Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 12

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 12


berputar putar membela dirinya dengan sia-sia belaka.
In Gak menjadi sebal melihat orang demikian tak tahu
gelagat, ia bersiul keras, dan pedangnya menambah maka
berbareng dengan berkelebatnya sinar hijau, pedangnya Wan
Kong Kiam putus separuhnya.
Selagi Coe Keng melengak. tahu-tahu terasa dingin-dingin
sakit pada telinganya hingga dia kaget tak terkira. Dia
melemparkan pedangnya dia membekap telinganya itu. Maka
tangannya lantas berlepotan darah hidup, sebab telinganya
telah lenyap sebelah "Akan ku ampuni jiwamu, aku pinjam mulutmu" berkata Jie
In, "Umumkanlah bahwa pedang ku tak ada tandingannya di
kolong langit ini siapa tidak puas dia boleh datang cari tuan
muda mu semua nama itu kosong belaka, akupun tak
ketentuan tempat kediamanku, maka siapa mau cari aku, dia
kenali saja rupaku."
Belum hilang suaranya anak muda ini atau ia melihat
menyambarnya tujuh buah titik
hitam, cepatnya seperti bintang jatuh, itulah senjata
rahasia paku Hek bong-leng dari Jim Cit Kouw. Nyonya ini
penasaran sekali, dia tahu musuh terlalu liehay maka dia
menyerang dengan seraup pakunya itu.
Dia menyerang dengan timpukan "Hoan thian hoa ie," atau
" Hujan bunga memenuhkan langit."
Paku itu panjang satu dim, telah direndam di dalam racun,
ujungnya persegi enam, di peruntukan merusak khie-kang
atau tenaga dalam kalau mengenai paku itu terbelah dan
nancap ke dalam, si apa terkena itu, dia sukar dapat
pertolongan. Juga penyerangan biasa dilakukan saling susul, ada kalanya
yang belakangan melombai yang terdahulu.
696 In Gak menduga kepada senjata rahasi a, maka ia memutar
diri seraya memutar juga pedangnya, Akibatnya ialah suara
tingtong nyaring yang berulang-ulang lantas semua paku itu
runtuh ke tanah. Cit Kouw penasaran ia mau mengulangi serangannya, fa
memang menyiapkan banyak paku beracun itu, ia pandai
melepaskan sembilan sampai sebelas batang paku dengan
kedua tangannya. Tapi timpukannya dengan senjata rahasia itu membikin In
Gakgusar sekali sebelum ia menimpuk pula ia sudah diserang.
Luar biasa gesitnya si anak muda, tahu-tahu dia sudah berada
di depan orang danpedangnya menyamber
Cit Kouw kaget dan berteriak, ia berkelit tetapi tidak urung,
lengan kirinya telah terbabat kutung-lengan yang lagi diangkat
itu diayun itu, Membarengi itu tangan kiri In Gak pun
melayang menghajar pundak kanan si nyonya tua maka
menjeritlah dia, tulang pundaknya remuk.
Tubuhnya teriempar, lengan kirinya yang buntung terus
mengalirkan darah, tangan buntungnya menggelelak di tanah,
jari-jari tangannya masih mengepal Hek bong teng.,..
Semua orangnya wanita jago itu menjadi kaget semua
berdiri menjublak, muka mereka pucat-pias.
Dengan mata bengis In Gak mengawasi mereka itu, ia
tertawa mengejek, kemudian ia masuki pedangnya ke
sarungnya, terus ia lari pula ke arah timur. Tidak ada orang
yang berani menghalang- halanginya.
Cit Kouw lantas ditolongi, untuk dipimpin bangun dari
tempatnya roboh numprah. Tapi ternyata dia telah putus jiwa.
Coe Heng membanting-banting kaki, ia sangat penasaran,
maka juga ketika kemudian meninggalkan In Bu San-Chung, ia
mencoba menghasut ke sana-si ni untuk mengacau Rimba
persilatan guna menyeterukan si anak muda.
697 In Gak lari terus ke timur tanpa menghiraukan apa yang
terjadi di belakangnya itu, hanya sekarang ia lari sembari
memperhatikan jalanan untuk mencari tapak-tapak kaki atau
bekas-bekas pertempuran. Kalau Yan Bun dikejar banyak orang, ada kemungkinan dia
kecandak dan mesti mengadu jiwa untuk membela dirinya.
Bukankah si nona menyingkir dengan menggendong atau
memanggul ibunya" Tapi ia telah lari kira- kira tiga puluh lie
tanpa mendapatkan sesuatu, ia heran.
Itu waktu matahari sudah mulai selam di arah barat, angin
gunung bertiup santer, Awan putih saban-saban melayang
dalam gumpalan-gumpalan. Untuk memasang mata In Gak berhenti di atas sebuah batu
besar, ia tidak melihat si nona kecuali di kejauhan tampak
sungai Hong HHoo berliku bagaikan ikat pinggang. saking
heran dan berkuatir ia mestijadi berpikir keras.
"Bukankah si bocah mengatakan dia lari ke timur" Kenapa
aku tak menemuinya" Kenapa dia tak ada bekas-bekasnya"
Mungkin bocah itu mendustai aku?" berulang-ulang ia tanya
dirinya sendiri Bocah itu tidak membohong. Yan Bun benar menyingkir ke
arah timur, Hanya kemudian mengalih lain arah tanpa merasa.
La menggendong ibunya, ia mesti menjauhkan diri dari
pengejar-pengejarnya, terpaksa ia lari sana dan lari sini
kesudahannya ia lari ke arah yang bertentangan.
Setelah memandang sekian lama in Gak lari balik. selagi
mendekati InBoesan-chung, ia menampak orang repot
memadamkan api yang berkobar kobar dan asap mengepul
ngepul, Tak mau ia menonton, ia meninggalkannya, ia pergi
ke tempat yang dijanjikan di depan air tumpah.
698 Di situ ia tidak mendapatkan si nona, cuma sang air
tumpah serta muncratannya yang mirip kabut ia berdiri diam,
ia bagaikan kehilangan suatu apa.
Tidak lama pemuda ini berdiam di si tu bagaikan orang
baru sadar, ia lari ke arah In Bu san Chung, ia melihat
sarangnya Liong Bun Ngo Koay rusak tiga bagian, tinggal yang
bagian barat tertolong. Disaat itu penjagaan menjadi kendor sendirinya. Tanpa
rintangan ia pergi ke rumah bagian barat itu. Di depan jendela
ia bersembunyi di cabang pohon gouwtong, Haripun sudah
magrib maka semakin sulit untuk mengetahui ada orang
mengumpat di pohon itu. sebaliknya dari situ orang dapat
memandang kedalam rumah dengan leluasa.
Dengan dibantu tiga saudaranya, itu waktu Jim Liong
terlihat masuk ke dalam ruangan untuk dia berduduk. Dia
dibalut lengan dan pahanya yang kanan, balutannya demak
dengan darah hitam. Tiga yang lainnya bermuram durja, Mereka duduk
mengitari sebuah meja marmer putih. Jim Houw masih gusar
sekali, ia menepuk meja dengan keras hingga meja itu rengat.
"Aku tidak percaya pemuda itu demikian liehay ilmu
pedangnya" katanya sengit. "Besok aku nanti cari dia,
sampaipun keliling jagat aku mesti dapatkan dia."
"Jieko, jangan kau membuat orang menertawakan kau."
berkata Jim Pa yang mengasi dengar suara dari
kemendongkolan: "Hm" ia menambahkan, "Lihat ibu yang
demikian gagah, ibu masih tak dapat menangkis satu tebasan
saja. Umpama kata kau dapat menemui dia, kau bisa bikin
apa?" In Gak tertawa dalam hati, orang lagi membicarai tentang
ia, ia memasang telinga, Jim Houw gusar, matanya mendelik,
"Habis?"" tanyanya. "Sakit hati begini besar, apakah kita
sudahkan saja." 699 "Siapa bilang sudah saja?" sahut Jim Pa dingin, "Kita harus
berpikir dulu, Jangan seperti kau cuma menuruti adat."
Mata Jim Houw mendelik, mau ia mengutarakan
kemurkaannya tetapi Jim Liong mengulapkan tangannya.
"Sabar," katanya, "Benar juga apa yang adikmu bilang. Kau
tidak sabaran adik Houw, kau harus dapat mengubah
tabiatmu itu, Kedua anak muda itu dua-duanya liehay sekali.
Yang harus disalahkan ialah kita sendiri yang terlalu besar
kepala. Kita menganggap. siapa melanggar In Bu san-chung
dia bagian mati. Untuk banyak tahun orang mentaati aturan kita tanpa
perkenan tak ada yang diijinkan masuk. tak ada yang berani
lancang memasukinya. Kita lalu menjadi alpa sendirinya,
sampai sekarang muncullah kedua pemuda itu." ia berhenti
untuk menghela napas. "Kau tahu," ia menyambungi "kalau tidak Bin san Jie Loo
datang cepat, tentulah jiwaku tak dapat ditolong lagi, Kau
sebaliknya bicara enak saja, adikku...." Jim Houw berdiam.
"Entah bagaimana dengan Bin san Jie-loo cianpwee?" kata
Jim Pa: "Entah mereka berhasil atau tidak...." Jim Liong
menggeleng kepala. "Gunung Bong san lebat dan disana banyak kuburannya,
disana gampang sekali orang menyembunyikan diri," ia bilang
"Sudah begitu, magribpun telah tiba. Pula, kedua pemuda
liehay sekali...." Mendengar disebutnya gunung Bong san, In Gak lantas
saja berlompat turun, untuk segera pergi kesana, Tanpa
merasa, ia membuatnya cabang cabang pohon dan daunnya
bergerak. Jim Houw melihat bergoyangnya pohon segera ia
menyerang dengan paku Hek bong-teng. serangan ini
disambut dengan tertawa menghina lantas pakunya itu
700 menyambar balik, menghajar meja didepannya, hingga
muncratlah lelatu api-nya.
Berbareng dengan Jim Pa, Jim Houw berlompat keluar
tetapi tanpa hasilnya, Daun-daun pohon bergoyang karena
sampokan angin, orang tak nampak, bayangannya pun tidak
ada, Dengan lesu mereka kembali ke dalam, Tahulah mereka
sia-sia belaka untuk menyusul musuh yang tak terlihat.
In Gak berlari terus, Ketika ia ditimpuk ia menangkis
kebelakang tanpa memutar tubuh, ia menggunai jurus huruf
"Gempur" dari Bie Lek sin-Kang, maka paku Hek- bong-teng
kena di sampok kembali. Tidak ada tempo untuk melayani
persaudaraan Jim itu. Keras luar biasa ia lari kearah gunung
Bong san- Ketika ia sampai langit sudah gelap. jagat diterangi kelakkeliknya
bintang bintang serta si Puteri Malam yang guram.
sebab rembulan masih rembulan si si r seperti gaetan.... Angin
Utara bertiup santer sekali.
Diantara berbagai kuburan, In Gak mencari. Beberapa kali
ia terhuyung, bukan karena letih, hanya disebabkan hati yang
kosong, Tak juga ia melihat Yan Bun- Disanapun tak ada Bin
san Jie Tok serta lainnya orang In Bu san- chung yang
mengejar nona Kouw. Luasnya pegunungan empat ratus lie lebih, sulit untuk
menjelajahnya semua, Mencari empat orang disana mirip
dengan mencari jarum di dasar laut....,.
Tak puas in Gak sebelum ia dapat mencari kekasihnya itu,
ia mencari terus, Paling belakang ia berdiri atas tempat yang tinggi, sembari
menenangkan hati, ia memandang ketinggian. Tiba-tiba ia
melihat dua bayangan berkelebat, didepannya, terpisahnya
belasan tombak. Disana kedua bayangaa itu lantas berhenti.
701 Tiba tiba saja ia menjadi girang, ia menduga kepada Bin
san Jie Tok. la percaya kalau kedua jago Bin san itu ada disi tu
pastilah Yan Bun dan ibunya tak kurang suatu apa, hanya tak
diketahui dimana ibu dan anak itu bersembunyi.
Dua bayangan itu ruginya tak melihat ada orang lagi
mengawasi mereka, mereka tetap berdiri tak berkutik,
In Gak menggeraki tubuhnya. ia berlompat maju dengan
pesat kearah kedua bayangan itu. Tanpa terpergok.
lamendekati belakang mereka sejauh satu tombak lebih
kurang, ia menyembunyikan diri, karena ia ingin melihat dulu
gerak-gerik orang atau mendengar perkataannya.
Kecuali suara angin, gunung itu sunyi, Kedua orang itu,
yang benar-benar Bin san Jie Tok adanya, akhir-akhirnya
berbicara juga. "Loo-jie, baiklah kita jangan berdiam di sini saja minum
angin Barat daya" demikian berkata yang satu, yang suaranya
keras, "Marilah kita kembali. Bukankah dia pun tak
bermusuhan dengan kita."
"Akutahu, Loo-toa," berkata orang yang kedua. " Kalau
kejadian ini teruwar, bisa terjadi orang Kang ouw mengatakan
kita menghina seorang bocah, itulah pasti tak sedap
didengarnya, Cuma aku lihat bocah itu terkebur sekali, maka
aku ingin beri rasa peluruh Ngo Tok san-hwee-tan
kepadanya...." Walaupun mereka sudah lama berdiam di Bin San, Bin San
Jie Tok. -Dua Racun tetap berlagu suara orang Utara.
In Gak sudah memikir untuk mempermainkan mereka itu,
sekarang ia mendengar suara mereka yang berniat pulang, ia
batalkan niatnya, ia cuma masih mengawasi tajam hingga ia
melihat di pinggang mereka tergantung kantung kulit, ia
percaya kantung itu banyak isinya, lantaran tak bergoyanggoyang
tersampok angin. Mendadak ia mendapat pikiran.
702 Bukanlah peluru itu jahat dan dapat mencelakai banyak
orang" Dengan mengguna Hian Thian Cit seng Pou ia berlompat
maju, tubuhnya lantas melesat kedepanBin san Jie Tok membelakangi si anak muda, dengan begitu
ia tidak mendapat lihat anak muda itu cuma ketika mereka
merasai berkesiurnya angin, mereka heran hingga mereka
melengak. Segera mereka menyampok kebelakang, dengan tipu silat
"Ular naga emas menggunting pohon bwee."
Mereka menyampok dengan sebat, akan tetapi mereka
mengenai sasaran kosong. Atas itu keduanya saling
mengawasi sambil tertawa bergelak. Mereka menganggap
bahwa mereka bercuriga tak keruan.
Kemudian keduanya berlompat, untuk meninggalkan
gunung Bong san itu Mereka bangsa liehay tetapi mereka
tidak mendusin yang kantung-kantung mereka sudah terlepas
dari pinggang mereka, kedua kantung sudah pindah ke tangan
in Gak yang liehay. "Adik Bun" In Gak memanggil sesudah ia merasa Jie tok
telah pergi jauh.

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak lama maka diantara siuran angin terdengar
pertanyaan- "Apakah engko In disana?" Itulah suaranya Yan
Bun- Bukan main girang nya si anak muda.
"Adik Bun" ia berseru, lantas ia lompat, lari ke arah kepala
angin, dari mana jawaban itu datang.
Ia tidak usah larijauh akan melihat satu bayangan
berkelebat, terus Nona Kouw berdiri dihadapannya.
"Mana peebo?" adalah pertanyaan si anak muda yang
pertama, meskipun luar biasa girangnya telah berhadapan
dengan si pemudi. Yan Bun tidak menjawab, dia hanya menyamber tangan
orang, untuk dituntun. 703 Maka bersama-sama mereka lari ke kanan, ke arah sebuah
kuburan tinggi sepuluh tombak lebih, pastilah itu kuburannya
raja, panglima perang atau perdana menteri di suatu jaman
dulu, In Gak tidak sempat memperhatikan batu nisannya,
untuk membaca dan mengetahui si apa yang rebah dengan
damai di dalam pekuburan itu, sebab ia, terus memperhatikan
nona di sampingnya. Yan Bun menyalakan api, terus ia menggeser batu nisan,
maka di depannya mereka lihat tangga batu terdiri dari
belasan undak dari atas turun ke bawah di mana terlihat
tempat rata lebar dua kaki, tempat itu gelap dan nampak
menyeramkan-Tapi keduanya masuk ke situ, bertindak di
tangga. Segera in Gak melihat seorang wanita yang berpakaian
hitam lagi rebah meringkuk di tanah. Yan Bun lompat kepada
wanita itu. "Ibu" ia memanggil.
