Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie Bagian 4
"Saya mengenalmu," kata Edward Hillingdon tenang.
"Kau mengira begitu."
"Tidak. Saya yakin." Dia tambahkan, "Dan kau pun yakin terhadap saya."
Evelyn melihat kepadanya dan kemudian menoleh kembali ke tempat tidur. Evelyn
memegang pundak Molly dan menggoncangkannya.
"Kita harus berbuat sesuatu... tapi saya kira, lebih baik kita menunggu sampai
Dr. Graham datang... oh, itu rupanya mereka datang."
II "Dia akan segera baik," kata Dr. Graham, sambil mundur dan menghapus dahinya
dengan sapu tangan dan bernapas dengan perasaan lega.
"Apakah Anda berpendapat, bahwa dia akan baik lagi. Dokter?" tanya Tim dengan
cemas. "Ya, ya. Untung kita tidak terlambat. Tapi mungkin juga apa yang telah
ditelannya tidak cukup banyak untuk membunuhnya. Dalam beberapa hari, dia akan
sembuh kembali seperti semula, walaupun dia akan mengalami beberapa hari yang
tidak menyenangkan." Dokter mengambil botol yang kosong itu. "Siapakah yang
telah memberikan barang ini kepadanya?"
"Seorang dokter di New York. Soalnya dia tidak bisa tidur."
"Baiklah. Saya tahu, bahwa semua dokter memberikan obat ini sekarang dengan
begitu bebas. Tidak ada seorang pun dari dokter-dokter itu yang mengatakan
kepada perempuan-perempuan muda, yang tidak bisa tidur, untuk menghitung domba
sebelum tidur, atau bangun dan makan biskuit, atau menulis beberapa surat, dan
kemudian kembali tidur lagi. Obat-obat yang mujarablah yang dikehendaki orang
sekarang. Adakalanya saya merasa keberatan memberikan obat itu kepada mereka.
Anda sebaiknya mulai belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan kejadiankejadian dalam penghidupan ini. Mudah sekali untuk memasukkan dot ke dalam mulut
bayi, supaya dia berhenti menangis. Tapi hal seperti itu, tidak dapat dikerjakan
terus seumur hidup." Dia tertawa kecil. "Saya berani bertaruh, kalau Anda
tanyakan kepada Miss Marple, apa yang dia lakukan kalau dia tidak bisa tidur,
dia tentu akan mengatakan kepada Anda bahwa dia akan menghitung domba yang
keluar dari pintu gerbang."
Dokter menoleh kembali ke tempat tidur, di mana Molly sedang bergerak. Sekarang
matanya terbuka. Dia melihat kepada mereka, tanpa ada tanda-tanda pengenalan
atau perhatian. Dr. Graham memegang tangannya.
"Nyonya sudah baik, baik sekali. Apakah yang telah Anda perbuat terhadap diri
Anda sendiri?" Molly melihat, akan tetapi dia tidak menjawab.
"Mengapa kau sampai berbuat begitu, Molly" Mengapa" Katakanlah kepada saya,
mengapa?" tanya Tim, sambil mengambil tangannya yang lain.
Matanya masih belum bergerak. Matanya berhenti bergerak ketika melihat Evelyn
Hillingdon. Tampak adanya suatu pertanyaan yang lemah dalam pandangan matanya,
akan tetapi masih sulit untuk dapat dikatakan.
Evelyn berbicara, seolah-olah itu merupakan jawabannya,
"Tim datang menjemput saya," kata Evelyn.
Matanya berbalik ke Tim dan kemudian berpindah ke Dr. Graham.
"Sekarang, Nyonya akan baik kembali," kata Dr. Graham, "akan tetapi jangan
sekali-kali melakukan itu lagi."
"Dia tidak bermaksud untuk berbuat seperti itu," kata Tim tenang. "Saya yakin,
bahwa dia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya menghendaki supaya bisa tidur
nyenyak malam ini. Mungkin pil itu tidak ada pengaruhnya pada mulanya dan dengan
begitu dia lalu mengambil lebih banyak lagi. Apakah begitu Molly?"
Kepalanya bergerak sangat pelahan sekali sebagai tanda tidak menyetujui.
"Apakah kau... kau sengaja menelan pil-pil itu?" tanya Tim.
Molly kemudian berkata, "Ya," katanya.
"Tetapi mengapa, Molly, mengapa?"
Kelopak matanya bergerak ragu-ragu. "Takut." Perkataan itu hampir tidak
terdengar. "Takut" Takut terhadap apa?"
Tetapi kelopak mata Molly tertutup lagi.
"Sebaiknya... dia jangan diganggu dulu," kata Dr. Graham. Tim berbicara dengan
bersemangat. "Dia takut kepada siapa" Polisi" Karena mereka telah mendesaknya dan mengajukan
beberapa pertanyaan kepadanya" Mengingat itu, saya tidak merasa heran. Siapa
saja dengan begitu akan merasa takut. Akan tetapi itu adalah cara mereka, lain
tidak. Tidak ada seorang pun yang memikirkan..." kalimatnya terputus.
Dr. Graham memberikan kepadanya suatu tanda yang tegas.
"Saya mau tidur," kata Molly.
"Itu baik sekali untuk Nyonya," kata Dr. Graham.
Dr. Graham menuju ke pintu dan yang lain-lainnya menyusul dia.
"Dia akan tidur," kata Dr. Graham.
"Apakah ada sesuatu yang harus saya kerjakan?" tanya Tim. Dia mempunyai sikap
yang biasa, agak cemas sebagai orang yang ditimpa kemalangan.
"Saya akan tinggal, kalau Anda menghendaki," kata Evelyn dengan ramah.
"Oh, tidak... tidak usah... karena semuanya sudah baik," kata Tim.
Evelyn kembali ke tempat tidur dan berkata, "Apakah saya tetap tinggal dengan
Anda, Molly?" Molly membuka matanya lagi dan berkata, "Tidak usah," dan sesudah berhenti
sebentar dia berkata lagi, "hanya Tim saja."
Tim kembali dan duduk di tempat tidur.
"Saya di sini, Molly...." katanya sambil memegang tangannya.
"Tidurlah sayang... saya tidak akan meninggalkanmu."
Molly mengeluh dan pelan-pelan kembali tidur lagi.
Dokter berhenti di muka bungalo bersama keluarga Hillingdon.
"Apakah Anda yakin, bahwa tidak ada apa-apa lagi yang harus saya kerjakan?"
tanya Evelyn. "Ya, saya kira begitu. Terima kasih, Ny. Hillingdon. Sekarang lebih baik dia
dengan suaminya. Akan tetapi, mungkin besok... bagaimanapun dia harus mengurus
hotelnya lagi... saya harapkan ada orang lain yang mendampingi dia."
"Apakah menurut pendapat Anda, dia kemudian akan mencoba lagi?" tanya
Hillingdon. Graham menggaruk dahinya dengan jengkel.
"Orang tidak dapat mengetahuinya dalam persoalan ini. Rasanya sih tidak. Seperti
yang Anda ketahui sendiri, pengobatan untuk penyembuhannya kembali sama sekali
tidak menyenangkan. Akan tetapi sudah tentu kita tidak bisa yakin sama sekali.
Siapa tahu, mungkin dia mempunyai banyak obat semacam itu, yang disembunyikan di
suatu tempat." "Saya tidak menyangka gadis seperti Molly mencoba bunuh diri," kata Hillingdon.
Graham berkata dengan hambar, "Biasanya percobaan bunuh diri tidak terjadi pada
orang-orang yang selalu berkata akan membunuh diri. Mereka hanya mengancam untuk
berbuat begitu. Mereka hanya bermain sandiwara, akan berbuat begitu, untuk
melepaskan kejengkelan mereka."
"Molly tampaknya selalu seperti orang yang gembira. Mungkin, saya kira...."
Evelyn ragu-ragu, "saya sebaiknya mengatakannya kepada Anda, Dr. Graham."
Evelyn kemudian menceritakan kepadanya mengenai pembicaraannya bersama Molly di
pantai pada malam Victoria terbunuh. Setelah Evelyn selesai, muka Dr. Graham
menjadi serius. "Saya senang sekali, Anda telah menceritakannya kepada saya, Ny. Hillingdon. Di
situ terdapat petunjuk-petunjuk yang sangat menentukan, adanya kesulitan yang
mendalam. Ya, saya akan berbicara dengan suaminya besok pagi."
III "Tuan Kendal, saya ingin berbicara serius dengan Anda, mengenai istri Anda."
Mereka sedang duduk di dalam kantor Tim. Evelyn Hillingdon sudah menggantikan
tempatnya di samping tempat tidur Molly dan Lucky telah menyanggupi untuk
datang. Seperti apa yang telah dikatakannya, dia nanti akan menjaga Molly. Miss
Marple juga menawarkan tenaganya. Sekarang Tim yang menderita, karena diombangambingkan antara tugas hotel dan keadaan istrinya.
"Saya tidak mengerti mengapa," kata Tim, "saya tidak mengerti tabiat Molly lagi.
Dia sudah berubah. Berubah sama sekali."
"Saya dengar dia sering mimpi buruk?"
"Ya, ya, dia banyak sekali mengeluh mengenai itu."
"Sudah berapa lama?"
"Oh, saya tidak tahu persisnya sejak kapan. Saya kira... sebulan... mungkin
lebih lama lagi. Dia... saya... berpendapat bahwa itu hanya... hanya merupakan
mimpi yang jelek saja. Anda mengerti apa yang saya maksudkan, bukan?"
"Ya, ya, saya mengerti. Tapi apa yang merupakan tanda yang serius ialah adanya
kenyataan, bahwa dia tampaknya merasa ketakutan terhadap seseorang. Apakah dia
pernah mengeluh kepada Anda mengenai soal itu?"
"Ya, pernah. Dia mengatakannya sekali atau dua kali, bahwa... seolah-olah ada
orang yang mengikutinya."
"Ha! Mengamat-amati dia?"
"Ya. Dia pernah menggunakan kata-kata itu. Dia berkata bahwa mereka itu adalah
musuhnya dan mereka menyusul dia ke sini."
"Apakah dia betul-betul mempunyai musuh, Tuan Kendal?"
"Tidak! Sudah tentu tidak!"
"Tak pernah ada insiden di Inggris, sebelum dia menikah dengan Anda?"
"O, tidak. Tidak ada insiden. Dia hanya tidak cocok sama sekali dengan
keluarganya. Hanya itu. Ibunya memang seorang perempuan yang aneh, mungkin sulit
untuk hidup bersama dia, tetapi...."
"Apakah ada tanda-tanda penyakit syaraf dalam keluarganya?"
Tim membuka mulutnya tanpa disengaja, kemudian menutupnya lagi. Dia mengetuk
pulpen yang berada di meja di mukanya.
Dokter berkata lagi. "Saya menekankan adanya kenyataan, bahwa akan lebih baik, untuk mengatakannya
kepada saya, kalau kenyataannya memang demikian."
"Baiklah, memang ada. Bukan sesuatu yang sangat penting, akan tetapi memang ada
seorang bibinya yang serupa itu. Agak kurang beres. Akan tetapi itu bukan apaapa. Yang saya maksudkan... saya rasa, yang begitu itu, hampir terdapat di semua
keluarga." "O, ya. Itu memang benar. Saya tidak bermaksud mengagetkan Anda mengenai hal
itu, akan tetapi mungkin itu akan memperlihatkan adanya suatu gejala yang akan
mematahkan semangat atau mengkhayalkan sesuatu, kalau ada suatu tekanan pada
dirinya." "Saya sebenarnya tidak mengetahui banyak mengenai soal itu," kata Tim.
"Biasanya... orang tidak akan menceritakan semua riwayat keluarganya kepada
pasangannya, bukankah begitu?"
"Tidak, mereka tidak akan menceritakannya. Itu memang betul. Tidakkah dia
mempunyai kawan lama..." Tidak pernahkah dia bertunangan dengan orang lain" Yang
mungkin bisa mengancamnya atau yang melancarkan ancaman-ancaman disebabkan
karena rasa cemburu" Atau hal-hal yang semacam itu?"
"Tidak, saya tidak tahu mengenai itu. Tapi saya berpendapat tidak begitu. Molly,
memang pernah bertunangan dengan orang lain, sebelum berkenalan dengan saya.
Saya dengar orang tuanya tidak menyetujuinya. Saya kira dia mempertahankan orang
itu, hanya karena ingin tidak menurut dan menentang, tidak ada alasan-alasan
lainnya." Tim sekonyong-konyong tertawa sedikit. "Anda mengetahui, apa artinya
itu, kalau Anda masih muda. Kalau ada orang yang meributkan sesuatu hal kecil
pada dirinya, maka itu akan membuatnya keras kepala terhadap siapa pun."
Dr. Graham ikut tertawa. "Ah, ya. Kita sering melihat seperti itu. Kita
hendaknya tidak mengecualikan teman-teman anak-anak kita yang tidak kita
senangi. Biasanya secara wajar mereka akan melepaskan diri dari teman-temannya
itu. Orang ini, siapa pun dia itu, tidak pernah mengadakan ancaman yang apa pun
terhadap Molly." "Tidak. Saya yakin bahwa dia tidak berbuat seperti itu. Molly pasti akan
mengatakannya kepada saya. Dia sendiri berkata kepada saya, bahwa dia tergilagila kepada orang itu di masa remajanya justru karena dia mempunyai nama yang
jelek." "Ya, ya. Baiklah, itu kedengarannya tidak serius. Sekarang ada soal lainnya.
Tampaknya istri Anda sering mengalami apa yang disebutnya sebagai
ketidaksadaran. Waktu-waktu yang pendek, dalam mana dia sama sekali tidak ingat
apa yang telah dikerjakannya. Apakah Anda mengetahui mengenai soal itu, Tim?"
