Ceritasilat Novel Online

Dendam Dalang Setan 1

Pendekar Romantis 07 Dendam Dalang Setan Bagian 1


PENDEKAR ROMANTIS
D endam Dalang Setan
1 PENDEKAR ROMANTIS
-----------------------------------------------------------------------------SATU -----------------------------------------------------------------------------ATI siapa yang nggak sedih melihat seorang
H teman digantung mirip kentongan" Cuma hati
robot yang nggak sedih, sebab hati robot terbuat dari besi baja.
Tapi hatinya Pandu Puber nggak seperti robot. Waktu ia mendengar kabar dari
mulut orang dalam kedai tentang hal itu saja hatinya langsung teriris menjadi
beberapa bagian. Perih sekali.
"Hei, apa kalian tak ingin lihat orang mati digantung?"
ujar lelaki kurus yang baru masuk kedai itu.
"Siapa yang mati digantung itu?"
"Ken Warok, cucunya almarhum Ki Mangut Pedas!"
"Hahh..."!" beberapa orang kedai kaget secara spontan.
Demikian pula halnya dengan Pandu Puber yang hendak mencaplok ketan bakar. Ketan
bakar itu sempat pula lompat dari depan mulut gara-gara kuping si tampan Pandu
Puber mendengar kabar itu.
"Di mana anak itu digantungnya?" tanya seseorang,
entah siapa, Pandu nggak kenal.
Si pembawa berita menjawab, "Di hutan tepi desa!"
"Ah, masa' sih" Kedengarannya nggak masuk akal deh, soalnya kemarin sore aku
baru saja bercanda dengannya di kedai ini pula, kok hari ini dia sudah mati
sih?" "Lebih aneh lagi kalau kemarin sore dia sudah mati dan hari ini kau bercanda
dengannya!" kata si pembawa cerita merasa tersinggung ucapannya disangsikan.
"Kalau pada nggak percaya, lihat aja sendiri di hutan sana! Mumpung mayatnya
belum diturunkan. Masih tunggu pemeriksaan pihak yang berwajib!"
Dendam Dalang Setan
2 PENDEKAR ROMANTIS
"Kenapa harus tunggu pihak yang berwajib"
Memangnya dia nggak bisa turun sendiri?" celetuk yang lain.
Yang satunya lagi nyeletuk juga, "Mungkin lagi nggak enak badan, jadi malas
turun sendiri!"
Pandu Puber yang dikenal sebagai Pendekar Romantis
berwajah ganteng itu nggak sempat mengikuti celoteh konyol mereka lagi. Ia
bergegas pergi dari kedai. Sang pemilik kedari berseru mengejarnya.
"Anak muda! Hoi... Anak muda!"
Pandu Puber berhenti dan nengok ke belakang.
Seettt...! "Jangan pergi dulu, Anak muda!"
"Aku harus membuktikan kabar kematian Ken Warok
itu, Paman!"
"Sabar dulu!"
"Tidak bisa! Ken Warok sahabatku. Dia baik padaku.
Aku harus memeriksa mayat itu, kalau memang benar ia mati digantung orang. Aku
akan tangkap orang itu, Paman!"
"Boleh, boleh saja, tapi... tapi bayar dulu ongkos
makanmu tadi."
"O, iya... maaf aku sampai lupa, Paman!"
Pemiik kedai menggerutu sambil menunggu uang,
"Mentang-mentang sahabatnya mati digantung orang mau ngacir aja" Memangnya
dagangan gue punya nenek moyang lu?"
Kejadian itu merupakan hal yang nggak disengaja.
Sumpah mampus apapun Pandu berani, dia nggak sengaja culas. Karena tegang
mendengar kabar tersebut, ia jadi lupa bayar biaya makan minumnya. Tapi soal
kematian Ken Warok itu apakah juga kematian nggak sengaja" Apakah ada orang yang
nggak sengaja menggantung Ken Warok" Atau, apakah Ken Warok nggak sengaja mati
tergantung"
Nggak mungkin, Ah! menurut hasil pemeriksaan
Pendekar Romantis yang dalam waktu singkat sudah sampai di TKP (Tergantungnya
Kolega Pandu), ternyata Ken Warok memang mati digantung orang dengan sengaja.
Korban Dendam Dalang Setan
3 PENDEKAR ROMANTIS
digantung di sebuah pohon asem dalam keadaan terjungkir, kaki di atas kepala di
bawah. Kedua tangan lurus menyatu dengan badan dalam keadaan diikat.
Di antara yang nonton mayat ada yang bilang, "Kasihan sekali, ya" Gara-gara
kakinya digantung saja bisa mati?"
"Iya, ya" Padahal umumnya kalau lehernya digantung
baru bisa mati, tapi ini kakinya digantung kok masih bisa mati" Sial amat si
korban itu, ya?"
"Gimana nggak mati" Memang sih, yang digantung
kakinya, tapi lihat dong bagian dadanya, ada lima lubang tusukan senjata tajam!
Dua di antaranya tepat kenai bagian jatungnya. Kurasa jatungnya pecah juga tuh!"
Pandu Puber tertegun bengong di depan mayat Ken
Warok yang tergantung itu. Mulutnya hampir nggak bisa bergerak sedikit pun kalau
ia nggak cepat-cepat kuasai diri, lepas dari keterpukauannya. Tarikan napas
panjang dilakukan.
Getar tarikan napasnya mengandung unsur kemarahan.
Darahnya terasa panas melihat Ken Warok digantung dan ditikam orang. Hampir saja
Pandu Puber berteriak lepaskan emosi kemarahannya kalau saja nggak ada yang
cepat-cepat menegurnya dari samping.
"Apa yang ada dalam benakmu melihat nasib Ken
Warok itu, Nak?" tanya seorang lelaki tua yang menjadi tetangganya almarhum Ken
Warok, hanya beda RW saja
dengannya. Tapi karena Pandu diam saja, orang itu menegur dengan pertanyaan yang
sama dan suara agar dikeraskan.
"Apa yang ada dalam benakmu melihat kematian Ken
Warok itu, Nak?"
"Entahlah, Pak," jawab Pandu pelan karena lemas.
"Yang sedang kupikirkan adalah: sebenarnya dia dibunuh dulu baru digantung, atau
digantung dulu batu dibunuh?"
"Mungkin keduanya benar."
"Ah, sudahlah. Aku tak jadi memikirkannya, Pak!
Keduanya toh sama-sama membuat Ken Warok mati."
Pendekar Romantis melangkah menjauhi kerumunan
massa. Petugas yang berwajib telah datang dan segera Dendam Dalang Setan
4 PENDEKAR ROMANTIS
mengurus mayat tersebut. Langkah penuh lamunan membuat Pandu tak sadar membawa
kakinya ke tepi pantai. Padahal jaraknya jauh juga dair tempa kejadian perkara.
Kalau bukan karena hanytu dalam lamunan dukanya, nggak mungkin Pandu Puber
sampai ke pantai itu, karena memang nggak punya tujuan mau mancing atau santai
di situ. Bahkan sekarang ia ada di tepi tebing karang. Matanya memandang jauh ke
cakrawala yang mulai menampakkan
cahaya merah tembaga, pertanda sore mau tiba. Angin pantai berhembus kalem-kalem
saja, tapi menggerakkan rambut belakang Pandu yang panjang sepundak lewat dikit,
sedangkan rambut depannya cepak. Berdiri sebagian. Angin pantai itu hanya
menggerakkan rambutnya, tapi tak bisa menggerakkan tato bunga mawar merah yang
ada di dadanya. Tebing tanpa pohon membuat Pandu Puber tampak dari berbagai
sisi, seperti tonggak kokoh. Karena baju tanpa lengan dan celananya berwarna
ungu, maka dari kejauhan ia tampak seperti terong tanpa daun.
"Aku yakin orang yang membunuhnya tentu mengenal
siapa diri Ken Warok. Pasti kasus ini ada sangkut-pautnya dengan masalah pribadi
Ken Warok," batin Pendekar
Romantis yang berkecamuk tanpa diperintah itu.
"Dendam seseorang dapat bikin Ken Warok harus mati
digantung seperti itu. Kalau bukan karena dendam mendalam, tentunya Ken Warok
hanya cukup ditikam jantungnya, tak perlu digantung terjungkir begitu. Dendam
itu pasti timbul dari orang yang sangat dikecewakan oleh Ken Warok. Orang itu
pasti benci sekali dengan Ken Warok. Hmm.... lalu siapa orang yang sebenci itu
terhadapnya" Setahuku, Ken Warok itu bukan orang jahat. Ilmu silatnya pun paspasan. Lalu, persoalan apa sebenarnya yang bisa membuat seseorang sampai hati
membunuhnya dengan cara begitu" Persoalan cinta" Oh, ya.... Mungkin saja. Setahuku
Ken Warok memang rada-rada mata keranjang. Nggak boleh lihat perempuan montok
sedikit, bawaannya pengin nyodok aja! Jangan-jangan dia serong sama istri orang,
atau istri orang yang serong sama Dendam Dalang Setan
5 PENDEKAR ROMANTIS
dia" Mana yang benar?"
Ken Warok dikenal Pandu sebagai cucu Ki Mangut
Pedas. Tokoh tua itu sudah mati. Waktu mau mati dipergoki Pandu. Sang tokoh tua
kasih amanat pada Pandu untuk temui cucunya yang bernama Ken Warok. Rupanya sang
cucu diingatkan agar segera sembunyi dari incaran Ratu Cadar Jenazah.
Selidik punya selidik ternyata Ratu Cadar Jenazah
menghendaki kitab pusaka Ki Mangut Pedas. Hanya sang cucu yang mengetahui tempat
penyimpanan kitab itu. akhirnya kitab itu berhasil dibawa lagi oleh anak buah
Ratu Cadar Jenazah, tapi kitab itu adalah kitab yang palsu. Ken Warok ketika
dipaksa menyerahkan kitab itu tak punya pilihan lain kecuali menyerahkan kitab
palsu. Tentu saja Ken Warok nggak mau ngomong kalau kitab
itu palsu. Tapi kepada Pandu Puber ia ngomong juga tentang kepalsuan kitab
tersebut. Jadi hanya Pandu Puber yang tahu kalau kitab di tangan Ratu Cadar
Jenazah itu palsu. Sedangkan kitab yang asli segera dihancurkan oleh Pandu Puber
atas seizin Ken Warok. Kalau tidak dihancurkan, kitab itu akan membimbing orang
ke jalan sesat. Memang ilmunya tinggi, tapi bisa jadi tokoh sesat karena memuat
jurus 'Lima Setan Bingung', yang menyesatkan orang, (Kalau nggak mau
bingung seperti lima setan, baca aja serial Pendekar Romantis yang judulnya:
"Kitab Panca Longok", pasti longak-longok deh).
