wirasentika akan mengjarinya" "Atau Ki Panji sendiri yang justru .terseret ke dalam lumpur itu lagi" "Aku berharap mereka akan menjadi baik. "Mudah-mudahan ayahanda " "Nah, Madyasta. Kita hanya dapat menunggu dan memantau jalannya pemerintahan di Pasiraman Kulon. Tetapi seperti yang aku katakan, jangan hanya Pasiraman Kulon. Tetapi kita harus mulai mengamati kelancaran jalannya pemerintahan di tempattempat yang lain. Apakah persoalan sebagaimana yang terjadi di Pasiraman kulon itu juga terjadi di tempat-tempat lain" "Hamba ayahanda" Aku akan berbicara dengan para pejabat pemerintahan di Paranganom. Jika besok atau lusa kakang Tumenggung Wiradana dan kakang Tumenggung Sanggayuda kembali, persoalan ini akan aku angkat dalam pembicaraan di pertemuan besar yang. di.seleng garakan sepekan sekali itu" Dalam pada itu, pada saat Ki Wlradapa dan Ki Sanggayuda berada dalam perjalanan ke kadipalen Kateguhan. Kuda-kuda mereka berlari kencang. Apalagi jika mereka berada di jalan jalan yang sepi. Di bulak-bulak panjang atau di padang-padang rumput dan padang-padang perdu. Merekapun harus melewat lorong-lorong yang melintas didekat hutan yang lebat. Sekali-sekali mere-ka harus menuruni tebing sungai yang landai. Namun merekapun harus memanjat bukit-bukit berbatu padas, menuruni lurah yang dalam sampai ke ngarai yang sangat luas. Ebook by Dewi Kangzusi 289 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sekali-sekali keduanya harus berhenti untuk memberi kesempatan kuda mereka beristirahat, Ketika terik matahari serasa membakar tubuh, keduanya telah berhenti disebuah kedai yang cukup besar. Mereka menyerahkan kuda mereka kepada seorang yang memang ditugaskan untuk merawat setiap kuda yang berhenti di kedai itu, Memberi minum, makan dan mengikatnya dibawah sebalang pohon yang rindang, Di kedai itu keduanya mendengar pembicaraan beberapa orang yang menyatakan kegembiraan mereka, bahwa Raden Madyasta, putera Kangjeng Adipati Paranganom telah berhasil menumpas para penjahat. Tetapi sayang, pemimpin penjahat itu tidak dapat di tangkap. Seorang anak muda yang bertubuh tinggi, kekar dan seorang lagi yang berbadan Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo agak gemuk, yang duduk dibelakang orang-orang yang membicarakan keberhasilan Raden Madyasta itu ikut memperhatikan pembicaraan mereka dengan sungguh-sungguh. Sementara itu, Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayuda yang duduk disebelah merekapun memperhatikan pula, meskipun tidak semata-mata. Namun tiba-tiba saja anak muda yang bertubuh tinggi kekar itupun memotong pembicaraan orang-orang itu. Sambil berdiri, anak muda itupun berkata "Kau bicara tentang apa " Tentang ke-berhasilan Madyasta menghancurkan para perampok itu " Itu se-mua hanya omong kosong. Saudaraku tinggal di Panjer. Kemarin saudaraku itu datang menengok keluargaku. Paman itulah yang bercerita, bahwa sesungguhnya yang berhasil menghancurkan para perampok itu adalah orang-orang Panjer sendiri" Orang-orang yang sedang berbicara im berpaling. Namun tiba-tiba saja mereka menjadi gelisah. Ebook by Dewi Kangzusi 290 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Nah, apa katamu sekarang. Kalian tidak tahu keadaan yang sesungguhnya, kalian sudah membuat kesimpulan" Namun seorang diantara mereka yang berbicara tentang ke-berhasilan Raden Madyasla itupun berkata "Ki Sanak. Banyak orang yang mengatakan, bahwa tanpa kehadiran Raden Madyasta yang membawa beberapa orang prajurit dan Senapati-senapati muda yang perkasa, maka Panjer akan menjadi debu jika berani melawan. Kakakku juga tinggal di Panjer. Bahkan bukan hanya kakakku, tetapi setiap orang Panjer telah mengatakannya demikian. Dua hari yang