"Tidak," kata Tim pelahan, "saya tidak mengetahuinya. Dia tidak pernah
mengatakannya kepada saya. Tapi sekarang setelah Anda menyebutkannya, saya ingat
memang adakalanya dia kurang tegas dan...." Tim berhenti dan berpikir, "Ya, jadi
itulah penjelasannya. Saya semula tidak mengerti, bagaimana dia bisa melupakan
hal-hal yang biasa atau adakalanya dia tampaknya tidak mengetahui pukul berapa
hari ini. Saya hanya berpendapat, bahwa dia itu pelupa saja."
"Apa yang penting adalah ini, Tim. Saya memberikan nasehat kepada Anda dengan
sangat untuk segera membawa istri Anda kepada seorang spesialis yang baik."
Tim menjadi merah karena marah.
"Yang Anda maksudkan, seorang spesialis penyakit jiwa?"
"Sabar... jangan bingung oleh karena nama. Seorang neurologis, seorang ahli
jiwa, adalah orang yang memperdalam pengetahuannya dalam penyakit yang pada
umumnya dinamakan penyakit patah semangat. Ada seorang dokter yang baik sekali
di Kingstone. Atau di New York. Ada sesuatu yang menyebabkan urat syaraf istri
Anda terganggu. Mungkin sesuatu, yang sebabnya bahkan tidak diketahui olehnya
sendiri. Dapatkan nasehat dari ahli itu untuk dia, Tim. Dapatkan nasehat itu
secepat mungkin." Dr. Graham menepuk pundak anak muda itu dan kemudian berdiri.
"Tidak perlu segera mencemaskannya. Istri Anda mempunyai banyak teman dan kita
semua akan turut mengawasinya."
"Tidakkah dia akan... apakah Anda tidak mengira, bahwa dia akan mencoba bunuh
diri lagi?" "Saya kira... mungkin tidak," kata Dr. Graham.
"Anda tidak merasa yakin," kata Tim.
"Kita tidak bisa selalu merasa yakin," kata Dr. Graham, "dan itu adalah
pelajaran yang pertama yang akan Anda dengarkan dalam pekerjaan saya." Sekali
lagi dia meletakkan tangannya di atas pundak Tim. "Jangan terlalu dicemaskan."
"Itu mudah sekali untuk diucapkan," kata Tim, ketika Dokter sudah keluar dari
pintu. "Jangan cemaskan! Dia kira saya ini orang macam apa?"
21 JACKSON DAN KOSMETIK "MISS Marple, apakah Anda benar-benar tidak berkeberatan?" tanya Evelyn
Hillingdon. "Sesungguhnya tidak, Nyonya," kata Miss Marple. "Saya hanya merasa senang dapat
berguna. Tahukah Anda pada usia saya, orang suka berpikir alangkah tidak
bergunanya di dunia ini. Khususnya kalau saya sedang berada di tempat seperti
ini, hanya untuk menyenangkan diri sendiri saja. Tidak ada tugas apa pun. Tidak,
saya sangat senang untuk duduk bersama Molly. Anda pergi saja untuk mengadakan
perjalanan. Mau ke Pelican Point, bukan?"
"Ya," kata Evelyn. "Kami berdua, Edward dan saya akan sangat menyenangi
perjalanan itu. Saya tidak pernah merasa lelah untuk melihat burung-burung itu
menukik ke bawah menangkap ikan. Sekarang Tim ada bersama Molly. Akan tetapi dia
harus mengerjakan sesuatu dan dia tidak senang meninggalkan Molly sendirian."
"Tim benar," kata Miss Marple. "Kalau saya jadi dia, saya juga tak mau
meninggalkan Molly sendirian. Kita tidak mungkin tahu apa yang akan terjadi,
bukan" Kalau misalnya ada orang yang mencoba untuk berbuat jahat padanya....
Baiknya Nyonya pergi saja."
Evelyn pergi untuk menggabungkan diri kepada kelompok kecil yang sedang menunggu
dirinya. Suaminya, suami-istri Dyson dan tiga atau empat orang lainnya. Miss
Marple memeriksa alat-alat perlengkapan untuk keperluan merajut. Dia melihat
bahwa dia telah mempunyai semua yang diperlukannya. Dia jalan terus ke arah
bungalo Kendal. Pada waktu dia sampai di halaman muka bungalo, dia mendengar suara Tim dari arah
pintu dorong yang terbuka.
"Kalau saja kau mau mengatakan kepada saya mengapa kau sampai berbuat seperti
itu, Molly. Apakah yang menyebabkan kau berbuat seperti itu" Apakah ini yang
disebabkan oleh sesuatu yang saya perbuat" Mesti ada suatu sebab. Asalkan kau
mengatakannya kepada saya."
Miss Marple berhenti. Didengarnya, di dalam ada istirahat sebentar, sebelum
Molly mulai berbicara. Suaranya terdengar datar dan lesu.
"Saya benar-benar tidak tahu, Tim. Saya benar-benar tidak tahu. Saya kira... ada
sesuatu yang telah terjadi pada diri saya."
Miss Marple mengetuk jendela dan masuk ke dalam.
"Oh, Anda sudah datang, Miss Marple. Anda baik sekali."
"Sama sekali tidak apa-apa," kata Miss Marple. "Saya merasa gembira sekali dapat
membantu. Apakah saya akan duduk di kursi ini" Anda, tampaknya sudah lebih baik,
Molly. Saya sungguh senang melihatnya."
"Saya sudah baik," kata Molly. "Sudah baik sekali. Hanya... hanya merasa
ngantuk." "Saya tidak akan berbicara," kata Miss Marple. "Anda sebaiknya berbaring dengan
tenang dan beristirahatlah. Sedangkan saya, saya akan meneruskan rajutan saya."
Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tim Kendal memandangnya penuh rasa terima kasih dan kemudian keluar dari kamar.
Miss Marple duduk di kursinya.
Molly berbaring di sebelah kirinya. Dia tampaknya seperti orang yang kena bius
dan lesu. Molly berbicara, yang kedengarannya seperti sebuah bisikan,
"Anda baik sekali, Miss Marple. Saya rasa... saya akan tidur."
Molly membalik di atas bantalnya dan kemudian menutup matanya. Napasnya
terdengar menjadi agak teratur, akan tetapi kedengarannya masih jauh dari
normal. Berkat pengalamannya dalam merawat orang, membuat Miss Marple secara
otomatis segera membereskan alas tempat tidur dengan menyelipkannya di bawah
kasur di sampingnya. Pada waktu dia mengerjakan itu, tangannya menyentuh sesuatu
yang keras, sesuatu yang bentuknya segi empat di bawah kasur. Dengan agak heran
dia memegangnya dan menariknya ke luar. Barang itu ternyata sebuah buku. Miss
Marple dengan cepat melihat ke arah gadis yang sedang berada di tempat tidur.
Dia masih tidur. Miss Marple membuka halaman buku itu. Menurut penglihatannya,
buku itu adalah karangan yang paling akhir mengenai penyakit urat syaraf. Dengan
tidak disengaja, buku itu terbuka pada halaman, yang membahas mengenai tandatanda adanya gejala permulaan dari penyakit seakan-akan merasa dicurigai dan
diburu-buru orang dan beberapa gejala lain mengenai penyakit jiwa. Seperti suka
mengasingkan diri dan keluhan-keluhan semacam itu.
Buku itu tidak memuat hal-hal yang bersifat ilmiah yang tinggi, akan tetapi yang
sangat mudah untuk dapat dimengerti oleh orang kebanyakan. Setelah selesai
membaca buku itu, wajah Miss Marple menjadi serius. Setelah lewat beberapa
menit, dia lalu menutup buku itu dan mulai berpikir. Kemudian dia menunduk dan
dengan hati-hati menempatkan kembali buku itu ke tempatnya semula, di mana dia
tadi telah menemukannya, yaitu di bawah kasur.
Dia menggelengkan kepalanya karena merasa heran. Tanpa membuat suatu suara dia
bangun dari tempat duduknya. Lalu dia melangkah beberapa langkah ke arah jendela
dan kemudian dengan cepat melihat ke belakang, melalui atas pundaknya. Mata
Molly terbuka, akan tetapi setelah Miss Marple membalik, dilihatnya mata Molly
tertutup. Untuk beberapa saat, Miss Marple ragu-ragu, apakah dia tadi tidak
sedang berkhayal, bahwa dia telah melihat kedipan yang tajam dan cepat dari
Molly" Apakah Molly hanya pura-pura tidur" Tapi wajar sekali kalau dia memang berbuat
demikian. Mungkin dia mengira bahwa Miss Marple akan berbicara dengan dia kalau
dia memperlihatkan dirinya sudah bangun. Ya... mungkin itulah alasannya.
Betulkah dalam pandangan Molly tadi dia menangkap adanya kelicikan" Orang takkan
tahu kata Miss Marple pada dirinya sendiri. Orang tidak pernah dapat mengetahui
segala sesuatunya dengan sesungguhnya.
Miss Marple memutuskan kepada dirinya sendiri untuk mengadakan pembicaraan
dengan Dr. Graham secepat itu dapat dilaksanakannya. Lalu dia kembali ke
kursinya yang berada di dekat tempat tidur Molly. Sesudah lewat kurang lebih
lima menit, baru dia bisa memastikan bahwa Molly sesungguhnya sedang tidur.
Tidak ada seorang pun yang dapat berbaring begitu diamnya dan bernapas sebegitu
teraturnya. Miss Marple berdiri lagi. Hari ini dia memakai sepatu karetnya.
Memang tidak begitu elegan, sangat cocok dengan keadaan udara dan enak dipakai.
Miss Marple bergerak pelan-pelan mengitari tempat tidur, kemudian berhenti di
kedua jendela, dari mana dia dapat melihat ke kedua jurusan yang berlainan.
Pekarangan hotel tampaknya sepi dan ditinggalkan. Miss Marple kembali dan sedang
berdiri ragu-ragu, sebelum dia duduk kembali, sewaktu dia mendengar suara yang
tidak jelas dari luar. Seperti ada geseran sepatu di halaman luar. Semula dia
bersikap ragu-ragu, tapi kemudian dia pergi ke jendela. Didorongnya jendela itu
agak lebih terbuka, melangkah ke luar pintu sambil menengok ke belakang, ke
dalam kamar dan kemudian dia berkata,
"Manis, saya akan pergi sebentar," dia berkata, "saya hanya mau pergi ke bungalo
saya, untuk melihat di mana saya telah menyimpan contoh-contoh rajutan. Saya
tadi merasa yakin bahwa saya telah membawanya. Anda akan baik-baik saja, sampai
saya kembali, bukan?" Kemudian dia memutar kepalanya kembali, sambil mengangguk
kepada dirinya sendiri. "Tidur rupanya. Kasihan. Tapi tidur baik baginya."
Miss Marple diam-diam pergi melalui halaman, menuruni tangga dan kemudian
langsung berbelok ke jalan kecil, yang berada di sana. Dia terus berjalan di
antara pagar yang terdiri dari semak-semak kembang sepatu. Kalau ada seorang
yang mengawasi maka dia akan heran Miss Marple langsung berputar ke kebun bunga,
kemudian mengitari bagian belakang bungalo itu dan kemudian masuk kembali ke
dalam bungalo melalui pintu kedua yang ada di sana. Jalan ini langsung menuju ke
ruangan kecil yang oleh Tim kadang-kadang dipakai sebagai kantor tidak resmi.
Dari situ Miss Marple menuju ke ruangan tamu.
Di sini terdapat gorden-gorden yang lebar dan setengah ditutup untuk membuat
kamar itu menjadi lebih dingin. Dengan diam-diam, Miss Marple pergi ke belakang
salah satu dari gorden-gorden itu.
Kemudian dia menunggu. Dari jendela ini, dia bisa melihat jelas orang-orang yang
mungkin mendekati tempat tidur Molly, Setelah lewat beberapa menit, empat atau
lima, baru dia melihat sesuatu.
Terlihat bayangan Jackson yang rapi dalam seragam putihnya sedang menaiki tangga
dari halaman muka. Jackson berhenti sebentar di balkon dan tampaknya dengan
pelan dan sopan mengetuk pintu jendela, yang terbuka sedikit. Tidak ada jawaban
yang terdengar oleh Miss Marple. Jackson melihat ke sekelilingnya dengan cepat
dan sepintas, lalu dengan diam-diam masuk ke dalam, melalui pintu yang terbuka
itu. Miss Marple segera bergerak ke arah pintu yang menuju ke kamar mandi yang
ada di sampingnya. Karena herannya kelopak mata Miss Marple agak naik. Miss
Marple merenung sebentar dan kemudian keluar dan masuk ke gang yang menuju kamar
mandi dengan melalui pintu yang lainnya.
Jackson memutar badannya, ketika dia sedang meneliti rak yang ada di atas tempat
cuci tangan. Dia kaget. Sama sekali tidak mengherankan kalau dia merasa kaget.
"Oh...," dia berkata, "saya, saya... tidak...."
"Tuan Jackson!" kata Miss Marple, berlagak heran.
"Saya kira, Anda, Anda tidak ada di sini... ada di salah satu tempat."
"Apakah Anda memerlukan sesuatu?" tanya Miss Marple.
"Sesungguhnya," kata Jackson, "saya sedang melihat-lihat merk cream Nyonya
Kendal." Miss Marple dapat menerima keterangannya itu dengan adanya kenyataan, bahwa
Jackson sedang berdiri dengan sebuah botol face cream di tangannya. Dia dengan
tangkas telah menyebutkan itu sebagai bukti.
"Baunya enak," kata Jackson, sambil mengerutkan hidungnya. "Barang yang baik
sekali dan sangat laku sekali. Merk yang lebih murah tidak cocok untuk semua
kulit. Membuat kulit menjadi merah-merah. Begitu juga adakalanya dengan bedak."
"Tampaknya Anda mempunyai pengetahuan yang dalam sekali mengenai hal itu," kata
Miss Marple. "Saya pernah bekerja sebentar di farmasi," kata Jackson. "Di sana kita akan
mendapat pengetahuan yang banyak mengenai kosmetik. Tempatkan suatu bahan di
dalam botol yang menarik dan bungkuslah dengan bahan yang mahal dan hasilnya
sungguh menakjubkan, hanya dengan itu kita sudah dapat membohongi wanita."