Pendekar Romantis juga ingat tentang Dalang Setan.
Nah, ada lagi tokoh aneh yang namanya konyol: Dalang Setan.
Dikatakan begitu karena ilmunya sering 'menyambat' alias memanggil kekuatan ilmu
para tokoh pewayangan. Dalang Setan adalah orang yang ngebet banget kepingin
jadi suaminya Ratu Cadar Jenazah. Gara-gaar kepingin unjuk cinta dengan
menyerahkan Kitab Panca Longok kepada sang ratu, maka Dalang Setan yang
statusnya ketua Perguruan Tanduk Singa itu jadi ikut campur dalam rebutan kitab
dengan Pandu. Akibatnya keluarlah tantangan dari mulut si Dalang Setan. Ia Dendam Dalang Setan
6 PENDEKAR ROMANTIS
menantang pertarungan dengan Pandu di Jurang Karang Kerenda. Tantangan itu tak
begitu dihiraukan oleh Pendekar Romantis. pedomannya, "Kalau sempat datang ya
tarung, kalau nggak sempat datang ya sudah. Nggak tarung sama dia nggak nyesel
kok." Menjelang sore di pantai itu yang dipikirkan Pandu
Puber si anak dewa itu memang bukan soal tantangan Dalang Setan. Tapi dia punya
dugaan, barangkali saja si Dalang Setan itulah yang membunuh Ken Warok.
Alasannya, karena Dalang Setan menyangka kalau Ken Warok masih menyimpan kitab
tersebut. Pembunuhnya kalau bukan Dalang Setan, ya anak buahnya si Dalang Setan
sendiri. Tapi dalangnya memang dia; Dalang Setan.
"Namanya saja Dalang Setan, pasti kerjanya
mendalangi perbuatan yang bersifat setanisme!" pikir Pandu Puber masih dalam
lamunan sorenya.
Angin sore berhembus dari belakang Pandu ke arah
laut. Sang angin tetap berhembus kalem-kalem. Justru kalemnya sang angin itu
maka suara pelan di belakang Pandu pun sampai di telinganya yang memakai antinganting separo pasang itu. anting-anting itu dulu punya ibunya. Pandu pernah
dihajar ibunya semasa kecil gara-gara menghilangkan anting-anting. Karena yang
ketemu cuma satu, ibunya marah, anting-anting dibuang. Pandu merasa sayang, biar
cuma sebelah kalau dikembalikan ke penjualnya bisa dapat ganti rugi, maka
anting-anting itu diambil dan dikenakan sendiri ditelinga kiri.
Anting-anting itu merupakan tanda kenang-kenangan kepada sang Ibu. Anting-anting
itu membuat Pandu Puber selalu ingat akan kasih sayang ibunya yang cantik meski
keturunan anak jin itu.
Suara teguran pelan dari arah belakang Pandu Puber
berkesan dingin, sinis dan ketus.
"Kalau mau mati jangan ragu-ragu. Nyebur aja ke
jurang bawahmu itu, pasti mati!"
Pandu Puber segera palingkan wajah. Sedikit kaget, tapi tidak sampai membuat
jantungnya melorot sampai ke dengkul.
Dendam Dalang Setan
7 PENDEKAR ROMANTIS
Masih dengan tenang Pendekar Romantis pandangi tokoh yang muncul di belakangnya
dalam jarak lima tombak itu.
Senyum tipis yang selalu menghias bibir masih dipamerkan dengan sorot pandangan
mata yang penuh ketenangan.
"Apakah kau bicara padaku, Nona?" kata Pandu sok
intelek. Maklum, yang dihadapi cewek cantik sih, jadi lagak si pendekar tampan
memang dikeren-kerenkan.
"Kurasa di sini tak ada orang lain kecuali kita berdua.
Jadi jelas aku bicara padamu."
"Eh, siapa tahu kau bicara sama batu karang di
sampingmu itu," ujar Pandu seenaknya saja. Gadis itu makin ketus dalam bersikap.
Mata si gadis bening kayak mata boneka pajangan
etalase toko. Bodinya juga oke banget. Selain sintal, padat berisi, nggak kurus
nggak gemuk, dadanya pun menonjol penuh. Karena sesaknya sampai sebagian belahan
dadanya pun menonjol keluar sedikit, menampakkan kulit kuningnya yang mulus dna
lembut itu. Gadis berusia sekitar dua puluh satu tahun itu memakai pakaian ketat
dari bahan satin hijau muda.
Justru karena pakaiannya ketat maka bentuk tubuhnya tampak meliuk dengan pantat
menonjol padat mengundang gairah untuk digigit, terutama digigit macan. Sabuknya
putih berhias emas tiruan. Pedangnya di pinggang, terbuat dari sarung peraj
berukir dengan hiasan bebatuan merah. Gagang pedangnya juga dari logam perak
berukir dengan ujung gagang berhias batuan merah juga. Bagus deh. Enak untuk
digadaikan. Wajahnya so pasti cantik jelita. Hidungnya mancung, bibirnya sedikit tebal
bagian bawah, alis matanya tebal namun berbentuk indah, bulu matanya termasuk
lentik dan sedikit tebal, rambut kepalanya cepak seperti lelaki, tapi terawat
rapi. Wajah cantiknya yang berkesan cantik galak dan galak menggairahkan itu, membuat
gadis tersebut layak dikatakan sebagai gadis tomboy. Tanpa giwang, tanpa gelang,
tapi pakai kalung dari tali hitam berliontin batuan ungu tua, ketat leher.
"Mantap juga nih cewek?" pikir Pandu Puber sambil
melangkah pelan mendekatinya, sepertinya ia melangkah Dendam Dalang Setan
8 PENDEKAR ROMANTIS
dengan ogah-ogahan. Langkah itu berhenti setelah mencapai jarak tiga tindak di
depan si gadis tomboy tersebut.
"Jika ingin bicara padaku, mohon perkenalkan dulu
namamu. Jika ingin kenal diriku, mohon sunggingkan
senyummu," kata Pandu secara tak sengaja telah beRembulan Pantaintun sendiri.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku sudah tahu siapa kau sebenarnya, Pandu
Puber," kata si gadis dengan sinis. "Kehadiranku menemuimu di sini bukan untuk
pamer nama di depanmu, tapi untuk mencabut nyawamu dengan cara apa pun!"
"Eit, galak juga nih cewek"! Nyalinya cukup besar,
sesuai dengan bentuk dadanya."
Karena Pandu Puber hanya tersenyum kalem, maka si
gadis jadi agak dongkol. Namun ia masih bisa menahan kedongkolan itu di dalam
hati. Ia hanya berkata dengan ketus lagi.


Pendekar Romantis 07 Dendam Dalang Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau kau nggak berani melawanku, kuberi waktu
untuk melarikan diri. Setelah lima puluh hitungan kau akan kukejar dan kukubur
sendiri di dasar laut!"
Tawa si ganteng bermata kebiruan-biruan mirip bule itu sempat membuat tubuh
bergerak-gerak. Suara tawanya
memang tak terdengar jelas, tapi cukup membuat si gadis makin dongkol lagi
karena merasa disepelekan.
"Kayaknya nafsu banget mau bunuh aku, ya" Salahku
apa sih?" Si gadis tersenyum sinis. Tapi malah tambah manis dan membangkitkan khayalan
mesra di benak Pandu. Atau,
mungkin memang otak Pandu isinya cuma hal-hal yang
bersifat mesra jadi senyum sinis pun dapat memancing hasrat kemesraannya. Yang
jelas, si gadis berkata dengan tajam.
"Hutan nyawa harus dibayar dengan nyawa!"
"Kalau mau bayar dibayar pakai beras juga boleh," ujar Pandu masih menganggap
sepele pada keberangan gadis itu.
"Tapi masalahnya apa dulu dong. Jelaskan, Nona cantik.
Jangan hanya marah-marah begitu. Kalau memang aku punya Dendam Dalang Setan
9 PENDEKAR ROMANTIS
hutang padamu soal nyawa, nanti akan kupertimbangkan dengan nyawa siapa aku
harus membayar hutangku itu. entah nyawa ayam, nyawa tikus, atau nyawa nyamuk.
Kan gitu"!"
Gadis itu geleng-geleng kepala samar-samar sekali. Ia bicara seperti orang baru
bangun tidur langsung menggumam.
"Nggak bagus itu, Nak! Kau harus bayar dengan
nyawamu sendiri!"
"Lha iya, yang harus kubayar dengan nyawaku itu
nyawanya siapa?"
"Nyawa pamanku!" bentak si gadis mengagetkan.
Pandu sempat terlonjak sedikit dan nyengir malu sambil usap-usap dadanya
sendiri, bukan dada lawannya yang diusap.
Setelah kekagetan itu agak reda, suara lembut Pandu Puber terdengar lagi untuk
sang gadis. "Siapa nama pamanmu itu, Sayang"!"
"Orang sakti yang berjuluk Tengkorak Tobat!"
"E, alaaa... jadi Tengkorak Tobat itu pamanmu toh"!
Kok bedanya kayak bumi sama langit, ya" Keponakannya cantiknya kayak gini tapi
pamannya berwajah amburadul dan simpang siur."
"Tutup mulutmu!" sentaknya keras. Matanya mendelik.
"Kau tahu daru siapa kalau aku yang membunuh
Tengkorak Tobat?"
"Paman Ranting Kumis menceritakan pertarunganmu
dengan Paman Tengkorak Tobat gara-gara rebutan Kitab Panca Longok di pantai
wetan. Setelah kususul ke tempat itu, ternyata tubuh pamanku sudah tinggal
secuil-secuil. Tapi sisa senjatanya sangat kukenali. Tak sulit bagiku untuk
menyimpulkan siapa yang membunuh pamanku sekeji itu.
kaulah orangnya!"
Pendekar Romantis tarik napas panjang-panjang,
setelah itu berkata, "Alasanku sangat kuat mengapa hal itu kulakukan. Di samping
itu aku juga sangat terdesak. Kalau aku nggak cepat-cepat lumpuhkan pamanmu itu,
pasti nyawaku yang akan melayang kala itu."
"Itu lebih baik bagi orang yang sok sakti macam kau!"
Dendam Dalang Setan
10 PENDEKAR ROMANTIS
sentak si gadis.
Pandu angkat bahu tanda 'terserah' apa mau sang gadis.
Tapi Pandu juga bilang, "Sebelum kau balas dendam
kepadaku, sebaiknya katakan terus terang siapa namamu dan apakah kau adalah
orangnya Ratu Cadar Jenazah juga?"
"Ya. Memang aku salah satu pengawal Gusti Ratu
Cadar Jenazah. Aku sudah mendapat izin untuk membalas dendam kepada pembunuh
pamanku. Sebab pamanku itu
punya andil besar dlaam membekali ilmu silat padaku. Ia kurasakan bukan saja
sebagai paman tapi juga sebagai guru, dan sebagai pengganti kedua orang tuaku
yang telah tiada itu.