lain, aku baru saja pergi ke Panjer. Bahkan rasa-rasanya tanah di kademangan Panjer itu masih hangat oleh pertempuran antara para brandal dengan para prajurit dibantu oleh orang-orang kademangan Itu sendiri" "Apakah sanak kadangmu ada yang menjadi prajurit yang bahkan telah datang ke Panjer?" "Tidak ada Ki Sanak " "Kenapa kau memuji keberhasilan para prajurit dan Raden Madyasta itu berlebihan ?" "Aku tidak memujinya berlebihan. Aku hanya mengatakan keberhasilan mereka. Kenapa" Apa salahnya ?" "Kau memang prajurit Mungkin kau mempunyai saudara perempuan yang kau harapkan dapat menikah dengan seorang prajurit. Tetapi ketahuilah, bahwa para prajurit termasuk Madyasta itu tidak banyak berbuat. Mereka hanya berteriak-teriak memberikan aba-aba. Sementara yang harus bertempur melawan para perampok itu adalah orang-orang Panjer sendiri" Ebook by Dewi Kangzusi 291 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kenapa kau tidak mengakui keberhasilan mereka " Kenapa kau agaknya telah membenci para prajurit " " "Aku tidak membencinya. Aku menanggapi keberadaan mereka dengan wajar. Kaulah yang menjilat mereka, sehingga bagimu, prajurit adalah sama dengan dewa" Aku tidak berbicara tentang dewa. Tetapi aku hanya menceritakan keberhasilan mereka saja" "Setan kau "geram orang yang bertubuh tinggi kekar sambil melangkah maju mendekat "Kau jangan membuat persoalan dengan kami berdua. Kau kenal kami berdua ?" Justru seorang yang lain diantara mereka yang membicarakan keberhasilan para prajurit itu menjawab "Maaf Ki Sanak. Kami tidak ingin terjadi persoalan. Baiklah. Ternyata pendapat kita tentang prajurit berbeda. Jika demikian, apa salahnya kita.berpijak pada sikap dan pendirian kita masing-masing, "Tidak. Aku tidak mau perbedaan sikap ini dibiarkan begitu saja. Kau harus mengakui bahwa para prajurit Paranganom itu kerjanya tidak lebih dari berlagak dan merasa dirinya sebagai pahlawan. Padahal mereka tidak berbuat apa-apa. Segala-galanya mereka serahkan kepada rakyat sendiri untuk membuat penyelesaian tentang persoalan-persoalan yang timbul diantara mereka. " "Baiklah. Silahkan berpendapat menurut pengalaman Ki Sanak berdasarkan hubungan dan pengamatan kalian tentang prajurit Paranganom. Kami tidak akan mencampuri pendapat kalian. Tetapi jangan campuri pula pendapat kami" "Tidak. Kau harus mengakui kebenaran pendapat kami. Kami juga harus mengakui kebenaran keterangan saudaraku Ebook by Dewi Kangzusi 292 Kang Zusi http://kangzusi.com/ yang tinggal di Panjer tentang prajurit-prajurit Paranganom itu" "Jangan memaksa Ki Sanak" "Aku memang memaksa. Kalian mau apa?" Orang-orang yang berbicara tentang keberhasilan para prajurit Paranganom itu saling berpandangan sejenak. Agaknya merekapun tidak menjadi ketakutan meskipun mereka menjadi semakin gelisah. Namun tiba-tiba saja kedua orang anak muda itu berkata lantang "Aku tunggu kalian di halaman" Kedua orang anak muda itu tidak menunggu jawaban. Tetapi keduanya segera melangkah ke pintu dan turun ke halaman. Beberapa orang yang masih duduk di dalam kedai itu termangu-mangu sejenak. Seorang diantara mereka berkata "Apakah kita akan melayani orang-orang itu?" "Kita tidak dapat memilih. Merekalah yang menentukan, apakah kita harus melayani mereka atau tidak" jawab yang lain. "Aku tidak pemah berkelahi" berkata seorang yang lain "Jumlah kita lebih banyak" Ki Tumenggung Wiradapa yang tidak mengenakan pertanda jabatannya serta pakaian keprajuritannya mendengar pembicaraan mereka itu dengan gelisah pula. Sementara itu, Ki Sanggayuda justru sudah memberi isyaral kepada Ki Tumenggung Wiradapa. Tetapi Ki Tumenggung Ebook by Dewi Kangzusi 293 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Wiradapa