"Apakah itu yang Anda...?" Miss Marple memotongnya dengan sengaja.
"Tentu saja tidak. Saya tidak datang ke sini hanya untuk membicarakan mengenai
kosmetik," kata Jackson menyetujui.
"Kau tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berdusta," pikir Miss Marple kepada
dirinya sendiri. "Sekarang marilah kita perhatikan apa yang akan
dikemukakannya." "Sesungguhnya," kata Jackson, "Nyonya Walters, pada suatu hari, meminjamkan
lipstiknya kepada Ny. Kendal. Saya masuk ke sini untuk mengambilnya kembali buat
dia. Saya mengetuk jendela, tapi kemudian saya lihat bahwa Ny. Kendal sedang
tidur nyenyak, dengan begitu saya pikir, tidak akan ada salahnya, kalau saya
langsung saja ke kamar mandi dan mencarinya di sana."
"Saya mengerti," kata Miss Marple, "Apakah Anda menemukannya?"
Jackson menggelengkan kepalanya. "Mungkin lipstik itu berada di dalam tas
tangannya," katanya dengan mudah. "Saya tidak terlalu memusingkannya, Ny.
Walters juga tidak terlalu mempersoalkannya. Dia menyebutnya hanya sepintas lalu
saja." Jackson meneruskan memeriksa alat-alat kecantikan yang ada di situ.
"Dia tidak mempunyai banyak, bukankah begitu" Ah, ya. Pada umur begitu muda,
tidak terlalu membutuhkannya. Kulitnya baik sekali sebagai pembawaan sejak
lahir." "Anda kelihatannya melihat kepada wanita dengan mata yang berbeda dari
kebanyakan laki-laki biasa," kata Miss Marple, sambil tersenyum dengan gembira.
"Ya, saya kira juga begitu. Bermacam-macam pekerjaan akan mengubah pendirian
seseorang." "Apakah Anda mengetahui banyak mengenai obat bius?"
"Ya, saya tahu dengan baik dari pengalaman kerja saya. Kalau Anda menanyakannya
kepada saya... pada saat sekarang ini banyak sekali macamnya obat itu. Terlalu
banyak obat-obat penenang, obat perangsang dan obat-obat manjur lainnya.
Semuanya tidak akan apa-apa, kalau saja cara mendapatkannya harus dengan resep
dokter, akan tetapi kenyataannya, terlalu banyak obat-obat semacam itu dapat
didapatkan dengan tidak menggunakan resep dokter. Padahal ada di antaranya yang
sangat berbahaya." "Saya kira juga begitu," kata Miss Marple, "ya, saya kira juga begitu."
"Obat-obat itu mempunyai pengaruh yang besar sekali. Seperti yang Anda ketahui,
obat itu sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sebagian besar daripadanya
mengakibatkan kegilaan pada para remaja dan ini sering terjadi. Semua itu tidak
karena sebab-sebab alamiah. Para pemuda sering menggunakan obat-obat bius. O,
tidak ada soal yang baru mengenai hal-hal itu. Semua itu telah diketahui
berabad-abad yang lalu. Malahan di Timur di sana... saya sendiri belum pernah ke
sana... biasanya sering terjadi hal-hal yang lucu. Anda akan heran tentang apa
yang adakalanya diberikan oleh perempuan-perempuan di sana kepada suaminya.
Misalnya di India, pada zaman dahulu adalah tidak menyenangkan untuk orang
perempuan. Seorang perempuan muda harus kawin dengan suami yang sudah tua.
Walaupun begitu mereka tidak mau kehilangan suaminya, karena kalau suaminya
meninggal maka dia akan dibakar bersama mayat suaminya, kalau dia tidak dibakar,
maka dia akan diperlakukan oleh sanak keluarganya sebagai orang buangan
masyarakat. Benar-benar tidak ada keuntungannya untuk menjadi janda pada saat
itu. Karena itulah lalu mereka mempertahankan suaminya yang tua dalam pengaruh
obat bius yang membuat suaminya menjadi setengah gila. Membuat berkhayal
sehingga dia hampir hilang akalnya." Jackson menggelengkan kepalanya, "Ya,
ketika itu banyak sekali pekerjaan kotor."
Jackson meneruskan, "Dan mengenai tukang sihir, seperti yang Anda ketahui
sendiri. Banyak sekali hal-hal yang diketahui dan menarik mengenai tukang-tukang
sihir itu. Mengapa mereka selalu mengaku, mengapa mereka mudah sekali mengaku
bahwa mereka benar-benar adalah tukang-tukang sihir, bahwa mereka suka terbang
dengan sapu ke tempat-tempat... di mana mereka istirahat dan bertapa."
"Karena siksaan," kata Miss Marple.
"Tidak selalu," kata Jackson. "Oh, ya. Siksaan memang sering membuat mereka
mengaku. Tetapi mereka mengemukakan beberapa dari pengakuan mereka sebelum
siksaan disebut-sebut. Mereka malah lebih menyombongkan diri daripada
mengakuinya. Baiklah. Anda mengetahui, bahwa mereka telah menggosok dirinya
dengan salep. Dan mereka biasanya menyebutnya sebagai upacara peminyakan. Bahanbahan untuk keperluan itu antara lain adalah obat bius, tanaman yang mengandung
racun dan lain sebagainya. Kalau pada suatu saat Anda mengoleskan obat itu pada
kulit Anda, maka segera Anda berkhayal bisa terbang melayang-layang di udara.
Mereka mengira bahwa semua itu benar-benar terjadi. Kasihan mereka. Sekarang
mari kita lihat bangsa Assassin... orang-orang abad pertengahan, di Syria,
Libanon dan di tempat-tempat lainnya seperti itu. Mereka diberi makan sisal dari
India, yang akan menimbulkan khayalan kepada mereka seperti hidup di dalam surga
bersama wanita-wanita cantiknya, dalam waktu yang tidak ada batasnya. Lalu
kepada mereka dikatakan, bahwa itu akan terjadi sesudah mereka mati. Akan tetapi
untuk mencapai itu, mereka harus pergi dan mengikuti upacara agama untuk
membunuh. Maaf, saya telah menceritakannya tidak dalam bahasa yang menarik, akan
tetapi begitulah yang dimaksudkan."
"Apa yang terjadi," kata Miss Marple, "dalam intinya adalah adanya kenyataan
bahwa orang-orang suka lekas percaya."
"Ya, memang demikian. Saya kira apa yang Anda katakan itu ada benarnya."
"Mereka telah mempercayai apa yang telah orang lain katakan kepada mereka," kata
Miss Marple. "Ya, begitulah kenyataannya. Kita semua condong untuk berbuat
seperti itu," lalu dia tambahkan dengan tegas, "siapakah yang telah menceritakan
kepada Anda mengenai cerita-cerita dari India ini, mengenai pembiusan suamisuami mereka dengan obat datura?" Miss Marple bertanya dengan tajam sekali.
Sebelum Jackson sempat menjawab. Miss Marple menambahkan, "Apakah itu Mayor
Palgrave?" Jackson melihat kepadanya sedikit agak heran.
"Ya, kenyataannya memang begitu. Dia telah menceritakan kepada saya banyak
sekali cerita seperti itu. Sudah tentu, kebanyakan dari cerita-ceritanya itu
terjadi sebelum dia lahir, akan tetapi tampaknya dia mengetahui banyak mengenai
itu." "Mayor Palgrave mengira dia mengetahui banyak mengenai segala-galanya," kata
Miss Marple, "padahal sering kali apa yang diceritakannya kepada orang-orang
tidak tepat." Miss Marple menggelengkan kepalanya dengan sungguh-sungguh. "Mayor
Palgrave," dia berkata, "harus banyak memberikan pertanggungan jawab."
Terdengar suara pelan dari ruangan tidur yang berdampingan. Miss Marple
membalikkan kepalanya dengan cepat. Cepat-cepat dia keluar dari kamar mandi dan
masuk ke kamar tidur. Dilihatnya Lucky Dyson sedang berdiri di belakang jendela.
"Saya... oh... saya tidak mengira Anda berada di sini, Miss Marple."
"Saya baru saja pergi sebentar ke kamar mandi," kata Miss Marple berwibawa dan
hati-hati. Di dalam kamar mandi, Jackson tersenyum lebar. Tata cara hidup Miss Marple yang
seperti di zaman kuno itu, selalu membuatnya geli.
"Saya ingin mengetahui, apakah Anda menghendaki saya menemani Molly sebentar,"
kata Lucky, Dia melihat ke arah tempat tidur. "Dia sedang tidur, bukan?"
"Saya kira begitu," kata Miss Marple. "Akan tetapi tidak apa-apa. Anda pergilah
dan bergembiralah, Nyonya. Saya kira Anda ikut ekspedisi itu?"
"Saya tadinya mau ikut," kata Lucky, "akan tetapi kemudian saya pusing sekali,
sehingga akhirnya saya mengundurkan diri. Jadi kemudian saya berpikir, mungkin
tenaga saya diperlukan di sini."
"Niat Anda itu baik sekali," kata Miss Marple. Miss Marple lalu duduk kembali
dekat tempat tidur dan mulai merajut lagi, "akan tetapi saya sangat senang
sekali di sini." Lucky untuk sesaat ragu-ragu, kemudian membalik dan keluar.
Miss Marple menunggu sebentar, kemudian baru pergi dengan pelahan ke kamar
mandi. Tetapi ternyata Jackson sudah pergi, dan tidak disangsikan lagi dia telah
pergi melalui pintu lainnya. Miss Marple mengambil poci kecil yang berisi cream
untuk wajah, yang tadi telah dipegang oleh Jackson. Miss Marple kemudian
memasukkannya ke dalam sakunya.
22 APAKAH ADA LAKI-LAKI LAIN DALAM HIDUPNYA
UNTUK mengadakan pembicaraan sebentar dengan Dr. Graham dengan cara yang biasa,
tidaklah mudah seperti apa yang diharapkan oleh Miss Marple. Dia sangat ingin
menghubunginya tidak secara langsung oleh karena dia tidak menghendaki
pertanyaan yang akan diajukannya dianggap penting.
Tim sudah kembali dan menjaga Molly. Miss Marple sudah mengatur bersama Tim
bahwa dia akan menjaga Molly selama Tim pada malam hari diperlukan di ruangan
makan. Tim pada mulanya berkata bahwa Ny. Dyson atau Ny. Hillingdon, sudah
menyatakan kesediaan mereka untuk menggantikannya, akan tetapi Miss Marple
berkata dengan tegas bahwa mereka itu adalah wanita-wanita muda yang senang
menyenangkan diri mereka sendiri dan juga bahwa dia sendiri menghendaki makan
malam siang-siang yang ringan sehingga dengan demikian akan menyenangkan
semuanya. Tim dengan hangat sekali lagi mengucapkan terima kasih. Sambil mundarmandir dengan tidak pasti di sekitar hotel di jalan kecil yang menghubungkan
beberapa bungalo, di antaranya bungalo Dr. Graham, Miss Marple berusaha
merencanakan apa yang akan diperbuatnya kemudian.
Dia mempunyai banyak pikiran yang membingungkan dan saling bertentangan dalam
kepalanya. Sesuatu yang paling tidak disenanginya ialah mempunyai pikiranpikiran yang membingungkan dan saling bertentangan. Masalah seluruhnya ini mulai
muncul jelas sekali. Mayor Palgrave dengan kepandaiannya bercerita, cerita yang
sangat disayangkan mengapa sampai dikemukakan, oleh karena ceritanya itu tidak
bijaksana. Semuanya jelas didengarkan oleh orang-orang secara kebetulan dan
sebagai akibatnya yang wajar, adalah kematiannya dalam waktu dua puluh empat
jam. Tidak ada kesulitannya untuk mengerti mengenai itu, pikir Miss Marple.
Akan tetapi kemudian, dia terpaksa membenarkan tidak terdapat lain, selain
daripada kesulitan. Sekaligus semuanya menunjukkan ke arah yang berbeda-beda.
Dia mengakui, bahwa dia tidak mempercayai sepatah kata pun apa yang telah
dikatakan siapa saja kepadanya, bahwa tidak seorang pun yang dapat dipercayai.
Kebanyakan dari orang-orang dengan siapa dia mengadakan pembicaraan di sini,
mempunyai persamaan, yang sangat disayangkan sama dengan seseorang di St. Mary
Mead. Tapi dengan itu ke manakah dia akan dibawa"
Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pikirannya dipusatkan lebih banyak kepada si korban. Ada orang yang akan dibunuh
dan firasatnya bertambah kuat, bahwa seharusnya dia mengetahui dengan baik,
siapa orangnya itu. Ada sesuatu. Sesuatu yang telah didengarkannya. Atau apakah sesuatu yang pernah
diperhatikannya" Dilihatnya"
Ada sesuatu yang telah dikatakan oleh seseorang kepadanya, yang ada hubungannya
dengan soal ini. Joan Prescott telah mengatakan banyak hal mengenai banyak
orang. Skandal" Desas-desus" Apakah sebenarnya yang telah dikatakan oleh Joan
Prescott" Gregory Dyson atau Lucky... pikiran Miss Marple melayang-layang... ke Lucky.
Miss Marple yakin, berdasarkan kecurigaannya yang wajar, bahwa Lucky terlibat
secara aktif dalam kematian istri pertama Dyson. Segala sesuatunya mengarah ke
itu. Mungkinkah, bahwa korban berikutnya yang sudah ditakdirkan dan sangat
dicemaskannya itu, adalah Gregory Dyson" Siapa tahu, mungkin Lucky akan mencoba
keberuntungannya lagi dengan seorang suami baru. Bukan hanya karena menghendaki
kebebasan akan tetapi untuk mendapatkan warisan yang besar, yang akan
didapatkannya sebagai janda Gregory Dyson"
"Akan tetapi, sesungguhnya," kata Miss Marple kepada dirinya sendiri, "akan
tetapi ini hanya baru dugaan semata-mata. Saya menjadi tolol. Saya tahu bahwa
saya telah menjadi tolol dalam persoalan ini. Kenyataannya, persoalannya
seharusnya terang sekali, kalau saja ada orang yang dapat menghilangkan kotoran
yang menutupi pikirannya ini. Apa yang diketahui kebanyakan hanya sampah-sampah
keterangan, itulah sebabnya semuanya begitu membingungkan."