"Ya..." menyahut wanita itu lemah.
Si nona memegang tubuh wanita itu, untuk dikasi bangun,
hingga dia dapat duduk sambil menyenderkan tubuh.
Sekarang In Gak dapat melihat seorang nyonya yang
romannya juga kecantikannya sangat mirip Yan Bun- Hanya,
disebabkan penderitaan belasan tahun, dia kucal dan lesu,
dijidatnya ada garis garis tanda dari penderitaan dan
kemasgulan-cuma matanya yang agak tajam. Nyonya itu
lantas mengawasi padanya.
In Gak menduga orang ingin melihat wajahnya yang tulen,
maka ia lantas menyingkirkan topengnya, Atas itu si nyonya
berseru: "Oh" dan matanya bersinar, senyumnya pun lantas
Nampak, hanya sejenak kemudian dia menghela napas dan
berkata dengan perlahan- "Yan Bun, sekarang ini ibumu mirip
sampah. Apakah gunanya kau menolongi ibumu" Tapi lega
hatiku melihat kau telan mempunyai andalan..."
704 "Ibu," berkata si anak. "jangan ibu berkata begini, Biarnya
anakmu hancur lebur, anak mendayakan supaya ibu dapat
disembuhkan-" In Gak telah lantas melihat, nyonya itu lemas tubuhnya
akibat totokan di bagian im hiat, bahagian terlarang maka ia
tidak bisa lantas menanyakan, baru sekarang ia berani campur
bicara. "Adik Bun, apakah peebo terluka?" tanyanya.
Nona itu berpaling, mengawasi anak muda, ia agaknya
berduka tercampur penasaran
"Ketika ibu ditawan, ibu dipaksa menikah dengan Jim
Liong," sahutnya seogit, "lbu berkeras menolak, Atas itu ibu
ditotok pelbagai jalan darahnya, hingga tangan dan kaki ibu
tak dapat digeraki lagi. ibu mau dipaksa, ibu di ancam,
katanya satu hari ibu tidak menerima, satu hari ibu tak akan
dibebaskan- Coba pikir, mana dapat ibu menerima" Begitulah
sekian lama ibu dibikin tidak berdaya, Untunglah ibu masih
dikasi makan tiga kali setiap hari hingga jiwa ibu ketolongan
dan wanita tua bangsat itu juga melarang Jim Liong
memperkosa, jikalau tidak"
Tanpa tertahan lagi, nona ini menangis. Tapi ia memaksa
menguati hati, ia tanya: "Engko In- dapatkan say Hoa To Goei
Peng Lok menolongi ibu?"
In Gak terharu, setelah berpikir sebentar ia menjawab:
"Jikalaupebo ditotok belum lama, Ia dapat disembuhkan dalam
waktu dua tiga hari tetapi sesudah bertahun-tahun, hingga ia
menjadi lemah sendirinya waktu kesembuhannya tak dapat
dalam waktu yang singkat.
Untuk itu dibutuhkan obat yang mujarab, yang dapat
menyalakan darah dengan baik serta daya menambah
kekuatan. Mungkin say Hoa To dapat menolong tetapi lama
untuk pergi ke tempatnya.... Mana dapat peeboo melakukan
perjalanan demikian jauh" Aku mengerti juga tentang ilmu
pengobatan, hanya sini ada soal pria dan wanita."
705 "Cia Hiantit," tiba-tiba berkata si nyonya, yang pun
langsung memanggil hiantit atau keponakan, "di dalam Rimba
Persilatan tak ada pantangan demikian hebat, laginya kau
dengan Yan Bun..." Mendadak nyonya itu berhenti agaknya dia likat.
In Gak cerdas, ia lantas dapat membade hatInyonya,
Nyatalah ia sudah dipandang sebagai separuh anak. Tentulah
Yan Bun sudah bercerita jelas pada ibunya tentang ia dan
nona itu dan ibu itu sekarang menganggapnya sebagai bakal
mantu, hingga terhadapnya nyonya itu sang bakal mertua
sudah tidak malu malu lagi. ia menjadi terharu tetapi tetap ia
ragu ragu. Yan Bun mendengar perkataan ibunya, di sinar api terlihat
mukanya menjadi merah tetapi girang, maka kemudian ia
tertawa dan kata: "Oh, engko In, kau juga mengerti ilmu
pengobatan" Tapi Jim Cit Kouw itu luar biasa, kepandaiannya
istimewa, orang lain tak dapat membebaskan totokannya....
Kau mengerti ilmu pengobatan kenapa sebelumnya aku belum
pernah mendengar kau mengatakannya?"
In Gak tidak lantas menjawab. Ketika itu, sumbu api
mereka mulai guram, tandanya penerangan bakal lekas
padam. "Tempat ini bukan tempat di mana kita dapat berdiam lama
lama," ia berkata. "Aku percaya Bin san Jie Tok bakal lekas
kembali ke mari, Barusan aku telah samber kantung obat
mereka maka begitu mereka mengetahuinya mesti mereka
datang mencari. sekarang, adik Yan Bun, mau aku pergi
keluar untuk menjaga mereka, kau sendiri lekas kau siap.
ibumu harus dibawa ke Thian Ma Piauw Kiok di Kayhong,
Disana kita nanti mendamaikan lagi urusan
menyembuhkannya?" 706 Tanpa berayal lagi, pemuda ini lari keluar guha kuburan itu,
Batu nisan ia rapikan pula.
Ketika itu langit penuh dengan bintang-bintang dan bulan
sisir terlihat dengan cahayanya yang guram. Angin bertiup
terus menerus, menerbangkan pasir halus. Dibelakang gunung
terdapat kabut berwarna kekuning-kuningan- Didalam
kesunyian, tempat kuburan itu agak menyeramkan....
ln Gak pergi ketempat dimana tadi ia turun tangan
terhadap Bin san Jie Tok. ia menanti sambil memasang mata
dan telinga, ia tidak usah menunggu lama tatkala ia
mendengar dua kali suara siulan- suara mana disusul dengan
munculnya dua bayangan orang yang lari mendatangi. Lekas
sekali dua orang itu tiba didekatnya.
Benarlah mereka si Dua Racun dari gunung Bin san. Karena
ln Gak tidak menyembunyikan diri, ia segera terlihat mereka
itu. Mereka lantas menghampirkan sambil berseri, mereka
lantai berlompat naik, untuk terus menerkam. Keduanya
sama-sama meluncurkan ke dua tangannya masing-masing.
"Hm" ln Gak mengasi dengar suaranya, selagi tubuhnya
berkutik, Begitu lekas empat tangan penyerang sampai, baru
ia menggeraki kedua tangan nya untuk menyambut, ia
menyamber nadi lantas ia melempar, dari mulutnya terdengar
tertawa nyaring. Bin san Jie tok kaget, mereka melihat tubuh terpental
tinggi, terus jatuh ditempat beberapa tombak, itulah gerakan
"Naga" berputar naik ke langit. Mereka pun mendengar orang
itu tertawa berkakak. Di dalam hati mereka heran dan kagum.
orang itu mempunyai kepandaian enteng tubuh yang lihay
sekali. Mereka juga heran untuk diri mereka sendiri. Ketika tangan
mereka disambuti, habis tenaga mereka, tubuh mereka
707 menjadi lemas, tetapi selekasnya mereka terlepas dari
cekalan, mereka merasa sehat seperti biasa, ini menyatakan
lihay nya orang itu. Dengan tertawa meringis mereka saksi kan orang berdiri
diam seraya mengawasi mereka sambil tersenyum.
Meski juga mereka menginsafi orang- si anak muda liehay
sekali, si Dua Racun ini tak dapat mengendalikan hawa
amarah mereka-Mereka merasa terhina sekali, serentak sambil
berseru mereka lompat pula untuk menubruk. kali ini mereka
melesat jauh terlebih pesat daripada tadi. sembari berlompat
itu, mereka mengasi dengar suara dari kemarahan mereka.
In Gak hendak mempermainkan orang, inilah cara untuk
menang waktu, ia melihat orang berlompat naik, ia berdiri tak
bergerak si Dua Racun dari Bin san berlompat ditimur satu dan d
ibarat satu. Rupanya mereka hendak menggencet, Lekas
mereka sampai, maka tak ampun lagi mereka lompat pula
untuk menerjang. Tak mau lagi mereka berbicara. Mereka
merasa pasti si orang muda ialah musuh.
In Gak menanti tepat waktunya, mendadak ia menggeraki
kedua tangannya, menolak. Kali ini ia menggunai Bie Lek sin
Kang bagian huruf "Menempel."
Kedua tangannya menyambuti, dari dipentang lantas
dirangkap lantas dibuka pula seraya menolak.
Bagaikan dua batang anak panah terlepas dari busurnya.
Demikian tubuh Bin san Jie Tok, tanpa berdaya tubuh itu
melayang seperti layangan, ketika mereka jatuh ke tanah,
pusing kepala mereka. Dengan paksakan diri mereka merayap
bangun, Mereka gusar sekali. Mereka menyangka bahwa
saking keras lompatnya mereka, mereka telah saling tubruk
dan jatuh sendirianrya, Maka mereka berlompat pula, untuk
menyerang lagi. 708 In Gak mengawasi , ia tertawa perlahan. ia tidak
menyambuti sebagai tadi, ia hanya berkelit dengan tindakan
Hian Thian Cit seng pou atau Tujuh Bintang. Dengan begitu ia
dapat membebaskan diri Tatkala serangan diulangi, ia tetap
bebas dan merdeka. Jin tok penasaran tetapi heran sekarang, Mereka mengingat
kegagalan mereka, jadi tadi mereka bukannya saling bentur,
sudah belasan kali mereka menyerang saling susul, belum
pernah mereka berhasi l mengenakan sasarannya.
Menowel pun tidak. judi musuh liehay dan mereka kalah
jauh, Karena ini mereka lantas mengerti juga.
Rupanya musuh tidak mau mencelakai, musuh melainkan
mengganggu. Musuh main berkelit walaupun mereka bersikap
telengas. Bukankah itu tanda orang suka mengalah" Kalau
orang mau berkelahi, tidakkah mereka sudah bercelaka"
Akhirnya keduanya berhenti menyerang mereka lompat
mundur. Mereka berdiri diam sambil mengawasi tajam.
In Gak berdirijauh kira tiga tombak, ia bersikap tenang,
kedua tangannya diletaki dipunggungnya. ia mengasi lihat
senyuman Dengan begitu ia tertampak tampan dan manis.
Bin san Jie Tok kejam tetapi tidak terlalu jahat, ada kalanya
mereka dapat menimbang. Merekalah Theng Ceng dan Theng
Cong, sejak kecil mereka sudah yatim-piatu, hidup dalam
kelaparan dan kedinginan, hidup terhina.
Baru belakangan mereka ditolong oleh seorang berilmu.
Lantaran pernah hidup sengsara dan terhina, tabiatnya
menjadi sifatnya. Mereka menganggap banyak orang palsu,
Mereka percaya orang tingkat bawah lebih jujur. Maka setelah
turun gunung dimana mereka di rawat dan di didik, mereka
lebih suka bercampuran dengan orang-orang Kang ouw,
mereka menyingkir jauh-jauh dari kaum yang di katakan lurus.
Kemudian lagi, setelah usianya meningkat, baru mereka
dapat membedakan- Nyata 709 anggapan mereka terdahulu itu keliru.sebaliknya kaum
lurus menganggap merekalah bangsa sesat, sebab sepak
terjang mereka menyalahi kebenaran, ma reka digolongkan
kaum hantu, sebenarnya belum pernah mereka sembarangan
membunuh orang. Anggapannya yang belakangan yang membuatnya dapat
menimbang ln Gak tidak bermaksud mencelakai mereka, malu
sekali waktu mereka melihat ln Gak tidak mengejar mereka,
hanya dia berdiri dan tertawa seraya menggendong tangan...
"Jiewie, mengapa datang-datang kamu menyerang aku
ganas sekali?" kemudian ln Gak tanya tertawa, "Bukankah aku
belum kenal kamu?" "Ah, dia benar" mereka pikir ketika ditegur itu " Kantung
kita hilang tanpa ketahuan si apa yang curi, kenapa sebelum
menanya jelas kita lantas menyerang dia dan secara hebat?"
Maka itu merahlah muka mereka.
"Kau benar, tuan," kata Toa Tok. Racun yang nomor satu
"Kejadiannya adalah begini: Tadi kami berdua berada disi ni,
tanpa ketahuan kantung kami yang digantung dipinggang
lenyap tak terasa, Tak tahu Kami si apa yang curi, Kami lekas
kembali kemari Lantas kami melihat tuan berada disi ni
seorang diri. Kami lagi gusar, kami lantas menerka kau, maka
itu kami lantas menyerang. Hanya..."
In Gak tertawa. "Mungkinkah isi kantung itu barang-barang berharga?" ia
kata, "jikalau tidak, tidak nanti loo enghiong menjadi demikian
gusar," Ia lantas memanggil loo- enghiong, jago tua, ia pun
bertindak maju beberapa tindak.
"Hanya itu kebanyakan barang-barang tidak berarti."
menyahut Theo Ceng, yang turut tertawa." Tidak kami sayangi
kalau itu sampai hilang. Hanya barang itu beracun, racunnya
sangat berbahaya, bila ada yang menemui dan dia
memakainya keliru atau dia pakai untuk malang melintang,
710 itulah berbahaya untuk umum. Kamilah Bin san Jie Tok, kami
biasa menyayangi sekalipun sayap dan bulu, dari itu tak dapat


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami membikin lenyap barang kami itu.
Tegasnya, kantung kami itu berisikan beberapa puluh pel
Hee ie tan serta sejilid kitab guru kami namanya kitab racun
Hap jok sek Coe, jadi itulah barang-barang yang tak boleh
terhilang. jikalau tuan yang menemukannya, sudikah tuan
memulanginya" Kami pasti akan sangat berterima kasih dan
akan membalas budi kebaikanmu itu" sembari berkata, dia
mengawasi tajam. "Oh, kiranya loo-enghiong berdua ialah Bin san Jie Loo"
kata In Gak tertawa. "Benar sekali kantung itu aku yang dapat memungutnya,
menurut keterangan loo enghiong, terang loo enghiong
berdua berhati pemurah. ia merogo sakunya, ia melemparkan
kantung orang. Bin san jieTok menyambuti dengan tangan mereka, lantas
Theng Cong merogo ke dalam kantungnya, mengeluarkan
empat butir pel yang merah sekali, sambil meletaki itu di
telapakan tangannya, ia menghampirkan si anak muda.
sembari tertawa, ia berkata: "Banyak tahun dulu kami pesiar
kelaut Tang Hay, kebetulan sekali disebuah pulau terpencil
ditengah laut, diatas puncak bukit. menemui lima biji kemala
Lie hwee Ceng- giok. Itulah kemala mustika, Kemala itu kami lantas gunai
sebagai campuran pel Hwee- in tan
ini, khasiatnya ialah untuk mengobati luka diotot dan
tulang-tulang, buat melumerkan darah yang sudah beku,
Untuk membalas budi mu, sukalah kau terima pel ini."
ln Gak mau percaya keterangan itu, ia menyambuti, Ia
lantas ingat ibunya Yan Bun, Bukankah obat ini dapat dipakai
mengobatInyonya itu" "Aku tidak sangka loo enghiong yang
begitu baik hati" kata ia. "Bukan saja loo enghiong tidak
menggusari bahkan menghadiahkan obat ini. sebenarnya aku
malu, Tapi, ia berhenti sebentar ia tertawa dan berkata pula:
711 "Kita dapat bertemu, jiewie too enghiong, inilah jodoh kita.
sebenarnya juga, obat ini ada perlunya untukku, yang hendak
segera menggunainya, Akupun merasa malu karena aku tidak
dapat membalas budi loo enghiong ini, maka haraplah j iewie
ingat saja, apabila dibela kang hari jiewie membutuhkan
bantuannya Koay Ciu sieseng, tidak nanti aku berpeluk tangan
saja..." Oleh karena ia tetap memakai topengnya, meski apa pun ia
biiang, In Gak tidak mengasi kentara apa juga pada mukanya.
