Ceritasilat Novel Online

Time From Past 2

A Time From The Past Karya Melissa Darmawan Bagian 2


"Ayo kita turun disini!" ucap Shin Ho.
So Ra ikut turun dari dalam bus kota. Shin Ho berjalan dengan sedikit cepat dan membuat So Ra harus menyamakan langkah kakinya agar tidak tertinggal dari Shin Ho. Dengan cepat, So Ra mengejar Shin Ho.
"Shin Ho, kenapa kita buru-buru turun disini?" tanya So Ra.
"So Ra~ya, tadi ada pria jahil di belakang tubuhmu. Pria itu hendak menatik mantel yang kamu pakai. Terpaksa, kita turun di dekat sini," jawab Shin Ho.
"Shin Ho, aku kepikiran dengan Woo Jung," ucap So Ra.
"Hei, bukankah kamu tidak ingin memikirkannya lagi?" tanya Shin Ho.
"Niatnya begitu. Tapi, tiba-tiba saja aku ingat dengannya. Kira-kira, kenapa ya dia tidak datang ke jembatan sungai Han kemarin sore? Apakah dia menghubungimu?" tanya So Ra.
"Dia tidak menghubungiku sama sekali. Bisa tidak kamu melupakan dia sejenak?" tanya Shin Ho.
"Iya, iya! Aku akan melupakan dia sejenak," ucap So Ra.
"So Ra, bagaimana kalau kitam mapir ke rumah makan milik keluarga Eun Woo? Aku dengar, lokasinya di dekat tempat kita berdiri sekarang," tanya Shin Ho.
"Boleh saja! Aku sudah lapar," ucap So Ra.
Shin Ho mencoba untuk mengingat-ingat apa nama rumah makan milik keluarga Eun Woo. Setelah dia berhasil untuk mengingat nama rumah makannya, Shin Ho mulai mencarinya.
"Shin Ho, itu dia!" ucap So Ra sambil menunjuk ke arah sebuah rumah makan yang terlihat ramai.
"Iya," jawab Shin Ho.
Shin Ho dan So Ra memasuk sebuah rumah makan yang tampak ramai. Seorang gadis mempersilahkan mereka untuk masuk dan menempati tempat duduk yang masih kosong.
"Ini daftar menunya," ucap gadis itu.
"Wajahmu mirip sekali dengan wajah kakakmu," ucap So Ra.
"Kakak? Apakah eonni adalah teman dari Eun Woo oppa?" tanya gadis itu.
"Ya. Kami berdua adalah teman dekat mereka," jawab Shin Ho.
Tak lama setelah gadis itu mencatat pesanan So Ra dan Shin Ho, muncul sosok Eun Woo yang baru saja keluar dari dalam dapur. Eun Woo berjalan dengan memakai apron hitam dan membawa sebuah nampan kayu yang berisi teko kecil dan dua gelas kaca kosong.
"Silahkan," ucap Eun Woo kepada Shin Ho dan So Ra.
"Hei, bergabunglah bersama dengan kami!" ucap Shin Ho.
"Tidak. Aku harus mengantarkan minuman kepada pelanggan yang nanti datang," ucap Eun Woo.
"Jung Eun Woo!" teriak ibu Eun Woo dari dalam dapur.
"Ya eomma!" sahut Eun Woo.
"Eun Woo, semangat ya!" ucap So Ra.
"Selamat menikmati!" ucap Eun Woo.
Shin Ho dan So Ra minum teh hangat yang mereka tuang sendiri dari dalam teko. Sementara itu, Eun Woo harus kembali ke dalam dapur untuk membantu ibu dan kakaknya. Begitu juga dengan Eun Ha, adik Eun Woo yang terus melayani pelanggan.
*** Angin berhembus kencang. Yu Na berjalan menelusuri sepanjang jalan di depan rumah sakit tempat kedua orang tuanya bekerja. Malam natal seperti ini kedua orang tuanya masih bekerja. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga beberapa orang pasien, termasuk Woo Jung salah satunya.
Yu Na melawan angin kencang sendirian. Yu Na hendak menelepon So Ra untuk memintanya datang, tetapi Yu Na tidak bisa. Kalau ia menelepon So Ra menggunakan ponselnya, semua kebohongan ini akan langsung terbongkar. Yu Na belum ingin membongkar semuanya sekarang. Yu Na masih ingin mendekatkan So Ra dengan Woo Jung. Seperti apa yang sudah dikatakan oleh ibu Woo Jung, Yu Na diminta untuk menjaga Woo Jung dan mencarikan teman dekat untuk Woo Jung.
Sebenarnya, bisa saja Yu Na yang menjadi teman tersekat Woo Jung dan membuat kedua orang tua Woo Jung senang. Tapi, Yu Na tahu kalau So Ra menyukai Woo Jung. Yu Na tidak ingin menjadi pesaing dari So Ra.
Yu Na pergi ke tempat karaoke sendirian. Yu Na menyewa satu ruang karaoke untuk dirinya sendiri. Yu Na memilih lagu sesuka hatinya. Yu Na langsung menyanyikan setiap lagu yang ia ingin nyanyikan.
Yu Na merasa frustasi. Hanya dengan cara ini dia bisa melupakan rasa frustasinya. Bernyanyi sudah merupakan hobi utamanya dan dengan cara ini dia bisa melupakan rasa frustasinya.
Yu Na bukannya merasa senang telah ditawarkan bantuan biaya untuk kuliah di Juilliard bersama dengan Woo Jung. Tapi, ini adalah pilihan yang sulit baginya. Yu Na ingin menerima tawaran itu, tetapi hati kecil Yu Na belum sepenuhnya menyetujuinya. Apa kata teman-temannya nanti? Yang ada, So Ra akan marah padanya karena bisa pergi kuliah bersama dengan Woo Jung di universitas yang sama.
"Lepaskan!" teriak Yu Na.
"Yu Na! Sejak kapan kamu berniat untuk minum soju? Umurmu baru 18 tahun!" tegur kakak laki-laki Yu Na.
"Oppa, bagaimana oppa tahu aku ada di sini?" tanya Yu Na.
"Hei, aku punya kenalan yang bekerja paruh waktu di tempat ini! Dia yang mengabariku. Kamu gila ya? Memesan satu ruangan sendirian dan ingin mencicipi soju? Aku saja yang berusia 19 tahun tidak sepertimu," ucap Kim Ro Hyun, kakak Yu Na.
Yu Na menarik gelas kaca yang dipegang oleh kakaknya. Yu Na tidak berhasil merebut gelas itu dan kembali menurunkan tangannya. Kakaknya langsung menarik lengan Yu Na dan membawanya keluar dari ruang karaoke itu.
"Ayo kita pulang! Aku tahu kalau kamu sedang merasa kesal karena eomma dan appa belum pulang kan? Lagi-lagi mereka bejerja di malam natal. Tapi, bukan begini caranya!" ucap Ro Hyun.
"Oppa!" tegur Yu Na dengan kesal.
"Ayo kita pulang! Noona sudah menunggu di rumah," ucap Ro Hyun.
"Aku malas bertemu dengan Na Ri Eonni! Huh, biasanya dia membawa pacarnya ke rumah kita," ucap Yu Na.
"Jadi, kamu mau pergi kemana sekarang?" tanya Ro Hyun.
"Antarkan aku ke rumah makan Jung," ucap Yu Na.
"Rumah makan Jung yang terkenal itu? Baiklah," jawab Ro Hyun.
Yu Na dan kakak laki-lakinya pergi ke rumah makan milik keluarga Eun Woo dengan sepeda motor yang biasa dikendarai oleh kakak laki-laki Yu Na. Yu Na ingin bertemu dengan Eun Woo.
*** "So Ra, coba kamu cicipi jajangmyun ini!" ucap Shin Ho.
"Apakah rasanya sangat enak?" tanya So Ra.
"Tentu saja!" ucap Shin Ho.
So Ra mengambil beberapa helai jajangmyun menggunakan sumpit yang tadi dia pakai. So Ra mencicipi jajangmyun itu dan merasa bahwa jajangmyun yang ada di dalam mulutnya terasa sangat enak. So Ra mengakui kalau jajangmyun buatan Eun Woo sangat enak.
"Benar katamu! Ini benar-benar enak," ucap So Ra.
"Aku tidak salah kan? Ayo tambah lagi makannya!" ajak Shin Ho.
"Selamat datang!" ucap Eun Ha kepada pelanggan yang baru datang.
"Kim Yu Na?" tanya So Ra begitu ia meliha sosok Yu Na yang sedang berjalan memasuki rumah makan Jung bersama dengan kakak laki-lakinya.
"Eun Ha, dimana kakakmu?" tanya Yu Na.
"Oppa!" teriak Eun Ha dari depan dapur.
Eun Woo berjalan keluar dari dalam dapur. Eun Woo membawa sebuah nampan berisi teko kecil dan dua gelas kaca bersih. Eun Woo langsung menyuguhkan teko itu kepada Yu Na dan kakaknya.
"Silahkan," ucap Eun Woo dengan gugup.
"Eun Woo, temani aku malam ini!" ucap Yu Na.
"Wae?" tanya Eun Woo.
"Aku ingin bersamamu," ucap Yu Na secara spontan.
"Wae?" tanya Eun Woo dengan gugup.
"Saranghae," ucap Yu Na.
"Hei, apakah kamu sedang mabuk? Apakah kamu mencoba untuk mencicipi soju?" tanya Eun Woo.
"Tampar aku saja!" ucap Yu Na.
"Hei, maafkan adiku ya!" ucap Ro Hyun.
"Tidak apa-apa hyung," jawab Eun Woo.
Eun Woo duduk di samping Shin Ho yang sedang asik makan jajangmyun bersama dengan So Ra. Di smaping kanan Eun Woo, Yu Na duduk berhadapan dengan kakak laki-lakinya. Eun Woo menggerakkan tangan kanannya secara perlahan. Eun Woo juga menyukai Yu Na, tetapi belum pernah sekalipun ia menunjukan rasa sukanya.
"Hei, Yu Na! Aku mencoba untuk menghubungi ponselmu, tetapi ponselmu tidak aktif," ucap So Ra.
"Ponselku?" tanya So Ra.
"Bukannya ponselmu menyala?" tanya Ro Hyun kepada Yu Na.
"Ah itu...." ucap Yu Na dengan gugup.
"Sebenarnya, ada apa ini?" tanya Shin Ho tidak mengerti.
"Yu Na, aku juga mencintaimu," ucap Eun Woo demi mengalihkan pembicaraan yang mulai tidak enak itu.
"Terima kasih sudah mencintaiku juga," ucap Yu Na.
So Ra merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam diri Yu Na. Entah apa itu, tetapi So Ra tidak ingin memperpanjang masalah. Ya, mungkin saja memang benar kalau ponsel Yu Na sedang tidak aktif.
Libur akhir tahun hanya berlangsung satu setengah minggu. Sekarang, So Ra kembali masuk sekolah. Seperti biasanya, So Ra bersepeda untuk pergi ke sekolah dan tidak lupa, neneknya membawakan doshirak untuknya.
"Yu Na, apakah Woo Jung sudah datang?" tanya So Ra penasaran.
"Woo Jung? Kamu belum tahu ya?" tanya So Ra.
"Tahu tentang hal apa?" tanya So Ra bingung.
"Woo Jung belum pulang dari rumah sakit," jawab Yu Na.
"Hah? Rumah sakit? Memangnya dia sakit apa?" tanya So Ra.
"Dia mengalami sebuah kecelakaan. Kalau tidak salah, dua hari sebelum hari natal. Kedua orang tuaku yang merawatnya," jawab Yu Na.
"Jinjja?" tanya So Ra dengan terkejut.
"Benar. Memangnya kamu belum tahu ya? Dia baru saja sadar dari komanya dua hari yang lalu," ucap Yu Na.
"So Ra langsung berdiri dari tempat duduknya. So Ra memakai kembali tas punggungnya dan memegang kantung yang berisi doshirak. So Ra berjalan dengan cepat untuk pergi meninggalkan ruang kelas. So Ra ingin pergi ke rumah sakit tempat Woo Jung dirawat.
"So Ra!" tegur Woo Jung untuk menghentikan langkah kedua kaki So Ra.
"Apa?" tanya So Ra.
"Hei, sekolah dulu! Kamu kan bisa datang nanti malam," ucap Shin Ho.
"Tidak bisa!" ucap So Ra.
"Sudah! Kamu jangan nakal!" ucap Shin Ho.
"Hei Kim Yu Na! Kenapa kamu tidak menceritakan tentang Woo Jung kepada kami?" tanya Eun Woo.
"Kenapa kamu diam saja?" tanya So Ra.
"Mianhae. Jeongmal mianhae," ucap Yu Na.
"Woo Jung adalah teman kita. Bagaimana bisa kami tidak tahu kabar tentang dia?" tanya Eun Woo.
"Mianhae," ucap Yu Na.