"Sedang berbicara kepada diri sendiri?" kata Tuan Rafiel.
Miss Marple meloncat karena kaget. Dia sama sekali tidak mengetahui
kedatangannya. Esther Walters membantunya. Dia datang pelan-pelan turun dari
bungalonya menuju ke teras.
"Saya benar-benar tidak mendengar Anda datang, Tuan Rafiel."
"Saya lihat bibir Anda bergerak-gerak. Bagaimana dengan keadaan yang kata Anda
mendesak?" "Keadaannya masih mendesak," kata Miss Marple, "akan tetapi saya tidak dapat
melihat apa yang seharusnya jelas sekali...."
"Saya senang kalau semuanya begitu mudah, tapi kalau Anda memerlukan bantuan,
saya siap untuk memberikannya kepada Anda."
Tuan Rafiel menoleh, untuk melihat kalau-kalau Jackson mendekatinya dari arah
jalan kecil. "Ah, itu dia Jackson. Kau ada di mana saja" Selalu tidak pernah ada, kalau saya
memerlukanmu." "Maafkan saya, Tuan Rafiel."
Dengan tangkas dia menyelipkan pundaknya di bawah lengan Tuan Rafiel. "Ke teras
di bawah, Tuan?" "Kau bisa membawa saya ke bar," kata Tuan Rafiel. "Baiklah Esther, kau sekarang
bisa pergi dan berganti pakaian dengan pakaian malammu. Setengah jam lagi temui
saya di teras." Dia dan Jackson pergi bersama-sama. Ny. Walters menjatuhkan dirinya di atas
kursi di dekat Miss Marple. Pelan-pelan dia menggosok lengannya.
"Dia tampaknya ringan sekali," kata Ny. Walters sambil mengawasinya, "akan
tetapi pada waktu ini, lengan saya rasanya kaku sekali. Siang hari tadi saya
sama sekali tidak melihat Anda, Miss Marple?"
"Saya menunggui Molly Kendal," kata Miss Marple menjelaskan, "dia kelihatannya
sudah lebih baik." "Kalau Anda menanyakan kepada saya, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang tidak
baik dengannya," kata Esther Walters.
Miss Marple mengangkat kelopak matanya. Suara Esther Walters kedengarannya
disengaja dibuat hambar. "Apakah yang Anda maksudkan... menurut perkiraan Anda bahwa itu adalah suatu
percobaan bunuh diri...."
"Saya tidak pernah mengira-ngirakan adanya usaha untuk bunuh diri," kata Esther,
"sedikit pun saya sama sekali tidak percaya, bahwa dia sungguh-sungguh telah
mengambil pil-pil itu dalam jumlah yang cukup banyak... dan saya kira Dr. Graham
pun mengetahui itu betul-betul."
"Sekarang Anda sangat menarik perhatian saya," kata Miss Marple. "Saya ingin
mengetahui, mengapa Anda sampai mengatakan demikian itu?"
"Oleh karena saya sangat yakin, bahwa begitulah kenyataan yang sebenarnya. Oo...
itu hal yang sering terjadi. Itu dapat merupakan suatu jalan, untuk mendapatkan
perhatian orang-orang terhadap dirinya," kata Esther meneruskan.
"Anda akan merasa kehilangan, kalau saya mati, begitukah?" mengulangi Miss
Marple. "Yah, seperti itulah," Ny Walters menyetujui, "walaupun saya tidak berpendapat
bahwa itulah alasannya dalam persoalan yang khusus ini. Itu adalah hal yang
serupa Anda rasakan, kalau suami Anda misalnya mempermainkan Anda, sedangkan
Anda sangat mencintai suami Anda."
"Apakah Anda berpendapat bahwa Molly Kendal tidak mencintai suaminya?"
"Lalu, bagaimanakah menurut pikiran Anda?" kata Esther.
Miss Marple mempertimbangkannya. "Saya menduga sedikit banyaknya begitu," kata
Miss Marple. Dia berhenti sebentar sebelum menambahkan "Mungkin juga keliru."
Esther Walters tersenyum masam.
"Ketahuilah oleh Anda, bahwa saya telah mendengarkan sedikit mengenai dia,
mengenai persoalan itu seluruhnya."
"Dari Miss Prescott?"
"Dari satu atau dua orang," kata Esther. "Ada seorang laki-laki yang terlibat
dalam soal ini. Seorang laki-laki yang sangat dicintainya, sedangkan pihak
keluarganya sangat menentangnya."
"Ya betul," kata Miss Marple. "Saya pernah mendengar itu."
"Tapi kemudian dia kawin dengan Tim. Mungkin dia senang kepada Tim menurut
caranya. Akan tetapi laki-laki lain itu tidak menyerah. Saya beberapa kali
bertanya kepada diri saya sendiri, tidak mungkinkah laki-laki itu mengikutinya
ke sini?" "Betul, akan tetapi... siapakah laki-laki itu?"
"Saya tidak tahu siapa dia," kata Esther, "dan saya pastikan bahwa mereka telah
berlaku hati-hati sekali, kalau memang kejadiannya demikian."
"Apakah Anda berpendapat bahwa Molly masih senang kepada laki-laki lain itu?"
Esther mengangkat bahunya. "Saya berani pastikan, bahwa laki-laki itu adalah
seorang yang jahat," dia berkata, "akan tetapi sering terjadi, justru manusia
yang semacam itu yang mengerti betul bagaimana caranya mempengaruhi perempuan
dan tetap bertahan di situ."
"Tidak pernahkah Anda mendengarkan, bagaimana macamnya laki-laki itu... apa
pekerjaannya... yah, sesuatu yang semacam itu?"
Esther menggelengkan kepalanya. "Tidak. Semua orang mencoba menebak, akan tetapi
kita tidak dapat berbuat begitu, dalam persoalan yang serupa ini. Laki-laki itu
mungkin seseorang yang sudah kawin. Mungkin itulah sebabnya, yang menyebabkan
pihak keluarganya tidak menyenanginya atau mungkin juga dia benar-benar seorang
penjahat. Mungkin juga dia seorang pemabuk. Mungkin dia pernah melanggar
hukum... saya betul-betul tidak mengetahuinya. Akan tetapi rupanya dia masih
mencintai orang itu. Itu saya ketahui dengan pasti."
"Apakah Anda tidak pernah melihat sesuatu atau mendengarkan sesuatu?" Miss
Marple masih mencoba mengorek keterangan.
"Saya mengetahui, apa yang saya katakan," kata Esther. Suaranya kedengaran kasar
dan tidak bersahabat. "Pembunuhan ini...." Miss Marple memulai.
"Apakah Anda tidak dapat melupakan pembunuhan itu?" kata Esther. "Anda telah
sangat mengacaukan Tuan Rafiel dalam persoalan itu. Tidak dapatkah Anda
mendiamkannya" Anda tidak dapat menemukan sesuatu lagi dalam soal itu. Dalam hal
ini saya yakin." Miss Marple melihat kepadanya.
"Anda pikir, bahwa Anda mengetahuinya, bukankah begitu?" Dia berkata.
"Ya, saya kira begitu. Dengan jujur saya yakin akan hal itu."
"Kalau begitu, bukankah sebaiknya, kalau Anda mengatakan, apa yang Anda
ketahui... dan berbuat sesuatu mengenai itu?"
"Mengapa saya harus begitu" Apa kebaikannya" Saya tidak dapat membuktikan
sesuatu. Lagipula apa yang akan terjadi" Pada zaman sekarang ini orang-orang
dengan mudah dapat membebaskan diri. Dan mereka menyebutnya kurang tanggung
jawab atau kurang lebih begitu. Beberapa tahun berada dalam penjara dan kemudian
bebas lagi, bebas merdeka."
"Andaikata, oleh karena Anda tidak mau mengatakan apa yang Anda ketahui, ada
orang lain yang akan dibunuh... sebagai korban berikutnya?"
Esther menggelengkan kepalanya dengan pasti. "Tidak, itu tidak akan terjadi,"
katanya. "Anda tidak bisa terlalu yakin mengenai hal itu," kata Miss Marple.
"Saya yakin. Lagipula saya tidak dapat melihat siapa..." Dia mengerutkan
dahinya. "Bagaimanapun..." katanya menyimpang, "mungkin ini... kurang tanggung
jawab. Mungkin orang itu tak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya...
memang tak bisa kalau kesehatan jiwanya terganggu. Oh... saya benar-benar tidak
tahu. Yang paling baik adalah jika Molly pergi saja dengan laki-laki itu, entah
siapa dia, dan kita semua dapat melupakan hal-hal yang telah terjadi."
Esther melirik ke arlojinya, kemudian memekik kecewa.
"Saya harus segera pergi dan ganti pakaian."
Miss Marple memperhatikannya dari belakang. Kata ganti, pikir Miss Marple,
memang selalu membingungkan. Dan perempuan seperti Esther pada khususnya
cenderung untuk menyebarkan itu secara semberono. Apakah Esther karena beberapa
alasan merasa yakin bahwa ada seorang perempuan yang bertanggung jawab atas
kematian Mayor Palgrave dan Victoria" Kedengarannya... yah, seperti itu. Miss
Marple terus mempertimbangkannya.
"Ah... Miss Marple, duduk-duduk di sini sendirian saja" Dan juga tidak merajut?"
Itu adalah Dr. Graham, yang selama ini dicari olehnya dan tidak berhasil. Saat
ini dia berada di sini, sudah siap atas kemauannya sendiri untuk duduk dan
mengobrol beberapa menit bersamanya. Dia pasti tidak akan tinggal lama. Karena
pikir Miss Marple, dia juga mempunyai kebiasaan untuk ganti pakaian, untuk makan
malam dan biasanya dia suka makan malam sore-sore. Dia menerangkan bahwa dia
duduk di samping tempat tidur Molly, pada siang hari tadi.
"Orang-orang hampir tidak percaya, bahwa dia akan sembuh kembali begitu
cepatnya," kata Miss Marple.
"Oh, ya?" kata Dr. Graham. "Itu sebenarnya tidak mengherankan, seperti yang Anda
ketahui, dosis yang diminumnya tidak terlalu besar."
"Oh, ya. Saya ingat, dia minum hampir setengah botol penuh dari tablet-tablet
itu." Dr. Graham tersenyum sabar.
"Tidak," dia berkata, "saya kira dia tidak mengambil jumlah yang sebegitu
banyaknya. Saya berani memastikan, bahwa pada mulanya dia bermaksud untuk
memakan semuanya, tapi pada saat terakhir dia membuang separuh dari jumlah itu.
Biasanya orang-orang yang mempunyai niat untuk membunuh diri, sesungguhnya tidak
mau berbuat itu sungguh-sungguh. Mereka selalu berusaha untuk tidak mengambil
secukupnya. Itu bukan suatu tipu muslihat, tapi sesuatu yang diperbuat di bawah
kesadaran dan itulah justru yang menyelamatkan mereka...."
"Atau, saya kira, itu mungkin saja disengaja. Saya maksudkan, dia menghendaki,
supaya tampak bahwa...." Miss Marple berhenti sebentar.
"Itu mungkin saja," kata Dr. Graham.
"Kalau dia dengan Tim cekcok, misalnya?"
"Seperti yang Anda ketahui, mereka tidak pernah ribut. Tampaknya mereka saling
mencintai. Meskipun begitu, mungkin saja mereka bertengkar sekali-sekali. Tapi
sekarang Molly sudah membaik. Sebetulnya dia sudah bisa bangun dan pergi ke
mana-mana seperti biasanya. Tetapi sebaiknya, dan lebih aman baginya, untuk
tetap di tempat tidur beberapa hari...."
Dr. Graham berdiri, menganggukkan kepalanya dengan gembira dan kemudian berjalan
ke arah hotel. Untuk beberapa saat lamanya Miss Marple masih duduk-duduk di
tempatnya. Ada berbagai-bagai persoalan yang sedang dipikirkannya... buku yang
berada di bawah kasur Molly... cara Molly dengan berpura-pura tidur...
Hal-hal yang telah dikatakan oleh Jean Prescott... dan kemudian oleh Esther
Walters.... Kemudian pikiran kembali kepada permulaan dari semuanya itu... kepada Mayor
Palgrave.... Ada sesuatu yang sedang bergolak dalam pikirannya... sesuatu yang bersangkutan
dengan Mayor Palgrave....
Ada sesuatu... asal saja dia dapat mengingatnya kembali....
23 HARI YANG TERAKHIR "MALAM dan pagi hari adalah hari yang terakhir," kata Miss Marple kepada dirinya
sendiri. Kemudian, dengan agak bingung sedikit, dia duduk tegak lagi di kursinya. Dia
merasa mengantuk. Sebetulnya itu adalah sulit untuk dipercaya, karena band masih
bermain dan biasanya siapa pun tidak bisa mengantuk selama band itu main.
Itu memperlihatkan, bahwa dia mulai terbiasa dengan tempat itu. Apakah yang
telah dikatakannya tadi" Kutipan yang salah diucapkannya. Hari terakhir" Hari
yang pertama. Boleh jadi itu bukan hari terakhir....
Dia duduk tegak lagi. Kenyataannya bahwa dia sangat lelah.
Semua kecemasan dan perasaan tidak berdaya, tidak bisa melakukan sesuatu.... Dia
ingat sekali dan dia merasa tidak senang dengan pandangan Molly yang aneh dan
licik, yang ditujukan kepadanya dari matanya yang setengah tertutup itu. Apakah
sebenarnya yang sedang dipikirkan gadis itu" Alangkah bedanya, pikir Miss
Marple, semuanya tampak pada mulanya. Tim Kendal dan Molly, kelihatannya seperti
pasangan muda yang begitu riangnya secara wajar. Begitu juga dengan keluarga
Hillingdon yang menyenangkan dan terpelajar. Itulah apa yang dinamakan orangorang baik.... Lalu Greg Dyson, yang mempunyai sifat gembira dan mementingkan
hal-hal lahiriah, bersama Lucky yang selalu gembira, dengan suaranya yang keras,
selalu banyak bicara, dia selalu senang dengan dirinya sendiri dan dunia....