Bin san Jie Tok kaget sekali, hingga mereka mengeluarkan
seruan tertahan. "Tidak aneh sekarang." kata Theng Ceng, "Kalau tuan ialah
Koay Ciu sieseng yang demikian kesohor, tidaklah aku malu
yang kami kena dikalahkan kami bahkan takluk benar benar,
Tuan, kalau nanti kamu pesiar ke Soe Coan, sukalah kamu
pergi ke Bin san. Di sana kami ingin sekali menerima
pergajaran dari kau."
Habis berkata, dia memberi hormat demikian juga Theng
Ciong, sang adik, lantas keduanya memutar tubuh, untuk
berlompat pergi, hingga sebentar saja mereka sudah lenyap
diantara banyak kuburan, In Gak mengawasi sambil berpikir: "Benar-benar aneh.
Adakah ini takdir" Sejak aku mengembara, biasa berlaku
telengas begitu lekas aku menemui bangsa hantu, tetapi
terhadap mereka ini berdua, aku berlaku murah hati sekali.
Rupanya karena sikapku ini, aku menjadi mendapatkan pel
Hwee in tan ini..." Senang hatinya anak muda ini, lantas ia lari ke arah
kuburan tempat sembunyi Yan Bun dan ibunya. ia terus masuk
ke dalam di mana ia mendapatkan si nona dan ibunya lagi
duduk berendeng di tangga batu, keduanya asyik bicara.
Ketika mereka mendengar tindakan kaki, lantas mereka
menoleh, 712 "Engko In, apakah kau telah selesai mengusir Bin san Jie
Tok?" Yan Bun menyambut sambil tertawa.
"Sebaliknya" sahut si anak muda tertawa juga, "Kita justru
menjadi sahabat-sahabat baik, sekarang ini mereka itu sudah
pulang ke Bin san, Adik Bun, aku hendak menyampaikan kau
kabar baik ibumu bakal segera ketolongan. Tak usah lewat
tujuh hari, aku tanggung peebo dapat bergerak dan berjalan
seperti sediakala.." Nona Kouw kaget, ia heran matanya
bercahaya. ia berlompat bangun"Benarkah, engko In?" ia tanya. "Sungguh kau baik
sekali..Tapi, ah..jangan kau membohongi aku.,"
Nyonya Kouw menoleh, ia menghela napas.
"Sulit, hiantit" ia berkata "Pertama-tama totokannya si
wanita tua bangsat sukar dibebaskan- Disebelah itu sudah
belasan tahun tubuhku seperti mati, otot ototku sudah kaku,
darahku sudah kering .Mana dapat itu dilumerkan dalam
tempo tujuh hari" Kau tentu kuatir aku menjadi tawar, hatiku
menjadi putus harapan, maka kau hendak menghibur aku,
Benar bukan?" Yan Bun pun mau percaya ibunya, tanpa merasa
airmatanya mengembeng. ln Gak mengasi lihat roman
sungguh-sungguh. "Tidak. peebo, tak aku mendustai" ia kata, "Bukan
kebiasaanku untuk omong dari hal yang tidak benar, Baiklah
peebo legakan hati. Aku berani menjamin, dalam waktu tujuh
hari peebo akan sudah sembuh"
Habis berkata ln Gak memberikan dua butir pel pada Yan
Bun dengan minta nona itu segera minta ibunya lantas
menelannya. Nyonya Kouw makan obat itu, matanya menatap si anak
muda, agaknya ia bersangsi .
713 In Gakpun mengawasi , ia bersenyum, ia berdiam beberapa
saat atau mendadak ia menyerang ke arah nyonya itu, ia
menggunai pukulan "Leng khong tay-hiat sin kie Ciu bun"
yaitu ilmu membebaskan totokan " Udara Kosong" artinya
tanpa tangan mengenai sasarannya.
sasarannya ini adalah empat jalan darah Nyonya Kouw di
kedua si si tubuhnya, yakni thian kie, kie Bun, khie-shia dan si
e-kie. Nyonya Kouw makan pel HHwee in-tan, obat itu lantas
bekerja di dalam perutnya. lamerasakan hawa panas sekali
seperti dibakar, hingga sulit ia bertahan. ia mengertak gigi,
Tepat ia lagi menderita itu, mendadak ia merasakan jalan
darahnya terbuka, hawa panasnya itu lantas buyar dan
lenyap. Dari tidak karuan rasa, tiba-tiba ia merasa "enak" seluruh
tubuhnya. sekarang ia cuma merasa masih lemas.
In Gak mengawasi nyonya itu lalu ia kata pada Yan Bun"Adik Bun coba kau duduk di belakang peebo, kedua
tanganmu letaki dijalan darah beng-Bun- Kau salurkan tenaga
dalammu, nanti aku bantu kau dengan menunjang
punggungmu. Aku percaya, dengan kita bekerja berdua,
peebo akan sembuh sedikitnya separuh."
Nyonya Kouw heran, ia tidak sangka anak muda ini
demikian gagah dan pandai dan banyak pengetahuannya.
sungguh sukar dicari anak muda sepandai dia. Menyaksikan
totokan "udara kosong" saja sudah luar biasa sekali.
Biasanya kepandaian itu baru didapat setelah peyakinan
lima puluh tahun, coba ia tidak melihatnya sendiri, tak dapat ia
mempercayainya. Yan Bun sudah lantas duduk di belakang ibu nya. ia
percaya betul si anak muda, ia mentaati perintahnya ia
714 menekan jalan darah beng Bun di punggung ibunya dibetulan
dada lantas ia mengumpul tenaga dalamnya terus ia
menyalurkannya. Tengah ia mengumpul tenaga itu mendadak ia merasai
punggungnya ada yang tekan. Mulanya ia terkejut tetapi
setelah hatinya tenang ia merasai tubuhnya tak tegang seperti
semula, lalu selanjutnya ia dapat menyalurkan tenaganya
dengan lancar. Di pihak lain nyonya Kouw juga merasakan perubahan, ia
merasa sedikit ngilu dan lemas lalu datang hawa yang hangat
mengalir di seluruh tubuhnya. ia berdiam saja, iapun mengerti
ilmu tenaga dalam, ia mencoba mengerahkannya, ia ingin
membantu. Lama cara pengobatan ini dilakukan sampai kira-kira satu
jam lantaInyonya Kouw merasa ia dapat mengutik-utik jeriji
tangan dan kakinya. Tentu sekali ia girang bukan main. sudah
sepuluh tahun lebih ia seperti mati, segalanya kaku. tetapi
sekarang ia bagaikan pohon kering hidup pula.
"Anak Bun" katanya mendadak. "Kau lihat jari tangan dan
kaki ibumu ini.Bukankah semua dapat digeraki?"
Kapan In Gak mendengar itu, ia menarik pulang tangannya
dari punggung di sana. Yan Bun pun memutar tubuh ibunya.
"Benarkah ibu?" ia Tanya." Mari aku lihat"
Nyonya Kouw menurut. Yan Bun mengawasi . Benar-benar ibunya dapat
menggeraki semua jari tangannya, hanya perlahan sekali
agaknya memerlukan banyak tenaga, ibu itu mengangkat
tangannya lalu jatuh pula. Tapi itulah alamat baik. saking
girang, si anak merangkul ibunya. Anak dan ibu lantas
mengucurkan airmata. airmata kegirangan. ln Gak
membiarkannya sekian lama.
"AdikBun" ia kata kemudian, "Peebo sudah sembuh
seharusnya kau bergirang. Tinggallah waktu untuk berobat
715 terlebih jauh, sekarang kau tunggu aku mau pergi ke Lokyang,
guna menyewa kereta untuk menyambut kamu, Kau temanilah
peebo beromong-omong."
Habis berkata, anak muda itu lantas meninggalkan kuburan
Bagaikan bayangan ia berlari lari kearah kota, Di atas si Puteri
Malam membayangInya. di bawah sang angin meniup tak
hentinya, ia pergi tanpa tak berpikir, ia anggap Yan Bun lebih
berbahagia daripadanya, Bukankah si nona telah menemui
ibunya dan sekarang ibu itu dapat di anggap sudah sembuh
betul" ia mengira ketika tadi ia menyaksikan ibu dan anak itu
saling merangkul ia sendiri tak dapat berbuat begitu Maka
tanpa merasa air matanya bercucuran.
Syukur ia lantas sampai di kota tujuannya. Untuk itu ia
memakai waktu tak lebih dari setengah jam ia tiba di luar kota
timur di mana ada terdapat seratus lebih rumah penduduk.
Hari sudah tengah malam, sudah sepi, Rumah-rumah telah
mengunci pintu. Di jalan besar ada kertas sisa perakan,
udaranyapun masih berbau belirang, Disana sini terdengar
suara anjing menggonggong. Jadi disitu cuma ia sendiri yang
masih bergentayangan- Ia menghampirkan sebuah rumah yang menyewakan
kereta keledai, ia mengetuk pintunya, yang muncul ialah
seorang tua yang sudah ubanan rambut dan kumisnya.
Dengan mengangkat lentera nya ia mengawasi si anak muda.
"Tuan, baru malam tanggal tujuh, apakah kau hendak
menyewa kereta?" tanyanya.
"Benar" si anak muda mengangguk "Aku ingin sewa kereta
keledai empat. Aku hendak mengantarkan sanakku yang lagi
sakit ke kota Kayhong."
Orang tua itu berdiam sekian lama, agaknya ia ragu ragu.
" Kereta dan keledainya tersedia..." katanya kemudian,
"Hanya ini masih subuh baru kusirnya masih ingin makan dan
minum.. habis menenggak arak. dia pulang, dia tidur...mereka
716 juga tinggal di dalam kota sedang pintu kota tak dibuka
sebelumnya terang tanah. Tuan, kalau kau mau cepat cepat
coba kau cari di lain rumah.."
In Gak menyodorkan sepotong emas, ia tertawa dan kata:
Tak usah aku cari lain rumah, sanakku itu terpisah cuma tiga
puluh lie dari sini, maka aku sendiri dapat mengendarainya.
Pergi dan pulang aku akan kembali d iwaktu terang tanah,
maka tolong lootiang memberitahukan kepada kusirmu untuk
dia menantikan di sini saja"
Emas itu bergemerlap. meskipun potongannya kecil,
harganya di atas enam tahil perak.
Dijaman itu, siapa mempunyai emas sepotong itu, untuk
keluarga terdiri dari delapan jiwa dapatlah senang hari dilewati
tiga tahun. Maka itu teranglah si orang tua, yang bersenyum
berseri-seri. " Kalau kau sangat membutuhkannya, tuan, baiklak"
katanya. "Baiklah, nanti aku siapkan keretaku, silahkan duduk
didalam, untuk menanti sebentar Hanya uang ini ... inilah
terlalu banyak.." "Tidak apa," kata ln Gak. "Uang lebihnya lootiang boleh
pakai untuk belanja lainnya, silahkan pasangi kereta, aku akan
menantikan disi ni." ia bertindak maksud dan duduk di bangku
panjang. Tuan rumah bertindak cepat ke istalnya. ia bekerja sebat.
Tidak lama ia sudah muncul dengan keretanya yang ditarik
empat ekor keledai. ln Gak tidak menyianyiakan waktu, ia keluar, sambil
menyambuti cambuk ia lompat naik keatas kereta itu, maka
dilain saat ia sudah kabur kearah Bong san, ia membunyikan
cambuknya, yang membikin keempat keledai kabur.
717 Tiba dikaki gunung, In Gak dapatkan sudah kira-kira jam
empat, Yan Bun mundar-mandir didepan kuburan, untuk
menunggui. ia lantas lari ke dalam untuk memberitahukan
ibunya yang ia terus gendong untuk dibawa ke kereta. Maka
lekas juga Nyonya Kouw sudah duduk menyender di dalam
kendaraan itu. In Gak menanti sampai ibu dan anak itu sudah duduk rapi,
ia menurunkan tenda kereta, ia terus menjalankannya pula
kembali ke Lokyang. sekarang kereta tidak lagi dikaburkan,
hanya dikasi jalan perlahan, Maka setelah jauh pagi tibalah
mereka di rumah sewaan kereta di mana kusir menanti.
Dengan begitu, dilain saat rombongan ini sudah menuju ke
kota Kayhong. Kusirnya dua orang, mereka saban-saban
menjabat keledai mereka...
Di dalam kereta barulah Yan Bun sempat menuturkan
bagaimana ia memasuki In Bu san Chung guna menolongi
ibunya: sembari tertawa si nona berkata: " Engko In, hebat itu
tiga jurus ilmu silat Memotong otot dan memutuskan Nadi


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kauajari aku. Diwaktu aku masuk kedalam aku tidak
menemukan perlawanan yang berarti. Adalah ketika aku lari
keluar sambil menggendong ibu, aku mesti bekerja keras. Aku
dikejar banyak orang, aku lari tak keruan jurusan, aku cuma
mencari arah yang dirasai sepi. Tanpa aku merasa aku sampai
di Bong san- Keempat siluman tak mau berhenti mengejar aku. sulit aku
menggunai pedang, terpaksa aku bertangan kosong. Mereka
berempat aku sendirian, aku kena didesak. Aku pun capai.
Akhirnya terpaksa aku menurunkan ibu, aku menghunus
pedang, Baru setelah itu dapat aku memukul mundur empat
musuh itu. siluman yang tertua terkena tusuk pedangku.
setelah itu aku gendong ibu pula. Lantas aku dikejar Bin san
Jie Tok. Tapi aku sempat menjauhkan diri, aku lari dengan
Kioe Kiong Ceng Hoan Im yang Pou.
718 Baru setibanya di kuburan aku dapat bersembunyi. coba
aku tidak menguatirkan ibu, tentu aku binasakan keempat si
luman itu " Sengit si nona ketika mengakhirkan penuturannya itu.
"Syukurlah denganpertolongan Thian kita semua selamat"
berkata si anak muda, bersenyum. "Sudahlah, sekarang tak
usah kita timbulkan pula urusan itu Aku sendiri jikalau aku
tidak kembali ke In Bu san Chung dan mendengar
perkataannya Jim Liong, tidak nanti aku dapat mencari kau ke
gunung itu." Asyik mereka itu berbicara.
Di tengah jalan mereka saling berpapasan dengan orangorang
Rimba persilatan akan tetapi tidak ada yang menduga
kereta empat keledai itu memuat diantaranya Koay Ciu sieseng
si Pelajar Tangan Aneh yang menggemparkan dunia
Kang ouw dan Rimba persilatan yang menimbulkan peristiwa
hebat di kota Thaygoan. Banyak orang Rimba persi latan yang berlalu lintas untuk
urusan pribadinya tapi ada juga yang menyelidiki s i pelajar
hanya mereka itu tidak menyangkanya, sebaliknya ln Gak juga
belum tahu hebatnya kegemparan itu, bagaimana orang
mencarinya. Di dalam kereta, ln Gak dan YaoBun banyak bicara. Mereka
diliputi kegembiraan Nyonya Kouw lebih banyak beristirahat,
karena itulah dibutuhkan untuknya, Di dalam hati ia girang
sekali. Demikian mereka membuat perjalanan sampai matahari
mulai selam, sampailah mereka di kota Kayhong.
Thian Ma Piauw Kiok kesohor sekali, dengan gampang
piauw-kiok itu dapat dicari. Kereta di arahkan langsung ke
sana, ketika ln Gak menyingkap tenda kereta sinar matanya
719 lantas bentrok dengan bendera besar dari piauw kiok yang
bersulamkan empat ekor kuda
pilihan. Ketika pegawai piauw kiok melihat datangnya kereta, dia
lari menghampirkan untuk menanyakan maksud kedatangan
orang. In Gak memberi hormat sembari tertawa, ia kata: "Toako
tolong sampaikan kepada Suma Loo piauwiauw, bilang bahwa
seorang she Giam mohon bertemu dengannya."
Mendengar she itu s i pegawai mengimplang lantas dia
tertawa dan kata: "Tuan-..bukankah kau adalah Giam
siauwhiap yang membantu kami selama di Kho kee kauw?"