"Oke, aku sudah memaafkanmu. Lain kali, beri tahu kami!" ucap Eun Woo.
"Pacarku, kenapa kamu marah-marah padaku? Ini kan hanya kesalahan kecil. Aku benar-benar lupa," ucap Yu Na.
"Apa sih yang ada di dalam pikiranmu?" tanya Eun Woo.
"Sudah-sudah!" tegur Shin Ho.
Guru Song memasuki ruang kelas. Guru Song berdiri di depan kelas sambil meletakan buku pelajaran miliknya. Jung Eun Woo memberi aba-aba kepada seisi kelas untuk memberikan ucapan salam kepada guru Song.
"Annyeonghaseyo," ucap semua murid secara serentak.
*** So Ra mengendarai sepeda kesayangannya di atas jalanan bersalju. So Ra langsung pergi ke rumah sakit tempat Woo Jung dirawat. Di belakangnya, Shin Ho mengikuti kemana So Ra pergi tanpa meminta persetujuan dari So Ra. Shin Ho hanya ingin memastikan apakah So Ra baik-baik saja.
"Hei, kenapa kamu membuntutiku?" tanya So Ra yang sedang mengunci sepedanya.
"Woo Jung juga temanku. Apa yang salah dengan ikut menjenguk teman sendiri?" tanya Shin Ho.
So Ra dan Shin Ho pergi menuju ke lantai lima menggunakan lift. Setelah itu, mereka diarahkan oleh seorang perawat menuju ke ruang 505, tempat Woo Jung berbaring saat ini.
"Permisi," ucap seorang perawat kepada Woo Jung.
"Ada apa?" tanya Woo Jung.
"Tuan Shin, ada dua orang tamu yang ingin bertemu denganmu," ucap perawat itu.
"Siapa mereka? Bawa mereka masuk," ucap Woo Jung.
Perawat itu memepersilahkan So Ra dan Shin Ho untuk masuk ke dalam kamar nomor 505. Woo Jung duduk di atas kasur sambil memandang kedua temannya itu.
"Woo Jung, kami datang!" ucap So Ra.
"Halo," ucap Shin Ho.
Woo Jung tersenyum manis beberapa detik. Senyuman manisnya itu membuat hati So Ra meleleh. So Ra tampak sangat bahagia bisa melihat Woo Jung tersenyum di hadapannya.
"Woo Jung, bagaimana dengan kondisi kakimu?" tanya So Ra sambil menekan kaki Woo Jung yang sedang diperban.
"Aw! Sakit!" teriak Woo Jung.
"Oops! Mian," ucap So Ra.
"Bagaimana konsidimu?" tanya Shin Ho.
"Sudah membaik," jawab Woo Jung.
"Woo Jung," sapa Yu Na yang baru saja memasuki kamar nomor 505 bersama dengan Eun Woo.
"Yu Na, untuk apa kamu datang lagi?" tanya Woo Jung.
"Memangnya aku tidak boleh? Oiya, aku lupa memberitahumu. Aku dan Eun Woo sudah berpacaran sejak malam natal kemarin," ucap Yu Na.
"Oh ya? Chukkae!" ucap Shin Ho.
"Woo Jung, aku pikir kamu jahat sudah melupakan janjimu untuk bertemu di atas jembatan sungai Han. Ternyata, kamu ada di dalam rumah sakit. Aku tidak menyangka," ucap So Ra.
"Apakah kamu sudah menungguku?" tanya Woo Jung.
"Dia menunggumu sampai biibirnya hampir membeku. Dan pada malam harinya, So Ra demam. Kalau saja kamu mau memberikan nomor ponselmu kepadanya, semuanya menjadi lebih jelas," ucap Shin Ho.
"So Ra, mianhae," ucap Woo Jung.
"Hei, kamu tidak bersalah! Kamu sedang sakit. Tidak mungkin aku menyalahkan orang sakit, bukan?" ucap So Ra.
"Tetap saja. Ini semua salahku. Kalau saja aku tidak memberi ajakan waktu itu. Kalau saja aku tidak mengecewakanmu waktu itu. Ah, kecelakaan yang menimpaku terjadi karena aku terburu-buru untuk pergi ke jembatan sungai Han. Sekarang, kalau kamu ingin membenciku, silahkan!" ucap Woo Jung.
"Bagaimana bisa aku membencimu kalau aku mencintaimu?" tanya So Ra.
"So Ra~ya, aku juga mencintaimu. Tetapi, aku ras aku tidak pantas untukmu. Aku adalah teman yang jahat. Aku sudah bertindak keterlaluan. Bahkan, sampai detik ini, aku masih membohongimu," ucap Woo Jung.
"Kamu membohongiku? Bohong atas hal apa?" tanya So Ra.
"Maaf karena aku tidak memberikan nomor ponselku kepadamu selama ini. Sebenarnya...." Ucap Woo Jung.
"So Ra, maafkan aku juga," ucap Yu Na.
"Hei, ada masalah apa ini? Aku sama sekali tidak mengerti!" ucap So Ra.
"Selama ini, nomor ponsel yang kamu anggap sebagai nomor ponsel milik Yu Na adalah nomor ponselku," ucap Woo Jung.
"Ya, itu benar!" ucap Yu Na.
"Apa? Aku tidak mengerti," ucap So Ra.
"Maaf telah membohongimu selama hampir dua bulan ini. Aku memberikan nomor ponsel Woo Jung kepadamu karena aku ingin mendekatkan kalian berdua. Aku tidak tahu kalau ujunnya akan seperti ini," ucap Yu Na sambil meneteskan sedikit air mata dan meras amenyesal.
"Selama ini, aku membalas semua pesan yang kamu tujukan untuk Yu Na dan aku berpura-pura menjadi Yu Na agar aku bisa mengobol denganmu. Aku tahu kebiasaanmu, aku tahu kamu sedang apa, dan sebagainya. Aku sengaja tidak mengaku kalau kamu salah menyimpan nomor ponselku karena jika saat itu aku langsung mengakuinya, aku tidak bisa berkomunikasi denganmu seperti yang selama ini kita lakukan. Aku kesepian di rumah. Aku butuh teman bicara. Aku berterima kasih kepada Yu Na yang sudah mendekatkanku denganmu," ucap Woo Jung.
"Maaf, aku tidak paham. Kita lanjutkan nanti saja pembicaraan ini," ucap So Ra.
So Ra berlari meninggalkan kamar tempat Woo Jung dirawat. So Ra langsung menekan tombol lift dan menunggu hingga pintu lift terbuka. So Ra ingin segera meninggalkan gedung rumah sakit ini.
Dari dalam kamar tempat Woo Jung dirawat, Shin Ho melihat jas hitam milik So Ra yang tertinggal di atas kaur Woo Jung. Shin Ho meraih jas hitam bertulisan nama Lee So Ra dan berlari mengejar So Ra. Shin Ho ikut masuk ke dalam lift yang sama dengan lift yang ditumpangi oleh So Ra. Shin Ho tidak ingin tertinggal.
"So Ra, pakai ini!" ucap Shin Ho sambil menyodorkan jas hitam milik So Ra.
"Shin Ho, sebaiknya kamu pergi saja!" ucap So Ra.
"Kenapa?" tanya Shin Ho.
"Aku benar-benar ingin sendirian. Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun tentnag semua kebohongan ini." Ucap So Ra.
"Hei, aku kan tidak terlibat salam masalah itu. Untuk apa kamu menghindariku juga?" tanya Shin Ho.
"Aku tidak peduli!" ucap So Ra.
"Apakah kamu sudah lupa?" tanya Shin Ho.
"Lupa dengan apa?" tanya So Ra.
"Hari ini tanggal 2 Januari 2007. Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 19," ucap Shin Ho.
"Lalu? Apakah kamu mengharapkan sesuatu dariku?" tanya So Ra.
"So Ra~ya, waktu kita masih kecil, kamu pernah berjanji untuk memberikanku hadiah sebuah cincin pada hari ulang tahunku yang ke 19. Aigoo, kenapa kamu dengan mudah melupakan hal itu? Aku sudah menunggu-nunggu sampai hari itu tiba," ucap Shin Ho.
"Itu hanyalah omongan seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun yang tidak tahu apa-apa. Sekarang kita sudah sama-sama beranjak dewasa. Aku menyukai Woo Jung dan kamu sudah tahu. Jadi, lupakan saja janji itu. Oke?" tanya So Ra.
Hujan mengguyur kota Seoul. So Ra berlari meninggalkan Shin Ho tnapa memakai sebuah payung. So Ra berlari karena So Ra tidak ingin terlihat lemah di hadapan Shin Ho.
So Ra menangis. Air matanya mengalir dengan deras, sederas bagaimana hujan mengguyur sepanjang jalanan di kota Seoul malam ini. Kalau saja So Ra tidak mencintai Woo Jung dan tetap teguh pada cinta pertamanya, sudah pasti So Ra akan membeli cincin untuk Shin Ho.
Kamus Jinjja = benarkah? Mian = istilah pendek dari kata mianhae (sorry)
Januari 2008 Satu tahun telah berlalu sejak pengakuan dari kedua orang sahabat itu. Kini, semua sudah berubah. So Ra tidak banyak bicara dengan Yu Na selama satu tahun belakangan. Mereka tidak lagi bergosip mengenai idola mereka dan group idola mereka. Mereka hanya berbicara untuk urusan pelajaran seperti tugas kelompok atau pinjam meminjam peralatan sekolah.
Woo Jung sudah terlepas dari kursi roda yang sempat dia pakai selama dua bulan pertama sejak keluar dari rumah sakit. Namun, tetap saja Woo Jung harus membuang semua impiannya untuk menjadi seorang idol yang selama ini dia inginkan. Woo Jung sudah mencari tujuan lain dan kini, Woo Jung sudah mantap dengan pilihannya. Woo Jung ingin mengambil jurusan broadcasting di Universitas Columbia, New york. Woo Jung ingin menjadi seorang penyiar.
"So Ra, bisa kita bicara sebentar?" tanya Yu Na yang bertemu dengan So Ra di lorong kelas 3.
"Maaf, aku sibuk!" ucap So Ra sambil memegang sebuah buku yang baru saja dia pinjam dari perpustakaan.
So Ra belajan memasuki ruang kelas 3-2, sedangkan Yu Na berjalan memasuki ruang kelas nomor 3-3. Pada tahun ketiga mereka di sekolah menengah atas, mereka tidak lagi sekelas. Yu Na dan Woo Jung terpisah di kelas 3-3. So Ra, Shin Ho, dan Eun Woo sekelas di kelas 3-2.
"Yu Na, kenapa kamu cemberut begitu?" tanya Woo Jung yang sedang membaca sebuah novel di dalam kelas.
"Ah, lagi-lagi So Ra tidak mau bicara sedikitpun kepadaku. Padahal, aku ingin agar kami bisa kembali seperti dulu lagi. Aku menyesal telah membuat keadaan menjadi rusak seperti ini," ucap Yu Na.
"Sepertinya So Ra juga marah kepadaku," ucap Woo Jung.
"Iya," jawab Yu Na.
Yu Na duduk di samping Woo Jung yang menjadi teman sebangkunya. Yu Na mengambil alat pemutar musik dan memasang earphone. Yu Na langsung mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.
Sejak Yu Na dan So Ra tidak membahas DBSK bersama lagi, Yu Na sudah jarang mengikuti berita tentang DBSK. Yu Na telah berpindah menjadi seorang Elf, yaitu sebutan untuk para penggemar Super Junior. Apalagi, Yu Na mengidolakan Kyuhyun, salah satu anggota dari group Super Junior.
"Pinjam kabel earphone sebelah kanan!" pinta Woo Jung.
Woo Jung ikut mendengarkan lagu-lagu Super Junior yang ada di dalam kartu memori milik Yu Na. Woo Jung berusaha untuk menikmati lagu-lagu Super Junior walaupun Woo Jung masih merupakan seorang cassiopeia sama seperti So Ra.
"Astaga! Aku lupa kalau aku ingin bertemu dengan Eun Woo," ucap Yu Na.
"Yu Na, aku pinjam alat pemutar musikmu ya!" ucap Woo Jung.
"Ya, pakai saja!" ucap Yu Na sambil berlari keluar kelas.
*** Yu Na menemani Eun Woo yang sedang menggambar komiksambil duduk di pinggir lapangan sekolah. Eun Woo semakin hari semakin sering menggambar. Yu Na mengakui kalau hasil gambar yang dibuat oleh Eun Woo memang bagus.
"Eun Woo, kenapa kamu tidak mendaftar di jurusan melukis atau animasi saja?" tanya Yu Na.
"Yu Na, kamu kan tahu kalau biaya kuliah itu mahal. Aku harus menabung dulu agar aku punya cukup biaya. Aku tidak sepertimu yang memiliki kedua orang tua yang bekerja sebagai dokter. Ibuku hanya seorang tukang masak di rumah makan kecil. Ayahku sudah lama meninggal. Aku harus membiayai uang kuliahku sendiri," ucap Eun Woo.