Empat orang dapat bekerja sama dengan baik sekali. Lalu Canon Prescott, orang
yang ramah dan baik sekali. Joan Prescott yang lidahnya tajam itu adalah seorang
perempuan yang menyenangkan sekali. Perempuan-perempuan yang menyenangkan memang
suka gosip. Mereka semua mau mengetahui apa yang terjadi, ingin tahu kapan dua
tambah dua adalah empat, dan kalau mungkin menjadikan itu menjadi lima.
Perempuan-perempuan semacam mereka itu tidak membahayakan. Walaupun lidah mereka
selalu berkomat-kamit tapi mereka adalah orang-orang yang baik, kalau Anda dalam
kesusahan. Tuan Rafiel adalah seorang yang terkemuka. Seorang yang mempunyai
pendirian. Seorang yang bagaimanapun tidak akan Anda bisa lupakan. Akan tetapi
Miss Marple mengetahui sesuatu yang lain mengenai Tuan Rafiel.
Dokter-dokter sudah tidak sanggup lagi mempertahankan kesehatannya, itu apa yang telah dikatakannya kepadanya, walaupun Tuan
Rafiel mengatakan tidak percaya, akan tetapi kali ini dia berpikir bahwa mereka
lebih yakin lagi dalam pernyataan mereka. Tuan Rafiel mengetahui bahwa hariharinya sudah terbatas. Mengetahui nasibnya dengan pasti, apakah mungkin dia mengadakan suatu kegiatan
yang ingin untuk dia laksanakan"
Miss Marple mempertimbangkan pertanyaan itu.
Pikirnya, itu mungkin penting.
Apakah yang sebenarnya telah dia katakan. Suaranya agak terlalu keras sedikit,
seolah-olah terlalu yakin" Miss Marple pintar sekali untuk menangkap suara. Dia
sudah terlalu banyak mendengarkan dalam kehidupannya.
Tuan Rafiel mengatakan sesuatu yang tidak benar kepadanya.
Miss Marple melihat ke sekitarnya. Dirasakannya udara malam dengan bau bunga
yang semerbak harumnya, meja-meja dengan lampu-lampu kecil, perempuan-perempuan
dengan pakaian malamnya yang indah, dilihatnya Evelyn dalam warna kelabu
berbintik putih dan Lucky memakai baju ketat berwarna putih. Rambutnya terlihat
berwarna pirang berkilau-kilauan. Semua orang tampaknya gembira dan penuh
menghayati hidup malam ini.
Bahkan, dilihatnya. Tim Kendal pun tersenyum. Ketika dia menyilakan duduk di
mejanya dia berkata, "Rasanya tidak cukup terima kasih saya untuk apa yang telah Anda lakukan. Molly
praktis sekarang sudah sembuh kembali. Dokter berkata bahwa dia besok sudah
dapat bangun dari tempat tidur."
Miss Marple tersenyum kepadanya dan mengatakan bahwa itu adalah berita yang
baik. Dia merasakan bahwa dia menemui sedikit kesulitan untuk tertawa. Dia lelah
sekali dan sudah memutuskan untuk....
Miss Marple berdiri dan pelan-pelan kembali ke bungalonya. Dia merasa lebih
senang untuk dapat terus memikirkan, memecahkan, berusaha untuk mengingat,
mengumpulkan beraneka warna keterangan-keterangan dan perkataan-perkataan, juga
pandangan-pandangan yang sepintas lalu. Tapi dia tidak mungkin untuk mengerjakan
semua itu, karena pikirannya sudah lelah dan memberontak untuk istirahat.
"Tidurlah. Kau harus pergi tidur." Itulah yang ada di dalam benaknya.
Miss Marple membuka pakaiannya dan segera masuk ke tempat tidur. Mencoba untuk
membaca beberapa sajak Thomas A. Kempis dari buku yang dia simpan di tempat
tidur, kemudian dia mematikan lampu. Dalam kegelapan itu, dia memanjatkan doa.
Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Manusia tidak dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Kita selalu
memerlukan bantuan. "Tidak akan terjadi apa-apa malam ini." Dia berbicara pelan-pelan kepada dirinya
sendiri dengan penuh harap.
II Miss Marple terbangun tiba-tiba, lalu duduk di tempat tidur. Jantungnya terasa
berdebar-debar. Lampu kamar dihidupkannya dan melihat ke jam kecil yang berada
di samping tempat tidurnya. Pukul dua. Pukul dua pagi dan di luar ada kesibukan.
Miss Marple bangun, memakai hoskutnya, sandalnya dan syal dari wol untuk
menutupi kepalanya, lalu pergi ke luar untuk mengintai. Dilihatnya orang-orang
yang bergerak sambil membawa obor. Di antara orang-orang itu, dilihatnya Canon
Prescott. Dia segera menjumpainya dan bertanya,
"Apa yang telah terjadi?"
"Oh, Miss Marple..." Itu Ny. Kendal. Suaminya bangun dan menemukan dia telah
keluar dengan diam-diam dari tempat tidur. Kemudian dia pergi ke luar bungalo.
Kami sedang mencarinya."
Canon berjalan dengan tergesa-gesa, sedangkan Miss Marple berjalan pelan-pelan
di belakangnya. Ke mana Molly telah pergi" Karena apa" Apakah dia telah
merencanakan ini dengan sengaja" Apakah dia telah merencanakan untuk pergi
dengan diam-diam, secepat mungkin, setelah penjagaan terhadapnya dilonggarkan
dan suaminya sedang tidur nyenyak" Miss Marple berpikir bahwa semuanya ini
mungkin saja. Akan tetapi mengapa" Apa alasannya" Apakah seperti apa yang
diperkirakan dengan tegas oleh Esther Walters bahwa ada laki-laki lainnya" Kalau
betul begitu, siapakah orang itu" Atau... ada alasan lain yang lebih dahsyat"
Miss Marple berjalan terus. Dia mencoba untuk melihat di sekelilingnya dan di
semak-semak. Sekonyong-konyong dia mendengar suatu panggilan yang lemah,
"Di sini... di jalan ini...."
Teriakan itu datangnya dari jarak yang dekat sekali di luar pekarangan hotel.
Itu tentunya, pikir Miss Marple, dekat anak sungai yang mengalir ke bawah ke
laut. Secepat mungkin dia segera pergi ke jurusan itu.
Sesungguhnya orang yang mencari tidak sebanyak tampaknya semula, karena
kebanyakan dari orang-orang masih tidur di dalam bungalonya masing-masing. Dia
melihat ke suatu tempat di tepi anak sungai, di mana dilihatnya beberapa orang
sedang berdiri. Ada orang yang melaluinya sambil mendorongnya, sehingga hampir
dia jatuh karenanya. Orang yang melewatinya berlari ke jurusan itu. Orang itu
ternyata Tim Kendal. Beberapa menit kemudian, dia mendengar teriakannya.
"Molly! Ya Tuhan... Molly!"
Dalam beberapa menit Miss Marple sudah menggabungkan diri dengan kelompok kecil
itu. Kelompok itu terdiri daripada pelayan orang Kuba, Evelyn Hillingdon dan dua
dari gadis-gadis pribumi. Mereka memisahkan diri, untuk memberi jalan kepada
Tim. Miss Marple tiba, pada saat Tim membungkuk untuk melihat.
"Molly...." Pelan-pelan dia berlutut. Miss Marple melihat tubuh gadis itu dengan
jelas, tergeletak di sana, di anak sungai. Wajahnya berada di bawah permukaan
air, rambutnya yang keemasan tersebar di atas syal berenda berwarna hijau, yang
menutupi pundaknya. Ditambah dengan gemersik daun-daun dan gemercik aliran anak
sungai, adegan di atas itu tampaknya seperti sebuah fragmen dari cerita Hamlet,
dengan Molly sebagai Ophelia yang telah mati....
Tim mengulurkan tangannya mau menyentuh Molly, Miss Marple yang tenang dan
berpikiran sehat cepat bertindak dan bicara dengan tajam dan berwibawa.
"Jangan memindahkan dia, Tuan Kendal!" Dia berkata. "Dia tidak boleh
dipindahkan!" Tim menoleh kepadanya dengan wajah yang bingung.
"Akan tetapi... saya harus... ini adalah Molly. Saya harus...."
Evelyn Hillingdon menyentuh pundaknya.
"Dia sudah meninggal, Tim. Saya tidak memindahkan dia, tapi saya telah meraba
denyut nadinya." "Meninggal?" tanya Tim tidak percaya. "Meninggal" Anda maksudkan bahwa dia
telah... menenggelamkan dirinya sendiri?"
"Saya khawatir begitu. Tampaknya memang begitu."
"Tetapi, mengapa?" Tangis yang keras keluar dari orang muda itu. "Mengapa..."
Pagi ini ia begitu gembira. Dia membicarakan apa yang akan kami kerjakan besok
pagi. Mengapa keinginan mati yang mengerikan itu datang padanya" Mengapa dia
telah pergi dengan diam-diam... berlarian dengan cepat di tengah malam, pergi ke
sini lalu menenggelamkan dirinya sendiri" Apa sebenarnya yang membuat dia begitu
putus asa... apa yang dideritanya... mengapa dia tidak menceritakannya kepada
saya?" "Sayang saya tidak mengetahuinya," kata Evelyn dengan halus, "saya tidak
mengetahuinya...." Miss Marple berkata, "Sebaiknya ada orang yang memanggil Dr. Graham. Dan orang lainnya supaya
menelepon polisi." "Polisi?" Tim tertawa dengan pahit. "Apa gunanya mereka itu?"
"Dalam kasus bunuh diri ini, polisi harus segera diberi tahu," kata Miss Marple.
Pelan-pelan Tim berdiri. "Saya... saya akan memanggil Dr. Graham," katanya berat. "Mungkin... biarpun
sekarang... dia... dia bisa berbuat sesuatu."
Dia berjalan terhuyung-huyung ke jurusan hotel.
Evelyn Hillingdon dan Miss Marple berdiri berdampingan melihat ke bawah ke gadis
yang mati itu. Evelyn menggelengkan kepalanya. "Kita terlambat, dia sudah dingin sekali. Dia
mestinya sudah mati, paling tidak satu jam... malah mungkin lebih. Satu lelakon
yang menyedihkan, padahal kedua orang itu selalu gembira. Saya kira... karena
pikirannya tidak tenang."
"Tidak, saya tidak berpendapat, bahwa dia itu pikirannya kacau," kata Miss
Marple. Evelyn melihat kepadanya dengan heran. "Apakah yang Anda maksudkan?"
Awan menutupi bulan, akan tetapi sekarang bulan sudah keluar dari awan. Dia
menyinari dengan sinarnya yang berwarna keperakan dan berkilauan ke rambut Molly
yang tersebar.... Miss Marple sekonyong-konyong berseru. Lalu dia membungkuk, menatap tajam,
kemudian mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala yang berambut keemasan itu.
Lalu dia berbicara kepada Evelyn Hillingdon. Suaranya kedengarannya lain.
"Saya kira," dia berkata, "ada baiknya kalau kita meyakinkan diri kita sendiri."
Evelyn menatapnya keheranan.
"Tetapi, tadi Anda sendiri yang berkata kepada Tim bahwa kita jangan menyentuh
apa saja." "Saya tahu. Akan tetapi pada waktu itu bulan belum keluar. Ketika itu saya tidak
melihat...." Jarinya menunjukkan sesuatu. Kemudian dengan sangat lembut dia menyentuh rambut
yang pirang itu dan kemudian memisahkan rambut itu sedemikian rupa, sehingga
akarnya dapat dilihat....
Melihat itu, Evelyn mengeluarkan seruan yang tajam.
"Lucky!?" Beberapa saat kemudian dia mengulangi.
"Dia bukan Molly... tapi.... Lucky!"
Miss Marple menganggukkan kepalanya, "Rambut mereka warnanya hampir sama... akan
tetapi rambut Lucky, akarnya hitam, karena rambutnya memang dicat."
"Akan tetapi mengapa dia memakai syal Molly?"
"Dia mengagumi syal itu. Saya pernah mendengar dia akan mendapatkan syal seperti
itu. Nyatanya dia memang berbuat itu."
"Jadi... itulah sebabnya kita... tertipu...."
Evelyn menghentikan pembicaraannya, ketika dia melihat mata Miss Marple sedang
mengawasinya. "Harus ada orang yang pergi untuk memberitahukan kepada suaminya," kata Miss
Marple. Sunyi sesaat, kemudian Evelyn berkata,
"Baiklah, saya yang akan mengerjakannya."
Evelyn berputar dan segera pergi menerobos di antara pohon-pohon palm. Miss
Marple untuk sementara waktu diam tidak bergerak dan kemudian memutarkan
kepalanya pelan-pelan sambil berkata,
"Ya, Kolonel Hillingdon?"
Edward Hillingdon keluar dari antara pohon-pohon di belakangnya untuk kemudian
berdiri di sampingnya. "Anda tahu saya berada di sana?"
"Ya, karena ada bayangannya."
Mereka berdua untuk sementara waktu berdiri diam.
Lalu Hillingdon berkata seakan-akan kepada dirinya sendiri,
"Jadi, pada akhirnya, dia telah mempermainkan nasibnya sendiri agak terlalu
jauh...." "Saya kira, Anda senang dia mati?"
"Apakah itu mengejutkan Anda" Baiklah, saya tidak memungkirinya. Saya memang
senang dia mati." "Biasanya suatu kematian sering merupakan salah satu pemecahan dari suatu
persoalan." Edward Hillingdon pelan-pelan memutar kepalanya. Miss Marple memperhatikan
matanya dengan tenang dan tabah.
"Kalau Anda sampai berpikir bahwa...." Dia maju langsung ke arahnya.