In Gak mengangguk. ia bersenyum. Begitu mendapat
kepastian itu pegawai itu kaget dan girang berbareng, lantas
seperti angin puyuh, dia lari ke dalam sambil berseru-seru.
Maka sebentar saja terlihatlah Loopiauwsoe, Suma Tiong Beng
bersama-sama Louw itsu dan lainnya piauw soe dengan
tindakan lebar, menghampirkan kereta.
Suara nyaring dari tuan rumah juga terdengar: "Giam
Lotee, Giam Laotee, bikin apa kau menanti kan saja di luar"
silahkan masuk silahkan"Lantaslah mereka tiba di luar In Gak
memberi hormat. "Loopiauwsoe baik?" ia menanya, "Ciongwie loosoe, baik"
Habis saling memberi hormat, Loew Koen bertanya. "Giam
si auwhiap mana..." "Ada" In Gak jawab tertawa, ia tahu maksudnya piauwsoe
ini, "lsteriku dan mertuaku masih ada di dalam kereta,.."
Belum berhenti suara anak muda ini, Yan Bun sudah turun
dari kereta seraya memayang ibunya.
Suma Tiong Beng melihat nyonya itu tak dapat jalan benar
ia segera perintahkan memanggil bujang-bujang perempuan
untuk membantu. 720 Yan Bun dan ibunya bertemu sebentar dengan tuan rumah
lantas di dalam mereka berkumpul bersama nona mantunya
Tiong Beng. Tiong Beng sendiri dan lainnya menemani si anak
muda di ruang depan. Tuan rumah ini menanyakan hal kepergian si anak muda ke
Lokyang dan kenapa mertuanya tak dapat jalan.
"Banyak untuk menutur itu" sahut si anak muda tertawa.
"Karena kami bakal berdiam enam atau tujuh hari di sini, nanti
saja kami menutur dengan perlahan-lahan"
Suma Tiong Beng mengangguk. Lalu mendadak ia
menghela napas. "Sepulangku ke Kayhong ini, kembali muncul peristiwa lain"
katanya kemudian. In Gak terkejut. "Sebenarnya itulah Koay Ciu sieseng Jie In di Thaygoan"
"Dia toh tak ada hubungannya dengan loopiauwsu?" Tanya
In Gak. "Mau apa orang menyatroni Thian Ma Piauwkiok?"
"Aku si orang she Louw juga mengatakan demikian!" Louw
Kun menyelak, tertawa. "Sebenarnya urusan mengenai
kejadian di Kho-kee-kauw itu Kiu cebo Lian Hoan mencurigai
kamu suami isteri, dia menduga Giam siauwhiap ialah Jie In
yang menyamar, hal itu dia memberitahukan Law Keng tek.
Maka tadi malam Law Keng Tek mengutus Pek-lek-ciu Yo Pek
datang kemari menanyakan tentang Siauwhiap berdua. Yo Pek
itu jago Kwantiong selama beberapa puluh tahun, orangnya
licik dan busuk, sepak terjangnya selamanya dalam rahasia,
sebab dia bisa bekerja seorang diri. Dialah seorang berbahaya.
Setahu bagaimana, Hui Thian Auwcu Law Keng Tek boleh
mendapatkan dia sebagai tangan kanannya. Ketika dia datang,
dia bertingkah jumawa. Loopiauwsu bilang bahwa Loopiauwsu
tidak kenal siauwhiap berdua, bahwa kita baru saja bertemu
satu dengan lain. Kita cuma dapat menerangkan siauwhiap
pergi ke Lokyang. Lantas Yo Pek menjadi gusar, lantas dia
mengancam, katanya, tidak apa kalau Loopiauwsu tidak mau
721 memberitahu hal dimana adanya siauwhiap berdua, tapi hatihatilah
akan loopiauwsu celaka tubuhnya, rusak namanya!
Karena itu kemarin hamper terjadi bentrokan. Ketika dia pergi
dia meninggalkan tanda mata yang menakuti orang. Coba
siauwhiap lihat"!"
Louw Kun menunjuk ke pintu dimana terdapat tapak
tangan. In Gak mendekati, untuk memeriksa. Tapak jari itu jelas
sekali. Teranglah Yo Pek mahir tenaga dalamnya. Tapi ia
tertawa dan kata: "Jikalau dia datang pula, serahkkan dia
padaku. Cuma aku menyesal karenanya piauwkiok menjadi
banyak pusing?" Suma Tiong Beng mengurut kumisnya dan tertawa besar.
"Untuk kita kaum rimba persilatan, itulah hal biasa!"
katanya, gembira. "Itulah urusan kecil. Aku minta siauwhiap
tak usah memperdulikannya. Biarnya kau tidak datang hari ini,
laotee, aku tidak takut. Siapa dia dapat gertak?"
Jilid 9.2 : Tabib muda yang liehay dan sakti
In Gak tertawa, ia terus mengawasi semua piauwsu.
"Apakah keempat saudara yang itu hari dipagut ular sudah
sembuh?" ia tanya. Kenapa aku tidak melihat mereka?"
Ditanya begitu, Tiong Beng terlihat berduka.
"Mereka itu telah terlalu banyak mengeluarkan darah,
mereka masih lemah, maka itu mereka masih rebah di
pembaringan," ia menjawab. "Tidak dapat mereka sembuh
seperti biasa dalam waktu pendek. Aku merasa, ilmu silat
mereka juga bakal dapat gangguan, tentang anakku. dia
terluka didalam, dia muntahkan terlalu banyak darah. Aku
telah mengundang semua tabib pandai dikota ini tetapi
mereka putus daya." 722 "Aku lihat tak lama lagi dia.." Menggetar suaranya jago tua
ini ia mau bilang tak lama lagi anaknya itu tentu akan
berpulang kelain dunia...
In Gak dapat menduga kekuatirannya piauwsu itu, ia
tertawa. "Loo-piauwtauw haraplah kau ingat itu pepatah yang
membilang obat menyembuhkan penyakit yang tidak
membawa kematian dan sang Buddha menolong orang yang
berjodoh" ia kata, "Lopiauw sujujur dan berhati baik, mana
dapat loopiauwsu berperuntungan malang" sukakah
loopiauwsu mengijinkanku melihat puteramu itu untuk aku
mencoba menolongnya?".
Suma Tiong Beng girang mendengar tawaran itu
"Suka, suka" katanya, iapun berbareng heran sianak muda
mengerti ilmu obat obatan.
In Gak mengulur tangannya mengambil cawan teh, ia
genggam itu. hingga terdengar suara remasan, hingga cawan
menjadi hancur remuk. selagi si piauwsu tua heran, mendadak
ia bersenyum tangannya diulapkan keatas shiaoche, menyusul
mana terdengar suara jeritan hebat, yang disusul pula dengan
suara barang berat jatuh digenteng, yang pada pecah lalu
tertampak bergelindingan jatuhnya empat tubuh manusia.
Sekalian piauwsu terperanjat. Hanya sejenak semua lantas
berlompat, guna membekuk empat orang itu, yang terus
digusur kedalam ruang. Melihat mukanya keempat orang itu, semua hadirin heran.
Muka itu seperti tertancap penuh pecahan beling cawan teh
tadi, hingga darahnya sukar mengucur keluar. Muka orang
tampak menjadi jelek sekait, Tentu sekali mereka tersiksa
sangat rasa nyerinya. In Gak memandang bengis pada keempat orang itu, ia
kata: "Kamu harus sesalkan diri kamu sendiri, kenapa kamu
723 berani main gila terhadap tuan muda kamu" Tapi aku tidak
mau mengganggu lebih jauh kepada kamu, pergilah kamu
pulang. Kamu bilangi Pek-lek-ciu Yo Pek supaya dia datang
menemui aku. Pergilah!"
Usiran itu dibarengi dengan tangan menunjuk.
Keempat orang itu takut, tanpa membilang apa-apa mereka
berlalu dengan cepat. Mereka memang orarg orangnya Law
Keng Tek yang ditaruh dibawahannya Yo Pek.
Law Keng Tek ialah seorang lihay, gagah dan cerdik, Maka
juga namanya terkenal dan di mulai dalam kalangannya,
terutama di wilayah Hoo-lok dimana dia menjadi kepala
selama tiga puluh tahun. Ayahnya In Gak, Twie Hun-Poan Cia Bun, pun roboh
ditangan dia. Karena itu dia telah didatangi Ie Kay Goan, yang
meminta pikiran dan bantuannya.
Kapan Keng Tek telah mendengar segala penjelasan Kay
Goan, dia tertawa dan kata: "Saudara Ie, kau tidak keliru,
Memang mesti ke dua anak muda itu ada hubungannya
dengan Koay Ciu sie seng Jie In, Kemarin inipun aku telah
mengirim duabelas orangku ke Lokyang guna membuat
penyelidikan, asal dua pemuda itu masih ada di dalam kota
itu, dalam satu hari ini pastilah aku bakal dapat kabar baik."
Keng Tek bekerja, ia lantas kirim pesuruh untuk lekas pergi
ke Lokyang, guna menemui duabelas orangnya itu, guna
memberikan mereka lukisan romannya si dua anak muda,
untuk mempermudah penyelidikan mereka itu.
Besoknya Keng Tek menerima laporan tentang musnanya
sebagian dari In Bu san-chung, bahwa menggunai saat celaka
itu, Liongsee sam Niauw sudah melakukan perampokan,
Laporan terakhir ialah tentang kedua anak muda belum ada
kabar ceritanya. Warta ini membikin kaget pada Hui Thian Auw-Cu, si Elang
Menerbangkan Langit, Bukankah Jim Cit Kouw lihay sekali" ia
724 tidak menyaksikan jalannya pertempuran tetapi ia biasa
membayangi bencananya si nyonya she Jim, maka ia menjadi
berduka sekali. "Loo-tongkee," berkata Yo Pek. yang gusar sekali,
"menurut aku mestinya Jim Cit Kouw terbokong. Tidak
demikian, tidak nanti anak muda itu berhasil mengalahkannya.
Menurut saudara Ie kedua pemuda itu kenal Suma Tiong
Beng, maka itu baiklah kita bekerja mulai dari Thian Ma Piauw
Kiok. Aku bodoh tetapi suka aku menerima tugas, nanti aku
pergi bersama sejumlah saudara. Aku percaya, tidak sampai
lewat tujuh hari, aku akan sudah memperoleh keterangan
jelas." Law Keng Tek berpikir, ia berkata: "Pikiranmu baik, tetapi
ingat kecuali sudah sangat terpaksa, jangan kau bentrok
dengan Suma Tiong Beng Begitu kau dapatkan warta yang
boleh dipercaya, begitu kau mengirim kabar padaku."
"Baiklah" Yo Pek tertawa. "Aku percaya aku mempunyai
cukup kesabaran Pun-lui Kiam kek namanya saja besar, tak
nanti aku sembarang melayani dia maka baiklah loo-tong-kee
jangan buat kuatir" Begitu Yo Pek berangkat dengan belasan orang pilihan.
Begitu tiba di Pian-keng, atau kota Kayhong, langsung ia
menuju ke Thian Ma Piauw Kiok. mencari Suma Tiong Beng,
menanya melit tentang si kedua anak muda, ia bicara
secara jumawa sekali, hingga pihak tuan rumah jadi sangat
mendongkol. Melulu karena menahan sabar, Tiong Beng bisa
menghindarkan pertempuran- Yo Pek pun mendongkol maka
juga ketika ia meninggalkan tapak tangannya itulah pukulan
tapak Kim-kong-Ciu. iapun tidak berlalu dengan begitu saja, ia
meninggalkan beberapa orangnya untuk terus mengawasi
orang orang yang keluar masuk dipiauwkiok itu, supaya
setibanya kedua anak muda, dia segera diberi kabar.
725 Demikian sudah terjadi, ketika I n Gak tiba bersama Yan
Bun dan Nyonya Kouw, orang-orangnya Yo Pek naik kegenting
untuk mengintai.

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Celaka untuk mereka itu, In Gak waspada. Begitu
mendengar keterangan tuan rumah tentang aksi Yo Pek. si
anak muda lantas bercuriga dan memasang mata, selagi lain
orang tidak tahu apa-apa, ia mendengar sedikit suara
berkeresek serta lantas melihat empat pasang mata bersinar
maka diam-diam ia menggenggam remuk cawan arak dan
menimpuk merobohkan keempat pengintai itu.
Perbuatan ln Gak ini membikin kagum orang Thian Ma
Piauw Kiok. Suma TiongBeng menatap si anak muda dengan
hatinya berpikir "Heran anak muda ini. Dia tampan dan lemah
agaknya, siapa nyana dia begitu liehay, Dia sangat mirip
dengan Cia Bun sahabat kekalku ituI Teranglah dia jauh
terlebih liehay daripada Cia Bun"
Sekarang ada banyak anak muda yang gagah tetapi aku
rasa taklah ada yang dapat menyaingi dia ini. Entah dari mana
ia memperoleh kepandaiannya."
Ia cuma menduga duga, tidak berani ia menanyakannya.
sebaliknya, ia menitahkan lekas
menyiapkan barang hidangan guna menjamu tetamunya
ini. Sebentar kemudian ramailah ruang besar itu, terang
apinya. suara tertawa sampai memenuhi ruang.
Yan Bun hadir bersama- sama nyonya muda, nona
mantunya Tiong Beng. In Gak menduga kepada menantu tuan rumah ketika ia
melihat munculnya Yan Bun bersama si nyonya muda, maka
itu ia berbangkit untuk memberi hormat, sedang Tiong Beng
lantas memperkenalkan sembari tertawa katanya: "Laotee,
inilah menantuku, Couw Beng Kie."
Nyonya itu sudah berumur tiga puluh tahun, pakaiannya
sederhana, ia tak memakai pupur atau yancie, toh ia tampak
726 masih cantik. Cuma walaupun ia bersenyum, ia nampak
berduka. itulah bisa dimengerti. Tentu ia menduka kan
suaminya yang lagi sakit berat itu.
Melihat nyonya ini, ln Gak ingat suami orang, maka ia
tertawa dan kata pada Suma Cong Beng: "Selama ditengah
jalan aku sudah dahar, sekarang aku masih kenyang, maka itu
marilah kita melihat siauw-piauwtauw dulu begitupun keempat
piauw su lainnya, habis itu baru kita bersantap."
Tiong Beng tidak mau memaksa, ia mengiringi kehendak
itu, Didalam hati, ia bahkan girang sekali.
Tepat selagi orang mau pergi kedalam seorang pegawai lari
masuk dengan wartanya tentang datangnya tetamu, yaitu
Pek-lek Ciu Yo Pek toogkee nomor dua dari Him Jie san.
In Gak biasa bersenyum, tetapi segera wajahnya menjadi
guram. Teranglah ia sangat gusar karena ia mengingat
kecongkakan Pek-lek Ciu, si Guntur itu.
Tiong Beng lekas pergi keluar menyambut tetamunya, Ia
tidak mau alpa sebagai tuan rumah yang kenal adat istiadat
sopan santun- In Gak tidak turut keluar, ia bersama Yan Bun tetap
menemani nyonya muda, Mereka memegang omong.
Tidak lama terdengarlah banyak tindakan kaki mendatangi,
lalu nampak masuknya beberapa orang, diantaranya Tiong
Beng jalan di depan dengan tindakan berat, diturut oleh
seorang mata besar dan berewokan, yang romannya bengis,
begitupun beberapa orang lain, Tidak salah lagi orang itu ialah
Yo Pek. "Lote, "kata Tiong Beng tertawa, "inilah..."