"Aku tahu itu. Aku tahu kalau kamu giat membantu ibumu di restoran setengah hari. Kamu juga mencari pekerjahan tambahan diluar. Tapi, sayang sekali kalau kamu menyia-nyiakan bakat membuat komikmu," ucap Yu Na.
"Aku tahu itu," ucap Eun Woo sambil menggenggam tangan kiri Yu Na.
"Eun Woo, Akhir bulan Februari aku akan pergi ke New York," ucap Yu Na.
"Apa katamu? Ke New York? Untuk apa?" tanya Eun Woo.
"Untuk kuliah. Aku akan mengambil jurusan musik di Universitas Columbia. Kedua orang tua Woo Jung yang ingin membantu biaya kuliahku disana. Mereka bilang, ini adalah hadiah yang diberikan kepada kedua orang tuaku karena sudah merawat Woo Jung dari hari pertama di rumah sakit sampai beberapa bulan setelahnya," ucap Yu Na.
"Yu Na, kenapa kamu harus pergi meninggalkan kota ini?" tanya Eun Woo.
"Eun Woo, maafkan aku. Aku menerima beasiswa 25% di universitas itu. Sisa biayanya, dibiayayi oleh kedua orang tua Woo Jung 85%," ucap Yu Na.
"Lalu, bagaimana dengan hubungan kita?" tanya Eun Woo.
"Eun Woo, terima kasih telah mencintaiku selama satu tahun. Aku rasa, lebih baik kita menjadi teman saja," ucap Yu Na.
"Ah, kalau memang itu yang terbaik untuk kita, aku tidak masalah. Yu Na, terima kasih telah ada di sisiku selama satu tahun ini," ucap Eun Woo. "Oiya, satu lagi. Tolong cepat berdamai dengan So Ra. Aku tidak ingin melihat kalian saling diam terus menerus," sambung Eun Woo.
*** [Kim Yu Na] So Ra, temui aku jam lima sore hari ini di atas jembatan sungai Han. Aku ingin bicara sekali ini saja.
Tolong datang ya! Hari ini adalah hari Minggu. So Ra sudah membaca pesan yang dia terima dari Yu Na. So Ra mendesah dan mematikan layar ponselnya. So Ra meletakan kembali ponselnya ke atas meja kasir di dalam toko bunga milik neneknya.
"Sore ini tidak hujan. Apakah kamu tidak ingin pergi jalan-jalan ke luar toko? Kamu sudah membantu halmeoni dari jam buka toko tadi," ucap nenek So Ra.
"Halmeoni, halmeoni tidak masalah kalau aku pergi meninggalkan meja kasir?" tanya So Ra.
"Tidak masalah. Lebih baik, kamu menikmati hari-harimu. Bulan depan kamu akan merayakan hari kelulusanmu dan bulan depannya lagi, kamu sudah mulai sibuk di universitas. Selagi masih ada waktu luang, nikamti dulu. Masa ujian kelulusan sudah selesai kan?" ucap nenek So Ra.
"So Ra sayang dengan halmeoni!" ucap So Ra sambil memeluk tubuh neneknya.
"Halmeoni juga sayang dengan So Ra," ucap nenek So Ra sambil mengelus dahi cucu satu-satunya itu.
So Ra pergi meninggalkan meja kasir. So Ra pulang sebentar ke rumahnya yang tidak jauh dari lokasi toko bunga itu. So Ra mandi, lalu bersiap-siap. So Ra hendak pergi ke jembatan sungai Han. So Ra berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi memusuhi Yu Na. So Ra sudah sadar bahwa selama ini dia sudah kelewatan.
So Ra mengeluarkan sepeda kesayangannya dari dalam rumah. So Ra mengunci pagar rumahnya, lalu menggiring sebentar sepedanya. Setelah itu, So Ra mengendarai sepeda yang tadi ia giring. So Ra mengayuhnya menuju jembatan sungai Han.
"So Ra?" tanya Yu Na tidak percaya.
"Aku datang," ucap So Ra.
Yu Na memeberikan segelas kopi hangat untuk Yu Na. "Ini untukmu."
"Gomawo," ucap So Ra.
So Ra memegang gelas kertas berisi kopi hangat itu menggunakan tangan kirinya. Tangan kanannya sibuk membetulkan posisi topi rajutnya. Setelah posisi topi rajutnya sudah pas, So Ra meniup kopi hangat itu dan sedikit mengaduknya.
"So Ra , tidak bisakah kita kembal iseperti dulu lagi?" tanya Yu Na.
"Yu Na, aku menyesal telah marah padamu. Tidak seharusnya kita bermusuhan. Aku merindukan waktu yang kita gunakan bersama-sama untuk membahas idola kita. Aku ingin bercerita tentang DBSK bersamamu. Aku ingin pergi ke acara jumpa penggemar DBSK bersamamu. Aku ingin pergi ke toko CD musik untuk membeli album terbaru DBSK," ucap So Ra.
"So Ra, aku minta maaf. Aku sudah pindah hati menjadi seorang ELF. Sejak kita tidak pernah lagi membicarakan tentang DBSK, aku mulai mendengarkan lagu-lagu milik Super Junior. Aku mulai tertarik dengan group itu," ucap Yu Na.
So Ra dan Yu Na bersandar pada pinggir jembatan. Mereka menghadap ke arah yang sama. Mereka menatap buritan salju yang sama. Mereka berada di bawah langit yang sama dan menginjak jembatan yang sama.
"So Ra, aku akan pergi meninggalkan kota Seoul akhir bulan Februari. Aku diterima di jurusan musik di Universitas Coumbia dengan konsentrasi sebagai komposer. Aku mendapat beasiswa 25% dan bantuan biaya dari kedua orang tua Woo Jung sebagai rasa terima kasih kepada eomma dan appa yang telah merawat Woo Jung mulai dari hari pertama di rumah sakit sampai beberapa bulan setelahnya," ucap Yu Na.
"Kenapa mengejutkan sekali?" tanya So Ra.
"Tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Tahu-tahu kita akan memasuki tingkat universitas," ucap Yu Na.
Yu Na meniup kembali kopi miliknya. Setelah itu, Yu Na kembali angkat bicara. "So Ra, sebentar lagi Woo Jung akan tiba di jembatan ini. Aku harap, kamu dapat menyelesaikan permasalahanmu dengannya," ucap Yu Na.
"Yu Na, terima kasih sudah mau menjadi temanku. Dan juga, terima kasih telah berusaha untuk mendekatkanku dengan Woo Jung. Kamu tidak salah. Karena kamu, Woo Jung jadi mencintaiku, walau kami tidak pacaran," ucap So Ra.
Yu Na dan So Ra berdiri di atas jembatan sungai Han sambil menunggu kedatangan Woo Jung. Woo Jung akan tiba sebentar lagi.
Woo Jung sudah tiba di atas jembatan sungai Han. Di hadapannya, Yu Na dan So Ra sudah menunggunya dari tadi.
"Apa yang ingin kamu katakan kepadaku?" tanya So Ra.
"So Ra, bulan depan aku akan pergi ke New York. Aku akan kuliah disana," ucap Woo Jung.
"Lalu?" tanya So Ra.
"Tidak bisakah kita berdamai? Maafkan aku. Tolong jangan menghindariku seperti apa yang sudah kamu lakukan selama satu tahun ini. Aku benar-benar menyesal. Dan satu lagi, walaupun kita pernah saling mencintai satu sama lain dan bermusuhan, bagiku, kamu tetaplah cinta pertamaku yang tidak bisa aku lupakan begitu saja. Kamu akan selalu aku ingat," ucap Woo Jung.
"Woo Jung, aku tahu kalau kamu mencintaiku. Tapi, aku tidak bisa bersamamu. Aku sudah terlanjur kecewa dan sakit hati. Aku harap, kamu mengerti dan kita bisa berteman saja," ucap So Ra.
"So Ra, ada hadiah perpisahan untukmu," ucap Woo Jung.
Woo Jung mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. So Ra menerima kotak itu dan langsung membukanya. Kotak itu berisi sebuah kalung yang cantik. So Ra menyukai kalung itu.
"Ini adalah kalung yang kamu sukai kan?" tanya Woo Jung.
"Gomawo," ucap So Ra.
"Aku yang memberitahu Woo Jung tentang kalung ini," ucap Yu Na.
"Gomawo," ucap So Ra.
Yu Na mengeluarkan kalung itu. Yu Na memakaikan kalung yang cantik itu di leher So Ra. Yu Na tersenyum melihat teman dekatnya memakai kalung itu. Kalung yang dipilihkan oleh Yu Na dan Woo Jung sebagai hadiah perpisahan.
"So Ra, kenapa kamu menangis?" tanya Yu Na.
"Aku terharu kepada kalian berdua. Rasanya, waktu berjalan terlalu cepat dan kalian sudah mau pergi saja," ucap So Ra.
"Kamu tenang saja! Masih ada Eun Woo dan Shin Ho disini. Kamu bisa mampir ke rumah makan milik keluarga Eun Woo dan kamu juga bisa bertemu dengan Shin Ho di hari Minggu. Dari kita berlima, hanya kami berdua yang akan pergi ke New York," ucap Yu Na.
"So Ra, aku tidak akan melupakanmu. Kalau kita bertemu lagi di kemudian hari, aku yakin kalau aku masih bisa mengenal wajahmu dengan jelas," ucap Woo Jung.
"Terima kasih telah menjadi teman yan baik. Kita hanya perlu menunggu hari kelulusan kita kan? Setelah itu, kita mendapatkan sebuah ijazah dan menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi," ucap So Ra.
"So Ra, aku janji akan membeli novelmu kalau aku pulang ke Seoul!" ucap Yu Na.
"Iya, aku akan mempunyai novel sendiri suatu saat nanti," ucap So Ra.
"Sekarang, ayo kita pergi jalan-jalan!" ucap Woo Jung.
"Ayo!" ajak Yu Na.
*** Yu Na menunjukan sebuah kedai kopi yang menjadi langganannya. Sesampainay mereka bertiga di dalam kedai itu, mereka langsung duduk pada kursi yang masih kosong. Mereka masih bingung mau memesan apa saja.
"Sebentar ya!" ucap Yu Na.
Yu Na menerima telepon dari Eun Woo. "Yeoboseo?"
"Aku ada di kedai kopi 55 bersama dengan So Ra dan Woo Jung."


A Time From The Past Karya Melissa Darmawan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"..." "Baiklah. Mau aku pesankan dulu?"
"..." "Cepat datang ya!"
Yu Na menghentikan pembicarannya dengan Eun Woo. Setelah itu, Yu Na berdiri dan hendak mengantri di depan meja barista. Yu Na sudah tahu mau pesan apa.
"Aku pesan americano saja," ucap Woo Jung.
"Kamu?" tanya Yu Na.
"Sama. Oiya, aku mau yang ada whipped creamnya," ucap So Ra.
"Oke. Satu gelas americano biasa dan satu gelas americano dengan whipped cream," ucap Yu Na.
Setelah kopi yang mereka pesan sudah ada di atas meja, datang Eun Woo. Eun Woo langsung bergabung dengan ketiga temannya yang sudah menunggunya.
"So Ra, kenapa kamu tidak memanggil Shin Ho?" tanya Yu Na.
"Ne? Baiklah," ucap So Ra.
So Ra mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kecilnya. So Ra hendak menelepon Shin Ho untuk mengajaknya datang ke kedai kopi tempatnya berada. Namun, ketika So Ra membuka daftar nomor telepon, seseorang yang merasa familiar datang ke dalam kedai kopi itu.
"Shin Ho~ya?" tanya So Ra dengan terkejut.
Shin Ho berjalan mendekati meja tempat So Ra dan teman-teman lainnya mengambil tempat. Shin Ho langsung duduk tepat di samping So Ra.
Shin Ho hendak merangkul tubuh So Ra, tetapi ia merasa malu. Shin Ho ingin menggenggam tangan So Ra, tetapi Shin Ho merasa malu. Shin Ho diam saja karena ia merasa malu.
"Siapa yang memberitahu Shin Ho sebelum memintaku untuk meneleponnya?" tanya So Ra kesal.
"DIA!" ucap Woo Jung dan Yu Na secara bersamaan.
"Mianhae," ucap Eun Woo.
"Sore ini aku yang traktir," ucap Yu Na.
"Asik!" teriak Eun Woo.
"Bersulang untuk kedua teman kita yang bulan depan akan berangkat ke New York!" ucap So Ra.
"Cheers!" ucap kelima sahabat secara bersamaan.
*** Setelah mereka berlima minum kopi bersama di sore hari, mereka pulang atau pergi masing-masing. Woo Jung pulang ke rumahnya karena sudah ditunggu oleh ibunya. Eun Woo harus membantu kakaknya di rumah makan keluarganya. Yu Na ingin menonton televisi. Hanya tersisa So Ra dan Shin Ho.