tidak mengerti maksud isyarat Ki Tumenggung Sanggayuda. Ki Tumenggung Wiradapa tidak sempat bertanya karena Ki Tumenggung Sanggayuda Segera bangkit berdiri dan mendekati orang orang yang kebingungan itu. "Siapakah mereka" "bertanya Ki Tumenggung Sanggayuda. Kami belum mengenal mereka, Ki Sanak. Tetapi nampaknya mereka adalah anak-anak muda yang tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya. Mereka tentu bagian dari anak-anak muda yang ketinggalan dari kawan-kawannya. Kemudian mencari kebanggaan lain yang dapat membuat mereka merasa sejajar den-gan kawan-kawannya itu" "Aku setuju dengan pendapat kalian. Karena itu, jika kalian tidak berkeberatan, biarkan kami berdua bergabung dengan kalian. Kami ingin menjelaskan kepada mereka, apa yang sebenamya telah terjadi Panjer" "Apakah Ki Sanak orang Panjer" Kenapa aku belum pernah mengenal Ki Sanak" Aku sering pergi ke Panjer ketempat saudaraku yang sudah lama tinggal di Panjer.". "Aku bukan orang Panjer, Ki Sanak. Tetapi ketika peristiwa itu terjadi, saat prajurit Paranganom menghancurkan para perampok, aku berada di Panjer. Aku juga hanya mengunjungi salah seorang pamanku yang tinggal di Panjer" "Silahkan, Ki Sanak. Tetapi pada dasarnya kami bukan orang yang sering berkelahi. Meskipun demikian kami juga tidak mau harga diri kami terinjak-injak" Ebook by Dewi Kangzusi 294 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ki Tumenggung Wiradapa baru tahu, apa yang dimaksud oleh Ki Sanggayuda. Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa meragukan kesabaran Ki Tumenggung Sanggayuda jika ia sudah berhadapan dengan anak-anak muda yang nampaknya agak bengal itu. Demikianlah, maka orang-orang yang telah ditantang dan ditunggu di luar kedai itupun bangkit berdiri dan bersama-sama melangkah ke pintu. Semuanya ada lima orang. Tetapi nampaknya lima orang itu tidak akan banyak berarti bagi kedua orang anak muda yang sudah terbiasa menganggap kekerasan sebagai kawan akrab didalam hidup mereka. "Bagus" teriak anak muda yang agak gemuk "Ternyata kalian berani juga keluar" "Kami bukan orang-orang yang senang berkelahi" jawab salah seorang dari mereka. "Pengeeut. Aku tantang kalian berlima" "Sebenarnya tidak ada persoalan apa-apa diantara kita. Karena itu, kami menganggap bahwa perkelahian adalah penyelesaian yang berlebihan" "Aku tidak peduli. Kami akan berkelahi."Yang menjawab adalah Ki Tumenggung Wiradapa yang juga sudah turun dari kedai itu "Ki Sanak. Apakah yang kalian dapatkan dengan berkelahi?" "Persetan. Kau tidak usah ikut campur kek" "Mereka adalah kemanakanku" berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "aku sudah ni nta kepada mereka, agar mereka tidak usah berkelahi" Ebook by Dewi Kangzusi 295 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Aku akan berkelahi. Apakah mereka akan melawan atau tidak, itu adalah urusan mereka. Tetapi ka?mi berdua tetap akan berkelahi" "Agaknya kaliah telah mabuk tuak. " "Aku tidak mabuk, kau dengar" "Anak-anak muda "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "Aku hanya Ingin menjelaskan apa yang telah terjadi di Panjer" "Pergi. Pergi kalian atau kalian juga akan mengalami perlakuan buruk." "Aku ulang sekali lagi. Mereka adalah kemanakanku. Jika aku harus pergi, aku sama sekali tidak berkeberatan. Aku akan mernbawa mereka pergi. " "Bohong. Kau bohong. Aku melihat saat orang-orang cengeng itu datang dan memasuki kedai ini. Aku melihat kalian berdua datang. Kalian sama sekali tidak menyapa kelima orang pengeeut itu. Tiba-tiba saja kau mengaku, bahwa mereka adalah kemanakanmu. " Ki Tumenggung Sanggayuda tersenyum. Katanya "Ternyata kau cerdas juga menangkap suasana. Baiklah. Mereka memang