In Gak mengulapkan tangan"Tak usah disebutkan lagi, aku sudah tahu" katanya,
memotong, Tapi ia tertawa, Lantas ia awasi Yo Pek. matanya
bengis. iapun kata keras "Yo Pek kau mencari aku, kau mau
apa?" 727 Mau atau tidak. Pek-lek-ciu terkejut juga. itulah teguran
terlalu mendadak untuknya. Maka ia melengak mengawasi
anak muda itu, ia paksakan diri untuk tertawa ketika ia
berkata: "Giam siauwhiap, cara begini kau perlakukan akusitua
kau kurang hormati ..." ia berlaku tenang tetapi wajahnya
muram. "Terhadap orang semacam kau apa masih di butuhkan adat
sopan-santun?" tanya In Gak tertawa tawar "jikalau kau ada
bicara, lekas bicara.Jikalau tidak. lekas kau pergi"
Bukan main gusarnya Yo Pek. ialah seorang jago Rimba
Hijau yang biasa memandang enteng kaum Rimba persilatan
tapi sekarang ia ketemu batunya. Beberapa kawannya juga
menjadi tidak senang. Suasana buruk itu membikin tegang hatinya sekalian orang
piauwkiok. Suma Tiong Beng kata dalam hatinya: "Dasar anak muda,
dialah si anak kerbau yang takut harimau. Aku mesti malu
sebab aku yang telah memperoleh nama. aku masih mundurmuju.
Benar benar bedalah orang muda"
Pek- Iek ciu gusar bukan kepalang, matanya
memperlihatkan sinar pembunuhan- Tapi ia tertawa lebar.
"Selama tigapuluh tahun, belum pernah aku melihat orang
yang berani berlaku kurang ajar begini di depanku...."
katanya. "Bukankah sekarang kau melihatnya?" In Gak memotong,
"HHm sekarang lekas kau menyebutkan maksud
kedatanganmu. Tuan mudamu muak melihat tingkah polamu
ini" "Bocah, kau terlalu galak" Yo Pek membentak
Habis sabar dia. "Kau tidak tahu bahwa orang hendak
membekukmu sebelum itu, tak puas mereka. Datangku kemari
ialah untuk membekuk padamu"
In Gak tertawa besar. 728 "Loopiauwtauw dengar atau tidak?" dia tanya Tiong Beng,
"Lihatlah, sekarang ini tubuh ku menjadi naik harga sekali"
Tiong Beng kuatirkan suasana bertambah buruk,
"Yo Tongkee, mungkin ada jadi salah mengerti" ia datang
sama tengah, "ini saudaraku yang muda jarang sekali muncul
dalam kalangan Kang ouw, cara bagaimana dia mendapat
salah dari golonganmu" Taruh kata benar aku rasa, tak
usahlah sampai kau yang turun tangan-"
Mukanya Yo Pek menjadi merah, walaupun dia bandit besar
dia toh menginsafi kesembronoannya, Lantas dia tertawa
kepada tuan rumah. Dia kata sabar: "saudara Suma, bocah ini baru dikenal
olehnya, kau tidak ketahui keadaannya yang sebenarnya.
Dialah Koay Ciu sie seng Jie In yang telah mengacau dikota
Thaygoan" Mendengar keterangan ini, semua mata lantas menuju si
anak muda. In Gak berlaku sabar dan tenang.
"Bangsat tua, matamu kabur" ia kata, tertawa tawar, "Kau
cuma melihat separuh saja Koay Ciu sie seng yang kau
sebutkan itu ialah pamanku. Kalau aku benar Koay Ciu sie
seng, kau benar bernyali besar berani menemukan aku.
Dapatkah kau menenangkan Pok Hong dari Ceng liong Pay"
Biar bagaimana orang sebangsa kau, bangsa maling tikus
danpencuri anjing.... kau tidak sepadan menemui pamanku
Koay Ciu sie seng Tapi kau sudah datang, baik aku beritahu
padamu, jikalau kau ketemu dengan pamanku itu pasti kau
lantas mati, tak ampun lagi"
Yo Pek mengawasi tajam dan bengis.
"Aku si tua tidak percaya Koay Cie sie seng demikian
liehay" ia kata keras, "Kau sendiri yang membilang kaulah
keponakannya Keay Ciu sie seng, baiklah, baik aku mulai dari
dirimu saja" ia lantas meluncurkan tangan kanannya, dengan
lima jeriji tangannya ia menjambak ke dada si anak muda.
Tapi belum lagi ia dapat menjambak. mendadak ia mundur
729 tiga tindak. mulutnya memperdengarkan suara kaget
tertahan- In Gak sendiri berdiri tak bergeming Adalah Yan Bun, yang
berada disampingnya yang mendahului ia turun tangan, Nona ini sebal sangat melihat
lagak tengik dari Pek Lek Ciu, maka itu ia meluncurkan
tangannya dengan jurus Tio Liong Cie ajaran engko In-nya itu,
suatu jurus dari "Memutuskan otot, Mematahkan Nadi."
Yo Pek kaget sekali, ia telah mundur dengan cepat, ia
sudah menarik pulang tangannya, toh ia merasakan sakit
sekali pada jalan darah kek kie disikut kanannya yang
terlanggar jari tangan si nona, Mulanya ia tidak tahu siapa
yang menyerangnya, sampai sambil mundur ia melihat Yan
Bun. Maka ia lantas memandang dengan bengis.
"Dengan kepandaian begini saja kau berani main gila di
depan orang banyak, sungguh tak tahu malu" katanya
mengejek. memandang tajam.
Untuk sejenak Yo Pek menyesal sekali atas kedatangannya
ini secara sembrono sekarang sudah terlanjur, tidak dapat ia
mundur tanpa melakukan sesuatu, maka dengan gusar ia
kata. "Baik, baik. Kau anggaplah aku si orang tua tidak tahu diri.
Tapi aku si orang tua ingin melihat berapa liehay
kepandaianmu " Kata-katanya dibarengi majunya tubuhnya yang sangat
pesat, sampai tak terlibat bagaimana ia menjejak tanah. Tahutahu
ia sudah sampai di depan si nona dan kedua tangannya
meluncur kedua pundak nona itu. Kedua tangan itu
menyamberkan juga angin yang keras.
Itulah dia Pek lek ciu. Tangan Guntur yang menjadi julukan
Yo Pek. yang membuatnya mendapat nama untuk Gwa Kee,
730 kaum "Luar" itulah kepandaian mahir yang telah mencapai
puncaknya, pukulan itu didahului anginnya.
Yan Bun melihat orang menyerang, ia pun tahu, kalau ia
sampai kena dihajar, celakalah ia maka ia tidak mau berdiam
saja. ini pula ketikanya untuk menguji lebih jauh kepandaian
yang ia dapat dari In Gak.
Ketika kedua tangan musuh hampir mengenai pundaknya,
mendadak ia mendak. kedua kakinya bergerak hampir saling
susul dari melejit kesamping ia meloncat ke belakang orang
Suma Tiong Beng kagum bukan main, ia melihat
bagaimana nona itu bergerak, ia bersorak didalam hatinya.
Yo Pek pun kaget mendapatkan serangannya gagal, ia
mengerti ancaman bahaya maka itu tanpa menarik pulang
lagi, tangannya diteruskan diayun ke bela kang, tubuhnya
turut bergerak untuk mengimbangi iapun berseru tajam
mengerahkan tenaganya. Yan Bun tiba di belakang lawan, ia raaa musuh membela
diri dengan menyerang, ia tidak mau menyambuti keras
dengan keras, maka ia menjejak tanah, untuk lompat mundur
dua tindak dimana ia berdiri diam sambil tertawa perlahan"Haaha" Panas hati Yo Pek. maka dia bergerak pula untuk
menyerang lagi. ia juga mengasi dengar tertawa yang tak
sedap. Hanya mendadak seketika itu ia merasa sakit pada
kedua pundaknya, yang seperti kena digaet-gaetan baja.
Terus ia merasa tubuhnya kaku, hingga habislah tenaganya
justru itu, tubuhnya juga terasa terdupak, hingga tahu-tahu ia
sudah terpental keluar ruang, terbanting roboh di lantai
thianche dimana ada sumur batu. sampai sekian lama barulah
ia dapat merayap bangun- Suma Tiong Beng mementang mulutnya. Dia heran dan
sampai tak dapat mengatakan suatu
731 apa. Seumurnya belum pernah ia menyaksikan ilmu silat
demikian liehay, yang membikin Yo Pek yang kesohor kecewa,
ia cuma tahu, serangan yang dilaksakan itu ialah serangannya
In Gak atau lebih benar Giam Gak, untuk mencegah Nona Yan
Bun menjadi kurbannya si Tangan Guntur yang terlepas itu,
Ketika Yo Pek akhirnya dapat bangun berdiri dia
menyeringai "Beginikah aku si tua dibokong" dia kata sengit,
saking penasaran. "Adakah ini perbuatan satu enghiong?" Dia
berkata terhadap In Gak. Untuk sejenak alisnya si anak muda bangun berdiri, tetapi
akhirnya ia tertawa. "Baiklah, aku akan membikin kau puas bilangnya. "Hanya
jangan kita mengacau didalam piauwkiok. Mari kita pergi ke
tegalan sana" Kata-kata ini ditutup sama lompatnya, tahu-tahu si anak
muda sudah berada di atas- genting dari mana dengan sama
cepatnya ia menghilang. Yo Pek tertawa meringis. Tahulah ia bahwa ia lagi
menghadapi bencana. inilah ia tidak sangka sekali, sudah
terlanjur ia tidak bisa berlompat naik, guna pergi keluar ia
tahu betul, lagi dua puluh tahun ia berlatih, tak nanti ia
mencapai kemahirannya si anak muda.
Yang lain-lainnya turut lompat keluar hingga disitu tinggal
Yan Bun bersama Beng Kie, nona mantunya Suma Tiong
Beng. Tatkala Yo Pek tiba diluar, In Gak sudah berdiri di
hadapannya. ia penasaran, ia lari sekuat-kuatnya untuk
menyusul. Maka dilain saat tibalah mereka dikota selatan, di
tempat yang bertandakan banyak kuburannya.
Di sana si anak muda berdiri menunggu dengan
airmukanya berseri-seri sedang diatas mereka, dilangit,
rembulan sisir menerangi dengan cahayanya serta bintang
bintang berkelak-kelik. 732 Angin meniupkan hawa yang dingin.
"Yo Pek." berkata si anak muda, menyambut tibanya orang,
"kau sekarang bekerja untuk lain orang, aku anggap
perbuatanmu sangat tidak cerdik. Tidak perduli aku benar
Koay Ciu sie-seng atau orang yang ada hubungannya
dengannya, toh kita berdua tidak ada sangkut-pautnya. Maka
menurut aku, baiklah kita sudahi saja, kau lantas pulang ke
Him Jie san, dimana tolong kau sampaikan pesanku kepada
Hui Thian Auw cu Law Keng Tek bahwa sekarang ini dunia
Rimba Persilatan bakaljadi kacau balau, bahwa dia tak dapat
mencampurinya, karenanya baiklah dia berdiam dirumah
dengan damai dan tenang untuk dia menjaga diri sendiri baik
baik. Tidakkah itu bagus?"
Hati Yo Pek bergerak, itulah nasehat benar. Memang benar,
Memang bukankah benar ia dan Koay Ciu sieseng tidak ada
hubungannya apa-apa" Bukankah benar Koay Cio sie seng
sangat kesohor lihay dan belum pernah terdengar terkalahkan


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa juga" Bukankah benar juga si anak muda turun tangan
secara aneh, hingga ia roboh tanpa merasa"
Dia mengaku menjadi keponakannya Koay Ciu sie seng.
mungkio dia benar, pikirnya lebih jauh. Dia begini muda, dia
begini liehay juga- belum pernah aku menemui pemuda lain
selihay dia. Hanya, sejak aku mengangkat nama, siapakah
pernah sanggup melayani aku" Cuma ketika pertama kali aku
bertemu Hui Thian Auw Cu sesudah tiga jam. baru aku kena
dikalahkan, hingga aku kalah dengan puas. Dia ini liehay. baik
aku lawan dia dengan kecerdikan, cukup asal aku tidak kena
dikalahkan..." oleh karena ini, ia bersenyum ewah.
"Sahabat, tajam lidahmu" katanya. "Dengan kata saja mana
dapat kau membikin aku si orang tua mengangkat kaki" Tak
sedemikian mudah sedikitnya aku harus belajar kenal dulu
denganmu. Apakah kau telah tau bahwa aku sebenarnya tak
berkuasa sendiri?" 733 In Gak menjadi tidak puas.
" Heran" katanya, " Kau tak berkuasa sendiri, Habis
siapakah yang berkuasa" Kalau begitu, mengapa kau
membabi buta?" Pek Lek Ciu tertawa. "Sahabat, kau berlagak saja hilangnya paman mu yang
bernama Jie In itu tempatnya Poo Tan, siansu telah mencuri
kitab Pou Tee Cin Keng itulah kitab yang tak ada orang yang
tak menghendakinya. Kau tahu, sancu kami pernah bersamasama
ketua Khong Tong untuk pergi ke Ciu Auw Hong untuk
mengambilnya, apa mau mereka telah didahului oleh
pamanmu itu itulah kitab luar biasa, mana dapat pamanmu
membawa sendiri. Maka itulah yang membikin sekarang aku
tidak berkuasa lagi."
In Gak heran, "Dari mana teruwarnya kabar itu" Apakah
Thian Gwa sam Cun-Cia masih belum mati?" ia lantas berpura
pilon. " Heran- dari mana kau tangkap kabar angin demikian itu?"
ia kata tertawa, " KaLau benar kejadian itu, siapakah yang
pernah menyaksikan dengan matanya sendiri?"
Ketika itu orang orang piauwkiok serta orang-orangnya Yo
Pek tiba saling susul, mereka lantas berkumpul.
Yo Pek berseru ketika ia berkata pula: " Kata- katanya
Thian Gwa Sam Ciu-cia toh bukan kedustaan belaka?"
In Gak heran tetapi ia mengerti sekarang, Rupanya ketiga
pendeta murtad itu tidak mati.
"Sudahlah, tak usah kau ngaco belo lebih lama." ia kata
"orang macam kau orang macam apa" orang macam kau
mana surup memiliki Poa Tee Cin Keng" Bukankah kau
mengharap yang tidak tidak?"
Yo Pek gusar sekali. ia dihina didepan banyak orang. ia
berjingkrak. 734 "Binatang" seraya tangannya diluncurkan, itulah pukulan
gunturnya, kearah dada si anak muda. Anginnya itu
menyambar sangat cepat dan keras.
Biarnya begitu, Pek Lek ciu mengganti tenaganya lima
bagian, ia tahu lawan liehay sekali, ia ingin berjaga untuk
menarik pulang tangannya apabila ia memerlukan itu, ia hanya
heran, selagi ia menyerang itu, lawannya diam saja,
menangkis atau mengegos tubuh, untuk menghindarinya.
"Kau terlalu besar kepala" pikirnya." jikalau aku kerahkan
semua tenagaku, batu pun hancur, dan tubuhmu biarpun
tubuhmu tubuh besi, tak nanti kau sanggup bertahan" Maka ia
berseru: "Awas" itu artinya ia mengerahkan tenaga
sepenuhnya. Hebatnya pukulan Guntur ini yalah kedua tangan
menghajar berbareng. Disaat Yo Pek merasa serangannya akan mengenai
sasarannya, tubuh lawan lenyap dengan tiba-tiba sebaliknya di
belakang kepalanya terasa angin menyamber, mengenai jalan
darah bong-hu, yang menjadi seperti beku.
Tentu sekali ia menjadi kaget, cepat ia tunduk dan
tangannya di sampokkan kebelakang, berbareng dengan
mana, tubuhnya berputar. ia tidak melihat lawannya itu.
Kembali terasa angin menyamber kebelakang kepala.
Kembali ia kaget, sebab berbareng dengan itu, ia
merasakanjalan darahnya jalan darah hot twie kena tertowel,
disusul dengan ditowelnya jaian darah Ce tiong ia merasakan
juga sambaran angin dingin, sendirinya ia menggigil, bulu
roma bangun berdiri. ln Gak hendak membikin runtuh pamor, ia
mempermainkannya. Kalau ia menggunai jurus-jurus dari Hian
Wan sip-pat Kay, pastilah orang akan roboh dan musnah ilmu
kepandaiannya, Dimana urusan mengenai Thian Ma Piauw
Kiok. ia hendak bertindak berhati hati. Maka ia melainkan
memperlihatkan kegesitannya.