"Shin Ho~ya, aku pulang ya!" ucap So Ra sambil menggiring sepeda kesayangannya.
"Berikan sepedamu kepadaku!" pinta Shin Ho tiba-tiba.
Shin Ho merebut sepeda kesayangan So Ra yang dari tadi dipengang oleh sang pemilik. Shin Ho langsung duduk pada kursi kemudi dan mengayuh sepeda itu. Shin Ho meninggalkan So Ra di jalan itu.
"Hei Shin Ho! Tunggu aku!" ucap So Ra.
Shin Ho yang memang berniat untuk usil, sengaja mengayuh sepeda milik So Ra. Walaupun Shin Ho tidak mengayuh sepeda dengan kencang, tetap saja So Ra tidak bisa mengejar Shin Ho.
"So Ra!" teriak Shin Ho.
Shin Ho tidak melihat kedepan, tetapi milihat ke belakang tubuhnya. Hal itu yang membuat Shin Ho tidak fokus dan menabrak batang pohon. Shin Ho terjatuh dari atas sepeda dan tangannya terluka.
"Ah, sial!" desah Shin Ho.
"Kualat!" teriak So Ra.
"Ah, kalau saja aku menjailimu menggunakan sepedaku sendiri, aku tidak akan terjatuh seperti ini," ucap Shin Ho.
So Ra mengangkat sepeda miliknya yang terjatuh di pinggir jalan. Setelah So Ra menyandarkan sepedanya pada batang pohon, So Ra baru membantu Shin Ho untuk bangkit berdiri.
"Sakit ya?" tanya So Ra.
"Sudah tahu masih bertanya," ucap Shin Ho dengan kesal.
So Ra menggiring sepedanya sambil berjalan kaki. Shin Ho berjalan tepat di samping sepeda milik So Ra sambil menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki So Ra. Mereka berjalan sampai akhirnya mereka menemukan tempat untuk mereka duduki.
"Jjangkkaman," ucap So Ra.
So Ra membuka tas kecilnya. So Ra mencari plester yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. So Ra mengeluarkan isi tasnya sampai akhirnya berhasil menemukan sebungkus plester yang selalu dia bawa.
"Sini," ucap So Ra sambil memegang lengan Shin Ho yang terluka.
So Ra membuka bungkus plester yang dia bawa itu. So Ra langsung menempelkan plester itu ke atas bagian tubuh Shin Ho yang terluka. Shin Ho tersenyum senang. Shin Ho senang telah dipakaikan plester oleh So Ra.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan kita!" ucap So Ra.
"So Ra, kita mau pergi kemana?" tanya Shin Ho.
"Kita mampir ke toko bunga dulu ya," ucap So Ra.
"Baiklah," jawab Shin Ho.
*** So Ra dan Shin Ho membuka pintu toko bunga yang bertuliskan "tutup". Hari ini, toko bunga hanya buka sampai jam lima sore karena hari ini adalah hari peringatan meninggalnya kedua orang tua So Ra yang telah meninggal tujuh belas tahun yang lalu.
Malam ini So Ra dan neneknya melakukan ritual yang disebut dengan jesa (peringatan untuk anggota keluarga yang sudah meninggal ala Korea). Nenek So Ra yang merupakan ibu dari ayah So Ra sudah menyiapkan sepiring jajangmyun yang merupakan makanan kesukaan ayah So Ra dan sepiring Pajeon yang merupakan makanan kesukaan ibu So Ra. Kedua piring itu diletakan di depan foto ayah dan ibu So Ra.
So Ra dan neneknya berlutut bersebelahan di depan meja kecil tempat foto dan makanan terletak. Mereka memberi salam kepada kedua orang tua So Ra.
Shin Ho yang bukan merupakan anggota keluarga So Ra, duduk di kursi kasir. Shin Ho tidak mengikuti upacara jesa karena bukan angogta keluarga So Ra. Shin Ho hanya perlu duduk manis sambil menunggu So Ra.
"Ternyata ibuku cantik," ucap So Ra.
"Iya. Ibumu adalah teman dekat ayahmu yang paling cantik. Dan kamu, wajahmu mirip dengan wajah ibumu. Kamu sama cantiknya dengan ibumu," ucap nenek So Ra.
"Ayahku juga tampan," ucap So Ra.
"Shin Ho, sini ikut kami makan malam!" ajak nenek So Ra.
"Baiklah," jawab Shin Ho.
Shin Ho, So Ra, dan nenek So Ra makan pajeon dan jajangmyun yang dibawakan oleh nenek So Ra dari rumah So Ra. Mungkin, ini adalah makan malam bersama dengan nenek So Ra sebelum Shin Ho sibuk di dunia perkuliahan.
Kamus Jjangkkaman = tunggu sebentar
Februari 2008 Musim dingin akan segera berakhir. Kini, kelima sahabat itu harus menyudahi masa sekolahnya. Masa dimana mereka memakai seragam setiap hari. Masa dimana mereka bertemu setiap hari di sekolah. Masa dimana mereka mendapat teguran dari guru karena berisik di dalam kelas. Masa dimana mereka berbagi bekal bersama. Masa dimana semua hal yang menyenangkan mereka lakukan bersama-sama.
Siang ini, So Ra, Eun Woo, dan Shin Ho pergi ke bandara Incheon untuk mengantar Woo Jung dan Yu Na yang akan berangkat ke New York untuk menempuh tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Yu Na dan Woo Jung akan kuliah di universitas yang sama, yaitu Universitas Columbia.
Yu Na dan Woo Jung meminta ijin kepada kedua orang tua mereka masing-masing untuk diantarkan oleh kakak Yu Na dan ketiga teman mereka saja. Untungnya, Ro Hyun bersedia untuk mengantar mereka berdua karena hari ini sedang tidak ada jadwal kuliah.
"Oppa!" ucap Yu Na.
"Yu Na, oppa akan selalu merindukanmu," ucap Ro Hyun.
"Aku juga akan merindukan oppa dan eonni," ucap Yu Na.
"Yu Na," ucap Eun Woo sambil memeluk tubuh Yu Na.
"Eun Woo, jaga diri baik-baik ya! Jangan lupa makan yang banyak. Jangan pernah menyerah untuk menekuni apa yang kamu sukai. Perjalananmu masih panjang. Kamu masih punya kesempatan untuk menempuh dunia pendidikan yang lebih tingga asalkan kamu punya niat dan berusaha," ucap Yu Na.
"Yu Na, terima kasih atas satu tahun ini. Bagiku, kamu adalah gadis yang paling berharga," ucap Eun Woo.
"So Ra," panggil Woo Jung.
"Ya?" tanya So Ra.
"Aku ingin minta maaf sebelum aku berangkat. Aku menyesal telah membuat kekacauan dengan membohongimu. So Ra, ada sesuatu untukmu," ucap Woo Jung sambil memberikan sebuah amplop kepada So Ra.
"Akan aku baca surat ini setelah aku tiba kembali di rumahku," ucap So Ra.
"Hei Woo Jung! Jaga dirimu ya!" ucap Shin Ho.
"Iya, jaga diri ya! Kalau sedang tidak sibuk, telepon kami ya!" ucap Eun Woo.
"Yu Na, telepon aku ya!" ucap So Ra.
"Baiklah, kalau aku tidak lupa," ucap Yu Na.
"Shin Ho, tolong jaga So Ra ya!" ucap Woo Jung.
"Yu Na, kalau kamu pulang ke Seoul, kita pergi nonton konsser ya!" ucap So Ra.
"Oke," jawab Yu Na.
Yu Na dan Woo Jung menarik koper bersar mereka masing-masing. Mereka masuk ke bagian keberangkatan untuk menyerahkan koper mereka ke petugas bagian bagasi. Setelah itu, mereka check in dan menunggu waktu dibukanya pintu pesawat.
"Ah, tidak terasa ya mereka sudah pergi meninggalkan kita bertiga," ucap Eun Woo.
"Padahal, baru saja kita merayakan hari kelulusan kita dua minggu yang lalu," ucap Shin Ho.
"Hyung," panggil Eun Woo.
"Hyung, kenapa hyung menangis?" tanya Shin Ho.
"Aku menangis karena aku merasa sedih. Padahal, harusnya aku senang karena Yu Na diterima di Universitas Columbia. Tidak sia-sia dia belajar bermain piano dari kecil," ucap Ro Hyun.
"Woo Jung juga hebat ya! Dia juga diterima di universitas yang sama. Aku pikir, dia hanya ahli dalam bernyanyi dan menari. Ternyata, dia juga bisa menjadi penyiar radio dan sample audionya diterima di sana," ucap Eun Woo.
"Oppa, mari kita kembali ke Seoul!" ucap So Ra.
"Iya, aku harus kembali ke rumah makan untuk membantu kakakku," ucap Eun Woo.
"Hoahm..." ucap So Ra yang sedang menguap karena mengantuk.
"Ayo kita kembali! Kasihan So Ra, dari tadi sudah menguap karena mengantuk," ucap Ro Hyun.
Ro Hyun dan ketiga sahabat itu pergi ke tempat parkir bandara. Mereka masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Ro Hyun. Ro Hyun mengantar mereka bertiga ke rumah mereka masing-masing. Mereka tidak ingin pergi ke tempat lain lagi.
*** So Ra masuk ke dalam kamarnya setelah selesai makan malam. So Ra duduk di atas kasurnya. So Ra mengambil sebuah amplop dari dalam tas kecilnya. Amplop itu adalah amplop yang tadi diberikan oleh Woo Jung sebelum Woo Jung masuk ke dalam bagian kebernagkatan di bandara.
Soo Ra membuka amplop itu da mengeluarkan lipatan kertas yang ada di dalamnya. So Ra membaca isi dari surat itu begitu So Ra sudah membuka lipatan kertasnya.
Dear Lee So Ra Empat musim terjadi di negara kita. Musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur. Tahun berganti tahun, musim berganti musim telah aku lewati.
So Ra, mungkin aku belum pernah mengatakan hal ini kepadamu sebelumnya. Kalau ternyata aku sudah pernah, mungkin aku hanya sedang lupa saja.
So Ra, aku mencintaimu. Aku mencintaimu sejak hari pertama kita saling menyebutkan nama kita masing-masing. Sebut saja, aku jatuh cinta sejak pandangan pertamaku padamu.
So Ra, aku ini bodoh. Aku menggunakan nama orang lain untuk berkomunikasi denganmu. Berbulan-bulan, kita berkomunikasi atas nama orang lain. Lebih tepatnya, aku menyembunyikan diriku yang sesungguhnya.
Aku tahu kalau caraku salah. Aku tahu kalau Yu Na salah telah menjebak kita berdua saat itu. Tapi, aku bersyukur. Tanpa jebakan itu, mungkin kita tidak pernah berkomunikasi.
So Ra, selain karena orang tuaku yang mengirimku untuk belajar di New York, aku punya alasan lain dibalik kepergianku ke New York. Aku pergi ke sana untuk menghindarimu. Aku menghindari dirimu karena rasa bersalahku. Aku tidak berani untuk menatap wajahmu lagi. Bahkan, belakangan ini aku sadar kalau ada orang lain yang terarik padamu. Aku ingin agar orang itu yang menjadi pilihanmu, bukan aku.
So Ra, terima kasih karena telah ada di sisiku selama beberapa bulan sebelum akhirnya kita saling diam dan tidak saling mencari satu sama lain lagi. Aku, orang yang sangat mencintaimu, berdoa agar kamu dapat meraih apa yang kamu cita-citakan. Aku yakin, kamu akan menjadi orang yang sukses dalam citta-citamu.
So Ra, jaga dirimu baik-baik! Bagilah waktu untuk bermain dan belajar dengan seimbang. Bahagiakan nenekmu selagi beliau masih hidup. Dan satu lagi, tolong jangan pernah melupakan aku. Aku pasti akan kembali ke Seoul di masa depan.
Telepon aku atau kirim email kepadaku kalau kamu merindukanku. Aku akan bicara kepadamu disaat kamu membutuhkanku.
So Ra, sampai bertemu lagi!
Sincerely, Shin Woo Jung So Ra melipat kembali surat pemberian dari Woo Jung. So Ra sedih membaca isi surat itu. Apalagi, So Ra tahu kalau menjadi seorang penyiar bukanlah cita-cita utama dari Woo Jung. Kalau saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi padanya, Woo Jung akan menjadi seorang idol yang sangat terkenal. Kecelakaan itu terjadi karena Woo Jung ingin datang untuk menemui So Ra. Semua itu terjadi karena Woo Jung mencintai So Ra.
So Ra ingin menyalahkan dirinya, tetap ia tidak bisa. Ini bukan kesalahan So Ra sepenuhnya. Siapa yang tahu kalau akhirnya akan menjadi seperti ini?November, 2014
Waktu berjalan dengan cepat. Banyak hal telah terjadi di dalam kehidupan So Ra. So Ra sudah berbeda dari So Ra yang sebelumnya. Kini, gadis itu sudah berusia 26 tahun.