bukan kemanakanku. Tetapi sebaiknya kalian tidak berkelahi. Kami berdua adalah prajurit Paranganom. Kami tidak merasa sakit hati, meskipun kau tidak senang dan bahkan mencerca prajurit Paranganom. Namun adalah kewajibanku untuk mencegah perkelahian. Apalagi perkelahian tanpa sebab yang jelas seperti apa yang akan kalian lakukan. " Ebook by Dewi Kangzusi 296 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kalian tentu berbohong lagi. Kalian berdua tentu bukan prajurit. Seandainya benar bahwa kalian adalah prajurit, maka jangan ikut campur." Dengarkan kata-kataku. Bukankah persoalannya sekedar perbedaan pendapat tentang keberhasilan prajurit Paranganom memberantas sekelompok brandal di Panjer " Sudahlah. Jangan dipertajam. Kalau kau menganggap bahwa justru orang-orang Panjer sendiri yang telah berhasil menghancurkan gerombolan itu, silahkan. Kare?na pendapat itu tidak salah. Rakyat Panjer memang telah berjuang untuk menghancurkan gerombolan perampok itu. Jika orang lain berpendapat, bahwa prajuri Paranganom yang telah berhasil mengalahkan para perampok itupun benar pula, karena para prajuri Paranganom telah terlibat dalam pertempuran itu. "Tetapi Madyasta telah mengambil keuntungan dari peristiwa itu. Ia mengaku bahwa dirinyalah yang telah berhasil menghancurkan segerombolan perampok itu" "Kalau kalian tidak mengakuinya, tidak apa-apa Jangan menjadi masalah yang dapat menyeret kalian kedalam perkelahian yang tidak berarti. " "Masalahnya bukan sekedar Madyasta mengaku menjadi pahlawan di Panjer. Tetapi ia sudah melakukan kesalahan terbesar yang tidak dapat dimaafkan. " "Kesalahan apa, Ki Sanak?" "Sebenarnya apa yang aku ketahui tentang Panje bukan sekedar ceritera saudaraku yang menengok keluarga. Tetapi aku sendiri menyaksikannya. Aku adalah kemanakan Demang Panjer. " Ebook by Dewi Kangzusi 297 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Apakah Ki Demang yang mengatakan bahwa para prajurit Paranganom tidak berarti apa-apa pada saat benturan kekerasan melawan para brandal itu terjadi ?" "Paman Demang Panjer adalah orang yang tamak. Sebelumnya ia tidak pemah mempersoalkan hubunganku dengan anak perempuannya. Rara Menur. Tetapi setelah Madyasta berada di rumahnya, maka aku seakan-akan telah tersisih. Perhatian Rara Menur lebih banyak tertuju kepada Raden Madyasta, karena ia anak seorang Adipati. Meskipun demikian, aku tidak takut berhadapan dengan Raden Madyasta. Aku justru ingin menantangnya dalam perang tanding yang adil. " Jangan kehilangan akal, Ki Sanak. Apakah kau yakin bahwa hubungan antara Raden Madyasta dengan anak Demang Panjer Itu berrsungguh-sungguh" "la sudah merampas hari depanku yang manis. Madyasta telah mengoyak mimpi"mimpiku yang indah. Rara Menur benar-benar telah memalingkan wajahnya dan bahkan menganggap bahwa aku tidak lebih dari sampah yang harus dibakar." "Tenanglah, anak muda. Raden Madyasta sekarang sudah berada di rumahnya, dalem kadipaten Paranganom. " "Dengan meninggalkan racun di jantung Rara Menur, Ki Sanak. Kemarin aku berada di Panjer. Rara Menur memalingkan wajahnya jika ia bertemu dengan aku. Padahal sebelumnya, Menur selalu menerima kedatanganku dengan akrab" Ki Tumenggung Sanggayuda menarik nafas panjang. Ebook by Dewi Kangzusi 298 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sementara Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Anak muda. Biarlah aku menyampaikannya kepada Raden Madyasta." "Bagus. Kau kira aku akan menjadi ketakutan" Aku tantang ia berperang tanding sampai mati" "Bukan begitu. Jika aku menyampaikannya kepada Raden Madyasta, mungkin Raden Madyasta akan dapat memilih jalan terbaik. Tanpa perang tanding, apalag sampai mati" "Aku adalah