735 Yo Pek gentar hati tetapi terus ia membuat perlawanan- Ia
hendak melindungi dirinya. Dengan menyerang dengan
tangan kiri tubuhnya ikut berputar. Dengan tangan kanannya,
menjaga diri dari serangan dibawah, Penjagaannya ini ialah
jurus "Macan tutul Kuning Mengeluarkan Kuku," sedang kedua
kakinya mengimbangi gerakan tubuhnya,
Tiga kali jago Him Jie san ini berputar cepat, selama itu
tidak pernah ia melihat tubuh si anak muda bagaikan
bayangan, anak muda itu berputar juga, tubuhnya terus
berada dibelakang orang, hingga leluasalah dia mengancam
jalan darah sam Ciauw, sin-kwee, sim Jie dan lengtay di
punggung. Cuma anehnya. setiap totokan berupa hanya towelan,
kenanya perlahan, melainkan beku sedikit. Teranglah orang
berniat mencelakainya. Hebatnya untuknya karena ia terus
berputaran, kepalanya menjadi pusing, penglihatannya
menjadi berbayang. Akhirnya, dengan hati dingin, ia berhenti berputaran.
Melihat orang berhenti, I n Gak pun berhenti dengan
tindakannya Hian Thian Cit seng Pou. ia berdiri sembari
mengawasi dengan bersenyum. Yo Pek mengawasi juga,
hatinya berdebaran- Pemuda itu tenang tenang saja, ujung bajunya memain
diantara sampokan angin dingin, ia mengawasi tidak lama,
lantas ia menangkap kedua tanganaya memberi hormat.
"Sahabat, kau benar lihay,..." katanya. Mendadak ia
berhenti setengah jalan, sedang sinar matanya guram. Dia
lantas menggapai kepada kawan kawannya, kedua tangannya
dibuka, tubuhnya mencelat ke kiri di mana ada banyak pohon
rotan- maka sekejap saja, lenyaplah dia, lenyap diikuti kawan
kawannya. 736 "Inilah berarti urusan selesai tetapi belum beres" kata In
Gak pada tuan rumahnya, Tapi ia berkata sambil tertawa,
menyatakan ketabahaannya. "Dunia Rimba persilatan
terancam bahaya besar, Tapi tak ingin aku peristiwa terjadi
lantas maka itu hendak aku mencari pamanku, Jie In, untuk
dapat menghilangkan ancaman itu. Aku akan pergi selang tiga
hari." Tiong Beng tertawa.
"Aku kira Laotee, tak usahlah kau terlalu repot" ia berkata.
"Aku tahu pamanmu itu liehay maka aku percaya juga ia pasti
telah siap sedia menghadapi segala apa. Untukku aku cuma
mengharapi penghidupan yang tenang, sekarang sudah
malam, anginpun dingin, mari kita pulang ke kantorku."
In Gak mengangguk. Maka berjalanlah mereka pulang
kepiauwkiok, Ketika mereka sampai, terlihat disana Couw
Beng Kie dan Yan Bun tengah menemui seorang tua yang
kumisnya putih semua dan bajunya kuning semua."
"Apakah aku berhadapan dengan Gan siauwbiap" orang tua
itu menanya. ia berbangkit menyambut begitu lekas melihat
masuknya In Gak beramai iapun lantas merogo sakunya dan
mengeluarkan sepucuk surat, diserahkan kepada anak muda
itu. "Itulah aku yang rendah." menjawab in Gak manis, "Aku
mohon tanya she dan nama loo-sianseng serta bagaimana aku
harus memanggilnya?" ia menyambuti surat itu seraya
menatap si orang tua, yang alisnya panjang sampai dipipi,
mulutnya lebar, giginya rata, sedang matanya tajam dan
berpengaruh. Dia bertubuh jangkung dan tegar. Kedua
tangannya yang putih, memelihara kuku-kuku panjang dua
dim. si orang tua mau menjawab tetapi Yan Bun mendahului
memperkenalkannya: "Loocianpwee ini yalah Yan In Tay-hiap
Tiat Cie sin Wan Pek le."
-00000000- 737 SUMA TIONG BENG juga tidak kenali si orang tua,
mendengar disebutnya nama itu, ia terperanjat dan kata:
"Jadinya saudara Pek ialah tayhiap yang dulu hari di puncak
Cian Hud Teng di Cee lam telah menghajar limabelas penjahat
besar sungguh girang, sungguh girang aku dengan penemuan
ini" Habis itu, jago tua itu diajar kenal dengan semua piawsu.
In Gak memeriksa surat. ia mengenali tanda dari Chong sie,
maka ia pergi ke samping untuk segera membuka dan
membacanya. Kiu Cie sin Kay menulis:
"Hiantee yth, semenjak kita berpisah dikuil Chin tu bersama
adik Siauw aku berangkat terus pulang ke Utara, Di tengah
jalan kami menemui rintangan tetapi syukur dapat di
hindarkan dengan tempo kami tak terhalang. Demikian kami
tiba dengan selamat di Ciang peng. Kami sampai setengah
hari lebih dulu daripada Kiong Bun siang Kiat.
Kwee Poo Cu juga sudah sampai dikota raja, Dengan
berkah perlindungan Kee Cin Ong, Kiong- Bun siang Kiat tidak
berani mengganggu dengan mengandal pengaruh
kepangkatan, Mereka sekarang tidak mau memperlihatkan
diri, merekah selalu bekerja dibelakang layar.
Diam-diam mereka bersekongkol sama penjahat-penjahat
besar dari lima propinsi Utara untuk mengganggu keluarga Hu
di Ciang-peng, keluarga Co di ChongCu serta partaiku. syukur
aku dapat melihat gelagat, maka kedua keluarga itu telah aku
singkirkan kelain tempat, hingga dua kali penjahat menyerbu
tempat kosong. Perkara darah dirumah Lie siang-sie di
Thaygoan sudah ditutup, Sekarang Kiong- Bun siang Kiat lagi mengarah kitab Pou Tee - Cin - Keng, kitab mana sudah menarik perhatian umum,
hingga bukan melainkan orang Kang ouw yang kebanyakan
juga sekawan hantu yang berdiam d igunung- gunung turut
repot turun gunung menceburkan diri dalam pusar air.... Maka
itu, hiantee, untukmu ada ancaman bahaya d iempat penjuru,
738 Aku tahu kau dapat melayani mereka tetapi baiklah kau
waspada. Menurut aku, hiantee, untuk selanjutnya baiklah kau
merantau seorang diri saja.
Kebetulan Tiat Cie sian Wan Pek Tay-hiap ada urusan di
Hoo-lok. maka aku kirim surat int dengan perantaraannya. D^
samping utu, Pek Tayhiap hendak menuturkan kau sesuatu
yang mengenai ayahmu almarhum. ia akan menuturkannya
sendiri kepada hiantee."
Habis membaca, In Gak sesapkan surat itu ke dalam
sakunya, Ketika itu, Pek le-pun meng hampirkan ia untuk
membisikinya: "Lewat tiga hari aku menemui siauwhiap di
Liongteng, di sana aku ingin bicara sendiri denganmu-" Habis
beikata, ia memberi hormat seraya berkata: "Sampai bertemu
pula" lantas ia, berlompat ke atas genting dimana ia
menghilang di belakang wuwungan.
Orang heran, tetapi sembari tertawa in Gak kata pada tuan
rumah: "Pek Tayhiap itu satu sahabat sejati, entah dari mana
dia ketahui aku berada disini, barusan aku lupa
menanyakannya..." ia berhenti sejenak. ia tertawa pula dan
berkata lagi: "Barusan karena urusan Yo Pek kita sampai
melupakan urusan siauwpiauwsu maka itu, loopiauwsu, mari
sekarang kita melihatnya."
Mendengar itu, Beng Kie lantas mendahului bertindak
kedalam, ia menarik tangan Yan Bun untuk jalan bersama.
Suma Tiong Beng kata sembari tertawa: " Jikalau anakku
sembuh ditangan kau, siauwhiap kaulah tuan penolong kami
yang menghidupkan pula anakku itu..."
Tiong Beng cuma mempunyai itu satu anak dan nona
mantunyapun belum memperoleh turunan maka itu sangat
berduka yang anaknya terluka parah.
"Orang baik dipayungi Thian" kata in Gak bersenyum, "Aku
percaya menantumu juga akan memperoleh turunan, hingga
lain tahun loopiauwsu bakal mengempo cucu laki laki"
739 Senang jago tua itu, ia tertawa.
Segera mereka sampai didalam kamar dimana lantas tersiar
bau obat-obatan, ketika dapat mencium bau itu, yang ia kenali
bangsa jinsom, In Gak menghela napas seraya menggeleng
geleng kepala dan berkata: "Tabib dogol dapat mencelakai
orang..." Beng Kie dan Yan Bun sudah menantikan di sisi
pembaringan, ketika si nyonya muda mendengar perkataan in
Gak. la lantas menanyai "sauwhiap. dapatkah kau menolong
suamiku?" "Sabar, enso," kata In Gak bersenyum, "Aku si tabib masih
belum memeriksanya..."
Mukanya Beng Kie merah, dia jengah.
Yan Bun berkata kepada si anak muda: "Habis apa perlunya
kau ngoceh tidak keruan" suami orang sakit, bagaimana dia
tidak berduka dan berkuatir?"
Tiong Beng menganggapnya jenaka, ia tertawa.
In Gak bertindak ke depan pembaringan ia menyingkap
klambu, maka ia melihat si piauwsu muda rebah dengan
kepala madap keluar, mukanya perok dan pucat, rambutnya
kusut. Mengetahui ada orang datang, dengan susah ia
membuka matanya dan mengangguk lantas ia meram pula,
Benar-benar ia telah sakit parah, sudah lama dan tak dapat
obat yang tepat. Beng Kie lantas mengucurkan airmata.
In Gak duduk disamping pembaringan ia menarik
tangannya si piauwsu muda, guna meraba nadinya.
Tiong Beng berdiri disamping In Gak. la berbisik, "Ketika
anakku ini dilahirkan, tukang tenung bilang ia tidak bakal
berumur panjang maka itu ia diberi nama Tiang siu..."
Orang tua ini nampak sangat bersusah hati,
"Segala tukang tenung tak dapat sembarang dipercayai


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata In Gak tertawa. "Manusia bergantung kepada dirinya
740 sendiri, kepada Thian siapa yang hatinya baik, dia tentu
diberkahi siapa dapat memastikan orang baru dilahirkan lantas
usianya pendek" Adalah benar orang dapat menutup mata
karena usia lanjut dan sakit, tetapi sesuatu manusia ada
takdirnya, jadi kita cuma dapat berkata dari hal untung baik
dan untung malang. Umpama siauw-piauwsu ini, dia kebetulan
menemui kemalanganny a ."
Sementara itu selesai sudah ini tabib memeriksa nadi, ia
terus memeriksa lidah, habis mana ia berbangkit dan sembari
tertawa berkata pada Beng Kie: "Enso, dapatkah aku melihat
resep obat yang obatnya telah dimakan?"
Beng Kie menarik laci meja untuk mengeluarkan susuna
resep. In Gak menyambuti itu, ia periksa sehelai demi sehelai,
Tiong Beng mengawasi ia agak berduka pula.
"Tabib yang diundang tentulah tabib terkenal." kata In Gak
kemudian- "Resepnya ada sedikit kekeliruannya tetapi itu tidak
menyebabkan si sakit meroyan. Pada ini mesti ada sebab
lainnya." "Untuk kota kita ini tabib itu memang terkenal" sahut Tiong
Beng. "Dialah Loa Cun Kui usianya sudah delapanpuluh tahun,
biasanya kalau dia mengobati orang cukup dengan tiga
bungkus obatnya, Tidak demikian dengan anakku ini rupanya
sudah nasibnya dia."
In Gak tidak menjawab ia tidak berkata apa-apa, ia hanya
berpikir. Mendadak ia memutar tubuhnya, lompat ke depan
pembaringan, begitu ia menyingkap kelambu ia membalik
tubuhnya Tiang siu untuk merobek baju di punggungnya
untuk diperiksa. Tiba tiba ia mengeluarkan seruan kaget
Tiong Beng dan Beng Kie kaget, Mereka pun lompat ke
pembaringan untuk melihat. Keduanya terkejut bukan main. Di
punggung si sakit ada tapak dari lima jari tangan "
In Gak menghela napas, ia berkata:
741 "lni tanda dari tangan jahat siauw-piauw su sendiri pasti
tidak mengetahuinya. Tabib Loa tidak tahu pokok sebab
penyakit, ia mengobati dengan segala kui-kie dan moa-bong,
baiknya ada campurannya juga obat yang menguatkan tubuh.
syukur aku tidak terlambat kalau tidak entah apakah
jadinya..." Hati Tiong Beng menjadi lega.
"Siauwhiap benar," ia bilang, "Siauwhiap. gurumu pastilah
seorang pandai yang luar biasa, dia mengajarkan kau ilmu
silat dan juga ilmu tabib"
In Gak bersenyum. "Tetapi penyakit itu memang berlainan-" ia kata, ia tidak
menjawab langsung bahkan ia lantas mengeluarkan kotak
kecilnya dimana ada dua belas batang jarum emas halus
panjang empat dim, dengan itu ia terus menusuk dua belas
jalan darahnya Tiang siu, si piauwsu muda.
setelah itu ia minta Tiong Beng menyuruh orangnya lekas
membeli tin-bia simpanan tujuh tahun serta jahe tua, makin
banyak makin baik, Beng Kie lari keluar, guna menyuruh
orangnya membeli obat-obatan itu.
Kira-kira seminuman teh, Tiang siu terdengar merintih.
Tidak lama pegawai yang diperintah membeli lin hia
danjahe sudah pulang. "Mari kita bekerja." kata In Gak. ia minta Beng Kie dan
Tiong Beng memegangi dan mecekal tubuh Tiang siu, katanya
supaya jangan dikasi bergerak, kemudian ia meletaki tiga
lembar jahe ditempat yang luka, lalu diatas itu ia menaruh tinhia
dan membakarnya, terus hingga tiga kali tukar.
Tiang siu kesakttan, dia berkaok-kaok. dia meronta-ronta,
matanya pun mendelik. sang ayah dan isteri terus memegang
dan menekan, dia tak dapat berkutik.
In Gak membakar pula tin hia, terus sampai sembilan kali
tukar, ketika tenaga dan suara si piauwsu muda habis, baru ia
742 berkata: "Sekarang luka di dalamnya sudah sembuh bahaya
tidak ada lagi." Beng Kie dan Tiong Beng melepaskan tangan mereka.
In Gak mencabut duabelas jarumnya, terus ia angkat tubuh
si sakit buat dikasi berduduk untuk ia menepuk punggungnya
satu kali. Atas ini, Tiong siu muntah, Yang keluar ialah
segumpal darah hitam, yang bau hingga orang mau muntah
muntah. Dia lantas direbahkan pula perlahan-lahanSesudah ini, si tabib minta kertas dan pit. ia berpikir dulu
ketika ia menulis dua macam resep. Untuk muntah darah buat
sakit di dalam, ia menulis cepat dan huruf hurufnya indah
hingga Tiong Beng menjadi kagum. "Hebat" ia kata, menghela
napas. "Makanlah obat ini." kata In Gak. "Tak usah lewat tujuh
hari, siauw-piauwsu akan sudah sembuh" ia hening sejenak. la
mengangkat pitnya pula. sembari tertawa, ia berkata lagi:
"Sudah terlanjur, baiklah aku menolong terus" Lalu ia menulis
pula resep. obat hamil setelah itu, ia menambahkan, "Lain
tahun di bulan lima, aku yang rendah hendak minta minum
arak moa-gwee" Arak moa gwce ialah arak pesta sebulan usianya seorang
bayi, Beng Kie jengah, tetapi Tiong Beng tertawa. "Pasti Pasti"
katanya. Sampai disitu, In Gak keluar dari kamarnya Tiang siu, untuk
memeriksa lukanya keempat piauwsu, yang ia bikinkan surat
obatnya. Sementara malam itu, In Gak menolongi pula Nyonya
Kouw, yang ia tusuk dengan jarum jarumnya serta
menyalurkan pula tenaga dalamnya, hingga bakal mentua itu
dapat berjalan tinggal kelemahan tubuhnya saja.