Kematiannya merupakan bara dendam dalam hatiku!"
"Apakah ini ada hubungannya dengan kematian
sahabatku Ken Warok"!" pancing Pandu.
"Tak perlu banyak bicara lagi, sekarang terima saja pembalasanku ini! Heaaah...!"
Wuuutt...! "Gila! Gerakannya cepat sekali. Hampir saja wajahku disambar pakai kedua
tangannya kalau aku nggak buru-buru merunduk," pikir Pandu Puber sedikit kagum
melihat lompatan cepat tubuh gadis itu yang terjadi secara tiba-tiba.
Lolos dari sambaran kedua tangan gadis itu, Pandu
Puber segera berbalik arah, karena kedudukan lawannya sekarang ada di
belakangnya. Dengan membalik arah maka Pandu menjadi berhadapan kembali dengan
lawannya. Sraang...! Pedang dicabut dari sarungnya. Kilat
ketajaman mata pedang sempat berkerilap memantulkan sinar matahari sore.
"Sekaranglah saatmu untuk mati, Pandu Puber!
Hiaaaah...!"
Wut, wut, wut, wut,wut,wut...!
"Edan benar nih cewek"!" pikir Pandu yang mulai
ngos-ngosan karena kelabakan menghindari tebasan jurus pedang yang kecepatannya
sukar diikuti oleh pandangan mata.
Rupanya gadis itu punya jurus pedang andalan yang dapat membuat lawannya mati
terbelah atau terpancung olehnya.
Dendam Dalang Setan
11 PENDEKAR ROMANTIS
"Hiaaat...!" gadis itu bersalto satu kali, melintasi
kepala Pandu, dan tebasan pedangnya segera mengarah ke bawah. Tujuannya ingin
membelah kepala Pandu seperti membelah semangka tanpa biji. Wuuusstt...! Hampis
saja kepala Pandu benar-benar terbelah. Untung Pandu punya kegesitan dalam
menghindari serangan lawan. Akibatnya pedang itu tak bisa kenai tubuh Pandu
sedikitpun, kecuali hawa panas yang dirasakan kulit Pandu saat mata pedang
melintasi dirinya.
Tapi sebagai akibatnya, gadis itu akhirnya tumbang
oleh juru totok darah yang dinamakan Pandu sebagai jurus
'Cocor Bebek'. Kedua tangan yang menguncup segera dihantamkan
menotok ke bagian betis, paha dan pinggul belakangnya dengan kekuatan tenaga
dalam yang berfungsi sebagai mengunci gerakan.
Des, des, des, des...!
Brrukk...! Gadis itu langsung jatuh terkulai lemas tanpa tenaga sedikit pun. Ia berusaha
bernapas, tapi tampak sesak dan kerepotan sekali. Akhirnya Pandu Puber hanya
sunggingkan senyum ironis ketika gadis itu terkulai tak berdaya dalam keadaan
terkapar. "Masih nekat ingin melawanku?" tanya Pandu
membuat si gadis hanya bisa tersengal-sengal mirip orang sakit bengek.
Dendam Dalang Setan
12 PENDEKAR ROMANTIS
-----------------------------------------------------------------------------DUA -----------------------------------------------------------------------------ADIS bergaya tomboy itu baru mau sebutkan
namanya setelah dilumpuhkan dengan jurus
G 'Cocor Bebek'-nya sang Pendekar Romantis.
Keadaannya yang lemas terkulai bagai kehilangan seluruh tenaganya itu membuat
Pandu Puber punya kesempatan untuk mengancam.
"Kalau kau tak mau sebutkan namamu, aku tak akan
pulihkan keadaanmu!"
Dengan hati dongkolnya bukan kepalang, apalagi
melihat senym Pandu berkesan mengejek kekalahannya, maka gadis centik itu
terpaksa sebutkan nama dengan nada ketus dan dingin.
"Rembulan Pantai!"
Pandu mendongak memandang ke langit. "Mana..."
Nggak ada rembulan di pantai ini kok"!"
"Namaku Rembulan Pantai, tolol!"
Pandu tertawa. Gadis itu berusaha mengalihkan
pandangannya dari Pandu. Tengsin, alias malu-malu jengkel.
Hatinya sempat membatin kata, "Sayang aku dengan begitu mudah dibuatnya begini,
kalau tidak, uuh...! Benar-benar kubelah-belah kepalanya yang kayak semangka tanpa
biji itu! mudah-mudahan saja dia mau pulikan keadaanku. Gawatnya kalau aku ditingal kabur
dalam keadaan masih begini, wah...
kacau deh! Aku bisa mampus di sini kalau ditinggal kabur sama si kutu kupret
itu!" Pandu Puber sendiri sempat berpikir aneh, "Janganjangan dia bukan pengawalnya Ratu Cadar Jenazah, bukan keponakannya si Tengkorak
Tobat"! Aku jadi curiga. Jangan-jangan dia jelmaan Dian Ayu Dayen, calon jodohku
itu?" Pandu ingat tentang Dian Ayu Dayen, sang bidadari
Dendam Dalang Setan
13 PENDEKAR ROMANTIS
penguasa kecantikan yang dikatakan oleh para dewa sebagai calon jodohnya Pandu.
Jika pendekar tampan itu bisa menikah dengan bidadari Dian Ayu Dayen, maka ia
dapat hidup bersama istrinya di kayangan, di antara para dewa lainnya.
Tapi jika ia menikah dengan perempuan secantik apa pun yang bukan bidadari, maka
hak kedewaannya akan hilang dan selamanya tak akan bisa hidup di kayangan.
Sedangkan Dian Ayu Dayen itu bidadari yang agak
nyentrik. Nggak mudah mau menyerah pada lelaki, kecuali lelaki itu bisa kalahkan
kebekuan hatinya. Dian Ayu Dayen menantang Pandu, seakan memberi kesempatan
kepada Pandu Puber untuk menaklukkan hatinya. Ia sering muncul dalam bentuk
wanita berwajah macam-macam. Jika Pandu bisa merubah wujud perempuan itu menjadi
wujud asli Dian Ayu Dayen, dan bisa mencabut bunga mawar asli yang tumbuh di
sela-sela kedua bukit dadanya yang moi itu, maka saat itulah Pandu dinyatakan
bisa menundukkan Dian Ayu Dayen, (Kalau mau lihat kayak apa kecantikannya,baca
aja serial Pendekar Romantis episode: "Hancurnya Samurai Cabul" benar-benar hot
deh) Sedangkan untuk memudarkan penyamaran Dian Ayu
Dayen, Pandu Puber harus bisa mengecup kening perempuan yang diduga samaran sang
bidadari. Maka tak heran jika Pandu memandang Rembulan Pantai dengan hati
berdebar-debar.
"Enaknya kukecup dulu keningnya dalam keadaan dia
masih begini," pikir Pandu sambil tersenyum-senyum tipis.
"Aku sudah sebutkan namaku. Lekas bebaskan aku dari pengaruh totokanmu ini!"
kata Rembulan Pantai dengan sorot pandangan mata penuh dendam pembalasan.
Pandu Puber jongkok di samping gadis itu. tiba-tiba kepala gadis itu diraihnya,
disangga dengan satu tangan.
"Hei, hei... apa-apaan kau" Mau apa nih?" si gadis mau meronta tapi tak punya
daya. Ia menjadi tegang ketika Pandu Puber dekatkan wajahnya.
"Hei, yang benar kau! Ayo, lekas penuhi janjimu tadi!
Dendam Dalang Setan
14 PENDEKAR ROMANTIS
Hei, apa-apaan nih kok makin mendekat. Hei, ah... jangan gitu. Sopan dikit dong.
Ah...jangan...!"
Cuup...! Kening pun berhasil dikecup Pandu dengan
lembut. "Ahhh... kamuuu..." keluh Rembulan Pantai dengan
wajah menjadi merah menahan malu yang tak tertahankan.
Matanya segera dipejamkan, karena Pandu ada di dekat matanya, memandang dengan
penuh kelembutan.
"Ah, kamu...! Jangan gitu dong. Aku kan
musuhmu...!" ucap Rembulan Pantai masih dengan pejamkan mata.
Karena ditunggu beberapa saat wajah sang gadis belum berubah juga menjadi wajah
Dian Ayu Dayen, maka Pandu Puber pun akhirnya meletakkan kepala Rembulan Pantai
di tanah sambil menggerutu dalam hati.
"Sial! Rupanya gadis ini benar-benar manusia, bukan jelmaan bidadari kekasihku.
Ih, malu juga aku jadinya."
Sang gadis membatin, "Brengsek! Setan cabul dia itu!
sama musuhnya kok main kecup sembarangan. Beraniberaninya dia berbuat begitu padaku. Kalau sampai aku menuntut lebih hangat lagi
apa dia mampu melayani
tuntutanku"! Dasar lelaki lancang! Untung dia punya wajah tampan dan gagah,
sehingga aku terpaksa rela menerima kecupan kening tadi. Ah...sial! Hatiku jadi
kacau kalau begini nih! Monyet binal juga dia itu!"
Untuk menutupi batinnya, Rembulan Pantai berkata
dengan suara tak bisa keras seperti biasanya, "Hei, mana janjimu! Jangan bikin
aku makin benci padamu, ya"! Ayo pulihkan keadaanku. Bebaskan aku dari pengaruh
totokanmu, Pandu Puber!"
Pandu menjawab, "Akan kubebaskan, tapi kau harus
berjanji tak akan memusuhiku lagi. Kau sudah kalah, seperti pamanmu juga. Kalau
aku mau, aku bisa membunuhmu
sekarang juga dan kamu bisa susul pamanmu itu. tapi aku nggak mau lakukan hal
itu karena aku bukan tukang jagal tanpa otak. Aku membunuh karena punya alasan
kuat." Dendam Dalang Setan
15 PENDEKAR ROMANTIS
"Jangan banyak bicara! Lakukan saja, penuhi janjimu tadi!"
"Kau sendiri harus ucapkan janji, bahwa kau
sebenarnya sudah mati saat ini pula. Tapi anggap saja kau telah kuhidupkan
kembali dari kematianmu, sehingga kau tak pantas membunuh orang yang memberi
kehidupan baru padamu! Berjanjilah!"
Rembulan Pantai diam cukup lama. Baginya
mengucapkan janji seperti itu sangat berat. Akhirnya ia putuskan suatu siasat
baru dalam benaknya.
"Ah, apa sulitnya kalau keadaan sudah pulih, janji itu kulanggar juga! Bagi
seorang pembunuh seperti dia tak membutuhkan kemurnian sebuah janji! Walau dia
telah pulihkan aku nantinya, aku masih bisa membunuhnya dari belakang!"