laki-laki seperti Madyasta pula" "Tentu. Kau adalah laki-laki yang gagah berani Tetapi perkelahian tidak selalu dapat menyelesaikan masalah." "Sekarang bersiaplah. Aku tidak mau berbicara terlalu panjang. " "Bersikap untuk apa " " "Berkelahi. Aku benci kepada Madyasta. Aku benci kepada semua prajurit Paranganom. Karena disini tidak ada Madyasta, maka kau akan menjadi sasaran. Jika kau nanti terluka parah, maka biarlah Madyasta, marah dan datang mencari aku. " "Jangan begitu anak muda. Nalarmu terlalu pendek, sehingga kesimpulan yang kau ambilpun tidak tepat. "Aku tidak peduli. Nalarku memang pendek. Bersiaplah. Cepat, Sebelum aku mulai" "Sadari keadaanmu. Sadari pula ketentuan yang berlaku. Siapa yang melawan petugas akan mendapat hukuman yang berat " Ebook by Dewi Kangzusi 299 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Jangan menakut-nakuti terus-menerus. Aku tidak percaya kalau kalian adalah Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo prajurit. Orang-orang tua yang tidak tahu diri. Aku akan menghitung sampai sepuluh. Aku akan langsung menyerang" "Ki Tumenggung Sanggayudalah yang kemudian melangkah kedepan sambil berkata "Sabar anak muda. Bersabarlah sedikit. " Tetapi anak muda itu justru sudah mulai menghitung "Satu, dua, tiga..." "Tunggu anak muda " Anak muda itu tidak mempedulikan lagi. Ia menghitung terus"Ampat, lima." Kelima orang yang semula berselisih dengan kedua orang anak muda itupun menjadi tegang Tetapi Ki Tumenggung Wiradapa mendekati mereka sambfl berdesis "Jangan ikut campur, agar kedua orang anak muda itu tidak mendendam kepada kalian. Dendamnya akan dapat menumbuhkan sikap yang aneh-aneh" Sementara itu, anak muda itu masih menghitung lerus. Tepat pada hitungan kesepuluh, anak muda itupun telah meloncat menyerang Ki Tumenggung Sanggayuda. Namun Ki Tumenggung Sanggayuda telah bersikap menghadapimnya. Ketika anak muda itu mengayunkan tangannya mengarah ke wajah Ki Tumenggung, maka Ki Tumenggung itupun telah beringsut setapak sambil memaling wajahnya. Ebook by Dewi Kangzusi 300 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Oleh gerakan yang sederhana itu, anak muda itupun telah kehilangan sasaran. Tangannya sama sekali tidak menyentuh kulit Ki Tumenggung Sanggayuda. Anak muda itupun kemudian menggeram. Kakinyalah yang kemudian menyambar kearah dada. Tetapi sekali lagi Ki Tumenggung Sanggayuda beringsut, sehingga serangan anak muda itupun tidak mengenainya. "Sudahlah "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda "jangan membuang-buang waktu " Tetapi anak muda itu tidak mendengarkannya. Bahkan anak muda itupun berteriak kepada kawannya "Kita buat orang yang mengaku prajurit ini menjadi jera" Kawannya yang agak gemuk itupun mulai bergerak mendekati lingkaran perkelahian. Kelima orang yang semula berselisih dengan kedua orang anak muda itu menjadi tegang. Ia tidak melihat seorang yang lain dari kedua orang yang mengaku prajurit itu bersiap"siap untuk membantu kawannya. Sebenarnyalah maka sejenak kemudian, anak muda yang agak gemuk itupun telah melibatkan diri. Bersama-sama dengan anak muda yang bertubuh tinggi kekar itu, mereka berkelahi melawan Ki Tumenggung Sanggayuda. "Kalian adalah anak-anak yang nakal "berkata Ki Tumenggung Sanggayuda sambil meloneat mengambil jarak."Aku peringatkan sekali lagi, hentikan sikap kalian yang kalian landasi dengan penalaran yang pendek itu. Sekali lagi aku peringatkan, bahwa kalian berhadapan dengan prajurit Paranganom. Karena itu, jangan melawan. " Ebook by Dewi Kangzusi 301 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Ki Tumenggung Sanggayuda kemudian menyingkapkan baju untuk menunjukkan timang ikat pinggangnya, pertanda kepra