Selesai mengobati mertuanya, in Gak ajak Yan Bun dan
Tiong Beng berdamai di kamar tulis. perlahan sekali mereka
743 bicara, setelah itu ketika fajar menyingsiog, In Gak bersama si
nona, dengan mengajak nyonya Kouw, berlalu dengan diam
diam dari Thian Ma Piauw Kiok. tak ada orang lain tahu
kemana arah tujuannya. Begitu sang pagi muncul ramailah lalu lintas di depan
kantor Thian Ma Piauw Kiok, Dekat dengan kuil siang Kok sie,
jelai besar dibagian situ memang lebih hidup daripada jalan
lainnya, orang berduyun-duyun berlalu lintas, diantaranya
tercampur pekik berisik anak-ansk yang berlari-larian serta
tukang jualan keliling, begitu juga suara genta dan gembreng
dari dalam kuil. Pagi itu langit terang, angin sejuk. Biar bagaimana, masih
ada suasana tahun baru. Di muka bendera dengan sulaman
atau lukisan empat ekor kuda jempolan berkibar kibar dengan
megahnya nampaknya menyolok mata.
Justru itu maka orang mendengar suara berisik dari kakikaki
kuda yang berketoprakan di batu hijau yang ditabur di
jalan besar, mendengar mana orang repot pula menyingkir ke
tepi jalanan. Louw Kun lagi berdiri di depan piauwkiok sambil
ia menggandeng tangan di punggungnya ketika perhatiannya
ketarik suara berketoprakan itu, hingga ia lantas menoleh.
Begitu ia melihat tegas, ia terkejut, tetapi dengan lekas ia
dapat menenteramkan diri.
Rombongan penunggang kuda itu, yang semua kudanya
pilihan, mengenakan baju panjang yang serupa warnanya, dan
yang berada di paling depan, kudanya lari pesat sekali.
Rombongan itu terdiri dari empat penunggang kuda. Tiba
di bawah bendera, mereka pada berhenti dan berlompat turun
dari kudanya masing-masing.
Sama sekali kaki mereka tidak menerbitkan suara apa-apa,
suatu tanda merekalah bukan sembarang orang. Mereka
lantas mengawasi bendera tanpa mempedulikan Louw Kun.
744 orang yang menjadi kepala, yang sudah berusia lanjut,
panjang mukanya dan berewokan pendek matanya celong
hingga terlihat tulang tulangnya tetapi mata itu bersinar
tajam. Sesudah mengawasi bendera, dia mengasi dengar suara di
hidung terus dia kata nyaring: "Tan Peng kau wakikan aku
menurunkannya." Seorang kurus umur lebih kurang empat puluh tahun
menyahuti lantas dia memandang Louw Kun. bibirnya
tersungging senyuman memandang enteng, kemudian
memandang pula kebendera. Bendera Thian Ma Piauw Kiok beda daripada bendera
kebanyakan piauwkiok lainnya. Kalau bendera lain orang
dikerek naik dan diturunkan dengan memakai tambang, maka
bendera "Kuda Empat" ini mesti dipasang dengan orang yang
mengerti ilmu enteng tubuh harus berlompat naik turun untuk
diikat dan di loloskan. Orang yang dipanggil Tan Peng itu meraba tiang bendera,
yang terbuat dari besi, ia merasa tidak sanggup untuk
mematahkan dengan kekuatan tenaganya, jadi ia perlu
memajat naik, ia agaknya bersangsi, Tak sudi ia manjat,
mungkin itu dia anggap akan merurunkan martabatnya.
Dekat tiang bendera itu ada sebuah pohon kayu, yang
tinggi lima tombak. yang daunnya sudah rontok, tinggal
batang serta sedikit cabang gundul. Melihat itu, Tan Peng
anggap dia boleh memakainya sebagai perantara akan
mendapatkan bendera, Maka ia lantas lompat naik, untuk
manjat di pohon itu. Si orang tua tertawa, ia kata pada dua kawannya, " Hebat,
ilmu ringan tubuh dari Tan Peng maju pesat sekali..." Hanya,
745 belum pujian itu berhenti atau mendadak orang yang dipuji
telah jatuh dari atas pohon itu
Sukur ia tidak jatuh terbanting dia masih dapat menaruh
kaki dia cuma terhuyung, Tapi dia jadi merah mukanya saking
malu, Dia sebenarnya sudah sampai diatas, Untuk
menyambret bendera hingga tak ampun lagi cekalannya
terlepas, tubuhnya meluncur kebawah.
Melihat itu orang-orang yang berlalu- lintas, yang tadi pada
berdiri dipinggiran menonton, pada tertawa perlahan.
Si orang tua mata celong, heran, ia bercuriga. Percaya
cabang itu mesti ada yang bikin patah, Tidak nanti cabang
patah secara kebetulan. sebaliknya cabang itu cukup tinggi
dan tangguh. siapa dapat mematahkannya " Dengan cara
apa" Ia sendiri tidak mempunyai tenaga dalam demikian mahir
hingga dapat mengenai pukulan "Udara Kosong" seliehay itu.
Maka ia lantas melihat kelilingan.
Terpisah kira tiga tombak dari si mata celong itu terlihat
seorang tua bertubuh katai ditemani dua orang muda, orang
tua itu bermata kecil dan hitam kulitnya.
Mereka menggondol pedang dipunggungnya masingmasing.
Ada lagi seorang nona yang cantik, yang dilihat dari
romannya, mesti nona yang nakal, ia juga membawa pedang
dipunggungnya, mereka berempat bersenyum seperti bukan
bersenyum... Segera si mata celong menerka si orang tua katai itu tetapi
disaat ia hendak menegur atas mendamprat mendadak ia
mendengar si orang tua katai tertawa dan berkata kepada si
nona. Katanya: "Bocah kau telah melihat tegas atau tidak"
itulah mesti perbuatannya seorang liehay yang menggunai
sentilan peluru merontokkan cabang itu Dia demikian hebat
maka aku si orang tua, terbukalah mata ku"
Kata-kata itu membuat Tan Peng berempat malu sekali,
muka mereka menjadi merah-padam sendirinya.
746 Justeru itu Louw Kun di depan pintu kantornya berkata
dengan dingin: "Hmm.. Hm. Ditempat dimana orang tidak
dapat main-main kenapa mesti mempertunjukkan keburukan
sendiri di depan piauwkiok kami?"
Jit cit sian- jing ciang juga menduga kepada perbuatan
orang gagah liehay, maka itu ia sengaja berjenaka, untuk
mengejek. Mendadak Tan Peng menjadi gusar, dia ber-lompat ke arah
pintu piauwkiok, untuk menerjang Louw Kun, selagi ia
bertempat itu dibelakangnya ada lain orang berlompat juga
menyerang punggungnya. Dia kaget, Mendadak dia merasa
sangat sakit. Dia lantas lompat kesamping untuk berkelit.
"Bret" terdengar suara maka baju dipunggung Tan Peng
robek. pundak kirinya luka berdarah-Dia lompat ketangga
kanan. Louw Kun sudah bersiap untuk menangkis serangan
tatkala ia melihat ada orang membantu padanya ia lantas
membatalkan persiapannya, ia berdiri diam sembari tertawa
mengangguk. Tan Peng gusar hingga wajahnya merah-padam, Belum
pernah ia dirobohkan secara begini, ia berpaling bengis
kepada orang yang membokongnya itu.
Untuk herannya ia mendapatkan seorang nona yang
matanya jeli, yang tangannya mencekal pedang panjang.
Nona itu berdiri bersenyum sejauh empat kaki lebih
daripadanya. Nona itu bukan lain daripada Nona Lan dari Kim-hoa yang
sangat berandalan, nakal dan doyan guyon. Dia mendengar
hal perbuatan Koay Ciu sie-seng si Pelajar Aneh di kota
Thaygoan dia lantas menduga kepada In Gak.
Kebetulan sekali dia bertemu dengan Ay Hong sok Kheng
Hong yang ada bersama sama Tonghong Giok Kun dan Kiang
Yauw Cong lantas mereka mempersatukan diri selagi
747 bersantap dia menyebut-nyebut perbuatan Koay Ciu sie seng
dan mengutarakan dugaannya kepada In Gak, Ay Hong sok
menjadi ketarik hati. "Tidak salah, benarlah dia" katanya seraya menepuk meja,
"Pasti bocah itu Di Yang Ke Cip dia mendustai aku hingga aku
jadi bersengsara sangat. Coba pikir kenapa si nomor empat
dari Liong bun tak keruan-keruan roboh kehabisan tenaga.
Benar bocah itu, aku mesti cari dia"
Maka berempat mereka pergilah ke Lokyang untuk mencari,
Di sini mereka mendengar hal pembakaran In Bu san-cung
hingga Jim Cit Kouw terbinasa. Mereka pergi ke tempatnya
Liong bun Ngo Koay dan menyaksikan sendiri keruntuhannya
san-chung yang kesohor itu, yang sekarang telah menjadi
kosong sebab keempat siluman dari Liong bun sudah pindah
ke lain tempat. semua orangnya telah mereka bubarkan.
"Marilah kita pergi ke Thian Ma Piauw Kiok di Kay Hong" Ay


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong sok mengajukan sarannya.
Mereka berangkat ke Kayhong untuk lantas menghadapi
peristiwa itu. Si orang tua berewokan kaku seperti duri badak itu
bersama dua kawannya, melihat robohnya Tan Peng itu lantas
bertempat ke hadapan Nona Lan. Mereka mengasi dengar
suara mengejek. Melihat demikian, dua tubuhpun berlompat maju dengan
pedang mereka berkelebatan itulah Tonghong Giok Kun dan
Kiang Yauw Cong yang hendak mencegah orang
menghampirkan Nona Lan. Orang tua bermata celong itu berseru, tangannya
mengibas, Maka berkibarlah tangan bajunya yang panjang.
Pedangnya Giok Kun dan Yauw Cong kena tersampok
tubuh merekapun mental lima kaki.
Mereka menjadi terkejut. Ay Hong sok tertawa lebar.
748 "Ca siu Keng Kang yang mahir" ia memuji "Aku tidak
sangka Hui Thian Auw-cu kembali ke luar dari Him Jie san
sungguh beruntung aku dengan pertemuan ini"
Memang juga si orang tua mata celong dan berewokan
kaku itu ialah Hui Thian Auw-cu Law Keng Tek si Elang
Menerbangkan Langit, yang lihay ilmu mengebutnya itu, yaitu
Tiat siu Keng Kang atau Tangan-baju Besi.
"Kau siapa?" Keng Tek membentak. matanya menyala.
Ay Hong sok tertawa pula, tertawa mengejek "Kau tidak
kenal aku. aku kenal kau" katanya jenaka, mencemoohkan.
"Aku si tua bangka tidak mau mampus ini ialah kakakangkatnya
musuh mati hidup dari kamu, Twie Hun-Poan Cia
Bun. Akulah Ay-Hong-sok Kheng Hong" ia berhenti untuk
tertawa, lantas ia menambahkan
"Adik angkatku itu kabarnya mau menjenguk kau di Him Jie
san, kau sebaliknya, buat apa kau nongkrong saja di sini"
ingatlah, jangan kau mengasi lewat ketika yang baik untuk
bertemu pula dengan sahabatmu itu."
Law Kheng Tek terperanjat. Ketika dulu hari itu ia dapat
menyerang Cia Bun satu kali, ia tidak puas. Hasilnya itu bukan
hasil yang gilang gemilang.
Ia bahkan jengah karenanya sampai sekarang, kalau ia
ingat itu hatinya tidak enak. sekarang ia mendengar CiaBun
masih hidup dan bakal menemuinya, ia tercengang.
Memang ia tahu Cia Bun lihay dan sekian lama ia sangsikan
kematiannya, Tahun yang sudah ia mendengar Cia Bun
muncul pula, selalu ia bersedia-sedia untuk membela dirinya,
ia takut Cia Bun nanti menyateroni Him Jie san, sarangnya itu,
ia tidak sangka sekarang ia mendengar perkataannya Kheng
Hong ini. Tapi ialah satu jago, kemudian ia tertawa dan kata dengan
nyaring "Terhadap sahabat yang berkunjung, pihak Him Jie
san selalu akan menyambut dengan baik. Baiklah aku akan
749 berdiam di tengah gunung menyambutnya sahabat she Kheng
jikalau kau tidak berbuat celaan silahkan kaupun datang
bersama" Kheng Hong tertawa pula, ia terus menggoda.
"Aku si tua bangka tidak mau mampus tidak mempunyai
kegembiraan akan menjengukmu di gunungmu" sahutnya,
"Adalah adik angkatku itu pun sudah cukup untuk membuat
kau sakit kepala" Keng Tek tertawa dingin, ia tidak menggubris godaan itu. ia
terus memandang kepada Louw Kun.
Jit Goat sian-jin teng memang terus mengawasi Keng Tek.
buat menonton lagak-laguknya, sekarang ia dipandang, ia
tertawa dingin dan kata: "Law Lootong-kee, kenapa perkara
kecil kau besar besarkan" Bendera piauwkiok kami itu tidak
berharga seberapa tetapi untuk kau merurunkannya itulah tak
mudah jikalau kau mau tahu halnya si pemuda yang kemarin
mengajar adat kepada si orang sho Yo, dapat aku terangkan,
tadi pagi ia telah berangkat ke Utara ia telah memesan andai
kata loo-tongke berani, silahkan lootongkee menyusul ke kota
raja" Memangnya La w Keng Tek datang buat mencari In Gak.
kecelakaannya Tan Peng dan gangguannya rombongannya
Kheng Hong membuatnya mendongkol dan pusing, iapun
tengah bersangsi. Robohnya Tan Peng meski perbuatan orangorang
liehay yang belum dapat dipastikan siapa adanya.
Maka kebetulan sekali keterangamya Louw Kun ini ia dapat
ketika untuk mengegos, ia lantas tertawa dan kata: " Kawanan
bocah itu dapat melihat gelagat mereka mendahului
menyingkir Tapi lihatlah bagai mana dia dapat lolos dari
tanganku" 750 Louw Kun tertawa di dalam hati mendengar seorang
berkenamaan mengucapkan demikian rupa, ia tidak mau
melayaninya, ia berdiam saja.
Law Keng Tek cerdik, ia dapat mengennai baik-baik setiap
ketika nya, ia mencari In Gak bukan tanpa kesangsian,
keterangannya Yo Pek yang pulang dengan kegagalan,
membuatnya berpikir banyak. jadinya telah muncul anak-anak
muda yang liehay. Kalau keponakannya Jie In demikian liehay, bagaimana lagi
dengan Jie In sendiri, Maka di samping membuktikan sendiri,
ia memikir daya lainnya ia menyesal sekali Yang Tan Peng pun
roboh. Habis mendengar keterangannya Louw Kun itu, ia melirik
kepada Tonghong Giok Kun, Kiang Yauw Cong dan Nona Lan,
ia kata di dalam hatinya: "Aneh anak-anak ini, mereka
mempunyai pedang-pedang yang bagus. Aku sendiri, aku
mencarinya sia-sia buat banyak tahun... Baiklah aku gunai Tiai
Sioa Ceng Kang terhadap mereka, biar ilmu ringan tubuh
mereka mahir, mustahil mereka lolos.dari aku, selagi mereka
berkelit, akan aku rampas salah satu pedangnya."
Setelah berpikir itu, ia kata keras: "Mari kita pergi"
"Baiklah" sahut Tan Peng bertiga. Ketiganya lantas lompat
naik atas kuda mereka. Law Keng Tek memutar tubuhnya, berbareng dengan itu
tangan kanannya mengibas, tangan
baju nya yang panjang berkibar.
Mendadak Nona Lan bertiga merasa samberan angin, tak
sempat mereka berdaya mempertahankan diri, tubuh mereka
terhuyung. Akan tetapi Kiang Yauw Cong tidak menjadi mati
daya, maka ia terus berlompat untuk menyerang ke pundak
kiri Keng Tek. ia menggunai jurus "Naga memain di tengah
langit." Kheng Hong terperanjat. itulah kejadian di luar
sangkaannya. Keng Tek sebaliknya mewujudkan rencananya.
751 Habis menyerang dengan tangan bajunya ia menggunai "Kimna
Ciu Hoat" tipu silat "Menangkap" guna merampas pedang
orang. Demikian ia meluncurkan tangan kirinya ke arah pedang di
tangan Nona Lan. Di dalam keadaan seperti itu ia tidak
menggubris serangan Yauw Cong.