Maka terdengarlah pula suara Rembulan Pantai
mengucapkan janji palsunya, "Baiklah, aku berjanji tidak akan mendendam lagi
padamu!" "Kau mau bersahabat denganku?"
"Ya, mau!" jawabnya cepat, pokoknya asal cepat
dipulihkan, Rembulan Pantai tak keberatan memberi jawaban apa saja.
"Baik. Kalau kau sudah berjanji mau bersahabat
denganku, kau akan kupulihkan sekarang juga!"
Pandu Puber baru saja berhenti mengucapkan kata-kata seperti itu, tiba-tiba
seberkas cahaya putih keperakan melesat dari atas pohon. Sinar itu berbentuk
seperti ekor meteor.
Hampir saka tak terlihat karena keputihan sinarnya.
Wuuuttt...! Tujuannya menghantam tubuh Rembulan Pantai. Tapi
baru tiba di pertengahan jarak sinar itu sudah dihantam lebih dulu oleh jurus
'Naga Bangkis'-nya Pendekar Romantis. Jurus itu berupa semburan api dari kedua
tangan yang dirapatkan dan disodokkan dengan ujung membuka seperti mulut naga.
Wooosss...! Blaaarr...!

Pendekar Romantis 07 Dendam Dalang Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dendam Dalang Setan
16 PENDEKAR ROMANTIS
Bunga api memercik bersama ledakan yang lumayan
kerasnya itu. Ledakan tersebut tidak membuat Pandu Puber terpental, tapi membuat
Rembulan Pantai terpekik kaget dan ketakutan, sebab dia tahu sinar itu ditujukan
padanya. Padahal ia dalam keadaan selemah itu.
Pandu Puber segera pandangi pohon tempat datangnya
sinar putih perak, lalu ia berseru kepada seseorang yang bersembunyi di balik
kerimbunan daun pohon tersebut.
"Turunlah! Kalau memang kau punya urusan dengan
Rembulan Pantai, jangan begitu caranya. Selesaikan secara ksatria!"
Wuutt...! Jleg...!
Orang yang ngumpet di atas pohon itu benar-benar
turun. Cuma anehnya, saat ia turun tak terdengar suara daun bergemerisik sedikit
pun. Bahkan dahan dan ranting pun tak bergerak, selembar daun pun tak ada yang
rontok, padahal lompatan orang tersebut cukup kuat. Pasti ia punya ilmu peringan
tubuh dan ilmu gerakan yang cukup tinggi. Buktinya dalam waktu singkat ia sudah
berada dalam jarak tujuh langkah di depan Pandu.
Sesaat Pandu terkesiap begitu mengetahui bahwa tokoh tersebut adalah seorang
perempuan gemuk berwajah lebar.
Diperkirakan usianya sekitar dua puluh empat tahun. Memakai pakaian coklat
dengan belahan baju di bagian dada tersingkap lebar. Tak heran jika kedua
gumpalannya terlihat sebagian, besar dan menyesakkan napas orang yang
memandangnya. Model bajunya yang tanpa lengan namun panjang sampai ke lutut itu menampakkan
betul lengannya yang besar mirip pentungan maling. Perempuan gemuk yang nyaris
sulit dicari perbdaannya dengan sebuah gentong itu, mempunyai rambul disanggul
seenaknya. Rambut itu agak keriting dan berwarna merah jagung, tampak tak pernah
terawat atau kekurangan vitamin. Matanya bundar hidangnya lebar. Pipinya montok,
bibirnya melambai-lambai. Ia mempunyai senjata sebuah trisula perak yang
terselip di sela ikat pinggang kain yang berwarna merah.
Dendam Dalang Setan
17 PENDEKAR ROMANTIS
"Ini manusia apa raja martabak?" pikir Pandu geli
sendiri. "Mukanya yang mana sih" Bingung juga membedakan yang mana bagian
mukanya dan mana bagian belakangnya.
Tapi... agaknya ia punya ilmu yang nggak boleh diremehkan.
Gerakannya saat turun dari pohon membuatku yakin bahwa dia berilmu lumayan
tinggi." "Pandu, cepat pulihkan keadaanku. Dia sejak kemarin kengejar-ngejarku!" ucap
Rembulan Pantai dengan suara berbisik samar-samar sekali, tapi masih mampu
didengar kuping si tampan itu. hanya saja, si tampan pura-pura budek, ia justru
menyapa si gendut berawajah lebar itu.
"Apa maksudmu melepaskan pukulan dari atas pohon,
Nona langsing?"
"Aku cuma mau membunuhnya!" jawab si gemuk yang
ternyata bersuara cecmpreng itu. "Kau pendekar ganteng, nggak perlu ikut campur
urusanku dengannya. Kau jadi penonton saja, supaya kau tahu bagaimana aku
membuat gadis itu tercabik-cabik tubuhnya."
"Keadannya masih lemah. Rasa-rasanya nggak adil
kalau kau menyerangnya dalam keadaan dia tak berdaya."
"Masa bodo!" ucap si gendut dengan ketus, lalu ia
menghampiri Pandu dan berhenti dalam jarak tiga langkah di depan Pandu.
"Kau pacarnya, ya?"
"Bukan," jawab Pandu tetap tenang. Ia biarkan si
gendur memperhatikan wajahnya dengan tak berkedip. Setelah puas memandang, si
gendut pun manggut-manggut.
"Bagus, bagus... berarti kau punya otak yang cerdas."
"Apa maksudmu?"
"Hanya orang dungu yang mau menjadi kekasihnya,
karena gadis itu adalah titisan iblis"
"Titisan iblis"!" Pandu heran mendengar kalimat itu.
"Maksud 'titisan iblis' itu bagaimana?"
"Keturunan setan!" jawabnya tajam. "Untuk itulah
maka gadis itu layak untuk dimusnahkan. Kalau kau kawin sama dia, lalu kau punya
keturunan, maka anakmu itu adalah Dendam Dalang Setan
18 PENDEKAR ROMANTIS
anak iblis."
"Dusta!" bentak Rembulan Pantai, tapi tak bisa keras.
Hanya saja, Pandu Puber masih bisa mendengar ucapan itu.
"Kusarankan, kalau kau mau selamat, jauhi perempuan
'titisan bilis' itu dan biarkan aku membereskannya!"
"Bagaimana aku bisa mempercayai kata-katamu, aku
toh belum kenal siapa kamu?"
"Aku dari Lembah Tinggi, namaku Dewi Lemakwati."
"Di mana itu Lembah Tinggi" Aku baru mendengarnya
sekarang ini?"
"Kau tak perlu tahu, karena yang penting adalah kau menyingkir dari perempuan
itu sebelum aku melibatkan dirimu sebagai sekutu iblis!"
Pandu Puber dalam kebimbangan. Pada dasarnya, kalau memang Rembulan Pantai
adalah 'titisan iblis' yang akan menimbulkan bencana bagi manusia, Pandu berhak
melenyapkannya pula. Tapi apakah benar begitu" Jangan-jangan itu hanya fitnah si
Lemakwati saja"
Pandu mendekati Rembulan Pantai, jongkok di samping gadis yang masih terkapar
itu. sebelum Pandu menanyakan hal itu, Rembulan Pantai sudah bicara lebih dulu.
"Jangan percaya! Aku bukan titisan iblis! Tolong
pulihkan keadaanku ini, biar kutangani sendiri setan gembrot itu."
"Apa kau sanggup mengalahkannya?"
"Akan kucoba walah usdah dua kali aku hampir mati
oleh serangannya. sejak beberapa hari yang lalu ia mengejar-ngejarku, padahal
aku tidak kenal dengannya. Aku juga nggak tahu di mana letak Lembah Tinggi itu.
aku merasa nggak punya urusan dengan orang Lembah Tinggi dan..., oh
tolonglah, lekas pulihkan keadaanku. Lepaskan totokanmu, Pandu!"
"Baiklah," kata Pandu pelan.
Tapi ketika Pandu tampak mau lepaskan totokan
Rembulan Pantai, tiba-tiba Lemakwati lepaskan pukulan tenaga dalamnya ke arah
tangan Pandu. Wuuuttt...! Tenaga Dendam Dalang Setan
19 PENDEKAR ROMANTIS
dalam itu terasa seperti tongkat tanpa sinar yang menghantam pergelangan tangan
Pandu. Dess...!
"Uh...!" Pandu terpekik kaget dan segera mendekap
pergelangan tangannya.
"Gila! Sakit sekali! Tulangku terasa patah!" pikir Pandu yang segera bangkit
memandangi Lemakwati.
Gadis gendut itu berkata, "Tak perlu kau pulihkan
keadaannya! Menyingkirlah sekarang juga, Pandu Puber!"
"Oh, dia sudah mengenalku rupanya?" gumam Pandu
dalam hati. "Ancamannya itu kayaknya nggak main-main.
Kurasa ia memang perlu diberi pelajaran sedikit, biar nggak bersikap seenaknya
padaku." Rasa sakit itu hilang setelah Pandu salurkan hawa
murninya ke pergelangan tangan. Hawa dingin itu semakin mengepul di telapak
tangan dan akhirnya dilepakan Pandu dengan satu sentakan cepat ke arah
Lemakwati. Wuuuttt...! Buuhg! Bruuss...!
Lemakwati terpelanting jatuh. Tubuhnya yang mirip
kuda nil itu jatuh berdebam di tanah dalam keadaan terlentang.
Rupanya ia tidak menyangka kalau akan mendapat serangan dari Pandu Puber.
Sedangkan pendekar tampan itu sendiri juga sedikit kaget saat mengetahui ada
kekuatan dari hawa dingin yang bisa dilepaskan dari telapak tangannya. Pukulan
yang mengenai dada Lemakwati ternyata membuat tubuh gendut itu segera dilapisi
busa-busa salju. Warna putih mirip bedak terdapat di sekujur tubuh dan pakaian
Lemakwati. "Jurus apa yang kugunakan tadi?" pikir Pandu dengan heran, sebab semua jurus
yang dimiliki adalah warisan dari orangtuanya: bkm yang dikenal sebagai manusia
tampan bernama Yuda Lelana itu. "Lemakwati jadi kedinginan dan menggigil begitu"
Oh, rupanya hawa dinginku bisa
dikumpulkan dan dipakai menyerang lawan sampai seperti itu" Hmm... sebaiknya jurus
itu tadi kunamakan pukulan
'Salju Kaget', habis... aku sendiri sampai kaget melihat lawanku jadi menggigil
seperti itu,"
Dendam Dalang Setan
20 PENDEKAR ROMANTIS
Lemakwati menggerang panjang dengan mengerahkan
tenaga hawa panasnya. Tangannya bergerak-gerak dengan lambat seperti mengangkat
beban berat. Tubuhnya yang sudah berdiri itu menjadi gemetar bersama mulutnya
yang menganga lebar serukan suara perlawanan.