"So Ra," panggil neneknya.
"Halmeoni!" sapa So Ra yang sudah rapih.
"Sarapan dulu," ucap nenek So Ra.
"Huh, kamu jarang berada di rumah. Sekali-kalinya kamu ada di rumah, kamu langsung bersiap-siap untuk pergi. Memangnya kamu sedang mengencani siapa?" tanya nenek So Ra.
"Tidak ada. Aku tidak punya pacar. Kan aku sudah pernah bilang kalau aku belum punya pacar," ucap So Ra.
"Ini, ada sup rumput laut untukmu. Saengil chukka hamnida!" ucap nenek So Ra.
"Gomawo!" ucap So Ra sambil memeluk tubuh neneknya.
"Aigo! Cepat punya pacar!" ucap nenek So Ra.
"Ya, nanti juga ada kok," jawab So Ra.
So Ra duduk di depan meja makan untuk menyantap semangkuk sup rumput laut buatan neneknya. Selain sup rumput laut, tersedia juga telur goreng kesukaan So Ra. Nenek So Ra masih ingat apa saja makanan kesukaan So Ra.
"Sekarang So Ra sedang sangat sibuk. So Ra harus mengkoreksi naskah drama sebelum diserahkan kepada pemain utama dramanya. Banyak sekali adegan yang perlu diperbaiki. Selain itu, So Ra juga perlu mencari ide baru untuk novel baru So Ra," ucap So Ra.
"Sering-sering pulang ke rumah. Jangan lama-lama tidur di tempat tidur perusahaan. Nenek merindukanmu," ucap nenek So Ra.
"So Ra janji akan pulang ke rumah kalau proyek ini sudah selesai," ucap So Ra.
Setelah menghabiskan sarapannya, So Ra berjalan meninggalkan rumahnya. So Ra berdiri di halte bus dan menunggu sampai ada bus kota yang lewat.
So Ra langsung pergi ke tempat kerjanya. So Ra yang berprofesi sebagai penulis naskah dan novel, bekerja pada sebuah perusahaan perfilman. Selain dapat membuat jalan cerita yang menarik, So Ra juga berkesempatan untuk bertemu secara langsung dengan beberapa orang artis ternama seperti Kim Soo Hyun, Lee Min Ho, Lee Jong Suk, Park Shin Hye, dan artis lainnya.
"Ah, akhirnya kamu datang juga!" ucap Kim Sung Jae, seorang sutradara yang bekerja pada perusahaan tempat So Ra bekerja.
"Ada apa oppa?" tanya So Ra.
"Aku baru saja menerima email dari stasiun radio KBS. Katanya, kamu diundang untuk datang ke acara wawancara singkat di radio malam ini. Mereka ingin mewawancaraimu sebagai penulis naskah terkenal," ucap Sung Jae.
"Apa? Ini pertama kalinya aku diundang ke sebuah acara wawancara di stasiun radio," ucap So Ra.
"Kim Sung Jae!" panggil manager Yoon.
"So Ra, nanti kita lanjutkan lagi ya obrolannya! Aku harus pergi ke lokasi syuting pagi ini," ucap Sung Jae.
"Oppa, sampaikan salamku untuk Yoochun oppa ya!" ucap So Ra.
"Ish, aku tidak mau menyampaikan salam darimu!" ucap Sung Jae dengan nada usil.
"OPPAAAAA!" teriak So Ra.
So Ra duduk pada kursi kerjanya. So Ra membuka folder yang ada di dalam komputer yang dia gunakan. So Ra langsung mengecek ketikan naskah dan memperbaikinya. So Ra harus lebih teliti lagi.
*** "Ketua tim Kang, apa rencanamu untuk pemasaran produk terbaru kita?" tanya Byun Jae Im, manajer bagian pemasaran.
"Kita akan memasarkan produk terbaru kita ke departemen store sebelum musim dingin tiba. Kalau musim dingin sudah tiba, konsumen sudah mengenal produk terbaru kita dan bisa langsung membelinya. Selain itu, kita perlu mengikutsertakan produk terbaru kita ke dalam acara bazar untuk lebih memperkenalkan produk terbaru kita, sekaligus agar kita dapat berkomunikasi secara langsung kepada konsumen kita," ucap Shin Ho memberi penjelasan.
"Wah, ide yang sangat bagus! Apakah ada ide lain dari anggota tim Kang?" tanya manajer Byun.
Semua anggota tim di bawah Shin Ho terdiam. Mereka kehabisan kata-kata. Begitu Shin Ho sudah angkat bicara, kelima anggota tim di bawah pimpinan Shin Ho tidak bisa berkata-kata lagi. Semua hal sudah disampaikan oleh Shin Ho seorang diri di ruang rapat.
"Ketua, apakah sore nanti setelah jam pulang kerja ketua mau ikut kami makan malam bersama?" tanya Lee Hyun Na.
"Tidak. Ada sesuatu yang ingin aku cari," ucap Shin Ho.
"Apa itu? Apakah ketua ingin mencari kado untuk seseorang? Ataukah, ketua ingin mencari barang ketua yang hilang?" tanya Hyun Na.
"Aku ingin mencari sebuah barang yang ingin aku hadiahkan untuk seseorang yang spesial untukku," ucap Shin Ho.
"Baiklah, selamat mencari ya!" ucap Hyun Ha.
"Terima kasih Hyun Na," jawab Shin Ho.
Shin Ho kembali memasuki ruang kerjanya. Shin Ho duduk pada meja kerjanya sambil mengecek beberapa dokumen yang harus dia cek hari ini. Besok, tim yang ia pimpin akan menunjau beberapa lokasi pengiriman barang untuk produk terbaru yang akan dipasarkan mulai minggu depan.
"Ketua Kang, boleh aku masuk?" tanya Moon Jae Jin.
"Masuk saja," jawab Shin Ho.
Jae Jin masuk ke dalam ruang kerja Shin Ho sambil membawa snack untuk Shin Ho. Sebelum kembali meninggalkan ruang kerja Shin Ho, Jae-jin duduk sebentar di hadapan Shin Ho.
"Ketua Kang, apakah ini foto ketua saat masih sekolah dulu?" tanya Jae Jin yang sedang memegang sebuah figura yang ada di atas meja kerja Shin Ho.
"Ya. Itu adalah foto kami berlima saat hari terakhir kami bertemu bersama. Dua dari kami melanjutkan kuliah di New York," ucap Shin Ho.
"Gadis yang ini cantik juga. Siapa namanya?" tanya Jae Jin.
"Dia adalah Lee So Ra. Cantik bukan? Ah, aku menyesal sudah tidak sedekat dulu dengannya," ucap Shin Ho.
"Apakah ketua berniat untuk dekat dengannya lagi?" tanya Jae Jin.
"Mmm... Aku berniat untuk datang kepadanya malam ini. Kalau dia masih mau menerimaku," ucap Shin Ho.
"Oiya, aku sampai lupa. Ini ada snack dari tim finance," ucap Jae Jin.
"Letakan saja di atas meja kerjaku," jawab Shin Ho.
"Aku kembali ke meja kerjaku ya!" ucap Jae Jin.
*** Malam hari sudah tiba. So Ra masih berada di meja kerjanya. Di dalam ruang kerjanya, masih ada beberapa orang karyawan yang belum pulang, termasuk Sung Jae. Sung Jae bukan sedang memiliki pekerjaan yang belum kelar, tetapi karena Sung Jae belum ingin pulang. Kalau ia pulang, tidak tahu apa yang akan dilakukannay di rumah.
"Oppa," sapa So Ra.
"So Ra, ada buket bunga untukmu," ucap Sung Jae.
"Oppa, siapa yang mengirim buket bunga ini?" tanya So Ra.
"Entahlah. Aku menerimanya dari jasa pengiriman barang," jawab Sung Jae.
So Ra melihat-lihat buket bunga itu. Ada lipatan kertas yang terselip di dalam buket bunga itu. Kedua mata So Ra tertuju pada lipatan kertas itu sehingga So Ra langsung membuka lipatan kertas itu.
Hai Lee So Ra, Saengil Chukka Hamnida! Temui aku malam ini jam 6 di taman dekat tempat kerjamu
From: Someone who always waits for you.
"Wah, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu!" ucap Sung Jae.
"Siapa ya?" pikir So Ra."
"Ah, pasti dari seorang secret admirer, " ucap Sung Jae menambahkan.
"Oppa, jangan asal bicara ya!" tegur So Ra.
"Lee So Ra, mau makan roti tidak?" tanya Oh Jang Ahn, teman kerja So Ra.
"Tidak, terima kasih," jawab So Ra.
Waktu sudah hampir jam 6 malam. Sung Jae sudah memakai jaket dan tas slempangnya. Jang Ahn sudah mematikan komputernya. Semuanya hendak pulang ke rumah masing-masing.
"So Ra, kami pulang dulu ya!" ucap Jang Ahn.
"Bye oppa!" jawab So Ra.
So Ra merenggangkan kedua tangannya yang terasa pegal. So Ra menekan tombol "save" sebelum mematikan komputernya. So Ra merapihkan berang-barang miliknya sambil menunggu komputer mati.
"Ah!" ucap So Ra tiba-tiba.
So Ra berjalan meninggalkan ruang kerjanya. So Ra penasaran dengan pengirim bunga itu. So Ra segera pergi ke taman kecil dekat tempat kerjanya. So Ra ingin mengucapkan terima kasih atas pemberian buket bunga putih yang tadi diterimanya.
So Ra sudah duduk pada sebuah ayunan yang ada pada taman kecil deket kantornya. So Ra menunggu sampai orang yang mengirimkan buket bunga mawar tadi datang memenuhi janjinya.
So Ra melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat lima menit. Pengirim buket bunga itu belum juga muncul. Mungkin orang itu terjebak kemacetan atau lupa akan janjinya. Entahlah.
"Saengil chukka hamnida, So Ra~ya!" ucap Woo Jung.
"Woo Jung? Apakah kamu orang yang tadi mengirimkanku buket bunga mawar ke tempat kerjaku? Bukankah kamu sedang berada di New York?" tanya So Ra dengan terkejut.
"Aku sudah kembali ke Seoul sejak pertengahan tahun lalu. Aku terus mencarimu dan aku baru tahu dimana kamu bekerja kurang lebih satu minggu yang lalu. Waktu itu, aku bertemu dengan Eun Woo dan dia yang bercerita kepadaku," jawab Woo Jung menjelaskan.
"Oh ya? Kenapa kamu kembali ke Seoul? Bukankah lebih enak tinggal di New York? Kota metropolitan dan kota yang menjanjikan," ucap So Ra.
"Ah, lama kelamaan aku bosan tinggal disana. Semua serba mahal. Kita harus bisa mengatur keuangan dengan benar," ucap Woo Jung yang juga ikut duduk pada ayunan yang berada di samping ayunan yang sedang diduduki oleh So Ra.
"Kamu benar juga," balas So Ra.
So Ra dan Woo Jung mengayunkan badan mereka secara perlahan. Walaupun mereka sudah beranjak dewasa, namun usia tidak pernah menghalangi mereka untuk bermain ayunan. Tidak hanya anak kecil saja yang ingin bermain ayunan.
"So Ra, bagaimana kabarmu?" tanya Woo Jung.
"Aku baik-baik saja," jawab So Ra.
"Jadi, apakah kamu sudah mengejar mimpimu untuk menjadi seorang penulis?" tanya Woo Jung.
"Sedang dalam proses. Aku bekerja sebagai penulis naskah untuk drama. Kalau untuk novel, masih dalam proses. Novelku belum terbit karena masih dalam tahap perbaikan," jawab So Ra.
"Tidak apa-apa. Ada pepatah mengatakan jika kita tidak pernah melakukan sebuah kesalahan, artinya kita tidak pernah mencoba dan kesalahan merupakan bagian dari proses belajar," ucap Woo Jung.
"Woo Jung, kamu sudah berubah ya!" ucap So Ra.
"Kamu juga," balas Woo Jung.
Woo Jung dan So Ra kembali bermain ayunan bersama. Mereka bermain sambil mengobrol karena sudah lama tidak bertemu.
*** Shin Ho pergi ke pusat perbelanjaan yang paling dekat dengan tempat kerjanya. Shin Ho merelakan waktu untuk makan malam bersama dengan anggota timnya demi mencari sesuatu di tempat itu. Shin Ho ingin membeli sesuatu yang terbaik yang bisa dia beli.
"Halo, ada yang bisa saya bantu?" tanya penjaga bagian perhiasan.
"Bisa aku lihat cincin yang paling depan?" tanya Shin Ho.
"Boleh," ucap wanita itu.
Seorang wanita yang bekerja di bagian perhiasan mengeluarkan salah satu dari sepasang cincin yang dipilih oleh Shin Ho. Cincin yang manis itu membuat Shin Ho tertarik untuk melihatnya. Dan kalau harganya tidak terlalu mahal, Shin Ho akan membelinya.