Dalam suaranya, secara mendadak terdengar suatu ancaman.
Miss Marple berkata tenang,
"Sebentar lagi istri Anda akan datang bersama Tuan Dyson atau Tuan Kendal akan
tiba di sini dengan Dr. Graham."
Edward Hillingdon mengendurkan sikapnya. Dia menoleh ke belakang untuk melihat
ke bawah ke arah perempuan yang mati itu.
Miss Marple dengan diam-diam pergi. Langkahnya segera dipercepatnya.
Tepat sebelum ia sampai di bungalonya, dia berhenti. Di sinilah tempatnya, pada
hari itu, dia duduk-duduk dengan Mayor Palgrave untuk mengobrol. Di tempat
inilah ketika Mayor Palgrave meraba-raba dalam dompetnya... untuk mencari potret
si pembunuh.... Miss Marple ingat, bagaimana dia melihat ke atas... dan bagaimana wajahnya
menjadi pucat.... "Pada saat itu kelihatan begitu jeleknya" seperti apa yang
pernah dikatakan oleh Senora de Caspearo bahwa "dia mempunyai mata jahat."
Mata jahat... mata... ma... ta....
24 NEMESIS APA pun kegemparan-kegemparan dan hilir-mudiknya orang-orang pada malam itu,
Tuan Rafiel tidak mendengarkannya.
Dia sedang tertidur dengan nyenyaknya, di tempat tidurnya dan menghembuskan
dengkuran yang tidak begitu keras kedengarannya, pada saat pundaknya dipegang
dan digoyangkan keras sekali.
"Hei... apa setan... siapa kau?"
"Saya," kata Miss Marple. "Kalau saya tidak akan menyebutnya setan. Orang Yunani
punya nama khusus untuk Dewi Keadilan dan Pembalasan. Kalau tak salah mereka
menyebutnya Nemesis."
Tuan Rafiel bangun dari bantalnya dengan susah payah. Dia menatap Miss Marple
yang sedang berdiri di situ di bawah sinar bulan. Dilihatnya, kepalanya
dibungkus dalam syal yang terbuat dari wol dan berwarna merah muda. Tampaknya,
pikir Rafiel, bentuknya sama sekali tidak menyerupai Nemesis, bagaimanapun dia
mencoba mengkhayalkannya.
"Jadi, Anda adalah Nemesis-nya, bukan?" kata Tuan Rafiel sesudah berhenti
berbicara sebentar. "Saya harapkan demikian... tapi dengan bantuan Anda."
"Apakah Anda tidak berkeberatan untuk menceritakan kepada saya dengan jelas,
apakah alasannya Anda menyebut nama itu di tengah malam seperti ini?"
"Saya kira karena saya harus bertindak dengan cepat. Harus segera bertindak
dengan cepat sekali. Selama ini saya telah bertindak bodoh, bodoh sekali,
Seharusnya saya mengetahuinya dari permulaan, apa latar belakang semuanya ini.
Persoalannya ternyata begitu sederhana."
"Apa yang sederhana" Dan apa yang sebenarnya Anda maksudkan?"
"Anda telah tidur dengan nyenyak sekali," kata Miss Marple. "Sesosok tubuh telah
diketemukan. Pada mula pertama, kami kira itu adalah tubuh Molly Kendal, akan
tetapi ternyata bukan. Tubuh itu adalah tubuh Lucky Dyson. Dia tenggelam di
dalam anak sungai." "Hei, Lucky"!" kata Tuan Rafiel. "Dia tenggelam" Di dalam anak sungai" Apakah
dia telah menenggelamkan dirinya sendiri atau ada orang lain yang
menenggelamkannya?" "Ada orang lain yang menenggelamkannya," kata Miss Marple.
"Saya mengerti. Setidak-tidaknya saya kira, saya mengerti. Itulah apa yang Anda
katakan, bahwa semua itu adalah sederhana, bukankah begitu" Greg Dyson adalah
selalu merupakan kemungkinan yang pertama sebagai si pembunuh, dan ternyata
dialah orangnya. Apakah begitu" Apakah itu yang sedang Anda pikirkan" Dan apa
yang Anda takutkan sekarang ini, bahwa dia dengan itu akan melarikan diri?"
Miss Marple menghela napas dalam sekali.
"Tuan Rafiel... maukah Anda mempercayai saya" Kita berdua harus segera
menghalangi suatu pembunuhan yang akan segera dilakukan orang."
"Saya kira, Anda telah mengatakan bahwa itu sudah dilaksanakan...."
"Pembunuhan itu telah dikerjakan dalam kekeliruan. Pembunuhan yang berikutnya,
dapat terjadi setiap saat sekarang! Tidak ada waktu yang boleh dibuang. Kita
harus segera menghalanginya jangan sampai itu terjadi. Kita harus segera pergi."
"Memang mudah sekali untuk berbicara seperti itu," kata Tuan Rafiel. "Kata
Anda... kita" Apa yang Anda kira dapat saya perbuat mengenai itu" Berjalan pun
saya tidak dapat tanpa dibantu. Bagaimana Anda dan saya dapat bekerja sama
menghalangi terjadinya suatu pembunuhan" Anda sendiri hampir berumur seratus
tahun dan saya sendiri adalah seorang tua yang sudah tidak bertenaga."
"Yang saya pikirkan adalah Jackson," kata Miss Marple. "Jackson akan melakukan,
apa yang Anda katakan kepadanya, bukan?"
"Memang dia akan mengerjakannya," kata Tuan Rafiel, "khususnya kalau saya
bilang, bahwa saya akan memberikan hadiah kepadanya. Apakah itu yang Anda
kehendaki?" "Ya! Katakan kepadanya untuk pergi dengan saya dan katakan kepadanya untuk
tunduk kepada perintah-perintah apa saja yang akan saya berikan kepadanya."
Tuan Rafiel sebentar memperhatikan Miss Marple. Kemudian dia berkata,
"Setuju. Saya kira, bahwa saya telah mengambil sebuah risiko yang terbesar dalam
hidup saya. Tapi baiklah, walaupun ini untuk pertama kalinya."
Dia berteriak, "Jackson." Pada waktu yang bersamaan dia mengambil bel listrik
yang berada di dekat tangannya dan menekan tombolnya.
Belum ada tiga puluh detik berlalu, ketika Jackson muncul melalui pintu yang
menghubungkan kamar sebelah.
"Tuan membunyikan bel, Tuan memanggil saya" Apakah ada sesuatu yang tidak
beres?" Dia berhenti berbicara ketika melihat Miss Marple.
"Jackson, kerjakan apa yang akan saya katakan kepadamu. Kau pergilah dengan
nyonya ini, Miss Marple. Kau akan pergi ke mana dia akan membawamu, dan kau
harus mengerjakan semua yang dia katakan. Kau tunduk kepada setiap perintah yang
dia berikan kepadamu, mengerti?"
"Saya...." "Apakah kau mengerti"!"
"Ya, Tuan." "Dan untuk mengerjakan itu," kata Tuan Rafiel, "kau tidak akan merasa kecewa.
Saya akan menghargainya dengan setimpal."
"Terima kasih, Tuan."
"Marilah, Tuan Jackson," kata Miss Marple. Lalu dia berkata melalui pundaknya
kepada Tuan Rafiel. "Dalam perjalanan kami akan memberitahukan Ny. Walters,
supaya datang menemui Anda. Supaya dia dapat membantu Anda keluar dari tempat
tidur dan membawa Anda."
"Ke mana?" "Ke bungalo Kendal!" kata Miss Marple. "Saya kira, pada saat ini Molly sudah
kembali ke sana." II Molly sedang berjalan melalui jalan kecil dari arah laut. Matanya dipusatkan ke
depan. Sekali-kali dia mengeluh....
Dia menaiki tangga yang menuju ke halaman muka, kemudian berhenti sebentar,
membuka pintu dan lalu masuk ke dalam kamar tidurnya. Lampu kamar itu menyala,
tapi kamarnya sendiri kosong.
Molly langsung pergi ke tempat tidur dan kemudian duduk. Dia duduk seperti itu
untuk beberapa menit. Berulang-ulang tangannya meraba dahinya, sambil
mengerutkan keningnya. Kemudian, setelah dia melihat ke sekelilingnya dengan diam-diam, dia menyelipkan
tangannya ke bawah tempat tidur dan mengeluarkan buku yang telah
disembunyikannya di situ. Dia membungkuk di atas buku itu, sambil membalik-balik
halaman-halamannya, mencoba mencari halaman yang sedang dicarinya.
Kemudian dia mengangkat kepalanya, ketika didengarnya ada suara telapak kaki
Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang yang sedang berlari di luar. Dengan gerakan yang cepat dan merasa berdosa,
dia segera mendorong buku itu ke belakang punggungnya.
Tim Kendal dengan terengah-engah dan kehabisan napas, masuk ke dalam dan
mengeluarkan suatu keluhan lega, sesudah melihat Molly,
"Ya Tuhan, terima kasih. Dari mana saja, kau, Molly" Saya sudah mencoba mencari
kau di mana-mana." "Saya pergi ke sungai kecil."
"Kau pergi...." Dia berhenti berbicara.
"Ya, saya pergi ke sungai kecil. Akan tetapi, saya tidak dapat menunggu di sana.
Saya tidak bisa. Saya melihat di sana... di air ada orang... dan dia sudah
mati." "Kau maksudkan... tahukah kau, saya kira itu adalah kau. Saya baru saja
mengetahui, bahwa itu adalah Lucky."
"Saya tidak membunuh dia. Benar-benar, Tim, saya tidak membunuh dia. Saya yakin,
bahwa saya tidak mengerjakan itu. Yang saya maksudkan, pasti saya akan ingat,
kalau saya yang berbuat, bukankah begitu?"
Tim dengan pelan-pelan duduk di ujung tempat tidur.
"Kau tidak... apakah kau yakin, bahwa..." Tidak, tidak, sudah tentu bukan kau."
Lalu dia dengan jujur meneriakkan kata-kata itu. "Jangan, jangan kau mempunyai
pikiran seperti itu, Molly. Lucky telah menenggelamkan dirinya sendiri. Sudah
pasti dia telah menenggelamkan dirinya sendiri, karena Hillingdon sudah bosan
kepadanya. Lalu dia pergi dan berbaring dengan mukanya di dalam air...."
"Tidak, Lucky tidak pernah akan berbuat seperti itu. Dia tidak akan pernah
mengerjakan seperti itu. Akan tetapi saya tidak membunuh dia. Saya berani
bersumpah... bahwa saya tidak berbuat seperti itu."
"Sayang... sudah tentu kau tidak berbuat seperti itu." Dia merangkul Molly, akan
tetapi Molly menjauhkan diri.
"Saya membenci tempat ini. Mestinya tempat ini penuh dengan matahari. Tampaknya
memang seperti semuanya penuh dengan sinar matahari, akan tetapi kenyataannya
tidaklah demikian, sebaliknya tempat ini selalu ada dalam bayangan... bayangan
hitam yang luas... dan saya seolah-olah sedang berada di dalamnya... dan saya
tidak dapat keluar daripadanya...."
Suaranya meningkat menjadi teriakan histeris.
"Sudahlah.... Molly. Atas nama Tuhan, sudahlah...." Tim pergi ke kamar mandi dan
kembali membawa sebuah gelas.
"Lihat... minumlah ini. Ini akan membuat kau kuat lagi."
"Saya... saya tidak dapat minum apa-apa. Gigi saya begitu gemeretaknya."
"Tentu saja kau bisa, Sayang. Duduklah di sini, di tempat tidur."
Tim merangkul Molly. Dia mendekatkan gelas itu ke bibir Molly. "Nah...
minumlah." Terdengar suara dari Jendela.
"Jackson!" kata Miss Marple dengan jelas. "Pergi dan ambil gelas itu dari dia
dan pegang erat-erat! Hati-hati. Dia kuat dan mungkin akan nekad sekali."
Ada beberapa hal mengenai diri Jackson. Dia adalah seorang yang pernah mengalami
latihan militer, sehingga dia terlatih untuk menerima perintah-perintah. Dia
adalah seorang laki-laki yang mencintai uang dan uang itu telah dijanjikan oleh
majikannya kepadanya, majikannya yang mempunyai kedudukan tinggi dan kekuasaan.
Jackson juga mempunyai bentuk fisik yang luar biasa, yang dipertinggi dengan
latihan-latihan. Dia tidak biasa untuk bertanya mengapa, dia hanya biasa
bertindak. Cepat bagaikan halilintar, dia menyerbu ke dalam kamar. Tangannya bergerak
menyambar gelas yang sedang dipegang oleh Tim di muka bibir Molly, sedangkan
tangannya yang lain dengan keras menyergap Tim. Dengan mudah dia sudah berhasil
merebut gelas itu. Tim melihat kepadanya dengan buas, akan tetapi Jackson memegangnya kuat sekali.
"Apa yang kaulakukan ini... lepaskan saya! Lepaskan saya! Apa kau sudah gila.
Apa yang kaulakukan ini?"
Tim bergumul dengan keras berusaha melepaskan dirinya.
"Pegang dia, Jackson!" kata Miss Marple.
"Apa yang terjadi di sini" Ada apa?"
Dibantu oleh Esther Walters, Tuan Rafiel masuk ke dalam kamar.
"Anda menanyakan, apa yang terjadi"!" teriak Tim. "Pelayan Anda ini, sudah
menjadi gila, sudah menjadi gila sama sekali, itulah apa yang terjadi! Katakan
kepadanya untuk melepaskan saya."
"Tidak!" kata Miss Marple.
Tuan Rafiel menoleh kepadanya.
"Bicaralah, Nemesis," dia berkata. "Kami butuh penjelasan."
"Selama ini saya bodoh dan tolol," kata Miss Marple, "akan tetapi saya sekarang
bukan orang yang bodoh. Karena, kalau isi gelas itu, yang dia coba supaya
diminum istrinya, sudah diselidiki, maka saya berani bertaruh... ya, malahan
saya berani bertaruh dengan jiwa saya yang langgeng ini, bahwa Anda akan
menemukan di dalamnya suatu takaran obat narkotik yang akan membawa maut!