"Heaaahh...! Hiiiaaah...! Hoooaah...! Hiihh!"
Wuuut...! Sebuah pukulan bertenaga dalam cukup tinggi
dilepaskan dengan cara menyentakkan kedua tangan ke depan.
Pandu Puber yang tadi terbengong melihat gerakan Dewi Lemakwati kini menjadi
terjungkal ke belakang. Pukulan yang dilepaskan Lemakwati bukan saja mengandung
tenaga dorong sangat kuat, tapi juga mempunyai hawa panas yang membuat tubuh
Pandu tersengat dalam satu kejutan kuat.
Brrukk...! Pandu jatuh dengan posisi miring. Tulang
sikunya membentur batu yang ditikam tubuhnya. Batu itu pecah, tapi wajah Pandu
menyeringai kesakitan. Tulang sikunya bagai ikut pecah juga.
"Wow...! Panasnya! Badanku seperti disetrika.
Uuuh...! Gawat!" Pandu Puber memperhatikan dadanya,
ternyata gambar tato bunga mawar di dada itu mengalami perubahan. Bunga mawar
merah yang mekar menjadi
tertunduk lemas dan layu.
"Rupanya tato itu tato hidup?" pikir Rembulan Pantai yang sempat melihat gambar
tato bunga di dada Pandu menjadi layu karena serangan hawa panas dari Lemakwati.
"Pandu Puber, rupanya kau memang bertekad
melindungi gadis itu. Jangan salahkan aku jika aku pun harus bertindak lebih
kasar lagi. Heaah...!"
Lemakwati melompat mirip singa hendak menerkam
mangsanya. Biar badannya gemuk, tapi ia mampu melompat dengan gerakan cepat.
Tahu-tahu sudah ada di depan mata Pandu yang baru saja bangkit berdiri dan
mengerahkan hawa dingin untuk melawan hawa panas yang dideritanya.
Wuusss...! Plaak...! Buuhg...!
Pandu Puber sempat menagkis gerakan cakar dari
Dendam Dalang Setan
21 PENDEKAR ROMANTIS
lawannya. Tapi kelebatan di kaki si gendut tak disangka-sangka masuk ke ulu hati
Pandu. Akibatnya pemuda tampan itu terpental lagi dan jatu terbanting tepat di
bibir jurang. Hampis saja Pandu jatuh ke jurang kalau tak ada sebongkah batu yang menahan
gulingan tubuhnya.
"Betina macam apa dia itu"! gerakannya selalu tak
terduga-duga dan sangat cepat. Ia sepertinya punya jurus semacam jurus 'Angin
Jantan'-ku. Tenaganya pun besar sekali! Uuh... perutku mual sekali. Celaka! Pasti
bagian dalam tubuhku ada yang rusak nih!"
"Hiaaah...!" serangan Lemakwati datang lagi ketika
Pandu baru aja berdiri dengan satu lutut. Serangan itu berupa tendangan dari
sepasang kaki yang datang secara bertubi-tubi.
Pandu sibuk menangkis tiap tendangan itu sambil pelan-pelan berdiri tegak.
Plak, plak, plak, plak...!
Tendangan itu cepat sekali, hampir tak bisa dilihat lagi ke mana arah tendangan
berikutnya. Tapi dengan jurus 'Angin Jantan' yang juga mampu bergerak dengan
cepat itu, tendangan itu tak ada yang mengenai sasaran.
"Heaah!" Pendekar Romantis melompat ke atas, dan
kakinya ganti menendang beruntun ke arah Lemakwati. Jurus
'Tendangan Topan' dilepaskan, memutar cepat dengan
tendangan beruntun yang penuh kekuatan tenaga dalam. Wut, wut, wut...!
Lemakwati sempat gelagapan. Tak ada satu pun
tendangan yang berhasil ditangkisnya. Tendangan itu mengenai wajah lebar mirip
martabak mentah di wajan. Yang terakhir kali tendangan itu membuat tubuh gemuk
itu telempar ke samping dan mencium tanah berbatu. Bruss...!
"Aaahg...!" Lemakwati mengerang panjang. Tubuhnya
yang gemuk berusaha bangkit dengan kesakitan. Ketika wajahnya didongakkan, Pandu
melihat wajah itu memar membiru di beberapa tempat. Gulungan rambutnya terlepas.
Hidungnya melelehkan darah segar. Lemakwati mundur
dengan sempoyongan.
Dendam Dalang Setan
22 PENDEKAR ROMANTIS
Ia menuding Pandu, "Sayang sekali kau pun punya
wajah enak dipandangi mata, jadi aku merasa sayang untuk membunuhmu! Tapi kali
ini aku memang harus mundur dulu.
Suatu saat kita akan bertemu dalam keadaan yang lebih mesra lagi, Pandu Puber!
Mungkin kita perlu bicara empat mata tentang pembunuh temanmu: Ken Warok itu.
Selamat tinggal, Ganteng!"
Slaap...! Lemakwati melompat pergi, tapi segera
lenyap. Ia bagaikan masuk ke alam gaib yang tak bisa ditembus mata manusia.
Pandu tertegun bengong memandangi lenyapnya tubuh gembrot itu.
"Nggak salah lagi dugaanku, dia memang punya ilmu
tinggi. Buktinya dia bisa lompat ke alam lain, atau... mungkin mampu bergerak
melebihi gerakan 'Angin Jantan'-ku,
sehingga tampak seperti menghilang" Tapi mengapa ia tiba-tiba membicarakan
tentang kematian Ken Warok" Apa benar dia tahu siapa pembunuh Ken Warok" Kalau
begitu, sebaiknya kukejar dia dan kudesak untuk mengatakan tentang pembunuh
sahabatku itu" cuma... mau dikejar ke mana?" Pandu tarik napas untuk menutupi
kebingungannya.
Katanya lagi dalam hati, "Hmm... persoalan apa
sebenarnya antara dia dan Rembulan Pantai" Apa benar gara-gara Rembulan Pantai
dituduh atau dianggap sebagai titisan iblis" Atau mungkin malah ada hubungannya
dengan kematian Ken Warok" Kalau begitu, barangkali aku bisa dapatkan keterangan
lebih banyak lagi dairi mulur berbibir
menggemaskan milik Rembulan Pantai itu. aku harus
memulihkan keadaannya."
Pandu Puber segera dekati Rembulan Pantai. Ia ingin memulihkan kekuatan gadis
itu dengan melepaskan totokan jalan darahnya. Tetapi di hati Pandu timbul
keraguan yang membuatnya menahan niatnya.
"Jangan-jangan kalau kupulihkan kekuatannya, dia
akan menyerangku karena dendam di hatinya" Wah, sama saja aku cari penyakit lagi
dong?" Mata gadis itu memandangi Pandu dalam keadaan
Dendam Dalang Setan
23 PENDEKAR ROMANTIS
menyedihkan. Terdengar suaranya berucap lirih, "Kau hebat.
Kau bisa membuatnya lari terbirit-birit begitu."
"Tapi dia akan datang lagi dengan kekuatan
andalannya. Aku yakin dia belum merasa kalah denganku."
"Tapi aku sudah merasa kalah olehmu," sahut
Rembulan Pantai.
"Kalau kau lepaskan totokanku, apakah kau masih ingin membunuhku demi dendammu
itu?" "Tidak," jawab Rembulan Pantai. Sorot matanya penuh harap.


Pendekar Romantis 07 Dendam Dalang Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi hati kecil Pandu masih saja menjadi merasa ragu.
"Jangan-jangan ini siasatnya?"
Dendam Dalang Setan
24 PENDEKAR ROMANTIS
-----------------------------------------------------------------------------TIGA -----------------------------------------------------------------------------ESUATU yang meragukan tapi nekat dikerjakan,
jelas akan membawa kekecewaan. Siapa yang
S goblok sebenarnya: Pandu atau Rembulan Pantai"
Yang jelas ketika Pandu Puber memulihkan kekuatan
Rembulan Pantai, gadis cantik itu menghantam dada Pandu dengan telapak tangan
berasap hitam. Hantaman itu sangat cepat dan di luar dugaan. Pandu Puber bukan
hanya jatuh, namun juga mengerang panjang karena kesakitan.
Senyum sinis tersungging di bibir gadis licik itu.
suaranya sempat terdengar oleh Pandu.
"Dendam tetap dendam! Sayang sekali kebodohanmu
terlalu besar sehingga tak dapat memandang segumpal dendam di mataku, Pandu
Puber. Bagaimana pun juga kau akan mati menebus nyawa pamanku. Aku memang tak
tega melihatmu mati, jadi cukup dengan meninggalkan racun
'Tapak Kubur' dalam dirimu."
"Uuhhg...! Keji kau... licik!" suara Pandu begitu
beratnya karena ia harus menahan rasa sakit di sekujur tubuh.
Ia menggeliat-geliat di tanah mirip cacaing kepanasan. Kulit tubunya menjadi
merah matang. Bintik-bintik hitam mulai tumbuh dari tiap pori-pori kulitnya.
Bintik hitam itu adalah cairan pembusuk yang sebentar lagi akan membuat sekujur
tubuh Pandu menjadi bangkai bernyawa. Aroma bau busuk pun mulai menyebar ke
mana-mana. "Kau tak akan sempat mengobati dirimu sendiri, karena racun 'Tapak Kubur' tidak
bisa dikalahkan dengan obat penawar apa pun. Hanya beberapa orang saja yang
mampu kalahkan racunku, itu pun jika ia tahu betul di mana sumber racun 'Tapak
Kubur'. Jika tidak, ia tak akan mampu
sembuhkan dirimu dari keganasan racunku, Pandu. Cepat atau Dendam Dalang Setan
25 PENDEKAR ROMANTIS
lambat akhirnya kau akan mati dalam keadaan busuk dan menjijikkan. Nah, sampai
di sini perjumpaan kita, Pandu bodoh! Barangkali kita bisa bertemu lagi jika
dunia sudah kiamat!"
Gadis cantik itu ternyata 'raja tega' juga. Sekali pun hatinya mengangumi
ketampanan Pandu, sekali pun batinnya mengakui kehebatab Pandu, sekali pun ia
sudah diselamatkan oleh Pandu dari ancaman maut Dew Lemakwati, tapi ia ternyata
tega melukai Pandu dengan racun ganasnya itu.
Pandu ditinggalkan dalam keadaan menyedihkan. Tubuh pendekat tampan itu semakin
merah, noda-noda hitam
semakin banyak, aroma busuk kian menyengat hidung,
menyuburkan bulu di dalam lubang hidung siapa pun. Rasa sakit yang mirip orang
disayat-sayat semakin terasa dan membuat Pandu Puber hanya bsa menggeliat sambil
mengerang dengan napas memberat. Kadang napas itu pun tersentak-sentak, seakan
jantung mulai ikut membusuk dan ingin pecah secepatnya.