"Berapa harga cincin itu?" tanya Shin Ho.
"Sebentar, akan aku timbang dulu," jawab wanita itu.
Wanita itu menimbang cincin yang Shin Ho pilih. Cincin itu memiliki berat 31 gram dan harga per 100 gram adalah 1300000 krw, sehingga, Shin Ho harus menyediakan uang yang cukup banyak.
"Total harganya menjadi empat ratus tiga ribu won untuk satu cincin. Kalau membeli sepasang, harganya menjadi delapan ratus enam ribu won," jawab wanita itu.
"Baiklah, aku ingin membeli cincin itu. Tolong masukan ke dalam kotak ya!" ucap Shin Ho.
"Baiklah," jawab wanita itu.
Wanita itu memasukan cincin ke dalam sebuah kotak. Shin Ho hanya perlu mengnatri di meja kasir dengan membawa nota yang ditulis oleh wanita itu. Setelah membayarnya, Shin Ho baru bisa membawa pulang sepasang cincin itu.
Shin Ho berjalan menelusuri jalan yang biasa ia lewati. Shin Ho ingin pergi ke rumah So Ra. Hari ini adalah hari ulang tahin So Ra dan Shin Ho ingin mengejutkan So Ra dengan hadiah cincin itu. Shin Ho sudah menunggu-nunggu sampai tiba waktu yang pas. Hari ini, Shin Ho merasa sudah mantap dengan keputusan hidup yang dia putuskan sendiri. Dia yakin kalau So Ra sudah membuang semua perasaannya kepada Woo Jung dan Shin Ho dapat menjadi teman hidup So Ra.
*** So Ra pergi ke sebuah acara radio yang mengundangnya untuk hadir dan melakukan wawancara secara langsung. So Ra sudah berada di dalam gedung KBS dan sudah berada pada lantai tempat studio radio berada.
"Annyeonghaseyo," sapa So Ra kepada salah satu kru di tempat stasiun radio KBS.
"Nona Lee So Ra? Silahkan duduk dulu," ucap kru itu.
"Kamsahamnida," jawab So Ra.
So Ra melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukan jam setengah delapan kurang sepuluh menit. Kru yang tadi mempersilahkan So Ra untuk duduk terlihat sedang mempersiapkan kursi kosong di dalam ruang siaran. Setelah kursi kosong itu siap, So Ra berpindah ke dalam ruang siaran.
"Dimana penyiarnya?" tanya So Ra.
"Oh, mungkin dia sedang berada di toilet. Dari tadi dia pergi meninggalkan ruang siaran," ucap kru itu.
Tidak lama setelah kru berbicara dengan So Ra, sang pnyiar datang ke dalam ruang siaran. Lagu yang dari tadi mengudara masih tetap mengudara sampai pukul setengah delapan persis.
"Woo Jung?" tanya So Ra terkejut.
"So Ra? Sedang apa kamu disini?" tanya Woo Jung.
"Aku mendapat undangan untuk datang malam ini karena akan ada wawancara langsung. Kamu?" tanya So Ra.
"Aku akan memulai siaran pukul setengah delapan malam. Lima menit lagi. Wah, Hyung tidak memmberitahu kepadaku kalau nama tamunya adalah Lee So Ra!" tegur Woo Jung.
"Mianhae," jawab kru itu.
Woo Jung memulai acara siaran bersama dengan So Ra. Woo Jung mulai menyapa pendengar bersama dengan So Ra.
"Annyeonghaseyo!" ucap Woo Jung dan So Ra secara bersamaan.
"Wah, malam ini adalah malam yang indah bukan? Pada malam ini, di studio sudah hadir seorang penulis yang sangat cantik dan berbakat untuk mengobrol bersama dengan kita. Dalam satu jam kedepan, pendengar boleh bertanya apa saja dan kita akan membuka line telepon juga," ucap Woo Jung.
"Annyeonghaseyo! Namaku adalah Lee So Ra. Aku adalah penulis naskah dari drama yang pernah kalian tonton. Drama terakhir yang aku tulis naskahnya adalah drama yang berjudul "The Romance". Keahlianku adalah menulis naskah drama yang bergenre romance," ucap So Ra memperkenalkan dirinya.
"Baiklah. Aku akan membacakan beberapa pertanyaan yang sudah masuk melalui twitter. Eonni, sejak kapan eonni menjadi penulis naskah drama?" tanya seseorang.
"Aku menjadi penulis naskah drama sejak aku lulus dari tingkat universitas, yaitu tiga tahun yang lalu" jawab So Ra.
"So Ra, apakah kamu sudah mempunyaii pacar?" tanya seseorang.
So Ra tertawa sebelum ia menjawab pertanyaan itu. "Hahaha. Aku belum punya pacar," jawab So Ra.
"Apakah ada keinginan untuk menjadi seorang penulis novel?" tanya seseorang.
"Tentu saja. Aku sedang menyelesaikan ketikan novel pertamaku," jawab So Ra.
"Oke, kita akan membuka line telepon dan kita akan menerima penelepon pertama. Yeoboseo?" tanya Woo Jung.
"Annyeonghaseyo," ucap penelepon pertama.
"Uh, seorang namja. Nugu?"
"Jeireumeun Kang Shin Ho imnida," ucap penelepon itu.
So Ra terkejut begitu So Ra mendengar nama itu. Nama yang sudah lama tidak ia dengar secara langsung. Orang itu, membuat So Ra teringat kembali dengan masa lalu tujuh tahun yang lalu.
"Ya?" tanya So Ra sambil meneteskan air matanya.
"Oraenmaniya," ucap Shin Ho.
So Ra terdiam sesaat. So Ra tidak tahu ingin membalas apa. So Ra ingin menanyakan kabar Shin Ho, tetapi ia tidak bisa. Sebab, mereka berdua sedang berbicara melalui siaran radio.
"Apakah kamu adalah Lee So Ra yang pernah aku kenal dulu?" tanya Shin Ho melalui telepon.
"Ya, ini aku," balas So Ra.
"So Ra~ya, saengil chukka hamnida!" ucap Shin Ho.


A Time From The Past Karya Melissa Darmawan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

So Ra diam. So Ra benar-benar kehabisan kata-kata. Akhirnya, Woo Jung angkat bicara agar para pendengar tidak merasa bingung.
"Wah, ternyata hari ini adalah hari ulang tahun dari Lee So Ra. Saengil chukka hamnida!" ucap Woo Jung sambil bertepuk tangan.
Kamus Namja = laki-laki Nugu = siapa Oraenmaniya = sudah lama tidak bertemu
Setelah So Ra selesai menghadiri undangan siaran di stasiun radio KBS, So Ra pamit pulang. Woo Jung belum pulang karena dia akan njadi penyiar sampai jam sembilan malam.
So Ra terkejut bukan main. Di depan pintu masuk gedung KBS, Shin Ho menunggunya. So Ra senang melhat kehadiran Shin Ho yang datang untuk menjemputnya.
So Ra dan Shin Ho jalan kaki bersama. Mereka sengaja tidak mempercepat langkah kedua kaki mereka. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka ingin bercerita satu sama lain sambil jalan kaki bersama.
So Ra angkat bicara. "Apa kabar?" tanya So Ra.
Shin Ho tidak meu tinggal diam saja. "Aku baik-baik saja," jawab Shin Ho.
"Dari mana kamu tahu kalau aku menjadi tamus siaran di radio tadi?" tanya So Ra.
"Aku senang mendengarkan radio. Tadi, aku sedang mendengarkan radio sambil duduk-duduk di dekat taman Yeouido. Begitu aku mendengar kamu memperkenalkan dirimu, aku langsung menelepon stasiun radio untuk berbicara langsung kepadamu," ucap Shin Ho.
"Oh," jawab So Ra.
"So Ra~ya," ucap Shin Ho.
"Ya?" tanya So Ra.
"Saengil chuukka hamnida! Apakah aku sudah terlambat untuk memeberimu ucapan itu?" tanya Shin Ho.
"Ani. Sekarang masih jam sembilan kurang lima belas menit. Hari belum berganti. Gomawo," jawab So Ra.
"So Ra, berikan telapak tanganmu padaku!" pinta Shin Ho.
"Apakah kamu ingin memberikanku sesuatu? Asik!" ucap So Ra kegirangan.
"Tapi, tolong tutup kedua matamu," ucap Shin Ho.
"Baiklah," ucap So Ra.
Shin Ho mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku celananya. Shin Ho langsung meletakan kotak kecil itu ke atas telapak tangan So Ra. So Ra meraba-raba kotak itu sambil menutup kedua matanya.
"Bukalah matamu sekarang!" ucap Shin Ho.
So Ra membuka kedua matanya dan bertanya, "Apa ini?"
"Buka saja kotak itu!" ucap Shin Ho.
So Ra membuka kotak kecil itu. So Ra terkejut begitu ia melihat apa isinya. So Ra tidak pernah berpikir kalau Shin Ho akan memberikan kado ulang tahun semacam itu. Apalagi, So Ra tidak pernah meminta benda itu dari Shin Ho sebelumnya. Bagaimana bisa Shin Ho meberikan benda itu kepadanya?
"Yeppuda!" ucap So Ra.
Shin Ho meraih cincin itu dari dalam kotak dan berbicara di hadapan So Ra. "So Ra~ya, narang gyeolhonhae jullae?" tanya Shin Ho.
So Ra terpukau di hadapan Shin Ho. Mulutnya membisu. Kedua tangannya menjadi kaku sesaat. Kedua matanya menatap Shin Ho dengan berbinar. Ini pertama kalinya dalam hidup So Ra ada laki-laki yang menyatakan cintanya secara langsung, termasuk melamarnya. Tanpa pernah menjadi pacarnya, orang itu melamar So Ra tepat di hari ulang tahun So Ra yang ke 26.
So Ra bingung harus menjawab apa. Sebab, ini terasa mendadak baginya. Walaupun So Ra pernah menyukai Shin Ho, tetapi So Ra tidak pernah membayangkan semuanya akan terjadi seperti ini. So Ra bingung antara sahabat atau cinta.
*** Hari sudah sore. Waktu sudah menujukan jam setengah enam sore. So Ra masih berada di ruang kerjanya dan belum pulang. Padahal, jam kerja So Ra berakhir pada pukul setengah enam sore.
Bukannya So Ra belum ingin pulang, tetapi So Ra sedang menunggu seseorang yang sudah berjanji untuk menjemputnya. Siapa lagi kalau bukan Shin Ho. Hari ini, Shin Ho ingin menjemput So Ra. Ini pertama kalinya Shin Ho menjemput So Ra setelah lama tidak pernah pulang bersama-sama.
So Ra mematikan komputer yang ada di atas meja kerjanya. Setelah itu, So Ra berjalan keluar dari ruang kerjanya menuju ke depan pintu kantornya. So Ra berdiri sambil menunggu kedatangan Shin Ho.
Daun-daun berguguran di sepanjang jalan. Musim gugur belum berakhir. So Ra menyaksikan gugurnya daun-daun sambil menunggu kedatangan Shin Ho. Walaupun menunggu adalah hal yang paling membosankan, tetapi mau tidak mau So Ra harus menjalaninya.
"Maaf, aku sedikit terlambat. Ada urusan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu," ucap Shin Ho yang sudah berdiri di hadapan So Ra.
"Ayo kita pergi ke rumahmu!" ucap So Ra.
Shin Ho dan So Ra jalan kaki menuju halte bus terdekat. Mereka pulang dengan menumpang bus kota karena Shin Ho tidak membawa kendaraan. Shin Ho jarang membawa kendaraan karena Shin Ho malas untuk menyetir. Hanya sekali-sekali saja ia membawa kendaraan ke tempat kerjanya.
So Ra dan Shin Ho pergi menuju ke rumah Shin Ho. Mereka ingin meminta restu dari kedua orang tua Shin Ho untuk menikah di tahun depan. Kedua orang tua Shin Ho belum tahu kalau anak bungsu mereka sudah memberikan cincin kepada seorang wanita dua hari yang lalu. Tidak ada anggota keluarga Shin Ho yang diberitahu mengenai hal ini.
"Aku pulang!" ucap Shin Ho.
Shin Ho melepaskan sepatunya di depan pintu kayu rumahnya. Begitu juga dengan So Ra. Mereka melepas sepatu mereka yang mereka pakai sebelum masuk ke dalam rumah Shin Ho.
Shin Ho mempersilahkan So Ra untuk duduk di atas sofa. Shin Ho pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk So Ra. Shin Ho mengambil jus jeruk dari dalam kulkas dan menuangnya ke adalam gelas kaca.
"Ini ada jus jeruk untukmu," ucap Shin Ho.
"Gomawo," jawab So Ra.