juritannya yang semula tertutup ujungbajunya yang, panjang "Bohong. Kau mau berbohong lagi "bentak anak muda yang bertubuh tinggi dan besar. Katanya selanjutnya "Semula orang-orang itu kau aku sebagai kemanakanmu. Ternyata kau bohong. Kemudian kau mengaku prajurit. Itupun bohong pula. Sedangkan timang pertanda keprajuritan itu dapat kau curi dimana-mana" "Jangan begitu anak muda. Aku sudah memperingatkanmu beberapa kali. " Kau tidak usah memeringatkan aku. Aku akan mematahkan kaki dan tanganmu. Kemudian aku akan mengirimmu kepada Madyasta, anak Adipati Prangkusuma yang telah merebut perawan Panjer dari sisiku" Ki Tumenggung Sanggayuda bukan orang yang sabar. Ketika wajahnya menjadi merah, Ki Tumenggung Wiradapapun sempat berbisik" Adi. Kau berhadapan dengan anak anak yang sedang merengek karena kehilangan mainan yang disenanginya" Ki Tumenggung Sanggayuda menarik nafas dalam-dalam. Namun darahnya yang sudah naik sampai ke kening, agaknya telah mereda kembali. Dengan demikian, maka iapun sempat mengatur perasaannya sehingga Ki Tumenggung itu dapat mengendalikan dirinya. Dalam pada itu, kedua anak muda itulah yang tidak dapat mengendalikan diri mereka lagi. Bersama-sama mereka berloncatan menyerang Ki Tumenggung Sanggayuda. Ebook by Dewi Kangzusi 302 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Namun perkelahian itu tidak berlangsung lama. Ki Tumenggung Sanggayuda yang memiliki pengalaman yang panjang dalam dunia kanuragan, telah berhasil menyentuh beberapa simpul syaraf kedua orang anak muda itu. Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi, ketika tiba-tiba saja tubuh mereka menjadi sangat lemah. Bahkan rasa-rasanya untuk berdiri tegak, mereka sudah tidak mampu lagi. Ki Tumenggung Sanggayuda dan Ki Tumenggung Wiradapapun kemudian membantu kedua orang anak muda itu, memapah mereka dan meletakkan mereka duduk di sebuah dingklik panjang di depan kedai itu bersandar dinding. "Nah, bukankah kita menjadi tontonan banyak orang" "desis Ki Tumenggung Sanggayuda. Kedua anak muda itu sudah tidak berdaya lagi. Bahkan rasa-rasanya mata merekapun selalu akan terpejam. Kepada keli na orang yang hampir saja dipaksa untuk berkelahi itu, Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Pergilah. Bayar harga makanan dan minuman yang kalian ambil, lalu tinggalkan kedai ini selagi keduanya tidak sepenuhnya sadar apa yang telah. terjadi" Kelima orang itupun mengangguk sambil berkata "Terima kasih, Ki Sanak" "Biarlah aku mengurus anak-anak itu" Bab 15 - Paman Partabawa Kelima orang itupun kemudian menemui pemilik kedai yang menjadi gemetar. Membayar makanan dan minuman Ebook by Dewi Kangzusi 303 Kang Zusi http://kangzusi.com/ mereka. Kemudian merekapun pergi meninggalkan kedai itu. Bahkan bebera-pa orang lain yang berada di kedai itupun telah pergi pula setelah membayar harga makanan dan minuman yang mereka ambil. Bahkan ada diantara mereka yang sebenamya masih belum selesai. Beberapa saat kemudian, kedai itu menjadi lengang. Tetapi masih saja ada yang berdiri agak di kejauhan untuk melihat apa yang terjadi dengan anak-anak muda yang seperti telah terbius itu. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayudapun duduk pula diamben bambu panjang didepan kedai itu pula. Untuk beberapa saat mereka tidak berbuat apaapa selain memandang berkeliling. Melihat orang-orang yang masih berdiri dalam kelompok-kelompok kecil agak jauh dari kedai itu. Perjalanan kita telah terhambat "berkata ki Tumenggung Wiradapa" "Kita tidak dapat membiarkan mereka berkelahi dengan orang-orang yang tidak terbiasa melakukannya. Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun berdesis "Tetapi apakah benar bahwa Raden Madyasta telah berhubungan dengan anak gadis Ki Demang di Panjer?" Kita masih belum tahu apa yang terjadi sebenarnya kakang. Tetapi jika itu benar, tentu akan menjadi masalah bagi Kangjeng Adipati. Apakah Kangjeng Adipati akan membiarkan puteranya yang kelak akan menggantikannya berhubungan den?gan seorang gadis anak seorang Demang?" Kita tidak akan dapat ikut campur" desis Ki Tumenggung Wiradapa. Ebook by Dewi Kangzusi 304 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Kecuali jika Kangjeng Adipati minia pertimbangan kita" "Ya. Dan itu adalah mungkin sekali" Aku juga seorang yang berasal dari padesan. Bahkan sebuah desa kecil di dekat hutan yang lebat. Aku merangkak dari lataran yang paling bawah" "Adi Tumenggung memang sering merendahkan diri. Adi Tumenggung adalah murid utama dari sebuah padepokan yang mempunyai nama yang baik di Tegal angkap" "Aku memang murid dari perguruan Sela Tangkep. Aku dapat memasuki padepokan itu, karena kebetulan aku diketemukan oleh seorang Putut yang berpengaruh di perguruan Sela Tangkep. Kebetulan saja kakang" "Itu adalah pintu yang dibukakan oleh Yang Maha Agung bagi adi Tumenggung" "Ya Wakru itu aku hampir mati kedinginan. Aku tidak berani pulang, karena aku diancam oleh ayah liriku. Agaknya ancamannya itu bersungguh-sungguh. Adalah kebetulan, ketika tubuhku sudah tidak berdaya, menggigil dan bahkan rasa-rasanya tidak dapat lagi untuk bangkit dan mencari peri ndungan dari kejamnya udara dingin, Putut itu lewat" "Bersukurlah" "Aku memang bersukur bahwa umurkupun masih berkepanjangan sampai sekarang. Semoga aku diberiNya panjang umur" Ki Tumenggung Wiradapa mengangguk-angguk. Ebook by Dewi Kangzusi 305 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Sementara itu, kedua orang anak muda yang masih duduk disamping kedua orang Tumenggung itu sambil bersandar dinding, bahkan telah tertidur. Namun Ki Tumenggung Wiradapapun kemudian berkata "Marilah kita melanjutkan perjalanan kita yang masih jauh ini". "Mari, kakang. Biarlah aku membangunkan anak-anak ini lebih dahulu. Kelima orang yang ditantangnya itu tentu sudah menjadi semakin jauh. Mudah-mudahan anak-anak ini tidak mendendam mereka berlima" Kedua orang anak muda ini mengetahui bahwa kitalah yang telah menjinakkan mereka" Ki Tumenggung Sanggayudapun mengangguk-angguk Sejenak Ki Tumenggung Sanggayuda memandang berkeliling. Orang-orang yang menonton peristiwa yang menarik perhatian itu sudah banyak yang pergi. Hanya tinggal satu dua orang sa?ja yang bertahan untuk melihat, apa yang akan terjadi kemudian dengan kedua orang anak muda itu. Sejenak kemudian, Ki Tumenggung Sanggayudapun segera bangkit berdiri dan melangkah mendekati kedua orang anak muda yang tertidur itu. Ki Tumenggung Sanggayuda kemudian meraba pangkal leher kedua orang anak muda itu berganti-ganti. Sesaat kemudian, maka kedua orang anak muda itupun segera terbangun. Dengan sigapnya mereka meloneat turun dari amben bambu yang panjang. Namun merekapun kemudian berdiri termangu-mangu melihat kedua orang yang mengaku prajurit itu duduk dengan tenangnya di amben panjang, di depan kedai. Ebook by Dewi Kangzusi 306 Kang Zusi http://kangzusi.com/ "Pulanglah. Dimana rumahmu" bertanya Ki Tumenggung Wiradapa "Apakah yang terjadi7 Kalian berdua tidur dengan nyenyak bersandar dinding" Orang yang bertubuh tinggi besar itupun berkata "Aku harus mengakui keunggulan kalian. Kalian tentu sudah menyentuh simpul-simpul syarafku sehingga aku tertidur. Tetapi lain kali kalian tidak akan berhasil. Kau berhasil hanya karena kelengahanku saja" "Aku tadi sudah berpikir, apakah kedua orang anak muda ini dibunuh saja disini. Tidak akan ada masalah. Kami adalah pra-jurit-prajurit dalam tugas, sehingga