Rembulan Pantai aganya merasa puas. Walau ia tidak
melihat kematian Pandu Puber, namun ia cukup yakin bahwa Pandu Puber berhasil
dibunuhnya dengan racun itu. dengan begitu maka impaslah hutang nyawa sang
Pendekar Romantis atas kematian Tengkorak Tobat tempo hari itu. Hanya untuk
urusan itulah Rembulan Pantai keluar dari istana sang Ratu Cadar Jenazah. Karena
urusannya sudah diselesaikan, maka ia punkembali ke Bukit Gulana, tempat Ratu
Cadar Jenazah memerintah sekelompok manusia yang mendukung
rencananya untuk menjadi penguasa tertinggi dunia persilatan.
Semakin merah sang matahari di cakrawala, semakin
merah pula kulit Pandu yang mulai banyak dilumuri cairan hitam busuk itu. tak
ada lagi tenaga untuk bergerak kecuali hanya mengerang menunggu ajal datang.
Namun ternyaa ajal yang ditunggu itu belum datang
pula walau matahari sudah separo bagian terbenam di cakrawala. Justru yang tidak
disangka-sangka akan datang ternyata muncul di tempat itu.
Dendam Dalang Setan
26 PENDEKAR ROMANTIS
Orang yan gmuncul di tempat itu secara tidak sengaja adalah seorang gadis
berdada besar, super montok. Begitu besar dan montoknya sehingga dulu Pandu
pernah menjuluki gadis tengil itu sebagai gadis pabrik. Maksudnya pabrik susu.
Dan gadis berusia sekitar dua pulu dua tahun itu mempunyai kalung hijau bentuk
naga menari, sebagai tanda bahwa ia adalah murid dari Perguruan Naga Jilu yang
diketuai oleh tokoh tua bernama Resi Pancal Sukma.
Gadis itu punya wajah cantik bermata sayu seksi.
Pinjung penutup dadanya berwarna biru, sama dengan
celananya. Jubahnya tipis warna kuning gading. Rambutnya disanggul sebagian
sisanya turun meriap dengan gemulai.
Sebilah pedang perak diselipkan di pinggangnya yang berpinggul meliuk elok.
Dia putri kedua dari Sultan Danuwija yang bertahta di kesultanan Sangir. Dulu ia
dikenal oleh keluarganya sebagai
'gadis mbalelo' yang keluar dari adat-istiadat Dalem Kesultanan. Tapi sejak ia
bisa menangkap seorang musuh pribadi sang Ayah, maka ia diterima kembali sebagai
keluarga kesultanan.
Gadis itu tak lain adalah Rani Adinda, yang dulu pernah diselamatkan Pandu
ketika hendak bunuh diri. Penyelamatan Pandu itulah yang menjadi jembatan
perkenalannya dengan si cantik, sampai akhirnya Pandu terlibat masalah dengan
seorang wanita cantik penuh gairah cinta berjuluk Janda Keramat, (Kalau mau
tahu, baca serial Pendekar Romantis dalam kisah: "Skandal Hantu Putih"- seru
deh) "Pandu..."!" Rani Adinda terkejut melihat keadaan
Pandu semenderita itu. Padahal tujuannya hendak menuju ke perguruan untuk
menemui gurunya; Rsi Pancal Sukma. Tapi karena mendengar suara orang mengerang
menyedihkan, Rani Adinda terpaksa belok arah untuk melihat siapa yang
mendeerita. Tentu saja ia sangat kaget setelah tahu orang yang mengerang
menyedihkan itu adalah pendekar tampan yang pernah menolongnya dari maut sang
Janda Keramat. "Pandu, apa yang terjadi"! Mengapa kau jadi sebusuk Dendam Dalang Setan
27 PENDEKAR ROMANTIS
ini?" Rani Adinda menyeringai untuk menahan bau busuk yang hampir membuatnya
muntah itu. "Ra... Racun...Ta... pak... Kubur..." Pandu berusaha
mengatakan penyebab penderitaannya dengan susah payah.
Matanya terbeliak-beliak bagai tak mampu lagi untuk terbuka.
Tapi ia masih sempat mengenali seraut wajah cantik itu.
Hatinya sempat merasa lega sedikit, karena ia berharap Rani Adinda segera
melakukan sesuatu untuk menolongnya.
"Racun 'Tapak Kubur'"! oh, celaka...! Setahuku racun
itu sangat berbahaya dan sulit dilumpuhkan," pikir Rani Adinda. "Sebaiknya aku
segera membawanya ke perguruan dan meminta bantuan Guru untuk menawarkan racun
itu. Tapi... apakah Guru bisa melumpuhkan racun 'Tapak Kubur'"
setahuku Guru pernah bercerita tentang racun itu dan merasa tidak mengerti obat
penawarnya."
Tetapi Rani Adinda yang merasa berhutang budi kepada Pandu itu segera nekat
membawanya ke Perguruan Naga Jilu.
Dengan menahan rasa mual karena bau busuk, gadis itu memanggul tubuh Pandu
menggunakan tenaga dalamnya,
sehingga tubuh itu terasa seperti sarung kumal yang disampirkan di pundak. Ia
membawa lari Pandu Puber dengan pergunakan ilmu peringan tubuhnya, sehingga
dalam waktu singkat sudah sampai di tempat yang jauh dari pantai. Namun gerakan
itu terpaksa berhenti karena tiba-tiba seberkas sinar merah melesat dari balik
kerimbunan pohon sebelah kanan menghantam sebatang pohon di depan langkah Rani
Adinda. Duarr...! Pohon itu pecah dan tumbang melintangi jalanan. Gadis itu berpaling ke arah
datangnya sinar itu.
Rani Adinda memandang heran dan penuh curiga
kepada serut wajah bundar dan lebar itu. gadis berbadan gembrot itu ak lain
adalah Dewi Lemakwati yang rupanya mengentahui siapa yang dipanggil Rani Adinda.
Gadis gembrot itu ternyata sengaja menghilang dari Pandu dan kembali ke tempat
semula, namun di perjalanan ia pergoki keadaan pemuda berpakaian ungu itu cukup
mencemaskan Dendam Dalang Setan
28 PENDEKAR ROMANTIS
hati. Lemakwati bermaksud ingin mengambil alih Pandu. Tapi Rani Adinda
mempertahankan karena masih asing dengan si gembrot berwajah lebar itu.
"Dia dalam keadaan terkena racun 'Tapak Kubur'! aku harus segera membawanya dan
meminta bantuan guruku!"
"Percayalah padaku, tinggalkan saja pemuda itu di sini, karena aku akan
mengobatinya dengan caraku sendiri!"
"Nggak bisa! Aku belum kenal siapa dirimu, bagaimana aku bisa percaya dengan
maksud baikmu itu"!"
"Aku saudara sepupunya, namaku Dewi Lemakwati!"
"Jika kau saudara sepupunya, mengapa kau
menghentikan langkahku dengan cara kasar seperti tadi?"
Lemakwati sunggingkan senyum berkesan nyengir.
"Hanya untuk bikin kejutan saja. Aku tak bermaksud kasar padamu. Tapi jika kau
ngotot, aku terpaksa benar-benar bersikap kasar padamu, Rani Adinda!"
Hati putri sultan itu membatin. "Dia mengetahui
namaku"! Hmmm... aneh sekali. Padahal aku tak
mengenalnya. Orang dari mana sebenarnya si gembrot ini"
aku masih belum yakin kalau ia saudara sepupu Pandu.
Setahuku Pandu pernah bercerita bahwa ia tak mempunyai saudara."
Kemudian putri Sultan Danuwija itu berkata, "Jika
benar kau saudaranya Pandu, coba jelaskan silsilah Pandu Puber!"
Senyum sinis meremehkan tampak mekar di bibir tebal si Dewi Lemakwati. Lalu
dengan sikap sedikit sombong Lemakwati berkata,
"Pandu Puber adalah keturunan dari dewa yang
bernama Batara Kama. Dewa itu kawin dengan anak raja jin yang bernama Murti
Kumala." "Benar juga," gumam Rani Adinda. Apa yang pernah
diceritakan Pandu kepadanya terngiang kembali di telinga, sehingga ia tahu
persis apa yang dikatakan Lemakwati memang benar. Bahkan Lemakwati mengatakan
sesuatu yang belum pernah dikatakan Pandu kepadanya.
Dendam Dalang Setan
29 PENDEKAR ROMANTIS
"Kelak jika ia menemukan jodohnya yang benar, maka
ia akan menjadi dewa, hidup di kayangan bersama istrinya dan bernama Dewa Indo.
Tapi jika Pandu salah memilih calon istri, ia tidak akan bisa hidup di kayangan
dan akan tetap hidup sebagai manusia di bumi."
"Siapa jodoh Pandu yang benar itu?"
"Bidadari penguasa kecantikan yang juga dikenal
dengan nama Ratu Ayu Sejagat, nama aslinya Dian Ayu Dayen."
"Dari mana kau tahu hal itu"!" tanya Rani Adinda
setelah tertegun bengong mendengar hal itu.
"Karena aku adik sepupunya, jadi aku tahu hal itu."
"Adik sepupunya" Bukankah kau sendiri bilang bahwa
ayah Pandu adalah Dewa Batara Kama" Apakah kau anak dari kakak Batara Kama?"
"Aku adalah.... Adalah anak dari adiknya Bibi Murti
Kumala." "O, kalau begitu kau keturunan jin pula?"
"Hmm... yah, kira-kira begitulah!" jawab Lemakwati
dengan kesan cuek. "Nah, sekarang kau percaya bukan" Apa lagi yang ingin kau
tanyakan padaku tentang Pandu Puber?"
"Hmmm... hmmm... nggak ada!"
"Kalau begitu, letakkan dia dan tinggalkan dengan
segera. Aku akan menawarkan racun 'Tapak Kubur' itu.
Teruskan perjalananmu dan tak perlu mencemaskan dirinya lagi. Aku tahu kau ingin
menyelesaikan masalahmu dalam kasus Skandal Hantu Putih itu."
"Oh, rupanya kau banyak tahu tentang diriku, ya?"
"Karena aku saudara sepupu Pandu jadi aku tahu
sgalanya yang ada hubungan dengannya. Aku pun tahu bahwa janda Keramat yang
menjadi Hantu Putih itu telah lepas dari tawanannya dan kau ditugaskan oleh
ayahmu untuk memburu si Janda Keramat itu, bukan?"
"Apakah kau seorang peramal sakti?"
"Yah, kira-kira begitu," jawab Lemakwati seenaknya.
"Kuingatkan pula padamu, perginya Janda Keramat dari Dendam Dalang Setan
30 PENDEKAR ROMANTIS
kamar tahanan adalah hal yan gbaik bagi pihak kesultanan.