Setelah Shin Ho memberikan jus jeruk itu kepada So Ra, kedua orang tua Shin Ho muncul dari dalam rumah. Mereka menyapa So Ra yang sudah sangat lama tidak berkunjung ke rumah Shin Ho. Shin Ho lebih sering berkunjung ke rumah So Ra dibandingkan dengan So Ra berkunjung ke rumah Shin Ho.
"Annyeonghaseyo," ucap So Ra di hadapan kedua orang tua Shin Ho.
"Inikah Lee So Ra teman masa kecil Shin Ho? Tidak menyangka kalau kam usudah bertambah dewasa dan cantik," puji ayah Shin Ho.
"Ah, appa bisa saja!" tegur Shin Ho.
"Apa kabar?" tanya ibu Shin Ho.
"Baik," jawab So Ra.
"Appa, eomma, ini adalah tunanganku," ucap Shin Ho.
"Shin Ho~ya, eomma tidak menyangka kalau kamu jatuh cinta dengan dia," ucap ibu Shin Ho.
"Ah, eomma!" ucap Shin Ho dengan perasaan malu-malu.
Ayah dan ibu Shin Ho duduk di sofa yang ada di hadapan Shin Ho dan So Ra. Shin Ho mulai angkat bicara untuk memperjelas apa tujuan dari kedatangan So Ra di rumahnya hari ini.
"Appa, eomma, ijinkanlah kami untuk menikah tahun depan," ucap Shin Ho di hadapan kedua orang tuanya.
"Ahjumma, ahjussi, ijinkanlah Shin Ho untuk menikah denganku nanti," ucap So Ra.
"Sayang, apakah kamu akan merestui mereka?" tanya ibu Shin Ho.
"Aku sih setuju. Bagaimana denganmu?" tanya ayah Shin Ho.
"Kami merestui hubungan kalian," ucap ibu Shin Ho.
"Terima kasih eomma dan appa!" ucap Shin Ho.
"Terima kasih," ucap So Ra malu-malu.
Shin Ho dan So Ra menghabiskan waktu mereka dengan mundar-mandir di dalam rumah Shin Ho. Kedua orang tua Shin Ho sedang menyiapkan makan malam yang lezat. Sebentar lagi, kakak Shin Ho satu-satunya akan tiba.
"Shin Ho~ya," panggil So Ra.
"Ya?" tanya Shin Ho.
"Shin Ho, maafkan aku," ucap So Ra.
"Kamu minta maaf karena apa?" tanya Shin Ho.
"Maafkan aku yang telah mengabaikanmu. Mulai sekarang, aku tidak akan berpaling darimu," ucap So Ra.
"Hei, itu kan sudah lama! Sekarang, kita telah dipersatukan kembali," ucap Shin Ho.
"Tetap saja, aku merasa bersalah padamu karena telah mengabaikan perkataanmu. Aku tahu kalau kamu mencintaiku sejak kita maish berusia 18 tahun. Dulu, aku jahat padamu. Aku selalu mengejar Woo Jung dan mengabaikan perasaanmu. Aku pikir, kamu tidak pernah serius denganku waktu dulu. Aku pikir, kamu hanya asal bicara saja. Sekarang, aku sudah kembali kepada cinta pertamaku. Woo Jung bukan cinta pertamaku seperti yang kamu ketahui selama ini. Kamu tidak tahu kalau kamu adalah cinta pertamaku, bukan?" ucap So Ra.
"Ya, aku tidak pernah berpikir kalau kamu sudah pernah punya perasaan denganku sebelum kehadiran Woo Jung diantara kita," ucap Shin Ho.
"Shin Ho, nyanyikan lagu apa saja sekarang!" pinta So Ra.
"Wae? Apakah kamu rindu dengan suara bernyanyiku?" tanya Shin Ho.
"Kalau dipikir-pikir, seharusnya kamu bisa ikut acara pencarian bakat. Kamu bisa menjadi seorang penyanyi solo terkenal seperti rain atau penyanyi solo lainnya," ucap So Ra.
"Tidak mau. Aku tidak nyaman bernyanyi di hadapan orang banyak. Tidak seperti Yu Na dan Woo Jung," jawab Shin Ho.
Shin Ho mengambil ponselnya yang terletak di atas meja tamu rumahnya. Shin Ho mencari lirik lagu melalui browser pada ponselnya. Shin Ho mencari lagu yang pas untuk dia nyanyikan di hadapan So Ra.
Can't believe what's goin' on
Gotta keep my cool, be calm
When I heard you and he was screamin' out of control
All I can think about is "No, no, no... he won't
hurt the one I've cared for so long, long... Hell, no."
I know we're done, and now it's none of my concern but how
can two be windin' out from only weeks in goin' out
Just makes me feel that what we had was real
Could it be or is it too late? (Oh, oh baby)
Baby, Listen to your heart, won't let you down
Cause you should be my Lady!
Now that we're apart love will show how
Life carries on... I've never felt so strong
Life can lead us to a happiness never ending
If we just know that we belong to each other
Never worry, grow as we go
See you in your wedding dress
I can see you in your wedding dress
I see you walking down in your wedding dress
I can see you in your wedding dress
[Taeyang ? Wedding Dress English Version]
So Ra terdiam setelah mendengar nyanyian dari Shin Ho. Lagu yang Shin Ho pilih sangat tepat baginya. So Ra tahu kalau Shin Ho sangat ingin untuk melihat So Ra ada di sampingnya dengan memakai gaun pengantin.
Kamus Yeppuda = cantiknya narang gyeolhonhae jullae? = Will you marry me?
Pupus sudah harapan Woo Jung untuk memiliki hati So Ra. Sejak malam siaran itu, Woo Jung membuang semua niatnya untuk kembali mengejar So Ra. Woo Jung telah tertinggal satu langkah dari Shin Ho. Akibat pertemuan So Ra dan Shin Ho melalui acara di stasiun radio, Woo Jung semakin yakin kalau mereka masih saling mencintai satu sama lain. Rasa cinta mereka belum hilang.
Woo Jung sudah memakai tuxedo hitam dan sudah berdi di dalam gereja. Woo Jung menghadiri acara pernikahan So Ra dan Shin Ho yang berlangsung lima bulan setelah hari ulang tahun So Ra yang ke 26, sekaligus pertanda bahwa tahun telah berganti menjadi tahun 2015.
"Wah, cucu nenek sangat cantik hari ini!" ucap nenek So Ra.
"Tentu saja! Kalau aku tidak cantik, tidak mungkin Kang Shin Ho memilihku sebagai teman seumur hidupnya," ucapku.
So Ra masuk ke dalam Gereja didampingi oleh neneknya. Shin Ho masuk ke dalam Gereja didampingi oleh kedua orang tuanya. Mereka duduk pada baris paling depan, tepat di depan altar. Acara penikahan dipimpin oleh seorang Pastur di depn meja altar.
Woo Jung dan Eun Woo datang ke acara ini. Sayang sekali, So Ra tidak dapat mengundang Yu Na karena sudah kehilangan nomor ponselnya. Sejak Yu Na berangkat ke New York, Yu Na mengganti nomor teleponnya menjadi nomor telepon Amerika dan keluarga mereka pindah rumah ke daerah lain di Seoul. Woo Jung pun yang belajar pada universitas yang sama dengan Yu Na tidak tahu nomor ponsel baru Yu Na. Kalau saja So Ra dapat menghubungi Yu Na, mungkin saja wanita itu akan lemuangkan waktunya untuk pulang ke Seoul dan menghadiri acara pernikahan kedua teman dekatnya.
"Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus," ucap sang Pastur.
Semua hadirin mengikuti rangkaian misa Pernikahan dengan hikmad. Acara penikahan So Ra dengan Shin Ho berjalan dengan lancar. Mereka sudah mengucapkan janji pernikahan mereka di hadapan para hadirin dan bertukar cincin pernikahan.
*** Malam hari setelah acara pernikahan So Ra dan Shin Ho di Gereja, Shin Ho dan So Ra mengadakan acara makan-makan yang tidak terlalu mewah. Mereka hanya mengundang teman dekat dan keluarga saja.
"So Ra!" panggil Sung Jae, teman kerja So Ra.
"Shin Ho, ini Kim Sung Jae, teman satu kantorku," ucap So Ra.
"Selamat atas pernikahan kalian berdua!" ucap Sung Jae.
"Terima kasih," jawab Shin Ho.
Selain kehadiran teman kerja So Ra, hadir juga teman kerja Shin Ho, terutama anggota tim pemasaran yang dipimpin oleh Shin Ho.
"Ketua Kang, selamat atas pernikahanmu!" ucap kelima anggota tim pemasaran.
"Terima kasih," jawab Shin Ho.
Woo Jung dan Eun Woo mengambil makan malam bersama. Mereka sibuk memilih makanan mana yang hendak mereka ambil. Eun Woo bingung karena makanan yang tersedia di ruang pesta merupakan makanan yang dipesan dari rumah makan keluarganya, sehingga Eun Woo sudah familiar dengan rasa masakan ibu dan kakaknya sendiri.
"Eun Woo," sapa Woo Jung.
"Ya?" tanya Eun Woo.
"Bagaimana dengan hobi membuat komikmu?" tanya Woo Jung.
"Ya, aku hanya membuat komik sederhana dan ada di dalam aplikasi web toon saja. Seperti yang sudah kamu ketahui sebelumnya, aku bekerja keras untuk membantu rumah makan keluargaku. Sekarang, rumah makan milik keluargaku sudah bertambah besar dan menerima banyak pesanan. Contohnya adalah makanan yang ada di acara ini. Ini semua adalah masakan dari rumah makan kami," jawab Eun Woo.
"Aku pikir, kamu mendalami dunia manggambar dan membuat komik dengan belajar di universitas," ucap Woo Jung.
"Tidak. Aku mengalah demi adikku. Biaya pendidikan semakin mahal dan waktu itu, dia lulus dari sekolah menengah pertama. Itu artinya, dia membutuhkan biaya untuk masuk ke sekolah menengah pertama dan sisa uang digunakan untuk biaya kuliah. Kalau aku yang pergi kuliah, adikku tidak dapat kuliah. Lagipula, nilaiku kurang bagus dan adikku itu pintar. Jadi, aku mengalah saja," jawab Eun Woo.
Setelah Eun Woo dan Woo Jung mengobrol berdua, Shin Ho dan So Ra turun dari atas panggung kecil di ruang pesta. Mereka ingin mengobrol dengan pihak keluarga dari kedua belah pihak. Merea duduk pada kursi makan di bagian keluarga.
"Halmeoni!" sapa So Ra.
"Wanita tua berpakaian hanbok itu menoleh dan melihat ke arah cucu kesayangannya. "So Ra~ya!"
"Apakah halmeoni sudah mengobrol dengan kedua orang tua Shin Ho?" tanya So Ra.
"Tentu saja! Mereka adalah orang tua yang ramah. Selain itu, halmeoni juga bertemu dengan Shin Yong," ucap nenek So Ra.
"Oppa!" panggil So Ra.
"Halo So Ra," sapa Shin Yong.
"Dimana istri oppa?" tanya So Ra.
"Oh itu, sedang di toilet," jawab Shin Yong.
"So Ra~ya," panggil Shin Ho.
"Ya, suamiku! Ada apa?" tanya So Ra.
"Ayo kita mengobrol dengan Woo Jung dan Eun Woo!" ajak Shin Ho.
"Baiklah," jawab So Ra.
*** Malam pertama setelah menikah
So Ra dan Shin Ho tinggal untuk sementara waktu di rumah nenek So Ra. Tadinya, mereka akan tinggal bersama di rumah keluarga Shin Ho, tetapi mereka takut jika kedua orang tua Shin Ho merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Akhirnya, mereka tinggal di rumah nenek So Ra.
Walaupun rumah itu tidak sebesar rumah Shin Ho, tetapi rumah itu bersih dan tertata dengan rapih. Shin Ho sudah berjanji untuk membantu So Ra merapihkan isi rumah nenek So Ra. Nenek So Ra sudah tua dan tidak meungkin mengurusi urusan rumah tangga sendirian.
"Ah, sekarang kamar ini menjadi kamarku juga!" ucap Shin Ho.
"Shin Ho~ya, apakah kamu masih ingat kalau kamu pernah tertidur di kamar ini?" tanya So Ra.
"Hei, jangan bahas itu lagi! Itu sudah terjadi sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, bukan?" tanya Shin Ho.
"Aku tidak menyangka bahwa akhirnya aku akan menjadi istrimu. Aku pernah berpikir kalau aku akan menikahi seorang artis yang aku idolakan," ucap So Ra.
"Hei, pikiran macam apa itu? Mana mungkin kamu akan menikah dengan artis yang kamu idolakan? Kamu terlalu berandai andai!" ucap Shin Ho.
"Shin Ho~ya, mari kita mendengarkan lagu-lagu milik DBSK," ajak So Ra.
"Untuk apa? Mereka kan sudah pecah dan berubah nama menjadi TVXQ. Bukankah kamu tidak mengidolakan mereka lagi?" tanya Shin Ho.
"Sekarang, aku bukan hanya seorang cassiopeia, tetapi aku juga seorang Elf dan Exo-L! Mereka semua cakep. Kamu harus mendengar lagu-lagu mereka dan melihat ketampanan wajah semua membernya," ucap So Ra.
"Hei, tetap saja jauh lebih keren Big Bang!" tegur Shin Ho.
"Uh, sudah tahun 2015 tetapi kita masih saja meributkan soal masing-masing grup kesuakaan kita," keluh So Ra.
"Bukankah kamu duluan yang memulainya?" tanya Shin Ho.
"Hei, aku kan tidak membuat keributan!" balas So Ra.
Shin Ho berjalan mendekati So Ra. So Ra yang baru saja selesai mengganti pakaian menjadi pakaian tidur langsung terkejut dengan sikap Shin Ho.
"Hei, lepasakan aku!" ucap So Ra ketika Shin Ho langsung menggendong So Ra dan membawanya ke atas tempat tidur mereka.
"Ayo, kita tidur bersama!" ucap Shin Ho.
"Tentu saja kita akan tidur bersama! Kita kan sudah resmi menjadi suami dan istri," ucap So Ra.
Shin Ho masih saja menggendong So Ra beberapa saat sebelu mbenar-benar menurunkan badan So Ra ke atas tempat tidur mereka. So Ra menjadi semakin kesal dengan Shin Ho.
"Hei, turunkan aku!" pinta So Ra dengan kesal.
"Sekali ini saja!" ucap Shin Ho.
"Cepat kau turunkan aku!" ucap So Ra.
"Baiklah," jawab Shin Ho.
Shin Hp langsung menurunkan tubuh So Ra di atas kasur mereka. Shin Ho memakaikan selimut untuk So Ra sebelum dirinya ikut masuk ke dalam selimut yang sama. Sekarang, mereka sudah resmi menikah dan tinggal pada satu rumah yang sama.
"Selamat malam istriku," ucap Shin Ho sambil mengceup kening So Ra.Januari, 2017
Kim Yu Na datang ke kedai kopi bersama dengan So Ra setelah Yu Na datang mengunjungi toko bunga milik nenek So Ra. Mereka mengobrol bersama setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Sudah lewat sembilan tahun mereka tidak bertemu.
Di samping itu, hadir sosok Eun Woo. Eun Woo datang bersama dengan Rachel William, anak Yu Na satu-satunya. Eun Woo sebenarnya hanya berniat untuk bertemu dengan Yu Na dengan datang ke rumah kedua orang tua Yu Na. Setelah Eun Woo datang ke rumah itu dan mendapt kabar kalau Yu Na pergi ke toko bunga milik nenek So Ra, Eun Woo pergi bersama dengan anak Yu Na satu-satunya ke toko bunga milik nenek So Ra. Dari situlah Eun Woo akhirnya mengetahui keberadaan Yu Na yang sesungguhnya.
"Eomma, apakah dia adalah appaku?" tanya Rachel.
"Sstt... Chingu eyo," ucap Yu Na.
"Lee So Ra!" sapa Eun Woo.
"Jung Eun Woo! Baru saja kita bertemu di mall beberapa minggu yang lalu," ucap So Ra.
"Jadi, teman kita kurang dua orang lagi nih!" ucap Eun Woo.
"Shin Woo Jung sedang ada urusan," ucap So Ra.
"Lalu, bagaimana dengan Kang Shin Ho?" tanya Eun Woo.
"Dia juga tidak bisa datang," ucap So Ra.
"Eomma!" ucap Rachel.
"Sini, duduk di samping eomma," ucap Yu Na.
Jung Eun Woo pergi ke meja barista untuk memesan segelas kopi hangat. Kedua wanita berusia 29 tahun itu masih mengobrol untuk saling menukarkan cerita selama mereka tidak bertemu. Bahkan, tanpa disengaja, mereka mengungkit-ungkit kisah masa lalu mereka mulai dari kisah dua belas tahun yang lalu. Kisah saat So Ra dan Yu Na menjalani kehidupan remaja mereka dan kisah saat mereka sedang mencari siapa cinta pertama mereka.
Setelah kopi yang dipesan oleh Eun Woo sudah siap, Eun Woo ikut mengobrol bersama dengan kedua wanita itu. Eun Woo berusaha untuk mendekatkan diri dengan Yu Na, wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya sewaktu mereka masih berusia 18 tahun.
"Eomma, dia appaku kan?" tanya Rachel sekali lagi sambil memainkan sebuah sedotan.
"Sttt...." ucap Yu Na.
"So Ra, ceritakan mengenai pernikahanmu! Aku tidak tahu tentang pernikahanmu dan dengan siapa kamu manikah," ucap Yu Na.
"Aku menikah dengan Kang Shin Ho," ucap So Ra.
"Ah, aku pikir kamu dan Woo Jung akan menikah," ucap Yu Na.
"Yu Na, kenapa kamu berpikiran seperti itu?" tanya So Ra.
"Sebab, aku mendengar kalau Woo Jung masih mencintaimu. Sebelum aku dan Woo Jung bernar-benar tidak pernah bertemu lagi, aku masih mendengar dirinya merindukanmu," ucap Yu Na.
"Aku sadar kalau aku tidak benar-benar mencintainya. Aku hanya tergila-gila dengannya waktu itu," jawab So Ra.
"Rachel," panggil Eun Woo.
Rachel menoleh ke arah Eun Woo. Eun Woo membersihkan pinggir mulut Rachel yang belepotan karena minum es cokelat. Eun Woo memperlakukan Rachel seolah-olah Rachel adalah anaknya sendiri. Yu Na jadi tidak enak dengan Eun Woo.
"Ahjussi pasti adalah appaku kan?" tanya Rachel.
"Bukan dia Rachel," ucap Yu Na untuk meyakinkan Rachel.
"Lalu, kenapa ahjussi membersihkan mulutku?" tanya Rachel.
"Kim Yu Na," panggil Eun Woo.
" Ya?" tanya Yu Na.
"Saranghae," ucap Eun Woo.
"Ya! Kenapa tiba-tiba kamu mengatakan itu di depan Rachel?" tanya Yu Na sambil menutup kedua telinga Rachel menggunakan kedua tangannya.
"Aku mencintaimu lagi," ucap Eun Woo.
"Aku...." Ucap Yu Na.
"Wae? Kenapa kamu ragu-ragu?" tanya Eun Woo.
"Hei Yu Na! Apakah kamu masih mencintai Eun Woo?" tanya So Ra.
"Aku..." ucap Yu Na.
Belum sempat Yu Na melanjutkan kalimatnya, datanglah seorang pria ke kedai kopi. Pria itu berjalan sambil membawa sebuah bungkusan dan meletakan bungkusan itu di atas meja tempat So Ra dan kedua orang temannya mengambil tempat. Pria itu langsung ikut duduk di tengah-tengah mereka. Lebih tepatnya, di samping So Ra.
"Halo So Ra junior!" ucap Shin Ho sambil memegang perut So Ra yang membesar.
"Kenapa kamu tidak menyapa ibunya?" tanya So Ra kesal.
"Hei, kita kan bertemu setiap hari!" ucap Shin Ho.
"Shin Ho, bukankah kamu bilang kalau kamu tidak bisa datang kesini?" tanya So Ra.
"Acara makan-makan satu tim diundur besok," ucap Shin Ho.
"Kenapa?" tanya So Ra.
"Karena aku ingin bertemu dengan kalian semua," jawab So Ra.
Shin Ho meraih kopi milik So Ra yang belum habis. Shin Ho meminum kopi itu dan membuat So Ra kesal. So Ra hanya dapat pasrah karena memang begini adanya. Mereka sering minum dari gelas yang sama dan makan dari piring yang sama.
"Yu Na, apa kabar?" tanya Shin Ho.
"Aku baik-baik saja," jawab Yu Na.
"Eomma, siapa appaku?" tanya Rachel lagi.
"Kamu tidak punya appa. Nanti, kalau usiamu bertambah, kamu akan punya appa," jawab Yu Na.
Yu Na menyedot kopi pesanannya. Begitu juga dengan teman-temannya. Setelah itu, mereka berempat melanjutkan obrolan mereka sampai pada akhirnya muncul sosok Woo Jung.
"Shin Woo Jung! Akhirnya kamu datang juga," ucap Eun Woo.
"Setelah siaranku selesai, aku langsung mengarahkan mobilku kesini," ucap Woo Jung.
"Apakah benar kamu adalah Woo Jung? Gayamu sudah berbeda sekali," ucap Yu Na.
"Hei, bagaimana kabar pacarmu itu?" tanya Woo Jung.
"Kami sudah bercerai," ucap Yu Na sambil menutup kedua telinga Rachel menggunakan kedua tangannya.
"Aku saja tidak tahu kalau kamu dan dia sudah menikah setelah sekian lama," ucap Woo Jung.
"Yu Na, kamu belum menjawab pertanyaan yang tadi ditanyakan oleh Eun Woo," ucap So Ra.
"Ada apa ini?" tanya Woo Jung tidak mengerti.
"Iya, ada apa ini?" tanya Shin Ho yang juga tidak mengerti.
"Yu Na, apakah kamu mau menjalin hubungan deganku lagi?" tanya Eun Woo.
"Jung Eun Woo... Aku.... Aku sangat merindukanmu," ucap Yu Na terbata-bata.
"Benarkah?" tanya Eun Woo.
"Iya. Bogoshiopoyo," ucap Yu Na.
"Bogoshipoyo," balas Eun Woo.
Kelima sahabat itu tertawa setelah Eun Woo dan Yu Na menyatakan rasa rindu mereka masing-masing. Setelah itu, klima sahabat itu mendekatkan gelas kopi mereka untuk bersulang.
"CHEERS!" ucap kelima sahabat itu.
"Eomma, aku ingin ke toilet!" ucap Rachel sambil menarik pakaian yang dipakai oleh Yu Na.
"Ayo," jawab Yu Na.
Yu Na mengantar Rachel pergi ke toilet. Selama Yu Na pergi dengan Rachel ke toilet, Shin Ho dan So Ra melanjutkan kopi mereka yang hampir habis. Eun Woo dan Woo Jung heran melihat tingkah pasangan itu. Mereka sering bertengkar hal kecil, tetapi kalau sedang tidak bertengkar, mereka terlihat sangat mesra. Melebih kemesaraan pasangan lain yang mereka ketahui.
"Ahjussi!" panggil Rachel setelah Rachel kembal idari toilet.
Rachel duduk manis diantara Eun Woo dan Yu Na. Eun Woo membelai rambut lurus Rachel. Rachel tersenyum senang karena dia diperlakukan baik oleh Eun Woo. Pantas saja kalau Rachel menganggap Eun Woo adalah ayahnya.
"Yu Na, kapan kita pergi ke acara konser lagi?" tanya So Ra.
"Bagaimana kalau kita datang saja ke SMTOWN Theatre saja? Kita bisa melihat konser dari artis-artis disana," ajak Yu Na.
"Ya aku setuju! Atur saja tanggalnya," jawab So Ra.
"Hei, masih saja ingin datang ke acara konser!" tegur Shin Ho.
"Kenapa? Apakah ada yang salah?" tanya So Ra.
"Kamu harus memperhatikan kandunganmu! Kamu jangan terlalu lelah," ucap Shin Ho.
"Shin Ho, sekali ini saja!" ucap So Ra.
"Tidak!" jawab Shin Ho.
"Shin Ho~ya," ucap So Ra memohon.
"Ayolah Shin Ho, beri dia satu kesempatan sebelum dia menjadi seorang ibu," ucap Eun Woo.
" Ya, satu kali saja ya!" ucap Shin Ho.
"Asik!" ucap So Ra senang.


A Time From The Past Karya Melissa Darmawan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eomma mau pergi? Nanti aku sama siapa?" tanya Rachel.
"Tenang saja, halmeoni dan haraboji bisa menjagamu selama eomma pergi," ucap Yu Na.
"Aku ingin jalan-jalan bersama dengan ahjussi ini!" pinta Rachel.
"Tidak bisa. Dia bukan siapa-siapamu," jawab Yu Na.
"Yu Na, biarkan saja dia pergi denganku nanti," ucap Eun Woo.
"Hei, memangnya kamu bisa menjaga dia selama hitungan jam?" tanya Yu Na.
"Aku harus bisa! Sebab, suatu hari nanti aku yang akan menjadi ayahnya," ucap Eun Woo.
"Hei, kita kan belum berencana untuk menikah!" ucap Yu Na.
"Bukankah kita kembali untuk mempersiapkan hal itu?" tanya Eun Woo.
Petemuan kelima sahabat itu dilanjutkan dengan perbincangan tentang kehidupan pekerjaan mereka dan perbincangan mengenai masa lalu mereka. Semuanya sangat antusias untuk saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing.
Tamat Eragon 10 Pendekar Bloon Karya S D Liong Meraga Sukma 3

Cari Blog Ini