tindakan kami akan teri ndunj oleh hak dan wewenang kami di bawah saksi mata yang cukup banyak dan meyakinkan Kami memang menyesal, kenapa kan tidak melakukannya. Kami mengira bahwa masih ada jantung yang baik didadamu. Tetapi temyata dadamu berisi bulu-bulu serigala yang jahat. Tetapi kami berdua belum terlambat Jika kalia masih ingin mencoba kemampuan kami, prajurit Paranganom silahkan. Jangan menjadi lengah lagi. Tetapi kali ini kami akan berbuat sesuai dengan kedudukan kami. Jika kami merasa perlu, kalian akan mati disini" Anak-anak muda itu memang menjadi ragu-ragu. Sementara itu, Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Apa yang kau lakukan, adalah bagian kecil dari apa yang mungkin dilakukan oleh Raden Madyasta. Tetapi aku. tidak bermaksud bahwa Raden Madyasta dapat berbuat sekehendak hatinya. Kami akan bertemu dan berbicara dengan ki Demang di Panjer. Jika Raden Madyasta memang merebut perawan Panjer yang sebelumnya sudah dipertunangkan dengan kau, atau setidak-tidaknya anak perempuan Ki Demang itu sudah menyatakan kesediaan menerima kau yang kelak akan Ebook by Dewi Kangzusi 307 Kang Zusi http://kangzusi.com/ menjadi suaminya, maka kami akan melaporkan kepada Kangjeng Adipati." Wajah anak muda itu menjadi tegang. Namun kemudian berkata lantang "Itu tidak periu " "Kenapa. Tentu perlu sekali. Meskipun ia anak seorang Adipati, tetapi jika ia merebut milik orang lain, maka itu harus dicegah" Persetan dengan Madyasta" geram anak muda itu. namun kemudian iapun memberi isyarat kepada kawannya untuk meninggalkan tempat itu. Ki Tumenggung Wiradapa dan Ki Tumenggung Sanggayu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian merekapun sepakat untuk melanjutkan perjalanan. Keduanyapun segera minta diri kepada pemilik kedai: setelah mereka membayar harga makanan yang mereka pesan.. "Terima kasin, Ki Sanak. Tidak usah. Kalian juga tidak sempat menikmati makanan dan minuman kami sebaikbaiknya" Tetapi Ki Tumenggimg Waradapa meninggalkan uang sambil berkata "Mungkin pada kesempatan lain aku akan singgah lagi di kedaimu. " Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah melanjutkan perjalan mereka. Kepada orang yang memberi makan dan minum serta merawat kedai mereka selama mereka berada di kedai itu, Ki Tumenggung Wiradapa juga memberinya uang sekedarnya. Ebook by Dewi Kangzusi 308 Kang Zusi http://kangzusi.com/ Diperjalanan keduanya masih berbicara tentang Raden Madyasta yang hatinya telah tersangkut di Panjer. Dengan nada datar Ki Tumenggung Wiradapapun berkata "Jika benar kata anak muda itu, maka persoalan yang menyangkut Raden Madyasta itu akan menjadi persoalan yang bersungguh-sungguh bagi Kangjeng Adipati. " Apakah kita akan melaporkannya kepada Kangjeng Adipati sebelum hubungan mereka terlanjur mendalam " " "Nanti dulu, adi. Bukankah kita baru mendengardari anak muda yang mabuk itu." Meraba Matahari Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ki Tumenggung Sanggayuda mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah, kakang. Kita memang tidak seharusnya terlalu mencampuri persoalan yang terjadi pada keluarga Kangjeng Adipati. "Soalnya adalah karena Raden Madyasta kelak akan menggantikan kedudukan Kangjeng Adiapti yang sudah menjadi semakin tua itu, sehingga dengan demikian, masalahnya bukan semata-mata masalah pribadi Kangjeng Adipati. Tetapi masalahnya akan menjadi masalah kaprajan. "Kecuali jika Kangjeng Adipati sendiri mengijinkan. " "Ya. Mungkin kita sudah mencemaskan persoalan yang akan diangkat menjadi masalah kaprajan, temyata Kangjeng Adi?pati menganggap bahwa hal itu bukan masalah. " Bende Mataram 20 Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bola Bola Iblis 2