Sebab kalau ia tetap ada dalam tawanan, maka ibumu yang sudah terlanjur jatuh
cinta dengan kaum sejenis itu akan menjadi semakin parah dan akan berusaha
melepaskan Hantu Putih dari tawanan. Ibumu punya rencana lari bersama Hantu
Putih atau si Janda Keramat itu, karena ia sudah tertular kelainan bercinta yang
datang dari kemesraan si Janda Keramat itu. Jadi jika Janda Keramat pergi, itu
adalah hal yang menguntungkan pihak kesultanan. Ia tak perlu dicari lagi untuk
ditangkap. Biarkan dia pergi dan ibumu lambat laun akan sembuh dari kelainan
cintanya itu."
Rani Adinda sebenarnya merasa malu. Kelainan cinta
yang diderita ibunya diketahui gadis segembrot Lemakwati.
Namun agaknya Rani Adinda memang tak bisa menutupi hal itu, sehingga akhirnya ia
hanya bisa menarik napas dan menyerahkan Pandu Puber ke tangan Lemakwati. Ia
menjadi percaya kepada Lemakwati dan segera meneruskan
perjalanannya ke Perguruan Naga Jilu dengan kata-kata terakhir.
"Selamatkan Pandu dari racun 'Tapak Kubur'. Kau
yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Jika sampai terjadi apa-apa pada
dirinya, aku akan menuntutmu!"
Keadaan Pendekar Romantis semakin parah. Ia nyaris
tak bisa keluarkan suara erangan lagi. Kebusukan kian merata.
Kulitnya mulai menghitam dan mengadung air. Tentu saja sangat menjijikkan jika
sampai tersentuh tangan seseroang.
Tetapi Lemakwati agaknya tak kenal rasa jijik. Bahkan bau busuk menyerupai
bangkai itu tak dihiraukan lagi. Pendekar Romantis diangkat dan dipanggul ke
pundak berlengan kekar dan besar itu, kemudian gadis gembrot itu pun melesat
pergi meninggalkan tempat itu dengan senyum ceria.
Sebuah gua menjadi sasaran utama Lemakwati.
Pendekar Romantis dibawa masuk ke dalam gua itu. langit petang mulai meremang.
Tentu saja suasana di dalam gua cukup gelap. Tapi Lemakwati mampu membuat cahaya
di dalam gua seperti disinari oleh puluhan obor hingga menjadi Dendam Dalang
Setan 31 PENDEKAR ROMANTIS
terang. Telunjuknya menuding ke arah salah satu gugusan batu yang letaknya merapat di
dinding gua. Clapp...! Sinar putih perak berbintik-bintik menghantam batu
tersebut, dan batu itu menjadi menyala seperti bara putih, menyerupai neon.
Semua batu yang ada di situ diperlakukan sama, sampai akhirnya gua itu menjadi
terang benderang penuh dengan batu bercahaya putih terang. Bahkan langit-langit
gua pun dituding dengan telunjuknya dan kejap berikut langit-langit gua menjadi
terang seperti lampu neon.
Pandu Puber saat itu dalam keadaan antara sadar dan tidak. Ia masih ingat suara
Lemakwati bicara dengan Rani Adinda. Ia juga melihat cara Lemakwati menerangi
gua tersebut. Tapi mulutnya tak bisa mengucapkan kata apa-apa melihat keajaiban
itu. hanya hatinya yang membatin lemah,
"Sakti juga si gembrot itu rupanya. Tapi mengapa ia mengaku saudara sepupuku.
Apakah benar ia saudara sepupuku?"
Terdengar pula suara Lemakwati berkata, "Sebentar
lagi kau akan sembuh, Sayang! Sabar dulu, ya?"


Pendekar Romantis 07 Dendam Dalang Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tubuh pendekar tampan itu dibaringkan dalam keadaan rapi; kaki lurus dan kedau
tangan merapat lurus di samping tubuh.
"Pejamkan matamu," kata Lemakwati, dan Pandu
hanya bisa mengikuti perintah itu, matanya terpejam pelan-pelan.
Gadis gembrot bergincu tebal ada di samping kir Pandu, berlutut dan mengangkat
kedua tangannya setinggi dada.
Kedua tangan itu bergerak pelan-pelan dalam keadaan mata terpejam.
Tiba-tiba dari kedua telapak tangan itu memancar sinar putih perak berasap
tipis. Sinar itu jatuh ke tubuh Pandu Puber. Di mana tangan itu bergerak di
situlah sinar tersebut menyapu tubuh Pandu yang membusuk dan menjijikkan.
Tetapi setiap bagian yang terkena semburan sinar putih menjadi cepat kering.
Kulit yang mengelupas atau berkerut bergerak menutup seeprti semula. Warna hitam
berubah Dendam Dalang Setan
32 PENDEKAR ROMANTIS
menjadi merah samar-samar, lalu dalam kejap berikutnya warna kulit itu berbah
menjadi seperti warna aslinya.
"Hebat juga dia!" batin Pandu berkata demikian. "Rasa sakitnya cepat sirna. Rasa
perih pun hilang, dan bau busuk tidak menyebar lagi dari tubuhku. Ternyata ia
punya sistem pengobatan yang tergolong tinggi. Barangkali ilmunya pun lebih
tinggi dari dugaanku."
Memang begitu kenyataannya sih. Lemakwati berilmu
tinggi. Entah siapa gurunya, yang jelas Pandu Puber sangat mengakui ketinggian
ilmu Lemakwati baik secara diam-diam, maupun secara terang-terangan ketika ia
menjadi sehat kembali. Keadaan Pandu menjadi benar-benar seperti semula, bahkan
ia mirip manusia yang baru lahir ke bumi, tanpa luka atau cacat sedikit pun.
"Luar biasa"!" gumam Pandu dengan nada ceria ketika ia selesai memeriksa keadaan
tubuhnya. "Racun 'Tapak Kubur' telah lenyap, tak tersisa sedikit pun pada dirimu."
"Oh, Lemakwati... ternyata kau bukan orang jahat. Kau sudah menyelamatkan nyawaku
dari kekejaman racun 'Tapak Kubur'."
Lemakwati tersenyum lebar, tak ada manisnya sedikit pun. Ia berkata, "Ini hanya
sebagian kecil dari ilmuku."
"Aku sangat mengangumimu. Kuakui kau cukup hebat.
Tapi kalau boeh kutahu, siapa gurumu sebenarnya?"
"Kau tak perlu tahu, katena guruku bukan orang penting bagimu. Yang penting kau
ingat, aku telah menolongmu dan selayaknya kalau aku minta upah."
"Akan kuberikan. Upah apa maksdumu?"
"Cumbulah aku walau sekejap."
"Hahh..."!" Pandu terbelalak. "Apa nggak sebaiknya
tunggu kalau kau kurus duluan?"
"Aaah... kamu!" Lemakwati merengek manja, tak ada
kesan indah seikit pun dalam rengekannya itu. "Kalau kau tak mau memberikan
kemeraan, aku akan datangkan lagi racun
'Tapak Kubur' itu agar membusukkan tubuhmu kembali. Aku Dendam Dalang Setan
33 PENDEKAR ROMANTIS
bisa mengembalikan racun itu tanpa menyentuh atau
memandangmu."
Pandu Puber tertegun bengong mempertimbangkan
permintaan tersebut.
Dendam Dalang Setan
34 PENDEKAR ROMANTIS
-----------------------------------------------------------------------------EMPAT -----------------------------------------------------------------------------ADIS gembrot bermuka lebar yang nggak bisa
dibilang sexy sedikit pun itu minta dicumbu. Buat
G Pandu ini sebuah bencana besar, lebih besar
daripada datangnya angin topan dan gempa bumi.
Membayangkan memeluknya saja Pandu seudah merinding apalagi kalau sampai berada
dalam pelukannya"
"Bisa remuk tulangku kalau sampai ada dalam
pelukannya. Apalagi kalau ia sampai mendapat pucuk
kemesraan dariku, wah,... bisa-bisa tubuhku jagi sebesar lidi karena dipeluk kuatkuat sambil menjerit merasakan
keindahan surgawinya!" pikir Pandu Puber dalam
renungannya. Nggak ada sedikit pun gairah yang timbaul dalam hati Pandu. Hasrat
yang ada hanyalah hasrta untuk lari dari jangkauan pelukan Lemakwati, bukan
hasrat untuk bermesraan. Tetapi Pandu Puber nggak berani ngomong apa adanya.
Takut menyinggung hati si gembrot. Kalau gadis itu tersinggung dan menjadi
marah, cukup berbahaya juga jadinya.
Ketika otak sedang berputar mencari lubang untuk
keluar, Lemakwati merayu dengan kemanjaan dari belakang Pandu. Tangannya yang
berjari sebesar pisang raja itu meraba-raba punggung Pandu. Kadang disertai
dengan remasan kecil.
Namun remasan itu dirasakan Pandu bukan sebagai remasan kemsraan namun remasan
kengerian. Setiap jari tangan Lemakwati meremas tubuh Pandu, bulu kuduk Pandu
berdiri tegak bagai ingin adalah upacara bendera. Weerr...! Jantung pun deg-degan
mirip bedug ditabuh di hari lebaran. Pokoknya serem deh.
"Aku kan sama juga kayak perempuan lain, Pandu,"
bujuknya. "Aku kan juga punya bibir, masih bisa kau pungut Dendam Dalang Setan
35 PENDEKAR ROMANTIS
sebagaimana mestinya."
Pandu menjawa hanya dalam hati, "Iya, tapi saat
kukecup bibirmu sama saja kau caplok wajahku. Mana tebal, keras, lebar lagi!"
"Pandu, ayolah peluk aku, Sayang. Hanya beberapa saat saja kok. Aku toh punya
dada yang bisa kau gunakan sebagai tempat curahan hasratmu, sama seperti
perempuan lainnya, Pandu."
"Dada apa karung beras tuh?" ujar Pandu membatin,
masih nggak mau kasih reaksi apa-apa. Dari mulutnya hanya terlontar kata pelan
bernada keluh. "Aku capek sekali. Tulang dan uratku masih lemas
gara-gara menahan sakit tadi."
"Yaah... tapi kan bisa digunakan sebentar saja, Pandu."
"Nggak bisa, Lemakwati. Aku butuh tenaga baru untuk segarkan tubuhku. Mungkin
nggak pada malam ini. mungkin malam berikutnya aku bisa memberi kemeraan."
Lemakwati nekat menciumi tengkuk kepala Pandu.
Weer...! Sekujur tubuh Pandu merinding menerima ciuman itu. bukan hangat, tapi
panas. Seolah-olah bibir yang menempel di tengkuk seperti lintah yang jatuh dari
atap gua. Pandu sempat bergidik merinding, "Hiiih...!"
"Sebentar saja, Sayang," bisik Lemakwati masih
merayu penuh desah gairah.