Polanya sama, seperti yang Anda ketahui, polanya sama seperti yang terdapat
dalam cerita Mayor Palgrave. Seorang istri ada dalam keadaan yang tertekan,
kemudian dia berusaha untuk membunuh diri, tapi suaminya menyelamatkannya pada
waktunya. Kemudian untuk kedua kalinya sang istri berhasil membunuh diri. Ya...
inilah model yang sebenarnya. Mayor Palgrave telah menceritakan cerita itu
kepada saya. Pada waktu itu dia mengeluarkan sebuah potret dan melihat ke atas
dan melihat sesuatu...."
"Dia melihat melalui atas pundak kanan Anda...." meneruskan Tuan Rafiel.
"Tidak," kata Miss Marple, menggelengkan kepalanya, "dia sebenarnya tidak
melihat apa-apa melalui pundak kanan saya!"
"Apa yang sedang Anda bicarakan ini" Tapi Anda sendiri mengatakan kepada saya
bahwa...." "Saya mengatakan sesuatu yang salah kepada Anda. Di situ saya sama sekali salah.
Saya betul-betul bodoh sekali. Bagi saya tampaknya Mayor Palgrave seperti
melihat sesuatu melalui atas pundak kanan saya, akan tetapi dalam kenyataannya
dia tidak akan dapat melihat sesuatu pun, oleh karena dia hanya dapat melihat
dengan mata kanannya sedangkan mata kirinya adalah mata gelasnya."
"Saya ingat... dia memang mempunyai mata dari gelas," kata Tuan Rafiel. "Saya
lupa... atau saya telah menerimanya sebagai suatu kenyataan. Jadi Anda maksudkan
bahwa dia benar-benar tidak dapat melihat apa-apa?"
"Sudah tentu dia dapat melihat," kata Miss Marple. "Tentu saja dia dapat
melihat, akan tetapi dia dapat melihat hanya dengan satu mata. Matanya yang
dapat dipergunakannya adalah mata kanannya. Dengan begitu Anda mengetahui, bahwa
dia telah melihat kepada sesuatu atau seseorang, tidak yang berada di sebelah
kanan saya, akan tetapi justru yang ada di sebelah kiri saya."
"Apakah ada orang di sebelah kiri Anda?"
"Ya!" kata Miss Marple. "Tim Kendal dengan istrinya duduk tidak jauh dari saya.
Mereka sedang duduk dekat meja, tidak jauh dari semak-semak kembang sepatu.
Ketika itu mereka sedang mengerjakan pembukuan. Jadi, seperti yang Anda ketahui,
Mayor telah melihat mereka. Matanya yang kiri dari gelas melihat melalui atas
pundak kanan saya akan tetapi apa yang dia lihat dengan mata lainnya adalah
orang-orang yang sedang duduk dekat semak-semak kembang sepatu. Wajah yang dia
lihat adalah sama, hanya agak tua, dibandingkan dengan wajah yang ada di
potretnya, yang juga ada di dekat semak-semak kembang sepatu.
"Rupanya Tim Kendal telah mendengarkan cerita yang dikatakan oleh Mayor dan dia
melihat bahwa Mayor berhasil mengenalinya kembali. Oleh karena itu, sudah tentu
dia harus membunuh Mayor. Dan kemudian dia harus membunuh gadis Victoria itu,
karena dia melihat Tim memasukkan botol tablet ke dalam kamar Mayor. Pada
mulanya dia tidak memikirkan tentang itu, oleh karena adalah wajar dalam
beberapa kesempatan bagi Tim Kendal masuk ke dalam bungalo para tamu. Mungkin
saja dia sedang mengembalikan sesuatu yang tertinggal di meja restoran. Akan
tetapi kemudian dia berpikir mengenai itu dan kemudian dia mengajukan beberapa
pertanyaan kepadanya. Oleh karena itulah Victoria juga harus dilenyapkan. Tetapi
inilah pembunuhan yang sebenarnya. Pembunuhan yang telah direncanakannya lama
sekali. Anda maklum, karena dia adalah seorang pembunuh istri."
"Semua itu omong kosong, apa yang...." Tim Kendal berteriak.
Ada tangisan mendadak. Tangisan yang liar dan marah, Esther Walters segera
memisahkan diri dari Tuan Rafiel, hampir-hampir melemparkan dia ke bawah dan
kemudian lari dengan cepat melintasi kamar. Dia menarik Jackson, tapi sia-sia.
"Lepaskan dia... lepaskan dia! Semua itu tidak benar. Tidak sepatah kata pun
yang benar. Tim.... Tim sayang, semua itu tidak benar. Kau tidak akan dapat
membunuh siapa pun. Saya tahu bahwa kau tidak dapat berbuat seperti itu, saya
tahu kau tidak akan mau berbuat seperti itu. Semua ini pasti adalah perbuatan
gadis yang mengerikan itu, gadis yang kaukawini. Dia pasti telah mengatakan
suatu kebohongan mengenai dirimu. Semua itu tidak benar. Sama sekali tidak ada
yang benar. Saya betul-betul percaya kepadamu. Saya cinta kepadamu dan betulbetul mempercayaimu. Saya tidak percaya... sepatah kata pun apa yang telah
dikatakan oleh orang-orang. Saya...." Kemudian Tim Kendal tidak dapat menguasai
dirinya lagi. "Demi Tuhan, kau perempuan jalang terkutuk," katanya, "tidak bisakah kau, tutup
mulut" Apakah kau menghendaki saya digantung" Diam! Saya katakan kepadamu, tutup
mulut! Tutup mulutmu yang besar dan jelek itu."
"Kasihan sekali, orang bodoh ini," kata Tuan Rafiel dengan halus, "jadi itulah
apa yang telah terjadi, bukankah begitu?"
25 MISS MARPLE MENGGUNAKAN DAYA KHAYALNYA
"JADI itulah yang terjadi?" kata Tuan Rafiel.
Dia dan Mias Marple sedang duduk bersama dalam suasana rahasia.
"Rupanya dia mempunyai hubungan cinta Tim Kendal, bukankah begitu?"
"Hampir merupakan suatu hubungan percintaan, saya kira," kata Miss Marple dengan
sopan. "Itu, saya kira merupakan suatu ikatan yang romantis dengan harapan di
kemudian hari akan diakhiri dengan perkawinan."
"Apakah... sesudah istrinya mati?"
"Saya kira, Esther Walters yang bernasib jelek itu tidak mengetahui, bahwa Molly
akan mati," kata Miss Marple. "Saya hanya berpendapat, bahwa dia telah
mempercayai cerita yang telah dikatakan oleh Tim Kendal kepadanya, mengenai
Molly yang jatuh cinta kepada orang lain dan bahwa orang itu telah mengikutinya
ke sini. Saya kira, dia tentu mengharapkan Tim akan bercerai. Saya tahu, bahwa
itu semuanya adalah sopan dan patut dihormati. Akan tetapi Esther sangat
mencintainya." "Baiklah, hal itu mudah sekali untuk dimengerti. Dia adalah seorang laki-laki
yang sangat menarik. Akan tetapi, apakah yang membuat Tim tertarik kepadanya..."
Apakah Anda mengetahuinya juga?"
"Anda tahu bukan?" kata Miss Marple.
"Saya memang tahu, tapi saya tak tahu bagaimana Anda bisa tahu, saya juga tidak
mengerti, bagaimana Tim Kendal bisa mengetahui tentang itu?"
"Baiklah, kalau begitu, saya rasa saya akan dapat menerangkan semuanya itu
dengan sedikit berkhayal, walaupun akan lebih sederhana, kalau Anda
mengatakannya kepada saya."
"Saya tidak akan mengatakannya kepada Anda," kata Tuan Rafiel. "Anda yang
memberitahukan kepada saya, karena Anda pintar sekali."
"Baiklah, bagi saya semua itu mungkin saja," kata Miss Marple. "Seperti yang
telah saya peringatkan kepada Anda, Jackson mempunyai kebiasaan untuk mengintip
dengan teliti surat-surat Anda yang bermacam-macam itu pada waktu-waktu yang
tertentu." "Itu semua mungkin sekali," kata Tuan Rafiel, "akan tetapi saya tidak mengatakan
bahwa ada sesuatu di situ yang akan menguntungkan dia. Mengenai itu, saya selalu
menjaganya." "Saya akan mengkhayalkan," kata Miss Marple, "Anda mengatakan kepada saya...
(seperti apa yang dikatakan oleh Humpty Dumpty... sangat keras dan terang) bahwa
Anda tidak akan meninggalkan apa-apa kepada Esther Walters dalam surat wasiat
Anda. Anda telah memasukkan kenyataan itu dalam ingatan Esther Walters dan juga
kepada Jackson. Saya mengkhayalkan bahwa yang benar itu hanya yang bersangkutan
dengan Jackson. Anda tidak akan meninggalkan sesuatu untuknya, akan tetapi tentu
Anda akan meninggalkan uang untuk Esther Walters, walaupun Anda sendiri tidak
akan menimbulkan persangkaan apa-apa pada dirinya mengenai kenyataan itu. Betul
atau tidak?" "Ya, memang itu betul sekali, akan tetapi saya tidak mengerti, bagaimana Anda
bisa mengetahui mengenai itu?"
"Saya mengetahuinya, dari cara Anda menyatakan dengan tegas sekali mengenai soal
itu," kata Miss Marple. "Saya mempunyai sedikit pengalaman, bagaimana caranya
orang berbohong." "Baiklah kalau begitu saya menyerah," kata Tuan Rafiel, "saya memang bermaksud
meninggalkan uang untuk Esther sebesar 50.000 poundsterling. Itu akan merupakan
suatu hal yang tidak disangka-sangka dan menyenangkan baginya, kalau saya
meninggal dunia. Saya kira, oleh karena dia mengetahui mengenai hal ini, Tim
Kendal telah mengambil keputusan untuk memusnahkan istrinya yang sekarang dengan
suatu obat dan kemudian mengawini Esther Walters bersama 50.000 poundsterlingnya. Dan mungkin kalau tiba saatnya nanti dia akan memusnahkannya juga. Akan
tetapi, bagaimana caranya dia sampai mengetahui, bahwa Esther akan memiliki
50.000 poundsterling?"
"Jackson-lah yang mengatakannya kepadanya, sudah tentu," kata Miss Marple.
"Mereka berdua adalah sahabat yang baik. Tim Kendal telah berbuat baik sekali
terhadap Jackson, tanpa sesuatu maksud sama sekali. Akan tetapi di antara
sedikit omong kosong yang dilepaskan oleh Jackson, saya kira, Jackson telah
mengatakan kepadanya, sesuatu yang Esther sendiri tidak mengetahuinya, bahwa dia
akan menerima warisan uang yang besar sekali. Mungkin juga dia mengatakan bahwa
dia mengharapkan untuk bisa membujuk Esther Walters supaya main dengan dia,
walaupun sejauh ini dia belum berhasil membuat Esther tertarik padanya. Yah...
saya kira, itulah apa yang telah terjadi."
"Semua hal-hal yang telah Anda khayalkan, tampaknya selalu masuk akal sekali,"
kata Tuan Rafiel. "Akan tetapi saya telah berbuat bodoh sekali," kata Miss Marple, "benar-benar
bodoh sekali. Seperti apa yang Anda ketahui, segala sesuatunya tampaknya sudah
cocok sekali. Tim Kendal adalah seorang yang pintar sekali, begitulah biasanya
seorang penjahat. Khususnya dia sangat pintar sekali dalam menyebarkan desasdesus. Setengah dan berita-berita yang dikatakan kepada saya, mulanya datangnya
dari dia. Ini menurut perkiraan saya. Ada cerita-cerita yang tersebar di
sekeliling tempat ini, bahwa Molly menghendaki untuk kawin dengan seorang anak
muda yang tidak baik. Akan tetapi dalam hal ini saya condong untuk mengatakan
bahwa anak muda yang dimaksudkan itu, sesungguhnya adalah Tim Kendal sendiri,
walaupun itu bukan nama yang dahulu dia pakai. Keluarganya mendengar sesuatu.
Mungkin karena latar belakangnya mencurigakan. Itulah sebabnya, dia
memperlihatkan sikap yang seperti orang yang tersinggung dan menolak Molly untuk
dibawa menemui keluarganya. Kemudian dia dan Molly menelorkan suatu rencana
kecil, yang menurut pendapat mereka berdua, merupakan suatu lelucon yang
menyenangkan. Molly telah berbuat seperti orang yang murung dan merana
disebabkan oleh dia. Kemudian muncul seorang Tim Kendal, disertai dengan
keterangan-keterangan dan berupa-rupa nama dari kenalan-kenalan lama orang tua
Molly. Dengan semua ini, mereka dengan senang hati telah menerima dia, sebagai
orang muda yang mereka harapkan untuk bisa menghilangkan penjahat yang dahulu,
dari pikiran Molly. Saya kira, mereka sering kali menertawakan perbuatan mereka
dahulu, bagaimana dia telah kawin dengan Molly dan kemudian dengan uang Molly
Tim membeli hotel ini dan menetap di sini. Saya kira dia telah menggunakan uang
Molly dengan jujur dan berhasil dengan baik sekali. Kemudian dia bertemu dengan
Esther Walters dan dia melihat satu harapan yang baik sekali untuk mendapatkan
uang yang lebih banyak lagi."
"Tapi mengapa dia tidak menyerang saya?" kata Tuan Rafiel.
Miss Marple batuk-batuk sedikit.
"Saya kira, karena ingin meyakinkan dahulu, mengenai Ny. Walters. Di samping
itu... yang saya maksudkan..." Miss Marple berhenti, agak bingung sedikit.