Kheng Hongpun tidak berdiam saja, sambil berseru ia
lompat menyilang dengan kedua tangannya, ia menggunai
tipu lat Ngo Heng Cia Lek, ia ingin melindungi pedang si nona.
Law Keng Tek sangat liehay mendahului segala apa, jeriji
tengahnya telah berhasil menotok jalan darah keng liang dari
Nona Lan, Tanpa berdaya pedang si nona terlepas dari
tangannya, maka di lain saat pedang itu, Ciu seng Kiam
dipungut si burung elang yang tubuhnya membungkuk cepat
bagaikan kilat. Hanya baru saja pedang tercekal, lantas terlepas pula jatuh
kembali di tangga batu, keras hingga muncrat lelatunya, inilah
disebabkan disaat itu, Keng Tek merasai punggungnya sakit
dan ngilu. Menyusul itu, dia merasai nyeri lainnya dan
kagetnyapun tidak terkira, punggungnya itu terjambak dengan
lima jari tangan yang kuat seperti gaetan, lantas tubuhnya
terangkat dan terlemparkan tinggi mengenai cabang-cabang
pohon lima tombak jauhnya, sampai cabang cabang itu patah
dan jatuh hingga dia turut jatuh bersama.
Debu muncrat dan mengepul karena kejatuhan itu.
Ay Kong sok melihat sebuah tubuh mencelat lantas lenyap.
ia liehay tetapi ia tidak ketahui, orang datangnya dari mana
dan ke mana lenyapnya lebih jauh, sebab dia menghilang di
belakang banyak orang, yang sementara itu pada mengawasi
peristiwa itu. Hui Thian Auw cu berlompat bangun, sambil tunduk ia
berlompat naik ke atas kudanya, ia terus kaburkan di
752 belakangnya, tiga kawannya lantas menyusul. Ketiga kawan
ini juga bungkam seperti ianya, mereka cuma memperlihatkan
sorot mata heran dan bingung...
Ay Hong sok berempat tidak jadi pergi ke Thian Ma Piauw
Kiok, Mereka lelah mendengar halnya si anak muda sudah
pergi ke utara, Mereka cuma memandang ke pintu piauwkiok
di mana nampak Louw Kun lagi berdiri disana.
Adalah si Nona Lan,yang menanya: "Numpang tanya,
apakah di dalam piauwkiok tuan ada seorang muda she Cia"
Dia baru datang dari Lokyang."
Louw Kun menggoyang kepala. sembari tertawa ia
menyawab: "Sebenarnya nona, di kantor kami tidak ada orang
she Cia, hanya ada juga seorang she Giam yang datang
bersama isteri dan mertua perempuannya. datangnya dari
Lokyang, tetapi tadi pagi-pagi mereka sudah berangkat ke
kotaraja." Nona Lan menjadi masgul ia kecele. Kheng Hong menduga
kepada In Gak, tetapi orang ditemani isteri dan mertuanya...Ia
lantas membungkam, air mukanya suram.
Melibat roman nona itu Kheng Hong masgul, ia berkasihanBenar nona ini luar biasa tetapi dia berhati baik, dia sangat
memuja In Gak. Untuk dijodohkan dengan In Gak, dia cocok.
"Terima kasih" ia berkata kepada Louw Kun, sedang
kepada si nona ia membilang: "Nona, mari kita jalan-jalan
dulu di siang Koksie, dari sana baru kita menetapkan pula kita
pergi ke mana lebih jauh."
Nona Lan menurut, maka pergilah mereka. Mereka
bercampuran diantara banyak orang.
Kuil siang Kok sie yang berdiri tak jauh dari kantor Thian
Ma Piauw Kiok, dibangun ditahun Thiao-po kennam darijaman
dinasti selatan dan Utara, mulanya bernama Kian Kok sie lalu
di ubah menjadi siang Kok siepada tahan Keng in ke dua ahala
753 Tong, tetapi selanjutnya di jaman Goan Beng dan Ceng terus
di rawat baik, Pintu tengahnya biasa ditutup, untuk masuk dan ke luar,
dipakai kedua pintu samping barat dan timur, Dari pintu
tengah menuju ke utara, ada dua pendoponya ialah pendopo
utama dan pendopo Pak Kak Tian yang kesohor, habis itu
ialah lauwteng Cong Keng Lauw peranti menyimpan kitabkitab.
Setiap hari raya bukan main ramainya kuil ini menerima
kunjungan orang-orang yang bersujut, maka itu di bagian
luar, ramai juga orang yang menjual cerita bernyanyi main
sulap. tukang tenung, tukang silat dan pedagang pedagang,
keramaian itu hingga ada yang membandingi dengan
keramaian agama di kuil di Pakkhia atau keleteng Khong Hu
Cu di Kimleng. Ketika Ay Hong sok bersama ketiga kawannya memasuki
pekarangan siang Koksie, mereka
mengambil pintu timur. Mereka melihat orang semua
bergembira, Mereka sendiripun ketarik hati kecuali Nona Lan
yang masgul. Dari dalam tak hentinya terdengar suara
pendeta-pendeta membaca mantera diiringi tetabuan suci.
Di tempat di mana ada seorang penjual cerita lagi
bercerita, Ay Hong sok berhenti mendengari. Tonghong Giok
Kun melihat kelilingan, Tiba-tiba ia terkejut. ia menampak dua
orang yang datang bersama ia lantas mengikuti Kiang Yauw
Cong dan memberi isyarat dengan matanya.
Setelah melihat dua orang itu, Yauw Cong juga terperanjat.
Dua orang itu yang bertubuh jangkung, yang lagi berjalan
dengan perlahan, ialah Cio Tiong siang Koay, sepasang
siluman dari Cin Tiong. 754 Mereka mengenakan pakaian mewah yang bersorot
mentereng disisinya matahari. Untuk mereka dandanan itu tak
surup sekali, karena itulah sangat menyolok mata.
Toa Koay siluman pertama Tong siangkan dan Jie Keay
siluman kedua, Pa san Tiauw dikenal sebagai hantu atau iblis.
Yang dimalui dari mereka yaitu ilmu pedang mereka, yang
diberi nama Hui Hong Kiam Hoat, burung Hong terbang.
Merekalah musuhnya Giok Kun dan Yauw Cong berdua,
disebabkan mereka ini telah melukai murid kedua siluman itu,
ketika kedua pihak benirok di Pookui.
Ketika itu Giok Kun dan Yauw Cong baru mulai
mengembara. Mereka disusul siang Koay, bertempur belum
ada sepuluh jurus mereka telah kena dikalahkan, syukur ada
orang yang menolongi jikalau tidak pastilah mereda binasa,
sekarang kedua pihak bertemu pula dan siang Koay melihat
kedua anak muda itu, tidak heran Giok Kun berdua terkejut.
Dengan tindakan jumawa Siang Koay mendekati kedua
anak muda, lalu Toa Koay berkata mengejek: "Bocah-bocah,
disini kita bertemu pula sungguh kita berjodoh"
Kun Lun Molek Kiang Yauw Cong menunjuki keberaniannya,
"Tidak salah" sahutnya gagah, "Kita telah bertemu pula Kau
mau apa?" Tong siang tertawa bergelak.
"Aku tidak mau apa apa" sahutnya. "Asal kamu masing
masing menguntungkan sebelah tanganmu lantas kami pergi"
Segera mereka menarik perhatian orang, banyak mata
lantas mengawasi mereka. Nona Lan menjadi gusar. "Kamu orang apa?" ia menegur "sungguh jumawa" Katakata
itu ditutup dengan tinju ke dada siluman yang pertama.
Nona ini lagi masgul dan uring-uringan maka itu ia menjadi
sembrono. Coba ia tahu dua orang itu dua jago dari Cin-tiong
755 sianmo, tidak nanti ia berkata sembarangan tentulah ia
menanti dulu tindakannya dua kawannya itu.
Tepat dadanya bakal menjadi sasaran, Tong siang berkelit


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maju kesamping hingga tubuh si nona terjerunuk maju
berbareng dengan itu, dia menangkap tangan orang,
kelihatannya tak ampun lagi tangan Nona Lan bakal kena
dicekal. Tapi tangan Tong siang seperti mendapat rintangan
gerakannya menjadi ayal secara tiba tiba dengan begitu nona
itu dapat menarik pulang tangannya itu, ia hanya kaget sekali
hingga mengeluarkan peluh dingin.
Samberan angin saja dari si siluman kepala telah
memberikan ia merasa tangannya risi, itulah Ay Hong sok
yang lantas bersenyum dan berkata: "sungguh benar-benar
arwah-arwah yang tidak mau buyar. sahabat-sababat lama
kembali disini saling bertemu Tong Lao toa namamu sangat
kesohor, kenapa kau menurunkan tangan atas dirinya satu
nona cilik" Apakah kau tidak takut orang tertawa hingga
giginya copot jatuh?"
Ay Hong sok tukang berkelakar, demikian kali ini, untuk itu
ia tidak biasanya memilih tempat.
Tong siang melengak. tetapi Jie Keay tertawa dingin"Hai, kiranya kau ketarik hati terhadap si bocah cilik " kata
dia, "Aku telah mendengar halnya kau di Yang Kee Cip telah
menempur Liong bun Ngo Koay, pertempuran itu membuat
namamu sangat terkenal sekarang kita bertemu di sini,
kebetulan Memangnya perhitungan kita dulu hari belum beres
Kau boleh kasih lihat Ngo Heng Kean kau, aku ingin ketahui
bagaimana liehainya"
Kheng Hong tertawa pula. "Asal kau mempunyai kegembiraan kamu, aku si orang tua
tidak mau mampus bersedia melayani kamu" sahutnya
menyambut tangannya. 756 "Bagus" berseru Tong siang. "Mari kita bertemu pula di
menara" ia tidak lantas bertindak pergi, agaknya ia bersangsi,
ia terus mengawasi Giok Kun berdua untuk menantang
dengan tawar: "Kamu berdua juga boleh datang berdamai"
Baru setelah itu keduanya berlalu dengan perlahan-lahanMereka ini belum pergi jauh, lantas ramai suara tertawanya
banyak orang, tangannya pada menunjuk ke punggung Cin
Tiong siang Koay di belakang siapa baru saja ada orang lewat
cepat lantas orang itu lenyap seperti bajangan.
Ay Hong sok berempat mengawasi lantas mereka
bersenyum. Di punggung kedua siluman ada menempel masing masing
secarik kertas kuning panjang satu dim kertas itu ada
gambarnya kepala orang yang romannya mirip dengan mereka
itu berdua dan dibawahan gambar itu aia empat huruf yang
berarti: "Mau dijual: kepala orang"
A y Hong sok heran untuk orang yang menempel kertas itu
mengingat kedua siluman itu liehay sekali
Cio Tiong siang Koay mendengar suara tertawa ramai itu
mereka heran, lebih lagi mereka mendapatkan semua mata
diarahkan kepada mereka, sebagai orang-orang cerdik mereka
lantas bercuriga. Tidak ayal lagi keduanya saling berbalik, hingga mereka
menyamber gambar itu. sudah tentu mereka jadi sangat
heran, mendongkol dan malu. Mereka telah dipermainkanMaka mereka seperti mau lompat melejit.
Ay Hong sok lantas berkata: "Tuan tuan kamu telah
bertemu dengan titik keras. Didepan orang banyak ini terjadi
peristiwa begini, sungguh hilanglah muka terang kamu.
Daripada mengalami ini kejadian lebih baik kamu diam
nelusup didalam sarang setan digunung Kie san"
Habis berkata ia tertawa lantas sambil menoleh kepada
ketiga kawannya ia kata: "Mari kita lekas pergi kekaki menara.
757 Mungkin Cin Tiong siang Koay menjadi tidak berani pergi
kesana..." Lalu tanpa memperdulikan lagi kedua siluman, mereka
pergi dengan cepat. Tong sian dan Pa san Tiauw melengak mereka saling
mengawasi: "Aku kira si orang tua she Kheng ada maksudnya," kata
Tiong sian kemudian- "Mari kita susul dia"
Pa san Cauw setuju maka keduanya lantas pergi dengan
cepat. Matahari bersinar keras akan tetapi hawa udara tetap
dingin kalau angin sedang bertiup, orang merengkal atau
menggigil. Para pengunjung tetap pesiar hanya mereka yang
mendapat tahu atas yang gemar silat, lantas pergi ke menara
untuk menonton pertempuran.
Diantara sekalian pendengar cerita, seorang yang duduk di
bangkupanjang sudah ingin berbangkit. Dialah seorang dari
usia pertengahan orangnya pendiam dengan kedua tangannya
di masuki dalam tangan bajunya, ia batuk batuk. lalu terus ia
bertindak kearah barat. Menara yang disebutkan Cin Tiong siang Keay ialah menara
Boan Tah. Tidak ada pemandangan yang menarik hati disitu,
Menara itu dipilih sebab keletakannya ditempat yang tinggi,
kalau angin bertiup keras bertiupnya, Maka tak ada orang
yang senang makan angin disana. Pernahnya pun di luar kota,
kira-kira tiga lie di tenggara.
Menara itu dibuat pada tahun Thay-peng kedua dari ahala
Tong, nama benarnya ialah Hia Coa tah, tingginya sembilan
tingkat tetapi di lima tingkat ada ahli bumi yang mengatakan
susunan itu bertambah jelek maka telah dibuang enam
tingkat, menjadi tinggal tiga.
Tengah-tengah menara kosong untuk mendaki orang mesti
naik mutar, tangganya juga cuma satu kaki lebih, jadi banyak
orang takut memanyatnya. Tingkat teratas dibikin rata mirip
758 dengan panggung. Karena itu, dari atas itu orang dapat
memandang j a uh kesekitanya dengan leluasa, nama "Hoandidapat
sebab dulunya pernah bertinggal seorang she Hoan di
tepinya menara itu Di jaman dulu huruf "Hoan" itu dibaca juga "Po," maka itu,
nama lain dari menara itu ialah Po Tah, Di sebelah timur
menara ada panggung le ong Tay, ialah panggungnya Kaisar
le, tingginya dua tombak lebih, lebarnya seratus dua puluh
tindak. Di sana orang biasa menyembahyangi kaisar bijaksana
itu. Ketika Kheng Hong berempat tiba di kaki menara, Cia Tiong
siang Koay belum nampak maka jago tua itu lantas kata pada
tiga kawan muda mudinya: " Kamu tahu ilmu pedang Cin
Tiong siang Koay hebat, kamu harus waspada ilmu pedang
mereka. Pui Hong Kiam-Hou namanya sangat - diaguli
mereka, Katanya, namanya mereka dapat mewariskan orang
itu di gunung Kie san, dari seorang tua yang berkepandaian
luar biasa sedang orang tua itu mempelajarinya dari kitab
Toan Kong souw sie yang dia dapatkan sebagiannya, siang
Koay sendiri, kecuali cupat pandangannya, sedikit
kejahatannya dan biasanya mereka lebih suka menutup diri,
maka kalau sekarang mereka muncul itu mungkin disebabkan
hati mereka ketarik oleh nama besar Koay Ciu sieseng.
Di waktu menempur mereka, baiklah kamu bertiga bekerja
sama, tujuannya ialah jangan mengharap menang asal jangan
kalah. Bicara sejujurnya, aku si tua juga tidak berani
mengganggu mereka, coba tadi tidak ada orang permainkan
mereka itu, aku bersangsi untuk melayani berkelakar...."
Nona Lan yang rambutnya ditiup kusut sang angin,
membuka matanya. "Ah, Kheng Loopee" katanya " apakah tadi loopee melihat
orang yang menempel kertas di punggung mereka itu.
Jangan-jangan orang itu ialah dia..."
759 Kata kata "dia" itu sengaja diperdengarkan lebih tegas, itu
tentu saja, dimaksudkan In Gak.
Mendengar itu Kheng Hong terharu, ia juga mau menduga
si anak muda tetapi karena ia tidak melihat orang itu, tidak
berani ia sembarangan bicara maka ia menggeleng kepala,
Kuda Besi 4 Wanita Gagah Perkasa Karya Liang Ie Shen Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan 2

Cari Blog Ini