"Jangan sekarang deh," pinta Pandu Puber tetap dengan kalem supaya tidak
menyinggung hati si gembrot itu. tapi si gembrot agaknya memaksa dan nggak bisa
menunda hasratnya yang berkobar-kobar. Tangannya yang memeluk dari belakang
menyelusup masuk ke dalan baju Pandu dan meremas dada dengan mulut mendesis.
"Ooh, Pandu..."
"Mati aku!" keluh Pandu dalam hatinya. "Kalau
kusingkirkan dngan kasar pasti terjadi pertarungan. Aku tak tega. Sebab dia
sudah menyelamatkan nyawaku dari racun
'Tapak Kubur'. Cuma kalau harus kulayani kemauannya, aku nggak bisa. Apa yang
harus kuberikan kepadanya nggak Dendam Dalang Setan
36 PENDEKAR ROMANTIS
berfungsi sama sekali, karena yang ada dalam hatiku bukan kobaran gairah
bercumbu tapi rasa ngeri yang mendesakku untuk lari. Aduh, gimana kalau sudah
begini, ya?"
Leher Pandu diciumi, kadang digigit-gigit kecil. Pandu merasa sedang diambang
maut, seakan darahnya akan dihisap habis oleh makhluk yang menyeramkan sejenis
drakula. Pandu memejamkan mata menahan niat untuk mendorong kepala itu dari
lehernya. "Apakah kau masih belum bergairah walah sudah
kuciumi seperti tadi?"
Pandu gelengkan kepala dengan wajah sedih. Tahu-tahu si gembrot menyeringai
bagaikan menemukan akal untuk membangkitkan semangat bercinta Pandu Puber.
Sebuah tembang riang didendangkan sambil tubuhnya meliuk-liuk memamerkan
tantagnan bercumbunya.
"La, la, la, la... Li, li, li, li..."
Tubuh gemuk yang tak cukup satu pelukan Pandu itu
semakin berani melenggak-lenggok dengan rambut bersanggul mulai dilepaskan.
Rambut itu kini terurai. Biasanya rambut terurai adalah ajakan seorang wanita
untuk saling memadu kemesraan dan dapat membangkitkan selera bagi si lelaki.
Tapi yang dialami Pandu kalau itu justru semakin
membuatnya ingin lari.
"Malah kayak kuntilanak edan," ujar Pandu dalam hati antara dongkol dan
kebingungan. "Lala, lili, lala, lili, lulu, laaa..." Lemakwati bagai nggak punya rasa malu
sedikit pun, seakan sudah nggak mikirin harga dirinya sebagai seorang gadis.
Pengikat baju coklatnya mulai dilepas. Seerrt...! Sabuk kain juga dilepaskan.
Suutt...! Maka terbukalah bagian depan baju itu. Dan
tampaklah bagian dalamnya yang tanpa pelapis lagi.
"Ya, ampun... itu perut apa bendungan air" Sudah
besarnya segitu, berlipat-lipat lagi. Hmm, hmm... kok kayak kulit badak aja"!"
Pandu malah ingin tertawa geli memandangi gaya
Lemakwati yang mirip seorang penari malam itu. Bahkan Dendam Dalang Setan
37 PENDEKAR ROMANTIS
ketika Lemakwati mengguncang-guncang badan dengan
makin merendah seakan memamerkan dadanya, Pandu Puber hanya bergidik merinding
sambil berkata dalam hati,
"Itu dada apa sepasang kendil nasi" Kalau wajahku
terbenam di tengahnya sana, kursa dalam tiga hitungan aku sudah nggak bernyawa
lagi. Sama saja mari tertimbun tanah longsor!"
Lemakwati kian mendekat sambil tersenyum-senyum
bernada nakal. Tapi senyuman itu malah mengingatkan Pandu pada seringai seekor
kuda yang sedang kasmaran.
"Ayo, Pandu... sentuh aku! Sentuhlah dengan hangat,
Sayang...!" bujuk Lemakwati yang menurut Pandu pantas menyandang julukan 'ratu
lemak', karena kegemukannya dapat menyesakkan pernapasan orang yang memandang.
"Lemakwati, saat ini aku benar-benar nggak bisa
memberikan kemesraan apa pun padamu. Tubuhku sangat lemah. Tapi kalau kau
berharap aku harus memberi upah sekarang juga, tolong carikan aku secangkir
arak." "Secangkir arak?"
"Ya. Hanya dengan secangki arak gairahku bisa bangkit membara bagaikan kuda
lepas dari kandangnya!"
Dengan penuh semangat dan wajah berseri-seri,
Lemakwati merapikan pakaiannya serta berkata, "Kalau begitu, tunggulah di sini
beberapa saat saja. Aku akan pergi sebentar mencari secangkir arak untukmu.
Percayalah, aku pergi nggak lama kok. Kau tahu ke mana harus mencari secangkir
arak di sekitar sini!"
"Tolong carikan itu supaya harapanmu bisa kupenuhi."
"Tapi... tapi dijamin tokcer, ya?"
"Dijamin sekali, Sayang!" seraya Pandu mengusap pipi gadis gembrot itu. sang
gadis menerima dengan ekspresi wajah makin berbinar-binar. Sementara hati Pandu
sempat membatin.
"Ini pipi apa getah karet" Tebalnya bukan main. Kalau ditato bisa mematahkan
seribu jarum nih!"
Gaya lincah penuh ceria kegenitan mengiringi
Dendam Dalang Setan
38 PENDEKAR ROMANTIS
keberangkatan Lemakwati. Ia sempat berkata mesra, "Aku pergi dulu, Sayang?" lalu
pipi Pandu dicubitnya. Cemol...!
"Nyubit apa ngerampok sih"!" gerutu Pandu sambil
mengusap-usap pipinya yan gterasa baru saja dicengkeram tangan raksasa.
Demi memenuhi hasratnya yang tak dapat
ditangguhkan lagi itu, Lemakwati rela pergi malam-malam mencari secangkir arak
penggugah gairah Pandu Puber. Tetapi pada saat gadis gembrot itu pergi, Pandu
Puber pun segera persiapkan diri untuk tinggalkan gua tersebut.
"Sekaranglah saatnya untuk selamatkan diri dari
kemesraan maut itu. Aku harus segera tinggalkan gua ini jauh-jauh dan kalau bisa
jangan sampai bertemu lagi dengan
'penunggu kuburan tua' itu. Aku nggak mau mampus dalam jepitan dua gentong di
dadanya itu."
Zlaapp...! Jurus 'Angin Jantan' digunakan Pandu untuk melarikan diri. Gelapnya
malam diterjang begitu saja, tak peduli ke mana arah tujuan yang penting lari
dari gua itu. Walaupun di perjalanan Pandu Puber sempat berpikir.
"Aduh, kenapa sebelumnya aku nggak bicarakan deulu
soal kematian Ken Warok" Padahal menurutku Lemakwati tahu masalah tersebut,
setidaknya ia juga tahu siapa orang yang membunuh Ken Warok. Rasa-rasanya aku
masih penasaran jika belum mengetahui siapa pembunuh sahabatku itu. Tapi... apa iya aku
harus kembali ke gua sampai
menunggu kedatangannya?" sambil berpikir begitu langkah kaki masih menyentak
cepat membuat Pendekar Romantis berkelebat menerabas semak, melintasi pepohonan.
Pikirnya lagi, "Biarin deh, nggak usah balik lagi. Kalau aku kembali lagi sama
saja cari penyakit! Belum tentu ia mau bicara tentang kematian Ken Warok. Bisabisa pertanyaan itu dimanfaatkan untuk membujukku agar mau melayani
seleranya. Lupakan saja tentang dia deh. Soal jasa baiknya menolongku dari
kematian racun 'Tapak Kubur' akan kubayar di suatu saat nanti, apabila kutemukan
dirinya dalam keadaan bahaya."
Dendam Dalang Setan
39 PENDEKAR ROMANTIS
Mendadak langkah Pendekar Romantis terhenti. Bukan
karena ada yang menghalangi atau ada yang menghadang, melainkan karena ada
sesuatu yang menarik perhatiannya.
Saat itu posisi Pandu Puber ada di ketinggian sebuah lereng bukit. Dari tempat
itu ia melihat cahaya merah melintas di langit bagaikan bintang jatuh dan
terbakar. Wwweeesss...!
"Sinar merah apa itu yang tampak muncul dari arah
timur?" pikir Pandu. Matanya masih mengikuti cahaya merah mirip meteor jatuh
tersebut. Arah sinar itu menuju ke barat, ke kaki bukit kecil yang ada di sana.
Munculnya pun dari seuah bukit kecil yang ada di sebelah timur.
Ketika sinar merah itu bergerak melengkung hendak
jatuh ke suatu tempat, tiba-tiba dari bukit sebelah barat muncul sinar biru
panjang juga mirip meteor jatuh. Sinar biru itu bagaikan menyambut kedatangan
sinar merah yang kemudian bertabrakan di udara.
Blegaaar...! Gema sebuah ledakan menggelegar terbawa angin dan
bergelombang-gelombang. Cahaya ungu yang menyebar pecah dari benturan dua sinar
itu segera padam, tapi getaran daya ledaknya masih terasa menggetarkan bumi.
Tanah tempat Pandu berpijak pun terasa bergetar walau hanya kecil-kecil saja.
"Dua ilmu bertarung di angkasa! Hmm...! tenaga dalam
siapa yang saling menyerang dari jarak sejauh itu" pasti pemiliknya adalah tokoh
tua berilmu tinggi!" Pandu Puber sengaja merenungi hal itu beberapa saat. Dan
tiba-tiba ia dikejutkan kembali dengan munculnya sinar merah seperti tadi dari
arah timur. Kali ini ada dua sinar merah yang melesat menuju ke arah barat.
Namun dari arah barat muncul pula dua sinar biru seperti tadi, berekor panjang
dengan bagian depan seperti bola berapi biru. Keduanya bertabrakan di udara dan
menimbulkan ledakan dahsyat yang membahana,
menggetarkan bumi lebih keras dari yang pertama tadi.
Bleguurr...! Blaarr...!
Langit terang sekejap, lalu warna hitam malam


Pendekar Romantis 07 Dendam Dalang Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dendam Dalang Setan
40 PENDEKAR ROMANTIS
menjelma lagi begitu sinar ungu hasil benturan dua tenaga dalam jarak jauh itu
padam tinggalkan gelombang getaran.
Pandu Puber sempat rasakan tanah cadas yang dipijaknya bagai mau retak ia segera
lompat ke tempat lain, walau sebenarnya tanah cadas itu tidak menjadi retak
Kisah Membunuh Naga 17 Pendekar Bayangan Sukma 6 Kakek Sakti Dari Gunung Muria Partai Rimbah Hitam 3

Cari Blog Ini