"Di samping itu, dia menginsyafi bahwa dia tidak akan menunggu terlalu lama,"
kata Tuan Rafiel, "dan terang lebih baik lagi bagi semuanya kalau saya mati
secara wajar. Soalnya saya kaya raya. Biasanya kematian para jutawan suka
diselidiki dengan hati-hati sekali, bukan" Sedangkan kematian para isteri
tidak." "Ya. Anda memang benar sekali. Begitu banyaknya omong kosong yang telah dia
lontarkan," kata Miss Marple. "Sekarang perhatikan kebohongan-kebohongan yang
telah dia usahakan supaya dipercayai oleh Molly... dengan sengaja menempatkan
sebuah buku mengenai penderita sakit jiwa, sehingga dapat ditemukan Molly. Dia
telah memberikan kepada Molly obat bius, yang akan menimbulkan kepadanya impianimpian dan khayalan-khayalan. Ketahuilah oleh Anda bahwa Jackson Anda itu, dalam
hal ini dia sangat ahli. Saya berpendapat bahwa dia dapat mengenali kembali
beberapa gejala yang terdapat pada Molly, sebagai hasil dari obat bius itu.
Karena itulah pada suatu hari dia datang ke bungalo Molly, untuk melakukan
penyelidikan di dalam kamar mandi. Dia memeriksa cream untuk wajah. Mungkin dia
mempunyai pikiran-pikiran dari cerita lama, mengenai dukun penyihir, yang
mengolesi dirinya dengan salep yang mengandung tanaman yang beracun. Obat itu
Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalau dicampurkan ke dalam cream untuk wajah akan mengakibatkan hasil yang
demikian itu. Molly sering menderita jatuh pingsan atau tidak sadarkan diri.
Sering kali dia tidak tahu apa yang telah diperbuatnya, seolah-olah sedang mimpi
dan melayang-layang di udara. Tidak mengherankan jika kemudian dia takut kepada
dirinya sendiri. Dia seolah-olah mempunyai semua gejala-gejala penderita sakit
jiwa. Jackson pada saat itu sudah berada di atas jalan yang tepat untuk
membongkar semua ini. Mungkin dia mempunyai pikiran itu dari cerita Mayor
Palgrave, mengenai penggunaan tanaman yang mengandung narkotik, yang sering
dipergunakan oleh perempuan-perempuan India dalam menguasai suami-suami tua
mereka." "Mayor Palgrave," kata Tuan Rafiel, "orang yang sangat keterlaluan."
"Dengan ceritanya, dia telah mengakibatkan pembunuhan atas dirinya sendiri,"
kata Miss Marple, "dan juga pembunuhan atas diri gadis yang bernasib jelek,
Victoria dan dia hampir-hampir menyebabkan pembunuhan atas diri Molly. Dia
benar-benar telah mengenali kembali seorang pembunuh."
"Apa yang menyebabkan Anda mendadak teringat kepada matanya yang dari gelas
itu?" tanya Tuan Rafiel dengan rasa ingin tahu.
"Sesuatu yang dikatakan oleh Senora de Caspearo. Dia mengatakan beberapa omong
kosong, bahwa Mayor adalah orang yang jelek sekali dan mempunyai mata yang
jahat; dan ketika itu saya mengatakan bahwa itu hanya sebuah mata dari gelas dan
mengatakan bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia berkata bahwa matanya suka
melihat ke arah yang berlainan, matanya juling... kenyataannya memang demikian.
Dia berkata lagi, bahwa itu membawa celaka. Saya tahu... bahwa saya telah
mendengar sesuatu yang sangat penting hari itu. Kemarin malam, sesudah kematian
Lucky, saya baru menemukan apa artinya sesuatu yang penting itu yang sebenarnya.
Kemudian saya menginsyafi, bahwa saya tidak boleh membuang waktu lagi...."
"Bagaimana kejadiannya sampai Tim Kendal membunuh perempuan yang salah?"
"Hanya kebetulan belaka. Saya kira rencananya adalah sebagai berikut: Setelah
dia berhasil meyakinkan semua orang... termasuk Molly sendiri... bahwa dia
menderita penyakit jiwa, dan sesudah memberikan kepadanya obat bius dalam jumlah
yang besar, dia lalu mengatakan kepadanya, bahwa mereka berdua akan memecahkan
rahasia pembunuhan itu. Akan tetapi Molly harus membantu Tim. Setelah semua
orang tidur, mereka akan pergi terpisah dan bertemu di suatu tempat yang telah
disetujui mereka, yaitu di dekat anak sungai. Dia berkata bahwa dia mengetahui
dengan baik siapa pembunuhnya dan mereka berdua akan menjebak pembunuh itu di
sana. Dengan patuh Molly pergi... akan tetapi dia kemudian bingung dan
kehilangan ingatan, disebabkan oleh obat yang diberikan Tim kepadanya dan ini
membuat perjalanannya menjadi lamban. Tim sampai di sana lebih dahulu dan
melihat seseorang yang dikiranya Molly. Rambut orang itu berwarna pirang dan dia
memakai syal Molly. Tim datang mendekati dari belakang orang yang disangkanya
Molly itu, dan dengan tangannya dia menutup mulutnya lalu Tim menenggelamkan
wajahnya ke air." "Bagus. Akan tetapi, bukankah lebih mudah untuk memberikan kepadanya obat
narkotik dalam dosis besar?"
"Sudah tentu itu akan lebih mudah baginya, akan tetapi itu akan menimbulkan
kecurigaan orang-orang. Ingatlah, bahwa semua obat narkotik dan obat penenang
dengan hati-hati telah dipindahkan dari jangkauan Molly. Kalau ternyata kemudian
dia bisa mendapatkan persediaan yang baru, maka dengan sendirinya kecurigaan
akan jatuh kepada suaminya dan bukannya orang lain, bukan" Akan tetapi dalam
kejadian ini, orang bisa menyangka bahwa Molly dalam keadaan putus asa, telah
pergi ke luar dan kemudian menenggelamkan dirinya sendiri, ketika suaminya yang
tidak berdosa itu tidur. Maka kemudian kejadian itu akan merupakan suatu drama
percintaan, dan tidak seorang pun yang mungkin mengemukakan bahwa dia itu dengan
sengaja telah ditenggelamkan orang. Di samping itu," Miss Marple menambahkan,
"para pembunuh itu biasanya tidak mau bertindak sederhana. Mereka tidak dapat
menahan diri, untuk melakukan yang rumit-rumit."
"Anda begitu yakin dan mengetahui apa yang harus diketahui mengenai pembunuhpembunuh. Jadi Anda percaya, bahwa Tim sama sekali tidak mengetahui, bahwa dia
sebenarnya telah membunuh perempuan yang salah?"
Miss Marple menganggukkan kepalanya.
"Ketika itu dia sama sekali tidak melihat wajah perempuan itu, dia hanya pergi
dengan selekas mungkin dari tempat pembunuhan dan kemudian menunggu sampai
berlalu satu jam. Setelah itu baru mulai mengatur untuk mencari dia, sambil
bersandiwara seperti seorang suami yang sedang berputus asa."
"Akan tetapi... apa maksud Lucky berada di sana, di sekitar sungai kecil itu
pada tengah malam?" Miss Marple memperdengarkan suatu batuk kecil sebagai tanda itu agak menyulitkan
pikirannya. "Mengenai itu mungkin... menurut pendapat saya, bahwa dia sedang... ah...
menunggu seseorang."
"Edward Hillingdon?"
"O... bukan," kata Miss Marple. "Itu semuanya sudah berakhir, ada kemungkinan
bahwa dia... sedang menunggu... Jackson."
"Jackson!?" "Saya telah memperhatikan Lucky... melihat kepadanya beberapa kali," kata Miss
Marple pelan-pelan, sambil menghindari pandangan Tuan Rafiel.
Tuan Rafiel bersiul. "Si kucing hutan saya.... Jackson. Saya sama sekali tidak menyangka! Mestinya
kemudian Tim menjadi sangat terkejut pada waktu dia mengetahui bahwa dia telah
membunuh perempuan yang salah."
"Ya, memang begitu. Dia tentunya merasa sangat putus asa. Di sini terdapat Molly
yang masih hidup dan sedang keluyuran ke mana-mana. Cerita yang telah dia
sebarkan dengan cermat mengenai keadaan jiwanya selama ini, tidak akan dapat
dipertahankan lagi sedikit pun, karena sekali Molly berada dalam tangan para
ahli jiwa yang pandai dan kalau Molly mengemukakan ceritanya yang terkutuk,
bahwa dia telah meminta kepada Molly untuk menjumpainya di sungai kecil, apa
artinya ini bagi Tim" Saat itu dia hanya mempunyai satu harapan... yaitu untuk
menghabisi jiwa Molly secepat mungkin. Setelah itu, kemudian, terdapatlah satu
kesempatan yang baik sekali. Semua orang akan percaya bahwa dalam keadaan
tekanan jiwa yang hebat, Molly telah menenggelamkan Lucky dan kemudian, karena
merasa ngeri dengan apa yang telah diperbuatnya, lalu dia membunuh diri."
"Jadi itulah sebabnya Anda pada waktu itu," kata Tuan Rafiel, "telah memutuskan
untuk bermain sebagai Dewi Keadilan dan Pembalasan, he," katanya.
Tuan Rafiel menyandarkan dirinya ke belakang dan kemudian dia berteriak disertai
tertawanya. "Ini benar-benar suatu lelucon yang baik sekali," katanya. "Kalau Anda
mengetahui, bagaimana rupa Anda pada malam itu, dengan syal dari wol menutupi
kepala Anda, berdiri di situ dan berkata bahwa Anda adalah Nemesis... si Dewi
Keadilan dan Pembalasan... saya benar-benar tidak akan melupakan itu."
KATA PENUTUP TELAH tiba saatnya Miss Marple menunggu pesawatnya di lapangan udara. Banyak
sekali orang yang datang untuk mengantarkan dia pergi. Keluarga Hillingdon sudah
berangkat lebih dahulu. Gregory Dyson terbang ke salah satu pulau lainnya dan
tersiarlah desas-desus, bahwa dia telah mengabdikan diri kepada seorang janda
Argentina. Senora de Caspearo sudah kembali ke Amerika Selatan.
Molly datang juga untuk mengantarkan Miss Marple. Dia tampaknya pucat dan kurus.
Akan tetapi dia tampaknya sudah dapat menguasai kejutan-kejutan dari apa yang
dihadapinya dengan tabah. Dengan bantuan salah satu orang yang diangkat Tuan
Rafiel, yang dia kawat dari Inggris, dia bermaksud untuk meneruskan memimpin
usaha hotelnya. "Adalah baik sekali bagi Anda untuk mendapatkan kesibukan," kata Tuan Rafiel
sambil memperhatikannya. "Itu akan menghindarkan Anda untuk memikirkan yang
sudah lalu. Anda pasti akan menemukan hal-hal yang baik di sini."
"Apakah Anda tidak mempunyai pendapat, bahwa dengan terjadinya pembunuhanpembunuhan itu...." "Orang malah menyenangi pembunuhan-pembunuhan, kalau persoalannya sudah
dipecahkan," kata Tuan Rafiel meyakinkannya. "Anda terus saja berusaha, Nyonya,
dan besarkanlah hati Anda. Jangan lalu tidak mempercayai semua laki-laki hanya
karena Anda pernah menemukan seorang yang jahat."
"Anda kedengarannya seperti Miss Marple," kata Molly, "dia selalu mengatakan
kepada saya, bahwa jodoh saya, pada suatu hari akan datang."
Tuan Rafiel menyeringai terhadap ucapan yang mengandung perasaan yang mendalam
itu. Jadi ketika itu ada Molly, kedua Prescott, Tuan Rafiel dan sudah tentu
Esther.... Esther yang tampaknya lebih tua dan kepadanya sering kali Tuan Rafiel
tanpa diduga-duga bersikap baik. Jackson juga berada di situ... berada di muka
sekali dan berbuat seakan-akan dia sedang mengamat-amati barang-barang Miss
Marple. Dia hari-hari ini berada dalam keadaan yang gembira karena dia telah
mendapatkan uang yang cukup banyak.
Terdengarlah dengungan di udara. Pesawatnya telah tiba. Keadaan di sini tidak
begitu menurut aturan. Di sini tidak terdengar seperti - "Ambil tempat Anda di
saluran 8 atau di saluran 9" - Anda hanya keluar dari pavilyun yang di
sekitarnya ditumbuhi oleh bunga-bunga dan berjalan menuju ke tangga pesawat.
"Selamat jalan, Miss Marple sayang," Molly mencium dia.
"Selamat jalan. Berusahalah untuk datang mengunjungi kami," kata Miss Prescott
berjabatan tangan dengan mesranya.
"Betul-betul menyenangkan untuk bisa berkenalan dengan Anda," kata Tuan Canon.
"Saya ikut memperkuat undangan saudara saya dengan hangat sekali."
"Semoga baik-baik saja, Madam," kata Jackson, "dan ingat setiap saat Anda
memerlukan tukang pijat tanpa membayar, Anda hanya tinggal menelepon saya dan
kemudian kita bisa membuat perjanjian."
Hanya Esther Walters yang memutarkan tubuhnya dengan pelan-pelan ketika saatnya
telah tiba untuk menyampaikan selamat jalan. Miss Marple tidak memaksakan
kepadanya untuk berbuat begitu. Akhirnya sampai kepada Tuan Rafiel. Dia memegang
tangannya. "Ave Caesar, nos morituri te salutamus," kata Tuan Rafiel.
"Saya khawatir," kata Miss Marple, "saya tidak begitu mengerti bahasa Latin."
"Tapi, apakah Anda mengerti itu?"
"Ya," kata Miss Marple tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Miss Marple mengerti
betul apa yang dikatakan oleh Tuan Rafiel.
"Sangat menyenangkan berkenalan dengan Anda," kata Miss Marple. Kemudian dia
menaiki tangga dan masuk ke dalam pesawat.
Scan & DJVU: k80 Konversi, Edit, Spell & Grammar Check: clickers
http://facebook.com/epub.lover
http://epublover.wordpress.com
(Pengeditan HANYA dengan metode pemeriksaan Spell & Grammar, bukan full-edited)
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 1 Si Tolol 2 Serigala-serigala Berbulu Domba Budha Pedang Penyamun Terbang 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama